Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Bab 36: Kuncup bunga Tho mulai mekar.

Ko Thian-liok segera menyusul ke samping Siang Huhoa, tanyanya kemudian: "Saudara Siang berencana akan menggeledah tempat mana lagi?"

"Sekarang aku hanya butuh sebuah tempat yang tenang untuk beristirahat"

Tergerak  hati Ko Thian-liok, buru-buru bisiknya: "Apakah saudara Siang berhasil menemukan sesuatu titik

terang?"

Siang Huhoa hanya termenung tanpa menjawab. "Sebenarnya apa penemuanmu itu?" desak Ko Thian-liok

lagi.

Siang Huhoa termenung sesaat, setelah menghela napas katanya:

"Sekarang aku masih belum tahu bagaimana mesti menjawab pertanyaanmu itu"

"Kenapa bisa begitu?"

"Benar saat ini aku telah menemukan beberapa titik terang yang patut dilacak, tapi aku belum berhasil menyimpulkan apa-apa"

Sekali lagi Ko Thian-liok menatap sekejap ke arahnya, kemudian katanya sambil menghela napas:

"Kasus ini memang aneh, rumit dan penuh misteri, bisa menemukan berapa titik terang sudah merupakan sebuah prestasi yang luar biasa"

Setelah berhenti sejenak dan tertawa, kembali tambahnya: "Kelihatannya kau memang benar benar membutuhkan

sebuah tempat yang tenang untuk memikirkan kasus ini, kau

perlu waktu untuk menyambung semua penemuan yang berhasil kau kumpulkan" "Bukankah sel penjara merupakan tempat yang paling ideal?" bisik Siang Huhoa.

"Hahahaha kau memang pandai memilih tempat"

Siang Huhoa hanya tertawa tanpa menjawab, dia melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan itu.

Sesudah keluar dari ruangan, Ko Thian-liok memanggil dengan suara keras:

"Tan Piau !"

"Tayjin ada perintah apa?"

"Kembalilah dulu ke kantor pengadilan, suruh berapa orang bersihkan sebuah sel yang paling baik kemudian perintahkan orang untuk siapkan sebuah kamar tamu untuk Liong kongcu"

Tan Piau menyahut dan siap berlalu, tiba-tiba Liong Giok-po mencegah:

"Aku rasa tidak usah siapkan kamar buat aku"

"Liong kongcu, untuk mempermudah pelayanan, lebih baik menginap saja dalam kantor pengadilan kami"

"Harta karun sudah dicuri orang, sekarang aku tidak punya apa apa, memangnya masih ada orang yang mengincar diriku sebagai sasaran?"

Setelah berkilat sepasang matanya dan tertawa dingin, lanjutnya:

"Ooh atau mungkin tayjin anggap aku pun termasuk

kategori orang yang patut dicurigai, maka ada baiknya tetap tinggal di kantor pengadilan agar gampang diawasi?"

"Baiklah" ujar Ko Thian-liok kemudian dengan suara yang hambar, "kalau toch Liong kongcu beranggapan begitu, kami pun tidak akan memaksa lagi"

"Benarkah begitu?" jengek Liong Giok-po lagi. Ko Thian-liok segan menggubris lagi ucapan orang itu, dia segera berpaling ke arah Tan Piau sambil ulapkan tangannya.

"Sana, cepat berangkat!"

Tan Piau menyahut dan segera beranjak pergi.

Pada saat itulah Jui Gi melangkah maju ke depan seraya berseru:

"Tayjin "

"Kau ada urusan?" tanya Ko Thian-liok seraya berpaling. "Hamba tidak ada urusan lain, hanya ingin bertanya apakah

tayjin masih ada pesan atau perintah lain?"

"Saat ini hanya ada satu hal yang perlu kau lakukan" "Katakan saja tayjin apa perintahmu"

"Tolong hantar kami sampai di pintu gerbang"

"Oooh.. kalau soal ini tanpa diperintah pun akan hamba lakukan"

"Kecuali soal ini, untuk sementara waktu belum ada tugas untukmu, tapi kuanjurkan kepadamu ada baiknya selalu berada dalam perkampungan Ki po cay, sebab setiap saat aku akan memanggilmu untuk diinterogasi"

"Hamba hanya kadangkala berjalan-jalan diseputar tempat ini, sementara sisa waktu yang lain kebanyakan berada dalam perkampungan. Bila tayjin memang perintahkan begitu, baiklah, mulai sekarang hamba tidak akan meninggalkan rumah barang selangkah pun"

"Memang paling baik jika mau bekerja sama, bila kasus ini sudah terungkap, tentu saja kau boleh pergi lagi dengan bebas"

"Terima kasih tayjin!" sahut Jui Gi sambil beranjak pula meninggalkan ruangan. Baru saja Siang Huhoa sekalian berjalan keluar dari halaman bagian dalam, mendadak mereka saksikan Tan Piau muncul lagi dari ujung kebun sebelah depan sana sambil berjalan menuju ke arah mereka.

Nyo Sin yang tajam matanya berteriak paling duluan: "Lho, bukankah orang itu adalah Tan Piau?"

"Yaa benar, memang Tan Piau" sahut Ko Thian-liok.

"Mau apa dia balik lagi?" sambung Yau Kun keheranan, "masa dia tidak tahu jalan untuk keluar dari sini?"

"Dia bukan tersesat" tiba-tiba Siang Huhoa menyela. "Lalu "

"Dia muncul bersama orang lain" kembali tukas Siang Huhoa.

Betul juga, di belakang Tan Piau mengikuti dua orang gadis, belum lagi orangnya berjaan mendekat, suara tertawanya sudah berderai.

Suara tertawa yang merdu merayu, enak dalam pendengaran.

Jui Gi merasa tidak asing dengan kedua orang gadis itu, apalagi Siang Huhoa, begitu menangkap suara tertawanya dia segera tahu siapa yang telah datang.

Mereka memang tidak lain adalah kedua orang pembantunya, Siau-sin dan Siau-tho.

......Ada urusan apa mereka menyusulnya sampai di perkampungan Ki po cay?

Dengan pandangan penuh tanda tanya Siang Huhoa mengawasi ke dua orang gadis itu, belum lagi dia menegur, dari kejauhan sana Siau-sin sudah berteriak sambil tertawa merdu: "Cengcu, kami telah datang"

"Mereka sedang berbicara dengan siapa?" Ko Thian-liok bertanya keheranan.

"Dengan diriku!" sahut Siang Huhoa. "Siapa mereka berdua?"

"Dua orang sahabatku!"

"Yang dia maksudkan sebagai sahabat adalah komplotannya!" sindir Liong Giok-po dari samping.

Siang Huhoa sama sekali tidak meladeni sindiran itu, sepasang keningnya nampak berkerut kencang, tampaknya dia sedang memikirkan sesuatu.

Terdengar Liong Giok-po berkata lagi:

"Bukankah sejak awal sudah kukatakan, dia itu punya komplotan"

"Tapi mereka hanya dua orang gadis yang lemah lembut, dihembus angin saja sudah gontai" sela Nyo Sin.

Liong Giok-po tertawa tergelak:

"Hahahaha perempua macam begitupun dibilang

lemah? Kalau mereka tidak tahan ditiup angin, memangnya komandan tahan dengan tiupan angin?"

"Apa maksud perkataanmu itu?" seru Nyo Sin sambil menarik muka.

"Mereka itu tidak lain adalah Heng kang It ok Li ong hong (Seonggok lebah ratu dari sungai besar), dua lebah yang amat beracun!" Liong Giok-po menjelaskan.

"Tapi kelihatannya tidak mirip"

"Jika kurang percaya, apa salahnya jika kau jajal ilmu silat mereka"

"Soal ini " Sambil tertawa dingin Liong Giok-po melanjutkan:

"Mau menjajal sih gampang saja, cuma kau mesti berhati- hati, kalau sampai tersengat sekali saja, nyawamu bisa melayang"

Mendengar perkataan itu diam-diam Nyo Sin bergidik, namun dia tidak mau unjuk kelemahan sendiri, dadanya malah dibusungkan.

Terdengar Liong Giok-po berkata lagi:

"Pagutan ular bambu hijau, sengatan lebah batu termasuk racun yang jahat, tapi kalau dibilang mana yang paling beracun, hati perempuan lah yang paling mematikan"

Sekali lagi Nyo Sin bergidik sehabis mendengar perkataan itu.

Melihat opas itu mulai merinding, Liong Giok-po segera menambahkan lagi:

"Mereka berdua selain perempuan, terkenal juga sebagai lebah batu yang sangat beracun, kuanjurkan kepadamu, bila tidak yakin bisa menangkan mereka berdua, lebih baik jangan sembarangan berkutik"

Nyo Sin benar benar tidak berani berkutik, malah dadanya yang sudah terlanjurkan dibusungkan pun pelan-pelan ditarik kembali.

"Sekarang bayangkan lagi" ujar Liong Giok-po lebih jauh, "dengan bantuan dua orang komplotan macam begini, kira- kira sanggupkah dia untuk memintahkan seluruh harta karun itu dari dalam ruang rahasia?"

Nyo Sin tidak menjawab karena ke dua orang gadis itu sudah tiba dihadapan mereka.

Siang Huhoa menunggu hingga mereka berdua tiba dihadapannya baru menegur: "Mau apa kalian berdua datang kemari?"

Siau-tho dan Siau-sin kelihatan tertegun, kemudian serunya bersama:

"Bukankah cengcu telah mengutus orang untuk mengabarkan kepada kami agar segera berangkat ke sini?"

"Tidak, tidak ada kejadian seperti ini" sahut Siang Huhoa tertegun pula.

Liong Giok-po tertawa dingin, timbrungnya:

"Urusan sudah berkembang jadi begini, biar pun saudara Siang mau menyangkal atau memungkiri juga tidak ada gunanya"

Tidak menunggu Siang Huhoa membela diri, dia segera berpaling ke arah Siau-tho dan Siau-sin sambil bertanya:

"Sewaktu kirim orang untuk menyampaikan berita kepada kalian, apakah cengcu kalian juga beritahu disuruh membantu soal apa?"

"Katanya suruh membantu memindahkan barang, tapi tidak dijelaskan barang apa yang mau dipindahkan aaaah!"

Mula-mula dia tidak terlalu memperhatikan wajah si penanya, tapi setelah menyaksikan wajah Liong Giok-po yang menyeramkan dia jadi ketakutan hingga menjerit tertahan.

Saat itulah Siau-sin telah melihat jelas wajah Liong Giok-po, meski dia lebih bernyali tidak urung pucat pias juga selembar wajahnya.

“Makhluk macam apa kau ini?” tegurnya kemudian.

"Aku bukan makhluk apa apa, aku hanya seorang manusia" jawab Liong Giok-po cepat.

"Jadi kau bukan setan?" "Bukan" Sekarang Siau-sin baru bisa menghembuskan napas lega. "Kelihatannya sekarang kau sudah tidak takut lagi

kepadaku?" tegur Liong Giok-po kemudian setelah

menyaksikan ke dua orang gadis itu menatapnya tajam.

"Tentu saja kami tidak perlu tidakut lagi" jawab Siau-tho cemberut, "sebab kami tahu kalau kau cuma seorang manusia, kenapa kami mesti takut dengan manusia"

"Hahaha besar juga nyalimu!"

"Kalau tidak bernyali bagaimana cara kami mengembara dalam dunia persilatan?"

"Menurut apa yang kuketahui, kalian berdua adalah dua lebah beracun, betul bukan?" kata Liong Giok-po lagi.

"Jika sudah tahu lebih baik berhati-hatilah kalau bicara" "Aku pun tahu, selain memiliki ilmu silat yang sangat hebat,

kalian pun memiliki tenaga dalam yang luar biasa, khususnya

nona Siau-tho, aku dengar kehebatanmu jauh melebihi kekuatan Bu Siong sewaktu membunuh harimau, khususnya peristiwa di bukit Tionglam san tempo dulu, dengan satu tendangan membuat buta seekor harimau hingga mencelat masuk ke dalam jurang"

"Oooh, rupanya kau pun mengetahui juga peristiwa ini" "Aku mendengar dari cerita orang orang Tionglam san,

mereka sering menceritakan kisah mu sebagai cerita

kepahlawanan"

"Ooh, jadi kau pun berdiam diseputar gunung Tionglam- san?"

"Bukan" Liong Giok-po menyeringai seram, "jangankan tinggal diseputar sana, mendekati gunung Tionglam-san pun tidak pernah, hanya secara kebetulan saja sewaktu berjumpa denganmu, aku sedang jalan bersama seorang sahabat dari Tionglam-san" "Siapa sih kau ini?" tanya Siau-tho tiba-tiba.

"Aku dari marga Liong bernama Giok-po, orang persilatan memanggilku Liong Sam-kongcu"

"Jadi kau adalah Liong sam-kongcu?" wajah Siau-tho tampak agak ragu.

"Aaah, rupanya wajah seseorang begitu penting bagi pandangan sementara orang" keluh Liong Giok-po sambil menghela napas.

"Mengapa wajahmu bisa berubah jadi begini rupa?" Siau- tho mencoba bertanya.

"Kalau ingin tahu yang jelas, tanyakan saja kepada cengcu kalian, aku telah menerangkan segala sesuatunya secara jelas"

Setelah memperhatikan Siau-tho dan Siau-sin sekejap, lanjutnya sambil tertawa:

"Tidak dapat disangkal, kalian berdua memang merupakan pembantu handal bagi Siang Huhoa, sayang kedatangan kalian tidak pada waktunya sebab barang-barang itu sudah diangkut orang lain"

Dengan perasaan tidak habis mengerti Siau-tho dan Siau- sin berpaling ke arah Siang Huhoa.

Siang Huhoa menghela napas panjang, katanya: "Sebenarnya siapa yang menyampaikan pemberitahuan itu

kepada kalian?"

"Orang dari penginapan" "Berupa surat atau pesan?" "Pesan!" jawab Siau-sin. "Dan kalian percaya?"

"Tidak alasan bagi kami untuk tidak percaya" "Oya?"

"Sebab orang itu memang orang dari rumah penginapan dan biasanya memang dia yang mengirim berita kepada kami"

Menurut dia, siapa yang menyuruhnya menyampaikan pesan tersebut?"

"Katanya dari cengcu"

"Aku?" Siang Huhoa melengak.

"Benar" sambung Siau-tho pula, "konon cengcu yang perintahkan dia secara langsung, bahkan memberi persen sepuluh tahil perak"

"Dia benar-benar pernah bertemu aku?" "Jadi tidak?" Siau-sin balik bertanya.

Siang Huhoa mengangguk.

"Aneh" gumam Siau-sin lagi, "dia sudah bertemu cengcu beberapa kali, masa bisa salah melihat orang?"

Siang Huhoa tidak berbicara lagi. Dia tahu, sorot mata semua orang sedang tertuju kepada dirinya, sorot mata penuh curiga dan tanda tanya.

Dalam keadaan begini dia hanya bisa tertawa getir, selain tertawa getir dia memang tidak sanggup berbuat apa apa lagi.

Dalam pada itu Ko Thian-liok sudah berpaling lagi ke arah Tan Piau sambil serunya:

"Sekarang tamu sudah diantar kemari, berarti sudah tidak ada urusanmu disini, cepat pulang!"

"Baik!" sahut Tan Piau sambil beranjak pergi.

Sesaat sebelum meninggalkan tempat itu, dia sempat melemparkan sebuah pandangan penuh curiga ke arah Siang Huhoa. Menyaksikan hal ini Siang Huhoa hanya bisa tertawa getir sambil mengeluh:

"Kelihatannya aku memang harus masuk penjara"

Liong Giok-po maupun Nyo Sin hanya tertawa dingin tiada hentinya.

"Cengcu " dengan perasaan heran bercampur kaget

Siau-sin dan Siau-tho serentak menoleh ke arah majikannya.

Belum sempat mereka menanyakan sesuatu, Siang Huhoa sudah menukas duluan:

"Perkampungan Ki po cay telah kehilangan sejumlah harta karun, kebetulan tersangka yang paling mencurigakan adalah aku, sekarang kalian menyusul kemari, hal ini semakin memperberat tuduhan dan kecurigaan itu, rasanya masuk penjara memang tidak bisa dihindari lagi"

"Tapi cengcu sama sekali tidak mencuri harta karun itu" seru Siau-sin.

"Darimana kalian bisa tahu?" sela Nyo Sin cepat.

"Kalau cengcu yang mencuri harta karun itu, dia pasti akan mengakuinya"

"Hahahaha " Nyo Sin tertawa tergelak, "sudah sekian

tahun aku jadi opas, sudah beribu orang penyamun yang kutangkap, tidak satu pun diantara penyamun itu yang mau mengakui perbuatannya, Hmmm, mana ada perampok mengaku sebagai perampok?"

"Siapa sih namamu?" tegur Siau-sin sambil mengerling sekejap ke arahnya.

"Nyo Sin, komandan opas tempat ini"

"Ooh, aku masih mengira kau adalah Tu Siau-thian" "Jadi kau kenal dengan Tu Siau-thian?" "Tidak, tapi pernah mendengar namanya. Aku pun tahu opas paling hebat dan paling tersohor ditempat ini bernama Tu Siau-thian"

Kontan Nyo Sin mendengus dingin, hatinya sangat mendongkol.

Terdengar Siau-sin berkata lebih jauh:

"Seandainya kau adalah Tu Siau-thian, dia pasti akan mempertimbangkan kembali keputusannya setelah mendengar penjelasan ku, sayang kau bukan dia"

"Memang patut disayangkan " kembali Nyo Sin

mendengus dingin.

"Apa yang kau sayangkan?"

"Sayang bukan cuma aku seorang yang mencurigai dirinya"

Siau-sin menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian tegurnya:

"Apakah kalian semua mencurigai cengcu kami?"

Belum sempat orang lain menjawab, Nyo Sin telah menjawab duluan:

"Belum terlambat untuk mengetahui saat ini"

“Aku tahu, orang bodoh, orang blo'on memang banyak sekali jumlahnya" sindir Siau-sin sambil tertawa.

"Kau berani menghina petugas negara?" teriak Nyo Sin sewot.

"Berarti kau sudah mengaku kalau dirimu memang goblok dan blo'on?" Siau-sin tertawa semakin keras.

Kontan Nyo Sin terbungkam dalam seribu bahasa. Kembali Siau-sin berkata sambil tertawa:

"Kalau betul barang barang itu dicuri cengcu kami, apalagi diapun sudah mengakui perbuatannya, kenapa dia masih berdiri disini dan membiarkan kalian menggelandangnya masuk bui?"

"Masa kau tidak tahu kalau secara tiba-tiba dia pingin merasakan masuk bui?"

Dengan pandangan keheranan Siau-sin menoleh mengawasi wajah Siang Huhoa, lalu tanyanya perlahan:

"Benarkah apa yang dia katakan?" Siang Huhoa mengangguk.

Kontan Siau-sin tertawa getir:

"Aku dengar masuk bui itu tidak enak"

"Aku pun dengar begitu" sahut Siang Huhoa sambil tertawa, "tapi Ko tayjin telah perintahkan bawahannya untuk membersihkan ruang sel, bahkan berjanji akan melayani aku secara baik"

"Aaah, benarkah begitu?" seru Siau-sin.

0-0-0

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar