Bab 32. Habis Hujan Terbitlah Terang
Kembali Lim Han-kim berpikir dengan perasaan termangu: "Tampaknya dia sedang mengatur pernapasan untuk mengendalikan diri. Aaai semenjak dia mempelajari ilmu sesat ini, watak maupun perangainya telah mendalami perubahan secara drastis, berbeda sekali dengan kelembutan Pek si-hiang yang dulu. Yaaa... kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk menotok jalan darahnya sebelum mengambil keputusan lain?"
Berpikir begitu, ia segera berjalan menghampiri gadis itu, ia mengerti ilmu silat yang dimiliki Pek si-hiang saat ini sudah jauh di atas kemampuan dirinya, bila ingin berhasil dalam sekali gempuran maka ia mesti menyergapnya secara tiba-tiba.
Dalam keadaan seperti ini, Lim Han-kim tak ingin banyak berpikir lagi, kendatipun ia mengerti bahwa tindakan tersebut bukan perbuatan seorang lelaki sejati, namun ia memaksakan diri untuk melakukannya juga.
Dengan langkah lamban ia berjalan ke sisi Pek si- hiang, ternyata gadis itu tidak menyadari kehadirannya, Dengan cepat ia lepaskan satu totokan kilat ke atas jalan darah Cian cing-hiat pada bahu nona itu.
Pek si-hiang kelihatan gontai lalu roboh terjengkang ke atas tanah, Dengan cepat Lim Han-kim menyambar tubuhnya dan membaringkan gadis itu ke lantai. Ketika berpaling kembali, ia saksikan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong masih berlatih ilmu silat ajaran dari Pek si- hiang itu tiada hentinya, Dengan perasaan terkesiap ia berpikir "Tak kusangka begitu dahsyat daya pengaruh ilmu sesat sembilan iblis ini, aku harus segera mengambil keputusan"
Dengan langkah lebar ia menghampiri Li Tiong-hui, menotok jalan darahnya lalu berbalik ke arah seebun Giok-hiong dan menotok pula jalan darahnya, suasana dalam ruang perahu pun pulih kembali dalam keheningan yang luar biasa, yang tersisa hanya kerdipan sinar lilin yang mendampingi kehadiran Lim Han-kim.
Pelan-pelan anak muda itu menghembuskan napas panjang, sambil memandang ketiga orang gadis yang berbaring di atas lantai diam-diam pikirnya: " perselisihan dan percekcokan yang terjadi dalam dunia persilatan dewasa ini sebagian besar disebabkan oleh kehadiran ketiga orang nona ini. Andaikan aku bisa berhati keji dengan melemparkan tubuh mereka bertiga ke dalam sungai, kendatipun perselisihan dalam dunia kangouw belum tentu akan padam, paling tidak tak bakal terjadi situasi yang meruncing seperti saat ini..."
Tapi kemudian ia teringat kembali bagaimana ketiga orang gadis itu mempunyai budi kepadanya serta rasa persahabatan yang tebal. Ambil contoh keputusan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong yang sampai mau mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, semuanya ini tak lain lantaran ingin menolong dirinya.
Dari hal tersebut, berarti satu-satunya orang yang pantas dibunuh saat ini hanyalah Pek si-hiang satu ingatan kembali melintas dalam benaknya: "Seebun Giok- hiong memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, Dengan kecerdasan otaknya ia berhasil menghimpun kekuatan yang begitu besar sehingga gadis ini memiliki kemampuan untuk melakukan pembantaian secara
besar-besaran dalam dunia persilatan satu-satunya orang yang dapat membuatnya jeri hanyalah Pek si-hiang.
Bila sekarang kubunuh pek Si-hiang, maka di dunia ini sudah tak ada orang kedua lagi yang bisa membuat takut seebun Giok hiong. saat itu dia pasti akan malang melintang tak terkendali dalam dunia kangouw, Dunia persilatan pasti akan diobrak-abrik tak karuan lagi, bahkan bisa jadi mayat akan bertumpuk setinggi bukit dan darah akan mengalir sepenuh sungai.
Yaaa, aku harus tetap mempertahankan kehidupan Pek si-hiang. selama Pek si-hiang masih hidup berarti dunia persilatan akan aman dari ancaman seebun Giok- hiong.
"sedangkan Li Tiong-hui... selain kelewat kemaruk akan kedudukan dan nama besar, sesungguhnya ia cukup baik dan berbudi luhur. Aku tak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan dirinya.”
Berpikir sampai di situ, ia berkesimpulan bahwa ketiga orang gadis ini tak ada yang pantas dibunuh, Hal ini justru membuatnya bimbang dan kebingungan sambil menghela napas panjang, ia bergumam: "Aaaai... urusan dunia persilatan memang susah untuk ditebak."
Mendadak dari luar ruang perahu berkumandang datang suara teriakan dari Hiang-kiok: "Nona, angin dan hujan telah berhenti, sekarang rembulan sudah nampak di angkasa, tapi arus sungai amat deras, ombak masih menggulung. Aku tak tahu kita berada di mana sekarang?" Lim Han-kim membungkam, dalam hati pikirnya: "sejak mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, perangai Pek si-hiang telah berubah drastis. Entah bagaimana dengan perangai Hiang-kiok serta siok-bwee?"
Tampaknya Hiang-kiok mulai curiga setelah tak mendengar jawaban dari Pek si-hiang sekian lama, kembali ia berteriak "Nona, kalau tadi angin dan ombak mengganas sehingga kurang leluasa membuka pintu ruangan, kini angin dan ombak telah mereda, Ijinkanlah enci siok-bwee untuk masuk membubuhkan obat pada lukanya."
Lim Han-kim mengerutkan kening, pikirnya: "Kalau aku tidak menjawab, kedua orang gadis itu tentu menaruh curiga, sebaliknya kalau kujawab, kejadian di sini akan segera ketahuan, lalu apa yang harus kulakukan sekarang?"
sementara ia masih serba salah, mendadak terdengar suara benturan keras bergema memecahkan keheningan Tahu-tahu pintu ruangan terpentang lebar, Hiang- kiok dengan rambut awut-awutan dan pakaian basah kuyup telah menerjang masuk ke dalam.
sambil menghimpun tenaga dalamnya dan menggenggam gedang Jin-siang-kiam-nya erat-erat, Lim Han-kim bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Dengan sorot mata yang tajam Hiang- kiok menyapu sekejap sekeliling ruangan, lalu tanyanya: "Lim siangkong, apa yang telah terjadi?"
"Aku telah menotokjalan darah mereka bertiga" "Kau telah menotok jalan darah mereka bertiga?" seru Hiang- kiok keheranan
"Benar, bila nona tak percaya, ya apa boleh buat lagi." "Aku memang bingung setengah mati," ucap Hiang-
kiok bimbang, "Kenapa kau totok jalan darah mereka
bertiga? sebenarnya siapa yang kau bantu? Nona kami atau Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong?"
"Siapa pun tidak kubantu"
"Aaaaai... kau semakin membuat aku bingung dan tak habis mengerti" seru Hiang- kiok dengan kening berkerut, " Cepat kau bebaskan jalan darah nona kami yang tertotok. mungkin dia bisa memberi penjelasan untukmu"
Dengan cepat Lim Han-kim melangkah maju dan menghadang jalan pergi Hiang-kiok, katanya: "Tidak bisa. jalan darah siapa pun di antara mereka bertiga tak bisa dibebaskan sekarang"
"Kenapa?"
"sebab siapa pun di antara mereka bertiga bila dibebaskan totokan jalan darahnya, maka dia akan sebera membunuh dua orang yang lain, oleh sebab itulah kularang kau untuk membebaskan totokan jalan darah pada diri nona Pek."
"seandainya aku bersikeras hendak membebaskannya?
Kau hendak bertarung melawanku?" kata Hiang-kiok dengan kening semakin berkerut.
"Betul, jika nona bersikeras akan membebaskan jalan darah nona Pek yang tertotok, terpaksa kau harus mengalahkan pedangku lebih dahulu" seraya berkata ia meloloskan pedang Jin-siang-kiam dari saku dan bersiap sedia menghadapi serangan-
"Lim Han-kim" tegur Hiang-kiok setelah tertegun sesaat "sebentar lagi kau akan menjadi majikan kami, masa kau tidak merasa kasihan terhadap nona kami?"
"Siapa bilang aku akan menikah dengan nona kalian?" "Aku dan enci siok-bwee mendengar dengan mata
kepala sendiri dan nona telah mengakui segala
sesuatunya kepada kami, masa hal ini bisa salah?"
"salah sih memang tidak salah, cuma urusan itu sudah menjadi kenangan masa lalu" Hiang-kiok gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya: "Aaaaai... masa urusan perkawinan juga dianggap sebagai bahan gurauan? Mau jadi terus jadi, mau dibatalkan segera dibatalkan... betul-betul membuat orang tidak habis mengerti, seandainya kau belum setuju, masa nona kami berani mengemukakan hal ini kepada kami?"
"Aku memang pernah bilang mau mengawininya, tapi waktu itu Pek si-hiang adalah seorang nona yang lemah lembut dan berjiwa besar."
"Bukankah saat ini dia nampak jauh lebih cantik?" tukas Hiang-kiok.
"Betul, dia memang bertambah cantik, tapi kecantikan wajahnya itu hanya merupakan keindahan lahiriah saja, padahal yang betul dia adalah seorang iblis wanita yang kejam, licik dan tidak berperikemanusiaan, Dia adalah seorang wanita yang berbisa dan amat berbahaya." "Tutup mulut" bentak Hiang-kiok amat murka, "Percuma nona kami amat mencintaimu tak nyana kau justru mengumpatnya habis-habisan, Dasar lelaki busuk. kau telah menyia-nyiakan harapan nona kami"
Diam-diam Lim Han-kim mengamati terus gerak-gerik Hiang-kiok dengan teliti. selain sikapnya lebih dewasa dan tahu urusan, ternyata perangainya tidak berubah sama sekali, oleh sebab itu dengan melunakkan nada suaranya ia berkata lagi: "setiap hari kau berkumpul dengan nona Pek. masa tidak kau sadari bahwa perangainya telah mengalami perubahan yang sangat besar?"
"Tentu saja sudah kami sadari, tapi ia begitu sayang kepada kami, menganggap kami bagaikan saudara kandung sendiri sekalipun sifatnya berubah jadi lebih jahat pun, kami masih tetap budak-budaknya"
Lim Han-kim menghela napas sedih: "Kesetia kawanan nona sangat mengagumkan hatiku . ."
"Kalau memang begitu, bebaskanlah totokan jalan darahnya" sela Hiang- kiok cepat
"Tidak. aku tak boleh melakukannya" "Lim siangkong" seru Hiang- kiok marah.
"Tahukah kau betapa hormatnya aku dan enci siok- bwee terhadapmu selama ini? Tahukah kau kenapa kami selalu melayanimu dengan baik, mengaturkan tempat pembaringan dan melayani kebutuhanmu dengan hormat" "Soal ini... aku hanya bisa mengatakan berterima kasih sekali kepada kalian berdua," sahut Lim Han-kim setelah tertegun sesaat
"Aku tidak butuh rasa terima kasihmu kepadaku, aku hanya ingin kau menjawab apa sebabnya kami berbuat demikian kepadamu?"
"Aku tidak tahu."
"Baik, kalau tidak tahu biar aku terangkan kepadamu sekarang, Hal ini kami lakukan karena nona kami amat mencintaimu. Aku dan enci siok-bwee telah menganggap kau sebagai bakal majikan lelaki kami"
"Aku tak perduli nona hendak mengumpatku dengan perkataan apapun. Kau boleh memaki aku Lim Han-kim sebagai lelaki yang tak tahu diri, berhati keras dan lupa akan kasih sayang, Aku rela menerima caci makimu itu, tapi ada satu hal yang perlu kutegaskan, apa pun yang terjadi, aku tak akan membiarkan kau membebaskan jalan darah Pek si-hiang yang tertotok"
"Baik Kau boleh berbuat sesuka hatimu asal Lim siangkong mampu menghabisi nyawaku dan enci siok- bwee terlebih dulu" seru Hiang-kiok sambil mempersiapkan pedangnya dan maju mendesak.
"Berhenti" bentak Lim Han-kim keras-keras. "Bila nona mendesak terus, terpaksa aku akan melawan"
Hiang-kiok tidak banyak bicara. pedangnya diayunkan ke depan melepaskan sebuah tusukan dengan jurus Gadis Langit Memutar Pedang.
Lim Han-kim terpaksa menggetarkan pedangnya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut Traaaang serangan dari Hiang-kiok sebera terbendung, Di bawah sinar lilin tampak pedang yang berada di tangan Hiang- kiok telah gompal sebagian.
"Nona, kau mesti hati-hati, pedangku ini tajamnya luar biasa" kata Lim Han-kim dingin.
Mendadak dari luar ruang perahu bergema datang suara teriakan dari siok-bwee: "Jangan berkelahi, ada persoalan kita bicarakan baik-baik"
Hiang-kiok menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur, ujarnya sengit: "cici, dia telah menotok jalan darah nona, sekarang aku dihalangi untuk membebaskan pengaruh totokannya"
Waktu itu jari tangan siok-bwee yang putus masih mengucurkan darah segar, ia sedang menggunakan robekan bajunya untuk membalut mulut luka itu Mendengar teriakan mana si dayang tersebut segera melangkah masuk ke dalam ruang perahu
"Lim siangkong" serunya. "Selama ini sikap nona kami terhadap dirimu amat baik, masa kau melupakan semua kebaikannya?"
"seandainya dia masih Pek si- hiang yang dulu, masa dia tak menggubris setelah melihat nona kehilangan sebuah jari tangan?"
saat itu paras muka siok-bwee pucat pias seperti mayat, rambutnya terurai ke bawah dan nampak kusut, jelas luka yang dideritanya cukup parah sehingga kekuatan tubuhnya belum pulih kembali.
Terdengar gadis itu menghela napas panjang, ujarnya lirih: "Benar, nona kami memang sudah berubah, tapi dia tetap adalah nona kami berdua, Lim siangkong, mungkin dalam dunia saat ini hanya kau seorang yang dapat membujuknya agar berubah pikiran..."
"Tidak mungkin," Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali, "Aku rasa ia sudah terlanjur kesurupan ilmu iblis tersebut, tak nanti ada seorang manusia pun yang bisa membujuknya lagi."
"Kau bisa... Kau pasti bisa sebab di dunia ini hanya kau seorang yang dapat melakukan hal ini, sudah lama budak memikirkan masalah ini."
Lim Han-kim tertawa getir, "Kalau dia masih ingat dengan diriku, tak mungkin ia menghajarku tadi sehingga aku menderita luka dalam yang cukup parah."
"Perbuatan itu dilakukannya di saat pikiran dan kesadarannya terpengaruh oleh ilmu iblis yang sedang dipelajarinya. Apabila ia sadar dan terlepas dari pengaruh ilmu sesat tersebut, ia tetap adalah Pek si- hiang yang dulu, Pek si- hiang yang lemah lembut dan penuh welas kasih."
Tergerak pikiran Lim Han-kim setelah mendengar ucapan ini, terutama setelah membayangkan kembali kejadian belum lama berselang, buru-buru tanyanya: "Kapan dia baru akan sadar kembali?"
"Tatkala nona mempelajari ilmu sesat tersebut, budak berdua dapat mengikuti terjadinya perubahan atas sifat dan perangainya, seandainya orang lain yang menghadapi masalah ini, mungkin keadaannya sudah tak bisa tertolong lagi, tapi keadaan nona kami justru agak berbeda." "Bagaimana bedanya?"
"Kecerdasan otaknya tiada tara di dunia ini, Kendatipun pikirannya sudah dikendalikan oleh ilmu sesat, namun kesadarannya belum punah sama sekali, Pada awal ia mempelajari ilmu sesat tersebut, nona pernah berkata kepada kami."
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang, seandainya dia mati pada saat itu maka dunia persilatan akan ditinggali kenangan yang indah tentang dirinya. Mungkin seribu tahun lagipun masih ada orang yang menyinggung tentang dirinya, sebaliknya jika dia mempelajari ilmu sesat tersebut lebih jauh, dia akan tetap hidup namun perangainya akan mengalami perubahan besar, tingkah lakunya akan berlawanan dengan hukum dan banyak kerugian akan diderita dunia persilatan. Waktu itu namanya akan jadi busuk dan sampai seribu tahun kemudian orang masih tetap akan mengumpatnya, Keadaan seperti itu tentu jauh lebih tersiksa dari pada mati."
setelah menghela napas panjang, siok-bwee melanjutkan "Waktu itu aku dan adik Hiang-kiok berulang kali memohon kepadanya agar ia tetap mempelajari ilmu sesat, bahkan kami bersumpah di hadapannya, apapun yang bakal terjadi dan perangainya berubah seperti apa pun, kami dua bersaudara tetap akan mendampinginya dan tidak bakal menghianati dirinya."
"oooh, rupanya begitu kejadiannya, Aaaai... tak nyana hubungan kalian bertiga begitu akrab dan mendalam"
"Padahal dulu, kami pernah memohon kepadanya agar mau berlatih ilmu tersebut untuk melanjutkan hidupnya. setiap kali pula permintaan kami ditolak. Kau harus tahu Lim siangkong, dia mau hidup sesungguhnya karena demi kau"
"Demi aku?"
"Yaa, demi kau" sambung Hiang- kiok cepat "Ia pernah berkata kepada kami berdua, seandainya ia mati maka kau pun tak nanti bisa tancapkan kaki lagi dalam dunia persilatan. Demi kau, dia wajib untuk hidup lebih lanjut"
"Dalam pergelutannya antara mati dan hidup, nona selalu teringat akan dirimu, Keadaannya waktu itu ibarat dia bisa mati demi kau, bisa hidup pula demi kau. coba bayangkan betapa mendalamnya perasaan cintanya kepadamu... Bayangkan sendiri, mana ada orang yang begitu mencintaimu selain nona Pek?" sambung Siok- bwee.
"Tapi sekarang, ia sudah terlalu dalam terperosok dalam ilmu sesatnya, dengan cara apa pula aku bisa memulihkan kembali kejernihan pikirannya?" tanya Lim Han-kim.
"caranya sih ada, hanya adakah kesabaran dari Lim siangkong untuk melakukan hal tersebut?"
"Asal cara tersebut benar-benar mampu menolong dia keluar dari lingkaran iblis, berapa pun pengorbanan yang harus kulakukan, aku Lim Han-kim tak bakal menolak"
Hiang-kiok segera tersenyum, pujinya: "Nah, begitu baru hebat Tak salah kalau nona kami memilihmu"
"Nona berdua, cepat terangkan apa yang harus kulakukan sekarang" "Menurut pengamatan kami, selama nona mempelajari ilmu sesat tersebut, tampaknya ada suatu saat yang tertentu pikirannya pulih kembali dalam kejernihan," ucap Siok-bwee.
"Yaa, barusan nampaknya ia tersadar sejenak, tapi sayang waktunya terlalu singkat," sela Lim Han-kim.
"Saban hari, setiap dua belas jam, ia pasti akan tersadar kembali beberapa saat. setelah lewat tujuh hari dia akan memperoleh kesadaran dalam waktu yang cukup lama, Pada saat itu dia tentu akan meminta kepada budak berdua untuk menceritakan kembali apa yang telah diperbuatnya selama tujuh hari itu. Dia akan mendengarkan dengan seksama, Bila menyentuh hal yang menyedihkan, dia akan menangis tersedu-sedu..."
"seberapa lama saat sadarnya itu?"
"Lebih kurang sepeminuman teh lamanya" "Waaaah, waktu segitu sangat pendek" "Tapi jika Lim siangkong bisa memanfaatkan
kesempatan itu untuk meluapkan suara hatimu, hal tersebut sudah lebih dari cukup,"
"Percuma," Lim Han-kim menggeleng, "sekalipun ia menyanggupi semua permintaanku di saat sadar, namun bila pengaruh sesat itu datang kembali, sifat dan sepak terjangnya akan berubah kembali, lalu apa gunanya jerih payah kita ini?"
siok-bwee menghela napas panjang: "Lim siangkong, tahukah kau bahwa di dunia ini tak ada orang lain yang bisa menolong nona kami?" "Justru itulah aku bilang, usaha kita bakal sia-sia belaka."
"Tidak. sesungguhnya ia punya cara untuk menolong diri sendiri"
"Menolong diri sendiri?" tanya Lim Han-kim tak habis mengerti.
"Benar, dalam dunia saat ini tak seorang manusia pun memiliki kecerdasan seperti dia. Tak seorang pun memiliki pengetahuan seluas dia. Tentu saja tak ada manusia yang bisa menolong dirinya kecuali dia menolong diri sendiri"
"Kalau benar ia dapat menolong diri sendiri, tak mungkin nona Pek akan membiarkan dirinya terperosok ke dalam pengaruh iblis"
"Persoalan ini merupakan dua masalah yang berbeda, kau tak boleh mencampurkannya menjadi satu"
"Apa maksudmu dengan dua masalah yang berbeda?"
"Ia terpaksa mempelajari ilmu iblis tersebut gara-gara ingin menyelamatkan jiwanya. sudah jelas ia tahu bahwa dirinya bakal terperosok ke dalam pengaruh iblis, namun mau tak mau dia tetap harus mempelajari juga ilmu tersebut.”
sesudah menghela napas panjang, siok-bwee kembali melanjutkan: "Kini tinggal usaha dia untuk memperoleh kembali sifat kemanusiaannya, Meski tahu bahwa mengubah cara berlatih ilmu sesat tersebut besar sekali resikonya, namun mau tak mau dia wajib untuk mencobanya." "Dalam waktu yang begitu singkat, aku rasa tak besar hasil yang bakal diperolehnya."
"Yaa, apa boleh buat. Terpaksa selangkah demi selangkah kita coba untuk menelusuri-nya. Bila tiada orang yang bisa membujuknya untuk melakukan hal ini, cara tersebut tak mungkin bisa terlaksana."
"Baiklah, aku setuju dengan permintaan nona berdua, Cuma satu hal perlu kutegaskan, sekarang aku belum dapat membebaskan totokan jalan darahnya"
"Kalau tidak kau bebaskan totokan jalan darahnya, dari mana kita bisa tahu ia sedang sadar atau tidak?"
Lim Han-kim berpaling dan memandang Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong sekejap. kemudian katanya: "Bila segera kubebaskan totokannya, aku kuatir jiwa kedua orang nona ini segera akan melayang di tangannya."
"Jadi bagaimana menurut pendapat siang-kong?"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita antar kedua orang nona ini ke tempat lain lebih dulu kemudian baru membebaskan totokan jalan darahnya."
"Jadi bebaskan mereka berdua lebih dulu?" tanya siok- bwee.
"Betul, bebaskan mereka berdua lebih dulu, setelah itu kita baru dapat menolong Pek si-hiang dengan perasaan lega."
"saat ini kita terbawa oleh arus dan tidak tahu sudah berada di mana, lagipula di sekitar sini tak ada perahu lain, Ke mana kita mesti antar mereka berdua?" Waktu itu matahari telah terbit, sekilas cahaya keemas- emasan memancar masuk ke dalam ruang perahu, Lim Han-kim ingin sekali berjalan keluar dari ruang perahu untuk melihat keadaan, tapi dia pun kuatir sepeninggal dirinya kedua orang dayang itu akan membebaskan totokan jalan darah di tubuh Pek si-hiang, akibatnya ia tak berani beranjak pergi.
sementara dia masih termenung, mendadak tubuh perahu terasa berputar satu lingkaran disusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan nada kasar: "Apakah perahu ini sudah tak ada manusia hidupnya lagi?"
"Kurang ajar siapa yang berani bicara sekasar ini, aku harus memberi pelajaran yang setimpal kepadanya" teriak Hiang-kiok dengan marah, Dengan kecepatan tinggi ia melesat keluar dari ruangan.
"Adik Hiang-kiok" siok-bwee segera berteriak, "jangan bertindak gegabah" Buru-buru ia menyusul pula keluar dari ruangan-
Melihat kedua orang dayang itu sudah meninggalkan ruang perahu, Lim Han-kim segera menyusul pula di belakangnya sekalian menutup rapat pintu ruangan.
Tampak sebuah perahu besar sedang melaju mendekati empat buah galah bambu sudah dijulurkan ke depan untuk menahan ujung perahu yang ditumpanginya, saat itu Hiang-kiok sudah tiba di ujung geladak dan siap menghadang, tapi untung segera dicegah oleh siok-bwee.
sambil berdiri di depan pintu ruang perahu, Lim Han- kim mengamati perahu pendatang itu dengan cermat, ia saksikan pada kedua sisi buritan perahu itu masing- masing berdiri enam orang lelaki berbaju hitam yang sedang mendayung.
Terdengar suara seseorang yang nyaring kembali bergema: "Rupanya dua orang nona cilik, kemana larinya para pendayung perahumu?"
"Di tengah jalan kami tertimpa badai," kata siok-bwee. "Para anak kapal terhanyut ke sungai sedang dayung kami juga patah hingga perahu tak bisa dikendalikan oleh sebab itu terpaksa kami biarkan perahu ini terbawa arus"
suara yang amat nyaring itu kembali bergema: "sepuluh li lagi dari sini akan tiba di teluk batu karang, permukaan sungai di sana amat sempit, batu karang tersebar di mana-mana, Bila perahumu tanpa kemudi dan dayung, bisa jadi akhirnya akan menabrak batu karang dan karam, ini berbahaya sekali untuk kalian"
"Paman, terima kasih atas petunjukmu, tapi kami kehabisan daya, bersediakah kau membantu kami?"
Lim Han-kim yang mendengar pembicaraan itu diam- diam berpikir "Cerdik benar budak ini, perkataannya manis didengar dan rayuannya maut. Kelihatannya selama setengah tahun terakhir ini ia sudah banyak peroleh kemajuan".
Terdengar suara yang nyaring itu bertanya: "Kalian hendak ke mana?"
setelah termenung sejenak jawab siok-bwee: "Kami tak berani kelewat banyak mengganggu paman, cukup ajaklah kami sampai ke sebuah tempat pemberhentian. Untuk jasa paman, kami akan merasa berterima kasih sekali."
Terdengar suara yang berat itu bergema lagi: "Tak ada masalah untuk membawa kalian ke tempat pemberhentian yang aman, cuma siapa saja penghuni dalam perahumu itu, kami wajib untuk menyelidikinya lebih dulu."
sebenarnya Lim Han-kim sudah tiba di depan pintu, mendengar ucapan mana ia segera mundur kembali ke dalam ruangan.
Terdengar siok-bwee menjawab: "Yang berada dalam ruang perahu kami hanya kaum wanita, lebih baik paman tak usah memeriksanya"
"Tidak bisa Aku harus memeriksanya lebih dulu" Mendengar hal ini Lim Han-kim sekali lagi berpikir:
"Masih mending kalau mereka bukan anggota persilatan. Jika mereka adalah jagoan dari dunia kangouw, apa jadinya setelah melihat seebun Giok-hiong dan Li Tiong- hui berada di sini, Niscaya mereka akan membebaskan jalan darah mereka yang tertotok, padahal bila salah seorang di antara mereka terbebas dari pengaruh totokan, dunia bakal kacau balau dibuatnya..."
Baru selesai ingatan tersebut melintas dalam benaknya, terdengar suara derap langkah yang berat telah bergema tiba.
Lim Han-kim sangat gelisah, buru-buru ia menutup rapat pintu ruang perahu itu.
"Paman," terdengar siok-bwee memohon, "Kurang leluasa untuk kau periksa ruang perahu itu..." Blaaaammmm
Belum selesai dia berkata, pintu ruang perahu sudah digempur hingga terpentang lebar
"Aaaah, ternyata mereka adalah jagoan dunia persilatan," pikir Lim Han-kim, Buru-buru tangan kanannya disodok ke muka, segulung tenaga pukulan yang kuat segera mendorong pintu ruangan itu hingga merapat kembali.
sebenarnya orang itu sudah mengayunkan kakinya untuk melangkah masuk. Ketika dilihatnya pintu ruangan kembali menutup, terpaksa ia tarik kembali langkahnya.
Belum sempat pintu itu menutup rapat, lagi-lagi muncul segulung tenaga besar yang menggulung tiba, pintu yang sedang menutup pun segera terbuka lagi.
Untuk sesaat Lim Han-kim tak berhasil menemukan cara terbaik untuk mengatasi kesulitan ini. Terpaksa dia ayunkan kembali tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan lagi, Kali ini dia menggunakan tenaga pukulan yang cukup kuat, siapa tahu pada saat yang bersamaan ternyata pihak lawan melepaskan sebuah pukulan juga.
sebagaimana diketahui, pintu ruang perahu itu terbuat dari kayu biasa, bayangkan saja bagaimana mungkin sanggup menahan gempuran tenaga pukulan dua orang jagoan itu? Braaaak . . . Kraaaaak . . .
Tak ampun lagi pintu kayu itu terbelah jadi dua bagian dan roboh ke atas lantai, sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar segera menerjang masuk ke dalam ruang perahu. Lim Han-kim menengadah memandang sekejap orang itu.Ternyata dia adalah seorang lelaki berjenggot yang memiliki perawakan tinggi besar, saat itu dia berdiri serius di depan pintu. Dengan sorot mata yang tajam lelaki itu memandang sekejap Pek si-hiang, Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong yang terkapar di lantai, lalu sambil menatap tajam Lim Han-kim, ia menegur dingin: "siapa kau?"
"Guru silat pelindung rumah tangga," jawab Lim Han- kim setelah berpikir sebentar.
"Yaa, dia adalah guru silat kami," sambung siok-bwee. "la sedang bertugas melindungi tiga orang nona".
"Hmmm Budak busuk. kau pandang aku sebagai manusia goblok?" seru lelaki kekar itu sambil tertawa dingin, "di samping ketiga orang nona itu tergeletak senjata tajam, jelas mereka adalah jago-jago berkepandaian silat."
"Mau percaya atau tidak. tak ada sangkut pautnya dengan kami, kenapa kau mengumpat kami?" sela Hiang- kiok gusar
"Kurang ajar" bentak lelaki itu marah, "Kalian dua orang budak busuk juga berani mempermainkan aku? Tampaknya sudah bosan hidup?" Tiba-tiba ia lancarkan sebuah cengkeraman mengancam tubuh siok-bwee yang berada di hadapannya.
Dengan cekatan siok-bwee miringkan badannya ke samping meloloskan diri dari ancaman itu, sindirnya: "Seorang kuncu tak akan main kasar, hanya kaum kurcaci yang mengumbar emosi. Kalau memang ada persoalan, masa tak bisa dibicarakan secara baik-baik?" sementara itu Hiang-kiok yang sudah memburu datang ikut menimbrung: "Cici, buat apa kita bicara soal aturan dengan manusia macam ini, lebih baik diberi pelajaran lebih dulu" Telapak tangan kirinya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu membentak marah, dia lepaskan pula sebuah serangan balasan. orang ini memiliki tenaga yang luar biasa hebatnya, serangan yang dilancarkan membawa deruan angin serangan yang memekikkan telinga.
Melihat betapa dahsyatnya gempuran yang dilepaskan orang itu, Hiang-kiok tak berani menyambut dengan kekerasan ia segera melejit ke samping untuk menghindarkan diri.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, kembali ada dua orang lelaki berpakaian ringkas yang menggembel golok melompat naik ke atas perahu itu.
Kepada dua orang lelaki yang baru tiba itu, lelaki kekar berjenggot tadi segera membentak keras: "Untuk menghadapi dua orang budak ini, ada baiknya ditawan hidup, hidup. Kalau tak bisa ditawan hidup-hidup, tak ada salahnya untuk dibunuh saja"
Dua orang lelaki bergolok itu mengiakan, serentak mereka meloloskan senjatanya dan menerjang ke arah siok-bwee serta Hiang-kiok. sementara itu lelaki kekar berjenggot tadi menerjang masuk ke dalam ruang perahu dengan langkah lebar.
Buru-buru Lim Han-kim merogoh ke dalam sakunya mengeluarkan pedang Jin-siang-kiam, sambil menghadang jalan maju lelaki itu ujarnya dengan nada dingin "Ketiga orang nona yang berada dalam ruang perahu sedang tak enak badan, lebih baik Anda jangan masuk kemari"
"Kalau aku bersikeras hendak masuk. mau apa kamu?" "Bila Anda tetap memaksa, lebih baik kalahkan dulu
pedangku ini sebelum berbicara lagi"
Lelaki kekar itu memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian dengan langkah lebar melanjutkan perjalanannya ke depan. Lim Han-kim segera menggetarkan pergelangan tangan kanannya, dengan membiaskan selapis cahaya pedang yang menyilaukan mata pedang pendeknya langsung menusuk dada lelaki itu.
Ternyata lelaki kekar itu enggan menghindar ia putar tangan kanannya dan secepat petir mencengkeram pergelangan tangan kanan Lim Han-kim yang sedang menggenggam pedang, Buru-buru anak muda itu menarik kembali pergelangan tangan kanannya, sementara telapak tangan kirinya disodok ke muka melepaskan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu tertawa dingin. ia dorong telapak tangan kirinya ke muka untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut. Blaaammmm
Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu, terjadilah suara ledakan yang keras, baik Lim Han-kim maupun lelaki kekar itu masing-masing terlempar mundur sejauh satu langkah.
sambil tertawa tergelak lelaki itu berseru: "Ha ha ha... anak muda, tak kusangka dengan usia semuda kau, ternyata tenaga dalammu sudah amat sempurna, betul- betul luar biasa"
Bagaikan gangsingan, sepasang telapak tangannya berputar kencang dan melepaskan serangkaian pukulan berantai.
Menyaksikan musuhnya enggan meloloskan senjata tajam, terpaksa Lim Han-kim menyimpan kembali pedang pendeknya dan melayani serangan-serangan musuh dengan sepasang kepalannya.
Suatu pertempuran kilat pun berlangsung antara kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka sudah bertarung dua puluh gebrakan Bagaimana pun gencarnya lelaki kekar itu melancarkan gempuran ternyata ia tak berhasil menerjang maju selangkah pun. sebaliknya Lim Han-kim juga gagal memaksa mundur lelaki itu dari posisinya, kedudukan mereka tetap berimbang.
Dalam saat itu suara bentrokan senjata tajam berlangsung amat ramai di atas geladak, jelas pertarungan yang berlangsung di sana pun berjalan amat seru, namun menang kalah belum bisa ditentukan
Lim Han-kim merasa gelisah sekali, pikirnya: "ilmu silat yang dimiliki lelaki ini begitu lihai, padahal aku tak tahu masih berapa banyak jago yang berada dalam perahunya, Bila bala bantuannya berdatangan lagi, jelas peristiwa hari ini akan berakhir dengan posisi kurang menguntungkan bagiku. Tampaknya aku mesti gunakan serangan yang keji untuk melukai orang ini lebih dahuu." Berpikir sampai di sini dengan cepat tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan ke dada lelaki itu. Buru-buru lelaki itu miringkan badannya ke samping untuk menghindarkan diri, Lim Han-kim sengaja menggunakan jurus serangannya sampai akhir, dengan demikian badannya secara otomatis ikut roboh ke arah depan.
Benar juga, lelaki kekar itu segera masuk perangkap.
Sambil tertawa dingin. ia membalikkan tangannya mencengkeram pergelangan tangan Lim Han-kim. Mendadak Lim Han-kim menarik kembali tangan kirinya sambil menyodokkan sikutnya menumbuk iga lelaki tersebut.
Mimpi pun lelaki kekar itu tak menyangka kalau dirinya bakal disikut lawan, Dalam keadaan tak terjaga, serangan tersebut bersarang telak, kontan tubuhnya mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Begitu berhasil dengan serangannya, secepat kilat Lim Han-kim melancarkan totokan menotokjalan darah lelaki itu.
Termakan oleh totokan kilat ini, tubuh lelaki tersebut mundur dengan gontai lalu roboh terjengkang ke tanah. perawakan tubuhnya yang tinggi besar ambruk menimpa dinding ruangan. Saking beratnya tubuh orang itu, dinding yang tertimpa badannya itu kontan roboh dan rusak berat.
Begitu mendengar suara hiruk pikuk dalam ruang perahu, Hiang-kiok segera ber-seru: "Lim siangkong, apakah kau telah berhasil? Cepat bebaskan totokan nona, musuh tangguh telah menyerbu ke atas perahu" Tergopoh-gopoh Lim Han-kim keluar dari ruang perahu, ia saksikan siok-bwee dan Hiang-kiok dengan andalkan gedangnya sedang bertarung melawan lima- enam orang lelaki berbaju hitam, Pada saat itu dari atas perahu lawan kelihatan bayangan manusia berkelebatan, kembali ada empat orang lelaki berbaju sutera telah melompat naik ke atas perahu pesiar.
Keempat orang lelaki berbaju sutera ini memakai dandanan yang amat menyolok. di punggung masing- masing tergembel sebuah tameng berwarna emas, sedang tangannya menggenggam sebilah golok sepanjang tiga depa.
Di bawah pantulan cahaya matahari tampak badan golok itu membiaskan selapis warna biru yang tajam. jelas senjata tersebut telah dilumuri racun jahat.
satu ingatan segera melintas dalam benak pemuda ini, pikirnya: "Jarang sekali anggota dunia persilatan yang memakai baju warna-warni macam ini. Kalau dilihat dari dandanan mereka, tampaknya orang-orang itu adalah pasukan pengawal dari suatu kelompok kekuatan dalam dunia persilatan."
sementara ia masih termenung, keempat lelaki berbaju sutera itu sudah membentak bersama, Dengan tangan kiri mereka loloskan tameng emas itu kemudian serentak menyerbu ke depan.
Buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siang- kiam untuk melindungi badan, dengan cepat dia mundur masuk ke dalam ruang perahu, Rupanya ia sudah sadar bahwa kekuatan musuh amat dahsyat Dengan andalkan kekuatan dirinya beserta siok-bwee dan Hiang-kiok. mustahil mereka dapat membendung kekuatan itu, berarti dia harus memilih salah seorang di antara ketiga orang gadis itu dan membebaskan totokan jalan darahnya.
sungguh cepat gerakan tubuh keempat orang lelaki berbaju sutera itu, Baru saja Lim Han-kim mundur ke dalam ruang perahu, keempat orang tersebut telah menyerbu pula ke dalam ruang, orang pertama langsung memutar goloknya dengan jurus Menghancur Lumat Sarang Musuh dan menusuk perut Lim Han-kim.