Jilid-10
"Ya, tidak kenapa- kenapa." Kakek tua itu menghela nafasnya sambil berkata,
"Sayangnya jika seorang wanita bertemu dengan bocah manis seperti Yuan Bao, ada kalanya apa pun bisa saja terjadi, tidak peduli berapa usianya dan siapa dirinya, semuanya sama saja."
Nona besar Lei berteriak,"Apakah kau pikir seorang nenek-nenek seperti Gao Tian Jue juga bisa tertarik pada Yuan Bao?"
"Jika seorang kakek-kakek bisa tertarik pada seorang gadis kecil, mengapa seorang nenek-nenek tidak bisa tertarik pada bocah kecil?"
Kakek tua itu berkata, "Lagipula Gao Tian Jue juga tidak bisa dibilang sangat tua, bahkan. "
Dia tidak menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba dia melihat sebuah benda yang aneh. Benda yang jauh lebih aneh daripada sepatu Yuan Bao.
Pada saat itu, di tempat itu, siapa pun yang melihat benda seperti itu pasti akan sangat terkejut. Sekarang nona besar Lei dan Tang Lan Fang juga melihat benda itu. Yang mereka lihat adalah sebuah kaki.
setiap orang pasti memiliki kaki, sebuah kaki sama sekali bukanlah hal yang aneh dan menakutkan. Lagipula kaki ini bukanlah kaki yang dipotong orang, tidak ada darah yang menetes dari dalam sebuah karung goni.
Kaki ini keluar dari bawah tempat tidur, memang pada dasarnya biasanya pasti ada kaki yang terjulur keluar tempat di bawah tempat tidur.
Tapi baik Tang Lan Fang maupun suami istri nona besar Lei sama- sama terkejut saat melihat kaki ini. Karena kaki ini sama sekali bukan kaki Yuan Bao.
Kaki ini adalah kaki seorang wanita, sebuah kaki wanita yang sangat enak dipandang, benar-benar indah dan mulus seperti yang dipahat oleh seorang pengrajin pada giok yang cantik dengan sepenuh hati.
Di bawah tempat tidur yang ada di dalam kamar ini, bagaimana mungkin bisa ada sebuah kaki seorang wanita?
Mata kakek tua itu sudah melebar. Pria yang sangat mengagumi wanita, dia pasti akan semakin mengagumi kaki wanita. Pria setua dirinya pasti umumnya sudah pernah mengagumi wanita, tapi paling hanya bisa mengaguminya saja, tidak lebih.
sayangnya, untuk mengagumi saja pun dia tidak bisa karena di sampingnya ada istri yang sangat pencemburu melebihi siapa pun. Nona besar Lei lagi-lagi memberinya sebuah pukulan.
"Mengapa kau tidak segera menutup kedua matamu itu? Apakah kau mau kucungkil keluar keduanya?"
"Tentu saja tidak mau." Kakek tua itu segera beranjak dan berdiri di depan pintu, tetapi tetap saja tidak dapat menahan dirinya untuk menghembuskan nafas panjang.
"Jika seorang pria bahkan kaki seorang wanita pun tidak diperbolehkan untuk melihatnya, apa masih ada artinya hidup di dunia ini?"
Kali ini nona besar Lei pura-pura tidak mendengarnya, malah bertanya kepada Tang Lan Fang,
"Bukankah kau baru saja berkata bahwa tanpa ada perintah darimu, tidak akan ada seorang pun yang berani masuk ke mari?"
Tang Lan Fang mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "selain aku, masih ada satu orang lagi yang boleh masuk." "siapa?"
"Xiao cai"
"Xiao Cai itu siapa?"
"seorang anak gadis." Tang Lan Fang berpikir lama baru berkata, "Dia adalah anak pungutku."
"Apakah mungkin kaki ini adalah miliknya?" "Tidak mungkin."
"Mengapa?"
"Karena kakinya sama seperti kakiku, jari keduanya lebih panjang daripada ibu jarinya." Nona besar Lei menatapnya dengan pandangan yang anehi juga melihat kaki yang ada di atas lantai.
"Lalu siapa orang ini?"
Kakek tua itu tidak bisa lagi menahan dirinya.
"Jika kau ingin tahu siapa dirinya, mengapa tidak kau tarik dia dari bawah tempat tidur untuk dilihat dengan jelas?" kata kakek tua itu
"Jika kau tidak berani menyentuhnya, biar aku yang melakukannya."
Nona besar Lei melotot padanya
"Jika kau berani menyentuhnya, jika berani menyentuhnya sedikit saja, maka akan kupotong kaki ini dan akan kupanggang dengan arak kemudian akan kusuruh kau makan panas-panas."
Kakek tua itu berteriak "Bagaimana mungkin kau tega menyuruhku memakan kaki orang lain? Kau sendiri kan tahu, selain kakimu, aku tidak mau makan kaki yang lain."
Nona besar Lei tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa, tapi begitu memandang kaki itu, tertawanya tiba-tiba berhenti.
Kaki ini dingin seperti es, sama sekali tidak ada hangat sedikit pun, persis seperti kaki orang mati saja.
Tangan nona besar Lei baru saja terjulur keluar, segera ditariknya kembali dan memutar kepalanya berkata kepada suaminya,
"sebaiknya kau saja yang melakukannya." "Mengapa tiba-tiba kau berubah tidak cemburu lagi?"
"Aku lebih baik memakan cemburu dari orang yang masih hidup, bahkan tidak bisa tidak." Nona besar Lei menghela nafasnya dan berkata,
"Tetapi jika cemburu dari orang yang sudah mati pun dimakan, apakah tidak keterlaluan."
siapakah sebenarnya orang yang berada di bawah tempat tidur itu Waktu melihat kakek tua itu menarik tubuh orang ini dari bawah tempat tidur itu, jantung Tang Lan Fang seakan-akan sudah berhenti berdetak.
orang yang di bawah tempat tidur itu sudah diangkat ke atas tempat tidur.
Ternyata dia benar-benar seorang wanita, seorang wanita yang sangat jarang bisa ditemukan di muka bumi ini, bahkan banyaknya di dunia ini bisa dihitung dengan jari.
Karena dia benar-benar teramat cantik, luar biasa cantik, cantik yang membuat orang tidak berani membayangkannya.
Tangannya, kakinya, kulitnya, tubuhnya, bahkan sampai pakaian dalam yang dikenakannya pun sangat indah, indahnya sampai membuat orang tidak berani untuk menyentuhnya .
Kecantikan yang seperti ini sudah membuat orang merasa takut. Tapi yang paling menakutkan bukanlah kecantikannya, melainkan kejelekannya. Dia memang luar biasa cantik tapi juga luar biasa jelek, kecantikannya benar-benar diluar bayangan orang-orang tapi kejelekannya juga sama diluar bayangan orang-orang.
Bagiannya yang cantik memang sampai membuat orang merasa takut tetapi bagiannya yang jelek juga sama menakutkan.
Tangannya sangat indah dan mulus, bahunya sangat licin seperti gioki bahkan seorang pemahat pun tidak akan dapat menemukan giok yang lebih indah dari itu
Tetapi dia hanya mempunyai sebelah tangan dan bahu.
Rambutnya hitam lebat dan bercahaya, wajahnya bahkan jauh lebih cantik, setiap guratan dan lekukan wajahnya juga sangat cantik,
Tapi di wajahnya tertoreh huruf shi (sepuluh) yang berwarna merah darah.
Huruf shi (sepuluh) yang ditorehkan dengan menggunakan pisau yang dipenuhi oleh perasaan benci dan dendam. Begitu pisau ditorehkan, tidak hanya menguak darah dan daging, bahkan tulangnya pun ikut hancur.
Walaupun bekas luka pisau itu sudah menutup tetapi bekas iuka pisau itu telah membekas dan berwarna merah darah.
Nona besar Lei tiba-tiba merasa perutnya mual, pori-pori pun terasa mengerut Jika bekas luka pisau itu berada di wajah orang lain paling-paling dia hanya akan merasa sedih, tetapi bekas luka itu justru ada pada wajah yang demikian cantik tentu saja perasaannya akan berbeda. Dia hanya merasa gemetaran dan perasaan seram yang sukar untuk digambarkan, hanya berharap dirinya tidak pernah melihat orang ini seumur hidupnya. Gao Tian Jue berkata,
"Tak heran mengapa dia selalu mengenakan topeng perak di wajahnya, jika aku adalah dia, aku juga tidak sudi membiarkan orang lain melihat wajahku."
"Dia juga tidak sudi melihat wajah orang lain." Tang Lan Fang tiba-tiba berkata.
"Paling tidak ada sebagian orang yang tidak sudi dilihatnya." "oh"
"Aku pernah melihat topengnya," kata Tang Lan Fang. "Pada topeng itu sama sekali tidak terdapat sepasang lubang mata untuk melihat."
Nona besar Lei menarik nafas panjang. "Aku dapat mengerti perasaannya, jika aku adalah dia, aku juga akan berubah seperti itu."
Sekarang wajah Gao Tian Jue sudah tidak tertutup topeng lagi, tetapi di pandangan matanya masih tetap kosong seperti yang tidak bisa melihat apa pun. Apa yang dikatakan orang lain pun sepertinya tidak terdengar olehnya.
"Ada beberapa hal yang tidak kumengerti," kata nona besar Lei. "Puluhan tahun yang lalu, suami istri Gao Tian Jue dan Guo Di
Mie sudah bisa dikatakan sebagai pendekar hebat muda di dunia persilatan, bahkan ada yang mengatakan jika kedua suami istri itu menggabungkan kekuatan mereka sudah bisa dikatakan sebagai jagoan tak terkalahkan."
"Aku sendiri juga akan berkata seperti itu," kata kakek tua itu
"Jika kedua suami istri itu menggabungkan kekuatan mereka maka sudah pastijagoan yang tak terkalahkan. Kita suami istri juga tidak bisa mengalahkan mereka?"
"Tidak bisa."
Kakek tua itu berkata dengan tegas dan mantap sehingga membuat istrinya tidak terima. "Dari mana kau tahu kalau kita berdua tidak akan bisa mengalahkan mereka? Kapan suami istri Jarum Petir dan Paku Halilintar pernah kalah terkenal dibandingkan mereka?"
Ternyata kedua suami istri ini adalah pasangan petir dan halilintar yang dulunya sangat terkenal di dunia persilatan, bahkan Tang Lan Fang pun ikut terkejut.
Tetapi pasangan yang dulunya terkenal di dunia persilatan ini yang tidak pernah bersuara sebelumnya ini malah berkata,
"Nama kita tidak lebih jelek daripada mereka karena kita belum pernah bertarung dengan mereka."
Kali itu nona besar Lei tidak membantah perkataan suaminya, malah menghela nafas.
"Mungkin apa yang kau katakan benar adanya, oleh karena itu aku tidak bisa mengerti."
"Apa yang tidak kau mengerti?" "Jika kemampuan mereka suami istri demikian besar, mengapa sekarang menjadi seperti ini?"
"sekarang Guo Di Mie sudah meninggal, Gao Tian Jue berubah menjadi cacat. Jika mereka benar-benar tidak terkalahkan, lalu siapa yang bisa melukai mereka?"
"Tentang hal ini aku juga tidak mengerti." Kakek tua itu juga menghela nafasnya.
"Masalah ini termasuk dua masalah yang misterius di dunia persilatan."
"Masalah yang satu lagi adalah perihal jejak Da Xiao Jiang jun dan barang berharga hasil curiannya yang tak terhitung banyaknya itu. Lebih dari 10 tahun belakangan ini, tidak diketahui berapa banyak orang dari dunia persilatan yang terus melacaknya dan tidak akan berhenti sebelum menemukannya."
Biji mata kakek tua itu bergerak-gerak, lalu tiba-tiba berkata "Jika kau benar-benar ingin aku menebak siapa yang telah
melukai mereka, setelah berpikir dan berpikir, hanya ada dua orang. siapa dua orang itu?"
"Mereka sendiri"
"Mereka sendiri?" teriak nona besar Lei.
"Apakah maksudmu Guo Di Mie mati ditangannya sendiri? Tangan dan wajah ao Tian Jue juga dirusak sendiri olehnya?"
"Betul" "Apakah kau gila?" "Tidak."
"Kau pasti sudah gila," kata nona besar Lei. "Hanya orang gila yang berpikiran seperti itu."
Gao Tian Jue yang semenjak tadi tidak bersuara dan tidak melihat, tiba-tiba berkata dengan dingin, "Dia tidak gila."
semua orang terkejut mendengar perkataan ini, dalam situasi seperti itu tidak akan ada orang yang menyangka Gao Tian Jue akan membuka suara untuk berbicara.
"Dia tidak gila," nona besar Lei berteriak lagi. "Kau juga berkata dia tidak gila?"
"Pada dasarnya dia memang tidak gila." Nada suara Gao Tian Jue masih tetap tenang. "Karena apa yang dikatakannya sama sekali tidak bersalah."
"Kalian berubah seperti sekarang ini, apakah benar karena kalian melukai diri kalian sendiri?"
"Benar," kata Gao Tian Jue dengan dingin.
"Tian Jue Di Mie, tak terkalahkan. selain kami sendiri, siapa lagi yang bisa menyentuh seujung rambut kami?"
Nona besar Lei terdiam. Tang Lan Fang juga terdiam.
Tidak ada yang menyangka seseorang bisa melukai dirinya sendiri sampai cacat, tapi siapa pun juga pasti bisa menduganya bahwa di balik semua itu pasti ada suatu rahasia yang besar. Rahasia ini adalah rahasia yang tidak bisa ditanyakan oleh siapa pun, tidak boleh ditanyakan, bahkan pasti tidak akan ditanyakan. Nona besar Lei justru terpikirkan masalah yang lainnya.
"Lalu kali ini?" tanyanya pada Gao Tian Jue. "Apakah kali ini kau sendiri juga yang menotok jalan darahmu sendiri? Kau sendiri yang bersembunyi di bawah tempat tidur ini?"
Gao Tian Jue justru menolak menjawab pertanyaan ini. Nona besar Lei berkata lagi, "Lalu Yuan Bao? Ke mana Yuan Bao pergi?"
"Yuan Bao?" suara tenang Gao Tian Jue tiba-tiba berubah menjadi pahit dan dingin.
"Tidak peduli dia pergi ke mana, kalian sudah tidak mungkin bisa melihatnya lagi, selamanya tidak akan bisa melihatnya lagi."
Gao Tian Jue adalah orang yang seperti itu, tidak peduli dalam situasi apa pun, tidak ada orang yang berani mencoba mengadu kekuatan dengannya.
Jika dia berkata suami istri petir dan halilintar dan Tang Lan Fang selamanya tidak akan menjumpai Yuan Bao lagi, kemungkinan mereka harus menunggu sampai ajal mereka tiba baru bisa berjumpa lagi dengannya.
"Kau adalah seorang wanita dan aku juga, perkataan seorang wanita biasanya tidak bisa terlalu dipercaya." Nona besar Lei melotot pada Gao Tian Jue.
"Tapi aku percaya padamu." "oh?" "Karena kau berani berkata seperti itu, maka aku percaya bahwa kau tidak hanya sudah membunuh Yuan Bao bahkan sudah bersiap- siap untuk menghadapi kami." Nona besar Lei berkata,
"Karena kami sudah melihat wajahmu yang seperti itu, kau pasti tidak akan membiarkan kami hidup." Dia menghela nafasnya .
"Jika aku adalah kau, pasti juga akan berbuat seperti itu."
Gao Tian Jue tiba-tiba balas bertanya, "Mengapa kau tidak bertanya padaku apakah punya jaminan bisa menghadapi kalian bertiga sekaligus?"
"Aku tidak perlu bertanya." "Mengapa?"
"Karena kau sudah membunuh Yuan Bao, kami pun tidak akan membiarkan kau hidup begitu saja."
Nada suara nona besar Lei juga mendadak berubah menjadi tenang.
"Pada akhirnya nyawa kami ini akan kami pertaruhkan, untuk apa banyak bertanya?"
"Betul," jawab Gao Tian Jue. "Kau tidak perlu bertanya lebih lanjut."
"Tadi kami melihat bahwa jalan darahmu ditotok oleh orang, tetapi sekarang aku juga bisa melihat bahwa kau sudah bisa membebaskan sendiri jalan darahmu." "Untuk hal ini aku dan auami saja tidak bisa melakukannya," kata nona besar Lei.
"Ilmu silatmu memang jauh di atas kami." Dia menghela nafas lagi.
"Beberapa tahun belakangan ini, walaupun kami sudah tidak turut campur lagi urusan yang ada di dunia persilatan, tetapi urusan yang kami buat sudah terlalu banyak, kami pasangan tua ini dari awal tahun sampai akhir tahun, dari pagi sampai malam selalu membuat urusan yang tidak ingin dilakukan, juga tidak pernah berbuat urusan yang penting."
"oh."
"Aku dan dia sibuk sepanjang hari menanam bunga dan mencabuti rumput, bermain catur dan bercengkrama, cemburu dan bersilat lidah, piknik di gunung dan bermain air, memancing dan menangkap ikan. Kami mana ada waktu untuk melakukan hal yang penting." Nona besar Lei menarik nafas dalam-dalam dan berkata,
"Hal ini meskipunjauh lebih menyenangkan daripada melakukan hal yang penting, tetapi beberapa tahun ini kami sama sekali tidak mendapatkan penghargaan akan apa yang telah kami lakukan, tentu saja tidak bisa dibandingkan denganmu." Walaupun dia mengeluh tetapi raut wajahnya terlihat senang, sama sekali tidak terlihat rasa menyesal sedikit pun.
Walaupun Gao Tian Jue tidak mengeluh, tetapi dalam matanya dipenuhi rasa penyesalan dan penderitaan.
"Walaupun kita sekarang satu lawan tiga, tetapi gadis bermarga Tang itu tidak bisa dihitung sebagai satu orang," kata nona besar Lei. "saat kami bergerak, dia sama sekali tidak berguna. oleh karena itu kau cukup menghadapi kami berdua saja."
Kakek tua itu tiba-tiba membuka mulutnya,
"sebenarnya kita berdua juga tidak bisa dihitung sebagai dua orang."
"Mengapa?"
"Karena kita berdua adalah satu orang," jawab kakek tua itu. "saat kita bertarung dengannya, kau pasti akan mati-matian
melindungiku, aku juga akan mati-matian melindungimu Jika aku terluka sedikit saja, hatimu pasti kacau Jika kau yang terluka, hatiku juga pasti kacau Jika demikian maka dia jadi punya kesempatan."
Kakek tua itu menghela nafas.
"Makanya tadi aku katakan kita berdua selamanya tidak sebanding denga mereka suami istri."
Pada saat dia menghela nafas tadi, ekspresinya justru malah senang, juga sama tidak ada rasa menyesal sama sekali.
"Apakah maksudmu pada pertarungan ini kita sudah pasti kalah?" tanya nona besar Lei.
"Kurang lebih begitu."
"Kalau begitu jangan-jangan kita sudah pasti mati? "setiap orang pasti akan mati, apa yang perlu dirisaukan? lagi pula kita sudah pernah merasakan hidup yang lebih bahagia daripada siapa pun," kata kakek tua itu.
"Tapi ada satu hal yang harus aku katakan pada mu sebelum aku menemui ajalku."
"Apa itu?"
"Ada suatu tahun di mana kita tinggal di Gunung Zhong Nan untuk membuat pil mujarab, adik seperguruanmu datang mengunjungi kita dan tinggal bersama kita selama beberapa bulan." Kakek tua itu bertanya pada istrinya,
"Apakah kau masih ingat?" "Aku ingat."
"Pada suatu kali kau pergi ke belakang gunung selama beberapa hari untuk memetik obat, pada saat itu aku dan adik seperguruanmu telah melakukan suatu hal tidak pantas. Kami telah bersalah terhadapmu." Kakek tua itu berkata,
"walaupun kami menyesalinya, tetapi setelah segala sesuatunya terjadi, menyesal pun sudah terlambat."
Nona besar Lei menatapnya tajam, lalu kemudian raut wajahnya terlihat tersenyum,
senyum yang sangat manis seperti bunga Lili.
"Apa kau kira aku tidak mengetahuinya?" Dia berkata, "Apa kau kira kau bisa membohong iku?" "Kau sudah tahu?" Kakek tua itu sangat terkejut. "Kau sudah tahu semuanya?"
"sudah sejak semula aku tahu."
"Lalu mengapa kau tidak mengatakannya? Mengapa tidak marah? Mengapa tidak memusuhiku?"
"Karena kita adalah suami istri," kata nona besar Lei dengan lembut.
"Suami istri selamanya suami istri, tidak sama dengan kakak adik, teman, atau kerabat Jika aku merasa kau sudah berbuat suatu kesalahan padaku lalu aku bermusuhan denganmu, maka yang salah itu bukan kau melainkan aku."
Gao Tian Jue sedang mendengarkan dengan tenang sejak tadi, sampai saat ini dia baru membuka suara,
"Aku juga mempunyai suami, dia bermarga Guo namanya Guo Di Mie. Dia orang yang sangat pintar, lelaki yang benar-benar rupawan. pria yang pernah kujumpai selama ini tidak ada yang bisa menandinginnya satu jaripun." Dia berkata,
"sewaktu kami muda, kami juga merupakan pasangan suami istri yang saling mengasihi. Kami semua juga tahu akan hal ini.sekarang dia sudah mati." Gao Tian Jue tiba-tiba bertanya, "Apakah kalian tahu bagaimana dia bisa mati?"
"Tidak tahu." Nona besar Lei berkata lebih lanjut, "Tetapi kami sudah lama ingin mengetahuinya." "Kalau begitu sekarang aku beritahu padamu, dia mati di tanganku." Gao Tian Jue melanjutkan perkataannya,
"Aku membunuhnya dengan cara yang paling kejam."
Nada suaranya masih tetap tenang, tenang yang sangat menakutkan, tenang yang sampai membuat orang tidak tahan.
"Apakah kalian tahu mengapa aku sampai membunuhnya?" Gao Tian Jue berkata,
"Kalian tentu saja lebih tidak tahu." "Lalu mengapa kau membunuhnya?" "Karena seorang anak kecil."
"Anak kecil?" nona besar Lei tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.
"Karena seorang anak kecil kau sampai tega membunuh suamimu sendiri?"
"Benar"
"Dia anak siapa?"
"Anak suamiku dengan kakak perempuanku," kata Gao Tian Jue. "Kakak kandungku"
Tiba-tiba tidak terdengar suara lagi dalam kamar itu, bahkan suara nafas pun berhenti. setiap orang menyadarinya bahwa dia berubah menjadi wanita seperti itu pasti karena kebencian yang sangat mendalam di hatinya, tetapi tidak akan ada orang yang menyangka kalau yang dibencinya adalah kakak kandung dan suaminya sendiri
Gao Tian Jue tiba-tiba bertanya kepada nona besar Lei "Jika kau adalah aku, kau akan bagaimana?"
Nona besar Lei terpaku, setelah beberapa lama baru menjawab dengan perlahan,
"Aku tidak tahu, aku sendiri juga tidak tahu." Gao Tian Jue malah menghela nafasnya.
"Bagaimana pun juga kita berdua sangat berbeda, kalian berdua adalah pasangan suami istri yang saling mengasihi sampai tua karena kau bisa sabar. sedangkan aku adalah wanita yang kejam dan sadis, sehingga bisa berubah menjadi seperti ini."
dia tiba-tiba tertawa "Jadi apa pun yang kalian katakan tadi, semuanya tidak ada gunanya."
"Perkataan mana yang tidak berguna?"
"Kalian sengaja berkata seperti itu untuk kudengar, sengaja menyiksaku supaya aku sedih, sehingga kalian baru ada kesempatan untuk membunuhku. Ini salah satu taktik, tidak menyerang orang tapi menyerang hati terlebih dahulu, taktik tingkat tinggi, jika salah satu pihak hatinya sudah kacau maka sebelum perang dimulai sudah dinyatakan menang.sayangnya taktik yang kalian gunakan tidak akan mempan terhadapku." Gao Tian Jue berkata dengan dingin, "Karena bukan hanya hatiku sudah mati, tetapi memang pada dasarnya aku sudah siap untuk mati, hari kematiannya adalah hari ini."
Nona besar Lei lagi-lagi terheran- heran. "Kau pada dasarnya sudah siap untuk mati?"
"Tidak hanya bersiap untuk mati, bahkan sepenuh hati ingin mati. oleh karena itu tidak peduli apa yang katakan padaku, semuanya tidak ada gunanya bagiku." Gao Tian Jue berkata, "Tetapi kalian justru tidak ingin mati, jadi kalian malah pasti mati."
Dia lagi-lagi menghela nafas. "Ada banyak hal di dunia ini yang seperti itu, orang yang tidak ingin mati justru mati lebih cepat dibandingkan dengan orang yang ingin mati." Tang Lan Fang tiba- tiba mengeluh.
"orang yang paling tidak ingin mati adalah aku." Dia berkata, "Tetapi aku juga tahu, orang yang mati pertama pasti aku." "Benar." Gao Tian Jue berkata dengan dingin,
"orang yang mati paling pertama adalah kau."
ooo)o(ooo
BAB XX BINTANG YANG KEDUA
Tanggal 19 bulan 4, sebelum matahari terbenam......
Sinar mentari yang tadinya menyinari bunga teh gunung (San cha Hua) itu dalam sekejap tiba-tiba sudah berubah menjadi seberkas bayangan cahaya. Bunga teh gunung yang tadinya terlihat segar tiba-tiba dalam sekejap terlihat seakan-akan layu dan tidak segar.
Karena mereka pada dasarnya tidak memiliki cahaya sendiri, cahaya yang sesaat tadi hanyalah sinar mentari yang kebetulan masuk melalui jendela yang tepat mengenai pot bunga itu. Ada orang yang juga sama seperti itu.
Dalam hidup sebagian orang, meskipun ada kalanya melewati usia yang gemilang, tapi tak disangka dalam waktu sekejap akan tiba-tiba menjadi tua dan lemah, meskipun hidup tapi hanyalah menunggu waktu saja.
Untungnya di dunia ini masih ada sebagian orang yang tidak seperti itu
Karena dalam diri mereka memiliki cahaya dan kekuatan sehingga tidak pernah bergantung pada orang lain sebelumnya, asalkan mereka masih hidup maka tidak akan ada orang yang berani menyinggung mereka, menunggu mereka mati pun sama saja.
Pakaian yang serba hitam, mantel jubah yang berwarna hitam, serta topeng perak yang bersinar dibawah sinar matahari sore.
Air di danau besar Ming juga bersinar diterpa sinar matahari.
Gao Tian Jue berdiri di pinggiran danau, kelihatannya pembawaannya agak sedikit berubah, seperti yang sedikit lelah dan banyak pikiran.
Perubahannya apakah disebabkan karena si bocah tengik Yuan Bao yang patut mati itu? Yuan Bao tidak ada di sampingnya, dia kembali sendirian.
Di mana Yuan Bao? Yuan Bao pergi ke mana? Apakah sudah mati ditangannya?
sangat disayangkan jika anak muda yang manis seperti dia mati begitu saja, bagaimana mungkin dia bisa tega melakukannya?
Perahu yang ringan seperti daun di atas danau itu datang mendekat dan sampai di bawah naungan pohon pillow. Ada seorang yang berbaju abu-abu berdiri menghormat dengan takzim di atas perahu itu, sama sekali tidak berani memandang wajah Gao Tian Jue.
setelah waktu berlalu lama, barulah Gao Tian Jue perlahan-lahan memasuki perahu, langkah kakinya lebih berat sedikit daripada sebelumnya. Luka di hatinya pastinya sangatlah berat.
Membunuh orang bukanlah suatu pekerjaan yang menggembirakan, terutama setelah membunuh seseorang yang sangat tidak ingin dibunuhnya, perasaan siapa pun pasti jauh lebih berat daripada sebelumnya.
sinar matahari mulai kabur, bahkan bayangan gunung dipermukaan air danaupun mulai kabur.
Gao Tian Jue perlahan-lahan memasuki perahu ringan itu, orang yang berbaju abu-abu yang umurnya agak lebih tua membungkuk memberi hormat dan memberikan laporan padanya,
"Kami sudah mengutus enam kelompok orang untuk turun ke dalam air, tetapi tetap belum menemukan mayatnya.Tetapi orangnya pasti masih berada di dalam air," kata orang itu dengan yakin. sejak kemarin malam, di empat penjuru di tepi danau telah dijaga ketat secara bergiliran, jika benar dia belum mati, mau sampai ke tepianpun dia tidak akan bisa. Gao Tian Jue tertawa dingin.
orang berbaju abu-abu itu berkata lagi, "Tetua Xiao itu sudah ada di bawah semenjak tadi, tidak mau makan apa pun dan tidak mau bicara sedikit pun, seperti yang tidak bergigi saja. Dari tadi hanya duduk di sana tidak bergerak sedikit pun."
Xiao Jun memang tidak bergerak sedikit pun. Nafasnya belum putus, jantungnya masih berdetak, tapi dia justru benar-benar seperti orang mati, bersamaan dengan saat matinya Li Jiang Jun.
sewaktu pedang pendek itu menembus jantung Li Jiang Jun, seakan-akan juga sama menusuk jantungnya pada waktu yang bersamaan.
Gao Tian Jue malah masuk ke dalam dengan diam-diam, dengan diam-diam berdiri di hadapannya, tetapi dia tetap saja tidak bergeming. Matanya sepertinya juga dibuat buta oleh tusukan pedang itu Walaupun membunuh orang bukanlah sesuatu hal yang bisa membuat orang merasa senang, tapi juga tidak seharusnya membuat seseorang menjadi menderita sedemikian rupa.
Dia memang sejak awal ingin membunuh orang ini, dia hidup justru karena ingin orang itu mati di bawah tusukan pedangnya.
sekarang harapannya sudah terkabul, lalu mengapa justru jauh lebih menderita dan sedih daripada sebelumnya? Gao Tian Jue lagi- lagi tertawa dingin. "Kau sudah mati," katanya. "Walaupun kau masih bisa hidup sampai umur 80 tahun, juga tidak akan ada bedanya dengan sebuah mayat hidup,"
Xiao Jun tidak bergeming.
"Kau sendiri yang menghendaki kematian," kata Gao Tian Jue. "Padahal sebenarnya bisa terus melanjutkan hidup dengan sebaik- baiknya, tapi kau sendiri yang justru ingin mati." Xiao Jun tidak bergeming.
"Jika ada yang tahu bahwa kau sendiri yang membuat dirimu mati, pasti akan banyak orang yang merasa senang." Gao Tian Jue berkata, "Aku seharusnya membawa mereka semua kemari agar mereka bisa melihat seperti apa jadinya tetua dari perkumpulan pengemis saat ini."
Xiao Jun masih saja tidak bergeming.
"Kau tahu tidak apa yang hendak kuperbuat saat ini?" Gao Tian Jue sepertinya sedang marah.
"Aku benar-banar ingin memberimu sebuah tamparan."
Xiao Jun kali ini tiba-tiba bergeming karena dia tiba-tiba melihat sebuah benda yang sangat aneh. Biji matanya mendadak mengerut, seperti yang melihat sesosok hantu dan seekor naga beracun. Tapi dia sama sekali tidak melihat hantu ataupun naga beracun. Yang dilihatnya hanyalah sebuah tangan.
setiap orang pasti memiliki tangan, sebuah tangan tidak bisa dihitung sebagai benda yang aneh dan menakutkan. Lagi pula tangan ini sama sekali bukan bekas dipotong oleh orang lain. Tapi begitu dia melihat tangan ini, dia jauh lebih kaget dibandingkan dengan melihat sesosok hantu atau seekor naga beracun. Ada apa sebenarnya?
Melihat sebuah tangan sama sekali bukan hal yang aneh, setiap orang setiap harinya tidak tahu sudah melihat berapa banyak tangan.
Yang aneh adalah tangan ini seharusnya tidak mungkin terjulur keluar dari tempat ini, walaupun Xiao Jun melihat sebuah tangan tiba-tiba terjulur keluar dari bawah perahu ini sekalipun tidak mungkin seaneh sekarang.
Karena ini adalah sebuah tangan kiri yang terjulur keluar dari mantel hitam yang dikenakan di tubuh Gao Tian Jue.
Gao Tian Jue sama sekali tidak memiliki tangan kiri. Gao Tian Jue yang ini justru memiliki tangan kiri, tentu saja bukan Gao Tian Jue yang asli.
Xiao Jun ingin segera membuka topeng orang ini dan bertanya dengan suara berat,
"siapa kau? "
Yuan Bao membuka tudung hitam yang menutupi kepalanya dan melepaskan topeng perak di wajahnya lalu memandang Xiao Jun sambil menyengir. "Tetua Xiao, lama tidak jumpa, apa kabar?"
"Kau." Nada suara Xiao Jun berubah. "Bagaimana mungkin kau?" "Mengapa tidak mungkin aku?" Yuan Bao berkata sambil tertawa,
"sejak hari pertama aku dilahirkan, aku adalah aku, bukan menjadi Zhang atau Li, juga bukan wang atau Man."
Dia tertawa sangat senang. "Hanya saja jika ada orang yang menganggap aku sebagai Gao Tian Jue, aku juga tidak bisa apa-apa."
Xiao Jun memandangi dandanannya sambil terkejut. "Benda- benda ini milik siapa?"
"Tentu saja milik Gao Tian Jue." Yuan Bao menaruh topeng perak itu di atas kepalanya.
"selain dia, siapa lagi yang memiliki topeng aneh seperti ini?"
"Mengapa dia memberikan semua benda ini padamu?" "siapa yang berkata kalau dia memberikan semua benda ini
padaku?" tanya Yuan Bao.
"semua ini adalah benda berharganya, walaupun kau membunuhnya, dia juga tidak akan pernah memberikannya pada orang lain."
"Tetapi sekarang benda-benda ini sudah ada di tanganmu." "Aku kan hanya sekedar meminjamnya sebentar saja."
"Dia bersedia meminjamkannya padamu?" "Dia tidak bersedia."
"Jika dia tidak bersedia, lalu bagaimana kau bisa meminjamnya?" Yuan Bao menghela nafas. "sebenarnya, aku sama sekali tidak meminjamnya."
Xiao Jun sebenarnya tidak suka mengejar kebenaran seseorang dengan bertanya tanpa berhenti, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Ini juga bukan hasil pinjamanmu?" "Bukan."
"Kalau begitu benda-benda ini datang dari mana?" "Aku sendiri yang mengambilnya," kata Yuan Bao
"Justru karena dia tidak mau meminjamkannya padaku, terpaksa aku mengambilnya sendiri."
"Bagaimana cara kau mengambilnya?"
"Aku hanya memiliki sepasang tangan, tentu saja mengambilnya dengan cara demikian," kata Yuan Bao.
"Ambil tudung dan topengnya terlebih dahulu baru jubah dan pakaiannya."
"Dari mana kau mengambilnya?"
Yuan Bao memandanginya dengan raut wajah yang terheran- heran.
"Pertanyaan yang mudah seperti itu pun harus kau tanyakan padaku?"
"Aku sudah terlanjur bertanya." Yuan Bao menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
"Kalau begitu aku juga terpaksa memberitahumu, tudung aneh ini aku ambil dari atas kepalanya, topeng ini aku lepaskan dari wajahnya, jubah dan pakaian ini aku lucuti dari tubuhnya."
Dia sengaja menelan ludah dan dengan lambat laun melanjutkan perkataannya.
"Kalau sepatu ini jauh lebih sulit karena terlalu sempit sehingga lama sekali aku baru bisa melepaskannya dari kakinya."
Xiao Jun terpaku lama.
"semua benda ini kau ambil dari tubuhnya?" "semuanya aku ambil dari tubuhnya."
"Lalu orangnya?" tanya Xiao Jun. "Ada di mana dia sekarang?"
Yuan Bao terlonjak lagi. "Apakah kata-kata itu keluar dari mulutmu? Pertanyaan yang seperti kotoran anjing itu pun bisa kau tanyakan?"
Yuan Bao berkata, "orangnya tentu saja ada di sana, kepalanya ada di dalam tudungnya, wajahnya ada di balik topengnya, tubuhnya ada di balik pakaian dan jubahnya, kakinya ada di dalam kedua sepatu ini, hal yang mudah seperti itu pun tidak bisa kaupikirkan?"
"Apakah orangnya sudah mati di sana?" "Belum," kata Yuan Bao.
"orang seperti dia mana mungkin bisa mati."
"Dia masih hidup di sana tetapi kau menginginkan semua benda miliknya, dia membiarkan kau mengambilnya begitu saja?"
"Dia tidak membiarkan aku mengambilnya juga tidak bisa." "Mengapa?"
"Karena aku adalah Yuan Bao" jarinya menunjuk pada hidungnya.
"Barang berharga yang besar, bulat, manis, dan cantik,"
Xiao Jun tidak berkata, dia sudah tidak punya kata-kata yang bisa diucapkan.
Dia tidak percaya akan hal ini, dari awal sampai akhir tidak percaya, jika bocah ini tidak gila maka kulit wajahnya sudah jauh lebih tebal sepuluh kali lipat daripada sebelumnya, sehingga baru bisa mengeluarkan kata-kata yang aneh seperti itu.
Cara yang paling baik dalam menghadapi orang seperti itu adalah tidak mempedulikan dia sama sekali.
Tetapi di dunia ini justru ada orang yang kulit wajahnya tebal seperti itu, kau ingin mengabaikannya juga tidak bisa.
"Kau sudah bertanya padaku dari tadi, sekarang giliranku yang bertanya beberapa hal padamu." Yuan Bao bertanya, "wajah mu pucat seperti itu apa karena kau sudah membunuh seseorang?"
Xiao Jun mengabaikannya.
"Membunuh sama sekali bukan hal yang baik, jika aku membunuh orang, aku juga akan menyesal dan menderita." Yuan Bao berkata,
"Tetapi kau berbeda, orang yang kau bunuh itu adalah orang yang sejak dulu ingin kau bunuh, mengapa kau menderita?"
Xiao Jun tidak bisa mengabaikannya.
"Dari mana kau tahu aku sudah membunuh seseorang? "tanyanya pada Yuan Bao.
"Kau tahu siapa yang kubunuh?" "Tentu saja aku tahu."
Wajah pucat Xiao Jun tiba-tiba mengeluarkan aura membunuh yang hanya keluar pada saat hendak membunuh orang.
Yuan Bao sepertinya sama sekali tidak merasakannya, malahan berkata dengan gembira,
"Yang kau bunuh adalah san Xiao Jing Hun Li Jiang Jun." Yuan Bao berkata,
"Pada dasarnya dia adalah orang yang dikehendaki orang-orang untuk dibunuhi siapa pun yang membunuh" "dalam semalam kabarnya langsung tersebar ke seluruh negeri. Beberapa hari belakangan ini orang yang hendak membunuhnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan tikus yang ada di gudang beras, tetapi hanya kau sendiri yang berhasil. Kau seharusnya senang, tetapi dari wajah mu justru kelihatannya kau menderita setengah mati. Apa sebenarnya yang terjadi?"
Xiao Jun menatapnya tajam, lama baru bertanya padanya dengan terpatah-patah.
"Kau benar-benar tidak mengerti?"
"Tadinya aku benar-benar tidak mengerti," kata Yuan Bao. "Walaupun kau pukul kepalaku sampai pecah, aku juga tetap
tidak mengerti." "Lalu sekarang?"
"sekarang?" Biji mata Yuan Bao mendelik.
"sekarang langit sepertinya akan segera gelap. sudah sampai waktunya untuk makan malam, jika ada sepanci masakan kaki babi dengan ayam betina, ditambah dengan semangkuk nasi dari beras wangi, aku berani jamin aku bisa menghabiskannya sendiri tanpa bantuanmu."
Wajah Xiao Jun berubah menjadi hijau.
"Lalu sekarang?" dia sengaja menanyakan lagi pertanyaan yang sama dan nada suaranya pun berubah.
"Apakah sekarang kau sudah mengetahuinya?" "Betul." Yuan Bao akhirnya mengakui, menarik nafas panjang dan berkata,
"sekarang aku ingin tidak ingin tahu pun sudah tidak bisa."
Xiao Jun segera menegakkan tubuhnya, mengerahkan tenaganya dan kelima jari tangan kanannya membentuk cakar, seperti yang siap hendak menangkap ular berbisa saja layaknya.
Ini adalah jurus cakar andalan murid perkumpulan pengemis, tidak hanya ular berbisa yang tidak bisa lolos dari cakar ini, manusia juga sulit menghindar dari cakar ini.
Jika cakar ini digunakan untuk menangkap ular berbisa, jurus ini adalah jurus yang mematikan, jika digunakan untuk menangkap orang, jurus ini juga bisa melukai sampai tidak bisa tertolong lagi.
Di dalam perahu itu tidak ada ular berbisa, hanya ada manusia.
Yuan Bao yang demikian hidup dan manis itu, di matanya sepertinya telah berubah menjadi seekor ular berbisa yang kejam dan menakutkan. Yuan Bao tidak mengedipkan matanya sedikit pun.
"Mengapa kau tidak bertanya padaku apa saja yang aku ketahui?
Dan bagaimana bisa tahu?"
Perkataan ini keluar tepat pada waktunya, cakar Xiao Jun yang tadinya sudah siap menyerang jadi tidak jadi. Karena jawaban dari pertanyaan itu justru adalah jawaban yang sangat ingin diketahuinya.
Yuan Bao tertawa, "Begitu baru benar, walaupun kau ingin membunuh orang untuk menutup mulutnya, paling tidak juga harus menanyakannya dengan jelas terlebih dahulu baru bertindak."
Xiao Jun benar-benar tidak bisa tidak bertanya. "sebenarnya apa saja yang kau ketahui?"
"sejujurnya, yang kuketahui itu tidaklah sedikit," Yuan Bao malah menjawab seperti itu.
"Hal yang tidak kau inginkan ada orang lain yang tahu, aku malah tahu semuanya. Katakan Gao Tian Jue sebenarnya ingin kau membunuh seseorang untuknya dan setelah kau membunuhnya dia baru akan mengatakannya padamu bahwa orang itu sebenarnya tidak boleh kau bunuh." Yuan Bao berkata,
"Biarpun semua orang di dunia ini bisa membunuhnya, kau tetap tidak boleh membunuhnya karena kau adalah anaknya."
Tangan Xiao Jun mengepal, bukan untuk melukai orang, juga bukan untuk menangkap ular berbisa.
tangannya itu sebenarnya menahan dirinya sendiri, menahan jiwanya dan raganya.
"selain Gao Tian Jue, tidak akan ada yang menyangka bahwa kau adalah anak dari san Xiao Jing Hun Li Jiang Jun, kau sendiri lebih tidak menyangka lagi."
Yuan Bao berkata, "Karena kau selama ini menyangka kalau ibumu mati ditangannya." Yuan Bao meneruskan, "Gao Tian Jue berkata padamu, walaupun ibumu mati ditangannya, kau juga tidak bisa tidak mengakui kalau kau itu bukan anaknya. Gao Tian Jue sangat membencinya, karena itu sengaja mempersiapkan taktik ini agar kau pergi membunuhnya, agar dia tidak bisa mati dengan tenang, agar kau menyesal seumur hidupmu."
Xiao Jun tidak bereaksi sedikit pun, karena sekujur tubuhnya serasa sudah hancur.
"Yang tidak pernah kusangka adalah ternyata di dunia ini ada orang yang menggunakan cara yang demikian kejamnya untuk membunuh orang." Yuan Bao berkata "Jika bukan Gao Tian Jue sendiri yang mengatakannya padaku, aku sama sekali tidak akan percaya."
"Dia sendiri yang mengatakannya padamu?" Xiao Jun seperti orang yang baru saja keluar dari mimpinya karena ditusuk seseorang dengan jarum.
"Mengapa dia mau mengatakan hal seperti ini padamu?" "Mungkin karena dia merasa sangat bangga akan dirinya
sehingga tidak tahan untuk memberitahukan orang lain, mungkin karena dia ingin meminjam mulutku untuk memberitahukannya pada orang lain bahwa dia sudah menggunakan cara seperti itu untuk membalas dendam agar semua orang di dunia persilatan selalu mengingatnya."
Dua dugaan tadi memang ada kemungkinan benar. Yuan Bao malah menghela nafas lagi. "Tetapi alasan sebenarnya mengapa dia mengatakan hal ini padaku, mungkin hanya Tuhan yang tahu."
Xiao Jun memandanginya, walaupun tubuhnya terkesan biasa, tetapi pandangan matanya seperti yang ingin membunuh.
"Kau seharusnya tidak perlu tahu tentang hai ini." Dia juga menarik nafas dalam-dalam.
"Aku benar-benar berharap kau tidak pernah tahu." "Aku mengerti maksudmu."
"Kau mengerti?"
"orang yang manis seperu aku ini, bahkan kaupun tidak bisa tidak menyukaiku." Yuan Bao berkata, "Tetapi setelah aku mengetahui hal
..ni, kau tidak bisa tidak membunuhku untuk menutup mulutku."
Dia berkata lagi, "walaupun kau sendiri sudah tidak ingin hidup lagi, tetap saja harus membunuhku terlebih dahulu supaya aku tidak bisa membocorkan rahasia kalian. Hal ini memang tidak boleh sampai diketahui oleh orang lain."
Xiao Jun sama sekali tidak menyangkalnya. Dia sudah menahan tenaga dalamnya semenjak tadi. Tapi Yuan Bao seperti tidak menyadarinya.
Banyak orang yang bahkan bayangannya sendiri tidak menyadarinya, dia sudah menyadarinya sejak awal. Tetapi ada banyak orang yang orang lain sudah merasakannya, dia malah tidak tidak merasakannya. sekarang semua orang bisa melihatnya kalau Xiao Jun sudah bersiap-siap untuk membunuhnya seperti membunuh seekor ular berbisa saja, tetapi Yuan Bao malah dengan tampang yang gembira dan tertawa terbahak-bahak sambil berkata kepada Xiao Jun.
"Hal ini adalah hal yang seharusnya tidak boleh kuketahui, tetapi sekarang aku ingin tidak tahu pun tidak bisa." Yuan Bao berkata, "
"Untungnya aku juga tahu akan hal yang lain." "Hal apa?"
"Hal yang seharusnya aku tahu." Yuan Bao berkata,
"Hal yang tidak hanya bisa membuat diri sendiri senang tapi juga bisa membuat orang lain senang, siapa pun yang mengetahui hal ini pasti akan berumur panjang dan hidup damai seumur hidup," Dia tertawa seperti yang senang sekali.
"Hal ini tentu saja hanya orang yang pintar seperti aku saja yang baru bisa mengetahuinya."
Ada beberapa orang yang setiap saat tidak akan lupa untuk membanggakan diri sendiri, membual, menorehkan emas pada wajah sendiri, agar orang lain memandangnya dan mengakui keberadaannya. Xiao Jun sudah tahu kalau Yuan Bao bukan orang yang seperti itu. Dia hanya senang berbicara dengan cara seperti itu, karena dia berharap dirinya bisa membuat orang lain senang, berharap orang lain juga bisa seperti dia, melihat dan berpikir dengan lebih terbuka terhadap masalah apa pun. Patah semangat, gelisah, sedih, marahi terburu nafsu, tidak hanya tidak menyelesaikan masalah, malah bisa membuat orang melakukan kesalahan dan dosa yang tidak termaafkan.
seseorang harus bisa mempertahankan perasaan yang gembira dan terbuka baru bisa membuat suatu keputusan dan analisa yang tepat.
oleh karena itu Xiao Jun sudah tidak lagi menganggap Yuan Bao sebagai anak kecil bermuka tebal yang hanya bisa membual, karena itu dia bertanya lagi padanya.
"Hal apa itu?"
"Misalnya, ada beberapa orang yang sudah yakin dirinya telah membunuh orang, bahkan yang dibunuhnya adalah orang yang sama sekali tidak boleh dibunuhnya, karena itu hatinya amat sangat menderita karena dia tidak tahu kalau orang itu sebenarnya belum mati." Yuan Bao berkata,
"Tetapi aku tahu."
"Kau tahu" Xiao Jun memperlihatkan keterharuan di wajahnya. "siapa yang kau maksud belum mati itu?"
"Tentu saja Li Jiang Jun."
"Apa kau benar-benar tahu kalau dia belum mati?"
Yuan Bao menghela nafas dan tertawa pahit sambil menggelengkan kepala. "Memangnya kau pikir siapa dirimu? Pendekar Harum Chu? si Pencari Bunga (--^ Wanita), Xiao Li?"
"Bukan."
"Tentu saja kau bukan."
Yuan Bao berkata, "Kau sama sekali tidak sebanding dengan mereka."
Xiao Jun mengakuinya.
Walaupun selama ini dia adalah orang yang sangat sombong, tetapi terhadap nama besar kedua senior itu, dia selalu merasa hormat dan kagum sama seperti yang lainnya.
"Jika kau sendiri mengakui bahwa kau memang tidak bisa sebanding dengan mereka, lalu mengapa kau tidak terpikirkan olehmu, bagaimana mungkin san Xiao Li Jiang Jun yang sudah terkenal di seluruh dunia itu bisa terbunuh ditangan orang seperti dirimu?"
Xiao Jun bungkam.
Dia sendiri tahu bahwa dirinya bukanlah lawan Li Jiang Jun dan berharap kejadian ini sama sekali tidak terjadi. Tetapi di bawah sinar bulan yang dingin itu, dia melihat sendiri pedang pendeknya menusuk tepat di jantungnya.
Perasaan saat pedang itu menusuk daging dan darah dan ekspresi wajah Li Jiang Jun saat itu, selamanya tidak akan bisa dia lupakan. "Mengapa kau jadi diam?" Yuan Bao lagi-lagi bertanya, "Apakah kau masih yakin kalau kau sudah membunuhnya?"
Xiao Jun lagi-lagi terbungkam lama, baru setelah itu berkata dengan perlahan- lahan.
"Aku masih berada di sini justru karena berharap dia masih hidup, berharap dia muncul sekali lagi. Kalaupun dia mati, aku juga berharap bisa melihat mayatnya."
"Tetapi mayatnya sama sekali tidak ditemukan," kata Yuan Bao. "Mereka sudah mengganti orang beberapa kali untuk mencari di
bawah air, tetap saja bahkan bayangannya pun tidak ditemukan." "Benar."
"Apaklah kau tahu mengapa mereka tidak bisa menemukan mayat Li Jiang Jun?" Yuan Bao berkata,
"Kau seharusnya tahu."
"Tetapi sayangnya aku tidak tahu."
"Kau benar-benar tidak tahu?" Yuan Bao sepertinya terkejut. "Hal yang mudah seperti itu pun kau tidak tahu? " Bersambung-11.