Akan tetapi, dengan amat mudahnya Hong San mengelak dan sekali tangannya bergerak, dia telah menyentuh dada Liu Hwa secara kurang ajar sekali
I hhhh......!
Liu Hwa menjerit dan meloncat ke belakang
Wajahnya menjadi merah karena malu dan marah, akan tetapi iapun terkejut karena tahulah ia bahwa ia berhadapan dengan seorang lawan yang amat lihai
lapun menjadi nekat dan dengan ganas wanita itu memutar pedangnya melakukan penyerangan bertubi-tubi
Namun, semua serangan itu dapat dihindarkan dengan amat mudahnya oleh Hong San
Kalau pemuda ini menghendaki, dalam satu dua jurus saja tentu ia mampu merobohkan Liu Hwa
Akan tetapi watak pemuda ini memang aneh
I a ingin menjadi seperti seekor kucing mempermainkan tikus
Dia akan membekuk wanita ini setelah mempermainkannya
Ia hanya mengelak, menangkis sambil mencolek dagu, dada, mengelus pipi sambil tertawa, membuat Liu Hwa menjadi semakin marah dan nekat
Siong Ki melihat ini dengan alis berkerut
Hatinya kecewa
Wanita yang diangkatnya sebagai guru itu te rnyata tidak berdaya sama sekali melawan pemuda itu! Mempunyai guru se le mah itu sungguh tidak ada untungnya baginya
Can Hong San, jangan kurang ajar kau!
tibatiba te rdengar bentakan dan muncullah Lie Koan Tek yang langsung menyerang dengan rantai baja yang selalu dipakai sebagai ikat pinggang
Pendekar ini menanti Liu Hwa di luar pintu gerbang
Ketika pagi tadi dia tidak melihat Liu Hwa keluar dia lalu mencari-cari, menyusul ke tanah kuburan dan melihat bekas peralatan sembahyang
Ketika dia tidak menemukan lagi wanita itu di dusun, tahulah dia bahwa Liu Hwa tentu telah pergi meninggalkan dusun, meninggalkan dia melalui jalan lain
Dia cepat melakukan pengejaran dengan hati merasa aneh dan heran
Mengapa Liu Hwa meninggalkan dia
Andaikan tidak ingin bersamanya, setidaknya wanita itu akan memberi tahu kepadanya lebih dulu
Akhirnya dia menemukan Liu Hwa yang sedang dipermainkan oleh Hong San
Biarpun dia tahu bahwa Hong San amat lihai, melihat wanita yang telah menjatuhkan hatinya itu dipermainkan, dia menjadi marah dan langsung menyerang dengan rantai bajanya
Hong San meloncat ke belakang dan mencabut sulingnya
Ha-ha , Lie Koan Tek!
Engkau pengkhianat besar
Engkau hendak melindungi wanita yang kau larikan ini, ya
Bagus, aku memang sedang mencarimu untuk memberi hukuman atas nama Pangeran Cian Bu Ong!
Lie Koan Tek yang sudah nekat itu tidak menjawab melainkan segera menyerang dengan dahsyatnya
Liu Hwa tidak mau tinggal diam dan iapun membantu pendekar Siauw-lim-pai itu dengan pedangnya
Melihat ini, kembali Hong San te rtawa sambil memutar suling untuk menangkis kedua senjata pengeroyoknya
Ha ha, si penculik dan yang diculik saling bantu! Bagus, agaknya kalian sudah saling jatuh hati
Ha-ha-ha!
Dan sulingnya diputar sedemikian rupa sehingga amat merepotkan Lie Koan Tek
Apa lagi Liu Hwa
Setiap kali pedangnya berte mu suling, ia pasti terdorong dan te rhuyung
Untung baginya bahwa Hong San tidak ingin membunuh wanita ini, kalau demikian halnya, tentu ia sudah roboh dan tewas
Hong San hendak membunuh Lie Koan Tek akan tetapi ingin menangkap Poa Liu Hwa hidup-hidup
Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang sudah matang dalam pengalaman
Dia pernah diuji kepandaiannya melawan Hong San dan dia tahu betapa lihainya suling di tangan pemuda itu
Maka pengalamannya ketika dia bertanding melawan Hong San kini dia pergunakan untu k berjaga diri, tidak menuruti kemarahan hatinya sehingga dia dapat bertahan ketika Hong San mulai membalas dengan desakan sulingnya
Sementara itu, biarpun beberapa kali pedangnya hampir te rlepas dari tangannya yang kadang seperti lumpuh kalau pedang itu bertemu suling, Liu Hwa tidak pernah mundur dan dengan nekat ia membantu Lie Koan Tek tanpa memperdulikan lagi keselamatan dirinya sendiri
Ia merasa yakin bahwa Lie Koan Tek adalah seorang pendekar tulen, sedangkan pemuda yang bernama Can Hong San ini seorang penjahat yang berbahaya sekali
Kiranya Can Hong San ini yang memimpin penyerbuan te rhadap He k-houwpang itu dan kini ia pun ingat
Can Hong San inilah yang telah merobohkan dan membunuh suaminya, Kam Seng Hin! Maka iapun menyerang dengan mati-matian
Namun, kini Hong San juga sudah mencabut pedangnya
Dia mempergunakan pedang di tangan kanan dan suling di tangan kiri, dan desakandesakannya membuat Lie Koan Tek makin repot
Pada saat itu te rdengar bentakan nyaring,
Penjahat dari mana berani mengganggu paman Lie Koan Tek?
Dan muncullah seorang wanita muda yang usianya sekitar duapuluh empat tahun, wajahnya bulat berkulit putih, hidungnya mancung dan matanya tajam
Gerakannya ringan bukan main dan begitu muncul, ia telah menggerakkan sepasang pedangnya dan menyerang Hong San dengan cepat dan kuat! Hong San terkejut sekali
Dia menangkis dengan pedangnya sambil mengerahkan tenaga untuk membuat pedang kiri gadis itu patah atau te rpental
Akan tetapi, tangkisannya luput dan tubuh gadis itu sudah meloncat ke atas, bagaikan seekor burung rajawali ia sudah menyerang lagi dengan tubuh menukik ke arah Hong San!
Trang! Tranggg........!
Hong San menangkis dan te rpaksa melangkah ke belakang
Diam-diam gadis itupun terkejut karena tangkis an pemuda tampan itu membuat kedua tangannya terasa panas dan te rgetar hebat
Mengertilah ia mengapa pamannya, Lie Koan Tek pendekar Siauw-lim pai itu tadi te rdesak hebat, iapun turun dan menyerang lagi dengan dahsyatnya, membantu Lie Koan Tek dan Liu Hwa yang juga sudah menyerang lagi
Lie Koan Tek terheran-heran, tidak mengenal gadis yang menyebutnya paman itu
Akan te tapi dia tidak sempat banyak berpikir, hanya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk bersama gadis itu dan Liu Hwa mengeroyok Hong San
Ternyata kepandaian gadis yang baru datang itu hebat pula, bahkan tidak kalah dahsyatnya dibandingkan kepandaian Lie Koan Tek sendiri
Biarpun belum te ntu kalau dikeroyok tiga dia akan kalah, Hong San merasa tidak ada gunanya untuk berkelahi te rus
Gadis itu cukup lihai, dan kalau mereka itu nekat, diapun mungkin akan te rluka
Maka, setelah mendapatkan kesempatan, diapun meloncat jauh ke belakang dan melarikan diri dengan cepat
Gadis itu hendak mengejar sambil berseru,
Jangan lari !
akan tetapi Lie Koan Tek cepat mencegahnya
Nona, jangan kejar dia
Dia berbahaya!
Gadis itu tidak jadi mengejar
Iapun agaknya tahu bahwa seorang diri saja, ia bukanlah lawan pemuda tampan yang lihai tadi, maka iapun berhenti dan kini menghadap Lie Koan Tek sambil memberi hormat
Paman, bertahun-tahun saya mencari paman tanpa hasil
Sekarang, secara kebetulan kita dapat berte mu di sini!
katanya dengan nada suara girang
Nanti dulu, maafkan aku, nona
Akan tetapi, siapakah engkau?
Gadis itu memandang aneh
Paman Lie Koan Tek lupa kepada saya
Saya Bi Lan, paman, Kwa Bi Lan.
Bi Lan......
Ah, Bi Lan, kiranya engkau ini?
Lie Koan Tek memandang dengan wajah berseri dan girang
Tentu saja aku lupa
Engkau sudah begini dewasa dan ilmu kepandaianrau hebat sekali.
Aih, paman terlalu memujiku
Siapakah enci ini, paman?
tanya Bi Lan sambil menunjuk kepada Liu Hwa
I a
Ah, ia ini adalah isteri mendiang ketua Hekhouw-pang di dusun Ta-bun-cung
Panjang ceritanya, Bi Lan, dan......eh, engkau mencari siapakah, nyonya?
Koan Tek mengalihkan pembicaraannya kepada Liu Hwa yang nampak kebingungan dan mencari-cari dengan pandang matanya
Saya mencari Siong Ki! Di mana dia
Siong Ki......! Siong Ki, di mana engkau.......?
Siapa Siong Ki?
tanya Koan Tek heran
Dia muridku, anak laki-laki berusia enam tahun, putera dari suheng suamiku yang juga menjadi korban pembunuhan.....
Liu Hwa mencari-cari dan kini dibantu oleh Koan Tek dan diikuti pula oleh Bi Lan
Akan tetapi sia-sia saja usaha pencarian mereka
Siong Ki lenyap dan tidak meninggalkan je jak
Melihat Liu Hwa bingung dan khawatir, Koan Tek juga ikut merasa khawatir
Can Hong San itu jahat dan licik bukan main
Jangan-jangan dia yang menculik anak itu dan membawanya lari.
Liu Hwa mengerutkan alisnya mengingat-ingat, lalu menggeleng kepalanya
Kurasa tidak begitu
Agaknya anak itu memang.......sengaja hendak meninggalkan saya, tai hiap
Tadi, ketika pemuda itu muncul, sebelum tai-hiap datang pemuda itu menyebut-nyebut nama tai-hiap sebagai pembunuh ayah Siong Ki
Ole h karena itu,ketika tai-hiap datang dan membantuku, a gaknya dia lalu diam-diam pergi meninggalkan aku
Dia anak yang cerdik sekali, tai-hiap
Aku berte mu dengan dia di depan makam ayahnya dalam keadaan pingsan, lalu kuajak dia sebagai muridku.
Hemmm.......
Lie Koan Tek menggumam marah kepada Hong San
Hong San memang dapat melakukan kejahatan apa saja
Biar nanti aku yang membantumu mencari anak itu, nyonya
Sekarang perkenalkan, ini keponakanku bernama Bi Lan, pute ri dari enciku
Bi Lan, ini adalah nyonya.......
Namaku Poa Liu Hwa, adik Bi Lan
Terima kasih atas pertolonganmu tadi sehingga pemuda yang jahat sekali itu dapat diusir,
kata Liu Hwa
Aih, enci jangan terlalu sungkan
Aku hanya kebetulan lewat dan melihat enci dan paman didesak, maka aku te ntu saja segera membantu
Masih untung ada paman dan enci sendiri, kalau aku seorang diri harus melawannya, kurasa aku tidak akan mampu menang.
Akan tetapi kulihat ilmu kepandaianmu sudah maju pesat, Bi Lan, dan bukan sepenuhnya ilmu silat Siauw-lim-pai
Oya, bagaimana dengan ibumu
Sekarang di manakah ia tinggal?
Ditanya tentang ibunya, Bi Lan menarik napas panjang
Aih
paman
Ibu sudah meninggal lima tahun lebih yang lalu.
Ah, kasihan! Engkau menjadi yatim piatu....
Karena kematian ibu itulah aku lalu pergi mencarimu, paman
Aku hidup sebatangkara setelah ibu meninggal, dan satu-satunya keluarga hanyalah paman
Akan te tapi, sia-sia aku mencari paman.......
Tentu saja
Aku ditangkap pemerintah dan dipenjarakan, bagaimana engkau dapat menemukan aku
Lalu, bagaimana engkau sampai le wat di s ini
Ceritakanlah pengalamanmu, Bi Lan
Setelah itu, baru nanti kuceritakan semua pengalamanku dan tentang nyonya ini.
Mereka lalu memilih tempat yang te duh di bawah sebatang pohon besar di dalam hutan itu
Mereka duduk di atas batu dan Bi Lan menceritakan pengalamannya
Kwa Bi Lan adalah seorang gadis Siauw-lim-pai pula, pute ri tunggal dari kakak perempuan Lie Koan Tek
Ibunya seorang janda karena ayahnya sejak ia kecil telah meninggal dunia
Ketika ibunya meninggal dunia, Bi Lan menjadi sebatangkara
Ia lalu meninggalkan rumahnya, bahkan menjual semua miliknya dan mulai merantau mencari pamannya, satu-satunya keluarga yang ada
Namun, segala jerih payahnya sia-sia belaka karena ia tidak pernah berhasil menemukan pamannya yang menjadi buruan pemerintah karena Siauw-lim-pai dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah Kerajaan Sui yang ketika itu belum jatuh
Setelah hampir putus-asa mencarimu, paman, pada suatu hari aku hampir celaka menghadapi segerombolan perampok
Untung ada bintang penolong, yang kemudian menjadi guruku
Dia adalah Sin-tiauw Liu Bhok Ki.
Ah, dia seorang pendekar besar!