Jilid 20
Tiga sosok bayangan itu ternyata Hui Pian-Cu Suang ketua partai Cong Lam Pay bersama dua orang. Namun Ciok Giok Yin tidak kenal kedua orang itu. Berdasarkan jubah yang dipakai kedua orang itu, dapat dipastikan bahwa mereka juga dari partai Cong Lam Pay. Kedua orang itu berperawakan sedang, tapi sepasang matanya menyorot tajam sekali, pertanda mereka berdua memiliki lwee kang yang amat tinggi. Ketika Ciok Giok Yin baru mau membuka mulut, Hui Pian-Cu Suang sudah berkata dingin.
"Ciok Giok Yin, tak disangka kita akan bertemu di sini. Hari ini hutang piutang di antara kita harus diselesaikan!"
Ketika ketua partai Cong Lam Pay itu mau. melancarkan pukulan, Ciok Giok Yin segera menggoyang-goyangkan sepasang tangannya seraya berkata.
"Tunggu!"
"Kau masih ingin bilang apa?" bentak Hui Pian-Cu Suang. "Kebetulan aku memang ingin ke tempat kalian." Mendadak kedua orang itu mendengus dingin.
"Hmm! Bocah, kau masih ingin ke partai Cong Lam Pay?"
Ciok Giok Yin tidak menghiraukan kedua orang itu, melainkan berkata serius pada Hui Pian-Cu Suang.
"Ketua, bolehkah aku bertanya?"
Hui Pian-Cu Suang melihat wajah Ciok Giok Yin begitu serius, maka segera balik bertanya.
"Ada urusan apa?"
Ciok Giok Yin melirik kedua orang itu, setelah itu barulah bertanya,
"Aku ingin bertanya, apakah kedua orang itu juga dari partaimu?"
"Tidak salah," sahut Hui Pian. Cu Suang. "Bolehkah aku tahu nama mereka?" Ketika Ciok Giok Yin bertanya demikian, kedua orang itu langsung saling memandang, bahkan hati mereka berdebar- debar tegang. Namun salah seorang itu tertawa gelak seraya berkata.
"Bocah, apakah kau takut mati?"
"Aku bertanya pada ketua kalian, bukan bertanya pada kalian!" bentak Ciok Giok Yin.
Hui Pian-Cu Suang tahu bahwa pertanyaan Ciok Giok Yin pasti mengandung suatu maksud tertentu. Maka dia segera menegur orang itu.
"Sute, kau jangan turut bicara!" kemudian dia memandang Ciok Giok Yin. "Apa maksudmu menanyakan nama mereka?" tanyanya.
"Maaf! Sementara ini belum bisa kuberitahukan tapi yang jelas aku tidak berniat jahat."
Kedua orang itu mendengus dingin. "Hmmm!"
Hui Pian-Cu Suang manggut-manggut seraya berkata,
"Baiklah! Kuberitahukan padamu, dia adalah To Lun dan yang itu adalah Liok Siang Ho, mereka berdua adalah suteku."
Setelah itu dia segera mengerahkan lwee kangnya, siap menghadapi kemungkinan adanya serangan. mendadak dari Ciok Giok Yin. Setelah mendengar nama kedua orang itu, Ciok Giok Yin cepat-cepat mengeluarkan kertas yang diperolehnya dari Kiok San. Ternyata dalam kertas itu tercantum kedua orang itu. Justru di saat bersamaan Liok Siang Ho membentak.
"Bocah haram! Kau jangan macam-macam, cepat ganti nyawa Can Hai It Kiam suhengku!"
Usai membentak, Liok Siang Ho pun ingin menyerang Ciok Giok Yin, namun mendadak Hui Pian-Cu Suang mengibaskan tangan mencegahnya.
"Sabar sute, aku masih ingin menanyakan sesuatu padanya!" Liok Siang Hok langsung berdiri diam di tempat, namun diam-
diam memberi isyarat kepada To Lun, lalu mereka berdua
menatap Ciok Giok Yin dengan mata tak berkedip. Tanpa sadar mereka berdua pun melangkah mundur.
"Sekarang kau boleh memberitahukan maksudmu," kata Hui Pian Cu Suang.
Ciok Giok Yin menyimpan kertas itu ke dalam bajunya sambil menyahut.
"Aku masih ingin bertanya satu hal."
Hui Pian-Cu Suang kelihatan tidak sabaran. sebab dia adalah ketua partai Cong Lam pay, namun seperti didikte oleh Ciok Giok Yin, maka dia menyahut dengan nada kurang senang.
"Tanyalah!"
"Apa kedudukan kedua sutemu?" "Pembantu pribadiku."
"Bagaimana kepandaian mereka berdua?"
Air muka Hui Pian-Cu Suang langsung berubah. "Untuk apa kau menanyakan itu?" bentaknya. "Tentunya aku punya alasan."
To Lun dan Liok Siang Ho tersenyum-senyum dan saling memandang. Ternyata mereka berdua mengira Ciok Giok Yin khawatir mereka akan maju bertiga, maka Ciok Giok Yin mengajukan pertanyaan tersebut. Begitu pula Hui Pian Cu Suang, dia pun berpikir demikian. Karena itu dia tertawa dingin lalu menyahut.
"Legakanlah hatimu, kami tidak akan maju bertiga mengeroyokmu."
"Itu bukan maksudku."
"Kalau begitu, apa maksudmu? Jelaskanlah!"
Ciok Giok Yin berkata dalam hati, kalau tidak bisa satu kali pukul merobohkan kedua orang itu, akibatnya pasti fatal. Dia memutar otaknya sejenak, kemudian berkata.
"Ketua Cu, sebelum membicarakan pokok urusan, masih ada satu hal yang harus kukatakan."
"Mengenai hal apa?"
"Can Hai It Kiam lo cianpwee mati di tangan orang yang menyamar diriku, orang itu telah kubunuh."
"Aku tidak bisa mempercayaimu."
"Anda boleh percaya boleh tidak, namun kuharap Anda sudi menaruh ke belakang urusan ini. Sebab kini kita kembali pada pokok pembicaraan."
Hui Pian-Cu Suang tidak tahu apa yang akan dibicarakan Ciok Giok Yin.
"Kau boleh bicara."
"Aku harap Anda melihat suatu barang rahasia dulu." Hui Pian-Cu Suang tertegun.
"Barang rahasia?" "Ya."
"Barang rahasia apa?" "Hanya Ketua Cu yang boleh melihat, kedua sutemu tidak boleh."
Hati To Lun dan Liok Siang Ho tersentak.
"Bocah haram! Kau berani berbuat macam-macam? Aku akan menghabisimu dulu!" bentak To Lun mendadak.
Ternyata orang itu sudah menyerang Ciok Giok Yin. Namun Ciok Giok Yin tahu kini bukan saatnya bertarung dengan mereka, maka secara reflek dia mengerahkan ilmu Hui Keng Pou yang diperolehnya dari jurang maut. Tampak badannya berkelebat menerobos ke luar dari serangan To Lun yang bertubi-tubi. Bersamaan itu, Ciok Giok Yin pun berkata,
"Kalau Ketua Cu ingin lihat, harap Ketua Cu menyuruh kedua orang itu mundur lima depa. Kalau tidak, aku mau pergi."
Semua orang pasti akan tertarik pada hal-hal aneh, begitu pula Hui Pian Cu Suang. Walau usianya sudah cukup tua, namun tidak terhindar dari sifat itu. Sebab itu dia segera berseru,
"Sute, mundur!"
Akan tetapi, To Lun tahu bahwa Ciok Giok Yin muncul dari Kuil Yeh Ling Si, maka ingin membunuhnya. Bukannya dia berhenti atau mundur, sebaliknya malah lebih gencar menyerang Ciok Giok Yin.
"Ciangbun suheng, jangan mempercayai omongan bocah ini, kita harus membinasakannya!" serunya kepada Hui Pian-Cu Suang.
Menyaksikan itu gusarlah Hui Pian-Cu Suang.
"Sute, kau berani tidak mendengar perkataanku?" bentaknya mengguntur.
Begitu melihat Hui Pian-Cu Suang gusar, To Lun segera mencelat ke tempat semula, kemudian memberi isyarat kepada Liok Siang Ho.
"Kalian berdua, cepat mundur lima depa! Aku ingin melihat sebetulnya barang rahasia apa itu," kata Hui Pian-Cu Suang.
"Ciangbun suheng, jangan menempuh bahaya! Bocah itu amat kejam dan banyak akal busuknya. Bagaimana kalau kami berdua yang melihat barang rahasia itu?" sahut To Lin atau Liok Siang Ho serentak.
Mendengar itu, Hui Pian-Cu Suang tertegun. To Lun segera berkata,
"Dia tidak punya barang rahasia apa pun. Aku yakin dia ingin mencelakai Ciangbun suheng! Kalau tidak, mengapa dia melarang kami berdua turut melihat?"
Saat ini Ciok Giok Yin berdiri tak begitu jauh, tentunya mendengar jelas semua pembicaraan itu. Karena itu dia tertawa gelak,
"Kalau Ketua Cu mendengar perkataan mereka, aku pun mau pergi."
Ciok Giok Yin sudah siap melesat pergi, namun mendadak Hui Pian-Cu Suang berseru,
"Tunggu!"
Setelah itu dia berkata kepada kedua sutenya.
"Kalian berdua mundurlah, tiada urusan dengan kalian."
To Lun dan Liok Siang Ho tidak berani membantah, segera mundur lima depa. Akan tetapi diam-diam mereka berdua sudah siap. Kalau benar adalah urusan yang mereka khawatir itu, mereka berdua akan segera turun tangan membunuh Hui Pian-Cu Suang, lalu kembali ke gunung Cong Lam San dan... siapa yang berani membangkang perintahnya? Apabila tidak dapat membunuh Hui Pian-Cu Suang, mereka berdua masih punya waktu untuk melarikan diri. Mereka berdua terus memperhatikan gerak-gerik Ciok Giok Yin dengan mata tak berkedip. Namun Hui Pian-Cu Suang yang berdiri begitu dekat dengan Ciok Giok Yin sudah mengerahkan lwee kangnya.
"Sekarang kau boleh perlihatkan," katanya.
Ciok Giok Yin menatapnya sejenak kemudian berkata, "Ketua Cu, aku berniat baik. Kalau Ketua Cu menganggapku
sebagai musuh, lebih baik jangan melihat."
Mendengar itu, Hui Pian-Cu Suang merasa tidak enak, "Baiklah! Aku mempercayaimu!"
Ciok Giok Yin manggut-manggut, tahu jelas Hui Pian-Cu Suang saat ini sudah tidak menganggapnya sebagai musuh. Dia segera mengeluarkan kertas tersebut dari dalam bajunya, setelah itu berkata pada Hui Pian-Cu Suang menggunakan ilmu Penyampai Suara.
"Silakan, Ketua Cu melihat! Kertas ini kuperoleh dari salah seorang anggota perkumpulan Sang Yen Hwee."
Hui Pian-Cu Suang menerima kertas itu. Begitu membacanya air mukanya langsung berubah menjadi hebat. Justru disaat bersamaan, mendadak tampak dua sosok bayangan melesat laksana kilat ke arah Hui Pian-Cu Suang. Salah satu menyambar kertas tersebut, sedangkan yang satu lagi melancarkan pukulan ke arah kepala Hui Pian-Cu Suang. Ketua partai Cong Lam Pay berkepandaian tinggi, bagaimana mungkin akan terhantam serangan mendadak itu? Dia bergerak cepat memutar sebelah tangannya agar kertas itu tidak tersambar, sekaligus membentak.
"Nyali kalian berdua sungguh besar, berani berontak!"
Dia memutarkan badannya sambil menyambut pukulan yang dilancarkan To Lun. Plak!
Terdengar suara benturan. Tampak badan To Lun terpental hampir tiga depa. Namun ada serangan gelap di belakangnya.
"Ketua Cu, ada serangan dari belakang!" seru Ciok Giok Yin.
Saat ini To Lun sudah menerjang lagi. Kini Hui Pian-Cu Suang dikeroyok kedua adik seperguruannya, membuat Ciok Giok Yin tidak tinggal diam.
"Ketua Cu, aku akan membantu membasmi kedua murid murtad partai Cong Lam Pay!"
Usai berseru Ciok Giok Yin sudah maju. Terdengar suara seruan Hui Pian-Cu Suang.
"Mohon siauhiap jangan melepaskan mereka!"
Dia pun sudah balas menyerang To Lun. Terdengar suara jeritan. Sedangkan Liok Siang Ho juga sudah terpental oleh pukulan yang dilancarkan Ciok Giok Yin. Ternyata Ciok Giok Yin menggunakan ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciang. Liok Siang Ho roboh tak bangun lagi, nyawanya telah melayang. To Lun cuma terluka ringan. Menyaksikan kematian Liok Siang Ho, ciutlah nyalinya dan segera melarikan diri. Mendadak tampak sesosok bayangan menghadang di hadapannya, ternyata Ciok Giok Yin. Itu membuat To Lun ketakutan dan cepat-cepat memutar badannya lari ke tempat lain. Akan tetapi Ciok Giok Yin tetap menghadang di depannya. Ciok Giok Yin tidak mau turun tangan membunuhnya. Dia berharap Hui Pian-Cu Suang yang menangkapnya. Sementara kegusaran Hui Pian-Cu Suang telah memuncak. Dia terus membuntuti To Lun yang berlari ke sana ke mari.
"Kau masih ingin melarikan diri?" bentaknya.
Terdengar Hui Pian-Cu Suang sudah mengeluarkan senjatanya, yaitu sebuah cambuk panjang. To Lun menjerit dan mulutnya menyemburkan darah segar. Sambaran cambuk itu telah menghancurkan tulang betisnya, sehingga membuatnya pingsan seketika. Kegusaran Hui Pian-Cu Suang belum reda. Dia menggerakkan cambuknya ingin membunuh To Lun.
Namun Ciok Giok Yin segera mencegahnya.
"Ketua Cu, mohon tanya apakah mereka masih bersekongkol dengan orang lain?"
"Aku tidak tahu," sahut Hui Pian-Cu Suang.
Setelah menyahut, ketua partai Cong Lam Payu itu membentak sambil menuding To Lun yang telah roboh tak berkutik.
"Kau betul-betul durhaka! Suhu begitu baik terhadap kalian, tapi kalian malah berkhianat! Secara diam-diam bersekongkol dengan perkumpulan Sang Yen Hwee! Ini sungguh. "
Saking gusarnya Hui Pian-Cu Suang tidak dapat melanjutkan ucapannya. Sedangkan To Lun diam saja, ternyata masih dalam keadaan pingsan. Hui Pian-Cu Suang mengangkat sebelah kakinya lalu dihentakkan di dada To Lun. Seketika terdengar suara jeritan.
"Aduuuh. !"
To Lun siuman perlahan-lahan, namun sepasang matanya tampak suram.
"Katakan! Mengapa kau bergabung dengan perkumpulan Sang Yen Hwee?" bentak Hui Pian-Cu Suang.
Mendadak To Lung tertawa gelak seperti orang gila lalu menyahut,
"Cu Suang! Kini aku telah terjatuh ke tanganmu, mau bunuh silakan! Untung nyawamu besar!"
Kemudian dia menoleh memandang Ciok Giok Yin. "Bocah haram, kau telah merusak rencanaku! Sampai aku mati pun tidak akan mengampunimu!" katanya penuh dendam.
Menyusul terdengar suara pekikan. Mulut To Lun menyemburkan darah segar. Badannya bergerak sesaat, lalu diam, ternyata nafasnya telah putus. Memang sungguh di luar dugaan, To Lun membunuh diri dengan cara menggigit putus lidahnya sendiri. Begitulah! Orang jahat pasti mendapat ganjarannya. Menyaksikan itu Hui Pian-Cu Suang menghela nafas panjang,
"Inilah ketidak mampuan lohu memimpin, sehingga menyebabkan kedua sute itu salah langkah."
Usai berkata, tak terasa air matanya telah meleleh.
"Ketua Cu, keadaan sudah mendesak sekali, sedangkan masih ada tujuh ketua partai yang dalam bahaya. Aku tidak bisa memberitahu mereka satu persatu, maka mohon ketua Cu sudi memberi petunjuk!"
Hui Pian-Cu Suang tersentak, "Siauhiap, mari kita pergi!"
Mereka berdua melesat pergi. Arah yang mereka tuju adalah gunung Cong Lam San. Karena memburu waktu, maka mereka mengerahkan ginkang dengan sepenuh tenaga. Ketika hari mulai pagi, mereka berdua sudah tiba di markas partai Cong Lam Pay. Hui Pian-Cu Suang segera mengutus beberapa murid handal untuk mengantar surat. Dia berpesan pada para murid handalnya, surat itu harus sampai di tangan yang bersangkutan sebelum tanggal lima bulan lima. Seusai Hui Pian-Cu Suang membagi-bagikan surat kepada beberapa murid handalnya, mendadak salah seorang murid tergopoh-gopoh memasuki ruangan itu lalu melapor.
"Cing Yun Cu dari Gobi Pay mohon bertemu To Lun susiok!" Mendengar itu air muka Hui Pian-Cu Suang langsung berubah. "Ketua Cu, dia harus ditangkap," kata Ciok Giok Yin.
Ternyata nama Cing Yun Cu juga tercantum di dalam kertas rahasia itu. Dia datang di Cong Lam Pay menemui To Lun, tentunya punya suatu rencana. Oleh karena itu, Hui Pian-Cu Suang manggut-manggut seraya berkata,
"Demi golongan putih, terpaksa aku harus berbuat begitu."
Kemudian dia berbisik-bisik pada muridnya itu. Muridnya itu mengangguk, kemudian mengundurkan diri. Berselang beberapa saat Hui Pian-Cu Suang berkata.
"Siasuhiap, mari kita keluar melihat-lihat!"
Ciok Giok Yin manggut-manggut. Mereka berdua berjalan menuju ruangan depan. Tak lama kemudian terdengar suara teriakan gusar.
"Aku ke mari mengunjungi kawan lama! Kalian berani menjebakku ke dalam penjara batu ini?"
Bum! Bum!
Terdengar suara pintu dihantam pukulan, tidak lain adalah perbuatan Cing Yun Cu. Sementara Hui Pian-Cu Suang dan Ciok Giok Yin sudah sampai di ruang batu itu.
"Cing Yun Cu, aku yakin partaimu tidak pernah berbuat salah terhadapmu, tapi kau justru berani bersekongkol dengan pihak lain untuk mencelakai ketuamu itu. "
Cing Yun Cu segera memutuskan perkataan Hui Pian-Cu Suang.
"Apa maksud perkataanmu itu?"
"Apakah kau tidak paham dalam hatimu?" "Aku memang tidak paham!"
"Di saat lohu menyerahkanmu pada ketua kalian, kau pasti akan paham!"
"Kentut! Kalau kalian berani berlaku demikian kasar terhadapku, partaiku pasti akan membuat perhitungan denganmu!"
Hui Pian-Cu Suang mendengus dingin.
"Hmm! Ini adalah urusanku dengan ketuamu, kau tidak perlu banyak bicara!"
Mendadak Cing Yun Cu berkata dengan nada lunak.
"Ketua Cu, kau mengurungku di sini sebetulnya ada maksud apa?"
"Sekarang aku tidak mau memberitahukan!" "Bolehkah aku bermohon pada ketua Cu?" "Kau mau bermohon apa?"
"Aku diperintah oleh ketua karena ada urusan di luar. Dalam perjalanan ini aku pun mengunjungi beberapa kawan lama.
Kalau aku tidak pulang tepat waktunya, sudah pasti akan dihukum. Apakah Ketua Cu merasa enak?"
"Tentang ini akan kubicarakan dengan ketuamu, kau tidak perlu cemas," sahut Hui Pian-Cu Suang.
"Apakah ketua Cu tidak sudi menolongku?"
"Kalau lohu melepaskanmu, nyawa ketuamu pasti dalam bahaya."
Sekonyong-konyong Cing Yun Cu mencaci maki. "Tua bangka, aku tidak akan mengampunimu!" Saat ini Ciok Giok Yin berkata hormat pada Hui Pian-Cu Suang.
"Lo cianpwee, waktu sudah amat mendesak, aku harus segera berangkat ke kuil Siauw Lim Si."
"Siasuhiap telah menyelamatkan dunia persilatan. Lohu mewakili kaum segolongan mengucapkan terimakasih pada siauhiap. Mengenai kesalahpahaman itu lohu pun mohon maaf."
"Lo cianpwee jangan berkata begitu. Di mana letak kesalahanku, aku mohon lo cianpwee sudi memaafkanku. Sampai jumpa!"
Ciok Giok Yin menjura, lalu melesat pergi. Dalam perjalanan, tak lupa Ciok Giok Yin menghitung hari, ternyata cuma tinggal satu hari lagi. Kalau tidak bisa tiba dikuil Siauw Lim Si sebelum tengah malam, Hian Yun Huisu ketua Siauw Lim Pay pasti akan binasa! Oleh karena itu dia melakukan perjalanan malam tanpa beristirahat sama sekali. Ciok Giok Yin khawatir akan ada halangan di tengah jalan, maka dia menempuh perjalanan melalui jalan-jalan kecil yang sepi.
Perlu diketahui, Ciok Giok Yin sama sekali tidak bermaksud mengambil hati para ketua, melainkan ingin menyelamatkan dunia persilatan dari mara bahaya tersebut. Meskipun para ketua lain masih menaruh salah paham padanya, tapi dia tidak mempedulikan itu, bahkan juga tidak pernah disimpan dalam hati, sebab cuma merupakan salah paham belaka. Dalam perjalanan menuju Kuil Siauw Lim Si, mendadak dia melihat sebuah tandu yang digotong dua wanita berbadan kekar, sedang meluncur. Begitu melibat tandu itu, tersentak pula.
Hati Ciok Giok Yin tersentak karena tahu bahwa tandu itu adalah tandu Thian Thay Sian Ceng.
Sesungguhnya Ciok Giok Yin tidak takut padanya. Namun agar tidak terjadi suatu hambatan, maka dia segera bersembunyi di balik sebuah batu besar. Akan tetap mendadak terdengar suara bentakan dingin dari dalam tandu itu.
"Berhenti!"
Setelah itu, terdengar lagi suara bentakan. "Bocah, kau masih ingin melarikan diri?"
Ucapan itu menimbulkan keangkuhan Ciok Giok Yin. Dia segera muncul seraya menyahut,
"Kau mau apa?"
Tandu itu telah berhenti. Kedua wanita penggotongnya segera berdiri di samping tandu tersebut. Sepasang mata mereka menyorot tajam, menatap Ciok Giok Yin dengan tak berkedip.
Mendadak terdengar suara dari dalam tandu.
"Lo sin (Aku Yang Tua) merasa tak sedap memandangmu." Ciok Giok Yin tertawa dingin.
"Aku tidak bermusuhan denganmu, mohon dijelaskan perkataanmu itu!"
"Tidak perlu dijelaskan, pokoknya hari ini kau harus meninggalkan nyawamu!"
"Silakan! Kau kira aku takut padamu?" bentak Ciok Giok Yin. Sudah beberapa kali Ciok Giok Yin bertemu Thiang Thay Sian
Ceng, namun Thian Thay Sian Ceng tetap berada di dalam
tandu, maka Ciok Giok Yin tidak pernah menyaksikan wajahnya.
"Kalau kau berani, keluarlah!" bentaknya lagi. Terdengar suara dari dalam tandu, "Lo sin tidak perlu keluar!"
Mendadak dari dalam tandu menerjang ke luar tenaga lunak yang amat dahsyat.
"Kau memang tak tahu aturan!" bentak Ciok Giok Yin gusar.
Ciok Giok Yin menangkis serangan itu dengan jurus pertama ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciang. Dia ingin dengan jurus tersebut menerbangkan tandu itu. Namun tak disangka....
Bum!
Terdengar suara benturan dahsyat dan seketika Ciok Giok Yin terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah. Dia merasa darahnya bergolak dan matanya berkunang-kunang.
Sedangkan tandu itu tidak bergeming sama sekali. Hati Ciok Giok Yin tersentak. Tapi justru membuatnya penasaran.
"Sambut lagi sebuah pukulanku!" bentaknya.
Mendadak dia menerjang ke arah tandu sambil melancarkan pukulan dengan jurus kedua dan ketiga ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciang. Akan tetapi tandu itu tetap tak bergeming. Angin pukulan yang dilancarkan Ciok Giok Yin sepertinya tenggelam ke dasar laut. Di saat bersamaan terdengar suara yang amat dingin dari dalam tandu.
"Ciok Giok Yin, ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciangmu masih rendah sekali!"
Mendadak tandu itu melambung ke atas menimbulkan suara menderu-deru lalu menerjang ke arah Ciok Giok Yin, bukan main dahsyatnya.
Ciok Giok Yin terbelalak, 'Kungfu apa itu? Kok bisa membuat tandu itu melambung ke atas?' tanyanya dalam hati. Sembari bertanya dalam hati, Ciok Giok Yin pun bergerak cepat mencelat ke belakang. Namun tandu itu seperti memiliki mata, terus mengikutinya. Itu membuat Ciok Giok Yin gugup, sehingga tanpa sadar mengeluarkan ilmu Hui Keng Pou. Sungguh menakjubkan! Tampak badannya berkelebat, tahu-tahu telah berhasil menghindari serangan itu. Tandu itu merosot ke bawah. Di saat bersamaan mendadak kedua wanita penggotong tandu menggeram dan segera menerjang ke arah Ciok Giok Yin.
Dalam waktu bersamaan tandu itu melambung ke atas lagi lalu meluncur ke arah Ciok Giok Yin. Jadi Ciok Giok Yin diserang dari tiga jurusan.
Bum!
Terdengar seperti suara ledakan dahsyat. Badan Ciok Giok Yin terpental tiga depa lalu roboh di tanah dengan mulut menyembur darah segar. Kedua wanita penggotong tandu langsung melesat ke arahnya. Kelihatannya Ciok Giok Yin akan..., namun mendadak tampak bayangan sebuah benda kecil meluncur ke tempat itu lalu menancap di tanah. Apakah benda kecil itu? Ternyata sebuah panji kecil berwarna
merah. Thian Thay Sian Ceng yang duduk di dalam tandu seketika berseru kaget.
"Pek Hoat Hujin!"
Sedangkan kedua wanita penggotong tandu, begitu mendengar seruan Thian Thay Sian Ceng, langsung menghentikan tangannya yang telah dijulurkan ke arah Ciok Giok Yin, bahkan cepat-cepat melesat pergi. Ciok Giok Yin bangun perlahan-lahan. Dia melihat wanita anggun berpakaian mewah, yang pernah beberapa kali menyelamatkannya berdiri di tempat itu. Sedangkan Thiang Thay Sian Ceng dan kedua wanita penggotong tandu telah tidak kelihatan. Ciok Giok Yin menghapus noda darah di bibirnya, kemudian memberi hormat pada wanita anggun berpakaian mewah.
"Cianpwee telah menyelamatkan diriku lagi."
"Tidak dapat dikatakan menyelamatkanmu, melainkan cuma kebetulan saja." "Tapi... aku telah banyak berhutang budi pada cianpwee." "Jangan disimpan dalam hati. Bagaimana rasamu sekarang?" "Baik-baik saja."
"Nak, kau harus beristirahat sejenak."
Begitu mendengar wanita anggun berpakaian mewah memangginya Nak, seketika air mata Ciok Giok Yin meleleh.
Wanita anggun berpakaian mewah tertegun ketika melihat Ciok Giok Yin menangis.
"Nak, mengapa kau menangis?"
"Cianpwee, aku... amat terharu," sahut Ciok Giok Yin sambil menyusut air matanya.
"Lho? Mengapa?"
"Sejak aku mengerti, kecuali Tiong Ciu Sin le, tiada orang lain yang memanggilku. "
Wanita anggun berpakaian mewah maju selangkah, seraya berkata.
"Nak, kelak pasti ada orang memanggilmu demikian, jangan sedih!"
"Apakah cianpwee tahu tentang asal-usulku?" "Aku tahu sedikit."
"Cianpwee tahu?" "Ya "
"Bolehkah cianpwee memberitahukan padaku?" "Tidak boleh." "Mengapa?"
"Belum waktunya." Berhenti sejenak. "Tapi aku baru mendengarnya," lanjutnya.
Seketika hati Ciok Giok Yin merasa terang. "Bolehkah aku bertanya sedikit?"
"Boleh."
"Betulkah aku bermarga Ciok?" "Margamu bukan Ciok."
"Jadi sebetulnya aku bermarga apa?"
"Aku sudah berjanji pada orang itu, tidak boleh memberitahukan."
Ciok Giok Yin merasa kecewa sekali.
"Apakah aku punya hubungan dengan Hai Thian Tayhiap-Ciok Khie Goan?"
"Hubungan yang erat sekali." "Aku bukan keturunannya?" "Bukan."
Wanita anggun berpakaian mewah menatapnya.
"Nak, sebelum waktunya, kau jangan banyak bertanya. Sebab kalau pun tahu, tiada manfaatnya bagimu, bahkan malah akan mencelakaimu. Namun cepat atau lambat kau akan mengetahuinya."
Ciok Giok Yin teringat sesuatu, maka segera bertanya. "Cianpwee, betulkah potongan kain yang kuperoleh itu menyangkut asal-usulku?"
"Aku dengar, kau pernah pergi mencari Thiang Thong Lojin. Betulkah?"
"Ya. "
"Dia dapat mengungkap rahasia potongan kain ltu?" "Masih harus mencari Bu Keng Sui."
"Bu Keng Sui?"
"Ya. Tapi aku tidak tahu harus ke mana mencari Air Tanpa Akar itu."
Wanita anggun berpakaian mewah itu menyahut.
"Harus perlahan-lahan mencari informasi, tidak usah terburu- buru."
Ciok Giok Yin manggut-manggut. Wanita anggun berpakaian mewah menatapnya sejenak kemudian bertanya.
"Kau mau kemana?"
"Aku mau ke Kuil Siauw Lim Si." "Ada urusan apa kau ke sana?"
Ciok Giok Yin segera memberitahukan tentang urusan itu.
"Kalau begitu, cepatlah kau ke sana agar tidak terlambat!" kata wanita itu.
Ciok Giok Yin memberi hormat. Ketika dia baru mau melesat pergi, mendadak wanita itu berseru.
"Tunggu!" "Cianpwee ada petunjuk?"
"Kau telah terluka, harus makan obat dulu."
Wanita anggun berpakaian mewah mengeluarkan sebutir pil lalu diberikan pada Ciok Giok Yin seraya berkata.
"Makan obat ini baru pergi!"
Ciok Giok Yin segera menerima obat itu dengan mata berkaca-kaca, "Cianpwee sedemikian menyayangiku, selama- lamanya takkan kulupakan," katanya terharu.
"Baik-baiklah menjaga diri!" pesan wanita anggun berpakaian mewah.
Ciok Giok Yin menelan obat tersebut, lalu memandang wanita anggun berpakaian mewah sejenak. Setelah itu barulah dia melesat pergi laksana kilat. Wanita anggun berpakaian mewah memandang punggungnya sambil menghela nafas dan bergumam.
"Kasihan anak itu!"
Badannya bergerak, tahu-tahu sudah melesat pergi ke arah yang ditempuh Ciok Giok Yin. Sementara Ciok Giok Yin terus melakukan perjalanan. Ketika hari mulai gelap dia sudah tiba di gunung Song San. Tanpa membuang waktu, dia terus melesat ke puncak gunung itu menuju kuil Siauw Lim Si. Sebelum tengah malam, Ciok Giok Yin sudah tiba di depan pintu kuil tersebut. Karena waktu sudah amat mendesak, maka dia langsung menerobos ke dalam. Mendadak muncul empat hweeshio, masing-masing memegang sebatang toya menghadang di hadapan Ciok Giok Yin.
"Sicu kecil, ada urusan apa kau ke mari?" bentak salah seorang dari mereka.
"Aku ingin bertemu ketua kalian," sahut Ciok Giok Yin. "Urusan apa" "Mohon Taysu segera melapor!"
"Kini sudah malam, ketua kami sedang berunding sesuatu di ruang pengawas!"
"Kalau kalian tidak bersedia melapor, aku akan menerjang ke dalam."
Ciok Giok Yin sudah mau menerjang ke dalam, namun keempat hweeshio itu segera membentak.
"Kau berani?" "Mengapa tidak?"
Ciok Giok Yin menggunakan ilmu Hui Kong Pou. Dalam sekejap dia sudah menerobos ke dalam.
"Berhenti!" bentak keempat hweeshio itu.
Mereka langsung menyerang Ciok Giok Yin dengan toya. Akan tetapi di saat bersamaan mendadak terdengar suara yang bertenaga di ruang besar.
"Siapa begitu berani membuat kegaduhan di kuil ini?"
Seorang hweeshio tua berjalan ke luar, langsung melancarkan pukulan ke arah Ciok Giok Yin yang sedang menerjang ke dalam. Bukan main dahsyatnya pukulan itu. Suaranya
menderu-deru dan penuh mengandung tenaga menerjang ke arah Ciok Giok Yin. Ciok Giok Yin menggunakan ilmu Hui Kong Pou untuk menghindar. Dalam waktu bersamaan dia pun berkata,
"Aku harus menemui ketua kalian, sebab ada urusan rahasia yang harus kusampaikan!"
Hweeshio tua itu menarik kembali serangannya. Kemudian dia menatap Ciok Giok Yin tajam seraya bertanya, "Mengapa tidak menunggu?" "Waktu sudah amat mendesak!"
"Kau omong kosong! Aku tidak bisa membiarkanmu berlaku semaunya di sini!"
Hweeshio tua itu melangkah maju. Ciok Giok Yin tidak mau bertarung dengan hweeshio tua itu, maka cepat-cepat menggunakan ilmu Hui Keng Pou melesat ke dalam melewati sisi hweeshio itu. Justru di saat bersamaan, mendadak terdengar suara lonceng, pertanda Siauw Lim Pay akan menghadapi musuh. Seketika muncul para hweeshio dari empat penjuru, yang kemudian mengurung Ciok Giok Yin, bahkan melancarkan serangan. Ciok Giok Yin tetap menggunakan ilmu Hui Keng Pou untuk menghindar. Terdengar suara seruan kaget.
"Hah? Hui Keng Pou! Ternyata kau! Cepat bentuk formasi Lo Han Tin!"
Ciok Giok Yin menengok ke arah suara seruan itu. Seketika dia pun berseru tak tertahan.
"Tay Yap Huisu!"
"Tidak salah! Hutang piutang Kuil Cing Hong Si, sudah waktunya diselesaikan!"
Saat ini terlihat lagi beberapa sosok bayangan muncul di ruangan itu. Para hweeshio yang ada di tempat itu segera menyingkir ke samping, lalu memberi hormat seraya berkata.
"Kami beri hormat pada ketua!"
Tampak seorang hweeshio tua berdiri di situ, sepasang matanya menyorot tajam menatap Ciok Giok Yin. Tay Yap Huisu segera membungkukkan badannya memberi hormat seraya berkata.
"Mohon Ketua turunkan perintah menangkap bocah itu! Dia adalah Ciok Giok Yin yang telah membunuh para hweeshio Kuil Cing Hong Si. Lagi pula tadi dia menggunakan ilmu Hui Keng Pou."
Sepasang mata Hian Yun Huisu semakin menyorot tajam, "Dia menggunakan ilmu Hui Keng Pou?"
"Ya."
Hian Yun Huisu maju dua langkah sambil membentak. "Sicu Kecil, kau mau bilang apa lagi?"
Legalah hati Ciok Giok Yin, karena Hian Yun Huisu tidak kurang suatu apa pun.
"Aku melakukan perjalanan siang malam menuju kuil ini cuma ingin memperlihatkan sesuatu pada Huisu."
Hian Yun Huisu tertegun. "Sesuatu apa?"
Saat ini dua hweeshio berusia lima puluhan yang berdiri di kanan kiri Hiang Yun Haisu merapatkan diri dengan ketua Siauw Lim Pay itu.
Ciok Giok Yin berkata dalam hati. 'Mungkin kedua hweeshio itu!'
Kemudian dia berkata, "Kalau ketua ingin melihat, harus menyuruh kedua hweeshio itu minggir."
Kedua hweeshio itu langsung membentak. "Bocah, apa maksudmu?"
"Barang yang akan kuperlihatkan tidak boleh dilihat oleh lebih dari enam mata." "Kau punya barang apa, boleh diperlihatkan padaku! Perlu diketahui, kedua hweeshio ini adalah Hian Ceh dan Hian Hong adik seperguruanku," kata Hian Yun Haisu.
Diam-diam Ciok Giok Yin berkata dalam hati, 'Dugaanku tidak meleset.'
Ciok Giok Yin berkata serius.
"Kalau ketua tidak menyuruh mereka mundur, jangan harap bisa melihat barang ini," katanya kemudian dengan sungguh- sungguh.
Hian Yun Huisu terheran-heran, lalu mengibaskan tangannya seraya berkata kepada kedua hweeshio itu.
"Kalian berdua mundurlah!"
Hian Ceh dan Hian Hong segera mundur satu depa lebih. Ciok Giok Yin segera mengeluarkan kertas itu dari dalam bajunya.
Suasana di tempat itu seketika berubah menjadi hening. Puluhan pasang mata menatap Ciok Giok Yin dengan penuh rasa heran. Ciok Giok Yin melempar kertas itu ke arah Hian Yun Huisu seraya berkata,
"Silakan Ketua melihat pasti mengetahuinya."
Hian Yun Huisu menyambut kertas itu lalu membaca isinya. Seketika air mukanya berubah hebat, bahkan sepasang alisnya yang putih itu bergerak turun naik. Di saat bersamaan mendadak dari luar menerobos ke dalam seorang hweeshio langsung berkata dengan tergopoh-gopoh.
"Lapor pada Ketua, di bawah gunung muncul dua puluh lebih anggota perkumpulan Sang Yen Hwee yang berkepandaian tinggi, kini sudah sampai di. Belum juga hweeshio itu usai
melapor, mendadak Hian Ceh dan Hian Hong bersiul panjang kemudian melesat laksana kilat ke arah Hian Yun
Huisu. Kejadian itu membuat para hweeshio menjadi melongo. Sedangkan Hian Yun Huisu sudah membaca kertas itu, maka pasti sudah siap-siap dari tadi, dia segera berseru. "Cepat tangkap Hian Ceh dan Hian Hong!"
Sembari berseru dia berkelit menghindar serangan yang dilancarkan kedua hweeshio itu. Seketika tampak belasan hweeshio telah mengurung Hian Ceh dan Hian Hong.
Sedangkan Hian Yun Huisu langsung menyuruh belasan hweeshio mengikuti Tay Yao Huisu untuk pergi menghadang para anggota perkumpulan Sang Yen Hwee. Setelah itu Hian Yun Huisu memegang tangan Ciok Giok Yin seraya berkata,
"Sicu kecil, mari kita keluar melihat-lihat!"
Sementara di luar sudah terdengar suara bentakan, jeritan dan senjata berkelebat ke sana ke mari. Pertarungan mati- matian berlangsung di situ. Tampak pula dua puluh lebih mayat tergeletak di tanah yaitu mayat-mayat hweeshio dan anggota perkumpulan Sang Yen Hwee. Sampai di luar, Hian Yun Huisu mengundang Ciok Giok Yin ke ruang tamu. Kemudian berkata dengan penuh rasa haru.
"Sicu kecil jauh-jauh ke mari, aku amat berterima kasih." "Membasmi golongan iblis, juga adalah bagian dariku," sahut
Ciok Giok Yin sambil memberi hormat.
Saat ini Tay Yap Huisu masuk ke dalam dan merangkapkan sepasang tangannya di dada sambil berkata kepada Ciok Giok Yin.
"Tempo hari terjadi kesalahpahaman, mohon Sicu Kecil sudi memaafkanku!"
Ciok Giok Yin segera balas memberi hormat sambil berkata dengan ramah.
"Taysu jangan berkata begitu, kelak aku masih mohon petunjuk Taysu."
Kini kesalah pahaman diantara mereka telah jernih. Mendadak tampak Liau Cing Taysu dan Thian It Ceng berjalan ke dalam. Mereka menatap Ciok Giok Yin dengan tajam.
Terutama sepasang mata Thian It Ceng, penuh mengandung dendam dan kebencian.
"Ketua, mohon penjelasan mengenai satu hal," kata Ciau Cing Taysu.
"Hal apa?"
Ciok Giok Yin telah menyaksikan sikap kedua hweeshio tua itu, tentunya bermaksud tidak baik terhadap dirinya.
"Mengenai kitab Ban Siang Po Kip. Sicu Kecil ini tadi menggunakan ilmu Hui Keng Pou. Bukankah boleh bertanya padanya?" sahut Liau Cing Taysu.
Hian Yun Huisu mengerutkan kening kemudian bertanya pada Ciok Giok Yin.
"Mengenai ilmu Hui Keng Pou, Sicu Kecil belajar dari mana?" "Maaf, tentang itu tidak dapat kuberitahukan," sahut Ciok
Giok Yin.
Hian Yun Huisu berkata.
"Sicu Kecil, Kuil kami menyimpan sebuah kitab Ban Siang Po Kip, peninggalkan Tatmo Cousu, namun telah hilang tiga puluh tahun yang lalu. Harap Sicu Kecil sudi menjelaskannya!"
Air muka Ciok Giok Yin langsung berubah.
"Apakah Ketua mencurigaiku telah mencuri kitab itu?"
"Sicu kecil telah menyelamatkan Kuil Siauw Lim Si. Dalam hal ini kami amat berterimakasih sekali. Tapi mengenai ilmu Hui Keng Pou, Sicu Kecil harus menjelaskannya..." sela Thian It Ceng.
"Maksud tujuanku ke mari bukan ingin menaruh budi pada Kuil Siauw Lim Si, sekarang aku mau mohon diri," kata Ciok Giok Yin.
Dia segera melesat pergi, juga menggunakan ilmu Hui Keng Pou. Hian Yun Huisu duduk diam di tempat, kelihatannya memang sengaja membiarkan Liau Cing Taysu dan Thian Ceng mendesak Ciok Giok Yin tentang kitab tersebut. Liau Cing Taysu dan Thian It Ceng melesat ke luar kemudian menghadang di depan Ciok Giok Yin.
"Sicu Kecil, lebih baik dijelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman lagi." kalau Liau Cing Taysu dengan suara dalam.
"Tidak dapat kuberitahukan," sahut Ciok Giok Yin dingin. "Sungguhkah kau tidak mau memberitahukan?" "Sungguh!"
"Kalau begitu kami terpaksa bertindak kasar terhadapmu!" "Bagaimana!"
"Menangkapmu di sini agar ada orang tampil ke mari!" Ciok Giok Yin tertawa gelak.
"Siauw Lim Pay amat terkenal, tapi para hwee-shionya justru tak tahu aturan!"
Mendadak Ciok Giok Yin menggunakan ilmu Hui Keng Pou lagi. Tampak badannya berkelebat menerobos ke luar, tahu- tahu sudah sampai di ruangan depan.
"Kau tidak bisa meloloskan diri!" kata Liau Cing Taysu.
Seketika terdengar lonceng berbunyi kemudian tampak puluhan hweeshio mengepung Ciok Giok Yin. Akan tetapi ilmu Hui Keng Pou memang amat luar biasa. Buktinya Ciok Giok Yin masih berhasil menerobos ke luar dengan menggunakan ilmu tersebut. Saat ini sudah ada seratus lebih hweeshio Siauw Lim Si mengepung Ciok Giok Yin, tapi tetap tidak berhasil menangkapnya. Kalau kejadian ini tersiar keluar, pasti nama Siauw Lint Pay akan runtuh. Kelihatannya Ciok Giok Yin akan berhasil menerobos ke luar dari pintu kuil Siauw Lim Si.
Mendadak tampak beberapa sosok bayangan berkelebat menghadang di hadapannya. Salah seorang dari mereka adalah hweeshio berusia lanjut. Rambutnya, alisnya dan jenggotnya semuanya sudah putih, badannya agak kurus. Para hweeshio yang ada di tempat itu segera memberi hormat seraya berkata,
"Kami memberi hormat pada Sucou Hud!"
Ternyata hweeshio berusia lanjut itu kedudukannya masih tiga tingkat di atas Hian Yun Huisu, tidak lain adalah It He Tianglo. Begitu melihat hweeshio berusia lanjut itu Ciok Giok Yin tertegun. Sebab sepasang mata hweeshio berusia lanjut itu menyorotkan sinar amat tajam. Itu membuat sekujur badan Ciok Giok Yin jadi merinding.
"Sicu kecil, aku hweeshio tua sudah lama tidak mencampuri urusan duniawi. Namun tadi ketua melapor bahwa Sicu Kecil menggunakan ilmu Hui Keng Pou, itu adalah ilmu yang tercantum di dalam kitab Ban Siang Po Kip. Kalau Sicu Kecil memberitahukan, tentunya tiada urusan dengan Sicu Kecil."
"Aku sudah berjanji pada lo cianpwee itu, tidak akan memberitahukan pada siapa pun, maka mohon Taysu memaafkanku," sahut Ciok Giok Yin.
"Sicu Kecil tidak mau memberitahukan, terpaksa harus ditahan di sini," kata It He Tianglo.
"Aku tidak percaya itu," sahut Ciok Giok Yin angkuh. Ketika Ciok Giok Yin baru mau melesat pergi, sekonyong-
konyong merasa ada tenaga yang amat lembut menerjang ke arahnya, tepat di tiga jalan darah pada bagian
dadanya. Seketika Ciok Giok Yin tak bisa bergerak, berdiri diam di tempat. Di saat bersamaan tampak sosok bayangan berkelebat ke tempat itu. Ternyata adalah Hian Yun Huisu, ketua Siauw Lim Pay. Dia segera memberi hormat kepada It He Tianglo seraya berkata.
"Teecu tak berguna, telah merepotkan Sucou." "Kalian urusi itu!" kata It He Tianglo.
Usai menyahut, hweeshio berusia lanjut itu langsung melesat pergi.
Ciok Giok Yin yang berdiri tak bergerak di tempat menatap Hian Yun Huisu dengan penuh kebencian. Hian Yun Huisu memandang Ciok Giok Yin seraya berkata,
"Sicu Kecil harus maklum, kuil kami kehilangan kitab Ban Siang Po Kip, itu amat memalukan kuil kami. Dalam tiga puluh tahun ini tiada jejaknya sama sekali. Kini Sicu Kecil menggunakan ilmu Hui Keng Pou, tentunya kami harus bertanya jelas, mohon Sicu Kecil jangan gusar!"
"Orang gagah harus menepati janji, aku tidak akan memberitahukan!" sahut Ciok Giok Yin dingin.
"Kalau begitu Sicu Kecil tetap berkeras tidak mau mengatakannya?"
"Tidak salah."
"Apa boleh buat kami terpaksa mengurungmu di penjara."
Bukan main terkejutnya Ciok Giok Yin! Kalau dikurung oleh mereka, bukankah selamanya tidak bisa keluar? Oleh karena itu dia segera berkata,
"Aku tidak melanggar peraturan Siauw Lim Pay. Aku ke mari cuma ingin mengabarkan tentang rahasia itu. Seandainya aku tidak ke mari, apa yang akan terjadi di Kuil Siauw Lim Si ini?"
Hian Yun Huisu tertegun. Beberapa saat kemudian baru berkata, "Aku memang merasa tidak enak dalam hati, namun itu terpaksa. Walau Sicu Kecil dikurung di dalam penjara, namun tetap diperlakukan secara baik, hanya tidak leluasa bergerak." Kemudian dia berseru, "Di mana Tay Yap Huisu?"
"Ada di sini, menunggu perintah Ketua!" sahut Tay Yap Huisu. "Bawa sicu kecil ini ke ruang batu yang di belakang gunung!"
kata Hian Yun Taysu.
Tay Yap Huisu mengangguk. "Ya!"
Hwee-shio tua itu segera mendekati Ciok Giok Yin.
Justru di saat bersamaan, mendadak meluncur sebuah panji kecil merah, yang kemudian menancap di lantai ruangan itu. Begitu melihat panji kecil merah itu, para hwee-shio langsung berseru kaget.
"Pek Hoat Hujin!"
Menyusul terdengar suara sahutan yang sebentar dekat sebentar jauh.
"Tidak salah!"
Suara sahutan itu bukan main dinginnya. Hian Yun Huisu segera berseru lantang,
"Pek Hoat cianpwee berkunjung kemari, mengapa tidak mau memperlihatkan diri?"
Terdengar suara sahutan yang tetap dingin. "Mengapa kalian mengurung anak itu?"
Hian Yun Huisu tertegun, kemudian menyahut.
"Karena tiga puluh tahun yang lalu kuil kami kehilangan sebuah kitab Ban Siang Po Kip! Dari badan sicu kecil ini, kami memperoleh sedikit jejak. "
Mendadak suara yang amat dingin itu memutuskan perkataan Hian Yun Huisu.
"Apa hubungannya dengan anak itu?" "Kami harus menyelidiki dari dirinya!"
"Sekarang aku menghendak kalian melepaskannya!" "Ini. "
"Tidak ada ini dan itu! Cepat lepaskan dia!"
Hian Yun Huisu tahu jelas bahwa Pek Hoat Hujin amat terkenal enam puluh tahun lampau, telah menggemparkan dunia persilatan masa itu. Kalau dia sudah mencampuri suatu urusan, apabila tidak dikabulkan mungkin Kuil Siauw Lim Si akan hancur di tangannya. Akan tetapi bagaimana mungkin Hian Yun Huisu rela melepaskan Ciok Giok Yin begitu saja?
Karena itu ketua Siauw Lim Pai itu berkata,
"Boleh melepaskannya, asal sicu kecil ini mempunyai alasan kuat!"
"Dia sekarang tidak bisa mengatakannya. Lo Sin berani jamin, kelak dia pasti akan memberi jawaban yang memuaskan kalian!"
"Sungguh?"
"Perlukah lo sin membohongi kalian tingkatan rendah?"
Mendadak panji kecil merah yang menancap di lantai itu meluncur ke luar laksana kilat. Para hweeshio yang berada di situ diam-diam mengucurkan keringat dingin. Kini suasana di tempat itu berubah menjadi hening sekali. Hian Yun Huisu mengibaskan lengan jubahnya ke arah Ciok Giok Yin dan seketika jalan darah Ciok Giok Yin yang tertotok itu menjadi bebas. Ciok Giok Yin tertawa sedih.
"Suatu hari nanti aku pasti ke mari lagi untuk menjajal kepandaian Siauw Lim Pay," katanya lalu melesat pergi.
Dia tidak menyangka bahwa kedatangannya di Kuil Siauw Lim Si yang mengandung tujuan baik akan mendapatkan sambutan seperti itu. Para hweeshio di kuil itu tidak balas budi, bahkan ingin menahannya. Kalau Pek Hoat Hujin tidak menolongnya secara diam-diam, saat ini dia pasti sudah dikurung di dalam ruangan batu. Ciok Giok Yin tidak habis pikir, mengapa Pek Hoat Hujin berulang kali menyelamatkannya? Siapa dia?
Apakah punya hubungan dengan Ciok Giok Yin? Kalau ada hubungan, dari mana hubungan itu? Ciok Giok Yin terus berpikir, namun tidak menemukan jawabannya.
Di dalam Kuil Siauw Lim Si dia tertotok oleh It He Tianglo. Itu membuatnya amat gusar, tapi tidak dapat melampiaskannya. Mendadak terdengar suara siulan yang amat nyaring.
Kemudian tampak lima sosok bayangan melesat ke hadapannya. Setelah melihat jelas kelima orang itu, keringat dinginnya mengucur. Ternyata mereka berlima adalah ketua perkumpulan Sang Yen Hwee, Siau Bin Sanjin-Li Mong Pai, Setan Tinggi, Setan Pendek dan Setan Kurus. Kelima orang itu langsung mengepung Ciok Giok Yin. Siauw Bin Sanjin-Li Mong Pai tertawa gelak,
"Bocah, sungguh besar nyawamu!"
"Iblis tua, aku tidak akan mengampunimu!" sahut Ciok Giok Yin dengan sengit.
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee yang memakai kain penutup muka berkata dengan dingin,
"Bocah, kau dengan kami punya dendam yang amat dalam! Kau pula yang telah merusak rencana kami! Kalau aku tidak mengulitimu, hatiku tidak akan merasa puas!"
Kelihatannya ketua perkumpulan Sang Yen Hwee sudah mau turun tangan, tapi Setan Pendek segera berseru. "Tunggu, Ketua! Serahkan bocah itu pada kami, sebab kami bertiga harus menuntut balas dendam saudara kami yang telah mati itu!"
Usai berkata mereka bertiga segera maju. Ciok Giok Yin tahu akan kelihayan ketiga orang itu, maka dia cepat-cepat mengerahkan lwee kangnya. Ketiga orang itu sudah menyerang, sedangkan Ciok Giok Yin menangkis dengan ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciang. Terdengar suara jeritan.
Ternyata Setan Tinggi telah terpental dua depa lalu roboh di tanah. Setelah itu terdengar lagi suara jeritan dua kali.
Ternyata Setan Pendek dan Setan Kurus terpental juga. Siau Bin Sanjin-Li Mong Pai tertawa terkekeh-kekeh kemudian menerjang ke arah Ciok Giok Yin. Kelihatannya Ciok Giok Yin akan terserang oleh Siau Bin Sanjin-Li Mong Pai, tapi mendadak terdengar suara bentakan mengguntur.
"Kau berani!"
Tampak bayangan meluncur ke tempat ini, kemudian secepat kilat menyerang Siau Bin Sanjin-Li Mong Pai. Demi menyelamatkannya nyawanya Siau Bin Sanjin-Li Pai terpaksa melepaskan Ciok Giok Yin lalu cepat-cepat berkelit. Setelah melihat siapa yang baru muncul itu dia berseru tak tertahan.
"Bu Tok Sianseng!" "Tidak salah!"
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee maju dua langkah sambil membentak sengit.
"Bu Tok Sianseng, kau selalu menentang kami, sebetulnya apa maksudmu?"
"Tidak bermaksud apa-apa dan juga tidak berniat menguasai dunia persilatan, hanya saja aku tidak senang akan perbuatan kalian!"
Usai berkata Bu Tok Sianeng mendekati Ciok Giok Yin sambil melirik ke arah tiga setan yang sedang duduk bersemedi mengobati luka masing-masing. Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee mendengus dingin.
"Hmm! Bu Tok Sianseng, hari ini kau harus meninggalkan kitab Cu Cian itu di sini!"
"Bukan kitab Cu Cian, melainkan nyawa kalian!"
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee maju selangkah seraya membentak.
"Kalau begitu, cobalah!"
Dia langsung menyerang dan dalam sekejap sudah melancarkan tiga pukulan. Bu Tok Sianseng berkelit, setelah itu berkata dingin.
"Ketua Sang Yen Hwee, kalau kau masih berani melancarkan pukulan lagi, nyawamu pasti melayang!"
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee tersentak, lalu segera berdiri diam di tempat. Karena dia tahu jelas bahwa Bu Tok Sianseng ahli dalam hal racun, jangan-jangan dirinya telah terkena racunnya. Oleh karena itu dia membentak dingin.
"Kau melakukan serangan gelap, apakah terhitung orang gagah?"
"Terhadap kalian, apa salahnya aku melakukan serangan gelap?" sahut Bu Tok Sianseng.
"Kau. "
"Bagaimana?"
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee membentak gusar. "Jadi kau sudah meracuni kami?"
"Tidak salah!" Bu Tok Sianseng tertawa dingin. "Kalau kau tidak percaya silakan melancarkan tiga pukulan lagi!" lanjutnya.
"Sesungguhnya kau mau apa?" tanya Sian Bin Sanjin-Li Mong Pai.
"Aku ingin bertanya pada kalian dulu!" sahut Bu Tok Sianseng.
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee mengerutkan kening. "Bertanya apa?"
"Kalian ingin hidup atau ingin mati?"
"Bagaimana kalau ingin hidup dan bagaimana ingin mati?" "Kalau kalian ingin hidup harus segera enyah!"
"Kalau begitu. "
Ketua perkumpulan Sang Yen Hwee ingin bertanya, sebetulnya meraka terkena racun apa dan apa obat penawarnya. Namun pertanyaan tersebut ditelannya kembali, tidak jadi dilontarkannya. Bu Tok Sianseng sudah tahu apa yang ingin ditanyakan ketua perkumpulan Sang Yen Hwee maka segera berkata seraya tertawa dingin.
"Aku pasti akan memberikan kalian obat penawar!" "Cepat berikan!"
Bu Tok Sianseng tertawa dingin lagi.
"Kau kira setelah makan obat penawar, akan dapat mengambil tindakan? He he! Kuberitahukan, sampai satu jam, kalian tidak boleh mengerahkan lwee kang!"
Bu Tok Sianseng merogoh ke dalam bajunya, mengeluarkan dua bungkus obat. Kemudian dilemparkannya obat itu ke arah mereka berdua seraya berkata, "Satu orang satu bungkus! Ketiga Setan itu telah terluka, maka mereka bertiga tidak menghisap racun itu!" Dia membalikkan badannya sambil menarik Ciok Giok Yin. "Mari kita pergi!" ajaknya.
Mereka berdua melesat pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan ketua perkumpulan Sang Yen Hwee dan Siau Bin
Sanjin-Li Mong Pai berdua, saking gusar langsung membanting kaki. Sementara Ciok Giok Yin terus melesat mengikuti Bu Tok Sianseng. Kira-kira belasan mil kemudian barulah mereka berdua berhenti.
"Kau sudah berhasil mencari Seruling Perak itu?" tanya Bu Tok Sianseng.
"Belum."
"Di mana kitab Cu Cian?" "Kau mau?"
"Aku tidak bermaksud demikian."
"Kitab Cu Cian itu telah kusimpan di tempat rahasia." "Tidak akan hilang?"
"Tidak."
"Mudah-mudahan begitu!"
"Anda telah menolongku lagi, kelak aku pasti membalas budi pertolonganmu."
"Tidak usah."
"Aku sudah banyak berhutang budi padamu."
"Aku melakukannya cuma menerima perintah dari seseorang, maka tidak usah kau simpan dalam hati." "Perintah dari seseorang?" "Ya."
"Perintah dari siapa? Bolehkah Anda memberitahukan padaku?"
"Sementara ini tidak boleh, kelak kau akan mengetahuinya." Bu Tok Sianseng menatapnya sejenak. "Sampai jumpa!"
Dia langsung melesat pergi dan dalam sekejap sudah tidak kelihatan bayangannya. Sedangkan Ciok Giok Yin berdiri termangumangu di tempat. Dia tidak habis pikir, sebetulnya Bu Tok Sianseng menerima perintah dari siapa? Itu sungguh misterius sekali! Akhirnya Ciok Giok Yin menghela nafas panjang. Mendadak terdengar suara siulan yang amat aneh.
Maka Ciok Giok Yin mendengarkan dengan penuh perhatian. Suara siulan itu amat sedap didengar. Namun setelah sejenak mendengarnya, pikiran Ciok Giok Yin menjadi menerawang. Dia lupa dirinya berada di mana, bahkan di wajahnya tersirat semacam keinginan. Dalam benaknya muncul bayangan wajah Heng Thian Ceng yang amat cantik di balik kedok kulitnya.
Kemudian muncul pula wajah Seh Yong Yong, Cou Ing Ing dan wajah-wajah gadis lainya.
Dia membutuhkan mereka. Kalau salah satu di antara mereka muncul di depannya pasti akan diterkamnya demi memuaskan hasratnya itu. Di saat bersamaan tampak sosok bayangan
berkelebat ke arah Ciok Giok Yin, bagaikan sosok roh halus, langsung menotok jalan darah Ek Hwe Hiat-nya. Begitu jalan darahnya tertotok, Ciok Giok Yin tersentak sadar. Ternyata di hadapannya berdiri seorang wanita, yang tidak lain adalah Teng Kun Hiang dari perkumpulan Sang Yen Hwee. Ciok Giok Yin ingin membentak, namun semacam hasrat mulai menerjang dirinya lagi, sehingga mulutnya mengeluarkan suara desahan.
"Emmmmh!"
Kemudian dia merasa dirinya dibawa terbang memasuki sebuah goa. Kesadaran Ciok Giok Yin telah hilang, tapi dia masih merasa goa itu amat bersih. Teng Kun Hiang menaruhnya ke bawah sambil tersenyum-senyum penuh hawa nafsu birahi. Setelah itu dia mulai menanggalkan pakaiannya sendiri. Tampak tubuhnya yang putih mulus dan sepasang payudaranya menonjol montok. Dia berdiri di hadapan Ciok Giok Yin seakan menantangnya. Terus menatap Ciok Giok Yin dengan penuh hawa nafsu birahi, kemudian berkata perlahan-lahan.
"Ciok, pandanglah aku! Pandanglah aku!"
Usai berkata, Teng Kun Hiang menggoyang-goyangkan pinggulnya untuk merangsang Ciok Giok Yin. Saat ini Ciok Giok Yin memang telah kehilangan kesadarannya. Dia bangun dan langsung melepaskan pakaiannya. Ketika dia memandang ke arah Teng Kun Hiang, justru melihat Heng Thian Ceng berdiri di hadapannya. Dia segera menubruk ke depan, kemudian mulutnya mendesah-desah.
"Kakak! Kakak! Kakak. "
"Adik, kau mau?" sahut Teng Kun Hiang sambil tertawa genit.
Ciok Giok Yin telah kehilangan kesadarannya dan terbakar oleh api birahi.
"Mau Kakak, aku mau."
Ciok Giok Yin memeluknya erat-erat. Namun baru mau melakukan itu, mendadak terdengar suara siulan aneh dari dalam goa. Bukan main terkejutnya Teng Kun Hiang! Dia cepat-cepat mendorong Ciok Giok Yin, lalu menoleh ke
belakang. Setelah itu dia menyambar pakaiannya dan langsung melesat pergi. Ciok Giok Yin yang telah kehilangan kesadarannya, begitu melihat Teng Kun Hiang melesat pergi, diapun ikut melesat pergi. Mendadak terdengar serangkum angin menerjang jalan darah Ek Hwe Hiatnya yang tertotok.
Seketika jalan darahnya itu menjadi bebas sehingga hasratnya pun hilang. Ciok Giok Yin menengok ke sana ke mari. Mendadak dia tersentak kaget karena kira-kira dua depa di sisinya berdiri seorang aneh yang amat menyeramkan. Orang itu hanya memiliki sebuah mata, tidak memiliki batang hidung dan giginya tampak tidak karuan. Ciok Giok Yin mundur tiga langkah lalu bertanya dengan suara gemetar.
"Kau manusia atau hantu?"
Orang aneh menyeramkan itu tertawa terkekeh-kekeh. "He he he he!"
Suara tawanya juga amat menyeramkan, membuat sekujur badan Ciok Giok Yin menjadi merinding.
"Sebetulnya kau manusia bukan?" bentak Ciok Giok Yin. "Aku manusia."
"Mengapa kau tinggal di sini?"
Orang aneh menyeramkan itu tertegun.
"Eh? Mengapa tidak boleh? Apakah aku tinggal di sini mengganggumu, maka kau merasa tidak senang?"
Wajah Ciok Giok Yin langsung memerah. Seketika dia teringat akan keadaan dirinya, maka cepat-cepat menyambar pakaiannya. Setelah mengenakan pakaiannya, barulah dia bertanya.
"Kau yang menolongku?"
"Benar. Dia telah menotok jalan darah Ek Hwe Hiatmu." "Terimakasih atas pertolonganmu, takkan kulupakan, sampai
jumpa!"
Ciok Giok Yin membalikkan badannya. Namun ketika dia mau melesat pergi, tiba-tiba orang aneh menyeramkan itu membentak. "Tunggu!"
Ciok Giok Yin menoleh seraya bertanya. "Ada petunjuk apa?"
"Aku mohon kau sudi mencari seseorang!" "Mencari siapa?"
"Pek Koan Im." "Pek Koan Im?" "Ng!"
"Namanya?" "Lo Keng."
"Setelah berhasil mencarinya lalu mau apa?"
"Alangkah baiknya kau tangkap dia, kemudian bawa dia kemari! Kalau tidak, kau boleh ke mari memberitahukan, aku akan pergi menangkapnya, karena aku amat merindukannya."
"Dia adalah wanita macam apa?" "Ini tidak seharusnya kau tahu." Ciok Giok Yin manggut-manggut.
"Baik, aku akan berusaha mencarinya."
Ciok Giok Yin baru mau melesat pergi. Namun orang aneh menyeramkan itu berkata lagi.
"Tunggu sebentar!" "Masih ada pesan lain?"
"Kita bertemu terhitung ada jodoh, maka aku tidak boleh secara cuma-cuma memakai tanganmu. Aku hidup di dalam goa ini dua puluh tahun lebih, justru berhasil membuat dua butir obat Cih Kang Tan (Obat Penghimpun Tenaga). Obat itu diramu dari sepuluh jenis rumput langka. Jika kaum rimba persilatan memakan obat itu adalah menambah lwee kangnya di atas latihan dua puluh tahun. Aku menghadiahkanmu sebutir sebagai tanda imbalan jasamu!"
Usai berkata orang aneh menyeramkan itu mengeluarkan sebutir obat Cih Kang Tan dari dalam bajunya, kemudian diberikan kepada Ciok Giok Yin.
"Makan obat ini dulu baru pergi!"
Ciok Giok Yin menerima obat itu. Seketika dia mencium aroma harum, membuat semangatnya bertambah. Namun dia tidak berani segera menelan obat tersebut. Karena dalam hatinya merasa sebal terhadap orang aneh menyeramkan itu. Orang aneh menyeramkan itu sepertinya dapat membaca apa yang dipikirkan Ciok Giok Yin.
"Setelah kau telah obat itu baru akan tahu. Kita tidak punya dendam, bagaimana mungkin aku akan mencelakaimu?"
Ciok Giok Yin berpikir sejenak, kemudian membuka mulut menelan obat tersebut.
"Sekarang kau boleh pergi, tapi aku harap dalam waktu sebulan kau akan ke mari, sebab obat yang tersisa sebutir itu tetap akan kuhadiahkan padamu."
Ciok Giok Yin mengangguk, lain melesat pergi. Orang aneh menyeramkan itu berdiri di mulut goa, kemudian tertawa terbahak-bahak. Sesungguhnya apa yang terkandung dalam hatinya? Orang lain tidak akan mengetahuinya. Sementara Ciok Giok Yin yang telah melesat ke luar dari goa, cepat-cepat mencari tempat sepi untuk beristirahat. Dia mencoba menghimpun hawa murninya. Bukan main girangnya, karena lwee kangnya bertambah maju. Oleh karena itu, dia merasa amat berterimakasih pada orang aneh menyeramkan itu.
Berselang sesaat, barulah Ciok Giok Yin meninggalkan tempat itu. Ketika dia sedang melesat ke depan, mendadak tampak sosok bayangan meluncur dari arah depan. Setelah ditegasi, bayangan itu ternyata Sih Ceng hweeshio yang kabur dari telaga dingin di Gunung Thian San. Ciok Giok Yin langsung membentak.
"Iblis tua, berhenti!"
Sih Ceng hweeshio tertawa gelak.
"Bocah, kebetulan kita bertemu di sini. Aku memang sedang mencarimu!"
Ciok Giok Yin maju selangkah demi selangkah sambil berkata dengan dingin.
"Iblis tua, hari ini kau masih berharap dapat meloloskan diri?" "Aku justru tidak berpikir begitu!"
"Kau mau bunuh diri atau aku harus turun tangan?" "Kini aku belum ingin mati!"
Di saat bersamaan tampak dua sosok bayangan melesat ke tempat itu. Begitu melihat kedua orang itu, Ciok Giok Yin pun berseru kaget.
"Ih?"
Seketika wajahnya berubah dingin dan penuh diliputi hawa membunuh. Kedua orang itu tidak lain adalah Mo Hwe Hud dan Tong Eng Kang. Mo Hwe Hud tertawa terkekeh-kekeh.
"Bocah, nyawamu kok sedemikian panjang?"
Tiba-tiba Tong Eng Kang yang berdiri di sisi Mo Hwe Hud menyela. "Suhu, aku dengan bocah haram itu punya dendam yang amat dalam, Suhu harus menghadangnya agar tidak melarikan diri, biar aku yang menangkapnya!"
"Baik, aku memang tidak akan melepaskannya!"
Tong Eng Kang segera maju sambil melancarkan
pukulan. Ciok Giok Yin berkelit, kemudian balas menyerang.
"Tong Eng Kang, kau telah mencoreng muka leluhurmu! Hari ini aku harus mewakili keluarga Tong untuk membasmi keturunan durhaka!" bentaknya sengit.
Kini lwee kang Ciok Giok Yin telah bertambah, maka serangannya sangat hebat. Dia menggunakan ilmu pukulan Hong Lui Sam Ciang jurus ketiga, sehingga angin pukulannya menjangkau sekitar lima depa. Terdengar suara jeritan yang menyayat hati dan tampak darah muncrat ke mana-
mana. Ternyata yang terkena pukulan itu adalah Mo Hwe Hud. Seluruh tulangnya hancur remuk dan nyawanya pun melayang seketika. Setelah itu Ciok Giok Yin mencelat maju lagi. Dia menggunakan ilmu pukulan Coat Ceng Ciang menyerang Sih Ceng hweeshio. Dia ingin menghabisi nyawa hweeshio jahat itu dulu, setelah itu barulah menghadapi Tong Eng Kang. Coat Ceng Ciang merupakan ilmu andalan Coat Ceng Hujin, tentunya amat dahsyat sekali. Terdengar suara jeritan. Namun Sih Ceng hweeshio masih berhasil melesat pergi. Sayup-sayup terdengar suaranya,
"Kalau kelak tidak membeset kulitmu, aku tidak mau jadi orang!"
Ciok Giok Yin sama sekali tidak menyangka bahwa Sih Ceng hweeshio masih dapat meloloskan diri. Ketika baru mau mengejar mendadak dia melihat Tong Eng Kang membalikkan badannya ingin kabur. Karena itu dia tidak mengejar Sih Ceng hwee-shio, melainkan membentak sengit..
"Mau kabur ke mana?" Ciok Giok Yin mengerahkan ginkangnya melesat ke hadapan Tong Eng Kang, menghadangnya agar tidak kabur. Di saat bersamaan dia pun menjulurkan tangannya mencengkeram lengan Tong Eng Kang sambil membentak.
"Tong Eng Kang, dulu aku tidak punya dendam apa pun denganmu, namun mengapa kau begitu kejam melempar diriku ke dalam jurang? Itu masih tidak apa-apa, juga kau telah mencoreng muka leluhurmu, bersama Mo Hwe Hud. "
Tong Eng Kang tidak dapat meloloskan diri, membuatnya membungkam. Wajahnya sudah pucat pias dan sekujur badannya menggigil seperti kedinginan. Sedangkan amarah Ciok Giok Yin memang telah memuncak. Tanpa banyak bicara lagi, dia mengangkat sebelah tangannya siap untuk menghabisi nyawa Tong Eng Kang. Akan tetapi mendadak sesosok bayangan langsing melesat ke tempat itu dan terdengar pula suaranya.
"Kau tidak boleh!"