Jilid 06
GOUW YA PA tetap berkepala batu, meskipun lehernya sudah kena jerat, tetapi kaki dan tangannya masih bisa digunakan untuk melawan, tetapi lama kelamaan ia merasakan seperti sudah sukar bernapas tenaganya sudah mulai berkurang, lehernya dirasakan terjerat semakin erat, sehingga keringat dingin mengalir membasahi tubuhnya.
Wanita baju merah itu kembali membentak: "Menyerah atau tidak !"
Dalam keadaan demikian itu, sudah tidak ada jalan lain bagi Gouw Ya Pa kecuali menyerah. Karena ia sudah tidak bisa mengeluarkan suara ,maka ia hanya menganggukan kepalanya.
Wanita baju merah itu lalu melepaskan tangannya dan mundur beberapa langkah. berkata kepada Gauw Ya Pa :
"Gendong dia !"
Kasihan keadaannya Gouw Ya Pa, seorang yang pantang menyerah kepada musuhnya kini terpaksa harus menyerah terhadap seorang wanita, bahwa hampir saja jiwanya melayang. Kalau memikir itu, hatinya merasa malu dan mendongkol. dengan terpaksa ia menurut semua perintah wanita itu, ia menggendong diri Ho Kie.
Wanita itu kemudian mengajak Gouw Ya Pa masuk lagi kedalam rimba.
Rimba yang letaknya dikaki bukit ternyata sangat luas, sehingga keadaannya dalam rimba itu sangat gelap. Wanita itu yang berjalan lebih dulu, setelah melalui jalanan berliku2, kira2 setengah jam lamanya, tibalah mereka didepan mulut sebuah goa.
Mulut goa itu terpisah lima tumbak tingginya dari permukaan tanah. Lamping gunung kelihatan licin seperti cermin, sukar untuk didaki oleh manusia, tetapi sekali dengan enak saja dapat melalui rintangan itu.
"Aku tidak bisa naik." kata Gouw Ya Pa sambil kerutkan alisnya. "Kau letakan dia ditanah, kemudian naik dulu sendiri." kata wanita itu sambil tonjolkan separuh badannya.
"Begini tinggi aku tidak bisa naik."
Wanita itu mengomel sendiri, lantas melayang turun kebawah lagi, dengan tangannya ia menjambret lengan baju Gouw Ya Pa dan lantas melesat lagi keatas.
Sebentar kemudian Gouw Ya Pa sudah di bawa kedepan mulut goa.
Gouw Ya Pa terheran, Wanita yang mempunyai bentuk badan yang begitu langsing bagaimana bisa dengan secara enak saja menenteng badannya dua orang sambil melesat begitu tinggi, betul-betul merupakan suatu Kepandaian yang sangat luar biasa.
Dengan seksama Gouw Ya Pa melihat keadaan dalam goa itu, dinding goanya ternyata sangat licin seperti kaca saja. Dalam goa itu tidak terdapat penerangan api, tetapi penerangan dari luar goa dapat masuk kedalamnya melalui dindingnya yang seperti kaca muka itu.
Wanita itu berjalan didepan sebagai penuntun. Tidak lama kemudian tibalah mereka kedalam sebuah kamar batu yang sangat luas.
"Letakkan dia disana!" Dengan sikap dan suara dingin wanita itu memerintah Gouw Ya Pa sambil menuding dengan jarinya ke suatu tempat.
Gouw Ya Pa hanya bisa, menurut saja, wanita baju merah itu lantas masuk kesebuah pintu kecil. Ia tidak mengucapkan perkataan apa apa. seolah olah tidak kuatirkan dirinya Gouw Ya Pa. juga tidak takut kalau Gouw Ya Pa bisa kabur. Gouw Ya Pa yang sudah mempunyai tekad membela diri Ho Kie, duduk disampingnya,
Setelah menanti begitu lama, ternyata Gouw Ya Pa tidak melihat bayangan wanita baju merah itu lagi.
Ho Kie berbaring merasakan matanya sepat, maka lantas tidur lagi,
Dalam keadaan demikian ia hanya mengharapkan kedatangan seorang penolong. Kembali waktu telah berlalu dengan cepat. Hampir kira-kira satu jam lamanya, goa itu keadaannya masih tetap sunyi, seolah olah kuburan yang tidak ada orangnya.
Gouw Ya Pa bangkit, mulutnya memaki-maki tidak berhentinya.
"Kurang ajar! Apa artinya ini semua? Tawanan bukan tawanan, tamu tidak diperlakukan seperti tamu !"
Ia berjalan mundar mandir dimulut goa, mulutnya terus- terusan mengomel saja,. tetapi perutnya dirasakan suduh lapar sekali.
Dengan perasaan mendongkol ia menghampiri Ho Kie, lalu berkata sambil menendang dengan kakinya.
"Hai? Kau juga harus bangun untuk mencari daya upaya, kau tidak boleh tidur terus terusan begitu rupa!"
Siapa nyana, tendangan itu justru membikin sadarnya Ho kie dengan tiba-tiba sambil kucek-kucek matanya Ho Kie lantas bertanya dengan heran :
"Hai Gouw Toako, ini tampat apa?" "Sssst. "
Dengan tiba2 Gouw Ya Pa menjadi punya pikiran sehat, ia memberi isyarat kepada Ho Kie supaya tidak bersuara, kemudian ia memeriksa keadaan dalam goa lalu berbisik ditelinga Ho Kie :
"..Ssssttt! jangan ribut ya!! Kita berdua sudah kena tertawan."
Ho Kie terperanjat lantas lompat bangun,
"Apa benar? Siapa yang menawan kita?" tanyanya.
"Aku juga tidak tahu siapa dia. Dia adalah seorang wanita cantik. Menurut keterangannya, engkongnya adalah suhunya Kauwcu dari Hiau-kui-kauw. "
Bukan main kagetnya Ho Kie, lantas ia mengeluh; "Mengapa bisa terjatuh kedalam-tangan orang Hian kui kauw. Ia coba bersemedi, ternyata tidak mendapat rintangan apa2, sedangkan racun yang berada ditubuhnya juga sudah tidak ada lagi. Ia merasa lega dan mencoba melihat lihat keadaan sekitarnya. ternyata keadaannya dalam goa itu amat terang.
"Gouw Toako, apa kita tidak bisa kabur?" ia bertanya, "Benar, mengapa kita tidak kabur saja?"
"Benar- aku sangat goblok......." tapi kemudian ia menghela napas ;
"Ah! Kita tidak bisa kabur. Mulut goa ini berada dilamping gunung kira2 lima tumbak tingginya, barangkali aku tidak bisa melompat turun. "
Ho Kie lalu menarik tangannya Gouw Ya Pa : "Gouw toako, mari kita pergi lihat!"
Sapa nyana belum sempat mereka bertindak, dibelakang ada orang berkata dengan suara dingin. "Apa yang mau dilihat? Mulut goa ini meski tidak ada apa-apanya tapi kalau kalian hendak pergi, benar2 tidak begitu mudah."
Ho Kie putar tubuhnya dan menengok ke dalam, hatinya bergoncang.....
Dipinggir pintu kecil dalam goa, ada berdiri seorang wanita muda yang parasnya jelek sekali, hidungnya pesek, bibirnya tebal, pipinya bopeng. Tapi, dengan dandanannya baju merah, tubuhnya yang ceking langsing itu sungguh sangat menggairahkan.
Wanita jelek itu dengan tindakan kakinya yang lemah gemulai menghampiri mereka sambil ketawa hambar.
Ho Kie hatinya berdebaran, sedangkan Gouw Ya Pa memandang dengan mulut menganga,
Lama sekali, Ko Kie baru berani bertanya dengan heran. "Kau. kau siapa?"
Wanita itu ketawa cekikikan,
"Aku she Shiu, namaku Gwat Eng. Sahabatmu ini sudah mengetahui asal usulku, apa dia tidak memberi tahukan padamu?" demikian ia berkata.
Gouw Ya Pa melompat, membuka lebar matanya se- olah2 tidak percaya akan penglihatannya.
"Oh Tuhan.........Kau adalah.........,." ia mengeluh tak lampias.
"Aku adalah Siu Gwat Eng, cucu perempuan Thian sat Sin kun, Siu It ciu. Kenapa memangnya? Gouw Ya Pa, apa kau sudah tidak kenali aku lagi?"
Gouw Ya Pa masih merasa heran dalam hatinya, ia menjawab sambil gelengkan kepala; "Tidak, tidak... Dia bukannya kau dan kau bukannya dia.,.. "
"Mengapa bukan? Barusan aku memakai kerudung kain maka kau tidak bisa melihat wajah asliku. Nah, lihatlah ini!"
Siu Gwat Eng lalu mengenakan kain kerudungnya dan dipakai untuk menutupi wajahnya yang jelek, dengan demikian ia lantas berubah menjadi seorang wanita yang berbadan langsing dan kelihatannya menarik.
Gouw Ya Pa sungguh tidak menyangka bahwa wanita yang mempunyai bentuk badan begitu bagus, tetapi wajahnya begitu jelek.
Ho Kie menenangkan pikirannya.
"Apa kalian adalah orang2nya Hian kui kauw?" ia bertanya.
"Cuma boleh dibilang kalau Hian kui kauw adalah orang kami." jawab si wanita jelek sambil ketawa dingin.
"Aku dengan Hian kui kauw ada mempunyai hubungan dengan Hian kui kauw, paling baik kau segera kenal gelagat. Kalau tidak jangan sesalkan kami akan berlaku kurang sopan terhadapmu,"
"Kau juga bermusuhan dengan Hian-kui kauw?"
"Benar ! Cian tok Jin-mo telah membinasakan ayahku, aku sedang mencari dia untuk menuntut balas,"
"Kalau begitu sungguh kebetulan, Mari, mari, aku akan ajak kau temui Yaya"
"Kita satu sama lain tidak mempunyai sangkut paut, perlu apa harus menemui Yaya mu?" "Bagaimana kau kata tidak ada sangkut pautnya? Kami juga menpunyai permusuhan dalam dengan Cian-tok Jin- mo. Mari ikut aku, Yaya pasti akan memberitahukan suatu kebaikan, yang tidak akan kau sangka2."
Setelah berkata begitu ia lalu menggapaikan tangannya dan masuk kedalam.
Ho Kie merasa tertarik, ia berkata kepada kawannya dengan suara perlahan ;
"Gouw Toako bagaimana kalau kita pergi lihat?" "Melihat saja tidak menjadi soal, cuma wajahnya itu
perempuan jelek yang membikin aku mual."
Ho Kie tertawa, ia lalu menarik tangan kawannya dan lantas mangikuti jejaknya nona Siu.
Begitu mereka melalui sabuah pintu batu, didalamnya ternyata masih terdapat lorong yang panjang. jalanan itu sangat bersih, terang adalah buatan manusia.
Dikedua sisi lorong ada terdapat tujuh atau delapan pintu batu yang semuanya tertutup. Ketiga orang itu setelah melalui jalanan lorong tadi, Siu Gwat Eng tiba2 berhenti dan berkata sambil tertawa :
"Yayaku sudah empat puluh tahun menutup diri. Belum pernah menemui orang luar. Kalau nanti kalian masuk. harap suka sedikit bersabar."
Setelah berkata ia lalu membuka sebuah pintu batu yang ternyata diperlengkapi dengan pesawat rahasia.
Ho Kie dan Gouw Ya Pa saling pandang, mereka sungguh tidak menyangka bahwa didalam goa tersembunyi itu juga diperlengkapi dengan pesawat rahasia. Barangkali orang tua yang dinamakan Thian-sat Sin kun itu bukannya orang sembarangan. Belum habis mereka berpikir, mata mereka telah disilaukan oleh pemandangan didepan nya. Ternyata saat itu mereka sudah berada didepan pintu sebuah ruangan yang luas dan mentereng,
Dengan perasaan ter-heran2 Ho Kie melangkah masuk dengan tindakan perlahan. Mendadak Siu Gwat Eng berbisik :
"Lekas kalian berlutut!!"
Ia sendiri lalu berlutut lebih dulu dan berkata dengan suara perlahan;
"Yaya, Gwat Eng sudah ajak mereka datang kemari untuk menemui Yaya."
Mengingat pantas menghormati orang tua, bersama Gouw Ya Pa lantas Ho Kie turut berlutut.
Mendadak dari depan mereka terdengar suara orang ketawa berat. Meskipun suara itu rendah, tetapi ditelinga kedengaran sangat nyata. sehingga diam2 Ho Kie terperanjat atas ketinggian Ilmu Iweekang orang tua itu. Maka ia lantas berkata sambil tundukan kepalanya:
"Boanpwee, Ho Kie dan Gouw Ya Pa di sini memberi hormat kepada Locianpwe."
Suara ketawa lantas berhenti, disusul dengan suara yang dingin ;
"Baik! Bangunlah !"
Ketika Ko Kie angkat mukanya, seketika lantas berdiri kesima!
Didepannya, sejauh kira2 delapan kaki, diatas sebuah tempat tidur duduk bersila seorang tua kurus kering yang rambutnya sudah putih seluruhnya. Orang tua itu karena badannya kurus dan pakaiannya gerombongan, maka kelihatannya agak lucu. Apa yang lebih menarik perhatian Ho Kie ialah sepasang matanya yang tajam yang pada saat itu tengah mengawasi dirinya dengan tidak berkesip.
Orang tua itu dengan perlahan mengulapkan tangannya yang kurus, Siu Gwat eng segera mengambil dua kursi untuk kedua tamunya.
Sekarang Ho Kie tidak berani angkat kepala lagi, sambil tunduk ia berkata pula ;
"Boanpwe, atas ajakan nona Siu datang kemari untuk menjumpai Locianpwee,"
Orang tua itu lantas menjawab dengan perlahan ;
"Lohu mengasingkan diri disini sudah hampir lima puluh tahun lamanya. Hari ini baru dapat bertemu dengan orang luar. Kalian berdua murid dari golongan mana?"
Belum lagi Ho Kie menjawab Siu Gwat Eng sudah menghampiri Yayanya dan berbisik bisik ditelinganya entah apa yang diucapkannya.
Orang tua itu angguk-anggukkan kepalanya, wajahnya yang kisut telah menunjukkan sikap yang seperti ketawa tapi bukan ketawa.
"Baik!! Kalau begitu memang ada jodoh." katanya.
Ho Kie merasakan seperti sedang duduk diatas duri, entah apa sebabnya ia merasa sangat jemu terhadap orang tua dan cucuaya itu, maka ia lantas berbangkit dan berkata ;
"Boanpwe merasa telah mengganggu ketentraman Locianpwe, dalam hati merasa tidak enak sendiri, maka sekarang pula Boanpwe ingin minta diri." Orang tua itu mendengar perkataan Ho Kie, wajahnya mendadak berubah.
"tunggu dulu, Lohu ingin bertanya kepadamu!" ia menahan.
Terpaksa Ho Kie harus duduk lagi. Ketika ia melirik kepada Gouw Ya Pa, sang kawan itu sedang mengawasi padanya, maka keduanya lantas ketawa getir dan angkat pundak. Orang tua itu dengan tiba2 bertanya:
"Lohu sudah lama tidak pernah dengar urusan dunia, apa Cian tok Jin mo Jie Hai ada baik?"
Ho Kie tidak senang mendengar pertanyaan itu maka lalu menjawab dengan suara dingin:
"Apakah Locianpwee menanyakan si iblis itu? Dia sekarang sudah menjadi kauwcu dari Hian kui kauw. Kambratnya tersebar dimana mana sehingga bisa malang melintang didunia dan merupakan satu iblis nomor satu pada dewasa mi "
Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh. "Bagus! Bagus! Dia adalah seorang yang berhati kejam
dan telengas, merupakan seorang luar biasa yang jarang ada dalam dunia." kata pula orang tua itu.
Ho Kie membisu. Hanya dalam hati saja ia berpikir. "Apa orang tua ini sedang memikirkan hubungan antara murid dan guru sehingga mau bekerja sama dengan Cin tok Jin mo?"
Selagi masih berpikir, orang tua itu mendadak berkata pula sambil mengawasi padanya dengan sorot mata yang tajam,
"Apa kau ingin ke Kui kok untuk menuntut balas?" "Aku yang rendah dengan Hian kui kauw mempunyai permusuhan yang sangat dalam, maka pasti aku hendak menuntut balas." jawab Ho Kie dengan mendongkol,
Pada saat itu, terhadap orang tua itu dalam hati mempunyai perasaan agak bimbang, maka kalau tadi membahasakan dirinya dengan boanpwe, sekarang telah merubahnya dengan perkataan "Aku yang rendah" yang mengandung maksud kurang menghormat.
Tetapi orang tua itu yang sedang mengawasi padanya dengan penuh perhatian, sedikitpun tidak menunjukkan rasa kurang senangnya terhadap sikap Ho Kie itu.
Setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, ia lalu bertanya pula :
"Apa kau sudah yakin benar, dengan kepandaian yang sekarang kau miliki ini kau bisa menangkan Jie Hui?"
"Aku yang rendah, meskipun mengetahui kepandaian masih rendah, belum cukup untuk menjatuhkan diri si iblis tua, tetapi permusuhan itu dalam laksana lautan, tidak mau aku mundur."
"Bagus!!- Kau mempunyai nyali dan ambekan yang besar. Lohu sudah mempunyai daya upaya untuk membantu kau melaksanakan cita2mu. Tetapi entah kau suka atau tidak?"
Ho Kie merasa kaget dan girang, maka segera ia berseru "Locianpwe!! Kau kata bisa membantu aku menuntut
balas?"
Orang tua itu menganggukkan kepalanya.
"Lohu sejak dibikin celaka oleh murid durhaka, Jie Hui itu, maka lantas mengasingkan diri ditempat ini yang sampai saat ini sudah hampir lima puluh tahun lamanya. Kau mau pergi ke Kui-kok, ini juga berarti mewakili Lohu menghukum murid murtad itu. Hanya saja kau dan aku masih belum begitu kenal betul. Kalau usaha untuk menundukkan Jie Hui itu kuajarkan padamu, siapa yang bisa tanggung kalau hatimu berubah serupa dengan perbuatan Jie Hui yang telah mencelakakan Lohu?"
"Kalau Locianpwe mau memberi bantuan, aku berani angkat tangan bersumpah, pasti tidak akan mengingkari janji atas budimu ini!. "
Tetapi orang tua itu ber-ulang2 menggelengkan kepalanya.
"Lohu sudah tertipu sekali, maka sekarang sudah tidak percaya lagi terhadap segala sumpah!"
Ho Kie merasa putus asa, ia berkata sambil menghela napas :
"Kalau Locianpwe mengatakan demikian, aku juga tidak berani memaksa."
Mendadak orang tua itu berkata sambil ketawa dingin ; "Lohu cuma mempunyai satu cucu perempuan. Kalau
kau mau membantu Lohu untuk meneruskan bebanku ini, terhadap dirinya cucu perempuan. Lohu akan menurunkan padamu semacam ilmu kepandaian luar biasa yang telah kuyakinkan selama beberapa puluh tahun lamanya. Saat itu, jangan kata kau hanya hendak menuntut balas terhadap Jie Hui, sekali pun kau ingin menjagoi dunia apa susahnya?
Ho Kie tergerak juga hatinya, ia bertanya;
"Locianpwee, suruh aku bagaimana mengatur diri nona Siu? Apa suruh aku ajak dia bersama2 pergi ke Kui kok ?"
Mendadak orang tua itu tertawa tergelak-gelak: "Sudah tentu suruh kau bawa dia sama2 pergi ke Kui kok, bahkan kau harus bawa dia pergi merantau didunia supaya dia bisa membantu kau menjagoi dunia,"
Ho Kie tidak mengerti apa maksud orang tua itu: "Ha! ini. "
Tetapi orang tua itu mendadak memotong;
"Penemuan yang luar biasa ini, bagi orang lain yang meratap setiap hari juga mungkin sukar didapatinya, kau masih hendak berkata apa lagi?" Eng-jie kau antarkan dia kekamar dulu. untuk siap sedia. Yayamu akan segera keluar dunia lagi untuk menyelesaikan urusan besar ini."
Siu Gwat Eng mendadak seperti orang malu2, ia menjawab sambil tundukkan kepala, kemudian menghampiri Ho Kie dengan tindakan perlahan:
Ho Kie melihat gelagat kurang baik, maka buru2 berkata pula:
"Apa maksud Locianpwee itu, aku masih belum mengerti."
"Anak bodoh. Mulai hari ini dan untuk selanjutnya kau adalah seorang jago dan orang kuat nomor satu didunia. juga menjadi cucu menantunya Thian sat Sia kun. Apa kau tidak merasa girang?"
Bukan main kagetnya Ho Kie. dengan cepat lantas lompat bangun dari kursinya, Gouw Ya Pa juga lantas lompat berdiri, sambil menepuk pundaknya Ho Kie ia berkata :
"Saudara Ho, kau jangan sekali2 terima permintaannya.
Nona itu parasnya menakutkan orang," Ho Kie berkata dengan suara gusar: "Kalau locianpwe benar2 hendak membantu diriku yang rendah sudah tentu aku merasa sangat berterima kasih, tetapi suatu perkawinan adalah soal besar. Harus mendapat persetujuan kedua pihak yang bersangkutan dulu, bagaimana bisa dipaksa?"
"Kalau begitu, apa kau tidak suka?" tanya Thian sat Sin Kun dengan suara dingin.
"Maaf Locianpwe, aku ada seorang rendah tidak pantas untuk menjadi kawan hidup nona Siu." jawab Ho Kie sambil angkat tangan memberi hormat.
"Tidak apa. ucapan lohu sudah dikeluarkan, tidak pantas juga harus dibikin pantas."
Ho Kie jadi gusar :
"Dengan terus terang kukatakan, dengan wanita seperti cucu perempuan ini...,"
"Lohu tahu!!" orang tua itu memotong. "Soal jelek bagus kalau jodoh itulah takdir. Kau tidak perlu memikirkan soal ini."
Ho Kie yang mendengar itu, benar2 merasa kewalahan. Setelah malongo sekian lamanya. ia baru bisa berkata dengan suara bengis ;
"Locianpwee, dalam segala hal aku boleh menurut, hanya dalam hal perjodohan, maafkan aku tidak sanggup menerima."
Orang tua itu matanya mendelik.
"Apa? Apa kau sudah mempunyai pacar lain ?" ia membentak.
Ho Kie hatinya bergerak, maka lalu menjawab : "Memang benar, aku sudah mempunyai tunangan, maka soal perjodohan ini aku tidak dapat menerima."
"Ini juga tidak apa. Lohu bukan seorang yang berpikiran cupat.. Seorang laki2 boleh mempunyai tiga atau empat isteri, maka lohu berikan ijin untuk kau kawin lagi saja sudah."
Keterangan itu agaknya sudah merupakan suatu keputusan yang susah untuk dirobah.
Terpaksa Ho Kie harus berlaku keras juga. ia tetap dengan penolakannya, tidak mau mengalah sedikitpun juga,
"Cianpwe, paling baik jangan memaksa-Aku yang rendah tidak bermaksud apa2 dengan nona Siu. maka tidak dapat menerima soal perkawinan ini. Sampai disini saja. kami ingin minta diri.!!" Sehabis berkata Ho Kie lalu menarik tangan Gouw Ya Pa dan berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Thian-sat Sin-kun tiba2 perdengarkan suara tertawanya yang aneh, lalu berkata dengan suara keras :
"Binatang! Sungguh besar sekali nyalimu!! Apa kau anggap Lohu ada satu patung? Disini kau tidak boleh berbuat sesuka hatimu. Eng-jie tangkap mereka !"
Siu Gwat Eng dengan cepat lantas bertindak, ia menghadang didepan mereka.
Gouw Ya Pa tahu kalau perempuan jelek ini sangat lihay, maka buru2 sembunyi dibelakang Ho Kie sambil berkata dengan suara perlahan :
"Saudara Ho, kedua lengan baju perempuan ini sangat lihay. Kau harus sangat hati hati"
Ho Kie ketawa dingin, sambil melangkah maju ia berkata dengan suara sungguh2. "Nona, karena kami memandang kau sebagai kaum wanita, kami tidak suka turun tangan terhadapmu. Harap kau jangan mendesak keterlaluan."
"Yayaku sangat memandang tinggi dirimu" Siu Gwat Eng menjawab dengan gusar. "Tidak nyana kau adalah seorang yang tidak kenal budi orang, Hari ini nonamu akan suruh kau membuka mata."
Gouw Ya Pa yang berada dibelakang Ho Kie lantas memaki dengan suaranya yang kasar:
"Perempuan jelek tidak tahu malu!! Kau sudah menjadi gila ingin mendapatkan laki2. Orang sudah tidak suka kau, kenapa masih mau memaksa terus."
Siu Gwat Eng merasa sangat malu, maka setelah membentak keras, lengan kirinya lantas bergerak menyerang muka Gouw Ya Pa.
Ho Kie menggeram, ia lalu tarun tangan untuk menyambuti serangan Siu Gwat Eng,
Siu Gwat Eng terperanjat, dengan gerakannya yang gesit ia menghindarkan serangan Ho Kie dan lompat mundur tiga langkah-
Sambil menarik diri Gouw Ya Pa, Ho Kie berkata dengan suara perlahan:
"Gouw Toako lekas jalan!?"
Kedua orang itu dengan cepat lari menuju kepintu.
Mendadak terdengar suara nyaring, pintu yang mempunyai perlengkapan pesawat rahasia itu dengan cepat telah menutup sendirinya.
Ho Kie terperanjat, sambil menarik tangan Gouw Ya Pa ia memutar tubuhnya sehingga berdiri membelakangi pintu. Thian sat Sin kun lalu berkata sambil tertawa aneh:
"Bocah ! Hari ini kalau kau tidak mau menurut, jangan harap bisa keluar dari kamar ini."
"Kalian dengan cara yang tidak tahu malu mendesak orang. Sekalipun mati, aku Ho Kie juga tidak akun menurut."
"Satu bocah yang sangat bandel!! Eng jie lekas turun tangan. Suruh mereka merasai rasanya Thian mo Sin ciang."
Sui Gwat Eng kakinya lalu berputaran, dengan bajunya yang panjang saling mengibas dan dengan secepat kilat sudah maju menotok tujuh jalan darah dibadan Ho Kie dan Gouw Ya Pa.
Ho Kie mengetahui kalau ia tidak mengeluarkan kepandaiannya sukar untuk menundukkan kedua orang itu. maka setelah mengeluar bentakan keras, lalu sikutnya diputar, dengan menggunakan gerak tipu Liu sie thian tiaw, terus menyambar lengan bajunya Siu Gwat Eng.
Siapa sangka, ketika jari dan tangannya sudah hendak mengenai ujung lengan baju lawannya, mendadak terdengar ketawa dinginnya Siu Gwat Eng, lengan bajunya ditarik kembali, tangannya yang tadinya disembunyikan didalam lengan bajunya dengan cepat bagaikan kilat lantas keluar menyerang.
Ho Kie terperanjat, dengan cepat kibaskan tangan kirinya untuk menyambuti serangan lawan. Setelah terdengar suara nyaring, kedua orang itu lantas masing2 mundur tiga langkah.
Siu It Cin yang menyaksikan pertempuran itu juga lantas berkata dengan heran : "Kiranya kau hendak mengandalkan kepandaian yang tidak berarti ini,"
Setika Ho Kie mendapatkan kepandaian dari warisan Toan theng Lojin. Ia percaya akan kekuatan sendiri, tidak nyana, setelah mengadu kekuatan dengan perempuan jelek itu, ia telah terdorong sampai mundur tindak, sehingga diam2 juga merasa terkejut.
Siu Gwat Eng juga kelihatannya terperanjat, tetapi ia lantas menghentikan serangannya dan tidak mendesak terus.
"Eng jie, kenapa tidak menggunakan Thian mo ciang hoat untuk membekuk dia?" Perintah Thian sat Sin kun.
Siu Gwat Eng agaknya segan menggunakan ilmunya itu, ia berada dalam keragu-raguan tidak mau turun tangan.
"Kalau kau tidak mau turun tangan lagi, nanti kalau yayamu sampai gusar, bocah itu tidak bisa hidup lagi. "
kata Thian Sat Sin kun pula sambil ketawa dingin.
Siu Gwat Eng yang mendengar perkataan itu, mendadak keluarkan bentakan, kedua lengan bajunya menggetar, orangnya mundur selangkah.
Ho Kie tidak mengetahui sampai dimana kelihayan ilmu silat yang dinamakan Thian mo ciang hout, itu ia lantas siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan,
Ia melihat Siu Gwat Eng mengangkat kedua tangannya dengan perlahan, sehingga lengan bajunya bergerak gerak dan mengeluarkan suara berisik.
Entah dengan cara bagaimana, baju luarnya mendadak terlepas, hanya ketinggalan baju dalamnya saja. Gouw Ya Pa lantas berseru :
"Kurang ajar!!! Perempuan tidak tahu malu." Belum habis ucapannya Gouw Ya Pa, telinganya mendadak seperti mendengar suara barang beradu, didepan matanya berseliweran sinar emas sehingga membuat silau mata yang melihatnya.
Ho Kie dan Gouw Ya Pa terkejut, ketika mereka melihat lebih jauh, ternyata pakaian dalam Siu Gwat Eng yang ringkas itu penuh dengan potongan2 kaca kecil beraneka warna. Kalau badannya bergerak, bukan saja menerbitkan suara berisik, bahkan potongan2 kaca di seluruh badannya itu memancarkan sinar beraneka warna yang menyilaukan mata.
Selagi berada dalam keadaan keheran heranan, mendadak ada berkelebat sinar, dan Siu Gwat Eng sudah maju menyerang dengan cepat. Dalam keadaan gugup dan tidak mengetahui dimana sang lawan, Ho Kie hanya menyambuti serangan itu dengan sembarangan.
Maka kedua serangannya meluncur, telinganya kembali mendengar suara kerincingan, sambaran angin yang sangat hebat sudah berada dibelakang dirinya.
Ko Kie buru2 memutar tubuh, tetapi selagi ia bermaksud hendak turun tangan, suara itu ternyata sudah pindah ke samping kirinya dan matanya dirasakan berkunang kunang. Ho Kie tidak mengetahui ilmu silat apa itu yang kelihayannya tidak berada di bawahnya ilmw Hu-kut-hian- kangnya.
Selagi dalam bingung, suatu kekuatan tenaga yang hebat sudah menyerang dadanya.
Ho Kie membabat dengan tangannya, tetapi tiba didengarnya suara Gouw Ya Pa yang ternyata sudah rubuh ditanah, Gouw Ya Pa yang mempunyai latihan ilmu kebal dan sudah mencapai tingkat kesempurnaan, bagaimana dalam waktu segebrakan saja bisa dirubuhknn oleh Siu Gwat Eng?
Ho Kie merasa bingung sendiri, mendadak didengarnya suara ketawa Siu Gwat Eng yang sekarang berada disebelah kanannnya. selagi menoleh, sikutnya dirasakan kesemutan, jalan darah Tay-hian-hiat ditubuhnya sudah kena serangan. Kekuatan dalam badan lantas lenyap dan lantas ia jatuh numprah di tanah.........
Thian sat Sin-kun setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, sebentar kemudian Ho Kie sudah kehilangan ingatannya.
Tatkala ia siuman kembali, telah mendapatkan dirinya sudah berada diatas pembaringan yang empuk. Lampu dari sepasang lilin kemanten telah menyilaukan matanya, Diam2 ia terkejut, "apakah aku sudah. "
Sebenarnya ia ingin bangun, tetapi badannya tidak bisa digerakkan, ternyata totokan pada jalan darahnya belum dibuka. Ia menghela napas panjang, rupa2, pikiran mengaduk dalam hatinya. Sungguh tidak disangka kalau dirinya akan dijodohkan dengan perempuan jelek itu.
Untuk sesaat lamanya hayangan Lim Kheng berkelebat di depan matanya, Lim Kheng adalah seorang perempuan yang cantik, kalau dibandingkan dengan Siu Gwat Eng. perbedaannya seperti langit dengan bumi, tetapi sekarang ini dimana adanya Lim Kheng? Mungkin hanya bisa didapatkan dalam kenangan dan impian saja?!
Tetapi andaikata dikemudian hari bisa menemukan Lim Kheng, karena disamping ada perempuan jelek itu, apakah ia masih punya muka untuk menemui padanya? Ia sungguh tidak berani membayangkan masa yang akan datang yang menyeramkan itu. Rasa gamas dan sedih serta pikiran untuk menuntut balas sakit hati ayahnya, dalam menghadapi keadaan demikian itu, dadanya dirasakan seolah2 mau meledak.
Mendadak pintu kamar terbuka. lalu masuk satu bayangan orang.
Tidak perlu diduga lagi siapa orangnya, orang itu sudah tentu Siu Gwat Eng adanya, pikir Ho Kie.
cepat2 Ho Kie memejamkan matanya, ia tidak mau melihatnya.
Orang itu perlahan2 mendekati pembaringannya, lalu mengusap2 jidatnya, kemudian bertanya dengan suara perlahan.
"Saudara Ho, apakah kau masih belum mendusin?"
Ho Kie terkejut, cepat2 matanya dibuka orang itu ternyata adalah Gouw Ya Pa.
Pada saat itu Gouw Ya Pa mengenakan pakaian warna merah. Ketika ia memeriksa badannya Ho Kie pada wajahnya kelihatan perasaan yang tidak keruan.
"Gouw Toako, apa perlunya kau mengenakan pakaian begini?" tanya Ho Kie dengan heran.
"Bukankah karena kau? Engkongnya perempuan jelek itu mengatakan, tidak ada orang yang membantunya. Ia suruh aku membantu membereskan soal perkawinan ini dan ia memaksa aku memakai pakaian ini." jawab Gouw Ya Pa sambil tertawa getir.
"Ah!! Kau sendiri juga sengaja hendak menggoda aku?" kata Ho Kie dengan sangat mendongkol
"Apa mau dikata. kita tokh boleh tidak menurut? Orang tua iiu lebih lihay daripada cucunya. Baru sepatah aku maki padanya, hampir saja tulang punggungku dibikin patah. " "Aku sudah di.... dikawinkan dengan dia. apa belum?" tanya Ho Kie.
"Masih belum. Hari baiknya katanya masih belum tiba. Perempuan jelek itu benar- sudah seperti kemanten baru, Sikapnya malu2 ia tidak mau menengoki kau, sehingga orang tua itu menyuruh aku kemari."
"Lekas kau buka totokanku. Kita segera kabur!!" "Adikku yang baik, kalau aku mampu membuka totokan
jalan darahmu, bagaimana mereka mau percayakan aku
datang kemari?"
Hatinya Ho Kie sangat gelisah.
"Gouw Toako, benarkah kau hendak menyaksikan aku benar2 menikah dengan perempuan itu?"
"Sekarang keadaan sudah jadi begini, tidak bisa tidak harus menurut"
"Pergilah kau. Kenapa kau tidak kawin dengan dia?" kata Ho Kie dengan gusar, tetapi mendadak ia bisa berpikir lain, maka lantas berkata pula ;
"Gouw Toako, kau mau tolong aku atau tidak?"
"Aku ingin sekali dapat menolongi kau untuk binasa saja, tetapi sekarang. "
"Gouw Toako. kalau kau mau menolong aku, aku disini ada mempunyai suatu akal."
"Akal apa? Coba kau sebutkan."
Ho Kie lantas bisik- ditelinga Gouw Ya Pa wajahnya mendadak menjadi merah, ia lantas berkata ;
"Aku tidak mau. Kau sendiri anggap dia jelek, tetapi kau lantas mau geser kepadaku. Kalau begitu kau mau enaknya sendiri saja." "Ini tokh cuma satu akal saja, bukan benar2 aku suruh kau kawin dengan dia. kalau kita berhasil, sudah tentu kita bisa kabur bersama-sama."
Gouw Ya Pa berpikir sejenak, lalu berkata :
"Taruh kata aku bisa berlaku menurut rencanamu, tetapi jalan darahmu masih belum bisa terbuka, juga percuma saja."
"Kita main sandiwara harus sungguh2, Pergilah kau beritahukan kepada mereka, katakan aku sudah menurut, tetapi harus buka totokanku dulu, baru bisa melakukan upacara."
"Akan kucoba," jawab Gouw Ya Pa sambil anggukkan kepala dan ia lantas berlalu.
Belum berapa lama, benar saja Gouw Ya Pa sudah balik kembali bersama2 dengan Thian-sat Sin kun.
Thian Sat Sin Kun yang ternyata kakinya hanya tinggal sebelah, menunjang dengan tongkatnya perlahan lahan berjalan masuk kamar.
Lebih dulu ia memandang Ho Kie dengan sorot mata yang tajam, Kemudian berkata sambil ketawa dingin.
"Apa kau sudah mau benar?"
Dengan menahan perasaan gusarnya, Ho Kie menjawab sambil ketawa ;
"Boanpwe yang bertekad hendak menuntut balas sakit hati ayah, karena mengingat Locianpwe sanggup memberi bantuan, bagaimana boanpwe bisa menyia nyiakan maksud baikmu itu. Meskipun paras nona Siu itu jelek. tetapi jodoh yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa2. Maka boanpwe terima baik maksud locianpwe untuk melangsungkan perkawinan ini." Thian sat Sin kun diam saja mendengarkan, setelah mendengar habis ucapan Ho Kie baru ketawa dan kemudian berkata :
"Semua ucapanmu ini agaknya sudah kau pikirkan masak2, kau tentu hendak menipu Lohu"
"Ucapan boanpwe ini adalah sejujurnya. harap locianpwe jangan banyak curiga."
"Kalau kau benar2 bermaksud mengawini cucu perempuanku, mengapa kau selalu menyebut perkataan locianpwe? Ini nyata benar kalau maksudmu itu tidak sejujurnya."
Ho Kie bungkam. Sebaliknya Gouw Ya Pa yang berdiri disampingnya yang ber-ulang2 memberi isyarat kepadanya, Ho Kie terpaksa tebalkan muka untuk memanggil Yaya.
Thian sat Sin kun lantas ketawa ber-gelak2.
"Itulah baru benar!" katanya puas. Tiba-tiba ia lantas mengangkat tongkatnya, dengan cepat menotok kelima jalan darah ditubuh Ho Kie, kemudian mundur kepintu, lalu berkata pula sambil tertawa;
"Lohu hendak peringatkan kau. Tidak perduli perkataanmu ini benar atau bohong, jikalau kalian hendak kabur dengan sebelum melakukan upacara pernikahan, jangan kau sesalkan kalau Yayamu ini akan berlaku tidak pandang keluarga."
Sehabis berkata ia lalu ketawa bergelak. Ho Kie cepat2 lompat bangun, diam-diam coba kekuatannya, ternyata tidak ada halangan. Maka lantas berkata kepada Gouw Ya Pa;
"Tindakan pertama sudah berhasil, Gouw toako, sekarang aku mengandal bantuanmu sepenuhnya." "Harap saja kau jangan tinggalkan aku setengah jalan!!" mengeluh sihitam
Tidak antara lama, upacara perkawinan telah dilansungkan.
Siu Goat Eng dengan pakaian kemantennya karena wajahnya tertutup, dipandang dari potongan tubuhnya memang nampaknya sangat menarik. Dengan tindakan malu2 ia masuk kekamar dan berduduk dipinggir pembaringan.
"Anak2 dunia kang ouw, tidak usah memakai segala upacara yang memusingkan kepala, kamu berdua saling menyoja, kemudian berlutut dan anggukkan kepala tiga kali di depanku sudah cukup."
Demikian kata Thiun sat Sin kun.
Dengan keadaan terpaksa, Ho Kie cuma bisa menurut saja. Setelah selesai upacara, Thian Sat Sin kun dan Gouw Ya Pa meninggalkan kamar kemantin. cuma tinggal Ho Kie dan Siu Goat Eng berdua.
Siu Goat Eng masih merasa malu, ia terus tundukkan kepalanya. Ho Kie diam2 merasa kasihan kepada nona kemantin yang nasibnya jelek itu.
ia segan membuka tutup wajah Siu gwat Eng dengan tindakan perlahan ia menghampiri pintu kamar pura2 menutup kamarnya, kemudian padamkan api lilin,
Siu Goat Eng tiba2 berkata :
"Engko Kie, kenapa kau bikin padam lampu lilin.
Padahal itu harus dinyalakan sampai terang tanah!!"
"Aku tidak bisa tidur kalau ada penerangan!" jawab Ho Kie.
Siu Goat Eng berkata pula sambil menghela napas. "Aku tahu bahwa parasku sangat jelek, kau tentunya tidak suka melihat wajahku yang jelek itu. Ah meski wajahku jelek, tapi aku nanti bisa menyinta kau dengan setulus hati, supaya kau tidak membuang buang aku. "
Ho Kie yang mendengarkan ucapan nona kemantin itu hatinya merasa pilu. hampir saja ia memeluk nona itu. tapi kemudian di urungkan.
"Sudahlah, mari kita tidur!" demikian ia berkata sambil kertak gigi,
Siu Gwat Eng kembali menghela napas panjang. lalu membuka pakaian kamantinnya dan merebahkan diri dipembaringan.
tepat pada saat itu pintu kamar telah terbuka dengan perlahan, sesosok bayangan manusia telah berkelebat masuk,
Ho Kie menggeser tubuhnya kepinggir pembaringan, kemudian menarik tangan orang itu dan menunjuk kepembaringan.
Orang itu tidak berkata apa2 lantas naik dipembaringan............
Ho Kie dengan secara gesit sekali sudah lompat turun menghampiri pintu dan menantikan sambil menahan napas. ,.
Sang waktu perlahan-lahan telah berlalu, tidak diantara lama diatas tempat tidur terdengar suara keresekan!
Hati Ho Kie berdebaran, ia harus memperhatikan gerakan diatas pembaringan, dilain pihak harus pasang telinganya untuk memperhatikan keadaan diluar kamer.
Diluar pintu mendadak terdengar suara ketukan tongkat yang sangat perlahan, kalau tidak pasang telinga benar2, suara itu hampir sukar didengarnya. Mendadak suara tongkat berhenti didepan pintu,
Ho Kie tidak berani bernapas, ia takut di ketahui oleh orang tua yang sangat lihay itu.
Mendadak diatas pembaringan terdengar suara orang merintih :
"Aaaaaah. engko. "
Ho Kie terperanjat, diam2 herdoa ;
"Tolol!! kali ini kau jangan sampai timbulkan urusan. ,
."
Suara rintihan terdengar pula, diluar pintu tongkat
terdengar lagi, tapi perlahan-lahan kedengarannya makin jauh.
Ho Kie lantas menghela napas lega. Tapi ia masih belum berani berlaku sembrono. dengan hati2 ia terus menunggu satu jam lamanya. Mendadak dari atas pembaringan lompat turun satu bayangan orang,
Ho Kie lantas bertanya dengan suara perlahan : "Bagaimana apa sudah berhasil?"
"Sudah!! mari kita pergi!!" terdengar suara Gouw Ya Pa.
Ho Kie sangat girang, dengan perlahan ia membuka pintu lantas keluar dari kamar kemanten.
Dengan sangat hati2 mereka berdua melalui jalan lorong, diujung lorong ada mulut goa yang menghadap jurang yang sangat dalam.
Tapi baru saja hendak keluar dari mulut goa, mendadak terdengar suara bentakan
"Mau kemana? Berhenti!" Dua orang itu terperanjat, buru2 hentikan kakinya, ketika mereka menoleh, seketika itu lantas berdiri terpaku.
-oo0dw0oo-
TERNYATA Thian-sat Sin-kun saat itu sudah berdiri sambil lintangkan tongkatnya dimulut goa.
"Oh, Tuhan! ......" berteriak Gouw Ya Pa, dan lantas hendak kabur balik ke-dalam.
Ho Kie menyambar tubuh Gouw Ya Pa dengan tangan kirinya, sambil lintangkan tangan kanannya diatas dadanya, ia berkata kepada si orang tua :
"Locianpwee. kau dengan aku tokh tidak ada permusuhan apa2, harap kau jangan terlalu mendesak!"
"Sungguh besar nyalimu, kau... kau perlakukan bagaimana dengan cucuku?"
"Nona Siu masih berada dalam kamar, boanpwee tidak..."
"Tutup mulut" membentak si orang tua itu, kalau ia masih berada didalam kamar dalam keadaan tidak apa2, dengan kepandaian yang dipunyai olehnya, masakan kamu bisa kabur dengan leluasa? Tidak usah banyak mulut, sudah tentu kalian sudah turun tangan kejam terhadap dirinya !"
"Boanpwe meskipun tidak suka menikah padanya tapi juga tidak perlu harus mencelakakan dirinya. Kalau locianpwe tidak percaya, boleh periksa sendiri. " jawab Ho
Kie gusar.
"Baik! Mari ikut aku masuk !"
Ho Kie dalam hati lantas berpikir, hanya satu orang tua ini saja sudah sulit dihadapi, kalau Siu Gwat Eng mendusin, kita terpaksa akan tertawan lagi. Karena berpikir demikian, maka ia lantas menjawab sambil ketawa ber-gelak2.
"Silahkan Locianpwe periksa sendiri, maaf karena boanpwe masih ada urusan penting, terpaksa tidak bisa turut. "
Thian-sat sin-kun mendadak ketawa bergelak2. Setelah berhenti ketawa, sepasang matanya nampak sangat beringas, dengau sikap keren ia berkata:
"bocah she Ho. lohu sangat hargakan kau, hingga cucu perempuanku satu-satunya kujodohkan dengan kau. Bukan saja sudah membantu kau mendirikan rumah tangga bahkan hendak membantu kau menuntut balas untuk sakit hati ayahmu. Budi yang sebesar gunung ini kau anggap sepi, malahan dengan tangan keji menyelakakan diri cucuku, dan kemudian hendak melarikan diri? Malam ini kau menyerah secara baik, masih tidak apa tapi kalau kau tidak mau dengar kata. jangan sesalkan kalau aku nanti membuka pantangan membunuh. aku nanti bikin tubuhmu hancur lebur di bawah tongkatku!"
Perkataan itu setiap patah seperti martil yang mengetok hati nurani Ho Kie dan Gouw Ya Pa. diucapkannya meski sangat perlahan, tapi kedengarannya sangat nyata dan seram.
Ho Kie bergidik, Tanpa terasa, kakinya mundur satu tindak, ia coba membantah.
"Perkawinan adalah urusan besar, bagaimana dapat dipaksa?"
"Perintah orang tua itu tidak boleh di bantah. Perkataan yang keluar dari mulutku aku tidak mengijinkan kau membantah!"
Ho Kie diam2 mengerahkan seluruh kekuatannya "Kalau locianpwe mau memaksa dengan kekerasan, jangan sesalkan kalau boanpwee berlaku kurang ajar!!"
"Kau mempunyai kepandaian apa. coba berani main gila didepan lohu. ?"
Ho Kie mengerti bahwa sal ini tidak bisa dibikin beres secara damai. Selagi orang tua itu masih meleng, ia lantas keluarkan bentakan keras dan menyerang dengan menggunakan ilmu Tay lek-kim kong ciang.
Dalam pikirannya Ho Kie, si orang tua yang berdiri membelakangi mulut goa apa lagi didalam lorong yang sempit ini, serangannya itu meski tidak bisa membinasakan jiwanya, tapi setidak tidaknya tentu ia akan menyingkir untuk mengelakkan serangannya. sehingga ia dapat kesempatan untuk menerjang keluar dari mulut goa yang dirintangi oleh orang tua itu.
Siapa nyana siorang tua itu ternyata tidak menyingkir atau berkelit, bahkan menyambutipun tidak. Ia masih tetap berdiri sambil ketawa dingin.....
Sebentar kemudian, kekuatan angin yang ditimbulkan oleh serangan Ho Kie telah menyambar pada orang tua itu.
Thian sit Sin kun cuma tergoyang sedikit pundaknya. tapi sedikitpun tidaK berkisar dari tempat berdirinya !
Ho Kie kesima, Karena serangannya itu dilancarkan dengan menggunakan tenaga lebih dari 10 bagian, Jangan kata manusia, batu cadaspun mungkin hancur karenanya. Tapi bagaimana orang tua itu tidak bergeming barang sedikit.
Selagi masih berada dalam keheran heranan, tiba2 mendengar suara Thian sat Sin-kun: "Dengan kepandaianmu yang cuma seupil ini, kalau lohu berniat membunuh mati kau, sangat mudah seperti membalikkan telapakkan tangan. Tapi malam ini lohu mau suruh kau merasa takluk benar2, sekarang lohu berdiri disini, akan menyambuti seranganmu sampai tiga kali, kau boleh coba saja."
"Baik, kalau 3 seranganku tidak mampu merubuhkan kau, aku terima meyerah?" jawab Ho Kie gusar.
"Saat itu, sekalipun kau tidak mau menyerah juga sudah tidak ada lain jalan. Gouw Ya Pa, kau sekarang menjadi saksinya!"
Ho Kie sangat mendongkol, kembali ia hendak menggunakan tipu serangannya semula untuk menyerang si orang tua, tapi kali ini ia menggunakan tenaga sepenuhnya.
Serangan dahsyat telah dilancarkan oleh Ho Kie, kali ini badannya orang tua itu nampak tergoncang hebat, darah bergolak didadanya dan hampir keluar dari tenggorokkannya, kakinya tidak bisa berdiri tetap, hingga akhirnya mundur satu tindak.....
Orang tua itu lantas berubah wajahnya, ia berkata dengan suara dingin :
"bocah, kau benar hebat! Lohu sekarang hendak pertaruhkan tulang2 lohu yang sudah bangkotan, untuk menyambuti seranganmu lagi !"
Ho Kie semakin heran, karena kekuatan serangannya warisan dari Toan-theng Lojin, sudah cukup untuk menghadapi jago kelas satu yang mana saja didunia Kang ouw, tapi mengapa tidak mampu merubuhkan orang tua ini?
Ini sungguh Ajaib! Selagi hendak melancarkan serangannya lagi, tiba2 ia ingat pelajarannya menghantam binatang nyamuk ketika masih berada di Lembah Patah Hati.
Karena serangannya kedua kali tadi tidak berhasil, maka sekarang ia hendak mencoba serangan yang biasa digunakan untuk menghantam binatang nyamuk.
Setelah mengambil keputusan tetap, ia lantas tarik kembali semua kekuatannya, lalu dipusatkan ketangan kanannya. Kemudian melancarkan serangan dengan perlahan.
Serangan Itu tidak menimbulkan suara apa-apa, tidak keras seperti yang duluan.. Tapi orang tua itu mendadak merasakan ada semacam tenaga yang sukar ditahan, menyerbu dengan hebat!
Ia buru-buru kerahkan kekuatannya dikedua kakinya, siapa nyana serangan Ho Kie- kali ini jauh berlainan dengan yang duluan, agaknya mengalir terus tidak hentinya.
Thian sat Sin kun terperanjat, kekuatan coo Khie dalam dirinya ia perhebat sampai 80% untuk menahan serangan tersebut. Tapi ketika kedua kekuatan itu saling beradu, ia rasakan seperti membentur tembok baja yang sangat kokoh, hingga dirinya sendiri yang terdorong mundur.
Ia semakin heran, selagi hendak melawan lagi, tapi sudah terlambat!
Kakinya terangkat dari tanah, badannya mundur sempoyongan. sebentar saja, sudah mundur kemulut goa-
Thian sat Sin kun membentak keras, ia ayun tangan kirinya menyambuti serangan Ho-Kie yang luar biasa itu. Ketika kedua kekuatan tenaga dalam itu beradu, lalu terdengar suara bergemuruh.
Lengan kanan Ho Kie dirasakan kesemutan, ia buru- buru tarik kembali serangannya dan mundur beberapa langkah.
Tapi Thian sat Sin kun sebaliknya mundur beberapa langkah. mulutnya menyemburkan darah segar, badannya sudah ada ditepi jurang. Gouw Ya Pa kegirangan-,
"Saudara Ho mari lekas kita serbu!" 'ia berseru.
Berbareng dengan itu, kakinya juga lantas melesat menubruk dirinya Thian -sat Sin kun.
Si orang tua saat itu sudah tidak punya tempat mundur, apa lagi ia terluka didalam ketika menyambuti serangan Ho kie, hingga serbuannya Gouw Ya Pa yang dilakukan seperti kerbau gila membuat ia berada dalam keadaan yang berbahaya sekali.
Tapi, biar bagaimana ia seorang jago tua yang sudah kenamaan, dalam keadaan sangat berbahaya seperti itu, ia masih bisa menahan supaya luka dalamnya tidak menghebat. Kemudian dengan menggunakan kekuatan yang dinamakan "Eng-jiaw-lek" (Kekuatan kuku Garuda) jari2- kanannya ditancapkan dibahu gunung, badannya melengak dengan gaya Thio pan-kio hingga dirinya bergelantungan disamping jurang.
Ketika serbuannya menemui tempat kosong, Gouw Ya Pa tidak mau mengerti. Lalu maju lagi satu tindak tangannya menghantam kaki tunggal si orang tua.
Thian-sat Sin-kun dalam keadaan menggelantung sambil mendongak, ia menyapu dengan tongkatnya, Justru serangannya itu berbareng dengan datangnya serangan tangan Gouw Ya Pa. Kalau Gouw Ya Pa bukannya Gouw Ya Pa, pasti akan menarik kembali serangan tangannya, hingga Thian-Sit Sin- kun bisa balik lagi ke jalan goa. Menghadapi kekuatan si orang tua itu, buat Ho Kie dan Gouw Ya Pa bisa keluar dari mulut goa itu, sesungguhnya bukan soal gampang?!
Tapi Gouw Ya Pa ada mempunyai ilmu kebal ia selalu tidak menghiraukan segala senjata tajam musuhnya yang ditujukan kepada dirinya. maka terhadap serangan tongkat si orang tua itu, ia juga tidak menggubris sama sekali. Bukan saja tidak menarik kembali serangannya, bahkan memperhebat serangannya.
Serangan itu dengan cepat mengenakan kaki Thian-sat sin Kun, Sehingga tubuh orang tua itu meluncur kedalam jurang......
Tapi serangan tongkat si orang tua juga mengenakan, pinggang kanan Gouw Ya Pa, apa mau ilmu kebalnya Gouw Ya Pa kali ini tidak sanggup menerima serangan tongkat si orang tua, hingga pinggangnya dirasakan sakit dan mundur sempoyongan, kemudian duduk tumprah ditanah, jidatnya mengucurkan keringat dingin!
Ho Kie lalu menghampiri sambil membimbing bangun, ia suruh kawannya itu mencoba menjalankan pernapasannya.
"Tidak apa, cuma pinggangku sedikit sakit!"
demikian jawabnya pemuda bandel itu sambil ketawa meringis-.
"KEKUATAN tenaga lweekang Thian-sat Sin-kun bukan main hebatnya, jangan2 kau terluka bagian dalamamu."
"Dia sudah kuhajar sampai jasuh kedalam jurang, mungkin lukanya juga tidak ringan, mari kita lekas pergi!" Ho Kie melongok kebawah jurang, ternyata dalamnya cuma kira2 5-6 tumbak saja, dalam hati merasa cemas.
"jurang ini tidak dalam, Bagaimana bisa melukai dia ? Mari kita lekas berlalu dari sini!" Ia mengajak kawanya. Lalu melayang turun dari mulut goa.
Ketika ia berada dibawahm ia menemukna tanda darah, tapi Thian-sat sin kun sudah tidak kelihatan lagi bayangannya!
Ia mendongak keatas, tapi Gouw Ya Pa tidak keliatan turun.
"Gouw toako, lekas turun." Ia berkata kepada kawannya.
Dua kali ia memanggil, baru kelihatan Gouw Ya Pa tongolkan kepalanya.
"Aku... aku tidak... bisa turun... "Jawabnya.
Ia tampak Gouw Ya pa tengan kesakitan, kedua tangannya memegangi pinggangnya, napasnya memburu. Tanpa banyak bicara, Ho kie lantas memondong sang kawan lantas meloncat turun ke bawah.
Ia terus lari kira2 tiga atau empat lie jauhnya, mendadak dirasakan Gouw Ya pa sudah tidak ada suaranya, Ia lalu hentikan kakinya, Gouw ya pa diletakkan ditanah. Ia coba periksa pernapasannya, ternyata sangat lemah, sudah terang bahwa luka kawannya ini sangat berat.
Ia lalu duduk bersila, telapakan tangan kirinya diletakkan diatas jalan darah Leng thay-hiat, dengan kekuatan tenaga Iweekangnya sendiri ia salurkan kedalam dirinya Gouw Ya pa, untuk menyembuhkan lukanya.
Kira2 satujam lamanya diatas kepala Ho kie nampak mengepul ada hawa panas, napasnya tersengal2, maka ia terpaksa hentikan usahanya untuk sementara. Ia coba memeriksa keadaan sekitarnya, ternyata disitu ada tempat yang penuh tumbuh2an rumput tebal dan bunga2 yang beraneka warna. Tidak nyana setelah berlalunya malam, ia dapat menemukan tempat yang seindah itu.
Kala itu, disebelah timur sudah kelihatan sedikit sinar kuning, nampaknya sudah dekat terang tanah.
Ho kie menghela napas, selagi hendak melanjutkan usahanya untuk mengobati kawannya, mendadak terdengar suara orang berjalan, ia segera tarik kembali tangannya dan lompat bangun.
Ketiak ia membuka matanya tidak jauh dari tempat itu ada sebuah pohon, maka ia lantas gendong Gouw Ya Pa, dibawa sembunyi dibelakang pohon tersebut.
Tidak antara lama, kelihatan satu bayangan orang menghampiri padanya dengan gerakan yang amat gesit.
Orang itu memakai pakaian serba putih, tangannya membawa kipas. bukankah itu Lim kheng? tanya Ho kie pada dirinya sendiri.
Ho kie sungguh tidak nyana dalam keadaan demikian bisa bertemu dengan Lim kheng lagi, maka lantas lompat keluar dan memanggil padanya.
"Lim heng..."
Tapi mendadak ia ingat bahwa Lim kheng sebetulnya seorang wanita, tidak seharusnya ia panggil hengte. maka buru2 merubah:
"Enci Lim, aku mencari kau setengah mati."
-ooo0dw0oo-