Bab 20
Ngo-seng, tiba-tiba suara ke-malas2an menyela dari dalam rumah, kenapa kau berani main gila didepan rumahku dengan kata2mu yang kotor tadi” Apakah memangnya kau sudah bosan hidup” Dengan membungkuk2 Ngo-seng mengia belaka.
Melihat macam orang yang lucu karena masih meringis kesakitan itu, Jun-yan tertawa geli.
Karena Ngo-seng gemas dan mendongkol, ia pelototi dara nakal itu dengan sengit.
Ngo-seng, terdengar orang didalam gubuk berkata pula, Mengingat hormatmu kepadaku, kesalahanmu itu biarlah kuampuni.
Tapi budak yang membawa Tun-kau-kiam tadi, mana dia, suruh masuk minta ampun padaku ! Jun-yan melangkah, tadi ia hanya melangkah masuk terus terdesak mundur keluar hanya sekejap itu, siapa orangnya didalam saja ia tak jelas melihatnya.
Tapi orang itu sekilas saja sudah dapat mengetahui dia membawa pedang yang dihunusnya adalah Tun-kau-kiam, sungguh tajam amat matanya “ Hong san Koay Khek “
Sementara itu Ngo-seng tampak berseri-seri, ia melirik ngejek Jun-yan sekejap, lalu katanya pula: Ya, Ki-locianpwe.
Malahan dia masih punya seorang kawan budak lainnya.
Keduanya suruh masuk semua, kata orang didalam itu tanpa pikir.
Lagu suaranya angkuh seakan-akan dunia ini dia kuasa.
Ngo-seng menjadi senang, dengan mengejek ia berkata pada Jun-yan berdua: Nah, kalian dengar tidak” Ki-locianpwe suruh kalian masuk minta ampun padanya.
A Siu menjadi sangsi, Enci Jun-yan, siapakah Ki-locianpwe itu kenapa kita disalahkan” Cis, buat apa kita peduli, sahut Jun-yan penasaran.
Siapa kenal orang she Ki ini manusia macam apa “ Peduli ! Kata2 Jun-yan itu diucapkan dengan keras, maka Ngo-seng juga mendengar dengan jelas, wajahnya berubah hebat dan bingung, tapi segera ia bergirang pula.
Sebaliknya Jun-yan telah menuding sambil membentak lagi: Thauto keparat, kau mau maju kemari atau tunggu aku iris lidahmu yang kotor itu dan..
Sampai disitu, suara yang ke-malas2an didalam gubuk tadi menyela lagi : Bocah dara, kau murid siapakah, ha “ Besar amat nyalimu “ Walaupun nakal, tapi Jun-yan juga mengerti bahwa orang didalam gubuk itu pasti bukan orang sembarangan.
Tiba2 hatinya tergerak, ia pikir gunakan nama gurunya untuk menggertak maka dengan tegak leher sahutnya : Kau tanya nama guruku “ Hm, mungkin kau akan mati kaget bila kukatakan ! Dia orang tua she Jiau, namanya Pekking, orang menjulukinya Thong-thian-sin-mo ! Nah, apa abamu sekarang “ sembari berkata ia bertolak pinggang dengan lagak nyonya besar.
Mendadak orang didalam gubuk itu tertawa tawar.
Aha, kukira siapa, tahunya murid ajaran siauw-Jiauw ! Pantas licin dan belut seperti sang guru.
Nah, tidak lekas masuk terima hukuman, apa kau minta aku keluar malah “ Jun-yan terkejut, tapi orang ini berani menyebutnya siau-Jiau atau Jiau sikecil, suatu tanda derajat angkatannya masih diatas gurunya.
Untuk sesaat, ia terpengaruh oleh perbawa orang.
Dasar gadis lincah yang tak kenal tingginya langit dan tebalnya bumi, segera ia berpendapat jangan2 orang menggertak saja, persetan orang macam apa” Kontan saja Hong san Koay Khek “
dia menjawab: Eh, kau she Ki bukan” Ya tahulah aku, bukankah kau adalah siau-Ki yang tercantum didalam kamus Kang-ouw itu” Melihat kau suka kasak-kusuk dengan Thauto keparat itu, tentu kau pun bukan manusia baik2.
Hayo, lekus kau menggelinding keluar.
Tapi baru saja ucapannya habis, se-konyong2 suara gelak tawa bergema dari dalam gubuk, suara ini keras tajam menggetar sukma, jauh berbeda dengan suara kemalas2an tadi.
Terkejut sekali Jun-yan begitu pula A Siu terkesiap oleh tenaga lwekang itu.
Pada saat itulah tiba2 dua suara keras krak-krak berjangkit disamping mereka, dua pohon bambu besar telah patah tertimpuk dua batu kecil yang menyambar keluar dari gubuk itu.
Menyusul suara orang didalam itu berkata: Budak bernyali besar nah sekarang sudah kenal lihayku belum” Apa tidak lekas masuk kemari” A Siu lebih baik kita angkat kaki saja, bisik Jun-yan kepada kawannya demi nampak gelagat tidak menguntungkan.
Sudah tentu A Siu hanya menurut saja, maka cepat mereka terus melompat kerimba bambu sana, diluar dugaan, baru mereka tiba didepan rimba bambu itu, tahu2 beberapa bintik sinar berkelebat mendahului mereka disusul dengan suara gemuruh robohnya beberapa pohon bambu merintang didepan, malahan suara orang didalam gubuk itu berkata lagi: Jangan coba lari, dara bandel, tidak lekas kembali “ Melihat betapa hebat tenaga jari orang itu hanya beberapa batu kerikil sudah mematahkan pohon bambu, bila dia mau mencelakai mereka sesungguhnya seperti membaliki tangannya sendiri.
Maka sesudah ragu2 sejenak, segera Jun-yan mendengus dengan dada membusung ia mendahului kembali kearah gubuk tadi sambil berkata: Mari A Siu, masakan kita takut kepada segala manusia” Hayo, dia minta masuk kegubuknya, marilah kita masuk saja, masakan dia sanggup telan kita “ Habis itu, dengan langkah lebar ia menuju kegubuk itu dan tanpa permisi terus menerobos kedalam.
Maka terlihatlah ruangan gubuk itu terawat rapih bersih, disebuah kursi malas buatan bambu berduduk seorang berbaju hitam lagi asyik membaca dibawah sinar pelita.
Mengetahui masuknya Jun-yan, tanpa menoleh, dengan nada kemalas2an tadi ia berkata : Sekarang kau baru mau kemari bukan “ Hendaklah kau ketahui peraturanku, siapa yang berani membangkang perintahku, maka hukumannya akan ditambah sekali lipat.
Waktu Jun-yan menoleh ia lihat A Siu sudah ikut masuk, hatinya menjadi besar.
Ketika ia mengamat2i orang itu, walaupun sedang menunduk membaca, hingga Hong san Koay Khek “
wajahnya tidak jelas kelihatan, tetapi usianya ditaksir takkan lebih setengah abad, terutama mengingat rambutnya yang masih hitam mengkilap.
Dengan lagak angkuh orang itu masih duduk ditempatnya tanpa sesuatu yang aneh, kembali timbul pandang rendah pada hatinya Jun yan, ia menyesal tadi kenapa mesti lari kena digertak orang, jika orang ini ada hubungannya dengan Ngo-seng Thauto tentunya juga bukan manusia baik” Karena itu sesudah memberi isyarat kepada A Siu, sahutnya : lantas cara bagaimana kau akan menjatuhkan hukuman” Diatas saka situ ada gelang rantai, masukkanlah tanganmu sendiri dan suruh kawanmu ambil cambuk dilantai itu dan pecutkan tiga puluh kali, tidak boleh kasih ampun ! kata orang itu tetap menunduk.
Waktu Jun-yan mendongak, benar juga diatas saka sana ada gelang besi dan dilantai terdapat seutas pecut panjang hitam.
Baiklah, sahutnya tanpa pikir.
Mendadak ia terus meloncat keatas.
Tapi bukannya masukan tangannya kedalam gelang besi itu seperti yang diminta, tapi terus lolos pedangnya Tun-kau-kiam dan mengayun dua kali, terdengarlah suara creng-creng kedua gelang besi Itu sudah terpapas putus semua.
Bahkan ketika tubuhnya menurun, tiba2 pedangnya membalik, dengan gerak tipu hoat-hun-ji-goat atau menyingkap awan mengarah rembulan, ujung senjatanya itu terus menikam keatas buku yang dipegangi orang itu dengan maksud membikin kaget padanya.
Rupanya orang itu masih tidak berasa akan serangan itu, maka bles , buku yang dipegang itu tahu2 tertembus tusukan pedang, sungguh diluar dugaan Jun-yan bahwa serangannya bisa berhasil begitu mudah, dan lagi ia hendak congkel pedangnya agar buku orang terpental, se-konyong2 terasa pedangnya se-akan2 melengket pada sesuatu tenaga dan susah ditarik kembali.
Waktu ia dorong sekalian kedepan, ternyata pedangnya seperti menancap dibatu saja susah digoyah.
Dan selagi Jun-yan kaget dan bingung itulah orang itu telah geser bukunya sambil berpaling, kiranya sebabnya senjata Jun-yan itu tak bisa bergerak adalah disebabkan batang pedangnya kena dijepit oleh dua jari tangan orang itu.
Kini wajah orangpun dapat dilihat Jun-yan dengan jelas, benar umurnya antara lima puluhan saja wajahnya cakap gagah, matanya bersinar, alisnya tebal, sambil memandang Jun-yan, mulutnya mengulum senyum, nyata ia tidak bergusar pada si gadis yang sembrono.
Hong san Koay Khek “
Mendadak orang itu bergelak ketawa, tangannya yang menjepit pedang itu sedikit diangkat keatas, terasalah oleh Jun-yan suatu tenaga maha besar menumbuk ketubuhnya, tanpa kuasa pedangnya dilepaskannya, sedang tubuhnya terus mencelat menyundul atap rumah, kuatir kalau turun kembali akan dipermainkan orang lagi, tanpa pikir Jun-yan rangkul belandar diatas itu.
Diluar dugaan, tak-tak dua suara berjangkit dan pergelangan tangannya yang merangkul belandar itu terasa kencang seperti dijepit sesuatu.
Apabila ia menegasi, ia menjadi kaget, kiranya yang menjepit tangannya itu adalah kedua belahan gelang besi yang dipapas olehnya tadi, kini setengah gelang besi itu ambles kedalam belandar hingga kedua tangannya seperti terpaku dan badannya ter-katung2.
Waktu ia memandang kebawah, orang tadi masih acuh tak acuh membaca bukunya.
Kau dara ini tampaknya lebih mendingan, kata orang itu kemudian kepada A Siu, tadi aku hanya mau hajar dia tiga puluh kali cambukan, tapi ia berani membangkang, kini hukuman harus ditambah sekali lipat menjadi enam puluh cambukan.
Nah lekas kau mulai, sembari berkata, iapun letakan Tun-kau-kiam yang dijepitnya dari Jun-yan itu keatas meja lalu membaca bukunya lagi.
Ketika menyaksikan Jun-yan tahu2 mencelat keatas terus dipantek diatas belandar, untuk sementara itu A Siu heran juga akan kepandaian orang.
Kini mendengar dirinya diharuskan mencabuk enam puluh kali kepada Jun-yan ia menjadi ragu2 katanya cepat : Toacek apakah hukuman ini tidak terlalu berat” Berat” orang itu menegas.
Malahan menurut aku harus enam puluh kali biar ia kapok.
Biarlah selanjutnya kami takkan merecoki kau, dapatkah kau lepaskan enciku itu” pinta A Siu ramah.
Orang itu bersangsi sejenak, tanyanya kemudian : Apakah kau muridnya Siau-jian” Bukan aku tak punya Suhu, sahut A Siu.
Orang itu meng-amat2inya sejenak, tapi katanya lagi: Tidak, dara bandel ini harus kuhajar mewakili siau-jiau.
Kalau kau tak mau lakukan, biar kupanggil Ngo seng yang menghajarnya.
Dalam pada itu, Jun-yan yang tergantung diatas itu lagi me-ronta2 berusaha melepaskan diri, dalam hati ia mendongkol sekali kenapa A Siu tidak lekas turun tangan Hong san Koay Khek “
menolongnya, sebab ia yakin ilmu kepandaian A Siu yang tinggi itu cukup untuk melawan orang, cepat saja ia ber-kaok2 suruh A Siu turun tangan.
Dilain pihak, rupanya percakapan itu telah didengar Ngo-seng, tanpa disuruh lagi ia sudah masuk kedalam dan berseru: Ki-locianpwe, biar kuhajar adat budak liar ini! Orang itu mengangguk setuju.
Dengan girang segera Ngo-seng hendak menjemput pecut panjang dilantai itu.
Tahan! bentak A Siu mendadak sambil kebas lengan bajunya kedepan, menyusul sebelah tangannya menyodok dada orang.
Lekas-lekas Ngo-seng hendak mundur, namun begitu angin pukulan A Siu sudah membikin tubuhnya ter-huyung2 mundur dan akhirnya jatuh duduk.
Walaupun Jun-yan sendiri ter-katung2 di-udara, tapi melihat A Siu menghajar Ngoseng, ia tidak lupa bersorak: Bagus! Tahu rasa kau, Thauto busuk.
Hajar lagi, A Siu! Sebaliknya orang itu rada heran melihat sekali gebrak Ngo-seng kena dirobohkan si gadis, Anak perempuan, boleh juga kepandaianmu.
Kau bernama apa dan siapa gurumu” Namaku A Siu, guru aku tidak punya, sahut A Siu ke-kanak2an, Toacek, silahkan kau turunkan enciku itu.
A Siu hajar saja, kenapa mesti banyak cing cong, teriak Jun-yan tak sabaran.
Sebaiknya orang tadi telah berkata pula: Jika kau sanggup menerima tiga kali seranganku, segera aku lepaskan dia! A Siu suruh dia yang terima tiga seranganmu, biar dia tahu rasa, kembali Jun-yan ber-kaok2.
Nyata ia anggap ilmu kepandaian A Siu sudah tiada tandingan di jagat, tak tersangka bahwa A Siu cukup insaf akan betapa tinggi ilmu lwekang orang itu, apalagi ia sudah ambil keputusan takkan sembarang bergebrak dengan orang.
Tapi orang hanya minta menangkis tiga kali serangan saja lantas A Siu menerimanya dengan baik.
Jadilah, marilah kita keluar.
Tak perlu! sahut orang itu.
Nah hati2lah.
Habis berkata, sambil tetap berduduk, mendadak lengan bajunya menggontai, seluruh rumah itu seketika penuh terisi angin keras.
Memangnya Jun-yan yang tergantung diatas itu lagi me-ronta2, kini tubuhnya ikut ter-buai2 oleh angin keras itu Hong san Koay Khek “
hingga pergelangan tangannya yang terjepit itu serasa akan patah.
Sedang angin keras itu menyambar kearah A Siu dengan dahsyatnya.
Tapi A Siu sudah siap siaga, cepat sekali ia mengegos, berbareng kedua lengan bajunya juga mengebas hingga kedua tenaga angin saling bentur.
Tapi ia sendiri lantas terasa kalah kuat hingga ter-huyung2 mundur beberapa tindak.
Bagus.
orang itupun berseru, menyusul mana sebelah telapak tangannya menepuk kedepan.
Saat itu baru saja A Siu dapat berdiri tegak, terpaksa ia meloncat minggir sembari sebelah lengan bajunya mengebas pula untuk mematahkan tekanan tenaga pukulan orang.
Dengan demikian barulah ia berhasil lolos dari bahaya.
Diam2 ia terkejut luar biasa, sungguh belum pernah diduganya bahwa lwekang orang bisa sedemikian hebatnya.
Nyata A Siu tidak tahu bahwa orang itu dimasa dahulu mendapat julukan Put-kuesam atau tidak lewat tiga artinya selamanya tiada ada orang yang sanggup menerima tiga kali serangannya.
Kini A Siu sudah mampu mengelakan dua kali, sebenarnya sudah membuat orang itu bertambah heran.
Awas! kembali orang itu berseru, sekali ini kedua lengan bajunya mengebas kesamping, habis ini mendadak merangkup kedalam hingga tenaga pukulan itu seakan2 menggulung terus menggunting.
Menghadapi gelombang serangan ini, mula2 A Siu seakan2 tertarik kesamping, tetapi mendadak seperti terjepit oleh dua tenaga dari kanan kiri.
Tidak kepalang terkejutnya, cepat ia hantam kedua tangannya kebawah hingga tubuhnya terangkat keatas.
Inilah satu diantaranya tujuh kunci ilmu Siau-jang-chit-kay yang dipelajarinya itu.
Pada saat itulah Jun-yan telah berhasil melepaskan tangannya dari jepitan gelang besi serta turun kebawah, maka teriaknya: Bagus, tiga kali serangan sudah selesai.
Nah, lekas kembalikan pedangku biar kami pergi! Sementara itu muka orang tadi jadi berobah hebat demi nampak A Siu mampu mengelakkan tiga serangannya, pelan2 ia berdiri.
Anak perempuan, siapa gurumu” Katakan atau tidak” katanya dengan memandang tajam.
Hong san Koay Khek “
Toacek, bukankah kau sendiri sudah berjanji, setelah aku terima tiga kali seranganmu, lantas kau akan melepaskan enci Jun-yan “ tanya A Siu.
Benar, sahut orang itu dengan tertawa aneh.
Dan aku telah lepaskan dia, namun sekarang kau yang hendak kutahan! He, kenapa “ sahut A Siu heran.
Eh, kau kenal malu tidak, ludah sendiri dijilat kembali” teriak Jun-yan mengejek.
Akan tetapi orang itu tak menggubrisnya, sebaliknya mukanya masam dan berkata pula kepada A Siu : Kau mampu menerima tiga kali seranganku, itulah suatu dosa besar! Aneh, sebab apa “ tanya A Siu tak mengerti.
Tidak aneh, ujar orang itu, Kini saja kau mampu menahan tiga kali seranganku, lalu kelak, bukankah kau akan mampu menahan berpuluh, mungkin beratus jurus” Dimasa hidupku, mana boleh ada orang berkepandaian yang memadai aku ! Dasar usiamu yang sudah ditakdirkan pendek! Sungguh tidak terduga oleh A Siu bahwa adat orang itu begini aneh.
Dengan mengkerut kening ia menanya : Toacek, apakah tujuan kata-katamu tadi “ Hahaaha, tiba2 orang itu tertawa, lalu ia menanya pula : Siapa gurumu “ Jika dia dapat mendidik seorang murid seperti kau, tidak nanti aku dapat hidup bersama dia didunia ini.
Aku benar2 tidak mempunyai Suhu, sahut A Siu.
Orang itu menjengek sekali, tiba2 ia berseru memanggil Ngo-seng.
Dengan muka ber-seri2 kembali Ngo-seng Thauto masuk dengan mem-bungkuk2.
Mendongkol sekali Jun-yan oleh lagak tengik paderi itu, ia pikir bila sebentar ada kesempatan, biar kuhajar pula.
Ngo-seng, tanya orang itu, paling akhir ini, dikalangan Kangouw adakah muncul tokoh-tokoh lihay “ Ada, sahut Ngo-seng tanpa pikir, baru-baru saja ada seorang aneh yang linglung, mahir segala macam ilmu silat, lihaynya luar biasa.
Kabarnya Jing-ling-cu hendak mengundang semua tokoh silat untuk mengenalinya.
Hong san Koay Khek “
Apakah anak dara ini muridnya” tanya orang itu.
Rasanya tidak mungkin, sahut Ngo seng geleng kepala.
Lalu ada lagi siapa “ Banyak! kata Ngo-seng.
Seperti Thong thian-sin-mo Jiau Pek-king, Liok-hap-tongcu Li Pong, kedua paderi dari Go-bi, Tai-liksin Tong Po, Bok Siang Hiong dan..
Stop! bentak orang itu mendadak.
Kenapa manusia2 sebangsa itu kau sebut2 didepanku” Masa mereka sanggup mendidik murid seperti ini” Hm, sekali orang itu masih hidup, tetap aku tidak lega! habis berkata, ia mendadak ia hantam meja disebelahnya hingga ujung meja sempal seketika.
Karuan Ngo-seng mengkeret sampai agak lama barulah ia berani bersuara: Kilocianpwe, aku ada satu usul.
Jika kau tahan bocah perempuan ini disini, bukankah gurunya akau mencari kemari” Fui,masakah kau ukur dirimu yang rendah dengan derajatku, semprot orang she Ki itu.
Diam2 Jun-yan dan A Siu memuji orang yang mendamprat jiwa Ngo-seng yang rendah itu.
Tapi mereka lantas dibikin terkejut bentakan orang she Ki itu: Baiklah, biar bocah ini sekarang juga binasa dibawah Thian-sing-cing-lik-ku.
Kiranya ilmu pukulannya yang dasyat tadi disebut Thian-sing-cing-lik atau tenaga murni taburan bintang maka terlihat Tun-kau-kiam yang terletak dimeja itu mendadak diambilnya terus disentilnya hingga senjata itu menyambar kearah Jun-yan.
Terimalah bocah, bolehlah kalian berdua maju berbareng dan melawan sekuatnya supaya matipun tidak penasaran ! seru orang itu pula.
Jun-yan bergirang melihat senjatanya pulang kandang, cepat ia ulur tangan menyambutnya.
Diluar dugaan, mukanya menjadi merah dan badannya hampir2 terjengkang, ternyata tenaga jentikan orang itu kuat luar biasa, sampai2 ia tidak sanggup menahannya.
Tapi nyali Jun-yan menjadi besar pula sesudah memegang senjatanya, ia pikir dengan kepandaian dua orang masakan akan kalah” Maka bisiknya lantas kepada A Siu: Lihatlah betapa liciknya manusia, maka jangan kau sungkan2 lagi, marilah kita hajar manusia busuk ini! Hong san Koay Khek “
Diam-diam A Siu membenarkan ujar Jun-yan itu, tapi bila ia pikir pula, apa yang terjadi itu toh gara-gara Jun-yan yang telah mencuri kelinci panggang orang, bukankah ini pun keterlaluan.
Cuma pikiran demikian tak enak dikatakannya.
Sementara itu orang she Ki itu masih menunggu walaupun melihat kedua gadis itu main bisik2.
Malahan kemudian Jun-yan memulai bersuara garang lagi: Supaya tidak menyesal, hai, siapa namamu, kenapa tak kau beritahukan lebih dulu ! Tapi belum lagi orang itu bersuara, tiba2 Ngo-seng telah menyeletuk dengan mengejek: Hm, budak picak, masakan Ki-go-thian, Ki-lo cianpwe yang berjuluk Tok-pohkian-kun yang namanya termashur dikalangan Bu-lim berpuluh tahun yang lalu, tidak kau kenal” Sebenarnya Jun-yan lantas hendak memaki Ngo-seng yang berani menimbrung itu, tapi mendengar siapa adanya orang she Ki itu, seketika ia terperanjat sampai mundur beberapa langkah tanpa merasa.
Kiranya pernah didengarnya dari sang suhu bahwa jago silat terkemuka pada jaman itu dan dari lapisan apa saja, tiada yang bisa menandingi Tok-poh-kian-kun Ki Go-thian.
Ilmu silat Ki Go-thian ini sukar diukur tingginya, anehnya iapun tidak suka ada orang yang berkepandaian lebih tinggi darinya, maka tindakannya sewenang-wenang, beberapa kali tokoh Bu-lim hendak membasminya, tapi lima kali berkumpul; setiap kali kena dikalahkannya.
Paling akhir tokoh2 Bulim itu berkumpul ditepi tembok besar, tapi begitu Ki Go-thian tiba, sekali ia bergelak ketawa berpuluh tokoh silat itu menjadi keder semua akan Lwekangnya yang hebat, malahan yang ilmu silatnya sedikit rendah sudah lantas ter-kencing2 sampai senjata terjatuh tak disadarinya.
Tatkala itu usia Jiau Pekking masih muda, adatnya juga sombong, namun nyalinya cukup besar, ialah yang tampil kemuka sebagai juru bicara Ki Go-thian, katanya: Kami mengakui ilmu silatmu memang susah dilawan, tapi berkepandaian sungguh hebat tanpa tandingan, apanya yang menarik” Apabila kau dapat memberi kesempatan kepada kaum muda untuk melatih diri dalam jangka waktu tertentu, aku yakin bukan mustahil akan muncul jago baru yang sanggup merobohkan kau, tatkala mana bila kau masih mampu menjagoi barulah kami benar2 takluk.