Jilid 44
Begitu melihat tampang muka orang tersebut, sambil tertawa dingin Kim Thi sia segera berseru:
"ooooh, rupanya kau adalah Yap tongcu bagus sekali, bagaimana kalau kita bertarung berapa ratus jurus lagi?"
Ternyata kakek ceking itu tak lain adalah satu diantara dua belas tongcu perkumpulan Tay sang pang, si Utusan langit Yap Jit beng.
Sambil menarik mukanya yang seram Yap Jit beng mendengus dingin, tiba-tiba saja ia melancarkan sebuah cengkeraman maut kedepan. cengkeraman itu dilancarkan dengan menggunakan satu diantara jurus-jurus ilmu Thian sim heng.
Kim Thi sia yang tidak mengenal kelihayan lawan sama sekali tidak melakukan sesuatu tindakanpun. Menanti ia sadar akan datangnya ancaman bahaya, untuk berkelit sudah tak sempat lagi. "Breeeettt "
Tak ampun lagi pakaian dibagian bahunya kena tersambar hingga robek besar sekali. Kim Thi sia sangat gusar, dia segera melancarkan serangan balasan sambil teriaknya:
"Hey si jenggot ceking, cakar setanmu hebat betul. Ayoh coba dilancarkan sekali lagi."
Dengan suatu gerakan yang cekatan Yap Jit beng berkelit kesamping menghindarkan diri dari serangan Kim Thi sia, kemudian serunya dingin:
"Bocah keparat, kau kelewat sombong tempo hari aku pernah membebaskan dirimu. Tapi hati ini. hmmmm, jangan harap bisa lolos kembali. Hari yang sama pada tahun mendatang
merupakan hari ulang tahun kematianmu yang pertama"
Selesai berkata ia mendesak maju kemuka, tiba-tiba saja sepasang telapak tangannya diputar balik sambil mendorong kedepan- Dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera saling bertemu satu sama lainnya. "Blaaaaammm. "
Ditengah benturan yang amat keras Kim Thi sia tak sanggup lagi berdiri tegak. Tubuhnya roboh terpelanting diatas tanah.
Semua jago menjadi gempar, Lam wi menggerakkan pula tangan kanannya siap membangunkan pemuda tersebut.
Namun Kim Thi sia telah merangkak bangun dengan amat cepatnya, merah padam selembar wajahnya, tanpa mengeluh ataupun mengucapkan sepatah katapun dia menerjang kembali kedepan sambil melepaskan pukulan dahsyat. Dengan penuh kegusaran Yap Jit beng segera membentak: "Bocah keparat, nampaknya kau benar-benar sudah bosah hidup."
Ia menarik napas panjang, dada dan lambungnya segera ditarik lima inci kedalam, kemudian sambil membentak nyaring, telapak tangannya diputar sambil mendorong kedepan-Angin pukulan yang maha dahsyatpun segera meluncur kedepan dengan cepatnya.
Kali ini Yap Jit beng telah menggunakan sepuluh bagian tenaga dalamnya. ia berhasrat membinasakan Kim Thi sia diujung pukulannya, maka begitu sepasang tangan mereka saling bertemu. Kim Thi sia yang memang lemah dalam tenaga dalam kontan saja tergetar hingga mencelat sejauh berapa kaki kebelakang, kepalanya menjadi pusing tujuh keliling. Matanya berkunang-kunang dan hampir saja ia tak sanggup merangkak bangun kembali. Anggap semua orang waktu itu, Kim Thi sia pasti akan mampus saat ini.
Pelajar bermata sakti yang melihat peristiwa itu kontan saja berseru sambil mendengus dingin. "Hmmm, sampai akupun merasa kehilangan muka karena perbuatanmu itu. "
Ternyata serangan yang dipergunakan Kim Thi sia barusan adalah jurus serangan yang diajarkan ciang sianseng kepadanya. Tapi sayang berhubungan tenaga dalamnya kurang sempurna, dia tak mampu menunjukkan kehebatan dari serangannya itu. Yu Hong segera berseru tertahan-
Tapi saat itulah mendadak terdengar Yap Jit beng mendengus tertahan dan ikut roboh terjungkal keatas tanah.
Pelan-pelan Kim Thi sia merangkak bangun, sewaktu melihat Yap Jit beng roboh terkapar, dia masih mengira hal itu merupakan hasil serangannya.
Dipihak Tay sang pang, suasana pun menjadi gempar setelah melihat tongcu mereka roboh terjungkal, serentak mereka maju kedepan-
"Jangan bertindak sembarangan" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak nyaring. Rupanya ketua Tay sang pang Khu It cing yang mencegah anak buahnya maju kedepan-
Hampir pada saat yang bersamaan, dari luar gedung kedengaran suara suitan yang berpekik saling bersahutan.
Mendengar suara suitan itu, sambil tertawa seram Khu It cing segera bergumam: "Heeeeh.....heeeeeh......heeeeeh. entah darimana lagi yang datang berkunjung?"
Kemudian dengan suara keras dia berseru:
"Apa yang hendak kusampaikan telah diselesaikan kuutarakan, kalian boleh pergi sekarang" Habis berkata dia segera mengundurkan diri dari situ.
"Jangan kabur" teriak Kim Thi sia tiba-tiba.
Dengan suatu gerakan cepat dia mengejar dari belakang.
Lam wi menggerakkan badannya pula menyusul dari belakang pemuda tersebut. Saat itulah dari luar kedengaran ada orang berteriak keras:
"ciu tong kongcu dari Kim kong kau serta thameu harimau naga Si Goanpah datang berkunjung"
Lam wi segera nampak bangga dan gembira setelah mendengar seruan nyaring tadi.
Ketika tiba diluar lorong, mereka berdua melihat Khu It cing masih berlarian dimuka, segera pengejaran dilakukan dengan lebih ketat.
"Hey bajingan tua, mau kabur kemana kau?" teriak Kim Thi sia keras-keras. Mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus "kejujuran meretakkan batu emas".
kelihatannya serangan tersebut segera akan mencapai sasaran secara telak. Disaat yang kritis
inilah, tiba-tiba.... "Aduuuuuh. "
Lam wi yang mengikuti dari belakang menjerit tertahan, kemudian bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas.
dalam keadaan begini tak mungkin lagi buat Kim Thi sia untuk melanjutkan pengejaran-Dia segera membalikkan badan melakukan pemeriksaan, tapi aneh sekali, keadaan disitu tetap seperti sedia kala tanpa gejala apapun untuk sesaat pemuda itu jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Tiba-tiba......
Dari atas tiang besar disisinya muncul sepasang tangan raksasa yang mengancam tubuhnya. Kim Thi sia tidak begitu menaruh perhatian terhadap hal tersebut, tak ampun pinggangnya kena dirangkul sepasang tangan raksasa itu erat-erat. Menyusul kemudian tiang besar itu terperosok jatuh kedalam tahan- dalam waktu singkat tibalah ditengah sebuah ruang bawah tanah.
Kim Thi sia segera sadar kalau terjebak. serentak dia meloloskan pedang Leng gwat kiamnya sambil membacok lengan raksasa itu secara bertubi-tubi, begitu mencapai atas tanah, ia melihat ada sebuah jalan setapak membujur kesana, maka diapun berjalan menelusurinya .
Sementara dia masih berjalan, tiba-tiba terlihat olehnya Lam wi dengan tubuh basah kuyup sedang berjalan keluar dari sudut ruangan-
Kim Thi sia kegirangan setengah mati, selesai berunding mereka berduapun melanjutkan perjalannnya menelusuri jalan setapak tadi.
Sepanjang jalan Lam wi menyeka wajahnya dari butiran air, sementara tangannya kelihatan gemetar keras.
Rupanya meski ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, tapi sayang tidak mengerti ilmu berenang.
Akibatnya begitu terjebur kedalam penjara air, tubuhnya menjadi basah kuyup dan keadaannya mengenaskan sekali.
Kim Thi sia tak tega melihat keadaan rekannya itu, cepat-cepat dia menyeka wajahnya dengan ujung bajunya.
Dengan manja Lam wi menjatuhkan diri bersandar diatas dadanya, lalu sambil mendekap pemuda itu erat-erat serunya gemetar: "oooh........dingin........dingin sekali. "
Kim Thi sia mengira rekannya masih dicekam rasa kaget, dengan lembut diapun menghibur: "Saudara Lam tak usah takut, kalau memang takut dingin, lepaskan dulu pakaianmu yang
basah itu."
"Kalau kulepas pakaianku yang basah, lantas aku mesti memakai apa?"
"Kalau begitu pakailah jubahku lebih dulu mau bukan?" sambil berkata Kim Thi sia melepaskan jubah luarnya.
Tapi Lam wi mendekap Kim Thi sia semakin erat katanya lagi:
"ogah, aku tak mau memakai bajumu"
sikap maupun gerak gerik tak berbeda seperti anak gadis.
Terpaksa Kim Thi sia mengurungkan niatnya, ia menyaksikan pakaian yang basah membungkus tubuhnya yang kecil ramping. Wajahnya nampak agak putih kepucat-pucatan-Ketika melihat bagian dadanya, ia seperti menyaksikan dua gumpalan bola daging yang cukup besar menonjol disitu. Yang jelas ia merasa tak memiliki gumpalan bola daging seperti itu.
Dasar bodoh, Kim Thi sia tidak berpikir lebih lanjut, dia hanya menganggap kejadian tersebut wajar saja.
Saat itulah tiba-tiba terdengar Lam wi berkata:
"Aku sangat lelah bagaimana kalau beristirahat sebentar sebelum meneruskan perjalanan?" Sebenarnya Kim Thi sia bermaksud kabur dulu dari ruang bawah tanah sebelum berbuat lain,
tapi setelah melihat wajah Lam wi yang penat, pakaiannya yang basah kuyup, diapun berpikir:
"Sebagai seorang lelaki, ia benar-benar tak becus, baru tercebur kedalam air, keadaannya sudah berubah begini rupa. percuma saja dia belajar ilmu silat"
Mendadak.....
Dari langit-langit ruangan itu terdengar ada dua orang sedang berbincang-bincang, salah seorang diantaranya terdengar sedang berkata: "Yap tongcu telah berpesan untuk menangkap hidup, hidup dua orang tawanan kita yang terjerumus kebawah. Li Piau, kita harus segera masuk melalui gua nomor tiga."
Agaknya orang yang dipanggil Li Piau tidak sependapat dengan rekannya, terdengar dia berkata:
"Apa sesungguhnya menangkap hidup,hidup? Kim Thi sia sudah tertangkap tangan Buddha, jelas jiwanya tak akan melayang, berbeda dengan orang yang tercebur kedalam penjara air. Kita mesti menolong lebih dulu, kalau kita sampai membiarkan dia banyak minum air, wajah kita bakal berani. Hey si antik, aku rasa kita mesti pergi kepenjara air dulu, untuk pergi kepenjara air seharusnya kita jangan lewat gua nomor tiga bukan?"
"Betul...Betul... Nampaknya kau lebih pintar dari padaku, baru saja aku minum berapa mangkuk arak, sekarang kepalaku mulai pusing.....yaaa, kita mesti lewat jalan yang mana ?"
"coba lihat, makin lama kau semakin tak berguna saja" terdengar Li Piau berkata lagi. "Bicara soal ilmu silat, aku Li Piau memang tak mampu mengunggulimu, tetapi takaran arakku jauh lebih hebat dari padamu. Aku rasa kita mesti turun lewat gua nomor tujuh"
"Li Piau, kau jangan ngoceh terus, selesai bertugas nanti bagaimana kalau kita beradu seratus cawan arak lagi"
Sementara itu Kim Thi sia telah dibuat terperanjat sekali setelah mendengar pembicaraan itu, langsung dia mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Ternyata seluruh dinding gua tersebut dari baja murni, hal ini menunjukkan bahwa usahanya untuk keluar dari situ bukan suatu pekerjaan yang mudah.
cepat-cepat Kim Thi sia menerobos maju kedepan, dia melihat dari tempat tersebut mencorong masuk cahaya rembulan, cepat-cepat tubuhnya melejit keatas. "Bluuuukkk"
Tampak Kim Thi sia terjatuh kembali sambil memegangi batok kepala sendiri dan berkaok-kaok kesakitan-
Ternyata diatas lubang kecil itu dipasang terali besi yang amat besar, karena sama sekali tak menduga akan hal tersebut, tentu saja batok kepala anak muda itu menjadi kesakitan setengah mati.
Sementara itu Lam wi telah berjalan mendekat sambil menghibur dengan suara lembut: "Saudara Kim, lebih baik berhematlah dengan tenagamu"
Kim Thi sia tidak menggubris anjuran tersebut, sekali lagi dia mengerahkan tenaganya untuk menggempur, tapi akibat dari gempuran tersebut kembali kepalanya terasa pusing tujuh keliling. Pandangan matanya berkunang-kunang dan telinganya terasa mendengung keras sekali.
Sekali lagi usahanya untuk menerobos keluar dari tempat tersebut mengalami kegagalan total. "Nah, coba lihat sendiri" seru Lam wi kemudian- "Siapa suruh kau tak menuruti perkataanku,
akibatnya mencari penyakit buat diri sendiri."
Hawa amarah berkobar dengan hebatnya didalam dada pemuda itu, dengan gemas dia melotot sekejap kearah rekannya, lalu berseru angkuh: "Saudara Lam, lihat saja nanti"
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya sambil melejit keatas. "Blaaaaammmm. "
Benturan keras yang terjadi kali ini segera membuat anak muda itu roboh terkapar diatas tanah dan untuk berapa saat lamanya tak mampu untuk merangkak bangun kembali. Agaknya anak muda itu sudah jatuh pingsan-
Sebagaimana diketahui Kim Thi sia merupakan seorang pemuda yang keras kepala serta tak pernah mengaku kalah kepada siapapun. Akibatnya dia terlalu tak tahu diri serta tak ammpu menilai kekuatan sendiri. Lam wi menjadi amat terperanjat setelah melihat kejadian ini, buru-buru dia menotok dua buah jalan darahnya. Tak selang berapa saat kemudian.....
Kim Thi sia berseru tertahan dan merangkak bangun dari atas tanah.
Steelah beristirahat sejenak. tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan pedang Leng gwat kiamnya, diam-diam ia berpiklr. "Dasar tolol, kenapa aku lupa dengan senjataku itu"
Dengan suatu gerakan cepat dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya.
Dibawah cahaya rembulan terlihat pancaran cahaya tajam berkilauan dari tubuh pedang tersebut serta menyebar kemana-mana.
Dengan memnggenggam pedangnya kencang-kencang, ia segera maju kedepan sambil melakukan babatan-
Pedang Leng gwat kiam memang nyata sebilah pedang mestika yang tajam sekali. "Sreeeet Sreeeet Sreeeeet"
Diiringi tiga kali desingan tajam, ketiga batang terali besi sebesar kepalan diatas langit-langit gua itu seketika terpapas kutung dan rontok keatas tanah.
Tak terlukiskan rasa girang Kim Thi sia setelah menyaksikan keberhasilannya itu. Sedangkan Lam wi memuji dengan suara hambar:
"Pedang mestikamu memang nyata sekali sebilah pedang hebat"
"Saudara Lam, mari kita keluar dari sini secepatnya" seru Kim Thi sia cepat-cepat.
Steelah menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung, dia menerobos keluar lebih dulu melalui lubang gua tadi.
Mendadak.......
"Bocah keparat, kau berani menjebol penjara untuk melarikan diri?" suara bentakan keras bergema memecahkan keheningan-
Menyusul suara bentakan itu, tampak empat lima sosok bayangan hitam berkelebat lewat dengan kecepatan luar biasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah menahan rasa mendongkolnya dan tak ada tempat pelampiasan- Melihat datangnya musuh yang menyerang, kontan saja dia menghimpun kekuatan tubuhnya serta melepaskan dua buah serangan berantai yang amat gencar.
Mencorong sinar tajam dari balik mata keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu, setelah mengawasi sekejap sekeliling tempat itu mereka segera mengepung Kim Thi sia ditengah arena.
Empat gulung angin pukulan yang maha dahsyat menyambar tiba dalam waktu singkat Kim Thi sia segera terdesak mundur sejauh satu kaki lebih.
Melihat musuhnya tergetar mundur, keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu mendesak maju lebih kedepan sambil tertawa dingin mereka menjengek sinis: "Bocah keparat, hendak kabur kemana kau?"
Sementara mengejek. tubuh mereka sama sekali tak menganggur. Dengan menghimpun kekuatan yang dimilikinya, kembali delapan gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat bak gulungan ombak ditengah samudra melanda kedepan-
Kim Thi sia membungkam diri dalam seribu bahasa, diam-diam ia mengerahkan ilmu ciat khi mi khinya, meski akibat gempuran tersebut tubuhnya tergetar mundur berulang kali, namun secara paksakan diri ia masih sanggup untuk menahan diri.
Melihat kemampuan musuhnya, kelima orang lelaki kasar itu saling berpandangan sekejap. lalu sambil tertawa dingin sekali lagi mereka ayunkan tangan melancarkan serangan- Kim Thi sia segera mengincar salah seorang musuhnya, lalu melepaskan sebuah serangan balasan-
Dengan sikap lelaki kekar berbaju biru itu mengayunkan tangannya menyambut ancaman tadi. "Blaaaammmm. "
Begitu empat tangan saling beradu satu sama lainnya, terjadilah suara benturan keras yang memekikkan telinga, seketika itu juga lelaki kekar tadi tergetar mundur sejauh dua langkah.
Diiringi caci maki yang sengit kelima orang lelaki itu segera melancarkan serangan kembali. Mendadak......
Salah seorang diantara mereka berteriak keras:
"cepat kejar, keparat yang satunya berusaha melarikan diri, cepat kalian hadang jalan perginya. "
Belum habis teriakan itu, dua orang rekannya sudah melejit kedepan serta melakukan pengejaran-
dalam repotnya Kim Thi sia sempatkan diri untuk melirik sekejap kedepan, ia menemukan Lam wi sedang berusaha melarikan diri dari sana.
Rasa gusar dan gemas segera berkecamuk dalam benak Kim Thi sia, ia segera mengubah semua perasaannya itu menjadi kekuatan, diiringi bentakan keras, sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan ketubuh seorang lelaki berbaju biru.
Lelaki kekar itupun bukan jagoan yang berkepandaian lemah, serta merta dia melontarkan pula sepasang tangannya kedepan. "Blaaaammmm. "
Ledakan keras kembali menggelegar memecahkan keheningan, diantara pasir dan batuan yang beterbangan kemana-mana, lelaki berbaju biru itu nampak terpental kebelakang, memuntahkan darah segar dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Melihat keberhasilannya ini, ia tertawa seram, sekali lagi dia melepaskan serangan dengan jurus "angin menggoncangkan pohon siong" dari Tay goan sinkangnya.
dalam serangan kali ini, dia telah sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, belum lagi ancamannya tiba, batu dan pasir yang beterbangan memenuhi angkasa telah mencekatkan hati kedua orang lawannya.
Dengan cepat enam tangan saling beradu satu sama lainnya, lelaki-lelaki berbaju biru itu segera tergetar mundur sejauh tiga kaki lebih lalu rontok keatas tanah dan tak mampu merangkak bangun lagi.
Sebaliknya Kim Thi sia sendiripun terpental jauh sekali, punggungnya menumbuk diatas sebatang pohon besar.
"Blaaaammmm"
Daun dan ranting berguguran ketanah, tapi pemuda itu tertawa keras, dengan cepat dia melompat bangun dan selangkah demi selangkah maju mendekat kemuka.
Biar suara tertawanya amat nyaring, sayang langkahnya kelihatan mulai gontai, mukanya penuh berpelepotan darah, jelas luka yang dideritanya cukup parah.
Mendadak.......
Beberapa kali suara bentakan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terdengar desingan angin tajam dan muncullah tiga sosok bayangan manusia ditengah arena.
"Aku akan beradu jiwa dengan kalian" bentak Kim Thi sia keras-keras.
Dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia melancarkan sebuah pukulan kedepan- Tapi dengan cepat pemuda itu berseru tertahan. lalu roboh terjungkal keatas tanah. Rupanya dibawah kerubutan beberapa orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang tadi, Kim Thi sia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya berusaha menghalau serangan musuh dan menanti bala bantuan dari rekannya Lam wi.
Siapa tahu belum sempat serangan tersebut dilontarkan keluar, lima gulung tenaga serangan yang maha dahsyat bak bukit Tay san yang runtuh saja, serentak menggempur keatas dadanya.
dalam keadaan begitu, buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya untuk menahan serangan mana.
Sayang sekali keadaan sudah terlambat dia mendengus tertahan dan tubuhnya roboh terpental keatas tanah.
Tapi pada saat yang bersamaan, kelima enam orang jagoan dari Tay sang pang pun turut roboh terjungkal keatas tanah.
Pada saat itulah Lam wi muncul kembali ditepi arena, terdengar ia berseru sambil tertawa dingin:
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh siapa saja yang bosan hidup silahkan maju kedepan-"
Disaat dia berbicara, Kim Thi sia kembali merangkak bangun sembari memegangi batok kepala sendiri, terdengar ia bergumam:
"Huah, sungguh tak kusangka beberapa orang cecunguk dari Tay sang pang memiliki tenaga dalam yang begini sempurna."
"Saudara Lim, kau tidak terluka bukan?" tanya Lam wi sambil maju menghampirinya. "Hmmm, hanya mengandalkan kemampuan dari beberapa orang cecunguk ini, bagaimana
mungkin ia mampu melukai diriku?"
Tiba-tiba dia menyaksikan keenam, tujuh orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang itu sudah roboh binasa semua, dengan perasaan tak habis mengerti pemuda itu berpikir lagi:
"Munginkah mereka tewas karena pengaruh ilmu ciat khi mi khi ku? Tapi hanya kepandaianku tak seberapa hebatnya." Sementara dia masih termenung, Lam wi telah menjelaskan:
"Saudara Kim, tak usah diperiksa lagi, mereka tewas karena jalan darah sang Hiatnya sudah terhajar sebatang jarum emasku." Mendengar itu, Kim Thi sia segera berpikir: "Sungguh keji caramu membunuh orang."
Tapi setelah melihat keadaan rekannya yang begitu mengenaskan, ia pun berseru pula: "Ya a, mereka memang pantas dibunuh, pantas dibunuh." Menyusul kemudian dia berkata lagi:
"Saudara Lam, lebih baik kita tinggalkan tempat ini secepatnya"
Waktu itu Lam wi memang merasa amat letih, mendengar ajakan tersebut ia segera mengangguk seraya berkata:
"Ya a, bajuku yang basah kuyup memang harus ditukar secepatnya, kalau hendak pergi kita harus pergi sebelum bala bantuan mereka tiba. Kalau tidak. kita pasti akan kerepotan sendiri, bukan begitu saudara Kim?"
Sesungguhnya Kim Thi sia berniat melakukan penyelidikan digedung Siau yau lo tapi setelah Lam wi berkata begitu, diapun tidak bersikeras lagi, maka berangkatlah mereka berdua meninggalkan gedung ini.
dalam keadaan begini Kim Thi sia tidak memperhatikan arah perjalanan lagi, begitu meninggalkan gedung atau yau lo, mereka segera menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya.
Makin berjalan Lam wi semakin merasakan keadaan yang tak beres, saat itu mereka berdua telah tiba ditepi sungai, sebuah perahu kecil sedang membuang sauh disitu. sambil menghentikan perjalanan Lam wi berbisik: "Saudara Kim, bagaimana kalau kita beristirahat diatas kapal saja? Aku rasa disitu tentu lebih aman?"
Kim Thi sia memang lagi kebingungan, mendengar itu diapun mendekati perahu tadi dan berseru:
"Hey pemilik perahu, kami ingin menyewa perahumu"
Tampaknya sipemilik perahu terjaga dari tidurnya karena teriakan Kim Thi sia, dia membuka mata dan memandang sekejap keadaan cuaca. Lalu sahutnya kemalas-malasan: "Tuan, sekarang hari masih gelap. kami tak bermaksud untuk berlayar." Tak sampai perkataan itu selesai diutarakan, Lam wi telah menyela:
"Tak apa kalau tak ingin berlayar sekarang, tapi kami sudah memastikan diri untuk menyewa perahu ini. Hey pemilik perahu, kau boleh tidur sekarang dan baru berangkat esok pagi. Hantar kami kekota terdekat, pokoknya akan kubayar sewa perahunya lipat dua."
Lalu tanpa menunggu persetujuan dari pemilik perahunya lagi, Lam wi ikut melompat naik keatas perahu disusul Kim Thi sia.
Walaupun sipemilik perahu nampaknya keberatan, tapi setelah memegang uang, iapun tak banyak bicara lagi dan segera bergeser dari tempatnya.
Lam wi memandang sekejap kearah Kim Thi sia, mendadak ia mendorong pemuda itu sambil serunya:
"Sekarang masuklah dulu dalam ruangan perahu, aku hendak mengeringkan pakaian dulu diluar."
Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, lalu tanpa banyak bicara masuk keruang dalam. Memandang bayangan punggungnya sekulum senyuman segera menghiasi wajah Lam wi,
diapun duduk diujung perahu bermaksud mengeringkan pakaiannya yang basah.
Tapi gara-gara perbuatannya ini, tanpa ia sadar racun keji telah menyusup kedalam tubuhnya serta mengancam jiwanya.
Ternyata air yang berada didalam penjara air gedung Siau yau lo telah dicampuri racun yang amat keji sebab Khu It cing sadar bahwa penjara air yang umum tak mungkin bisa mengurung jagoan lihay apalagi melukai serta membunuhnya.
oleh sebab itulah diapun memohon bantuan dari si utusan racun Goa chin sebagai seorang ahli racun untuk mencampuri sejenis racun kedalam air penjara itu. Barang siapa tercebur kesitu dan meneguk air penjara niscaya dia akan keracunan yang menyebabkan kematian-
Sejak didirikan, entah sudah banyak jiwa yang melayang dalam penjara air tersebut. Ketika Lam wi tercebur tadi, beruntung seali ia tak sampai meneguk air penjara tersebut,
namun tubuhnya cukup lama berendam dalam air beracun itu ditambah lagi setelah basah kuyup dia enggan tukar pakaian-
Bukan hanya begitu, dalam keadaan demikian ia sempat bertarung pula dengan jag-jago dari perkumpulan Tay sang pang, akibatnya sari racunpun secara pelan-pelan menyusup masuk kedalam tubuhnya melalui pori-pori badannya.
Masih untung tenaga dalam yang dimiliki Lam wi cukup sempurna sehingga sari racun tersebut sempat dibendung untuk sementara waktu, tapi bibit racunnya sempat tertanam dalam tubuhnya tanpa dia sadari.
Sementara itu Kim Thi sia telah menerobos masuk kedalam ruang perahu dan merebahkan diri untuk beristirahat.
Setelah melakukan pertarungan sengit dan menempuh perjalanan cukup jauh, Kim Thi sia merasa tubuhnya agak penat, begitu pejamkan mata diapun tertidur dengan nyenyaknya. Entah berapa lama sudah berlalu, tatkala ia membuka matanya kembali secercah cahaya pagi telah mencorong masuk melalui celah-celah jendela.
Pelan-pelan Kim Thi sia menggeserkan badannya, mendadak ia merasa ada orang tidur disisinya, orang itu tertidur dengan napas yang amat berat.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, dengan cepat dia membalikkan badan untuk memeriksa.
Ternyata Lam wi tidur melingkar disisinya, napas berat yang terdengar tadi tidak lain berasal dari hidungnya.
Kim Thi sia mencoba memeriksa air mukanya, tampak wajah Lam wi merah dadu bagaikan bunga tho, ketika ia mencoba meraba jidatnya, segera tangannya menyentuh jidat yang amat panas.
Kim Thi sia segera sadar bahwa Lam wi telah jatuh sakit, perasaan hatinya mulai tak tenang. Mendadak Lam wi menggerakkan tubuhnya dan pelan-pelan membuka matanya kembali,
sewaktu menyaksikan Kim Thi sia berada disisinya, sekulum senyuman segera tersungging diujung bibirnya. Tiba-tiba Lam wi merintih: "Dingin-.....dingin- "
Mendengar itu cepat-cepat Kim Thi sia melepaskan jubah luarnya dan diselimutkan diatas tubuhnya tapi Lam wi masih saja berteriak kedinginan-
Kim Thi sia menjadi kebingungan setengah mati, akhirnya karena kehabisan akal diapun memeluk tubuh Lam wi erat-erat, maksudnya hendak menghangatkan tubuh rekannya dengan panas tubuhnya.
Ternyata cara tersebut memang amat manjur, begitu tubuh Lam wi sudah dipeluk erat-erat iapun tidak berteriak kedinginan lagi.
Tak lama kemudian fajarpun telah menyingsing, Kim Thi sia mencoba memperhatikan wajah Lam wi, tiada rasa sakit atau mengeluh yang terpancar dari balik mukanya. Keadaan mana sedikit banyak melegakan juga hatinya.
Sementara itu sipemilik perahu telah bangun dari tidurnya dan mendayung perahu itu menelusuri sungai.
Kim Thi sia tak ingin membangunkan rekannya, diapun tidak melepaskan pelukannya karena takut membangunkan Lam wi dari tidurnya.
Waktu itu kebetulan sekali tangan kanan Kim Thi sia berada diatas dada Lam wi, setelah dipeluk sekian lama, mendadak pemuda kita menemukan sesuatu yang aneh.
Tiba-tiba saja dia merasa tangannya menyentuh suatu gumpalan bola daging yang empuk. montok dan aneh kalau dipegang. Yang lebih mencekam hatinya, ia merasa tidak memiliki gumpalan bola daging semacam itu pada dadanya.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Kim Thi sia segera memegang bola daging itu serta meremasnya berapa kali, ia segera merasakan suatu perasaan yang amat aneh, makin diremas gumpalan bola daging itu, perasaannya terasa makin nyaman saja.
Dengan perasaan semakin keheranan, pemuda itu mulai menggerayangi seluruh dada Lam wi, ia segera menemukan bahwa rekannya memiliki sepasang payudara yang montok. padat berisi serta sepasang puting susu yang mengeras tegang, sepasang payudara yang indah dan nikmat dipegang.
Kim Thi sia semakin bernapsu lagi setelah meraba sekarang dia ingin melihat sendiri apa gerangan gumpalan bola daging itu serta bagaimanakah bentuk sebenarnya.
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan mulai meraba kancing baju Lam wi kemudian secara berhati-hati sekali berusaha melepaskan kancing baju itu serta membuka pakaiannya. Tapi saat itulah Lam wi telah menggerakkan badannya. Kim Thi sia tahu rekannya telah terjaga dari tidurnya, maka diapun segera menegur: "Kau masih kedinginan?"
Lam wi menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menggeserkan badannya, kali ini dia tidak membiarkan tangan pemuda tersebut berada diatas dadanya.
Kim Thi sia segera bertanya lagi: "Saudara Lam, apakah kau merasa haus?" Lam wi mengangguk.
cepat-cepat Kim Thi sia mengambil secawan air dan memberikan kepadanya, selesai meneguk air tersebut Lam wi menghembuskan napas panjang dan menatap pemuda itu dengan pandangan yang lembut dan mesrah.
sudah beberapa kali Kim Thi sia mengalami tatapan mata selembut dan semesrah ini. Mula pertama, Lin lin yang memandang begitu kepadanya.
Kemudian Nyoo soat hong pun pernah memandangnya dengan sinar mata hangat, lembut dan penuh rasa cinta.
Selanjutnya putri Kim huan pernah memandang mesrah pula dirinyha, pandangan yang membuat perasaan hatinya tak karuan-
Terakhir pandangan dari Hay Jin putri tunggal Dewi Nirmala sempat membuat perasaan hatinya kebat kebit.
Teringat kesemuanya itu, Kim Thi sia seperti menyadari akan sesuatu, ia segera balas menatap rekannya.
Lam wi segera menyadari akan hal itu, merah padam selembar wajahnya secara tiba-tiba bisiknya kemudian:
"Saudara Kim, sekarang kita sudah tiba dimana?" Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata:
"Tak usah perduli sudah sampai dimana yang penting kau harus tidur dulu dengan perasaan lega."
Sekali lagi Lam wi memandang sekejap kearahnya dengan pandangan berterima kasih, kemudian baru ujarnya: "Aku tak ingin tidur lagi."
Selesai berkata, ia menyandarkan kembali tubuhnya dalam pelukan Kim Thi sia dan pejamkan matanya rapat-rapat.
Berapa saat kemudian terdengar s ipemilik perahu berseru keras: "Tuan, sudah sampai ditempat tujuan"
Kim Thi sia segera membangunkan Lam wi dan membantunya naik kedaratan, dari sakunya Lam wi mengeluarkan sekeping uang dan diserahkan kepada pemilik perahu sambil berkata:
"Uang kembalinya tak usah diberikan kepadaku, anggap saja sebagai hadiah untuk minum arak."
Tentu saja pemilik itu kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia berterima kasih kepada kedua orang tersebut.
Tiba didaratan, Kim Thi sia berdua menelusuri jalan masuk kedalam kota, kota itu sangat ramai dan banyak orang berlalu lalang. Setelah menempuh perjalanan berapa waktu, tiba-tiba Lam wi berbisik: "Saudara Kim, mari kita mencari rumah penginapan untuk beristirahat."
Melihat ada rumah penginapan dengan merek "Sim-an" dikejauhan sana, Kim Thi sia mengajak Lam wi menuju kesitu.
setibanya didalam penginapan, Lam wi baru berbisik kepada Kim Thi sia: "Kita pesan sebuah kamar saja" Kim Thi sia menurut dan segera berteriak:
"ciangkwee, kami pesan sebuah kamar kelas satu yang baik dan tenang "
Pemilik penginapan mengiakan berulang kali, ia perintahkan pelayan untuk menghantar tamunya kekamar terbaik diruang timur.
Melihat kamar itu luas lagi dan bersih, Lam wi sangat puas, ia segera memerseni pelayan tadi sambil bertanya:
"Apakah disitu ada tabib kenamaan? Tolong undang dia kemari secepatnya. "
Pelayan itu menyahut dan beranjak pergi cepat-cepat.
Tak lama kemudian pelayan telah muncul kembali dengan membawa obat yang dipesan-Malam itu mereka berdua bersantap d idalam kamar, kemudian masing-masing pergi tidur. Keesokan harinya, Lam wi berkata kepada Kim Thi sia:
"Saudara kim, aku memang benar-benar tak berguna, baru terendam air saja sudah jatuh sakit, sampai sekarang kepalaku masih terasa pening dan lemas badan- Sudah berapa kali aku mencoba untuk mengatur pernapasan, tapi setiap kali usahaku selalu gagal." Kim Thi sia tidak berbicara, ia membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat itu, Lam wi segera berkata lagi sambil tertawa:
"Perutku agak lapar, bersediakah kau keluar sebentar untuk membelikan berapa macam hidangan lezat untukku?"
Kim Thi sia memang ingin berjalan-jalan keluar, mendengar itu segera sahutnya: "Tentu boleh saja, aku segera berangkat"
Dengan riang gembira Kim Thi sia keluar penginapan dan membeli berapa macam hidangan, kemudian dengan riang gembira balik kembali kekamar. Begitu melangkah masuk kedalam kamar segera teriaknya keras-keras:
"Saudara Lam, aku sudah membeli banyak hidangan, bila kau berminat akan kucarikan berapa kati arak"
Siapa tahu suasana dalam kamar tetap sepi dan sama sekali tak terdengar suara jawaban ia melangkah masuk kamar, namun kamar itu kosong dan tak nampak seorang manusiapun.
Kim Thi sia mengira Lam wi sedang pergi kekamar kecil, diapun menghidangkan sayur yang dibeli keatas meja, lalu menanti rekannya kembali.
Siapa tahu tunggu punya tunggu Lam wi tak nampak muncul kembali bahkan hingga malam menjelang tibapun bayangan tubuh Lam wi masih tak nampak muncul kembali. Kim Thi sia mulai gelisah, pikirnya:
"Jangan-jangan ia sudah tertimpa musibah atau suatu kejadian yang tak diinginkan? Kalau tidak- mengapa kini belum muncul kembali?"
Sampai keesokan harinya, Lam wi belum juga nampak muncul kembali, dalam keadaan begini Kim Thi sia segera membereskan rekening kamarnya, dan berjalan menelusuri jalanan kota.
Entah berapa lama sudah dia berjalan menelusuri setiap sudut kota, ketika tengah hari menjelang tiba dan udara terasa panas, diapun memasuki sebuah rumah makan dan memesan berapa macam sayur.
Sementara dia masih bersantap. mendadak dari meja samping terdengar seseorang berkata: "Saudara sekalian jangan minum kelewat banyak. kalau sampai mabuk kau tak bisa bangun
lagi. Kita bisa berabe, ingat malam nanti kita masih ada tugas penting."
"Lotoa, kau jangan ribut melulu" terdengar seorang yang lain berteriak. "Bicara soal akal muslihat mungkin aku simacan kumbang bukan tandinganmu, tapi soal takaran minum arak, aku masih jauh lebih hebat ketimbang dirimu." Ucapan tersebut segera didukung oleh beberapa orang rekan lainnya. Terdengar orang pertama tadi berkata lagi: "Pangcu telah menginstruksikan kepada seluruh kantor cabang agar tingkatkan kewaspadaan, sebab bila urusan malam nanti sampai menemui kegagalan, maka perkumpulan kita tak bisa menancapkan kaki lagi didalam dunia persilatan-"
"Mengapa sih pangcu mesti bersikap tegang seperti ini?" teriak seorang yang lain tak puas. "Toh dalam peristiwa beberapa hari berselang perkumpulan kita sama sekali tak dipecundangi musuh." Seorang lagi berteriak:
"Lau hiocu, kau tak usah menempel emas diwajah sendiri, orangnya toh sudah ditolong musuh, apakah peristiwa semacam ini bukan suatu musibah buat kita?"
Kim Thi sia yang mencuri dengar pembicaraan tersebut segera merasakan semangatnya berkobar kembali, segera pikirnya:
"Bersusah payah aku melacak jejak mereka, akhirnya kuperoleh secara begini gampang." Maka diapun segera memusatkan seluruh perhatian untuk mencuri dengar lebih jauh.
Sementara itu Lau hiocu telah berkata lagi:
"Apa artinya orang tersebut ditolong mereka? Toh malam nanti sibocah perempuan tersebut tak akan lolos dari tangan kita. Apalagi dalam keadaan peristiwa kemarin dulu, banyak sekali jago-jago kenamaan dari dunia persilatan yang menderita kekalahan total serta melarikan diri terbirit-birit"
"Betul, perkumpulan cahaya emas yang pengaruhnya menyebar sampai lima propinsi diutara pun tak mampu berbuat banyak terhadap kita, buktinya thamcu naga harimau hidup, hidup, Sedang ciu tong kongcu untung berilmu tinggi dan cepat merasakan gelagat tidak menguntungkan sehingga bisa kabur secepatnya, yang lain nyatanya toh menjadi korban diujung golok kita." seorang yang lain segera menyambung pula:
"Sipukulan sakti tanpa bayangan juga bukan manusia yang luar biasa, apalagi putri kesayangannya itu benar-benar seorang gentong nasi yang tak berguna, kini tak berhasil ditemukan hampir saja nyawanya hilang ditangan pihak kita"
"Aku dengan pang cu telah beradu pukulan tiga kali dengan sipukulan sakti tanpa bayangan- Tidak ringan luka yang dideritanya" kata seseorang dengan nada kuatir.
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Luka pangcu tidak seberapa hebat, hey kau jangan bicara sembarangan diluaran- Bisa merusak martabat ketua kita" tegur orang pertama tadi dengan suara lengking. Kemudian setelah berhenti sejenak ia berkata lagi:
"Yang hebat adalah murid si Malaikat pukulan, dialah yang berhasil menyelamatkan jiwa Yu Kiem"
"Huuuuuu, apanya yang hebat dnegan sipelajar bermata sakti itu? coba kalau jagoan kita cukup banyak jumlahnya, tak mungkin dia akan berhasil menyelamatkan perempuan tersebut."
"Tapi aku rasa yang paling hebat adalah Kim Thi sia, setelah terperangkap oleh alat jebakan kita, ia masih mampu melukai enam orang hiocu kita sebelum melarikan diri, menurut laporan dari pihak kantor cabang, konon dia belum pergi jauh, masih berada disekitar tempat ini."
Kim Thi sia yang mendengar pembicaraan tersebut, diam-diam menjadi kegelian-
Mendadak terdengar suara kegaduhan dari ruang samping, lalu terdengar suara seorang asing berseru:
"Hey, rupanya kalian sedang mencari kenikmatan dengan bersembunyi disini, aku jadi repot semalaman "
"Song hiocu, Tan hiocu apakah terjadi suatu peristiwa besar dimarkas kita?" tanya orang yang pertama tadi dengan suara melengking.
"Aku sedang lapar nih, kita bersantap dulu sebelum berbicara" sahut orang itu lantang. Menyusul kemudian terdengar suara orang yang bersantap dengan rakusnya. Beberapa saat kemudian baru terdengar seseorang bertanya:
"Song hiocu, pertunjukan apakah yang sedang berlansung dimarkas besar kita? Tanganku sudah mulai gatal."
"Tak ada gunanya kau ikut keramaian dimarkas besar, bila tanganmu sudah gatal, lebih baik pulang kerumah sana untuk menggerayangi tubuh binimu"
"Hey si pipi licin, kau jangan menghina toayamu, kemarin dulu toaya mampu membunuh empat orang jagoan lihay dari perkumpulan cahaya emas"
"Bukan aku memandang rendah kalian, maksudku dimarkas besar kita telah dilengkapi dengan pelbagai alat jebakan yang sangat hebat, jangan lagi orang lain tak mampu menyusup masuk kedalam. Biar orang sendiripun tak berani berjalan sembarangan disana, lantas buat apa kita mesti bersusah payah untuk kesitu?"
"Hey toako, jangan sesumbar dulu kalau mau bicara" seru orang yang dipanggil Song hiocu dengan suara keras. "Bukankah kemarin dulu kita sudah kehilangan muka?"
"Apakah sipukulan sakti tanpa bayangan telah muncul kembali?" terdengar orang yang bicara pertama tadi bertanya dengan suara melengking. "Ehmmm situa b angka itu memang tak
mudah dihadapi, putranya sudah kita lukai. Aku lihat perselisihan ini tak akan berakhir dengan begitu saja. Bila kita bersua lagi dengan situa bangka tersebut dikemudian hari, kita semua harus bertindak lebih berhati-hati." Song hiocu segera mendehem beberapa kali lalu katanya:
"Seandainya situa bangka itu yang datang lagi, kita tak akan kehilangan muka"
"Kalau bukan sipukulan sakti tanpa bayangan, siapa lagi yang memiliki keberanian serta kemampuan semacam itu?"
"Jangan-jangan sipelajar bermata sakti?"
"Jangan-jangan sembilan pedang dari dunia persilatan?" Mendadak terdengar slorang asing itu berseru:
"Saudara sekalian, jangan menebak secara sembarangan"
"orang itu tentu Kim Thi sia" seru slorang pertama dengan suara melengking.
Kim Thi sia yang menyadap pembicaraan tersebut hampir saja tertawa tergelak saking gelinya. "Lotoa, dugaanmu sudah hampir benar." ujar Song hiocu.
"Jadi orang itu bukan Kim Thi sia?" agaknya sisuara lengking tak percaya kalau dugaannya meleset.
"Sesungguhnya orang itu bukan manusia yang punya nama didalam dunia persilatan-" Song hiocu menerangkan agak kurang sabar.
"Song hiocu" sela si suara asing itu cepat. "Darimana kau bisa tahu kalau sipendatang semalam bukan manusia yang punya nama?"
"Hmmm, kalau aku tidak tahu, memangnya kau tahu?" Melihat terjadi percekcokan, buru-buru si suara melengking menukas.
"Tan hiocu, kalau toh kau sudah tahu, cepatlah katakan agar kita semua turun mengetahuinya .
"
Tah hiocu mendehem berapa kali seperti hendak menjernihkan suaranya, lalu baru sahutnya: "Baiklah, kita sebagai sesama saudara sendiri memang tak salahnya untuk bicara terang, cuma
kalian jangan sembarangan bicara diluaran-"
"Tentu saja, tentu saja" sahut orang cepat-cepat. Tan hiocu segera berkata lebih jauh: "orang yang datang semalam adalah sibocah keparat macam perempuan yang datang bersama Kim Thi sia tempo hari itu."
"Huuuh, rupanya siprajurit tak bernama itu" seru Song hiocu.
"song hiocu" seru Tan hiocu cepat. "Kalau tak tahu jelas lebih baik jangan sembarangan bicara, darimana kau tahu kalau dia adalah seorang prajurit tak bernama?"
"Kalau bukan prajurit tak bernama mengapa aku tak kenal?"
"Song hiocu, tidak mengenal orang atau orang yang tak mengenal dirimu? Tahukah kau siapa orang tersebut?"
Melihat terjadi percekcokan lagi, sisuara lengking cepat-cepat mengalihkan pembicaraan, serunya:
"Mari, mari, mari kita keringkan secawan arak lebih dulu."
Setelah meneguk arak. suasanapun jauh lebih mereda, Tan hiocu pun melanjutkan kembali keterangannya.
"Lebih baik aku terangkan saja kepada kalian-" Bicara sampai disini, diapun merendahkan suaranya.
Untuk bisa mendengar lebih jelas terpaksa Kim Thi sia harus menempelkan telinganya diatas dinding.
Terdengar Tan hiocu berkata lebih jauh:
"Semalam, entah dari mana datangnya bocah keparat tersebut ternyata ia berhasil menyusup kedalam markas besar kita serta melukai beberapa orang hiocu dengan jarum emasnya sebelum pergi dia meninggalkan sepucuk surat. Konon pangcu menjadi tak tenang sehabis membaca tulisan-"
"Eeeeeh, siapa yang mengetahui pula tentang cerita ini. ?" sela Song hiocu.
"Song hiocu" si suara lengking segera napsu. "Lebih baik biar Tan hiocu menerangkan lebih jauh."
"Yaa, yaaa. Tan hiocu, lanjutkan ceritamu. " buru-buru semua orang berteriak.
Melihat hal ini, Tan hiocu pun melanjutkan kembali kata-katanya, ia berkata:
"Ternyata bocah keparat itu adalah anak buah siraja langit berlengan delapan, dia datang dengan membawa kartu undangan dari siraja langit bertangan delapan- Apa isi surat tersebut tidak begitu kutahu, tapi aku tak tahu dnegan fakta bahwa pikiran dan perasaan pangcu menjadi sangat tak tenang"
Untuk berapa saat lamanya suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun. Sampai lama kemudian-.......
Si suara lengking baru berkata:
"dalam setengah bulan belakangan ini, Raja langit berlengan delapan sigembong iblis ini sudah banyak melakukan perbuatan yang menggemparkan dunia persilatan- Aku dengar anak buahnya yang disebut Lima naga satu burung hong sering kali melakukan keonaran dimana- mana, entah apa yang menjadi maksud dan tujuan mereka yang sesungguhnya?"
"Kalau begitu bocah keparat yang datang semalam adalah Lima naga burung hong
tersebut?"
Ketika mengucapkan kata yang terakhir, kedengaran sekali nada suaranya menjadi kurang leluasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah lupa untuk bersantap. apalagi saat ini, dia memasang telinga dengan lebih seksama lagi. Terdengar Tan hiocu berkata lagi setelah termenung sebentar:
"Aku rasa bukan burung hong pasti seorang wanita, sedangkan lima naga sudah diundang sipedang kayu dari sembilan pedang dunia persilatan untuk menjadi tamu agung diistana pembesar Kanglam pada enam hari berselang."
"Kalau begitu, bocah keparat tersebut sudah pasti hasil penyaruan dari siburung hong" sela seseorang. Yang lain segera menyambung:
"Kalau begitu, manusia yang bernama Kim Thi sia benar-benar punya rejeki bagus."
Kim Thi sia merasa gusar sekali setelah mendengar pembicaraan mana, baru saja dia hendak berbuat sesuatu......
Mendadak terdengar seseorang berkata lagi:
"Bujiko, andaikata bocah keparat itu benar-benar hasil penyaruan dari siburung hong, kau bakal berebut rejeki dengan Kim Thi sia."
"IHuuuuuuh, apa sih hebatnya dengan Kim Thi sia?" dengan penuh kegusaran BU jiko berteriak. "Sekalipun dia belajar silat sejak kecil, usianya tak akan lebih panjang dengan usia sianak jadah yang dikandung oleh perempuan busuk mu Lim Man huu."
"Hey, jangan memandang enteng kemampuan Kim Thi sia" seseorang segera berseru. "Walaupun tenaga dalamnya kurang becus, namun orang lain tak akan sanggup untuk membunuhnya, apalagi memiliki pedang mestika yang amat tajam, ilmu pedang yang dipelajaripun luar biasa hebatnya. Bila kalian bertemu dengannya lain waktu, bersikaplah lebih berhati-hati."
"Hmmmm, Tan hiocu, baru berapa hari sih kau datang kemari?" seru Bu jiko dengan angkuhnya. "Aku lihat kau seperti lebih memahami soal Kim Thi sia ketimbang aku? Ketika jiwa mulai bertarung melawan Kim Thi sia, mungkin kau masih ingusan waktu itu."
Kim Thi sia betul-betul naik pitam karena mendengar ucapan tersebut, dengan cepat dia melompat bangun......
Pada saat itulah, tiba-tiba dari ruang sebelah kembali terdengar seseorang berteriak keras: "Apalagi yang bisa dibicarakan tentang Kim Thi sia? Bocah keparat itu sudah berhasil diringkus
oleh orang-orang dari kantor cabang Tou kang. "
Tentu saja berita tersebut sangat mencengangkan hati Kim Thi sia. "Bukankah ia duduk tenang ditempat tersebut, dari mana datangnya orang yang mengaku sebagai Kim Thi sia?"
"Benar-benar suatu peristiwa yang sangat aneh" demikian ia berpikir didalam hati.
Sementara itu, suasana dlkamar sebelah menjadi sangat gempar, semua orang pada berteriak keras.
"Ku tocu, benarkah perkataanmu itu?"
"Memangnya buat apa kubohongi kalian?Jika kurang percaya, silahkan saja datang berkunjung kekantor cabang Tou kang. Aku yakin Ku Lay hong tidak pernah berbohong"
"Waaaah.......kalau begitu kita mesti kasih ucapan selamat buah Bu jiko. " teriak beberapa
orang lainnya.
"Yaa betul" seseorang menimpali. "Si burung hong tersebut tentu akan menjadi milikmu"
Kedengaran orang yang disebut Bu jiko itu tertawa tergelak penuh kegirangan sahutnya agak tersipu:
"Tak usah kuatir, pokoknya asal burung kong sudah terjatuh ketanganku dan sudah kucicipi, pasti kalian akan turut mencicipi pula." Gelak tertawapun bergema kembali dengan ramainya. dalam keadaan begini, Kim Thi sia enggan mendengarkan lebih lajut ia segera membereskan rekeningnya dan beranjak pergi dari situ dengan langkah cepat. Waktu itu udara amat cerah, matahari bersinar dengan terangnya ditengah angkasa.
Dengan langkah lebar dia berjalan menelusuri jalan raya, kini Yu Kiem telah diselamatkan sipelajar bermata sakti, berarti diapun tak usah repot-repot untuk pergi menolongnya lagi.
Lam wi yang dikenal ternyata adalah siburung hong, anak buah Raja langit berlengan delapan- Padahal kelima naga mengadakan hubungan yang akrab dengan abang sepergurua sipedang kayu, ditinjau dari persoalan ini rasanya persoalan inipun tak akan mudah diselesaikan.
Disamping itu dia menguatirkan juga tentang orang yang mencatut namanya, apa yang menjadi maksud dan tujuan orang itu?
"Mengapa aku tidak pergi kesana untuk melihatnya sendiri? Siapa tahu bakal ada keramaian disana?" ingatan tersebut melintas lewat didalam benaknya dengan cepat. Berpikir begitu diapun menghembuskan napas panjang dan meneruskan perjalanan kedepan-
Ketika berjalan hingga mendekati suatu tikungan, tiba-tiba dia melintas ditepi jalan berbaring seorang lelaki bertubuh pendek, ceking, berlutut lebar, mata besar, hidung mancung, telinga lebar seperti kipas dan sebuah mulut lebar dengan sebaris gigi tikus berwarna kuning kehitam-hitaman-
......
Tampang muka seperti ini tidak asing lagi buat Kim Thi sia, sudah baran tentu ia segera mengenalinya dalam sekilas pandangan saja. Dengan wajah agak tertegun, segera pikirnya:
"Sungguh aneh, ditengah siang hari bolong begini, mengapa situa bangka celaka itu berbaring ditepi jalan? Jangan-jangan dia telah mampus?"
Ia tahu, manusia tersebut paling susah dilayani, bahkan lebih sudah dilayani ketimbang dirinya, atau lebih tegasnya dia merasa rada takut dengannya.
Maka sambil mempercepat langkahnya dia bermaksud meninggalkan situa bangka celaka itu, si unta secepatnya. Siapa tahu.......
Baru dua langkah dia berjalan, terdengar olehnya suara dengkuran si unta yang amat nyaring, agaknya ia sedang tertidur dengan nyenyaknya.
Kim Thi sia pernah menderita kerugian besar ditangan si unta ini, setelah tahu kalau lawannya belum mati, dia semakin sadar bahwa usahanya untuk meloloskan diri tak mungkin akan berhasil, daripada mencari penyakit buat diri sendiri, terpaksa dia menghentikan langkahnya sambil membalikkan badan.
Waktu itu, meskipun cahaya matahari yang bersinar diangkasa tak begitu terik. namun udara panas sekali.
Anehnya siunta dapat tidur ditepi jalan dengan begitu nyenyaknya, seakan-akan sedang tidur diatas pembaringan yang empuk saja. Pada saat Kim Thi sia menghentikan langkahnya itulah.....
Mendadak terdengar si unta mengingau:
"Jangan-jangan barang berharga yang hendak kubegal telah tiba?"
Kim Thi sia menjadi terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya: "Situa bangka keparat ini benar-benar pikun, masa hendak membegal barang berharga milik
orang lainpun dia bicarakan secara blak-blakan? Untung aku yang sedang dihadapi, andaikata orang lain, bukankah selembar jiwanya bakal melayang?"