Jilid 51
"Tapi aku takut ciu tong kongCu masih bukan tandingan dari Khu It Cing. oleh sebab itu harus ada orang pandai yang bersedia pergi membantunya."
"Dan kau minta aku pergi membantunya?" "Tepat sekali, memang demikian maksudku." "Kalau toh begini tujuanmu, mengapa sih kau harus berputar kayuh lebih dulu dalam pembicaraan tadi? Apa salahnya bila berbiara langsung pada saSaran?" Si unta segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaah. bocah kunyuk, bila aku tak berbuat begini, memangnya kau bersedia
menuruti permintaanku itu. "
Mendengar ucapan mana Kim Thi sia turut tertawa tergelak. "Haaaah.....haaaaah.....haaaaah. tua bangka, aku tidak mengira kalau kau mempunyai
banyak akal setan"
Sementara kedua orang itu masih tertawa tergelak. sipencuri sakti dari selatan telah menyelinap maju kedepan seCepat sambaran petir.
Dalam waktu singkat dia telah berhasil menepuk bebas semua jalan darah kaku Kim Thi sia yang tertotok.
Tak lama kemudian Kim Thi sia sudah terbebas dari pengaruh totokan dan melompat bangun dari atas tanah.
"Nah, setelah bocah kunyuk ini segar kembali, semua urusanpun dapat diselesaikan sekarang" kata si unta kemudian.
Kepada Kim Thi sia dengan cepat sipencuri ulung dari utara berseru keras:
"Tapi haruslah diingat didalam gedung Siau yau lo itu milik Khu It cing itu terdapat sebuah mestika yang bernama penenang angin."
"Benda itu milikku" sambung pencuri sakti dari selatan Ho Tay hong cepat. "Kenapa?" tanya pencuri dari utara mendelik.
"Sebab akulah yang telah membebaskan Kim Thi sia dari pengaruh totokan, jadi sudah sepantasnya bila aku yang mendapatkan-"
"Tapikan aku yang pertama kali menemukan Kim Thi sia" bantah sipencuri dari utara.
Dengan cepat kedua orang itu sudah terlibat dalam percekcokan yang sengit memperebutkan mutiara mestika itu.
UntUk sesaat Kim Thi sia dibuat sengit, rikUh dan serba salah, dia tak tahu bagaimana mesti berbuat sekarang.
Si unta yang melihat kejadian tersebut cepat- cepat menengahi.
"Eeeeeh, apa sih yang kalian sengketakan? Barangnya saja belum diperoleh, kenapa kalian sudah ribut sendiri?"
"Yaa betul" Kim Thi sia menimpali. "Kita harus memperbincangkan langkah kita berikut serta bagaimana caranya melaksanakan rencana besar ini kenapa kalian malah ribut duluan?"
"Aku mempunyai sebuah rencana yang amat bagus" kata si unta kemudian- "Apa rencana mu?"
"Aku telah berhasil mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama Liok limpang. sekarang aku menjadi ketuanya, sedang orang yang tergabung dalam perkumpukan ini semuanya memakai baju berwarna hijau. "
"Aaaah, kalau bicara yang penting saja" tukas sipencuri sakti dari selatan tak sabar. "Besok pagi perkumpulan cahaya emas sudah siap menyerang gedung Siau yaU lo, maka
sekarang kita harus berkUmpul dulU di gubuk. Saudara-saudara kami dari perkumpulan Liok lim telah siap menanti disitu, kita harus tukar pakaian dulu sebelum bekerja "
"Baik, kalau begitu kita segera berangkat" Tanpa membuang banyak waktu lagi, berangkatlah mereka menuju ketempat yang dinamakan "gubuk" itu.
Benar juga , disitu telah hadir banyak sekali jago-jago persilatan yang rata- rata berilmu tinggi.
Keesokan harinya, baru saja fajar menyingsing si unta telah berteriak keras: "Hey bocah kunyuk. cepat bangun dan mohon diri kepada bini mu itu "
Kim Thi sia mengiakan dan seperti juga yang lain, tukar pakaiannya dengan baju berwarna hijau.
Sementara itu Lin lin sudah berdiri diambang pintu sambil berseru: "Engkoh Thi sia, aku akan selalu menunggumu"
"Nona Lin lin tak perlU kuatir, kami pasti akan berhasil dengan sUkses" hibur unta sambil tertawa.
Sebenarnya Kim Thi sia ingin mengucapkan sesuatu kepada Lin lin, namun setelah sampai dibibir, diapun meraSa tiada persoalan yang akan dibicarakan lagi. Akhirnya sambil mengulapkan tangannya dia berkata: "Lin lin, lebih baik kau menanti aku disini saja"
Begitulah, ditengah cahaya fajar yang mulai menyingsing, berangkatlah si unta sekalian menuju kesasaran.
Mereka semua boleh dibilang merupakan jago-jago pilihan dari dunia persilatan, ilmu meringankan tubuhpun amat hebat, maka perjalanan dapat ditempuh dengan cepatnya. Entah berapa lama sudah mereka menempuh perjalanan......
Ditengah keheningan yang mencekam dipagi hari itu, mendadak dari kejauhan sana terdengar suara senjata beradu yang amat nyaring.
Kim Thi sia yang pertama kali mendengar dulu suara tersebut, dengan cepat dia memburu kesitu.
Dari balik hutan yang lebar, terdengar suara orang berteriak kesakitan lalu tampak percikan darah segar berhamburan keempat penjuru.
Rupanya si harimau bermuka besi cu ci thin sedang bertarung sengit melawan Li Beng poo, anak murid Thi khi ci.
Waktu itu keadaan Li Beng poo sudah amat parah, sekujur badannya penuh berpelepotan darah, tampaknya ia sudah tak mampu untuk bertahan lebih lanjut. Teriakan kesakitan yang terdengar tadipun berasal dari teriakan Li Beng poo.
Sebaliknya golok kepala harimau milik siharimau bermuka besi cu Ci Thin telah menancap dalam-dalam diatas dada Li Beng poo.
Biar masih muda Li Beng poo memiliki keberanian yang luar biasa, sekalipun ajal sudah berada didepan mata namun sepasang tangannya masih tetap menggenggam gagang goloknya kencang- kencang.
Harimau bermuka besi cu Ci thin yang melihat peristiwa itu menjadi sangat terperanjat, teriaknya cepat: "Bocah keparat, kenapa sih kamu ini?" Sambil tertawa seram sahut Li Beng poo:
"Tak ada yang luar biasa, paling banter juga kehilangan selembar nyawa. "
"orang she Li" serusi harimau bermuka besi lagi dengan suara gemetar. "Kau pantas untuk mampus, kau tahu sudah berapa orang saudara kami dari enam harimau yang tewas ditanganmu?"
Memang benar, diatas tanah telah berserakan mayat-mayat manusia yang bergelimpangan disana sini.
Tapi Li Beng poo masih tetap mempertahankan diri dengan menggenggam gagang golok yang menancap diatas dadanya erat-erat. Darah masih bercucuran keluar dari mulut lukanya, tapi ia sempat berteriak keras kearah balik hutan.
"Yu Kiem sumoay, kau harus cepat bangun dan lari dari sini "
Ternyata disudut lain Yu Kiem yang terluka parah masih terkapar disitu, darah segar masih mengucur keluar dengan derasnya dari mulut luka.
Dengan menggunakan kekuatan yang terakhir kembali Li Beng poo berteriak keras: "Cepat lari Yu Kiem sumoay...aduuuh...aku...aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. "
Sementara itu si harimau bermuka besi cu Ci thin telah meronta dengan sekuat tenaga, akhirnya ia berhasil juga mencabut keluar goloknya dari dada Li Beng poo.
Kasihan Li Beng poo pah lawan mudaini, biarpun ia berhasil memiliki ilmu silat yang luar biasa, tapi sebelum berhasil mendapatkan nama besar didalam dunia persilatan, dia harus tewas secara mengenaskan disitu.
Sementara itu si harimau bermuka besi cu Ci thin telah tertawa seram, dengan golok berlumuran darah dia melejit kedepan dan langsung menyerbu ketepi hutan-
Agaknya dia sedang berusaha membacok mati Yu Kiem yang saat itu sudah terkapar sekarat disana.
Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu tentu saja tidak membiarkan si harimau bermuka besi ini melaksanakan niatnya, ia tidak akan membiarkan Yu Kiem tewas dibunuh orang.
Disaat yang amat kritis itulah tiba-tiba saja dia membentak keras: "Bocah keparat, lihat pedang"
Pedang Leng gwat kiam yang telah terhunus sedari tadi langsung diayunkan kemuka melancarkan sebuah tusukan dengan menggunakan jurus "Menuding langit selatan" dari ilmu pedang panca Buddha. "Traaaanngggg. "
Suara benturan nyaring bergema memecahkan keheningan disusul percikan bunga api yang menyebar kemana-mana.
Seketika itu juga si harimau bermuka besi cu Ci thin merasakan telapak tangannya menjadi sakit dan robek. Darah segar bercucuran keluar dengan derasnya ia mundur berapa langkah dengan sempoyongan.
Dalam pada itu si unta sekalian telah menyusul tiba dan menyaksikan semua kejadian itu.
Namun didepan situ tampak cahaya terang menerangi seluruh jagad, suara pertarungan yang sengitpun bergema dari arah situ.
Jelas sudah dalam gedung Siau yau lo sudah berlangsung pertarungan yang amat sengit antara orang-orang perkumpulan cahaya emas melawan orang-orang Tay sang pang. Melihat hal ini si unta segera berteriak:
"Bocah kunyuk, cepat pergi, dia bukan sasaran kita yang utama. Kita tak boleh membuang waktu dengan percuma disini"
Kim Thi sia amat menguatirkan keselamatan Yu Kiem, tentu saja ia tak mau pergi dari situ dengan begitu saja.
Dengan gerakan "burung manyar terbang dipasir" ia mengejar kearah si harimau bermuka besi dengan kecepatan tinggi, lalu sambil melancarkan serangan kilat teriaknya:
"Tua bangka, lebih baik kalian berangkat dulu, aku segera menyusul setelah menyelesaikan bajingan ini lebih dulu"
Si unta tak ingin menunggu lebih lama lagi hingga kehilangan kesempatan baik, sahutnya cepat: "Baiklah kalau begitu, tapi kau harus menyusul datang selekasnya."
Dibawah pimpinannya, berangkatlah kawanan jago dari rimba hijau itu menuju kearah gedung siau yau lo.
Berbicara sesungguhnya, harumau bermuka besi cu Ci thin bukan termasuk orang biasa yang gampang dihadapi, apalagi saat ini amarahnya sudah berkobar akibat desakan Kim Thi sia yang terus menerus.
Sebaliknya Kim Thi sia bertekad hendak membasminya secepat mungkin, sehingga begitu turun tangan ia telah mempergunakan jurus mematikan dari ilmu pedang Panca Buddhanya.
Dalam waktu singkat, pedang Leng gwat kiam ditangan Kim Thi sia telah bergerak kian kemari seperti ular sakti, secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah serangan berantai.
Dibawah serangan yang begitu dahsyat, siharimau bermuka besijadi kelabakan setengah mati, ia mundur kebelakang dalam keadaan yang amat mengenaskan.
Melihat serangannya belum berhasil juga merobohkan lawan, Kim Thi sia menjadi amat penasaran, teriaknya tiba-tiba:
"Keparat, bila dalam tiga jurus mendatang aku Kim Thi sia tak berhasil membacok kutung batok kepalamu. "
"Kau pasti akan mampus ditanganku" sambung siharimau bermuka besi cepat.
Kim Thi sia amat murka, dengan semangat yang berkobar-kobar secara beruntun dia melancarkan serangkaian serangan yang hebat.
Baru dua gebrakan berlangsung, tiba-tiba terdengar harimau bermuka besi menjerit kesakitan lengan kirinya telah terpapas hingga kutung menjadi dua bagian.
Ketika jurus ketiga yaitu "Buddha sakti menunjuk jalan suci" berkelebar lewat, batok kepala siharimau bermuka besi segera terpapas kutung dan roboh binasa. Melihat serangannya telah berhasil, Kim Thi sia tertawa dingin tiada hentinya. Ia menyarungkan kembali pedangnya, kemudian memburu kebalik hutan lebat disisi arena.
Tampak oleh Yu Kiem berbaring diatas tanah dalam keadaan mengerikan, rambutnya terurai kusut. Luka yang membekas dimana-mana masih mengeluarkan darah kental, mengenaskan sekali keadaannya.
Cepat-cepat Kim Thi sia memburu kesampingnya dan memeluk gadis itu erat-erat sambil berseru:
"Adik Yu Kiem....adik Yu Kiem. "
"Ada apa? Kau. " suara sinona kedengaran amat lirih dan lemah sekali.
"Aku adalah Kim Thi sia, apakah masih ingat?"
Yu Kiem tersenyum. "Ya.....aku aku masih ingat"
"Mengapa kau tidak menatapku?"
Wajah Yu Kiem amat lusuh dan sayu, dia hanya tertawa getir sambil menahan rasa sakit. Kim Thi sia segera tertawa lagi.
"Yu Kiem, adik Kiem, apakah kau sudah tak kenal lagi denganku?" "Masih.....masih kenal. "
"Kalau begitu pa nggilah aku, beritahu kepadaku, siapakah aku ini?"
"Engkoh Thi sia.....kau adalah engkoh Thi sia. " bisik Yu Kiem sambil tertawa hambar.
Kim Thi sia merasa sangat gembira, serunya kemudian: "Bagus sekali, rupanya kau masih kenal denganku" "Siapa bilang....aku. aku tak kenal lagi denganmu?"
"oooh, alangkah bahagiaku, ternyata kau masih kenal denganku"
"Apa yang kau gembira kan?" Yu Kiem berbisik kemudian dengan lemah.
"Kau masih bisa mengenaliku, hal ini membuktikan bahwa kesadaranmu masih tetap jernih" "Tapi aku aku sudah hampir mati engkoh Thi sia."
"Tidak. kau tak boleh berkata begitu"
"Tidak. aku harus bicara, aku harus berbicara "
"Jangan, kau tak boleh berbicara terus" teriak Kim Thi sia keras- keras. "Kenapa? Kenapa kau melarangku untuk. untuk bicara?"
"Coba lihat, wajahmu pucat pias seperti mayat, sudah terlalu banyak darah yang mengucur keluar dari badanmU."
"Aku tahu"
"Kalau sudah tahu, kau tak seharusnya banyak berbicara lagi." "Aku harus bicara, sebab aku sudah hampir mati."
"Tidak. kau tidak bakal mati" teriak Kim Thi sia lagi dengan perasaan amat gelisah. "Kenapa?"
"Sebab kau masih bisa mengenali aku semangatmu masih baik, kau tak bakal mati" Yu Kiem tertawa pedih.
"sebetulnya aku. akupun tak ingin mati."
"Itulah sebabnya kau harus tetap hidup, Kau harus berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan hidupmu."
Tiba-tiba gadis itu memuntahkan darah kental berwarna hitam, keadaannya nampak bertambah lemah, ia berbisik:
"Senang sekali kesempatan semacam itu sudah tak ada lagi, segala sesuatunya sudah terlambat."
Dalam keadaan begini, diam-diam Kim Thi sia berpikir:
"Andaikata lentera hijau berada disakuku, sudah pasti selembar nyawa Yu Kiem bisa kutolong kembali, sayang benda mestika tersebut telah diperoleh Lam Peng secara licik, kalau tidak "
Berpikir sampai disitu dia segera berseru:
"Adik Kiem, kau harus berusaha untuk menahan diri. "
"Tapi aku sudah tidak tahan-...aku.....aku. "
"jangan bicara sembarangan, mau apa kau? Tunggulah, akan kucarikan akal untuk mengatasi keadaan ini "
Sekulum senyum mengenaskan tersungging diujung bibir Yu Kiem, dia berbisik lirih: "Aku minta kau berkata terus terang kepadaku. "
"Soal apa?"
"Aaaai " Yu Kiem menghela napas panjang. "Lebih baik aku saja yang mengatakan
kepadamu."
"Kalau begitu katakanlah cepat"
Sambil menggigit bibirnya kencang-kencang Yu Kiem berkata: "Engkoh Thi sia, tahukah kau bahwa aku aku amat mencintai dirimu?" Kim Thi sia merasa terharu sekali, sambil manggut-manggut bisiknya: "Yaa, aku mengerti" "Tidak. kau tak akan tahu, diantara lelaki yang ada didunia ini aku hanya. "
"Kau jangan berbicara terus coba lihat kau harus ngotot dan membuang banyak tenaga untuk berbicara."
"Tapi aku harus mengatakannya keluar" "Aku sudah memahami maksudmu."
"Kau benar-benar mengerti?" Yu Kiem membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar. "Tentu saja"
"Kalau begitu, apakah kau pun menyukai pula diriku?"
"Benar" Kim Thi sia mencoba untuk tertawa paksa. Ia berkata dengan jujur, serius dan tulus hati.
Yu Kiem amat terharu dibuatnya, dengan suara gemetar dia berbisik pelan: "Engkoh Thi sia, cepat peluk aku, dekaplah aku kencang-kencang." Kim Thi sia menurut dan memeluk Yu Kiem erat-erat.
"Engkoh Thi sia, peluk aku kencang-kencang, peluk aku kencang-kencang. "
"Adik Kiem, coba lihat tubuhmu telah kotor oleh noda darah. "
"Kau merasa jijik karena aku kotor?" Yu Kiem bertanya cepat. "Tidak, bukan maksudku untuk mengatakan begitu. "
"Kalau begitu kau sudah seharusnya memeluk kencang-kencang."
"Aku takut kondisi badanmu tak kuat untuk menahan hal tersebut" keluh Kim Thi sia. "Tidak apa-apa."
"Tidak. kalau sampai begitu maka kau bisa "
"Kau takut aku mati didalam pelukanmu?"
"Yaa, memang begitu," kali ini Kim Thi sia manggut-manggut.
"Tapi aku bersedia, aku rela mati didalam pelukanmu" seru Yu Kiem makin manja. "Tidak, tidak baik kita berbuat begitu?"
"Kenapa tidak? Riwayat hidupku sudah hampir berakhir." "Belum, hidupmu belum akan berakhir, kau. "
"Aku amat membenci orang-orang Tay sang pang" tiba-tiba Yu Kiem berseru dengan penuh rasa dendam.
Seketika itu juga Kim Thi sia merasakan darah didalam dadanya bagaikan mendidih, ia berseru pula:
"Kau tak usah kuatir adik Kiem^. "
Dengan sedih Yu Kiem berbisik:
"Engkoh Thi sia, apakah kau tahu siapakah Khu It cing itu?" "Dia adalah ketua perkumpulan Tay sang pang" "Dengarkan baik- baik, Khu It cing sigembong iblis ini. "
"Aku tahu, ia sudah terlalu banyak melakukan kejahatan." "Dia telah menodai aku" "Apa?" seru Kim Thi sia tertegun.
"Bukan hanya aku, diapun telah memperkosa adikku" "Maksudmu Yu Hong?"
"Yaa " dengan air mata bercucuran Yu Kiem mengangguk. "Secara berturut-turut dia telah
memperkosa aku dan adikku"
"Hmmm, sungguh tak kusangka dikolong langit masih terdapat manusia jahat berhati busuk seperti dia"
"Andaikata Li Beng poo tidak pertaruhkan jiwanya untuk menolongku, mUngkin kita tak pernah akan bertemU kembali."
"Kau tak usah kuatir, aku berjanji akan membalas dendam bagi kalian berdua." "Adikku, dia......dia. "
"Apakah dia sudah mati?" "Belum "
"Jadi ia masih hidup?"
"Ya, tapi ia lebih tersiksa daripada mati. oleh Khu It cing ia telah diberikan kepada si utusan beracun."
"oooh begitukah kejadiannya?" Kim Thi sia makin tertegun.
"Sebentar lagi aku akan mati, aku..... aku ingin memohon sesuatu kepadamu "
Melihat keadaan Yu Kiem sudah bertambah parah, Kim Thi sia sadar bahwa ajalnya sudah hampir tiba, cepat- cepa6t teriaknya: "Soal apa?"
Dengan napas tersengkal-sengkal Yu Kiem berkata:
"Kuharap kau bersedia menolong adikku Yu Hong....rawatlah dia se.... .secara baik-baik. "
"Baik, aku akan segera pergi menolongnya" janji Kim Thi sia.
Agaknya Yu Kiem seperti ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi sayang ajalnya sudah keburu sampai. Dia menghembuskan napas panjang lalu tertidur untuk selamanya.
Dengan perasaan sedih, Kim Thi sia segera mengubur jenasah Yu Kiem dan Li Beng poo, kemudian dengan langkah cepat berangkat menuju kegedung Siau yau lo.
Sementara itu.....
Suasana didalam gedung Siau yau lo diliputi asap dan kabut yang tebal, disana sini terendus bau arang dan anyirnya darah yang menusuk penciuman. Suara pertarungan masih bergema tiada hentinya.
Dengan dicekam perasaan sedih yang amat sangat, Kim Thi sia memburu ketempat tersebut dengan langkah lebar.
orang-orang Tay sang pang dengan mengenakan baju serba hitam masih melakukan perlawanan dengan sengit, sebaliknya anak buah perkumpulan cahaya emas dengan baju berwarna kuning maju tiada hentinya.
Ditengah sengitnya pertarungan yang berlangsung, tampak pula banyak sekali jago-jago berbaju hijau yang menyerbu kedalam gudang harta, serta menyikat semua benda berharga yang ada disitu dan dibawa kabur.
Kim Thi sia tak ambil perduli apa yang sesungguhnya sedang etrjadi ditempat itu, dia hanya mempunyai satu tujuan sekarang yaitu menuntut balas.....
Kematian Yu Kiem yang mengenaskan dan keadaan Yu Hong yang dinodai orang secara keji melukiskan sebuah pemandangan yang tragis didalam benaknya. Sekarang dia harus menemukan Yu Hong lebih dulu dan menyelamatkan jiwanya, setelah itu dia baru mencari Khu It cing serta membalaskan dendam bagi kematian Yu Kiem.
Tapi suasana didalam gedung Siau yau lo waktu itu sangat kalut, kemanakah harus mencari Yu Hong?
Mendadak.......
Ditengah suasana pertarungan yang berlangsung dengan sengit, Kim Thi sia mendengar suara teriakan dari seseorang yang amat dikenal olehnya. Ia menjadi tertegUn, lalu pikirnya: "BUkankah suara ini suara sipelajar bermata sakti?" Dengan cepat dia memburu kearah mana berasalnya suara tersebut.
Dibawah reruntuhan dinding pagar, tampak dua orang jago persilatan sedang berdiri saling berhadapan.
Kedua orang itu tak lain adalah sipelajar bermata sakti serta si utusan beracun Hoa Chin-
Waktu itu terdengar si utusan beracun Hoa Chin sedang berteriak dengan wajah kaget bercampur gugup,
"Keparat, bila tahu diri cepat serahkan Yu Hong kepadaku"
Kim Thi sia yang mendengar seruan tersebut menjadi amat keheranan, diam-diam pikirnya: "Aaaaah, tak kusangka Yu Hong telah terjatuh ketangan sipelajar bermata sakti" Sementara dia
masih termenung, sipelajar bermata sakti telah menyahut dengan nyaring: "Utusan beracun, lebih
baik kau tak usah bermimpi disiang hari belong "
"Seharusnya kau yang bermimpi disiang hari belong, karena setiap saat aku dapat mencabut nyawamu."
Mendengar itu, pelajar bermata sakti segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah....haaah....haaah hal semacam ini tak mungkin bisa terjadi, sebab perkumpulan Tay
sang pang yang kau dukung sudah berada diambang pintu kehancuran." Si utusan beracun Hoa Chin segera melototkan matanya bulat-bulat, katanya cepat:
"Terus terang aku bilang, mati hidupnya perkumpulan Tay sang pang sama sekali tak ada sangkutpautnya dengan diriku."
"Hmmm, dasar manusia rendah yang tak kenal budi" umpat pelajar bermata sakti kesaL "Sudahlah" sela si utusan beracun Hoa Chin cepat-cepat. "Lebih baik kita jangan persoalkan
masalah-masalah itu lagi, ayoh cepat serahkan Yu Hong kepadaku."
"Yu Hong? Hmm, tak akan semudah itu" sahut pelajar bermata sakti sinis. "Apa syaratmu?"
"Kau tahu, apa tujuanku bersusah payah menyerbu kedalam gedung Siau yau lo ini?
Hmm,kesemuanya tak lain demi Yu Hong"
"Asal kau bersedia menyerahkan Yu Hong kepadaku, akupun berjanji akan menghantar kepergianmu dari sini dalam keadaan selamat."
"Yu Hong tak akan selamat bila berada bersamamu"
"Tapi aku berjanji akan merawat serta melindunginya secara baik- baik dan sepenuh tenaga." Pelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Heeeh sayang Yu Hong tidak membutuhkan perlindunganmu."
"Dia pasti membutuhkan diriku" kata si utusan beracun Hoa Chin sambil tertawa licik. "Hubungan suami istri biar hanya semalamanpun memberikan kesan yang kelewat mendalam. Aku yakin kalian kaum muda tidak akan memahami perasaan semacam ini." "Apa?" seru sipelajar bermata sakti tertegun. "Dia telah mengadakan hubungan intim denganmu?"
"Bukan hanya begitu, malahan ia sudah berbadan dua?"
sepasang mata sipelajar bermata sakti terbelalak lebar-lebar, katanya kemudian pedih:
"Dia telah berbadan dua? Yu Hong telah mengandung benih anak sikeparat tua macam dirimu itu?"
Agaknya pukulan batin yang dirasakannya sekarang teramat berat baginya, hampir saja ia robeh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia yang bersembunyi disisi arena dapat menyaksikan semua adegan tersebut dengan jelas, diam-diam ia menghela napas panjang.
"Aaai, sama sekali tak kusangka rasa cinta sipelajar bermata sakti terhadap Yu Hong sudah mencapai tingkatan yang begitu hebat."
Waktu itu diatas punggung sipelajar bermata sakti telah menancap tiga batang pisau terbang.
Darah segar masih jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
oleh karena ia berdiri saling berhadapan dengan siutusan beracun, maka kakek berhati keji itu sama sekali tak tahu apakah musuhnya masih berkemampuan untuk melanjutkan pertarungan atau tidak. Ia segera berkata:
"Aku mengerti ilmu silatmu memang sangat tangguh, itulah sebabnya aku segan melangsungkan pertarungan adu kekerasan denganmu, sebab pertarungan semacam itu tak akan bermanfaat bagimu maupun aku. Coba pikirkanlah kembali persoalan ini dengan seksama" Tiba- tiba sipelajar bermata sakti berseru keras:
"Aku telah mengambil keputusan yang bulat, Yu Hong akan pergi bersamaku." "Kenapa ia harus pergi bersamamu?"
"Ini merupakan urusan pribadiku dengan Yu Hong, kami berdua saling mencintai."
Mendengar jawaban tersebut, si utusan beracun segera mendonggakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah....haaaah.....haaaah. itu mah menurut jalan pemikiran sendiri."
"Kenyataan memang demikian-"
"Hey, bila kau kurang percaya lebih baik tanyakan sendiri persoalan tersebut kepada Yu Hong." "Kau maksudkan Yu Hong bersedia pergi bersamamu?" tanya pelajar bermata sakti penasaran. "Dulu mungkin dia menolak tapi sejak kami melakukan hubungan intim. "
"Tidak... tidak. tidak mungkin Yu Hong tak akan bersedia mengikuti dirimu"
"Kau bisa berkata demikian karena kau tidak memahami perasaan seorang wanita^"
"Apa sih yang menarik dengan dirimu?" bentak pelajar bermata sakti sambil menahan geram. "Aku telah menyelamatkan Yu Hong dari cengkeraman iblis Khu It cing dan melindungi kesucian
tubuhnya dari perkosaan."
"Tapi akhirnya kau telah menodainya, dia pasti membencimu seumur hidup,"
"Justru sebaliknya, malam itu dikala kami tidur seranjang, dia telah mengatakan sendiri kepadaku "
"Apa yang dia katakan?"
"Dia merasa amat puas dengan hebatan ilmu silatku, dia mencintai aku dengan setulus hati" "Tidak!! kau sedang menipu aku, kau sedang menipu " teriak pelajar bermata sakti keras-
keras, air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
"Bila kau tak percaya, suruh Yu Hong tampil kemari. Mari kita adakan pembicaraan secara terbuka. " ^
"IHmmm, apa gunanya mengadakan pembicaraan dengan manusia Semacam dirimu itu?" Seru pelajar bermata sakti penuh rasa benci.
"Seandainya terbukti Yu Hong menyukai aku, bagaimana dengan dirimu. ?"
"Tidak mungkin, hal ini tak mungkin terjadi" Utusan beracun segera mendengus dingin. "Hmmm, asal dia mengatakan sendiri hal tersebut dihadapanku, maka aku. "
"Mau apa kau?"
"Aku bersedia menghantar kalian pergi meninggalkan tempat ini"
"Sungguhkah perkataanmu itu?" tanya sipelajar bermata sakti agak tercengang. Utusan beracun segera tertawa nyaring.
"Bagi anggota dunia persilatan, perkataan yang diucapkan lebih berat daripada bukit karang." "Sungguh aneh, mengapa kau menaruh keyakinan yang begitu besar?" seru pelajar bermata
sakti terperanjat.
"Sebab d isaat kami sedang melakukan hubungan intim, dia memang benar-benar bilang kalau dia sangat mencintaiku"
Seketika itu juga sipelajar bermata sakti merasa api cemburunya berkobar dengan hebat, dengan geram dia berseru:
"Tapi hubungan cintaku dengan Yu Hong bukan dimulai sejak sekarang. "
"Perasaan cinta memang merupakan suatu kejadian yang sukar diraba perubahan sering terjadi tanpa diduga."
"Lalu menurut anggapmu apa yang paling berharga bagi hubungan antara lelaki dan perempuan?"
"Yang penting tentu saja hubungan batin- Antara aku dengan Yu Hong telah menjalin sebuah hubungan batin yang amat mendalam."
"Hubungan apa? Hubungan cabul, hubungan terkutuk " seru pelajar bermata sakti makin
gusar.
"Aku tak perduli apa yang hendak kau kata kan, pokoknya aku tak dapat melepaskan Yu Hong dengan begitu saja, sedang Yu Hongpun tak akan rela meninggalkan aku"
Kalau semula sipelajar bermata sakti masih dapat mempertahankan diri berkat keteguhan hatinya, maka pukulan batin yang amat berat ini seketika membuat wajahnya kuyu dan sayu. Semua semangatnya seolah-olah menjadi rontok.
"Utusan beracun" ujarnya kemudian sambil tertawa hambar. "Aku mengerti, tujuanmu berkata demikian tak lain ingin membangkitkan amarahku, agar kuajak Yu Hong untuk datang bersua denganmu."
"Sungguh aneh, kenapa aku harus menghindari kejadian seperti ini?" tiba-tiba sipelajar bermata sakti bergumam:
"Tentu saja, sebab kau merasa takut" teriak si utusan beracun dengan suara keras. "Ngaco belo, siapa yang takut?"
"Kau takut Yu Hong mengakui kebenaran dari ucapan tadi sehingga kau akan kehilangan dia." "Tidak. aku tak mungkin akan kehilangan Yu Hong. Tidak mungkin, aku tak akan kehilangan dia."
"Tapi bila kau tidak menyuruh Yu Hong tampilkan diri, tidak membuktikan hubungan yang sebenarnya dihadapanmu serta melakukan pilihan secara jujur, kendatipun kalian hidup bersama dengan Yu Hong dikemudian hari, namun dalam hubungan cinta pasti akan selamanya dilapisi oleh bayangan hitam. "
"Bayangan hitam apa?" teriak pelajar bermata Sakti penaSaran. "Karena Yu Hong Sesungguhnya amat mencintai aku."
Pelajar bermata sakti merasa amat sakit hati, mukanya pucat pasi bagalkan mayat. Peluh bercucuran bagalkan hujan gerimis, luka dipunggungnya akibat tusukan tiga bilah pisau terbang membuat aliran darah makin deras, ia kelihatan sangat emosi. Akhirnya dengan suara keras dia berteriak^ "Yu Hong keluar kau?"
Ternyata Yu Hong sedang bersembunyi tak jauh dari tempat tersebut.
Sesungguhnya gadis yang bernasib jekek ini telah mendengarkan semua pembicaraan yang berlangsung.
Dalam hati kecil Yu Hong sebetulnya ia menaruh cinta yang mendalam sekali terhadap pelajar bermata sakti.
Tapi diapun pernah bilang kepada si utusan beracun bahwa dia menyukai dirinya, dan kini menyesalpun tak ada gunanya. Dia hanya merasakan hatinya sedih bercampur malu.
Ketika pelajar bermata sakti berteriak agar dia keluar, gadis itu tak bisa menyembunylkan diri lebih jauh lagi.
Dengan rambut yang kusut, air mata membasahi wajahnya, selangkah demi selangkah Yu Hong munculkan diri dari tempat persembunyiannya. ia berjalan dengan kepala tertunduk rendah- rendah.
"Yu Hong ayoh katakan, ayoh katakan yang sebenarnya " dengan suara keras sipelajar
bermata sakti segera berseru.
Sebaliknya si utusan beracun berkata pula sambil tersenyum:
"Siau Hong kusayang, kau pernah bilang amat mencintaiku, bersedia hidup bersamaku untuk selamanya. Nah sekarang katakanlah hal tersebut kepada pemuda ini"
"Aku.....aku "
Tiba-tiba saja gadis itu menangis tersedu-sedu menubruk kedalam pelukan pelajar bermata sakti dan memeluknya kencang-kencang.
"Yu Hong mengapa kau tak berani menyangkal persoalan?" teriak pelajar bermata sakti marah. "Apa yang perlu dia sangkal?" sambung si utusan beracun cepat.
Yu Hong tetap membungkam, dia hanya menangis tersedu-sedu dalam pelukan pelajar bermata sakti.
"Yu Hong ayoh katakan, ayoh katakan. " kembali sipelajar bermata sakti berteriak keras.
la mencengkeram tangan Yu Hong keras-keras dan menggoncang dengan sekuat tenaga, rasa benci dan dendamnya tertera jelas diatas wajahnya. Dengan lemah Yu Hong berbisik: "Apa apa
yang harus kukatakan?"
Mendengar perkataan ini tiba-tiba saja pelajar bermata sakti merasakah hatinya amat pedih.
Sekarang dia telah menyadari betapa seriusnya persoalan itu, Yu Hong yang selama ini dianggap sebagai gadis suci, perempuan pujaan, akhirnya harus ditemukan dalam kenyataan yang berbeda. Sekarang dia mengerti, Yu Hong tak berani membantah ucapan dari si utusan beracun, karena apa yang dikatakan kakek jahat itu bukan karangan belaka tapi merupakan kenyataan-
Hal ini membuktikan pula kalau Yu Hong telah kehilangan keperawanannya ditangan si utusan beracun. Bahkan disaat melakukan hubungan intim dan mencapai pada klimaksnya gadis itu telah mengatakan rasa cintanya terhadap utusan beracun, si kakek bertampang jelek ini.
Bagalkan kepalanya diguyur dengan sebaskom air dingin, pelajar bermata sakti merasakan tubuhnya lemas, semua harapannya hilang lenyap tak berbekas. Lama sekali dia termenung, kemudian dengan air mata bercucuran katanya lirih: "Yu Hong, tak perlu kau ucapkan lagi, aku telah mengerti"
"Apa yang kau pahami?" tanya Yu Hong tertegun.
Sambil tertawa paksa pelajar bermata sakti berkata: "Pokoknya hubungan diantara kita berdua hanya begini saja."
"Apa maksud perkataanmu?" Yu Hong semakin gugup,
Sambil menggigit bibirnya kencang-kencang pelajar bermata sakti berkata:
"Kau perempuan rendah, cepat menggelinding pergi dari sini, pergilah bersama utusan beracun."
Sambil berkata ia melepaskan diri dari pelukannya serta mendorong tubuh gadis tersebut kebelakang.
Yu Hong segera terpental sejauh berapa langkah dan jatuh berguling diatas tanah.
Cepat-cepat si utusan beracun memburu kedepan ingin membangunkan gadis itu, katanya lembut:
"Siau Hong, ikutlah aku pergi dari sini"
Yu Hong tidak menggubris ajakan tersebut, air matanya telah jatuh bercucuran membasahi wajahnya, dia merasa amat sedih.
Tiba-tiba ia melompat bangun lagi dan menubruk kearah pelajar bermata sakti sambil serunya: "Tidak^ kau tak boleh meninggalkan aku"
"Aku sama sekali tidak meninggalkan dirimu" sahut pelajar bermata sakti sambil mendorong tubuhnya lagi kebelakang.
"Tapi kau sudah tak maul diriku lagi. " pekik Yu Hong sambil berdiri tertegun.
Pelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Yaa, karena kaupun telah meninggalkan aku." "Tidak^ aku tidak meninggalkanmu......aku tidak "
Kembali sipelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Heeeh......heeeh...^..heeeeh kau telah melakukan hubungan suami istri dengan utusan
beracun, bahkan mengucapkan pula kata- kata cinta dan kesetiaan- Sekalipun kita bisa hidup bersama kembali, tolong tanya dimanakah harga diriku akan kuletakkan?"
Yu Hong menghela napas sedih.
"Aaaai....kau harus memaafkan aku karena "
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, sipelajar bermata sakti telah menukas sambil tertawa seram:
"Heeeh......heeeeh.....heeeeeh. aku rasa penjelasan macam apapun tak bergUna lagi.
Pokoknya hubungan kita berdua berakhir sampai disini saja."
"Kau bersungguh-sungguh?" seru Yu Hong dengan perasaan amat terperanjat. Pelajar bermata sakti tidak menjawab, dia malah tertawa keras, suara tertawanya lebih tak sedap daripada suara tangisan- Dari sini bisa dibayangkan betapa pedihnya perasaan pemuda tersebut.
"Tidak!! kau tidak bersungguh-sungguh, kau tak akan meninggalkan aku " jerit Yu Hong
lagi.
Pelajar bermata sakti sama sekali tak menggubris lagi, selesai tertawa seram dan menyeka air matanya dia berseru: "Selamat tinggaL"
Dengan membawa hatinya yang duka, dia beranjak dari situ dan melangkah pergi dengan cepat.
"jangan pergi.....kembalilah.....kembalilah. "pekik Yu Hong amat sedih.
Tapi sipelajar bermata sakti sama sekali tak menggubris dia melangkah terus dengan cepatnya.
Sekarang ia telah kehilangan segala-galanya, dia tidak menganggap Yu Hong sebagai kekasih hatinya lagi.
Yu Hong pun sadar bahwa pemuda tersebut tak akan berpaling kembali kepadanya. ia merasa hatinya remuk redam.
Tiba-tiba ia menjadi nekad, dengan langkah cepat gadis itu memburu kedepan.
la bukan berlari untuk memeluk pelajar bermata sakti, sebaliknya mencabut ketiga bilah pisau terbang yang masih menancap dipunggungnya itu.
Si utusan beracun yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi amat terperanjat segera teriaknya:
"Siau Hong, Siau Hong.....kau jangan mengambil keputusan pendek..... jangan- "
Tapi sayang jaraknya terlalu jauh lagi pula peristiwa itu berlangsung sangat mendadak dan diluar dugaan- Pada hakekatnya tiada kesempatan lagi buat siutusan beracun untuk memberikan pertolongan-
Sementara itu Yu Hong telah mengayunkan ketiga bilah pisau terbang itu keatas dadanya.
Ternyata didalam keputus asaan, gadis ini menjadi nekad dan ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Disaat yang amat kritis itulah mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Tunggu sebentar"
Terdengar ujung baju terhembus angin, Kim Thi sia yang bersembunyi dibalik kegelapan tahu- tahu sudah munculkan diri dengan kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan gerakan tubuh yang paling cepat ia melayang turun dihadapan Yu Hong dan merampas ketiga bilah pisau terbang yang siap menembusi dada gadis itu.
Yu Hong yang gagal mengambil jalan pendek menjadi semakin sedih, serunya sambil menangis pedih.
"Kau jangan mengurusi aku. "
Si utusan beracun tertegun, untuk berapa saat lamanya dia seperti tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Sebaliknya pelajar bermata saktipun sudah tak sanggup menahan diri lagi, tubuhnya robeh terjengkang keatas tanah.
Dalam pada itu Kim Thi sia telah menyambar tubuh Yu Hong sambil berbisik:
"Kau tak boleh mati, aku mendapat pesan dari encimu Yu Kiem untuk menyelamatkan kau dari tempat ini." Yu Hong tetap menangis tersedu, semula dia mengira ketiga bilah pisau terbang tersebut akan mengakhiri hidupnya yang serba salah itu, siapa tahu Kim Thi sia muncul pada saatnya dan menghindarkan dia dari kematian- Kini dia harus balik kembali dalam kehidupan nyata yang serba merikuhkan hatinya.
Membayangkan apa yang terjadi, gadis itu sedih sekali. Dia menangis sambil meronta, ia berusaha terus untuk mencari jalan pintas.
Dalam keadaan apa boleh buat tiba-tiba terlintas sebuah keputusan dalam hatinya, Kim Thi sia segera berpikir:
"Kini Yu Hong sedang mengalami pukulan batin yang amat berat, bicara pun rasanya tak berguna dalam keadaan begini. Lebih baik kubawa dia pergi dari sini sebelum mengambil tindakan lebih jauh."
Begitu keputusan diambil, pemuda ini tidak ragu-ragu lagi.
Dengan cepat dia menyambar pinggang Yu Hong, lalu dengan gerakan burung manyar terbang diangkasa, tubuhnya melejit setinggi berapa kaki kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Utusan beracun serta pelajar bermata sakti yang melihat kejadian ini tentu saja tidak berpeluk tangan belaka.
Pelajar bermata sakti segera berjumpalitan dari atas tanah siap melakukan pengejaran. Ia belum sempat melihat dengan jelas siapa gerangan orang tersebut. Tapi utusan beracun telah melihat dengan nyata, cepat- cepat teriaknya lantang: "Kim Thi sia, persoalan ini tak ada sangkut pautnya denganmu"
Kemudian sambil melakukan pengejaran dengan gerakan burung walet menembusi awan, melakukan pengejaran seraya berteriak: "Cepat turunkan Siau Hong ku"
Kim Thi sia sama sekali tak berpaling, sambil mengempit tubuh Yu Hong, dia belarian terus menerjang kemuka.
Sesungguhnya Kim Thi sia memiliki dasar ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna ditambah lagi ia diburu oleh keadaan, tak heran kalau kecepatan larinya bagaikan terbang. Dalam waktu singkat berapa puluh li telah ditempuh tanpa terasa. Yu Hong yang berada dalam pelukannya tetap meronta dan menjerit-jerit. "Lepaskan aku, lepaskan aku. "
"Yu Hong, aku adalah Kim Thi sia, bukan orang jahat. Aku datang untuk menolongmu" ujar Kim Thi sia sambil meneruskan larinya.
"Aku tak perduli siapakah kau,pokoknya kau harus lepaskan aku, aku tak perlu ditolong. Aku ingin mati saja. " Yu Hong tetap menangis sambil menjerit-jerit.
"Tidak bisa, demi cicimu, kau harus hidup,. "
"Kau tak usah mengurusi aku, aku tak mau hidup,. " Kemudian sambil meronta dengan
sepenuh tenaga teriaknya lagi: "Aku tak perduli siapakah kau, pokoknya aku tak mau hidup, " ^
Kim Thi sia bukan seorang pemuda yang pandai berbicara, sekalipun dia ingin membujuk dan menghibur gadis tersebut, akan tetapi tak sepatah katapun yang mampu diutarakan.
Dalam bingungnya diapun mengambil keputusan untuk tidak menggubris perkataan Yu Hong lagi, sambil menutup telinganya dia melanjutkan perjalanannya dengan sepenuh tenaga.
Utusan beracun melakukan pengejaran secara ketat, caci maki yang keras bergema tiada hentinya. Sebentar suaranya amat jauh tapi sebentar lagi makin dekat, jelas kakek jelek itu masih mengikuti terus jejaknya tanpa berhenti.
Peluh sebesar kacang kedele telah bercucuran keluar membasahi seluruh tubuh Kim Thi sia. Mendadak...... Dalam larinya itu Kim Thi sia telah menemukan suatu peristiwa yang mengejutkan hati.
Ternyata seluruh badan Yu Hong telah basah oleh darah, suara teriakan dan rontaanya waktu itu makin lama makin melemah.
Ternyata dalam keputus asaannya Yu Hong jadi nekad dan melakukan suatu tindakan bedoh.
Dengan sepasang tangannya dia mencakari luka didadanya akibat tusukan pisau terbang tadi kemudian merobeknya keras-keras.
Dengan perbuatan ini, mulut lukanya menjadi makin melebar, darah segarpun mengucur keluar makin deras.
Bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung lebih jauh, dapat dipastikan akhirnya Yu Hong akan tewas dalam keadaan mengenaskan-
Dalam kagetnya Kim Thi sia segera menghentikan larinya dan membaringkan gadis tersebut keatas tanah, serunya cemas: "Mengapa sih kau. kau ingin mati?"
Si utusan beracun yang menyusul datang segera dibuat tertegun pula setelah menyaksikan peristiwa ini.
"ooooh, Siau Hong kusayang " teriaknya keras. "Mengapa kau membuat senekad itu?" Yu
Hong meludah keatas tanah dan mengumpat:
"Hmmm, bedebah tutup mulutmu kau tahu aku amat membencimu kalau bisa aku ingin makan dagingmu dan disaat telah mati akan kugigit sukmamu. "
"Yu Hong, jangan banyak bicara, darah mengalir amat deras" bujuk Kim Thi sia. Pelan-pelan Yu Hong berpaling, dengan pandangan berterima kasih dia berbisik: "Aku merasa berterima kasih sekali dengan maksud baikmu. "
Kemudian setelah mengatur napasnya terengah-engah, katanya lebih lanjut: "Harap kau membantu aku untukmeng ir pergi sisetan tua ini"
"Kenapa?" tanya Kim Thi sia tertegun.
Sambil tertawa hambar sahut gadis itu: "Disaat ajalku hampir tiba, aku tak sudi melihat dia lagi"
Kim Thi sia segera berpaling kearah utusan beracun dan bentaknya keras- keras: "Nah, sudah mendengar belum?"
Utusan beracun berdiri tertegun, dia seperti tidak mendengar apa yang sedang dikatakan pemuda itu. Terdengar Yu Hong berseru lagi:
"Kuharap kau suka melihat diwajah ciciku untuk mengusirnya secepat mungkin"
Tiba-tiba utusan beracun maju berapa langkah kemuka, serunya keras-keras: "Siau Hong, mengapa kau harus berbuat begini?"
sebelum sinona menjawab, Kim Thi sia telah membentak lagi dengan suara keras: "Utusan beracun, kau sudah mendengar belum? Ayoh cepat enyah dari sini"
"Kim Thi sia, kunasehati dirimu, lebih baik jangan mencampuri urusan ini" bentak utusan beracun mulai berang.
"Tidak bisa, aku telah mendapat titipan seseorang, bagaimanapun jua aku tetap akan mencampuri urusan ini."
"Tapi sekarang akupun telah mengambil keputusan- " seru utusan beracun keras.
"Apa yang kau putuskan?"
"Barang siapa berusaha untuk memisahkan aku dengan Siau Hong "
"Kau hendak beradu jiwa dengannya bukan?" jengek Kim Thi sia sambil tertawa sinis. "Hmmm, kau harus tahu aku si Utusan beracun Hoa Chin bukan manusia sembarangan yang bisa dipermainkan dengan begitu saja"
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah memangnya kau anggap aku takut kepadamu?"
"Ilmu pedang beracun pencabut nyawaku tiada tandingan didunia ini, kuharap kau jangan menghantar kematian gara-gara urusan ini" ancam utusan beracun dengan wajah serius.
"oooh, jadi kau hendak menakut-nakuti aku?" "Aku harap kau jangan berlagak terus. "
"Siapa bilang aku berlagak? Aku selalu bersungguh-sungguh"
"Kau tahu apa akibatnya bila seseorang terkena serangan ilmu pedang beracun pencabut nyawaku?"
"Paling banter mati keracunan"
"Hmmm, kalau cuma sederhana begitu, percuma orang lain menjuluki aku sebagai Utusan beracun" kata kakek jelek itu sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Jadi masih ada kehebatan lainnya?" tanya Kim Thi sia dengan perasaan ingin tahu.
"Aku mempunyai sebilah pedang mestika yang berbentuk seperti ular, pedang itu bernama pedang ular beracun"
Seraya berkata, pelan-pelan dia meloloskan pedang ular beracunnya dari dalam sarung. Hawa dingin yang menggidikkan hati segera memancar keempat penjuru. Kim Thi sia tidak berbicara, dia hanya tertawa sambil mengawasi gerak gerik lawannya.
Dengan suara keras kembali si utusan beracun membentak:
"Bila kau tahu diri, kuanjurkan lebih baik pergilah dari sini secepatnya" Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.....haaaah bila aku segera angkat kaki dengan begitu saja, maka
percuma aku Kim Thi sia. "
"Kenapa?"
"Percuma orang persilatan mengatakan diriku sebagai manusia yang paling sudah dihadapai"
Baru selesai perkataan itu, mendadak ia berdiri tertegun lalu membungkam diri dari dalam seribu bahasa.
Sebaliknya si utusan beracun segera berseru sambil tertawa dingin:
"Tentunya kau sudah tahu akan kelihayan sentilan sakti pasir pembingung sukma ku bukan?"
Ternyata menggunakan kesempatan disaat pembicaraan masih berlangsung tadi, dia telah menyentilkan jari tangannya kedepan memancarkan selapis kabut tipis yang tak berwujud tapi terendus bau harum.
Bgeitu mencium bau harum yang sangat aneh, Kim Thi sia segera sadar bahwa keadaannya sangat tidak menguntungkan-
Sekarang dia baru sadar bahwa nama besar si utusan beracun memang bukan bernama ong belaka.
Cepat-cepat pemuda itu menutup pernapasannya dan mencoba melawan pengaruh racun tersebut dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna.
Belum selesai ia bersemedi, utusan beracun kembali telah membentak nyaring: "Bocah keparat, aku akan segera mengirimmu untuk berpulang kealam baka. " Pedang ular beracunnya dengan menciptakan beribu-ribu lapis bayangan ular secepat petir menyerang kedepan.
Perlu diketahui, si utusan beracun memiliki tiga andalan ilmu beracunnya yang mematikan.
Ilmu beracunnya yang pertama adalah sentilan pasir pembingung sukma. Ilmu beracunnya yang kedua adalah ilmu pedang pencabut nyawa.
Sedangkan ilmu beracunnya yang ketiga merupakan kepandaiannya yang paling ampuh. Racun tersebut disemburkan lewat mulut dan disebut sebagai "semburan darah".
Begitulah keadaan dalam arena saat itu, sementara melancarkan serangan dengan pedang mautnya, si utusan beracun tiada hentinya me nyentilkan pasir-pasir pembingung sukma. Bahkan dari mulutnya menyemburkan pula kabut berwarna hitam yang segera menyelimuti seluruh angkasa.
Kim Thi sia benar-benar terdesak hebat, untuk menghadapi serangan tiga macam racun sekaligus dia menjadi kelabakan setengah mati.
Untuk berapa saat lamanya kim Thi sia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya, berulang kali dia mengganti gerak tubuhnya tapi selalu terdesak mundur dengan sempoyongan-
Dalam pada itu Yu Hong yang berbaring diatas tanah dapat menyaksikan semua peristiwa tadi dengan jelas.
berbicara sejujurnya, dia belum ingin mati, paling tidak ia belum ingin mati sebelum mendapat pengertian dari kekasihnya.
oleh sebab itu dia berharap Kim Thi sia bisa mengalahkan si utusan beracun, menghancurkan tua bangka yang memuakkan itu.
Dalam keadaan begini untuk ikut terjun kearena dan membantu Kim Thi sia, maka diam-diam iapun berdoa:
"ooooh Thian, berilah kekuatan untuk Kim Thi sia sehingga dia mampu mengalahkan tua bangka jahanam itu"
Sementara itu Kim Thi sia bergerak mundur terus sambil secara diam-diam mengeluarkan ilmu Ciat khi mi khi nya.
Rupanya dalam keadaan terdesak tadi, tiba-tiba saja Kim Thi sia mendapatkan sebuah pikiran yang sangat aneh pikirnya:
"Betapapun lihaynya si utusan beracun, bukankah tubuhnya pun terdiri dari darah dan daging? Kalau dia bisa menyimpan hawa beracun didalam tubuhnya tanpa merugikan diri sendiri, mengapa aku tak mencoba mempergunakan ilmu ciat khi mi khi untuk menghisap dan menyimpan pula didalam tubuhku. ?"
Karena berpendapat begitu, maka diapun segera mencoba untuk membuktikan pendapatnya ini.
Alhasil ia berhasil mengalami sebuah penemuan yang sangat aneh.
Sebagaimana diketahui, apa bila seseorang menghisap hawa beracun kedalam tubuhnya, maka sekujur badannya akan berubah menjadi amat beracun, dan bila hawa racun itu kemudian dipakai untuk melawan racun akibatnya tawarlah kemampuan racun tersebut.
Dengan teori ini pula, hawa racun yang terhisap didalam tubuhnya melalui ilmu Ciat khi mi khi membuat daya racun tersebut sama sekali menjadi hambar dan tak berguna.
Sekalipun begitu disaat sari racun mulai menyerang tubuhnya, timbul juga daya reaksi yang cukup keras. Hal mana membuat Kim Thi sia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan tubuhnya mundur dengan sempoyongan. Si utusan beracun yang menyaksidkan kejadian tersebut menjadi amat girang, dia segera memperketat serangannya. Melihat itu, Kim Thi sia segera berpikir:
"Biarpun dengan ilmu ciat khi mi khi aku berhasil menawarkan daya pengaruh hawa racunnya, tapi aku harus bertindak lebih berhati- hati jangan sampai tubuhku dilukai oleh pedang ular beracunnya. "
Berpikir begitu, pedangnya segera diputar dengan kencang menciptakan selapis bayangan pedang yang menyelimuti seluruh angkasa.
Dalam serangannya kali ini, ilmu pedang yang dipergunakan adalah ilmu pedang Panca Buddha.
Seandainya bukan terpengaruh oleh hawa beracun, sudah dapat dipastikan ilmu pedang pencabut nyawa dari siutusan beracun itu tidak memiliki daya kemampuan yang luar biasa.
Apa lagi bila dibandingkan dengan kehebatan ilmu pedang panca Buddha, boleh dibilang ketinggalan jauh sekali.
Beruntung Kim Thi sia masih pusing kepalanya hingga serangannya tidak mengena kurang tepat, sehingga untuk Sementara waktu posisi mereka tetap berimbang.
Dalam waktu Singkat puluhan gebrakan sudah lewat tanpa terasa. Mendadak terdengar si utusan beracun berteriak keras: