Jilid 07
"MALAIKAT hawa dingin kembalikan benda itu kepadaku
..." bentak pemuda itu keras keras.
"Kembalikan kepadamu??" ejek Mo siu Ing tanpa berpaling, "Huuuh gampang amat ucapanmu itu??" "Kau benar2 tidak mau mengembalikan kepadaku??? " "Kenapa?? apa yang hendak kau lakukan?"
"Aku akan beradu jiwa dengan kau" tubuhnya melesat maju ke depan tiga jurus ilmu pukulan kura2 sakti segera dilancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat, agaknya si anak muda ini benar2 ada maksud untuk beradu jiwa..
Dengan tangkas malaikat hawa dingin Mo siu Ing berkelit kesamcing dengan enteng dan mudah tahu2 ia sudah melepaskan diri dari ancaman pukulan maut itu, tegurnya dengan suara dingin:
"Kalau bicara soal berkelahi kau masih belum pantas untuk bertempur melawan diriku " Han siong Kin tarik kembali serangannya dan berdiri kaku, seluruh badannya bergetar keras ucapannya memang benar untuk merampas benda pusaka itu dari tangan malaikat hawa dingin jauh lebih sukar daripada memanjat kelangit, tapi ia tidak rela benda mustika perguruannya lenyap dengan begitu saja.
Air muka Malaikat hawa dingin mendadak berubah jadi sedih dan amat murung, ujarnya lagi dengan suara lirih:
"Manusia berwajah dingin, kau tak usah kuatir aku tidak tertarik oleh benda mustika tersebut, tetapi kau musti melakukan pembicaraan secara blak-blakan dengan diriku"
"Apa yang hendak kau bicarakan?" tanya sianak muda itu dengan hati rada lega.
"Pertama kau harus bercerita lebih dahulu dari mana kau dapatkan sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit ini?"
"Benda mustika itu adalah benda warisan perguruanku." "Lalu siapakah gurumu??"
"Dia adalah Leng Ku sang jin" "Apa?? coba kau ulangi sekali lagi..." "Leng Ku sangjin. "
"Haah haah haah... kau anggap aku si malaikat hawa dingin adalah seorang bocah berusia tiga tahun yang dapat kau bohongi seenaknya:"
"Apa maksudmu??"
"Nama besar Leng Ku sangjin sudah tersohor sejak seratus tahun berselang, masa.."
"secara kebetulan aku berhasil menemukan jenasah dari dia orang tua, mengikuti surat wasiat yang tertinggal aku angkat dia sebagai guruku, masa begitu tak boleh disebut sebagai pengangkatan guru?"
"oooh, kiranya begitu, tahukah kau bahwa sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit semuanya terdiri dari sepasang??"
"Aku tahu, sarung tangan ini adalah sarung sebelah kanan, sedang yang lain adalah sarung sebelah kiri"
Wajah malaikat hawa dingin Mo siu Ing berubah semakin murung, titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya, tiba2 ia bergumam seorang diri: "Tangan kiri oooh.. tangan kiri."
seketika Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras, apakah malaikat hawa dingin mengetahui jejak dari sarung tangan sebelah kiri itu? tanpa sadar dengan suara gemetar ia berseru:
"Kenapa dengan sarung tangan sebelah kiri???" "Benda itu telah merampas kebahagian hidupku"
"Apa aku boleh tahu tentang duduknya perkara??" Tanya Han siong Kie dengan hati bergidik.
Perempuan itu menyeka air mata yang berlinang membasahi wajahnya, deagan suara murung ia bertanya: "Pernahkah kau mendengar tentang malaikat hawa panas Ko so Khio??.."
"Pernah, bukankah dia adalah suamimu?"
"Betul, pada delapan belas tahun berselang tanpa disengaja kami suami istri berdua berhasil menemukan salah satu dari sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit tersebut, setelah melakukan penyelidikan seksama kami berhasil menemukan bahwa sarung tangan itu semestinya sepasang. Maka setelah mengadakan perundingan akhirnya secara terpisah kami melakukan pencarian, aku menuju ke utara dan dia menuju keselatan dengan janji satu tahun kemudian baik berhasil maupun tidak akan berkumpul kembali dirumah..."
"Akhirnya suamimu tidak kembali?" sela Han siong Kie tak tahan.
"Sedikitpun tidak salah, ia tidak pernah kembali lagi. satu tahun dua tahun tiga tahun aku telah menunggu selama lima belas tahun lima belas tahun yang penuh kesedihan serta penderitaan manusia berwajah dingin, lima belas tahun bukan suatu jangka waktu yang amat pendek bukan??"
"Aah" Han siong Kie tak dapat menahan rasa kagetnya lagi, ia menjerit tertahan.
"Yaah... lama kelamaan aku tak dapat menahan diri lagi" perempuan itu melanjutkan kembali kisahnya, "Aku segera munculkan diri dalam dunia persilatan dan mulai mencari jejaknya, suatu ketika secara tiba2 aku dengar orang berkata bahwa suamiku telah mati terbunuh dan kebetulan akupun mempunyai pikiran yang sama. Dalam keputus asaanku menemukan jejak pembunuh tersebut maka akhirnya..."
"Akhirnya kau lantas melakukan pcmbunuhan, setiap tahun sekali dan tiap kali seratus jiwa manusia??"
"Tidak salah, tujuanku adalah menggunakan kesempatan ini untuk memancing kemunculan pembunuh sadis tersebut" "Apakah kau tak merasa bahwa perbuatanmu itu terlalu kejam?? terlalu brutal??"
"Terlalu brutal??, haah haah haah... kebahagiaan hidupku sudah dirampas secara kejam, apakah itu tidak kejam?? apakah itu tidak brutal??"
"siapa tahu kalau suami masih hidup di kolong langit adalah suatu kenyataan, sepantasnya kalau kau kerahkan segenap kemampuan yang kau miliki untuk menemukan jejak pembunuh itu, apa gunanya kau lakukan pembunuhan massal?? lagipula seandainya pihak lawan bukan berasal dari jago kalangan lurus, kendati kau sudah bunuh habis seluruh orang Bu-lim yang ada dikolong langit, belum tentu ia sudi munculkan diri"
"selama aku masih bisa hidup dikolong langit, tak sedikitpun aku akan berhenti berusaha" teriak Mo siu Ing dengan penuh kebencian.
Bergidik hati Han siong Kie melihat kekerasan hati perempuan itu, sesaat kemudian katanya lagi "Lalu dimanakah sarung tangan sebelah kiri itu??"
"Bersama dengan lenyapnya suamiku, benda itupun ikut musnah tak berbekas"
"oooh... Han siong Kie merasa hatinya jadi kecewa dan badannya jadi lemas, ia merasa se olah2 kepalanya diguyur dengan sebaskom air dingin.
"Eeei manusia berwajah dingin perempuan itu menegur lagi, "Aku lihat kau punya minat yang amat besar untuk mendapatkan sarung tangan Buddha Hud Jiu Po Pit tersebut??"
"Aku memang punya maksud demikian"
"Kalau begitu marilah kita mengadakan satu perjanjian" "Perjanjian yang bagaimana maksudmu??" "Dengan batas waktu selama satu tahun, mari secara terpisah kita lakukan pencarian atas jejak suamiku yang hilang itu, kalau kau berhasil mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan suamiku itu. maka ia sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit itu semuanya akan menjadi milikmu"
"seandainya kau sendiri yang berhasil menyelidiki jejak suamimu itu??" tanya si anak muda itu dengan semangat yang berkobar kembali.
"Tetap sama saja, kuhadiahkan sarung tangan tersebut bagimu"
"Kalau suamimu sudah terbunuh dan benda itu terjatuh ketangan orang lain.."
"Setelah aku berhasil membalas dendam, sarung tangan itu kuhadiahkan semua untuk mu"
"Bagaimana kalau sarung tangan yang ini dikembalikan lebih dahulu kepadaku??"
"Tidak" jawab Mo siu Ing tegas.
Air muka Han siong Kie berubah hebat. "Kenapa ??" tanyanya.
"Untuk sementara waktu akan kusimpan lebih dahulu bilamana dalam satu tahun tiada kabar berita apapun yang berhasil kau dapatkan, maka benda ini akan kumusnahkan"
"Ben benda itu toh milik pribadiku, dengan dasar apa
kau hendak memusnahkannya??"
"Membiarkan benda itu tetap berada dikolong langit, mungkin hanya akan mendatangkan tragedi yang menyedihkan saja bagi umat manusia"
"Eeei... kau tidak boleh berbuat begitu "
"Tidak. aku sudah memutuskan demikian". "Kalau kau berani memusnahkan benda mustika itu, aku bisa mencabut jiwa anjingmu"
"Hmmm setiap saat dan setiap waktu aku si malaikat
hawa dingin akan menantikan kunjunganmu"
sepasang mata Han siong Kie berubah jadi merah berapi api, tapi ia tak bisa berbuat lain kecuali mendongkol dan gusar, ia tahu bahwa tenaga dalamnya masih ketinggalan jauh kalau dibandingkan dengan kelihayan lawannya.
setelah tertegun beberapa saat lamanya, pemuda itu sambil menggertak gigi segera bertanya:
"Andaikata aku berhasil menemukan kabar berita tentang suamimu itu, aku harus pergi kemana untuk mencari jejakmu?"
"Datang saja kegunung Kou Lou san"
"Baik kita tetapkan demikian saja, tetapi ada sepatah kata akan kuucapkan lebih dahulu kepadamu, hadiah yang telah kau berikan kepada adik angkat serta engkoh angkatku, suatu hari pasti akan kutagih beserta rentenya"
"setiap saat kunantikan kunjunganmu"
Malaikat hawa dingin Mo siu Ing menatap sekejap wajah Han siong Kie tajam2, kemudian menghela napas sedih.
"Manusia berwajah dingin," ujarnya lagi, "semoga tidak lama lagi kita bisa saling berjumpa, semoga kau berhasil menangkan taruhan ini. "
"Asal aku peroleh kemenangan, kaupun akan mendapatkan keputusan pula "
"Tidak salah, menang kalah kita berdua sama2 tidak menderita kerugian " Bicara sampai disitu tubuhnya segera berkelebat tinggalkan tempat itu, cuma sekejap mata bayangan tubuh perempuan itu sudah lenyap dari pandangan.
Han Siong Kie sambil memandang bayangan punggung Mo Siu Ing yang makin menjauh berdiri ter mangu2, semula ia mengira setelah berhasil mendapatkan hawa murni dari Leng Ku sangjin, maka usahanya untuk membalas dendam segera akan terlaksana, siapa tahu kepandaiannya masih terpaut jauh bila dibandingkan dengan musuh besarnya, bahkan dibandingkan dengan malaikat hawa dingin yang cantik jelita inipun dia masih ketinggalan beberapa tingkat.
Tanpa terasa pamuda itu bergumam seorang diri:
"Benar aku harus kerahkan segenap kekuatan yang kumiliki untuk mencari tahu kabar berita tentang malaikat hawa panas Ko su Khie, sebab hanya dari sepasang sarung tangan Buddha HudJiu Poe Pit itulah aku bisa mempelajari iimu silat yang lihay dan menuntut balas atas sakit hati terbunuhnya keluargaku
Tapi... malaikat hawa panas sudah delapan belas tahun lamanya lenyap tak berbekas, jejaknya sudah lenyap dari permukaan bumi. Mencari berita tentang dirinya bukankah sama halnya deagan mencarijarum didasar samudra.
Teringat akan dendam berdarahnya, membuat pemuda itu teringat pula ucapan malaikat hawa dingin yang mengejutkan hati. . . Tengkorak Maut itu adalah tengkorak maut gadungan...
Bagian 10
"Seandainya apa yang terjadi adalah kenyataan, apa sebabnya tengkorak maut asli yang jauh lebih lihay itu cuma berpeluk tangan belaka membiarkan orang lain mempergunakan namanya untuk berbuat keonaran??" orang yang ada maksud pernah berkata kepadanya: "Song Thiat Koay yang sudah lama mengasingkan diri dari perkumpulan Kay pang secara tiba2 munculkan diri dan mengederkan hati Tengkorak Maut sehingga iblis itu melarikan diri.."
Ditinjau dari kejadian ini, sudah cukup jelas membuktikan bahwa tengkorak gadungan dugaan malaikat hawa dingin tepat dan bisa dipercaya.
Lalu siapa yang bernyali begitu besar berani menyaru sebagai Tengkorak Maut gadungan dan berbuat keonaran dikolong langit??? Kembali suatu teka teki yang sukar dipecahkan
Mengapa orang yang kehilangan sukma suruh dia pergi menyambangi pemilik dari Benteng Maut?? dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, berkunjung kesitu bukankah berarti menghantar kematian sendiri?
Sementara Han Siong Kie sedang terbenam dalam lamunannya...
Mendadak beberapa kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian.
Mendengar jeritan itu Han siong Kie merasa mulai terperanjat, segera pikirnya:
"Aku benar2 amat tolol, bukankah Tonghong Hwie sedang bersemedi untuk menyembuhkan lukanya?? kenapa kau sudah melupakan keselamatannya??"
Tanpa berpikir panjang tubuhnya segara berkelebat diangkasa dan meluncur kearah saudara angkatnya berada tadi.
Tapi pemuda itu segera berdiri menjublak. sukmanya terasa melayang tingalkan raganya. Disitu ia tidak jumpai bayangan tubuh saudara angkatnya lagi. Maka perkumpulan Thian Chee Kauw mengirim jago2 lihaynya untuk mencari jejak Tonghong Hwie serta dirinya, rombongan yang ikut dalam aksi penggeledahan itu tentu saja tidak terbatas pada para jago yang terbunuh ditangan malaikat hawa dingin saja.
Andaikata Tonghong Hwie benar2 tertawan oleh para jago perkumpulan Thian Chee Kauw, atau menjumpai kejadian diluar dugaan. Bukankah dirinya bakal menyesal selama hidup karena keteledorannya itu??
semakin dipikir Han siong Kie merasa hatinya semakin bingung, andaikata Tonghong Hwie berlalu sehabis melakukan semedinya, paling sedikit adik angkatnya itu tentu akan memanggil dan mencari dirinya lebih dahulu, tak mungkin dia ngeloyor pergi tanpa pamit. Disamping itu, dari mana pula datangnya jeritan ngeri yang memekikkan telinga itu?
Tergopoh2 pemuda itu berlarian disekitar hutan dengan harapan bisa menemokan suatu titik terang.
Tiba2... pada jarak kurang lebih lima puluh tombak dari tempat dimana Tonghong Hwie bersemedi tadi, ia temukan lima sosok mayat yang bergelimpangan diatas tanah.
Pada batok kepala bagian belakang masing2 korban tertancaplah selembar daun yang menembusi tulang batok kepala mereka, jelas benda itulah yang telah merenggut jiwa mereka berlima.
Memetik daun melukai orang, menyambit bunga menghancurkan batu. Ilmu kepandaian semacam ini boleh dibilang merupakan suatu ilmu yang bertaraf sangat tinggi.
siapakah yang telah melakukan pembunuhan itu? jelas Tonghong Hwle adik angkatnya tidak memiliki tenaga dalam kesempurnaan itu, mungkinkah kematian dari kelima orang itu ada hubungannya dengan lenyapnya Tonghong Hwie dari situ?? Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie jadi kelabakan bingung dan tak tahu musti berbuat apa.
Tonghong Hwie adalah adik angkatnya yang sangat erat hubungannya dengan dia, perhatian serta rasa sayangnya terhadap adik angkatnya yang satu ini jauh melebihi rasa sayang terhadap diri sendiri Pada saat itulah...
Ting Ting Ting dari tempat kejauhan secara lamat2 berkumandang datang suara dentingan besi membentur permukaan tanah, suara itu agaknya sedang menjauhi hutan tersebut.
Andaikata Han siong Kie tidak memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, tak mungkin ia bisa menangkap suara lirih tersebut karena munculnya suara tadi amat mendadak. pemuda kita jadi tertarik. ia tak berani bertindak ayal lagi dengan cepat badan nya berkelebat menuju kearah mana berasal nya suara tadi.
Hutan makin lama semakin menjauh, jalan rayapun nampak terbentang didepan mata.
Tampak seorang pengemis tua berkaki tunggal dengan mencekal sebuah tongkat pemukul anjing sedang bergerak menuju kearah jalan raya, setiap kali tubuhnya meloncat kedepan, berbunyilah suara dentingan yang nyaring .. ...
Han siong Kie segera salurkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan pengejaran, sungguh aneh sekali kendati dia sudah kerahkan semua kemampuannya, namun belum juga berhasil mengejar pengemis tua itu, jarak mereka masih tetap terpaut sejauh lima tombak lebih.
setengah harian sudah kejar mengejar itu dilakukan, tetapi jarak yang memisahkan kedua belah pihak masih juga bertahan seperti semula.
Dengan adanya kejadian ini segera menimbulkan rasa ingin menang dalam hati kecil Han siong Kie ilmu meringankan tubuh cahaya kilat lintasan bayangan dikerahkan hingga mencapai pada puncaknya, bagaikan segulung asap ringan badannya meluncur laksana kilat kearah depan.
Pengemis tua itu tetap berlagak pilon, cuma suara dentingan yang terpantul ditengah udara semakin santar kedengarannya. .
Han siong Kie amat terperanjat, ia tak bisa menebak jago lihay manakah yang berada dihadapannya saat ini. bila ditinjau dari kekuatan hawa murninya jelas ia jauh melebihi kehebatan saudara angkatnya pengemis dari selatan.
Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya. Han siong Kie teringat kembali akan ucapan dari orang yang ada maksud ketika ia sedang terluka tempo dulu, mendadak muncul seorang tokoh Kaypang yang sudah empat puluh tahun lamanya mengasingkan diri, kemunculan jago lihay itu telah menakutkan Tengkorak Maut dan menyelamatkan jiwa pengemis dari selatan serta padri dari utara.
Mungkinkah tokoh sakti yang berada dihadapannya saat ini adalah song Thiat Koay paman guru dari kakak tuanya itu??? Berpikir sampai disitu, ia segera berteriak keras.
"Yang berada didepan sana betulkah soat Thiat Koay Locianpwee?? harap berhenti sejenak"
sedikitpun tidak salah, pengemis tua berambut putih yang sedang berlari didepan itu segera menghentikan larinya dan menoleh.
Han siong Kie segera memburu kedepan, sambil memberi hormat katanya:
Pengemis tua itu amat kurus dan tinggal kulit membungkus tulang, sepasang matany cekung kedalam tapi memancarkan sorot mata yang amat tajam. sungguh amat sempurna tenaga lweekangnya batin pemuda kita dalam hati kecilnya. sementara itu pengemis tadi telah menyahut: "Tak usah banyak adat, kau bocah yang disebut manusia berwajah dingin??.."
"sedikitpun tidak salah"
"Ada maksud apa kau kejar aku sipengemis tua??" "Aku mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
pengemis dari selatan ketua tian dari perkumpulan Kay Pang"
"Kalau ada hubungan lantas mau apa??"
Kembali Han Song Kie tertegun, keketusan serta kesombongan pengemis tua ini ternyata tiga kali lipat melebihi dirinya.
sebelum dia sempat berbicara, pengemis tua itu telah berkata lagi:
"Bocah cilik, apa tujuanmu hendak mengikat tali persahabatan dengan aku si pengemis tua?.?"
"Benarkah locianpwee adalah song Thiat Koay yang amat tersohor dikolong langit??"
"Darimana kau bisa tahu akan julukanku??" "Aku pernah mendengar dari orang lain "
"Apa tujuanmu yang sebetulnya?? ayoh cepat katakan"
"Apakah loocianowee barusan muncul dari hutan sebelah belakang sana?? ..."
"Kau toh sudah menyaksikan sendiri, kenapa musti bertanya lagi??"
"Adik angkatku telah lenyap tak berbekas ketika sedang bersemedi didalam hutan, apakah "
"Kau anggap aku si pengemis tua telah menelan adik angkatmu itu??" tukas song Thiat Koay ketus.
Mengingat diatas wajah Pengemis dari selatan Han siong Kie masih berusaha untuk menahan diri tetapi perkataan lawan kian lama kian tak sedap didengar, tak urung nada suaranya ikut berubah juga, serunya:
"Aku cuma ingin bertanya kepada cianpwee, apakah kau melihat ada seseorang memasuki hutan tersebut?"
"Tidak pernah tidak pernah aku si pengemis tua tiada waktu lagi untuk berbicara dengan dirimu"
selesai berkata ia putar badan dan siap berlalu..
Dengan sebat Han siong Kie enjotkan badannya menghadang dihadapan pengemis tua itu. "Eeei.. bocah cilik, kau hendak menghadang jalan pergi dari aku si pengemis tua?"
"Menghadang sih tidak berani aku cuma berharap agar loocianpwee suka memberi keterangan kepadaku."
"Apa yang ingin kau ketahui" "Kabar berita dari adik angkatku"
"Aku sipengemis tua tidak pernah melihatnya"
"Didalam hutan sebelah sana menggeletak lima sosok mayat, mereka semua mati tersambit oleh daun yang menembusi batok kepalanya, apakah loocianpwee "
"omong kosong, aku si pengemis tua sudah empat puluh tahun lamanya tak pernah melakukan pembunuhan"
Ucapan ini membuat Han siong Kiejudi murung dan sedih, dilihat dari nada ucapan pengemis tua itu rupanya ia benar2 tak tahu tentang jejak adik angkatnya, maka dari itu ia lantas menjura.
"Kalau memang begitu aku ingin mohon diri lebih dahulu" "TUnggu sebentar"
"Apa yang hendak loocianpwee katakan lagi?? " "Dilihat dari kecepatan gerakmu dikala mengejar aku sipengemis tua tadi rupanya tenaga dalammu sudah mencapai kesempurnaan, kau berasal dari perguruan mana??
Han Siong Kie sangat menguatirkan keselamatan dari adik angkatnya Tonghong Hwie, ia tidak ingin mengulur waktu lebih jauh lagi dengan singkat ia menjawab:
"Secara kebetulan saja aku menemukan suatu penemuan aneh dan mendapatkan sisa hawa murni dari Leng Ku Sangjin!'.
”Aaah. ! pengemis tua itu berseru kaget. Mendadak Han Siong Kie teringat akan sesuatu, segera tanya nya :
”Aku pernah mendengar orang berkata bahwa locianpwee telah menggebah pergi Teng korak Maut yang amat liehay itu...'
”Aaai. tak usah kau ungkap kembali kejadian tersebut'' tukas Song Thiat Koay tiba2 dengan wajah sedih, Sejak ini hari aku sipengemis tua tidak ingin muncul kembali didalam dunia persilatan, julukan Song Thiat Koay pun sejak kini sudah terhapus dari muka jagad!'.
Air mukanya berubah hebat, sambil tertawa seram tambahnya :
”Benar2 omong kosong persoalan macam ini kenapa musti diungkap oleh seorang angkatan muda!"
Tiiing!.. tubuhnya melejit keangkasa dan tahu2 sudah meluncur sejauh puluhan tombak dari tempat semula.
Han Siong Kie jadi keheranan menyaksikan kejadian itu, namun tubuhnya tetap berdiri tegak ditempat semula.
Tiiing...! Tiiing...! Tiiing...! beberapa saat kemudian tubuhnya sudah tinggil sebuah titik hitam diujung jalan dimana akhirnya lenyap dari pandangan. Han Siong Kie tahu bahwa percuma baginya untuk, menyusul tokob lihay tersebut, maka diapun urungkan niatnya untuk mengejar. Tapi pada saat ini dalam hatinya terbeban kembali satu pertanyaan yang membangunkan hatinya.
Menurut orang yang ada maksud, sebelum Song Thiat Koay munculkan diri Tenakorak Maut telah melarikan diri terbirit- birit, tapi kalau ditinjau dari ucapannya barukan di mana ia bersumpah tak akan muncul kem a li didalam dunia persilatan jelas menunjukkan bahwa ia sudah jatuh kecudang ditang-an gembong iblis tersebut.
Lalu apa yang sebenarnya telah terjadi??
Pikirannya teralih kembali pada'keselamat an saudara angkatnya Tonghong Hwie
ia berpikir keras untuk memecahkan teka teki yang menyelimuti lenyapnya pemuda she Tonghong itu.
Lama sekali akhirnya ia berhasil menarik satu
kesimpulan, kemungkinan besar Tonghong Hwie telah ditemukan jejaknya oleh para jago lihay yang dikirim perkumpulan Thian chee Kauw untuk mencari jejaknya itu.
"Aku harus menyerbu kedalam markas besar perkumpulan Thian chee Kauw " ingatan ini berkelebat didalam benaknya.
Maka pemuda itupun segera mencari tahu jalan menuju ke tempat itu, siang malam ia melakukan perjalanan untuk menyerbu ke "Lian HoanTo" markas besar perkumpulan Thian chee Kauw
Untuk sementara baiklah kita tinggalkan dahulu diri Han siong Kie yang sedang melakukan perjalanan.
sementara itu Tonghong Hwie yang duduk bersemedhi untuk menyembuhkan lukanya, tidak lama kemudian sudah berada dalam keadaan " Tenang" dan lupa akan segala- galanya, terhadap peristiwa yang terjadi disekitar tubuhnya ia sama sekali tak tahu. Menanti semedinya telah selesai dan membuka matanya, saat itu bayangan tubuh dari Han siong Kie sudah lenyap tak berbekas.
Hatinya jadi sangat keheranan, Pada waktu itu Han siong Kie sedang berdiri tertegun setelah ditinggalkan malaikat hawa dingin, karena itu tiada sedikit suara pun yang kedengaran.
sementara Tonghong Hwie akan berteriak memanggil saudara angkatnya itu, mendadak dari dalam hutan ia saksikan munculnya bayangan manusia.
Gadis itu tak berani berayal lagi, buru2 ia enjotkan badan dan mengejar dari belakang.
Kiranya bayangan manusia itu bukan lain adalah kawanan para jago perkumpulan Thian chee Kauw yang ditugaskan mencari jejak Tonghong Hwie serta Han siong Kle. sedari permulaan mereka telah menemukan bahwa Tonghong Hwie sedang duduk bersemedi ditempat itu, tapi merekapun menemukan bahwa malaikat hawa dingin Mo siu Ing berada kurang lebih sepuluh tombak dari mereka berada, karena itulah mereka tak berani turun tangan secara gegabah takut gerakannya itu mengejutkan sang iblis perempuan.
Ketika Tonghong Hwie telah menyelesaikan semedinya dan mengejar bayangan manusia yang terlihat olehnya, para jago dari perkumpulan Thian Chee Kauw jadi kegirangan. mereka segera memancing gadis itu hingga keluar dari hutan tersebut.
Disanalah lima sosok bayangan manosia segera menghentikan gerakan tubuhnya, tan pa mengucapkan sepatah katapun mereka me nerjang Tonghong Hwie habis2an.
Pengemis cilik yang tidak tahu duduknya perkara mendadak mendapatkan serangan jadi amat kaget, sekuat tenaga ia melakukan perlawanan. Kelima orang itu adalah jago2 kelas dua dari perkumpulan Thian Chee Kauw, kemudian mereka terhitung sangat hhay dan sempurna.
Karena takut gerakannya itu mengejutkan malaikat hawa dingin, ditambah pula mere ka sudah tahu bahwa pengemis cilik ini mempunyai kepandaian aneh yang tak mempan ditotok maupun dihantam, maka beberapa orang itu tak berani bertindak gegabah serangan2 gencar dilancarkan secara ber- tubi2 dengan harapan pertarungan ini bisa dapat diselesaikan.
Empat orang kakek baju hijau yang berada di sisi kalanganpun tidak berdiam diri belaka setelah saling berpandangan sekejap me reka ikut terjunkan diri kedalam kalangan.
Delapan bintang dari partai Thian-Chee-Kauw adalah jago lihay kelas satu, dibawah kerubutan begitu banyak jago lihay, Tonghong Hwie jadi keteter hebat dan nampaknya sejenak lagi ia bakal tertawan.
--ooo0dw0ooo--
BAB 15
DISAAT yang amat kritis itulah.. mendadak kelima orang jago lihay yang sedang melancarkan serangan maut itu sama menjerit kesakitan, sambil terjungkal diatas tanah, tubuh mereka terguling sekarat. sejenak kemudian tubuh mereka sudah meninggal tak tak bernapas lagi.
Kejadian yang muncul secara tiba2 ini sangat mengejutkan sisa jago yang sedang melakukan pertarungan termasuk pula Tonghong Hwie sendiri yang tertegun saking kagetnya.
setelah mengetahui bahwa kelima korban itu mati karena tersambit oleh selembar daun yang menembusi batok kepalanya, empat orang kakek berbaju hijau itu jadi keder, mereka tahu bahwa disitu telah muncul seorang tokoh yang maha dahsyat, tanpa banyak berbicara lagi mereka putar badan dan kabur dari situ.
Tonghong Hwie sendiri setelah berhasil menenangkan hatinya segera berpaling kearah mana berasalnya serangan tadi, sambil memberi hormat teriaknya:
"Aku sipengemis cilik mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah diberikan"
Lama sekali ditunggu namun tiada jawaban yang terdengar, pengemis cilik ini tahu bahwa orang itu sudah pergi, maka iapun segera alihkan pandangannya untuk mencari jejak saudara angkatnya Han siong Kie. Mendadak ia berpikir:
"Ke empat orang kakek itu adalah jago lihay dari Thian chee Kauw, si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun kesemsem terhadap engkoh dia, Jangan2 ia sudah terjatuh ketangan pihak lawan??.."
Makin dipikir ia merasa semakin kuatir, sehingga akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyatroni perkumpulan Thian chee Kauw.
Maka.. Tonghong Hwie pun berangkat menuju ke Lian Hoan To markas besar Thian chee Kauw untuk mencari jejak saudara angkatnya. .
selangkah terpaut membuat urusan semakin berabe, dengan waktu yang terpaut sedikit kedua orang itu sama2 menuju ketujuan yang sama...
Dalam pada itu Han Siong Kie dengan hati yang amat gelisah mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya secepat mungkin melakukan perjalanannya.
Ketika tengah hari ketiga, sampailah pemuda itu diluar Lian Hoan To. Lian HanToo adalah sebuah daerah yang terbentuk dan deretan enam belas puncak bukit, dibalik gunung terdapat gunung, dibalik selat terdapai selat. Bagi orang yang tak tahu letak jalan yang sebenarnya akan tersesat dan sukar untuk lolos lagi dari tempat itu.
Lama sekali Han Siong Kie berdiri diluar selat, setelah sangsi beberapa saat lamanya akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyusup masuk lewat sebuah selat sempit yang diapit oleh dua buah dinding bukit.
Yang aneh ternyata tak seorang anggota perkumpulan Thian Chee Kauw pun yang nampak menghalangi jalan perginya,
Tidak lama kemudian pemuda itu sudah masuk kedalam selat itu sejauh satu lie mendadak dihadapannya muncul sebuah bukit terjal yang menghadang jalan perginya, dalam hati ia lantas berpikir.
"Eeei... aneh sekali, Kenapa tempat ini merupakan sebuah selat buntu?? bukankah diluar selat sudah jelas tertulis bahwa tempat ini merupakan Lian Hoa To?"
Menanti ia sudah didepan dinding bukit itu tampaklah pada sisi kanan mau pun sisi kiri muncul pula sebuah selat sempit yang menjorok jauh kedalam.
Sekarang Han Siong Kie baru tahu apa sebenarnya yang telah terjadi sambil manggut-manggut pikirnya:
“Ooooh. . ! kiranya yang dimaksud Lian-Hoan Too adalah permainan semacam ini dalam selat terbagi dalam dua cabang aku harus pilih jalan yang mana??"
Belum habis ia berpikir dari kedua belah sisi dinding mendadak muncul delapan orang pria berbaju hitam, empat orang berjajar jadi satu baris dan tepat menyumbat jalan masuk selat sempit itu. Terdengar salah seorang diantara empat pria yang berada disebelah kanan menegur dengan suara dingin.
"Siapa yang datang?? sebutkan namamu!”
“Manusia berwajah dingin!" sahut Han Siong Kie sambil menyapu sekejap wajah kedelapan orang itu.
Mendengar disebutkannya nama ini, air muka kedelapan orang pria tadi seketika berubah hebat masing-masing mundur satu langkah kebelakang dan orang yang paling ujung segera bersuit nyaring.
Dari dalam lembah berkumandang pula suitan balasan yang mana saling sambung menyambung hingga ketempat kejauhan.
“Kaukah si manusia berwajah dingin yang belum lama berselang baru terjun kedalam dunia persilatan ?" seru pria tadi kembali.
"Sedikitpun tidak salah !"
"Tolong tanya apa maksud tujuanmu berkunjung kemari ?" "Minta orang !"
"Minta orang ???"
“Ehmmm. bila kalian tahu diri capatlah laporkan kedatanganku kedalam lembah, aku hendak menemui ketua kalian !"
“Bertemu dengan ketua kami ? Huuu! dengan andalkan pangkat apa sih kau hendak bertemu dengan ketua kami??"
“Bagus kalau begitu ayoh kalian menyingkir kesamping!”
Delapan orang pria berbaju hitam itu mendengus dingin mereka segera kerahkan tenaga dalamnya siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan- “Ooooh... kalian tak mau memberi jalan?” jengek Han Siong Kie kembali dengan suara sinis.
“Hey manusia berwajah dingin, siapa bsrani menerjang kedalam lembah dia harus dihukum mati !”
Dengan gusar Han Siong Kie membentak keras, telapaknya diayun kemuka menghajar empat orang pria yang berada disebelah kiri, serangannya dilancarkan amat cepat bagaikan kilat kehebatannya luar biasa sukar dilukiskan deagan kata kata.
Tanpa banyak bicara keempat orang pria itu sama-sama menjerit kesakitan bagaikan bola mereka menggelinding sejauh dua tombak dari tempat semula dan tak berkutik lagi
Dalam pada itu empat orang pria yang berada disebelah kanan telah bergerak kedepan, masing2 melancarkan sebuah babatan maut kearah sianak muda itu.
Tanpa berpaling Han siong Kie putar telapak kanannya satu lingkaran kemudian ditepuk kemuka tubuhnya ikut melesat kedepan mendekati keempat orang pria tersebut.
Melihat musuhnya menerjang kearah mereka, keempat orang pria itu jadi ketakutan, buru2 mereka mengundurkan diri kearah ke dua belah samping.
Han siong Kie tertawa dingin sambil melewati keempat orang itu badannya segera menerjang kearah selat sebelah kanan.
Lorong selat itu amat sempit dan menjorok jauh kedalam setelah melewati tiga buah tikungan sampailah pemuda she Han ini disebuah tanah lapang yang luasnya mencapai setengah hektar, empat buah mulut selat terbentang pula disekitar tanah lapang tadi.
Bayangan manusia berkelebat lewat, dua puluhan orang pria berbaju hitam bermunculan dari mulut keempat buah selat tersebut, mereka dipimpin oleh seorang kakek bercambang yang memiliki wajah amat bengis. Terdengar kakek itu membentak keras:
"Bajingan cilik dari mana yang begitu besar nyalinya, berani mencari satroni dalam markas besar kami. Hmmm ayoh sebutkan dulu siapa namamu ???.."
"Hmmm kau sendiri manusia macam apa..? " "Kurangajar, bajingan cilik rupanya kau sudah bosan
hidup," Ditengah bentakan nyaring kakek bercambang itu silangkan telapaknya didepan dada lalu sambil menerjang kemuka melancarkan dua babatan kilat yang maha dahsyat.
Han siong Kie mendengus dingin, kelima jarinya laksana kilat meluncur kedepan, ditengah dengusan berat tahu kelima jarinya sudah berhasil mencengkeram urat nadi kakek bercambang itu erat-erat.
"Ayoh bawa aku pergi menjumpai ketua kalian" bentak Han siong Kie dengan suara lantang.
Dua puluh orang pria baju hitam yang berdiri disamping kalangan segera membentak keras, bagaikan gulungan air bah mereka menerjang kemuka, cahaya senjata berkilauan membuat suasana terasa amat teggng dan mengerikan.
Han siong Kie tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, ditunggunya hingga pihak lawan sudah hampir tiba dihadapannya, telapak kiri segera berputar membentuk satu lingkaran melingkar lalu didorong kemuka dengan hebatnya.
segulung angin desiran tajam bagaikan sapuan ombak ditengah hujan badai menghantam orang2 dengan dahsyatnya
.... dengusan berat segera berkumandang memecahkan kesunyian, bayangan manusia membuyar ke samping dan para jago itupun tercerai berai ke empat penjuru dalam keadaan yang mengenaskan. Hingga detik itu pemuda she Han masih belum ada minat untuk melukai orang, maka serangannya masih ringan dan tidak sampai membinasakan.
suitan nyaring yang amat santer kembali berkumandang di tengah udara .....
Empat sosok bayangan hijau meluncur datang dari tempat kejauhan, dalam waktu singkat mereka sudah tiba didepan mata, begitu cepat gerakan tubuh mereka hingga bisa disimpulkan bahwa keempat orang itu pastilah jago lihay kelas satu.
Dalam pada itu setelah mengetahui siapakah musuh dihadapanny a, keempat orang itu nampak agak tertegun, kemudian sambil tertawa dingin terdengar salah satu diantaranya berseru sambil menyeringai seram.
"Manusia berwajah dingin, inilah yang di katakan orang mau ke sorga tak mau kau tempuh, jalan keneraka kau cari Hmmm rupanya kau sudah bosan hidup dan ingin mencari penyakit bagi diri sendiri"
Rupanya empat orang jago yang baru saja muncul itu bukan lain adalah empat orang diantara Thian che Pat siok delapan bintang dari perkumpulan Thian che kau. "Kalian segera mundur kebelakang" kembali kakek itu berseru kepada anak buahnya.
Para pria baju hitam yang semula memenuhi kalangan segera membubarkan diri ke belakang, sementara keempat orang kakek baju hijau itu segera membentuk pos isi setengah lingkaran dan mengurung pemuda itu rapat2.
"Manusia berwajah dingin" kakek pertama tadi menegur, "Sekarang posisimu sudah terjepit, kau hendak menyerah dengan begitu saja ataukah hendak paksa kami untuk turun tangan" “Haaaah...hahaaaaa...haaah...kalian lempar lembar gombal jelek pun berani omong besar dihadapanku. Hmmm! Betul- betul tak tahu diri”
Sambil membentak keras pemuda itu segera msngerahkan tenaganya dan melempar tubuh kakek bercambang yang ada didalam genggamannya itu ketengah udara.
Keempat orang kakek baju hijau itu jadi semakin naik pitam, mereka membentak berbareng :
"Bangsat cilik, rupanya kau sudah bosan hidup !"
Empat gulung hawa pukulan yang maha danysat, disertai bunyi guntur yang memekikkan telinga segera meluncur kedepan menghajar tubuh Han Siong Kie.
Menghadapi datangnya serangan gabungan itu pemuda she Han sama sekali tidak menghindar, segenap kekuatan tubuhnya dihimpun kedalam telapak kemudian menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
“Blaaaaaam..!” ditengah benturan keras yang memekikkan telinga pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, gulungan hawa murni berdesir menyebar keempat penjuru oleh desakan tenaga yang dahsyat itu keempat orang kakek baju bijau itu tergetar mundur empat langkah dengan badan sempoyongan sedangkan Han Siong Kie sendiri hanya mundur satu langkah kebelakang.
Delapan bintang dari perkumpulan Thian che kau adalah jago jago kelas satu didalam dunia persilatan ternyata tenaga gabungan mereka berempat tidak mampu msrobohkan Manusia berwajah dingin kejadian ini membuat puluhan anggota perkumpulan yang mengikuti jalannya pertarungan itu dari sisi kalangan jadi tercekat hatinya air muka mereka berubah hebat.
Keempat orang kakek baju hijau itu merasa penasaran setelah bsrhenti sebentar mereka menerjang kembali kedepan telapak dan totokan jari beterbangan memenuhi angkasa dengan gencar mereka terjang dan kurung si anak muda itu rapat-rapat.
Han Siong Kie bukanlah bocah ingusan kemarin sore, badannya segera melesat kedepan merobos masuk lewat celah2 bayangan telapak serta desiran angin serangan yang mengurung tubuhnya, ilmu sakti " Leng ku-it sih " laksana kilat dilancarkan.
Tiga jurus ilmu Kura2 sakti merupakan hasii ciptaan Leng ku sangjin yang makan waktu banyak tahun bukan saja sakti bahkan terkandung pula unsur2 kehebatan yang ada diluar dugaan
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie dewasa ini, meskipun kepandaian tersebut masih belum mampu untuk menandingi Tengkorak Maut, serta malaikat hawa dingin beberapa orang gembong iblis, tapi kekuatan itu masih lebih dari cukup kalau digunakan untuk menghadapi jago2 silat biasa.
Disaat Han siong Kie melepaskan serangan yang maha dabsyat itulah, terdengar dua dengusan berat bergema memecahkan kesunyian, dua orang kakek baju hijau itu sambil menutupi dada sendiri mundur kebelakang dengan sempoyongan, jelas kedua orang itu masing2 telah termakan oleh sebuah pukulan dahsyat.
Menyaksikan keadaan tersebut, dua orang kakek lainnya jadi amat terperanjat, cepat2 mereka loncat mundur kebelakang dan memandang kearah lawannya dengan pandangan tertegun.
Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu sekejap seluruh kalangan tersebut, kemudian kepada pemimpin dari keempat orang kakek baju hijau itu katanya:
"Saudara, mumpung dalam hatiku belum timbul napsu untuk membinasakan kalian, lebih baik Janganlah terlalu banyak bertingkah dihadapanku, bawalah aku pergi menjumpai kaucu kalian"
"Hmm manusia berwajah dingin, Lian huantam kami belum pernah dimasuki orang secara jumawa macam kau, dan belum pernah pula melepaskan korbannya dalam keadaan hidup,"
"Jadi kau tak sudi membawa aku masuk kedalam selat ini??" sela Han siong Kie dengan wajah berubah hebat, napsu membunuh mulai menyelimuti mukanya.
"Tidak kau mau apa??"
Napsu membunuh yang menyelimuti wajah sianak muda itu kian lama kian bertambah tebal, tapi sebelum ia bertindak sesuatu, kembali satu ingatan berkelebat dalam benaknya.
Ia merasa tidak seharusnya terlalu memburu napsu sebelum jejak adik angkatnya Tonghong Hwie ketahuan. Maka sambil tertawa dingin katanya:
"Kalau kalian tak mau membawa aku untuk menemui kaucu kalian, ayoh pada menyingkir ke samping, lihatlah aku akan mencari sendiri"
Belum habis ia berkata, dari dalam selat mendadak bergema datang suara bentakan nyaring.
"Hmm! besar amat bacot anjingmu itu... kau ingin menerjang kedalam?? sungguh seorang manusia yang tak tabu diri!"
Bersamaan dengan berkumandangnya suara bentakan itu, tampaklah sesosok bayangan manusia meluncur keluar dari mulut selat.
Melibat kehadiran orang itu, Han Siong Kie segera berdiri tertegun, sedang pihak lawan pun agaknya melengak juga dibuatnya.
Ternyata orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang pemuds berusia tujuh delapan belas tahun, wajahnya tampan dengan mata yang jeli dan hidung yang mancung hanya sayang diantara kegantengannya itu terselip sifat licik yang meoyeramkan.
Melihat kemunculan pemuda itu, Empat orang kakek baju hijau serta dua puluh satu orang pria baju hitam sama2 bongkokkan badan memberi hormat, sikap mereka begitu hormat dan jeri hal ini menunjukkan bahwa kedudukan itu pasti amat tinggi.
"Kaucu muda!" terdengar mereka menyapa lalu menyingkir kesamping untuk membuka jalan.
Pemuda itu ulapkan tangannya lalu maju kedepan dengan langkah lebar, tegurnya sambil tertawa seram.
“Hmmm.. Hmm... jadi kaulah yang bernama Manusia berwajah dingin...??'
“Sedikitpun tidak salah, ada apa?"
"Ayahku pernah kirim orang untuk mengundang kehadiranmu dalam markas kami sungguh tak nyana hari ini kau telah datang menghantar diri sendiri... bagus. bagus sekali ! kedatanganmu memang sangat kebetulan lalu apa tujuanmu datang kesini??"
Han Siong Kie mendengus dingin.
“Hmm! aku datang untuk meminta orang!”
"Minta orang?? sungguh aneh! siapa yang hendak kau minta dan manusia macam apakah dia?"
“Seorang pengemis cilik!”
"Oooh ..! kau maksudkan pengemis cilik yang sering kali jalan bersama dirimu dan setiap kali memusuhi perkumpulan kami itu?"
"sedikitpun tidak salah, memang dia yang kucari" "Apakah kau yakin bahwa temanmu itu berada disini??" " "Aku rasa dugaanku tak bakat salah lagi "
"Haaah.. haaah... haaah..." Pemuda itu angkat kepala dan tertawa ter bahak2. "Manusia berwajah dingin tekebur amat ucapanmu itu, sejak perkumpulan kami didirikan belum pernah ada orang yang berani secara terang-terangan datang kemari minta orang, tahukah kau bahwa perbuatanmu itu merupakan suatu dosa yang amat besar?? Nah kini kau hendak menyerah secara sukarela untuk menantikan hukuman atau hendak paksa aku untuk turun tangan sendiri??"
Air muka Han siong Kie berubah jadi adem serunya dengan suara dalam:
"Jawab dulu pertanyaanku, benarkah orang yang sedang kucari berada didalam perkumpulan kalian??"
"Kalau ada kenapa??"
"Harap kau serahkan kembali orang itu kepadaku" "Kalau aku bilang tak ada disini??"
Han siong Kie mendengus dingin, dari nada suara lawannya ia menduga Tonghong Hwie pasti sudah tertawan oleh mereka, napsu membunuh seketika berkecamuk kembali dalam dirinya, ia berteriak:
"Bila tidak kau serahkan orang itu kepadaku, Hmm kubunuh kalian semua..." Pemuda itu sekali lagi angkat kepala dan tertawa terbahak2..
"Haaah... haaah... haaah... manusia berwajah dingin kau telah terkurung dalam pengepungan kami keadaanmu bagaikan burung dalam sangkar, apa yang kau gonggongi lagi? Hmm rupanya sebelum memilih peti mati kau tak akan melelehkan air mata, baiklah aku akan memenuhi harapanmu itu..."
Sebagai penutup dari kata2nya itu segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera dilancarkan ke arah depan. Han siong Kie menggertak gigi, diapun ayunkan pula telapaknya menyongsong datangnya serangan tersebut.
"Blaaam " ditengah benturan keras yang menimbulkan
ledakan dahsyat, kaucu muda itu tergetar mundur satu langkah lebar kebelakang dengan sempoyongan, sedangkan Han Siong Kie sendiri cuma bergoyang sedikit badannya
Terkesiap hati Kaucu muda itu setelah menyaksikan kehebatan lawannya, ia tidak menduga kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak tawan ternyata jauh lebih sempurna daripada dirinya, ia sadar bila pertarungan adu kekerasan diteruskan lebih jauh maka dirinya niscaya akan menderita kekalahan total.
Mengingat keadaan yang tidak menguntungkan itu, dengan cepat badannya menerjang ke arah depan, sepasang telapaknya bekerja cepat melancarkan serangan bertubi2, bayangan telapak berlapis2 ibarat hujan deras meluncur memenuhi seluruh angkasa.
Han siong Kie tertawa dingin, sambil ayun telapaknya kearah depan, ia menerobos masuk lewat kepungan bayangan telapaknya yang ber lapis2 kemudian jurus pertama dari ilmu kura2 sakti dilancarkan.
Kaucu muda itu semakin terperanjat lagi, dari gerak tubuh lawan yang begitu aneh dan luar biasa, ia tahu jurus serangan sendiri tak mungkin bakal berhasil membendung datangnya ancaman tersebut, saking takutnya buru2 ia mengundurkan diri sejauh lima depa kearah belakang, Han siong Kie tidak mau memberi kesempatan bagi lawannya untuk bertukar napas, melihat ia loncat mundur kebelakang, dengan cepat tubuhnya menerjang maju kemuka, jurus pertama dari ilmu kura2 saktipun segera dilepaskan...
Untuk kedua kalitnya Kaucu muda itu meloncat mundur delapan depa kebelakang dengan gerakan seperti kilat sreet
ujung bajunya tersambar desiran angin tajam yang di lancarkan lawan hingga robek sebatas bahu dan rontok keatas tanah.
Dalam pada itu Han Siong Kie sendiripun tercekat hatinya setelah melihat dua buah serangan mautnya ternyata hanya berhasil menyambar robek ujung baju sipemuda itu, hal ini membuktikan bahwa ilmu silat yang dimiliki kaucu muda inijauh berada diatas kepandaian silat yang dimiliki delapan bintang dari perkumpulan Thian chet Kau.
Melihat dirinya dibikin malu dihadapan anak buahnya, kaucu muda itu jadi semakin sengit, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara menyeramkan bentaknya:
"Manusia berwajah dingin, bila dalam tiga jurus kemudian aku tidak berhasil mencabut jiwa snjingmu, seketika itu juga aku akan bunuh diri dihadapanmu! "
Han Siong Kie terkesiap, ia sadar pihak lawan berani omong besar itu berarti bahwa orang itu memiliki ilmu simpanan yang luar biasa.
Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, nampak kaucu muda itu sudah berdiri mematung dihadapan mukanya, sepasang telapak ditepukkan satu sama lain didepan dada kemudian perlahan2 didoroog kearah depan.
Segulung desiran angin pukulan berhawa dingin meluncur keluar berbareng dengan gerakan tepukan itu.
Menyaksikan kaucu mudanya menunjukkan kelihayan, para jago perkumpulan Thian che kau yang berada disisi kalangan segera pusatkan seluruh perhatiannya ketengah kalangan sepaseng mata mereka terbelalak lebar dengan hati berdebar mereka menantikan perkembangan selanjutnya.
Dalam pada itu ketika Han Siong Kie merasa bahwa dibalik angin pukalan yaog dilancarkan pihak lawan terkandung sesuatu yang aneh, buru2 ayunkan telapaknya untuk memotong, tapi sayang tindakannya itu terlambat satu tindak, ia rasakan angin pukulan yang dilancarkan pihak lawan telah bersarang diatas tubuhnya membuat seluruh kekuatan tubuh yang dimilikinya lenyap tak berbekas, sedikit tenaga pun tak mampu disalurkan kembali, kejadian ini membuat hati nya terkejut serasa sukma melayang tinggalkan raganya.
"Kepandatan apakah itu?" pikirnya didalam hati,”Tak nyana serangan tersebut mampu menjebolkan pertahanan hawa murniku!"
Melihat musuhnya dibikin terkejut, kaucu muda itu tarik kembali serangannya dan menyeringai seram, setelah mendengus dingin perlahan2 ia mendesak maju kedepan.
Han Siong Kie semakin terkesiap ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada keadaan seperti ini.
"Apakah aku mandah digebuk dan dibekuk lawan tanpa melawan??" pikirnya didalam hati.
Dalam gelisahnya ia berusaha keras untuk mengerahkan kembali tenaga dalamnya, sekali dicoba... gagal, dua kali kembali gagal... tapi ketika ia mencoba untuk ketiga kalinya.. akhirnya dia berhasil.. hawa murninya segera terkumpul kembali.
Rasa girang yang menyelimuti hatinya sukar dilukiskan lagi dengan kata2, sepasang telapak segera diayun ke depan dengan sepenuh tenaga. tampaklah segulung angin pukulan yang luar biasa dahsyatnya meluncur ke depan menghantam kearah sianak muda itu.
Mimpipun kaucu muda itu tak pernah menyangka kalau pihak lawan yang hawa murninya berhasil dipecahkan olehnya dengan ilmu sakti Ho Ho sinkang ternyata masih sanggup untuk melancarkan serangan balasan, untuk sesaat ia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya. "Bruuk.. ditengah dengusan berat, tubuhnya terlempar beberapa tombak jauhnya dari tempat semula, darah segar muncrat keluar lewat celah2 bibir
Keempat orang kakek baju hijau serta para jago lainnya sama menjerit kaget, mereka tak menyangka kalau kaucu mudanya bakal terluka ditangan musuh. .
Haruslah diketahui tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie berasal dari Leng Ku Sangjin yang disalurkan lewat kura2 saktinya, tanpa disadari tenaga tersebut telah mengandung suatu tenaga yang amat mukjijat, ditambah pula tubuhnya telah berendam selama tiga hari didalam air mustajab yang berasal dari bawah permukaan tanah, hal ini membuat tulang dan kulitnya se-akan2 berganti yang baru.
oleh sebab itulah meskipun hawa murninya telah dibikin buyar oleh serangan lawan, namun dengan cepat pula hawa yang telah membuyar tadi menghimpun kembali.
Napsu membunuh menghiasi seluruh wajah Han Siong Kie, dikala semua orang masih tercekam oleh rasa kejut bercampur tercengang, tubuhnya laksana kilat menerjang maju kedepan, setibanya dihadapan kaucu muda itu telapaknya segera diangkat siap dibacokkan keatas tubuh musuhnya...
"Tahan" suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, sekali pun suaranya tidak terlalu keras namun cukup memekikkan telinga setiap orang.
Han Siong Kie segara tarik kembali telapaknya dan loncat mundur delapan depa kebelakang, sorot matanya dialihkan ke arah mana berasalnya suara tadi.
Seorang perempuan berusia setengah baya yang cantik jelita bagaikan bidadari berdiri tegap disisi pemuda tersebut, dengan pandangan yang aneh ia sedang memandang pula kearahnya. Han Siong Kie terkejut, sungguh cantik perempuan ini pikirnya didalam hati, ia merasa kecantikan wajahnya jauh lebih hebat ber kali2 lipat kalau dibandingkan dengan kecantikan si malaikat hawa dingin. Siapakah dia?.. Jangan2 dia adalah..
"ibu" terdengar kaucu muda itu berpaling dan memanggil. "Nyonya." keempat orang kakak baju hijau serta kedua
puluh satu orang pria baju hitam itupun sama2 memberi hormat sambil menyapa.
Han siong Kie berdiri menjublak, dadanya terasa se akan2 dihantam oleh sebuah martil berat membuat badannya mundur kebelakang dengan sempoyongan dan hampir saja roboh terjengkang keatas tanah. Dia... ternyata... dia adalah nyonya kaucu ..."
Dia... ternyata perempuan itu adalah ibunya sendiri si siang go cantik ong cui Ing adanya.
Dialah perempuan yang telah meninggalkan putranya, melupakan dendam keluarganya serta kawin lagi dengan Thian che kaucu.
Pertemuan antara ibu dan anak bukan saja tidak menggirangkan hatinya, bahkan ia merasa hatinya sakit bagaikan di iris2 dengan pisau belati...
Air mukanya per lahan2 berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, pandangan matanya ber kunang2 dan kepalanya pusing tujuh keliling, dadanya terasa jadi sesak dan hampir saja membuat pemuda itu muntah darah segar ....
"Dia bukan ibuku... dia bukan ibuku aku tidak mempunyai
ibu seperti ini.." jeritnya didalam hati.
Tetapi kenyataan sudah berada didepan mata, tak mungkin lari dari kenyataan tersebut, ia ingin lari keluar dari selat tersebut, namun sepasang kakinya sudah tak mau mendengar perintahnya lagi, kakinya seolah2 ditumbuhi akar yang kuat. Rasa hinaa.. malu.. menyelimuti seluruh perasaannya, ia merasa peristiwa tersebut merupakan suatu lembaran hitam bagi kehidupan keluarganya, ia merasa martabat keluarganya ternoda..
siang-go berwajah cantik ong Cui Ing yang berada dihadapannya hanya membungkam terus dengan pandangan yang aneh, siapapun tak tahu apa yang sedang ia pikirkan pada saat itu.
Untuk beberapa saat lamanya suasana diseluruh kalangan diliputi keheningan serta kesunyian yang mencekam, begitu sepi.. sunyi hingga napas setiap orang dapat terdengar dengan nyata.
Akhirnya Kaucu muda itu melotot sekejap kearah Han siong Kie dengan penuh kebencian, lalu sambil berpaling kearah ibunya ia berseru: "lbu, orang itulah yang disebut Manusia berwajah dingin"
"Aku sudah tahu anakku" perempuan itu mengangguk. "Ibu, aku telah menyerang dirinya dengan ilmu Ho Ho
sinkang, namun ilmu tersebut kehilangan kesaktiannya"
"oooh, sudah terjadi keadaan semacam itu?? kalian coba mundurlah dahulu.."
Pemuda itu tidak berani membantah, bersama para jago lainnya mereka sama2 mengundurkan diri kearah belakang.
siang go berwajah cantik ong Cui Ing mendengus dingin, sekali loncat ia sudah berada beberapa tombak jauhnya dari tempat semula, dengan sorot mata tajam ia awasi pemuda dihadapannya tanpa berkedip.
sekujur tubuh Han siong Kie gemetar semakin keras, ia gigit bibirnya keras2, benarkah ibunya begitu kejam dan akan turun tangan keji terhadap dirinya?? atau mungkin ia tidak tahu siapakah dirinya???
Pelbagai macam pikiran berkecamuk dalam benaknya. "Tidak" akhirnya ia menjerit didalam hati, "susiok pernah
berkata bahwa beliau pernah membawa aku pergi menemui
dirinya, tapi dia malah turun tangan keji hendak membinasakan diriku serta susiok.. tapi kenapa?? kenapa hatinya begitu kejam melebihi binatang??? kenapa ia hendak membunuh putra kandungnya sendiri????.."
siang- go berwajah cantik sendiripun berdiri sambil menggigit bibir, rupanya diapun sedang menahan emosi yang bergelora didalam dadanya.
Akhirnya Han siong Kie tak dapat menahan diri lagi, ia buka suara dan berseru, ternyata suaranya begitu aneh dan mengerikan hingga ia sendiripun tak dapat mengenali sebagai suara sendiri "Kau... kau... kau adalah ..."
"Aku adalah nyonya kaucu" jawab ong cui Ing dengan suara dingin.
Han siong Kie mendongak dan tertawa seram, nadanya mengerikan bagaikan seseorang yang hampir kalap.
"Nyonya..... nyonya kaucu..... nyonya kaucu.... haah....
haaah..... haaah "
semua jago yang hadir dalam kalangan tertegun, mereka heran dan tercengang menyaksikan sikap serta tingkah laku musuhnya yang sangat aneh itu.
Air muka siang- go berwajah cantik ong cui Ing nampak berubah hebat, tapi sebentar kemudian ia telah bersikap dingin kembali bentaknya: "Manusia berwajah dingin, kau tak usah berlagak sok dihadapanku Hmm Berani main gila kuhabisi nyawamu saat ini juga"
"Nyonya kaucu" teriak Han siong Kie sambil menggertak gogo. "Kau siap berbuat apa terhadap diriku?"
"Bagi setiap manusia yang berada didalam Lian huan tan, bila dia bukan sahabat tentulah orang itu adalah musuh kami, selamanya kami tidak akan membiarkan musuh2 kami tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup.."
Han siong Kie semakin sedih rasanya melihat sikap ibunya itu, hatinya jadi hancur dan matanya jadi makin ber kunang2.
" Nyonya yang terhormat" teriaknya."Kau kenal tidak dengan seorang manusia yang bernama Telapak naga beracun Thio Llen..."
"Tutup mulut anjingmu manusia berwajah dingin, takdir telah menentukan bahwa usiamu hanya sampai disini saja, ber siap2lah menyambut saat kematianmu"
Han siong Kie gemetar keras, tanpa disadari ia melangkah mundur satu langkah ke belakang..
-0000000-
BAB 16
HAMPIR saja ia tidak percaya dengan telinga sendiri, ia tidak percaya kalau di kolong langit benar2 terdapat seorang ibu yang berhati begitu keji dan sama sekali tidak mempunyai rasa sayang antara seorang ibu dengan anaknya, benarkah dia masih belum mengetahui siapakah dirinya?? mungkinkah ia belum tahu bahwa dia adalah putra kandungnya??
Dengan suara serak dan tersendat kembali ia berpekik nyaring. "Nyonya Kaucu yang terhormat, masih ingatkah kau dengan seorang bocah cilik yang ada ber sama2 sitelapak naga beracun..."
Air muka si siang-go berwajah cantik ong cui Ing berubah semakin hebat, napsu membunuh menyelimuti wajahnya, tidak menunggu sampai sianak muda itu menyelesaikan kata2nya ia sudah menerjang maju kedepan, telapak tangan laksana kilat menghantam ke depan.
Han siong Kie jadi tertegun dan berdiri menjublak. dalam waktu singkat pemuda itu berubah jadi orang bodoh. orang yang kehilangan kesadarannya...
Apa yang diutarakan sudah terlalu jelas sekali bagi pendengaran siapapun juga, siapa pun akan memahami maksud dari perkataannya itu, tetapi perempuan itu atau tegasnya ibu kandungnya ternyata pura2 tidak mengerti, bukan begitu saja, bahkan diapun tega turun tangan keji terhadap dirinya.. putra kandung sendiri
Hancurlah perasaan hati Han siong Kie, tubuhnya jadi lemas dan lunglai ia tak mampu menghindarkan diri lagi dan serangan maut yang sudah tiba didepan mata.
"Blaaam ditengah jeritan kesakitan yang memilukan hati, tubuh pemuda she Han itu termakan telak oleh serangan yang maha dahsyat itu hingga mencelat jauh beberapa tombak dari tempat semula dan jatuh kembali keatas tanah.
Rasa benci dan kecewa berkecamuk dalam hatinya, rasa sakit hati membuat si anak muda itu berusaha untuk mempertahankan diri, dengan cepat ia loncat bangun dan.. Uuuuaaah darah segar muntah dari mulutnya, menyembur sejauh dua tombak lebih dan menodai pakaian yang dikenakan ong cui Ing.
Kaucu muda yang selama ini berpeluk tangan belaka disisi kalangan segera menerjang kemuka setelah dilihatnya pemuda lawannya itu roboh terluka.. siang go berwajah cartik sang cui Ing mengerutkan alisnya, tiba2 diapun menerjang kembali kedepan sambil lancarkan sebuah totokan kilat.
Kenyataan yang mengenaskan ini membuat kesadaran Han siong Kie semakin pudar, ia sudah tak mampu menghindarkan diri lagi, dalam keadaan begitu secara ngawur ia segera kirimkan satu pukulan dahsyat untuk menyongsong datangnya ancaman dari pihak lawan.
"Blaaam..." dalam keadaan terluka parah serangan yang dilancarkan pemuda itu ternyata masih cukup ampuh.
Dalam satu bentrokan keras, tubrukan dari ong cui Ing berhasil ditahan untuk sesaat tapi sebuah totokan dengan cepat pula telah bersarang diatas tubuhnya.
Han siong Kie menjerit tertahan, tak ampun lagi tubuhnya tertotok dan roboh terjengkang diatas tanah.
Menyaksikan musuh tangguh telah berhasil dibekuk. empat kakek baju hijau itu segera berkelebat maju kedepan, serunya setelah memberi hormat. "Nyonya, bagai mana dengan bangsat cilik ini??"
siang go berwajah cantik ong cui Ing melirik sekejap ke arah tubuh Han siong Kie yang menggeletak tak sadarkan diri diatas tanah, kemudian jawabnya dingin:
"Kirim dia kedalam penjara maut, besok ber-sama2 kelima puluh dua orang hukuman lainnya bunuh habis"
"Terima perintah" keempat orang kakek baju hijau itu segera mengangguk.
"ibu, apakah tidak perlu serahkan bangsat itu keruang penyiksaan??.." sela kaucu muda itu mendadak.
"Tidak perlu, bangsat cilik ini tidak lebih hanya seorang pemuda yang jumawa dan latah, aku rasa dia tak akan mengandung maksud2 tertentu" . Demikianlah, salah seorang diantara keempat orang kakek baju hijau itu segera mengepit tubuh Han siong Kie dan siap berlalu dari tempat itu.
Mendadak ong cui Ing nyonya dari kaucu perkumpulan Thian chee kau itu ulapkan tangannya sambil berseru. "Tunggu sebentar "
Ia melayang mendekati kesisi tubuh Han siong Kie, sambil lancarkan beberapa totokan lagi ia berkata:
"Ilmu silat yang dimiliki si manusia berwajah dingin sangat lihay, lebih baik sekarang juga kupunahkan dahulu ilmu silat yang dimilikinya daripada sampai terjadi hal yang tidak diinginkan dibelakang hari. Beri tahu kepada pengurus penjara maut, mereka tak usah menotok jalan darah cacadnya lagi cukup bebaskan jalan darah tidurnya"
Keempat orang kakek baju hijau itu segera mengangguk dan bersama2 mengundurkan diri dari tempat itu.
-0000000-