Jilid 04
WAKTU rombongan ini tiba dikaki gunung Ceng liong san, maka laki laki bekas orang hukuman itu minta diri untuk dia berdua dara Cin Siao Yan meneruskan perjalanan mereka, menuju kearah dusun Liong bun buat menemui kakek Cin yang berjanji menunggu.
Matahari waktu itu sudah condong kesebelah barat, dan dara manja Cin Siao Yan melakukan perjalanannya itu dengan hati ria serta bangga, sehingga tak sudahnya dia berceritera tentang dirinya dan juga tentang diri ibu dan ayahnya yang katanya gemar merantau, sebaliknya laki laki bekas orang hukuman itu kelihatan tetap bermuka muram, karena lagi lagi dia jadi teringat dan terbenam dalam kenangan lama waktu hubungannya sedang erat mesra dengan dara tambatan hatinya.
'Eh mengapa kau kelihatan muram ...?" tanya dara manja Cin Siao Yan waktu sempat dia memperhatikan keadaan teman seperjalanannya.
"Akh, tidak.... sahut laki laki bekas orang hukuman itu, sambil sejenak dia mengawasi dara manja Cin Siao Yan dan memaksakan diri untuk bersenyum.
"Hm! kau tidak membohongi aku ?” tanya dara manja Cin Siao Yan yang mempererat pegangannya pada sebelah pada tangan laki laki yang sedang dituntunnya. Laki laki bekas orang hukuman itu tidak segera memberikan jawaban, sebaliknya sepasang matanya mengawasi hampa kesuatu arah namun tetap dia meneruskan langkah kakinya, mengikuti dara manja Cin Siao Yan yang berjalan disisinya.
'Kau tahu, aku sedang menyimpan dendam . . ." akhirnya laki laki bekas orang hukuman itu berkata, oleh karena dilihatnya dara manja Cin Siao Yan perlihatkan muka bersungut. "Akan tetapi, sekarang kau sudah mengetahui orang yang menghianati kau . . ." Cin Siao Yang berkata lagi, karena percakapan di atas gunung Ceng liong san tadi, didengar dan diketahui semuanya oleh dara manja itu.
Sekali lagi laki laki bekas orang hukuman itu tidak segera memberikan jawaban, sehingga Cin Siao Yan yang meneruskan perkataannya.
".., ,buat apa kau bersusah hati dan bermuka muram, karena dalam waktu yang dekat kau dapat melepas dendam itu . !*
'Dia bukan seorang yang lemah, ilmunya tinggi sekali ”
laki laki bekas orang hukuman itu berkata dengan suara perlahan sementara didalam hati dia jadi memikirkan tentang Louw jie ko atau sang kakak yang kedua itu.
"Akan tetapi kau gagah perkasa, mengapa kau harus takut melawan dia . . . ?' masih dara manja Cin Siao Yan meneruskan menanya.
Laki laki bekas orang hukuman itu menjadi seperti tersentakz sampai dia menunda langkah kakinya. Dia mengawasi Cin Siao Yan dengan sepasang mata yang kelihatan bersinar menyala, agaknya dia merasa tersinggung ketika mendengar pertanyaan atau kata kata 'takut* yang diucapkan oleh dara manja Cin Siao Yan, akan tetapi ketika dilihatnya dara manja itu sedang bersenyum manis maka hilang lenyap rasa tersinggungnya, dan dia menuntun lagi sebelah tangan dara manja itu; buat mereka meneruskan perjalanan mereka, sambil berkata :
"Selama hidupku, tidak pernah aku mengenal dengan rasa takut . . ." gumam laki laki bekas orang hukuman itu.
Cin Siao Yan mengawasi laki laki yang menuntun dia, senyum manis tetap menghias di muka dara yang manis itu, yang didalam hati sedang menilai roman muka laki laki itu yang sekarang kelihatan hitam manis karena sudah ganti pakaian.
Dekat perbatasan dusun Liong bun, dara manja Cin Siao Yan melihat kakeknya yang sedang duduk menunggu di tempat seorang penjual arak :
"Yaya . . .!" seru dara manja itu; dan dia melepaskan tuntunan tangan laki laki bekas orang hukuman itu, untuk dia berlari lari mendekati kakeknya.
Kakek Cin berdiri dari tempat duduknya, dia bersenyum sambil meraba jenggotnya yang putih dan cukup panjang sebatas dada.
"... yaya, kita jadi bertempur . .” kata Cin Siao Yan didekat kakeknya; dan secara singkat dia menceritakan bahwa pertempurannya dengan si 'tangan beracun' Yang Cong Loei berbalik menjadi suasana persahabatan.
Kakek Cin kelihatan puas dan mengajak cucunya serta laki laki penolongnya memasuki dusun Liong bun, sampai dilain saat mereka tiba dan memasuki kedai nasi yang menjadi miliknya almarhum Kim to Hua beng Yao. Hua Mu lan tetap meneruskan usaha kedai nasi itu bersama suaminya, Pek Tiong Ho yang sudah sembuh akan tetapi langkah kakinya menjadi pincang untuk seterusnya.
Waktu melihat kakek Cin bertiga datang memasuki kedainya, maka Hua Mu Lan menyambut dengan girang oleh karena dia memang sudah pernah diperkenalkan dengan si kakek juga dengan dara manis Cin Siao Yan yang menjadi anaknya Yan siang hui yang pernah menolong dia.
Waktu pertama kali bertemu dengan laki laki yang menolong mereka, si kakek hanya sempat menceritakan secara singkat tentang awal permusuhannya dengan Liong in jie koay, sekarang selagi mereka berkumpul di dalam kedai nasi itu, maka si kakek memperkenalkan Hua Mu lan dan menceritakan juga tentang kisah tewasnya Kim to Hua Beng Yao ayahnya Hua Mu lan.
Sudah tentu hal itu telah membikin laki-laki bekas orang hukuman itu menjadi sangat terkejut sekali.
"Kim to Hua Beng Yao... . ?" dia mengulang untuk menegaskan, sambil dia mengawasi kakek Cin, untuk kemudian ganti dia mengawasi Hua Mu lan yang menyediakan minuman buat mereka.
Kakek Cin manggut, juga Hua Mu lan sehingga Iaki laki bekas orang hukuman itu yang berkata lagi :
"... dia adalah kakakku. Kakak yang jenaka ..."
Dan sepasang mata bekas orang hukuman itu jadi bersinar hampa, menyusul kemudian kelihatan ada butir butir air mata yang berlinang keluar.
Sementara itu, waktu tadi mendengar disebutnya kata 'kakak', maka Hua Mu lan menjadi heran, karena setahu dia almarhum ayahnya tidak mempunyai adik; akan tetapi waktu laki laki yang belum dikenalnya itu menambahkan kata kata kakak yang Jenaka, maka Hua Mu lan menjadi teringat dengan kedukaan hati ayahnya waktu menceritakan sedikit tentang sang adik yang_nakal itu. “Kau . . . katanya kau sudah binasa di . . “ Hua Mu Ian tidak dapat meneruskan perkataannya, maksudnya dia hendak meneruskan kata kata 'dirumah penjara'.
Semua orang memang menganggap aku sudah binasa..” sahut laki laki bekas orang hukuman itu dengan suara yang terdengar parau, lalu dia bangun dari tempat duduknya dan minta diantar ketempat meja abu almarhum Kim to Hua Beng Yao yang memang dirawat oleh Hua Mu lan, dan didepan meja abu itu dia memasang hio sambil sekali lagi dia telah mengeluarkan air matanya. Dara manja Cin Siao Yan yang ikut mendampingi, juga ikut memasang hio, dan dia mengucap sesuatu yang tidak didengar oleh siapapun juga didepan almarhum Kim to Hua Yao. Lidi lidi hio ditangan laki laki bekas orang hukuman itu kemudian diambilnya oleh dara manja Cin Siao Yan, untuk dia serahkan kepada Hua Mu lan, berikut lidi lidi hio yang dipakainya.
Petang harinya laki laki bekas orang hukuman itu m inta diantar ketempat makam sang kakak yang jenaka, dimana sekali lagi dia menghormati arwah Kim to Hua Beng Yao bahkan sambil dia menyebar bunga, diikuti oleh dara manja Cin Siao Yan yang selalu mendampingi, juga Pek Tiong Ho dan isterinya serta sikakek Cin.
)(dw (o) hnd)(
CUACA MALAM cukup baik akan tetapi nampak suram, disebabkan sinar bulan hanya bercahaya redup, sedangkan bintang bintang satu demi satu pada menghilang semua.
Laki laki bekas orang hukuman itu duduk seorang diri dihalaman belakang rumah almarhum Kim to Hua Beng Yao, dimana mereka bertiga numpang bermalam bahkan kakek Cin sudah memutuskan hendak menetap dengan Hua Mu Ian dan suaminya yang sudah dia anggap sebagai anak dan menantunya, serta membiarkan cucunya, dara manja Cin Siao Yan mengikuti perjalanan laki laki penolongnya, buat sekalian singgah di teluk Hek liu Ouw menemui dan membawa berita buat liehiap Lee Su Nio dan Lee Kuo Cen. Agaknya kakek Cin sudah percaya sepenuhnya terhadap lelaki yang pernah menolongnya itu, yang sekarang sudah dia ketahui pernah menjadi ceecu dari Ceng liong pang yang terkenal berjiwa kesatrya.
Mimpi almarhum Kim to Hua Beng Yao juga telah menjadi kenyataan bahwa sang adik yang nakal itu mendatangi dia. Akan tetapi sayangnya Kim to Hua Beng Yao telah men- dahulukan menjadi a lmarhum sehingga adik yang nakal itu tak dapat menemui sang kakak yang Jenaka.
Diluar tahu lelaki bekas orang hukuman itu, tempat yang sedang dia gunakan buat duduk, yakni diatas sebuah batu cadas yang besar dan yang dapat dipakai untuk duduk oleh dua orang; sebenarnya adalah batu cadas yang sengaja dibawa oleh Kim to Hua Beng Yao dari atas gunung Ceng liong san sebab diatas batu cadas itu dahulu Kim to Hua Beng Yao seringkali duduk berdua dengan adik yang nakal itu.
Sebelum ajal merenggut nyawanya. Kim to Hua Beng Yao seringkali duduk seorang diri diatas batu cadas itu menemani bulan yang memancarkan sinarnya sambil matanya terus mengawasi gunung Ceng liong san yang jelas kelihatan dari tempat duduk itu dan dia tenggelam dalam lamunan mengenangkan masa lalu, disaat dia masih berkumpul dengan sang adik yang nakal.
Sekarang, adik yang nakal itu ganti duduk seorang diri, juga sambil mengawasi gunung Ceng liong san dan juga sambil mengenangkan masa lalu. Akan tetapi yang terpikir laki laki bekas orang hukuman itu, bukan melulu tentang saat saat yang waktu dia berkumpul dengan sang kakak yang jenaka, akan tetapi juga mengenangkan saat saat waktu dia sedang bermesraan dengan dara tambatan hatinya, sampai kemudian dia jadi teringat dengan orang ketiga yang menyela di antara dia dan 'adik Hong* nya, dan orang ketiga ini bahkan telah menghianati dia, dengan harapan setelah dia mati maka sang adik Hong itu akan dapat dim iliki oleh orang ketiga itu !
Teringat dengan kejadian lama ini, maka laki laki bekas orang hukuman itu menjadi geram karena dendam dan pedih rasa hatinya, sehingga dia tak mengetahui datangnya dara manja Cin Siao Yan yang mendekati dia.
Dara yang manja ini tidak dapat pulas tidur karena pikirannya sangat berkesan dengan laki laki bekas orang hukuman itu yang telah menolong dia berdua kakeknya - yang kemudian pernah dia ketahui menjadi sam-ceecu atau panglima ketiga dari persekutuan Ceng liong pang dulu.
Semua pembicaraan yang berlangsung di atas gunung Ceng liong pang siang tadi, tak ada yang dilupakan oleh dara yang biasanya berlaku manja itu, terutama pada bagian kata kata 'jie ceecu' yang diulang oleh Touw Liong Kie yaitu tentang hubungan mesra antara sam ceecu dengan Hong moay atau adik Hong.
Akan tetapi sampai dimana gerangan hubungan itu? Dan dimana gerangan adik Dw-Hong itu sekarang ? Masalah ini ingin benar diketahui oleh dara manja Cin Siao Yan.
“Eh, kau belum tidur...?" sengaja Cin Siao Yan menanya, bersikap tak menduga bakal menemui lelaki bekas orang hukuman itu yang sedang duduk termenung seorang diri.
*Hm ! kau juga belum tidur. .”sahut laki laki bekas orang hukuman itu yang kelihatannya bersikap acuh.
“Kalau aku sudah tidur, bagaimana mungkin aku datang kesini. .?" Cin Siao Yan berkata dengan perlihatkan sikap manja namun tak lupa dia menyertai seberkas senyum yang manis.
Laki laki bekas orang hukuman itu tidak mengucap apa apa lagi, akan tetapi sepasang matanya beralih dan kembali mengawasi gunung Ceng liong san yang tinggi dan kelihatan agung.
"Kau terkenang lagi dengan masa lalu ..?" dara manja Cin Siao Yan yang mulai berkata lagi.
Laki laki bekas orang hukuman itu cuma manggutkan kepalanya, sehingga Cin Siao Yan yang menyambung bicara :
"Teringat waktu kau menjadi sam ceecu . . .?' Laki laki bekas orang hukuman itu menggelengkan kepalanya, dan Cin Siao Yan yang berkata lagi.
'Kalau begitu kau teringat dengan adik Hongmu . . “
Laki laki bekas orang hukuman itu menengadah, mengawasi muka dara manja Cin Siao Yan yang berdiri disisinya. Sejenak sepasang mata laki laki itu kelihatan menyala bagaikan mata seekor harimau, akan tetapi dilain detik menjadi redup lagi karena senyum manis yang perlihatkan oleh dara manja Cin Siao Yan.
Kau tahu dimana sekarang dia berada. ?" tanya lagi dara manja itu, suaranya merdu halus mengalihkan niat laki laki bekas orang hukuman itu yang sebenarnya hendak marah.
'"Tidak . . .!" sahutnya singkat.
Cin Siao Yan duduk disisi laki laki bekas orang hukuman itu diatas batu cadas yang sama, duduk rapat sampai bahu mereka saling bersentuhan, akan tetapi pandangan mata Cin siao Yan mengawasi arah lain, menembus cela cela kegelapan malam.
Sejenak keduanya membisu tidak mengucap apa apa, sementara angin ma lam sepoi-sepoi meniup halus mengakibatkan beberapa lembar rambut rambutnya si dara manja itu hinggap dekat muka laki laki bekas orang hukuman itu dibarengi bau harum yang menyergap hidungnya.
"Siapa nama adik Hongmu itu…?” tiba tiba Cin Siao Yan menanya lagi.
Laki laki bekas orang hukuman tidak segera memberikan jawaban. Cukup lama Cin Siao Yan diam menunggu sampai akhirnya dara manja itu memutar arah pandangannya mengawasi laki laki yang duduk disampingnya, dan laki laki bekas orang hukuman itu lalu berkata tanpa dia ikut mengawasi Cin Siao Yan. ' Banyak orang menamakan dia sebagai si burung Hong. ’ Dara manja itu sehingga kecewa, akan tetapi dia menanya lagi :
"Dan mana jie ceecu ..." "Dia adalah si naga sakti ..."
Sekali lagi dara manja itu kelihatan merasa kecewa namun
dia menanya terus : "Dan nama kau ...?”
Laki laki bekas orang hukuman itu menjadi terdiam lagi, akan tetapi dia ikut mengawasi dara manja yang duduk disisinya sehingga dua pasang mata mereka saling bertemu.
"Kau cukup menyebutkan paman… " akhirnya kata laki laki bekas orang hukuman itu.
Dara manja Cin Siao Yan tersentak; bangun berdiri dari tempat duduknya. Sepasang matanya menyala marah dan dia berkata.
"Kau ,. . kau orang yang aneh. Siapa kesudian mempunyai paman seperti kau . .”
Sehabis berkata begitu, maka dara manja itu bergegas hendak meninggalkan lelaki bekas orang hukuman itu; dan lelaki itu duduk membiarkan, padahal adalah menjadi kehendak Cin Siao Yan supaya dia jangan dibolehkan pergi.
Dara manja Cin Siao Yan menjadi kecewa hatinya. Dia masuk kedalam kamarnya dan membanting diri diatas tempat tidur. Hasrat hatinya ingin dia menangis, akan tetapi air matanya tak mau kunjung keluar.
Esok paginya lelaki bekas orang hukuman itu minta diri dan bergegas hendak meninggalkan kedainya Hua Mu lan, dan Cin Siao Yan buru buru mengikutinya.
“Eh ! aku sangka kau tak jadi ikut - -“ lelaki bekas orang hukuman itu berkata dengan perlihatkan sikap yang wajar. *Huh !” Cin Siao Yan bersuara marah sambil dia membanting sebelah kakinya, namun selekas itu juga dia yang bergegas mendahulukan berangkat.
Dara yang biasanya berlaku manja itu rupanya masih terpengaruh dengan kejadian semalam, yang mengakibatkan dia menjadi kecewa, dari itu dia tak mengucap apa apa selama mereka menempuh perjalanan mereka, sampai dilain saat dia singgah disuatu kedai nasi diperkampungan pertama yang mereka capai.
Dara manja Cin Siao Yan tetap tak mengucap sesuatu perkataan selama mereka menyelesaikan santapan siang itu, sementara laki laki yang menemani dia juga ikut membisu bukan sebab dia sengaja hendak menambah kekecewaan dara manja itu, akan tetapi sebab perhatiannya sedang dia curahkan terhadap dua laki laki yang duduk makan disudut sebelah barat.
Kedua laki laki yang sedang makan itu sama sama mengenakan pakaian sebagaimana layaknya orang orang yang biasa melakukan perjalanan dikalangan rimba persilatan. Pada mulanya kehadiran mereka tidak diperhatikan oleh laki laki bekas orang hukuman itu, akan tetapi lambat laun lelaki bekas orang hukuman itu mengetahui bahwa kedua lelaki iti terlalu sering mengawasi dia, sambil mereka bercakap cakap dengan sikap yang mencurigai hatinya.
Naluri hati lelaki bekas orang hukuman itu bagaikan mengatakan bahwa dia harus bersikap waspada, dari itu dia cepat mengetahui bahwa kedua lelaki itu mengikuti perjalanannya dia bersama Cin Siao Yan, sampai mereka meninggalkan kampung bekas mereka makan siang.
Sejenak lelaki bekas orang hukuman itu merasa ragu ragu. Dia ingin menunda langkah kakinya buat menunggu kedua lelaki itu yang sedang mengikuti terus, untuk kemudian hendak dia berikan hajaran dan memaksa mereka bicara, akan tetapi adakah alasan buat dia bertindak seperti itu ? Bagaimana kalau kedua lelaki itu hanya kebenaran telah memilih arah perjalanan yang sama ?
“Kita sedang diikuti…”akhirnya laki laki bekas orang hukuman itu berkata kepada Cin Siao Yan.
Dara manja itu tidak menunda langkah kakinya, akan tetapi sejenak dia mengawasi laki laki yang jalan disisinya, untuk kemudian dia melihat kearah belakang.
"Mengapa kau tidak hajar mereka . . .?" dara manja Cin Siao Yan kemudian berkata dengan nada suara mengejek, masih ngambek terhadap laki laki bekas orang hukuman itu.
""Aku baru menduga bahwa mereka mengikuti kita . “sahut laki laki bekas orang hukuman itu, seperti membela diri.
'"Akh ! kau sengaja mencari cari buat mengajak aku bicara
. . “ kata lagi Cin Siao Yan tetap dengan nada suara seperti mengejek.
Laki laki bekas orang hukuman itu menjadi tertegun, akan tetapi kemudian dia menyadari bahwa dia sedang didampingi oleh seorang dara yang biasa berlaku manja sehingga akhirnya dia jadi tersenyum dan tidak mengucap kata kata lagi.
Cin Siao Yan ikut tersenyum ketika dilihatnya laki laki yang didampinginya itu bersenyum, sehingga hilang sudah rasa kecewa dihatinya.
"Jalan yang kita tempuh ini sangat sunyi, Menurut kata ayah dan ibu, ditempat yang semacam ini biasanya dijadikan tempat bagi kawanan perampok melakukan kejahatan...” Cin Siao Yan berkata selagi dia meneliti keadaan jalan yang mereka sedang tempuh.
"Kau takut dengan kawan perampok ?* laki laki bekas orang hukuman itu sengaja menanya sambil sekilas dia melirik kearah dara manja yang jalan disisinya. "Tidak ada yang aku takuti selama kau berada disisiku " sahut dara manja itu, bangga nada suaranya dan dia bahkan menyertai senyumnya yang nakal.
"Hm ! kau harus belajar lagi supaya kau tidak bergantung pada lain orang " laki laki bekas orang hukuman itu berkata secara wajar, tanpa dia memikirkan akibatnya. Sementara itu Cin Siao Yan kelihatan menjadi girang ketika dia mendengar perkataan laki laki bekas orang hukuman itu, sehingga buru buru dia berkata :
"Bagus kalau begitu, aku justru hendak minta kau ajaran ilmu silat; sehingga mulai sekarang; pada set iap kesempatan kau harus ajarkan aku . .”
"Aku .... aku tidak sesuai menjadi gurumu.. . " sahut laki laki bekas orang hukuman itu yang menjadi gugup.
"Siapa kesudian menganggap kau sebagai guruku .„.?'' si dara membantah.
Laki laki bekas orang hukuman itu diam, tidak memberikan jawaban. Tidak mau lagi dia membantah sebab sempat dia melihat perobahan pada muka Cin Siao Yan, yang kelihatannya seperti mau 'ngambek" lagi.
Dilain pihak, kedua orang laki laki yang dicurigai sedang mengikuti perjalanan mereka sesungguhnya keduanya itu adalah alat negara yang sengaja menyamar sebagai orang orang yang sedang berkelana.
Kedua laki laki itu adalah petugas dari pejabat pemerintah kota Lu liang thang, yang memang sedang ditugaskan untuk mencari laki laki bekas orang hukuman itu.
Waktu menerima laporan tentang tewasnya Tay lwee sip sam ciu yang ke tujuh, maka Nie tayjin; pejabat pemerintah Lu liang thang menjadi sangat terkejut. Tay lwee sip sam ciu ke tujuh adalah tenaga pilihan dari kelompok jago jago istana, lagipula saat itu didampingi oleh Yo Sun Kong, seorang perwira menengah yang banyak pengalamannya, serta seorang pemuda dan sejumlah pasukan tentara. Akan tetapi mereka semuanya ternyata tidak berhasil menangkap liehiap Lee Su Nio, bahkan mereka bertiga gugur ditangan liehiap Lee Su Nio yang dibantu oleh seorang laki laki kurus bermuka agak hitam.
Nie tayjin cepat cepat mengirim laporan kekota raja dan juga ke beberapa kota yang terdekat. Orang orang yang ditugaskan membawa laporan itu dilengkapi masing masing dengan sehelai gambar liehiap Lee Su Nio dan laki laki yang membantunya.
Adapun waktu Nie tayjin sedang mempersiapkan orang orang suruhannya itu mendadak dia kedatangan Tay lwee sip sam ciu yang ke 9 dan si malaikat maut yang memakai seragam serba putih ini datang hendak menemui rekannya yang ke 7, membawa perintah dari atasan mereka buat mereka secepatnya berkumpul ditempat rekan mereka yang ke 2 yang kabarnya sudah berhasil menemukan daftar nama ke 108 orang orang bekas orang pendukung gerakan Thio Su Seng yang mereka cari.
Tay lwee sip sam ciu yang ke 9 itu kemudian melihat dan meneliti gambar gambar liehiap Lee Su Nio berdua laki laki yang memberikan bantunan. Dia memang sudah mengetahui tentang kegagahan liehiap Lee Su Nio si pendekar wanita berbaju merah, akan tetapi dia tidak menduga bahwa rekannya yang ke tujuh dapat dikalahkan dan dibinasakan.
Kemudian ketika si malaikat maut yang ke sembilan itu ikut memeriksa rekannya, maka dia menjadi semakin terkejut, oleh karena mengetahui bahwa rekannya itu tewas karena pukulan cakar macan atau houw jiauw kang !
Tay lwee sip sam ciu yang kesembilan itu menjadi teringat dengan waktu mereka dipersiapkan menjadi anggota dinas rahasia atau Tay lwee sip sam ciu. Mereka semuanya mendapat latihan latihan yang sangat berat dan salah seorang pelatih mereka bahkan merupakan seorang jenderal, mereka yang bertugas sebagai menteri bagian keamanan.
Jenderal yang berilmu tinggi itu melatih mereka dalam ilmu pukulan 'eng jiauw kang' tenaga kuku garuda (cakar elang).
"... didalam kalangan rimba persilatan, terdapat banyak macam ilmu yang agak mirip dengan eng jiauw kang..,.. .” antara lain pernah dikatakan oleh jenderal itu, sebagai pesan terakhir waktu selesai masa latihan, dan jenderal itu kemudian menambahkan perkataannya:
“…diantaranya adalah tay lek Kim kong ciang, tay yang sin kang, houw jiauw kang dan lain sebagainya - - "
Mengenai houw jiauw kang ini jenderal itu bahkan masih menambahkan keterangannya, bahwa beliau katanya mempunyai seorang adik angkat yang memiliki dan mahir dengan ilmu itu akan tetapi adik angkat itu katanya sudah binasa didalam melakukan tugas sebagai seorang pejuang bangsa dan negara.
Karena teringat dengan perkataan jenderal yang pernah melatih mereka itu, maka Tay lwee sip sam ciu yang ke sembilan memerlukan menulis surat khusus buat sang jenderal pribadi, melaporkan mengenai peristiwa tewasnya rekan yang ke tujuh itu.
Kemudian pada malam harinya, dinas rahasia yang ke sembilan meluncurkan suatu bunga api berwarna putih cemerlang yang tinggi melesat ke angkasa.
Setelah me luncurkan bunga api yang berwarna putih cemerlang itu, maka si malaikat maut yang ke sembilan menunggu dan meneliti ke segenap penjuru angkasa luas, sampai disuatu saat ia melihat adanya bunga api warna kuning emas yang meluncur tinggi ke angkasa, disebelah barat daya. Itulah suatu tanda sebagai jawaban dari si malaikat maut yang pertama yang tentunya telah melihat bunga api yang berwarna putih cemerlang yang diluncurkan tadi.
Esok paginya si malaikat maut yang kesembilan itu meninggalkan kota Lu liang thang, dan menuju kearah kota Liong bun koan buat mengikuti perjalanan laki laki yang mahir ilmu 'houw jiauw kang' itu, setelah lebih dahulu dia meninggalkan pesan bagi atasannya.
Didalam pihak, dua petugas dari kota Lu-Iiang thang yang ditemui pada waktu makan siang, sesungguhnya mereka menjadi sangat terkejut waktu mereka lihat laki laki bekas orang hukuman itu, yang mukanya mirip dengan wajah digambar itu yang mereka bawa, namun pada saat itu ditemani oleh seorang dara manja, bukan oleh Ang ie liehiap Lee Su Nio.
Kedua petugas itu merasa ragu ragu mengambil tindakan, sebab mereka menyadari bahwa mereka tidak mungkin dapat mengalahkan laki laki bekas orang hukuman itu yang mereka ketahui berilm u sangat tinggi. O leh karenanya mereka sengaja mengikuti perjalanan laki laki bekas orang hukuman itu, yang kebenaran memilih daerah tujuan yang bersamaan, menuju kekota Liong bun koan, dimana mereka terus mengikuti sam- pai laki laki itu memilih sebuah rumah penginapan setelah itu baru mereka menemui pejabat pemerintah kota Liong bun koan, buat menyerahkan surat yang mereka bawa dari Nie tayjin, sambil mereka menambahkan laporan bahwa mereka telah menemukan dan mengetahui dimana laki laki bekas orang hukuman itu menginap.
"Mengapa tidak kalian tangkap dan bawa mereka kemari
?" tanya Liu tayjin, pejabat pemerintah kota Liong bun koan dengan nada suara menghina.
Dua petugas itu berdiri saling mengawasi. Mereka anak buahnya Nie tayjin dari kota Lu liang thang, dari itu mereka lalu memberikan jawaban : ”Tayjin, tugas kami adalah menyerahkan surat dari Nie tayjin, lagipula orang yang kami curigai itu berada didaerah kekuasaan tayjin yang berwenang melakukan penangkapan . “
Pejabat pemerintah kota Liong bun koan itu menjadi geram dan merah mukanya, segera dia memerintahkan seorang perwira muda membawa dua belas orang tentara buat melakukan penangkapan.
Dua petugas dari kota Lu liang thang itu sebenarnya hendak memberitahukan tentang kegagahan laki laki yang hendak mereka tangkap itu, akan tetapi mereka batalkan niat mereka sebab mereka melihat sikap pejabat pemerintah kota Liong bun koan itu.
Pasukan tentara yang mendapat tugas menangkap itu, berlaku garang seperti kebiasaan mereka. Dihadapan pengurus rumah penginapan mereka mengatakan hendak menangkap seorang pemberontak yang sedang melarikan diri.
Waktu itu malam belum larut, sebagian besar para tamu belum tidur meskipun kebanyakan sudah memasuki kamar kamar mereka.
Cin Siao Yan yang sedang merengek memaksa minta diajarkan ilmu silat, waktu diberitahukan tentang kedatangan pihak tentara yang hendak menangkap mereka maka dara manja ini menganggap dia mempunyai kesempatan buat memperlihatkan ilmu kepandaiannya, sehingga dia mendahulukan lari keluar dengan membawa pedangnya, dan langsung dia mengamuk dikalangan tentara yarg segera mengepung dara binal ini.
Laki laki bekas orang hukuman yang ikut keluar, tidak sempat diperhatikan oleh tentara negeri, sebab mereka lagi repot menghadapi Cin Siao Yan, sedangkan dara yang biasanya berlaku bermacam aneh dan manja sempat melirik dan kehadirannya laki laki teman seperjalanannya itu telah mengakibatkan Cin Siao Yan jadi tambah semangat tempurnya, tidak takut bahwa dia akan mendapat cedera.
Pasukan tentara itu tidak sanggup menahan amukan dara manja itu yang bergerak bagaikan seekor macan betina yang galak.
Betapa pun halnya Cin Siao Yan adalah anaknya yan siang hui yang kenamaan, dan yang sejak kecil sudah mendapat didikan di dalam pelajaran ilmu silat, hanya belum berpengalaman melakukan pertempuran.
Beberapa orang tentara negeri sudah ada yang tewas dan luka luka kena pedang dara yang sedang mengamuk itu dan sisanya cepat cepat melarikan diri sambil berteriak teriak tangkap pembunuh atau tangkap pemberontak sehingga Cin Siao Yan hendak melakukan pengejaran kalau tidak dirintangi oleh laki Iaki teman seperjalanannya.
Banyak orang orang menjadi sangat ketakutan karena terjadinya peristiwa itu. Juga si pengurus rumah penginapan yang gemetar dan pucat mukanya.
Pengurus rumah penginapan itu kemudian mendekati Cin Siao Yan dan teman seperjalanannya. Dia sesalkan perbuatan Cin Siao Yan yang telah melawan tentara negeri sampai kemudian dia menyatakan keberatan buat menerima kedua tamu itu menginap.
Sia sia laki laki bekas orang hukuman itu memaksa buat menginap untuk semalaman. Mereka diperintahkan segera meninggalkan rumah penginapan itu, dan si pengurus mengatakan tidak perlu membayar uang sewa kamar yang sudah mereka tempati.
Terpaksa laki laki bekas orang hukuman itu mengajak Cin Siao Yan mencari lain rumah penginapan. Akan tetapi, ditempat yang lain mereka ternyata juga ditolak, sebab kejadian pertempuran tadi sangat cepat menjadi pembicaraan orang banyak, sehingga tidak ada lagi pilihan bagi laki laki bekas orang hukuman itu, yang lalu mengajak Cin Siao Yan memasuki bangunan tua yang sudah rusak dan tidak ada penghuninya.
Cin Siao Yan tidak keberatan buat mereka lewati siang malam ditempat buruk itu, dia bahkan kelihatan gembira, karena dengan demikian dapat dia memaksa lagi buat di ajarkan ilmu silat.
Dipihak pejabat pemerintah kota Liong bun koan, sudah tentu dia menjadi sangat marah waktu sisa pasukannya datang memberikan laporan tentang kekalahan pihak mereka. Pembesar ini lalu mengerahkan segenap kekuatannya untuk memimpin sendiri pasukannya itu. Akan tetapi waktu mereka tidak berhasil menemukan orang orang yang menjadi buronan mereka, maka pejabat pemerintah itu menjadi semakin marah sehingga dia lalu memerintahkan buat menangkap si pengurus rumah penginapan yang dituduh dengan sengaja menolong pemberontak melarikan diri.
Pejabat pemerintah itu kemudian membagi tugas bagi pasukannya, buat mereka berpencar mendatangi tiga rumah penginapan lainnya yang terdapat didalam kota itu, namun mereka tetap tidak berhasil menemukan orang orang yang mereka cari, dan sebagai ganti mereka menangkap semua pengurus rumah penginapan itu. dengan tuduhan yang sama seperti pengurus rumah penginapan yang pertama.
Esok paginya pejabat pemerintah itu memerintahkan menutup semua jalan keluar dari kota Liong bun koan dan memerintahkan juga mengadakan pemeriksaan terhadap semua rumah penduduk setempat namun mereka tetap tidak berhasil menemukan orang orang yang mereka cari, sebaliknya mereka banyak menangkap orang orang setempat yang berduit; dan terhadap mereka itu dikenakan tuduhan mengumpatkan orang orang pelarian, sampai akhirnya mereka memberikan uang suap buat mereka memperoleh kebebasan. Dilain pihak, laki laki bekas orang hukuman itu justeru sudah jauh meninggalkan kota Liong bun koan, sebab sejak mendekati waktu subuh dia sudah mengajak Cin Siao Yan buat meneruskan perjalanan mereka.
Dua hari setelah terjadi peristiwa penangkapan yang gagal itu, pejabat pemerintah kota Liong bun koan menerima kedatangan tiga malaikat maut, masing masing adalah Tay lwee sip sam ciu yang pertama; ditemani dengan yang kesembilan dan kesepuluh.
Tay lwee sip sam ciu yang pertama itu adalah Pangeran Po heng, yang menjadi pem impin ke 13 malaikat maut. Pangeran yang menjadi kesayangan maharaja Beng tay couw ini justru sedang marah karena mendapat laporan mengenai tewasnya tay lwee sip sam-ciu yang ke 7, yang katanya dilakukan laki laki bekas 'sam ceecu* dari persekutuan Ceng liong pang.
Pangeran Po heng ini sebenarnya sedang ditugaskan mencari daftar nama ke 108 orang orang bekas pendukung gerakan Thio Su Seng ini, segera menulis surat laporan langsung kepada sri baginda maharaja Teng, sambil dia m inta dikerahkan pasukan tentara buat mengganyang markas persekutuanCeng liong pang diatas gunung Ceng liong san.
Kemudian waktu dia tiba di kota Liong-bun koan, Pangeran Po heng menjadi bertambah marah, oleh karena menganggap pejabat pemerintah setempat tak becus menangkap si pembunuh Tay lwee sip sam ciu yang ke 7 sebaliknya pejabat pemerintah itu justru melakukan tindakan korupsi dengan memeras rakyat setempat.
Liu tayjin atau pejabat pemerintah kota Liong bun koan itu kemudian dipecat dan dipenjarakan, sedangkan untuk gantinya telah diangkat seorang pejabat sementara selama menunggu datangnya keputusan dari kota raja.
Setelah mengatasi persoalan didalam kota Liong bun koan itu, maka Pangeran Po heng kemudian mengajak kedua pembantunya buat meneruskan pengejaran mereka terhadap 'sam ceecu' atau lelaki bekas orang hukuman itu, dan ketiga malaikat maut itu melakukan perjalanan mereka memakai kuda kuda pilihan yang mereka larikan secepat cepatnya.
Laki laki bekas orang hukuman dan Cin Siao Yan yang dikejarnya itu, justru sudah memasuki dusun Hong in cung yang letaknya tidak jauh lagi dengan kota Hong yang yang menjadi tempat tinggalnya Louw Sin Liong bekas jie ceecu persekutuan Ceng liong-pang.
Kota Hong yang yang letaknya dipropinsi Shoa thang, sebenarnya merupakan suatu kota yang ramai dan makmur, akan tetapi sejak maha raja Beng berkuasa, kota itu menjadi semacam kota yang mati karena bagaikan menjadi kota yang dianak tirikan, tanpa ada perhatian atau bantuan dibidang pembangunan sebagai akibat bekas peperangan, sebaliknya pemerintah setempat membebankan rakyatnya dengan berbagai macam peraturan membayar pajak yang diluar batas kemampuan sehingga tidak mengherankan jika di propinsi Shoa thang menjadi banyak kaum perampok yang mengganas. Didusun Hong in cung, laki laki bekas orang hukuman itu mencari sebuah rumah penginapan buat dia bersama Cin Siao Yan bermalam, sebab esok harinya mereka bakal memasuki kota Hong yang, dan laki laki itu harus menghadapi 'jie ceecu', sehingga dia merasa perlu buat mengumpulkan tenaga, mengingat bahwa 'ceecu' Louw Sin Liong merupakan lawan kuat yang tidak boleh dianggap remeh.
Jie- ceecu Louw Sin Liong sebagai s i naga yang sakti, amat tinggi ilmu dan memiliki pula ilmu pukulan 'liong jiauw kang' atau cakar naga yang dahsyat. Dalam latihan berkelahi yang diadakan waktu pangcu Ceng liong pang berulang tahun, ternyata laki laki bekas orang hukuman itu tidak sanggup mengalahkan 'jie ceecu', akan tetapi selama dua puluh tahun sebagai orang hukuman yang setiap hari me lakukan kerja paksa, maka pada tiap kesempatan laki laki itu melatih diri, terutama dengan ilmu pukulan "houw jiauw kang" yang menjadikan dia merasa yakin akan dapat mengalahkan jie ceecu Louw Sin Liong yang sudah menghianati dia.
Sementara itu tanda waktu terdengar dibunyikan orang sebanyak dua belas kali, akan tetapi Iaki laki bekas orang hukuman itu masih belum pulas tidur, sedangkan Cin Siao Yan yang menempati kamar disebelah sedang asyik dibuai oleh mimpi yang indah.
Laki laki bekas orang hukuman itu memaksa diri dan meramkan sepasang matanya, akan tetapi dia tak kuasa mencegah alam pikiran yang mengajak dia ke saat-saat tempo dulu, waktu dia berkumpul dengan sang jie ceecu, juga dengan dara tambatan hatinya.
Dulu pernah terjadi bahwa si burung Hong yang mengetahui kalau cintanya terhadap si harimau yang tampan, tidak disetujui oleh ayahnya, sehingga dara yeng cantik dan perkasa itu dengan nekad telah mengajak kekasihnya melakukan upacara pernikahan tanpa wali dan tanpa restu.
Keduanya berlutut menghadap langit dan bumi dan keduanya bersumpah setia serta berjanji telah hidup suami isteri sejak hari itu.
“... Hong moay, setelah sekarang kita sudah menikah, maka kau panggil apa padaku .. .?" tanya harimau yang tampan pada dara yang dia anggap sudah menjadi isterinya itu.
Dara cantik yang perkasa itu bersungut, mencubit sebelah lengan kekasihnya dengan lagaknya yang mesra bercampur manja setelah itu dia berlari lari tanpa mengucap apa apa, namun membiarkan dirinya dikejar sampai mereka berhenti ditempat yang biasa mereka gunakan buat memadu kasih, dan . . . (Laki laki bekas orang hukuman itu tersenyum seorang diri, selagi dia mengenangkan masa manis penuh madu selagi dia memadu kasih bersama si 'burung Hong' yang jelita dan perkasa). Dan. waktu itu diciumnya kekasihnya yang sudah dia anggap menjadi isterinya, sampai tahu tahu dia dan kekasihnya menjadi terkejut karena adegan itu tanpa setahu mereka.
Si naga sakti perdengarkan suara tertahan, dan dipaksakan dirinya buat ikut bergembira karena mesranya sepasang insan yang sedang memadu kasih itu, padahal didalam hatinya . . .
( ya, didalam hatinya ... ') gumam laki laki bekas orang hukuman itu yang rebah telentang menindihkan sepasang telapak tangan pada kepalanya, selagi dia mengenangkan masa lalu.
("didalam hatinya dia tentu merasa iri hati menyimpan dendam, oleh karena dia merasa kalah serobot dalam lomba asmara segitiga. Akan tetapi cinta yang murni tentunya rela kalau melihat orang yang dikasihinya hidup bahagia, dari itu mengapa Louw jieko menghianati aku ? Apakah dengan perbuatannya itu Louw jieko menganggap akan dapat memiliki Hong moay? Kenyataan Louw jie ko sudah membiarkan bencana buat aku yang harus menjalani hukuman selama 20 tahun, dan membawakan juga bencana bagi Hong moay yang tidak diketahui bagaimana nasibnya sekarang, sebaliknya Louw jieko hidup senang mendampingi istri dan seorang anak laki laki yang katanya sudah berusia 9 tahun..")
Dendam laki laki bekas orang hukuman itu menjadi kian membara, waktu dia teringat dengan jie ceecu Louw Sin Liong sekarang hidup bahagia memupuk keluarga, sedangkan dia bersama kekasihnya harus menderita.
Karena dendamnya yang membara maka sepasang mata laki laki bekas orang hukuman itu jadi terbentang lebar, lupa niatnya yang hendak tidur, dan tepat pada saat itu, sepasang telinganya yang peka mendengar bunyi suara yang tidak wajar diatas genteng.
Laki laki bekas orang hukuman itu teringat dengan dara manja Cin Siao Yan yang tidur dikamar sebelah. Dia khawatir adanya kawanan penjahat yang menculik dara manja itu dengan memakai asap pembius, sehingga cepat cepat dia lompat keluar dan langsung naik ke atas genteng.
Cepat bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya suatu bayangan merah kelihatan melesat kesebelah utara, disaat laki laki bekas orang hukuman itu lompat keatas genteng tadi.
Gerak lincah dan lari pesat diatas genteng dari bayangan merah itu membikin laki bekas orang hukuman itu menjadi penasaran dan melakukan pengejaran. Ilmu ringan tubuh dan lari cepat 'pat pou kan sian' atau delapan langkah mengejar dewa yang dim iliki oleh lelaki bekas orang hukuman itu sudah mencapai batas kemampuannya. Akan tetapi bayangan merah itu agaknya mengetahui bahwa dia sedang dikejar, sehingga dia mempercepat larinya, tetap memilih arah sebelah utara setelah itu dia turun dari atas genteng, dan lari diatas jalan raya yang sudah sepi.
Lelaki bekas orang hukuman itu tetap melakukan pengejaran, sampai mereka melewati perbatasan dusun Hong in cung, dan dia hentikan langkah kakinya waktu dia menemukan dirinya dihadang dan dikurung oleh 6 orang lelaki termasuk si bayangan merah tadi, yang ternyata adalah si malaikat maut ke- yang berseragam serba merah, lengkap dengan selubung penutup kepala dan muka.
"Haah ! Sam ceecu, selamat bertemu lagi - --" seseorang bersuara menyapa dengan menyertai suara tawa yang menyeramkan, dan seseorang itu ternyata adalah Hek houw Thio Leng, si macan hitam yang berdiri dekat si malaikat ke 10 yang berseragam serba coklat. Sejenak lelaki bekas orang hukuman itu menjadi terpesona. Diluar dugaannya bekas pecundangannya itu ternyata bekerja sama dengan pihak Tay lwee sip sam ciu, sehingga kedudukannya sebagai bekas sam ceecu dari Ceng liong pang menjadi diketahui oleh pihak pemerintah. Untung bagi dia bahwa saat untuk dia melakukan balas dendam sudah diambang pintu, sehingga dia tak perlu khawatir lagi dilibat dengan urusan permusuhan dengan pihak pemerintah.
Setelah memikir demikian, maka bekas sam ceecu ini lalu perdengarkan suara mengejek, sambil dia lompat menerkam dan menyerang Hek houw Thio Leng.
Simalaikat maut ke sepuluh berseru memerintahkan Hek houw Thio Leng menyisi, sambil dia mengangkat sebelah tangan kirinya buat melakukan penangkisan, sedangkan sebelah kakinya dia gunakan untuk menendang.
Laki laki bekas orang hukuman itu membiarkan tangannya terbentur dengan tangan lawan akan tetapi dia menghindar dari tendangan Tay lwee sip sam ciu yang ke 10 itu dan sebagai akibat dari perbuatannya itu dia kena terdorong mundur sampai beberapa langkah kebelakang, namun tak sampai dia terjatuh.
Tay lwee sip sam ciu yang ke 10 itu ikut terdorong mundur kena tenaga pukulan tadi, bahkan dia sampai harus lompat sebab sebelah kakinya sedang dia gunakan buat menendang. Untung bagi dia bahwa dia tidak terjatuh; sehingga nyaris dia menjadi bahan tertawa kangzusi kawan kawannya dan dia segera menyadari bahwa bekas sam ceecu itu benar benar memiliki tenaga besar seperti yang dikatakan oleh si macan hitam Thio Leng.
Akan tetapi, dinas rahasia yang kesepuluh itu menjadi penasaran, sehingga tanpa perduli bahwa bekas sam ceecu itu sedang bertempur melawan rekannya yang ke empat maka dia perdengarkan suara geramnya sambil dia lompat hendak menendang, dan dia terus menendang secara berantai waktu bekas sam ceecu itu berhasil menghindar dengan lompat mundur kesebelah belakang.
Laki laki bekas orang hukuman itu berhasil terus menghindar dari delapan belas kali tendangan si malaikat maut ke sepuluh berkat dia mengutamakan kelincahan tubuh menggunakan jurus dari ilmu wat lie ciang hoat yang dahulu sangat diandalkan oleh dara tambatan hatinya.
Seorang musuh bernama Cu Yu Seng, ikut merasa penasaran melihat bekas sam ceecu itu tidak kena ditendang oleh rekannya. Dia sebenarnya sedang melakukan perjalanan bersama dua rekannya, waktu ia bertemu dengan Hek houw Thio Leng yang sedang melakukan perjalanan hendak mengejar bekas sam ceecu, bersama Tay lwee sip sam ke- empat dan kesepuluh, sedangkan pangeran Po heng memisah diri bersama si malaikat yang kesembilan; buat menyusul si malaikat maut yang kedua untuk urusan daftar nama yang sedang mereka cari.
Disaat bekas sam ceecu kian mendekat, Cu Yu Seng dalam usahanya menghindar dari tendangan Tay lwee sip sam ciu yang ke sepuluh, maka Cu Yu Seng lalu menggunakan kesempatannya buat dia membabat memakai goloknya.
Laki laki bekas orang hukuman itu tetap berlaku waspada terhadap musuh musuhnya yang hadir. Dari itu perbuatan Cu Yu seng yang membokong, sudah menjadi perhitungannya.
Dengan gerak tipu yu hie hi long atau ikan gabus bermain di ombak, dengan lincah bekas sam cecu itu menghindar dari serangan golok, sebaliknya dengan caranya berkelit sekaligus dia berada dibagian belakang Cu Yu Seng yang lalu dia hajar punggungnya memakai telapak tangan kanannya.
Cu Yu Seng sebenarnya adalah seorang kepala rampok kenamaan, tetapi saat itu dia terlalu memandang ringan terhadap bekas sam ceecu itu. Oleh karenanya dia tidak menduga akan kena tipuan bekas sam ceecu itu yang dapat bergerak lincah meskipun sedang dibokong.
Dengan muntahkan darah segar dari mulutnya, Cu Yu Seng tersungkur jatuh, sedangkan pada punggungnya terdapat tanda lima jari pukulan tenaga houw jiauw kang. Dua rekannya Cu Yu Seng menjadi sangat gusar. Mereka serentak maju menyerang sementara Hek houw thio Leng memerlukan lihat keadaan Cu Yu Seng yang disangkanya belum tewas. Laki laki bekas orang hukuman itu tidak menjadi gentar meskipun dia diserang oleh dua musuh bersenjata. Dia tetap menggunakan kelincahan tubuhnya buat lompat menghindar bahkan berhasil dia menendang salah seorang penyerangnya!
Si malaikat maut ke empat tidak berdiri diam waktu melihat laki laki bekas sam ceecu berkelit dengan manis menghindar.
Dia langsung menghajar waktu laki laki itu mendekati dia sehabis menghindar dari suatu serangan.
Pukulan Tay lwee sip sam ciu yang ke empat ini adalah memakai tenaga ,Pek kong ciang', pukulan udara kosong yang dahsyat, sedangkan cara dia menyerang adalah bagaikan membokong !
Laki laki bekas orang hukuman itu menjadi sangat terkejut waktu melihat gerak si malaikat maut yang ke empat. Cepat cepat dia mengerahkan tenaga dan menangkis memakai ilmu cakar macan, akan tetapi dia kalah cepat dengan datangnya angin pukulan yang menyambar dia.
Tubuh laki laki bekas orang hukuman itu terpental balik ketempat asal, menahan rasa sakit pada bagian dalamnya yang kena gempur, namun dia tetap tidak boleh lengah sebab seorang rekannya Cu Yu Seng sedang menghajar dia memakai sebatang ruyung berduri sembilan !
Terpaksa laki laki bekas orang hukuman itu harus menggulingkan tubuhnya yang sedang terjatuh bekas kena gempur tadi, sambil sebelah kakinya menendang betis kaki si penyerang, membikin musuh itu berteriak kesakitan berlompatan menggunakan sebelah kakinya.
Hek houw Thio Leng yang sejak tadi kelihatan bagaikan orang bingung atau gugup, mendadak ikut menyerang selagi dia melihat keadaan bekas sam ceecu yang belum sempat bangun berdiri. Akan tetapi, si macan hitam agaknya tidak menduga dengan ketangkasan laki laki bekas orang hukuman itu !
Si macan hitam menyerang tepat disaat bekas sam ceecu itu menendang rekannya Cu Yu Seng, dan tanpa diduga oleh si macan hitam, bekas sam ceecu itu justeru berhasil merampas ruyung yang langsung dia gunakan buat memukul si macan hitam.
Hek houw Thio Leng menjerit ketakutan. Tak kuasa dia menolong diri dari serangan itu, akan tetapi untung bagi dia, bahwa disaat yang tepat si malaikat maut yang kesepuluh justeru sedang menyerang memakai cambuk panjang dari jarak yang cukup jauh terpisah.
Cambuk panjang si malaikat maut ke 10 berhasil membelit ruyung yang sedang menghajar Hek houw Thio Leng, pasti dapat membinasakan laki laki bekas sam ceecu itu, selagi senjata ruyung itu kena dilibat.
Hek houw Thio Leng menyadari setelah terlambat buat dia menggunakan kesempatannya, sehingga waktu s imacan hitam melakukan serangannya maka bekas sam ceecu itu sudah sempat menggulingkan tubuhnya dan menghindar tanpa menghiraukan senjata ruyung tadi sudah lepas dari targannya.
Akan tetapi laki laki bekas orang hukuman itu harus terus menggulingkan tubuhnya bagaikan seekor keledai malas yang mandi dipasir, sebab si ma laikat maut yang ke 10 terus memecut dengan cambuknya yang panjang, dan cambuk itu perdengarkan suara yang menggema bagaikan aum dari seekor naga yang sedang mengamuk, tetapi tubuh s i malaikat yang ke 10 itu tidak set inggi tubuh bekas jie ceecu Louw Sin- Liong yang hendak didatangi oleh laki laki bekas orang hukuman itu.
Andaikata tubuh si ma laikat maut yang ke 10 itu mempunyai ukuran yang sama dengan bekas jie ceecu Louw Sin Liong, maka laki laki bekas orang hukuman itu pasti akan menerka bahwa musuh yang memakai selubung penutup kepala itu adalah sang kakak yang kedua, yang hendak dia cari.
Akan tetapi segala gerak dan cara si malaikat yang ke 10 menyerang memakai cambuknya sungguh sungguh sangat mirip dengan ilmu yang biasa digunakan oleh sinaga sakti Louw Sin Liong; sehingga benar benar sangat membingungkan bagi laki laki bekas orang hukuman itu, terlebih dengan ilm u 'pek kong ciang' yang sangat mirip dengan ilmu "eng jiauw kang" atau tenaga cakar elang yang sebenarnya sangat mirip dengan ilmu yang sudah dim iliki oleh seseorang bekas pangcu dari Ceng liong pang, atau ayahnya si 'burung Hong’ yang menjadi tambatan hatinya.
Dalam keadaan yang serba membingungkan itu laki laki bekas orang hukuman itu tidak sempat menggunakan pikirannya; sebab dia harus tetap menghindar dari maut yang sedang mengancam dirinya.
Segala geraknya yang memerlukan dia memakai tenaganya; telah mengakibatkan rasa sakit pada bagian dalamnya menjadi semakin terasa, bekas tadi kena gempuran tenaga 'pek kong ciang'.
Untung bagi laki laki bekas orang hukuman itu, bahwa disaat dia sedang diancam oleh cambuk maut Tay Iwee sip sam ciu yang ke sepuluh, mendadak datang seorang pemuda yang tampan dan tangkas.
Pemuda yang tangkas itu memasuki arena pertempuran dengan tangan kanan memegang sebatang pedang, sedangkan pada tangan kirinya terbungkus dengan sebuah sarung tangan dari kulit.
Dengan sebelah tangan kirinya yang di bungkusan itu, dia menangkap ujung cambuk yang sedang mengancam laki laki bekas orang hukuman itu, sehingga untuk sesaat pemuda itu saling tarik dengan si malaikat maut ke-10, masing masing dengan menggunakan tenaga mereka.
Tay lwee sip-sam ciu yang ke empat melihat datangnya pemuda yang tidak diharapkan itu. Dalam gusarnya dia perdengarkan pekik suaranya dan menghantam pemuda itu memakai tenaga 'pek kong ciang', akan tetapi pemuda yang tangkas itu telah pergunakan kecerdasannya, yakni dia sengaja membiarkan tubuhnya kena ditarik oleh si malaikat yang kesepuluh yang bersenjata cambuk, sehingga tubuhnya pemuda itu melesat cepat dan terhindar diri pukulan tenaga pek kong ciang sebaliknya sambil me luncur pemuda itu me- nyiapkan pedangnya dan berhasil menikam pundak kiri si malaikat maut yang kesepuluh yang sedang tersungkur jatuh, akibat daya tarik tenaganya sendiri.
Si malaikat maut yang ke empat menjadi sangat terkejut; ketika melihat rekannya terluka kena tikaman pedang. Sekali lagi dia menyerang memakai ilmu pek kong ciang dan kali ini pemuda itu lompat jauh menghindar, yang sekaligus dia menjadi mendekati laki laki bekas orang hukuman itu, yang keadaannya sedang diancam maut, karena sedang diserang oleh seorang musuh yang menjadi temannya Cu Yu Seng.
Dengan pedangnya yang tajam, pemuda yang tangkas itu berhasil menikam musuh yang sedang menyerang bekas sam ceecu yang sudah tidak berdaya karena kehabisan tenaga, kemudian waktu pemuda itu mengawasi kearah si malaikat maut yang ke empat maka dilihatnya musuh itu sedang lari sambil dia memanggul tubuh rekannya yang ke sepuluh diikuti oleh Hek houw Thio Leng tanpa menghiraukan ketiga rekan mereka yang sudah tewas bergelimpangan. Laki laki bekas orang hukuman itu bangun berdiri waktu pemuda yang menolongnya datang mendekati. Geraknya sangat lambat dan pandangan matanya kelihatan bersinar lesu:
'Toako, kau tentunya kena gempur pukulan 'Pek kong c iang “ kata pemuda yang sempat melihat keadaan orang yang ditolongnya itu.
Sejenak laki laki bekas orang hukuman itu bagaikan terpesona mendengar kata 'toako* yang diucapkan oleh pemuda penolongnya, sampai dia meraba mukanya dekat belakang telinganya; setelah itu dia paksakan diri buat bersenyum dan berkata :"Tidak apa apa, dan terima kasih atas bantuanmu..”
Pemuda itu merendah dan memperkenalkan namanya. Ternyata dia adalah Cia It Hok, salah seorang pendekar penegak keadilan dari golongan T iang pek pay !
)dw( (o) )hnd(
SEHABIS ikut mengganyang markas besar Cian tok bun diatas gunung Kauw it san, maka Cia It Hok langsung berangkat pulang ke kota Pao kee tin, buat dia menemui istri dan anaknya yang baru berumur 2 tahun, yang waktu itu menetap bersama kedua mertuanya Cia It Hok.
Ada suatu hal yang menggelisahkan hati Cia It Hok, oleh karena setelah dia berkumpul dengan keluarganya, maka dia mengetahui bahwa gurunya Hong Jin Eng tak pernah datang dirumahnya, padahal sang guru itu berjanji akan s inggah buat mengobati ibu mertuanya Cia It Hok yang sedang sakit, dan janji itu sang guru berikan waktu Cia It Hok ditugaskan ikut mengganyang markas besar Thian tok bun.
Sesungguhnya Cia It Hok tak mengetahui bahwa setelah berpisah dengan muridnya maka Hong Jin Eng kena perangkap orang-orang Thia tok cuncu alias Han bie kauwcu dan Hong Jin Eng tewas sedangkan mayatnya dijadikan makanan binatang buas sehingga untuk seterusnya Cia It Hok tak dapat bertemu lagi dengan gurunya itu.
Oleh karena kegelisahan hatinya memikirkan janji gurunya yang tidak dipenuhi, maka Cia It Hok pamitan dan sekali lagi dia merantau meninggalkan keluar, bahkan untuk waktu yang cukup lama sebab diatas gunung Tiang pek san tidak dapat Cia It Hok menemui gurunya, dan dia berkelana terus buat mencari gurunya, sampai dia singgah di te luk Hek liu ouw buat menemui si jeriji sakti Phang Bun Liong.
Kedatangan Cia It Hok justeru bertepatan dengan sedang mengganasnya Tay lwee sip sam ciu, istimewa ditujukan terhadap orang orang bekas para pendukung gerakan Thio Su Seng.
Oleh si jeriji sakti Phang Bun Liong maka Cia It Hok kemudian ditugaskan untuk mengikuti perjalanan dua orang laki laki muda yang baru singgah di teluk Hek liu ouw, oleh karena si jeriji sakti Phang Bun Liong mencurigai kedua laki laki muda itu, terutama yang mengaku bernama Lim Seng Kie.
Cia It Hok kehilangan jejak orang-orang yang seharusnya dia ikuti, maka dari itu dia harus melakukan perjalanan secepat mungkin dan diluar dugaan dia bertemu dengan lelaki bekas orang hukuman itu yang sedang dikepung oleh sejumlah musuh, diantaranya terdapat si malaikat maut yang ke 10 dan yang ke 4 sehingga Cia It Hok langsung memberikan bantuan, oleh karena dia menganggap orang yang sedang dikepung itu pasti adalah rekannya dari golongan pendekar penegak keadilan yang hendak dibinasakan oleh Tay lwee sip sam ciu !
Akan tetapi, suatu keanehan telah dihadapkan oleh Cia It Hok, yang bahkan merupakan sesuatu kekecewaan; sebab seorang yang ditolongnya itu ternyata tak mau memperkenalkan namanya, sebaliknya secara tak langsung orang itu mengatakan bahwa disuatu saat mereka tentu akan bertemu lagi yakni di tempatnya It ci sian Phang Bun Liong. Akan tetapi sekiranya lelaki itu tak berkesempatan memenuhi janjinya, maka Cia It Hok dipersilahkan menanya kepada si jeriji sakti tentang adanya seekor macan di goa naga !
“seekor macan di goa naga . . . .” pikir Cia It Hok didalam hati sambil dia mengawasi kepergian laki laki yarg telah ditolongnya itu, sampai mendadak Cia It Hok menjadi teringat bahwa kemungkinan laki laki yang aneh itu sedang menjalankan suatu tugas yang perlu untuk dia merahasiakan tentang dirinya.
Laki laki bekas orang hukuman itu menguatkan dirinya buat dia menempuh perjalanan kembali ke rumah penginapan. Dia merasa bagaikan sudah kehilangan harga dirinya karena sudah ditolong oleh seseorang yang usianya lebih muda dari dia. O leh karena itu dia tidak mau ditolong sekali lagi oleh Cia It Hok yang hendak mengantarkan dia sampai di rumah penginapan.
Didekat kamar dara Cin Siao Yan, maka laki laki bekas orang hukuman itu berhenti sebentar, lalu dia membikin jeriji tangannya ke dalam mulutnya buat dia membikin liang pada kertas penutupan daun jendela, dan dia mengintai dara manja itu yang ternyata masih pulas tertidur karena saat itu baru mendekati waktu subuh.
Laki laki bekas orang hukuman itu kemudian memasuki kamarnya dan merebahkan diri. Tenaga dalamnya telah kena gempuran ilmu pek kong ciang, suatu ilmu pukulan udara kosong yang dahsyat, di saat dia justeru bermaksud menghadapi si naga sakti Louw sin Liong buat membalas dendam.
Dalam keadaan yang seperti itu, dia yakin bahwa dia tidak akan sanggup melawan si naga sakti namun dendam yang membara selama 20 tahun tidak boleh dia kesampingkan. Oleh karena itu dia memikirkan suatu daya atau cara buat dia menghadapi orang yang sudah menghianati dirinya. Pagi harinya dara manja Cin Siao Yan menemui laki laki bekas orang hukuman itu dengan muka yang cerah, siap untuk meneruskan perjalanan mereka.
Dara yang biasa berlaku manja itu semalam bermimpi bahwa laki laki teman seperjalanannya telah melakukan pertempuran yang seru melawan bekas jie ceecu Louw Sin Liong, dan pada akhir pertempuran itu si naga sakti dapat dibinasakan, sehingga tunai sudah dendam laki laki teman seperjalanannya itu, yang se lanjutnya sempat mendampingi dia dengan muka yang selalu berseri seri, tidak lagi menyimpan duka seperti biasanya.
Sebaliknya kepada Cin Siao Yan tidak diberitahukan oleh laki laki bekas orang hukuman itu tentang pertempurannya semalam, yang mengakibatkan dia menyimpan luka dibagian dalam.