Jilid 11
LIM CO Ek tahu bahwa dibelakangnya ada orang yang membokong dengan senjata gelap, dilam gusarnya ia menyampuk dengan tangan kirinya, pedang ditangan kanannya tetap meneruskan serangannya.
Sesaat lalu terdengar suara jeritan ngeri, darah berhamburan.
Telapak tangan Lim Co Ek dirasakan seperti ada benda yang menembus dalam. Sambil kertak gigi, ia menarik kembali pedangnja dada kiri Cian Siu sudah berlubang dan badannya lantas rubuh ditanah.
Lim Co Ek ketika memeriksa tangannya, ternyata ada jarum halus, Hong bwee ciam yang sangat berbisa menancap ditelapak tangannya. Racunnya kelihatan sudah mulai menjalar.
Ia keluarkan suara ketawanya yang menyeramkan, lantas mengangkat pedangnya untuk membacok tangan kirinya, kemudian ia menutup jalan darah dilengan kirinya itu dan lantas membentak dengan suara bengis;
"Manusia keparat. siapa yang tidak tahu malu, membokong orang dengan senjata gelap. Lekas unjukkan diri!"
Dari dalam kupel saat itu lantas muncul seorang yang menjawab dengan suara dingin.
"Sungguh mengecewakan kau menjadi ketua dari partai yang baik-baik. Ternyata begitu kejam turun tangan terhadap lawan. Aku hanya memberikan kau sebuah jarum kecil sekedar untuk memberi peringatan padamu, itu hanya terhitung sebagai suatu tanda peringatan saja."
Lim Co Ek melihat orang itu, usianya tidak lebih dari empat puluh tahun, dipunggungnya terlihat sebuah golok tanto. Diketiak kanan dan kirinya tergantung tujuh atau delapan kantong kulit. "Kiranya adalah Siek Lek Losu. Aku si orang she Lim cuma tinggal satu tangannya. Apakah Losu berani mengeluarkan senjatamu untuk kita main-main beberapa jurus?" demikian Lim Co Ek menantang.
Siek Lek ketawa dingin, ia lantas menghunus golok tantonya.
Siapa tahu, Lim Co Ek pada saat itu sudah gusar benar- benar, begitu Siek-lek muncul, diam-diam ia sudah mengambil keputusan untuk membinasakan orang-orang yang membokong dirinya itu.
Saat itu, Siek-lek sedang mengangkat lengannya untuk merghunus golok, hingga ketiak kanannya terbuka satu lowongan.
Lim Co Ek ketawa dingin, mendadak pundaknya bergerak, ia menggunakan kesempatan itu, ujung pedangnya menotok jalan darah Ciang bun-hiat dibawah ketiak kanan!
Perbuatan itu sudah tentu berlawanan dengan peraturan Kang-ouw, juga membikin jelek nama baiknya Khong tong pay. Tapi Lim Co Ek yang hendak membalas sakit hati Tio Thian Ek, dalam keadaan gusar ia sudah tidak perdulikan itu semua.
Siek Lek sama sekali tidak menduga perbuatan Lim Co Ek, maka bukan kepalang kagetnya.
Dalam keadaan gugup ia buru-buru loncat mundur, berbareng dengan itu ia gerakkan pundak kirinya dan bawah pundaknya meluncur keluar batang senjata rahasia yang sangat berbisa.
Siek Lek yang mempunyai julukan manusia biruang berlengan, hampir sekujur badannya terdapat senjata rahasia, Dalam keadaan kepepet demikian ia masih bisa menolong dirinya, dengan melepaskan tiga batang senjata rahasia, yang mengarah muka dan dada Lim Co Ek.
Lim Co Ek terpaksa menangkis dengan pedangnya. tapi dengan demikian Siek Lek sudah dapat kesempatan untuk singkirkan dirinya dari ancaman pedang.
Selagi Siek Lek hendak menyerang musuhnya. tiba-tiba berkelebat bayangan merah menghalang ditengah mereka, kemudian terdengar suaranya:
"Orang she Lim, percuma saja kau menjadi ketua dari satu partay besar. apakah kau sudah tidak tahu malu ?"
Orang itu badannya tegap, suaranya seperti genta, rambutnya diikat dengan benang emas, berpakaian seperti taoto, ia adalah Tongcu dari Hian kui-kauw. Ang-in Taoto tan-liang.
Tiauw Gouw Taysu dengan suara perlahan-lahan berkata kepada Hui kak Siansu yang berada disampingnya.
"Urusan hari ini barangkali tidak bisa dibereskan dengan baik. Liu Sicu sudah terluka, tolong Siansu bawa balik dia !"
Hui kak Siansu lantas bangkit dari tempat duduknya menghampiri mereka dan berkata kepada Tan Liang sambil rangkapkan kedua tangannya:
"Apa Taysu menpunyai kegembirapn untuk main-main beberapa jurus dengan pinceng ?"
Ang-in Taoto melirik sejenak, hatinya bercekat. Sebab ia tahu bahwa ketua partay Ngo-bie-pay ini bukan saja sangat tinggi kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga dalaamnya. tapi juga merupakan satu ahli senjata rahasia yang kenamaan. Dengan munculnya ia, Siek Lek barangkali akan terancam kedudukannya. Saat itu, Lim Cu Ek sudah bertempur sengit dengan Siek Lek. Angin Taoto lantas menghadang didepan Hui kak Siansu sambil berkata,
"Sudah lama aku mendengar nama Ngo-bie pay sudah tentu suka sekali menerima pelajaran Siansu!"'
Keduanya lalu saling menyerang. Mendadak terdengar suara bentakan, kemudian disusul dengan suara beradunya senjata. Ketika Ang-in Taoto menoleh, ternyata Siek Lek sudah terpukul mundur oleh Lim Co Ek.
Oleh karena hatinya tergoncang, pundak kirinya telah terkena serangan Hui Kak Siansu, dirasakan sakit sekali dan kekuatan dalamnya juga lantas merasa buyar, maka buru- buru lompat mundur!
Hui Kak Siansu tidak mau mendesak, ia membiarkan lawannya itu berlalu, kemudian menyerbu Siek-lek.
Badannya masih ditengah udara, tangan kanannya diayun mengirim empat buah Pho-tih cu, untuk mengempur panah beracun yang dilancarkan oleh Siek Lek, hingga jatuh berhamburan ditanah.
Lim Co Ek semakin kalap, ia sudah seperti banteng mengamuk. Dalam serangannya yang sangat hebat, lengan kanan Siek Lek telah terkutung dan terlepas dari badannya.
Lim Co Ek masih belum mau berhenti, pedangnya masih hendak menyambar kepala musuhnya.
Hui Kak Siansu yang melayang turun lalu mencegah: "Lim-sicu, kalau kita masih bisa mengampuni, ampunilah jiwanya. Dia bukan penjahat utamanya, biarlah tinggalkan dia hidup !"
Melihat dalam sekejapan saja sudah ada orangnya terluka. Cian tok Jin-mo wajahnya mendadak berubah, ia sudah hendak berbangkit untuk turun tangan sendiri. Tapi Bo Pin lantas maju kedepan dan berkata:
"Bo Pin minta izin untuk menemani Hui Kak Siansu dari Ngo bie pay!"
Cian tok Jin mo ketawa dan ia angguk-anggukkan kepalanya.
"Siansu adalah seorang beribadat tinggi, namun kesohor dalam kalangan rimba persilatan. Bo kongcu harap hati-hati menghadapi dia, dan suruh mereka semua balik."
Bo Pin terima baik pesan cukongnya, lalu masuk kekalangan pertempuran. Setelah suruh Ang-in Taoto dan lain-lainnya balik kedalam kupel, ia lantas berkata kepada Hui Kak Siansu:
"Aku siorang she Bo sudah lama mendengar lihaynya ilnu silat Thay hun Jin khiu-hoat dari dari Ngo-bie pay yang namanya ke sohor diseluruh dunia, hari ini dengan berani mati ingin mendapat sedikit pelajaran dari Siansu!"
Ucapan Bo Pin ini merupakah satu tantangan terang- terangan terhadap diri Hnu Kak Siansu, siapa lantas menjawab sambil merangkapkan tangan;
"O Mie To Hud, orang beribadat tidak mempunyai kepandaian apa-apa, bagaimana bisa dibandingkan dengan Tongcu?"
"Kita hanya belajar kenal dengan kepandaian masing- masing, perlu apa Siansu merendahkan diri? Silahkan!" si tangan geledek kata dengan suara dingin.
Perkataan yang terakhir itu baru saja keluar dari mulutnya, mendadak badannya sudah bergerak maju, dengan kecepatan kilat telah melancarkan serangan. Ia menggunakan tenaga kekerasan serta menerjang secara tidak kepalang tanggung, kesombongannya orang she Bo itu benar-benar sangat nyata.
Kalau Hui Kak Siansu tidak menyambuti keras lawan keras bukan saja akan memalukan Ngo bie pay, tapi juga akan kehilangan kesempatan untuk menyerang dan selanjutnya orang she Bo itu pasti akan mendesak terus.
Hui Kak Siansu meski seorang beribadat tinggi, melihat musuhnya yang bersikap congkak dan tidak memandang mata, seketika itu juga lantas marah.
Ia lantas tancap kaki, tidak menyingKir dan berkelit, lengan kirinya dikibaskan untuk menyingkirkan kekuatan serangan Bo Pin, sedang tangan kanannya digunakan untuk menyambuti serangan.
Bo Pin tertawa, kekuatannya mendadak ditambah 3 bagian lagi. ketika kedua kekuatan beradu, lantas terdengar suara benturan keras.
Bo Pin merasa kesemutan tangannya orangnya mundur tiga tindak. Tapi Hui Kak Siansu terkena serangan telah terpental mundur sampai tujuh delapan tindak, dadanya bergolak dan mulutnya menyemburkan darah segar.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu, bukan kepalang kagetnya. Tapi sebelum turun tangan untuk memberi pertolongan, Bo Pin sudah mengirim satu serangan lagi.
Hui Kak Siansu dengan sisa tenaganya yang masih ada, mengeluarkan ilmunya Toy-hud Khiu in dari Ngo-bie pay, pada menyambut serangan Bo Pin.
Getaran angin pukulan telah membuat rontok daun-daun diatas pohon yang jauhnya dua tombak lebih. Kedua orang itu terpental mundur masing-masing empat tindak. Hui Kak Siansu sudah kehabisan tenaga tidak mampu menahan bergolaknya dada, maka kembali menyemburkan darah segar ....
Ketua Bu tong pay Siong Leng Totiang yang menyaksikan kejadian itu lantas kerutkan alisnya, kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Biarlah pinto menyambut serangan Bo Tongcu !" Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya Hui
Kak Siansu,
Ketua Ngo bie pay itu mengawasi padanya dengan sorot mata bersyukur. lantas duduk ditanah sambil pejamkan mata untuk mengatur pernapasannya.
Bo Pin sendiri setelah mengadu kekuatan dua kali itu juga sudah mendapatkan luka tidak ringan. dan sekarang harus menghadapi Bu tong pay yang kekuatannya cuma dibawah Siao lim sie, sudah tentu tidak berani gegabah. maka segera menjawab:
"Maksud Totiang, apakah juga hendak mengadu kekuatan tangan ?"
"Kekuatan tangan Bo Tongcu barusan pinto sudah menyaksikan sendiri. sayang pinto selamanya tidak suka menggunakan tangan. sudilah kiranya tongcu mengadu kekuatan memakai senjata ?"
Tanpa memperdulikan orang she Bo itu setuju atau tidak, ia sendiri sudah menghunus pedangnya.
Dengan demikian, terpaksn Bo Pin harus melayani dengan senjata juga dan lantas mengelurkan goloknya yang tebal. Sambil menenteng golok emasnya yang tebal Bo Pin berjalan berputaran, matanya terus mengawasi Siong Leng Totiang.
Siong Leng Totiang tetap tidak bergerak, ia hanya berdiri tenang sambil memegang pedangnya, siap sedia untuk menghadapl segala kemungkinan.
Sebentar saja Bo Pin sudah berpular tiga kali.
Tetapi Siong Leng Totiang hanya mengawasi tingkah lakunya orang itu sambil tersenyum, sehingga Bo Pin tidak mempunyai kesempatan untuk menerjang.
Kembali ia memutar lagi tiga kali, keadaan demikian telah memperhatikan suasana yang sangat tenang, tetapi bagi orang yang mengerti satu diantara kedua orang itu juga sudah mengeluarkan serangannya, sudah pasti sangat hebat.
Ilmu pedang Bu tong pay, meskipun hebat, tetapi Bo Pin yang dalam dua gebrakan telah menjatuhkan diri ketua Ngo bie pay, juga bukan orang sembarangan.
Orang banyak dalam kupel itu tidak ada seorang pun yang berani buka suara, masing-masing menguatirkan pihaknya sendiri.
Sang waktu sedikit demi sedikit berjalan terus, dalam suasana sesunyi itu mendadak terdengar suara bentakan keras, golok Bo Pin dengan mengeluarkan sinar kekuning- kuningan dibarengi sambaran angin yang hebat sekali telah menyerang diri Siong Leng Totiang.
Siong Leng Totiang ketawa dingin, ia menantikan serangan itu dengan tenang sampai ujung golok sudah berada dekat dirinya, baru ia bertindak secara mendadak. Secepat kilat pedangnya menangkis, sehingga suara beradunya kedua senjata kedengaran njaring sekali. Masing-masing lalu mundur serta memeriksa senjatanya....
Begitu memeriksa goloknya mendadak kelihatan Bo Pin menjadi gusar. Kiranya golok emas yang sangat di sayangnya itu ternyata sudah dibikin gompal oleh pedang Siong Leng Totiang.
"Sungguh tidak kusangka. ketua dari Bu tong pay ternyata hanya mengandalkan tajamnya pedang saja!" ia mengejek dengan muka beringas.
Siong Leng Totiang lalu menjawab sambil ketawa dingin: "Meskipun senjata ini tajam sakti, tetapi masih harus dilihat berada ditangan siapa. Meskipun pinto tidak menggunakan senjata, apa kau kira pinto takut padamu?" sambil simpan pedangnya.
Diam-diam Bo Pin merasa terheran-heran iapun lantas menyimpan goloknya dan menyerang hebat dengan tangan kosong.
Siong Leng Totiang melindungi dadanya dengan tangan kirinya, tangan kanannya dengan mendadak melancarkan serangannya.
Sambaran angin yang tajam dan sangat hebat telah menyambar diatas kepala Bo Pin.
Bo Pin terperanjat, ia mundur dua langkah. Ketika ia memeriksa kepalanya, ternyata rambutnya yang panjang sudah terpapas oleh karena serangan Siong Leng totiang tadi.
Bukan kepalang kagetnya siorang she Bo, Ia selamanya sangat jumawa, ia menganggap kecuali Cian tok Jin mo seorang didunia ini sudah tidak ada orang lain yang mampu menandingi dirinya. Tidak nyana, diantara para ketua dari sembilan partai besar itu ternyata masih ada juga orang yang mampu menandingi dia.
Ia merasa keder, hanya kuncup seketika, sikap jumawanya lantas lenyap dengan sendirinya.
Karena mengingat bahwa dirinya merupakan ketua penjara Hian Kui kauw, kalau hari ini terguling ditangan Siong Leng Totiang, bagimana masih ada muka untuk unjukan muka didunia Kang-ouw, Maka sekarang ia tidak berani memandang ringan musuhnya, kekuatannya dipusatkan seluruhnya, setindak demi setindak ia berjalan mendekati Siong Leng.
Siong Leng Totiang masih tetap seperti tadi, menantikan musuhnya dengan tenang, sedikitpun tidak menunjukkan sikap jumawa.
Diam-diam sudah mengerahkan ilmu Bu-sie biat kut ciang leknya baru-baru ini dipelajari dari Cian tok Jin mo yang dipusatkan pada kedua lengannya.
Kemudian, diantara gerakan tangannya yang melancarkan serangan, ada sambaran angin yang berbau amis.
Siang Leng Totiang mengetahui benar nsampai dimana kelihayan seorang she Bo itu, sebentar kemudian ia membentak keras, lalu tangannya diayun. Ia mengeluarkan kekuataa tenaga dalam yang sangat dahsyat.
Bo Pin perdengarkan suaranya yang menyeramkan, kedua tangannya bergerak dengan cepat, sekaligus sudah melancarkan tujuh atau delapan kali serangan, sehingga Siang Leng Totiang terpaksa harus mundur.
Sebentar saja pertandingan sudah berlangsung sepuluh jurus lebih. Siong Leng Totiang dengan tenang menghadapi Bok Pin, setelah diserang begitu gencar dan setelah berhasil mengalahkan semua serangan itu, barulah ia melancarkan serangan simpanannya dari partai Bu-tong, ia balas menyerang dengan kekuatan yang hebat.
Perlahan-lahan mundur sampai setumbak lebih jauhnya.
Kekuatan tenaga keras dan lunak dari dua orang itu saling bentur, kesudahannya ternyata seri.
Setelah bertempur lima puluh jurus Bo Pin kelihatan sudah mulai kewalahan.
Selagi Siong Leng sudah mau turun tangan terhadap lawannya yang sudah tidak berdaya itu, mendadak terdengar suara bentakan seram.
"Tahan !"
Meskipun suara itu tidak begitu keras tetapi Siong Leng Totiang yang mendengar itu terperanjat, dengan sendirinya serangannya lantas ditarik kembali dan segera lompat mundur.
Ketika ia dongakkan kepalanya, didalam kalangan ada bediri Cian tok Jin mo sendiri.
Dengan wajah seram Cian tok Jin-mo berkata sambil kebutkan lengan bajunya: "Bo Tongcu mundur biarlah aku sendiri, jangan kau menemui para ketua partal besar ini."
Si tangan geledek Bo Pin lantas undurkan diri.
Cian tok Jin-mo setelah berada dikalangan, lalu berkata kepada Siong Leng Totiang sambil menjoya;
"Jie Hui ada seorang pegunungan yang kasar, mendirikan perkumpulan Hian kui kaw maksudnya cuma hendak mencari suatu tempat untuk tancap kaki didalam masyarakat. Totiang sekalian yang anggap diri sebagai ketua dari golongan orang baik-baik hari ini dengan beramai-ramai telah memasuki lembah Kui kok, kalau Jie Hui tidak menyambut sendiri tentunya akan ditertawakan oleh orang-orang dari rimba parsilatan, harap Totiang suka memberi pengajaran, tak usah merendah."
"Sudah lama pinto mendengar nama besar dan kepandaian yang luar biasa dari Kauwcu, hingga selamanya tidak pandang mata kepada 9 partai, justru inilah maka pinto ingin minta pelajaran dari Kauwcu sendiri." jawabnya Siong Leng Totiang.
"Totiang ada seorang yang berterus terang, kalau begitu tidak perlu banyak berkata yang tidak ada gunanya lagi, silahkan To tiang turun tangan !"
Dengan gerakannya yang sangat gesit, Kauwcu itn sekeiap saja sudah berada didepan lawan lawannya.
Siong Leng Totiang terkejut menyaksikan gerakan demikian gesit. ia buru-buru mundur dua tindak sambil bersiap-siap.
Meskipun ia belum pernah bertanding dengan Kauwcu Hian kui kauw ini namun sudah lama ia dengar kepandaiannya, maka ia tidak berani gegabah.
"Totiang mengapa tidak lekas turun tangan?" tanya Cian tok Jin Mo sambil ketawa aneh.
"Pinto adalah tamu, bagaimana berani lancang tangan." jawab Siong Leng.
"Kalau Totiang begitu merendah. jangan heran kalau lohu berlaku kurang ajar!" berkata Ciau tok Jin Mo sambil ketawa.
Kemudian dengan tiba-tiba kebutkan lengan bajunya, entah dari mana datangnya angin yang mengandung bau amis tahu-tahu sudah menyambar muka Siong Leng Totiang !
Sudah tentu Siong Leng Totiang tidak berani menyambuti dengan kekerasan. Ia geser kakinya, badannya segera bergerak hendak menyingkir. . . .
Tapi ia lantas dengar suara bentakkan Cian tok Jin Mo. "Totiang hendak kemana ?"
Siong Leng Totiang merasakan suara itu seolah-olah keluar dari belakang dirinya dalam kagetnya, buru-buru melesat tinggi keatas !
Tapi baru saja melesat tinggi kira-kira tiga kaki, mendadak merasakan ada bau amis luar biasa menusuk hidungnja, rasa mual segera menusuk ulu hati, sehingan seluruh kekuatannya menjadi buyar,
Ia masih hendak mengatur pernapasannya, tapi sudah tidak bisa lagi !
Badannya tampak bergoyang, wajahnya pucat, kakinya lemas, dan lantas rubuh ditanah. Dari dalam kupel segera melayang turun seseorang yang lantas menghadang didepannya.
Cian tok Jin Mo, sambil anggukan kepala orang itu berkata:
"Kaucu benar-benar lihay, Pinto tidak mengukur kekuatan sendiri, ingin meminta sedikit pelajaran dari kauwcu !"
Cian tok Jin Mo mengawasi orang yang baru datang itu, ternyata ia adalah ketua dari Kun lun pay. Bu Wie Totiang.
"Kedatangan Totiang sangat cepat, mengapa tidak bimbing dulu dirinya Siong Leng Totiang kedalam kupel?" berkata Cian tok Jin Mo dengan suara kaku. Bu wie Totiang wajahnva merah, lalu ia menyambar lengan Siong Leng Totiang kemudian dengan sekali gentak, ia sudah berhasil mengangkat tubuh Siong Leng Totiang, yang besar kedalam kupel,
Tubuh Siong Leng Totiang segera disambut oleh Tiauw Goan Taysu, lalu diletakkan diatas kursinya dan diberi pertolongan sebagai mana mestinya.
Cian tok Jin Mo yang menyaksikan perbuatan Bu wie Totiang ini, bukan saja tidak terkejut, sebaliknya malah ketawa menhhina, "Benar tidak kecewa Totiang sebagai seorang gagah dalam rimba persilatan, lohu sangat kagum. Tapi entah Totiang bisa menggunakan senjata kebutanmu ini untuk membikin lohu menggeser sampai dua tindak atau tidak?" demikian katanya.
"Coba saja!" jawab Bu wie sangat mendongkol.
Segera maju dan kebutannya digunakan untuk menotok jalan darah Kian kin-hiat, Kun lun pay yang selamanya mengutamakan ilmu kekuatan tenaga dalam atau lweekang, maka meski begitu kecil tidak berarti seperti kebutan itu, didalam tangan Bu wie Totiang bisa berubah menjadi senjata yang tidak kalah tajamnya dengan pedang atau pecut baja.
Cian tok Jin Mo lantas kebutkan lengan bajunya, badannya menggeser, berada dikirinya Bu wie Totiang , Kemudian ulur tangan kirinya, sehingga kelihatannya kaku dari lima jari tangannya. dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar geger lawannya,
Bu wie yang gagal serangannya pertamanya, dalam hati merasa kaget, buru-buru ia memutar tubuhnya, kebutan ditangannya berbalik menyapu. Tapi Cuma dengan suara ketawanya Ciat tok Jin Mo. orangnya sudah menghilang dari samping dirinya.
Mendadak angin keras menyambar punggungnya.
Belum sampai memikirkan apa akan terjadi, pundak kiri Bu wie Totiang tiba-tiba merasa sakit, ternyata sudah kena ditepok oleh tangan Cian tok Jin Mo.
Ia lantas keluarkan seruan tertahan, badannya sempoyongan, keringat dingin mengucur keluar.
Dengan perasaan malu Bu wie Totiang terpaksa balik ketempat duduknya sambil tundukkan kepalanya.
Dari kupel kembali melayang keluar dua imam tua, Dengan berdiri berendeng kedua imam itu maju kedepan Cian tok Jin Mo.
"Kaucu benar-benar seorang gagah yang bukan cuma nama kosong belaka. Pinto berdua dengan tidak memikir diri sendiri. ingin minta sedikit pelajaran dari Kauwcu!" demikian mereka berkata sambil memberi hormat.
Cian tok Jin Mo memandang dengan mata dingin, mereka ternyata adalah ketua Ceng shia pay Liao Tim Totiang dan ketua Kiong lay pay Goan Hie Totiang.
"Di daerah Sucuan benar ada terdapat banyak orang gagah, diantara sembilan partay besar Ngo bie dan Kiong lay sudah mendapati dua bagian. Ini benar-benar merupakan suatu pertemuan yang jarang terjadi!" Cian tok Jin Mo berkata sambil ketawa.
"Kita hendak adu tenaga, tidak ingin adu lidah." Goan Hie Totiang membentak.
Dengan tidak sungkan-sungkan lagi, keduanya lantas melancarkan serangan dari kanan dan kiri dengan berbareng. Jie Hui perdengarkan suara ketawanya yang aneh, kemudian mengebutkan kedua lengan bajunya, badannya dengan gesit sudah mundur lima kaki, sehingga serangan kedua imam itu mengenai tempat kosong.
Sebaliknya, karena terpengaruh oleh kekuatan kebutan Jie Hui, kedua kekuatan Goan Hie dan Liauw Tim terdorong sehingga keduanya harus mundur sejauh dua tindak.
Kedua imam itu meujadi gusar, mereka lalu maju lagi dan sekali lagi melancarkan serangan berbareng.
Serangan yang dilancarkan karena dengan tenaga penuh, anginnya saja sudah menyambar hebat bajunya Cian tok Jin Mo.
Orang-orang Hian kui kauw yang menyaksikan itu pada terperanjat dan beruban wajah seketika. Meskipun mereka semuanya orang-orang yang selamanya mengagulkan dirinya sendiri, tetapi melihat serangan yang demikian hebatnya, mau tidak mau jadi merasa sangsi atas kesanggupan kauwcunya menghadapi serangan tersebut.
Mendadak Cian tok Jin Mo mengebutkan kedua tangannya, tapi badannya kelihatannya terdorong mundur oleh kekuatan serangan tadi.
Bo Pin sendiri ketika menyaksikan kejadian itu merasa terkejut, ia kuatirkan kalau nanti kauwcu akan kalah, Hian kui kauw pasti akan ludes
Siapa tahu, badan Cian tok Jin Mo yang terhuyung- huyung mundur itu, setelah kekuatan kedua imam tadi ditarik kembali lagi, badannya juga sudah melesat balik lagi. Bersamaan dengan itu, dalam medan pertempuran lantas tercium bau busuk yang sangat hebat, Goan Hie Totiang dan Liaw tim totiang berdua yang tengah kegirangan, tidak menduga sudah kena diserang oleh kekuatan membalik yang dibareng dengan bau busuk tadi. maka pada saat itu juga rasa mual lantas mengaduk dadanya, kepala mereka dirasakan puyeng, sehingga harus mundur sempoyongan sampai lima tindak jauhnya.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu, mereka tidak puas, kemudian ia melesat dan turun sendiri di medan pertempuran.
Dengan tangan kirinya ia melancarkan serangannya jarak jauh untuk mencegah sambaran bau busuk, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan ilmu kekuatan tenaga dalamnya untuk mendorong diri Goan Hie dan Liau tim. Dengan denikian, kedua imam itu telah terhindar dari serangan Cian tok Jin Mo yang amat dahsyat.
Melihat kedatangan Tiauw Goan Taisu sendiri, Cian tok Jie mo lantas berkata; "Apakah Taysu juga ingin main-main dengan aku ?"
"Kauwcu, kau dalam waktu sekejapan saja sudah merubuhkan empat ketua partai. Kepandaian semacam ini sungguh jarang didapatkan. Kepandaian lolap yang tidak ada artinya ini, bagaimana bisa dibandingkan dengan kepandaian Kauwcu? Segala apa didalam dunia ada batasnya dan takdirnya, tapi Kauwcu telah berlaku sewenang-wenang dengan mengandalkan kepandaian sendiri untuk mencelakakan banyak jiwa, hal ini barangkali tidak diinginkan oleh Tuhan," jawab Tiauw Goan Taysu sambil rangkapkan kedua tangannya.
"Lohu bukan orang dari golongan Buddha, maka tidak mengerti apa artinya welas asih segala, aku hanya tahu bahwa rimba persilatan selama ini telah dikuasai oleh sembilan partai besar, sehingga orang-orang gagah dan golongan orang kasar tidak mendapat tempat untuk tancap kaki. Bukannya aku si orang she Jie bicara takabur, taysu sekalian hari ini telah memasuki lembah Kui kok cuma ada dua jalan yang dapat kalian tempuh, kecuali jika taysu dengan kepandaian sesungguhnya dapat menandingi Lohu, kalau tidak . . . Ha...,ha...Hanya tinggal satu jalan, ialah kematian saja !"
Perkataan Cian tok Jin mo yang terakhir itu seolah-olah suara geledek ditengah hari bolong, sampai-sampai Gouw Ya Pa yang sejak tadi tidak pernah buka mulut juga lantas lompat bangun dan membentak dengan suara keras.
"Kentut ! Kau kehendaki kami mati, kami juga akan suruh kau tidak bisa hidup lagi."
Pemuda dogol itu selain memaki kalang kabut, tangannya tidak tinggal diam. Sepasang pecutnya bergerak, sehingga poci dan cawan arak dimeja pada hancur berantakan.
Ia masih belum puas agaknya, maka sambil angkat hiu hoan lengnya tinggi-tinggi, ia mengeluarkan perintah dengan suara nyaring:
"Para ketua dari sembilan partai dengar! Kalian tidak perlu banyak mulut dengan dia. Semua harus maju berbareng."
Tetapi pada saat itu, diantara ketua dari sembilan partai tersebut, selain Tio Thian Ek yang sudah binasa, Tiauw Goan Taysu berhadapan dengan Cian tok Jin mo, disitu yang masih ada dan bisa dengar perintahnya hanya Lim Co Ek, Bu Wie Totiang dan Thian Hian Totiang bertiga. Sementara Siong Leng, Liauw Tim dan Goan Hie serta Hui Kak Siansu semuanya masih terluka dan dalam keadaan pingsan, Tadi mereka datang dengan sebarisan dari sepulah orang dan sekarang, yang masih bisa bergerak hanya tinggal lima orang lagi. Dengan demikian, kerugiannya adalah separuhnya, sedangkan pihak Hian kui kauw kecuali Cian Sin yang binasa dan Siang Hong bersama Siang seng yang terluka, masih ada lagi Kaucunya sendiri yang belum mendapatkan tandingan yang setimpal, maka dalam pertandingan itu selanjutnya, sudah terang bahwa sembilan partai itu yang akan menderita kerugian besar.
Tiauw Goan Taysu yang mengetahui keadaan dipihaknya sendiri, sangat menguatirkan Gouw Ya Pa keluarkan perintah tidak karuan, maka cepat-cepat menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga orang, ia berkata kepada Wie Totiang sekalian:
"Lim Sicu dan Jiwie Totiang harus melindungi yang terluka, berdaya keluar dari lembah ini. Disini lolap akan berusaha mencegah tindakan mereka selanjutnya."
Thian hian Totiang dan Bu Wie Totiang berdua cepat- cepat menghampiri Siong Leng dan Goan Hie, bersedia hendak menerjang keluar.
Tetapi Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu, lantas marah dan berkata dengan suara keras:
"Semua jangan bergerak sembarangan. Kalau tidak bisa berhasil menolong keluar saudara Ho, kalian juga jangan harap bisa hidup terus!"
Bu Wie Totiang dan lain-lainnya jadi saling pandang, terpaksa urungkan maksud mereka.
Dilain pihak, Bo Pin sudah memimpin orang-orang Hian kui kauw keluar dari kupel sambil menghunus senjata masing-masing. Keadaan demikian telah membayangkan segera akan terjadinya suatu pertempuran hebat.
Tiauw Goan Taysu hanya bisa berkata sambil menghela napas, "Siancay, siancay, begitu dimulai, pembunuhan ini akan merupakan suatu malapetaka untuk selama -amanya."
Cian tok Jin-Mo sambil tertawa dingin kebutkan lengan bajunya, dirinya mundur setombak lebih, sedangkan dua belas anak buahnya yang berada dibelakangnya lantas maju mengurung dirinya Tiauw Goan Taysu.
Para ketua yang berada didalam kupel, semua sudah terkurung rapat oleh orang-orangnya Hian kui kauw.
Gouw Ya Pa sedang berdiri diatas meja sambil angkat Kiu goan lengnya tinggi-tinggi.
Pada saat itu, Bo Pin lantas keluarkan suara:
"Para ketua dari sembilan partai, dengar, Kalau sudah separuh lebih yang terluka dan terbinasa semuanya sekarang terkurung didalam kupel yang sudah ditanami bahan peledak maka mati atau hidup kalian hanya dalam waktu sekejapan saja. Kalau tidak segera menyerah, begitu bahan peledak dinyalakan, semuanya akan hancur lebur."
Bu Wie Totiang terperanjat, ia berkata keoada kawan- kawannya dengan suara perlahan:
"Benar saja kita sudah kena jebakan. Kopel ini pasti tempat yang berbahaya, mari kita menerjang keluar" sehabis berkata, ia lantas bertindak cepat, tetapi baru saja badannya bergerak, mendadak didengarnya suara bentakan nyaring.
Ang-in Taoto dan Hui tun Thian cun sudah bergerak berbareng melancarkan serangan tangan dari jarak jauh.
Bu Wie Totiang lantas menyambuti dengan tangannya, setelah kedua kekuatan itu beradu, meskipun Ang-in Taoto dan Hui tun Thian cun terpental mundur, tetapi Bu Wie Totiang sendiri yang dengan seorang diri harus melawan dua orang, sudah terpental mundur lagi kedalam kupel.
Lim Co Ek lantas membentak keras, kembali bergerak hendak menerjang keluar, tetapi segera dicegah oleh Siek Lek dan Ong Hoa Cie yang sejak tadi belum pernah turun tangan.
Thian hian Totiang merasa gelisah, ia berkata denpan suara perlahan: "Kita harus bergerak bsrbareng. masing- masing menerjang keluar."
Ketiga orang itu lalu menerjang keluar kupel sambil menghunus pedang masing-masing, tetapi baru saja mereka melangkah keluar, dari empat penjuru sudeh dihujani oleh rupa-rupa senjata gelap, maka Thian hian Totiang dan kawan-kawannva terpaksa harus kembali lagi kedalam kupel.
Sementara itu orang-orang Hian kui kauw juga tidak mendesak. asal musuhnya balik kedalam kupel, mereka juga menghentikan serangannya, hanya mengurung dari jarak jauh.
Gouw Ya Pa sendiri juga sangat gelisah mulutnya memaki-maki kalang kabut. Baru saja ia hendak mengeluarkan perintahnya lagi, mendadak mendengar suara Tiaw Gaon taysu berseru:
"O mie to hud! Maafkan lolap akan memDuka pantangan membunuh !"
Padri tua itu lantas kebutkan lengan jubahnya memukul mundur bocah yang yang mengurung dirinya kemudian melayang keluar dengan tangan kirinya melancarkan dari jarak jauh menyerang Ang-in taoto. Ang-in taoto coba menyambuti serangan itu, tetapi kesudahannya ia mundur sampai 5 tomdak.
Tiauw Goan Taysu melancarkan serangannya bagaikan kilat cepatnya setelah memukul mundur dirinya Ang-in Toato, tangan kanannya melancarkan tinjunya kim kong cie, salah satu ilmu terhebat, 2 macam ilmu kepandaiannya Siao lim pay, menyerang dirinya Siek Lek.
Tidak ampun lagi Siek Lek lantas keluarkan seruan tertahan, tubuhnya mundur sempoyongan
Sebentar saja Tiauw Goan Taysu sudah berada dipinggir kupel. Lalu berkata kepada kawan-kawannya:
"To-heng sekalian. lekas ikut lolap menerjang kepungan
!"
Lim CnoEk sambil menggeram lebih dulu menerjang
keluar dengan pedang terhunus. Thin Hian Totiang dan Bie wa Totiang juga lantas bergerak.
Gouw Ya Pa mengawasi keadaan disekitarnya, ia cuma dapat melihat diri Tio Thian Ek yang sudah menjadi bangkai dan Hui kak siansu. Liao Ham. Siong Leng serta Goan Hie Totiang yang sudah terluka tidak ingat orang.
Saat itu ia sudah tidak perdulikan mereka lagi, sambil tenteng pecutnya, juga lompat keluar dari dalam kupel.
Baru saja Gouw Ya Pa berlalu, mendadak terdengar suara ledakan hebat, sampai Gouw Ya Pa tidak bisa berdiri dan jatuh tengkurap.
Setelah suara ledakan berhenti, ia baru angkat kepalanya. Ketika ia melihat keadaan kupel tadi, ternyata sudah menjadi tumpukan puing. Tidak usah dikatakan lagi, dirinya para ketua Ngo bie pay, Bu tong-pay dan Kiong-lay pay beserta bangkainya Tio Thian Ek juga sudah menjadi hancur lebur.
Ini ada suatu pembunuhan yang sangat keji partai besar didunia Kang-ouw, dalam waktu sekejapan saja sudah kehilangan lima ketuanya !
Semua kejadian ini seolah-olah ditimbulkan oleh Gouw Ya Pa seorang.
Dengan perasaan tertegun pemuda tolol itu memandang sekitarnya, orang-orangnya Hian kui kauw ternyata sudah tidak kelihatan bayangannya.
Dalam keadaan sunyi itu, Gouw Ya Pa melihat Tiauw Goan Taysu dan Bu Wie Totiang berlutut ditanah sembari membaca doa.
Lim Co Ek keadaannya seperti orang gendeng ia duduk bersila ditanah pedangnya menggeletak ditanah matanya keluar airnya.
Gouw Ya Pa tiba-tiba ingat dirinya Thian Hian Totiang dari Hoa san pay. Ketika ia mencari-cari ditempat sejauh sepuluh tombak lebih ia dapat lihat dirinya seorang'imam yang tubuhnya tengkurap tidak bergerak pedangnya terlempar jatuh ditempat sejauh satu tombak lebih.
Dengan cepat Gouw Ya Pa menghampiri tapi ia lantas merendek. Karena imam tua itu digegernya sudah terpantek oleh sepotong kayu yang menembus sampai kedadanya . . .
Lembah Kui kok telah berubah menjadi lembah neraka, saat itu yang tertampak hanya reruntuhan puing.
Tapi kemana perginya orang-orang dari Hian kui-kauw ?
Mungkin mereka sudah pada meninggalkan tempat itu untuk menghindarkan diri dari ledakan. kalau benar demikian halnya, mereka tentunya masih berada didekat situ, belum berlalu jauh.
Sekarang orang-orang sembilan partay cuma ketinggalan tiga orang kalau terpegat oleh mereka, benar-benar sangat Sulit untuk meloloskan diri.
Gouw Ya Pa merasa pilu hatinya ia lalu berkata dengan cemas:
"Taysu kalian lekas pergi!"
Tiauw Goan Taysu perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dengan sorot mata tajam ia menjawab dengan suara dingin:
"Pergi ? Kau suruh kita pergi kemana ?"
"Kalian sudah mengeluarkan sepenuh tenaga untuk kepentingan partai semua, sekarang boleh keluar dari Kui kok."
Tiauw Goan Taysu mendadak matanya kelihatan merah beringas, ia berkata dengan suara gusar.
"Perbuatannya Hian kui kauw begitu kejam. Mereka telah membunuh banyak kawan-kawan kita, Kalau kita lantas pergi begitu saja, apa masih ada muka berkelana didunia Kang-ouw ? Kalian boleh berusaba keluar dari Kui kok, tetapi lolap belum puas sebelum bertanding dengan Cian tok Jin mo."
Lim Co Ek juga lantas lompat bangun dan berkata dengan suara bengis,
"Benar! Aku si orang she Lim rela mengorbankan jiwaku yang tua ini, biar bagaimana juga aku harus menuntut balas sakit hati kawan-kawan kita ini."
Sehabis berkata demikian. sambil menenteng pedangnya, ia berjalan menuju kedalam lembah dengan tindakan lebar. Tindakannya ia segera di ikuti oleh Bu Wie Totiang. Tiauw Goan Taysu berkata pula:
"Gouw Sicu yang membawa tanda pusaka dan minta pertolongan buat kawan2 sekarang ternyata telah mendapat kekalahan begitu hebat, lolap sungguh merasa malu, Mengapa sicu tidak mau meninggalkan tempat yang berbahaya ini dulu, lalu dengan tanda pusaka itu mengumpulkan lagi semua orang gagah didunia untuk kembali lagi kesini?"
Alisnya Gouw Ya Pa kelihatan berdiri, ia menjawab dengan suara gagah:
"Kalian semua telah bersedia mengorbankan jiwa untuk membela kawan, kalian yang sudah binasa, apakah kalian kira aku Goaw Ya Pa yang juga hendak membela sahabatku harus sayangi selembar jiwaku ?"
Sehabis berkata begitu, ia lantas lari menyusul Bu Wie Totiang.
Empat manusia yang keras kepala ini meskipun sudah mengalami kekalahan yang hebat, tetapi ternyata masih bertekad bulat hendak mencapai maksud mereka.
Lim Co Ek yang keadaannya sudah mirip dengan banteng terluka, berjalan lebih dulu. dengan kecepatan bagaikan kilat sebentar saja sudah berada dilembah Kui- kok.
Tetapi, apa yang mengherankan. ialah disepanjang jalan itu mereka tidak menemukan orang2nya Hian kui kauw. Kalau begitu mungkin orang-orang itu sudah mempersiapkan diri lebih dulu maka keadaan yang kelihatannya sesunyi itu mungkin sebenarnva ada lebih berbahaya. Mungki juga mereka dengan sengaja hendak menjebak musuhnya sampai masuk ke dalam, kemudian dibasmi semuanya.
Tetapi orang sisa-sisa dari sembilan partai dan Gouw Ya Pa itu semua sudah tidak menghiraukan lagi semua bahaya yang akan mengancam mereka, dengan berani pula mereka terus menerjang maju.
Tidak berapa lama, mereka sampai didepan serentetan bangunan rumah, tetapi disitu pun keadaannya sangat sunyi.
Lim Co Ek lantas membentak dengan suara keras: "Kawanan penjahat dari Hian kui kauw! kalau tidak
lekas unjukkan diri. jangan sesalkan kalau aku si orang she Lim nanti akan membakar habis tempat ini."
Perkataan baru saja ditutup, mendadak terdengar suara orang yang berkata sambil tertawa dingin:
"Kalian sudah dekat mampus, masih mau jual lagak?"
Lim Co Ek lantas mencari-cari darimana datangnya suara tadi. Ia sudah mengetahui bahwa suara itu adalah suaranya Bo Pin, tetapi suara itu sebentar kedengarannya dari sebelah kiri sebentar kemudian dari sebelah kanan sehingga hal ini telah membuat orang sukar mendapatkan tempat sembunyinya yang jitu.
Pada saat itu, ia sudah tidak mampu lagi mengendalikan hawa amarahnja. dengan tidak ayal lagi ia lantas mengeluarkan alat pembakarannya, dan sudah bersedia hendak membakar rumah.
Siapa tahu, tiba-tiba kedengaran suara aneh seperti burung hantu yang keluar dari rumah tinggi dan kemudian disusul oleh melayang turunnya bayangan orang. Lim Co Ek setelah mengawasi, baru kenali orang yang baru tiba itu ternyata adalah satu nenek-nenek berambut putih yang membawa tongkat kepala naga.
Lim Co Ek dengan tidak berpikir panjang gerakan pedangnya menikam nenek-nenek itu.
Perbuatannya itu telah mengejutkan si nenek.
Sebab dalam suatu ilmu silat, orang harus mengutamakan keadaan dirinya sendiri lebih dahulu, kemudian baru melakukan serangan terhadap musuhnya.
Tetapi, bagi Lim Co Ek yang kesetanan tidak ada pikiran demikian. Serangan tongkat sinenek tidak digubris, ia malah menyerang dengan pedangnya, maksudnya ialah supaya sama-sama rubuh,
Maka, sekalipun serangan nenek itu bisa melukai dirinya, tetapi nenek itu sendiri juga mungkin akan binasa oleh karenanya.
Dalam keadaan yang membahayakan demikian, terpaksa si nenek harus melindungi dirinya lebih dulu, maka tongkatnya lantas memapak pedang lawannya!
Suara 'trang', lalu terdengar nyaring, Lim Co Ek merasakan kesemutan pada lengannya, kakinya mundur tiga langkah.
Tetapi nenek itu lantas lompat mundur sejauh setumbak lebih, kemudian berkata sambil ketawa dingin :
"Lim Co Ek kenalkan kau padaku?"
Lim Co Ek lantas memandang, lalu ketawa bergelak- gelak.
"Aku kira siapa." jawabnya, "Tidak tahunya adalah kau, Kauw hun Lie mo, manusia tidak tahu malu itu, Apa kau juga menyerahkan dirimu menjadi budak Hian-kui kauw untuk sesuap nasi! Jangan pergi! Sambuti seranganku ini..."
setelah berkata, dengan cepat ia maju menyerang.
Tiauw Goan Taysu yang pada saat itu juga sudah sampai disitu lantas mencegah perbuatan Lim Co Ek seraya berkata.
"Lim Sicu, silahkan mundur dulu. Biarlah serahk.an iblis ini padaku."
Kauw hun Lie mo ketawa terkekeh-kekeh sejenak. "Pantas didepann tadi ada begitu ramai. Tenyata kalian
kawanan kepala gundul dan hidung kerbau telah datang semuanya...." Perkataannya diteruskan setelah berhenti sejenak, "Aku situa bangka sudah banyak tahun tidak mau campur urusan luar, tetapi hari ini kita harus bertempur sampai puas he...he..."
Tiauw Goan Taysu tidak menjawab. ia segera menentang kedua tangannya dan menjambar pundak Kauw hun Lie mo.
Ternyata padri tua itu sudah membuka pantangan membunuhnya. begitu turun tangan ia sudah menggunakan ilmu Liong-jiauw-kangnya yang sangat hebat. Dari ujung jarinva saja sudah mengeluarkan suara yang hendak menembusi badan orang.
Kauw hun Lie mo. sebangsa orang berkepala batu juga, tetapi ia tahu benar kelihayan padri tua itu, maka ia tidak berani bertindak gegabah dihadapannya, dengan tongkat kepala naganya ia mencoba menangkis serangan Tiauw Goan Taysu. Ketua Siao-lim-pay itu ketawa dingin, mendadak gerakan tangannya dirubah, kali ini tidak menyambar pundak orang, tetapi menyekal dan merebut tongkat.
Kedua orang itu sama-sama mengeluarkan seluruh kekuatannya dan disalurkan ke tongkat sehingga seketika itu keduanya lantas berkutetan.
Gouw Ya Pa yang menyaksiksn itu, karena menganggap sudah hendak nekad-nekadan maka tidak perdulikan peraturan dunia Kang-ouw lagi. Setelah berpikir sejenak ia lantas memutar pecutnya sambil menggeram hebat ia menghajar kepala Kauw hun Lie mo.
Pada saat itu, Kauw hun Lie mo sedang memusatkan kekuatannya pada tongkatnya untuk mengadu kekuatan dengan Tiauw Goan Taysu, bagaimana dapat menahan serangan Gouw Ya Pa ini, maka sebentar saja pecut Gouw Ya Pa sudah hampir menghajar punggungnya.
Ternyata Kauw hun Lie mo cukup lihay sebelum pecut Gouw Ya Pa mengenai dirinya, mendadak ia membentak dan melepaskan tangan kirinya untuk menyerang balik, sehingga Gouw Ya Pa sampai jungkir balik. Tetapi ia sendiri yang melepaskan tangan kirinya itu, telah terdesak oleh kekuatan Tiauw Goan Taysu, sehingga darah segar keluar dari mulutnya.
Gouw Ya Pa merayap bangun lagi, kembali menyerbu dengan pecutnya.
Kauw hun Lie mo yang sudah luka didalam tidak dfj-Et n enjirgl ir diri. maka serangan Gouw Ya Pa kali ini telah mengenai dirinva dengan telak. Ia lalu mundur sempoyongan lagi beberapa tindak, kembali memuntahkan darah segar. Lim Co Ek tidak mau tinggal diam, pedang ditangannya bergerak hendak mengambil kepala Kauw hun Lie mo.
Mendadak terdengar suara bentakan keras: "Tahan!" yang lain disusul oleh munculnya dua bayangan orang.
Lim Co Ek terpaksa menarik kembali serangan pedangnya, pada saat itu dilihatnya didepannya berdiri satu padri dan satu imam tua.
Pada pundaknya imam tua itu menggemblok dua batang genta, jenggotnya yang putih panjangnya sampai dada, Ternyata ia adalah seorang gagah yang terkenal dari golongan hitam pada tiga puluh tahun berselang namanya Song Pin bergelar Tiok beng le su,
Disampingnya, ada seorang padri berjubah merah yang membawa sebuah bokor tembaga, yang sangat berat kelihatannya.
Dengan ketawa dingin padri itu berkata:
"Kalian semua adalah orang-orang ternama dari golongan orang-orang baik, tetapi ternyata hendak mengandalkan jumlah yang banyak untuk meraih kemenangan, sekarang aku ingin mencoba kepandaian kalian."
Bu Wie Totiang segera maju menghampiri seraya berkata:
"Toa Ho Siang ini apa bukan Tong Pun Hwesshio yang pada empat puluh tahun berselang diusir dari Ngo tap san
?"
Si Paderi merah wajahnya, ia menjawab dengan suara bengis: "Manusia sombong, kau berani membikin jelek namaku, hari ini aku nanti suruh kau merasai bokor tembagaku !" Baru habis berkata, bokor tembaganya yang berat sudah melesat keluar dari tanggannya dan menyambar diri Bu Wie Totiang.
Bu Wie Totiang terperanjat, ia buru-buru menyontek dengan pedangnya.
Siapa nyana dalam bokor itu ternyata ada rahasianya, ketika ujung pedang Bu Wie Totiang menotol badan bokor, badan itu lantas berputaran, lalu menyemburkan barang cair berwarna hijau.
Bukan kepalang kagetnya Bu Wie Totiang dengan cepat ia menggunakan lengan bajunya untuk menutupi wajahnya, kemudian lompat mundur.
Tapi gerakannya itu ternyata masih agak terlamoat, sebab barang cair itu sudah jatuh dilehernya laksana air hujan. Sebentar saja kulit leher Bu Wie Totiang sudah terbakar.
Bu Wie Totiang kesakitan setengah mati, ia lantas bergelidingan ditanah.
Tong Pun Hweeshio maju menghampiri, dengan tangan kirinya ia menyambuti bokornya, tangan kanannya sudah bersedia hendak menghantam kepala Bu Wie Totiang.
Tapi Lim Co Ek sudah lompat maju merintangi sambil membentak:
"Padri ganas, kau berani melukai sahabatku ?"
Gouw Ya Pa buru-baru memondong dirinya Bu wie Totiang, siapa nyata sudah terkena racun jahat, napasnya memburu, lehernya penuh air kuning berbau busuk.
Tiauw Goan Taysu gelengkan kepala. dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah obat pil. lalu dimasukkan kedalam mulut Bu wie Totiang sembari berkata: "Gouw sicu, kau baik-baik melindungi dirinya lolap akan menuntut balas untuk dia."
Gouw Ya Pa mengangguk. Tiauw Goan Taysu lalu keluarkan pekikan nyaring. dari dalam pinggangnya ia mengeluarkan sepasang roda terbang yang menancarkan sinar gemerlapan.
Tatkala sepasang roda terbang itu dirangkap lantas terdengar suara yang amat nyaring.
Kemudian ia berkata dengan suara bengis: "Hian kui kauw telah menggunakan senjata beracun yang sangat ganas, jangan sesalkan lolap hendak turun tangan jahat !"
Secepat kilat ia sudah menerjang diri Tong Pun Hweeshio!
Siok Beng le su lantas berseru: "Taysu apa juga ingin aku turun tangan sekalian?"
Ia lantas maju sambil lintangkan kedua gaetannya.
Tiauw Goan Taysu tidak menjawab, roda ditangan kirinya diputar, tapi roda ditangan kanannya yang melesat keluar.
Siok Beng le su tidak tahu sampai dimana kelihaian sepasang roda itu, ia tidak berani menyambuti dengan kekerasan. Ia putar tubuhnya, kedua gaetannya dipakai untuk melindungi tubuhnya.
Tiauw Goan Taysu ketawa dingin. tangan -knannya menggapai, roda terbang itu segera balik kembali berbareng dengan itu, roda ditangan kirinya lantas melesat keluar!
Siok Beng le su mencoba beberapa kali melindungi diri dengan gaetannya.
Melihat sepasang roda itu cuma beterbangan bergantian, tidak ada apa-apanya yang luar biasa, dalam hati mulai merasa lega. Diam diam hati mulai berpikir: "Ilmu kepandaian Siao-lim pay ternyata cuma begitu saja."
Karena ia pandang ringan senjata lawannya, sekarang ia coba menyambuti dengan kekerasan.
-ooo0dw0ooo-