Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid 25

KEMUDIAN Lim Tiong Houw teringat dengan Sui Hwa, pelacur kawakan yang pernah dia belikan m inuman dan yang mengaku sudah meludahi mayatnya Ouw Beng Tek. Hasrat hatinya Lim Tiong Houw hendak menyambangi perempuan lacur itu yang mungkin dapat memberikan tambahan keterangan buat dia, akan tetapi sebelum itu Lim Tiong Houw hendak mengajak Tee Seng Hok dan datang menyambangi rumahnya Nio Teng Hie yang hendak dia ketahui bagaimana keadaannya, setelah Kwee Su Liang bersama Siam say jie lo kembali membawa laporan kepada Kongsun Bouw.

Diluar dugaan Lim Tiong Houw,  pintu pekarangan rumah  Nio Teng Hie ditutup rapat dan dijaga oleh dua  orang gelandangan yang rupanya tetap berpihak kepada Nio Teng Hie.

Melihat keadaan itu Lim Tiong Houw menduga bahwa Nio Teng Hie sedang mengadakan sesuatu pertemuan  dirumahnya, sehingga Lim Tiong Houw lalu mengajak  Tee Seng Hok melompati tembok halaman, sampai kemudian mereka berada diatas genteng rumahnya Nio Teng Hie.

Keduanya kemudian lompat turun dibagian   belakang sampai mereka menemukan suatu ruangan yang pintunya ditutup dan dijaga oleh seorang gelandangan, akan tetapi orang gelandangan itu tidak sukar dibikin tidak berdaya oleh Tee Seng Hok.

Disaat yang diperlukan ternyata si kucing hitam Tee Seng Hok masih lincah dan gesit. Dia  mendobrak daun  pintu ruangan yang ditutup, dan secepat itu juga Lim Tiong Houw sudah mendahulukan lompat masuk dengan sepasang tangan siap memegang beberapa batang senjata piao, sehingga dengan cara demikian mereka berhasil membikin orang yang berada didalam ruangan menjadi gugup dan tidak berdaya. Sekiranya orang orang yang berada didalam ruangan itu hendak melakukan perlawanan, tentunya hanya  dapat dilakukan oleh dua orang yakni Siam say jie lo atau dua orang tua dari Siam say sedangkan yang lain tidak berdaya akan jadi korban senjata piao yang akan dilepaskan oleh Lim Tiong Houw.

Pada waktu itu Lim Tiong Houw berdua Tee Seng Hok bergerak sangat cepat untuk mereka menguasai orang orang yang sedang berada di dalam ruangan;  sementara  Siam  say jie lo sebagai orang orang yang dibayar, tidak mau sembarang bergerak sebelum mendapat perintah dari Kwee Su Liang yang berdiri terpesona didekat Nio Teng Hie, serta Cee Giok  Tong dan dua orang tukang pukulnya yang pernah menyerang Lim Tiong Houw waktu di rumah penginapan.

"Lim Tiong Houw; apa maksud kau menyerbu kami…?” akhirnya Cee Giok Tong yang membuka suara.

”Hm! memang sudah kuduga bahwa kalian telah  berkomplot. Akan tetapi jangan kalian harap dapat menguasai orang orang gelandangan disini dengan menempatkan seorang boneka seperti Nio Teng Hie!” sahut Lim Tiong Houw geram.

Merah muka Nio Teng Hie waktu mendengar perkataan Lim Tiong Houw, akan tetapi dia adalah seorang pengecut yang tidak berdaya kalau tidak mendapat dukungan.

Sementara itu, terdengar suara geram dari salah seorang Siam say jie lo, akan tetapi Kwee  Su Liang  memberikan aba aba merintangi dan orang kepercayaan dari Kongsun Bouw ini lalu berkata :

“Lim Tiong Houw, apakah kau kembali sebab benar benar hendak berkuasa lagi...?”

"Lebih dari itu, aku bahkan hendak membinasakan orang yang sudah membunuh Ouw Beng Tek .,..!” sahut Lim Tiong Houw. 'Hmm, sebuah lagu lama  yang hanya gertak sambel belaka…” gumam Cee Giok Tong, sambil dia mengawasi Lim Tiong Houw bagaikan meneliti lalu secepat dia selesai bicara; maka dia memberikan tanda kepada kedua tukang pukulnya, sambil dia bersuara memerintah. "... hajar dia !”

Dua tukang pukul itu meraba senjata mereka, akan tetapi kalah cepat dengan Lim Tiong Houw yang langsung menimpuk memakai dua batang senjata piao tepat membenam ditangan kedua tukang pukul itu; sampai senjata mereka lepas jatuh dilantai.

“Permainan yang bagus ....!” seru salah seorang dari Siam say jie lo yang bersorak kegirangan.

Sementara itu Cee Giok Tong menjadi pucat mukanya, terlebih waktu dia mendengar suara Lim Tiong Houw yang berkata kepadanya.

"Kemari kau .... !" demikian Lim Tiong Houw membentak sambil tetap dia siap dengan senjata piao disepasang tangannya.

Cee Giok Tong perdengarkan suara tidak jelas seperti dia sedang menggerutu; akan tetapi dia lalu bergegas hendak lari menuju ke pintu ruangan yang sudah rusak bekas kena diterjang oleh Tee Seng Hok tadi dan pada saat itu pula Lim Tiong Houw melepas sebatang piao yang tepat membenam di bagian pantat Cee Giok tong.

"Seperti dulu tepat dibagian pantat. " seru Lim Tiong Houw

yang jadi teringat dengan pengalaman lama, waktu dia serang Cee Giok Tong karena sengketa urusan pacar sedangkan Siam say jie lo sekarang dua-duanya jadi tertawa sambil mereka membekap bagian perut mereka!

Sementara itu Lim Tiong Houw lalu mengawasi NioTeng Hie dan dia berkata.

“Kau pengecut, kemari ..!" "Aku menyerah, toa ya ... " sahut Nio Teng Hie, gemetar tubuhnya.

“Dan kau,” Lim Tiong Houw berkata sambil dia mengawasi Kwee Su liang, dan orang kepercayaannya Kongsun Bouw ini bersenyum dingin, sambil dia berkata.

“Aku perlu menyampaikan laporanku kepada majikanku "

“Bagus ! katakan kepadanya bahwa  aku  menunggu jawaban dari dia ..." Lim Tiong Houw berkata dengan suara geram.

Setelah mengucap demikian, maka Lim Tiong Houw mengajak Tee Seng Hok meninggalkan ruangan itu, sampai kemudian mereka berpisah, sebab Lim Tiong Houw hendak mengunjungi rumahnya Sui Hwa, perempuan  lacur  yang sudah meludahi mayatnya Ouw Beng Tek.

Alamat yang Lim Tiong Houw terima dari si pemilik kedai arak ternyata merupakan alamat daerah orang orang dari golongan tidak punya, sehingga tidak hanya rumah  rumah yang kelihatan tua dan kotor juga jalanan merupakan lorong lorong kecil yang berbau busuk, dan yang saling menembus memusingkan kepala.

Lim Tiong Houw mengetuk pintu sebuah rumah  kecil seperti yang alamatnya ada padanya, akan tetapi sampai berulang kali dia lakukan,  ternyata tidak ada orang yang membuka pintu atau bersuara. Kemudian Lim Tiong Houw mendorong daun pintu,  dan diluar dugaannya pintu itu  ternyata tidak dikunci, sedangkan dibagian dalam kelihatan gelap tidak ada alat penerang.

Lim Tiong Houw melangkah memasuki pintu rumah itu dan entah siapa yang berada dibalik pintu itu yang te lah memukul kepala Lim Tiong Houw, memakai sesuatu benda keras, sehingga Lim Tiong Houw tersandar pada dinding dekat pintu, dan seseorang yang telah memukul itu cepat cepat lari menghilang sebelum Lim Tiong Houw terjatuh hampir pingsan! Seluruh perasaan Lim Tiong Houw hampir hilang, hanya suara samar yang dapat dia dengar dari sebelah rumah, suara dari suami isteri yang sedang bertengkar, oleh karena sang suami katanya kalah berjudi, dan sang isteri cari lain lelaki.

Sesaat kemudian baru Lim Tiong Houw merasakan sakit pada bagian kepalanya, yang ternyata sudah mengeluarkan darah dan rasa sakit itu sampai membikin lehernya terasa kejang sehingga bersusah payah dia berusaha bangun berdiri, sampai dia menyentuh sisa sisa guci bekas arak yang sudah hancur bekas diadu dengan kepalanya, oleh orang yang telah menyerang tadi.

Dengan paksakan diri, Lim Tiong Houw berhasil merambat bangun di tempat yang gelap, sampai kemudian dia  melangkah sambil dia meraba raba, dan menemukan pelita yang lalu dia pasang sehingga diantara sinar api pelita yang suram, Lim Tiong Houw kemudian menemukan si perempuan lacur Sui Hwa, yang rebah membujur diranjang dengan muka berlumuran darah serta kepala hancur kena pukulan benda berat!

Cepat cepat Lim Tiong Hauw memadamkan lagi api pelita dan secepat itu juga dia meninggalkan rumahnya perempuan lacur yang sudah dibunuh orang itu, sebab Lim Tiong  Houw tidak mau kehadirannya diketahui orang yang memungkinkan pekerjaannya menjadi terganggu.

Selekas dia tiba di rumah almarhum Ouw Beng Tek, maka Tee Seng Hok cepat cepat membuka pintu, waktu dia mendengar suara Lim Tong Houw yang memanggil dan Tee Seng Hok menjadi sangat terkejut waktu dia melihat keadaan Lim Tiong Houw yang gugup, serta kepalanya yang pecah mengeluarkan darah.

"Seseorang telah memukul aku ..." kata Tiong Houw, waktu Tee Seng Hok sedang membersihkan dan memberikan obat luka pada kepalanya. “Orang yang membunuh Sui Hwa, pasti adalah orang yang sudah memukul kau, akan tetapi tahukah toa ya siapa  gerangan dia....?” tanya Tee Seng Hok waktu Lim Tiong Houw sudah bercerita habis.

“Tidak ,.." sahut Lim Tiong Houw singkat akan tetapi sesaat kemudian dia menambahkan perkataannya.

"Aku tentu sudah tewas, sekiranya saat itu  dia  bunuh aku..."

"Dia tentu takut kena diserang memakai piao, dari itu dia buru buru kabur ..." sahut Tee Seng Hok yang mengakibatkan Lim Tiong Houw harus berpikir lagi.

Apakah yang menyebabkan sampai Sui Hwa dibunuh oleh seseorang itu? apakah si pembunuh Sui Hwa adalah si pembunuh Ouw Beng Tek?

Dua peristiwa pembunuhan ini tak dapat Lim Tiong Houw rangkaikan menjadi satu, sebab dua  peristiwa itu kalau dihubungkan akan terjadi seolah olah Sui Hwa mengetahui siapa si pembunuh yang sudah membinasakan Ouw Beng Tek, atau sebaliknya si pembunuh yang takut kalau kalau Sui Hwa mengetahui perbuatannya. Akan tetapi bagaimana dan apa yang menyebabkan si pembunuh itu mengetahui bahwa Sui Hwa mengetahui perbuatannya?

(‘Ho Sun Pin ,...!' ) tiba tiba seru Lim Tiong Houw didalam hati, akan tetapi sejenak dia  menjadi ragu ragu dengan dugaannya itu, sebab dia belum menemukan alasan yang kuat yang membikin Ho Sun Pin harus membunuh Ouw Beng Tek sampai kemudian dia teringat dengan si pemabuk Siao Cu Leng, sehingga Lim Tiong Houw kemudian  memerintahkan agar Tee Seng Hok segera mencari dan membawa Siao Cu Leng datang, tidak perduli saat itu malam sudah kian larut.

Tee Seng Hok lakukan perintah itu, meskipun di dalam hati dia merasa heran, sedangkan Lim Tiong Houw yang berada sendirian, kembali harus memikirkan berbagai masalah yang sedang dia hadapi, dan sampai berulangkali  dia  memeriksa lagi seberkas kertas yang dia terima dari kedua orang laki laki muda yang berpakaian semacam orang orang desa setelah itu dia menyediakan alat alat tulis untuk dia menulis sesuatu.

Sampai larut malam, Tee Seng Hok baru datang tanpa dia berhasil menemui Siao Cu Leng. Dia hanya memberitahukan kepada Lim Tiong Houw bahwa untuk mencari Siao Cu Leng, maka dia sudah minta bantuannya Su Teng Hok serta rekan rekan yang lain.

Lim Tiong Houw kelihatan kecewa, karena Tee Seng Hok tidak berhasil menemukan Siao Cu Leng, akan tetapi dia t idak mengucap apa, dan membiarkan Tee Seng Hok beristirahat sedangkan dia sendiri kemudian memasuki kamar tidurnya dengan membawa tulisan yang dibikinnya tadi.

Ketika tanda waktu terdengar dibunyikan orang dua kali, maka Lim Tiong Houw mendengar ada suara langkah  kaki diatas genteng kamarnya.

Suara langkah kaki itu sangat perlahan, tak mungkin dapat didengar oleh seorang orang biasa, sebaliknya Lim Tiong  Houw bahkan dapat menghitung bunyi suara langkah langkah kaki itu.

(‘„... dua, empat, delapan,  enambelas, dibagi dua ’)

demikian Lim Tiong Houw menghitung didalam hati, sambil dia melirik kearah jendela kamarnya, yang sengaja belum  dia tutup rapat, untuk membiarkan angin sejuk memasuki kamar itu.

Sambil tetap rebah diatas tempat tidur, tiba tiba Lim Tiong Houw menimpuk keluar jendela, memakai gumpalan kertas yang dia tulis tadi dan secepat itu juga ada sesuatu bayangan hitam yang menangkap gumpalan  kertas yang sedang melayang itu sedangkan Lim Tiong Houw kemudian merentangkan kelima jari tangannya, lalu dia mengerahkan tenaga dalam yang ditujukan kearah daun jendela kamar, sehingga daun jendela itu menutup perlahan lahan,  seperti kena didorong oleh sesuatu tenaga gaib !

“Lwee kang yang sempurna , .!” puji bayangan hitam yang berada diluar kamar, sambil dia  perdengarkan suara tawa perlahan setelah itu hilang lenyap diantara kegelapan malam (Lwee kang tenaga dalam). Sementara itu Lim Tiong Houw hanya bersenyum seorang diri sampai sesaat kemudian dia pulas tertidur, dan terus tertidur sampai esok paginya.

Lim Tiong Houw bangun tersentak dari m impinya yang indah, karena suara Tee Seng Hok yang  memanggil manggil dia dari bagian luar kamar yang memang dia kunci pintunya.

Betapapun Lim Tiong Houw hendak mengingat ingat mimpinya, namun dia tak sempat lakukan; sebab dia merasa yakin ada keperluan mendesak yang membikin Tee Seng Hok membangunkan dia.

"Su Teng Hok mati dibunuh orang,” kata Tee Seng Hok waktu Lim Tiong Houw sudah membuka pintu kamar dan Tee Seng Hok menambahkan keterangannya, bahwa orang yang membunuh itu sudah ditangkap oleh kelompok orang orang gelandangan dan si pembunuh itu  mengaku  mendapat perintah dari Nio Teng Hie.

“Nio Teng Hie .,,?” ulang Lim Tiong Houw sambil dia harus berpikir lagi,

"Benar, dan aku minta idzin dari toa ya, hendak mencari si pembunuh itu buat membalas dendam Su toako . ,,” Tee Seng Hok berkata lagi dengan muka merah menyimpan dendam.

"Aku akan ikut dengan kau , . !"

"Jangan, kalau toa ya ikut si pengecut itu pasti akan lekas lekas kabur ..."

“Baik, silahkan kau pergi..” akhirnya Lim Tiong Houw berkata, karena dia merasa yakin Tee Seng Hok  bakal sanggup menghadapi Nio Teng Hie. Sementara itu Tee Seng Hok lalu pergi dengan terbatuk batuk, sedangkan Lim Tiong Houw tergesa gesa ganti pakaian, makan sarapan pagi yang telah disediakan oleh Tee Seng Hok, setelah itu dia menyusul kepergiannya si kucing hitam.

Pintu halaman rumah Nio Teng Hie kelihatan  tertutup  rapat; akan tetapi tidak ada orang yang menjaga. Pintu itu terbuka waktu Lim Tiong Houw mendorong memakai sebelah kakinya, dan secepat itu juga Lim Tiong Houw masuk lalu menutup lagi pintu pekarangan itu, sebab dia melihat ada dua orang gelandangan yang sudah binasa  dibagian  dalam halaman rumah itu.

Sekilas Lim Tiong Houw melihat bahwa mayat orang orang gelandangan itu tewas akibat kena senjata rahasia paku naga beracun (tok liong teng), suatu senjata rahasia yang bukan menjadi miliknya Tee  Seng Hok, sebaliknya  merupakan senjata yang biasa digunakan oleh si iblis penyebar maut alias Han bie kauwcu.

Bukan main rasa kagetnya Lim Tiong Houw waktu dia mengenali senjata maut itu. Apakah didalam urusan yang sedang dia hadapi ini ada hubungannya dengan si iblis penye- bar maut itu ?

Akan tetapi pada saat yang seperti itu Lim  Tiong  Houw tidak sempat berpikir lama sebab dia teringat dengan  Tee  Seng Hok dan cemas memikirkan keselamatan si  kucing  belang itu, sehingga dia cepat cepat memasuki rumahnya Nio Teng Hie, sampai dilain saat dia berhenti didekat pintu saIah satu ruangan tertutup, karena didengarnya ada suara yang mencurigai hatinya.

Dengan sebelah kakinya, Lim  Tiong  Houw  menendang pintu itu sampai membentang, akan tetapi dia batal masuk karena ada suatu senjata rahasia  yang menyamber kearahnya.

Sambil berkelit menghindar; Lim Tiong Houw kembali dan berlindung  dibalik  dinding  dekat  pintu  ruangan  itu,  lalu Lim Tiong Houw ikut  menimpuk memakai sebatang piao yang sudah siap ditangannya akan tetapi bertepatan dengan itu dia mendengar bunyi suara jendela ruangan yang diterjang oleh seseorang menandakan seseorang itu telah lari lewat daun jendela!

Dengan bergulingan Lim Tiong Houw  memasuki  ruangan itu, khawatir kalau kalau ada orang atau orang yang bakal menyerang dia lalu dengan gerak burung walet menerjang angkasa, maka tubuh Lim Tiong Houw melesat keluar jendela bekas seseorang tadi menerjang keluar.

Diluar jendela ruangan itu ternyata merupakan pekarangan yang sepi tidak ada orang; akan tetapi mendadak Lim Tiong Houw mendengar teriak suara Tee Seng Hok:

"Disini, toa ya !”

Suatu senjata rahasia kembali menyamber kearah   Lim Tiong Houw, sebelum Lim Tiong Houw bergerak hendak mendekati suara Tee Seng Hok, yang waktu itu berada  di dalam salah satu ruangan yang terbuka jendelanya.

Sekali lagi Lim Tiong Houw berkelit menghindar dengan suatu lompatan yang tinggi dan jauh. Tidak sempat dia memperhatikan entah senjata rahasia bentuk apa yang sudah dua kali menyerang dia, sementara tubuhnya yang sedang melayang tinggi, jatuh diatas genteng dari ruangan yang terdengar ada suara Tee Seng Hok, sedangkan jatuhnya tubuh itu telah pula mengakibatkan genteng genteng rumah hancur berantakan, sedangkan tubuh Lim Tiong Houw meluncur terus kebagian bawah, memasuki ruangan itu!

Terdengar rintih suara Tee Seng Hok yang berada di sudut ruangan, yang sudah tidak ada lain orang lagi, dan Tee Seng Hok terluka parah, memaksakan diri bicara, waktu dia melihat Lim Tiong Houw yang memasuki ruangan itu:

“Kebelakang, toa ya, mereka lari ke belakang " Lemah terdengar suara Tee Seng Hok, dan Lim Tiong Houw mencabut pisau belati yang membenam dibagian perut Tee Seng Hok yang waktu itu terduduk lemah di lantai; bersandar pada tembok ruangan dan Lim Tiong Houw  kemudian mengejar kearah yang diberitahukan.

Sekali lagi, ada senjata rahasia yang  menyambar  kearah Lim Tiong Houw, disaat dia sudah mencapai bagian belakang dari rumahnya Nio Teng Hie, dan Lim Tiong Houw yang  pantang mundur, sengaja  bergulingan  tanpa  dia menghiraukan sampai lima kali dia dihujani senjata maut itu.

Akan tetapi, waktu  Lim Tiong Houw sudah mencapai pekarangan belakang dengan bergulingan, si penyerang gelap ternyata sudah mendahulukan lompat naik keatas genteng rumah.

Lim Tiong Houw ikut lompat naik buat menyusul, dan sekali lagi ada senjata rahasia  yang  menyambar  kearahnya, sehingga Lim Tiong Houw harus menyampok memakai pisau belati yang ada ditangan kirinya, lalu Lim Tiong Houw menerjang si penyerang gelap itu yang ternyata adalah salah satu dari Siam say jie lo!

Lo Toa adalah orang tua dari Siam say yang kena diterjang oleh Lim Tiong Houw, dan  keduanya  lalu  bergumul bergulingan sampai terjatuh mereka kebagian bawah, dan Lo Toa menyumpah sambil telapak tangannya hendak mencakar muka Lim Tiong Houw. Akan tetapi Lim Tiong Houw berhasil menghindar, bahkan berhasil lompat berdiri dan disaat Lo Toa ikut lompat berdiri, maka Lim Tiong Houw meninju memakai kepelan tangan kanan, namun dapat ditangkis dan dipegang erat erat oleh Lo Toa, sehingga untuk sesaat keduanya telah mengadu tenaga.

Sementara itu, sebelah tangan kiri Lim Tiong Houw yang masih memegang pisau belati yang  bekas  membenam dibagian perut Tee Seng Hok, ternyata tak mau diam menganggur dan pisau belati itu langsung membenam dibagian iga Lo Toa, bahkan terus membedah selagi Lo Toa melotot mengawasi,  bagaikan dia tidak percaya dengan keadaan yang sudah terjadi.

Terdengar aum suara Lo Toa bagaikan seekor domba yang disembelih, lalu dia rubuh perlahan lahan sementara darah membasahi pisau belati ditangan kiri Lim Tiong Houw, yang kemudian mencabut pisau belati itu, lalu dia bergegas kembali ketempat Tee Seng Hok yang terluka parah.

Tee Seng Hok sudah rebah terkulai akan tetapi dia masih bisa paksakan diri bersenyum dan berkata.

"Kau tentu sudah berhasil, toa ya...”

Sekilas Lim Tiong Houw merasa terharu, melihat keadaan Tee Seng Hok yang lemah tidak berdaya, akan tetapi dia kuatkan hati dan berkata.

“Salah satu dari Siam say jie  lo sudah aku binasakan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi ?” dan Lim Tiong Houw hendak memeriksa luka Tee Seng Hok, akan tetapi si kucing hitam mencegah tidak membolehkan Lim Tiong Houw melihat luka dibagian perutnya.

"Mereka sudah tiba lebih dulu waktu aku datang untuk disini.." kata Tee Seng Hok dengan suara yang lemah.

"Mereka ?” ulang Lim Tiong Houw yang menanya.

“Siam say jie lo. Mereka membinasakan orang orang yang bertugas menjaga, dan salah seorang dari Siam say jie lo  itu juga telah membinasakan Nio Teng Hie, sedangkan yang seorang lagi mengejar aku, waktu  dilihatnya aku berada disini…”

Napas Tee Seng Hok kian memburu, dan keadaannya kelihatan parah sekali.

“Mari kuperiksa lukamu..." Lim Tiong Houw berkata dan memaksa, akan tetapi Tee Seng Hok mencegah lagi ; “Aku bukan si kucing hitam yang dulu, toa ya, perutku sudah kena dibedah.., .”

Dan tewaslah si kucing hitam Tee Seng Hok di dekat majikannya yang lama, yang sejak dulu dia dampingi dengan setia.

Lim Tiong Houw menjadi sangat  terharu.  Dia  tidak menduga kalau Siam say jie lo ditugaskan  membunuh  Nio Teng Hie, padahal dia sama sama merupakan kaki tangan si kura kura botak Kongsun Bouw. Adakah Nio Teng Hie sudah melakukan sesuatu kesalahan ?

Dan Siam say jie lo. Mereka ternyata merupakan sisa sisa pengikutnya si iblis penyebar maut alias Han bie kauwcu, terbukti dengan senjata senjata mereka yang berupa paku naga beracun dan pisau belati coan yo shin jie  (belati penembus tenggorokan), yang sudah membedah  perutnya Tee Seng Hok!

Si kura kura botak Kongsun Bouw! Dan Lim Tiong Houw bertekad hendak membalas dendam Tee Seng Hok disamping urusan Ouw Beng Tek!

Lim Tiong Houw tinggaIkan rumah Nio Teng Hie dengan maksud hendak langsung mendatangi tempatnya Kongsun Bouw, yang membuka usaha rumah pelacuran akan tetapi ditengah perjalanan dia teringat perkataan Tee Seng Hok bahwa gembong gembong atau para dedengkot di kota itu sekarang bekerja memakai otak, tidak terpengaruh dengan hawa napsu.

Sisa seorang Siam say jie lo pada waktu itu pasti sudah melaporkan kepada Kongsun Bouw tentang peristiwa yang terjadi dirumahnya Nio Teng Hie, sehingga pihak Kongsun Bouw pasti sudah mempersiapkan suatu penjagaan  yang ketat, bahkan mungkin sudah menyebar perintah buat membunuh dia sehingga tidak mudah buat Lim Tiong Houw mendatangi tempatnya Kongsun Bouw, terlebih diwaktu siang hari.

Oleh karena itu, maka Lim Tiong Houw  memutuskan hendak mendatangi tempat Kongsun Bouw diwaktu malam, sedangkan sepanjang siang itu, dia hendak melihat keadaan entah tindakan apa yang akan dilakukan oleh pihak Kongsun Bouw terhadap dirinya.

Dengan bertambahnya mayat mayat yang bergelimpangan di dalam kota Hie ciang, agaknya semakin bertambah suram buat Lim Tiong Houw mencari orang atau orang orang yang sudah membinasakan Ouw Beng Tek.

Mengenai tewasnya Nio Teng Hie, memang sudah jelas bahwa dia dibunuh oleh Siam say jie lo yang ditugaskan oleh Kongsun Bouw akan tetapi entah kesalahan apa yang sudah dilakukan oleh Nio Teng Hie, sehingga dia  sampai  dibunuh oleh orang yang justeru mendukung dia  untuk merebut kedudukan Ouw Beng Tek? apakah sebab Nio Teng Hie mengetahui bahwa Kongsun Bouw yang telah menugaskan seseorang buat membunuh Ouw Beng Tek? dan apakah Kongsun Bouw curiga bahwa Nio Teng Hie bakal membuka rahasia itu?

Sampai disini Lim Tiong Houw menjadi teringat dengan isi seberkas surat yang dia pernah terima dari kedua orang laki laki muda, yang memakai pakaian semacam orang orang  desa. lsi surat itu antara lain berupa  laporan mengenai Kongsun Bouw dengan segala kegiatannya, sehingga se lama itu Lim Tiong Houw jadi menunda maksudnya yang hendak mendatangi tempatnya Kongsun Bouw juga tempatnya Cee Giok Long.

Mengenai tewasnya Su Teng Hok, menurut laporan katanya dia dibunuh oleh orang yang ditugaskan oleh Nio Teng Hie, akan tetapi apakah Nio Teng Hie memberikan perintah itu dengan setahu Kongsun Bouw? ataukah melulu atas kehendak Nio Teng Hie dan untuk maksud apa Su Teng Hok harus dibunuh?

Lim Tiong Houw mengingat ingat bahwa waktu itu Su Teng Hok sedang berusaha hendak mencari Siao Cu Leng sehubungan dengan perintah  Lim Tiong Houw  yang  dia berikan kepada Tee Seng Hok.

Apakah tewasnya Su Teng Hok ada hubungan dengan tugasnya yang hendak mencari pemabuk Siao Cu Leng? Lim Tiong Houw menyesal bahwa sampai saat itu dia  belum berhasil menemukan si pemabuk itu.

Dan siapakah gerangan orang yang sudah membunuh Sui Hwa? adakah rangkaiannya dengan kematiannya Su Teng Hok berdua Nio Teng Hie? sukar rasanya buat Lim Tiong Houw menentukan, sebab mengenai tewasnya perempuan lacur itu, Lim Tiong Houw bahkan sampai menuduh Ho Sun Pin yang melakukan, sebab hanya kepada Ho Sun Pin itu pernah Lim Tiong Houw mengatakan tentang perempuan lacur yang pada waktu itu sudah meludahi mayatnya Ouw Beng Tek!

Akhirnya Lim Tiong Houw singgah dikedainya Wong Lay Kun, pedagang bubur yang terkenal; oleh karena Lim Tiong Houw mengharapkan dapat bertemu dengan Ho Sun Pin.

Kakek Wong atau si pemilik kedai bubur itu melihat keadaan Lim Tiong Houw yang sudah memilih tempat duduk, dan si kakek lalu mendekati dengan perlihatkan sikap ketakutan kemudian dia berkata dengan suara gugup.

“Aku ada pesan buat disampaikan kepada toa ya, katanya Oey Sin Mo sudah mati di desanya berikut semua keluarganya..,.."

“Dari siapa pesan itu kau terima...,.?” tanya  Lim  Tiong Houw untuk memastikan. "Dua orang tamu laki laki, masih muda dan seperti orang orang desa," sahut kakek Wong tetap dengan suara yang gugup.

('pembantaian .. ,,.!') maki Lim Tiong Houw didalam hati, sedangkan kepada sikakek Wong itu, dia tidak mengucap apa apa, bahkan dia membiarkan si kakek tinggalkan dia buat melayani tamu tamu lain.

('siapa lagi gerangan orang orang yang sudah membunuh Oey Sin Mo berikut semua keluarganya..?’) pikir Lim Tiong Houw selagi dia duduk makan bubur.

Sukar buat Lim Tiong Houw menentukan, apakah orang orang yang melakukan pembunuhan itu  dari  pihaknya Kongsun Bouw atau dari pihaknya Cee Giok Tong,  sebab  kedua laki laki muda yang menyampaikan berita itu tidak memberitahukan atau menjelaskan dan mereka tentunya tidak mengetahui, sebab mereka menemukan Oey  Sin  Mo sekeluarga sudah dibinasakan tanpa pihak si pembunuh meninggalkan jejaknya.

Mendekati waktu magrib, Lim Tiong Houw pulang ke rumah almarhum Ouw Beng Tek yang dia tempati. Cuaca sudah cukup gelap waktu Lim Tiong Houw membuka pintu  dan memasuki rumah itu, lalu secara tiba tiba berbagai macam senjata tajam sudah menyentuh tubuhnya, sementara suara Kwee Su Liang terdengar berkata.

“Angkat sepasang tanganmu keatas, dan berbalik merapat pada dinding,..!”

Sekiranya pada waktu  itu Lim Tiong Houw melakukan perlawanan, mungkin dia dapat membinasakan Kwee Su Liang berikut beberapa orang orang yang sedang mengancam dengan berbagai macam senjata tajam itu yang terdiri dari belasan orang banyaknya. Akan tetapi Lim Tiong Houw tidak mau mengambil tindakan secara nekad, terlebih karena dia mempunyai maksud hendak mendatangi tempatnya Kongsun Bouw, sehingga dia menganggap ada baiknya dia menjadi orang tawanan, sebab dia yakin dia bakal dibawa menghadap kepada Kongsun Bouw.

Oleh karena memikir begitu, maka Lim Tiong Houw patuh menurut, memutar tubuh dan merapat pada dinding dengan sepasang tangan diangkat lurus kebagian atas, bahkan dia membiarkan waktu seseorang mengambil senjata piao dan sebatang pisau belati yang dia bawa.

"Apakah kau masih menyimpan senjata lain ...?" terdengar Kwee Su Liang menanya.

“Tidak " sahut Lim Tiong Houw singkat.

“Hm! sebenarnya sudah lama kami menunggu kau sampai kesabaran kami hampir habis. Untung kau tahu diri menyerah. Akan tetapi kalau kau membikin gerakan yang mencurigai kami, maka Siam say Lo heng memang sudah siap hendak membalas dendam kakaknya ..,.!”

Lim Tiong Houw diam tidak mengucap apa apa, akan tetapi didalam hati dia menyadari bahwa salah seorang dari Siam say jie lo sudah dia binasakan. Mereka tentu  sudah mengetahui, dan sisa Siam say jie lo yang seorang lagi, sudah tentu tidak sabar hendak melakukan balas dendam, selagi dia tidak berdaya!

Sementara itu, Kwee Su Liang lalu memerintahkan orang orang untuk mengikat Lim Tiong Houw untuk kemudian dia menggotong Lim Tiong Houw, dibawa kedalam sebuah kereta kuda yang mereka sudah siapkan, setelah itu mereka menuju ketempatnya si kura kura botak Kongsun Bouw.

O) hend(dwkz)bbsc (O

ADA SEBUAH KUIL TUA yang letaknya tidak jauh terpisah dari markas besar orang orang gelandangan di kota Hie c iang. Kuil tua itu sudah sejak lama tidak pernah dikunjungi orang, sebab kuil tua itu sudah kosong, tidak ada isinya yang diperlukan buat orang orang yang hendak sembahyang atau bersujut kepada para patekong apapun  juga  sebaliknya  kuil tua itu justeru dipakai oleb Ouw Beng Tek, khusus buat dia menyimpan harta benda milik pribadinya, tanpa ada orang lain yang mengetahui; kecuali Lim Tiong Houw!

“Kita berdua  sudah berhasil menguasai orang orang didalam kota ini,  padahal kedudukan kita  hanya menjadi dedengkot orang orang gelandangan, mengapa salah seorang dari kita tidak mencoba di kota lain,"  demikian  Lim  Tiong Houw pernah berkata kepada Ouw Beng Tek.

“Bagus .. .!” sahut Ouw Beng Tek berseri seri lalu dia menyambung perkataannya. "... akan tetapi, siapa  diantara kita yang harus pergi, dan siapa yang harus tetap berada dan berkuasa disini .. .?"

“Mari kita undi dihadapan patekong patekong yang dulu berkuasa disini...” Lim Tiong Houw menyarankan, dan keduanya lalu mengadakan undian didalam kuil  tua  itu, sampai ternyata Lim Tiong Houw yang harus pergi, dan Ouw Beng Tek yang menetap berkuasa didalam kota Hie ciang, menjadi dedengkot orang orang gelandangan.

Demikian mereka berpisah, dengan sebuah tekad apabila salah seorang dari mereka kena bahaya, yang lain akan menuntut bela!

Jadi, tidak ada orang ketiga yang menyaksikan atau mengetahui, akan tetapi dua bersahabat ini memang saling setia tidak pernah ingkar se lama hidup mereka. Akan tetapi setelah Lim Tiong Houw pergi dan Ouw Beng Tek berkuasa seorang diri, maka mulai ada orang orang yang mau  coba coba merebut kekuasaan. Akan tetapi Ouw Beng Tek cukup gagah dan cekatan bahkan dengan cara yang bengis dia berhasil mengetahui keadaan, sampai kemudian tersiar berita mengenai si iblis penyebar maut yang katanya belum binasa, bahkan kembali merajalela dalam ujut penyamaran sebagai seorang kakek bongkok yang aneh kelakuannya atau Koay lo jinkee!

Si kura kura botak Kongsun Bouw yang mengusahakan rumah pelacuran, ternyata usahanya tidak terbatas melulu didalam kota Hie c iang, akan tetapi juga di beberapa kota lain sehingga dia banyak melakukan perjalanan membawa rombongan nona nona manis dari satu kota kekota yang lain, sehingga dimasing masing tempat usahanya seringkali kedapatan muka baru, yang dalam istilah mereka disebut sebagai barang baru.

Sebagai akibat si kura kura botak Kongsun bouw seringkali melakukan perjalanan ke berbagai kota, maka  banyak  yang dia lihat dan banyak yang dia  dengar, serta banyak dia menemukan keadaan kawan maupun lawan, sampai dia memperoleh berita tentang adanya peta harta berlimpah limpah bekas keperluan mendukung gerakan Ciu Kong Bie waktu me lawan tentara penjajah dulu, dan peta harta itu justeru katanya berada di tangan Ouw Beng Tek.

Tidak ada orang yang mengetahui, entah siapa gerangan merupakan orang pertama yang menyebar berita tentang peta harta yang katanya berada ditangan Ouw Beng Tek itu, akan tetapi banyak orang orang yang mengetahui bahwa dulu harta itu diangkut dan dilindungi oleh si tabib sakti Liauw Cong In yang kemudian dibantu oleh si Rajawali sakti Koan Siok Hu, si pendekar tanpa bayangan Tan Sun Hian yang didampingi oleh Liong Cie In (yang kemudian dikenal sebagai Cie  in suthay) dan masih banyak lagi para pendekar yang akan mau ikut memberikan perlindungan sampai harta itu berhasil mencapai tempat tujuan, akan tetapi pada saat itu perjuangan Ciu Kong Bie ternyata kandas; sehingga harta yang belum sempat digunakan itu kemudian dipendam oleh Liauw Cong In, dan si tabib sakti ini sengaja telah membikin suatu peta agar kemudian hari harta itu mudah dicari,  andaikata  diperlukan lagi untuk dipergunakan. Kemudian dan ketika tiga belas Malaikat maut dari istana kerajaan Beng mencari Liauw Cong In, untuk merebut peta harta itu ternyata Liauw Cong In sudah menghilang dari dusun Tong kiong tin, berikut anak dan menantunya. Sehingga sejak saat itu tidak ada lagi orang yang mengetahui dimana tempat kediaman Liauw Cong In berikut anak dan mantunya akan tetapi secara tiba tiba tersiar berita bahwa peta harta itu  berada di tangan Ouw Beng Tek!

Nah! peta harta yang berlimpah limpah yang tidak  akan habis dimakan oleh seratus turunannya itu, sudah tentu ingin benar benar Kongsun Bouw memiliki, meskipun dia menyadari bahwa tidak akan mudah dia peroleh dari tangan Ouw Beng  Tek yang punya pengaruh dan kekuasaan didalam kota Hie ciang.

Si kura kura  botak kepalanya itu ternyata memang merupakan orang yang pandai berpikir, pandai menggunakan otaknya, bahkan memiliki kesabaran yang tak ada batasnya, demi dia mendapat cita cita.

Mula pertama Kongsun Bouw membikin keadaan didalam kota menjadi bertambah keruh, kehilangan moral dan kehilangan pegangan hidup, sehingga seringkali terjadi kekacauan. Setelah itu dia mengatur permusuhan diantara beberapa golongan termasuk golongan orang orang gelandangan, serta diam diam dia memupuk kekuatan dengan membayar tenaga orang orang yang pandai ilmu silat, khususnya terdiri dari orang orang yang pernah mengetahui tentang adanya peta harta.

Akan tetapi peristiwa yang akan terjadi di dalam kota Hie ciang itu, ternyata tidak lepas dari mata Bok lan siancu yang kebetulan sedang lewat; dan yang kebetulan juga pernah kehilangan kalung bunga tasbih, akan tetapi yang dibiarkan meskipun dia mengetahui siapa si pencurinya. Lalu secara kebetulan juga dia menemukan lagi kalung bunga tasbih itu, padahal si pencuri sudah mengakui perbuatannya dan sudah menceritakan segala galanya.

Bhiksuni yang tua usia dan yang sakti ilmunya itu lalu menceritakan lagi kepada muridnya, Cie in suthay. Menceritakan tentang Lim Tiong Houw yang pernah mencuri kalung bunga tasbih, dan tentang Lim Tiong Houw sudah memberikan kalung bunga tasbih itu kepada Ouw Beng Tek yang dia anggap sudah menjadi saudara kandungnya sendiri. Akan tetapi biarawati yang muda usia dan yang cantik jelita itu menjadi penasaran, bukan mengenai urusan kalung bunga tasbih atau urusan orang orang gelandangan,  akan tetapi mengenai urusan peta harta berlimpah limpah, oleh karena harta yang berlimpah-limpah itu justeru dia yang pernah ikut melindungi, dan dia mengetahui siapa yang memendam dan mengetahui juga dimana harta itu dipendam, serta siapa yang memegang peta harta itu. Jadi,  bagaimana  mungkin  peta harta itu bisa berada pada Ouw Beng Tek ? Mungkinkah  si tabib sakti Liauw Cong In sudah binasa? Dan bagaimana dengan nasib si pendekar tanpa bayangan Tan Sun Hiu yang pernah 'mencuri’ hatinya, namun yang berkesudahan dengan kehancuran cintanya yang setulus hati dia serahkan  kepada laki laki yang ternyata sudah beristeri dan mempunyai anak satu itu.

('sialan Lim Tiong Houw itu.. .!’) maki Cie in suthay didalam hati, sebab waktu bercerita kepada Bok lan siancu, Lim Tiong Houw justeru tidak menyebutkan dimana  peta harta itu disembunyikan.

Bukan sekali dan bukan hanya dua kali, akan tetapi sudah berulang kali Cie in suthay membongkar bongkar  set iap jengkal tanah didalam kuil tua itu,  tanpa dia berhasil menemukan peta harta yang dia cari, meskipun  diantara tumpukan barang barang milik a lmarhum Ouw Beng Tek yang tak mau dia ganggu, sementara kepada Lim Thong Bu berdua Ma Kian Sun yang ditugaskan  mengawasi Kongsun Bouw, selalu melaporkan bahwa si kura kura botak masih belum kembali dari bepergian keluar kota.

Sementara itu Lim Tiong Houw yang digiring oleh rombongan Kwee Su Liang; didalam kereta kepalanya dipukul sampai dia pingsan lupa diri dan lupa daratan, sehingga dia tidak tahu dengan cara bagaimana dibawa masuk kedalam tempatnya Kongsun Bouw.

Waktu Lim Tiong Houw sudah bisa membuka sepasang matanya, maka dilihatnya sudah ada si kura  kura botak Kongsun Bouw, serta beberapa orang orang yang dia tak kenal, akan tetapi dia yakin bahwa orang  orang  itu  pandai ilmu silat, sementara Cee Giok Tong berikut dua tukang pukulnya, ternyata juga telah berada ditempat itu bersama Kwee Su Liang berikut sisa Siam say jie lo yang katanya bernama Lo Heng.

“Nah! kau sudah sadar sekarang! tentu enak kau bermimpi

....!” kata si kura kura botak Kongsun Bouw waktu dia melihat Lim Tiong Houw sudah membuka mata. Lim Tiong Houw bangun berdiri lambat lambat, sebab ternyata dia tidur diatas lantai batu yang keras, akan tetapi dia diam tidak mengucap apa apa, sehingga si kura kura botak Kongsun Bouw yang ngoceh lagi.

“... hm! kau tentu mengetahui, apa yang kami kehendaki dari kau. Peta harta itu, mengerti... !”

Lim Tiong Houw membentangkan sepasang matanya lebar lebar, dan juga mulutnya, akan tetapi dia tetap diam tidak bersuara sampai secara mendadak dia bagaikan baru teringat dengan sesuatu, dan dia berkata.

"Tidak akan kau peroleh dari aku "

Si kura kura botak Kongsun Bouw tertawa girang. Jawaban Lim Tiong Houw sudah memperkuat dugaannya bahwa peta harta itu benar benar sudah ada ditangan Lim Tiong Houw. Setelah dia merasa puas tertawa; maka si kura kura botak  itu berkata lagi.

“Jangan kau sesalkan aku, jangan kau salahkan aku, sebab kau sendiri yang meminta...!" lalu dia melirik kepada sisa Siam say jie lo yang bernama Lo Heng, sambil dia menambahkan perkataannya.

"Hajar , , , !" dia memerintahkan secara singkat.

Lo Heng melangkah mendekati dengan seberkas senyum iblis dibibirnya. Setelah sudah berdiri berhadapan dengan Lim Tiong Houw maka dia memukul muka Lim Tiong Houw disusul kemudian pada bagian perut, naik keatas  kepala  lagi,  turun lagi ke bagian perut, sampai bertubi tubi dia memukul dan sampai Lim Tiong Houw merasa pecah  perut dan pecah kepalanya, sedangkan mulutnya banyak mengeluarkan darah kental!

Si kura kura botak Kongsun Bouw kemudian memberikan aba aba supaya Lo Heng berhenti memukul dan dia berkata lunak kepada Lim Tiong Houw:

“Orang bilang kau keras kepala, dan kulihat kepalamu memang keras, tahan kena gebuk, tahan kena pukulan, akan tetapi aku tahu banyak cara buat memaksa orang bicara, atau orang mati lambat. Mana yang kau pilih .. ,?”

Suara Lim Tiong Houw terdengar parau, waktu  dia memberikan jawaban.

"Tidak ada gunanya segala siksa dan perbuatanmu atas diriku.”

Si kura kura botak Kongsun Bouw menjadi naik pitam, marah marah dan dia ingin memerintahkan supaya Lo Heng menghajar lagi Lim Tiong Houw, tetapi mendadak terdengar Kwee Su Liang nyelak bicara. “Orang ini memang benar benar keras kepalanya; lebih keras dari Ouw Beng Tek. Biar kita cabut lidahnya; kalau dia tidak mau menyerahkan peta harta itu .. .”

“Bagaimana dengan pikiran kau, Lim Tiong Houw ? atau siapa saja kau ini .. .!” si kura kura botak Kongsun Bouw berkata lagi, membentak dan mengawasi Lim Tiong Houw.

Sementara itu Lim Tiong Houw kelihatan terkejut, sampai sepasang matanya jadi melotot lagi; akan tetapi dia pantang mundur dan pantang menyerah. Dengan suara lantang dia berkata :

“Persetan ! kalau kalian mau lakukan, silahkan.. .!”

“Biar aku tambahkan lagi .. !” terdengar Lo Heng  ikut bicara.

Kongsun Bouw sebaliknya sekarang mencegah dan dia berkata kepada Lim Tiong Houw.

"Kau dengar itu bukan ? Lo Heng tentu punya cara  lain  buat memaksa kau bicara. Dia bekas orang Thian tok bun .”

“Persetan dengan Thian tok bun,..!” sahut Lim Tiong Houw yang kelihatan geram.

(Thian tok bun persekutuan penyebar racun maut, bekas kegiatan si iblis penyebar maut alias Han bie kauwcu).

Sementara itu Lo Heng ikut menjadi naik pitam,  langsung dia memukul Lim Tiong Houw tanpa dia menunggu perintah dari si kura kura botak Kongsun Bouw dan pukulan tangannya itu kena di bagian perut Lim Tiong Houw, membikin Lim Tiong Houw jadi nungging nungging sambil dia membekap bagian perutnya, akan tetapi tidak sampai dia terjatuh duduk.

“Tidak ada gunanya kau berkeras kepala, sebaiknya kau bicara . , .” si kura kura botak Kongsun Bouw yang bicara lagi sementara sebelah tangannya memberikan aba aba supaya Lo Heng menunda kepelan tangannya yang hendak menghajar bagian botak kepala Lim Tiong Houw, yang waktu itu lagi nungging-nungging.

Mendengar perkataan si kura kura botak Kongsun Bouw, maka secara mendadak Lim Tiong Houw menengadah, meskipun sepasang tangannya masih membekap bagian perutnya mungkin maksudnya untuk melindungi bagian perutnya itu supaya jangan kena digebuk lagi oleh Lo Heng, sementara sepasang mata Lim Tiong Houw kelihatan merah menyala, waktu dia bicara dengan suara menantang yang dia tujukan kepada si kura kura botak Kongsun Bouw.

“Mengapa bukan kau yang bicara . „ .?" demikian Lim Tiong Houw berkata dengan sikap menantang.

Si kura kura botak Kongsun Bouw menjadi tertawa geli, bukan dia marah marah setelah itu baru dia berkata  kepada Lim Tiong Houw.

"Bagus juga cara itu. Biar aku yang bicara, dan kau yang mendengarkan, setelah itu kau berikan jawaban. Nah, aku mulai dengan pertanyaan pertama, siapa yang membunuh Ouw Beng Tek .. . ?”

Terbelalak sepasang mata Lim Tiong Houw, waktu dia mendengar pertanyaan si kura kura  botak Kongsun Bouw yang pertama itu. Dia yang menduga bahwa kematian Ouw Beng Tek adalah sebagai perbuatannya si kura kura botak Kongsun Bouw, akan tetapi ternyata sekarang si kura kura botak itu justeru menanya, mungkinkah Kongsun Bouw hanya pura pura belaka? Rasanya tidak mungkin,  sebab bukan waktunya buat berpura pura dan  menghambur  waktu, sehingga setelah berpikir begitu maka ganti  dia  yang menanya.

“Bukankah kau atau kalian yang telah membunuh Ouw Beng Tek ?” Sekali lagi si kura kura  botak Kongsun Bouw menjadi tertawa, seperti dia menganggap lucu mendengar pertanyaan Lim Tiong Houw, setelah itu dia berkata lagi.

“Aku justeru menyangka sebagai perbuatan kau, atau setidaknya orang suruhan kau. Aku sedang berada di lain tempat, waktu aku mendapat berita  kau  muncul  lagi dikota Hie ciang dan aku cepat cepat mengutus Siam say jie lo membawa tugas melarang semua pembantuku   membunuh kau, dan aku bahkan melarang menentang kau. Aku sengaja membiarkan kalian saling hantam, sebab bagiku tidak ada bedanya, kau atau Ouw Beng Tek  yang memegang kekuasaan. Sekarang kau mengatakan bahwa kau tidak membunuh Ouw Beng Tek. Kalau menurut dugaan siapakah kira kira yang sudah melakukan pembunuhan itu..."

Sekilas Lim Tiong Houw melirik kearah Cee Giok Tong, akan tetapi dilain saat secara mendadak dia mendapat pikiran lain, sehingga dia lalu berkata.

“Mungkinkah Nio Teng Hie melakukannya...?”

"Bah! dia seorang pengecut yang tidak ada gunanya. Dia hanya bisa merengek hendak dijadikan orang gede, akan tetapi dia bodoh dan menyuruh orangnya melakukan pembunuhan terhadap Su Teng Hok, dari itu aku suruh Siam say jie lo mampusin dia. Akan tetapi sesalkan kau ikut campur, sampai So Toa kau binasakan,  sehingga aku terpaksa mengeluarkan perintah untuk menangkap kau...,” si kura kura Kongsun Bouw berkata dengan muka merah, menyimpan rasa marah terhadap Lim Tiong Houw.

“Mengapa Nio Teng Hie memerintahkan  buat  membunuh Su Teng Hok .. " Lim Tiong Houw menanya lagi, disaat si kura Kura Kongsun Bouw sedang menunda bicara,

“Sebab Su Teng Hok memihak pada kau, dan katanya sedang mendapat perintah dari kau buat mencari seorang pemabuk bernama Siao Cu Leng, sehingga  Nio Teng Hie bahkan perintahkan orangnya buat membunuh si pemabuk itu

.. .” sahut si kura kura Kongsun Bouw, masih merah mukanya dan masih merasa marah terhadap Lim Tiong Houw.

“Mudah mudahan si pemabuk Siao Cu Leng itu belum mati

„ . “ Lim Tiong Houw berkata seperti menggerutu.

“Apa maksud kau , ?” tanya Kongsun Bouw yang menjadi heran, sehingga sejenak dia terlupa bahwa dia masih marah terhadap Lim Tiong Houw.

“Sebab si pemabuk itu mungkin melihat orang yang telah membunuh Ouw Beng Tek..." sahut Lim Tiong Houw  yang pada mulanya kelihatan ragu ragu, akan tetapi kemudian dia bahkan menambahkan tentang Siao Cu Leng yang sudah mengambil isi saku Ouw Beng Tek, sebab Siao Cu Leng menemukan mayat Ouw Beng Tek yang menggeletak di tengah jalan.

“Sialan ! justeru si pemabuk itu juga sudah mampus ”

akhirnya Kongsun Bouw berkata dengan perdengarkan suara menyesal.

Sejenak keadaan menjadi hening, sebab Lim Tiong Houw juga kelihatan menjadi kaget, berbareng dia ikut  menjadi menyesal ketika mendengar keterangan dan si kura kura bo- tak Kongsun Bouw bahwa si pemabuk Siao Cu Leng sudah dibinasakan oleh orang suruhannya Nio Teng Hie.

Setelah itu, mendadak Lim Tiong Houw jadi  teringat dengan nasib Ong Sin Mo sekeluarga yang juga te lah dibantai orang, sehingga dia lalu menanya lagi kepada si kura kura botak Kongsun Bouw.

"Siapakah yang telah membunuh Ong Sin Mo sekeluarga

..?”

"Aku yang perintahkan, sebab dia juga keras kepala, tidak mau memberitahukan tempat Ouw Beng Tek menyimpan barang barangnya ” sahut si kura kura botak Kongsun Bouw yang kembali perlihatkan muka marah kepada Lim Tiong Houw.

Akan tetapi pembicaraan itu menjadi tertunda, oleh karena datangnya Tio Kang Lok yang kelihatan tergesa gesa dan bekas pengawal pribadi dari Nio Teng Hie itu mengajak Kongsun Bouw ke sudut ruangan; lalu dia bicara dengan suara perlahan didekat telinga si kura kura botak Kongsun Bouw.

Setelah Tio Kang Lok selesai bicara; maka Kongsun Bouw mendekati Lim Tiong Houw dan dia berkata.

“Aku terpaksa harus menunda pembicaraan kita, sebab ada urusan lain yang memerlukan aku. Tunggu sampai aku sudah kembali dari kuil tua itu, dan aku akan bicara lagi dengan kau .

, . !"

Sehabis berkata demikian, maka Kongsun Bouw lalu memerintahkan orang orang buat mengikat Lim Tiong Houw, yang tadi sudah dilepaskan waktu dia pingsan lupa diri.

Setelah itu maka si kura kura  botak Kongsun Bouw mengajak semua orang orangnya pergi, hanya sisa Cee Giok Tong dan dua tukang pukulnya yang ditugaskan menjaga Lim Tiong Houw.

"Inilah saat yang aku nantikan .. ." kata Cee Giok Tong menyeringai, waktu si kura kura botak Kongsun Houw dan rombongannya sudah pergi dan dia mendekati Lim Tiong Houw yang sudah diikat tidak berdaya.

Lim Tiong Houw meIudahi muka Cee Giok Tong, setelah itu dia berkata:

“Kau pengecut yang hanya bisa merampok pacar orang..,."

Cee Giok Tong tambah menyeringai seperti hantu  yang kena diguyur air panas dan dia menyapu mukanya yang kena diludahi oleh Lim Tiong Houw, setelah itu mulai dia membikin pesta, dibantu oleh kedua tukang pukulnya yang memang pintar pintar buat memukul orang yang sudah diikat! Melulu sebab Kongsun Bouw sudah memberitahukan tentang tempat tujuannya, yakni sebuah kuil tua, maka Lim Tiong Houw paksakan diri buat bertahan dari pukulan pukulan bertubi tubi yang dilakukan oleh Cee Giok Tong bertiga sampai napas mereka yang memukul yang terdengar sengal sengal, dan Cee Giok Tong lalu berkata. "Kalian berdua tinggal disini, akan aku cari minuman buat kita…”

Di dalam hati Lim Tiong Houw bersenyum mengejek. Kalau lain orang yang dihajar oleh Cee Giok Tong dan kedua orang tukang pukulnya, apalagi oleh Lo Heng, maka tentunya sudah mampus atau setidaknya akan menjadi gempor. Akan tetapi Lim Tiong Houw memiliki ilmu yang sudah mencapai batas kemampuannya. Dengan mengerahkan tenaga dalam  dia sudah berhasil membikin tubuhnya menjadi kebal tahan kena pukulan.

Lim Tiong Houw kemudian mencoba coba kekuatan  tali yang mengikat tubuhnya, dengan keadaan sepasang tangan kebagian belakang dan sepasang kaki ikut diikat erat erat.

Masih ada dua orang yang menunggu Lim Tiong Houw dari itu, dia tidak mau sembarang perlihatkan geraknya supaya dia tidak dicurigai oleh kedua orang orang itu sebelum tali yang mengikat tubuhnya menjadi lepas, berkat ilmu belut licin membebaskan diri.

Hanya sesaat yang diperlukan oleh Lim Tiong Houw dan sepasang tangannya sudah bebas dari tali tali yang mengikat, akan tetapi tangan tangan itu tetap berada dibagian belakang tubuhnya, selama dia memikirkan daya untuk melepaskan tali tali yang mengikat dibagian sepasang kakinya.

Ada rasa curiga pada laki laki yang bersenjata sepasang gada yang dapat dilipat menjadi satu. Dia mendekati hendak meneliti, akan tetapi tiba t iba Lim Tiong Houw merangkul dia, dan secepat itu juga Lim Tiong Houw berhasil merebut senjata laki laki itu yang langsung dia gunakan buat memukul; sampai laki laki itu semaput dengan sepasang mata kelihatan melotot! Sebatang golok kemudian hendak menabas putus batang leher Lim Tiong Houw, akan tetapi dalam keadaan  terduduk dan selagi sepasang kakinya masih terikat erat erat, maka Lim Tiong Houw menyepak kaki orang yang menyerang dirinya sambil dia ikut  bergulingan, sehingga waktu  laki  laki itu terjatuh, maka sekali lagi Lim Tiong  Houw menghantam dan laki laki itu tewas seketika menyusul temannya yang sudah mendahulukan!

Tepat pada saat itu, Cee Giok Tong datang  dengan sepasang tangan memegang guci dan mangkok  mangkok arak. Dia berdiri terpaku melihat kedua tukang  pukulnya sudah kena dipukul dan sudah bergelimpangan menjadi mayat mayat dengan mata melotot, dan dia  meringis  ketakutan waktu melihat Lim Tiong Houw sedang menyeringai, seperti malaikat maut yang siap merampas nyawa!

Kemudian Lim Tiong Houw memukul sepasang lutut  Cee Giok Tong terpaksa ikut  tertunduk berhadapan,  sedangkan guci dan mangkok mangkok arak jatuh hancur berantakan.

"Mulai sekarang; kau harus patuh dengan perkataan isterimu. Aku tidak mau kau s ia-sia bekas pacarku," Lim Tiong Houw berkata seperti dia sedang menggerutu sambil dia melepaskan tali tali yang mengikat pada sepasang kakinya setelah itu dia pergi menghilang, membiarkan Cee Giok Tong hidup dengan sepasang lutut hancur tidak dapat digunakan  lagi. Lim Tiong Houw tidak menghiraukan dengan banyaknya orang orang yang mengawasi dirinya yang pada saat itu sedang berlari lari menuju kuil tua yang sedang didatangi oleh rombongan si kura  kura botak Kongsun Bouw sebanyak sembilan belas orang. Sedangkan pakaian Lim Tiong  Houw pada waktu itu banyak yang robek bekas dia disiksa,  juga noda noda darah kelihatan melekat pada pakaian itu.

Disepanjang perjalanan itu, tak hentinya Lim Tiong Houw cemas memikirkan Cie in suthay, yang dia  ketahui sedang berada seorang diri didalam kuil tua yang sedang didatangi  oleh rombongannya si kura kura botak Kongsun Bouw.

Meskipun Cie in suthay memiliki ilm u yang tinggi;  akan tetapi Lim Tiong Houw merasa cemas, sebab dia mengetahui rombongan si kura kura  botak Kongsun Bouw terdiri dari orang orang yang tidak bermoral, dan tidak berperi kemanusiaan, sebaliknya biarawati yang muda usia dan yang cantik jelita itu pantang membunuh nyawa manusia, sebab sudah tekad hendak mendekati sang Budha.

Dan Cie in suthay memang sedang berada di dalam kesukaran menghadapi gerombolan bajingan bajinngan tengik yang pandai menyelak dan pandai mengejek.

Kuil tua yang sudah tidak digunakan lagi itu se lalu gelap keadaannya diwaktu ma lam, akan tetapi sejak Cie in suthay menempati kuil tua itu, maka dia selalu memerlukan membikin pelita buat alat penerang terlebih kalau dia sedang mencukil- cukil tanah, seperti pada waktu gerombolan bajingan bajingan tengik itu datang menyergap!

“Kalian lihat ada seorang gelandangan gaya baru, memakai pakaian seperti seorang biarawati .. .” kata seorang bajingan yang menemukan Cie in suthay sedang mencukil-cukil tanah, seperti seorang gelandangan yang sedang mencari sisa sisa makanan.

"Ha ha ha . ,” tawa bajingan yang lain, dan seorang yang lainnya kemudian berkata dengan lagak yang membikin Cie in suthay jadi bertambah muak.

“... mukanya cukup cantik, dan umurnya masih muda ”

Cie in suthay marah sampai dia lupa diri, karena dianggap seorang gelandangan yang sedang kelaparan.  Dia tidak memerlukan waktu untuk berdiri, akan tetapi sambil jongkok tubuhnya secara mendadak mencelat, seperti seekor burung walet yang terbang ke angkasa, lalu dia menotok jalan darah kedua bajingan tengik itu memakai jari tangannya sehingga pada detik berikutnya kedua bajingan tengik itu berdiri diam seperti patung bisu !

Si kura kura botak Kongsun Bouw menjadi sangat terkejut waktu dia menyaksikan kejadian itu,  juga Lo Heng yang menjadi s isa dari Siam say jie lo ikut menjadi terkejut, karena dia tidak menduga bahwa didalam kuil tua itu bakal bertemu dengan seorang biarawati sakti yang masih muda usianya, padahal Tio Kang Lok membawa laporan, mengatakan bahwa  di kuil tua itu merupakan tempat penyimpanan barang barang milik pribadi Ouw Beng Tek almarhum !

Sementara itu Kong tong sam kiam adalah tiga jago pedang dari golongan Kong tong pay, bekas orang orang Thian tok bun dari kota Hud san tin yang sengaja dibawa oleh  si kura kura botak Kongsun Bouw. Mereka hendak memberikan jasa mereka; dari itu mereka berseru dan  mengurung  Cie  in suthay, siap dengan pedang pedang ditangan mereka.

Tidak ada kesempatan lain buat Cie in suthay dan dia harus melakukan perlawanan, bertempur sebab jago jago pedang dari Kong tong pay itu sudah membuka  serangan, sedangkan si kura kura botak Kongsun Bouw lalu memerintahkan memasang api obor dan memerintahkan orang orang memeriksa untuk mencari peta harta yang dia  duga ada didalam kuil tua itu.

Belasan orang orang itu kemudian  berpencar, mencari keberbagai pelosok dan sudut kuil tua itu, membiarkan Kong tong sam kiam atau tiga jago pedang dari golongan Kong-tong pay yang sedang bertempur melawan Cie in suthay dan biarawati yang muda usia ini menjadi gelisah hatinya,  sebab dia yakin gerombolan bajingan itu bakal menemukan tempat Ouw Beng Tek menyimpan barang barang, yang pasti akan mereka rampas.

Biarawati yang muda usia dan cantik jelita itu juga menjadi gelisah memikirkan Lim Thong Bu dan Ma Kian  Sun  yang entah sedang berada dimana, serta juga memikirkan entah nasib apa yang sudah atau sedang dihadapi oleh Lim Tiong Houw, yang dia yakin tidak bakal membuka rahasia kepada pihak musuh, akan tetapi entah apa sebabnya si kura-kura botak Kongsun Bouw bisa mengetahui bahwa kuil tua  itu adalah tempat menyimpan harta benda miliknya Ouw  Beng Tek.

Kong tong sam kiam atau tiga jago pedang dari Kong tong pay itu, ternyata memang lihay ilmu s ilat mereka, dan mereka berlaku hati hati dalam menghadapi lawan mereka, yang berupa seorang biarawati muda usia yang tinggi  ilmunya, sehingga tak mudah buat Cie in suthay cepat cepat mengalahkan mereka bertiga, yang selalu menyerang secara silih berganti, dan selalu mundur menghindar kalau diserang oleh Cie in suthay sehingga benar benar sangat merepotkan  Cie in suthay yang bersenjatakan kebutan.

Adalah pada saat itu, Lim Tiong Houw tiba dengan pakaian banyak yang pecah dan kotor penuh debu yang bercampur dengan peluh, ditambah dengan noda noda darah bekas dia kena disiksa, sehingga keadaan Lim Tiong Houw  pada waktu itu memang mirip seperti seorang gelandangan.

Lima orang musuh berusaha mencegat Lim Tiong Houw, sementara yang lain masih sibuk dengan pekerjaan mereka, mencari peta harta seperti yang diperintahkan oleh  si kura kura botak Kongsun Bouw Lim Tiong Houw, tidak mau menghambur waktu dan tenaga, apalagi waktu dia melihat Cie In suthay sedang dikepung oleh tiga lawan yang kuat, sementara rombongan gerombolan musuh yang lain sedang menyebar di perbagai sudut kuil tua itu.

Segera Lim Tiong Houw mengerahkan tenaganya dan menggunakan ilmu silat Lo han ngo heng kun yang khas dari golongan Siao-lim.

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar