Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid 19

TAN CIU memandang kearah keliling isi guha, "Dimanakah nona baju merah tadi?" Ia bertanya, "Sudah pergi." Berkata Ong Jie Hauw.

"Sudah kukatakan, dia hendak menggunakan dirimu,

kau tidak percaya, Hanya mendengar sepaitah dua patah kata ucapan seorang wanita kau bersedia membunuh orang. Dikemudian hari entah berapa banyak orang-orang yang akan kau bunuh bila menjumpai wanita-wanita yang sebangsanya."

Ong Jie Hauw berkata. "Selanjutnya, aku tidak percaya kepada ucapan wanita."

"Mulai saat ini. kau harus mendengar segala perintahku." "Aha. . .tentu saja."

Tan Ciu berhasil menarik kembali kawan itu.

Mereka berjalan bersama-sama, tiba diruang tidur Tan Ciu mendudukan diri ditempat pembaringan.

"Aaaa. . ." Pemuda itu lompat bangun. "Mengapa ada benda ini?"

Ong Jie Hauw terguguk-guguk. "Gadis tadi. . . Gadis tadi yang . . ." "Aku tidak mengerti!"

"Kau tolol, setelah kutangkap dirinya, terus kubawa ketempat tidur."

Si Dungu mengatakan Tan Ciu tolol! "Aaaaaa," Tan Ciu terkejut.

"M e n g a p a ?"

"Kau telah bersetubuh dengannya?"

"Dia adalah istriku, mengapa tidak boleh?" "Kau terlalu jujur. Belum tahu keadaan dunia luar." "M e n g a p a ?"

"Kau suka kepadanya, tapi dia tidak suka kepadamu.

Kalian tidak dapat mengikat hubungan suami istri." "Aku akan turun gunung mencarinya!"

"Setelah berhasil." "Kutarik pulang."

"Agar dia menyuruh kau membunuhku lagi?"

"Oh. . .Tidak. . .Tidak. . .Aku tidak akan membunuhmu lagi." Berkata Ong Jie Hauw.

"Baik. Aku akan membantunya." "Segera kita turun gunung?"

"Ng, yang penting kau harus mengganti pakaian." berkata Tan Ciu.

Pakaian Ong Jie Hauw adalah pakaian orang hutan, terbuat dari kulit macan, wajahnya pun tidak terurus, tentu saja Lie Bwee tidak tertarik kepadanya.

Ong Jie Hauw berteriak girang. "Aha ..."

"Pagi-pagi kita akan berangkat." Berkata Tan Ciu.

"Oh, aku lupa memberi tahu." tiba-tiba Ong Jie Hauw berkata lagi.

"Apa yang telah kau lupakan?"

"Seseorang yang menggunakan tutup kerudung muka mencarimu.

"Dia ?" "Kau kenal dengannya?"

"Seorang cacat yang duduk dikursi roda?" "Betul."

"Dimanakah orang itu?" Bertanya Tan Ciu. "Sudah pergi."

Orang cacad yang duduk dikursi roda hendak mencari Han Thian Chiu, apakah maksud tujaannya? Tan Ciu ingin tahu.

Ong Jie Hauw berkata lagi.

"Orang itu marah. dikatakan olehnya. Bila ia  tidak berhasil menemukanmu, dia hendak membikin perhitungan denganku.

"Ouw. . ."

Mereka bermalam diguha itu. Pada hari berikutnya ....

Tan Ciu mengajak Ong Jie Hauw turun gunung, mereka

meninggalkan puncak Pek-Soat-hong!

Pertama-tama, Tan Ciu mengajak sang kawan untuk membikin pakaian. Ong Jie Hauw meninggalkan pakaiannya yang terbuat dan kulit macan.

Tujuan dari kedua orang itu adalah mencari si gadis berbaju merah Lie Bwee.

Tentu saja, Tan Ciu dan Ong Jie Hauw tidak tahu siapa nama dari gadis berbaju merah itu.

Lie Bwee tidak memperkenalkan dirinya. Tentu saja kedua pemuda itu tidak dapat mengetahui namanya. Suatu hal yang menyulitkan Tan Ciu dan Ong Jie Hauw kemana mereka harus menemukan gadis baju merah itu.

Gadis baju merah adalah murid Giok Hong orang yang menjadi musuh besar Giok Hu Yong. Bila Tan Ciu menanyakan kepada sang ibu, tentu dapat mengetahui.

Giok Hu Yong dapat mengetahui tempat tinggal Giok Hong?

Belum tentu. Teringat kepada ibunya, Tan Ciu menjadi sangat khawatir.

Gadis baju merah telah kembali. tentunya mengadu kepada gurunya, bahwa Percipta Drama Pohon Penggantungan Giok Hu Yong tidak hadir duel maut dipuncak Pek-soat-hong. Besar kemungkinan bahwa Giok Hong mengajak murid-muridnya menyerang sumur tua lembah Penggantungan.

Keadaan sang ibu sangat berbahaya.

Seorang lainpun berada didalamm keadaan bahaya. ituTlah Cang Ceng Ceng. Adanya gadis itu didalam sarang perkumpulan Kim ie-kauw. tentunja membahayakan kesehatannya.

Kecuali Cang Ceng Ceng masih ada seorang lain yang tiada kabar berita, Itulah si Ular Golis Siauw Tin. Besar kemungkinan. Siauw Tin jatuh kedalam tangan orang-orang Kim-ie-Kauw.

Kemana dia harus pergi?

Kembali kelembah penggantungan? Atau kemarkas besar Kim-ie kauw dilembah Ngo-liong?

Tan Ciu sangat bingung!

Dua tugas sangat mendesak sekali. Kecuali dua unsur tadi yang membingungkan kepentingan Ong Jie Hauw. kemana perginya si gadis baju merah? Siapakah nama gadis itu?

Menyaksikan sang kawan yang melakukan perjalanan dengan acuh tak acuh, Ong Jie Hauw berkata,

"Aku sedang memikirkan jalan yang harus kita tempuh." "Mengapa?"

Tan Ciu menepuk kepala. ia mendapat jalan untuk mengatasi kesulitan.

Ia berkata "Maukah kau menolong?"

"Kita sudah menjadi kawan, bukan?" Berkata si jago dungu. "Diantara sesama kawan sudah menjadi kewajiban untuk saling tolong."

"Bagus. Aku hendak minta pertolongamu." "Aha, mengapa kau tidak mengatakan?"

"Kita berpisah, aku menuju kegunung Ngo-liong hendak menolong "

"Aku?"

"Kau membantu kakakku, menjaga ibuku." "Dimanakah kakakmu itu?"

"Disatu sumur tua yang terletak dibelakang kelenteng didekat rimba Penggantungan."

"Aha, didalam sumur tua?" Ong Jie Hauw terkejut.

"Ng. . . Kau masuk kedalam sumur itu, mereka akan menyambutmu. Itulah sumur tua."

Tan Ciu membuat suatu gambar tempat untuk menjumpai rombongan ibunya. Membawa gambar peta itu, Ong Jie Hauw menuju kearah sumur Penggantungan.

Tan Ciu menuju kearah lembah Ngo-liong digunung Ngo-liong-san.

Mereka berpisahan. Mengambil dua jalan yang tidak sama. melakukan tugas masing-masing.

Cerita bercabang dua, mari kita mengikuti perjalanan Tan Ciu.

Dia menuju Kearah lembah Ngo-liong, Perjalanan yang tidak asing bagi Tan Ciu.

Itulah kepergiannya yang kedua kali. Tiba dilembah Ngo-liong, ia tidak segera menampilkan diri, dia bersembunyi memeriksa keadaan tempat itu.

Melewati pos-pos penjagaan para angguta Kim-ie-kauw. Tan Ciu behasil menyelundup masuk kedalam markas besar perkumpulan itu.

Deretan bangunan rumah telah berada didepannya, tidak sedikit dari peronda-peronda yang mengadakan penjagaan.

Keamanan dimarkas besar Kim ie kauw dijaga sangat ketat. Tan Ciu maju merayap, Tiba-tiba terdengar suara bentakan.

"Siapa!"

Datangnya suara dari salah satu pohon,   hal itu mengejutkan Tan Ciu.

"Hei!" Bentak lagi orang itu. "Sebutkan namamu." Tan Ciu mengirim satu bacokan tangan...

"Hei!" orang itu jatuh keluar dari tempat persembunyiannya, dia menyembunyikan diri didalam sebuah pohon. Hampir Tan Ciu diketahui olehnya, Penjagaan bukan saja dilakukan oleh mereka yang berdinas penjaga gelap pun memperkuat keamanan di daerah itu.

Menyembunyikan diri didalam pohon sungguh sangat luar biasa.

Mungkinkah dia dapat menembus penjagaan gelap itu? Tan Ciu berpikir lama.

Tiba2 ia lompat girang, cepat2 membuka pakaian kuning orang itu, dia telah mendapat akal, dengan menyamar menjadi salah seorang anggota Kim-ie-kauw tentunya mudah masuk kesarang mereka.

Tan Ciu berpakaian. berdandan sebagai seorang anak buah Kim-ie kauw.

Setelah mengembalikan tubuh orang itu ketempatnya yang semula. Tan Ciu berjalan masuk.

Tiba-tiba terdengar suara bentakan. "Yu Hong ada apa?" Tan Ciu terkejut,

Dari sebuah undukan tanah. muncul beberapa kepala orang, Pertanyaan keluar dari mulut salah seorang darinya.

"Aman." Berkata Tan Ciu membawa logat orang yang bernama Yu Hong.

Seperti apa yang kita ketahui, Yu Hong telah mati dibawah tangan si pemuda.

"Kita harus ber-hati2, malam ini akan mendapat kunjungan orang."

"Ng. . ." Tan Ciu melanjutkan perjalanannya.

Pikirannya bekerja. siapakah orang yang hendak berkunjung kemarkas Kim-ie-kauw? Apakah maksud tujuannya?

Dia sudah berada didepan sebuah bangunan kuning, lebih besar dari bangunan-bangunan disekitarnya.

Lagi-lagi Tan Ciu mendapat teguran. "S i a p a ?"

"Yu Hong." Dengan tenang. Tan Ciu memberi jawaban. "Apa yang kau kerjakan?"

Wah! Tan Ciu mendapat ujian berat. Baagaimana ia harus mengatasi kesulitannya?

Disaat yang tegang itu, tiba-tiba berlari datang tiga orang berbaju kuning.

Orang yang hendak memeriksa Tan Ciu membentak lagi. "Ada apa ?!"

"Mereka sudah tiba dimulut lembah." Tiga orang yang baru datang memberi laporan.

"A a a a a . . ! Lekas bikin persiapan."

Keadaan menjadi agak kalut masing2 menjalan tugas yang telah ditentukan.

Menggunakan kesempatan itu. Tan Ciu meninggalkan mereka. Dia lari kesamping, menyembunyikan diri dibalik pohon.

Banyak orang berbaju kuning berlari-larian diantaranya, terlihat Kim Sam Nio, mengajak beberapa orang, dia meninggalkan bangunan itu.

Tan Ciu melanjutkan penyelidikannya, ia harus mencari letak kamar tahanan.

Suatu ketika, Tao Ciu lompat masuk ke lorong panjang. Tiba-tiba ada orang yang membentak. "Siapa?" Tan Ciu tidak menjawab pertanyaan itu. Ia menyelipkan dirinya kedalam lorong. Disitu ada pintu, dia mendorong pintu itu, ia masuk kedalam kamar.

Didalam kamar tertidur seorang gadis.

Dikala Tan Ciu memasuki kamarnya, gadis itu terkejut, ia membelalakan matanya.

Diluar terdengar suara orang2 yang mengejar. "Dimana?"

"Disinikah dia?"

"Bagaimana bayangan orang itu?" "Laki2 atau wanita?"

Teriakan2 itu menuju kearah kamar. Tan Ciu menemukan jalan buntu, tidak ada tempat persembunyian baginya.

Tiba-tiba ia mendapat akal. Dia lompat ketempat tidur gadis itu, membuka kain selimut mengeram dibawah kain penutup hawa dingin itu.

Dengan suara penuh ancaman, ia bergeram. "Berani kau mengatakan aku bersembunyi ditempat ini, segera kubunuh kau lebih dahulu."

Pedangnya telah ia sodorkan kearah sigadis.

Pintu kamar dibuka orang, beberapa orang berbaju kuning memasuki ruangan itu. Mereka dibawah pimpinannya seorang tua. Gadis berselimut itu bicara.

"Sam siok, ada urusan apa?" Ia memanggil Sam siok yang berarti paman ketiga. Orang tua baju kuning yang dipanggil sam-siok memeriksa seluruh ruangan, ia tidak menemukan  sesuatu, Ia bertanya,

"Kim Cui, ada orang yang memberi laporan bahwa sesosok bayangan telah memasuki kamarmu."

Tan Ciu yang bersembunyi didalam selimut, mengerahkan ancamannya pedangnya.

Kim Cui, demikian nama gadis itu berkata, "Aku tidak melihat."

Orang tua berbaju kuning mengkerutkan keningnya. Ia tidak percaya.

Kim Cui berkata. "Mungkinkah salah lihat?" "Salah lihat?" Orang tua semakin curiga.

Kim Cui berkata lagi. "Mungkin bayangan kucing yang dilihat olehnya.

"Bayangan kucing?"

"Nah, itu dia kucingnya," Kim Cui menunjuk kearah sudut kamarnya.

Disana terlihat seekor kucing putih, berbulu panjang, dia memandang kearah orang2 itu.

Kim Ie Lo-jin demikian nama paman Kim Ciu yang ketiga itu ragu-ragu, memeriksa lagi keadaan didalam kamar itu. Akhirnya ia menerima kenyataan.

Kim Ciu berkata. "Sam-siok, masih ada urusan lain?"

Itulah suatu permintaan agar mereka meninggalkan kamarnya.

Kim ie Lo-jin mengajak semua orang meninggalkan kamar Kim Ciu. Tan Ciu menyingkap selimut, kepalanya nongol keluar, mulutnya terbentang hendak bicara. Cepat-cepat Kim Ciu mengulapkan tangan, suatu tanda agar pemuda itu tidak membuka mulut.

Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan gadis itu. Lama sekali mereka saling pandang.

Tan Ciu memasang kuping panjang. Sesuatu dengan napas masih berada diluar pintu, ternyata orang tua berbaju kuning. Kim-ie Lojin belum percaya kepada keterangan yang diberikan oleh kemenakannya, ia memasang kuping juga.

Tidak lama suatu derap langkah yang sangat perlahan meninggalkan kamar itu.

Dia adalah Kim ie Lo-jin yang berjalan pergi. Tidak ada suara didalam kamar kemenakannya, maka orang yang hendak dicari bukan dikamar itu.

Tan Ciu mengeluarkan nanas lega. Nasib masih baik, ia tidak dipergoki oleh orang tua baju kuning itu. Dengan rasa terima kasih ia memandang gadis yang bernama Kim Cui itu.

Kim Cui menganggukkan kepala, ia berkata. "Mereka telah pergi."

Tan Ciu membelalakan mata, dikala bahaya mengancam ia kurang menaruh perhatian. Kini bahaya telah lewat, meneliti keadaan gadis ini hatinya tercekat, agaknya gadis tersebut berada dalam keadaan telanjang.

Sangatlah masuk diakal. mengapa Kim ie-lo-jin tidak membuka selimutnya kemenakan itu, ternyata Kim Cui berada didalam keadaan sakit, tentu saja harus berselimut. Kim Cui memandang pemuda itu. letak mereka terlalu dekat, mereka berhadapan muka, napas masing-masing terdengar jelas. Debaran jantung Tan Ciu memukul keras. Kim Cui membuka mulut.

"Hei, hendak berkeram terus menerus didalam selimut?"

Tan Ciu merayap keluar. Keadaannya sangat tidak bersemangat. ia hendak pergi.

Kim Cui berteriak. "Hei, seperti inikah perlakuanmu?"

Tan Ciu terkejut, sadar dari lamunannya, menunjuk hormat dan berkata. "Atas bantuan nona,  aku mengucapkan banyak terima kasih "

"Hanya mengucapkan terima kasih." "Maksud nona . . ."

"Aku telah menolongmu, tahu?" Bertanya si gadis. Tan Ciu menganggukkan kepala.

"Mengapa?" Berkata Tan Ciu. "Aku mengharapkan bantuanmu." "Bantuan ?"

"Ng... aku menderita luar biasa."

"Aku tidak mengerti," berkata Tan Ciu,

"Kuceritakan kepadamu. suatu hari. dikala aku melatih ilmu pedang, seekor ular yang jahat memagut, terlalu cepat, ular itu berkepala segi tjga, sangat berbisa. aneka macam pengobatan telah kulakukan tanpa hasil sama sekali."

Tan Ciu mendengar cerita Kim Cui dengan penuh perhatian.

Kim Cui meneruskan ceritanya. "Ayahku Kim ie Mo-jin

. ." "Aaa. . .!" Tan Ciu berteriak, ternyata ia sedang berhadapan dengan putri ketua perkumpulan Kim ie-kauw.

"Mengapa ?" Kim Ciu terkejut.

"Kau anak Kim-ie Mo-jin?" bertanya Tan Ciu. "M e n g a p a ?"

"Putri ketua perkumpulan Kim-ie kaaw." "Betul." Kim Cui menganggukan kepala.

"Ayahmu jahat, dia menyuruh orang menangkap kawanku ..."

"Menangkap kawammu?" Bertanya Kim Cui. "Siapakah nana kawanmu itu?"

"Cang Ceng Ceng."

"A a a a a ... Kau Tan Ciu?" "Betul."

"Murid su-siok." Bertanya lagi Kim Cui. "Siapa yang kau artikan dengan su-siok?"

"Dia adalah putri Angin Tornado Kim Hong Hong!" "Aaaa ...!" Tan Ciu berteriak, "Suhu juga disini?"

"Dia ditawan oleh ayahku." Kim Ciu memberi keterangan. "Kecuali mereka masih ada seorang gadis yang bernama siauw Tin."

"Aaaa .. Siauw Tin juga ditawan kalian?" "Ng... Kau hendak menolong mereka?"

"Aku harus menolong mereka." Berkata Tan Ciu. "Tidak mungkin." Berkata Kim Cui.

"Mengapa tidak mungkin?" Bertanya Tan Ciu. Kim Cui memberi keterangan.

"Mereka ditawan didalam tekanan batu, tidak seorang pun tahu dimana letak tahanan batu itu, kecuali keluarga kami dan beberapa orang yang dipercaya! Penjagaan sangat keras."

"Kau tahu?"

Kim Cui menganggukan kepala.

"Mau memberi tahu dimana letak tempat tahanan batu itu." Tan Ciu memohon,

"Aku akan membantu." Berkata Kim Cui. "Membantu?" Tan Ciu tidak percaya.

"Betul, kau membantu menyembuhkan penyakitku dan aku membantu kau menolong mereka."

"Menyembuhkan penyakitmu?" Beetanya Tan Ciu.

"Ng. . .Sudah kukatakan, ayahku tidak berdaya, racun ular itu sangat maha bisa. Dengan aneka macam obat, mereka mempertahankan jiwaku, tapi tidak  dapat menolong mengeluarkan bisa racun."

"Bagaimana aku dapat menolongmu?" Bertanya  Tan Ciu. "Sedangkan ayahmu sekalian tidak sanggup menyembuhkannya?"

"Siauw Tin berkata kepadaku, bahwa kau mempunyai sebuah bola mutiara Jit goat cu."

"Jit-goat-cu?" Tan Ciu teringat kepada pemberiannya Thio Ai Kie.

Kim Cui menganggukkan kepala. "Betul." Berkata gadis itu. Tan Ciu mengeluarkan mutiara Jit goat-cu. Dia percaya, Jit-goat cu dapat menyembuhkan luka Kim Cui, mengingat khasiat itu yang sangat luar biasa.

Ia menyerahkan mutiara Jit-goat-cu kepada Kim Cui. Si gadis menyengir.

"Tolonglah." Ia berkata. Tidak menyambut mutiara itu, "Tapi.. . Tapi . . ." Mengingat keadaan si gadis yang

tanpa pakaian, bagaimana membantunya.

Kim Cui mengeluarkan suara dari hidung. "Mengapa menggunakan kata-kata tapi?" Berkata Kim Cui.

"Diantara kita "

"Diantara kita telah terjadi benturan tubuh bukan?" Berkata Kim Cui. "Menolong dirimu aku rela. Sebaiknya. demi kepentinganmu, mungkinkah kau tidak mau?"

Dengan tangan yang gemetaran, Tan Ciu menyingkap selimut sigadis.

Tan Ciu menggeser kain selimut, Kim Cui memeramkan mata.

Apa boleh buat, demi menolong gadis itu dari kesengsaraan badan. Tau Ciu menempelkan mutiara Jit- goat-cu ditempat lukanya.

Luka dipagut ular tepat dibagian paha besar Kim Cui.

Takdir mengatur jalan cerita seperti ini, apa mau dikata?

Luka dipagut ular masih membengkak, karena  itulah Kim Cui tidak dapat berpakaian, luka menjalar sehingga kaki dan perut.

Dikala bola Jit goat-cu ditempelkan ditempat luka, darah hitam mengalir keluar. Kim Ciu mengerutkan alisnya, ia menahan sakit. "Sakit?" Bertanya Tan Ciu.

Gadis itu hanya memberi anggukkan kepala. Tidak bicara.

Bisa jahat telah disedot keluar. mengalirnya bertentangan dengan arus darah, tentu saja sangat sakit.

Tidak lama kemudian. Bengkak tubuh pada gadis itu telah mereda, mereda dan akhirnya lenyap sama sekali.

Tempat luka yang memerah mulai kempis.

Akhirnya Tan Ciu berhasil menyembuhkan luka gadis itu.

Dia menarik mutiara Jit-goat-cu. "Sudah." Berkata Tan Ciu.

Keringat telah membasahi sekujur tubuh gadis itu, walaupun demikian, wajahnya bercahaya terang.

"Ada obat pengering untuk luka?" Berkata Tan Ciu telah menyimpan mutian Jit-goat-cu.

"Ada" Dari dalam bantal. Kim Ciu mengeluarkan bubuk putih. Obat khusus untuk mengeringkan luka.

Tan Ciu menyambut serbuk putih itu, ditaburnya diatas mulut luka. Dibungkusnya dengan kain.

Kim Cui menyelimuti dirinya. "Terima kasih." Ia berkata perlahan. "Sama-sama."

Butiran air mata mengalir dikedua kelopak Kim Ciu. Tan Ciu terkejut.

"Mengapa." Ia bertanya. "Kau hendak pergi?" Bertanya si gadis. "Ng "

"Meninggalkan aku?"

"Aku. . .aku " Tan Ciu menjadi gugup sekali.

"Katakanlah terus terang, bagaimana kesanmu kepadaku?" Bertanya Kim Ciu.

"Tidak buruk."

"Kau telah menyaksikan seluruh bagian dari tubuhku" Berkata Kim Ciu, ia menundukkan kepala.

"Demi kepentingan ”

"Dikala kau memasuki selimutku?" Kim Cui berkata dingin.

"Kita orang "

"Betul. Bagaimana hidup kita dikemudian hari ?" "Aku "

"Tan Ciu, tidak sukakah kepadaku?"

"Kedudukan kita sangat berlawanan." Berkata Tan Ciu. "Karena ayahku ?"

"Ng . .!"

"Kuharapkan saja, kalian dapat rujuk kembali." Tan Ciu telah menyembuhkan penyakit Kim Cui!

Dan Kim Cui mengajak pemuda itu kebagian kamar tahanan batu.

Disuatu tempat yang sangat tersembunyi ditempat yang banyak rahasianya. Tan Ciu berhasil memasuki kamar- kamar tahanan diruang batu! "Dimana suhu?" Bertanya Tan Ciu. "Dikamar itu." Berkata Kim Cui!

Seorang nenek membelakangi mereka. mendengar derap

kaki, ia menoleh itulah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.

Tan Ciu memegang jeruji besi dan berteriak, "Suhu!"

Kejadian yang berada diluar dugaan Kim Hong Hong.

"Kau?" Ia menunjukkan ketidak percayaannya kenyataan itu jauh sekali.

"Suhu. Tan Ciu akan menolong dirimu." "Aku bersyukur." Berkata Kim Hong Hong,

Kim Ciu telah membuka pintu kamar tahanan, setelah itu, ia pergi membuka kamar tahanan Cang Ceng Ceng dan Siauw Tin.

Mereka berkumpul dikamar tahanan Kim Hong Hong. "Suhu. Mari kita meninggalkan tempat ini!" Berkata Tan

Ciu."

Kim Hong Hong menggeleng2 kepala, ia berkata. "Kalian pergilah!"

Tan Ciu bingung.

"Mengapa?" Ia tidak mengerti akan sikap guru itu. Kim Hong Hong berkata.

"Aku dibesarkan didalam perkumpulan Kim-ie-kauw. Ayahku mati karena pengkhianatanku, dosaku harus kutebus. Kalian pergilah. Aku tidak mau." "Suhu...!" Tan Ciu masih mencoba untuk mengajak guru itu meninggalkan kamar tahanan.

"Lekas kalian pergi." Kim Hong Hong membentak.

Cang Ceng ceng, Siauw Tin dan Kim Cui mencoba mengadakan bujukan.

Tingkat kedudukan Kim Hong Hong berada diatas ketiga gadis itu. Dia menolak,

"Pergilah!" Ia mengusir mereka.

Dibawah tuntunan Kim Cui, Tan Ciu dan dua kawan wanitanya meninggalkan tempat tahanan Kim-ie kauw.

Kim Cui adalah putri ketua perkumpulan Kim-ie-kauw Kim-ie Mo-jin.

Secara tidak disengaja, Tan Ciu memasuki kamar gadis itu, hasil dari pertemuan itu adalah bantuan tenaganya.

Mereka berhasil membebaskan Siuw Tin dan Cang Ceng Ceng.

Kim   Hong  Hong berat kepada perkumpulan yang membesarkan dirinya. ia menolak melarikan diri.

Mereka tiba dimulut guha rahasia dari tawanan batu. Disana telah berbaris orang-orang berbaju kuning,

mereka  berada  dibawah  pimpinan  paman  Kim  Cui  yang

bernama Kim-ie Lo jin. Kim Cui terbelalak. Kim-ie Lo-jin mengeluarkan suara dingin-

"Bagus. Berani kau bersakongkol dengan orang luar?"

Tan Ciu menampilkan dirinya, ia berkata. "Bukan urusannya. Akulah yang memaksa."

Kim-ie Lo jin menganggukkan . kepala, ia berkata. "Bagus. Kau bernama Tan Ciu?" "Betul." Si pemuda tidak menyangkal.

"Luar biasa." Kim ie Lo-iin memberikan pujian!

"Rencana yang bagus! Pandai kau menggunakan tenaga kemenakanku, he? Pandai kau mengerti tipu, He? Dua orang menyerang dari depan secara berterang! Dan kau dengan membawakan sikapnya yang seperti pencuri menyelinap masuk, menolong orang ..!"

"Aku membawa dua orang kawan?" Tan Ciu menjadi bingung.

"Jangan berpura-pura tolol." Bentak   Kim-ie Lo-jin. "Penghuni Guha Kematian kakak beradik bukan orangmu?"

"A a a a "

Ternyata Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie telah menyerang Kim-ie-kauw.

Tan Ciu sangat girang.

Siauw Tin berteriak. "Guruku juga datang!"

Kim-ie Lo-jin berkata lagi. "Jangan terlalu cepat bergirang, kauwcu sedang mengusir mereka."

Cang Ceng Ceng telah dikurung orang tanpa sebab, kemarahannya tidak terhingga. Dia maju dan berkata.

"Apa yang hendak kalian lakukan?" "Menangkap orang." Berkata Kim-ie Lo-jin.

"Bagus. Tangkap aku dahulu!" Berkata Cang Ceng Ceng.

Ilmu kepandaian si gadis sangat tinggi. bila bukan kelengahannya, bila bukan Kim Sam Nio yang menggunakan  tipu.  menyebar obat  bius  Cang  Ceng Ceng tidak dapat dikalahkan, Kemarahan itu hendak mendapat tempat pelampiasan, ia mendekati lawan.

Kim ie Lo-jin mengibaskan tangan.

"Tangkap mereka." Ia memberi perintah. Dia menerjang Cang Ceng Ceng

Seorang yang berbaju kuning mempunyai ukuran badan lebih gemuk menyerang Tan Ciu.

Seorang kurus menyerang Siauw Tin.

Dua orang itu adalah jago kelas satu. Mereka hendak menangkap tiga orang musuh.

Orang-orang berbaju kuning lainnya berkepandaian agak rendah, mereka mengurung rapat-rapat?

Kim Cui berteriak-teriak.

"Hentikan pertempuran ini . . Hentikan pertempuran ini.

..!"

Tidak ada yang menggubris teriakan putri ketua

perkumpulan Kim ie kauw.

Kedudukan Kim ie Lo-jin sebagai paman Kim Cui lebih tinggi. Mereka hanya taat pada perintahnya.

Tiga jago Kim ie kauw menempur tiga musuh mereka.

Pertempuran terjadi cepat sekali.

Kim Ciu membanting-banting kaki. Dia tidak mengharapkan kejadian itu. Kekalahan manapun tidak dikehendaki, kekalahan Tan Ciu berarti kekalahan dirinya, kekalahan Sang paman berarti memperdalam permusuhan, Perjodohannya dengan si pemuda akan terganggu.

Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng sangat mengejutkan Kim-ie Lo-jin. Kim ie Lo-jin menduduki kursi kedua setelah saudaranya, belum juga ia berhasil menangkap gadis baju putih itu.

Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng berada diatas ilmu kepandaian Tan Ciu, bila Kim Sam Nio tidak menggunakan obat bius. belum tentu ia dapat ditangkap oleh orang orang Kim ie-kauw.

Disaat ini, Cang Ceng Ceng sedang ada kemarahan. gerak-geraknya sangat sebat, tentu saja membuat Kim-ie Lo-jin tidak berdaya.

Ilmu kepandaian si gendut dan sim kurus yang melawan Tan Ciu dan Siauw Tin berada dibawah Kim ie Lo jin. sebentar kemudian mereka berada dipihak yang terdesak.

Kim Cui menyaksikan dengan sangat cermat. Tan Ciu memukul,'Hu!' si gendut jatuh terluka.

Disaat yang sama! Siauw Tin hampir menamatkan Jiwa

lawannya!

Kim Cui berteriak. "Jangan bunuh mereka!" Tan Ciu dan Siauw Tin menarik diri. . .

Beberapa orang Kim ie kauw memayang bangun kedua jago mereka.

Dikala ini. Cang Ceng Ceng mengeluarkan bentakan, ia mendesak Kim-ie Lo jin.

Kim-ie Lo jin mendorongkan kedua tangannya.

Cang Ceng Ceng tidak   mau menyerah,   dia juga mengerahkan tenaga, menepuk dua pukulan itu

Terdengar suara yang sangat keras. . "B l e g u r . . .!!" Kim ie Lo-jin mundur jauh. mulutnya mengeluarkan darah.

Cang Ceng Ceng yang mundur dua langkah, dia tidak menderita luka. menggunakan kesempatan musuh tidak berdaya, ia meneruskan serangannya lompat tinggi memberi tekanan pukulan.

Kim Cui berteriak lagi. "Nona Cang.. ."

Cang Ceng Ceng menarik pukulannya. Ia  melayang turun.

Kim ie Lo-jin menderita luka yang amat parah, kedua matanya memancarkan api kebencian.

Cang Ceng Ceng berdengus. "Bila tidak memandang muka terang nona Kim, aku tidak mengampuni dirimu."

Kim-ie Lo-jin menggeretek gigi, ia berkata.

"Baik aku menyerah kalah. Aku tidak percaya. kalian tidak meninggalkan tempat ini." Dia hendak mengajak orang-orangnya meninggalkan musuh-musuh itu.

Disana telah bertambah seorang berbaju kuning. Itulah Toako Kim-ie Lo-jin ayah Kim Cui, Kaucu Kim-ie-kauw Kim ie Mo-jin.

Wajah Kim Cui berubah.

"Ayah . .." Ia memanggil perlahan.

Kim-ie lo-jin memberi hormat, "Toako ..."

Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala. Memandang sang putri. ia mengajukan rasa herannya.

"Kim Cui." Ia memanggil, "Kau dapat berjalan?" "Aku sudah sembuh." Berkata Kim Cui. "Siapa yang menyembuhkan lukamu?" Bertanya lagi  Kim ie Mo-jin.

"Dia!" Kim Cui menunjuk Tan Ciu, sikapnya sangat takut.

"Bagus," Berkata Kim-ie Mo-jin. "Maka kau membantunya, menolong kawan-kawannya?"

Kim Cui semakin gemetar.

Kim-ie Mo-jin mengeluarkan suara geraman sangat menyeramkan seperti seekor binatang Purbakala yang hendak menerkam orang.

Tan Ciu menampilkan diri, ia berkata. "Kaucu, begitu galak kau pada putri sendiri." Suaranya sangat dingin, sangat menantang.

Kim-ie Mo-jin mengalihkan sinar pandangan matanya, tertancap diwajah si pemuda.

"Kau yang bernama Tan Ciu." Ia bertanya, "Tidak salah."

"Memang luar biasa. Kau adalah seorang pemuda luar biasa. Sangat berani."

"Terima kasih."

"Kau berani berkunjung datang, mengapa tidak berani menemuiku?"

"kauwcu, adalah pucuk pemimpin tertinggi dari perkumpulan Kim-ie kauw, mana mudah untuk diketemukan."

”Ha ha ha, ...kau belum menerima panggilanku?"' "Ha ha ha. . . Tujuan kauwcu hendak memiliki Thian- mo-po-lok, ada hubungan apa dengan nona Cang ceng ceng dan nona Siauw, mengapa menawan mereka?"

Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala. "Berapakah umurmu?" Ia bertanya. "Dua puluh satu."

"Bila kau tidak mati, dua puluh tahun kemudian, rimba persilatan berada dibawah kekuasaanmu."

Kim-ie Mo-jin ada niatan untuk membunuh Tan Ciu. Bilamana rimba persilatan akan berada dibawah kekuasan Tan Ciu.

Dan hal itu tidak mungkin terjadi, karena Tan Ciu tidak mungkin lolos dari kekejamannya.

Wajah Kim Cui berubah menjadi pucat.

Tan Ciu tidak gentar. Ia berkata. "Aku masih ingin hidup dua puluh tahun lagi?"

"Bagus? Serahkanlah kitab Thian mo po-lok?" "Bila tidak?"

"Kau dapat mengetahui, apa akibat dari penolakan ini?" "Aku ingin mengetahui?"

"Kepalamu cukup keras, he?" "Hampir menyerupai batu."

"Bagus. Kepala batu, segera menerima tangan besiku."

Kim-ie Mo-jin menghampiri si pemuda.

Tan Ciu telah siap sedia.

Kim Cui berteriak. "Ayah. . .!" Dia menyelak didepan ayahnya, bermaksud menggagalkan gerakan ayahnya itu.

Kim ie Mo jin membentak. "Minggir!" "Ayah "

"Minggir." Tangan Kim ie Mo-jin dikibaskan. Maka Kim Cui jatuh kebelakang.

"Kauwcu, inikah perbuatanmu?" Tan Ciu mengeluarkan suara.

"Hm. . ." Kim ie  Mo-jin berdengus. "Kuulang lagi permintaanku. Menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok atau menyerahkan jiwamu."

"Kita akan menggambil putusan diatas pertempuran." "Bagus." Berkata Kim-ie Mo jin. "Kalian boleh maju

semua."

Tan Ciu membusungkan dada. "Aku seorangpun cukup?" Ia berkata "Ha. ha . . . Kau . . . ha, ha "

"Mengapa tertawa?"

"Bila berhasil menerima sepuluh jurus serangan kau bebas dari kematian." Berkata Kim-ie Mo-jin memberikan janji.

"Bila tidak dapat menerima sampai sepuluh jurus?" Tan Ciu masih hendak berkelakar.

"Bila kau tidak dapat menerima serangan-seranganku itu, tentu jiwamu melayang ke alam baka?"

"Bagus. Hendak kulihat, bagaimana aku dikirim keluar ke alam baka?" Cang Ceng Ceng menampilkan diri, ia berdiri didepan Tan Ciu, dan menghadapi Kim ie Mo jin?

"Biar aku yang menerima sepuluh jurus seranganmu” Ia berkata.

Kim ie mo-jin membikin penilaiannya!

"Kau?" Ia memandang gadis berpakaian putih itu.

"Betul! Biar aku yang menerima serangan-seranganmu." Ia berkata.

"Kukira, kau harus menerima dua puluh jurus." Berkata Kim ie Mo-jin.

Mata kauwcu perkumpalan Kim-ie kauw sangat tajam. Sekali lihat, ia mengetahui ilmu kepandaian Cang Ceng- ceng masih berada diatas Tan Ciu. Maka ia menambah syarat-syaratnya. Melipat gandakan, dari sepuluh jurus untuk Tan Ciu diganti dua puluh jurus Cang Ceng ceng.

"Baik," Cang Ceng-ceng menerima tantangan itu. "Aku siap menerima serangan2mu hanya dua puluh jurus, bila aku beruntung dapat menggagalkan serangan2mu, aku meminta kebebasan untuk semua orang."

"Baik. bila kau dapat menerima serangan2ku sampai dua puluh jurus, semua orang bebas." Berkata Kim-ie Mo-jin.

Tan Ciu mengundurkan diri.

Cang Ceng Cengg berhadapan dengan Kim-ie Mo-jin. Kim ie Mo-jin berkata. "Sudah siap?"

Cang Ceng Ceng menganggukan kepala. "H u u u u t . . .!

Kim ie Mo-jin menjatuhkan pukulan yang pertama. Cang Ceng Ceng lompat menyingkirkan diri. Tangan Kim ie Mo-jin yang sudah hampir jatuh ditanah, tidak ditarik pulang ia mengganti menjadi cengkeraman, mengincar naik.

Cang Ceng Ceng terkejut. kecepatan tangan lawan sangat cepat sekali. Hampir ia tidak dapat  mengelakkan diri. Tangannya dikebutkan, hendak menotok jalan darah Kim ie Mo-jin, dan demikianlah ia lolos dari lubang jarum,

Beberapa serangan luar biasa lagi dilontarkan  oleh Kim ie Mo-jin.

Keadaan Cang Ceng Ceng semakin gawat. Tan Ciu, Siauw Tin dan Kim Cui memeras keringat. Mereka mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.

Kim Ie Mo-jin mempergencar serangan2nya.

Cang Ceng Ceng bertahan sedapat mungkin. Sering ia menjumpai jurus-jurus berbahaya. Belasan jurus telah dilewatkan.

Pada menjelang saat-saat beberapa jurus yang terakhir menyusul jurus ke empat belas. Kim ie  Mo-jin berhasil membayangi lawannja, dia memukul keras.

Cang Ceng Ceng menempatkan dirinya ditempat jalan buntu, dia pun harus menyambuti pukulan itu.

Bledur. . .!!

Tubuh Cang Ceng Ceng terpental jauh. mulutnya menyembur darah hidup.

Cang Ceng Ceng tidak berhasil!

Wajah TanCiu. Siauw Tin dan Kim Cui menjadi pucat. Tiba-tiba.. . Meluncur datang sebuah benda, dikala berhenti disana telah bertambah kursi beroda, diatas kursi itu duduk seorang berkerudung, dia adalah orang cacad yang pernah Tan Ciu jumpai.

Dari kecepatan orang itu. Kim ie Mo-jin maklum. ilmu kepandaian orang cacad itipun termasuk ilmu kelas satu. Wajahnya menunjuk rasa bingungnya.

Berapa banyaklah jago-jago yang muncul dihari ini? Dia menjadi bingung.

Kim ie Mo-jin membentak. "Siapa nama tuan yang mulia?"

Orang cacad berkerudung itu mengeluarkan suara dengusan.

Hmmm."

"Kau tidak berani menyebut nama sendiri?" Berkata Kim-ie-Mo-jin lagi.

"Namaku akan mengejutkanmu." berkata orang cacad dikursi roda.s

"Ha. ha. . ." Kim-ie Mo-jin tertawa, "Siapakah yang pernah ditakuti oleh Kim-ie Mo-jin?"

"Ha, ha... Tidak takut kepada Ciat Tin Cu?"

Wajah Kim-ie Mo-jin berubah. Disebutnya nama dari si jago tiga jaman Ciat Tin Cu mengkeretkan hatinya, tidak ada seorang pun yang ditakuti olehnya kecuali Ciat Tin Cu.

Dia kenal baik nama, bentuk tubuh dan logat suara Ciat Tin Cu, orang ini bukan Ciat Tin Cu.

Kim-ie Mo-jin berkata.

"Ha, ha.... Dengan menutup wajahmu dengan kain kerudung, kau hendak memalsukan nama Ciat Tin Cu?" "Siapa yang memalsukan nama Ciat Tin Cu. Pernahkah aku menggunakan namanya?"

"Apakah maksud kedatanganmu?" Kim-ie Mo-jin membentak.

"Membawa mereka." Orang cacad dikursi  roda menunjuk kearah Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng sekalian.

"Ha, ha. . .Kau mempunyai ilmu kepandaian yang melebihi Ciat Ti Cu?"

"Yang sudah pasti, berada diatasmu!" Berkata orang cacad itu.

Kim ie Mo-jin marah sekali. Dia menengadah mengeluarkan suara lolongan panjang. se-olah2 menguasai dunia, seluruh lembah berkumandang suara pekikan ini.

Wajah Tan Ciu berubah. Ilmu kepandaian Kim-ie Mo jin memang luar biasa, Orang berkerudung itu tidak gentar.

"Tidak percaya?" Ia berkata.

"Kau terlalu sombong." Berkata Kim ie Mo-jin. "Sombong? Menghadapi muridku saja, hampir kau

dikalahkan."

"Muridmu?" Kim ie Mo-jin terbelalak. "Siapakah muridmu itu?"

"Siapa yang belum lama berkutet denganmu?"

"Dia?" Kim-ie Mo-jin menunjuk kearah Cang Ceng Ceng.

Orang cacat itu menganggukkan kepala. Oh! Dia guru Cang Ceng Ceng.

"Kau hendak mengajak dia pulang?" bertanya lagi Kim-ie Mo-jin. "Ng. . ."

"Tidak mungkin. Kecuali kau dapat mengalahkan aku." "Baik." Orang cacad dikursi roda itu berkata, "Aku akan

menerima tiga pukulanmu tanpa membalas. Bila aku menang, aku akan mengajak mereka meninggalkan lembah Ngo-liong."

Siuuurr. .

Kursi beroda meluncur datang, berhenti dihadapan Kim- ie Mo jin.

Kim ie Mo jin  menghadapi lawan kuat! Dia harus berhati-hati,

Tiga Kali pukulan tanpa mendapat serangan balasan? Mungkinkah ia tidak berhasil?

Kim ie Mo jin tidak parcaya.

Orang itu seperti dapat menduga isi hati orang, ia berkata, "Tidak percaya?

"Baik." Kim ie Mo-jin berkata, "Bersiap-siaplah untuk menerima tiga pukulanku."

"Aku sudah siap."

Hut!. . ." Kim-ie Mo-jin memukul orang berkerudung yang cacad itu.

Hati Tan Ciu, Siauw Tin dan Kim Cui berdebar-debar.

Pukulan Kim ie Mo-jin sangat luar biasa, batu dan debu mengulak keras.

Terdengar suara benturan yang gemuruh, se-olah2 benda yang memukul barang lapuk. Kursi roda hanya bergoyang sebentar, mengganggu orang yang duduk diatasnya.

Kim-ie Mo-jin melompongkan mulutnya, dia juga menutup kembali, Betaapa hebat tenaga pukulan tadi. mengapa lawan itu dapat menerima dengan mudah?

Orang berkerudung itu berkata. "Kau belum menggunakan tenaga penuh. Ber-hati2lah hanya dua pukulan lagi!"

Wajah Kim-ie Mo-jin menjadi merah padam.

Siapakah orang ini? Mengapa mempunyai ilmu kepandaian yang berada diatas dirinya.

Dia belum menggunakan tenaga penuh, itupun cukup untuk menjatuhkan jago kelas satu. Dimisalkan Ciat Tin Cu hidup kembali belum tentu jago tiga jaman itu berani menerima pukulannya tanpa mengadakan perlawanan sama sekali.

"Aku akan memukul dua kali lagi." Berkata Kim ie Mo- jin.

"Silahkan!" Berkata orang berkerudung itu dengan suaranya yang sangat terang.

"Hut. .. Hut . . .!"

Kim-ie Mo-jin mengirim dua pukulannya. Semakin keras semakin dahsyat.

Kursi roda orang yang terdorong mundur, pemiliknya masih duduk ditempat semula. Sikapnya sangat tenang.

Wajah Kim-ie Mo-jin berubah pucat. Ia  menderita kekalahan mutlak. Memandang orang2nya, ia  memberi perintah.

"Antar semua tamu2 kita keluar lembah." Kemudian, ia mamandang orang cacad berkerudung dan berkata kepadanya.

"Aku kalah."

Tan Ciu. Siauw Tin sangat gembira.

Cang Cang Ceng memanggil orang itu, "S u h u. . ." "Kalian pergi dahulu." Berkata orang cacad berkerudung

itu.

Mengajak Tan Ciu dan Siauw Tin. Cang-Ceng-ceng meninggalkan lembah Ngo-liong. Mereka tidak mendapat gangguan. Semua orang berbaju kuning mengantar keluar.

Guru Cang Ceng-ceng masih berhadap-hadapan dengan Kim-ie Mo-jin.

Kim ie Mo-jin membentaknya. "Mengapa kau belum pergi?"

Orang Cacad  yang duduk dikursi roda, orang yang menjadi guru Cang Ceng-ceng membuka tutup kerudung mukanya.

"Kauwcu, masih Kenalkah dengan aku?" Ia berkata perlahan.

"Aaaaa . . Kau?" Kim ie Mo-jin berteriak kaget. "Betul. Aku," Berkata orang itu.

Wajah dibalik kerudung adalah satu wajah yang penuh cacad, Sudah dirusak orang, maka dia menggunakan kain penutup.

Kedua kakinya dimakan rematik, maka tidak bisa jalan, dia menggunakan kursi roda. Orang itu berkata.

"Ilmu kepandaianku tidak cukup untuk menandingimu, aku telah menderita luka." Kim-ie Mo-jin percaya orang ini telah dilukai olehnya. maka tidak mempunyai kekuatan menggerakkan kursi roda, dia harus mengatur peredaran jalan darahnya untuk beberapa waktu.

Kim-ie Mo-jin ditipu mentah-mentah, seharusnya dia marah, bila sebelum mengetahui duduk perkara yang terang, dia murung dan masgul, kini kemurungan dan kemasgulannya lenyap semua.

Malah dibayangkan. dia adalah jago diatas segala jago, hanya pendekar tiga jaman Ciat Tin Cu yang dapat mengalahkannya, itupun terjadi setelah mereka bertarung hebat. Berarti dia pun dapat menghadapi jago luar biasa itu sampai ratusan jurus.

Mungkinkah dikalahkan oleh seorang berkerudung hanya tiga jurus saja? Bahkan orang itu tidak membalas menyerang?

Inilah yang memurungkan dirinya. membuat ia menjadi marah-marah. Membubarkan mengusir semua orang- orangnya. Orang berkerudung itu telah membuka kain kerudungnya. dia adalah seorang yang berwajah rusak, sampai dimana ilmu kepandaian orang ini. dia maklum ternyata dia belum menderita Kekalahan.

Kim-ie Mo-jin segar kembali. Diapun belum menderita kekalahan.

Walau gagal menangkap Tan Ciu. Dia masih dapat mempertahankan gengsi dirinya, Dia adalah pendekar agung nomor dua, setelah dibawah urusan Ciat Tin Cu.

Orang dikursi roda itu memberi keterangan. "Ilmu kepandaianmu masih berada diatasku. Dikala menerima pukulan pertama. aku telah menderita luka. Pukulan- pukulan berikutnya tidak dapat kupertahankan lagi, maka aku mengundurkan diri."

"Ilmu kepandaianmu pun cukup luar biasa." Berkata Kim-ie Mo jin.

Orang itu berkata lagi! "Kulihat, kau telah mengumpulkan semua orang-orang lamamu, mungkinkah hendak mengunjuk gigi kembali?"

Kim-ia Mo-jin mengagggukan kepala.

Orang itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. sangat panjang sekali. Tutup kerudungnya dikenakan lagi.

Kim-ie Mo-jin berkata. "Kau tidak percaya ?"

Orang itu berkata. "Kuanjurkan, agar kau membatalkan niatmu."

"Hendak menantang?" Kim ie Mo jin tidak puas.

"Aku ada niatan untuk menantangmu. Tapi aku belum mempunyai itu kekuatan." Berkata orang itu.

"Siapa yang mempunyai kekuatan untuk menantang aku?" Bertanya Kim-ie Mo jin

"Ratu bunga dan anak buahnya." Berkata suhu Cang Ceng Ceng.

"Ratu bunga?" Kim ie Mo-jin belum mendengar nama itu.

"Belum mendengar nama Ratu Bunga?" "Pendekar baru dari golongan muda?"

"Bukan. Dia sedang merencanakan untuk menguasai dunia persilatan. Seperti juga dengan dirimu, kalian adalah dua kekuatan yang hendak menjadi raja." "Huh," Kim-ie Mo-jin berdengus. "Mungkinkah dia mempunyai ilmu kepandaian yang diatasku?"

"Seratus Persen diatasmu."

"Aku diwajibkan untuk menempurnya dahulu, untuk meratakan kerikil2 tajam yang akan mengganggu usahaku?"

"Sudah tentu."

"Baik! Katakanlah dimana tempat bermukimnya Ratu Bunga itu?" Berkata Kim ie Mo jin penasaran.

"Dilereng gunung Pek-hoa san." Berkata guru Cang Ceng Ceng, orang yang cacad kaki dan rusak wajah itu.

"Aku akan menempurnya." berkata Kim ie Mo-jin. "Kukira kau akan menderita kekalahan." Berkata orang

itu.

"Kau akan mendapat bukti, siapa yang kalah. aku atau Ratu Bunga itu." Berkata Kim-ie Mo jin.

Orang berkerudung berhasil. Diam mesem2. Karena wajahnya yang rusak berkerudung, Kim-ie Mo-jin tidak melihat perobahan itu.

Si Ratu bunga Giok Hong adalah guru Lie Bwee orang yang menjadi musuh si Melati putih Giok Ho Yong.

Orang yang bernama Giok Hong itulah yang dikatakan membunuh Tan Kiam Lam

Kim-ie Mo-jin meninggalkan orang berkerudung itu.

Orang berkerudung menggeser kursi roda, ia  harus menemui muridnya. Keluar dari lembah, ia menemukan Cang Ceng Ceng!

Ternyata setelah mendapat ijin pergi, Cang Ceng Ceng, Siauw Tin dan Tan Ciu keluar dari lembah Ngo-liong. Disitu Cang Ceng-ceng menunggu gurunya! Tan Ciu dan Siauw Tin meneruskan perjalanan. Meninggalkan Cang Ceng Ceng!

Tidak lama dari perjalanan Tan Ciu dan Siauw Tin. dua bayangan melayang menyambut mereka itulah Thio Ai Kie dan Thio Bie Kia,

"Aha, kalian telah bebas?" Mereka berteriak girang. Siauw Tin menubruk kepada mereka. "Sunu. susiok,

terima kasih kepada bantuan kalian." Ia berkata.

Thio Bie Kie berkata,

"Selama satu bulan, kau tiada khabar cerita. Kami menduga, tentunya kau jatuh kedalam tangan musuh, maka kami menyusul untuk menolongmu."

Memandang Tan Ciu, si Penghuni Guha Kematian berkata. "Dimana nona Cang Ceng Ceng? Berhasilkah menolong dirinya?"

"Dia hendak menunggu gurunya." Tan Ciu memberi keterangan.

"Tidak ada bahaya lagi?"

Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengajak Siauw Tin untuk pulang ke Guha Kematian.

Tan Ciu harus cepat-cepat pulang ke sumur Penggantungan. Dimana ibunyaa menunggu pulangnya dia.

Gadis berbaju merah  Lie Bwee telah kembali,  tentu memberi laporan dari hasil pertempuran dipuncak Pek soat- hong. Dan besar kemungkinan mereka menyerang sumur tua itu.

Tan Ciu berlari pulang. Ditengah jalan, seseorang menghalang didepannya seraya memanggil. "Tan Ciu ..." Tan Ciu menghentikan perjalanan. didepannya berhenti seorang tua, dia adalah sang paman, Tan Kiam Pek.

"Aaaa. . ." Tan Ciu mengeluarkan suara perlahan. "Bocah, kemana saja kau melarikan diri?" Tan Kiam Pek

menegur.

"Aku "

"Huh, hampir Saja aka masuk perangkap orang2 Kim-ie- kauw itu!"

"Aku Tidak sengaja." Tan Ciu memberi keterangan. "Tidak sengaja?"

Tan Ciu bertutur tentang apa yang telah dialami, bagaimana para sucienya membawa dia kesumur rahasia dirimba Penggantungan.

Tan Kiam Pek mengkerutkan keningnya.

"Pencipta Drama Pohon Penggantungan itu yang menjadi ibumu?"

"Betul."

"Dugaanku tidak meleset." Berkara Tan Kiam Pek. "Paman hendak kemana?" Bertanya Tan Ciu.

"Kukira kau jatuh kedalam tangan mereka." Berkata Tan Kiam Pek. "Aku hendak monolong dirimu. Tapi, penjagaan sangat ketat, aku belum berhasil menyelundup masuk."

Tan Ciu bersyukur kepada perhatian paman itu.

"Eh," Tan Kiam Pek memandang pemuda itu, "Kau seperti datang dari arah markas mereka."

Tan Kiam Pek belum mengetahui akan duduk perkara. Tan Ciu menceritakan pertemuannya dengan guru Cang Ceng Ceng, orang yang cacad berkerudung, dan bagaimana orang itu menolong mereka.

"Siapakah nama orang itu?" Bertanya Tan Kiam Pek. "Belum kutanyakan kepada Cang Ceng Ceng. Tidak

tahu."

"Kini kau hendak kemana lagi?" Bertanya Tan  Kiam Pek.

"Menjumpai ibu."

"Baiklah! Kita boleh berpisah! Kau kerimba Penggantungan, aku akan ke Benteng Penggantungan." Berkata Tan Kiam Pek.

"Benteng Penggantungan sudah tidak ada orang." Berkata Tan Ciu.

"Bagaimana tidak ada orang?"

"Pengemis tua dan Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap sudah berada didalam sumur ibuku."

"S u n g g u h." "B e t u l."

"Aku hendak menemui mereka. Mari kita berjalan sama- sama."

Tan Ciu dan Tan Kiam Pek melakukan perjalanan bersama, mereka menuju kearah sumur tua didekat rimba Penggantungan.

Dikala mendekati rimba bersejarah itu, tiba-tiba melayang empat bayangan, mereka dihadang oleh orang- orang tersebut. Tan Ciu dan Tan Kiam Pek menghentikan langkah mereka.

Disana telah berdiri empat orang gadis berpakaian merah.

Tan Ciu menegur. "Cuwie berempat. . .?"

"Mencari kau." Berkata seorang gadis berbaju merah, potongan badannya agak gemuk. Dia adalah kepala rombongan tadi.

"Maksudnya?" Tan Ciu belum tahu maksud tujuan mereka.

Gadis-gadis baju merah  itu tidak menjawab, mereka menatap sekian lama, dan lagi-lagi si gemuk yang menjawab pertanyaan Tan Ciu.

"Bersediakah kau ikut kepada kami?" "Kemana?" Bertanya Tan Ciu.

"Apa maksud tujuan kalian?" Tan Kiam Pek turut bicara,

"Siapakah tuan ini?" Bertanya wanita gemuk berbaju merah itu.

"Aku sedang bertanya." Tan Kiam Pek membentak. "Hendak kemanakah kalian mengajak Tan Ciu?"

"M e n g a p a ?" "Aku harus tahu."

"Guru kami hendak bertemu dengannya." Berkata si

gadis gemuk.

"Siapa guru kalian? Bertanya Tan Kiam Pek. "Ratu Bunga." Jawab gadis yang ditanya. "Ratu Bunga?" Tan Kiam Pek belum mendengar gelar nama itu.

Tan Ciu juga bingung. siapakah yang menggunakan nama julukan Ratu bunga? Dia tidak tahu.

"Ng . . ." Gadis baju merah berkata, "Guru kami ada urusan dengannya."

"Kalian anak buah si Ratu Bunga?" Bertanya Tan Ciu." "Ng "

"Katakan kepadanya, aku menolak undangan." Berkata Tan Ciu. "Aku tidak kenal dengannya."

"Segera kau kenal, bila kau bersedia turut kepada kami." Berkata gadis baju merah.

"Aku tidak mau kenal dengannya." Berkata Tan Ciu. "Kau harus kenal dengannya." Berkata gadis itu.

"Eh, Hendak menggunakan kekerasan?" Tan Ciu menatap keempat gadis berbaju merah.

"Kami mendapat tugas untuk mengundangmu." Berkata si gadis gemuk. "Dengan keramah tamahan atau dengan kekerasan akan kami pertimbangkan baik-baik. Bila kau bersedia mendengar perintah, tentu sikap kami ramab tamah. Tapi bila kau menolak, kami harus menggunakan kekerasan. Terpaksa! Apa boleh buat!"

"Ha, ha . . . "Tan Kiam Pek tertawa. Sanggupkah kalian mengalahkan kita berdua?"

Tan Ciu juga berkata. "Bagus. Hendak kulihat, bagaimana kalian menggunakan kekerasan."

Srek . , .! Serentak, keempat gadis itu mengurung dua orang. Tan Ciu dan Tan Kiam Pek sudah bersiap mengganyang para penghadangnya.

Gadis yang mempunyai potongan badan lebih gemuk memberi komando. Tiga gadis merah mengurung Tan Ciu. Si gemuk menghampiri Tan Kim Pek.

Tan Ciu dan pamannya tidak tahu asal usul dari ke empat gadis baju merah itu, nama Ratu Bunga masih sangat asing sekali.

Kedua pihak telah bersiap-siap untuk melakukan pertempuran.

Gadis gemuk mengulapkan tangan itulah perintah untuk mulai mengadakan gerakan.

Tiga gadis baju merah  menerjang Tan Ciu, gerakan2 mereka sangat cepat sekali.

-ooo0dw0ooo-

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar