Jilid 10
HO HAY HONG membuka gumpalan surat yang diberikan oleh gadis kaki telanjang tadi dan dibacanya.
Diatas kertas itu terdapat tulisan yang berbunyi: "Ingat, besok senja bertemu ditepi danau Liok-ing ouw, jangan salah!"
Tiada tanda tangan, hanya terdapat tulisan awan putih, ditengah tengah aw an ada tangkai bunga teratai yang hendak mekar, ia pikir tanda itu mungkin adalah nama gelarnya In Tiong Lian, yang berarti bunga teratai ditengah aw an.
Dari sepotong kertas kecil itu, ia seolah-olah dapat mencium bau harum yang khas dari tubuh itu, semangatnya terbangun seketika Dalam kertas itu meskipun tidak terdapat pernyataan apa-apa, tetapi dari kata-katanya yang terakhir, menunjukkan betapa besar perhatiannya terhadap dirinya.
Ia tidak mengharapkan apa-apa, hanya menginginkan supaya gadis itu tidak menunjukkan sikap menghina, itu saja sudah cukup!
Tak lama kemudian, Chim kiam sianseng datang bersama tiga kacungnya berpakaian merah dan empat laki laki tua berkumis pendek.
Kali in i Chim Kiam sianseng berpakaian ringkas warna hijau tua, dibagian atas di tutup oleh mantel berbulu harimau, nampaknya sangat gagah.
Ho Hay Hong menyambut dengan menganggukkan kepala, Chim Kiam sianseng baru menjawabnya: "Ho siauh iap, lama kita tidak berjumpa."
Melihat sikapnya yang sangat sopan, Ho Hay Hong merasa tidak enak berlaku kasar. Ia minggir, memberikan kesempatan anak buah golongan lempar batu untuk memberi hormat kepada pemimpinnya.
Chim Kiam sian seng segera melihat Lam-kiang Tay bong sedang berdiri tidak jauh dari situ sambil mendongakkan kepala melihat rembulan.
Sejenak ia seperti terkejut, tetapi tidak dikentarakan.
Sambil tertaw a ia berkata :
"Kiranya Lam-Kiam loya juga ada disini. Selamat bertemu !"
Kecuali jago tua itu, ia juga melihat Tang Siang Sucu, Empat bintang dan delapan pengawal juga berada disitu. Diam-diam ia merasa heran. Hanya sejenak ia mengaw asi keadaan tempat itu, lalu menemukan mayat Srigala kuning Hek tek yang mati terkapar.
Ia diam saja, hanya mukanya nampak guram, dengan sinar matanya yang tajam memandang Lam kiang Tay bong.
Tang siang Sucu agaknya dapat menebak pikiran Chim Kiam sianseng, maka ia lantas berkata:
"Pangcu jangan salah paham, orang ini mati terbunuh oleh orangnya kakek penjinak garuda!"
Terkejut Chim Kiam sianseng mendengar keterangan itu.
"Aku dengan kakek penjinak garuda selamanya tidak pernah bermusuhan, apa sebab orangnya kakek penjinak garuda membunuh mati orangku? Tahukah saudara sebab musababnya ?"
"Aku tidak tahu, tanyalah sendiri kepada kakek penjinak garuda!"
Mata Chim Kiam sianseng beralih kepada semua anak buahnya, orang-orang itu pada menundukkan kepala, tidak berani bicara. Karena ketika mereka tiba ditempat itu Hek Tek sudah mati.
Kini mata Chim Kiam sianseng ditujukan kepada Ho Hay Hong katanya:
"Menurut apa yang kut ahu, kepandaian ilmu silat siauh iap yang berasal dari kakek penjinak Garuda, sudah tentu ada hubungan dengannya. Bolehkah aku ingin menanya, dengan cara bagaimana ketua cabang Hak ek ini terbinasa ditangan orang kakek itu?" "Kau salah, si kakek penjinak garuda sedikitpun tidak ada hubungannya denganku!" jawab Ho Hay Hong.
Ia teringat ucapan keji kakek itu, hatinya sangat mendongkol, maka lantas berkata: "Aku hanya tahu si kakek penjinak Garuda itu masih hidup, sekarang berdiam dalam kampung setan. Kau boleh mencari dia sendiri untuk menanyakan."
Matanya mendadak tertuju kepada gagang pedang yang tergantung dipundak kiri Chim Kiam sianseng, ia segera dapat mengenali bahwa pedang model kuno itu adalah pedang pusaka garuda sakti.
"Kalau begitu, aku harus pergi sendiri kekampung setan untuk menjumpai dia," berkata Chim Kiam sianseng.
”Chim Kiam sianseng, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu," berkata Ho Hay Hong "tentang kematian kakek hidung Merah, kau sudah berhasil mengetahui sebab musababnya atau belum? Jikalau belum, aku ingin menyumbang suatu pikiran, tetapi kau harus pegang janjimu, untuk mengembalikan pedang itu!"
"Itu baik, katakanlah!"
"Kakek hidung merah dan lain-lain telah di adu dombakan oleh kakek penjinak garuda, mereka baku hantam sendiri sehingga masing-masing menemui ajalnya. Kalau kau pergi kekampung setan, tanyakan sekalian, tetapi pedang pusakaku harus kau kembalikan padaku sekarang!"
Chim Kiam sianseng terperanjat. "Benarkah keteranganmu ini?" "Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Kau harus tahu bahwa kakek penjinak garuda itu bukan orang baik, Kakek hidung merah meskipun tidak binasa ditangannya, tetapi secara tidak langsung, kematiannya itu disebabkan oleh perbuatannya. Pendek kata, dikemudian hari pasti akan menjadi terang, lekas kembalikan pedang pusakaku!"
Ho Hay Hong mengeluarkan tangannya, matanya menatap wajah pemimpin itu, apabila pemimpin itu mencoba hendak mengingkari janjinya, ia segera turun tangan untuk merampasnya.
Chim Kiam sianseng menggeleng-gelengkan kepala kemudian berkata:
"Aku kira urusan ini terlalu ruwet, susah untuk memberi ketetapan. Atas bantuan pikiran siauhiap, sudah tentu aku ucapan banyak terima kasih, tetapi sekarang ini masih belum bisa membalikkan pedangmu. Hm siauh iap maafkan."
Ho Hay Hong tertaw a dingin, dengan tiba tiba melakukan serangan, suatu kekuatan yang sangat kuat menekan pundak kiri Chim Kiam sianseng, serangan itu mengandung hawa Khiekang.
Dengan mudah serangan itu dapat dielakkan oleh Chim Kiam sianseng, Ho Hay Hong menggunakan lagi ilmunya dari Kun hay sam kay, tangannya dengan cepat menyambarnya.
Urusannya itu semata-mata ditujukan kepada gagang pedang yang berada dipundak Chim Kiam sianseng. Chim Kim sianseng dengan badan atas masih tetap, hanya kakinya bergerak, berhasil menggagalkan maksud Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu lawannya itu sebagai satu pemimpin partay persilatan, tidak dapat dipandang remeh, buru-buru merubah pula gerakannya, kali ini menggunakan ilmu totokan, menotok jalan darah Khie hay hiat lawannya.
Tetapi, sebelum totokannya berhasil mengenai sasarannya, pundak sendiri dirasakan sakit, hampir saja ia menjerit.
Tak lama kemudian, tangan kuat Chim kiam sianseng disodorkan dihadapan matanya, ia buru-buru miringkan kepalanya kekiri, meskipun terlepas dari ancaman tangan lawannya, tetapi tidak berhasil mengelakkan serangan yang ditujukan kepada samping badannya.
Tidak ampun lagi, baju bagian lengan tangannya kejambret. dagingnya mengelupas.
Ho Hay Hong menggeram, buru-buru lompat mundur. Chim Kiam sianseng menghentikan gerakannya,
matanya ditujukan kepada cacah garuda hitam dilengan
Ho Hay Hong. tanda itu membuatnya tertegun dan terheran-heran.
Lama, ia baru berbicara lagi:
"Tanda ini mengingatkan aku kepada kisah dari satu jago silat yang sangat drastis. Saudara Ho, dihadapan orang jujur, tak perlu kau membohong. Kau sebetulnya masih pernah apa dengan Kakek penjinak garuda. Mengapa pula kau tadi menjelekkan namanya." Dengan menekan hawa amarahnya, Ho Hay Hong balasnya:
"Menurut pandanganmu, tanda garuda hitam ini sebetulnya untuk tanda apa?"
"Tanda garuda hitam ini adalah tanda gambar tunggal si Kakek penjinak garuda, sudah jelas kau adalah orang paling dekat dengannya."
Mendengar perkataan paling dekat, wajah Ho Hay Hong berubah seketika, ia berkata dengan suara gusar:
"Aku tidak suka menjadi kerabatnya, apalagi orang yang paling dekat. Sekalipun ia seorang paling kuat dalam dunia, aku juga ingin mencoba kekuatannya."
Chim Kiam sianseng membuka lebar matanya ia tidak mengerti ada permusuhan apa antara anak muda itu dengan sikakek penjinak garuda, maka setelah berdiam sejenak, akhirnya berkata:
"Tanda gambar garuda hitam ini berada dilenganmu. kalau sejak kecil kau sudah ada tanda itu, sudah pasti kau adalah anaknya, atau setidak tidaknya adalah muridnya yang tersayang. Jikalau tidak, tanda kehormatan ini tidak mungkin ia berikan kepada orang lain cuma-cuma."
Ho Hay Hong marah mendadak, dalam hatinya berpikir: ’Kalau aku benar anaknya mengapa ia katakan aku anak haram?’
"Begini saja.” demikian Ia berkata, ”untuk sementara kau juga tidak perlu mengembalikan pedangku, tetapi kau harus berjanji jika pergi bersama-sama aku kekampung setan. Kalau kakek hidung merah benar mati karena perbuatan si kakek penjinak garuda, kau harus segera mengembalikan pedangku jikalau t idak, ini adalah urusanku dengan si kakek penjinak garuda sendiri, kau juga t idak perlu campur tangan, biarlah aku sendiri yang bikin perhitungan dengannya."
Chim Kiam sianseng berpikir dahulu kemudian baru menjawab.
"Begitupun baik. kau ternyata mengerti aturan. Karena kau memberi keterangan tentang kematian kakek hidung merah, sebagai balasan terima kasihku, akan akan menceritakan kisah yang menyangkut dengan burung garuda hitam itu, kisah ini juga ada hubungannya dengan menghilangnya si Kakek penjinak burung garuda dari dunia Kang ouw, selain dari itu, juga menyangkut urusan pribadinya dan perkawinannya serta perbuatan gilanya."
Ho Hay Hong sangat tertarik, ia diam saja, mendengarkan penuturan kisah yang mungkin ada hubungannya dengan riwayat dirinya sendiri.
Dilain fihak. Tang Sang Sucu agaknya juga merasa tertarik oleh keterangan Chim Kiam sianseng, ia mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kisah ini adalah salah satu sahabatku dari luar daerah perbatasan yang menceritakan kepadaku." demikian Chim Kiam sian-seng memulai ceritanya, "sahabatnya itu kini sudah tiada, jenazahnya di kubur jauh dari tempat ini. Kau boleh memperhatikan jalannya kisah, coba kau renungkan dengan pikiran jernih, tetapi tidak boleh menanya. Hal ini aku jelaskan dulu, supaya kau jangan mengganggunya penuturanku." "Aku tahu." menjawab Ho Hay Hong.
"Delapan puluh tahun berselang. Kakek penjinak garuda itu adalah seorang tukang pikul air. Dengan mengandalkan kedua pundaknya dan sepasang pahanya yang kuat, ia berjalan kesana kemari, dengan pikulan air yang berada dikedua pundaknya, ia tukarkan uang, sekedar untuk menyambung hidupnya.
Dia tidak beruang juga tidak mempunyai sanak saudara, hidup membujang seorang diri. Maka kalau lagi mendapat banyak uang, lantas ia pergi minum arak sampai mabuk. Oleh karena itu, maka orang-orang pada jamannya memberikan nama julukan kakek pemabukan."
Ho Hay Hong tiba-tiba menyala.
"Aku tidak percaya kakek penjinak garuda pada delapan puluh tahun berselang sudah disebut kakek !"
"Bukan itu masalahnya, kakek penjinak garuda itu pada delapan puluh tahun berselang meskipun baru berusia kira kira tiga puluh tahun, tetapi karena hidupnya susah dan banyak menderita serta tidak teratur hidupnya maka kumis dan jenggotnya sudah lebat seperti lebih tua dua kali dari usianya yang sebenarnya.
Pada suatu hari, ketika si kakek penjinak garuda sedang memikul air, telah dipanggil oleh orang penduduk baru dari daerah itu. Karena daerah itu memang merupakan daerah kering lagi pula letaknya agak jauh dengan kota.
Penduduk baru itu minta kakek penjinak garuda membaw a air dalam jumlah tertentu setiap hari. Semula kakek penjinak garuda agak keberatan, karena letaknya agak jauh, lagipula setiap hari mundar mandir beberapa kali.
Tetapi karena tertarik oleh jumlah uangnya yang besar, ia terima juga taw aran itu. Demikianlah ia memikul dan mengambil air untuk keluarga penduduk baru itu untuk setiap harinya. Tetapi ketika sudah berjalan beberapa hari dan ia hendak meminta upahnya, orang itu ternyata tidak mau bayar.
Timbullah percekcokan mulut, tapi akhirnya si kakek penjinak garuda malah d ihajar oleh mereka. Kemudian ia baru tahu bahwa penduduk baru itu ternyata keluarga jagoan, hampir setiap orang pandai ilmu silat, ia sendiri meskipun bertenaga kuat, tetap karena tidak pandai ilmu silat, akhirnya dikalahkan.
"Peristiw a itu membangkitkan hasratnya untuk mencari guru silat, supaya lain kali jangan dihinakan orang lagi. Demikianlah ia meninggalkan penghidupannya, pergi melakukan perjalanan kegunungan Kat nia.
"Gunung itu sangat tinggi, daerahnya sangat luas, kakek penjinak garuda yang mendaki gunung itu mula- mula tidak mengalami kesukaran apa-apa, tetapi kemudian mendapat kesulitan, karena sudah beberapa hari t idak mendapatkan barang makanan.
"Ia mulai putus asa, selagi hendak membunuh diri sendiri, matanya tiba-tiba tertumbuk oleh seekor burung besar, yang sudah habis bulunya, sehingga tak bisa terbang, dan sembunyikan diri dalam tumpukan daun- daun kering. "Burung itu ternyata amat berbeda jauh dengan burung biasa. Badannya luar biasa besarnya, gemuk padat, hanya bulu-bulu dibadannya sudah rontok, sehingga menjadi gundul kelimis. Tetapi parah dan kukunya tajam sekali, matanya merah membara.
"Kakek penjinak garuda yang sudah kelaparan, terus menangkapnya, dipikirnya burung besar itu dapat digunakan untuk barang santapan beberapa hari lamanya. Tetapi setelah hendak menyembelihnya, mendadak maksudnya diurungkan, karena kakek yang selamanya belum pernah membunuh barang berjiwa itu. merasa kasihan hingga akhirnya ia melepaskan lagi.
Tetapi aneh, burung itu setelah dibebaskan, bukan saja tidak melarikan diri, sebaliknya lantas berlut ut dihadapan kakek penjinak garuda sambil meringik ringik. Sikakek mengerti bahwa burung itu sudah kelaparan. Lalu diambinya suatu keputusan luar biasa, mengiris sepotong daging pahanya sendiri dan diberikannya kepada burung itu."
Ho Hay Hong membuka lebar matanya dan menyela: "Apakah itu benar ?"
Chim-kiam sian seng mendelikan matanya dan berkata:
"Aku tadi sudah jelaskan lebih dulu, kau tidak boleh mengajukan pertanyaan, maafkan aku tidak dapat menjawab!"
"Kalau begitu, teruskanlah!"
"Burung itu merasa heran, tetapi akhirnya dimakannya juga. daging potongan paha itu. Mungkin karena sudah beberapa hari t idak makan, apalagi waktu itu hawa udara sangat dingin, hingga kelihatannya lesu. Setelah dahar daging, semangatnya terbangun, badannya nampak segar, namun demikian, matanya nampak mengembang air mata, mungkin merasa terharu atas pengorbanan kakek penjinak garuda itu."
"Burung itu setelah pulih kesehatannya, lalu pergi mencari makanan, hasilnya dibagi dua dengan sikakek penjinak garuda. Dengan demikian, kakek itu dan memulai penghidupannya dengan binatang burung itu.
”Tiga bulan kemudian, musim dingin berganti dengan musim semi, bulu burung yang pada gundul itu sudah tumbuh lagi. Kakek penjinak garuda saat itu baru tahu bahwa bulu-bulu burung itu seluruhnya berw arna hitam jengat tidak tercampur warna lain.
"Mulai saat itu. diantara dua makhluk itu telah terjalin persahabatan akrab, meski pun bahasa mereka berlainan, tetapi karena burung itu sangat cerdik, gampang mengerti maksud sikakek yang berbicara padanya dengan menggunakan gerakan tangan.
"Pada suatu hari, burung raksasa itu menggendong si kakek terbang kepuncak gunung yang belum pernah diinjak oleh si Kakek itu. Berada diatas burung itu saja, ia sudah ketakutan setengah mati.
"Burung itu membaw anya kedalam gua bekas kediaman seorang jago silat luar biasa yang waktu itu sudah meninggal dunia. Menyaksikan keadaan dan perlengkapan dalam goha itu. bukan kepalang kagetnya si Kakek penjinak garuda. ”Akhirnya, matanya tertumbuk oleh satu tengkorak manusia yang besar sekali, yang berbeda dengan manusia biasa. Diatas dinding batu, belakang tengkorak itu, tergantung sembilan pedang pusaka yang diawaknya terdapat ukiran huruf pedang pusaka garuda sakti.
”Ia menduga bahwa tengkorak itu pasti adalah tengkoraknya seorang berkepandaian tinggi dimasa dahulu, maka Ia berlutut dihadapannya.
"Diluar dugaannya, ketika ia menjatuhkan diri dihadapan tengkorak itu telah menyentuh pesaw at dalam gua itu, hingga terdengar suara "ser, ser, ser" yang amat halus, dari berbagai penjuru beterbangan jarum-jarum halus.
"Hampir saja kakek yang tidak mengerti apa-apa itu binasa karena jarum itu, untung burung garuda itu dengan kecepatan luar biasa, telah menjambret dirinya dan mengangkatnya terbang.
"Setelah terjadinya kejadian Itu, ia tidak berani mendekati tengkorak itu lagi. Dengan satu gerakan tangan ia suruh burung raksasa itu membaw anya turun gunung lagi. Tetapi burung yang sangat cerdik yang biasanya sangat menurut itu, mendadak berubah kelakuannya, bukan saja tidak mau menurut, bahkan mau meninggalkannya sendirian."
"Sikakek sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Terpaksa dengan sangat hati hati mencari jalan keluar sendiri. Gua itu ternyata sangat dalam, ia berjalan hampir setengah hari baru menemukan mulut gua, tetapi ia sangat kecewa, karena mulut gua itu berada disuatu tebing yang sangat t inggi. Akan keluar dari guha itu, sudah Jangan harap lagi ! "Dalam keadaan demikian, terpaksa ia menyerahkan nasibnya kepada Tuhan dan mau tidak mau ia harus berdiam dalam gua itu. Untung setiap hari dimulut gua itu selalu ada yang mengantar barang hidangan, sehingga ia tidak sampai mati kelaparan, Ia mengerti bahwa semua makanan itu adalah burung raksasa itu berbuat demikian? Mengapa menempatkan dirinya dalam gua diatas gunung yang sangat tinggi itu?"
"Beberapa hari kemudian, ia mulai betah berdiam dalam gua itu, tetapi perlahan-lahan juga ingat kepada burung yang menjadi kawan selama ia berada didalam gunung itu. tetapi, selama itu si burung belum pernah memperlihatkan diri, agaknya sengaja tidak mau menemui.
”Perlahan-lahan ia mulai tertarik oleh sikap aneh burung itu, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk menyelidiki keadaan dalam gua.
"Dari sela-sela dinding ia menemukan sejilid kitab tebal yang terbuat dari kulit kambing. Kitab itu lembab, hingga ia menyalakan api untuk mengeringkan. Setelah kering, tampaklah beberapa huruf besar diatas kitab
"Menurut petunjuk dalam kitab itu, telah menemukan beberapa jilid kitab ilmu silat luar biasa seperti, ilmu silat Khun hap sam kay dan lain-lainnya. Ia kegirangan. Di pelajarinya sendiri semua pelajaran ilmu silat itu. sehingga lupa makan dan tidur. Dalam waktu satu tahun, ia sudah mendapat banyak kemajuan.
”Selama satu tahun itu, burung raksasa itu pernah menemuinya dua kali, tetapi lantas pergi lagi. Dari sikap burung itu, ia mengerti bahwa burung itu nampaknya sangat girang bahwa ia mendapat banyak kemajuan dalam pelajaran ilmu silatnya.
”Setelah ia menyelesaikan seluruh pelajaran dalam ilmunya gerakan garuda sakti yang terdiri dari lima jurus, mulutnya mengeluarkan suara siu lan panjang, suara itu ternyata demikian hebat, hingga menggetarkan gua.
”Suara yang menggema sekian lama itu telah mengejutkan burung raksasa, buru-buru terbang menghampiri kali in i bahkan datang bersama-sama seekor burung betina yang berbulu putih mulus dengan tujuh ekor anak-anaknya. Ternyata selama satu tahun itu, burung raksasa itu telah bertemu kembali dengan kawan hidupnya dan waktu itu sudah beranak tujuh ekor.
”Apa yang mengherankan si kakek penjinak garuda, adalah sikapnya burung raksasa itu yang pada saat itu nampak sangat berduka, bahkan mengalirkan air mata. Mungkin ia mengerti bahwa itulah saatnya bagi mereka harus berpisah.
”Karena pada waktu itu si kakek penjinak garuda memang sudah niat hendak turun gunung.
”Sewaktu si kakek meninggalkan gua, burung raksasa itu bersama tujuh anaknya burung yang sudah mulai besar-besar mengikutinya, sedang ia sendiri bersama yang betina tetap berdiam digunung itu"
Menuturkan sampai disitu, Chim Kiam sian seng melirik kepada Lam kiang Tay bong. Jago tua itu ternyata sedang mengaw asi dirinya dengan sinar mata tajam.
Dengan sikap sangat hati-hati, Chim Kiam sianseng memperhatikan Lam kiang Tay bong, kemudian baru melanjutkan penuturannya: "Dengan bekal kepandaian yang didapatkan dan kitab pelajaran ilmu silat peninggalan jago silat luar biasa jaman dahulu itu, si kakek penjinak garuda mulai terjun kedunia Kang ouw. Ia melakukan banyak perbuatan mulia, membela keadilan, dalam waktu sangat singkat, namanya sudah menggemparkan dunia Kang ouw.
”Selama itu belum pernah ia menemukan tandingan. Dalam waktu beberapa tahun, ia sudah berhasil menempati kedudukan paling atas dan menjatuhkan t iga jago daerah Tionggoan diwaktu itu.
”Dalam waktu satu bulan lagi, ia telah mengalahkan Pak hak Tay yo, Lam kie Gwat cu dan Tayang Sin kun, tiga iblis yang namanya sangat terkenal didaerah Tiong goan. Kematian Thay ang Sin kun yang paling mengenaskan, dadanya terhembus oleh pedang terbang.
”Hanya Lam kie Gwat cu yang berhasil melarikan diri dalam keadaan terluka, Pak hay Tay yo ia terluka parah, beberapa tahun kemudian juga mati. .”
Bicara sampai di situ, tiba-tiba dipotong oleh Lam kiang Tay bong dengan mata besar dan suara bengis:
"Hm, ilmu pedang terbang belum tentu menjagai dunia, aku yakin masih bisa menghadapinya !"
"Tentu saja, cianpwee adalah salah satu dari lima manusia luar biasa" berkata Chim kiam sianseng. Tetapi belum sempat melanjutkan, kumis dan jenggot Lam kiang Tay-bong nampak berdiri, dan menyerang padanya tiba-tiba.
Serangan yang dilakukan seenaknya dan nampaknya tanpa bertenaga telah bersarang telak membuat Chim kiam sianseng mundur terhuyung-huyung. Chim Kiam sianseng tak dapat menahan sabarnya lagi, ia berkata dengan suara gusar.
"Lam kie Gwat cu, sekalipun kau coba menutup rapat- rapat rahasiamu, jangan kira tidak ada orang yang tahu. Aku adalah salah satu dari orang-orang yang mengetahui rahasiamu. Hm, sahabatku itu ketika hendak menutup mata, telah menceritakan semua rahasiamu. Jangan kau anggap bahwa kepandaianmu sudah tinggi, namamu dahulu dibenci oleh orang banyak, tetapi kalau bertanding benar-benar aku sedikitpun tidak takut pada mu!"
Semua orang yang ada disitu menjadi gempar ketika mendengar perkataan itu. tak disangka bahwa Lam kiang Tay bong ini adalah penggantinya Lam kie Gw at cu, yang pada beberapa puluh tahun berselang namanya pernah menggemparkan dunia persilatan.
Wajah Lam kiang Tay bong berubah seketika, katanya gusar.
"Chim Kiam, kau boleh ukur tanganmu sendiri, sanggup tidak melawan aku tiga jurus saja ?"
Chim kiam sianseng setapakpun tidak mau mundur, ia berkata dengan suara nyaring:
"Hah, kau jangan coba menggertak aku. Kalau aku takut padamu, juga tidak akan berani membuka rahasia kejahatanmu. Heh heh Lam kie Gw at cu. tak kusangka kau telah terkena pedang terbang si kakek penjinak garuda, masih bisa hidup sehingga sekarang, benar- benar panjang umurmu." Lam kiang Tay bong semakin marah, kakinya bergerak dengan kecepatan bagaikan kilat menghampiri Chim kiam sian seng.
Chim kiam sianseng yang sudah siap, segera ia lompat melesat setinggi lima tombak lebih. ditengah udara ia berkata lalu tertaw a.
"Ha ha Lam kie Gwat cu, apakah kau hendak membunuh aku supaya rahasiamu tidak ada orang yang tahu ?"
Dengan muka beringas Lam kiang Tay bong mengaw asi semua orang yang ada disitu sejenak kemudian berkata:
"Kalau ya kau mau apa? Apa kau kira aku takut menghadapi golongan Lempar batu."
Dengan tangan terbuka ia melancarkan serangan keras, memaksa Chim kiam sianseng turun kebawah. Tang siang Sucu dengan cepat ia maju dan menyerang, demikian hingga Chim kiam sianseng terpaksa lompat- lompat kekanan kekiri menghindarkan serangan Tang siang Sucu.
Dari pihaknya golongan Lempar batu lantas muncul empat laki-laki tua berpakaian ringkas, menahan Tang siang Sucu.
Chim Kiam sianseng lalu berkata dengan gemas:
"Lam kie Gwat cu, apakah kau sudah apa dengan lukamu?! Ilmu pedang terbang tu benar-benar luar biasa hebatnya, meskipun sudah beberapa puluh tahun, tetapi luka itu masih tetap menimbulkan rasa sakit pada dirimu. Ilmuku Khian khun Khie khang adalah suatu ilmu yang khusus untuk memecahkan ilmu Ceng khie yang melindungi badanmu. Meskipun kau memiliki kepandaian luar biasa, tapi kelemahanmu sudah ada ditanganku heh, heh, mudah-mudahan kita jangan sampai melakukan pertempuran mati-matian."
"Kau mengaco aku."
Chim Kiam sianseng melihat sikap Lam kiang Tay bong agak gugup. Ia telah yakin bahwa dugaannya tidak salah, maka lantas ia memotong perkataannya:
"Lam kie Gw at cu, apa yang harus kau sembunyikan? Luka didadamu belum sembuh, sebaiknya jangan marah- marah. Kalau mengganggu ilmumu, ini bukan main-main Aih sebetulnya kita tidak ada permusuhan apa-apa, mengapa harus mengadu jiwa?"
Ho Hay Hong heran, ia bertanya:
"Lam kiang Tay bong masih ada kelemahannya, bagai mana ia bisa menjagoi dunia Kang ouw?"
Chim Kiam sianseng pura-pura mendeliki matanya, katanya dengan nada kurang senang.
"Kau masih terlalu muda tahu apa? Kekuatan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat tinggi dengan mudah melindungi dirinya. Karena kepandaian ilmu silatnya sudah tiada orang yang mampu menandingi, maka t iada seorang pun yang berani mencoba melawan.”
Ia berkata dengan suara nyaring, meski diucapkan kepada Ho Hay Hong, tetapi sebenarnya memberi peringatan kepada Lam kiang Tay bong, supaya jangan bertindak sembarangan. Katanya pula: "Apa lagi, kelemahannya itu jarang orang yang tahu dan hanya orang yang bertemu dengannya, kebanyakan orang itu mati tanpa bersuara. Aku berani menghadapi dia, juga karena aku memiliki ilmu Khian khun khie khang, yang khusus untuk menghadapi ilmu itu. Ilmuku ini kudapatkan dari seorang jago silat luar perbatasan, hebatnya bukan main"
Ho Hay Hong masih belum mau percaya, tetapi ketika melirik kepada Lam kiang Tay bong, jago tua itu ternyata berdiri tertegun. maka Ia lantas menganggukkan kepala.
Chim Kiam sianseng juga merasa lega hati, ia berkata lagi sambil tertawa:
"Oh, ya, aku ingat sesuatu hal, belakangan ini dikalangan Kang ouw banyak bermunculan jago-jago muda, diantara mereka agaknya yang pandai ilmu pedang terbang, dan Ho siauhiap, juga terhitung salah satu diantaranya."
"Apakah kau pernah melihat ada orang lain yang pandai ilmu pedang terbang ?" bertanya Ho Hay Hong heran.
Ia sebetulnya hendak berkata bahwa dalam dunia dewasa ini, kecuali beberapa orang tingkatan tua dari partay Ngo bie pay. yang pandai ilmu itu. mana ada jago tingkatan muda yang pandai ilmu pedang terbang? Tetapi ia batalkan hendak mengutarakan maksudnya itu dan dengan cepat dirubahnya:
"Oh, aku mengerti, jago-jago t ingkatan muda itu pasti murid murid dari golongan Ngo bie pay !"
Chim Kiam sian seng berkata sambil menggelengkan kepala: "Kalau mereka dari golongan Ngo bi pay, sejak dahulu kala memang terkenal dengan ilmu pedangnya, siapa yang tidak tahu bahwa partay itu adalah sumbernya ilmu pedang terbang ?"
”Mendengar kata-katamu, orang yang kau maksudkan itu seolah-olah bukan orang dari Ngo bie pay ?".
"Memang bukan, kalau dia orang dari golongan Ngo bie-pay tidak mungkin mengejar-ngejar dan hendak membunuhnya empat tokoh persilatan yang terkenal sebagai tukang menangis !"
Ho Hay Hong sadar bahwa orang yang dimaksudkan itu adalah toa-suhengnya. Sungguh aneh, mengapa urusan itu sampai diketahui olehnya ? ia ingin mengetahui lebih jauh, maka coba mengorek keterangannya:
"Chim Kiam sian seng, ucapan ini aku sedikitpun tidak mengerti, siapakah sebetulnya orang yang kau maksudkan itu ?"
"Caranya menggunakan ilmu pedang terbang orang itu, mirip dengan ilmu pedangmu, hanya ia lebih mahir daripada kau. Aku tidak kenal siapa dia, tetapi dengan keterangan ini, kau pasti lebih mengetahui lebih daripadaku."
Ho Hay Hong tertegun, ia menggumam. "Eh, orang itu ilmu pedangnya mirip denganku, memang aku pernah dengar dari beberapa orang yang mengatakan demikian, sungguh aku heran, kalau bukan hanya menuruni ilmu itu kepadaku seorang diri, siapakah sebetulnya dia itu ?"
Dengan penuh perhatian ia balas menanya Chim Kiam sianseng: "Urusan ini sedikit banyak ada hubungannya dengan perguruanku, apakah kau tidak keberatan kalau menyebutkan namanya orang itu?"
"Ho siauhiap, kau benar-benar pandai berpura-pura." berkata Chim Kiam sianseng sambil tertaw a dingin, tetapi kemudian dikejutkan oleh sikap jujur dan yang ditujukan oleh Ho Hay Hong. Sikap itu bukanlah sikapnya seorang yang berlaku pura pura, hingga dalam hati diam-diam merasa heran.
Pikirnya: ’pemuda ini sifatnya aneh, kalau bukan seorang jujur, putih bersih, tentunya seorang cerdik dan banyak akal.’
Pemimpin golongan lempar batu sudah banyak pengalaman dan pengetahuan ini, benar-benar dibingungkan oleh sikap Ho Hay Hong. Karena orang seperti ia itu paling susah dijajaki kepribadiannya.
Ho Hay Hong berkata sambil tersenyum.
"Chim Kiam sianseng, tentang perkawinan dan sebab musababnya kakek penjinak garuda itu menghilang dari dunia kang ouw, kau masih belum menceritakan padaku!"
"Di masa muda, kakek penjinak garuda penghidupannya sengsara, belum pernah memikirkan tentang rumah tangga. Setelah usianya lanjut dan memiliki kepandaian ilmu silat sangat tinggi, baru merasakan kesepian.
”Selama ia berdiam diatas gunung, hanya berkaw an dengan burung garuda, dan dikalangan Kang ouw sering muncul bersama piaraannya tujuh ekor burung garuda, yang ternyata menurut segala perintahnya, maka kemudian orang-orang dunia kang ouw memberikan nama julukan padanya si kakek penjinak garuda.
"Beberapa puluh tahun berselang, ow. kalau dihitung kini barangkali sudah dua puluh tahun, tiba tiba ia mengeluarkan suara mencari seorang gadis yang dengan suka rela menjadi kawan hidupnya.
”Sebagai imbalan ia akan mewariskan seluruh kepandaiannya kepada kawan hidupnya itu. Hal ini membuat heran semua orang-orang rimba persilatan pada masa itu, dianggap mereka sebagai suatu kejadian aneh yang belum pernah ada
"Tetapi anehnya, walaupun usia kakek penjinak garuda itu meskipun sudah lebih seratus tahun, boleh dikata sudah mendekati liang kubur, diluar dugaan semua orang, ternyata masih ada seorang gadis yang naik ke-gunung menerima tawaran itu.
”Gadis itu berparas cantik, lagi pula pintar dan faham ilmu silat. Apa yang mengherankan ialah, gadis itu bahkan masih keturunan seorang tokoh persilatan yang namanya sangat terkenal."
Berkata sampai disitu, Chim Kiam sian-seng menggelengkan kepala dan menghela napas panjang, agaknya menyesalkan perbuatan gadis itu.
Ho Hay Hong lalu bertanya: "Siapa namanya tokoh persilatan terkenal itu, dimana tempat tinggalnya ?"
"Tentang tokoh itu, dalam rimba persilatan tiada seorangpun yang tidak kenal namanya. Dia adalah jago silat daerah utara yang namanya sangat kesohor It Jie Hui kiam Tang Hay Chiang." "Bagaimana sikap Tang Hay Ciang terhadap perbuatan anaknya ?"
"Ia t idak menyatakan apa-apa !"
Ho Hay Hong masih hendak menanya tapi Chim Kiam sianseng sudah berkata lagi.
"Jangan menanya lagi, biarlah aku meneruskan ceritaku ! Akhirnya, si kakek penjinak garuda menerima gadis itu dengan dua tangan terbuka. Mulai hari itu, anak perempuan Tang Hay Chiang lantas hidup bersama-sama si kakek penjinak garuda, sebagai kawan dalam kesepiannya, tetapi ia sendiri juga mendapatkan seluruh kepandaian si kakek.
"Dimata umum, penghidupan mereka nampak rukun, seharusnya merupakan sepasang suami istri yang bahagia. Diluar dugaan, mereka hidup senang belum cukup satu tahun pasangan yang tidak setimpal itu sudah terjadi perubahan. Dalam waktu satu hari, kakek itu seolah-olah gila mendadak, membinasakan orang hutan yang menjaga kediamannya, membubarkan tujuh burung garudanya.
”Kemudian ia meninggalkan rumah tangganya, ini merupakan suatu tragedi yang tragis, ternyata anak perempuan Tang Hay Chiang sebelum menikah dengan si kakek penjinak garuda, telah ada kandungan dalam perutnya.
”Si Kakek penjinak garuda meski sudah lanjut usianya, tetapi ce mburunya besar sekali, oleh karena merasa dirinya terhina, dan khaw atir hal ini akan menodai nama baiknya, maka ia lantas pergi begitu saja, selanjutnya tidak muncul didunia kangouw lagi . . . "Rahasia in i orang lain tidak tahu, entah dari mana sahabatku itu mengetahuinya. Kalau aku sekarang menceriterakan padamu, mungkin sangat berbahaya bagiku."
Nada Chim Kiam sianseng mendadak berubah, dengan sikap sungguh-sungguh ia bertanya:
"Terus terang saja, kau sebetulnya masih pernah apa dengan sikakek penjinak garuda Muridnya? Ataukah."
Ho Hay Hong mengeluh, pikirannya melayang jauh bahkan memikirkan kebagian yang paling buruk. Andaikata Dewi ular dari gunung Ho lan san itu adalah anak perempuannya Tang Hay Chiang, ia sendiri mungkin adalah anaknya yang didapatkan dari hubungan gelap dengan laki-laki lain.
Jikalau tidak, asal usul dirinya tidak merupakan teka- teki, dan sikakek penjinak garuda itu juga tidak akan mengatakan dirinya anak haram.
Dengan hati pilu ia menundukkan kepala, berusaha keras menenangkan pikirannya kalut, otaknya hampir pecah. Hatinya juga seperti ditusuk-tusuk jarum halus, demikian sakit ia rasakan, hingga hampir tidak sanggup berdiri.
Tiba-tiba ia kehilangan keberanian untuk menghadapi kenyataan, kenyataan memang kejam, hingga pikirannya ditujukan ketempat kosong, biarlah kekosongan yang mengusir kerisauannya.
Ia dapat memahami mengapa Chim Kiam sian seng memajukan pertanyaan pada muridnya atau orang yang terdekat si kakek penjinak Garuda, pertanyaan itu mengandung ejekan, tetapi ia tidak bisa marah, sebab kalau ia berbuat demikian, ini berarti ia telah mengakui diri sendiri sebagai anak haram. Maka ia sedapat mungkin pura-pura berlaku tenang, sambil tertaw a ia berkata:
"Aku sebetulnya muridnya si kakek penjinak Garuda, tetapi karena melanggar peraturan, beberapa tahun berselang telah diusir dari perguruannya.”
"Oh. kiranya begitu, pantas kau paham ilmu pedang terbang, ilmu silatmu juga agak mirip dengan ilmu silat Khun hap sam kay, jadi itu adalah hasil dari didikannya !"
Lam kiang Tay bong dengan secara tiba-tiba maju kedepan Ho Hay Hong sambil menyerang dan berkata:
"Kau adalah muridnya si kakek penjinak Garuda, siapa yang mewarisi kepandaiannya seharusnya memikul dosanya !"
Dengan sendirinya Ho Hay Hong mengangkat tangan menangkis serangan Lam Kiang Tay bong sesaat itu perasaan bencinya terhadap si kakek penjinak Garuda mendadak memuncak, sebab segala kesulitan dan kesengsaraan yang menimpa d irinya, semua telah t imbul karena ia.
Selagi hendak melakukan serangan pembalasan. Tiba- tiba ingat kepada bahunya yang sudah terluka, maka buru-buru membatalkan maksudnya dan lompat mundur, tetapi Lam-Kiang Tay bong dengan cepat sudah berada lagi d ihadapannya, tangannya sudah mengancam lagi.
Serangan itu sangat jitu dan hebat, mau tidak mau harus ditangkis dengan tangan, kalau tidak badannya akan dibuat bulan-bulanan oleh tangan Lam kiang Tay bong. Dalam keadaan terpaksa, dengan menanggung resiko hancur tulang bahunya, ia mengangkat tangan menyambuti serangan tersebut.
Ketika kekuatan kedua fihak saling beradu, ia tidak dapat pertahankan kedudukannya lagi, lalu ia mundur terhuyung-huyung.
Tetapi sebentar kemudian, ia merasa bingung sendiri. Sebab dalam mengadu kekuatan tadi, bukan saja tidak menghancurkan tulang bahunya, seperti apa yang diduga, sebaliknya malah menambah kekuatan tenaga dalamnya, bahkan jauh berbeda daripada yang dimiliki sebelumnya.
Ketika ia terdorong mundur, ia mencoba menyerang pohon besar dengan tangannya, pohon itu tergoncang hebat, hampir roboh. Percobaannya ini telah meyakinkan dirinya bahwa kekuatan tenaga dalamnya telah bertambah secara aneh.
Ia sudah memperhitungkan lebih dulu serangan Lam kiang Tay-bong tadi, kalau diukur secara biasa, serangannya tadi pasti akan melukai dirinya. Tetapi, ia hanya terdorong mundur beberapa langkah, bukan saja tidak terluka, bahkan menambah kekuatan tenaga dalamnya secara gaib.
Kini ia percaya benar bahwa latihannya untuk menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya yang selama itu belum berhasil, kini telah tercapai dengan tidak terduga-duga.
Untuk kedua kalinya, ia mengadu kekuatan tenaga lagi dengan Lam kiang Tay bong, suara hebat terdengar nyaring, pasir dan batu batu pada berterbangan. Lam kiang Tay bong diam-diam terkejut, ia bertanya dengan mata terbuka lebar:
"Kau murid siapa ?"
Ho Hay Hong tidak menjawab, rupa-rupa perasaan mengaduk jadi satu dalam pikirannya.
Ia mengerti bahwa perubahan dalam tubuhnya tadi ketika mengadu kekuatan dengan Lam kiang Tay bong, adalah berkat pemberian sikakek penjinak garuda. Kakek itu diluarnya memaki-maki dirinya, tetapi ketika ia dalam marah dan menyerang dirinya, sebetulnya membuka dua bagian urat penting yang selama itu belum terbuka, sehingga ia tidak berhasil menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya.
Mengapa kakek itu berbuat demikian terhadap dirinya yang dibenci ? Mungkin tiada seorangpun yang bisa menjawab, kecuali si kakek itu sendiri !
Chim Kiam sianseng berkata:
"Kalau sudah tidak ada urusan lain, mari kau ikut aku pergi!"
Pemimpin Lempar batu itu karena mengandalkan ilmunya Kian khun cie yang juga merupakan ilmu satu- satunya untuk memecahkan ilmu Lam kiam Tay bong, maka meskipun dalam hati masih tidak tenang, namun di luarnya ia tetap berlaku tenang.
Ho Hay Hong yang sudah ingin mengetahui rahasia itu, lantas menerima baik ajakan pemimpin Lempar Batu.
Chim kiam sianseng berjalan beberapa langkah, baru menoleh dan minta diri kepada Lam kiang Tay bong. Ketika matanya beralih kepada mayat Srigala kuning Hek Tek, ia berkata kepada dirinya: "Srigala kuning ini sangat setia, kematiannya sungguh menyedihkan."
Ia perint ahkan anak buahnya supaya mengubur baik- baik, setelah itu baru ia pergi.
Lam kiang Tay bong meskipun tahu bahwa ucapan Chim Kiam sianseng tadi, sedikitnya ada mengandung ejekan terhadap dirinya, tetapi karena kelemahan diri sendiri berada ditangannya, terpaksa ia berlaku pura- pura t idak mengerti.
Ho Hay Hong ketika berjalan dihadapan Tang sian Sucu, berkata padanya dengan suara perlahan:
"Kalau kau benar adalah saudara kandungku, persoalan antara kita selama in i benar-benar sulit diselesaikan!"
"Saudara, apa kau kata ?" tanya Tang siang Sucu kaget.
"Cie lui Kiam khek adalah sahabatku, kau telah membunuhnya, ini mudah saja. Tetapi kau membiarkan orang orangmu mendesak anak perempuannya. Kalau kau benar adalah saudara kandungku, bagaimana urusan ini harus kita bereskan ?"
"Saudara Ho, Ini hanya suatu kebetulan saja, aku tidak percaya kebenarannya!" berkata Tang siang Sucu sambil menggelengkan kepala.
"Tetapi andaikata benar, bagaimana?"
"Selama hidupku aku t idak mudah percaya, andaikata itu benar adalah soal lain. Saat ini tiba waktunya, masih terlalu pagi untuk membicarakan soal itu, kau pikir bagaimana?"
"Aku juga mengharap bahwa soal itu adalah soal kebetulan saja!"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan Tang siang Sucu lagi, dengan mengikut Chim Kiam sianseng ia berlalu meninggalkan tempat tersebut.
0odwo0
Esok hari d iwaktu senja, orang2 Lempar batu dibawah pimpinannya sudah tiba ditepi danau Hok ing ouw.
Ho Hay Hong yang juga berada dalam rombongan itu, karena pikirannya kalut , selama berjalan terus menundukkan kepalanya. Ketika tampak air danau yang bening berada dihadapan matanya, barulah ia tersadar. Semangatnya terbangun mendadak, matanya celingukan. Agaknya ada yang dicarinya.
Dalam waktu singkat, ia sudah berhasil menemukan sebuah pohon kayu putih yang berada disebelah timur.
Pohon kayu putih Itu bukanlah dari asal sudah berw arna putih, melainkan dicat oleh tangan manusia, sebagai petunjuk jalan. Ho Hay Hong ketika lew at dibawah pohon, tiba-tiba mendongak keatas, matanya mengaw asi keatas pohon.
Kelakuannya itu segera menimbulkan perhatian orang banyak, hingga pada menanyakan padanya:
"Sahabat Ho, kau melihat apa?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, hanya berkata sambil mendongak keatas : "Heran !" Dari atas pohon, tiba-tiba melayang turun sesosok bayangan orang. Ketika orang itu berada dibawah, segera menimbulkan keheranan orang banyak.
Orang itu ternyata seorang wanita yang mukanya buruk sekali, ia mengenakan gaun warna hijau muda, usianya kira kira baru delapan belas tahun. Tetapi wajahnya sangat jelek, tidak menarik.
Ho Hay Hong berkata dengan nada suara tidak senang:
"Kau pernah apa dengan dia?"
Ia semula menduga yang berada diatas pohon itu adalah sigad is kaki telanjang, yang berjanji dengannya hendak bertemu ditempat itu, tak disangka bahwa yang ada sekarang adalah seorang gadis bergaun Hijau muda yang wajahnya justru menjadi kebalikannya dengan wajah gadis kaki telanjang.
Gadis jelek itu tidak mau menjawab, bahkan balas menanya.
"Ditilik dari potongan badan dan dandananmu, kau tentunya pemuda she Ho itu?"
"Benar, aku adalah seorang she Ho, di mana dia sekarang?"
Gadis baju hijau mendelikkan matanya dan berkata: "Aku lihat, kau selalu menanyakan dia saja, ada
hubungan apa sebetulnya kau dengan dia?"
Sehabis berkata, gadis itu tertaw a cekikikan, sedikitpun tidak memperdulikan perasaan orang lain. "Dia telah berjanji denganku, hendak menjumpai aku ditempat ini. Hal in i tidak perlu nona campur tangan, panggillah saja dia supaya lekas datang kemari!" kata Ho Hay Hong sambil mengerutkan kening.
"Astaga, hanya hendak bertemu muka saja kok demikian galak. Dia denganku seperti saudara kandung, urusan apa saja dia selalu beritahukan padaku. Aku kata, Ho siauhiap, kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri dalam hal apa aku berbeda dengan orang lain? Mengapa aku t idak boleh mewakili dia ?"
Mendengar kata-kata itu, Ho Hay Hong semakin tidak senang, ia bertanya.
"Apakah dia minta kau mewakili untuk menjumpai aku?"
"Benar, apakah Ho sianseng sudah baw a pedangnya?"
Ho Hay Hong memandang Chim Kiam sianseng sejenak. Chim Kiam sianseng lalu berkata sambil tertaw a:
"Pedang berada ditanganku, kau boleh ambil."
Wanita baju hijau itu agaknya sudah tidak bisa menunggu lagi, ia sudah mengeluarkan tangannya, tapi Chim Kiam sianseng berkata lagi:
"Hanya, nona harus bawa kita kekampung setan, karena aku ada urusan penting hendak mencari kakek penjinak garuda locianpwee !"
Wanita itu ketika mendengar perkataan itu, wajahnya yang jelek lantas berubah, ia berkata dengan suara gusar:
"Siapa kakek penjinak garuda itu? Di dalam kampung setan mana ada kakek penjinak garuda? Siapa yang memberitahukan padamu? Eeee, kau jangan berkata sembarangan!"
Perkataannya itu diucapkan demikian cepat dan galak, bukan saja mengejutkan Ho Hay Hong, tetapi juga mengherankan orang orang dari golongan lempar batu. Hanya Chim kiam sianseng yang masih tenang-tenang saja.
"Nona tidak perlu merahasiakan lagi, aku sudah tahu bahwa kakek penjinak garuda. "
Belum lagi habis perkataannya, dari tepi danau sebelah barat muncul seorang gadis cantik berpakaian warna putih. Ketika Ho Hay Hong melihat gadis itu wajahnya mendadak berubah.
Sebab ia melihat dua tangan gadis itu menenteng dua kotak kecil, dari sela-sela kotak itu nampak menetes darah merah, ia menduga dalam kotak itu tentu adalah kepala manusia lagi.
Ia segera maju menyongsong seraya berkata : "Kau benar benar seorang yang bisa pegang janji !"
Selagi gadis itu mendengarkan perkataannya, ia telah merampas kotak dari tangan sigadis, Ketika kotak dibuka, dalamnya benar saja batok kepala manusia.
Kepala manusia itu dipotong batas jenggot, tetapi jenggotnya masih ada, matanya tampak mendelik, jelas bahwa kematian orang itu dalam keadaan penasaran.
Gadis itu bukan saja tidak melarang, sebaliknya malah mengaw asi perbuatan Ho Hay ong dengan berdiri tenang. "Apa yang perlu kau lihat? Kecuali kau, barang siapa yang menginjak tanah kampung setan, semua akan mengalami nasib begitu!" demikian katanya.
Ho Hay Hong marah mendengar ucapan itu. ia membuka lagi kotak yang lain. benar seperti apa yang diduganya, dalam kotak itu juga berisi kepala manusia yang masih basah darahnya.
Ia tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, dengan mendadak melakukan serangan terhadap gadis itu.
Gadis baja putih Itu hanya menggeser kakinya berkata dengan suara tenang:
"Jangan marah dululah! Lihat dulu dua orang ini siapa."
Ho Hay Hong mengamat-amati dua kepala manusia itu, bulu romanya berdiri seketika, kiranya dua kepala itu adalah kepalanya orang-orang yang dikenalnya. Satu adalah kepala pendekar berpenyakitan. Sedang yang lain adalah kepala jie suhengnya sendiri !
Kematian pendekar berpenyakitan, tidak ada hubungannya dengan dirinya, kecuali merasa sayang dan simpatik, tidak ada yang dibuat pikiran. Tetapi tentang kematian suhengnya, benar-benar sangat mengejutkan dan menyedihkan hatinya.
Jie suhengnya itu sudah mendapat seluruh kepandaian suhunya, dengan ia sudah tinggal bersama-sama sepuluh tahun lebih. Meskipun selama itu hidup mereka tidak begitu akur, tetapi persahabatan dan persaudaraan dalam satu perguruan, sudah seperti saudara sendiri, maka seketika itu ia lantas berdiri terpaku. Gadis berbaju putih itu memandang sejenak, lalu bertanya:
"Apakah mereka orang-orang yang terkenal namanya?"
Karena tidak mendapat jaw aban, maka lantas berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Begitupun baik, dari orang terkenal di buat contoh, lihat kemudian hari siapa yang berani menginjak kampung setan ?"
Pikiran Ho Hay Hong mendadak tenang kembali, ia bertanya, dengan sabar:
"Bolehkah aku menumpang tanya, bagaimana kematian mereka berdua?"
"Urusan in i aku tidak begitu jelas tetapi karena kau ingin tahu, bolehkah aku beritahukan padamu apa yang aku tahu" berkata gadis baja putih itu, "mereka berdua, agaknya ada permusuhan, mereka saling kejar-kejaran. Orang yang berada dikotak sebelah kanan itu yang masuk kekampung setan lebih dulu kemudian dikejar oleh orang yang kepalanya berada dalam kotak sebelah kiri. Mungkin dia orang tua sudah lalai, sudah lupa bahwa tanah yang diinjak mereka adalah kampung setan. Maka dengan beruntun dua-duanya sudah memasuki daerah terlarang dan terjebak dalam barisan orang liar, hingga akhirnya mereka menemukan ajal masing-masing."
Ho Hay Hong dengan penuh perhatian mendengarkan penuturannya, setelah itu dengan sinar mata tajam, memandang gadis itu kemudian berkata: "Tahukah kau siapa orangnya, yang kepalanya berada dalam kotak sebelah kiri ini?"
Dengan sikap ragu-ragu, gadis itu menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Aku justru hendak menanyakan kau?"
"Orang ini adanya keras sebelum mati pasti mengadakan perlawanan hebat. Kalau orang dari kampung setan. Dari permainan dan gerakkan ilmu silatnya, tentunya kau dapat tahu dari golongan mana, heh, heh, kau ternyata sudah membohong, tidak mungkin kalau kau juga tidak tahu !"
"Ucapanmu ini agak keterlaluan dengan terus terang, kita hanya tahu bahwa ia faham Ilmu mengendalikan pedang, tetapi tidak tahu dari golongan mana. Mendengar kata katamu ini, kau agaknya sangat jelas mengetahui dirinya, kalau begitu kau beritahukanlah padaku !"
Ho Hay Hong melihat bahwa Chim Kiam sianseng dan lain-lainnya semua telah memperhatikan dirinya. Untuk beberapa saat ia tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk memberi keterangan, maka hanya berkata sambil tertaw a dingin:
"Kau benar-benar lihay !"
"Ho siauhiap, tolong perkenalkan, siapa orang ini ?" bisik Chim Kiam sianseng.
"Ia adalah salah satu anggota penghuni kampung setan, aku t idak begitu jelas mengenai dirinya !" berkata Ho Hay Hong sambil mengawasi gadis itu. Pada saat itu, mendadak ia mendapat satu akal, maka lantas berkata pula sambil tertaw a dingin:
"Kau tidak mau omong terus terang, jelas kau sudah menganggap aku sebagai musuh, maka aku juga tidak perlu memegang janjiku untuk mengembalikan pedangmu !"
-ooo0d-w 0ooo-