Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 25

Bab 25

Walaupun suaranya singkat pendek, begitu suara suitan itu berkumandang, maka berkatalah Jing-ling-cu: Ah, kiranya Li giam-ong To Hiat koh yang sudah lama tidak keluar dikangouw hari ini mendadak sudi hadir kemari, maafkan bila sebelumnya tak dilakukan penyambutan! A Siu pikir, kiranya wanita aneh inilah yang disebut si Ratu akherat To Hiat-koh yang ilmu silatnya masih diatas Sucinya, yaitu Ki Teng-nio.

Ia coba melirik Wi Ko.

Pemuda itu ternyata biasa saja, tetap dengan sikap yang ke-malas2an, si ratu akherat yang menggetarkan itu seperti tak dipandang mata olehnya.

Dalam pada itu, karena teguran Jing-ling-cu tadi, mendadak wanita itu menggeleng kepalanya, rambutnya yang kusut terurai itu lantas tergontai kebelakang.

Diluar dugaan wajahnya ternyata cantik ayu tampaknya juga belum terlalu tua, cuma saja bila dilihat dari sorot matanya yang tajam dapat diketahui pasti bukan orang dari aliran baik2.

Ia hanya mengerling sekejap kearah Jing-ling-cu, lalu menyahut: Hidung kerbau, pakai banyak adat apa segala! Aku hanya ingin tanya kau, apakah tadi ada seorang sastrawan rudin yang datang kemari, harap kau suruh keluar terima kematian! habis berkata, dia perdengarkan lagi suara ketawanya yang menyeramkan itu.

Hong san Koay Khek “

Eh, kiranya kedatangannya kemari hendak mencari kau, diam2 A Siu berkata pada Wi Ko ditempat sembunyinya itu.

Ya, sudah kuketahui ia akan datang kemari, herannya kenapa dia baru sekarang tiba, ujar Wi Ko tertawa.

Dalam pada itu baru Jing-ling-cu mengetahui maksud kedatangan To Hiat-koh itu, pikirnya, walaupun sastrawan she Wi itu barusan dikenal tapi sekali ia sudah hadir disini, sebagai tuan rumah aku harus konsekwen, aku menghadapi segala kemungkinan.

Maka sahutnya segera: Ah Li-giam-ong hendaknya suka menerima usulku ini karena berkumpulnya kami disini justru perlu persatuan sesama kita untuk menghadapi lawan tangguh, maka sebelum peristiwa itu berakhir haraplah Li-giam-ong kesampingkan dahulu percekcokan pribadi! Diam2 Wi Ko memuji akan sifat kesatria Jing-ling-cu itu, katanya pada A Siu: Jingling Totiang nyata tidak kecewa sebagai tokoh yang dikagumi orang Bu-lim! Sementara itu Tohiat-koh sudah berjingkrak karena sahutan Jing-ling-cu tadi, teriaknya sengit: Jing-ling-cu yang kutanya adalah sastrawan keparat itu, jika benar dia berada disini, kau akan menyerahkan dia tidak” Betapa sabarnya Jing-ling-cu, melihat kekerasan orang, dia menjadi gusar juga, sahutnya dingin: Hm, siapa yang sudah berada ditempatku ini, rasanya tidak mudah orang hendak berbuat se-wenang2 padanya! Walaupun aku tidak becus, sekalipun hancur lebur, demi kehormatan biarlah! Jing-ling-cu bukan seperti manusia pengecut! Karuan To Hiat-koh berjingkrak murka oleh tantangannya itu, rambutnya yang terurai itu se-akan2 mengak, jari tangannya yang merah darah itu, sudah lantas diangkat hingga ruas tulangnya bunyi kertikan, segera dia hendak menyerang.

Tahan dulu! tiba-tiba terdengar seruan orang, tahu2 bayangan orang berkelebat, ditengah kalangan itu sudah bertambah seorang, dia bukan lain, adalah Wi Ko.

Keparat, akhirnya kau keluar juga! bentak To Hiat-koh terus mencengkeram dengan jari tangannya yang sudah diangkat tadi.

Cengkeraman jari yang dilontarkan To Hiat koh itu terkenal dengan nama Kaubeng-jiu atau cakar pencabut nyawa yaitu sesuai pula dengan julukannya sebagai ratu akherat.

Kuku jari itu tampaknya putih bersih, tapi sebenarnya sudah direndam air Hong san Koay Khek “

berbisa, sekali kena terpukul, racunnya meresap kedalam badan, tanpa keluar darah seketika orangnya terbinasa.

Akan tetapi dengan gesit sekali Wi Ko sudah menghindarkan cengkeraman itu.

Sedang Jing-ling-cu terus berseru : To Hiat-koh, betapapun besarnya urusan, Ciok-yonghong ini adalah kediaman Jing-ling-cu, mana boleh orang berlaku sewenang-wenang didepan mata hidungnya.

To Hiat-koh tertawa dingin, tapi demi dilihatnya dipihak orang begitu banyak jumlahnya, ia pikir gelagat tidak menguntungkan, maka jawabnya : Apa kira aku jeri terhadap hidung kerbau macammu “ Katakanlah apa kau minta satu lawan satu, atau hendak maju berbareng “ Jing-ling totiang, seru Wi Ko sebelum Jing-ling-cu menjawab orang, sembelih ayam tak perlu pakai golok, bagi perempuan bawel macam dia, tak perlu totiang capekan diri ! To Hiat-koh menjadi murka dikatakan perempuan bawel, tanpa bicara lagi ia mencengkeram lagi kearah punggung Wi Ko yang rada mungkur itu.

Serangan itu cepat lagi tanpa suara, pula dilakukan diluar dugaan Wi Ko, semua orang ikut terkejut dan menyangka pasti sastrawan itu bakal celaka, untuk menolongnya juga tak keburu lagi.

Siapa nyana, seenaknya saja Wi Ko melangkah maju, maka cengkeraman To Hiat Ko itu luput mengenai sasaran, sekalipun demikian baju Wi Ko sobek juga sebagian.

Sungguh hebat, memang Kau-beng-jiau tidaklah tersohor kosong ! seru Wi Ko.

Diam2 To Hiat-koh sangat terkejut, serangan kilat dan ganas yang diandalkan itu, dengan enteng dapat dihindarkan oleh orang.

Keparat, siapa kau sebenarnya, kenapa mencuri gentaku “ bentaknya kemudian.

Siapa diriku, rasanya tiada perlu kau tahu.

sahut Wi Ko dengan mata berkilat2.

Sedang untuk apa aku mencuri gentamu, kau sendiri cukup tahu ! Kata2nya itu diucapkan dengan tenang dan biasa saja, tapi bagi pendengaran To Hiat-koh, kata itu se-akan2 guntur disiang bolong.

Tangan yang sudah diangkat yang hendak menyerang pula seketika terhenti diudara, sedang wajah yang cantik penuh nafsu pembunuh itu, seketika pun lenyap dan berobah hebat.

Hong san Koay Khek “

Semua orang menjadi heran, mengapa kata-kata Wi Ko tadi, telah bikin iblis perempuan itu sedemikian terkejutnya.

Apakah mungkin siapa gerangan Wi Ko itu dapat diketahuinya, atau gurunya yang disegani “ Siapa gurunya, apa mungkin Ki Go-thian yang bergelar Tok-po-kian kun itu “ Akan tetapi dugaan mereka itu telah tersangkal oleh seruan To-Hiat-ko sesudah tertegun sejenak: Jadi .

jadi kau sudah mengetahui manfaat Tui-hun-kim-ceng (genta pembunuh nyawa)” lagu suaranya itu lemas lesu, seakan-akan rahasia yang disekamnya sekian lama mendadak kena dibongkar orang.

Dalam pada itu Wi Ko hanya tersenyum tawar saja sambil mengangguk.

Darimana kau mengetahui “ teriak To Hiat-koh pula dengan suaranya yang tajam melengking.

Nyata gusarnya sudah memuncak.

Kalau ingin orang tidak tahu, kecuali diri tidak berbuat! ujar Wi Ko tertawa.

Apakah ada sesuatu dijagat ini dapat membohongi orang selamanya “ Rupanya hati To Hiat-koh tergoncang luar biasa, kembali ia melangkah maju dan membentak lagi: Kecuali kau siapa lagi yang mengetahui” Hahaha, langit mengetahui, bumi mengetahui, kau tahu dan akupun tahu, apa masih kurang “ sahut Wi Ko bergelak tertawa.

Baik dan untuk selanjutnya hanya langit tahu, bumi tahu, dan aku yang tahu ! seru To Hiat-koh.

Berbareng itu, jarinya yang merah membara itu terus mencengkeram kebatok kepalanya Wi Ko.

Ternyata sekali ini Wi Ko tak berkelit lagi, tapi mengebas lengan bajunya yang besar longgar itu keatas, hingga tangan To-Hiat-koh terlibat.

Maka terasalah To Hiat koh semacam tenaga maha besar merintangi cengkeramannya itu, tanpa pikir lagi kelima jari tangannya yang lain terus menjojoh kedepan pula mengarah lambung lawan.

Serangan ini sangat ganas sekali, asal sedikit tubuh Wi Ko kena kuku jarinya, seketika air racun akan meresap kedalam darah, kecuali obat pemunah To Hiat-koh sendiri, sekalipun malaikat dewata juga tak sanggup untuk mengobatinya.

Siapa tahu sebelah lengan baju Wi Ko tiba-tiba mengibas juga keatas, melibat tangan To Hiat-koh sembari melindungi badan sendiri.

Tahu akan betapa tenaga dalam lawannya itu, asal kedua tangannya itu semua terlibat oleh lengan baju orang mungkin Hong san Koay Khek “

susah lepaskan diri lagi, maka sekuatnya To Hiat-koh menyampok kesamping, berbareng kakinya menutul terus membetot kebelakang.

Walaupun begitu tidak kuranglah terdengar suara krak, krak, krak tiga kali, To Hiatkoh sempat melompat mundur kebelakang tapi tiga kuku jarinya telah patah tertinggal dilibatan lengan baju Wi Ko.

Keruan To Hiat-koh terkejut dan berdiri terpaku ditempatnya dengan wajah pucat.

To Hiat koh, jengek Wi Ko dengan tertawa dingin, masih mujur bagimu, hanya kuku jarimu yang tercabut, belum lagi pergelangan tanganmu patah.

Gentamu berada disini, apa kau masih menginginkannya “ To Hiat-koh benar-benar mati kutu, sungguh tak diduga bahwa lawan semuda itu sudah memiliki kepandaian sedemikian tingginya, kalau pertandingan diteruskan, rasanya tak menguntungkan, maka jawaban sambil berkekeh-kekeh : Baik, genta boleh kau tahan, lihatlah apa yang bisa kau lakukan ! Habis berkata, sekali tubuhnya melesat, secepat kilat orangnya sudah berada belasan tombak jauhnya dan sekejap pula menghilang dibalik tebing sana, hanya ketinggalan suara tertawa yang tajam melengking.

Begitu To Hiat-koh angkat kaki, mendadak wajah Wi Ko berubah, ia berpaling kearah Jing-ling-cu terus menanya : Jing-ling Totiang undanganmu pada seluruh jago Bu-lim ini bukankah tujuannya hendak mengenali manusia aneh yang kau ketemukan dipegunungan sini itu “ Kecuali itu apakah Wi-heng tahu ada tujuan lain” tiba2 Li Pong menyela.

Nyata dengan pertanyaan ini, Li Pong bermaksud akan memancing asal-usul dari orang, apa mungkin ada hubungannya dengan Ki Go-thian.

Siapa tahu, tiba2 Wi Ko mengerut alis dan menyemprot; Tujuan apalagi, aku tidak pusing, aku hanya ingin menanya Jing-ling Totiang, apakah orang aneh itu kini berada disini” Betapa tinggi kedudukannya dan nama Li Pong dihormati dikalangan persilatan, belum pernah ia disemprot orang dihadapan umum, apa lagi orang muda seperti Wi Ko, karuan semua orang merasa orang she Wi itu rada kelewatan.

Hong san Koay Khek “

Benar juga mendadak lelaki jelek alias Hwe Tek yang berada disamping Li Pong itu, lantas tampil kemuka sambil ter-kekeh2 aneh, katanya dingin: Hehe, selamanya justru aku paling suka pusing urusan orang lain, entah saudara mau apakah dariku” Tertegun juga Wi Ko oleh sikap Hwe Tek itu, tapi segera katanya: Apa maksudmu ini” O, apa barangkali kau anggap kata-kataku kepada Liheng tadi rada kasar, bukan” Emangnya apa kau kira halus” sahut Hwe Tek.

Jika tahu salah, seorang kesatria harus berani mengaku keliru.

Mendengar perdebatan itu, Li Pong dan Jing ling-cu merasa keadaan bakal runyam, kedua orang itu pasti segera akan saling gebrak.

Diluar dugaan, mendadak Wi Ko terus berpaling kearah Li Pong sambil membungkuk badan katanya: Ya, memang kata-kataku tadi kurang pantas, harap Liokhap-tong-cu jangan ambil marah! ternyata apa yang dikehendaki Hwe Tek itu telah diturutnya dengan baik.

Padahal terjadinya percekcokan dikalangan Bu-lim pada umumnya biasanya disebabkan menjaga muka saja, kalau semua orang mau berlaku jujur seperti Wi Ko, tentu segala percekcokan dapat dilenyapkan.

Li Pong sendiri menjadi likat melihat kejujuran Wi Ko itu, lekas-lekas ia membalas hormat dan berkata: Ah, kenapa Wi-heng bersungguh-sungguh.

Permintaan maafku kepada Liok-hap-tongcu adalah timbul dari hatiku sendiri.

tiba2 Wi Ko berkata kepada Hwe Tek.

Tapi, jangan kau kira aku kena kau gertak, lalu turut perintahmu “ Hm, walaupun asal usulmu sangat disegani, kalau ada kesempatan aku justru ingin belajar kenal padamu ! Hwe Tek menjadi gusar, tapi belum juga buka suara, se-konyong2 Wi Ko berseru : Celaka.

berbareng orangnya terus melesat pergi, hanya beberapa kali lompatan, orangnya sudah lenyap ditempat gelap.

Sungguh aneh orang she Wi ini, tapi apa yang dia maksudkan celaka tadi “ Ujar Li Pong tak mengerti.

Semua orang ter-heran2 juga macam2 dugaan dan tafsiran mereka, tapi tiada satupun pendapat mereka yang masuk diakal, sampai merekapun pada bubar kembali kepondoknya sendiri-sendiri untuk mengaso.

Hanya ketinggalan Si A Siu saja seorang diri masih termenung-menung diatas batu yang besar itu.

Hong san Koay Khek “

Kembali bercerita tentang Jun-yan yang kembali masuk gua untuk mencari kalaukalau ada sesuatu tanda lain mengenai diri si orang aneh itu.

Gua itu terlalu gelap, walaupun dengan gemilang pedangnya Tun-kau-kiam, lapat2 jalanan gua itu masih dikenali, tapi hendak melihat jelas keadaan disitu terang tidak mungkin.

Ia hendak menyalakan api, tapi angin meniup santar diduga itu, tentu akan tersirap.

Tiba2 ia berpikiran lain, ia mundur kembali dan mendapatkan dua batang kayu, ia nyalakan dulu hingga berupa suatu obor besar, karena besarnya obor, tidaklah mudah sirap tertiup angin, dengan penerangan obor itu, dapatlah dilihatnya didalam gua itu penuh tumbuh macam-macam lumut dan jamur yang beraneka warnanya, malahan batu dinding gua itu macam2 bentuknya sampai jauh gua itu dimasukinya tapi tiada suatu tanda yang mencurigakan.

Sampai akhir ia tertarik oleh suatu tempat yang terdapat segundukan rumput kering yang sudah apak, karena lembabnya gua rumput kering itu sampai tumbuh jamurnya.

Dinding di samping rumput kering itu tiba2 tertampak banyak goresan tulisan yang serupa, yaitu kesana kemari melulu dua huruf saja, Jing-kin.

Jun-yan menduga tempat ini tentu dahulu digunakan manusia aneh itu sebagai kediamannya.

Ia coba menggunakan Tun-kau kiam untuk menjingkap rumput kering itu, diluar dugaan tiba-tiba pandangannya menjadi silau oleh sesuatu benda putih didalam rumput itu.

Waktu Jun-yan menegasi, kiranya itu adalah sebuah mutiara sebesar biji lengkeng, malah mutiara itu malah masih terdapat sebagian rantai emas yang sudah putus.

Cepat Jun-yan menjemputnya, tapi segera hatinya tergerak, ia merasa mutiara ini mirip benar dengan mutiara yang dipakai A Siu itu, keduanya sama-sama bersinar hingga bercahaya terang ditempat gelap, tanpa pikir ia masukkan mutiara itu kedalam bajunya lalu meneruskan pemeriksaannya dirumput itu, tapi tiada lagi yang diketemukan.

Yang ada hanya bau apak dari rumput kering yang sudah membusuk itu.

Dalam pada itu obor ditangannya sudah terbakar lebih separoh, kuatir obor itu mati sirap, Junyan tak berani tinggal disitu lama, segera ia bermaksud keluar kembali dari gua itu.

Tapi tidak seberapa jauh ia melangkah, sekonyong-konyong ia berhenti lagi, entah mengapa selalu ia rasa ada yang menguntit dibelakangnya, persis seperti dahulu ia dikuntit si orang aneh itu.

Ia pikir, jangan-jangan orang aneh itu telah kembali, ia menjadi girang, cepat ia berpaling dan serunya : He, sobat aneh apa..

Hong san Koay Khek “

Akan tetapi belum lanjut parkataannya atau sesuatu tenaga yang maha besar sudah menyambar kemukanya.

Dalam keadaan tak berjaga-jaga, baiknya Jun-yan sudah makan empedu dari katak berwajah manusia didaerah Biau, Lwekangnya sudah jauh maju, cepat ia pinjam sambetan angin pukulan itu untuk ikut tergontai mundur ke luar.

Sekilas obornya memanjang terang, tetapi sekejap lantas padam oleh angin pukulan tadi.

Walaupun belum jelas apa yang terjadi, dan ilmu silat yang menyerang tinggi sekali.

Tak berani gegabah lagi, segera Tun-kau-kiam diputarnya untuk melindungi tubuhnya.

Siapa tahu, diantaranya sinar pedangnya yang rapat gemilapan itu, tahu-tahu sebuah tangan menerobos masuk mencengkeram dadanya.

Sungguh terkejut Jun-yan tidak kepalang, lekas-lekas ia balikkan pedangnya memotong ke bawah, dari sinarnya pedang yang terang itu sekilas dapat pula dilihatnya sebuah wajah yang aneh dan jelek luar biasa lagi berhadapan dengan dirinya.

Siapa lagi dia kalau bukan manusia aneh yang diduga Jun-yan dan selalu mengintil padanya itu.

Sama sekali tak tersangka oleh Jun-yan bahwa manusia aneh yang begitu menurut dan membela mati2an padanya, kini bisa mendadak menyerangnya malah.

Ia menjadi tertegun sejenak, dalam pada itu tangan si orang aneh sudah membalik pula hendak mencengkeram pundaknya, lihat serangan orang bukan pura2 belaka, Jun-yan terkejut, sukur dia masih sempat mengegos, hanya bajunya tersobek sebagian dan karena itu mutiara yang tersimpan dibajunya terjatuh ke tanah.

Mendengar suara jatuh benda itu tiba2 orang aneh itu merandek, dia menjemput mutiara itu, kesempatan ini telah digunakan Jun-yan untuk melompat mundur sejauh lebih setombak.

Ketika ia pandang orang aneh itu, ternyata mutiara itu lagi diciumnya dengan bibirnya yang sumbing itu.

Tidak lama orang aneh itu mendongak pula sambil mengeluarkan suara uh, uh, tak lampias, lalu kepalanya miring seperti lagi mendengar sesuatu.

Jun-yan tahu tentu orang sedang mendengarkan suara dimana dirinya berada, syukurlah sekarang dirinya sudah setombak lebih jauhnya dari orang aneh itu.

Perlahan2 ia coba menggeser lebih jauh.

Diluar dugaan sedikit dia bergerak, secepat kilat orang aneh itu menubruk maju lagi.

Hong san Koay Khek “

Belum dekat orangnya, angin pukulannya sudah membentur Jun-yan hingga badannya tertumbuk dinding gua, sampai tulang punggungnya terasa sakit sekali.

Lekas2 Jun-yan berdiam, sampai bernapas pun tak berani, kuatir didengar lagi oleh orang aneh itu.

Ia tahu pengliatan orang aneh itu sudah tidak ada, tapi pendengarannya justru tajam luar biasa, sedikit ia bersuara, segera akan diserang pula.

Benar juga untuk sesaat orang aneh itu kelihatan berdiri bingung sambil mendengarkan lagi.

Tapi sampai sekian lamanya, ia tidak mendengar apa2, ia bersuara Uh, uh lagi seperti tadi sambil menyeringai seram dengan bibirnya yang sumbing itu.

Untuk beberapa saat mereka sama2 berdiri diam, yang satu lagi pasang kuping hendak mencari sasarannya, yang lain menahan napas kuatir diterkam.

Sedang Junyan heran mengapa manusia aneh itu bisa berubah sikap terhadap dirinya, tiba2 ia menjadi sadar.

Yah, karena mata orang tak bisa melihat, hanya berdasarkan suara saja, padahal kini dia dalam penyamaran, suaranya juga sudah dibikin serak dengan obatobatan sedikitnya juga harus belasan hari baru bisa pulih kembali.

Dengan sendirinya orang aneh itu sama sekali tidak tahu lagi berhadapan dengan siapa.

Tapi sebab apakah suaranya begitu menarik perhatian orang aneh itu” Padahal merasa dirinya tak ada sangkut paut apa-apa dengan dia” Segera teringat olehnya orang aneh itu suka menuliskan huruf Jing-kin .

Apakah itu nama seorang wanita, yang suaranya mirip benar dengan dirinya.

Lalu apa hubungannya Jing-kin itu dengan si orang aneh” Makin dipikir semakin ruwet.

Selagi bingung harinya, tiba-tiba orang aneh itu melangkah setindak lagi kearahnya.

Sedapat mungkin Jun-yan berdiam diri dengan perasaan tegang, walaupun insaf keadaan begitu tidak bisa didiamkan terus.

Dalam keadaan genting itu, ia menjadi teringat pada tulisan dimulut lembah itu, diam-diam hatinya berdebar-debar, nyata keadaan sekarang bukankah akan terbukti dengan tulisan itu.

Dalam keadaan bingung dan sudah kepepet Jun-yan menjadi nekad, tiba-tiba dilihatnya orang aneh itu sudah melangkah maju dua tindak pula.

Segera ia angkat tangannya pelan-pelan, pedangnya siap untuk ditimpukkan ke arah orang aneh, tapi baru tangannya bergerak sekonyong-konyong orang itu terus menubruk maju, cring , Hong san Koay Khek “

tahu-tahu pedangnya terjentik jauh, berbareng suatu tenaga raksasa seakan-akan menindih keatas kepalanya.

Sungguh tak kepalang kagetnya Jun-yan, Tamatlah riwayatku ! keluhnya.

Pada saat yang menentukan itu, sekilas pikirannya tergerak, tiba-tiba ia berteriak Jing-kin''.

Dan sungguh heran, tahu-tahu tenaga raksasa yang mengurung ke atas kepalanya tadi mendadak lenyap tanpa bekas, sedang tangannya orang aneh itu masih bergaya hendak mencengkeram, tapi berdiri ditempatnya seperti patung, hanya dari tenggorokannya terdengar mengeluarkan Krok-krok yang menyeramkan dan mengharukan itu.

Walaupun barusan jiwanya hampir melayang dibawah cengkeraman maut orang aneh itu tapi kini Jun-yan berbalik merasa kasihan padanya.

Jun-yan tahu kesempatan baik untuk meloloskan diri segera ia mendak kebawah.

terus melompat keluar sejauh lebih setombak, ketika menoleh, terlihat orang aneh itu masih menjubleg terkesima ditempatnya.

Cepatan saja Jun yan melompat lebih jauh sesudah jemput kembali pedangnya lalu dengan jalan mungkur ia keluar dari situ untuk menjaga kalau si orang aneh itu mengubernya lagi, sungguh sama sekali tak diduga bahwa karena teriakan Jing-kin , lalu jiwanya bisa diselamatkan.

Maka lambat laun ia telah mundur sampai di mulut gua tadi, ia dengar orang aneh itu masih mengeluarkan suara uh uh yang tak lampias.

Diam2 Jun-yan merasa lega, andaikan sekarang orang aneh itu hendak mengubernya, rasanya ia tidak kuatir lagi.

Akhirnya ia dapat keluar dari gua itu dengan selamat, dan sampailah dilembah kematian tadi, dan baru saja ia hendak melintasi lembah itu, tiba-tiba didengarnya tertawanya dingin orang yang seram, menyusul suara seorang yang kaku terdengar berkumandang: Inilah Lembah Kematian, bisa masuk tak bisa keluar! Jun-yan terperanjat oleh suara itu, terang itulah suara orang seperti orang membaca huruf2 dimulut lembah sana.

Pada saat itu suara uh uh si orang aneh terdengar mendekat juga, hanya sekejap orangnya tertampak sudah keluar dari gua tadi, dan sesudah tertegun sejenak, sekonyong2 memburu kearah Jun-yan, Tentu saja gadis itu gugup, cepat Tun-kau kiam diputarnya untuk menjaga diri.

Namun justru suara gerakan pedangnya itulah telah memancing si orang aneh menubruk lagi padanya.

Hong san Koay Khek “

Tatkala itu ujung pedangnya Jun-yan tepat lagi ditusukkan, maka tubrukan si orang aneh itu seakan-akan sengaja memapak serangan.

Sama sekali tak diduga Jun-yan bahwa orang aneh itu tidak berusaha berkelit, tapi masih terus menyelonong maju.

Dengan Lwekang Jun yan yang masih belum cukup sempurna, untuk menarik senjata yang sudah ditusukkan ia sebenarnya tidaklah mudah.

Syukurlah dia cukup cerdik, lekas-lekas tangannya menarik ke samping hingga ujung pedangnya sedikit menceng, namun begitu sret , leher orang aneh itu toh tergores luka, darah segarpun mengucur.

Untuk sejenak orang aneh itu tertegun, cepat Jun-yan melompat kesamping lagi, apabila dilihatnya darah mengucur dari leher orang, diam-diam ia merasa kasihan lagi, walaupun dengan muka orang yang sudah jelek itu, bertambah lagi sebuah luka toh tidak akan mempengaruhi mukanya yang tetap jelek.

Dan selagi orang aneh itu bersuara uh uhan lagi dan bersiap-siap hendak menyerang pula, tiba-tiba dari mulut lembah sana berkumandang suara seorang wanita yang lemah lembut penuh manis madu, suara itu terang suara orang tua, tetapi nadanya yang lemah lembut itu tidak bisa dibandingi oleh gadis remaja maupun yang baru menginjak lautan asmara.

Kata suara itu; oh, engko yang baik, apakah kau terluka “ Berdiamlah, jangan bergerak ! Jun-yan menjadi heran dan terkesiap, pikirnya : Ah, kiranya ditempat ini masih ada orang lain lagi! Dalam pada itu tiba2 terasa ada angin santar menyambar dari belakang.

Lekas2 ia menghindar kesamping, tahu-tahu sesosok bayangan orang telah melayang lewat ke-arah si orang aneh dengan kecepatan luar biasa.

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar