Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid-05

Tapi yang terikat di pinggangnya adalah tas pinggang yang mahal yang hanya digunakan oleh orang kaya. Tas itu adalah tas tempat menyimpan uang yang diatasnya bertatahkan mutiara dan batu berharga. Tampangnya sama sekali tidak menarik, tapi kalau dilihat tampangnya juga tidak jelek. Umurnya sudah tidak muda lagi, tubuhnya tinggi besar, kalau tertawa tampangnya seperti anak kecil.

Yuan Bao merasa orang ini sangat menarik dan dia juga tiba-tiba menyadari kalau Wu Tao juga merasa orang ini menarik.

orang yang menjengkelkan selalu membuat orang merasa tidak senang, orang yang menarik selalu membuat orang merasa tertarik.

Pemikiran ini sangat sederhana sama seperti pemikiran akan telur ayam bukan telur bebek, beberapa orang justru suka dengan sengaja melakukan sesuatu yang membuat orang tidak senang.

orang ini keluar dari kumpulan orang-orang dan masih dalam keadaaan tertawa. Dia berkata kepada Wu Tao sambil masih tertawa, "Pesilat tangguh yang namanya menggegerkan dunia persilatan yang sudah kutemui tidaklah sedikit, hari ini bisa melihat ilmu silat pendekar, bisa dihitung sudah membukakan mata kita."

Dia menghela nafas dengan sengaja lalu berkata, "Sayangnya aku masih merasa sedikit menyesal." "oh?"

"Yang sangat disesalkan adalah sampai saat ini aku masih belum tahu bagaimana seharusnya menyapa pendekar?" orang ini berkata,

"Apakah tuan Wu atau bos besar sun?"

Dia lagi-lagi tertawa. "Mungkin aku seharusnya menyapa anda dengan sebutan Li Jiang Jun baru benar." Wu Tao balas bertanya, "Bagaimana seharusnya aku menyapamu?"

"Terserah." orang ini tertawa sambil berkata,

"walau kau panggil aku sun si brengsek (wang ba dan) juga aku tidak masalah."

Yuan Bao tiba-tiba ikut tertawa sambil memperlihatkan kedua lesung pipinya.

"Kalau kau adalah telur kura-kura (wang ba dan), lalu bapakmu apa? Kura-kura?"

Di antara kelompok orang itu ada yang menelan ludah, tapi orang ini malah menyuruh orang-orangnya mundur, lalu berkata sambil tertawa,

"Kau menyebutku brengsek belum tentu aku benar-benar seorang yang brengsek." orang yang tidak menyebut dirinya brengsek mungkin justru penjahat besar, ini adalah dua hal yang berbeda.

"Ada benarnya juga." Yuan Bao bertanya padanya, "Kalau begitu kau itu orang brengsek atau bukan?" "Aku kelihatannya mirip tidak?"

"Tidak mirip." Yuan Bao mengedipkan matanya.

"Kamu kelihatannya paling-paling juga mirip seperti penjahat." orang ini tertawa terbahak-bahak. tertawanya sangat gembira, bahkan tampang marah sedikit pun tidak ada.

"Kau sendiri tidak seperti roti bundar (Yuan Bao)." Dia berkata, "Kalaupun ada sedikit kemiripan, hanya mirip seperti yang

kubuat waktu aku kecil dulu dengan menggunakan tepung dari lumpur dan bahkan di dalamnya dibubuhi racun."

Yuan Bao tertawa terbahak-bahak. juga tidak ada tampang marah sedikit pun.

"Yang satu adalah roti lumpur bundar yang dibubuhi racun, yang satu lagi adalah penjahat menengah, tidak atas juga tidak bawah, ternyata kita berdua bukanlah barang yang bagus."

"Kau adalah barang bagus,"

"aku bukanlah barang." orang ini mengedipkan matanya dan berkata,

"aku manusia."

Wu Tao yang menatapnya dari tadi tiba-tiba bertanya, "Apakah margamu Tian?"

"Benar."

orang ini hanya bisa mengakuinya karena dia benar-benar bermarga Tian.

"Apakah kau putra Tian Yong Hua, Tian Ji Zi?" "Akulah orangnya." "Mengapa dari tadi kau tidak mau mengatakannya?" "Aku masih belum tahu siapa dirimu,"

"mengapa aku harus mengatakan siapa diriku sebenarnya?" kata Tian Ji Zi.

"Apa yang perlu kau ketahui sudah cukup banyak." Wu Tao berkata,

"Yang perlu kuketahui juga sudah cukup banyak." "Kau tahu apa?"

"Kau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang kalian cari" kata Wu Tao.

Matanya terlihat bercahaya.

"Aku tahu dalam tasmu terdapat setangkai Chui Mao Duan Fa, sebuah pisau lentur, dan jUga ada 13 buah senjata gelap yang digunakan Tian Yong Hua dulu yang sangat terkenal yang disebut Fei Hua Qi"

Tian Ji Zi menghela nafasnya, tertawa pahit dan bertanya, "Apakah ada hal di dunia ini yang tidak kau ketahui?" "Ada satu."

"Yang mana?"

"Kau datang kemari untuk mencariku, aku adalah orang yang kau cari, di sisi pinggangmu ada pisau dan kau bisa segera mengeluarkannya," kata Wu Tao dengan dingin. "Tapi mengapa kau masih belum turun tangan?" "Karena aku tidak pantas."

Ada sebagian orang yang sampai mati pun tidak akan mengeluarkan perkataan seperti itu, Tian Ji Zi malah mengatakannya sambil tertawa, bahkan berkata,

"Bahkan tuan besar kami pun berkata bahwa aku tidak pantas untuk menjadi lawanmu, mana berani aku turun tangan."

"Lalu mengapa kau datang kemari?"

"Aku hanya datang untuk melihat kau itu orang yang seperti apa." Tian Ji Zi berkata,

"sayangnya yang benar-benar menjadi lawanmu sudah terlebih dulu pergi ke tempat lain, jika tidak dia juga pasti datang ke tempat ini."

"siapa dia?"

"Xiao Jun." Tian jiZi berkata,

"Hatinya bagaikan besi, pukulannya bagaikan petir, kepala bagian penerapan hukuman baru di perkumpulan pengemis, Xiao Jun."

Wu Tao tertawa dingin. "Kau kira dia pantas menjadi lawanku ?" "Dia sendiri berkata bahwa mungkin dia juga tidak pantas," Tian

Ji Zi menghela nafasnya.

"Tapi dia tidak bisa tidak untuk mencobanya." "Mengapa dia tidak datang mencariku?" "Dia sudah mencarimu seharian." "Mencariku kemana?"

"Dia memperhitungkan bahwa kau pasti pergi ke rumah judi mencari orang yang menyuap Qiu Bu Dao." Tian Ji Zi berkata,

"saat ini dia mungkin sudah ada di dalam rumah judi itu menunggumu."

"Mengapa kau tidak pergi ke sana?" Tian Ji Zi lagi-lagi menghela nafasnya.

"Karena aku jauh lebih bodoh, aku selalu salah perhitungan akan hal seperti ini, maka dari itu hanya bisa duduk menunggu di dalam rumah. Tapi tak disangka orang bodoh malah mendapat rejeki buta, dia tidak menemukanmu justru malah ditemukan olehku."

Wu Tao waktu itu mengeluarkan suara tertawa yang keras, kesedihannya berkurang, mungkin hanya sedikit orang yang tidak bisa mendengarnya. Yuan Bao tiba-tiba bertanya kepadanya,

"Kita pergi tidak?" "Pergi kemana?"

"Pergi ke rumah judi itu," kata Yuan Bao.

"Aku belum pernah melihat yang benar-benar rumah judi itu tempat yang seperti apa."

Mata Wu Tao lagi-lagi bersinar, dia berkata dengan datar, "Kau akan segera melihatnya."

suasana hati Yuan Bao langsung berubah menjadi senang, sepertinya sama sekali tidak tahu ada berapa banyak musuh dan berapa banyak pembunuh yang bersembunyi di dalam rumah judi itu sepertinya dia juga sudah lupa betapa menakutkannya orang seperti Xiao Jun itu. hanya ingin secepatnya sampai disana, dia hanya berpikir menjudikan barang milik ibunya dengan sebaik- baiknya. Tian Ji Zi juga ikut gembira.

"Bagus, aku akan menunjukkan jalan bagi kalian," katanya. "Kalau kau tidak punya modal, aku akan memberi pinjaman

padamu."

"Kau punya uang?"

"Tentu saja ada," seru Tian Ji Zi. "Ada berkantong-kantong uang."

Dia benar-benar mengeluarkan sekantong uang, tapi sayangnya semuanya hanya terdiri dari beberapa uang tembaga dan pecahan uang perak.

"Apakah uang yang kau miliki hanya sedikit begini?" Yuan Bao sangat kecewa.

"Ini adalah seluruh harta yang kumiliki, kau jangan mengeluh."

Yuan Bao tertawa pahit sambil menggelengkan kepalanya. "Kelihatannya kalian orang berada dengan aku si pengemis kecil

sama sekali tidak berbeda jauh." Tian Ji Zi mendadak membalikkan wajahnya, berkata dengan sungguh-sungguh,

"seseorang tidak boleh memilki harta yang banyak. memasukkannya dengan tangan kiri dan menghabiskannya dengan tangan kanan dan menghabiskannya sampai puas. sesudah habis tidak perlu banyak pikiran, jauh lebih puas."

"Betul." Yuan Bao setuju sekali.

"Jika harta seseorang terlalu banyak. digunakan pun tidak akan ada habisnya, dibuang malah sakit hati,juga takut dicuri dan dirampok, takut ditipu, takut dipinjam orang. setelah mati tidak dapat membawa sepeserpun. Kalau begitu malah jadi tidak puas." "Betul juga."

"Asalkan bisa menghabiskannya dengan gembira, baru bisa disebut orang kaya, kata" Tian Ji Zi.

"Maka dari itu aku disebut orang kaya." "Tentu saja."

"Jadi ini adalah seluruh hartaku sebagai orang kaya, hanya ada sebanyak ini, tidak takut dicuri atau dirampok, juga tidak takut dipinjami orang." Tian Ji Zi berkata

"Jadi asalkan kau membuka mulut, aku akan meminjamkannya padamu."

Ada orang yang mau meminjamkan uangnya padamu tentu saja suatu hal yang mengembirakan, tapi tak disangka Yuan Bao justru berubah menjadi lebih hati-hati dan waspada, lalu bertanya kepada Tian Ji Zi,

"Apakah kau perlu jaminan?" "Tidak perlu."

"Apakah perlu bunga?" "Juga tidak perlu."

Zaman sekarang ini persyaratan seperti itu sudah jarang ada, Yuan Bao ternyata masih mau bertanya satu kali lagi,

"Boleh tidak jika aku tidak mengembalikannya kepadamu?"

Tian Ji Zi tertawa. Pertanyaannya kepada Yuan Bao lebih serius dibandingkan pertanyaan Yuan Bao kepadanya.

"Boleh tidak jika aku tidak mau kau mengembalikannya?" "Boleh."

Yuan Bao menjawabnya dengan sangat puas dan dalam sekejab langsung mengambil seluruh harta kekayaan Tian Ji Zi.

Meminjamkan uang dengan cara seperti itu memang sudah jarang sekali ditemukan, bahkan memberikannya begitu saja malah lebih jarang lagi. Tapi kedua orang itu sangat gembira

"Jika aku adalah bos besar sun, kita tidak akan bisa gembira seperti ini," kata Tian Ji Zi. "Karena jika aku memiliki uang yang banyak seperti dia, aku tidak akan mungkin memberikan semua hartaku kepadamu begitu saja, kau juga tidak akan berani meminjam dariku."

Yuan Bao tertawa keras.

"untung sekali kau bukan bos besar sun, hanya seorang penjahat yang tidak berarti."

"sedikit pun tidak salah." Tapi Yuan Bao tetap saja salah. sebenarnya dia tidak perlu sampai meminjam modal, karena

sesudah mereka sampai di tempatjudi itu, yang dipertaruhkan tidak mungkin uang. Yang mau mereka pertaruhkan adalah nyawa mereka.

ooo)o(ooo

BAB IX BERTARUH ORANG TIDAK BERTARUH NYAWA.

Tanggal l7 bulan 4, malam hari......

Lentera sudah dinyalakan, baru saja dinyalakan sebanyak 196 buah lentera berbentuk lampion yang cantik seperti yang dipasang di istana.

Pemilik rumah judi Ru Yi Du Fang, bos besar Tang adalah orang yang sangat memperhatikan kemewahan, dan dia selalu merasa bahwa sebagian besar orang senang pergi ke tempat yang sinar lenteranya paling terang. Walaupun hanya untuk mengantarkan sedikit uang, sudah pasti lebih baik di tempat yang sinar lenteranya paling terang. oleh karena itu, walaupun pak tua yang bertanggung jawab atas perbaikkan dan penataan rumah judi tersebut berpendapat bahwa paling banyak menyalakan lentera sebanyak 80-90 buah saja sudah cukup, tetapi bos besar Tang tetap menyalakan sebanyak 196 buah. Dia tidak salah.

Keuntungan yang diperoleh Ru Yi Du Fang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan 18 rumah judi lainnya yang berada di dalam kota ini.

Bos besar Tang adalah orang yang jarang melakukan kesalahan. sekarang dia sudah tidak perlu melakukan apa pun.

Yang perlu dilakukannya belakangan ini adalah duduk di dalam rumah menunggu uang datang, jika tidak ada uang perak. uang emas juga boleh.

sinar yang keluar dari 196 buah lampion cukup terang. Di bawah sinar lentera, bahkan masih bisa melihat dengan jelas keriput di mata wanita yang telah berumur 35 tahun yang sudah didandan seharian. Xiao Jun sepertinya tidak melihat apa pun.

Ada berbagai macam orang yang ada di dalam rumah judi, ada yang menarik untuk dilihat dan ada yang tidak.

Ada bermacam-macam kejadian yang sering terjadi di dalam rumah judi, ada kejadian yang menarik dan ada yang tidak.

Xiao Jun sama sekali tidak memperhatikannya.

Di dalam rumah judi tentu saja ada berbagai macam permainan judi Berbagai macam orang datang ke rumah judi justru untuk bermain satu dua jenis permainan judi. Walaupun mereka tahu setiap saat bisa kehilangan istri mereka karena kalah taruhan, mereka masih mau mencoba bertaruh. Xiao Jun tidak berjudi.

Tidak ada seorang pun yang tahu apa tujuannya datang ke tempat ini, dan tidak ada seorang pun yang berani menanyakannya.

Raut wajahnya terlalu menakutkan, dibawah sinar lentera dari 196 buah lampion, raut wajahnya semakin terlihat menakutkan.

Di bawah sinar lentera seperti itu, wajahnya seperti yang tembus pandang saja.

saat lentera baru dinyalakan, Tian Ji Zi datang membawa Wu Tao dan Yuan Bao. semua orang di dalam rumah judi tersebut tentu saja mengenal Tian Ji Zi.

Dia bukanlah jenis orang yang selalu berkelakuan baik yang tidak pernah makan, minum, main perempuan, dan berjudi, Dia merupakan teman baik dari bos besar Tang.

Jika orang yang bergerak di bisnis ini ingin bisa berdiri di atas kaki mereka di kota Ji Nan ini, mereka pastilah harus menjadi teman dari partai Panji Bunga, jika tidak ruangan yang luas yang diterangi oleh 196 buah lentera ini pasti paling sedikitnya sudah dihancurkan orang sebanyak 196 kali.

oleh karena itu sewaktu Tian Ji Zi masuk ke dalam rumah judi, dia terlihat sangat sombong. Tidak peduli kenal atau tidak. semua orang pasti ingin menyapa dia.

Bisa bercakap-cakap dengan Tian Ji Zi adalah suatu kejadian yang membuat seseorang menjadi terpandang, apalagi kalau bisa memanggilnya dengan panggilan kakak Tian maka bisa lebih terpandang lagi.

orang yang mencari muka seperti mereka sepertinya tidak sedikit, sekelompok besar orang datang untuk menyapanya,

"Kakak Tian, anda mau bermain apa hari ini?"

"Hari ini aku tidak ingin main." Tian Ji Zi malah berkata,

"Hari ini aku sengaja datang mambawa kedua orang temanku ini kemari untuk bermain. Mereka berdua adalah tamu kehormatanku."

orang yang bisa menjadi tamu kehormatan kakak Tian pastilah orang yang sangat terpandang.

Walaupun Wu Tao dan Yuan Bao sama sekali tidak seperti orang terpandang, tapi tidak ada orang yang berani memandang rendah kepada mereka. Xiao Jun tidak melihatnya.

Dia tidak melihat mereka, mereka juga sepertinya tidak melihat dia. Dia selamanya seperti hidup di dunia lain, yang bisa dilihatnya hanya kejadian yang ada di dunia itu. Yang mereka lihat hanyalah balok-balok Pai Jiu (sejenis domino dari kayu).

Bermain Pai Jiu sangatlah menyenangkan, asalkan tidak kalah maka akan sangat menyenangkan. semua permainan judi sangat menarik. asalkan tidak kalah maka semuanya menarik.sayangnya, dari sepuluh kali judi, sembilan kali kalah. Malah mungkin lebih dari sembilan.

"Anda berdua senang bermain apa?" "Pai Jiu"

Kedua tamu kehormatan Tian Ji Zi segera dibawa ke sebuah meja judi Pai Jiu yang paling besar.

"Anda berdua mau bertaruh di pintu mana?" "Pintu langit"

orang yang biasanya bertaruh dipintu langit segera menyingkir.

Bandarnya bukan orang dari dalam rumah judi. orang yang membuka rumah judi sama sekali tidak berjudi, jika tidak rumah judi ini bisa-bisa kalah bertaruh. Rumah judi hanya mengambil persentase dari hasil kemenangan judi.

Yang menjadi bandarnya adalah orang yang berperut besar.

Perutnya besar sekali, dompetnya juga besar sekali, dan kepalanya juga tidak kecil. Jika bukan seteru, bagaimana mungkin jadi bandar di rumah judi?

Yuan Bao segera mempertaruhkan semua uang yang didapatnya dari Tian Ji Zi di atas meja judi, lalu mengangkat mukanya memandangi bandar.

Dia berharap bandar juga melihat dia, sedikitnya menunjukkan rasa memuji padanya, memuji semangat dan keroyalannya.

Yang ingin ditunjukkan oleh bandar itu hanyalah melemparkan pengemis kecil ini keluar dengan sekali cukul dan memanggil kembali orang yang bertaruh dipintu langit tadi. Tapi sayang dia tidak berani melakukannya. Tidak ada orang yang berani berbuat tidak sopan kepada teman Tian Ji Zi.

Bandar segera melemparkan dadu dan yang muncul adalah angka tiga, pintu langit jalan duluan, bandar mengambil balok kartu ke tiga.

Kartu ketiga ternyata adalah kartu Dui Huei Hua Bao Zhi, jika bukan karena pengemis kecil ini mengacaukan keadaan, bandar bisa meraup kemenangan dari pintu langit lebih dari 1000 liang emas karena kartu pintu langit adalah kartu Lan wu Er. Yuan Bao kalah habis-habisan, tidak ada uang sedikit pun yang tersisa.

Di atas meja judi hanya tinggal pintu langit yang belum memasang taruhan, semua orang sedang menunggu, bandar juga sedang menunggu dengan ekskresi, yang hendak menangis tapi tidak bisa menangis ingin tertawa tetapi tidak bisa tertawa, menunggu mereka meletakkan taruhan mereka.

Yang bisa dia pertaruhkan hanyalah dirinya sendiri. Tian Ji Zi tiba-tiba bertanya padanya,

"Mengapa kau tidak menjadikan dirimu sebagai taruhan di meja judi? Apakah kau lupa bahwa kau adalah sebuah barang berharga?"

Bandar terkesiap.

Tian Ji Zi malah berkata begitu Jika pengemis kecil itu benar- benar naik ke atas meja sebagai taruhan dan menganggap dirinya benar-benar sebuah barang berharga, bagaimana? Tak disangka kali ini Yuan Bao justru menggelengkan kepalanya dan berkata,

"Aku tidak dapat berbuat seperti itu." "Mengapa?"

"Karena aku adalah barang berharga yang tidak ternilai harganya, takut kalian tidak pantas untuk menerimanya."

Bandar mengendurkan emosinya, semua orang mengendurkan emosi mereka. Tian Ji Zi malah masih saja bertanya padanya,

"Kali ini apa yang akan kau pertaruhkan?"

"Aku ingin mempertaruhkan sedikit uang emas."

"Uang emas?" Dari seluruh tubuh pengemis kecil ini bahkan sedikit serpihan dari uang emas pun tidak ada, bahkan Tian Ji Zi juga tidak dapat menahan diri untuk bertanya,

"Di mana uang emas itu?"

"Di sekitar sini, di mana-mana juga ada." Yuan Bao berkata dengan sangat yakini

"Asalkan aku pergi mengambilnya, setiap saat bisa mendapatkannya."

"Kapan kau berencana untuk mengambilnya?"

"sekarang juga." Yuan Bao segera melangkahkan kaki menuju keluar dari rumah judi itu.

"Kalian tunggu saja di sini, aku akan segera kembali." siapa yang berani menunggu dia? siapa yang berani percaya kalau dia benar-benar pergi untuk mengambil uang emas? siapa yang berani pecaya dia akan kembali dengan membawa uang emas?

Muka bandar itu diliputi dengan tawa. sekarang bagaimana pun juga pintu langit sedang kosong,

"tuan manakah yang mau bertaruh di sini?" Wu Tao tiba-tiba berdiri "Aku," dia berkata. "Aku mau, kau menyingkirlah."

Bandar tidak bisa tertawa. "Mengapa aku harus menyingkir?" WuTao berkata dengan datar,

"Karena apa yang ingin aku pertaruhkan, kau tidak pantas untuk mempertaruhkannya bahkan kalah pun tidak pantas."

Bandar terpaku. Tiba-tiba terdengar suara seseorang berkata dari belakangnya,

"Menyingkirlah, biar aku saja."

Begitu membalikkan kepalanya, dia langsung melihat orang yang bermuka putih pucat seperti mayat, sama seperti orang mati yang sudah berada di dalam gua es selama tiga bulan.

siapa yang berani menyinggung orang seperti itu?

Bandar itu menyingkir, orang-orang yang bertaruh di kedua pintu lainnya juga menyingkir, tapi ada juga yang merasa enggan untuk meninggalkan meja judi itu terlalu jauh. semua orang bisa melihat bahwa kedua orang ini bakal berjudi dengan memukau.

Tian Ji Zi tentu saja tidak akan pergi karena hanya dia yang tahu kalau kedua orang ini tidak hanya akan berjudi dengan memukau, tapi juga akan amat sangat memukau. Hanya satu yang disayangkan yaitu dia masih belum tahu siapa yang menginginkan nyawa siapa.

196 buah lentera lampion yang menerangi ruangan yang suram itu semuanya sepertinya hanya menerangi wajah kedua orang itu. Wajah kedua orang itu terlihat mirip seperti orang mati. Wu Tao bertaruh di pintu langit, Xiao Jun menjadi bandar.

"Kau datang, aku juga datang," kata Xiao Jun.

"Kau ingin berjudi, aku akan menemanimu berjudi." "Bagus sekali."

"Aku pantas atau tidak?" "Kau pantas," kata Wu Tao.

"Hanya kau yang pantas menemaniku berjudi." "Kau mau bertaruh apa?"

"Bertaruh nyawa?"

"Bertaruh nyawa? Memangnya berapa banyak nyawa yang kau miliki?"

"satu," kata Xiao Jun. "satu saja juga cukup," "Tidak cukup," "Mengapa tidak cukup?"

"Tidak peduli berapa banyak nyawa yang pernah kau miliki dulu, tapi sekarang ini pastinya hanyalah tersisa satu."

"Justru karena kita masing-masing hanya memiliki satu buah nyawa saja, makanya tidak cukup," kata Wu Tao.

"Maka dari itu kita tidak bisa bertaruh nyawa." "Mengapa?"

"Karena kalau sekali kalah, maka tidak ada kesempatan lagi," kata Wu Tao.

"Kalau begitu judi jadi tidak menarik. juga tidak memuaskan." "Jadi judi yang bagaimana yang kau inginkan?"

"Aku selalu bertaruh orang, tidak bertaruh nyawa." "Bertaruh orang?" Xiao Jun tidak mengerti.

"Apa bedanya bertaruh orang dengan bertaruh nyawa?" "Tentu saja sama sekali berbeda," kata Wu Tao.

"Kita hanya memiliki satu buah nyawa yang bisa dipertaruhkan, tetapi orang yang bisa kita pertaruhkan sangatlah banyak."

"orang yang ingin kau pertaruhkan bukan dirimu sendiri?" "Tentu saja bukan." "siapa yang ingin kau pertaruhkan?" "Dia."

Wu Tao mengeluarkan satu buah jarinya dan menunjuk kepada orang yang berambut hitam, bermuka hijau, dan mengenakan baju abu-abu.

"Kali ini kita akan mempertaruhkan dia terlebih dulu, siapa yang menang maka dia akan jadi milik siapa."

Wajah orang yang mengenakan baju abu-abu itu memang sudah kehijau-hijauan, sekarang bahkan lebih hijau lagi seperti rumput.

Tapi dia tetap berdiri di tempat, tidak bergerak sama sekali.

Tian Ji Zi tiba-tiba tertawa keras.

"Cara berjudi seperti itu sangat bagus, benar-benar bagus. Mau berjudi bagaimana pun, sama sekali tidak merugikan diri sendiri orang yang dikeluarkan karena kalah pun orang lain. Bahkan mau dikalahkan sampai habis-habisan pun tidak masalah."

"Ada sangkut pautnya." Wu Tao bertanya dengan dingin

"Jika kau menang, apakah kau bisa menjamin bisa menangkap orang itu untuk diserahkan kepadaku?"

"Tidak bisa," Tian Ji Zi mengakui.

"Aku sama sekali tidak bisa menjamin."

"Kalau begitu, jika kau kalah?" Tian Ji Zi tidak berkata lagi. Wu Tao bertanya lagi kepada Xiao Jun, "Kalau kau?"

Xiao Jun juga tidak bersuara, dia melemparkan dadu dan memisahkan kartu, kartu pertama ada empat titik, kartu selanjutnya adalah kartu Bie shi.

Bisa mendapatkan kartu Bie shi bukanlah hal yang mudah. Tapi kali ini Xiao Jun justru bisa mendapatkannya dalam sekejap.

Tian Ji Zi tiba-tiba melompat menghampiri orang berbaju abu- abu itu dan berkata,

"Lari, cepat lari, orang itu sudah kalah dan kau sudah menjadi milik orang lain, kau masih tidak mau lari?"

orang berbaju abu-abu itu tidak lari, bukan hanya tidak lari tapi malah pergi menghampiri WuTao dan berdiri di depannya. Wajah yang diliputi warna hijau itu penuh dengan tawa, tapi tawa yang bisa membuat bulu kuduk berdiri

"Apakah aku sudah dikalahkan olehmu?" Dia malah bertanya kepada Wu Tao dengan sungguh-sungguh .

"Betul."

"Jadi sekarang aku adalah milikmu, kalau begitu terimalah aku." orang lain tanpa sebab dan dengan sembarangan membuat

dirinya sebagai bahan taruhan, tapi dia malah masih menganggap bahwa hal ini adalah hal yang biasa, bahkan tidak ada tampang terhina atau tidak terima sedikit pun. Bahkan anehnya masih ada orang yang mau menerimanya. Tian Ji Zi tercengang. seumur hidupnya belum pernah dia bertemu orang seperti itu, yang lain pun belum pernah.

Lebih aneh lagi, selain dia masih ada dua belas orang lagi yang berpakaian abu-abu yang dandanannya mirip seperti dia yang maju ke depan, semuanya mendekati Wu Tao dan berdiri di hadapannya dan berkata dengan nada suara yang aneh,

"Kalau begitu terimalah kami juga."

"Aku hanya memenangkan satu orang, bagaimana mungkin aku menerima kalian semua?"

"Kami semua adalah satu orang." Ke 13 orang itu berkata secara bersamaan.

"Hanya saja kami ini sedikit berbeda dengan orang biasa." "Berbeda apanya?"

"orang lain hanya memiliki satu nyawa, bahkan kau sendiri juga hanya memiliki satu nyawa."

"Lalu kalian?" tanya Wu Tao.

"Berapa nyawa yang kalian miliki? Tiga belas? Kami punya 999 nyawa."

"999 nyawa itu semuanya milik satu orang?" "Betul."

Wu Tao mengeluh. "siapa pun yang memiliki nyawa sebanyak itu pasti tidak akan takut mati."

Ketiga belas orang berpakaian abu-abu itu serentak mengganggukkan kepalanya, lalu dengan tiba-tiba mereka menyerang secara serentak.

Mereka semua menggunakan tangan kiri, tapi mereka semua tidak memiliki tangan kiri. Tangan kiri ketiga belas orang itu sudah dipotong orang, yang dipasangkan di tangan kiri mereka adalah sebuah jepit baja berbentuk aneh yang kemilauan. Kelihatannya unik, jelek- keji, juga gerakannya sangat lincah.

Tidak ada seorang pun yang pernah melihat mereka mengeluarkan tangan kiri mereka juga tidak ada orang yang melihat mereka mengeluarkan jepit baja mereka. sekarang mereka secara serentak menyerang dengan licik dan menakutkan.

Jurus yang digunakan ketiga belas orang itu untuk menyerang sebenarnya sangat sederhana, sepertinya mereka hanya menggunakan satu jurus yang sama. Tetapi kedudukan menyerang setiap orangnya sangat aneh dan koordinasi mereka sangat baik, Ketiga belas jepit baja itu sepertinya dibuat dari satu gagang baja yang sama. Ketiga belas orang itu bagaikan mesin yang rumit dan sempurna.

Jepit baja di tangan ketiga belas orang itu sudah menyerang ke bagian tubuh Wu Tao pada pergelangan kaki kiri dan kanan, lutut kiri dan kanan, pergelangan tangan kiri dan kanan, siku lengan kiri dan kanan, tulang belikat di kri dan kanan, bagian atas kepala, leher bagian belakang, dan tenggorokan. Di saat itu, semua persendian yang vital di tubuh Wu Tao dari atas sampai bawah sudah berada dalam genggaman mereka, semua jalan untuk melarikan diri sudah tertutup.

Jika dia adalah manusia kayu, akan segera dipatahkan, jika dia adalah manusia batu, maka akan sebera dihancurkan.

Walaupun dia adalah manusia besi sekalipun, pasti tidak akan bisa lolos oleh jepitan jepit baja itu.

semua orang mengira riwayatnya pasti tamat. Tetapi tidak ada seorang pun yang tahu apakah dia sudah mati atau belum.

Karena sesaat sebelumnya, ke-196 lentera lampion yang ada disana tiba-tiba padam.

Ruangan besar yang dipenuhi oleh cahaya lentera itu mendadak diselimuti oleh kegelapan yang pekat sampai tidak bisa melihat lima jari yang ada di tangan, bahkan jepit baja yang berkilauan milik ketiga belas orang itu pun tidak terlihat. Ada sebagian orang yang suka kegelapan.

Ada sebagian orang yang hanya di dalam kegelapan baru bisa melakukan sesuatu yang biasanya tidak ingin dilakukannya atau tidak boleh dilakukan atau tidak bisa diakukannya. Ada sebagian orang yang hanya dalam kegelapan saja baru bisa terwujud.

Ada sebagian manusia dalam sejarah yang menggunakan akal- akal dan cara-cara yang misterius dan aneh yang baru bisa dikeluarkan atau dilakukan di tengah kegelapan. Tapi kegelapan tetap saja menakutkan. sikap manusia terhadap kegelapan selamanya akan ada semacam rasa takut yang sukar untuk dijelaskan.

Di tengah kegelapan itu, orang-orang yang berada di dalam rumah judi Ru Yi Du Fang saling menjerit, berteriak dan bergerak ke sana kemari, tapi keadaan segera menjadi tenang.

Karena ke-196 lentera lampion yang ada di tengah ruangan judi itu segera menyala kembali sebanyak 36 buah.

Ketika lentera sudah dinyalakan, semua orang segera menyadari bahwa ketiga belas orang berbaju abu-abu itu sudah menghilang. wu Tao pun ikut menghilang.

sesudah 36 buah lentera yang lain dinyalakan, semua orang mendengar suara pengurus rumah judi yang sedang berteriak dengan keras,

"Tuan besar Tang sudah menyiapkan 100 guci arak yang bagus dan 100 meja yang penuh hidangan untuk menjamu anda sekalian. semua tamu yang datang pada hari ini adalah tamu kehormatan bos besar Tang jadi tidak dipungut biaya sedikit pun."

Ketika 196 buah lentera semuanya telah menyala, semua orang sudah melihat ada orang yang membawa masuk arak. sayuran, serta lauk pauk ke dalam ruangan. Di saat yang sama, mereka juga melihat pengemis kecil yang tadi pergi keluar itu menjinjing kantung yang sangat besar dan berat masuk ke dalam.

Tidak ada orang yang bisa memadamkan lentera sebanyak 196 buah dalam waktu sekejap. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana caranya semua lentera itu bisa padam. Tidak ada seorang pun yang tahu mengapa Wu Tao dan ketiga belas orang yang berbaju abu-abu itu tiba-tiba menghilang? Tidak ada seorang pun yang tahu kemana mereka pergi.

Tetapi semua orang melihat Yuan Bao menjinjing kantung itu masuk ke dalam dan menaruhnya di atas meja sampai mengeluarkan bunyi buk. Dengan mendengar suara buk. siapa punjuga bisa menduga bahwa kantung itu berisikan sesuatu yang berat dan beratnya seperti uang emas.

Pengemis kecil ini ternyata benar-benar kembali dengan membawa uang emas untuk berjudi. Dari mana dia mendapatkan uang emas yang begitu banyak?

Xiao Jun masih duduk di sana, duduk di tempat yang sama seperti sebelum semua lentera padam. Wajahnya pun sama sekali tidak ada ekspresi sama seperti sebelum semua lentera padam, seperti yang tidak terjadi apa pun.

Berguci-seguci arak ang bagus dan berpiring-sepiring sayuran sudah mulai dihidangkan. Tian Ji Zi menggelengkan kepalanya sambil mengeluh, berkata sambil berguman,

"orang ini pasti gila menjamu dan punya penyakit takut kaya."

Yuan Bao menaruh kantungnya dan mendengar perkataan yang tidak ada seorang pun yang mengerti ini, tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya,

"Gila, menjamu itu apa maksudnya?" "Itu artinya orang yang suka menjamu orang sampai seperti orang gila."

"Lalu penyakit takut kaya itu apa artinya?"

"Artinya orang ini takut dirinya terlalu kaya terlalu banyak uang, makanya sampai mati-matian menjamu orang."

Tian Ji Zi menghela nafasnya.

"Padamnya lentera sama sekali tidak ada hubungannya dengannya, tapi dia masih juga mau menjamu orang. siapa orang ini?"

"selain bos besar Tang pemilik tempat ini, siapa lagi?"

"Bagus," kata Yuan Bao sambil mengacungkan ibu jarinya. "Bos besar di sini benar-benar memiliki tampang seorang bos,

aku menyukainya."

Tian Ji Zi lagi-lagi menghela nafasnya.

"Lebih baik kau tidak menyukainya, itu lebih bagus." Yuan Bao tentu saja bertanya, "mengapa?"

"Karena dia sudah pasti tidak akan menyukaimu."

"Dari mana kau tahu bahwa dia sudah pasti tidak akan menyukaiku?"

sepertinya Tian Ji Zi ingin berbicara hal yang lain, tapi tiba-tiba berubah pikiran dan berkata, "Temanmu sudah menghilang tapi kau sepatah kata pun tidak menanyakannya, orang yang tidak setia kawan seperti dirimu itu siapa yang bakal suka?"

"Walaupun sekarang dia menghilang, tapi pasti akan kembali, untuk apa kutanyakan sekarang?" Yuan Bao berkata dengan yakin.

"Tunggu dia pulang baru kutanyakan juga tidak terlambat." "Kau salah," Tian Ji Zi juga berkata dengan nada yakin. "Temanmu itu tidak akan kembali."

"Mengapa?"

"seseorang jika sudah mati, bagaimana mungkin bisa kembali?"

Yuan Bao tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit. "Mengapa kau sampai berpikir bahwa dia akan mati? Kalau

orang seperti ia bisa mati, maka setengah orang di dunia ini pasti sudah mati dari dulu."

Tian Ji Zi menunggu tawanya mereda baru bertanya padanya, "Menurutmu dia tidak akan mati? Dia pasti akan kembali?" "Pasti."

"Apa yang ada di dalam kantungmu ini?" "Tentu saja uang emas."

"Apakah kau mau bertaruh denganku?" Tian Ji Zi bertanya kepada Yuan Bao. "Mempertaruhkan semua uang emas di dalam kantungmu ini?"

"semua hartamu sudah habis kau berikan kepada orang lain, kalau kau kalah, apa yang akan kaujadikan sebagai taruhannya?"

"Aku akan menjadikan orang sebagai taruhannya." "Baik," kata Yuan Bao.

"Aku akan bertaruh denganmu, kalau dia tidak kembali dalam waktu satu jam, aku boleh dikatakan kalah."

Tian Ji Zi tertawa keras.

"Kalau begitu kau sudah pasti kalah." ooo)o(ooo

BAB X BINTANG YANG PERTAMA

Tanggal 17 bulan 4, malam.........

Malam semakin pekat, sinar lentera semakin terang, ruangan utama di rumahjudi Ru Yi Du Rang penuh dengan aroma arak, aroma daging, aroma ikan, juga aroma riasan bedak para wanitanya. Berbagai macam bau yang membaur menjadi satu itu malah sepertinya berubah menjadi bau yang tidak enak. Ada banyak hal di dunia ini yang seperti itu.

Yuan Bao menepuk-nepuk kantung yang dibawanya tadi dengan perlahan.

"Kau dengar tidak, tuanJi ini berkata bahwa aku sudah pasti kalah. Aku sudah bersusah payah membawamu kemarijadi kau jangan sekali-kali membuat aku kalah sehingga memberikanmu kepada orang lain dengan begitu saja."

Kantung itu tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya, tetapi justru Tian Ji Zi yang mendengarkannya.

"Aku bukan tuan Ji tapi tuan Tian."

"Mau tuan Ji atau tuan Tian, kan hampir sama." "Hampir sama?" Tian Ji Zi bertanya,

"Hampir sama bagaimana?"

"Kan ji (ayam) itu diberikan kepada orang untuk dimakan, Tian Ji (katak) juga sama untuk dimakan."

Yuan Bao tertawa terkikik sambil berkata,

"sekarang ini aku ingin makan ayam. Ayam yang tidak dipungut bayaran tidak setiap hari bisa didapat."

"Tunggu dulu."

"Aku sudah tidak sabar lagi, mengapa harus menunggu?" "Karena aku masih punya dua hal yang harus kuberitahukan

kepadamu," kata Tian Ji Zi.

"Kau harus mengingatnya dalam hati." "Baiklah. Bicaralah, aku akan mendengarkan."

"Tian Ji dan Ji tidak sama," Tian Ji Zi memberitahu Yuan Bao. "Paling tidak ada tiga hal yang membedakan." "Apa tiga hal itu?"

"Tian Ji memiliki empat buah kaki, sedangkan Ji hanya memiliki dua kaki. Tian Ji bisa melompat dan lompatannya tinggi dan jauh, sedangkan Ji tidak bisa melompat." Tian Ji Zi berkata, Tapi Ji bisa menghasilkan telur, sedangkan Tian Ji tidak bisa."

"Benar juga," kata Yuan Bao sambil bertepuk tangan.

"Tak disangka ternyata kau adalah orang yang berpendidikan juga, aku sangat kagum padamu."

"oleh karena itu kau harus sering datang memohon untuk diajarkan olehku sehingga kau semakin lama akan semakin menjadi orang yang berpendidikan."

"Tuan Tian, numpang tanya. Hal kedua yang ingin kau katakan kepadaku itu, hal apa?"

"Jangan sekali-kali mempercayai orang dengan sembarangan," kata Tian Ji Zi

"Jika ada orang yang kembali dengan menjinjing kantung dan bahkan dengan seenaknya mengatakan bahwa kantung itu berisikan uang emas, jangan sekali-kali kau mempercayainya."

Yuan Bao melompat berdiri demikian juga dengan Tian Ji Zi, lalu berteriak dengan suara tercekik seperti ayam jantan yang diinjak lehernya.

"Kau tidak percaya padaku? Tidak percaya bahwa kantung yang aku bawa di dalamnya berisikan uang emas? Apakah tampangku seperti tampang seorang pembohong?" "Kau persis seperti orang yang sedang berbohong," Tian Ji Zi berkata sambil tersenyum. "Persis sekali."

Yuan Bao melotot padanya, dengan marah melotot padanya, tetapi tiba-tiba dia tertawa sendiri

"Memang sedikit mirip seperti orang yang menipu. Terkadang aku mengaca sendiri di depan cermin dan merasa bahwa memang agak mirip, kata Yuan Bao

"Jika ada orang yang merasa bahwa aku tidak mungkin menipu orang, orang itu pasti orang dungu."

"Aku bukan orang dungu, makanya aku ingin melihat isi kantungmu itu."

"Boleh saja, lihatlah."

Tak disangka Yuan Bao segera menyetujuinya, bahkan menyorongkannya sendiri ke hadapan Tian Ji Zi.

Di dalam kantung itu tidak ada uang emas, bahkan tidak ada serpihan emas sedikit pun. Di dalam kantung itu hanya ada bongkahan besar berupa besi rongsokkan. Tian ji Zi tertawa.

"semua ini adalah uang emas?"

Yuan Bao sama sekali tidak tertawa, malah berkata dengan sungguh-sungguh,

"Tentu saja, semuanya adalah uang emas, 100% emas asli." Tian Ji Zi memandangi Yuan Bao. Tampangnya seperti pengantin laki-laki yang dengan gembira memasuki kamar pengantinnya lalu tiba-tiba menginjak kotoran anjing.

"Apa kau gila??!!" Dia bertanya kepada Yuan Bao, "Apakah kau punya penyakit aneh?"

"Aku tidak gila, aku juga tidak punya penyakit aneh, aku hanya memiliki sebuah bintang." Yuan Bao masih berkata dengan serius,

"Maka dari itu, isi kantung ini pada mulanya mungkin hanyalah besi rongsokkan saja, tetapi begitu berada di tanganku langsung berubah menjadi uang emas, 100% emas.

"Kau memiliki sebuah bintang?" Ekspresi wajah Tian Ji Zi semakin putus asa.

"Bintang yang seperti apa?" "sebuah bintang keberuntungan."

"Bintang keberuntungan?" Tian Ji Zi sepertinya sudah tidak lagi mengganggapnya sebagai orang gila, bahkan masih bertanya padanya,

"Bintang keberuntungan dari mana?"

"Bintang yang jatuh dari langit," kata Yuan Bao.

"Langit menurunkan bintang keberuntungan, mengubah besi menjadi emas." Raut wajah Tian Ji Zi tiba-tiba berubah dan nada suaranya pun berubah menjadi serius ketika bertanya pada Yuan Bao,

"Bisakah kau perlihatkan bintang itu padaku?" "Tentu saja bisa."

Yuan Bao meraba badannya mencari benda itu kemudian mengeluarkannya. Ternyata yang dikeluarkannya itu benar-benar sebuah bintang, sayangnya bintang itu hanya bintang segi lima yang dibuat dari kayu pada sebuah papan kayu dan terdapat huruf di kedua permukaannya .

Tidak ada yang bisa melihat dengan jelas huruf apa yang tertera di sana, mereka hanya melihat Tian Ji Zi menggunakan kedua tangannya sewaktu menerima benda itu untuk dilihat, lalu memberikannya kepada Xiao Jun untuk dilihat. Ekspresi wajah Xiao Jun

langsung berubah, bahkan dia menggunakan kedua tangannya sewaktu menyerahkan kembali papan kayu itu kepada Yuan Bao.

Yuan Bao dengan tenang bertanya kepada Tian Ji Zi, "Kau sudah melihat benda apa ini?"

"sebuah bintang," Tian ji Zi berkata dengan sungguh-sungguh. "Bintang keberuntungan."

Yuan Bao menggunakan bintang itu menusuk-nusuk kantung yang berisi besi rongsokkan itu dan bertanya kepada Tian Ji Zi,

"Apa isi yang ada di dalam kantung ini?" "Uang emas," kata Tian Ji Zi. "100% emas asli."

Yuan Bao tertawa. "Kalau begitu apakah sekarang aku sudah boleh makan ayam?"

Kantung yang berisi besi rongsokkan itu bagaimana bisa tiba-tiba berubah menjadi uang emas? Mengapa Tian Ji Zi bisa mengakui benda itu sebagai uang emas?

Apa sebenarnya bintang itu? Mengapa bisa memiliki kekuatan untuk mengubah besi menjadi emas? Tidak ada seorang pun yang tahu.

sebagian besar permainan di meja judi yang ada di rumah judi sudah dimulai, yang kalah sepertinya hendak membalik tangan, yang menang sepertinya ingin terus menang.

sewaktu perjudian sedang berlangsung, apapun yang terjadi di luar pintu rumah judi itu tidak akan bisa mempengaruhi mereka.

Di dunia ini pun sangat sedikit yang bisa mempengaruhi nafsu makan Yuan Bao.

Dia sudah mulai makan dan minum yang banyak, mumpung tidak usah membayar. Yuan Bao tidak pernah ketinggalan bila menyangkut makanan yang tidak dipungut biaya. Walaupun semua orang mengatakan bahwa dia pasti kalah, bahkan taruhannya adalah uang emas, dia juga tetap makan tanpa peduli. Tian Ji Zi sudah mulai kagum padanya. Bocah tengik ini benar- benar orang yang bisa dipercaya dan tidak peduli pada apa pun, walaupun kalah sampai mati pun dia tidak akan peduli.

Xiao Jun yang jiwanya seperti berada di tempat yang sangat jauh, tiba-tiba berkata dengan dingin,

"Dia tidak kalah, kau yang kalah." Yang kalah benar-benar Tian Ji

Zi.

Begitu dia membalikkan kepalanya, dia melihat Wu Tao yang tadi disangkanya pasti sudah mati berjalan dari luar masuk ke dalam rumah judi. Kain yang melekat di badannya dari atas sampai bawah tidak ada yang robek sedikit pun, bahkan rambut di kepalanya tidak ada yang rontok satu helaipun.

Rambut di kepala Tian Ji Zi malah rontok beberapa puluh helai.

Jika bertemu dengan masalah yang tidak bisa dimengertinya, dia akan menggaruk kepalanya tanpa henti. Dia sambil menggaruk- garuk kepalanya sambil bertanya kepada Wu Tao,

"Bagaimana caranya kau bisa kembali?" "sepertinya dengan berjalan kaki," kata Wu Tao. "Menggunakan kedua kakiku berjalan pulang." "Mana yang lainnya?"

"Yang lainnya, siapa?" "orang-orang yang tadi hendak memotong semua tulang dan persendian yang ada ditubuhmu dari atas sampai bawah dengan jepit baja mereka."

"Mereka juga sudah kembali."

"Lalu mereka sekarang ada di mana?" Tian Ji Zi tidak mengerti. "Mengapa aku tidak melihat mereka?"

Wu Tao berkata dengan dingin,

"Karena mereka tidak kembali dengan seutuhnya, hanya sebagian kecil saja yang kembali."

Bagaimana mungkin seseorang bisa kembali hanya sebagian kecil saja? Tian Ji Zi semakin tidak mengerti, tapi dia segera mengerti.

Yang ada di dalam kantung tadi adalah 13 buah jepit baja yang sebelumnya masih terpasang di tangan kiri ke 13 orang tadi.

Itu adalah senjata mereka untuk membunuh orang juga senjata untuk membela diri mereka, tentu saja mereka tidak akan melepaskan dan memberikannya pada orang lain begitu saja, sama seperti siapa pun tidak akan ada yang rela memotong tangannya sendiri untuk

diberikan kepada orang lain.

Lalu di mana bagian tubuh mereka yang lainnya? Tidak ada yang menanyakannya danjuga tidak perlu ditanya. Yuan Bao tertawa keras, dia menyerobot dan menaruh sepasang tangannya, yang berminyak yang tadi bekas menggenggam kaki ayam, di utas bahu Wu Tao dan balik bertanya kepada Tian Ji Zi,

"Menurutmu apakah dia sudah mati atau belum?" "sepertinya belum," Tian Ji Zi tertawa pahit.

"orang yang sudah mati sepertinya tidak akan bisa berjalan." "sekarang bukankan dia sudah kembali?"

"sepertinya begitu."

"Bukankah tadi kau yang ingin bertaruh denganku?" "Ya."

"Kau yang kalah atau aku yang kalah? " "Aku."

"Kalau sudah kalah, lalu bagaimana?"

Tian Ji Zi tertawa, tiba-tiba balas bertanya pada Yuan Bao, "Bukankah tadi sudah kukatakan kalau aku kalah aku akan

memberikan orang taruhanku padamu?" "Ya."

"Kalau begitu aku akan memikirkan cara untuk membuat seseorang menjadi taruhanmu, lagi pula aku sama sekali tidak bilang akan mempertaruhkan orang yang seperti apa untukmu." Tian Ji Zi berkata sambil tertawa terbahak-bahak "Jika aku mencarikan seorang gadis kecil yang buta, lumpuh, dekil, bau, bibir sumbing, dan penderita kusta serta disentri, yang akan menemanimu baik siang maupun malam, kau harus menerimanya, tidak maupun tidak bisa." Yuan Bao terkejut.

Ternyata dia juga bisa terjebak, suatu hal yang tidak pernah diduga orang, malah mungkin dia sendiri tidak pernah menduganya.

Tian Ji Zi tertawanya semakin jahat.

"Kebetulan sekali aku mengenal seorang gadis yang seperti itu di sekitar sini, dan kebetulan sekali dia sedang mencari pemuda yang seperti dirimu."

Dia seperti yang sudah siap keluar untuk mencari dan membawa gadis yang bisa membuat orang mati ketakutan ini, tapi Wu Tao malah tiba-tiba menyuruhnya untuk menunggu.

"Ada satu hal yang ingin kumintai pendapat dari anda." Tian Ji Zi tiba-tiba berdiri diam.

"Manfaatku yang paling besar adalah siap membantu orang yang kesusahan. "

Dia masih tertawa dengan gembira.

"orang yang mempunyai masalah datang kepadaku untuk meminta pendapatku, bagaimana pun juga aku pasti akan memberikan saran padanya."

Bersambung-06 

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar