Kaki Tiga Menjangan Jilid 65

Jilid 65

Diam-diam Siau Po merangkul Song Ji dan nona itu tetap diam saja, sebab ia khawatir akan membuat suara yang mencurigakan orang yang ada di dalam rumah itu. Gerak-gerik orang yang di dalam mencurigakan separuh dimengerti dan separuh tidak.

Siau Po senang melihat orang yang di peluknya hanya pasrah dan diam saja, Dengan tangan kirinya ia memeluk tubuh Song Ji dan tangan kanannya meraba-raba pipi yang licin milik Song Ji. Song Ji tak meronta, ia terdiam saja dan melemaskan tubuhnya bagaikan merasa aman berada di pelukan Siau Po, si tuan mudanya, Dengan siapa ia bersama dan dengan siapa ia merdeka.

Ketika sedang berdiam saja, tiba-tiba Siau Po terkejut karena kaki kirinya menginjak batu es. ia jatuh terpelanting sehingga kepalanya membentur kayu jendela.

"Aduh!" serunya.

Benturan itu telah menimbulkan suara yang berisik.

Rupanya suara yang di timbulkan oleh Siau Po terdengar sampai ke dalam sehingga suara tawa dan bicara orang yang di dalam itu terhenti sementara suara yang di luar pun terhenti, maka suasana di situ menjadi sangat sepi. 

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam rumah yang menegur orang yang di luar. "Siapa di sana?" tegurnya.

Siau Po dan Song Ji mendekam di tanah, mereka tak berani membuka suaranya apalagi menjawabnya.

Tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka, tampak seseorang melangkah ke luar dengan membawa lentera. ia berjalan ke sana ke mari mencari arah datangnya suara.

Siau Po tahu apa yang harus ia lakukan, mendadak ia melompat bangun sambil mengeluarkan pisau belatinya yang tajam itu yang lalu digunakannya untuk mencari sasaran, Maka tak ayal lagi dada orang itu terkena pisau belatinya. 

Tak lama terdengar suara tertahan, dan setelah itu orang yang terkena pisau itu jatuh terkulai dengan darah yang bercucuran lalu mati.

Sementara itu Song Ji yang cerdik tidak tinggal diam, ia pun terus berdiri dan melompat masuk ke dalam rumah itu. sesampainya di dalam nona itu merasa heran, sebab tadi ia mendengar ada suara seorang wanita, tetapi sekarang tak ada orang sama sekali.

"Ah, mana dia si wanitanya?" pikirnya. Siau Po segera menyusul masuk.

Kamar itu dilengkapi dengan bangku panjang yang di gunakan untuk tidur, sebuah meja dan sebuah peti kayu yang di gunakan untuk menyimpan barang, sedangkan di atas meja masih terdapat lilin, tetapi si wanita menghilang entah ke mana.

"Cepat kau cari dia, orang itu tak boleh lolos!" kata Siau Po yang memerintahkan Song Ji untuk mencari si wanita yang tadi tertawa-tawa dengan yang pria. Siau Po lalu pergi keluar rumah untuk melihat orang yang baru saja ditikamnya, Orang itu memakai baju seragam, tetapi tidak memakai celana, Siau Po terus saja menatapnya.

"Dia pasti berada di sini!" kata Siau Po.

Kemudian ia mencurigai peti itu. Maka ia lalu membuka peti itu sambil berkelit ke samping karena takut kalau orang yang ada di dalam langsung menyerangnya, Akan tetapi peti itu kosong.

"Aneh!" katanya.

Siau Po terus memeriksa peti itu, tetapi yang didapatkan hanyalah kulit binatang Ciauw, Siau Po mengulurkan tangannya untuk memeriksa tumpukan kulit itu.

Sambil berbuat demikian Siau Po membungkuk Tiba-tiba ia mencium bau bedak. "Ah." serunya perlahan.

Kecurigaan Siau Po mulai timbul ia menggunakan tangannya untuk memindahkan kulit-kulit itu dari dalam peti, Setelah habis semuanya ternyata di bawahnya terdapat sebuah lubang besar.

"Oh di sini!" katanya.

"Kiranya di sini ada jalan bawah tanah." kata Song Ji.

"Kita harus dapat merintangi dia, jikalau dia dapat meloloskan diri dan membawa kabar pada kawan-kawannya kita bisa celaka. Bagaimana seandainya datang pasukan asing yang banyak jumlahnya?" tanya Siau Po.

Setelah berkata demikian Siau Po mengeluarkan pisau belatinya dan langsung ditusukkan ke dalam lobang itu. Dengan tubuhnya yang kecil mudahlah baginya untuk bergerak, maka dengan cepat ia mengejar orang yang lari itu, sampai ia menyambar paha yang tak bercelana.

Si wanita itu kaget maka ia terus menjerit, dan berusaha meronta-ronta untuk tetap lari.

Diam-diam hati Siau Po merasa girang,

"Aku ingin tahu kau hendak pergi ke mana." katanya dalam hati. Siau Po menyimpan pisaunya, Dengan kedua tangannya ia memegang kedua paha orang itu.

Wanita itu bertenaga besar. ia lalu menarik kakinya yang dipegang Siau Po dan terus saja merayap, sampai-sampai tubuh Siau Po terseret. Untuk mempertahankan  tubuhnya, kacung itu mementangkan kedua kakinya, Maka dengan demikian tubuhnya tak terseret lagi.

Tiba-tiba wanita itu meronta dan kali ini berhasil melepaskan kakinya yang satu dari pegangan Siau Po.

Siau Po terkejut lalu melompat menubruknya.

Kebetulan waktu itu mereka berdua telah sampai pada tempat yang cukup luas.

Mendadak si wanita itu tertawa, Dia memutar tubuhnya ke belakang, mukanya diajukan sehingga tepat mulutnya membentur mulut Siau Po. 

Wanita itu ia mencium Siau Po tetapi hanya dapat mencium bagian hidung, Di dalam lubang itu sangat gelap sehingga sulit untuk memperhatikan wajah orang lain.

Siau Po mencium bau yang sangat harum yang menempel pada hidungnya, Diam- diam ia pun terkejut mendapatkan tubuh yang memeluknya itu ternyata tak menggunakan pakaian selembar pun. 

Yang lebih mengagetkan lagi, sekarang wanita itu malah memeluknya, Ketika ia sedang berada dalam pelukan wanita bugil itu, tiba-tiba dikagetkan oleh suara Song Ji.

"Siangkong bagaimana?" tanyanya.

Siau Po ingin menjawabnya, tetapi mulutnya terus saja dicium oleh wanita itu, sehingga ia tak dapat menjawab pertanyaan Song Ji yang menanyakan keadaannya itu.

Kembali terdengar suara orang dari atas lobang, tetapi kali ini bukan suara Song Ji, Siau Po mendengarnya dengan jelas.

"Kami mendengar kabar bahwa Gubernur jendral telah tiba ke Ya Kutak, maka kami terus datang menyambutnya untuk selanjutnya mengadakan perjanjian dan pertemuan!"

Mendengar kata-kata itu, Siau Po bagaikan disiram air dingin, ia mengenali dengan jelas suara itu, itulah suara Hong kaucu.

"Kenapa Hong kaucu telah berada di sini? Mengapa wanita yang seharusnya aku tawan ini telah berbalik menjadi baik kepadaku?" tanyanya dalam hati.

Siau Po terus berpikir dengan keras, Luar biasa pengalamannya terutama malam ini. ia dapat memeluk tubuh yang lunak dan juga harum Namun hatinya takut juga. ia teringat kalau ia sampai ditawan oleh Hong kaucu, tubuhnya pasti dikuliti dan ototnya akan di tarik keluar, itulah siksaan yang tidak ingin ia dapatkan.  Maka akhirnya Siau Po meronta untuk melepaskan dari pelukan si wanita itu untuk lari, Tetapi usahanya itu mengalami kegagalan Wanita itu malah memeluknya dengan erat.

Dalam kebingungannya, Siau Po berkata dengan bahasa yang ditirunya dari bangsa asing itu, di telinga si wanita, Akan tetapi si wanita malah berbalik berkata di telinga Siau Po dengan perlahan.

"Kau bicara apakah? Hi... hi... hi!" kata-kata itu diakhiri dengan satu tamparan.

Pada saat itu dari atas lobang terdengar kata-kata dalam bahasa Losat, disusul dengan suara orang Iain.

"Menurut Bapak Gubernur Jendral, kedatangan Sin Liong kaucu di sambutnya dengan senang, bahkan ia meminta maaf karena ia tidak dapat mengadakan acara penyambutan yang selayaknya, Dan kali ini ia telah melakukan perbuatan yang kurang hormat padamu, Bapak Gubernur juga mengatakan dan sekaligus mendoakan agar usia kaucu sama dengan usia langit dan panjang umur, dan dapat mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan dan berbahagia selalu! Bapak Gubernur juga ingin bersahabat agar dapat selalu bekerja sama dengan kaucu, Maka dengan demikian usaha kita akan dapat tercapai dengan baik!"

"Orang itu kurang pandai berbicara." kata Siau Po dalam hati yang mendengarkan suara orang itu.

Lalu terdengar suara Hong kaucu.

"Aku pun memberikan hormat dan memujinya agar usia dia panjang umur dan berbahagia! Aku pun memuji agar Bapak Gubernur panjang umur dan dapat naik pangkat dengan cepat Memang aku sangat ingin agar kita dapat bekerja sama, guna mewujudkan usaha kita bersama. Ada rejeki kita rasakan bersama ada kesulitan kita pikul bersama pula, Untuk selama-lamanya kita saling mengikat janji."

Selesai berkata demikian, Bapak Gubernur itu pun berkata dalam bahasanya sendiri.

Siau Po mendengarkan pembicaraan itu, lalu bertanya pada si wanita yang merangkulnya dengan erat itu, dengan suara sangat perlahan sekali.

"Siapakah kau? Mengapa kau tidak berpakaian sama sekali?" tanyanya dengan heran.

Si wanita itu tertawa perlahan ia malah berbalik bertanya pada Siau Po.

"Kau siapa? Dan mengapa kau berpakaian?" Bersamaan dengan itu si Wanita itu membuka pakaian Siau Po sampai pakaian dalamnya.

Di saat seperti itu Siau Po sudah tak memiliki kegembiraan apa lagi untuk bergurau. "Keadaan di sini sangat berbahaya, Mari kita cepat ke luar!" kata Siau Po. "Jangan kau bergerak! jikalau kau bergerak maka akan menimbulkan suara yang 

dapat mencurigakan." kata si wanita.

Wanita itu bicara dalam bahasa Tionghoa tetapi logatnya kaku.

Siau Po tak dapat bergerak maka bersama wanita itu ia hanya mendengarkan pembicaraan antara Hong kaucu dengan Bapak Gubernur Jenderal itu. Siau Po mendengarkannya dengan seorang wanita yang belum dikenalnya dan juga belum mengenalinya.

Mereka itu sedang merundingkan masalah yang sangat besar, Asal Gouw Sam Kui telah bergerak maka mereka semuanya ikut bergerak untuk menggencet pemerintah dari dua arah. 

Rencana mereka itu sama dengan rencana yang dikatakan Khantema, yang mengatakan pemerintah Boancu akan diserang dari dua arah.

Kemudian Hong kaucu mengutarakan pikirannya, dan mengatakan.

"Jikalau pihak Losat bergerak dari Liautong, sudah tentu itu terlalu jauh dan nantinya akan mendapatkan hambatan dari masing-masing penjagaan di berbagai tempat, Dengan demikian sebaiknya menggunakan jalan air saja, dan mendarat di Thian Cin. Kota raja Pakhia harus dihajar dengan senjata api, dan meriam-meriam besar, Maka dengan demikian pihak Losat akan mendahului pihak Gouw Sam Kui untuk merampas kota raja Pakhia."

Gubernur jendral itu sangat senang dengan pemikiran tersebut Maka seterusnya ia berkata sambil memuji-muji orang itu.

"Hong kaucu sangatlah setia sekali Maka nanti jika kita telah berhasil pastilah kau akan diberikan hadiah beberapa propinsi untuk dijadikan tempat Hong kaucu memerintah." katanya.

"Terimakasih. Terimakasih!" katanya.

Siau Po kaget sekali mendengar pembicaraan orang itu.

"Dia benar-benar penghianat besar! Hingga tak terdapat perbedaan antara dia dan Gouw Sam Kui. Rencana ini sangat jahat, maka aku harus melaporkannya pada si raja cilik, agar di pelabuhan Thian Cin ditempatkan meriam-meriam besar, Dengan demikian jika nanti armada Losat datang langsung dihujani dengan peluru meriam-meriam itu, agar mereka itu tahu rasa!" kata Siau Po dalam hati.

Masih terdengar tawa mereka, maka Hong kaucu berkata. "Yang mulia Gubernur Jendral, dari jauh kalian datang ke Tiongkok, Kami tak mempunyai barang yang berharga untuk di persembahkan, maka sudilah Bapak menerima mutiara yang berjumlah ratusan ini, seratus lembar kulit Tiauw dan seratus kati Jimson. Semua ini untuk Bapak sendiri, sedangkan untuk raja Losat, kami ada hadiah tersendiri."

Mendengar pemberian hadiah yang sangat berharga itu, Siau Po berkata dalam hatinya.

"Hebat penghianat ini! Dia dapat mengumpulkan barang-barang yang sangat berharga itu. Anjing tua itu ternyata benar-benar lihay!" katanya.

Siau Po berhenti berpikirnya karena secara tiba-tiba pipinya merasa hangat. Ternyata si wanita itu sedang mencium, dan memeluknya erat-erat serta tangannya sedang meraba tubuh Siau Po dengan gencarnya.

"Kau berani main gila denganku, baiklah aku tak akan sungkan-sungkan lagi padamu!"

Setelah berkata demikian Siau Po mulai beraksi. ia memang gemar bergurau, Kacung itu mulai meraba tubuh si wanita dan menciumnya.

Tiba-tiba si wanita tertawa dengan keras, sehingga suaranya itu terdengar sampai ke atas, dan di dengar oleh Hong kaucu, Tetapi Hong kaucu diam saja. ia menganggap sangat wajar jika di dalam rumah Gubernur jendral itu terdapat penghuninya seorang wanita, bahkan ia berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Setelah berkata dengan rendah hati, ia pun berpamitan untuk pulang, dan katanya pembicaraan dapat dilanjutkan besok.

Tiba-tiba Siau Po mendengar ada suara yang berasal dari atas kepalanya, Tak lama kemudian muncullah cahaya terang benderang, Siau Po terkejut sebab mereka berada di dalam peti itu dan ditutup, kemudian tutup itu ada yang membukanya dengan lebar.

Si wanita itu melepaskan rangkulannya dan langsung melompat ke luar sambil menyambar kain dan membalutkan pada tubuhnya, Ternyata wanita itu seorang opsir asing. ia bertubuh tinggi, berambut pirang dan hidungnya mancung serta cantik, Opsir itu memegang pedang yang sudah keluar dari sarungnya.

"Kau keluar!" kata opsir itu kepada Siau Po.

Siau Po menurut saja lalu keluar dari dalam peti itu. "Masih ada satu lagi." kata wanita itu sambil tertawa,

Yang di maksud ialah Song Ji. ia bersembunyi di sisi peti itu, tetapi sekarang muncul. "Ah! Bocah cilik!" kata wanita itu kepada Siau Po sambil menatapnya. "Kau masih begini kecil tetapi sangat romantis, Kaulah si telur busuk! Hi... hi... hi!" tawanya.

Siau Po diam saja, begitu juga Song Ji.

Si Gubernur jendral berkata dan di terjemahkan oleh si wanita itu sebab sang Gubernur menggunakan bahasanya sendiri, Setelah berkata demikian sang Gubernur memberikan hormat pada Siau Po.

Kembali si wanita itu mengucapkan kata-kata yang ditujukan untuk Siau Po yang masih diam saja.

Diam-diam Siau Po memperhatikan isi ruangan itu atau kamar tempat sekarang ia berada, Tampak perlengkapannya terdiri dari banyak kulit binatang dan juga bulunya, Di atas pembaringan terdapat banyak pakaian wanita yang berwarna-warni yang bergemerlapan cahaya ke emasan.

Si wanita yang menutupi tubuhnya itu tampak buah dadanya yang putih dan betisnya yang bagus.

Tengah menatap tubuh si wanita itu, tiba-tiba Siau Po dikejutkan oleh si penerjemah yang berkata kepadanya.

"Tuan putri dan juga gubernur jendral menanyakan padamu, kau sebenarnya orang apa?" tanyanya.

Siau Po heran, ia bukannya menjawab pertanyaan itu malah ia balik bertanya. "0h. Dia itu tuan putrinya?" Demikian pertanyaannya.

"Benar, ia adalah adik kaisar Losat yang bernama Sophia dan yang ini adalah Gubernur Jenderal Koricin, Cepat kau berlutut memberikan hormatmu!" kata si penerjemah itu yang memperkenalkan satu persatu pada orang yang ada di depan Siau Po.

Setelah mendengarkan penjelasan itu Siau Po berpikir.

"Dialah tuan putri? Adiknya kaisar Losat! Tetapi mengapa lagaknya begitu genit dan juga ceriwis? Tetapi Kian Leng Kong juga tidak kalah genitnya dengan tuan putri ini,.,."

Karena berpikir demikian maka Siau Po tertawa, Setelah itu ia mendekati tuan putri itu dan memberikan hormatnya seraya berkata.

"Tuan putri baik-baik saja? Sungguh tuan putri sangat cantik seperti bidadari yang turun dari kayangan! Di negara kami, Tiongkok tak ada wanita secantik kau." Tuan Putri Sophia mengerti bahasa Tiongkok, Wanita itu mengetahui kalau orang itu telah memuji kecantikannya itu, ia sangat senang sekali hatinya, Ternyata anak kecil ini sangat romantis.

"Oh, anak baik, ada hadiah untukmu." katanya sambil terus menghampiri meja untuk mengeluarkan laci yang berisi uang emas, ia mengambil uang itu hanya belasan biji, dan meletakkannya pada tangan Siau Po.

"Terimakasih!" kata Siau Po yang menerima uang itu. Akan tetapi setelah menerima uang itu, Siau Po melihat jari-jemari tuan putri. Hatinya tergiur, pada jari-jemari tangan tuan putri yang sangat indah, Maka ia lalu memegang tangan wanita itu dan menciumnya.

"Jangan kurang ajar kau!" kata si penerjemah.

Mencium tangan adalah kebudayaan orang asing tetapi cara yang di lakukan Siau Po berbeda dengan cara orang asing itu, Siau Po mencium bukannya punggung tangan itu melainkan semuanya.

Herannya tuan putri itu malah tertawa, dan tidak cepat-cepat menarik tangannya. "Eh, anak kecil kau sedang berbuat apa?" tanyanya pada Siau Po sambil tertawa. "Si anak kecil sedang memburu." jawab Siau Po.

Justru pada saat itu terdengar seseorang berkata di luar kamar dengan suara keras.

"Jangan terpedaya olehnya! Bocah itu adalah mentri kebesaran kaisar Tiongkok." katanya.

Ternyata itu, suara Hong kaucu dari perkumpulan agama rahasia Sin Liong Kau yang berada di pulau Sin Liong To.

Mendengar suara itu Siau Po tersentak kaget, tetapi ia masih sadar dan dapat mengendalikannya, Maka ia menarik ujung baju Song Ji untuk diajaknya pergi meninggalkan tempat itu, Akan tetapi setelah ia membuka daun pintu, di situ sudah terdapat Hong kaucu yang menghadang dengan tangannya yang di rentangkan untuk menghalangi orang yang akan melalui tempat itu.

Song Ji yang pemberani itu menyerang maju, dan sebelah tinjunya langsung melayang ke samping.

Hong kaucu menangkis dengan tangan kirinya, Bersamaan dengan itu tangan kanannya menyerang sambil menotok ke arah pinggang Song Ji. Maka tak ayal lagi Song Ji terkena totokan kaucu di pinggangnya maka dengan demikian Song Ji terkulai lemas, dan jatuh. "Oh, Hong kaucu! Kau beruntung dan berbahagia, Usianya kekal dan sama dengan langit! Oh, ya. Mana Hong Hujin? Apakah ia telah berada di sini bersamamu?" kata Siau Po.

Hong kaucu tak menjawab pertanyaan Siau Po. ia malah mengulurkan tangannya untuk mengangkat pundak Siau Po. Tubuh Siau Po di tenteng dengan tangannya yang satu dan dibawanya masuk ke dalam kamar itu.

"Harap diketahui oleh tuan putri serta Paduka Gubernur Jendral! Anak ini bernama Wi Siau Pek atau Siau Po. ia adalah menteri besar kesayangan Kaisar Tiongkok dan ia juga menjadi kepala pasukan pengawal pribadi kaisar, dan juga pengawal istana raja, ia menjadi kepala utusan raja cilik dia serta kedudukan kebangsawanan Cu-ciak." kata raja agama Sin Liong Kau.

Setelah berkata demikian, Hong kaucu meminta pada si penerjemah untuk menerjemahkan kata-katanya itu kedalam bahasa Losat Hal itu dimaksudkan agar Gubernur dan juga tuan putri mengerti apa yang dimaksudkan olehnya.

Setelah penterjemah itu mengutarakan pada Gubernur dan juga tuan putri, mereka berdua tak mempercayainya, maka tuan putri itu tertawa lalu berkata.

"Dia adalah anak kecil dan bukan mentri besar." 

"Tetapi hamba mempunyai buktinya!" kata Hong kaucu yang terus menoleh pada anak buahnya untuk memerintahkan sesuatu seperti biasanya sewaktu ia berada di pulau Sin Liong To. 

"Bawa ke mari baju anak ini!" katanya, Dari luar kamar terdengar suara jawaban, Tak lama kemudian ada seorang yang masuk sambil membawa pakaian dan kopiah Siau Po. Dia adalah Liok Kho Hian.

Melihat pakaian itu Siau Po kaget, "Aneh! Dari mana ia mendapatkan pakaian- pakaianku itu? jika demikian memanglah Hong kaucu sangat lihay!" katanya dalam hati.

"lnilah pakaian dan juga kopiah anak kecil itu!" kata Hong kaucu.

Siau Po diam saja ketika orang mendandaninya, Memang pakaian itu adalah pakaiannya, maka setelah dipakainya, pakaian itu sangatlah cocok dengannya dan terlihatlah Siau Po sebagai pembesar istana Boancu.

Walaupun rahasianya telah terbongkar hingga ia tak dapat menyangkal Iagi, Siau Po tidak merasakan takut, ia malah tertawa terbahak-bahak lalu berkata pada ketua Sin Liong Kau itu.

"Hong kaucu sungguh kau sangat lihay! Di sepanjang jalan aku membuang pakaianku yang terkoyak-koyak itu dan di sepanjang jalan itu pula aku memungutinya." Hong kaucu tidak menjawab kata-kata Siau Po itu.

"Geledah tubuhnya!" perintahnya pada sebawahannya itu. "Dia pasti membawa firman dari kaisar itu serta surat-surat yang lainnya!" katanya pula.

Kembali Siau Po tertawa walaupun sebenarnya ia merasa kaget,

"Tak usah kau menggeledah, aku sendiri yang akan mengeluarkannya." kata Siau Po.

Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan susunan Gin-pio yang jumlahnya laksaan tali uang perak.

Gubernur jendral yang sudah lama tinggal di Liouwtong mengenali uang kertas itu. Maka setelah menyaksikan uang yang jumlahnya banyak itu ia merasa heran dan kagum.

"Benar-benar anak ini ada asal-usulnya, Dia memiliki uang yang demikian banyaknya." kata Gubernur itu pada si tuan putri.

"Anak ini sangat licin, geledah dia!" kata Hong koucu yang masih belum puas juga.

Maka Liok Kho Hian yang dibantu oleh Ay Cuncia mengeluarkan isi saku Siau Po. Memang benar di salah satu sakunya itu terdapat firman raja cilik itu, yang di antaranya menerangkan tentang raja-raja muda yang di perintahkan untuk mengundang setiap pemberontak yang akan masuk ke wilayah kota raja. 

Mereka itu menyanggupi firman itu, Dan juga di situ diterangkan mengenai pangkat- pangkat Siau Po di antaranya Kim Cee Tayjin yaitu utusan raja, Butggraf tingkat satu, Baturu perkenaan memakai pakaian kehormatan warna kuning, pemimpin dari tangsi Jiau Kie Eng berbendera putih merangkap Hu Congkuan wakil kepala pasukan pengawal Gie Cian Sie Wie pengawal pribadi raja.

Penterjemah memberikan salinan dari firman kaisar Tionghoa itu pada Gubernur jendral dan tuan putri Sophia, Mereka berdua menjadi sangat heran dan juga kagum pada Siau Po.

"Harap Tuan putri ketahui, Kaisar Tiongkok ini masih kecil sehingga ia paling suka memilih anak kecil juga sebagai para menterinya, Begitulah anak ini dapat bermain dengan rajanya, Dia sangat pandai menepuk punggung kuda dan punggung kerbau, Karenanya kaisar Tiongkok yang masih kecil itu sangat senang padanya." kata Hong kaucu yang memberikan keterangan pada kedua orang itu.

Setelah penterjemah itu menerangkan dan memberikan penjelasannya, tuan putri Sophia tertawa dan berkata: "Aku memang paling suka dengan orang yang pandai menepuk punggung kuda dan meniup kulit kerbau itu." katanya.

Mendengar kata-kata tuan putri itu Siau Po menjadi senang, sedangkan wajah ketua Sin Liong Kau menjadi merah dan tak sedap jika di pandang mata.

"Berapakah usia kaisar Tiongkok yang masih muda itu?" tanya si tuan putri Sophia. "Kaisar Tiongkok berusia delapan belas tahun. Banyak orang yang mengatakan 

kaisar besar itu bukanlah berarti ia besar, melainkan ia agung dan mulia walaupun 

masih seperti anak-anak." Siau Po yang memberikan keterangannya.

Putri Sophia tertawa lagi.

"Raja kerajaan Losat yang besar juga diperintah oleh saudaraku yang masih kecil, usianya baru dua puluh tahun, dan karenanya dia bukannya tua bangka." katanya.

Siau Po menoleh sedikit mendengar kata "tua bangka"

"Apakah arti dari tua bangka itu?" tanyanya dalam hati, "Apakah yang dimaksudnya itu orang dewasa?" Maka ia lalu berkata dengan keras pada tuan putri itu.

"Tuan putri yang cantik, raja tuan putri bukanlah tua bangka itu bagus, Dan raja kami pun bukannya tua bangka itupun bagus." katanya.

Tetapi Siau Po tidak berhenti sampai di situ, ia terus melanjutkan kata-katanya yang di tujukan untuk Hong kaucu,

"Telur busuk dari Tiongkok ialah seorang yang tua bangka! itu tidak bagus. Ya... tidaklah bagus." katanya.

Mendengar hal yang demikian putri Sophia tertawa terpingkal-pingkal.

Gubernur Jenderal yang usianya baru tiga puluh tahun pun ikut tertawa mendengarkan kata-kata Siau Po.

Hong kaucu sebaliknya mukanya menjadi merah karena menahan rasa malu, Dalam hati ia merasa sangat mendongkol dan juga menyesal, hingga ia ingin membuat Siau Po mati saja.

Lalu mendengar pula perkataan putri Sophia.

"Utusan raja kecil dari Tiongkok datang ke mari, Lalu ada apakah keperluannya itu?" tanyanya.

"Yang di pertuan kaisar Tiongkok mendengar kabar berita bahwa pembesar dari bangsa Losat telah tiba ke Liauwtong, Maka aku diutusnya untuk mendapatkan  kepastian, Kaisar Tiongkok juga telah mendengar berita bahwa raja Losat juga masih anak-anak dan putri mahkotanya seperti seorang bidadari yang turun dari kayangan, Dari itu aku diutus ke mari untuk memberikan barang-barang hadiah kepada Tuan putri dan juga untuk paduka Gubernur Jendral, aku di bekali dua ratus butir mutiara Tay Tong serta Jimson dua ratus tail, Namun di tengah perjalanan kami dipegat segerombolan penjahat dan mereka itu merampas semua harta kami."

Belum sempat Siau Po melanjutkan kata-kata-nya, Hong koucu yang sedari tadi diam saja menjadi sangat kesal, ia lalu menggerakkan tangannya untuk menyerang Siau Po. Pukulan itu diarahkan ke kepala Siau Po.

Ketika berbicara Siau Po memang sudah memperhatikan gerak-gerik Hong koucu, Maka setelah mendapatkan serangan yang tiba-tiba itu, ia sempat mengelak dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang diajarkan oleh gurunya, ia langsung ke belakang tubuh tuan putri Sophia.

Sungguh menakjubkan gerakan Siau Po. Terutama ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Kiu Lan gurunya itu, Siau Po nampak mahir sekali menggunakan ilmu itu, Sebagai akibatnya tangan Hong kaucu yang menyerangnya membentur bangku hingga hancur.

Korichin kaget sekali, ia lalu mencabut pistolnya dan terus mengancam pada Hong kaucu sambil membentaknya:

"Jangan kau berbuat sembrono!" bentaknya.

Barusan itu tuan putri Sophia mendengarkan pembicaraan Siau Po. Hanya Siau Po berbicara panjang lebar sehingga tuan putri Sophia banyak yang tidak mengerti makanya ia meminta penterjemah untuk menerangkan padanya dan setelah mengerti maksud dari Siau Po ia pun tertawa.

"Bingkisan hadiah telah dirampas dan sebagian kau pakai untuk keperluanmu sendiri itu sangatlah tidak bagus." katanya yang ditujukan untuk kaucu.

Mendengar kata-kata tuan putri itu kaucu menjadi bingung.

"Bukan, Anak ini memang paling pandai berdusta, janganlah Tuan putri percaya padanya!" sangkalnya.

Hal itu Siau Po lakukan karena sewaktu berada di bawah lobang itu ia mendengar kalau Hong kaucu telah memberikan hadiah pada Gubernur jendral itu, dan karena kecerdikannya itu ia merubah jumlah yang besar itu menjadi lebih besar lagi.

Mendengar kata-kata Siau Po, Hong kaucu sangat mendongkol sekali, Tetapi ia tak dapat melakukan apa-apa, apalagi sekarang gubernur itu mengancam akan menembaknya dengan senjata api yang telah di arahkan kepadanya. sebenarnya ia tidak takut pada senjata api, tetapi ia masih mengingat ada hal lainnya yang sangat  penting dan memerlukan bantuan bangsa Losat itu yaitu untuk menyerang Boancu, maka tak selayaknya urusan yang besar dapat dirusak dengan urusan yang sepele itu. 

Jadi ia harus dapat menahan diri, Maka dengan sabar ia melangkah ke pintu, ia tak melakukan perlawanan dengan gubernur itu tapi tetap tenang-tenang saja.

Gubernur itu menyimpan lagi senjatanya, dan mengucapkan kata-katanya yang langsung diartikan oleh penterjemah.

"Paduka gubernur mengatakan bahwa Hong kaucu tak usah gusar Dia mengetahui kalau anak ini pandai berbicara yang tidak karuan. Katanya pula, tuan putri Sophia datang ke Tiongkok ini secara rahasia, Karenanya kaisar Tiongkok pastilah tidak mengetahuinya. Dan ia mengatakan tak mungkin kalau kaisar Tiongkok memberikan hadiah yang besar itu pada tuan putri Sophia dan juga untuk Gubernur jendral yang berasal dari Bangsa Losat." kata penterjemah itu.

Mendengar keterangan itu Hong kaucu sangat senang dan amarahnya reda seketika. "Paduka Gubernur sangat pandai dan juga cerdas, serta bijaksana, Memang ia tak 

mungkin terpedaya oleh ocehan anak kecil."

Mendengar demikian, Korichin lalu menanyakan tentang asal-usul Siau Po.

Hong koucu menerangan dari pertama Siau Po yang membinasakan Goh Pay dan mengantarkan tuan putrinya Kian Leng untuk menikah dengan anak Gouw Sam Kui di Inlam, Anak ini pandai mengarang untuk membuat dusta pada setiap orang dan juga membuat kejahatan. 

Tetapi anehnya anak ini sangatlah disayang oleh kaisar Tionghoa, ia mengutarakannya banyak yang ditambah-tambahkan dan pada akhirnya ia berkata:

"Bocah ini menjadi tangan kiri dan kanannya Kaisar Tiongkok, jikalau kita membunuhnya, pastilah kaisar itu merasa tidak puas dan murka, Oleh karena itu sekarang kita sebaiknya jangan meladeninya. Lebih baik sekarang kita membicarakan cara menggerakkan angkatan perang yang hasilnya jauh lebih bermanfaat."

Ketika Hong koucu berbicara, penterjemah itu tak henti-hentinya memberikan keterangan pada atasannya dalam bahasa Losat, Sambil mendengar pembicaraan itu tuan putri pun tersenyum sambil memperhatikan Siau Po.

Korichin berpikir dan setelah itu ia berkata.

"Jadi kaisar itu sangat sayang pada anak ini?" tanyanya.

"Tidak salah lagi." sahut Hong kaucu dengan segala kepastian, "Jika tidak demikian, mana mungkin dalam usia yang sedemikian mudanya ia telah memperoleh pangkat yang sangat tinggi dan kedudukan yang sangat besar itu?" katanya pula. "Jikalau anak ini tak dapat kita binasakan, sebaiknya kita membuat surat pada kaisar Tiongkok yang kecil itu untuk mengirim permata yang jumlahnya sangat besar untuk menebus anak ini." kata Korichin.

Tuan Putri Sophia yang mendengarkan pembicaraan kedua orang itu menjadi tertawa. Secara perlahan-lahan ia menciumi pipi Siau Po dan berkata tetapi tidak diterjemahkan, Siau Po mengira kata-kata itu suatu sanjungan, Maka hatinya merasa girang.

"Asal aku tidak dihukum mati mudah untuk si raja cilik mengeluarkan uang dan permatanya untuk menebus aku." katanya dalam hati.

Hong kaucu tampak tidak puas tetapi ia hanya diam saja.

Setelah itu Siau Po mengambil uangnya dan membagi menjadi tiga tumpukan, Yang paling banyak ia berikan pada tuan putri Sophia dan pada tumpukan yang kedua ia berikan pada Korichin, Gubernur Jendral, sedangkan tumpukan yang terakhir ia berikan pada si penterjemah dan sisanya ia masukan kembali kedalam sakunya.

Sophia dan Korichin serta penterjemah itu memerintahkan menghitung jumlah uang itu dan seterusnya memerintahkan agar surat-surat berharga itu dapat ditukarkan dengan uang di pedalaman Tiongkok.

Kiranya jumlah uang si tuan putri itu selaksa tail lebih, Hal itu yang membuatnya sangat senang, itulah harta karun yang didapatnya dalam sekejap saja. Saking girangnya, ia memeluk tubuh Siau Po dan menciumi pipi kanan dan kirinya berulang- ulang.

Setelah itu ia berkata dengan suara nyaring, "Jumlah ini sangatlah besar! Untuk itu lepaskanlah anak ini agar ia pergi!"

Itulah kemerdekaan yang diinginkan oleh Siau Po, tetapi ia berpikir dan berkata dalam hati:

"Aku memang ingin merdeka, tetapi bukannya sekarang, Karena jika aku pergi, pastilah aku akan dibunuh oleh Hong kaucu ini."

Setelah berkata demikian, maka Siau Po tertawa.

"Oh, Tuan putri! Tuan sangatlah cantik, dan aku belum pernah melihat orang yang secantik kamu, Oleh karenanya ijinkanlah aku singgah barang beberapa hari lagi untuk melihatmu."

Sophia tertawa geli.

"Jikalau demikian, baiklah! Baiklah, besok kita pulang ke Moskwa!" katanya. Siau Po tidak mengetahui di mana tempat yang tadi telah disebutkan itu. seenaknya saja ia berkata:

"Jikalau Tuan putri yang cantik pergi ke Moskwa, utusan raja yang berpangkat tinggi ini akan pergi ke sana, Dan jikalau Tuan putri yang cantik ini pergi ke awan, maka utusan raja cilik ini akan pergi ke sana juga. "

Senang hati Sophia melihat anak ini yang pandai berbicara dan nada bicaranya sangatlah jenaka sekali Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum dan berkata.

"Baiklah. jikalau demikian, maka aku akan membawamu ke Moskwa," kata tuan putri.

Tetapi Korichin meminta pada Hong kaucu untuk meninggalkan tempat itu karena ia ingin berbicara panjang lebar dengan Siau Po.

Tampak Hong kaucu tidak membantah keputusan dari Gubernur jendral itu, ia diam dan menurut saja, tetapi sewaktu ia hendak meninggalkan tempat itu, sampai di pintu ia menatap Siau Po dengan mata yang bengis.

Siau Po menjulurkan lidahnya serta kedua tangannya untuk menutupi mukanya, itulah caranya mengejek, Sambil berbuat demikian ia berkata bagaikan berseru.

"Hong kaucu beruntunglah dan berbahagia untuk selama-lamanya dan usianya sama dengan usia langit!"

Kaucu tidak menjawab perkataan Siau Po, dengan sangat mendongkol ia mengajak Liok Kho Hian pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara itu Raja Losat yang bernama Gzar yang baru berusia dua puluh tahun, itu adalah adik dari putri Sophia, mempunyai tubuh cacat, tak dapat berjalan, Maka urusan negara yang penting-penting diputuskannya dari atas tempat tidur di mana ia selalu rebah, ada kesulitan baginya mengatur negaranya yang besar.

Buat keamanan negara, Czar memelihara satu pasukan berkuda yang di beri nama Kozakh serta satu tangsi tentara yang dilengkapi dengan senjata api.

Pasukan berkuda itu dipakai untuk menyerang ke segala arah, timur dan barat, dan pasukan bersenjata untuk menjaga keamanan raja pribadi.

Mengenai putri Sophia dapat diterangkan sebagai berikut.

Sophia sangat bebas dalam setiap tindakannya, sikapnya semau gue. Memang sebagian Bangsa Losat bebas dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita, di tambah lagi wajah Sophia sangat cantik, jadi tak heran jika ia memiliki banyak kekasih dari kalangan bangsawan dan pembesar istana.  Bahkan gubernur jendral Korichin tak terkecuali Gubernur jendral itu masih muda dan juga tampan, oleh karenanya ia sangat disayangi tuan putrinya.

Pada saat itu Korichin sedang membuat kota baru di Jaksha dan kota-kota yang lainnya, itulah tugas yang sangat berat baginya, Kerajaan Losat akan memberikan pengaruhnya pada Bangsa Mongolia, Liautong yang termasuk wilayah Tiongkok.

Putri Sophia yang gemar bergerak itu telah menyusul Korichin ke Jaksha. Dia sangat menyukai si gubernur jendral, tetapi ia tak mempunyai maksud untuk menikah dengannya, Jadi ia hanya ingin bergaul saja.

Pada suatu hari secara kebetulan Sophia menemukan jalan rahasia yang terdapat di dalam kamar Korachin. jalan itu terletak di dalam tanah. ia tertarik untuk melihat dan mengetahuinya, ternyata jalan itu menuju ke luar kota dan sampailah di pos itu. sedangkan jalan itu ia gunakan jikalau dalam melaksanakan tugasnya terdapat huru- hara, maka jalan itu baru di gunakan untuk meloloskan diri.

Melihat pada si serdadu penjaga, Sophia lalu mengajaknya untuk main gila dan serdadu itu melayaninya, Tak lama kemudian ia kepergok oleh Siau Po dan Song Ji. Serdadu itu mati di tangan Siau Po. Secara kebetulan tuan putri bertemu dengan Siau Po yang ternyata berpangkat tinggi dan bersedia bermain cinta-cintaan dengannya. Akhirnya ia bersedia mengajak utusan raja ini untuk pergi ke Moskwa.

Dalam perjalanan pulang, tuan putri di kawal oleh dua ratus tentara berkuda, Rombongan besar itu menuju arah barat. Selama itu tuan putri selalu duduk dengan keretanya atau dengan menunggang kudanya langsung, perjalanan itu bersipat pesiar.

Sesudah melewati dua puluh hari lebih, legalah hati Siau Po. ia percaya pastilah Hong kaucu tak akan menemuinya, Namun ia sangat terkejut karena mendengar bahwa perjalanan itu dapat memakan waktu empat bulan atau lebih.

"Ah! Bukankah itu sama saja dengan orang yang pergi ke langit? Dan setelah berjalan empat bulan atau lebih itu, bukankah utusan raja, Siau Po telah menjadi tua bangka?"

Mendengar kata-kata yang sangat jenaka itu tuan putri Sophia tertawa.

"Habis mau apa? Apakah kau ingin pulang ke Pakhia? Apakah kau sudah bosan padaku?" tanyanya.

"0h... tidak! Memandangi tuan putri yang cantik ini biarkan seribu tahun lamanya tak akan ada bosannya, Juga tidak walaupun selaksa tahun! Namun untuk pergi begitu jauh dan lama, maka dengan sendirinya hati ini menjadi sangat takut dan cemas..." jawab Siau Po.

Sophia tersenyum mendengarkannya. "Kau jangan khawatir apa pun juga!" kata Sophia menghibur.

Selama dua puluh hari dalam perjalanan bukan main senangnya si tuan putri, ia mendapat kawan Siau Po, dan selama itu pula ia mendapatkan tambahan kata-kata Tionghoa dari pembicaraan itu. Begitu juga dengan Siau Po, ia mendapat tahu sedikit demi sedikit bahasa Losat, Keduanya memang sama-sama cerdas dan cerdik, dan keduanya sama-sama puas dalam pergaulan. 

Yang putri bukanlah gadis baik, dan yang putranya kacung berandalan. Di samping tidak menghargai kesucian tubuhnya, iapun senang meladeninya.

Dan pada akhirnya tuan putri merasa tidak puas karena Siau Po selalu saja mengingat-ingat negaranya, dan menginginkan pulang kembali.

"Aku tidak mengijinkan kau pulang, Kau harus menemaniku sampai ke negaraku di Moskwa, dan kau harus tinggal denganku selama satu tahun. Setelah itu barulah kau kuijinkan kembali ke kampung halamanmu di Pakhia." kata tuan putri.

"Satu tahun? Bukan main lamanya." sahut Siau Po.

Selama ini ia cukup mengetahui tabiat tuan putri, Maka ia harus berlaku saban jikalau ia memaksa untuk pergi, ada kemungkinan tuan putri ini akan memerintahkan salah satu serdadunya untuk membunuhnya.

Malam itu diam-diam Siau Po menemui Song Ji untuk membicarakan halnya tuan putri Sophia akan menahannya selama satu tahun di negaranya, ia katakan itu pada Song Ji karena ia tahu kalau Song Ji memiliki otak cerdas dan pandai.

"Apakah kau mempunyai jalan untuk kita menyingkirkan diri?" tanya Siau Po.

"Buat apa yang Siangkong lakukan untuk hanya dapat menurut saja." katanya yang selalu memanggil Siau Po dengan sebutan "Siangkong" sebab ia menganggap laki-laki itu adalah majikannya.

Siau Po memandangi mega, kemudian ia menarik napas dan kemudian menggelengkan kepalanya, itu suatu tanda kalau ia belum mendapatkan jalan ke luarnya.

Perjalanan pulang ke Tiongkok sangat jauh dan berbahaya, Mereka harus membawa bekal pakaian yang tebal dan juga rangsum yang banyak, Andai tuan putri ini tidak mengirim pasukannya untuk mencari dan membunuhnya ada kemungkinan ia akan mati kedinginan dan kelaparan di tengah perjalanan.

Salju terdapat di mana-mana, di daerah yang luas, Berbeda dengan di daerah Liauwtong yang masih terdapat rimba, Orang dapat mencari binatang buruan, sedangkan di sini burung terbang pun tak terlihat. Demikian selama ia tak berdaya ia mengikuti terus ke mana arah tuan putri itu. Mulanya ia ingat si raja cilik entah bagaimana dengan raja cilik itu. juga perihal Gouw Sam Kui, si penghianat itu sudah berontak ataukah belum, Yang terlebih sering yaitu A Ko, ini yang tak dapat ia lupakan. Dalam hati ia selalu bertanya apakah ia masih berada di Kun Beng atau sudah pindah.

Demikianlah selama satu bulan dalam perjalanan ia selalu mengingat-ingat orang- orang yang pernah dikenalnya.

Di dalam wilayah yang bersalju itu, membuat otak jadi beku, Maka sangatlah bersyukur bagi Siau Po, ia mudah untuk menghibur diri, sedangkan putri Sophia membantu banyak padanya, Putri yang genit dan ceriwis itu membuatnya menjadi girang. Demikian juga Song Ji, ia pun dapat menghiburnya, karena ia dapat berbicara secara terbuka.

Dalam perjalanan akhirnya Siau Po tidak merasa kesepian.

Waktu empat bulan lebih dilaluinya di tengah perjalanan Tiba di luar kota Moskwa bulan sudah bulan ke empat. Pada waktu itu udara semakin hangat karena air es tersebut makin Iama makin lumer mencair.

Di mata Siau Po walaupun kota Moskwa itu besar tetapi pembuatannya masih kalah dengan kota Pakhia, pembuatannya kasar, di lihat dari jauh rumah-rumah tidak teratur dan kotor, kota itu tak dapat dibandingkan dengan kota Pakhia dan juga kota-kota lainnya yang kecil.

Masih beberapa Lie dari situ telah ada orang istana yang memberikan kabar bahwa istana akan kedatangan tuan putrinya itu. Maka tak lama kemudian terdengarlah suara terompet yang disusul dengan barisan tentara berkuda yang bersenjatakan senjata api.

"Kakak raja telah memerintahkan kepada orang-orangnya untuk menyambut kedatanganku!" kata tuan putri.

Akan tetapi setelah mendekati barisan berkuda itu, Sophia terkejut. Tampak jelas para serdadu itu menggunakan seragam dengan ditancapkan bulu burung halus warna hitam dan batang senapannya diikat kain hitam juga.

Itulah tanda berkabung.

Dalam kagetnya tuan putri itu langsung mempercepat kudanya dan ia langsung menanyakannya.

"Apa yang telah terjadi?"

Seorang opsir lompat turun dari kudanya, lalu memberikan hormat kepada tuan putri dan berkata. "Harap tuan putri ketahui, bahwa tuanku sri baginda telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa dan sudah meninggalkan dunia, negara, rakyat serta telah pergi ke sorga."

Sophia kaget sekali, maka dengan cepat air matanya bercucuran membasahi pipinya.

"Kapankah terjadinya itu?" tanyanya kepada opsir itu.

"Jikalau Tuan putri pulang empat hari sebelum ini, pastilah Tuan putri akan dapat berpamitan pada tuan raja." jawab Si Opsir itu.

Sophia mengetahuinya kalau kesehatan kakak raja sedang terganggu, Orang meramalkan tidak lama lagi raja akan meninggal tepat sewaktu tuan putri sedang berada di kota raja itu.

Siau Po heran melihat putri itu. MuIanya sangat senang tetapi akhirnya sedih, malah ia sangat berduka cita, Maka untuk itu Siau Po mencari keterangan tentang masalah itu. Setelah ia ketahui masalahnya, dalam hati Siau Po merasa sangat senang, maka ia berkata:

"Dengan wafatnya raja, untuk sementara waktu keadaan istana akan kacau, Maka tak akan mudah mereka mengadakan serangan terhadap Kota Pakhia untuk membantu Gouw Sam Kui." Katanya dalam hati.

Kemudian Sophia masuk ke dalam kota. Di saat ia hendak memasuki istana, opsir itu berkata padanya.

"Atas perintah ibu suri, tuan putri Sophia diminta untuk beristirahat di luar istana!" katanya.

Sophia merasa heran mendengar hal itu.

"lbu suri apakah?" tanyanya dengan bengis, "lbu suri yang mana yang dapat mengendalikan aku?"

Opsir itu mengangkat tangannya sebagai isyarat untuk anak buahnya, Para anak buahnya lalu mengangkat senjatanya dan mengarahkannya pada pasukan pengawal tuan putri. Tak lama kemudian pasukan tuan putri telah berhasil dilucuti senjatanya. Setelah itu mereka dititahkan untuk turun dari atas kudanya masing-masing.

Kembali Sophia menjadi heran. ia sangat gusar menyaksikan hal itu. "Apakah kau ingin berontak?" tanyanya dengan bengis.

Opsir itu menjawab dengan kata-katanya: "lbu suri khawatir sekembalinya tuan putri, tuan putri tidak mau menerima pengangkatan raja yang baru, Maka itu aku dititahkan untuk menahan tuan putri," katanya.

Muka Sophia menjadi merah.

"Raja yang baru? Siapa raja yang baru itu?" tanyanya. "Raja yang baru adalah raja Peter I." jawab opsir itu.

Sophia tertawa, .

"Peter!" katanya mengulangi kata-kata si opsir, "Peter toh, masih anak-anak! Usianya pun baru sepuluh tahun lebih! Mana dapat ia menjadi Czar yang baru? Bukankah kau menyebut-nyebut ibu suri? Bukankah ia itu Natalia?"

"Ya." Sahut opsir itu.

Memang ayah raja Sophia Alexius Mikhailovich, mempunyai dua orang permaisuri, permaisuri yang pertama mempunyai anak laki-laki dan perempuan atau banyak anaknya. Dialah ibu Sophia kakak beradik, permaisuri yang kedua ialah Natalia, yang usianya jauh lebih muda dan mempunyai seorang putra, dialah Peter yang disebut menjadi Peter I itu.

"Mari antar aku menemuinya di istana!" kata Sophia, "Aku hendak bertemu dengan Natalia, aku hendak bertemu dan berbicara!" katanya pula.

"Adikku Ivan berusia lebih tua dari Peter, kenapa bukan dia yang diangkat menggantikan Czar? Lalu bagaimanakah dengan para menteri? Apakah mereka itu tidak berbicara cara mengangkat raja baru pada ibu suri? Apakah mereka bisu?" katanya dengan kesal.

"Hamba hanya menjalankan perintah dari ibu suri, serta Sri Baginda raja, Karenanya tuan putri sudi memaafkan aku!" jawab si Opsir itu yang kemudian memegang tali kendali kuda tuan putri dan diajaknya untuk pergi ke arah timur.

Sophia gusar bukan main. Seumur hidupnya belum pernah ada orang yang berani kurang ajar kepadanya, Maka tak ayal lagi ia mengayunkan cambuknya untuk menghajar opsir itu.

Ternyata opsir itu sudah siap siaga, Setelah mengetahui bahwa akan datang bahaya ia langsung menggerakkan tubuhnya untuk menangkis serangan itu. ia tidak marah tetapi malah tertawa, Setelah itu ia memerintahkan pada pasukannya untuk menggiring tuan putri meninggalkan istana sampai jauh.

Siau Po dan Song Ji turut pula digiring oleh mereka. Semasuknya tuan putri ke dalam istana luar itu, sementara istana langsung di jaga ketat dengan pasukan bersenjata, Siapa saja dilarang masuk dan ke luar tanpa ijin.

Dalam marahnya tuan putri menghajar semua perabotan yang ada di sana sedangkan hidangan yang sudah disiapkan dia acak-acak.

Selama beberapa hari penjagaan diperketat pada istana luar atau Villa istana. Hal itu tak pernah kendor, maka satu kali Sophia memanggil opsir, komandan pasukan pengawal itu. Dia menanyakan sampai berapa lama ia akan ditahan dalam istana itu.

"Menurut perintah dan pesan dari ibu suri, tuan putri suka atau mau untuk tinggal di luar istana sampai perayaan tahun kelima puluh pengangkatan Sri Baginda Peter I. Dan pada waktu itu tuan putri akan diundang pula."

Sophia kaget bercampur gusar.

"Apa katamu? Aku diminta untuk menanti sampai perayaan penobatan tahun kelima puluh dari si Peter itu? Bukankah dengan demikian aku sama saja ditahan selama lima puluh tahun lamanya?" tanyanya dengan bengis.

Komandan itu tersenyum, dia bukannya menjawab pertanyaan itu malah berkata dengan ramah, "Sekarang ini aku sudah berusia empat puluh tahun, maka aku percaya tak akan sanggup melayani tuan putri sampai lima puluh tahun itu. Bahkan sepuluh atau dua puluh tahun lagi akan datang penggantiku yang masih muda dan gagah, Maka hanya sampai di situ aku dapat melayani tuan putri Sophia." Katanya.

Hati Sophia menjadi ciut mendengar keterangan opsir itu, ia sangat takut orang akan menahannya selama lima puluh tahun, Dia mencari akal untuk meloloskan diri dari tahanan itu.

Sophia mendapatkan akal yaitu dengan cara menggunakan kecantikannya, ia akan merayu opsir itu, agar dengan demikian ia dapat meloloskan diri dari kurungan itu.

Si Opsir berdiam saja, malah ia mundur beberapa langkah.

"Maaf tuan putri, ibu suri telah melarang para pasukan untuk tidak mendekati tuan putri bahkan untuk menoleh saja tak boleh, jikalau hal itu sampai dilanggar kami akan dihukum mati. Apabila kepala pasukan pengawal telah dihukum mati, maka sebagai penggantinya adalah wakilnya, Dan jika wakil itu pun dihukum mati, maka sebagai penggantinya adalah wakilnya, Dan jika wakil itu pun dihukum mati maka yang akan naik yaitu kepala kompi, Demikianlah seterusnya ganti-mengganti, pimpinan pasukan, Oleh karenanya setiap pasukan ingin sekali untuk naik pangkat, jadi penjagaan dilakukan dengan sangat ketat sekali." kata opsir itu.

Baru saja komandan itu menutup mututnya, pintu sudah ada yang membukanya, Dialah komandan muda, yang senantiasa menunggu diluar, yang tengah berjaga di luar.... Ibu suri telah mengetahui kalau Sophia itu cantik dan sangat genit Untuk itu ia membuat peraturan agar para penjaga jangan sampai ada yang mendekatinya, ia sangat khawatir jika Sophia akan menggunakan kecantikannya untuk merayu para penjaga itu, maka terlebih dahulu ia mengeluarkan perintah itu. 

Hal itu dimaksudkan agar tuan putri itu tidak main gila, Ternyata sekarang kekhawatirannya itu terbukti, sekeluarnya komandan itu, Sophia masuk ke dalam kamarnya dan menangis sepuasnya, Di saat itu ia benar-benar telah putus asa. Sia-sia saja ia melakukan hal itu, Wanita itu sangat kesal, hanya air matanyalah yang dapat menolongnya mengurangi kesedihannya itu. Dalam hati ia mencaci ibu tirinya itu.

Selama dalam tahanan itu Siau Po dapat mempelajari sifat tuan putri itu. Pertama ia mengetahui sifat Sophia yang selalu marah lalu diam saja. ia pun dapat melihat para serdadu yang mempunyai sifat kasar. 

Maka ia beranggapan kalau negara itu adalah negaranya para hantu yang mempunyai sifat kasar dan bengis dan juga memiliki sifat yang sangat jahat dan kejam.

Siau Po dan juga Song Ji sebenarnya tidak merasa sukar untuk ke luar dari istana itu. Yang mereka pikirkan ialah jalan yang terlalu jauh untuk pulang kembali ke tempatnya, jarak yang terlalu jauh ditambah lagi dengan rintangan yang pasti telah menghadangnya.

Tanpa penunjuk jalan mereka berdua pasti akan tersesat di tanah yang datar dan tanah yang dipenuhi oleh es, serta salju yang sangat dingin sekali. Kedua tempat itu sangat mengancam mereka jika tidak selalu waspada di antaranya kelaparan, kedinginan.

Walaupun mendapatkan kesukaran, dasar mereka itu masih muda dan masih gagah mereka masih dapat menghibur diri. Ada kalanya antara mereka itu bercanda satu dengan yang lainnya, Mereka berdua hidup rukun dan damai, saling hormat menghormati satu dengan yang lainnya, terutama Song Ji, Nona itu selalu menghormati siangkongnya.

Pada suatu hari Siau Po bercerita pada Song Ji. ia mengambil cerita pendeta Tong Sam Chong bersama ketiga pengiringnya yaitu Sun Gouw Kong si siluman kera, Tie Pat Kay si siluman babi, dan See Ceng si siluman naga, yang di ajaknya pergi ke Say Thie (Tanah barat) yang tujuannya akan mengambil kitab suci.

"Mari kita bertaruh! Menurut aku tempat yang dinamakan Say Thie yang mereka tuju itu pastilah tak jauh berbeda dengan tempat Moskwa, Maka kalau dibandingkan dengan pendeta Tong, aku jauh lebih lihay, Kau percaya atau tidak? jikalau kau tidak percaya mari kita sekarang bertaruh!" kata Siau Po.

Song Ji adalah orang yang tak suka berjudi, menurutnya bertaruh itu sama dengan berjudi. Makanya mendengar kata-kata siangkongnya ia lalu berkata: "Jikalau siangkong menganggap kalau siang-kong lebih lihay dari pada pendeta Tong itu ya sudah. Baiklah, Siangkong terlebih lihay dari pada pendeta Tong! Aku tak dapat bertaruh, Aku pun tak selihay Tie Pat Kay itu. "

Setelah berkata demikian Song Ji tertawa.

Justru pada saat itu dalam kamar tuan putri terdengar suara yang sangat berisik, itulah suara entah barang apa lagi yang telah menjadi korban, Tak lama kemudian terdengar suara tangis tuan putri itu. yang tengah memukuli pembaringan dan 

membanting-banting kakinya....

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar