Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid 12

"AKU percaya keteranganmu itu. Kini aku telah mengetahui siapa yang menjadi orang tuamu."

"Aku pun sudah tahu," kata Tan Ciu. "Coba kau katakan." "Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam itu sebenarnya ayahku. Sedangkan Melati Putih adalah ibuku."

"Ternyata kau sudah tahu," kata Thung Lip.

"Ada suatu hal  yang ingin kutanyakan kepadamu," berkata Tan Ciu.

"Katakanlah."

"Pernah didesas-desuskan bahwa ibuku melakukan sesuatu yang tidak patut."

"Hal itu tak kuketahui," berkata Thung Lip.

"Tan Kiam Lam pernah berkata, bahwa kau sudah mengetahui hal ini. Dikatakannya pula bahwa kau pasti suka untuk menjadi saksi."

"Kentut." Berkata Thung Lip. "Ia bohong. Jangan kau percaya keterangannya."

Tan Ciu menganggukkan kepala, tentu saja ia  lebih percaya kepada Thung Lip daripada percaya kepada Tan Kiam Lam.

Mereka terdiam beberapa saat, dan achirnya Tan Ciu berkata.

"Bagaimanakah hubunganmu dengan Co Yong Yen?"

Thung Lip memandang kelangit-langit batu kamar tahanan itu seolah-olah sedang mengenangkan kejadian lamanya. Beberapa saat kemudian ia berkata.

"Sewaktu-waktu. Co Yong Yen pernah menjadi istriku. Itulah masa kami menghadapi musuh bersama, orang itu bernama Permaisuri dari Kutub Utara. Kami berkumpul digunung Oey san, dan Co Yong Yen berpesan kepadaku agar aku cepat-cepat kembali menemuinya. tidak disangka tatkala aku kembali menemuinya telah kulihat Co Yong Yen dibunuh orang "

"Siapa yang membunuh Co Yong Yen?" bertanya Tan Ciu.

"Aku tidak tahu." berkata Thung Lip. "Sehingga hari ini, setelah aku ditangkap olehnya dan dijebloskan kedalam kamar tahanan Benteng Penggantungan. dari mulutnya dapat kuketahui sedikit keterangan, diketahui olehnya bahwa setelah aku kembali dari pertempuran itu, aku telah bersetubuh dengannya, kemudian membunuhnya?"

"Tapi kau tidak membunuhnya. bukan?"

"Sudah kukatakan kepadamu, bahwa aku tidak membunuhnya. Dan aku pun malah telah melihat sendiri ia telah dibunuh orang."

"Tapi Co Yong Yen kokoh berkata bahwa kau yang membunuhnya ?"

"Betul." Berkata Thung Lip.

"Siapakah orang yang menggunakan wajahku itu melakukan kejahatan dugaannya!"

"Hanya Tan Kiam Lam lah yang melakukan kejahatan !"

Menyambung cerita Thung Lip dan Tan Ciu. Mereka sedang bercakap-cakap didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan dibawah tanah.

Tan Ciu berkata. "Dikatakan bahwa Co Yong Yen ditolong oleh Tan Kiam Lam.”

"Betul." Berkata Thung lip.

Tan Kiam Lam menolong Co Yong Yen, bagaimana ia dapat membunuh Co Yong Yen!

Tan Ciu menjadi bingung. "Pernahkah dengan cerita tentang Permaisuri dari Kutub Utara?"

"Dikatakan bahwa setelah Permaisuri dari Kutub Utara dibunuh oleh kalian, mayatnya digantung diatas Pohon Penggantungan."

"Tidak. Hal ini tidak benar." "Mungkinkah ada sesuatu rahasia lain?"

"Memang betul kami betul telah mengurung dan mengeroyok permaisuri dari Kutub Utara, tapi kami tidak membunuhnya, bahkan ia berhasil melarikan diri dari kurungan dan bergerak bebas. Ia sama sekali belum mati."

Tan Ciu menjadi bingung, dengan heran ia mengajukan pertanyaan.

"Siapakah yang digantung diatas pohon Penggantungan?"

"Inilah yang membingungkan kita orang." berkata Thung Lip. "Pada pagi hari keduanya, kita mendengar berita tentang pembunuhan pada diri Permaisuri dari Kutub Utara. dikatakan bahwa jago wanita telah digantung oleh orang diatas Pohon Panggantangan."

"Mengapa kalian tidak menyangkal berita tersebut?" "Demi nama kita orang semua, tidak seorang pun yang

menyangkal berita tersebut."

"Dan akhirnya Permaisuri Kutub Utara itu tidak mati." "Betul."

"Siapa yang menolong Permaisuri dari Kutub Utara lagi?" bertanya Tan Ciu. "Mungkinkah Tan Kiam Lam?"

"Kukira bukan." berkata Thung Lip. "Aku percaya. Terus terang kuterangkan kepadamu bahwa Tan Kiam Lam belum pernah melakukan sesuatu kebaikan. Bia rpun dia adalah ayahmu, tapi aku harus barterus terang. Jangan salahkan kepada sifatku ini,"

"Aku tidak menyalahkanmu. Kini Co Yong Yen telah percaya kepada Tan Kiam Lam bahwa ketua Benteng Penggantungan itulah yang menolong dirinya, tentu dianggap berhutang budi kepadanya, segala keterangan orang tidak akan dipercaya olehnya-"

"Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, dikala kau masuk kedalam rimba Pohon Penggantungan, pernahkah melihat pencipta Pohon Penggantungan?"

"Belum!"

"Belum?"

Tan Ciu menganggukkan kepala. Si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip berkata.

"Saudara Tan, kuharap kau dapat membikin terang perkara ini, aku tidak pernah melakukan perbuatan yang terkutuk itu kepada Co Yong, tetapi dakwaannya tetap seperti itu harap kau dapat membikjn jelas perkara."

"Baik, aku bersedia melulusi permintaanmu," berkata Tan Ciu.

"Sebelumnya, aku mengucapkan banyak terima kasih." berkata Thung Lip.

Tan Ciu memandang orang itu dengan perasaan kasihan. "Oh.... hampir aku melupakan sesuatu..,,!" berkata

Thung Lip.

"Soal apakah itu?" tanya Tan Ciu.

"Belum lama Tan Kiam Lam mengajak se orang gadis yang bernama Cang Ceng Ceng, mereka masuk kedalam kamar tahanan ini dan memperhatikan keadaan nona Co Yong untuk beberapa waktu, membicarakan persoalan yang menyangkut dirinya,"

"Kemudian?"

Tan Kiam Lam mengatakan pula kepada nona Cang Ceng Ceng, bahwa nona Co Yong telah menjadi gila karena perbuatanmu. Dikatakannya kau adalah seorang pemuda yang suka mempermainkan wanita."

"Oh ..."

"Berhati-hatilah, Nona Cang Ceng Ceng itu seperti sangat sedih sekali." berkata Thung Lip.

"Lamakah mereka disini?"

"Tidak? Kini mereka telah berada dilain ruangan," berkata Thung-Lip.

Tan Ciu sedang berpikir, mengapa Tan Kiam Lam mengajak Cang Ceng ceng masuk ke kamar tahanan ini?

Thung Lip berkata lagi,

"Bila dugaanku tidak salah, Tan Kiam Lam akan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan nona Cang Ceng-ceng! Kukira dengan ilmu kepandaian Ie-sin Tay- hoatnya ia dapat membuat orang tidak berdaya. Hal ini harus mendapat perhatian, dimisalkan Cang Ceng-ceng berada dibawah kekuasaannya dengan mudah Cang Ceng- ceng dapat melakukan sesuatu yang tidak menguntungkanmu. Kau harus berhati-hati. Ah aku

curiga kepada orang ini, kukira dia bukan Tan Kiam lam?"

Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya hatinya mencelos.

"Apa?" teriaknya keras. "Kau tidak percaya bahwa ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam!" ditatapnya wajah sijago tua yang kumal itu,

"Betul, Kukira dia bukan Tan Kiam Lam." berkata Thung Lip.

"Mengapa?"

"Apa yang telah dilakukan kepadamu tidak patut. Itu bukanlah suatu perbuatan seorang ayah kepada anaknya. Tidak mungkin Tan Kiam Lam dapat melakukan perbuatan tersebut."

Kecurigaan ini pernah timbul dalam pembicaraan Tan Ciu, ia memang meragukan dan mengharap bahwa ketua Benteng Panggantungan itu bukanlah jelmaan ayahnya. Tapi kenyataan telah terbentang didepan matanya, ketua Benteng Penggantungan itu adalah Tan Kiam Lam, itulah orang tua lelaki.

Mungkinkah seorang ayah dapat melakukan perbuatan seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan kepada Tan Ciu.

Berpikir sampai disini Tan Ciu mengeluarkan keluhan napas panjang.

"Kau dapat merasakan keanehan ini ?" Thung Lip mengajukan suatu pertanyaan.

"Betul," berkata Tan Ciu. "Aku harus mencoba dirinya." "Apa yang akan kau coba?"

"Aku harus mencoba dan menjajal, betulkah dia yang menjadi ayahku ?"

Tiba tiba . . !

Terdengarlah suatu suara geseran kaki dari dalam kamar tahanan! Ternyata orang tua bungkuk itu telah selesai memberi pengobatan kepada Co Yong, ia telah bangkit berdiri dan berjalan datang.

Tan Ciu meninggalkan Thung Lip, memapaki orang tua bungkuk itu dan memanggi, "Cianpwe "

Orang tua bungkuk menyusut keringatnya ternyata ia telah lelah sekali.

Tan Ciu kemudian memandang kearah Co Yong, dilihatnya gadis itu tengah berbaring, agaknya sedang tidur pulas sekali.

Orang tua bungkuk berkata.

"Ia telah bebas dari kesengsaraan. Sebentar kemudian ia akan sadar. Dan penyakit ingatannya telah kusembuhkan, kau ada obat untuk penyegar badan?"

"Ada."

Dari dalam saku bajunya Tan Ciu mengeluarkan obat Seng-biat-hoan-bun-tan diserahkan kepada orang tua bungkuk itu.

Menerima pemberian obat Tan Ciu, orang tua bungkuk kembali. Obat Seng-biat-boan-bun-tan dipilihnya sebutir dan dimasukkan kedalam mulut Co Yong. Dan sekali lagi ia mengurut-urut.

Beberapa lama kemudian.... tubuh Co Yong yang tidur pulas itu mengeliat. Perlahan-lahan ia membuka matanya. Ternyata ia sudah sadar.

Tan Ciu segera masuk kedalam kamar tahanan itu, dengan menubruk tubuh Co Yong sambil berteriak.

"Nona Co "

Co Yong telah membuka matanya. berputar-putar disapukan pandangan matanya kesekeliling ruangan. tiba- tiba mendengar ada orang yanp memanggil namanya, maka ia menatap dengan sinar matanya kearah wajah Tan Ciu. Untuk seketika ia belum dapat melihat dengan jelas, bagaikan impian yang baru sadar, hal itu masih membingungkannya.

"Kau ..." berkata sigadis dengan suara sangat lemah. Tan Ciu menghampiri lebih dekat lagi.

"Siapa kau,. . . ?" bertanya Co Yong, "Ah ..." Co Yong mengeluarkan keluhan tertahan.

Nama ini telah berkesan didalam hati dan pikirannya, sudah mendarah daging dan nama inilah selalu dikenang olehnya. Tanpa ia mendengar lagi, tentu ia tersentak bangun, urat syarafnya menjadi tegang. ..

Tan Ciu hampir mengucurkan air mata, dengan sedih ia berkata. "Nona Co, kau . . . tidak kenalkah kepadaku?. . ."

Lama sekali Co Yong memperhatikan wajah Tan Ciu, dan akhirnya mengenali akan wajah kekasihnya,

"Tan Ciu ..." akhirnya kata-kata ini telah keluar dari mulut Co Yong, ia telah sembuh dari penyakit ingatannya.

Satu hal yang sangat menggirangkan Tan Ciu. Ia mengulurkan kedua tangannya.

Co Yong membalas rangkulan itu, dan ia membiarkan dirinya berada dalam dekapan pelukan Tan Ciu.

Sepasang kekasih yang telah lama tak bersua, kini saling rangkul-rangkulan. Co Yong menangis sesenggukkan. Segala sesuatu yang telah dideritanya harus dikeluarkan, dan hanya air matalah yang dapat mengalirkan segala kesengsaraan hidup.

Tan Ciu memanggil perlahan. "Nona Co . . ."

"Oh, . . . Tan Ciu . . . akhirnya kau tiba juga." berkata Co Yong tiba-tiba.

"Aku akhirnya berhasil menjumpaimu." Berkata Tan Ciu.

"Aku cukup merasa puas . .." "Nona Co "

"Aku sudah merasa puas dapat menjumpaimu kembali. Mati pun kembali. Mati pun kita aku rela. .. ." berkata Co Yong lelah.

Tan Ciu juga sedih, ia  turut mengucurkan air mata. Kesedihannya tidak dapat dibendung lagi. Walaupun ia seorang pemuda, tetapi perasaan semacam itu tetap ada.

Terdengar suara Co Yong berkata.

"Tan Ciu tahukah kau, betapa rinduku padamu?" "Aku tahu." kata Tan Ciu perlahan.

"Dikala aku sadar kembali, kukira aku tidak dapat menjumpaimu lagi. . . ternyata aku dapat menjumpaimu. ..

. mungkinkah di alam mimpi? mungkinkah aku sedang bermimpi "

"Tidak. Inilah suatu kenyataan."

"Kenyataan? Sungguh-sungguh aku berada disebelahmu

?" Co Yong masih  ragu-ragu. "Betul." berkata Tan Ciu menatap.

"Tan Ciu ..." Co Yong memanggil perlahan namanya dengan tidak bersikap memandang pemuda itu. Tan Ciu memegang kedua pipi Co Yong yang telah menjadi pucat, dan tiba-tiba saja ia menempelkan bibirnya kewajahnya itu.

Co Yong menggigil dingin. Tapi rasa hangat itu telah menghilangkan semua-muanya. Ciuman seorang pemuda membawa kebahagiaan baginja. Dan sesudah itu membawa harapan untuk dihari kemudian.

Mereka saling rangkul dan kedua pasang bibir itu bertemu menjadi satu.

Orang tua bungkuk mendehem.

"Hmm. . . masih banyak waktu untuk berkasih-kasihan, bukan sekarang..."

Co Yong mendorong tubuh Tan Ciu, wajahnya yang pucat  itu  bersemu   dadu   ia  menjadi   malu. Memandang kearah orang tua bungkuk itu sebentar dan dengan penuh tanda tanya ia bertanya kepada Tan Ciu.

"Siapa dia?"

"Dialah yang telah menyembuhkan penyakit ingatanmu."

"Penyakit ingatan? Apakah aku menjadi gila? Aku telah gila? Diakah yang menyembuhkan penyakit gilaku?"

"Betul!" berkata Tan Ciu perlahan.

Mengenangkan semua kejadian yang telah lewat beberapa saat berselang, Co Yong berkata dengan suara menggumam.

"Oh...... jelaslah kini, Pocu telah melakukan  sesuatu yang jahat kepadaku." "Betul, ia juga kejam. Bila tidak ada cianpwee  ini, penyakit gilamu mungkin sukar disembuhkan. Lekaslah menghaturkan terima kasihmu kepadanya."

Co Yong lantas memberi hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebenar-besarnya kepada orang tua buugkuk tersebut.

Orang tua bungkuk mengulapkan tangannya  dan berkata.

"Lekaslah kalian tinggalkan tempat ini." "Meninggalkan tempat ini?" Co Yong masih bingung. Tan Ciu berkata.

"Betul. Aku harus mengajakmu meninggalkan Benteng Penggantungan."

"Kemana kita pergi?" Tanya Co Yong.

"Kemanapun boleh Co Yong, kita harus selalu bersama- sama. Aku cinta padamu. Maukah kau ikut serta denganku?"

"Aku bersedia." Co Yong menundukan kepala rendah.

Orang tua bungkuk berkata. "Mari, kalian ikut dibelakangku."

Mengikuti dibelakang orang tua bungkuk itu, Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar tahanan Benteng Penggantungan.

Menikung lagi dua kali, orang tua bungkuk itu menghentikan langkahnya dan berkata kepada mereka.

"Setelah keluar dari suatu pintu rahasia kalian berdua sudah berada dibelakang Benteng Penggantungan. Dibelakang gunung ada satu jalan kecil ambilah jalan itu untuk meninggalkan tempat jahat ini." Tan Ciu dan Co Yong berjalan pergi.

Tiba-tiba Tan Ciu merasakan bahwa orang tua bungkuk itu tidak mengikutinya, ia membalikkan badan, dan betul saja terlihat orang tua tersebut berdiri diam. Ia balik kembali, katanya.

"Cianpwte mengapa cianpwee tidak turut serta?"

"Aku? aku akan tetap berdiam ditempat ini," berkata orang tua bungkuk itu.

"Apa akibatnya bila Tan Kiam Lam telah  mengetahui kita melarikan diri? Apa yang akan dilakukannya terhadapmu?"

"Legakanlah hatimu. Ia tidak dapat berbuat sesuatu kepadaku."

"Cianpwe entah bagaimana harus kami nyatakan terima kasih kami kepadamu."

"Sudah! Lekas kalian pergi."

Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar rahasia itu, dan juga meninggalkan orang tua bungkuk itu.

= o OdwO o o =

Meninggalkan cerita Tan Ciu dan Co Yong, dan mengikuti drama Tan Kiam Lam beserta dengan Cang Ceng ceng.

Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat jahat. Tan Kiam Lam telah berhasil menguasai alam pikiran gadis tersebut. Dengan muiah ia dapat memberikan perintah apa saja yang dikehendakinya. Apa saja yang dimauinya!

Setelah berhasil memberi perintah kepada Cang Ceng ceng untuk mencatat semua ilmu kepandaian gadis berbaju putih yang lihay itu. Tan Kiam Lam mengantongi catatannya, dan rencana berikutnya sudah mulai akan dilakukan.

Tan Kiam Lam memandang gadis itu, napsu birahinya timbul seketika. Ia berkata.

"Bukalah Pakaianmu."

Tidak ada alasan untuk menolak, Cang Ceng-ceng melakukan perintah itu, satu persatu ia mulai membuka pakaiannya.

Tan Kiam Lam menyaksikan satu pemandangan yang bagai membakar hatinya, dadanya bergelora dengan hebat.

"Tidurlah disana." Tan Kiam Lam memberi perintah selanjutnya.

Dengan tanpa pakaian, Cang Ceng-ceng berjalan ketempat yang ditunjuk, ia membaringkan dirinya.

Tan Kiam Lam mulai melakukan sesuatu yang diluar batas manusia bermoral, dengan semau-maunya ia menciumi seluruh tubuh gadis tersebut, sebentar lagi. ia akan dapat melampiaskan nafsu kebinatangannya.

Cang Ceng-ceng tidak dapat menahan rasa gelinya, ia tertawa cekikikan.

Tan Kiam Lam menyerang dengan semakin kalap. segala dari tubuh gadis itu diserangnya secara membabi buta.

Tertawa Cang Ceng-ceng semakin geli saja tertawanya, didalam keadaan antara sadar dan tidak ia dapat melakukan segala apa yang diperintahkan Tan Kiam Lam. Rasa geli itu masih ada maka cekakak cekikik ia tertawa.

Suara tertawa inilah yang menggagalkan rencana Tan Kiam Lam. Tan Ciu yang berpandangan tajam sudah dapat mendengar suara tersebut. Dan pemuda itu terkejut, menghentikan langkahnya memasang kuping lebih jauh.

Co Yong menjadi bingung, ia memandang pemuda itu dan bertanya.

"M e n g a p a ?"

Tan Ciu berkata dengan perlahan.

"Tunggulah disini sebentar, aku akan melakukan sesuatu.

Sekali-kali janganlah kau pergi kemana-mana."

Setelah memberi pesan itu, Tan Ciu melejitkan tubuhnya meninggalkan Co Yong. Dengan mengikuti arah datangnya suara ia sudah berhasil tiba diluar kamar Tan Kiam Lam.

Dikala Tan Kiam Lam hampir berhasil, tiba-tiba terdengar suara jendela didobrak, seorang pemuda telah muncul dihadapannya.

"Kau?" Tan Kiam Lam membelalakan matanya. Tan Ciu membentak dengan keras. "Binatang kau!"

Pikiran Cang Ceng ceng telah berada dibawah kekuasaan Tan Kiam Lam, ia melihat kedatangan pemuda itu, tapi tidak mengenalinya. Lupa bahwa dirinya tidak berpakaian sama sekali, ia masih berbaring ditempatnya.

Tan Kiam Lam memberi perintah padanya, "Lekas berpakaian."

Cang Ceng-ceng mengenakan pakaiannya.

Kini Tan Kiam Lam menghadapi Tan Ciu, ia  membentak pemuda itu,

"Apa maksudmu?"

"Hemm . , ." Tan Ciu mendengus! "Apa maksudmu?" Tan Kiam Lam tidak mengerti, bagaimana Tan Ciu dapat keluar dari kamar tahanan bagaimana dapat membebaskan totokan-totokannya?

"Dengan cara bagaimana kau keluar?” berkata Tan Kiam Lam.

"Kau tak perlu tahu," kata Tan Ciu singkat.

Berpikir sebentar, dan Tan Kiam Lam dapat menduga tentang kejadian larinya pemuda itu, dengan adanya sibungkuk didalam kamar tahanan hatl itu memang suatu hal yang tidak menguntungkan baginya.

"Ouw ..." Tan Kiam Lam menganggukkan kepala. "Mengertilah aku."

"Mengerti apa?" berkata Tan Ciu.

"Si bungkuk yang melepaskan dirimu?"

"Betul. Dialah yang membebaskan diriku, Bagaimana?" "Rejekimu memang bagus." berkata Tan Kiam Lam

kepada Tan Ciu.

Tan Ciu menggeram.

"Tan Kiam Lam, ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu."

"Ha, ha, ha,.. " Tan Kiam Lam tertawa. Tan Ciu maju dua langkah.

"Sebelum kau mati, tanyakanlah semua hal yang kau

tidak tahu, agar kau dapat mati dengan puas.?" Berkata Tan Kiam Lam.

"Kau ayahku?” bertanya Tan Ciu.

"Bila bukan anakku, sudah lama kau mati tahu?" berkata Tan Kiam Lam. Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala, katanya. "Kau bukan Tan Kiam Lam!"

Tan Kiam Lam tersentak bangun, ia  mengalami satu

getaran hebat, katanya. "Siapa bilang bukan?"

Tan Ciu menatap tajam wajah sang ketua Benteng Penggantungan, pemuda itu dapat melihat sesuatu yang tidak beres.

"Kau menyangkal?" Berkata lagi si pemuda. "T e n t u."

"Mengapa?"

"Karena aku adalah Tan Kiam Lam."

"Kau bukan Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu lebih keras!

"Mengapa kau mempunyai pendapat seperti ini?" Katanya.

"Karena aku dapat melihat seorang Tan Kiam Lam yang lain." Berkata Tan Ciu.

"Tak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam keras.

Tan Ciu memperhatikan segala gerak-gerik dan segala kelakuan dan sikap ketua Benteng Penggantungan. sangat teliti sekali, ia mengharapkan bahwa keterangan Thung Lip yang mengatakan bahwa orang yang dihadapinyal ini bukan Tan Kiam Lam.

"Tan Kiam Lam," panggil Tan Ciu. "Kau tidak bodoh. Pikirlah. Mengapa Sin Hong Hiap mengatakan bahwa kau menantangnya bertanding diluar Benteng Penggantungan."

"Mengapa?" "Berpikiriah sebentar." "Aku tidak mengerti." Tan Ciu tertawa, katanya,

"Itulah Tan Kiam Lam asli yang menantangnya diluar

Benteng Penggantungan." "Tidak mungkin." "Mungkin saja."

"Tidak! Itulah Tan Kiam Lam palsu."

"Yang menantang Sin Hong Hiap adalah Tan Kiam Lam asli. Kau palsu!"

Tan Kiam Lam tertegun, tubuhnya gemetaran. seolah- olah menemukan sesuatu yang paling tegang. Tiba-tiba saja satu perasaan yang tidak enak menyerang dirinya.

Dengan keterangan ini, dugaan bahwa Ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam semakin besar. Bila betul dia Tan Kiam Lam, tentunya tahu masih mempunyai seorang saudara kembar yang bernama Tan Kiam Pek?

Tan Kiam Lam masih tetap menyangkal. "Akulah Tan Kiam Lam"

Tan Ciu berdengus.

"Siapakah Tan Kiam Lam yang diluar Benteng Penggantungan?"

"Imitasi! Barang tiruan?"

"Kukatakan bahwa dialah yang asli. Dan kau Tan Kiam Lam palsu. Tan Kiam Lam tiruan. Tan Kiam Lam imitasi."

Tan Kiam Lam bergumam.

"Tidak mungkin. .. . Tidak mungkin Ia telah mati."

"Siapakah yang telah mati?" Bertanya Tan Ciu keras. Ketua Beateng Penggantungan itu terkejut, cepat-cepat ia memulihkan dirinya, dengan sinar mata yang sangat merah, ia menatap anak muda yang berada dihadapannya.

"Pergi! Lekas kau pergi dari tempat ini. Jangan turut campur urusanku."

Tan Ciu berkata.

"Kau tidak bodoh. Seharusnya mengerti bahwa kau bukan Tan Kiam Lam. Tan Kiam Lam yang  asli telah menantang Sin Hong Hiap bertempur sedangkan kau tidak tahu."

"Tidak mungkin "

Apa yang dikatakan tidak mungkin? Keterangan yang Tan Ciu berikan kepadanyakah tidak mungkin atau. . .

.Kehadirannya Tan Kiam Lam asli yang tidak mungkin?

Jawaban ini hanya diketahui oleh si ketua Benteng Penggantungan tersebut.

Tan Ciu berkata.

"Aku masih dapat menyebut alasan lainnya." "Katakanlah lekas."

"Akan kukatakan, mengapa ada dua Tan Kiam Lam." "Sudah kukatakan bahwa orang itu adalah pemalsu."

"Mengapa bukan kau katakan kau yang memalsukannya?'

"Tidak mungkin."

Dengan berbelit-belit Tan Ciu mulai memasuki pembicaraan acaranya. "Kau tidak mempunyai saudara?"

Yang diartikan dengan tidak   bersaudara Tan Ciu memaksudkan Tan Kiam Pek. Bila Tan Kiam Lam salah memberi jawaban tidak tahu, tidak tahu akan adanya orang yang bernama Tan Kiam Pek. Pasti palsu.

Tan Kiam Lam bergumam. "Saudaraku? "

"Mungkinkah kau mempunyai saudara?" Bertanya Tan Ciu.

"Mungkinkah dia?" "Siapa."

”Tan Kiam Pek!" -

”Tan Kiam Pek itukah saudaramu?"

Tan Kiam Lam menganggukan kepala berkata.

"Betul. Dialah yang sering mengganggu usaha orang. Saudara kembarku ini sering bersitegang. Puluhan tahun yang lalu ia telah kembali lagi. Tidak kusangka ia telah kembali lagi, Pasti dia. Pasti dia...... Ternyata ia telah kembali."

Tan Ciu bungkam. Apa yang dapat dikatakan  lagi? Sudah jelas bahwa  ketua Benteng Penggantungan yang berada dihadapannya adalah Tan Kiam Lam asli. Bukan saja mengetahui nama Tan Kiam Pek, lebih dari pada itu dikatakan juga bahwa orang itu saudaranya. Jelas, ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam.

Tan Ciu berdiri mematung. Apa yang dapat dilakukan olehnya. Kepada ayah yang sangat jahat?

Tan Kiam Lam membuka suara.

"Kini kau sudah tidak meragukan lagi tentang keaslianku?"

"Belum. Aku masih kurang percaya." Berkata Tan Ciu. Tan Kiam Lam menyengir seram, ia mendekati pemuda itu dan berkata.

"Percaya atau tidak percaya. hal ini sudah tidak menjadi soal lagi. Yang jelas kau tidak akan hidup lama."

"Kau ingin membunuh?"

"Betul." Berkata Tan Kiam Lam. "Aku tidak mempunyai jalan lain, terpaksa, aku tidak dapat mengampuni lagi."

"Aku tidak membutuhkan pengampunanmu." berkata Tan Ciu gagah.

"Bagus," berkata Tan Kiam Lam yang sudah mulai siap.

Tan Ciu juga tidak lengah walaupun orang yang berada didepannya adalah sang ayah, Diantara kebenaran dan kejahatan tidak dapat dijadikan satu, mereka sedang bersitegang,

Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.

"Hia, sudah jelas, wajah aslimu terbuka, Telah berulang kali kau katakan bahwa kau seorang baik. Dan si Telapak Dingin Han Thiat Ciu orang jahat, Kini kedokmu telah terbuka! Kau jahat, tentunya kau inilah si Telapak Tangan Dingin Han Thiat Ciu! Begitu, bukan?"

Tan Kiam Lam terbelalak tangannya yang sudah hampir bergerak itu berhenti karenanya.

Tan Ciu berkata, "Kau kira aku mudah dihina?". "Apa maumu?"

"Kini kau telah membuka rahasiamu sendiri, kau telah melakukan kejahatan yang tiada caranya. Dosamu tak akan mendapat pengampunan."

"Walaupun aku telah melakukan kejahatan apa yang kau mau?" Tan Kiam Lam masih bersikap temberang. "Sebelum aku mati, aku akan berusaha menentangmu." "Kau segera akan mati." Berkata Tan Kiam Lam. "Belum tentu." Berkata Tan Ciu gagah.

Diantara kedua orang itu telah terjadi ketegangan yang memuncak.

Kecuali Tan Kiam Lam dan Tan Ciu, masih ada seorang lainnya, itulah sigadis berbaju putih Cang Ceng Ceng, sayang gadis itu telah di Ie-hun Tay-hoat, pikirannya adalah otak Tan Kiam Lam. Ia berdiri menyaksikan kedua orang yang berhadapan dekat itu.

Tiba-tiba . . .

Terdengar suara geraman Tan Kiam Lam  disertai dengan gerakan tangan ketua Benteng Penggantungan itu, ternyata ia itu telah memukul sipemuda, arahnya ialah batok kepala Tan Ciu.

Tan Ciu menyingkir dari arah serangan itu mengenyampingkan diri, dari sini ia mengirim satu bacokan tangannya yang hebat,

Gerakan Tan Kiam Lam sangat luar biasa, diwaktu yang sama ia telah mengirim serangannya yang kedua.

Mereka saling serang, tempat yang diancam adalah kedudukan bahaya, masing-masing membatalkan serangan itu, demikian, sama saja artinya dengan menghindari ancaman musuh, hal itu bukan berarti menghentikan pertempuran, sebelum dapat melihat jelas, bagaimana dua tubuh itu terpisah. Mereka pun telah berhadapan, maka lagi serangan berikutnya telah lepas. kini tak dapat dihindari lagi,

Tubrukkan terjadi . . . Bumm . . . Bagaikan ledakan yang bunyi keras. Tubuh Tan Ciu terdorong mundur sehingga sepuluh tombak . . .

Oak!. . . memuntahkan darah segar, tubuhnya bergoyang-goyang kehilangan posisi keseimbangan badan. Ternyata tenaga latihan Tan Kiam Lam berada jauh diatas pemuda itu, maka ia berhasil melukainya.

Tan Ciu mengempos tenaga, tapi tidak berhasil, lukanya parah, tubuhnya jatuh ketanah, ia duduk numprah.

Tan Kiam Lam menggereng. ia  mengangkat tinggi tangannya, siap menamatkan riwayat hidupnya pemuda bandel itu.

Tan Ciu memeramkan kedua matanya, ia tidak berdaya, menyerahkan nasib kepada takdir alam.

Disini terjadi keanehan ....

Tangan Tan Kiam Lam yang turun kearah sasaran itu, tidak disertai tenaga, sangat perlahan dan kemudian meninggalkan mangsanya yang tidak berdaya.

Tan Ciu menutup mata terlalu lama, beberapa saat, ia membuka kedua mata itu, disaksikan kejadian aneh tersebut, ia menjadi heran.

Mengapa? Mengapa Tan Kiam Lam tidak membunuh dirinya?

Mungkinkah hubungan keluarga yang memberatkan putusan jahat si ketua Benteng Penggantungan?

Tan Kiam Lam masih mematung ditempat.

Tan Ciu tidak sabar, ia membuka suaranya yang sudah menjadi lemah, katanya. "Tan Kiam Lam mengapa tidak membunuhku?"

Tan Kiam Lim masih mengatup mulutnya. "Jangan kau melewatkan kesempatan bagus." Berkata Tan Ciu. "Lewat hari ini, Jangan harap dapat membunuhku lagi."

Tan Kiam Lam tertawa berkakakan, katanya, "Ha, ha, ha. ha Kesempatan tetap berada dipihakku."

"Ucapanmu ini terlalu besar. Suatu hari, kau akan menyesalkannya kembali." Berkata Tan Ciu.

"Suatu hari, pasti aku membunuhmu." "Kukira, kau mengimpi terlalu cepat." "Mangkinkah kau dapat melawanku?"

"Hari ini tidak. Tapi pada suatu hari entah hari yang mana, setelah aku berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang lebih tinggi aku menantangmu."

"Itu waktulah, aku akan membunuhmu." Berkata Tan Kiam Lam.

"Mengapa tidak sekarang? Mungkinkah takut ada pembalasan? Takut kepada seseorang."

"Baiklah. Akan kubuktikan kepadamu bahwa aku tidak pernah takut kepada siapapun juga."

"Ingin membunuh?" "Tentu." "Bunuhlah."

"Tidak perlu menggunakan tanganku." Berkata Tan

Kiam Lam tersenyum iblis.

Tan Ciu terbelalak, ia tidak mengerti. Dengan tangan siapa ketua Benteng Penggantungan itu akan membunuh dirinya? "Mungkinkah kau melupakan pada kawanmu?" Inilah suara Tan Kiam Lam,

Tan Ciu  tersentak bangun dari lamunannya. "Kawanku?" Ia tidak mengerti. "Kawanku yang mana?" "Lupa bahwa disini masih ada seorang gadis yang

bernama Cang Ceng Ceng?"

Tan Ciu melirik kearah gadis berbaju putih yang baru disebut oleh Tan Kiam Lam, gadis yang sudah tiada kesegarannya. Sayu dan lesu, bagaikan sesosok mayat hidup yang baru bangkit dari tanah kuburan.

Tiba-tiba suatu perasaan menyerang Tan Ciu, seluruh bulu tengkuknya berdiri. Bergema rinding, ia dapat memahami arti kata-kata ancaman Tan Kiam Lam tadi.

Bila Tan Kiam Lam menghipnotis Cang  Ceng-ceng untuk membunuh dirinya... Akh..., Sungguh menyeramkan.

Suara Tan Kiam Lam yang seperti iblis itu bergema lagi. "Tentunya kau cinta kepada Cang Ceng-ceng bukan?" "Apa maksudmu?"

"Yang ini sangat penting. Kukira kau sudah dapat menduga akan maksud dari kata-kata tadi."

"Kau ingin menggunakan tangan Nona Cang untuk membunuh diriku."

"Kau pintar. Sekali duga pun tepat. Bila kau mati dibawah tangan orang yang dikasihi tentunya sangat penasaran, bukan? Tentunya! Sangat tidak terima, bukan? Nah rasakanlah getaran jiwa ini."

Tan Ciu menggeretek gigi, dirinya tidak berdaya, ia membentak. "Kau bajingan." "Ha, ha, ha "

Tan Ciu berkerongkol, lupalah kepada luka dirinya, tidak dapat ia menyabarkan dirinya lagi, tiba-tiba tubuhnya melesat, dan memukul kearah Tan Kiam Lam.

Orang yang kita sebut itu tersenyum-senyum saja ditempatnya, jelas diketahui bahwa pemuda itu akan mengalami kegagalan. maka ia tidak gentar sama sekali.

Tubuh Tan Ciu meninggalkan tanah. tetapi dirasakan sangat berat, tubuh tersebut segera jatuh kembali, bergedebruk ditanah.

"Ha, ha ha        Tan Kiam Lam tertawa.

Tan Ciu memplototkan mata. Dan Tan Kiam Lam membuka mulut, ia memandang targetnya.

"Nona Cang "

Cang Ceng Ceng terjengit ia mendongakkan kepala dan memandang Tan Kiam Lam.

"Bunuh orang ini." Tan Kiam Lam  memberikan perintah,

Suara Tan Kiam Lam adalah perintah 'maut'. Cang Ceng Ceng segera menjalankan perintah itu, ia mendekati mangsanya.

Tan Ciu telah mati kutu, ia memandang gadis berbaju putih itu dengan sinar mata yang meminta belas kasihan.

Biar bagaimana, diantara Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng pernah terjalin api asmara. menerima sinar mata sipemuda, Cang Ceng Ceng tergoyah, kini ia berpaling ketempat Tan Kiam Lam.

"Membunuh orang Ini?" Ia meminta ketegasan "Betul," berkata Tan Kiam Lam. "Mengapa?" Bertanya Cang Ceng-ceng

"Jangan banyak tanya." Bentak ketua Benteng Penggantungan itu. "Lupakah bahwa pemuda inilah yang menggangu kesenangan kita?"

"Kesenangan kita?" Cang Ceng-ceng berkemat-kemik. "Betul, bila bukan kedatangannya orang ini kau telah

berada didalam sorga kesenanganmu," "Sorga kesenangan?"

"Dia adalah pemuda yang pernah mempermalukan dirimu, tahu." Menerangkan lagi Tan Kiam Lam.

"Ng ..." Cang Ceng ceng menganggukkan kepalanya, "ia telah mempermainkan aku?  ... . Ng . . . Aku harus membunuhnya."

"Itulah dengar perintah dan membunuhnya segera." "Baik. segera kubunuh." Cang Ceng-ceng menuju kearah

Tan Ciu kembali.

"Kau memang pintar." Pujian Tan Kiam Lam kepada Bonekanya. "Maka aku cinta padamu. Aku adalah orang baik! Dan dia jahat. Kau harus membunuh orang  jahat. Kau harus cinta kepada orang baik?"

"Kau seorang baik!" Berkata Cang Ceng-ceng, "maka aku cinta padamu."

Kata-kata tadi ditunjukkan kepada Tan Kiam Lam! Maka orang yang bersangkutanlah yang diberikan kata-kata cinta tadi!

Hal ini maklum, mengingat semua perasaan dan ingatan Cang Ceng-ceng masih berada dibawah kekuasaan ketua Benteng Penggantungan itu! Cang Ceng ceng sudah ditekad bulatkan untuk membunuh Tan Ciu. kaki gadis tersebut menuju kearah Tan Ciu!

Tan Ciu menunggu datangnya malaikat elmaut dengan perasaan takut. Inilah kematian yang paling disegani oleh setiap manusia, tidak selayaknya, Kita mati dibawah tangan orang yang dikasih dan mengasih.

Jarak Cang Ceng-ceng dan Tan Ciu semakin dekat....

Si pemuda berteriak. "Nona Cang, inilah aku."

Suara itu adalah suara orang yang sudah berada didepan pintu kematian.

"Siapa kau?" Berkata Cang Ceng-ceng. "Aku Tan Ciu."

"Tan Ciu?" Cang Ceng ceng berusaha menarik kesannya kepada orang ini.

"Betul. Tan Ciu."

Selak Tan Kiam Lam, "Nona orang itu Tan Ciu, pemuda yang telah mempermainkan cintamu, maka kau harus membunuh."

"Aku harus membunuh Tan Ciu?" Berkata Cang Ceng- ceng.

"Tentu. Dia adalah orang jabat." berkata Tan Kiam Lam. "Orang jahat?" Berkata Cang Ceng.ceng. "Orang jahat

harus dibunuh. Aku harus membunuhmu."

"Nona Cang." si pemuda masih berusaha. "Lupakah kau kepada Tan Ciu?"

"Tan Ciu harus taat kepada perintah nasib, alam telah mentakdirkan kejadian ini, agaknya tidak dapat ditolak lagi." Si pemuda menatap wajah Cang Ceng.ceng, sangat pucat, tidak bercahaya, itulah wajah seorang mayat hidup.

Cang Ceng-ceng telah berada didepan Tan Ciu, gadis itu berkata.

"Hayo, bangun. Lekas mengadakan perlawanan. Aku tidak akan membunuh kepada orang yang tidak dapat perlawanan,"

Tan Ciu telah kehilangan kekuatan geraknya, ia ngelepot ditanah, tidak ada niatan untuk menangkis setiap serangan yang akan dilontarkan kepada dirinya.

"Eh. kau tidak mau melawan?" Berkata lagi Cang Ceng- ceng.

"Melawan?" Tan Ciu menyengir kuda.

"Betul. Kau harus melawan. Tidak mau aku membunuh orang yang sudah tidak dapat mengadakan perlawanan sama sekali."

Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata, "Aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk

mengadakan perlawanan!"

"Tidak ada tenaga?" Cang Ceng-ceng mengkerutkan kedua alisnya, "Tetapi kau harus berusaha mempertahankan diri untuk hidup. Larilah. .. Seharusnya kau berusaha untuk melarikan diri."

"Lari? , . . Melarikan diri?"

"Betul." Jawab Cang Ceng-ceng. "Kau harus melarikan diri. Maka aku mempunyai cukup alasan untuk membununmu."

'Aku tidak akan melarikan diri." Berkata Tan Ciu tegas. "Bagaimana aku boleh membunuhmu?" Cang Ceng- Ceng berkata.

Tan Kiam Lam segera membentak. "Pukul saja sudah." Bagaikan  didalam kekuasaan  oleh  seorang  iblis, tangan

Cang Ceng Ceng bergerak. memukul Tan  Ciu  sudah  tidak

berdaya itu.

Setiap orang wajib mempertahankan jiwanya dari kehidupan yang lebih lama, menerima serangan, walaupun mengetahui bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk menangisnya Tan Ciu mengangkat tangan memapaki datangnya pukulan!

Huuuuukkk........

Tubuh Tan Ciu terpukul pergi. Sangat jauh sekali. Kemudian jatuh diatas tanah lagi, dari mulutnya si pemuda sudah mengeluarkan darah yang lebih banyak. Mengelepot beberapa kali, kepala Tan Ciu terkulai, berciuman dengan tanah dan tidak ingat orang. Ia pingsan.

Cang Ceng Ceng telah kehilangan rasa prikemanusiaannya, ia melayangkan diri, mengikuti terbangnya tubuh lawan itu, siap mengakhiri jiwa pemuda tersebut.

Disaat ini.......

Melayang datang satu bayangan. langsung menubruk ketubuh Tan Ciu dan berteriak.

Itulah wakil ketua murid Benteng Penggantungan Co Yong Yen yang bernama Co Yong gadis yang belum lama disembuhkan penyakit ingatannya,., .

Tangan Cang Ceng Ceng tertarik mundur. Belum ada perintah untuk membunuh gadis baru datang, maka ia diam. Co Yong menengadahkan kepalanya, air mata  telah membanjir kanal dikedua pipinya, ia  memandang Tan Kiam Lam, seolah-olah memohon pengampunan.

Tan Kiam Lam menyengir kejam.

"Tidak kusangka, kau berani melarikan diri, keluar dari Benteng Penggantungan."

Co Yong membuka suara. "Pocu, bebaskanlah dirinya dari siksaan."

"Maksudmu ingin meminta pengampunan."

" " Co Yong mengiyakan jawaban ini tanpa suara.

"Kau mengimpi." Berkata Tan Kiam Lam.

"Pocu, kau boleh menahanku lagi." Berkata Co Yong. "Tidak perlu."

"Kau boleh membunuhku." Berkata Co Yong.

"Hm... Enak, he? Ingin mati bersama-sama?" Tan Kiam Lam memang seorang kejam. Sedikit pun orang tidak boleh tidak menerima siksaan.

"Pocu, aku memohon kepadamu, Janganlah membunuhnya."

"Tidak !"

Didalam keadaan yang serba buntu itu. Co Yong menjadi nekat, wajahnya berbangkit kembali, timbul niatannya untuk mengadu jiwa,

"Aku tidak mengiiinkan kau membunuhnya." Sigadis berkata dengan gagah.

"Kau belum kuat untuk menjaga keamanannya." "Aku akan berusaha." Berkata Co Yong. Tan Kiam Lam tidak banyak debat, ia memandang Cang Ceng-ceng dia berkata. "Bunuh Tan Ciu dahulu."

"Baik." Cang Cang-ceng menotok jalan kematianya pemuda itu.

Co Yong telah siap sedia, ia menangkis serangan Cang Ceng-ceng tadi.

Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng berada diatas Tan Kiam Lam, walau pun berada didalam keadaan otak kosong, ilmu kepandaian itu belum dilenyapkan, ia tidak mau mengantarkan dirinya dipukul orang, menyingkir sebentar dan menyerang dari lain jurusan.

Untuk sementara, jiwa Tan Ciu dapat bebas dari ancaman.

Bagaikan seekor kucing mempermainkan mangsanya. Co Yong adalah 'tikus' dari jago wanita muda itu.

Manakala Co Yong sudah tidak dapat mempertahankan diri, satu aliran tenaga menyelak masuk, menangkis pukulan Cang Ceng-ceng, menolong Co Yong.

Itulah si bungkuk dari dalam kamar taha-nn Benteng Penggantungan.

Tan Kiam Lam sangat terkejut, segera ia membentak. "Hei, mengapa kau keluar dari kamar tahanan?"

"Betul aku telah keluar dari kamar tahanan." Berkata

otang tua bungkuk tersebut.

"Apa maksud dan tujuanmu meninggalkan tempat itu?" "Ingin berolah raga sebentar. Tulang-tulangku telah

terasakan sangat pegal, sudah dua puluh tahun aku tidak memainkan ilmu silat."

Tan Kiam Lam membentak. "Manusia bungkuk, jangan kau mengganggu. usahaku."

"Aku tidak akan mengganggu usahamu, bila tidak ada hubungannya dengan pemuda ini, tapi kini telah menyangkutkan soal ini dengannya, aku harus turut serta."

"Ma k s u d m u ?" "Bebaskanlah dirinya." "T i d a k !"

Orang tua bungkuk itu tertawa terkekeh-kekeh. Katanya,

"Tan Kiam Lam, kau lebih kejam dari pada binatang. Diketahui bahwa harimau tidak akan menelan anaknya sendiri, tapi, kau, seorang yang sudah menjadi ayah, ingin membunuh anak kandung?"

"Kau,ingin mengadakan larangan?" Suara Tan Kiam Lam sangat tidak puas.

"Aku tidak menginginkan adanya tragedi sedih ini terbentang dihadapan kedua mataku." Berkata orang tua bungkuk itu.

"Lalu?"

"Kuharap, supaya kau dapat membatalkan maksudmu." "Manusia bungkuk   sudah lupakah kepada janjimu

sendiri?" Tan Kiam Lam memberi peringatan.

"Ha, ha, ha....." Orang tua bungkuk itu tertawa. "Belum pernah ketelan janji  sendiri. Tidak mungkin aku dapat melupakan janji yang telah kulepas kepada orang. Aku  tidak pernah mengobral janji. Maka dapat mengingat setiap janji yang kuberikan itu. Kujamin bukan chegue kosong."

"Bagus. Segeralah kembali kedalam kamar tahananmu." Berkata Tan Kiam Lam. "Janjiku tidak akan keluar dari Lembah Sing-kiat. Tidak terbatas berada didalam kamar tahanan saja."

"Putusanmu telah bulat, ingin turut campur urusan ini?" Bertanya Tan Kiam Lam meminta ketegasan.

"Tentu."

"Perhatikanlah gadis itu baik-baik." Tan Kiam Lam menunjuk Cang Ceng-ceng.

Orang tua bungkuk   menengok   kearah gadis yang ditunjuk dan ia menunjukkan tertawanya.

"Bagus." ia memberikan pujian.

"Matamu belum lamur tentu dapat menyelami betapa tinggi ilmu kepandaian gadis ini bukan?" Berkata Tan Kiam Lam.

Orang tua bangkuk menganggukkan kepala, "Tentu tahu."

Tentu saja ia tahu, ia pernah menyaksikan bagaimana Cang Ceng-ceng mengetengahi pertempuran Tan Kiam Lam dan Sin Hong Kiap diluar Benteng Penggantungan.

"Mungkinkah kau dapat mengalahkan dirinya?" Tan Kiam Lam buka suara.

"Aku belum pernah menempurnya, bukan?" Berkata orang tua itu.

"Ilmu kepandaiannya berada diatasku." Berkata Tan Kiam Lam, "Kukira kau tidak akan sanggup menandinginya.

"Aku dapat berusaha mengimbangi kekuatan setiap orang." Berkata orang tua bungkuk.

"Bila aku turut serta pertempuran itu mungkin kau dapat melayani gabungan dua jago kelas satu." "Boleh dijajal." Berkata orang tua bungkuk menantang.

"Bagus." Dan Tan Kiam Lam memandang Cang Ceng- ceng berkata. "Bunuh kakek usil ini."

"Segera kubunuh." Berkata Cang Ceng-ceng.

Membarengi kata-katanya, tubuh gadis yang telah dimayat hidupkan itu bergerak luar biasa gesitnya, ketangkasannya belum dipunahkan, ia masjh digolongkan kedalam jago kelas satu. Didalam sekejap mata, telah menyerang orang tua bungkuk sampai dua kali. Orang tua bungkuk itupun seorang yang tanpa tandingan, bila Cang Ceng ceng dapat menyerang cepat, ia pun dapat menangkis lebih cepat lebih dari pada itu, tangannya pun tidak kosong sambil bertahan, ia pun memberi kiriman serangan balasan.

Cang Ceng-ceng dan orang tua bungkuk telah bergulat.

Co Yong membelakangi Tan Ciu yang  sudah jatuh pingsan, ia dapat turut menyaksikan pertandingan hebat itu.

Suatu ketika, orang tua bungkuk melesat. lewat ditempat yang tidak jauh dari Co Yong, dan berkata kepada gadis tersebut.

"Lekas bawa Tan Ciu meninggalkan tempat ini." Dan ia merangsek Cang Ceng Ceng dengan kekuatan hebat.

Co Yong sadar akan bahaya. Ia menggendong tubuh Tan Ciu, siap melarikan diri meninggalkan Benteng Penggantungan.

Tan Kiam Lam tertawa seram, ia menghadang kepergiannya dan berkata.

"Kau kira mudah meninggalkan tempatku?"

Orang tua bungkuk sudah dapat memperhitungkan hal ini, sebelum Tan Kiam Lam dapat menahan kepergian Co Yong dan Tan Ciu. ia mengirim satu serangan maut kearah ketua Benteng Penggantungan itu.

Gerakan Tan Kiam Lam terhadang.

Co Yong melesat dengan punggung menggendong tubuh Tan Ciu.

Cang Ceng-ceng tidak tinggal diam, dengan gerakannya yang gesit, ia pun memukul orang bungkuk. maka kakek ini dipaksa meninggalkan Tan Kiam Lam,

Gerakan tadi terjadi didalam waktu yang sangat singkat sekali, boleh dikata pada saat yang sama, karena tidak satu gerakan pun yang lambat, maka agak sulit diikuti dengan mata biasa.

Orang tua bungkuk tidak berani lengah, ia harus berhati- hati melayani Cang Ceng-ceng. Tan Kiam Lan mendapat kebebasan lagi. Tapi bayangan Co Yong dan Tan Ciu telah lenyap dari pandangan mata. Tanpa membuang-buang waktu, ketua Benteng Penggantungan itu segera membikin pengejaran.

Orang tua bungkuk tidak dapat memisahkan diri. serangan-serangan Cang Ceng-ceng terlalu berbahaya, lengah sedikit, darahnya akan mengambang ditempat itu.

Meninggalkan pertempuran Cang Ceng-ceng dan orang tua bungkuk, mengejar kejadian Tan Kiam Lam, Co Yong dan Tan Ciu.

Ilmu Co Yong jauh berada dibawah Tan Kiam Lam. Pada tubuh gadis itu pun menggendong orang, hal ini mengurangi kecepatan larinya.

Tan Kiam Lam telah berhasil mengejar.

Tangan kejam Tan Kiam Lam terjulur ke depan. Dengan suaranya yang seperti kepala bajingan itu, ia berkata. "Kemana kau pergi?"

Co Yong menyengot kesamping.

Tapi Tan Kiam Lam lebih cepat, ia memukul gadis tersebut. . . . Hukkk! . . . Tubuh Tan Ciu lepas dari gendongan Co Yong sedangkan si gadis jaruh terperosok.

Tan Kiam Lam tidak bernama Tan Kian Lam  bila  ia tidak mempunyai kekejaman yang melebihi manusia biasa. Tangan mautnya menjulur lagi ....

Tiba tiba ....

Terdengar satu suara dingin membentak. "Hentikan gerakkan itu?"

Seorang wanita berpakaian merah telah menampilkan dirinya, penuh kewibawaan pada wajahnya terbayang keagungan,

Tan Kiam Lam gagal membunuh orang. Wajahnya memandang wanita baju merah itu dan terjadilah perubahan, wajah si ketua Benteng Penggantungan menjadi pucat. hampir ia berteriak saking kagetnya, ia terus mundur sampai tiga tombak.

Kejadian ini belum pernah dialami oleh Tan Kiam Lam Mahluk manapun tidak pernah ditakuti olehnya. Hanya munculnya wajah inilah yang paling mengejutkan.

Mengapa?

Mengapa Tan Kiam Lam takut berhadapan dengan wajah wanita berbaju merah itu ?

Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi dengan otaknya yang sangat cerdas, mungkinkah masih ada persoalan yang tidak dapat diatasi olehnya ? Kunci jawaban berada pada wanita berbaju merah itu. Jelas, bahwa Tan Kiam Lam kenal kepada wajah tersebut. Dan munculnya wanita berbaju merah ini sungguh berada diluar dugaannya.

-ooo0dw0ooo-

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar