Jilid 14
YAN JIT segera mengayunkan tangannya ke depan, tali yang sebetulnya digunakan untuk membelenggu kakinya itu mendadak meluncur ke depan bagaikan seekor ular berbisa, kemudian sekali menggulung, ke tujuh delapan macam hidangan yang terlempar ke udara itu sudah digulungnya...
Sementara itu Kwik Tay lok juga sudah menyusup keluar dari dasar kolong meja.
Yan Jit segera lepaskan tangannya, ada tiga empat macam hidangan segera meluncur ke bawah, dengan cepat Kwik Tay-lok menyambut dua tiga buah diantaranya, sementara mulut pun dibuka lebar-lebar untuk menyambut jatuhnya, sebiji siomay.
Walaupun beberapa macam gerakan ini tidak dilakukan dengan suatu kepandaian silat yang luar biasa, namun kerja sama mereka benar-benar dilakukan amat jitu dan bagus, pada hakekatnya membuat orang merasa kagum saja.
Wi hujin ternyata juga turut menghela napas, katanya:
"Setelah menyaksikan kepandaian kalian berdua, sekalipun harus kuberi sedikit makanan kepada kalian, itupun tidak rugi."
Dalam dua tiga kali gigitan saja ia sudah menghabiskan sebiji siomay, lalu katanya sambil tertawa:
"Aku lihat agaknya kau masih punya sedikit liang sim. "
Ketika ia mulai makan siomay yang ke dua, Yan Jit juga telah menghabiskan sebiji bakpao.
Bisa makan sebiji bakpao dalam keadaan seperti ini sesungguhnya bukan terhitung suatu pekerjaan yang gampang, maka rasanya tentu saja luar biasa sedapnya. Sambil tertawa Yan Jit lantas berkata:
"Bakpao ini benar-benar sedap sekali, entah isinya terbuat dari apa ?" Wi hujin segera tersenyum, sahutnya:
"Biasanya ada dua macam isi yang dipakai untuk isi bakpao dan siomay !"
"Macam apa saja itu?"
"Yang semacam adalah terbuat dari daging babi yang diberi udang!" "Sedang yang lain memakai daging apa?!"
"Daging tikus, bangkai tikus!"
Daging tikus memang bisa dimakan, tapi daging bangkai tikus tak bisa dimakan, siapa memakannya, tentu akan mampus.
Bakpao yang dimakan Kwik Tay-lok seakan-akan terhenti di tenggorokan dan tak mampu ditelan lagi..
Sebetulnya dia ingin bertanya, bakpao yang dimakannya itu terbuat dari daging apa, tapi sekarang ia tak perlu bertanya lagi.
Mendadak ia merasakan ke empat anggota badannya menjadi lemas dan kepalanya mulai terasa pusing.
Ketika berpaling ke arah Yan Jit, dilihatnya paras muka rekannya juga telah berubah menjadi kelabu, bahkan makin lama semakin menghitam pekat.
Wi hujin masih saja tersenyum.
Baru saja Kwik Tay-lok ingin menerjang ke depan, mendadak ia merasa perempuan itu seakan-akan berada ditempat yang jauh sekali, selembar wajahnya itu makin lama semakin bertambah buram, makin lama semakin tak kelihatan.
Dia hanya merasakan Yan Jit menerjang ke hadapannya dan memeluknya erat-erat, lalu terdengar ia berbisik:
"Sebelum mati, aku mempunyai sebuah rahasia yang ingin kuberi tahukan kepadamu" "Raaa rahasia apa?"
Belum sempat dia mengutarakan rahasianya, tahu-tahu iapun turut roboh ke tanah.
Dalam keadaan begini, sekalipun dia telah mengucapkan rahasianya, Kwik Tay-lok juga tak akan bisa mendengar lagi.
Manusia mati karena harta, burung mati karena makanan. Ucapan ini ternyata kurang tepat.
Ada sementara orang yang sama sekali acuh terhadap harta kekayaan, mereka enggan bekerja keras demi uang, tapi seringkali mati demi makanan....
Apakah kau merasa bahwa cara kematian semacam ini penasaran sekali?
Bila kau sudah kelaparan setengah mati, mungkin kaupun akan merasa bahwa lebih, baik mati daripada menahan lapar.
Tapi mengapa mereka bisa kelaparan? Tentu saja karena teman.
"Orang yang mati karena teman, dia tak akan dijebloskan ke dalam neraka"
Tapi bila teman-teman mereka berada di dalam neraka, mungkin mereka lebih suka hidup di neraka dari pada masuk ke sorga.
Tiada manusia yang bisa terlepas dari kematian.
Mati, sesungguhnya boleh dianggap sebagai suatu kejadian yang amat menakutkan.
Maksudnya kau sudah habis, sudah lenyap, tak akan memiliki perasaan lagi, tak akan memiliki harapan, badan kasarmu dengan cepat akan membusuk, namamu dengan cepat akan terlupakan orang. .
Di dunia ini masih ada kejadian apa lagi yang lebih menakutkan daripada kematian? Bila sudah mati harus masuk neraka, tentu saja kejadian ini lebih menakutkan lagi.
Tapi macam apakah neraka itu ? Tak seorangpun yang tahu. Tempat itu tentu sangat gelap, sangat gelap sekali...
Gelap yang luar biasa menyelimuti seluruh tempat.
Demikian gelapnya membuat kau bukan saja tak dapat melihat orang lain, juga tak bisa melihat diri sendiri. .
Kwik Tay-lok yang ingin melihat diri sendiripun tak mampu melihatnya. Dia hanya merasakan sepasang matanya, terpentang lebar-lebar.
Tapi berada dimanakah dia sekarang?, masihkah hidup? Ataukah sudah mati? Ternyata dia tidak tahu. .
"Tidak tahu" itu sendiri sebenarnya adalah suatu kengerian... mungkin suatu kengerian buat umat manusia.
Umat manusia takut dengan kematian bukankah dikarenakan mereka tidak tahu macam apakah kematian itu?
Kwik Tay-lok mau tak mau merasa amat seram, hampir saja merasa ketakutan sehingga tak mampu bergerak lagi. Takut sebenarnya merupakan suatu perasaan yang selamanya tak akan mampu dikendalikan oleh manusia. Lewat lama sekali, Kwik Tay-lok baru mendengar dari sisi tubuhnya seakan-akan ada orang sedang bernapas.
Tapi benarkah manusia yang sedang bernapas? Ia sama sekali tidak tahu. ! Dalam
kegelapan malam semacam ini, siapapun tak akan mempercayai diri sendiri. Untung saja dia masih percaya akan satu hal.
Dikala masih hidupnya Yan Jit berada bersamanya, setelah matipun dia tetap akan berada bersamanya. Ada sementara teman yang seakan-akan tak bisa berpisah lagi untuk selamanya, entah masih hidup ataupun setelah mati. Maka sambil memberanikan diri, Kwik Tay-lok lantas menegur dengan suara lirih:
"Yan Jit. kaukah di situ?"
Lewat beberapa saat kemudian, dari balik kegelapan baru terdengar seseorang menjawab dengan lirih:
"Siau-Kwik kah di situ?"
Akhirnya Kwik Tay-lok dapat menghembuskan napas lega.
Asal ada teman yang bersamanya, entah mati atau hidup tidak menjadi soal baginya.
Tubuhnya mulai bergeser ke arah sana, akhirnya dia berhasil meraba sebuah tangan, sebuah tangan yang dingin bagaikan es:
"Tanganmukah itu?" Kwik Tay lok segera bertanya.
Tangan itu bergerak dan segera menggenggam tangan Kwik Tay-lok kencang-kencang. Menyusul kemudian terdengar suara Yan Jit bertanya lagi dengan lemah dan lirih: "Dimanakah kita berada sekarang?"
"Entah!"
"Apakah kita masih hidup?"
"Entah!" sahut Kwik Tay lok sambil menghela napas. Yan Jit juga menghela napas.
"Kelihatannya sewaktu masih hidup kau menjadi orang tolol, setelah matipun menjadi setan tolol" keluhnya.
Kwih Tay-lok segera tertawa, sahutnya:
"Tampaknya semasa masih hidup kau suka menyindir aku, sudah matipun masih suka menyindirku"
Yan Jit tidak berbicara lagi, dia hanya memegang tangan Kwik Tay lok semakin kencang..
Di hari-hari biasa dia adalah seseorang yang keras kepala dan pemberani, tapi sekarang tampaknya dia ingin menggantungkan diri pada Kwik Tay-lok.
Mungkin saja sebenarnya dia ingin menggantungkan diri pada Kwik Tay-lok, cuma dihari biasa selalu berusaha mengendalikan dirinya. bila seseorang sudah mencapai pada keadaan yang
benar-benar ketakutan, perasaan tersebut baru benar-benar akan terpancar keluar.
Kwik Tay-lok termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia bertanya lagi. "Coba tebak apa yang paling ingin kuketahui sekarang?"
"Ingin tahu kita berada dimana sekarang?" seru Yan Jit. "Bukan !"
"Ingin tahu sebenarnya kita masih hidup atau sudah mati?" "Juga bukan!"
Yan Jit segera menghela napas panjang:
"Sekarang aku belum punya kegembiraan untuk bermain tebak-tebakan denganmu, lebih baik katakan saja sendiri"
"Aku sangat ingin mengetahui rahasiamu" "Aku...? Aku punya rahasia apa?"
"Sebelum mati tadi, bukankah kau hendak memberitahukan rahasiamu kepadaku?"
Mendadak Yan Jit menarik tangannya dan termenung, sampai lama sekali dia baru berkata sambil tertawa.
"Sampai sekarang kau masih belum melupakannya?" Kwik Tay-lok segera tertawa.
"Entah masih hidup atau sudah mati, aku tak akan melupakannya" Kembali Yan Jit termenung lama sekali, kemudian baru berkata:
"Tapi sekarang aku tak ingin memberitahukan soal itu kepadamu" oooo(O)oooo
KEMATIAN TAK AKAN TERHINDAR
"KENAPA?" seru Kwik Tay lok penasaran..
"Tidak karena apa-apa, cuma...cuma..."
Belum lagi dia menyelesaikan kata-katanya, dari kegelapan yang mencekam sekeliling mereka itu mendadak terbentik setitik cahaya api berwarna hijau yang sangat mengerikan.
Itulah api setan!
Di bawah cahaya api setan yang berwarna hijau, seakan-akan berdiri sesosok bayangan manusia.
Mungkin saja bukan bayangan manusia, melainkan bayangan setan.
Ia berada di situ seakan-akan tidak menginjak tanah. Ia seperti sedang melayang-layang di udara.
Tak tahan lagi Kwik Tay-lok segera membentak:
"Kau ini manusia atau setan ?"
Tiada Jawaban, entah manusia atau bayangan setan, tiba-tiba dia melayang kembali ke depan.
Entah dia orang baik atau setan, pokoknya itulah satu-satunya titik cahaya di tengah kegelapan yang mencekam.
Asal ada setitik cahaya, kan lebih baik dari pada ditengah kegelapan....
"Kau masih bisa berjalan?" tanya Kwik Tay lok dengan suara dalam. "Bisa!"
"Bagaimana kalau kita kejar bayangan tadi?" Yan Jit segera menghela napas panjang:
"Aaai.. bagaimanapun juga aku rasa suasana di sana tak akan sejelek keadaan di sini"
Api setan masih melayang-layang di depan sana, seakan-akan sengaja sedang menantikan mereka.
Kwik Tay lok telah menemukan tangan Yan Jit, sambil menggenggamnya erat-erat katanya: "Peganglah tanganku kencang-kencang, jangan terlepas, entah baik atau buruk, kita harus
berada bersama sama. "
Tenaga yang mereka miliki masih merasa agak kaku.
Tapi bagaimanapun juga mereka sudah dapat berdiri, berjalan mengikuti di belakang api setan
itu.
Di depan sana terdapat apa? Sorga lokakah ? Atau neraka?
Mereka tidak tahu, merekapun tak ambil perduli, sebab mereka bisa berjalan ke depan sambil bergandengan tangan.
Menanti mereka merasa langkah kakinya makin lama semakin cepat, api setan di depan itupun sudah mempercepat pula langkahnya.
Mendadak bagaikan kilatan cahaya bintang tahu-tahu api setan itu lenyap tak berbekas. Suasana di sekeliling tempat itu segera berubah menjadi gelap gulita.
Di sana tiada sinar, tiada pula suara.
Yang bisa mereka dengar ketika itu hanya debaran jantung sendiri, debaran jantung yang kian lama kian bertambah cepat.
Dua orang itu sama-sama merasakan telapak tangannya basah oleh peluh dingin.
"Kau tak usah takut" kata Kwik Tay-lok, "seandainya kita benar-benar sudah mati, mengapa pula yang musti ditakuti?"
"Apabila bukan mati, kita lebih-lebih tak usah takut lagi"
Bila seseorang menyuruh orang lain tak usah takut, biasanya dia sendiripun pasti merasa takut sekali.
"Kita lanjutkan perjalanan ke depan? Ataukah mundur saja?" bisik Yan Jit kemudian. "Apakah kita adalah orang yang suka mundur?"
"Baik, entah baik atau jelek, kita harus maju ke depan lebih dulu...!"
Mereka berdua makin kencang bergandengan tangan, dengan langkah lebar maju ke depan. Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar dari depan sana.
"Berhenti!"
Begitu suara bentakan itu menggelegar, tiba-tiba dari kegelapan muncul tujuh delapan titik api setan yang berkedip kedip.
Api hijau yang menyeramkan melayang-layang ditengah udara.
Sekarang, mereka sudah melihat adanya sebuah meja pengadilan yang besar... besar sekali.
Di atas meja itu tampak tempat pit serta tumpukan buku yang besar dan tebal. entah buku atau bon?
Seseorang duduk di belakang meja pengadilan sedang membalik-balik sebuah kitab besar.
Mereka belum sempat melihat jelas wajah orang itu, hanya lamat-lamat seperti mempunyai jenggot yang panjang sekali dengan kepalanya mengenakan kopiah jaman kuno.
"Bayangan setan tadipun berada di sisi meja pengadilan, masih saja tubuhnya bergelantungan tidak di udara juga tidak menginjak tanah, di tangannya seakan-akan membawa sebuah tanda lencana yang amat besar sekali.
Apakah itu yang dinamakan Lencana pencabut nyawa? Apakah tempat ini adalah pengadilan di akherat?
Dan orang yang duduk di situ apakah Raja akherat?
Mereka tidak tahu, siapapun belum pernah berkunjung ke akherat, dan siapapun belum pernah melihat raja akherat.
Tapi mereka hanya merasakan semacam hawa setan yang menyeramkan seakan-akan menyelimuti sekeliling tempat itu, membuat bulu kuduk mereka pada bangun berdiri. .
Raja akherat yang duduk di atas kursi kebesaran itu tiba-tiba berkata, suaranya dingin menyeramkan seperti membawa hawa setan yang menyeramkan:
"Umur kedua orang ini belum habis, mengapa mereka datang kemari?" "Sebab mereka melakukan pelanggaran!" jawab bayangan setan itu. "Pelanggaran apakah yang mereka lakukan?"
"Rakus!"
"Dosanya termasuk tingkat ke berapa?"
"Lelaki rakus tentu pencoleng, perempuan rakus tentu pelacur, dosa ini tertera di tingkat ke tujuh, hukumannya dijatuhkan ke neraka tingkat ke tujuh, sepanjang masa tak akan makan kenyang"
Mendadak Kwik Tay-lok berteriak keras:
"Bicara bohong dosanya lebih besar lagi, dia harus dijebloskan ke dalam neraka pencabut lidah. "
Raja akherat itu segera menggebrak meja sambil membentak:
"Besar betul nyalimu, berani berbuat kurang ajar di sini?"
"Perduli kau manusia juga boleh, setan juga boleh, asal memfitnah diriku, aku tak akan berlaku sungkan-sungkan"
"Siapa yang memfitnahmu?"
"Kalau kau adalah raja akherat sungguhan tentunya kau lebih tahu" teriak Kwik Tay-lok. "Paling tidak kau harus tahu akan satu hal" teriak Yan Jit pula dengan suara keras. "Soal apa?"
"Perduli kau raja akherat sungguhan juga boleh, raja akherat gadungan juga boleh, jangan harap kau bisa menyelidiki jejak Lim Tay-peng dari mulut kami"
Agaknya perkataan tersebut sebaliknya malah agak mengejutkan si raja akhirat itu, lewat lama sekali dia baru berkata dengan suara menyeramkan:
"Sekalipun aku adalah raja akhirat gadungan, tapi kalian akan betul-betul mampus." "Oya?."
"Setelah berada di sini, apakah kalian masih berharap akan pulang dengan selamat?" ejek Raja akhirat itu sambil tertawa dingin.
"Ingin hidup atau tidak adalah satu masalah, berbicara atau tidak adalah masalah lain." "Apakah kalian lebih suka mampus dari pada berbicara"
"Kalau tidak bicara yaa tidak bicara!"
"Baik!" kata raja akhirat itu sambil tertawa dingin.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba semua cahaya api di situ lenyap tak berbekas, suasanapun berubah menjadi gelap gulita.
Kwik Tay-lok segera menarik tangan Yan Jit dan menerjang maju ke depan. Baru saja mereka menerjang ke muka, ke dua orang itu segera roboh terjungkal.
Meja pengadilan di depan sana lenyap tak berbekas, Raja akhirat ikut lenyap, setan-setan cilikpun punah sama sekali.
Kecuali kegelapan, apapun tidak dijumpai di situ. Yang ada tinggal mereka berdua.
Dua orang itu kalau bukan terlalu pintar, tentu saja terlalu bodoh.
Di sebelah kiri adalah dinding batu, di sebelah kanan juga dinding batu, di depan dinding batu, di belakangpun dinding batu.
Dinding-dinding batu itu semuanya lebih keras daripada baja.
Akhirnya mereka menyadari bahwa tempat itu telah berubah menjadi sebuah ruang penjara batu yang kuat sekali.
Maka sambil menahan sabar merekapun duduk di sana. Lewat lama sekali, Kwik Tay-lok baru berkata sambil tertawa:
"Apakah kau sudah mengetahui kalau raja akhirat itu adalah raja akhirat gadungan?" "Tentu saja, raja akhirat itu sudah pasti adalah Wi-hujin!"
"Tapi Wi-hujin tidak berjenggot!"
"Jenggotnya juga palsu, segala sesuatunya palsu"
Mendadak Kwik Tay-lok mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahh...haaahhh... haaahhh... lucu benar orang itu, tak kusangka dia bisa menemukan cara
bodoh semacam itu untuk menjebak kita berdua"
"Yaa, pada hakekatnya lucu sekali!" sambung Yan Jit sambil tertawa tergelak pula.
Sekalipun mereka sedang tertawa, tapi suara tertawanya tak sedap didengar, bahkan jauh lebih tak sedap dari pada mendengar orang menangis tersedu.
Sebab kejadian itu sesungguhnya tidak lucu, sedikitpun tidak lucu... Cara yang dipergunakanpun tidak bodoh.
Bila kau makan sebiji bakpao yang beracun, tiba-tiba sekujur badannya terasa lemas tak bertenaga, kemudian kaupun menyaksikan wajah temanmu berubah menjadi hitam dan roboh terkapar di tanah, lalu jikalau kau sadar menemukan suatu tempat yang tidak diketahui, dan menyaksikan bayangan setan yang tidak menginjak tanah, melihat raja akhirat berkopiah kebesaran yang berjenggot besar di belakang meja pengadilan yang besar, apakah kau bisa menganggap kejadian ini sebagai sesuatu kejadian yang lucu atau menggelikan ?
Kwik Tay-lok tidak tertawa lagi, mendadak katanya setelah menghela napas panjang: "Sekalipun apa yang dilakukan menggelikan, tapi ucapannya tidak menggelikan" "Perkataan apa?"
"Meskipun raja akhiratnya gadungan, tapi kita berarti sedang benar-benar menunggu kematian"
"Kau takut mati?"
"Yaa, rada takut?" sahut Kwik Tay-lok sambil menghela napas panjang.
Mendadak tampak cahaya api berkilat, setumpuk benda bersinar keemas-emasan yang menyilaukan mata kelihatan muncul di depan mata.
Itulah tumpukan emas murni.
Di dunia ini jarang sekali ada orang yang pernah melihat tumpukan emas sebanyak ini. Dari balik kegelapan, kembali terdengar suara menyeramkan tadi berkumandang lagi. "Asal kalian bersedia mengaku terus terang, bukan saja segera kulepaskan kalian pergi
semua, tumpukan emas itupun menjadi milik kalian semua!"
Mendadak Kwik Tay-lok melompat bangun sambil berteriak keras-keras. "Tidak bicara, tidak bicara, tidak bicara!"
Dari kegelapan terdengar kembali suara helaan napas panjang, kemudian apapun tidak kelihatan dan apapun tidak terdengar. Kembali berapa saat telah lewat, tiba-tiba Yan Jit berkata.
"Rupanya kau juga tidak takut!"
Kwik Tay-lok menghela napas panjang.
Aaaai.... takutnya sih memang takut, cuma saja. walaupun kita mati demi Lim Tay-peng, dia
sendiri sama sekali tidak tahu, mungkin selamanya tidak tahu"
"Bila kau sudah bersedia melakukan perbuatan untuk teman, itu adalah urusanmu sendiri, pada hakekatnya temanmu tahu atau tidak, bukanlah suatu masalah yang penting"
"Sebenarnya aku masih khawatir tentang kau merasa kematianmu agak penasaran" kata Kwik Tay-lok sambil tertawa, "tidak kusangka ternyata kau lebih setia kawan daripada diriku"
Yan Jit termenung beberapa saat lamanya, kemudian diapun menghela napas pula.
"Aaaai. mungkin aku masih belum cukup dikatakan setia kawan, cuma aku cukup
memahami"
"Memahami apa?"
"Demi menemukan Lim Tay-peng, agaknya dia tidak sayang-sayangnya untuk mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya"
"Yaa, agaknya memang begitu"
"Seandainya dia tidak memiliki dendam kesumat yang dalam sekali dengan Lim Tay-peng, mengapa bersedia untuk mengorbankan segala sesuatunya?"
"Aku cuma heran, Lim Tay-peng tidak lebih hanya seorang anak kecil, kenapa dia bisa mengikat tali permusuhan yang begitu mendalam dengan dirinya?"
"Sudah pasti generasi yang lalu membuat permusuhan itu, demi membasmi rumput seakar- akarnya maka diapun harus membunuh Lim Tay-peng pula. !"
"Aaai, teori ini memang masuk diakal!"
"Kalau toh dia tahu bahwa kita adalah teman Lim Tay-peng, tentu saja kita tak akan dilepaskan dengan begitu saja, maka sekali pun kita mengungkapkan jejak Lim Tay-peng, kita toh sama saja akan mampus, malah mungkin mampusnya lebih cepat"
Kwik Tay-lok menghela napas panjang, sambil tertawa getir katanya:
"Setelah mendengar uraianmu itu, aku jadi merasa bahwa diriku sesungguhnya tidak cukup setia kawan seperti yang semula kuduga."
"Apakah kau juga sudah teringat sampai ke situ?"
"Yaaa, tapi kalau bukan kau ingatkan, mungkin aku sendiripun sudah melupakannya.." "Kenapa bisa melupakannya?"
"Bila kau sengaja melupakan sesuatu hal dan tidak memikirkannya lagi, bukankah hal itu sama halnya dengan melupakannya?"
"Kenapa kau sengaja tidak memikirkannya?"
"Sebab dengan begitu aku baru akan merasa bahwa diriku sesungguhnya cukup setia kawan, menanti aku sudah mati nanti, maka akupun akan merasa bahwa kematianku ini cukup terhormat"
Yan Jit tertawa, tapi suara tertawanya penuh dengan perasaan pahit dan getir yang tak sedap didengar.
Lewat lama sekali, dia baru berkata:
"Padahal sebetulnya kau lebih agung daripada siapapun juga"
"Sangat agung? kau juga merasa aku sangat agung?" seakan-akan kaget sekali Kwik Tay lok melompat bangun.
"Tiada orang di dunia yang menjadi enghiong semenjak dilahirkan, menjadi enghiongpun kadangkala dipaksakan. Walaupun semua orang memahami teori tersebut, toh semuanya masih suka untuk menipu diri sendiri. Hanya kau. "
Dia menghela napas panjang, pelan-pelan terusnya:
"Bukan saja kau berani mengakuinya, bahkan berani juga untuk mengutarakannya ke luar!" "Mungkin. mungkin hal ini dikarenakan kulit mukaku jauh lebih tebal dari pada orang lain"
"Soal ini bukan soal kulit muka yang tebal, melainkan. "
"Melainkan karena apa?"
"Keberanian! Itulah yang dinamakan keberanian, jarang sekali ada orang yang memiliki keberanian seperti ini"
Kwik Tay-lok segera tertawa.
"Tak kusangka kaupun ada waktu untuk memuji-muji diriku" serunya, "apakah sengaja hendak menghibur hatiku, agar aku merasa nyaman?"
Yan Jit tidak menjawab, dia hanya menggenggam tangannya erat-erat.
Tangannya yang dingin itu seakan-akan muncul hawa hangat yang menyegarkan badan. Kembali beberapa waktu sudah lewat, pelan-pelan Kwik Tay-lok baru berkata:
"Padahal perkenalan kita belum berlangsung lama, tapi aku selalu merasa bahwa kau adalah sahabatku yang paling akrab semenjak dilahirkan dulu, padahal Ong Tiong juga temanku yang paling baik, tapi sikapku terhadap dirimu dengan dirinya toh ada juga perbedaannya."
"Apa bedanya?" tanya Yan Jit pelan.
"Aku sendiripun tak dapat menerangkan dimanakah letak perbedaan tersebut, cuma... cuma...
seandainya Ong Tiong berbuat salah kepadaku, aku pasti dapat memaafkan dirinya, tapi seandainya kau yang berbuat suatu kesalahan kepadaku, aku malah merasa sangat gusar, gusarnya setengah mati"
Perasaan semacam ini memang aneh sekali, tak heran kalau ia tak dapat menerangkannya.
Jari tangan Yan Jit seperti sedang gemetar, hatinya seperti merasa sangat terharu, cuma sayang Kwik Tay-lok tak dapat melihat mimik wajahnya, kalau tidak mungkin dia akan memahami lebih banyak lagi.
Tapi, tidak memahamipun jauh lebih baik lagi.
Suasana remang-remang dan kabur tak menentu justru kadangkala mendatangkan suasana yang jauh lebih indah dan juga lebih menawan hati.
Sayang saja waktu untuk mereka guna menikmati suasana semacam ini tidak terlalu banyak. Tiba-tiba Yan Jit berkata:
"Aku masih ingin mengetahui satu hal lagi, cuma tak tahu bolehkah kuajukan?" "Katakan, entah apapun yang kau ucapkan, kau boleh mengatakannya kepadaku"
"Andaikata Wi hujin benar-benar bersedia melepaskan kami dan benar-benar menghadiahkan emas yang begitu banyaknya itu kepada kita, apakah kau akan memberitahukan jejak dari Lim Tay-peng itu kepadanya?"
"Kwik Tay-lok tidak langsung menjawab pertanyaan itu, hanya pelan-pelan katanya:
"Aku tahu emas pasti akan habis dipakai, orang juga pasti akan mati, tapi persahabatan dan setia kawan pasti akan selalu ada di dunia ini..."
Setelah tertawa, terusnya:
"Justru di dunia ini masih ada keadaan seperti itu, maka kehidupan manusia baru berbeda dengan kehidupan binatang"
Yan Jit menghela napas panjang:
"Agaknya aku jarang sekali mendengarkan ucapan semacam ini keluar dari mulutnya, sepanjang hari kau seperti cengar-cengir melulu, tidak kusangka kau masih bisa menerangkan semacam ini"
"Ada sementara teori yang sebetulnya tidak perlu diucapkan dengan bibir..."
"Jika tidak kau katakan, darimana orang lain bisa tahu manusia apakah sebenarnya dirimu itu?"
"Aku tidak perlu orang lain mengetahui akan hal ini, asal temanku tahu, asal kau tahu, hal ini sudah lebih dari cukup"
Tiba-tiba ia tertawa lagi, terusnya:
"Tapi sekarang akupun ingin mengetahui akan satu hal ?"
"Apakah kau ingin tahu rahasia yang belum kukatakan kepadamu itu" "Tepat sekali"
"Kau. kau belum melupakannya ?"
"Aku sudah pernah berkata kepadamu! entah mati atau hidup aku tak akan melupakannya." Yan Jit termenung sampai lama sekali, ia baru berkata dengan sedih:
"Padahal aku sudah berulang kali ingin memberitahukan rahasia ini kepadamu, tapi aku takut setelah ku utarakan bisa menyesal nanti"
"Menyesal? Siapa yang menyesal?" "Aku..!"
"Kenapa kau musti menyesal ?"
"Karena, karena aku takut bila kau sudah mengetahui soal ini, maka kau tak akan bersedia berteman lagi denganku"
Kwik Tay-lok segera menggenggam tangannya kencang-kencang, serunya lirih: "Jangan kuatir, entah manusia macam apakah dirimu itu, entah perbuatan apapun yang
pernah kau lakukan dulu, sepanjang masa kau tetap adalah sahabatku" "Sungguh ?"
Dengan suara keras Kwi Tay-lok segera berteriak:
"Belum lagi kata "mati dengan selamat" diucapkan, Yan Jit telah mendekap mulutnya sambil berkata dengan lembut:
"Baiklah, akan kuberitahukan kepadamu, sebetulnya aku adalah. "
Mendadak dari kegelapan kembali muncul setitik cahaya api yang menyinari di atas sebuah benda yang aneh sekali.
Kelihatannya benda itu seperti tabung besi yang amat besar dan panjang, warna hitam pekat dan diletakkan pada kayu pengganjal yang besar dan tebal.
Menyusul kemudian terdengar suara dari Wi hujin berkumandang kembali dengan nyaring. "Kalian kenal dengan benda ini?"
"Tidak kenal!"
"Tampaknya bukan saja kalian miskin uang, juga miskin pengetahuan!" kata Wi hujin sambil tertawa.
Baru selesai berkata, mendadak dari balik tabung besi itu memancarkan sesuatu ledakan yang menggelegar di seluruh angkasa.
Hampir pecah gendang telinga Kwik Tay-lok ketika mendengar suara ledakan yang memekikkan telinga itu.
Lewat lama sekali dia baru bisa membuka matanya kembali, tampak empat penjuru dengan asap belerang yang amat menusuk hidung, sedangkan dinding batu yang berada tepat di depan moncong benda tadi sudah muncul sebuah lubang yang besar sekali.
"Sekarang tentunya kau sudah tahu bukan benda apakah itu?"
Kwik Tay-lok segera menghembuskan napas panjang, tanyanya kemudian dengan lirih: "Apakah benda inilah yang dinamakan meriam?"
"Aaaah. rupanya kau memang cerdik!" uji Wi hujin sambil tertawa tergelak.
Moncong meriam pelan-pelan bergeser dan sekarang moncong tersebut sudah diarahkan ke depan tubuh Yan Jit dan Kwik Tay-lok.
"Apakah kau ingin merasakan bagaimana jika di tembak dengan meriam?" tanya Wi hujin. "Tidak ingin!"
"Kalau begitu, cepatlah mengakui dimana dia berada!" "Tidak!"
"Mungkin kau masih belum tahu sampai dimanakah kelihaian dari meriam ini?" kata Wi hujin lagi.
"Aku tahu!" "Tahu apa?"
"Konon jika menggunakan meriam semacam ini untuk menyerang benteng, bagaimanapun kuatnya dinding benteng, tak akan tahan jika dihantam dengan tembakan meriam tersebut!"
Wi hujin segera tertawa.
"Bayangkan sendiri, kalau dinding tembok kota pun bisa hancur, apakah kau mampu untuk menahannya."
Tiba-tiba Kwik Tay-lok tertawa tergelak, serunya:
"Kau tidak akan mengerti, kulit mukaku ini sebenarnya memang jauh lebih tebal daripada dinding benteng"
"Jadi kau benar-benar tak akan berbicara?" teriak Wi hujin marah.
Agaknya untuk menjawabpun Kwik Tay-lok sudah enggan, dia hanya memalingkan kepalanya memandang ke wajah Yan Jit.
Sinar mata Yan Jit lebih lembut daripada air, suaranya lebih keras daripada baja. Dengan tegas dia berkata:
"Berpikir semalam aku sudah mati delapan kali, apa salahnya untuk mati sekali lagi."
Mati sebenarnya merupakan suatu hal yang sukar, juga paling menakutkan tapi ketika diucapkan dari mulut mereka, hal mana seakan-akan ringan dan tiada sesuatu yang bisa dianggap serius.
Tiba-tiba Kwik Tay-lok menghela napas panjang, sambil menarik tangan Yan Jit katanya: "Hanya ada satu hal yang kusesalkan"
"Aku mengerti" bisik Yan Jit dengan lembut. "tapi kau tak usah kuatir, mati atau hidup aku pasti akan memberitahukan kepadamu"
Tiba-tiba wajah Kwik Tay-lok berseri kembali, katanya:
"Kalau memang begitu, apa pula yang musti ku risaukan lagi?" "Baik!" seru Wi hujin dingin, "matilah bersama !"
Moncong meriam telah diarahkan ke tubuh Yan Jit dan Kwik Tay-lok.
"Blaaam!" suatu ledakan yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.
Di tengah bau asap belerang yang tajam, kelihatan tubuh mereka berdua roboh bersama... Ada orang bilang mati itu sulit, ada pula yang mengatakan mati gampang.
Bagaimana dengan kau? (0oooo0)(0oooo0)
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
BAGI Yan Jit, kematian adalah yang mudah, ia sudah mati sembilan kali. Tapi sekarang, ia hidup kembali.
Ia merasa tubuhnya berbaring di atas sebuah pembaringan yang empuk.. nyaman dan enak, setiap benda yang terlihat olehnya rata-rata mewah, indah dan mahal harganya, seakan-akan bukan berada di alam dunia.
Ketika untuk pertama kalinya sadar tadi, ia menebak tempat itu kalau bukan sorga tentu neraka.
Tapi bila tidak berada bersama Kwik Tay-lok, apalah artinya sorga? Dimana Kwik Tay-lok? Apakah dia dimasukkan neraka ?
Yan Jit meronta dan merangkak bangun, dengan cepat ia melihat Kwik Tay-lok. Hampir saja dia tak percaya dengan apa dilihatnya di depan mata...
Dalam ruangan itu ada meja, di atas meja penuh dihidangkan makanan yang lezat, Kwik Tay- lok sedang makan minum dengan lahapnya di sana.
Ketika melihat Yan jit sadar, dia segera meletakkan sumpitnya dan berkata sambil tertawa. "Karena kulihat tidurmu sangat nyenyak, maka tidak kubangunkan dirimu, untung saja
makanan di sini amat banyak, sepuluh orangpun tak bisa habis dimakan" "Kau yang membawa aku ke sini?"
"Bukan!"
"Tempat manakah ini?" "Aku juga tak tahu!"
Yan Jit segera melotot sekejap ke arahnya, serunya dengan gemas: "Lantas kau tahu apa?"
"Aku hanya tahu makanan koki di sini sangat lezat, arakpun amat wangi, apalagi yang kau nantikan?"
Setelah berhenti sebentar dia menambah:
"Daripada tidak makan lebih baik makan, apakah kau belum memahami perkataan itu?" "Dari dulu aku sudah memahami!" sahut Yan Jit sambil tak tahan untuk tertawa cekikikan. 0000000
Dalam ruangan itu bukan saja ada pintu, juga ada jendela.
Dari luar jendela masih terendus bau harumnya bunga bwee yang semerbak. "Apakah kau sudah menengok keluar?" tanya Yan Jit.
"Belum!"
Kenapa tidak keluar untuk melihat keadaan?" seru Yan Jit sambil berkerut kening.
"Kalau mengurusi mulut maka tak bisa mengurusi mata, bagaimanapun juga mulut toh lebih penting dari pada mata!"
"Tapi paling tidak, kau harus mencari dulu tuan rumah tempat ini!"
"Aaaah...? Akhirnya dia toh akan datang sendiri mencari kita, kenapa kita musti buru-buru mencarinya?."
Baru selesai dia berkata, dari luar sudah kedengaran seseorang mengetuk pintu.
Seorang nona cilik berbaju putih muda dengan senyum di kulum dan membawa dua buah poci arak masuk ke dalam, ia kelihatan seperti bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Sepasang mata Kwik Tay-lok agak terbelalak, ketika Yan Jit melotot ke arahnya, dia baru mendehem beberapa kali, kemudian sambil membetulkan duduknya, tak tahan dia tertawa geli, katanya:
"Aku memang sedang murung takut kekurangan arak, tak nyana arak dihidangkan" "Setelah kau berada di sini, apapun yang kau minta, dengan cepat permintaanmu itu akan
terwujud" kata si nona baju putih itu sambil mencibirkan bibir. "Bagai mana ceritanya kami bisa sampai di sini" tanya Yan Jit. Kembali nona berbaju putih itu tertawa.
"Tentu saja tuan rumah tempat ini yang telah menyelamatkan kalian" sahutnya. "Kau kah tuan rumah di sini?"
"Menurut pandanganmu aku mirip tidak?" kata si nona baju putih itu sambil mengerdipkan matanya.
"Tidak mirip!"
"Aku sendiripun merasa tidak mirip!"
"Lantas siapakah tuan rumahnya? Kami kenal tidak dengannya?" "Aku hanya tahu dia pasti kenal dengan dirimu"
"Kenapa?"
Nona berbaju putih itu tertawa, sahutnya:
"Sebab dia bilang kau seorang mampu menghabiskan hidangan untuk lima orang, sengaja dia suruh aku menyiapkan hidangan yang lebih banyak. Seandainya dia tidak kenal dengan dirimu, mana mungkin ia bisa memahami tentang dirimu dengan sejelas itu?"
Kwik Tay-lok segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh kalau begitu, bukan saja dia kenal aku, mungkin dia pun seorang sahabat karibku"
Nona berbaju putih itu mengerdipkan matanya berulang kali, lalu katanya lagi sambil tertawa: "Apakah semua orang yang mengundang mu minum arak adalah sahabat karibmu " "Sedikitpun tak salah!" Jawab Yan Jit dingin.
Bukan saja wajahnya berubah menjadi tak sedap dilihat, bahkan sumpitpun sudah diturunkan. Kwik Tay-lok melirik sekejap ke arahnya, lalu tak berani banyak berbicara lagi.
Kembali nona berbaju putih itu berkata.
"Bila kalian sudah kenyang nanti, aku akan mengajak kalian berdua untuk menjumpai tuan rumah di sini. Dia selalu menantikan kedatangan kalian berdua"
Mendadak Yan Jit melompat bangun sambil berseru:
"Sekarang aku sudah kenyang!"
"Hei, mengapa kau menjadi kenyang begitu melihat kedatanganku!" seru nona berbaju putih itu sambil mengerling sekejap ke arahnya."
"Sebab tampangmu persis seperti pantat!"
Bunga bwe yang indah tumbuh di sepanjang kebun, salju nan putih menyelimuti permukaan tanah.
Dengan wajah cemberut nona berbaju putih itu berjalan di muka, dia tidak berbicara apalagi tertawa.
Sesungguhnya nona itu memang manis, cantik tapi sayang agak kegemukan sedikit.
"Tak kusangka Yan Jit bisa membandingkan dirinya dengan pantat tak tahu bagaimana
jalan pemikirannya, sehingga bisa nyeleweng sampai ke situ?"
Kwik Tay-lok memandang ke arah Yan Jit dan ingin tertawa, namun ia tak berani.
Sebab paras muka Yan Jit ketika itu lebih tak sedap dilihat lagi. Entah mengapa, dia seperti amat membenci kaum wanita terutama sekali gadis yang suka bergurau dengan Kwik Tay-lok.
"Dulu ia pasti pernah menderita kerugian ditangan perempuan, atau tertipu oleh perempuan maka dia menjadi sengit kalau melihat perempuan"
Kwik Tay-lok berjanji dalam hati kecilnya, dilain saat dia tentu berusaha untuk memberi pengertian kepadanya, memberitahu kepadanya bahwa perempuan bukan semuanya memuakkan, diantaranya juga ada beberapa orang yang jauh lebih menyenangkan dari pada lelaki yang ada di dunia ini.
000000
Serambi itu panjang sekali.
Di ujung sana terdapat tirai yang terurai ke bawah.
Baru saja mereka menuju ke situ, dari balik tirai sudah ada yang menyapa sambil tertawa: "Oooh... rupanya kalian datang lagi? Silahkan masuk, silahkan masuk."
Wi hujin ! Ternyata suaranya itu adalah suaranya Wi hujin. Ternyata tuan rumah tempat ini adalah dia.
Selain meracuni mereka diapun menyaru menjadi setan, bahkan menggunakan meriam penggempur kota untuk menghadapi mereka, tapi sekarang dia juga yang telah menolong mereka, bahkan melayani mereka dengan hidangan yang begitu lezat.
Kwik Tay lok dan Yan Jit segera saling berpandangan sekejap, mereka benar-benar tak bisa menduga, permainan busuk apa lagi yang sedang direncanakan perempuan itu?
Senyuman Wi hujin masih kelihatan begitu anggun, begitu mempesonakan hati.
Ia sedang mengawasi wajah Kwik Tay-lok, kemudian Yan Jit, setelah itu baru ujarnya sambil tersenyum:
"Kalian tak usah berpikir-pikir lagi permainan busuk apa yang sedang kupersiapkan sekarang, sebab rencanaku tak akan pernah bisa ditebak oleh siapapun"
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang, katanya:
"Aku percaya dengan perkataanmu itu" "Ada satu hal lagi, kau pun harus percaya" "Soal apa?"
"Sekarang kalian boleh pergi dari sini, setiap saat setiap waktu boleh pergi dari sini.
Dimanapun kalian akan pergi, aku tak akan mengutus orang untuk menguntil kepergian kalian"
Kwik Tay lok agak tertegun, serunya:
"Kau tidak menginginkan nyawa kami? Tidak menginginkan. "
"Juga tidak ingin mengetahui jejak Lim Tay-peng?" "Paling tidak sampai sekarang tidak ingin"
"Kau sudah menggunakan banyak tenaga dan pikiran untuk menghadapi kami, apakah sekarang membiarkan kami pergi dengan begitu saja?"
"Benar!"
Kwik Tay-lok segera menghela napas panjang, serunya. "Aku tidak begitu percaya dengan
ucapanmu itu"
"Bahkan ucapanku pun tidak kau percaya?" "Kenapa aku harus percaya denganmu?" "Kau tahu, siapakah aku?"
"Aku tahu kau adalah seorang yang kaya raya, punya kedudukan, punya kepandaian, tapi perkataan dari manusia semacam ini justru biasanya paling tak boleh percaya"
Wi hujin menatapnya tajam-tajam, mendadak katanya lagi sambil tertawa lebar.
"Kalian tentu merasa semua perbuatanku itu sangat mengherankan bukan? Akan tetapi bila kalian sudah tahu siapa aku yang sebenarnya, maka kalian tak akan merasa heran"
"Sebenarnya siapakah kau?" tak tahan Yan Jit segera berseru. Sepatah demi sepatah Wi hujin menjawab:
"Akulah ibu kandung Lim Tay-peng!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, Kwik Tay-lok serta Yan Jit menjadi amat terkejut.
Mereka benar-benar tak berani mempercayainya, tapi mau tak mau harus mempercayainya juga.
Sekalipun dalam sejarah hidupnya Wi hujin pernah berbohong, tapi sekarang dia sama sekali tidak mirip seseorang yang sedang berbohong.
"Sekalipun aku percaya bahwa kau adalah ibu kandungnya Lim Tay-peng, tapi seorang ibu masa tidak tahu kabar berita tentang anaknya?" kata Kwik Tay-lok kemudian.
Pelan-pelan Wi hujin menghela napas panjang, katanya dengan sedih:
"Inilah kesusahan yang dialami seorang ibu, dikala anaknya sudah menginjak dewasa, apa yang dilakukannya seringkali tidak bisa dipahami oleh ibunya sendiri"
"Dia telah berubah menjadi seorang lelaki dewasa"
"Sebenarnya apa yang telah dia lakukan?" tak tahan Kwik Tay-lok kembali bertanya.
Wi hujin segera menghela napas panjang.
"Dia tidak melakukan apa-apa, dia cuma melarikan diri dari rumah"
"Melarikan diri dari rumah?" kembali Kwik Tay lok tertegun. "kenapa ia melarikan diri?" "Dia kabur karena menghindari perkawinan"
"Lari karena takut kawin?"
Wi hujin tertawa getir, katanya:
"Ketika kulihat usianya lambat laun bertambah dewasa, maka aku toh mencarikan jodoh untuknya, siapa tahu semalam sebelum upacara perkawinan itu diselenggarakan, diam-diam dia sudah minggat dari rumah"
Kwik Tay-lok menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya, kemudian tak tahan lagi dia tertawa.
"Ah, mengerti aku sekarang" serunya, "sudah pasti dia tidak menyukai gadis itu...!" "Jangan toh kenal, berjumpa dengan gadis itupun belum pernah...!"
Kwik Tay-lok semakin keheranan lagi.
"Kalau memang berjumpa saja belum pernah, darimana dia bisa tahu gadis itu baik atau tidak?" serunya.
"Ya, dia sama sekali tidak tahu"
"Kalau memang tidak tahu baik atau jelek, kenapa pula dia minggat dari rumah?" "Aaaai... justru karena jodohnya itu aku yang pilihkan, maka ia menjadi tak suka"
"Bini adalah miliknya sendiri, tentu saja lebih cocok kalau dia memilih untuk dirinya sendiri. Bila kau perlihatkan dulu gadis itu kepadanya, mungkin saja dia tak akan kabur" Mendadak wajahnya berubah menjadi amat serius, katanya lebih jauh:
"Perbuatannya itu bukan berarti dia tidak berbakti kepadamu, sebaliknya setiap pria yang telah dewasa sedikit banyak dia pasti mempunyai idenya sendiri, kalau tidak, apakah dia masih bisa dianggap sebagai seorang lelaki"
Pelan-pelan Wi hujin mengangguk.
"Sebenarnya aku merasa gusar sekali" katanya. " tapi kemudian, setelah kupikir kembali dengan otak dingin, aku malahan justru merasa agak gembira"
"Kau memang sepantasnya merasa gembira" tiba-tiba Yan Jit menyela, "Sebab lelaki yang tegas dan gagah seperti dia tidak terlalu banyak di dunia ini"
"Yaa, meski sekarang tidak banyak, tapi di kemudian hari lambat laun pasti akan bertambah banyak" sambung Kwik Tay-lok.
"Itulah sebabnya sekarang aku sudah berubah pikiran" Wi hujin dengan wajah berseri. "Aku bertekad tak akan memaksanya pulang untuk kawin lagi"
Pelan-pelan sinar matanya dialihkan ke tempat kejauhan sana, kemudian lanjutnya: "Aku pikir, bila seorang lelaki yang sudah menginjak dewasa bila dia bisa melakukan
perjalanan diluaran untuk melatih diri, baginya sifat tersebut merupakan suatu keberuntungan" Kwik Tay-lok menghela napas lalu tertawa getir, katanya:
"Bila perkataan semacam ini kau utarakan sejak tadi, kan urusan akan beres dengan cepat"
"Dulu aku tidak mengutarakannya karena aku masih merasa agak kuatir..." kata Wi Hujin sambil tertawa.
"Kuatir apa?"
"Kuatir dengan teman-temannya"
"Kalau begitu, apa yang kau lakukan selama ini tidak lebih hanya bermaksud untuk mencoba kami?"
Wi hujin tertawa.
"Kalian kalau memang sahabat karibnya, tentu saja tak akan menyalahkan diriku bukan?" "Sekarang, apakah kau sudah merasa lega?"
Dengan suara lembut Wi hujin berkata:
"Sekarang aku sudah tahu, teman-temannya bukan saja rela menanggung lapar baginya, rela mati baginya, bahkan menolak sebuah pancingan kemewahan karena deminya, dalam pandanganku keadaan semacam ini justru lebih sulit dilakukan daripada mati"
00000)0(00000
SETELAH menghela napas, terusnya:
"Ia bisa berkawan dengan teman semacam kalian, berarti hal itu adalah rejekinya, apa lagi yang musti ku kuatirkan"
Kota kecil itu masih begitu sederhana dan tenang. Ada sesuatu tempat yang selamanya seperti tak bisa berubah, hanya hati manusia yang dapat berubah.
Tapi, ada pula sementara orang yang hatinya tak pernah berubah. Ketika menyaksikan Kwik Tay lok dan Yan Jit pulang, Ong Tiong masih berbaring di atas pembaringan, bergerakpun tidak.
"Hei, enam hari tak bersua, apakah sepatah katapun tidak kau tanyakan kepada kami?" tak tahan Kwik Tay-lok berseru.
"Apa yang musti ditanyakan?" kata Ong Tiong sambil menguap dengan kemalas-malasan. "Paling tidak kau harus bertanya kepada kami, selama beberapa hari ini penghidupan kami
baik atau tidak"
"Aku tak perlu bertanya" "Kenapa tak perlu bertanya?"
"Asal kalian bisa pulang dengan selamat, itu sudah lebih dari cukup..."
"Tapi, paling tidak kau harus bertanya, sebenarnya kulit siapa yang telah disayati oleh Hoat- liok-pi?"
"Akupun tak perlu bertanya" "Kenapa?"
Ong Tiong segera tertawa, sahutnya hambar.
"Manusia macam dia, selain menguliti kulitnya sendiri kulit siapa pula yang hendak dikuliti olehnya..."
Kecuali sewaktu turun tangan menghadapi Hong Si-hu tempo hari, entah sedang melakukan apa saja gerakan Lim Tay-peng selalu lebih lambat setengah langkah ketimbang orang lain.
Entah itu sedang bersantap, sedang berbicara sedang berjalan, dia selalu pelan-pelan, tidak gugup, seakan-akan sekalipun alis matanya terbakarpun dia tak akan merasa gugup.
Kadangkala Kwik Tay-lok merasa dia seakan-akan seorang kakek yang sudah tua bangkotan. Dia tidak seperti Ong Tiong, dia tidak malas. Tapi lamban itulah yang memusingkan.
Ketika Kwik Tay-lok dan Yan Jit sudah pulang setengah harian lamanya, pelan-pelan dia baru berjalan keluar, bajunya sangat rapi, rambutnya juga disisir sangat rapi.
Entah dimana saja, kapan saja, pokoknya dia selalu nampak necis, segar dan bersih. "Tampang orang ini seakan-akan setiap saat ada kemungkinan dia akan diundang untuk
menghadap kaisar!"
Kwik Tay-lok dan Yan Jit saling berpandangan sekejap, kemudian tertawa. Sebab mereka teringat kembali akan Wi hujin.
Hanya ibu Wi hujin saja yang bisa melahirkan seorang anak yang seperti Lim Tay-peng.
"Dari bibit yang baik, pohon yang segar, tak akan membuahkan buah tho yang jelek kwalitetnya"
Lim Tay-peng memandang ke arah mereka, agaknya diapun tak tahu apa yang sedang mereka tertawakan, gumamnya:
"Aku lihat selama beberapa hari ini kalian tentu senang sekali..." "Yaa, senang sekali!" sahut Kwik Tay lok sambil tertawa.
"Tahukah kalian Hoat liok pi sudah lenyap sedang rumah pegadaian Lip gwan sudah berganti tauke?" seru Lim Tay peng lagi.
"Tidak tahu!"
"Kejadian besar ini saja tidak kalian ketahui, lantas selama beberapa hari ini apa kerja kalian dan pergi kemana saja?"
Kwik Tay-lok dan Yan Jit saling bertukar pandangan sekejap, lalu tertawa, mereka sudah bertekad tak akan menceritakan semua pengalaman yang dialaminya selama ini kepada siapapun.
Sebab mereka merasa lebih baik Lim Tay-peng tidak mengetahui kejadian ini daripada mengetahuinya, mereka tak ingin mempengaruhi keputusan Lim Tay peng, juga tak ingin mendapat perasaan baru atau terima kasih Lim Tay-peng kepada mereka.