Naga Beracun Bab 032


Ceritakanlah.

Aku tidak berani mengabari suhu, tidak berani mengundangnya, karena aku merasa bersalah kepada suhu

Dahulu, ketika aku bersama Giok Cu berkunjung ke te mpat kediaman suhu, dan bahkan berte mu dengan engkau di sana, ketika itu suhu bicara empat mata denganku dan suhu dalam kesempatan itu telah menjodohkan aku dengan engkau, sumoi

Dia berpesan agar kelak aku berjodoh denganmu

Nah, karena aku saling mencinta dengan Bu Giok Cu dan kemudian atas usul guru kami masing-masing, yaitu Hok-bin Hwesio dan Pek I Tojin, kami menikah dan teringat akan pesan suhu Liu Bhok Ki, aku merasa sungkan dan tidak berani memberi kabar

Aku telah bicara terus te rang, sumoi.

Bi Lan tidak heran mendengar keterangan itu, te ntu saja ia sudah tahu semuanya dan dapat menduganya

Ia tidak merasa sakit hati karena ia ditolak oleh suhengnya yang mencinta gadis lain

Ia sendiripun mencinta pria lain, yaitu gurunya sendiri

Yang membuat ia menyesal adalah karena ulah suhengnya, maka gurunya yang juga suaminya itu menderita tekanan bathin sampai sakit-sakitan dan meninggal dunia dalam keadaan berduka

Bagus sekali, engkau te lah berterus te rang, suheng

Nah, akupun hendak bercerita sejujurnya kepadamu

Seperti kukatakan tadi, suhu telah mendengar pernikahanmu dengan enci Giok Cu tanpa mengundangnya, dan sejak itu, suhu sakitsakitan karena merasa penasaran, menyesal dan berduka

Aku tahu akan semua itu karena suhu berte rus terang kepadaku

Suhu marah dan menyesal, suhu merasa sakit hati kepadamu, suheng!

Aih, suhu, teecu memang berdosa besar

Sumoi, tolonglah, kalau e ngkau pulang dan berte mu suhu, mintakan ampun adanya untukku ...

ah, tidak, aku sendiri yang akan ke sana

Aku harus cepat pergi menghadap suhu dengan is teri dan anakku untuk mohon ampun.

Tidak ada gunanya, suheng

Lebih baik suheng mendengarkan kelanjutan ceritaku

Melihat suhu demikian menderita, hatiku hancur dan aku merasa amat kasihan kepada suhu

Suhu telah kehilangan segalanya, demikian pula aku

Kami berdua tidak memiliki apa-apa lagi, tidak ada lagi seorangpun di dunia ini yang menyayangi kami

Timbul perasaan kasihan dan sayang dalam hatiku, dan akupun mengambil keputusan untuk menyerahkan diriku, hidupku, segalanya, untuk membahagiakan hati suhu

Dengan suka rela, bahkan dengan desakanku, kami menikah menjadi suami iste ri.....

Suami isteri itu s aling pandang nampak te rkejut bukan main

Sungguh suatu pengorbanan yang besar......

kata Giok Cu lirih

Sumoi, betapa mulia hatimu

Engkau begitu berbakti kepada suhu, sedang aku ...

Tidak ada pengorbanan! Tidak ada kemuliaan hati dan kebaktian

Aku menikah dengan suhu karena memang aku cinta kepadanya, dan dia cinta padaku

Kami menjadi suami isteri karena kami saling mencintai.!

Bi Lan berkata dengan suara nyaring, setengah membentak sehingga mengejutkan suami isteri itu

Kalau begitu, biarlah kami mengucapkan selamat kepadamu atas pernikahan dengan suhu...!

Tunda dulu ucapan selamat itu sampai aku selesai menceritakan keadaan suhumu, suheng

Biarpun kami sudah menikah dan aku berusaha sekuat tenaga untuk menghiburnya dan mengusir kedukaan suamiku, akan tetapi usahaku sia-sia belaka

Guru dan suamiku itu masih tak mampu melupakanmu, dan sakit hatinya tak pernah mereda

Api sakit hati membakarnya, membuat dia sakit-sakitan dan akhirnya, dia tak kuat bertahan lagi setelah berbulan-bulan rebah dan menderlta sakit lahir batin, suamiku itu meninggal dunia........

Ahh.....!

Giok Cu mengeluh.

Suhuuu.....!

Han Beng menutupi muka dengan kedua tangan dan dia te risak, tubuhnya te rguncang dan dari celah-celah jari tangannya mengalir keluar air matanya

Aih, suhu, teecu berdosa besar kepada suhu..........teecu .

.berdosa besar................

Sebuah tangan dengan lembut menyentuh pundak Han Beng

Sudahlah, semua itu telah le wat, gurumu te lah tiada

Tidak ada gunanya disesali dan ditangisi

Kelak engkau dapat saja pergi mengunjungi makam gurumu dan mohon ampun di depan makamnya kalau engkau merasa bersalah kepadanya.

Hiburan dari isterinya ini menyadarkan Han Beng dan diapun menghapus air matanya

Dengan dua mata merah dia memandang kepada Bi Lan dan melihat wanita muda itupun kini menunduk, tidak mengeluarkan suara tangisan, akan tetapi kedua pundak bergoyang dan air mata menetesnetes turun dari kedua pipinya

Aku ...

aku dapat merasakan penderitaanmu, aku ikut berduka cita ...sumoi ...

ataukah subo (ibu guru)...

kata Han Beng dengan terharu

Bi Lan menghapus air matanya dan menggeleng kepala, masih menunduk

Aku bukan apa-apamu lagi, bukan apa-apa

Bukan tunangan karena engkau sudah memilih wanita lain

Bukan sumoi karena telah menikah dengan guru kita

Bukan pula subo karena suamiku te lah tiada

Aku........aku hanya seorang yang sebatangkara, tidak mempunyai apa-apa dan siapa-siapa lagi.

Giok Cu merasa kasihan sekali

Sungguh buruk nasibmu, sungguh kasihan sekali engkau, adik Bi Lan Aku tahu bagaimana perasaanmu

Kalau saja kami dapat melakukan sesuatu untukmu

Katakan saja, apa yang dapat kami lakukan untuk membantumu, mengurangi penderitaanmu?

Bi Lan menggele ng kepala

Terima kasih, tidak ada yang dapat kalian lakukan untukku

Biarkan aku sendiri

Di dunia ini, tidak ada lagi orang yang dapat kucinta atau mencintaku, tidak ada siapasiapa lagi

Aku hanya menanti datangnya saat aku menyusul suamiku

Dialah satu-satunya orang yang mencintaiku........

Setelah berkata demikian, Bi Lan bangkit dari duduknya, kemudian tanpa pamit lagi ia melangkah keluar dari ruangan itu, te rus menuju keluar rumah

Han Beng hendak mengejar, akan tetapi le ngannya dipegang is terinya

Dia menoleh dan memandang is te rinya

Giok Cu menggele ng kepala perlahan dan berbisik,

I a benar

Tidak dapat kita melakukan apapun untuknya

Biar kan ia sendiri......

Han Beng memejamkan matanya

Suhuuu ..!

keluhnya dan dia te ntu roboh kalau saja tidak cepat dirangkul oleh isterinya dan dia kembali menangis di pundak isterinya

Malam itu, Han Beng dan Giok Cu tidak dapat tidur

Hal ini te rutama sekali karena Han Beng te nggelam dalam duka dan penyesalan, dan akhirnya baru Han Beng te rhibur ketika isterinya menyetujui untuk mereka berdua bersama anak mereka pergi mengunjungi makam Si Rajawali Sakti, di mana Han Beng ingin bersembahyang bersama anak isterinya dan mohon ampun kepada guru pertamanya itu

Mereka akan berangkat tiga hari lagi dan pada keesokan harinya, mereka telah membuat persiapan

Karena waktu itu sedang musim panen, maka suami isteri itu hendak menyelesaikan dulu sisa panenan yang tinggal satu dua hari lagi, baru mereka akan berangkat

Pada keesokan harinya, sejak pagi Han Beng dan Giok Cu sudah pergi meninggalkan rumah, pergi ke sawah untuk mengepalai dan mengatur mereka yang membantu panen

Seperti biasa, Siong Ki setelah bekerja pagi, lalu mengasuh Hong Lan bermain-main di taman

Keadaan sunyi di taman

Semua orang dewasa pergi ke s awah ladang karena musim panen

Siong Ki menurunkan Hong Lan duduk di atas rumput, dan dia sendiri duduk di dekat anak itu sambil menganyam rumput, membuatkan mainan untuk sumoinya

Ketika Kwa Bi Lan muncul seperti kemarin, diapun tidak terkejut dan tidak merasa heran lagi

Dari suhunya dia mendengar bahwa wanita muda yang cantik itu memang sahabat gurunya yang datang berkunjung

Dia bahkan te rsenyum dan memberi hormat

Selamat pagi, enci.

Akan te tapi Bi Lan tidak memperdulikan Siong Ki

I a menghampiri Hong Lan dan mengelus kepala anak itu dengan lembut dan mesra, dan pandang matanya yang ditujukan mengamati wajah anak perempuan itu penuh rasa kagum dan sayang

Suaranyapun te rdengar halus ketika ia bertanya,

Anak manis, siapakah namamu?

Semua anak kecil mempunyai kepekaan yang tidak lagi dipunyai orang dewasa

Kepekaan atau naluri ini adalah pembawaan jiwa yang masih belum terselubung nafsu

Pada saat dilahirkan, anak manusia memiliki naluri ini, memiliki kepekaan karena jiwanya masih murni, bagaikan sinar pelita yang belum terselubung kotoran sehingga masih memancar keluar melalui panca indranya

Kelak, kalau anak itu sudah mulai mempergunakan hati dan akal pikirannya, dan nafsu yang menjadi alat kebutuhan jasmaninya mulai mengambil alih kekuasaan atas diri manusia, maka kepekaan itu pudar

Sinar pelita dari jiwa te rtutup nafsu dan orang hidup le bih mengandalkan hati akal pikirannya yang bergelimang nafsu menciptakan segala macam dosa dan kekacauan dalam kehidupan ini

Makin pandai orang mempergunakan hati akal pikirannya, semakin keruh keadaan dunia, karena manusia dikendalikan nafsu yang sifatnya hanya mengejar kesenangan diri pribadi, sehingga te rjadilah tumbukan-tumbukan dan tabrakan kepentingan yang menimbulkan pertikaian, permusuhan, bahkan perang! Pada saat membelai dan bicara kepada Hong Lan, maka anak itupun memandang kepada Bi Lan sambil tersenyum cerah menjawab dengan suaranya yang nyaring dan lucu

Namaku Si Hong Lan, bibi.

Nama yang bagus, cocok dengan wajahmu yang manis

Hong Lan, mari kupondong dan kuberi mainan yang indah.

Hong Lan tidak membantah ketika digendong

Mainan apa, bibi?

Nanti kupetikkan bunga merah, kutangkapkan kupu-kupu kuning.

Bibi baik, bibi baik sekali, suheng

Hong Lan bersorak, akan tetapi Siong Ki mengerutkan alisnya

Dia belum mengenal benar siapa wanita cantik itu, karena merasa khawatir kalau Hong Lan diajak pergi bermain-main

Maaf, bibi

Sumoi Hong Lan belum kuberi sarapan pagi

Mari, sumoi, kita makan dulu ...

Siong Ki menjulurkan kedua tangannya untuk mengambil sumoinya dari pondongan Bi Lan

Akan tetapi sekali Bi Lan menggerakkan tangan kirinya menotok

Siong Ki tak mampu bergerak dalam posisi berdiri dengan kedua tangan terjulur

Bi Lan lalu berjongkok, tangan kiri memondong Hong Lan, dan tangan kanan dengan jari te lunjuk terjulur mencoret-coret di atas tanah di depan Siong Ki

Kemudian, sambil memondong Hong Lan, ia berkelebat lenyap dari tempat itu, meninggalkan Siong Ki yang masih berdiri kaku seperti arca! Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar dan dia te rheran-heran melihat Siong Ki yang berdiri dengan tangan terjulur seperti patung, tak bergerak-gerak

Eh, engkau kenapa ?

tanyanya

Siong Ki tidak mampu menengok, akan tetapi dia masih dapat bicara walaupun, dengan kaku dan sukar,

Cepat ...

beritahu suhu ...

cepat...

sumoi diculik orang...

Sebagai pelayan suami isteri pendekar, pelayan itupun sudah tanggap dan dia segera lari mencari majikannya yang sedang sibuk mengatur orangorang yang sedang panen

Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Si Han Beng dan Bu Giok Cu ketika mendengar laporan pelayan itu bahwa Siong Ki berdiri seperti patung tak mampu bergerak dan mengatakan bahwa Hong Lan diculik orang

Mereka lalu berlari cepat, seperti berlomba pulang ke rumah

Semua petani terkejut dan kagum bukan main melihat suami isteri yang mereka kenal sebagai sepasang pendekar namun yang tak pernah mereka lihat kepandaiannya itu, kini berlari seperti terbang saja meninggalkan sawah

Baru sekarang mereka menyaksikan suami isteri itu memperlihatkan kepandaiannya yang luar biasa

Suami isteri itu tiba di pekarangan rumah mereka dan setelah Han Beng membebaskan totokan yang membuat muridnya tak mampu bergerak, Siong Ki cepat menunjuk ke bawah, di depannya

I a meninggalkan tulisan di situ.....

Han Beng dan Giok Cu cepat membaca tulisan itu

Huruf-hurufnya je las karena jari yang mencoret-coret di atas tanah itu menggunakan te naga sin-kang, sehingga tanah itu seperti dicoret dengan pensil baja saja

Suheng Si Han Beng

Engkau t el ah membuat aku berpis ah selamanya d ari orang yang kucinta

Aku akan membuat engkau berpis ah sementar a d ari anak y ang kau sayang

Aku b erhak menyayang d an disayang

Aku s ayang Hong Lan d an ingin menikmati hidup bers amanya

Setel ah beberapa tahun, aku akan mengembalikannya kepad amu

Suheng, jangan kejar kami, karena terpaks a aku akan membunuh Hong Lan, lalu membunuh diri sendiri, Kwa Bi Lan

Aih, anakku........!

Giok Cu menjadi pucat wajahnya setelah selesai membaca coretan tulisan di tanah itu

Aku harus mengejar iblis betina itu

..!

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar