Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid 10

BELUM dapat dipastikan, siapakah yang kalah dimedan pertempuran. Tetapi yang jelas ialah Sin Hong Hiap tidak dapat dijatuhkan dengan gampang.

Wanita baju hitam Kang Leng berkata lagi. "Demikianlah Sin Hong Hiap berkunjung datang."

Hiang-cui memberi tahu kepada sang ketua agar Tan Kiam Lam tidak melamun terus menerus.

"Lekas beritahu kepadanya, bahwa aku tidak pernah menjanjikan dirinya untuk bertempur." Berkata Tan Kiam Lam.

"Sudah diberi tahu. Tapi ia tidak mau mengerti."

"Aneh ...Aneh.... Siapakah yang berani menggunakan namaku?" Tan Kiam Kiam Lam menggerutu. "Mungkin ada orang yang ingin melihat adu domba." "Siapa yang berani?"

"Mengapa Sin Hong Hiap berkata tegas seperti itu?

Dikatakan kau menantangnya di Rimba Penggantungan?"

"Inilah yang kukatakan sangat aneh. Sebetulnya Aku

tidak ingin menemukan Sin Hong Hiap." "Maksud Pocu?"

"Berusahalah kalian mengusirnya."

"Lupakah bahwa kita sedang berhadapan dengan si Pendekar dewa Angin Sin Hong Hiap?"

"Sin Hong Hiap bagaimana?"

"Kita semua bukanlah tandingannya."

Apa yang hiangcu baju hitam itu kemukakan cukup beralasan, siapakah yang dapat melayani Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap? Kecuali ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam.

Tan Kiam Lam mengeretek gigi. "Dimana kini Sin Hong Hiap itu?" "Dipintu benteng."

"Baik. Segera aku berurusan dengannya."

Wanita baju hitam Kang Leng siap mengundurkan diri.

Tan Kiam Lam segera memanggilnya. "Kang hiangcu "

Kang Leng menghentikan langkahnya.

"Pocu ada perintah lain?" Ia siap menerima perintah lain. Menunjuk kearah Tan Ciu dikamar rahasia, Tan Kiam Lam berkata.

"Bawalah pemuda itu kedalam kamar tahanan." "Tetapi, dia. . ."

"Setelah selesai dengan urusan Sin Hong Hiap. aku masih harus berurusan dengannya."

"Baik." Kang Leng menerima perintah.

Tan Kiam Lam berkata lagi. Ia menuju kearah luar Benteng Penggantungan untuk berurusan dengan si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap!

Wanita baju hitam Kang Leng masuk kedalam kamar rahasia, ia menghampiri Tan Ciu!

Mendapat kesemparan istirahat yang cukup lama, karena ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak diselesaikan sehingga tamat, maka Tan Ciu belum mengalami otak Kosong. Bagaikan baru sadar dari satu impian buruk, pemuda itu masih bengong disana.

Sebentar kemudian, ia segera teringat bagaimana sang ayah, manusia yang bernama Tan Kiam Lam itu menggunakan ilmu Ie hun Tay-hoat untuk menghilangkan daya ingatannya.

Dua butir air mata meleleh turun dari kelopak sipemuda.

Wanita baju hitam Kang Leng menarik leher baju pemuda itu dan berkata. "Mari turut kepadaku "

Tanpa bicara. Tan Ciu mengikuti hiangcu yang bernama Kang Leng itu.

Hanya beberapa langkah, Kang Leng segera dapat melihat kesedihan sipemuda, disaksikan bagaimana anak yang gagah itu mengucurkan air mata. "Eh. mengapa kau menangis?" Ia mengajukan pertanyaan.

Mengapa menangis?

Suatu pertanyaan yang tidak perlu diajukan. Bila seseorang mengalami kesedihan yang luar biasa, bagaimana ia tidak mengucurkan air mata?

Tan Ciu memandang wanita baju hitam itu.

"Kau belum pernah menangis?" Ia balik mengajukan pertanyaan itu kepada orang yang bersangkutan.

Mendapat pertanyaan yang seperti itu, Kang Leng menjadi tertegun.

"Kukira belum pernah ada orang yang tidak menangis..." ia berkata.

"Bilakah dan didalam keadaan bagaimanakah kau mengucurkan air mata?" Tan Ciu bertanya lagi.

"Menjelang waktu-waktu yang sangat sedih, sakit hati dan putus asa.... Diwaktu itu . . . aku dapat mengucurkan air mata."

"Maka tentunya kau dapat menduga, mengapa aku menangis." Berkata Tan Ciu.

"Aneh.... Dia tidak menyakiti hatimu, tidak merusakmu, juga tidak membunuhmu, mengapa harus mengucurkan air mata?"

Yang diartikan dengan sebutan 'dia' oleh Kang Leng, adalah ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam.

"Agaknya kau belum dapat menyelami hati orang." Berkata Tan Ciu.

"Maksudmu ? " "Ingin sekali aku dapat mati segera."

"Kau tidak akan mati." Berkata Kang Leng. "Dia tidak mengijinkan kau mati,"

"Suatu hari aku akan mati."

Kang Leng memperhatikan wajah pemuda itu, tidak ada cahaya hidup sama sekali, juga tidak ada cahaya terang untuk bergulat dengan penghidupan dunia. Ternyata ia telah membenci setiap orang dan segala sesuatu ditemukan olehnya.

Wanita baju hitam Kang Leng menarik napas, ia berkata. "Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu." "Ajukanlah."

"Kau pernah jatuh cinta?"

"Aku? . .." Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian menganggukkan kepala. "Pernah."

"Siapa gadis yang kau cintai itu. Co Yong?"

Tan Ciu menganggukkan kepala, perlahan sangat lemah sekali.

Sangkanya Co Yong telah mati, kemudian disusul dengan kejadian bertemu dengan sang ayah kejam, licin dan penuh dosa itu, tentu saja Tan Ciu menjadi kecewa dan bosan hidup.

Betulkah Co Yong sudah tidak ada didalam dunia?

Tan Ciu belum menemukan mayat gadis itu. Dia tidak tahu bahwa  Co Yong masih hidup didalam Benteng Penggantungan. Bercerita hilangnya baju hitam Kang Leng mendapat tugas untuk membawa Tan Ciu kedalam kamar tahanan rahasia Benteng Penggantungan.

Ditengah jalan, terjadi dialok yang menyinggung soal cinta dan kesedihan seorang manusia,

Kang Leng bertanya. betulkah Tan Ciu pernah cinta kepada Co Yong?

Tan Ciu menbenarkan dugaan itu.

"Kau cinta kepadanya sungguh-sungguh?" Kang Leng meminta ketegasan si pemuda.

"Sungguh-sungguh." Berkata Tan Ciu.

"Kukira kau cinta kepada Co Yong, setelah mendengar berita kematiannya. Karena merasa berhutang budi, karena tidak dapar membalas budi itu, maka kau mengatakan cinta kepadanya?"

"Aku sungguh cinta kepadanya. Sebelum mati pun demikian didalam baka pun tetap demikian. Pasti akan kusambung cinta itu."

Bila bukan Tan Ciu memaksa Co Yong untuk membuka rahasia Benteng Penggantungan, tentu gadis tersebut tidak mati. Mengingat hal itu, si pemuda menangis lagi.

"Ternyata kau cinta kepada Co Yong dengan sesungguh hati." Berkata wanita baju hitam Kang Leng.

"Ng "

"Kau bersedia melakukan sesuatu untuknya?" Bertanya Kang Leng lagi.

"Tentu." "Kuberi tahu kepadamu." Berkata hiangcu baju hitam Kang Leng. "Kau harus berusaha hidup. Demi Co Yong, kau harus tetap hidup."

"Aku belum ingin mati." Berkata Tan Ciu. "Masih banyak perkara yang belum kuselesaikan, maka aku harus tetap hidup."

"Betul. Co Yong akan gembira mendengar kesaksianmu ini."

"Tahukah asal usul Co Yong itu?"

"Kukira hanya pocu kita seorang saja yang mengetahui asal usul dirinya."

"Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen itu juga tidak tahu?"

"Kukira ia tidak tahu."

"Tapi. Co Yong adalah muridnya."

"Betul Ketua Benteng kita sangat merahasiakan asal usul Co Yong. Maka tidak ada yang  tahu. Tapi jangan kau katakan kepada orang bahwa  aku telah menceritakan kejadian-kejadian ini kepadamu."

"Tentu." Tan Ciu memberikan janjinya. "Baik. Dekatilah kupingmu."

Tan Ciu memasang telinganya.

"Simpan baik-baik rahasia ini....." Berkata Kang Leng dengan suara sungguh-sungguh.

"Rahasia apa?"

”Co Yong masih hidup didalam kamar tahanan kita "

"Aaaa Co Yong masih hidup?" "Ssstt,., Perlahan sedikit." Kang Leng memberi peringatan,

"Masih hidup?" Tan Ciu mengulang pertanyaan. "Betul."

"Dimanakah kini ia berada?"

Segera kau tahu. Tapi ingat, jangan sebarkan cerita ini, tidak perduli kepada siapapun juga. Bila kau tidak percaya dan memberi tahu kepada orang. Bukan aku yang celaka, tapi Co Yong yang akan binasa terlebih dahulu."

"Aku tahu." Berkata Tan Ciu,

”Harapan untuk bertemu dengannya masih besar." Kang Leng memberikan hiburan!

"Segera ajak aku kesana." Berkata Tan Ciu. "Tidak."

"Mengapa?"

"Kau bukan tandingan pocu!”

"Ada hubungan apa dengan Tan Kiam Lam?" "Tentu saja ada."

"Bila kau bersedia mengajakku untuk menemui Co Yong?"

”Setelah ilmu kepandaianmu dapat mengalahkan pocu."

Tan Ciu menggertek gigi, katanya. "Suatu hari aku akan mengalahkan dirinya."

"Jangan sebarkan rahasia ini kepada orang!" "Pasti." Tan Ciu memberikan janji. "Dan berhati-hatilah dengan ilmu Ie-hun Tay-hoat jahat itu." Kang Leng memberi peringatan.

"Bagaimana harus menghindari diri dari ilmu Ie-hun Tay-hoat."

"Berusahalah menghindari diri dari sinar pandangan matanya."

"Bila tidak dapat?"

"Ini pun tidak mengapa. Waktu berlaku Ie-hun Tay-hoat hanya satu bulan. Lewat dari waktu itu, hilanglah kegunaan ilmu Ie-hun Tay-hoat."

"Ooo... Ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak perlu ditakutkan !" "Bukanlah demikian! Hal itu dapat di sambung lagi. Bila

ilmu Ie hun Tay-hoat diulang untuk kedua kalinya, maka setiap bulan, ia dapat menggunakannya,"

Mereka telah tiba diruangan dibawah tanah! Itulah kamar tahanan.

Terlihat undakan yang turun kebawah, Kang Leng mengajak pemuda itu turun.

Tan Ciu mengikuti dibelakang wanita baju hitam itu Setelah    memasukkan   Tan   Ciu    kedalam   sel  kamar

tahanan, Kang  Leng  mengunci  kamar itu. dan ia  berjalan

keluar dari ruang dibawah tanah. Meninggalkan si pemuda.

Keadaan sangat gelap. . ..

Tan Ciu telah menerima totokan ketua Benteng Penggantungan, selembar tenaganya pun tidak dipunyai olehnya.

Ia mengeluarian keluhan napas yang sangat panjang..... Tiba-tiba. satu suara tertengar menggema didalam suasana gelap itu.

"Apa yang kau kesalkan?"

Tan Ciu terkejut. Mengikuti arah datangnya suara. ia dapat melihat tubuh seseoang yang meringkuk didalam kamar tahanan. Ketika tempat orang itu berada disebelah. Itulah orang yang belum lama membuka suara.

"Hei, anak muda. mengapa kau cepat putus harapan?" Berkata lagi orang tawanan yang berada disebelah kamar Tan Ciu itu.

"Siapa yang putus harapan?" Tan Ciu mendebatnya. "Siapa yang belum lama menarik napas panjang

pendek?" Orang itu mengeluarkan tertawa dingin.

Tan Ciu bungkam.

"Hei," Panggil lagi suara itu. "Mengapa kau tidak bicara?"

Bicara? Apa yang harus dibicarakan?

Sedangkan ia belum kenal kepada orang itu. Keadaan sangat gelap, sehingga sulit untuk membedakannya.

"Hei." Panggil lagi suara tersebut. "Seorang diri aku disini, sangat sepi sekali. Kini kau datang menemaniku. sungguh menyenangkan."

"Siapa kau? Tan Ciu mengajukan pertanyaan. "Orang tawanan." Berkata orang itu.

Tan Ciu tertawa.

"Ha, tentu saja orang tawanan," katanya. "Namamulah yang ingin kuketahui?" "Nama?" Orang itu seperti tertegun, "Ha, ha!. Terlalu lama aku menempati kamar ini, sehingga lupa kepada nama sendiri. Sudah tidak ada orang yang mengenal namaku lagi."

"Lama?" Tan Ciu mengulang kata-kata itu, "Berapa lamakah kau disini?"

"Kukira dua puluh tahun. Mungkin juga  tiga puluh tahun. Entahlah. berapa waktu yang pasti itu. Aku tidak tahu Siang malam didalam keadaan gelap. aku tidak dapat membedakan hari."

Tan Ciu tahu mengapa orang itu ditawan sekian lama? Apakah alasannya?

Apakah dosa kesalahannya? Mereka bungkam lagi.

"Hei." Orang itu tidak sabar. "Bocah, mengapa tidak bicara?"

"Apa yang ingin dibicarakan?"

"Apa pun boleh. Untuk melenyapkan kesepian Kita. seharusnya banyak bicara. Dimisalkan bicara tentang ilmu kepandaian. . . Eh. Tentunya kau berkepandaian tinggi, bukan?"

"Bagaimana kau tahu?" Berkata Tan Ciu dingin.

"Karena kau disekap didalam kamar tahanan dibawah tanah yang gelap ini."

"Aku tidak mengerti." Barkata Tan Ciu. "Mengapa mempunyai dugaan seperti itu?"

"Aku kenal baik sifat ketua Benteng Penggantungan." Berkata orang itu. "Ia suka pada orang yang berkepandaian tinggi. Hanya orang berkepandaian tinggi yang dapat ditaklukkannyalah yang dapat mendiami tempat ini."

Tan Ciu tetawa, katanya,

"Bila aku mempunyai ilmu kepandaian yang lumayan sajapun, tidak mungkin ia mengalahkanku. Ilmu kepandaianku tidak berarti. Maka dikalahkan olehnya dan masuk kurungan."

"Ha, ha Ingin mempunyai ilmu kepandaian yang dapat

mengalahkannya? Ha, ha Kau mengimpi."

"Mengapa?"

"Ketahuilah, belum ada orang yang dapat mengalahkannya."

"Kau?"

"Seperti keadaan dirimu, akupun telah dikalahkan olehnya. Siapa yang dapat mengalahkan ketua Benteng Penggantungan. dia adalah jago nomor satu."

Terdengar keluhan napas yang sangat panjang juga sangat sedih.

Tan Ciu diam.

Keadaan itu berlangsung lama sekali. Tidak satu  pun dari mereka yang mulai membuka pembicaraan lagi.

Agaknya orang itu telah sangat kesepian. maka ia membuka suara,

"Hei. bolehkah aku berkunjung ketempatmu situ?"

Tan Ciu menjadi heran. "Kau dapat masuk kedalam kamar tahananku?" Ia bertanya bingung.

"Tentu . ." Dibarengi oleh bunyi suara besi yang beradu, "krek..." Bunyi kunci yang dibuka.

Satu bayangan masuk kedalam kamar tahanan Tan Ciu.

Hal ini mengejutkan pemuda itu! Orang tersebut mempunyai kebebasan untuk meninggalkan kamar tahanannya, mengapa tidak mau melarikan diri?

Bayangan yang datang telah berada dihadapan Tan Ciu, itulah seorang tua yang bungkuk melengkung, wajahnya cukup menakutkan.

"Aaaae " Tan Ciu melebarkan mulut.

"Ha ha " Orang itu tertawa, "Takut?"

Tan Ciu tidak memberikan jawaban!

"Wajahku memang menakutkan orang!" Berkata orang tua bungkuk itu. "Tidak mengherankan bahwa kau menjadi takut karenanya."

"Aku heran." Berkata Tan Ciu. "Apa yang kau herankan ?"

"Mengapa kau mengeram ditempat ini?"

"Kau heran karena aku tidak melarikan diri," bertanja orang tua bungkuk itu!

"Betul !" Tan Ciu membenarkan pertanyaan orang. "Itulah sumpah janjiku." Berkata orang tua bungkuk. "Kau kalah dibawah tangannya?"

"Betul. Kita musuh dendam besar. Kau juga mempunyai dendam dengannya?"

"Dendam? Tidak. Dia adalah ayahku?" "Hahaaa?!" Orang tua bungkuk itu sangat terkejut. "Kau anak Tan Kiam Lam ?"

"Betul.... Bila bukan karena kedatangannya si Dewa Angin Sin Hong Hiap, tentu aku telah di Ie-hun Tay-hoat olehnya."

"Hei...!" Orang tua bungkuk itu menjadi sangat tertarik. "Kau katakan si Dewa Angin Sin Hoag Hiap juga telah datang kedalam Benteng ini?"

"Betul."

"Apa maksud kedatangan Sin Hong Hiap itu. Membikin perhitungan dengan Tan Kiam lam. ”

"Betul." "Tidak Salah?"

Wajah orang tua itu bercahaya terang, satu perubahan yang sangat aneh sekali.

"Mari kau ikut kepadaku . . ." Ia berkata. "Ikut? Ikut kemana?" Bertanya Tan Ciu. "Menonton pertandingan mereka." "Menonton pertandingan?"

"Tentu. Pertempuran diantara dua tokoh kelas satu jtu tidak mudah disaksikan. Jangan kita lewatkan kesempatan bagus ini."

"Kau ingin mengajak aku keluar dari tempat ini?" Bertanya Tan Ciu. "Dapatkah keluar bebas?"

"Tentu. Tapi kau harus berjanji, setelah keluar kau tidak boleh melarikan diri, kau harus ikut aku kembali kedalam kamar ini lagi." "Baik." Tan Ciu memberikan janjinya, "Aku akan kembali ketempat ini lagi."

"Mari," Orang tua bungkuk itu telah mengangkat tubuh Tan Ciu, kemudian meninggalkan kamar tahanan didalam bawah tanah itu.

Tan Ciu mempunyai kesan yang lain kepada orang menggendong dirinya. Diketahui ia dapat bebas keluar dari kamar tahanan, mengapa mencari penyakit didalam sekapan tangan orang? Bukankah tidak merdeka?

Mengikuti tangga batu, mereka naik keatas, tiba disuatu tempat, orang itu menikung kearah kanan disana  ia menekan sebuah batu, maka dinding itu bergeser, menjadikan satu pintu.

"Batu ini . . ."

"Pintu rahasia." Berkata orang tua bungkuk. "Bagaimana kau tahu?" Tan Ciu meminta ketegasan. "Tentu saja tahu."

"Ada orang yang memberi tahu?" Tan ciu menduga kepada Kang Leng yang banyak mulut.

"Bukan. Aku berhasil menemukannya atas kepintaranku sendiri."

"Tan Kiam Lam tahu kau mempunyai jalan keluar rahasia?"

"Tentu saja   tidak.   Tapi   ia tidak mempunyai hak mengekang kebebasanku."

"Mengapa?"

"Lain kali akan kuberi tahu kepadamu." Dikala mereka hampir meninggalkan goa rahasia itu, kuping Tan Ciu yang tajam dapat mendengar isakan tangis seorang wanita sangat perlahan sekali, sesenggukkan.

"Cianpwee, dengar suara tangisan itu?" Berkata sipemuda.

"Kupingku belum budek, mengapa tidak dengar?" "Entah siapa yang menangis ditempat ini?"

Tan Ciu tidak tahu bahwa orang itu mempunai hubungan dekat dengannya.

"Seorang gadis kecil cantik sekali, orang menyebutnya sebagai nyonya Co."

"Nona Co?" Mulut Tan Ciu berteriak. "Mungkinkah Co Yong?"

"Betul. Namanya Co Yong." Berkata siorang tua bungkuk. "Kau kenal dengannya?"

Rasa Cinta Tan Ciu berkobar cepat, dengan berteriak ia menjerit.

"Aku harus segera menemuinya... Aku harus segera menemuinya "

"Hei, bocah tidak sabar, mengapa tidak dapat menggunakan ketenanganmu?"

"Aku berjanji untuk menemuinya."

"Akan kuajak menemuinya. Tapi bukan sekarang, Nanti, setelah selesai menonton pertandingan besar. kuajak kau bertemu dengannya."

"Kau berjanji dapat mempertemukan dengannya?" "pasti dapat." Berkata orang tua bungkuk itu. "Tutup mulutmu dahulu. Jangan berteriak-teriak. Pertandingan besar mungkin sudah dimulai."

"Baik."

Orang tua bungkuk itu tertawa.

"Tentunya kekasihmu." Ia berkata. Dan ia mempercepat langkah kakinya. keluar dari ruangan dibawah tanah.

000OdwO000

Di lembah Siang-kiat, tempat yang menuju ke Benteng Penggantungan sedang terjadi ketegangan. Dua gembong tokoh silat kelas berat segera bertemu muka. Itulah ketua Benteng Penggantungan contra si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.

Disana telah berbaris orang-orang berbaju hitam, itulah anak buah Benteng Penggantungan!

Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen, si Pemuda Putin Pek Hong, Tok Gan Liong dan lainnya mengepalai orang-orang mereka.

Si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menghadapi orang2 itu dengan marah.

"Mana itu Tan Kiam Lam?" Ia bergeram. "Bila ia tidak mau keluar menemuiku, segera aku menerjang masuk tahu?"

"Sabarlah sebentar." Berkata Co Yong Yen.

Ia segera tahu Sin Hong Hiap mulai hilang sabar.

Betul ia telah hidup malang melintang didalam rimba persilatan tanpa tandingan, tapi orang yang segera ditempurnya itu pun bukan tokoh biasa. Tan Kiam Lam juga belum pernah menemukan tandingan. Belum diketahui pasti, siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.

Mengapa Tan Kiam Lam belum menampilkan diri?

Ternyata ketua Benteng Penggantungan yang cerdik itu sedang mengatur sesuatu. ia harus memenangkan pertandingan.

Di semak-semak pohon yang berada diatas mereka dua pasang mata sedang memperhatikan keadaan tempat itu. Itulah orang tua bungkuk dan Tan Ciu yang  baru  saja keluar dari dalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.

Memandang si Pendekar Sin Hong Hiap. orang tua itu berkata. "Betul. Inilah orangnya?"

"Mungkinkah, mereka akan bertempur?" "pasti."

"Dengan alasan apa cianpwe memberikan kepastian ini?"

"Mereka sama-sama belum pernah menemuikan tandingan, tapi kini telah bentrok, satu diantaranya pasti nama yang lebih cemerlang,"

"Siapakah yang akan memenangkan pertandingan itu?" Bertanya Tan Ciu.

"Belum tahu. Masing-masing mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Yang heran. Mengapa Sin Hong Hiap menantang Tan Kiam Lam?"

Tan Ciu segera menceritakan kejadian di dalam rimba Penggantungan. dimana Tan Kiam Pek menggunakan tipu, mengadu domba menantang Sin Hong Hiap didepan Benteng Penggantungan. Maksudnya ialah mencelakan satu diantara dua jago itu. Orang tua bungkuk itu berkata. "Tentu ada sesuatu yang tersembunyi."

Bercerita dibawah mereka....

Sin Hong Hiap sudah membentak lagi. "Hmm, mana itu Tan Kiam Lam ?"

Co Yong Yen berkata. "Segera keluar. Sabarlah."

"Hmm . . .Kau kira aku ini manusia apa? Ingin dijemur disini? Kuberi waktu setengah jam lagi, bila ia tidak mau menampilkan dirinya, seluruh isi Benteng Penggantungan akan kuubrak abrik bersih."

Mengapa tidak terlihat mata hidung Tan Kiam Lam?

Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan itu melarikan diri? Takut kepada si Dewa angin  Sin Hong Hiap?

Tidak mungkin.

Jawaban ini segera pecah juga, terdengar suara Tan Kiam Lam yang tertawa cekikikan.

"Ha-ha "

Dengan lenggang, ketua benteng Penggantungan itu, menampilkan diri, ia berjalan maju kedepan.

Wajah Sin Hong Hiap berubah.

Kini, dua gembong akhli silat kelas berat telah berhadapan.

Tan Kiam Lam menunjukan hormatnya, ia  berkata. "Maafkan penyambutanku yang kurang hormat."

"Ha Ha " Sin Hong Hiap tertawa.

"Petunjuk apakah yang Sin Tayhiap ingin berikan kepada Tan Kiam Lam?" Sin Hong Hiap tertegun. Orang ini menantang dirinya untuk bertanding silat? Mengapa membawa sikap yang cepat lupa?

"Tan pocu". katanya. "ucapanmu sangat mengecewakan orang."

"Ada sesuatukah yang salah?" Tan Kiam Lam tidak tahu bahwa Tan Kiam Pek telah mempermainkan dirinya.

"Kau menjanjikan aku bertarung dihadapan anak buahmu, mengapa mungkin jeri?" Pendekar Dewa Angin mengeluarkan suara bentakan keras.

"Aku menjanjikan kau bertempur disini?" Wajah Tan Kiam Lam berkernyitan.

"Sungguh pandai kau main sandiwara." Berkata Sin Hong Hiap.

"Bilakah aku menjanjikanmu?" Bertanya Tan Kiam Lam. "Tiga hari yang lalu. Didalam rimba Penggantungan,"

Berkata Sin Hong Hiap.

Dari Kang Leng, Tan Kiam Lam telah mengetahui kejadian ini, kini Sin Hong Hiap mengatakan ucapan kata- kata yang sama, tidak akan salah lagi, tapi bilakah aa menjanjikan Pendekar Dewa Angin itu?

Tan Kiam Lam tidak takut. Sin Hong Hiap tidak takut kepada Tan Kiam Lam, tapi mereka tidak menginginkan pertempuran, pertempuran tidak membawa banyak keuntungan, hal itu tidak perlu terjadi, salah satu pasti akan jatuh nama dan hal itu tidak diinginkan oleh seorang jago yang sudah mempunyai nama tenar.

Tapi kini mereka telah berhadapan muka, keadaan itu sangat tegang.

Tan Kiam Lam membuka mulut. "Kau yakin benar  kepada  orang yang menjadikan menempur dirimu itu?"

"Tentu." Berkata Sin Hong Hiap tanpa berpikir panjang. "Aku menjanjikan   kau bertempur didepan Benteng

Penggantungan?"

"Betul." Sin Hoag Hiap menganggukan kepalanya, dan diceritakan secara singkat, bagaimana kejadian yang telah dialami olehnya didalam rimba Penggantungan.

Akhirnya Tan Kiam Lam berkata dingin.

"Aku telah pergi kerimba Penggantungan tapi tidak berhasil menemukan, juga tidak menjanjikanmu."

Sin Hong Hiap tidak percaya.

"Mungkinkah ada orang yang berani memalsukan dirimu?" Ia berkata geram.

"Bukan mustahil."

Sin Hong Hiap Berkata.

"Tokoh manakah yang berani memalsukan dirimu? Apakah manusia yang sudah tidak takut mati? Menyolek- nyolek kumis macan yang sedang tidur?"

Alis Tan Kiam Lam dikerinyitkan semakin dalam sedang berpikir, manusia manakah yang berani memalsukan dirinya?

Sin Hong Hiap berkata lagi.

"Tan pocu, mengapa kau harus menempurku?"

"Mana aku berani menempur Pendekar Angin yang ternama." Berkata Tan Kiam Lam tertawa.

"Tan Ciu telah membunuh muridku. Bila tidak ada kedatanganmu, aku sudah membunuh bocah sombong itu. Kini aku gagal membunuhnya, dan hutang ini harus disaksikan olehmu. Aku menanti kebijaksanaan yang adil."

Tan Kiam Lam berkata. "Bagaimanakah agar aku dapat mengambil satu kebijaksanaan yang paling adil."

"Mudah." Berkata Sin Hong Hiap. "Kau meminta maaf segera. Dan untuk selanjutnya, kau berjanji, tidak akan mengganggu urusanku lagi."

"Aku tidak melakukan suatu kesalahan." Berkata Tan Kiam Lam. "Mengapa harus meminta maaf kepadamu?"

"Baik. Hanya pertempuranlah yang akan menyelesaikan sengketa ini." Akhirnya Sin Hong Hiap kehilangan sabar.

"Aku tidak keberatan. Sudah lama aku mengagumi Kepandaianmu."

"Sama-sama. Ilmu kepandaianmu pun sangat disohorkan orang, Sungguh satu keberuntungan dapat menyaksikan kebenaran kata2 itu."

"Betul! Diantara kita berdua. sudah waktunya untuk menggaris bawahi urusan pasal ini."

"Sudah siap?" Sin Hong Hiap mulai gatel. tangan. "Tunggu dulu. Ada satu pertanyaan yang ingin aku

ajukan kepadamu." Berkata Tan Kiam Lam.

"Katakan."

"Setelah bergebrak, satu diantara kita akan mengalami kemenangan."

"Tentu."

"Dan satunya akan menderita kekalahan."

"Sungguh bawel. Hal ini sangat lumrah." Sin Hong Hiap masih berdarah panas. "Sudahkah terpikir, apa akibatnya bila kau menderita kekalahan itu?"

Hal ini tidak berani dibayangkan oleh sang Pendekar Angin. Bila ia kalah, jalan satu-satunya jalan ialah bunuh diri.

Untuk menjaga pamornya, Sin Hong Hiap tertawa, ia balik mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang bersangkutan.

"Apa akibatmu bila kau yang menderita kekekalahan itu?"

"Aku? Aku akan mengasingkan diri dari dalam rimba persilatan."

"Pikiran yang sama," Berkata Sin Hong Hiap.

"Maukah mendengar saranku?" Berkata Tan Kiam Lam. "Saran yang bagaimana ?"

Tan Kiam Lam menunjukkan senyum iblisnya. ia

berkata.

"Nama Pendekar Dewa Angin bukan didapat dengan mudah, kau harus menjaga nama ini baik-baik bukan. Kukira, bila kau menderita kekalahan, kau segera  bunuh diri. Hal ini untuk melenyapkan rasa  malumu kepada semua orang."

"Kau pandai menduga isi hati orang."

"Aku tidak mengharapkan kematianmu." Berkata Tan Kiam Lam.

"Belum tentu aku yang mati."

"Aku tahu Maksudku adalah mengganti, akhir babak tadi." "Katakanlah."

"Bila aku menderita kekalahan. kau tidak boleh bunuh diri." Bertanya Sin Hong Hiap.

"Kau harus menghamba kepadaku." Berkata Tan Kiam Lam lagi.

Sin Hong Hiap mengkerutkan kedua alisnya, hal ini agak tidak mungkin.

Seorang lagi yang tidak mengharapkan kejadian itu, orang ini kakek bungkuk yang mendampingi Tan Ciu, dan nangkring diatas pohon dimana kejadian itu.

Orang tua bungkuk itu paham, betapa lihai ilmu kepandaian Tan Kiam Lam, betapa jahat sifat Tan Kiam Lam, bila saja Sin Hong Hiap mau menyatukan diri, bila saja sampai terjadi Pendekar Dewa Angin itu barhamba kepada siketua Benteng Penggantungan, pasti sekali membawa banyak keuntungan bagi Tan Kiam Lam. Dunia tidak akan aman seumur hidup mereka.

Terdengar suara Sin Hong Hiap nyaring.

"Bila aku berhasil memenangkan pertandingan?"

"Ketua Benteng Penggantungan kuserahkan kepadamu." Berkata Tan Kiam Lam.

"Aku tidak mempunyai maksud untuk menduduki takhta ketua Benteng Penggantunganmu." Berkata Sin Hong Hiap.

"Aku bersedia diadili olehmu."

Satu saran yang sangat adil. Bila Tan Kiam Lam mempunyai itu keberanian untuk mengajukan usulnya, mengapa Sin Hong Hiap tidak berani menerima?

Bila Sin Hong Hiap tidak berani menerima saran ini, maka lenyaplah pamor kependekarannya. Akhirnya Sin Hong Hiap menggunakan kepala berkata, "Baik aku menerima saranmu."

Tan Kiam Lam mengundurkan diri satu tapak, ia

memasang kuda-kuda dan berkata. "Sudah siap?"

Sin Hong Hiap menjadi tegang, inilah saat2 yang sangat menentukan. Ia juga membikin persiapan perang.

"Baik!" Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap sudah siap menerima serangan.

Tan Kiam Lam menekuk lengan tangan, tiba-tiba ia berteriak.

"Terimalah seranganku." Tubuhnya melesat dan menyerang lawan tersebut.

Sin Hong Hiap menangkis serangan tadi, kini ia balas menyerang.

Bayangan Tan Kiam Lam lenyap mendadak dikala terpeta kembali bentuk tubuhnya sudah mengirim lain serangan.

Itulah pertempuran kelas berat. Hebat, dahsyat dan menegangkan.

Diatas pohon, ada dua orang yang  turut menonton pertandingan. Mereka adalah Tan Ciu dan seorang kakek tua yang bungkuk. Orang tua bungkuk itu tertawa.

"Bagus." Ia memberikan pujian. "Masing-masing telah mengirim lima kali serangan."

"Aaaaa....." Tan Ciu tidak percaya. "Lima serangan untuk setiap orang?"

"Betul! Perhatikan baik-baik." Tan Ciu belum dapat mengikuti pertandingan kelas berat tadi, ia hanya dapat melihat bayangan-bayangan yang bergerak-gerak, terlalu cepat, terlalu guram. Tidak diketahui, siapa yang mempunyai kesempatan menang.

"Siapa yang menduduki posisi menguntungkan?" Ia mengajukan pertanyaan,

"Belum terlihat." Berkata kakek bungkuk. "Masih sama kuat."

"Tapi jurus-jurus mereka tidak sama."

"Betul. Gerakan Sin Hong Hiap lebih gesit lebih cekatan. tapi tenaga dalam Tan Kiam Lam juga lebih berat, lebih hebat. Masing-masing mempunyai keistimewaan mereka. tidak mudah untuk mencari kemenangan cepat."

"Bila sampai terjadi ..."

"Kau mengkhatirkan kekalahan Sin Hong  Hiap?" Berkata kakek bungkuk itu, "Jangan takut. Sin Hong Hiap tidak akan kalah. Tan Kiam Lam juga tidak akan kalah."

"Eeeh . . . "

"Dua-duanya tidak akan berhasil menyelesaikan pertarungan ini," Mata orang tua bungkuk itu sangat tajam sekali.

"Tidak ada habisnyakah pertempuran ini?"

"Saksikanlah perlahan-lahan. Dua jago kelas berat itu masih berkutet masing-masing mencari kemenangan, Tapi mereka sama kuat, sama ulet, tidak seorang pun yang dapat mengalahkan pihak lawan."

000-0dw0-000

Bercerita tenteng pertempuran yang terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam. Seperti apa yang telah diramalkan oleh siorang tua bungkuk yang masih mendampingi Tan Ciu tidak satu pun dari kedua jago itu yang dapat mengalahkan lawan mereka.

Pertempuran masih berlangsung terus.

Deru angin yang ditimbulkan oleh pukulan-pukulan dua jago itu mendesak semua orang yang menonton pergi jauh. Dan yang terakhir, wakil ketua Benteng Penggantungan juga dipaksa menjauhi lapangan.

Tangan Sin Hong Hiap diraihkan, menyakar kearah wajah Tan Kiam Lam. Cepat sekali gerakan tadi.

Tan Kiam Lam menggunakan tangan kiri. menutup serangan itu, berbareng, dengan tangan kanannya, ia mengirim satu pukulan.

Gerakan mereka berada diluar dugaan para penontonnya. Setiap tangkisan pasti disertai dengan serangan balasan yang tidak kalah hebatnya.

Terdengar suara beradunya telapak tangan, dua bayangan itu terpisah.

Wajah dua orang yang bertempur telah menjadi pucat, masih terlihat ketegangan-ketegangan yang belum selesai, butiran peluh mulai mengetel turun dari jidat dua jago itu.

Setelah terpisah Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mulai mengadakan penyerangan baru. mereka harus berubah taktik perang, hal itu penting mengingat kekuatan lawan yang luar biasa.

Kali ini gerakan mereka lambat, masing-masing berputar, tapi, tidak segera melakukan penyerangan.

Diatas dua orang yang sedang bersitegang itu. Tan Ciu dan kakek bungkuk melakukan percakapan. "Lihat!" Berkata orang tua bungkuk. "Bila kau mengikuti pertandingan tadi ilmu kau akan mendapat  kemajuan pesat."

"Sayang aku tidak dapat mengikuti setiap jurus serangan mereka." Tan Ciu b>erkata terus terang.

"Didalam rimba persilatan, mungkinkah tidak ada orang yang dapat mengatasi dua orang ini?" Tan Ciu bertanya.

"Menurut apa yang kutahu, sampai sekarang masih belum ada seorang yang dapat mengalahkan Tan Kiam Lam atau Sin Hong Hiap."

Dua orang yang baru disebut, Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mengeluarkan suara lengkingan mereka, pertempuran sengit terjadi lagi. Hanya terlihat dua bayangan yang bergulung-gulung menyelubungi tubuh mereka.

Tiba-tiba Tan ciu berteriak. "Celaka."

"Mengapa?" Orang tua bungkuk memandang heran. "Hampir aku melupakannya."

"Apa yang kau lupakan?"

"Seorang gadis menantikan dimulut lembah."

"Ha... Gadis2 selalu menyelubungimu." Orang tua bungkuk itu tertawa.

Wajah Tan Ciu menjadi merah.

"Jangan menggoda." Ia berkata. "Bila aku tidak cepat menemuinya, didalam waktu tiga jam setelah perpisahan tadi, ia segera menerjang masuk kedalam Benteng Penggantungan." "Biar saja mengamuk didalam Benteng Penggartungan. Tan Kiam Lam tidak sempat menghadapi musuh kedua. Kau tidak perlu menguwatirkan keselamatannya."

"Hal ini tidak boleh terjadi." Berkata Tan Ciu. "Mengapa?" Orang tua bungkuk itu tidak mengerti,

"Aku belum mau turut dengannya. Aku harus menemui Co Yong dahulu."

"Maksudmu."

"Akan kuberi tahu kepadanya tentang kesulitanku." "Ingin meninggalkan aku?"

"Hanya sementara."

"Huh! Begitn enak?" Bentak orang tua bungkuk itu. "Kau memang pandai main asmara. Aku melarang kau meninggalkau Benteng Penggantungan."

"Mengapa?"

"Aku membawa kau keluar dari kamar tahanan dan aku wajib membawa kau kembali kekamar tahanan itu lagi."

"Kau takut kepada Tan Kiam Lam?" "Pertanyaan yang lucu." Berkata kakek bungkuk.

"Bila kau tidak takut padanya. bagaimana dapat dikurung didalam kamar tahanannya?"

Tiba-tiba, terdengar suara benturan yang bergelegar, itulah tenaga tenaga Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap yang bergumul menjadi satu.

Setelah itu, dua bayangan terpisah. Tan Kiam Lam di Utara dan Sin Hong Hiap diselatan. Masing-masing memandang lawan tanpa berkedip. Bagaikan dua ekor binatang buas mereka ingin menemukan mangsanya. Sayang hal itu tidak bisa terjadi, kekuatan mereka seimbang.

Tangan Tan Kiam Lam dimajukan kedepan, inilah persiapan untuk meneruskan pertandingan itu.

Sin Hong Hiap mengangkat sebelah tangannya. jago tua ini pun belum kalah.

Tan Kiam Lam telah dapat melihat  kelemahan lawannya. tenaga dalam lawan bukanlah tandingannya, ia harus memaksa Sin Hong Hiap mengadu tenaga dalam, terus menerus, sehingga jago copot tenaga.

Sin Hong Hiap juga dapat melihat kelemahan Tan Kiam Lam, bila dapat menggunakan ilmu meringankan tubuh, main putar-putaran beberapa jam, pasti ia  mempunyai banyak kesempatan untuk menjatuhkan si ketua Benteng Penggantungan.

Pendekar Dewa Angin, Sin Hong Hiap mempunyai kecepatan yang luar biasa ia harus menggunakan keahliannya itu.

Tan Kiam Lam juga ingin menggunakan kepusakaannya, itulah ilmu tenaga dalam.

Masing-masing mempunyai pikiran mereka.

Bila yang satu ingin cepat-cepat menyelesaikan pertempuran itu, lainnya ingin mengulur waktu.

Tiba-tiba ....

Tan Kiam Lam bergerak terlebih dahulu, ia memukul kearah Sin Hong Hiap. tiga kali, atas, tengah dan bagian bawah. Sin Hong Hiap meluncur keatas kepala orang, dari sana. ia menurunkan tangannya, mengarah batok kepala ketua Benteng Penggantungan itu.

Dan sekali lagi, berkutetan ilmu silat itu berlangsung. Sepuluh juru.....

Dua puluh jurus....

Tiga puluh jurus...

Masih belum ada tanda-tanda baik yang akan memenangkan pertandingan itu.

Seperti apa yang telah dikemukakan oleh orang tua bungkuk kedalam Benteng Penggantungan pertempuran yang seperti itu tidak mungkin mencapai satu hasil kemenangan.

Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap tidak boleh kalah. juga tidak dapat memenangkan pertandingan itu.

Tiba tiba.......

Satu bayangan melesat cepat, langsung menerjunkan dirinya kedalam pertempuran.

Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap masih ngotot seru, mereka tidak memperdulikan masuknya orang itu, dua pasang tangan mengganti arah, pukulan-pukulan jatuh kepada orang tersebut.

Tan Ciu menjerit.

Orang tua bungkuk terkejut. bukan mustahil dia orang jadi gepeng remuk, serangan bersama dan tenaga Tan Kiam Lam serta Sin Hong Hiap bukanlah tenaga yang mudah diterima.

Kejadian yang diluar dugaan terjadi, Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap terdorong mundur. Pertempuran itu terhenti, orang yang datang berhasil memisahkan dua jago itu.

Siapakah yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat memisahkan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.

Disana berdiri seorang gadis berbaju putih, itulah Cang Ceng Ceng.

Tan Ciu melebarkan mulutnya besar-besar.

Orang tua bungkuk mengoceh, "Heran. .. ,Heran.., .

Sungguh tidak kusangka . . . Tidak kusangka "

"Mengapa?" Tan Ciu memandang dengan sinar mata heran.

"Tidakkah kau lihat, bahwa Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap berhasil dipisahkan olehnya?"

Tan Ciu tidak menyangka bahwa Cang Ceng Ceng mempunyai kekuatan yang berada diatas Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ditinggalkannya gadis tersebut didepan Benteng Penggantungan, bila tidak, tentu ia dapat mengajak dirinya.

Orang tua bungkuk berkata. "Gadis inikah yang  kau maksudkan?"

"Betul."

"Uh, aku telah menjadi katak didalam tempurung. Ternyata masih banyak tokoh silat muda yang berkepandaian tinggi."

Berbicara Cang Ceng Ceng yang telah memisahkan pertempuran itu, memandang dua orang dan berkata kepada mereka.

"Siapakah ketua Benteng Penggantungan?" Tan Kiam Lam mengerutkan kedua alisnya, ia membuka suara. "Ada urusan apa?"

Cang Ceng Ceng berkata. "Aku harus bicara dengannya."

"Tentang urusan apa?" "Aku ingin meminta orang."

"Meminta orang? siapakah orang yang ingin kau minta itu?"

"Tan Ciu."

"Tan Ciu?"

"Betul. Kami telah berjanji, dikatakan olehnya. Ia masuk kedalam Benteng Penggantungan, bila tidak keluar lagi. pasti telah terjadi sesuatu, aku harus menolongnya. Dan ternyata, sehingga saat ini ia belum menampilkan diri lagi."

Tan Kiam Lam tertawa, katanya.

"Tan Ciu telah berhasil menemuiku, kini masih berada didalam benteng."

"Kau Tan Kiam Lam?" Bertanya Cang Ceng Ceng. "Mengapa?" Tan Kiam Lam tertawa.

"Beri kesempatan kepadaku untuk menemuinya." Berkata Cang Ceng Ceng.

"Dapatkah nona menunggu sebentar." Berkata Tan Kiam Lam. "Urusan kami ini segera selesai." Ia  maksudkan urusan pertempurannya dengan Sin Hong Hiap yang belum mendapat penetapan.

"Kalian masih ingin meneruskan pertempuran?" Cang Ceng Ceng bertanya kepada Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap. "Betul." Hampir berbareng, dua orang itu memberi jawaban.

"Tidak mungkin kalian dapat menghasilkan sesuatu keputusan." berkata Cang Ceng Ceng.

"Mengapa?"

"kalian memiliki keahlian yang setaraf. Tidak mungkin dapat mengalahkan satu diantaranya. Kecuali menggunakan akal licik. Hal itu pun akan mengakibatkan kematian. Dan bila seorang yang belum mati itu penasaran, kemungkinan besar menjadi nekad, mungkin mengakibatkan kematian seorang lainnya. Hal yang seperti diatas mempunyai kemungkinan yang paling kecil. Lebih besar, mati karena kehabisan tenaga, copot sukma."

Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap memuji kepintaran yang seperti ini. Masing-masing diam ditempat.

Dan Cang Ceng Ceng berkata lagi.

"Belum ada permusuhan yang mendalam mengapa tidak kalian dapat mendamaikan perkara?"

Tan Kiam Lam berkata. "Kukira sulit."

Cang Ceng Ceng memandang Sin Hong Hiap. "Bagaimana pendapatmu?"

"Seharusnya ada ketetapan, siapa yang memenangkan pertandingan ini." Berkata Pendekar Dewa Angin itu.

Cang Ceng Ceng berpikir sebentar, kemudian berkata. "Baiklah. Tapi ada banyaknya bila kalian bersedia

mengganti cara pertempuran."

"Mengganti cara pertempuran?" "Betul. Kalian tidak perlu mengadu jiwa. Tapi aku yang mengeluarkan acara, akan ku pertonton satu gerakan, bila siapa yang dapat menyebut tepat. Berarti orang itulah yang mempunyai pandangan mata lebih tajam. Ia ditetapkan sebagai pemenang pertandingan. Dan bila sama-sama berhasil menyebut nama itu, aku membuat gerakan2 yang berikutnya sampai ada satu penentuan."

Tan Kiam Lam menganggukkan, ia menyetujui usul ini. "Baik." Ia berkata cepat.

Sin Hong Hiap juga tidak keberatan.

"Aku dapat menerima saran ini." Ia berkata.

Tentu saja, saran Cang Ceng Ceng itu sangat menguntungkan mereka, tanpa berkeringat, mereka dapat menyebut gerakan tipu silat dari golongan mana  juga. Itulah hasil pengalaman-pengalaman mereka yang lama.

Cang Ceng Ceng sudah mulai siap. Tiba-tiba Tan Kiam Lam berkata.

"Tunggu dulu." Dan dipandangnya Sin Hong Hiap seraya bertanya. "Bagaimana dengan pertaruhan yang telah kita tetapkan."

"Masih berlaku." Berkata Sin Hong Hiap.

Cang Ceng Ceng tidak dengar perjanjian yang telah ditetapkan oleh Tan kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ia bertanya kepada mereka.

"Pertaruhan apa?" "Nona tidak perlu tahu,"

"Baiklah. Kini aku akan mulai."

"Silahkan." Berkata Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap. Tubuh Cang Ceng Ceng melejit tinggi, meluncur cepat, lurus keatas. Disana ia berjumpalitan dua kali, setelah itu, dengan enteng melayang turun kebawah, dikala hampir menginjak tanah, lagi-lagi ia berjumpalitan sangat bagus, sangat menarik, itulah gerakan meringankan tubuh yang sempurna.

Kejadian berikutnya ialah, Cang Ceng Ceng berdiri dihadapan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.

Tan Ciu dan orang tua bungkuk turut menyaksikan tontonan itu. Mereka meleletkan lidah.

Orang  tua  bungkuk  mengeluarkan   ocehan.   "Buh, buh Ilmu apakah yang dimainkan olehnya."

Tentu saja orang tua bungkuk itu tidak mengetahui ilmu apa yang dikerahkan oleh Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam juga tertegun.

Ilmu apakah yang Cang Ceng Ceng gunakan tadi, ilmu itu bukan tipu Lee ie hoan-seng, juga bukan Teng-tiam- seng. Gerak tipu Le ie  hoan-seng berarti ikan emas berjumpalitan. Ia mementingkan lincahnya gerakan. Tipu Hee-teng-tiam-seng berarti. Cabang menotol air, ia mengutamakan lompat dan tipu yang Cang Ceng Ceng gerakan tadi bukanlah dua macam tipu itu.

Terdengar Cang Ceng Ceng berkata, "K a t a k a n l a h !"

Tan Kiam Lam mengerutkan keningnya Sin Hong Hiap mengketapkan mulutnya. Ia pun tidak bisa bicara.

"Katakanlah" berkata lagi Cang Ceng Ceng kepada dua jago dihadapannya.

Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin menyebut nama gerakan itu dengan segera. Tetapi siapapun tidak dapat menyebutnya ilmu yang digerakkan oleh Cang Cerg Ceng tadi adalah ilmu yang belum pernah terlihat oleh mereka.

Cang Ceng Ceng menengok kekanan, disana Tan Kiam Lam tidak dapat memberikan jawaban.

Gadis berbaju putih itu menengok kekiri, disini Sin Hong Hiap juga tidak bisa menyebut tipu gerakannya.

Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin merebut kemenangan, tetapi tidak dapat menyebut nama gerakan yang Cang Ceng Ceng perlihatkan kepada mereka, keadaan itu sangat menegangkan...

Bagi Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap, keadaan seperti itu adalah sangat canggung sekali. Boleh dibayangkan didalam rimba persilatan. mereka berdua adalah jago yang belum pernah dikalahkan, tetapi hanya dengan satu gerakan seorang gadis yang  tidak ternama, tidak seorang dari mereka yang dapat menyebutnya, hal inilah sangat menjengkelkan sekali.

Yang lebih menjengkelkan lagi, bila tidak dapat menyebut gerakan Cang Ceng Ceng itu mereka harus menerima kekalahan. keadaan yang seperti itu menyebabkan kemarahan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.

Cang Ceng Ceng tersenyum memandang dua orang dihadapannya, perbedaan yang sangat menyolok sekali bila dibandingkan dengan keadaan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.

Cang Ceng Ceng berkata. "Bagaimana?"

Tidak ada jawaban. Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap telah berusaha mengolah isi pengalaman mereka, tipu apa yang diperlihatkan oleh gadis berbaju putih itu? Mengapa sangat aneh sekali! Tetapi hasilnya sangat mengecewakan, mereka tak dapat menyebut nama gerakan itu.

Cang Ceng Ceng berkata.

"Katakan, aku mulai menghitung, bila kuhitung hingga lima puluh, kalian tidak dapat menyebut nama  gerakan tadi, kalian kalah."

Wajah Sim Hong Hiap pucat pasi. wadjah Tan Kiam Lam matang biru.

"Satu... dua... tiga..." Cang Ceng Ceng terus mulai menghitung angka2 tersebut.

Tan Kiam Lam dan Sin Hang Hiap masih berusaha mencari jawaban untuk menyebut nama gerakan Cang Ceng Ceng tadi, .....

Keadaan sejenak itu tegang lagi.

"Empat puluh... Empat puluh satu.... empat puluh dua. ,

." Cang Ceng Ceng tetap menghitung angka-angka itu.

Tentu saja, Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam tidak dapat memberikan jawaban mereka. Belum pernah ada gerakan yang seperti diperlihatkan oleh Cang Ceng Ceng tadi. tentu saja mereka tidak tahu, apa nama gerakan ilmu silat itu.

"Lima puluh." Ahirnya Cang Ceng Ceng selesai menghitung angka yang telah ditetapkan.

Hati Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mencelos. Cang Ceng Ceng berkata. "Kalian berdua kalah." Putusan gadis berbaju putih itu tepat. Sin Hong Hiap tidak dapat menyebut nama gerakannya. Demikian pun Tan Kiam Lam, jago ketua Benteng Penggantungan itu juga tidak dapat menyebut nama gerakannya. Maka putusan adalah. Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap kalah, tak ada kemenangan bagi mereka.

Terdengar suara Sin Hong Hiap berteriak, "Aku tidak dapat menerima putusan ini."

Tan Kiam Lam juga mengajukan protes. "Aku juga tak dapat menerima putusanmu."

Cang Ceng Ceng memandang dua jago itu alis matanya

berkerut, berkata gadis ini kepada mereka.

"Dengan alasan apa, kalian tidak dapat menerima putusanku?"

Sin Hong Hiap berkata.

"Didalam ilmu silat, semua orang tidak terbatas pada sesuatu macam ilmu saja, ribuan macam tipu gerakan yang aneh sulit dan entah berapa banyak macam lagi. Ilmu yang kau pelajari tidak dapat kita sebut, demikian pun tipu yang kami pelajari setiap orang tidak sama."

Tan Kiam Lam berkata.

"Aku pun mempunyai pendapat yang sama dengan apa yang Sin tayhiap kemukakan."

-ooo0dw0ooo-

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar