Agaknya kuberi sepotong uang, kalian menjadi tidak puas karena bingung untuk membagi
Nah, kubagi tiga untuk kalian masing-masing sepotong!
Berkata demikian, Siong Ki menggunakan jari tangannya untuk mematah-matahkan mata uang itu menjadi tiga potong, seolah-olah uang tembaga itu hanya terbuat dari daun kering saja
Melihat ini, tiga orang pengemis itu te rbelalak
Akan tetapi mereka adalah orang-orang kasar yang biasanya mau menang sendiri, apalagi mengandalkan kepandaian dan kekuatan mereka yang suka mengeroyok, maka menghadapi pertunjukan kekuatan itu, mereka bahkan menjadi marah
Bagus! Engkau ingin memamerkan sedikit kepandaianmu kepada kami
Jangan salahkan kami kalau kami mempergunakan kekerasan!
kata si hidung besar dan mereka bertiga bersiap untuk melakukan pengeroyokan
Pada saat itu, terdengar suara tawa merdu dari samping, disusul suara wanita
Hi-hik, agaknya He k I Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis Baju Hitam) tidak becus mengurus anak buahnya, hingga kini anak buah He k I Kaipang bukan lagi para pengemis , melainkan para perampok yang tak tahu malu! Cih, sungguh memualkan perutku!
Tentu saja tiga orang pengemis itu menjadi marah sekali
Kemarahan mereka kepada Siong Ki le nyap karena ada orang lain yang mengucapkan penghinaan hebat kepada mereka, bahkan kepada perkumpulan dan ketua mereka
Cepat mereka memutar tubuh menghadapi wanita yang mengeluarkan kata-kata tadi, sedangkan Siong Ki tahu bahwa mengeje k itu adalah wanita cantik yang sejak tadi memperhatikan dia
Diapun menengok dan memandang dan dia merasa khawatir
Wanita itu cantik je lita dan tidak kelihatan seperti wanita kang-ouw yang berilmu, bagaimana berani bersikap menghina tiga orang pengemis itu
Diam-diam diapun bersiap untuk melindungi kalau-kalau wanita itu te rancam bahaya
Si hidung besar memandang kepada wanita itu dan diapun merasa heran
Wanita itu cantik jelita, berani sekali menghina dia dan dua orang te mannya!
Apa kau bilang tadi?
bentaknya, karena dia masih belum percaya kalau wanita cantik ini yang tadi menghina mereka
Wanita itu, yang belum selesai makan, menggunakan sumpitnya menjepit sepotong sayur hijau dan memasukkan ke mulutnya, mengunyahnya dengan gerakan mulut yang manis sebelum menjawab
Nampaknya tenang sekali
Aih, kalian belum mendengar apa yang kukatakan tadi
Sayang.......
ia lalu menuding mereka satu demi satu,
hidungmu saja besar, dan yang itu matanya te rlalu sipit, dan yang ke tiga perutnya saja yang le bar, akan te tapi agaknya telinga kalian bertiga terlalu sempit dan agak tuli sehingga tidak mendengar apa yang kukatakan tadi
Nah, dengar baik-baik, aku mengatakan bahwa kalian ini hanyalah pencoleng-pencoleng kecil yang mengenakan pakaian pengemis, dan bahwa kalian bertiga tidak tahu malu, mengotorkan tempat ini dan bahwa ketua kalian tidak becus mengajar kalian! Nah, sudah dengar sekarang?
Kemarahan tiga orang anggota He k I Kai-pang berkobar, akan te tapi pada saat itu pemilik rumah makan te rgopoh-gopoh lari menghampiri dan diapun memberi hormat kepada tiga orang pengemis itu dengan membungkuk dalam
Harap sam-wi (anda bertiga) mengingat hubungan baik antara kami dengan ketua sam-wi dan tidak mengadakan perkelahian di sini sehingga akan merusak tempat kami
Mendengar ucapan itu, tiga orang pengemis saling pandang, dan si hidung besar memberi is yarat kepada dua orang kawannya untuk pergi
Kami akan menunggumu di luar untuk membuat perhitungan!
katanya dengan nada mengancam kepada wanita cantik itu
Mereka lalu melangkah dengan wajah kemerahan karena amarah yang ditahan-tahan
Sikap dan ucapan pemilik rumah makan tadi menunjukkan bahwa dia tentu seorang penderma yang mengenal baik ketua mereka, maka kalau sampai mereka berkelahi dan merusak perabot rumah makan kemudian si pemilik rumah makan melaporkan, te ntu mereka akan mendapat te guran dan hukuman
Siong Ki merasa heran
Bagaimana wanita itu seberani itu menghina tiga orang pengemis tadi yang sudah jelas merupakan orang-orang kasar dan jahat
Dia merasa tidak enak
Bagaimanapun juga tiga orang pengemis itu tadi menghina dia, wanita itu mencampuri untuk membelanya
Kalau sampai nanti wanita itu diganggu, bagaimana ia dapat mendiamkan saja
Biarpun dia sudah selesai makan, dia tidak segera membayar harga makanan dan pergi, melainkan menanti sampai wanita itu selesai makan dan membayar, diapun membayar dan setelah wanita itu bangkit dan keluar, baru dia keluar pula dari rumah makan itu
Wanita itu hanya mengerling dan te rsenyum saja kepadanya, tanpa mengeluarkan kata-kata
Siong Ki semakin heran dan juga kagum
Dari dalam rumah makan saja sudah nampak betapa tiga orang pengemis tadi menanti di luar rumah makan dan banyak orang bergerombol di sana, tanda bahwa banyak yang hendak jadi penonton, atau mungkin tiga orang pengemis itu mengumbar suara mengatakan bahwa mereka hendak menghajar seorang wanita yang berani menghina mereka, sehingga banyak orang ingin menonton
Akan te tapi, wanita itu sama sekali tidak kelihatan takut, bahkan te rsenyum-senyum manis
Setelah wanita itu tiba di luar, suasana menjadi ramai dan te gang, dan Siong Ki menyelinap di antara para penonton, siap untuk melindungi wanita itu
Akan tetapi, wanita itu dengan langkah yang te nang dan berani, menghampiri tiga orang pengemis yang sudah menanti di situ dengan sikap bengis, sedangkan para penonton sudah mengatur jarak agar tidak terlalu dekat dengan mereka
Aih, kalian masih berada di sini menantiku
Bagus, memang kalian ini harus berlutut minta ampun dulu kepadaku, baru boleh pergi!
kata wanita itu dan Siong Ki diam-diam mengeluh
Wanita ini ternyata seorang yang amat berani menghina orang sehingga mendekati sombong! Sama dengan mencari penyakit! Andaikata ia seorang laki-laki, tentu Siong Ki tidak akan mau memperdulikannya lagi dan biar saja manusia sombong itu berkelahi melawan tiga orang pengemis sombong
Akan tetapi ia seorang wanita dan dia harus membelanya
Sikap memandang rendah dan ucapan meremehkan dari wanita itu membuat tiga orang pengemis tak mampu menahan kesabaran mereka lagi
Si mulut le bar sudah melangkah maju dengan kedua tangan dikepal
Perempuan sombong, kurontokkan gigimu!
bentaknya sambil menyerang dengan tamparan ke arah mulut wanita itu
Akan tetapi, dengan sekali gerakan saja, wanita itu menarik tubuh atas ke belakang sehingga tamparan itu mengenai angin, dan iapun te rsenyum le bar memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih
Hemm, sayang gigiku yang rapi ini kaurontokkan
Kalau gigimu yang je lek dan kotor itu, patut dirontokkan.
Tiba-tiba saja, kaki wanita itu sudah bergerak cepat seperti kilat menyambar dan diangkat tinggi ke atas
Krakkk..........!!
Mulut itu dihantam sepatu dan rontoklah beberapa buah gigi si mulut lebar dan bibirnya pecah-pecah berdarah
Dia te rjengkang dan mengusap darah dari mulutnya
Sedangkan para penonton menjadi terkejut dan kagum
Juga Siong Ki diam-diam mencela diri sendiri yang kurang waspada, memandang rendah wanita cantik itu yang te rnyata sama sekali tidak membutuhkan perlindungan darinya, kalau hanya menghadapi gangguan pengemis mulut besar itu saja
Akan te tapi kini pengemis yang roboh itu sudah meloncat bangun dan mencabut sebatang golok yang tadinya diselipkan di ikat pinggang
Dua orang pengemis lainnya juga sudah mencabut golok mereka dan kini tiga orang itu menghadapi wanita cantik itu dari depan, kanan dan kiri
Melihat ini, kembali Siong Ki merasa khawatir dan dia sudah melangkah maju ke depan
Hemm, kalian ini tiga orang laki-laki mengancam wanita dengan senjata tajam
Sungguh tidak adil, dan sungguh curang, menunjukkan bahwa kalian memang hanya pengecut-pengecut besar yang beraninya hanya main keroyokan!
Melihat majunya Siong Ki, Bi Tok Siocia te rsenyum manis
Tadi dalam rumah makan ia sudah melihat betapa pemuda tampan gagah yang menarik perhatiannya itu mematah-matahkan sekeping uang dengan mudah, tanda bahwa dia bukan seorang pemuda biasa
Dan kini, tepat seperti dugaannya, pemuda itu maju membelanya
Tentu saja hatinya semakin kagum dan tertarik
Si hidung besar segera memutar goloknya dan membentak Siong Ki
Engkau berani mencampuri berarti sudah bosan hidup!
Diapun sudah menyerang dengan goloknya, akan te tapi dengan mudah Siong Ki mengelak
Si Mulut lebar yang kini menjadi si mulut ompong karena giginya rontok, dibantu oleh si mata sipit, sudah menyerang dengan golok mereka, mengeroyok Bi Tok Siocia! Siong Ki ingin cepat-cepat menjatuhkan si hidung besar agar dia dapat membantu wanita itu
Maka ketika untuk ke empat kalinya golok menyambar, dia tidak mengelak seperti tadi, melainkan dia bahkan mendahului dengan langkah ke depan, tangannya bergerak menyambut dengan pukulan ke arah pergelangan tangan yang memegang golok, dari samping sedangkan tangan kirinya mendorong dengan te lapak tangan te rbuka ke arah dada lawan
Si hidung besar tidak mengira bahwa lawan berani menyambut serangannya seperti itu, dan ketika lengannya terkena pukulan tangan kiri lawan, seketika lengan itu menjadi lumpuh dan goloknya te rpental, dan di detik lain, dadanya te rkena hantaman dengan tangan terbuka
Diapun te rjengkang dan te rbanting roboh, ketika bangkit duduk, dia memegangi dadanya karena dada itu te rasa sesak, sukar bernapas
Ketika Siong Ki membalik hendak membantu wanita tadi, diapun te rte gun
Bukan main wanita itu
Dengan tangan kosong saja, wanita itu bukan hanya mampu menandingi dua orang pengeroyoknya, bahkan kini nampak ia menghajar mereka dengan tendangan-tendangan kakinya
Dua orang itu dibuat seperti dua buah bola saja, dite ndangi jatuh bangun dan akhirnya mereka tidak mampu melawan lagi, muka mereka bengkak-bengkak dan berdarah karena beberapa kali disambar sepatu wanita itu! Hanya si mata sipit yang masih dapat berdiri dan te rengah-engah, namun dia memaksa diri memandang wanita itu yang berdiri s ambil bertolak pinggang dan te rse nyum kepadanya
Lalu dia bertanya,
Kami mengaku kalah
Siapakah namamu, nona?
Wanita itu tersenyum mengeje k dan mengerling kepada Siong Ki yang masih memandang kagum
Kalian hendak mengadu kepada ketua kalian
Boleh, boleh! Katakan saja bahwa Nona Ouw yang menghajarmu
Nah, pergilah kalian bertiga sebelum berubah pikiranku dan kalian tidak akan dapat kuampuni lagi.
Tiga orang pengemis itu pergi dengan kepala tunduk, dan Bi Tok Siocia segera menghampiri Siong Ki dan mengangkat kedua tangan ke depan dada, dengan sikap ramah dan manis iapun memberi hormat yang segera dibalas oleh Siong Ki
Terima kasih atas pertolonganmu, Tai-hiap.
katanya dengan suara merdu
Disebut tai-hiap (pendekar besar), Siong Ki te rsenyum
Harap nona tidak menyebut tai-hiap kepadaku
Engkau sendiri memiliki kepandaian yang hebat, nona
Aku merasa malu telah salah duga sehingga lancang mencampuri urusan itu
Padahal aku tahu sekarang bahwa nona sama sekali tidak memerlukan bantuanku.
Ah, engkau tidak mengerti, tai-hiap
Aku memang membutuhkan pertolonganmu, membutuhkan bantuanmu
Engkau tidak mengenal siapa Hek I Kai-pang
Mari kita bicara di te mpat sunyi, akan kuceritakan kepadamu, di sini banyak orang dan tidak leluasa.
Siong Ki mengangguk
Memang dia belum mengenal macam apa He k I Kaipang itu, dan mengapa pula wanita yang lihai ini mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya
Mereka lalu meninggalkan tempat itu
Kalau engkau tidak berkeberatan, kita dapat bicara di ruangan dalam rumah penginapan di mana aku bermalam, tai-hiap.
kata Ouw Ling
Karena tidak mengenal tempat lain agar mereka dapat bicara, Siong Ki hanya mengangguk
Ketika melakukan perjalanan menuju ke rumah penginapan yang besar itu, Bi-tok Siocia Ouw Ling berbisik,
Seperti sudah kuduga, kita dibayangi orang
Mereka te ntulah para anggota He k I Kaipang
Biarlah, kita pura-pura tidak tahu saja.
Siong Ki melirik dan benar saja
Ada empat lima orang yang membayangi mereka secara berpencar, bercampur dengan orang-orang yang berlalu lalang di ke dua tepi jalan raya itu
Setelah mereka memasuki rumah penginapan, Ouw Ling mengajak Siong Ki bicara di ruangan dalam, sebuah ruangan yang memang disediakan untuk para tamu
Ruangan ini cukup luas dan kebetulan pada saat itu tidak terdapat tamu lain
Nah, di sini kita dapat bicara dengan leluasa,
kata wanita itu
Akan te tapi sebelum itu, Apakah tidak sudah tiba waktunya kita saling berkenalan
Namaku Ouw Ling dan aku berasal dari Liong-san (Bukit Naga).
Siong Ki menjawab,
Namaku The Siong Ki dan aku berasal dari dusun Ta-bun-cung.
Karena ia belum tahu pemuda itu te rmasuk golongan apa, maka Ouw Ling tidak bertanya lebih mendalam
Ia sendiri belum berani mengakui bahwa ia adalah pute ri angkat Ouw Kok Sian, datuk bes ar dan majikan Liong-san
Nah, sekarang kita telah berkenalan, Thetaihiap.............
Harap nona jangan menyebut tai-hiap kepadaku, rasanya janggal dan tidak enak.
Ouw Ling te rse nyum manis
Baiklah, setelah kita berkenalan, dan melihat bahwa engkau le bih muda dariku, bagaimana kalau aku menyebutmu siauwte (adik) saja dan engkau menyebut aku cici (kakak perempuan)?
Siong Ki tersenyum,
Bagaimana engkau tahu bahwa aku le bih muda darimu, karena melihat keadaan dirimu, belum te ntu kalau aku le bih muda.
Siong Ki te ntu saja dapat menduga bahwa wanita itu lebih tua darinya, akan te tapi dia memang pandai membawa diri dan pandai menyenangkan hati orang
Ucapannya itu walaupun hanya sekedarnya namun je las telah membuat wajah Ouw Ling berseri saking girangnya
Wanita mana yang tidak akan berseri wajahnya kalau dikatakan bahwa ia nampak jauh le bih muda dari pada usia yang sebenarnya!
Aku yakin bahwa aku le bih tua darimu, siauwte, walau hanya beberapa tahun mungkin
Akan te tapi itu tidak penting sekali, bukan
Kalau boleh aku mengetahui, engkau dari mana dan hendak kemana
Apakah engkau mempunyai keperluan khusus datang ke Lok-yang ini?
Siong Ki menggeleng kepala
Tidak mempunyai keperluan khusus, aku baru saja memasuki Lokyang dalam perjalananku merantau dan mencari pengalaman hidup
Baru pagi tadi aku datang ke sini dan kebetulan terlibat peristiwa dalam rumah makan tadi.
Aih, kalau begitu, kenapa tidak menginap saja di rumah penginapan ini, The-siauwte
Di sini te mpatnya bersih dan cukup murah
Dan tahukah kau, kita mempunyai banyak persamaan
Aku sendiripun sedang merantau, atau katakanlah berpesiar mencari pengalaman hidup dan meluaskan pengetahuan
Kalau engkau suka, kita dapat menjadi teman seperjalanan!
Ucapan itu dikeluarkan secara wajar sehingga Siong Ki tidak merasakan suatu kelainan, walaupun penawaran seperti itu dari seorang wanita kepada seorang pria sebetulnya tidaklah pada tempatnya
Soal itu mudah, Ouw-cici, sekarang aku ingin mendengar tentang Hek I Kaipang.
Hek I Kaipang adalah perkumpulan pengemis di Lok-yang dan sekitarnya yang te rkenal
Ketuanya berjuluk Hek I Sin-kai (Pengemis Sakti Baju Hitam) yang te rkenal lihai