Jilid 14
Para prajurit kerajaan Touw yang sempat meloloskan diri dari Kut Liong-leng, segera pergi ke kota Sie Sui-koan, menceritakan prihal kematian Bun Taysu pada Kolonel Han Yong, penguasa kota tersebut. Han Yong langsung berangkat ke kota-raja, untuk melaporkan pada Kaisar peristiwa tragis yang menimpa Bun Taysu. Touw Ong amat terperanjat campur sedih ketika menerima kabar buruk tersebut, kembali teringat akan mimpinya. Untuk beberapa saat Kaisar berdiam diri, tak dapat memutuskan siapa yang dianggap paling tepat menggantikan posisi Bun Taysu. Semalam suntuk sang Kaisar tak dapat tidur, menjelang pagi baru dia ingat Teng Kiu Kong, seorang perwira-tinggi yang perkasa lagi setia padanya, yang dipercayakan menjaga kota Sam San-koan. Keesokan harinya dia mengutus seorang pejabat ke Sam San-koan dengan membawa surat perintahnya. Teng Kiu Kong menyambut hormat utusan Kaisar, berlutut ketika sang utusan membacakan surat perintah Kaisar. Setelah dijamu, utusan Kaisar kembali ke kota-raja. Selagi Teng Kiu Kong bersiap-siap untuk berangkat ke Seekie, seorang pembantu memberitahukannya, bahwa ada pemuda cebol yang ingin bertemu dengannya. Teng Kiu Kong menyuruh si cebol masuk. Pemuda cebol itu, yang tingginya hanya 4,5 elo, mengaku bernama Touw Heng Sun.
"Dari mana asalmu?", tanya Teng Kiu Kong. Touw Heng Sun memberitahukannya, bahwa dia adalah murid Kie Liu Sun, lalu menceritakan juga sebabnya sampai dia menghadap Teng Kiu Kong. ------ Sesungguhnya Kie Liu Sun mempunyai tiga orang murid, yaitu HweTong, Touw Heng Sun dan Sui Tong. Pada suatu hari Kie Liu Sun turun gunung untuk suatu keperluan. Ketiga muridnya menggunakan kesempatan itu untuk keluar dari goa, sekedar menikmati keindahan panorama di seputarnya. Setelah berjalan beberapa waktu, mereka menempuh arah masing- masing. Hwe Tong (Bocah Api) berjalan ke arah Timur; Sui Tong (Bocah Air) mengambil arah Barat; sedang Touw Heng Sun tetap menempuh jalan lurus ke muka. Selagi Touw Heng Sun asyik menikmati panorama di seputarnya, telah bertemu seorang Tojin yang menunggang Macan. Tojin itu tak lain adalah Sin Kong Pa. Siapa kau, Siao To-heng?", sapa Sin Kong Pa sambil me natap tajam.
"Nama saya Touw Heng Sun".
"Siapa gurumu?"
"Kie Liu Sun". Setelah mengetahui, bahwa Touw Heng Sun murid Kie Liu Sun, Sin Kong Pa dengan maksud tertentu, memberitahukan, bahwa Heng Sun tak memiliki 'Tulang Dewa', hingga percuma saja dia ikut Kie Liu Sun, sebab biar bagaimana tekunnya dia menuntut ilmu, tak mungkin jadi Dewa.
"Lalu apa yang sebaiknya saya lakukan?", tanya Touw Heng Sun.
"Sebaiknya kau turun gunung untuk mencari pangkat dan kekayaan, dengan demikian sepanjang hayatmu akan menikmati kesenangan", sahut Sin Kong Pa.
"Benarkah itu?", tanya Touw Heng Sun lagi, mulai tergerak hatinya.
"Aku tidak berdusta", ujar Sin Kong Pa.
"Asal kau bersedia menuruti kata-kataku, hidupmu selanjutnya pasti akan bergelimang kesenangan".
"Apa yang harus saya lakukan?", tanya Heng Sun pula.
"Bawalah suratku ini pada Jenderal Teng Kiu Kong, pengua sa kota Sam San-koan. Kau akan diterimanya sebagai pembantu. Mulai saat itu akan senang hidupmu". Touw Heng Sun benar-benar terpengaruh oleh bujukan Sin Kong Pa,menerima suratnya seraya mengucapkan terima kasih. Sin Kong Pa meninggalkan pemuda cebol yang masih polos jiwanya itu sambil tersenyum luar biasa. Diam-diam Touw Heng Sun kembali ke dalam goa, terlihat Hwe Tong dan Sui Tong telah lebih dulu pulang. Kala itu mereka sedang tidur nyenyak. Girang hati Touw Heng Sun melihat keadaan itu, lalu mencuri beberapa utas 'Kun Sian So' (Tali Dewa) dan beberapa butir pil mujizat milik gurunya, diam-diam meninggalkan goa. Dia menuju ke Sam San-koan dengan menggunakan kesaktiannya berjalan di bawah tanah. Dengan mengikuti petunjuk Sin Kong Pa, tak lama tibalah dia di tempat yang dimaksud. Begitu keluar dari permukaan tanah, terlihat olehnya Teng Kiu Kong sedang menyiapkan pasukan. Touw Heng Sun tak berani langsung menemui Teng Kiu Kong pada saat seperti itu, masuk lagi ke dalam tanah, muncul di luar markas penguasa kota itu. Sesuai dengan peraturan, dia meminta pada seorang penjaga untuk menyampaikan maksudnya hendak menghadap Teng Kiu Kong. ---- Teng Kiu Kong yang telah berkenan menerimanya dan membaca surat Sin Kong Pa, selanjutnya menanyakan ilmu yang dimiliki Touw Heng Sun. Touw Heng Sun sengaja mengagulkan kepandaiannya. Namun Teng Kiu Kong yang melihat bentuk tubuh Heng Sun, kurang yakin kalau si cebol memiliki kepandaian tinggi, menempatkannya di bagian ransum. Esok paginya Teng Kiu Kong berangkat ke See-kie dengan membawa pasukan pilihan. Beberapa hari kemudian tibalah mereka di luar kota See-kie. Teng Kiu Kong memerintahkan mendirikan kemah dan setelahberistirahat semalam, pagi harinya dia membawa pasukan ke muka pintu gerbang See-kie, menantang Kiang Chu Gie berperang tanding. Kiang Chu Gie menyambut tantangan tersebut dengan menunggang 'See Put Siang', didampingi Oey Hui Houw, Na Cha dan lain-lainnya. Begitu saling berhadapan, tanpa banyak bicara lagi Teng Kiu Kong membacok Kiang Chu Gie dengan goloknya. Oey Hui Houw yang berada di sisi Chu Gie langsung menangkis serangan tersebut, hingga terjadi pertarungan sengit di antara mereka. Serangan-serangan Teng Kiu Kong amat ganas, namun Oey Hui Houw pun sangat mahir memainkan senjata tombaknya. Maka tidaklah mengherankan, biarpun telah berlangsung lebih dari 30 jurus, namun belum dapat diketahui siapa yang akan ke luar sebagai pemenang. Menyaksikan keadaan itu, Na Cha melajukan 'Hong Hwe Lun' (Roda Angin dan Api)-nya, membantu Oey Hui Houw menempur Teng Kiu Kong. Teng Sian Giok, anak gadis Teng Kiu Kong, amat gusar melihat ayahnya dikeroyok, mengeluarkan 'Ngo Kong Cio' (Batu Panca Cahaya), menimpuk Na Cha dan tepat mengenai sasaran. Na Cha terpaksa kembali ke sisi Chu Gie, bengkak mukanya. Oey Thian Hoa mengoloknya.
"Kau sih melongo saja bila menghadapi gadis cantik". Na Cha hanya tersenyum kecut. Kala itu telah gelap cuaca, kedua belah pihak menarik mundur pasukan masing-masing, menunda pertempuran. Gelisah sikap Kiang Chu Gie sekembalinya ke markas, mengajak para pembantunya merundingkan siasat menghadapi lawan .... Teng Kiu Kong kembali menantang perang pada keesokan harinya. Kabar itu segera disampaikan pada Kiang Chu Gie.
"Siapa di antara kalian yang bersedia menghadapi lawan?". tanya ChuGie kepada para pembantunya. Na Cha yang penasaran atas kekalahannya kemarin, langsung memajukan diri untuk menghadapi lawan. Chu Gie menyetujuinya. 19 Biarpun dalam perang tanding sekali ini Na Cha berhasil melukai Teng Kiu Kong dengan gelang wasiatnya, tapi dirinya kembali harus merasakan timpukan batu Teng Sian Giok, membuatnya terpaksa kembali ke induk pasukan dengan wajah matang biru. Teng Sian Giok berusaha mengejarnya, tapi telah disambut oleh Lam Kong Koa, hingga terjadi pertempuran seru, yang ke mudian memaksa Sian Giok harus menarik mundur pasukannya. Keesokan harinya Teng Sian Giok yang mewakili ayahnya, menantang pihak See-kie.
"Siapa yang bersedia menghadapinya?", tanya Kiang Chu Gie.
"Saya", sahut Oey Thian Hoa. Kiang Chu Gie mengangguk. Oey Thian Hoa memimpin pasukan ke luar pintu gerbang See-kie dengan menunggang Kie Lin kumalanya. Begitu lawan muncul, Teng Sian Giok segera menyerang dengan goloknya. Oey Thian Hoa menangkis dengan Gadanya. Setelah bertempur lebih dari 20 jurus, Teng Sian Giok memutar kudanya, melarikan diri. Oey Thian Hoa mengejarnya. Teng Sian Giok memegang sepasang golok dengan tangan kiri dan menggunakan tangan kanannya menimpuk Thian Hoa dengan 'Ngo Kong Cio'-nya. Oey Thian Hoa yang tak menyangka dirinya diserang de ngan batu Panca Cahaya, tak sempat mengelak atau menangkis, membuat wajahnya terhajar telak hingga matang biru, lebih parah lukanya dari yang diderita Na Cha, kabur meninggalkan medan tempur. Kini giliran Na Cha balas mengoloknya.Teng Sian Giok tidak mengejar lawannya, kembali ke perke mahan dengan wajah berseri. Teng Kiu Kong turut gembira ketika mendengar anak perempuannya berhasil mengalahkan Oey Thian Hoa. Hari berikutnya kembali Teng Sian Giok menantang perang. Berhubung Teng Sian Giok memiliki senjata wasiat berupa batu, maka pihak See-kie menjagoi Liong Sie Houw. Liong Sie Houw membawa sejumlah pasukan menyambut tantangan Teng Sian Giok. Segera terjadi pertarungan sengit dan setelah berlangsung lebih dari delapan jurus, Liong Sie Houw menimpukkan batu secara beruntun ke diri Sian Giok. Teng Sian Giok yang menyadari kehebatan timpukan itu, cepat-cepat melarikan diri. Liong Sie Houw mengejarnya. Tiba-tiba Teng Sian Giok membalikkan diri, menimpuk Liong Sie Houw dengan 'Ngo Kong Cio', tepat mengenai bahu Sie Houw.
"Aduh!", Sie Houw menjerit kesaktian, jatuh terguling. Teng Sian Giok memutar kuda tunggangannya, menghampiri Sie Houw, bermaksud menamatkan riwayat lawannya. Untung Yo Chian cepat datang menolong, menangkis golok Sian Giok yang nyaris menabas batang leher Sie Houw. Berlangsunglah pertarungan sengit antara Yo Chian dengan Teng Sian Giok. Pertempuran telah berlangsung lebih dari 30 jurus, tapi belum dapat dipastikan siapa yang akan unggul. Seperti juga sebelumnya, Teng Sian Giok memutar kuda, melarikan diri. Yo Chian terus memburu lawannya yang seorang itu. Tiba-tiba Sian Giok menimpukkan batu wasiatnya dan terdengar 'prang', kaca pelindung dada Yo Chian pecah, namun Yo Chianterhindar dari luka. Yo Chian segera melepaskan 'Anjing Langit-nya, yang berhasil menggigit leher Teng Sian Giok. Kalau saja leher Sian Giok tidak dilindungi selempang kulit, tentu akan terluka parah. Sekalipun demikian, selain selempang kulitnya putus, leher puteri Teng Kiu Kong agak terluka juga, membuatnya menjerit kesakitan. Cepat-cepat melarikan diri. Sesampainya di perkemahan, meledaklah tangis Sian Giok. Teng Kiu Kong gelisah, tak tahu apa yang sebaiknya dilakukan nya!? Selagi Kiu Kong tengah kebingungan, masuklah Touw Heng Sun. Sebelumnya Touw Heng Sun telah mendengar keterangan dari salah seorang prajurit, bahwa pimpinan mereka dan anak gadisnya dilukai lawan. Setelah memberi hormat, Touw Heng Sun berkata .
"Panglima tak usah khawatir, luka Panglima dan nona Sian Giok dapat saya sembuhkan". Touw Heng Sun mengeluarkan sebutir Kim Tan (Pil Emas) dari dalam Buli-buli, menghancurkannya dengan sedikit air, lalu memborehkannya ke luka Teng Kiu Kong dan anak gadisnya. Dalam waktu singkat hilanglah rasa nyeri yang mereka derita. Teng Kiu Kong amat senang, segera menyuruh pembantunya menyiapkan hidangan untuk menjamu Touw Heng Sun. Teng Kiu Kong mempercayakan Touw Heng Sun pada hari berikutnya, untuk memimpin pasukan menempur pihak Seekie. Kiang Chu Gie memerintahkan Na Cha menghadapi lawan. Begitu berhadapan, Na Cha menusuk Heng Sun dengan tombaknya. Touw Heng Sun menangkis dengan Toya (Tongkat)-nya dan terjadilah pertarungan sengit untuk beberapa waktu lamanya, belum dapat dipastikan siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Na Cha bersiap-siap hendak melontarkan 'Kan Kun Choannya, namun Touw Heng Sun telah mendahului melontarkan tali wasiatnya.Lo Chia (Na Cha) tak sempat mengelak, kena diringkus. Touw Heng Sun kembali ke perkemahan dengan kemenangan. Teng Kiu Kong memerintahkan untuk mengurung Na Cha di kemah belakang, kemudian merayakan kemenangan tersebut. Kala itu luka Teng Sian Giok telah sembuh. Ketika melihat Touw Heng Sun berhasil menawan Na Cha, dia berniat memimpin pasukan menggempur pihak See-kie keesokan harinya. Namun Teng Kiu Kong membujuk anak gadisnya, agar me nunda dulu niatnya itu sampai kesehatannya pulih benar. Touw Heng Sun tetap dipercayakan memimpin pasukan untuk menggempur kubu Chiu (See-kie). Kiang Chu Gie kembali memerintahkan Oey Thian Hoa untuk menghadapi lawan. Thian Hoa ke luar pintu gerbang kota dengan menunggang 'Giok Kie Lin' (Kie Lin Kumala), bersenjatakan sepasang Gada. Begitu saling berhadapan, tanpa banyak bicara lagi mereka langsung baku hantam. Touw Heng Sun mengimbangi serangan Thian Hoa dengan menggerak- gerakkan Toyanya. Biarpun telah berlangsung belasan jurus, belum terlihat siapa yang berada di bawah angin, maka Touw Heng Sun menggunakan siasat berpura-pura kewalahan, lalu melarikan diri. Oey Thian Hoa mengejarnya. Mengetahui lawannya terpancing siasatnya, Touw Heng Sun melontarkan tali wasiatnya. Oey Thian Hoa yang tak menyangka akan diserang dengan cara itu, tak sempat mengelak, kena diringkus. Touw Heng Sun membawa tawanannya ke perkemahan. Betapa gembiranya Teng Kiu Kong menyaksikan keberhasil an Heng Sun, kembali dia menjamu bawahannya yang perkasa itu. Sampai kentongan ketiga perjamuan itu belum juga usai. Pada saat itu Teng Kiu Kong telah setengah mabuk, berkata padaTouw Heng Sun .
"Seandainya kau dapat menghancurkan kubu pertahanan See-kie, akan kujodohkan kau dengan anak gadisku".
"Benarkah itu Jenderal?", berseri wajah Touw Heng Sun.
"Aku tak pernah menjilat ludah kembali", sahut Teng Kiu Kong. Touw Heng Sun tambah bersemangat menggempur pihak See-kie setelah mendengar janji tersebut. Keesokan harinya dia kembali menantang pihak See-kie. Sekali ini Kiang Chu Gie sendiri yang menyambut tantangan itu, ke luar pintu gerbang dengan didampingi oleh Yo Chian, Oey Hui Houw, Lam Kong Koa, Kim Cha, Bhok Cha dan lainlainnya. Begitu melihat Chu Gie, Touw Heng Sun langsung melompat maju seraya memukulkan Toyanya. Chu Gie menangkis dengan pedangnya. Menyerang dan menangkis silih berganti dilakukan kedua belah pihak. Dalam sekejap pertarungan telah berlangsung lebih dari 30 jurus, tapi belum dapat diketahui siapa yang bakal keluar sebagai pemenang. Beberapa saat kemudian, Touw Heng Sun mendadak melontarkan 'Kun Sian So' (Tali Pengikat Dewa)-nya dan berhasil meringkus Chu Gie hingga jatuh dari 'See Put Siang'. Oey Hui Houw dan lain-lainnya cepat memajukan diri, me nyelamatkan pimpinan mereka dengan membawanya kembali ke dalam kota dalam keadaan terikat. Mereka berusaha melepaskan tali wasiat yang mengikat tubuh Chu Gie, tapi semakin diusahakan, semakin erat tali itu melibat diri Kiang Chu Gie. Yo Chian meneliti tali tersebut, tapi dia tak berhasil menemukan cara untuk menguraikannya. Selagi orang-orang gagah di pihak See-kie kebingungan, tibatiba masuk seorang pembantu, memberitahukan ada seorang Totong ingin bertemu dengan Perdana Menteri. Chu Gie menyuruh pembantunya menyilakan Totong itu masuk. Ternyata yang datang adalah Pek Hok Tongcu (Bocah Bangau Putih)Begitu berada di hadapan Chu Gie, Pek Hok Tongcu memberi hormat seraya memanggil .
"Susiok (Paman guru)". Kedatangan Pek Hok Tongcu adalah atas titah gurunya, untuk membebaskan Chu Ge (Chu Gie) dari ikatan tali wasiat, Setelah menerangkan maksud kedatangannya, Pek Hong Tongcu menempelkan sehelai 'Hu' (Surat jimat) di ujung tali, kemudian menudingkan jari ke lantai. Tali wasiat itu mengendor, lalu jatuh ke lantai. Kiang Chu Gie segera berlutut ke arah gunung Kun Lun, sebagai pengungkapan rasa terima kasihnya. Pek Hok Tongcu pamit.
"Sejak semula saya telah curiga, bahwa tali ini adalah 'Kun Sian So' milik Kie Liu Sun", ujar Yo Chian sepergi Pek Hok Tongcu.
"Bagaimana mungkin?", Chu Gie ragu.
"Aku tak yakin Kiel Liu Sun ingin mencelakaiku!".
"Sebaiknya kita selidiki nanti", kata Yo Chian. Hari berikutnya Touw Heng Sun kembali menantang pe rang. Tantangannya sekali ini disam but oleh Yo Chian. Dalam pertarungan, Yo Chian sengaja membiarkan dirinya ditangkap dan diikat oleh Touw Heng Sun. Touw Heng Sun memerintahkan beberapa orang prajurit menggotong kerangkeng yang berisi tawanan ke perkemahan Tapi ketika tiba di muka kemah, kerangkeng itu mendadak jadi sangat berat, membuat para prajurit tak sanggup menggotongnya, melepaskannya. Ternyata yang berada di dalam kerangkeng bukan Yo Chian, tapi sebuah batu besar! Tiba-tiba Yo Chian muncul di hadapan mereka sambil melepaskan 'Anjing Langit'-nya. Namun Touw Heng Sun menggoyangkan tubuh dan mendadak lenyap! Yo Chian amat terperanjat, segera kembali ke dalam kota, menceritakan pengalamannya, mengharapkan Kiang Chu Gie bersikaplebih hati-hati, sebab ternyata Touw Heng Sun dapat berjalan di bawah tanah. Dia khawatir fihak lawan akan menyusup masuk ke dalam kota pada malam hari, yang dapat menim bulkan bencana bagi mereka. Kemudian Yo Chian mengemukakan niatnya untuk mene mui Kie Liu Sun, sebab dia yakin kalau tali yang digunakan Touw Heng Sun adalah 'Kun Sian So', milik pertapa sakti itu. Akan tetapi Chu Gie menyarankan agar Yo Chian menunda dulu maksudnya, sebab tenaga Yo Chian amat dibutuhkan untuk memperketat penjagaan kota.
***
Walau telah berulang kali meraih kemenangan, namun sikap Touw Heng Sun agak murung, disebabkan telah kehilangan seutas tali wasiatnya ketika hendak menangkap Chu Gie. Teng Kiu Kong berusaha menghibur pendekar cebolnya, dengan mengatakan, jangan terus bersedih memikirkan barang yang telah hilang, lagi pula Heng Sun masih memiliki beberapa utas tali wasiat lainnya. Di samping itu, bila mereka berhasil menjebol pertahanan See-kie, menangkap Bu Ong dan Chu Gie hidup atau mati, Touw Heng Sun bukan saja dapat memperoleh kembali seutas tali wasiatnya, bahkan dapat mempersunting! Teng Sian Giok. Seketika hilanglah kemurungan Heng Sun.
"Saya akan menyusup masuk ke dalam kota See-kie malam ini! Akan saya bunuh Bu Ong dan Kiang Chu Gie!", katanya bersemangat.
"Lebih cepat kau rampungkan tugasmu lebih baik". Berseri wajah Teng Kiu Kong. Touw Heng Sun segera pamit, menghilang ke dalam tanah.
***
Kota See-kie gempar dengan bertiupnya angin topan yang telah mematahkan tiang panji. Angin topan itu hanya berlangsung sejenak,kemudian keadaan menjadi tenang kembali. Kiang Chu Gie merasa aneh menyaksikan peristiwa yang baru saja berlangsung. Dia segera memasang dupa dan dengan menggunakan 6 keping uang emas menujumkan apa yang akan terjadi. Tahulah dia kalau Touw Heng Sun bermaksud menyusup ke dalam kota untuk membunuh dirinya, juga Bu Ong. Chu Gie segera mengundang Raja berkenan berkunjung ke rumahnya dengan menyatakan, ingin merundingkan sesuatu yang amat penting. Tak lama kemudian Bu Ong datang. Chu Gie menceritakan pada junjungannya apa yang akan terjadi, mengharapkan Bu Ong untuk sementara berdiam di rumahnya. Kemudian Chu Gie memerintahkan menggantung tiga cermin besar di muka pintu rumahnya, juga di istana. Sejumlah prajurit pilihan diperintahkan menjaga sekeliling rumahnya. Setelah itu dia membisiki sesuatu pada Yo Chian. Yo Chian mengangguk, segera meninggalkan rumah Chu Gie...
***
Telah cukup lama Touw Heng Sun menunggu dalam tanah di bawah rumah Kiang Chu Gie, tapi dia tak berani masuk. Sebab penjagaan di rumah itu ketat sekali. Kemudian dia memutuskan untuk pergi ke istana Bu Ong. Penjagaan di situ ternyata tidak seketat di rumah Chu Gie. Terlihat olehnya Bu Ong sedang minum arak dengan Permaisurinya. Tak lama kemudian Bu Ong dan Permaisurinya masuk ke peraduan. Touw Heng Sun masuk ke kamar tidur Raja dan setelah menganggap tepat waktunya, dia langsung melompat ke dalam peraduan sambil mengayunkan golok, memisahkan kepala Bu Ong dari tubuhnya! Ketika Heng Sun memandang Permaisurinya, tiba-tiba saja darahnya menggelegak.Ternyata pada saat itu sang Permaisuri dalam keadaan bugil. Bukan saja cantik parasnya, menggairahkan pula tubuhnya. Sang Permaisuri mohon diampuni, bersedia diperisteri Heng Sun bila dirinya tidak dibunuh. Touw Heng Sun yang telah dikuasai hawa nafsu, segera menanggalkan pakaiannya, memeluk sang Permaisuri. Permaisuri balas merangkul si pemuda cebol, makin lama makin keras.
"Jangan keras-keras memelukku manis", kata Touw Heng Sun. Tiba-tiba dia jadi sangat terperanjat ketika mendengar suara tambur dan bertambah kaget ketika Permaisuri yang cantik menggairahkan itu mendadak berobah bentuk menjadi ....... Yo Chian! Touw Heng Sun meronta, berusaha melepaskan pelukan Yo Chian, tapi usahanya tak berhasil. Yo Chian turun dari pembaringan sambil terus mengempit Touw Heng Sun, dia tak memberi kesempatan si pemuda cebol menginjak tanah, khawatir dia melarikan diri melalui bawah tanah! Yo Chian membawa Touw Heng Sun dalam keadaan bugil ke hadapan Kiang Chu Gie.
"Teecu telah berhasil menangkap Touw Heng Sun, tapi tak dapat melepaskannya dari kempitan", kata Yo Chian.
"sebab begitu kakinya menyentuh tanah, dia akan dapat melarikan diri melalui bawah tanah". Kiang Chu Gie memerintahkan memenggal kepala Heng Sun. Tapi ketika Yo Chian hendak mencabut pedang, tiba-tiba Touw Heng Sun meronta sekuat tenaganya hingga lepas dari kempitan Yo Chian. Begitu tubuhnya menyentuh lantai, langsung sirna dari pandangan orang banyak. Yo Chian meminta izin pada Kiang Chu Gie untuk menemui Kie Liu Sun di gunung Chia Liong-san. Sekali ini Kiang Chu Gie mengizinkannya. Yo Chian segera berangkat.Beberapa waktu kemudian tibalah dia di sebuah daerah pegunungan, terlihat beberapa pelayan wanita memegang kipas bulu, mengipasi seorang Tokauw (Pertapa wanita). Yo Chian menghampiri, berlutut di hadapan sang Tokauw seraya bertanya.
"Kalau boleh saya tahu, siapa Nio Nio?".
"Aku adalah Liong Kit Kiongciu", sahut sang Tokauw, kemudian balik bertanya . ''Ingin ke mana kau?". Sesungguhnya Liong Kit Kiongciu adalah seorang Dewi, puteri dari Hauw Thian Siangtee. Suatu ketika dia dianggap me langgar peraturan Langit, karena telah menuangkan arak untuk tamu dalam pesta 'Hoan To', mengakibatkan dirinya dibuang ke dunia. Sejak itu dia berdiam di gunung Hong Huang-san dengan ditemani oleh beberapa dayang. Yo Chian memberitahukan sang Kiongciu (Puteri), bahwa dia bermaksud menemui Kie Liu Sun untuk menanyakan prihal Touw Heng Sun. Dia juga menerangkan mengenai kesaktian Heng Sun.
"Ya, sebaiknya kau meminta bantuan Kie Liu Sun, agar Touw Heng Sun tidak melakukan kesalahan lebih besar lagi", Liong Kit Kiongciu mengangguk.
"Lekaslah kau berangkat!". Yo Chian segera pamit pada sang puteri, melanjutkan perjalanan. Pada suatu hari tibalah dia di tepi sungai yang bening airnya. Yo Chian amat terpesona menyaksikan keindahan panorama di sekitar tempat itu. Tiba-tiba dari dalam sungai melompat keluar makhluk aneh, yang langsung menyerangnya. Yo Chian melompat ke sisi, kemudian balas menyerang dengan gledek yang dilepaskan dari telapak tangannya. Begitu mendengar suara gledek, makhluk aneh itu segera melarikan diri, masuk ke dalam sebuah lobang. Yo Chian mengejarnya, menyorotkan api wasiatnya, hingga keadaan di dalam lobang jadi terang benderang. Tiba-tiba dia melihat sebilah pedang yang kemilau menyilaukan pandang juga sebuah bungkusanpakaian yang gemerlapan. Yo Chian mengambil pedang dan bungkusan pakaian, membawanya ke luar.
"Berhenti!", hardik seseorang tiba-tiba. Yo Chian menghentikan langkah dan berpaling, terlihat dua orang bocah memburunya.
"Sungguh besar nyalimu, begitu berani mencuri kedua wasiat itu!", salah seorang bocah kembali menghardik, siap me nyerang.
"Sabar adik-adik, aku bukannya pencuri", Yo Chian coba menerangkan, sabar sekali sikapnya.
"Tadi, ketika aku sedang menikmati panorama di sekitar sini, mendadak telah diserang oleh makhluk aneh. Tapi ketika aku melepaskan gledek, makhluk itu kabur ke dalam lobang. Tatkala kukejar, aku mendapatkan kedua benda yang berkilauan ini". Aku tak percaya manusia dapat melepaskan gledek", kata bocah yang satu.
"yang mampu melakukan itu hanya Dewa!".
"Bagaimana kalau aku dapat melakukannya?", tanya Yo Chian.
"Kami bersedia menjadi muridmu", kata kedua bocah itu dengan suara hampir bersamaan.
"Sungguh?", Yo Chian memandang kedua bocah itu sambil senyum.
"Kami tak pernah ingkar janji", ujar bocah yang satu. Sedang bocah lainnya mengangguk.
"Baiklah", akan kubuktikan ucapanku!", kata Yo Chian sambil mengangkat tangan dan melesatlah gledek dari telapak tangannya, menyambar sebatang pohon sampai hangus. Kedua bocah itu segera berlutut di hadapan Yo Chian seraya berkata.
"Terimalah sembah sujud kami Suhu".
"Bangunlah", Yo Chian tersenyum lebar.
"Mulai sekarang! kalian harus mendengar kataku".
"Kami siap melaksanakan segala perintah Suhu".
"Siapa nama kalian?", tanya Yo Chian."Saya Kim Tongcu dan dia bernama Mo Tongcu", sahut bocah yang satu sambil menuding temannya.
"Sekarang pergilah kalian ke See-kie untuk menemui Kiang Chu Gie dengan membawa pedang dan pakaian wasiat ini", kata Yo Chian.
"Baik Suhu". Keduanya segera pamit. Yo Chian melanjutkan perjalanan ke Hui Liong Tong (Goa Naga Terbang) di gunung Chia Liong-san untuk menemui Kie Liu Sun. Beberapa waktu kemudian tibalah dia di goa yang dimaksud. Begitu bertemu dengan Kie Liu Sun, Yo Chian segera berlutut di hadapan pertapa sakti itu seraya berkata .
"Terimalah sembah sujud saya, Supek".
"Siapa kau? Apa maksudmu ke mari?", tanya Kie Liu Sun.
"Saya Yo Chian, murid Giok Teng Cin-jin", sahut Yo Chian.
"Maksud kedatangan saya sekedar ingin bertanya, apakah Supek kehilangan 'Kun Sian So'?".
"Bagaimana kau bisa tahu?". Kie Liu Sun menatap heran. Yo Chian lantas menceritakan ulah Touw Heng Sun yang te lah menggunakan tali wasiat itu menangkap orang-orang gagah dari pihak See-kie.
"Benar-benar sudah keterlaluan ulah anak itu. Dia bukan saja telah mencuri beberapa utas tambang wasiatku, malah membuat onar di luaran". Kie Liu Sun amat marah.
"Pulanglah kau duluan, nanti aku menyusul". Yo Chian mengucapkan terima kasih, segera meninggalkan pertapaan. Setiba di See-kie, Yo Chian melaporkan hasil perjalanannya pada Kiang Chu Gie. Selagi mereka berbincang-bincang, seorang pembantu Chu Gie datang melapor, bahwa di luar ada seorang pertapa bernama Kie Liu Sun ingin bertemu. Chu Gie bersama Yo Chian keluar menyambut kedatangan sang tamu agung.Setelah saling memberi hormat, Chu Gie mengajak Kie Liu Sun masuk ke ruang tamu.
"Saya merasa senang sekali Toheng sudi berkunjung ke mari", kata Kiang Chu Gie setelah masing-masing mengambil tempat duduk.
"Sebelumnya aku memang bermaksud mencari murid mur tad yang telah mencuri beberapa utas tali wasiat", kata Kie Liu Sun.
"Kebetulan Yo Chian datang memberitahukan tempat pelariannya". Lalu mereka merundingkan cara menghadapi Touw Heng Sun ........ Keesokan harinya Kiang Chu Gie mendatangi perkemahan lawan dengan naik 'See Put Siang', seakan hendak mengamati posisi pasukan kerajaan Touw. Seorang penjaga kemah langsung melaporkan pada pimpinannya. Touw Heng Sun keluar sambil membawa Toya (Tongkat). Tanpa bertanya lagi, dia langsung mengayunkan tongkatnya. Kiang Chu Gie menyambut serangan lawan dengan pedangnya. Setelah bertempur beberapa jurus, Chu Gie melarikan bi natang tunggangannya. Touw Heng Sun mengejarnya sambil melontarkan tali wa siatnya. Dia ingin cepat-cepat menangkap Kiang Chu Gie, agar dapat segera mempersunting Teng Sian Giok. Dia tak menyadari kalau sekali ini Kiang Chu Gie dilindungi secara diam-diam oleh Kie Liu Sun yang bersembunyi di balik awan. Maka begitu Touw Heng Sun melontarkan tali wasiatnya, Kie Liu Sun segera menangkapnya dari angkasa. Biarpun merasa heran talinya mendadak lenyap, tapi Heng Sun yang ingin segera menangkap Chu Gie, tak lagi menyelidiki sebabnya. Kembali dia melontarkan seutas lainnya, tapi lagi-lagi lenyap. Terbawa oleh nafsu dan penasarannya, Touw Heng Sun terus melontarkan tali wasiatnya. Setelah talinya habis barulah dia sadar, pasti ada sesuatu yang tidakberes. Pada saat itu Kiang Chu Gie mengekang 'See Put Siang', lantas memutar menyongsong lawan.
"Mari kita bermain-main lagi!", tantangnya. Touw Heng Sun langsung menghajar Chu Gie dengan Toyanya. Kiang Chu Gie cepat menangkis dengan pedangnya. Kembali berlangsung pertandingan yang cukup seru. Suatu ketika, selagi Touw Heng Sun hendak mengemplangkan Toyanya lagi, mendadak dia melihat gurunya turun dari angkasa, menjadikannya amat terperanjat. Batal dia meneruskan serangan, bermaksud melarikan diri dengan mengambil jalan bawah tanah. Namun Kie Liu Sun telah menuding tanah sambil membaca mantera. Tanah itu seakan keras sekali, tak berkuasa Heng Sun menembusnya. Kie Liu Sun melontarkan seutas 'Kun Sian So', tubuh Heng Sun terikat erat hingga tak dapat berkutik lagi, lalu digiringnya ke dalam kota See- kie. Dalam pemeriksaan di markas Kiang Chu Gie, Touw Heng Sun menerangkan asal mulanya dia bersedia membantu Teng Kiu Kong.
"Sungguh keterlaluan Sin Kong Pa", gumam Kie Liu Sun. Sedianya Chu Gie hendak menjatuhkan hukuman mati pa da Heng Sun, tapi telah dicegah oleh Kie Liu Sun, yang menyatakan, bahwa murid cebolnya akan berguna bagi pihak See-kie.
"Tapi sebelumnya, dia bermaksud membunuh Bu Ong dan saya", kata Chu Gie.
"Benarkah itu?". Kie Liu Sun terperanjat.
"Toheng dapat bertanya langsung padanya", ucap Chu Gie.
"Begitu keji kau!", Kie Liu Sun mencaci muridnya.
"Kenapa kau bermaksud membunuh Bu Ong?". Touw Heng Sun menerangkan lebih lanjut, bahwa perbuatannya itu semata-mata karena janji Teng Kiu Kong, yang akan menjodohkan anak gadisnya dengannya bila dia berhasil menangkap Bu Ong danKiang Chu Ge hidup atau mati. Daripada susah-susah menangkap, lebih baik kalau dibunuhnya saja, dengan begitu dia dapat segera mempersunting Teng Sian Giok.
"Sungguh biadab kau!", hardik Kie Liu Sun. Lalu pertapa sakti itu mulai menujum, selang sesaat dia menghela nafas. *Kenapa Toheng menghela nafas?", tanya Chu Gie, heran "Menurut ramalanku, murid murtadku ini memang berjodoh dengan anak gadis Teng Kiu Kong", Kie Liu Sun menerangkan.
"Bila perkawinan itu dapat berlangsung, tak lama lagi Teng Kiu Kong akan mengabdi pada pihak See-kie".
"Bagaimana mungkin? Teng Kiu Kong musuh kita!", ujar Kiang Chu Gie, meragukan ucapan sang pertapa sakti.
"Sebaiknya kita mengandalkan rejeki Bu Ong dan kehendak Thian!", ujar Kie Liu Sun.
"yang penting kita harus mengutus orang yang pandai bicara ke kubu lawan". Chu Gie setuju dan memilih Shan Gie Seng untuk melaksanakan tugas itu. Shan Gie Seng jadi serba salah. Dia menganggap tugas itu sulit dilaksanakan. Tapi bila dia menolaknya, tentu akan membuat Chu Gie malu. Untuk beberapa saat lamanya dia berdiam diri. Kie Liu Sun dapat menyelami kesulitan yang dihadapi Shan Gie Seng, berkata .
"Sebaiknya Toahu menerima tugas ini, usahamu pasti berhasil". Akhirnya Shan Gie Seng bersedia juga menerima tugas tersebut, ke luar kota menuju ke kubu Teng Kiu Kong. Seorang prajurit memberitahukan Kiu Kong akan kedatangan utusan See-kie. Teng Kiu Kong menyambut langsung kedatangan Gie Seng, mengajaknya masuk ke dalam kemahnya. Setelah berbasa-basi sejenak, Shan Gie Seng mulai mengung kapkanmaksud kedatangan yang sesungguhnya .
"Maksud saya ke mari ialah ingin membicarakan soal penting dengan Goanswe (Jenderal)!".
"Soal apa?", tanya Teng Kiu Kong.
"Kemarin pihak kami telah menangkap menantu Goanswe. Tetapi Perdana Menteri kami tak sampai hati untuk membunuhnya". Shan Gie Seng menerangkan.
"Siapa menantuku?".
"Touw Heng Sun", kata Shan Gie Seng.
"Dia bukan menantuku, hanya sekedar membantuku berpe rang melawan fihak See-kie", Teng Kiu Kong tetap tak sudi me ngakui.
"Maaf, mungkin tadi saya telah salah berkata". Shan Gie Seng tersenyum.
"Tapi bukankah Goanswe pernah berjanji akan menjodohkan puterimu dengan Touw Heng Sun!?".
"Benar, tapi aku baru akan merelakan puteriku dipersunting bila Heng Sun dapat menghancurkan See-kie", kata Teng Kiu Kong.
"Apa salahnya bila Jenderal menjodohkannya sekarang mumpung gurunya berada di See-kie!?", kilah Shan Gie Seng.
"Tidak bisa, selama dia belum berhasil melaksanakan tugas aku tak sudi menikahkan puteriku dengannya". Teng Kiu Kong berkeras. Bila Jenderal tidak menepati janji, akan dapat merusak wibawamu. Untuk selanjutnya orang takkan percaya lagi akan kata-katamu!", desak Shan Gie Seng. Tee Loan, perwira muda yang menjadi tangan kanan Teng Kiu Kong, tiba-tiba membisiki sesuatu pada pimpinannya Teng Kiu Kong mengangguk, kemudian berkata pada Gie Seng "Baiklah Toahu, berilah aku waktu untuk menanyakan pendapat anak gadisku. Nanti akan kukabarkan mengenai ke putusannya".
"Baik Jenderal, kami menanti jawabanmu, makin cepat ma kin baik". Shan Gie Seng pamit. Sepulang Shan Gie Seng. Tee Loan berkata pada Teng Kiu Kong.
"Sebaiknya besok Goanswe mengirim utusan ke See-kic. menyatakan bahwa puteri Goanswe setuju dipersunting Touw Heng Sun, dengansyarat agar King Chu Gia sendiri yang datang mengantarkan barang pesalin pengantin ke mari. Begitu Chu Gie datang, kita akan mudah menangkapnya Kalau dia datang bersama para pembantunya, kita pisahkan mereka, kemudian memberi isyarat pada pasukan yang telah kita siapkan untuk menangkapnya".
"Baik sekali idemu". Teng Kiu Kong tersenyum lebar. Pada pagi harinya Teng Kiu Kong mengutus Tee Loan be rangkat ke See-kie, langsung menemui Kiang Chu Gie di tempat kediamannya. Penjaga mengabarkan kedatangan Tee Loan pada Chu Gie. Chu Gie mengajak kie Liu Sun menyambut tamunya, mes nyilakannya masuk ke ruang tamu. Kemarin Shan Toahu telah datang ke tempat kami, membicarakan soal perjodohan Touw Heng Sun dengan nona Teng", Kata Tee Loan setelah masing-masing duduk.
"Saya diutus Teng Goanswe untuk menyampaikan kabar gembira, bahwa nona Teng bersedia dijodohkan dengan Heng Sun, tapi ada syarat??? ...."
Apa syaratnya?"
Tanya Chu Gie.
Bapak Menteri sendiri yang harus mengantarkan Heng Sun ke perkemahan kami", sahut Tee Loan Kung .
Kiang Chu Gie menyetujui persyaratan itu Tee Loan mengucapkan terima kasih, lalu pamit menyampaikan kesediaan Kiang Chu Gie pada Teng Kiu Kong .
Teng Kiu Kong segera memilih 300 prajurit yan benar terlatih untuk bersiaga dan bersembunyi di luar kemah .Begitu mendengar isyarat Tee Loan dengan ketukan cawan , mereka harus menyerbu masuk untuk menawan Chu Gie .Penyergapan itu akan ditopang oleh beberapa perwira gagah.
Teng Kiu Kong yakin kalau usahanya itu akan memberihasil seperti yang diharapkan Namun Klang Chu Gie juga bukan pemimpin yang mudah diperdaya, dia mengatur siasat juga.
Diperintahnya Liu Chin Cu memimpin sejumlah pasukan yang akan menyerbu sektor pertahananlawan.
Sedang Lam kong Kou ditugaskan melabrak sektor kanan.
Yo Chian dan lain-lainnya diperintahkan ikut Chu Gie dengan menyamar sebagai anggota rombongan penggotong barang pesalin.
Touw Heng Sun ditugaskan menculik Tong Siam Giok begitu mendengar bunyi petasan.
Kim Cha, Bhok Chu,dan Liong Sie Houw diminta membantu Touw Heng Sun selalu untuk membebaskan Na Cha dan Oey Thian Hoa dari tahanan Setelah segalanya siap.
Chu Gie pun berangkat ke perkemahan lawan dengan didampingi Ke Liu Sun, berhiasan kain merah, tanda bahagia Kedatangannya disambut hangat oleh Teng Kiu Kong Kiang Chu Gie memperkenalan Ke Liu Sun pada Tengku Kong Setelah berbasa-basi sejenak, Teng Kiu Kong membaca daftar barang pesalin.
Shin Chia menggunakan kesempatan itu menyulut petasan yang disembunyikan di bawah nampan (baki) Begitu petasan berbunyi, para penggotong barang pesan mengeluarkan senjata masing-masing menyerang Tong Ku Kong Teng Kiu Kong tak berdaya menghadapi mereka, terpaksa melarikan diri.
Sedang para pembantunya berusaha menahan gerak maju orang- orang gagah dari See-kie, hingga terjadi pertempuran sengit Pada saat itu, Touw Heng Sun segera menuju ke ruang belakang, berhasil menangkap Teng Sian Giok dengan tali wasiat dan melarikannya ke dalam kota Sce-kie.
Akibat serangan yang mendadak sontak itu, menjadikan Teng Kiu Kong bersama pasukannya berantakan dan melarikan diri ke gunung Kie-san.
Kiu Kong amat sedih ketika tak melihat anak gadisnya berada di antara orang-orang yang berhasil meloloskan diri Di lain fihak, begitu kembali ke kota See-kie, Kiang Chu Gie segera merundingkan soal perkawinan Touw Heng Sun dengan Teng Sian Giok.
Kemudian memutuskan, perkawinan itu akan dilangsungkanpada malam itu juga.
Pada mulanya, ketika akan dimandikan oleh pelayan dan di minta mengenakan pakaian pengantin, Teng Sian Giok menolaknya, bahkan mencaci maki.
Tapi setelah diberi pengertian, bahwa dia memang berjodoh dengan Touw Heng Sun dan perkawinan itu akan membawa kebahagiaan, juga kebaikan bagi ke dua belah fihak, akhirnya Sian Giok bersedia juga jadi isteri Touw Heng Sun ........
Keesokan harinya pasangan pengantin baru itu menemui Kiang Chu Gie dan Kie Liu Sun untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka.
Kemudian Sian Giok menyatakan, bahwa dia akan menemui ayahnya dan membujuknya agar mengabdikan diri pada Bu Ong Kiang Chu Gie mengizinkannya.
Teng Sian Giok berangkat menemui ayahnya dengan diiringi oleh dua prajurit.
Pertemuan ayah dan anak sangat mengharukan.
"Semua ini gara-gara janji ayah juga", kata Sian Giok sambil mengucurkan air mata.
"Sekarang saya telah resmi jadi isteri Touw Heng Sun. Saya harap sudilah ayah mengabdi pada Bu Ong yang bijaksana. Sebab bila ayah kembali ke kota-raja, ayah tentu akan dihukum oleh Touw Ong yang lalim"
"Aku memang berat berpisah denganmu nak, tapi aku malu pergi ke See-kie dan harus berlutut di hadapan Kiang Chu Gie", kata Teng Kiu Kong.
"Sebagai Perdana Menteri yang bijaksana, saya percaya Kiang Chu Gie tentu takkan menjatuhkan martabat ayah dil uka umum", Sian Giok berusaha meyakinkan ayahnya.
"Akan ya sampaikan keputusan ayah padanya dan dia tentu akan enyambut gembira kehadiran ayah di See-kie". Apa yang dikhawatirkan Teng Kiu Kong memang tidak terjadi. Kiang Chu Gie menyambut kehadirannya dengan penuh kehormatanLo SoanLiong Kie Kiongcu