Jilid 04
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak terdengar suara yang amat dingin
bergema mendatang, “Ciu heng, kau sungguh gembira sekali ini hari jauh dari lautan timur berpesiar ke daerah Tionggoan.”
Ciu Tong agak tertegun dibuatnya, ketika dia angkat kepalanya tampaklah sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya berkelebat menuju ke ujung perahunya, orang itu bukan lain adalah pangcu dari Tiang-gong-pang, si jari sakti Sang Su-im adanya.
Dia orang yang angkat nama bersama-sama dengan Sang Su-im masing-masing orang selama sepuluh tahun ini pada berlatih dengan amat giatnya, bagaimana kemajuan dari kepandaian silat, yang diperoleh masing-masing pihak mereka sama sekali tidak tahu, sedang dia sendiripun tidak ingin kalau Sang Su-im mengetahui jerih payahnya selama beberapa tahun ini.
Dia segera tertawa, tangannya digape mengundurkan kedua orang berbaju hitam itu lantas ujarnya.
“Tidak kusangka sama sekali Sang Loo-te bisa datang ke sini secara begitu mendadaknya, putrimu tadi bilang kau sedang menunggu mereka di tepian sungai.”
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya Sang Su-im di sana dalam hati merasa amat girang, dengan cepat dia menubruk maju ke depan sambil panggilnya, “Tia. ”
Sang Su-im tertawa, dengan perlahan dia miringkan kepalanya memperhatikan gerak-gerik dari kedua orang berbaju hitam itu dimana saat itu mereka berdua sedang memungut putungan lengan mereka kemudian berlari masuk ke dalam ruangan perahu, diam-diam hatinya merasa teramat heran, pikirnya. “Ehmm.... bagaimana mereka berdua bisa bersikap begitu?”
Walaupun pikirannya diperas terus tetapi pada air mukanya sedikitpun tidak memperlihatkan perubahan apapun, sinar matanya dengan perlahan dialihkan kembali ke arah si iblis tua itu,
Ciu Tong yang melihat sinar matanya melirik sekejap ke arah kedua orang itu hatinya merasa amat kaget, dia benar- benar tidak menginginkan kalau Sang Su-im berhasil menemukan sesuatu dari mereka itu, dia tidak ingin sampai maksud jahat yang sudah disusun selama mi diketahui oleh pihak lawannya. Segera dia tertawa serak.
“Aaaah tidak mengapa.... tidak mengapa,” ujarnya dengan cepat. “Mereka berdua baru saja dikutungi lengannya.” Sang Su-im cuma tertawa tawar saja di dalam hati dia sudah mempunyai rencana yang tersendiri karenanya dia tidak ingin memperpanjang persoalan itu kembali,
Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas wajah putrinya Sang Siauw-tan, mendadak air mukanya berubah hebat tanyanya kepada Siauw-tan dengan suara berat. “Siauw-tan, kau sudah dipukul oleh siapa?”
Sembari berkata matanya melirik sekejap ke arah Ciu Tong. “Tia, aku sudah dipukul oleh Husangko itu muridnya Hu Ing
Thaysu dari Tibet.”
Mendengar jawaban tersebut Sang Su-im segera mendengus dengan amat kerasnya, dia tahu walaupun Hu Ing Thaysu dikatakan sebagai jago nomor wahid dari daerah Tibet tetapi orang-orang Bu-lim jelas mengetahui kalau kepandaian silatnya masih belum bisa menandingi kepandaian silat dari empat manusia aneh, buat apa muridnya sekarang datang ke daerah Tionggoan untuk mencari gara-gara?
Koan Ing sendiri sama sekali tidak menduga kalau Sang Su- im bisa muncul disana secara mendadak, dia benar-benar merasa sangat keheranan.
Pada saat Sang Su Iu munculkan dirinya itulah kedua perahu layar milik perkumpulan Tiang-gong-pang sudah berlayar mendatang dengan menggencet perahu yang di tumpangi Ciu Pak, satu dari sebelah kanan yang lain dari sebelah kiri.
Ciu Tong yang mendengar Sang Siauw-tan terluka di tangan Husangko itu jagoan dari Tibet, hatinya diam-diam merasa keheranan mereka semua adalah jago-jago Bu-lim yang sudah lama berkelana di dalam dunia persilatan, sudah tentu merekapun tidak percaya kalau urusan bisa terjadi dengan begitu mudahnya. Sang Su-im sendiripun tahu peristiwa ini tidak mungkin terjadi dengan begitu mudahnya, tetapi dia mana mau membiarkan putrinya mendapatkan kerugian? Sekalipun Hu Ing Thaysu sendiri yang datang diapun tidak akan membiarkan putrinya mendapatkan gangguan dari mereka.
Segera dia tertawa dingin, kepada orang yang ada pada perahu sebelah kanan serunya, “Sampaikan perintah kepada kedua belas orang Hu Hoat untuk ikut lohu memasuki daerah Tibet.”
Angin bertiup kencang membuat arus sungai sedikit berombak, tetapi perkataan yang disampaikan olehnya secara perlahan ini dapat didengar dengan amat jelas di atas perahu tersebut., tampak orang ttu segera melepaskan burung merpati ke udara.
Ciu Tong yang melihat gerak-gerik mereka ini diam-diam merasa kaget, kelihatannya keorganisasian perkumpulan Tiang-gong-pang jauh lebih maju lagi daripada tempo hari, kekuatan tersebut dia tidak boleh memandangnya terlalu rendah,
Sang Su-im sesudah memberi perintah dia segera putar badannya menoleh ke arah Ciu
Tong.
“Terima kasih atas bantuan dari Ciu heng kepada siauw lie,” ujarnya keren. “Di kemudian hari, tentu aku balas budi ini, kali ini aku tidak bisa menemani lebih lama lagi.”
“Sang Loo-te, jangan keburu pergi!”
Dengan cepat Ciu Tong mencegah sewaktu dia mendengar Sang Su-im hendak pergi.
“Kita empat manusia aneh selamanya selalu bekerja sama, jika Hu Ing Thaysu sudah berbuat salah maka satu bagianku tidak bisa berkurang lagi. Apalagi kereta berdarah kini sudah memasuki Tibet, persoalan dahulu yang belum diselesaikan kini bisa kita selesaikan sekalian disana, mari kita berangkat ber sama-sama.”
Keberangkatan Sang Su-im kali ini ke daerah Tibet di samping persoalan-persoalan lain, peristiwa kereta berdarah termasuk juga salah satu tujuannya, kini mendengar Ciu Tong mau berangkat bersama-sama dengan segera dia menyanggupi karena dia merasa sudah mendapatkan satu orang bantuan kembali.
“Kalau begitu bagus sekali,” ujarnya kemudian sambil tertawa. Ciu Tong pun tertawa.
“Kenapa kalian tidak menumpang perahu ku saja?
Bagaimana kalau kita berlayar
mengikuti arus sungai sampai ke daerah Pa Siok kemudian baru menggunakan jalan darat melanjutkan perjalanan menuju ke daerah Tibet?”
Ketika Sang Su-im mendengar Ciu Tong minta dia orang ikut di dalam perahunya, walaupun dia tahu dengan jelas Ciu Tong bukanlah seorang manusia baik-baik, tetapi kini dia orang sudah membuka mulut, sudah tentu dia sendiri tidak akan mau memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain.
“Baiklah kalau begitu kita putuskan demikian saja,” ujarnya sambil tertawa. “Biar aku perintahkan kedua belas orang Hu Hoat untuk memasuki daerah Tibet terlebih dulu, kemudian kita baru menyusul mereka dari belakang.
Ciu Tong tersenyum, dia melirik sekejap ke arah diri Koan Ing lalu ujarnya sambil tertawa.
“Ooooh.... aku sudah melupakan seseorang di dalam perahu ini masih ada lagi seorang ciangbunjin dari Thian-yu- pay yang merangkap pula sebagai Ciangbunjin dari Pay.
“Ooooh begitu?” seru Sang Su-im tertahan, dengan pandangan penuh keheranan dia melirik sekejap ke arah Koan Ing. Dia tahu Koan Ing memiliki pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie, tetapi dalam persoalan ini dia tidak terlalu tertarik karena kepandaian silat yang dimiliki Koan Ing sekarang ini, pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie itu pasti ditemukan secara tidak sengaja.
Sebaliknya jabatan ciangbunjin dari Thian-yu-pay, hal ini benar-benar membuat ia merasa heran, bagaimana mungkin Kong Bun-yu bisa memberikan jabatannya itu kepada diri Koan Ing?
Sang Siauw-tan yang melihat mereka sedang membicarakan diri Koan Ing, dengan diam-diam segera bisiknya kepada Sang Su-im.
“Tia, tadi dia orang sudah menolong lagi satu kali kepadaku.”
Ketika Sang Su-im mendengar Koan Ing adalah ahli waris dari Kong Bun-yu, dalam hatinya sudah menaruh tiga bagian perasaan simpatiknya, kini mendengar pula kalau dia sudah menolong Sang Siauw-tan satu kali, tak terasa lagi dia sudah melemparkan satu senyuman manis ke arahnya.
Dia tahu hubungan Koan Ing dengan putrinya Sang Siauw- tan tentu amat baik sehingga dia mau berturut-turut menolong dua kali kepada dirinya, benar-benar dia menaruh rasa senang kepada ketampanan wajahnya.
Cuma ada satu hal yang membuat dia merasa kecewa, kepandaian silat yang dimilikinya
terlalu rendah sekali.
Ciu Tong yang melihat Sang Su-im melemparkan satu senyuman manis kepada diri Koan Ing segera mengetahui kalau dia orang sudah menaruh rasa simpatik kepada dirinya, mendadak dalam pikirannya berkelebat satu ingatan. “Sang Loo-te.... ” ujarnya kemudian. “Aku punya satu urusan yang hendak dirundingkan dengan dirimu, entah Sang Loo-te mengijinkan atau tidak?”
“Ciu heng, bilamana ada urusan yang hendak dikatakan, silahkan berbicara,” ujarnya sambil tertawa senang.
Dia benar-benar merasa amat girang sekali karena Ciu Tong mau membuka pembicaraan dengan memohon kepada dirinya, selama ini empat manusia aneh tak ada yang mau tunduk kepada siapa pun, siapa tahu Ciu Tong sudah membuka mulut untuk memohon kepada dirinya, sudah tentu hal ini membual hatinya merasa kegirangan.
Ciu Tong pun tertawa.
“Aku ingin menjodohkan putraku dengan putrimu.”
Sang Su-im menjadi melengak, dia sama sekali tidak menyangka dia orang bisa mengajukan permintaan di dalam hal ini semua dia masih mengira Ciu Tong tentu mempunyai urusan yang meminta bantuan dari dirinya. Tetapi dia sudah membuka mulut, apa yang harus diperbuat sekarang?
Ciu Pak sendiripun sama sekali tak menduga kalau ayahnya bisa membuka mulut meminangkan buat dirinya, mendengar perkataan tersebut dia menjadi sangat girang, sambil tersenyum senang dia melirik sekejap ke arah diri Sang Siauw- tan.
Sebaliknya Sang Siauw-tan sendiri mimpi pun tidak pernah menyangka kalau Ciu Tong berani membuka mulut melamar dirinya pada saat ini, dia yang sudah merasa tidak puas terhadap sifat Ciu Pak dengan cepat melengos ke samping.
Sang Su-im melirik sekejap ke arah putrinya, dia tahu Sang Siauw-tan sangat benci terhadap pemuda itu, terpaksa dia tertawa tawar. “Perkataan dari Ciu heng walaupun siauwte menerimanya, tetapi untuk mengambil keputusan, siauwte kira masih belum saatnya.”
Sinar mata Ciu Tong dengan berkelebat, hatinya benar- benar merasa sangat tidak senang.
“Sang Loo-te. kau merasa putraku dalam hal apa tidak sesuai?”
Sang Su-im tertawa, dia termenung sebentar kemudian baru jawabnya, “Ciu heng, kau jangan salah paham, sewaktu ibunya mendekati ajalnya dia sudah berjanji untuk kawin dengan seorang pemuda murid dari manusia yang berilmu paling tinggi di dalam pertemuan para jago yang kedua di atas gunung Hoa-san.”
Ooo)*(ooO
Bab 8
CIU TONG segera tertawa terbahak-bahak. “Jikalau orang ini tidak bermurid?” tanyanya keras.
Sang Su-im segera tertawa, dia tahu saat ini orang yang bisa kawin dengan putrinya cuma beberapa orang saja, sedang Ciu Tong ini tidak perduli jadi orang lurus atau jahat, pokoknya merupakan seorang jagoan pula.
“Haa.... haa pada saat itu sudah tentu putramu yang aku
pilih.”
Mendengar perkataan tersebut Ciu Tong semakin senang. “Cepat ucapkan banyak terima kasih kepada Sang Pepek,”
ujarnya kemudian kepada Ciu Pak.
Tanpa menunggu lama lagi Ciu Pak dengan cepat maju memberi hormat kepada diri Sang Su-im,
“Terima kasih atas kemurahan Sang Pepek.” “Nanti dulu, kau jangan begitu terburu-buru!” seru Sang Su-im sambil tertawa tawar. “Sang Siauw-tan belum tentu berhasil kau kawini.”
“Haaa.... haaa Sang Loo-te, di dalam Bu-lim saat ini cuma ada kita empat keluarga besar saja, kau dan aku sudah menduduki dua keluarga. Cak Loo-te tidak bermurid kini tinggal Kong Loo-te seorang saja, aku lihat diapun tidak bermurid.”
“Tetapi maksudku aku mau mencarikan suami baginya dari antara para pemenang pada pertemuan puncak para jago yang kedua di gunung Hoa-san pada kemudian hari.”
Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak, dia melirik sekejap ke arah Koan Ing kemudian
ujarnya, “Kelihatannya kesempatan buat kita dua keluarga untuk mengikat hubungan amat besar sekali,”
Sang Siauw-tan yang mendengar mereka ngoceh terus tentang dirinya, dalam hati merasa amat tidak senang, kepalanya segera dipalingkan ke tengah sungai,
Koan Ing yang melihat perahu tersebut sama sekali tidak menepi tak terasa lagi sudah kerutkan alisnya rapat-rapat, dia merasa tidak betah untuk tinggal bersama dengan mereka tetapi untuk membuka mulut memohon diapun tidak mau, hatinya benar-benar merasa serba susah sekali.
Ciu Tong yang melihat perubahan sikap dari Koan Ing segera merasakan hatinya sedikit bergerak, asalkan Koan Ing tidak ada disini bukankah urusan besar akan segera bisa diselesaikan?
“Apakah kau orang mau naik ke daratan?” tanyanya kepada Koan Ing sambil tertawa. Belum sempat Koan Ing memberikan jawabannya Sang Su-im sudah tertawa.
“Koan Hian-tit,” ujarnya perlahan, “kau tinggal di atas perahu saja, aku dengar ayahmu juga terbinasa di bawah serangan kereta berdarah itu, bilamana kau mau memasuki daerah Tibet bagaimana kalau kau berangkat bersama dengan kita sekalian.”
Koan Ing sewaktu mendengar Sang Su-im mengungkit kembali persoalan ayahnya dalam hati dia amat sedih, untuk mengucapkan kata-kata dia tidak sanggup lagi. Sang Su-im tertawa kembali, katanya, “Supekmu apakah selama ini baik- baik saja?”
Teringat akan pesan terakhir dari Kong Bun-yu, Koan Ing segera menganggukkan kepalanya.
“Sudah ada beberapa tahun lamanya aku tidak bertemu dengan Kong Bun-yu entah bagaimana keadaannya sekarang ini?” ujarnya lagi kepada diri Ciu Tong, tetapi jika dilihat dari pedang kesayangannya yang sudah diberikan kepadanya, hal ini membuktikan kalau dia orang mempunyai suatu kelebihan yang istimewa, kalau tidak Kong Bun-yu tidak akan sembarangan menghadiahkan barang kesayangannya kepada orang lain.
Ciu Tong yang mendengar dari nada ucapan Sang Su-im agaknya dia orang merasa amat sayang dengan diri Koan Ing, segera tertawa
“Kepandaian silat dari Koan Ing inipun boleh dikata merupakan jagoan nomor wahid dari murid angkatan kedua.”
Walaupun pada mulutnya dia berbicara demikian, padahal di dalam hati dia sudah mengambil keputusan yang lain, dia sedang berpikir harus menggunakan cara apa untuk menghadapi diri Koan Ing, dia ingin melihat dulu keanehan dan kelihayan dari ilmu silatnya Koan Ing, agar pada pertemuan puncak para jago yang kedua di atas gunung Hoa- san di kemudian hari dia orang jangan sampai menemui kekalahan di tangan Kong Bun-yu, Pada saat itulah mendadak dari arah depan meluncur datang sebuah perahu layar yang bergerak mendatang dengan amat cepatnya.
Sang Su-im yang melihat datangnya perahu layar tersebut diam-diam mengerutkan alisnya, dia segera mendengus dingin.
“Ciu heng,” ujarnya tawar. “ternyata ini hari ada orang yang sengaja datang mencari setori dengan aku.”
Sepasang mata dari Ciu Tongpun segera melotot keluar, dari ujung perahu dia mengambil keluar seutas tali, kemudian dengan menggunakan tangan kanannya dia menyambitkan tali tersebut mengarah tiang layar dari perahu yang meluncur datang itu,
Dengan amat gusarnya dia bersuit panjang, pada saat tangan kanannya digetarkan, terdengarlah suara ambrukan yang amat keras, tiang layar dari perahu itu sudah berhasil dipukul patah menjadi dua bagian,
Dengan gerakan dari Ciu Tong ini seketika itu juga membuat Sang Su-im merasa sangat terkejut., dia sama sekali tidak menyangka kalau tenaga dalam dari Ciu Tong ternyata sudah berhasil mendapatkan kemajuan yang amat pesat sekali, hanya di dalam waktu beberapa tahun saja, agaknya dia orang tidak dapat dipandang terlalu rendah,
Ilmu jari Han Yang Ci Kang dari dirinya sekalipun bisa menghancurkan ilmu mayat membusuk yang dimiliki olehnya, tetapi jikalau serangannya mencapai kegagalan maka dirinyalah yang akan ditawan olehnya.
Begitu tiang layar itu terputus menjadi dua bagian maka tubuh perahupun menjadi miring ke samping.
Dari ujung perahu itu segera meloncatlah keluar sesosok bayangan manusia yang dengan amat cepatnya meluncur ke arah ujung perahu mereka. Koan Ing dapat melihat orang itu mempunyai bentuk badan yang tinggi besar dengan wajah yang berwarna merah padam sedang memandang mereka berlima dengan pandangan amat
gusar.
Ciu Tong maupun Sang Su-im pada melengos ke arah sungai, mereka berdiri dengan amat tenangnya seperti tidak pernah terjadi sesuatu urusan apapun, bahkan melirik sekejap ke arah orang itupun tidak.
Sinar mata orang itu dengan amat tajamnya menyapu sekejap ke arah mereka semua, kemudian dengan nada suara yang amat berat tanyanya, “Siapa orang yang begitu berani merusak perahuku?”
Perahumu? Siapa kau orang?” seru Sang Siauw-tan dengan amat dinginnya.
Orang itu segera mengerutkan alisnya, baru saja mau membuka mulut untuk memberikan jawaban mendadak Ciu Pak yang ada di samping sudah meloncat keluar. “Siauw-tan Moay-moay” ujarnya dengan cepat. “Biar aku saja yang menghadapi dirinya.”
Sambil berkata tangan kanannya diputar satu lingkaran di depan dada kemudian dengan cepatnya dihajarkan ke atas tubuh lelaki berusia pertengahan yang berwajah merah itu.
Dengan amat gusarnya lelaki berusia pertengahan itu mendengus, sepasang tangannya balas berputar melancarkan serangan dahsyat menutup datangnya serangan dan Ciu Pak itu.
Koan Ing yang melihat jurus serangan dari lelaki berusia pertengahan itu mendadak merasa hatinya berdebar, jurus itu bukan lain adalah jurus serangan Jiet Gwat Siang Huan
atau matahari rembulan saling berputar dari ilmu sakti Thian-yu Sinkang, bagaimana disinipun bisa muncul seorang ahli waris dari Thian-yu-pay? Begitu Ciu Pak melancarkan serangan tadi, mendadak sikut kanannya ditekuk melancarkan bokongan ke arah lambungnya, orang itu menjadi amat terkejut dia sama sekali tidak menyangka sikut Ciu Pak secara tiba-tiba bisa melancarkan serangan ke arahnya.
Sepasang matanya segera berkelebat tangannya dibalik balas mengirim satu pukulan ke depan.
“Braaak!” masing-masing dengan keras lawan keras menerima satu pukulan dari pihak lawan.
Koan Ing yang melihat serangan dari orang itu semuanya menggunakan jurus-jurus serangan dari Thian-yu-pay, hatinya semakin kaget, mendadak bentaknya dengan nada berat. “Tahan. ”
Mereka berdua sudah saling menerima satu pukulan dari lawannya, dalam hati bermaksud untuk bertanding lebih lanjut, kini mendengar suara bentakan dari Koan Ing yang begitu dingin tanpa terasa dengan penuh keheranan masing- masing sudah mengundurkan diri satu langkah ke belakang dengan pandangan keheranan mereka ber dua sama-sama memperhatikan Koan Ing.
Ciu Tong serta Sang Su-im yang semula berpura-pura tidak melihat setelah mendengar suara bentakan dari Koan Ing ini tidak terasa lagi sudah mengambil perhatian juga.
Dengan sinar mata yang amat tajam Koan Ing memperhatikan orang itu beberapa saat lamanya kemudian baru tanyanya dengan suara yang amat dingin, “Kau murid siapa?”
Lelaki berusia pertengahan yang dipandang Koan Ing seperti demikian, dia segera
mendengus dingin, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Koan Ing yang merasa dirinya sebagai ciangbunjin dari partai Thian-yu, seharusnya mengambil perhatian penuh di dalam urusan ini, dengan perlahan dia mencabut keluar pedang Kiem-hong-kiamnya.
“Kau kenal dengan pedang ini?” tanyanya tawar.
“Aku bukan murid dari Thian-yu-pay, buat apa kau orang mengurusi diriku?”
Koan Ing segera mengerutkan alisnya, dia tidak paham dari mana orang ini bisa mendapatkan pelajaran ilmu silat aliran Thian-yu-pay, ini hari juga dia harus memecahkan teka teki yang membingungkan ini.
Pedangnya segera dimasukkan kembali ke dalam sarungnya. “Hmm, aku harus menjajal ilmu silatmu.”
Sembari berkata tubuhnya meloncat ke atas, sepasang tangannya dengan berkelebat simpang siur ke kanan dan ke kiri dia melancarkan serangan ke arah musuhnya, inilah jurus Jiet Gwat Siang Huan” dari ilmu sakti “Thian-yu Sinkang”.
Sekalipun jurus yang digunakan sama, tetapi sewaktu digunakan di tangannya jauh berbeda sekali, terasa segulung angin pukulan yang amat keras menghajar ke arah dada orang itu,
Sinar mata lelaki berusia pertengahan itu berkelebat tak henti-hentinya, tangan kanannya dengan cepat membabat ke depan menghalangi serangan dari Koan Ing tersebut,
Koan Ing segera mendengus, bukankah jurus yang baru saja digunakan oleh orang itu adalah jurus Thian Hong Cu Lok dari partainya? Bilamana orang ini hendak menggunakan ilmu silat dari aliran Thian-yu-pay untuk merobohkan dirinya, bukankah hal ini merupakan suatu urusan yang sangat menggelikan sekali?
Sekalipun dia harus memejamkan mata, arah yang akan diserang oleh orang itu diapun tahu. Tangan kanan Koan Ing dengan cepat digetarkan ke depan, tahu di dalam satu kali kelebatan saja dia sudah berhasil mencengkeram urat nadi dari tangan kanan lelaki berusia pertengahan itu.
Lima jarinya dengan cepat diperkencang, bersamaan pula tangannya ditarik ke belakang, tubuh lelaki berusia pertengahan itu sudah berhasil ditarik ke tengah udara.
Ketika orang itu berhasil dilemparkan Koan Ing ke tengah udara, keringat dingin sudah mulai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, dia benar-benar dibuat pecah nyalinya oleh gerakan itu.
“Hmmm, kau murid siapa?” tanya Koan Ing kembali dengan amat tawar.
Sang Su-im yang selama ini menonton jalannya pertempuran dari samping diam-diam merasa amat heran sekali, bagaimana cuma di dalam dua bulan saja kepandaian silat dari Koan Ing sudah memperoleh kemajuan yang demikian pesatnya? Dengan cara apa dia orang bisa melatih tenaga dalamnya sehingga memperoleh kemajuan yang amat pesat tapi hanya di dalam waktu yang amat singkat ini?
Ciu Tong yang berdiri di samping segera tertawa dingin. “Koan Ing.... ” serunya dengan nada kurang senang, “Di
hadapanku kau orang begitu berani mencari keonaran?”
Koan Ing sewaktu mendengar Ciu Tong hendak mencegah perbuatannya ini diapun segera tertawa dingin,
“Urusan ini merupakan urusan dari Thian-yu-pay kami pribadi, setelah urusan ini selesai nanti aku bisa minta maaf dari locianpwee.”
Ciu Tong terpaksa cuma bisa mendengus. dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sang Su-im yang melihat Ciu Tong tidak senang segera melirik sekejap ke arahnya,
ujarnya sambil tertawa.
“Ciu heng, kepandaian silat dari bocah ini hanya di dalam dua bulan saja ternyata sudah mencapai kemajuan yang demikian pesatnya, entah bagaimana dengan tenaga dalamnya?”
Ciu Tong yang mendengar dari nada ucapan Sang Su-im agaknya dia orang sangat kagum terhadap diri Koan Ing, dalam hati merasa semakin mendongkol lagi, pikirnya dalam hati.
“Hmm, Koan Ing bangsat cilik ini merupakan penghalangku, aku harus cari suatu kesempatan untuk menghadapi dirinya,”
Sebetulnya dia tidak terlalu memikirkan urusan Koan Ing ini di dalam hatinya, dia menganggap dengan kedudukannya sebagai salah satu dari empat manusia aneh tidaklah seharusnya merasa bingung untuk mengurusi persoalan Koan Ing, tetapi jika dilihat dari kemajuan ilmu silat yang diperolehnya, agaknya urusan ini harus ditangani oleh dia sendiri baru bisa beres.
Lelaki berusia pertengahan yang urat nadinya berhasil di cengkeram oleh Koan Ing walaupun keringat sebesar kedelai sudah mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya tetapi dia tetap menutup mulutnya tidak mengucapkan sepatah katapun.
Pikiran Koan Ing dengan cepat berputar, dengan perlahan- lahan dia melepaskan kembali cengkeramannya.
“Kau orang sudah memperoleh pelajaran ilmu silat ini dari mana?” tanyanya tawar. Lelaki berusia pertengahan itu melirik sekejap ke arah Koan Ing, dalam hati dia sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian silat dari pemuda ini bisa begitu hebatnya, mulutnya tetap bungkam. “Hmm, jika kau tidak mau bicara, janganlah salahkan aku berlaku kurang sopan terhadapmu,” ancam Koan Ing kemudian.
Si lelaki kasar berusia pertengahan yang baru saja berhasil ditawan oleh Koan Ing segera mengetahui kalau kepandaian silatnya ada yang di atas dirinya, dia tidak bisa berbuat apa- apa, lagi terpaksa jawabnya, “Aku mendapat pelajaran ini dari Kauwcu kami.”
Siapa Kauwcu kalian?” Tanya Koan Ing kemudian sambil mengerutkan dahinya, “Apakah Cian Thian Kauw pun kau tidak tahu?”
Koan Ing menjadi melengak. “apakah itu perkumpulan Sian-thian-kauw? Kenapa selama ini dia belum pernah mendengar?
Ciu Tong serta Sang Su-impun diam merasa amat heran sekali, sekalipun dirinya sebagai seorang pangcu dari suatu perkumpulan besar serta Toocu dari pulau Ciet Ie Too tetapi terhadap adanya perkumpulan Sian-thian-kauw ini sama sekali tidak pernah mendengar.
Koan Ing termenung sebentar, tanyanya kembali, “Siapakah nama Kauwcu kalian?”
“Hmmm. kau kira nama dari Kauwcu kami boleh disiarkan
kepada orang lain dengan seenaknya?”
Koan Ing segera mengerutkan alisnya, baru saja dia hendak mendesak lebih lanjut mendadak terdengar suara teriakan dari Sang Siauw-tan.
“Aaaah ada perahu lagi.”
Koan Ing dengan cepat menoleh, tampak sebuah perahu layar yang amat besar dengan perlahannya berhenti di tengah sungai di hadapan mereka. Sang Su-im yang melihat munculnya sebuah perahu, dalam hati merasa amat keheranan, dia tidak kenal asal usul dari perahu itu, apa tujuan mereka yang sebenarnya?
Dia segera mendengus dingin, kepada Ciu To ujarnya, “Agaknya di dalam urusan ini kita harus ikut campur.”
“Haaa.... haaa. ”
Terdengar lelaki berusia pertengahan itu sudah tertawa kegirangan.
“Kauwcu kami sudah datang.”
Sambil berkata dia tertawa keras sekali, agaknya dia orang sudah menganggap Kauwcunya bagaikan malaikat saja.
Dengan perlahan Koan Ing mengalihkan pandangan matanya ke arah perahu tersebut, terlihatlah perahu itu berhenti di tengah sungai sedikitpun tidak bergerak.
Dia benar-benar sudah merasa tidak sabaran lagi, tubuhnya mendadak meloncat ke atas kemudian membentuk gerakan busur di tengah udara dan dengan amat ringannya melayang turun pada ujung dari perahu tersebut.
Jarak yang ada sejauh lima kaki ternyata bisa ditempuh dengan gaya yang amat menarik sekali.
Baru saja Koan Ing melayang turun ke atas perahu tersebut segera terdengarlah suara dari Sang Su-im yang amat perlahan.
“Kita lebih baik lihat-lihat dulu.”
Dia tahu mereka berdua sebagai seorang angkatan tua di dalam Bu-lim tidak ingin merendahkan kedudukannya dengan menampilkan diri pada saat itu, bila tidak perlu benar mereka berdua tidak akan mau melompat kesana.
Tapi Koan Ing tidak mau ambil perduli semuanya itu, dengan tenangnya dia berdiri di ujung perahu itu, Lama sekali dia berdiri disana tetapi dari balik perahu itu tak terdengar sedikit suarapun, akhirnya dia orang tidak bisa menahan sabar lagi, teriaknya, “Koan Ing ingin menghadap kepada Kauwcu dari Sian-thian-kauw kalian.”
Walaupun dia sudah berteriak beberapa kali, dari dalam perahu tersebut tidak terdengar sedikit suarapun, hatinya menjadi mendongkol juga, pikirnya.
“Siapakah sebenarnya Kauwcu dari Sian-thian-kauw itu, kenapa begitu misterius jejaknya.”
“Hmm, dia tidak mau keluar, apakah dirinya tidak bisa masuk sendiri ke dalam?” Berpikir akan hal itu dengan cepat dia berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut,
Koan Ing yang berjalan masuk ke dalam ruangan perahu itu segera melihat di dalam ruangan tersebut sama sekali tidak tampak sesosok manusiapun tetapi barang yang di dalam
sana amat mewah dan rapi sekali.
Di tengah-tengah ruangan itu berdirilah sebuah meja sembahyangan, di atas meja tergantung juga sebuah pedang yang memancarkan sinar yang berkilauan.
Dia menjadi melengak, kakinya dengan perlahan mulai bergeser memasuki ruangan sebelah dalam.
Tapi.... baru saja Koan Ing membuka horden pada pintu ruangan dalam mendadak terasalah segulung hawa pukulan yang amat dingin sekali menerjang tubuhnya.
Dia menjadi terperanjat di dalam ke adaan terdesak dia mundur satu langkah ke belakang.
Tapi begitu tubuhnya mundur ke belakang segera terasalah empat bilah pedang dari empat penjuru bersama-sama melancarkan serangan ke arahnya. Dengan cepat tubuhnya merendah, kakinya berturut-turut melancarkan tiga langkah dengan menggunakan ilmu langkah Ku Hien Poh Hoat.
Walaupun dia berusaha untuk menghindarkan diri dari empat buah serangan tersebut tak urung jubah pajangnya tergores juga oleh sambaran pedang sehingga sebagian besar terkoyak.
Tubuhnya dengan cepat menyingkir ke samping, dalam hati dia benar-benar merasa bergidik.
Dia bukan merasa terperanjat karena kelihayan dari kepandaian silat orang itu melainkan dikarenakan jurus pedang yang bayu saja digunakan bukan lain adalah perubahan daii ilmu Lian Huan San Cie dari ilmu pedang Thian-yu Si Cap Pwee Si yang amat terkenal itu.
Ilmu Lian Huan Sim ci ini merupakan ilmu silat ciptaan Kong Bun-yu sendiri untuk melindungi badan, bilamana bukannya dia sudah sangat hapal terhadap ilmu silat tadi mungkin di bawah serangan gabungan empat bilah pedang tadi dia sudah menemui ajalnya, tapi bagaimana mereka bisa mengetahui juga ilmu silat ciptaan dari Kong Bun-yu ini?
Di dalam keadaan terperanjat sinar matanya dengan cepat berputar memandang ke empat penjuru, tampaklah empat orang pelayan perempuan dengan masing-masing mencekal sebilah pedang sedang berdiri tak bergerak pada empat buah sudut yang berlainan, saat ini merekapun sedang memandang dirinya sambil melotot.
Di belakang mereka berempat berdirilah seorang perempuan berbaju putih yang sedang membelakangi dirinya,
Dengan perlahan perempuan itu putar badannya, tampaklah pada wajahnya tertutup oleh selembar kain sutera yang amat tipis walaupun begitu tidak menutupi kecantikan yang amat mempesonakan, hal ini membuat dia benar-benar terpesona dibuatnya. Perempuan itu dengan amat tajamnya memperhatikan Koan Ing, ujarnya kemudian sambil tertawa, “Ouw tidak
kusangka yang datang ternyata seorang pemuda yang begitu tampan ”
Wajah Koan Ing segera berubah memerah, dia menarik napas panjang sambil tertawa paksa tanyanya:
“Tolong tanya, kauwcu dari Sian-thian-kauw sekarang ada dimana?”
“Kau mau mencari dia? Akulah orangnya!” seru perempuan itu sambil tertawa.
Koan Ing menjadi melengak, dia sama sekali tidak menyangka kauwcu dari Sian-thian-kauw ternyata adalah seorang perempuan, untuk beberapa saat lamanya dia benar- benar dibuat tertegun.
Sinar mata perempuan itu dengan perlahan berputar, sesudah menyuruh keempat orang budaknya mengundurkan diri, ujarnya lagi sambil tertawa, “Bukankah kau adalah anak murid dari Kong Bun-yu? Aku bisa melihatnya dari gerakan tubuhmu sewaktu memasuki perahu ini.”
“Tapi sayang aku bukan muridnya!” jawab Koan Ing ketus.
Air muka perempuan itu segera berubah amat hebat.
“Kong Bun-yu juga merupakan salah satu dari empat manusia aneh, kau tidak berani mengakui sebagai muridnya, apa kau takut kepadaku? Kau takut aku membinasakan dirimu?” teriaknya dingin.
Koan Ing menjadi amat terperanjat air muka perempuan itu ternyata sudah berubah menjadi amat menakutkan sekali, agaknya dia hendak membinasakan dirinya di dalam satu kali pukulan.
Dia sama sekali tidak menyangka sinar mata dari perempuan itu bisa demikian menakutkan, dia tidak berhasil mempertahankan golakan dalam hatinya sehingga tanpa terasa lagi sudah mengundurkan diri dua langkah ke belakang, tangannya dengan cepat dibalik mencabut keluar pedangnya.
Hanya di dalam sekejap itulah dia merasakan hatinya bergidik, dia merasa amat takut sekali sehingga membuat seluruh bulu kuduknya pada berdiri.
Ooo)*(ooO
Bab 9
KETIKA gadis itu melihat pedang yang berada di tangannya mendadak sinar matanya berkelebat.
“Hmmm,” dengusnya dingin. “Kiranya kau adalah ciangbunjin dari Thian-yu-pay, aku sungguh kurang hormat, maaf.... maaf. ”
Sambil berkata selangkah demi selangkah dia mendesak diri Koan Ing.
Koan Ing yang memandang ke arah gadis berkerudung itu untuk beberapa saat lamanya di buat termangu-mangu, dia bukan saja merasa terperanjat kalau kauwcu dari Sian-thian- kauw ternyata adalah seorang perempuan bahkan kecantikan wajah perempuan itu benar-benar membuat dirinya terpesona.
Ketika perempuan itu melihat Koan Ing memperhatikan dirinya dengan mata membelalak, dengan dinginnya dia mendengus, dengan perlahan tubuhnya mulai bergeser ke arah diri Koan Ing.
Koan Ing segera sadar dari lamunannya, dalam hati dia merasa hatinya berdesir, baru saja dia hendak bergerak siapa tahu tubuh perempuan itu sudah mendesak semakin dekat lagi, sepasang tangannya dengan cepat bergerak melancarkan serangan gencar ke arahnya.
Koan Ing benar-benar dibuat terperanjat, karena serangan yang baru saja digunakan oleh perempuan itu bukan lain adalah Sim Hoat tingkat tertinggi dari aliran Thian-yu mereka, gerakan yang dilancarkan olehnya ternyata begitu cepat tidak berada di bawah sendiri.
Sinar matanya dengan cepat berkelebat, dia orang sudah mengikuti diri Kong Bun-yu selama dua bulan lamanya di dalam ruangan bawah tanah dan setiap hari berlatih dengan amat rajin, boleh dikata terhadap semua serangan dari partainya dia sudah memahami seperti memahami jari tangannya sendiri, tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya dengan cepat berkelebat telapak tangannya memotong ke samping dan dengan amat tepatnya berhasil menghajar pergelangan tangan perempuan itu bahkan memisahkan pula datangnya serangan dari dirinya.
Agaknya perempuan ini sejak semula sudah menduga akan hal ini, terdengar dia mendengus dengan amat dinginnya, sikutnya dengan amat cepat dibalik ke belakang menghajar.
Koan Ing menjadi sangat kaget dia hanya merasakan segulung hawa yang amat dingin sekali merembes masuk ke dalam tulang punggungnya.
Jika tadi dia menggunakan jurus-jurus silat dari ilmu lain dia masih tidak mengapa, tetapi jurus yang digunakan barusan ini merupakan ilmu ciptaan dari Kong Bun-yu, bagaimana sang perempuan bisa mengetahuinya dengan begitu jelas, semakin dipikir hatinya semakin berdebar, tak terasa lagi bulu kuduknya pada berdiri.
Jagoan berkepandaian tinggi bertanding paling mengutamakan pemusatan pikiran sedikit meleng saja keadaan akan segera menjadi bahaya.
Koan Ing yang baru saja pikirannya bercabang segera merasakan datangnya serangan musuh yang amat gencar menerjang iganya, untuk menghindar sudah terlambat baru saja tubuhnya miring ke samping, iganya telah berhasil terhajar oleh ujung tangan perempuan itu, Dia segera mendengus berat separuh badannya terasa menjadi kaku membuat dia merasa
amat terperanjat bercampur heran dia orang sama sekali tidak menyangka kalau jurus serangan yang terakhir dari perempuan itu ternyata menggunakan ilmu silat dari aliran pulau Ciat Ie To.
Pikiran kedua belum sempat berkelebat di dalam benaknya Koan Ing cuma merasakan tubuh perempuan itu dengan amat ringannya sudah menerjang kembali ke tubuhnya, dia cuma merasakan iganya amat sakit kesadarannya seketika itu juga lenyap.
Entah sudah lewat beberapa saat lamanya, dengan perlahan dia sadar kembali dari pingsannya.
Dengan perlahan Koan Ing membuka matanya, dia melihat dirinya masih menggeletak di atas tanah, di samping empat orang budak berbaju hijau itu duduklah seorang perempuan yang bukan lain adalah perempuan yang sangat misterius itu.
Hatinya merasakan bergidik, hanya dalam satu jurus saja orang itu sudah berhasil menguasai dirinya, jika dilihat dari hal inijelas sekali kalau kepandaian silatnya jauh di atas kepandaian silat empat manusia aneh, tetapi kenapa dia orang belum pernah mendengar namanya?
Pikiran Koan Ing terus menerus berputar, akhirnya pikirnya dalam hati. Perempuan ini sebenarnya hendak berbuat apa terhadap diriku?
“Hmm, kaukah yang bernama Koan Ing?” terdengar perempuan bertanya dengan suara yang amat dingin.
Koan Ing menjadi melengak, pada saat pikirannya berputar tangannya sudah meraba ke dalam sakunya, bukan saja pedang pusaka yang tersoren pada pinggangnya sudah diambil, bahkan pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie yang disembunyikan di dalam sakunyapun sudah diambil. Saat ini pikirannya menjadi sedikit terang, tetapi dia merasa heran, kemana perginya Ciu Tong serta Sang Su-im sekalian? Kenapa mereka tidak ikut masuk ke mari?
Perempuan itu mengerutkan keningnya, agaknya dia sudah tahu apa yang sedang dipikirkan di dalam hatinya.
“Hm, tentu kau orang sedang memikirkan kenapa Sang Su- im serta Ciu Tong tidak menyusul kemari? Bagaimana mereka bisa mengejar perahuku ini? Kau sudah berbaring selama sepuluh hari lamanya di sini, lebih baik kau tidak usah memikirkan mereka lagi, Koan Ing menjadi melengak, dengan perlahan dia bangkit berdiri, “Aku sudah rebah disini sepuluh hari lamanya?” Pikirnya di dalam.
Dia benar-benar tidak bisa percaya kalau dia orang sudah ada sepuluh hari tidak sadarkan diri, ilmu totokan macam apakah yang sudah digunakan perempuan itu? Bagaimana dia bisa berbaring selama sepuluh hari lamanya tanpa menderita sedikit lukapun? Pada saat pikirannya berputar, mulutnya sudah menjawab, “Benar, akulah Koan Ing. ”
“Kau sebenarnya murid dari Kong Bun-yu atau murid dari Cu Yu?” tanya perempuan itu kemudian sesudah berpikir keras beberapa saat lamanya.
Koan Ing tidak paham kenapa dia mau menanyakan suhunya, tetapi hatinya secara tiba-tiba merasa kalau perempuan ini sama sekali tidak mengandung maksud jahat terhadap dirinya, karenanya sahutnya, “Suhuku adalah si pendekar menyendiri. ”
“Ooooh.... ” dengan perlahan dia tundukkan kepalanya berpikir kembali, lama sekali dia baru angkat kepalanya, “Pernahkah suhumu mengungkit akan diriku Song Ing?”
Sekali lagi Koan Ing melengak, dia sama sekali tidak menyangka kalau perempuan ini ternyata kenal dengan suhunya, dengan perlahan dia gelengkan kepalanya. Lalu kau mendapatkan pedang Kiem-hong-kiam ini dari mana?” tanya perempuan itu kembali dengan wajah sedikitpun tidak berubah.
Koan Ing tidak tahu Song Ing ini mempunyai hubungan apa dengan suhunya, ketika dia mendengar dia orang mengangkat persoalan pedang Kiem-hong-kiam mendadak pada ingatannya teringat kembali kalau diapun mengerti benar akan ilmu silat perguruannya membuat perasaan curiga mulai meliputi dirinya.
Dia melirik sekejap ke arahnya kemudian baru menjawab, “Supekku yang berikan barang
tersebut kepadaku.”
“Bagaimana dengan keadaan suhumu?” “Suhu maupun supek sudah pada binasa.”
Dengan perlahan Song Ing angkat kepalanya, sekilas senyuman berkelebat di atas wajahnya.
Lama sekali dia baru angkat kepalanya kembali, ujarnya. “Dahulu ada seorang perempuan yang sangat cantik sekali,
pada saat yang bersaman ada dua orang suhengte sama-sama mencintai dirinya suhengnya bukan saja memiliki wajah tampan bahkan sangat pintar sekali, kepandaian silatnyapun amat lihay, sedangkan sutenya berwajah biasa saja hanya sifatnya amat luhur dan jadi orang sangat jujur.”
Dia berhenti sebentar, matanya memandang ke tempat kejauhan agaknya sedang mengingat-ingat kembali peristiwa yang sudah lalu.
Dalam hati Koan Ing merasa hatinya tergetar dengan amat kerasnya, dia mengira perempuan ini kenal dengan suhu serta supeknya, tetapi jika didengar dari perkataan Song Ing ini agaknya dia sedang menceritakan kisahnya antara dia dengan suhu serta supeknya pada masa yang lalu. Dia sama sekali tidak mengira kalau perempuan yang sama-sama dicintai suhu serta supeknya adalah Song Ing yang ada di hadapannya sekarang ini.
Song Ing termenung berpikir keras beberapa saat lagi, lama sekali dia baru menambahkan.
“Tetapi suhengnya itu jadi orang terlalu sombong dan jadi orang amat kasar sekali, perempuan itu ternyata sudah jatuh cinta terhadap sutenya, setelah suhengnya tahu akan hal ini mendadak ada satu hari dia pergi mencari perempuan itu dan memaki dia kenapa jatuh cinta pada sutenya?
Berbicara sampai disini dia berhenti sebentar untuk tukar napas, “Gadis itu cuma tertawa dingin saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, suheng itupun tertawa dingin, pada saat itulah dia sudah mengutarakan cintanya bahkan mau memberi pelajaran seluruh kepandaian silat yang dimilikinya dan mendadak dia berpesiar ke semua tempat yang indah dan terkenal.”
Gadis itu cuma tertawa dingin saja, dia sama sekali tidak memberikan komentar, tetapi mendadak sang suheng berkata kalau sutenya dia sudah pukul sampai terluka dan dia tidak akan kembali lagi karena umurnya bakal pendek.
Koan Ing yang mendengarkan kisah ini benar-benar merasa hatinya tergetar amat keras, dia sama sekali tidak mengira kalau supeknya bisa berbuat begitu curang terhadap suhunya, tindakannya ternyata begitu telengas.
Dengan perlahan sinar mata Song Ing beralih ke atas wajah Koan Ing sambungnya kembali.
Setelah perempuan itu mendengar perkataan tersebut, dia mulai tertawa dan mereka berdua mulai melakukan perjalanan berpesiar kesemua tempat yang terkenal. Koan Ing menjadi melengak, dia memandang diri Song Ing tajam-tajam, dia tidak percaya kalau Song Ing adalah manusia macam ini,
Song Ing pun balas memperhatikan diri Koan Ing, dari sepasang matanya memancar keluar sinar kegirangan yang samar-samar, tetapi di dalam sekejap saja sudah lenyap kembali, sambungnya terus, “Kepandaian silat yang dipelajari akhirnya cukup sempurna juga, pada suatu tengah malam dengan menggunakan obat bius dia membuat suheng itu menjadi mabok, kemudian menggunakan pedangnya mengorek keluar otot kakinya, pada mukanya dia beri tiga buah goretan pedang, kemudian pada punggungnya kirim delapan buah serangan dahsyat.
Mendengar sampai di sana Koan Ing cuma merasakan hatinya bergidik, ternyata tindakan dari Song Ing demikian kejamnya bukan saja dia sudah mencabut ke luar otot kakinya bahkan sudah kirim delapan pukulan pula ke arah punggungnya. Song Ing tersenyum tawar.”
“Kepandaian silat dari suheng itu ternyata amat tinggi, sesudah sadar kembali dari maboknya, dengan perasaan terperanjat dia melarikan diri dari sana dengan membawa luka yang amat parah, gadis itupun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya.”
Saat itulah dia baru tahu sebab supeknya jadi demikian menderitanya, walaupun tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna tetapi punggungnya yang berturut-turut mendapatkan delapan buah serangan membuat dia akhirnya kehabisan darah pula dan menemui ajalnya.
Kong Bun-yu yang jadi orang amat congkak sudah tentu setelah memperoleh luka dia tidak mau keluar kembali ke dalam Bu-lim sehingga merusak nama baiknya, makanya selama hidupnya sejak itu dia orang bersembunyi di dalam gua. Koan Ing menghembuskan napas dingin, sekarang dia merasa suatu perasaan yang menghormat muncul di dalam hatinya.
Bilang terus terang saja, kemunculanku kali ini di samping mencari berita suhumu aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari Kong Bun-yu untuk menuntut batas.
Tetapi supek dia orang tua sudah memperoleh hukumannya.” ujar Koan Ing dengan cepat, dia segera menceritakan keadaan dari Kong Bun-yu yang sebenarnya.
“Heeey,” Song Ing tak tertahan lagi sudah menghela napas panjang. “Selama beberapa tahun ini secara sembunyi- sembunyi aku sering mencuri lihat Sang Su-im, serta Ciu Tong sewaktu berlatih ilmu silatnya, kepandaian mereka masing- masing mempunyai keistimewaan yang tersendiri di tambah lagi dengan ilmu sakti Thian-yu Khei Kang serta ilmu-ilmu silat lainnya yang pernah aku lihat aku sudah berhasil menciptakan suatu ilmu yang amat dahsyat sekali. Heeey siapa sangka aku sudah terlambat satu langkah.”
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian tambahnya, “Selama sepuluh hari ini aku sudah pikirkan masak-masak, haruskah aku membinasakan dirimu, tetapi selama ini pula aku selalu berharap agar kau bukanlah anak murid dari Kong Bun-yu, pedangmu aku taruh di atas meja, selain pedang itu, kitab silat merupakan hasil jerih payahku selama beberapa tahun ini, walaupun aku belum berhasil menyelami seluruhnya tetapi aku kira ilmu tersebut sudah cukup untuk mengangkat namamu di dalam Bu-lim, Kini aku sudah tahu kalau kau orang adalah muridnya, barang-barang tersebut boleh kau terima semua, anggap saja barang itu merupakan tanda mata pertemuan kita ini.”
Koan Ing menjadi melengak, tampak di atas meja di samping sebilah pedang panjang serta pedang pendek terdapatlah sebuah kitab yang dijilid amat rapihnya. Di atas kitab tersebut tertulislah kata-kata Boe Shia Koei Mie yang amat besar sekali, sedang pada sampingnya tertulislah beberapa kata dengan huruf kecil:
“Ilmu silat dari seluruh Bu-lim tidak akan terlewat di dalam kitab ini.”
Dari dalam hatinya segera timbul suatu ingatan yang sangat aneh sekali, pikirnya, “Hmmm.... sombong benar ”
Baru saja dia hendak membuka mulut untuk menolak terdengar Song Ing sudah berkata kembali, “Sekalipun aku orang belum pernah kawin dengan suhumu tetapi hatiku sudah aku serahkan padanya, juga boleh dikata merupakan subomu. Kau tidak boleh untuk tak menerimanya.”
Koan Ing dengan pandangan tajam memperhatikan diri Song Ing, dalam hati diam-diam dia orang merasa sangat kaget, walaupun perkataan dari Song Ing barusan ini sangat halus tetapi terasa ada satu tenaga yang amat kuat membuat dirinya merasa tidak tahan,
Dia segera menerima pedang serta kitab itu lalu jatuhkan diri memberi hormat kepada diri Song Ing.
Song Ing juga tidak menghindar, dia tetap duduk tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya itu.
“Aku tahu kau orang mau berangkat ke daerah Tibet makanya aku hantar kau sampai ke daerah Lok Cho,” ujarnya perlahan. “Di dalam urusan ini aku memang bisa memberi bantuan kepadamu tetapi urusanmu sendiri harus kau kerjakan sendiri, aku tidak mau ikut campur. Sekarang kau boleh meninggalkan tempat ini.”
Koan Ing dibuat agak melengak, tapi dengan cepat dia sudah sadar kembali.
Setelah memberi hormat kembali kepada diri Song Ing dengan langkah perlahan dia berjalan keluar dari perahu tersebut. Cuaca amat gelap sekali, salju melayang turun dengan derasnya terasa segulung angin dingin dengan kencangnya dari arah barat membuat badan terasa menggigil.
Tampak sesosok bayangan manusia dengan menempuh badai salju melanjutkan perjalanan menuju ke arah Barat, orang itu memakai jubah berwarna abu-abu, pada punggungnya tersoren pedang dan melanjutkan perjalanan dengan tergesa-gesa, orang itu bukan lain adalah diri Koan Ing yang sedang melakukan perjalanan ke daerah Tibet.
Suasana amat sunyi, di sekeliling tempat itu hanya tampak salju nan putih menutupi seluruh permukaan tanah, tiba-tiba sinar mata Koan Ing bisa melihat sebuah kuil yang berdiri dengan angkernya di tempat kejauhan.
Dia berpikir sebentar, akhirnya dengan langkah cepat tubuhnya berkelebat menuju ke arah sana.
Tubuhnya semakin lama semakin mendekati kuil itu, mendadak matanya tertumbuk dengan sesuatu.... di depan kuil itu menggeletaklah sesosok mayat yang sudah membeku.
Koan Ing menjadi melengak, dengan cepat tubuhnya maju ke depan memeriksa, terasalah olehnya mayat itu mati belum terlalu lama, jadi berarti juga pembunuhnya belum lama meninggalkan tempat itu.
Lhama itu terbinasa dengan sepasang mata melotot keluar, jelas dia orang sudah terkena binasa oleh pukulan berat dari seorang jagoan yang mempunyai tenaga dalam yang amat tinggi.
Pikiran Koan Ing berputar terus dengan amat cepatnya, sebentar kemudian tubuhnya sudah bergerak dan melayang masuk ke dalam kuil yang ada di depannya.
Begitu tubuhnya masuk ke tengah ruangan segera tampaklah olehnya berpuluh sosok mayat menggeletak simpang siur di atas tanah, asap dupa masih mengepul dengan tebalnya di tengah meja sembahyang sedangkan barang-barang sembahyangan sudah pada kocar-kacir ke atas tanah jelas baru saja terjadi suatu pertempuran yang amat sengit di tempat tersebut.
Sinar matanya dengan amat tajam menyapu sekejap ke seluruh ruangan, tiba-tiba telinganya menangkap suara berisik yang amat perlahan sekali dari belakang ruangan kuil itu, tubuhnya dengan cepat melayang kesana.
Baru saja tubuhnya mencapai depan pintu ruangan segera terdengarlah olehnya suara seseorang yang sangat di kenalnya, “Hee. hee sekarang kau bisa berbuat apa lagi?”
Mendadak Koan Ing bisa mengenalnya kembali, bukankah itu suara dari si kongcu tak berbudi Ciu Pak adanya, hatinya merasa amat terperanjat.
Sinar matanya yang amat tajam tidak berhenti sampai disana. segera dia mengintip ke dalam ruangan.
Tampaklah Sang Siauw-tan sudah tertawan oleh diri Ciu Pak dan saat ini sudah berada di dalam pelukannya yang kencang.
Ia menjadi sangat terkejut, bentaknya dengan suara berat, “Ciu Pak! coba kau lihat siapakah aku?”
Ciu Pak Yang sebenarnya sedang berdiri membelakangi diri Koan Ing sesudah mendengar perkataan tersebut tubuhnya dengan cepat berputar.
Tapi ketika dilihatnya Koan Ing sudah muncul di tempat itu secara tiba-tiba hatinya terasa bergidik, kekalahannya tempo hari membuat dia orang tanpa terasa sudah menaruh tiga bagian rasa jeri terhadap dirinya.
Dia benar-benar merasa amat terkejut, tidak disangka olehnya Koan Ing bisa muncul secara begitu mendadak disana. Perlahan-lahan hawa amarah mulai meliputi seluruh hatinya, dia merasa gemas dan benci terhadap pemuda itu karena setiap kali dia ada kesempatan buat melakukan niatnya terhadap diri Sang Siauw-tan, dia orang tentu muncul secara tiba-tiba sehingga mengacaukan perbuatan baiknya.
“Koan Ing” teriak Ciu Pak dengan amat gusar sambil meletakkan tubuh Sang Siauw-tan ke atas tanah. “Aku sudah lama mencari dirimu, kiranya kau ada disini,”
Selama ini Koan lag menaruh suatu perasaan yang amat aneh sekali terhadap diri Sang Siauw-tan, kini dilihatnya Ciu Pak hendak berbuat jahat terhadapnya, membuat keningnya dikerutkan semakin mengencang, tubuhnya dengan cepat meloncat ke tengah udara, sepasang tangannya dengan mengambil gerakan setengah busur melancarkan serangan ke depan.
Inilah yang dinamakan jurus ‘Thian Kay keh Tong’ atau langit membuka tanah merekah dari ilmu sakti ‘Thian-yu Ji cap si Khie Cau’ andalan Kong Bun-yu tempo hari.
Di tengah gulungan serta sambaran angin yang tak terasa suatu tenaga tekanan yang amat berat menghajar tubuh Ciu Pak.
Ciu Pak yang melihat tenaga dalam dari Koan Ing mendapatkan kemajuan kembali hanya di dalam beberapa hari saja hatinya terasa berdesir, dalam hati dia orang kepingin menghindar tapi ketika teringat akan nama besarnya sebagai si kongcu tak berbudi dia menjadi malu sendiri untuk melompat mundur, pikirnya.
“Hmmm aku si kongcu tak berbudi tidak seharusnya takut dengan seorang bangsat cilik.
Setelah mendengus dingin dia bersuit panjang, sepasang telapaknya dengan mendatar didorong ke depan dengan kecepatan yang luar biasa, inilah ilmu mayat membusuk ini sinarnya merupakan ilmu silat yang mengutamakan tenaga Im, tenaga dalam dan si kongcu tak berbudipun sudah boleh dikata jagoan nomor wahid dari angkatan muda, sudah tentu serangannya ini tidak enteng.
Sebaliknya Koan Ing walaupun mempunyai suhu yang ilmu kepandaian tidak begitu tinggi letapi dia orang mempunyai bakat yang amat bagus, ditambah pula dengan latihannya selama tiga bulan di dalam gua batu serta jerih payahnya sesudah berpisah dengan Song Ing,
membuat kehebatan dan ilmu silatnya berada seimbang dengan kepandaian dari Ciu Pak.
Telapak mereka berdua dengan cepat terbentur menjadi satu kemudian melengket tak terlepas kembali.
Koan Ing yang berhasil memperoleh seluruh ilmu silat yang dimiliki Kong Bun-yu, begitu merasakan telapak tangannya melengket dengan telapak tangan pihak musuh dengan amat cepatnya dia sudah berganti jurus.
Di tengah gerak sepasang telapak mereka suatu hawa pukulan yang amat kuat menerjang keluar, inilah yang dinamakan jurus “Kioe Ku Ceng jiet” atau sembilan busur menghancurkan matahari hasil ciptaan Kong Bun-yu sendiri.
Saat itulah Ciu Pak baru merasakan tenaga pukulan dari Koan Ing sedikit mencurigakan segera terasalah olehnya tenaga pukulan yang disalurkan ke depan sudah terpukul kembali, membuat hatinya tergetar dengan amat kerasnya,
Di dalam keadaan terkejut, dia cepat-cepat menarik tangannya, siapa tahu Koan Ing justru pada saat yang bersamaan sudah mengerahkan serangannya yang terakhir.
Ciu Pak menjadi kaget, dia sama sekali tidak menyangka kalau jurus serangan dari Koan Ing bisa demikian aneh dan saktinya. Untuk menghindarkan diri tidak sempat lagi, terpaksa dengan keras lawan keras dia menerima datangnya serangan dari Koan Ing itu.
Koan Ing segera merasakan telapak tangannya yang menghajar tubuh Ciu Pak seperti sedang menghajar kayu lapuk saja, hatinya menjadi sangat kaget.
Dia memang pernah melihat Ciu Pak dengan menggunakan ilmu mayat membusuknya mengalirkan seluruh jalan darahnya pada separuh badannya, tetapi dia tidak mengira kalau serangannya ini sama sekali tidak berguna terhadap dirinya.
Untuk beberapa saat lamanya dia menjadi bingung harus menggunakan jurus serangan apa untuk memecahkan ilmunya ini, tetap dia tidak ingin memberi kesempatan buat Ciu Pak untuk menarik napas lagi.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas kemudian dengan menggunakan jurus sakti Si Ciet Kioe Hwee atau sinar memancar ke sembilan penjuru dari ilmu Thian-yu Jie cap Si Khei Cau, dia melancarkan kembali serangan gencar menghajar tubuh musuhnya.
Pada saat itulah.... tiba-tiba suara sampokan ujung baju terkena angin bergema memasuki ruangan kuil itu.
Dia tidak tahu siapa yang sudah datang tetapijika didengar dari suara sempokan ujung bajunya jelas merupakan jagoan berkepandaian tinggi setingkat dengan empat manusia aneh.
Dia tidak berani menyerang Ciu Pak lagi, tubuhnya berputar di tengah udara kemudian melayang turun ke pojokan lain.
Ketika Ciu Pak melihat tubuh Koan Ing meloncat ke atas, hatinya merasa amat terkejut dan ketakutan sekali, walaupun dia berhasil mengalihkan jalan darahnya ke separuh badan yang lain dan menerima satu pukulan dari Koan Ing tetapi tenaga dalamnya sudah memperoleh kerugian yang amat besar sekali. Dia tahu jika dirinya harus bertempur kembali jangan dikata seratus jurus, sekalipun sepuluh jurus juga tidak akan tahan, kini melihat secara tiba-tiba Koan Ing mengundurkan
diri dengan cepat dia merangkak bangun, kemudian memandang ke arah orang yang baru saja datang itu.
“Ayah,” teriaknya keras.
Memang sedikitpun tidak salah, orang itu memang adalah si Ciu Tong itu manusia iblis nomor wahid dari pulau Ciat Ie To serta si jari sakti Sang Su-im dua orang.
Sinar mata dari Ciu Tong dengan cepat menyapu sekejap ke seluruh ruangan, hanya di dalam satu kali pandang inilah dia sudah tahu apa yang telah terjadi disana. “Hmmm, bangsat cilik, kita berjumpa kembali!” serunya sambil mendengus dingin,
Mendadak telapak tangan kanannya menghantam ke depan melancarkan satu serangan dahsyat mengarah tembok yang ada di sebelah kiri.
Koan Ing menjadi melengak. dia tidak tahu Ciu Tong sedang memainkan permainan apa? Saat itulah dia baru merasakan segulung angin pukulan yang amat keras memantul dari tembok itu kemudian menerjang tubuhnya dengan amat dahsyat.
Dengan tenaga dalam yang amat tinggi dari Ciu Tong siapa orang yang bisa menahan pukulannya itu? Terdengar suara bentrokan yang amat keras, tubuhnya tak tertahan lagi sudah terpental oleh angin pukulan tersebut menerjang ke atas dinding tembok di dalam ruangan itu.
Koan Ing cuma merasakan punggungnya amat sakit, dia tahu dirinya sudah terluka dalam, sekalipun begitu dengan paksakan diri dia bangkit berdiri kemudian memandang ke arah iblis tua itu dengan amat gusarnya. Diam-diam dalam hati Ciu Tong pun merasa sangat terperanjat. kekuatan dari pukulannya ini amat aneh dan sangat dahsyat sekali, dia tahu Koan Ing tidak mungkin bisa menerima datangnya serangan itu, dia pasti akan terbinasa.
Siapa tahu dengan keras lawan keras dia orang masih berhasil menerima juga serangan dahsyatnya itu.
Walaupun kini Koan Ing terluka juga oleh angin pukulannya, tetapi luka yang diderita tidaklah terlalu berat.
Dalam hati Sang Su-im merasa semakin heran lagi, dia tahu Koan Ing sama sekali tidak berpengalaman, tapi dia orang ternyata bisa tahu Keistimewaan dari pukulan Ciu Tong, ini jelas sekali menunjukkan kalau kecerdasan otaknya luar biasa.
“Hmm, bangsat cilik.” teriak Ciu Tong dengan amat dingin. “Kau bisa juga menerima serangan itu, baiklah, dengan memandang di atas wajah Kong Loo-te aku lepaskan dirimu kali ini.”
Sang Su-impun bukanlah seorang yang tolol, ketika mereka masuk kes ana dan melihat Ciu Tong mengumbar hawa amarahnya, apalagi Sang Siauw-tan pun masih menggeletak di atas tanah, dia segera mengetahui sudah terjadi peristiwa apa di sana, dia segera tertawa dingin.
“Ciu-Tong!” serunya gusar, “Putramu sungguh pintar sekali!”
Ciu Tong tahu Sang Su-im tentu tidak mau menyudahi urusan tersebut sampai di sana, diapun balas berseru dengan tawar, “Entah apa maksud dari perkataan Sang loo-te ini?”
Sang Su-im yang melihat dia masih saja berpura-pura pilon, hatinya menjadi amat gusar sekali.
“Putramu akan kau serahkan kepadaku ataukah Ciu heng sendiri yang kasih hukuman?” Ciu Tong tertawa tawar, dia tahu urusan ini hari tidak bisa dibereskan dengan jalan damai, karena itu begitu dia sampai disana tanpa ragu-ragu lagi Koan Ing sudah dihajar sampai terluka, kini Koan Ing sudah tersingkir sudah tentu dia tidak takut kepada siapa lagi.
“Haaa.... haaa.... aku lihat lebih baik Sang loo-te menyudahi urusan ini saja?” ujarnya tertawa.
Sang Su-im benar-benar dibuat gusar oleh sikapnya ini. “Heee.... heee.... ” teriaknya gemas, “Aku kira kepandaian
silat dari Ciu heng sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat sekali sehingga tidak memandang sebelah matapun kepada siauw-te.”
Sambil berkata ujung bajunya dikebut menghajar tembok yang ada di sebelah timur.
“Oooh.... kiranya Sang Loo-te mau menjajal kepandaian silatku, hahaha.... boleh.... boleh. ”
Tangan kanannya dengan cepat dikebut ke depan menghajar tembok yang ada disebelah barat dengan kecepatan kedua buah tenaga pukulan itu terbentur menjadi satu sehingga menimbulkan suara ledakan yang amat keras sekali.
Segulung hawa pukulan yang amat hebat segera terpental ke atas membuat atap ruangan menjadi berlobang, pasir dan debu pada rontok dan beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
Koan Ing yang melihat mereka berdua sedang saling menyerang dengan dahsyatnya, dia orang segera menyingkir ke samping,
Sekali pandang saja dia sudah bisa tahu kalau tenaga dalam mereka berdua adalah seimbang. Terdengar Sang Su-im tertawa terbahak-bahak serunya, “Siauwte hendak menjajal juga ilmu mayat membusuk dari Ciu heng!”
Sembari berkata tubuhnya melayang ke atas kemudian tangan kanannya dibalik menotok tubuh Ciu Tong.
Ciu Tong segera melihat empat jari Sang Su-im memancarkan sinar kehijau2an yang amat cemerlang, dia segera tahu inilah ilmu jari Han Yang Ci Kang yang paling diandalkan oleh si jari sakti Sang Su-im.
Walaupun saat ini dia tidak takut terhadap dirinya tetapi ketika teringat akan kerugian dirinya yang diterima sewaktu pertemuan puncak para jago tempo hari tak terasa lagi dia menaruh juga tiga bagian rasa jeri terhadap ilmu Han Yang Kang ini. Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak.
“Selama sembilan belas tahun ini kekuatan dari Han Yang Ci-mu tentu mendapatkan kemajuan yang amat pesat sekali. Sang Loo-te, siauw-heng mau menjajal saya.”
Seluruh aliran darahnya segera dialihkan ke separuh badannya yang sebelah kiri lalu dengan menggunakan tubuh sebelah kanannya dia menyambut diri Sang Su-im,
Sang Su-im segera membentak keras, jari tengah serta jari telunjuknya dikencangkan kemudian berturut-turut melancarkan tujuh totokan dahsyat.
Seketika itu juga suara desiran yang amat tajam memecahkan kesunyian tujuh buah totokan dahsyat dengan amat cepatnya menyambar tubuh Ciu Tong.
Menanti angin totokan itu mendekati tubuhnya, Ciu Tong baru tertawa keras, badannya yang sebelah kanan bagaikan sebatang pohon yang sudah layu menerima seluruh serangan Han Yang Ci Kang dari Sang Su-im. Walaupun serangan itu bisa menghancurkan batu atau baja tetapi terhadap diri Ciu Tong sama sekali tidak berguna, Air muka Sang Su-im segera berubah amat hebat.
Ciu Tong cepat-cepat menarik kembali tubuhnya yang sebelah kanan- sinar matanya dengan pandangan ragu-ragu memandang sekejap ke arah musuhnya.
Mendadak tubuhnya meloncat ke atas, sepasang telapak tangannya bagaikan ikan belut, dengan amat cepatnya menerjang bagian leher dari Sang Su-im.
Sang Su-impun membentak keras, tubuhnya meloncat ke atas jari tengah serta telunjuk pada tangan kanannya dengan berturut-turut melancarkan empat puluh sembilan totokan gencar, seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan suara desiran angin serangan yang amat tajam sekali.
Ciu Tong yang melihat Sang Su-im sudah mengadakan persiapan, sinar matanya dengan cepat berkelebat, dengan disertai suara bentakan yang amat keras sepasang tangannya bergerak ke depan menyambar batang leher Sang Su-im.
Air muka Ciu Tong berubah hebat, sejak tadi dia sudah merasakan tenaga serangan dari Sang Su-im jauh lebih dahsyat dari tempo hari, walaupun hatinya merasa kaget tetapi dia tidak ingin melepaskan kesempatan ini begitu saja.
Sang Su-im yang melihat serangan dari Ciu Tong ini penuh disertai dengan tenaga yang amat kuat dia menjadi sangat terperanjat, dia tahu jikalau lehernya sampai tercengkeram oleh serangan tersebut bahaya maut segera akan mengancam,
Dia sama sekali tidak mengira pada saat Ciu Pak bertempur dengan Sang Siauw-tan dulu dia sudah memamerkan ilmu barunya ini sehingga memberi kesempatan kepada Sang Su- im untuk membuat persiapan. Tadi sengaja Sang Su-im memperlihatkan sikapnya yang amat terkejut untuk memancing keteledoran dari Ciu Tong, ketika dilihatnya Ciu Tong dibuat kegirangan dengan permainannya itu dia orang segera melancarkan serangan yang benar-benar.
Jari tangan kanannya dengan cepat digetarkan, berturut- turut dia melancarkan kembali tujuh buah totokan menghajar kedua buah lengan tersebut.
Ciu Tong yang telah melancarkan serangannya dengan menggunakan kedua buah lengannya dengan cepat mengalirkan seluruh jalan darahnya pada belakang punggung.
Tetapi waktu sudah tidak mengijinkan lagi, terdengar suara dengusan yang amat berat, tubuh mereka berdua berpisah dan mundur sempoyongan ke belakang, sebentar kemudian jatuh terduduk ke atas tanah.
Serangan jari sakti dari Sang Su-im membutuhkan tenaga dalam yang sangat banyak sekali. ditambah dia telah kena hajaran dari sepasang tangan dari Ciu Tong, walaupun keadaannya jauh lebih baik tetapi wajahnya tak urung berubah memucat juga.
Koan Ing yang menonton jalannya pertempuran, diam-diam merasa hatinya sangat terkejut dia sama sekali tidak menyangka tenaga dalam dari mereka berdua ternyata jauh lebih tinggi dari apa yang diduga semula.
Ciu Pak yang melihat ayahnya terluka, alisnya segera dikerutkan rapat-rapat, tubuhnya mulai bergerak menerjang ke arah Sang Su-im.
Koan Ing segera mendengus dengan amat dinginnya, pedang Kiem-hong-kiam segera dicabut keluar dari dalam sarungnya.
Walaupun dengan Sang Su-im dia tidak mempunyai ikatan keluarga maupun persahabatan, tetapi dia tidak akan mengijinkan Ciu Pak turun tangan sewaktu orang lain dalam keadaan terluka.
Ciu Pak yang melihat Koan Ing mencabut keluar pedangnya, dalam hati merasa sedikit bergidik, walaupun dia melihat Koan Ing berhasil dihajar oleh ayahnya, tetapi Koan Ing sama sekali tidak mengalami cedera bahkan dengan keanehan dan kesaktian dari ilmu silatnya dia merasa kalau dirinya bukanlah tandingannya. Tiba-tiba Ciu Tong membuka matanya kembali.
“Kau kemari!” serunya kepada diri Ciu Pak.
Bagaikan baru saja sadar dari impian dengan cepat Ciu Pak berjalan menuju ke arah diri Ciu Tong.
Dari dalam saku ayahnya dia mengambil keluar dua butir pil kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.
Saat ini Sang Su-im tetap memejamkan matanya mengatur pernapasan, terhadap peristiwa yang terjadi di tempat itu dia tidak mau tahu.
Dengan pandangan tajam Koan Ing memperhatikan diri Ciu Tong terus menerus diapun diam-diam mengatur pernapasan.
Beberapa saat kemudian mendadak sepasang alis Ciu Tong mulai bergerak lalu mengulur keluar sepasang tangannya, dia benar-benar dibuat terkejut dengan kejadian ini.
Agaknya Sang Su-impun merasakan keadaan sedikit tidak beres, matanya dengan perlahan-lahan dibuka dan memandang tajam ke arah pihak lawan. Terdengar Ciu Tong tertawa dingin tak henti-hentinya.
“Heee.... heee.... hitung-hitung saja ini hari aku mengalami kekalahan kembali, tetapi urusan ini aku tidak akan ambil diam sekarang juga kau bisa merasakan sedikit pembalasanku.”
“Aku cuma gemas kenapa tidak turun tangan lebih berat lagi sehingga kau bisa meloloskan diri kembali.” Ciu Tong tak bisa menahan tertawanya lagi, semakin tertawa suaranya semakin keras.
“Hey Sang Loo-te,” ujarnya dingin. “Tentu kau tahu bukan kalau aku orang mempunyai dua orang murid? Yang satu adalah Bun Ting-seng dan masih ada satu lagi bernama Bu Sian. Bun Ting-seng sudah lenyap amat lama sedangkan Bu Sian sebentar lagi akan segera tiba disini, hehehe heee,
Sang Loo-te tentu kau tahu maksudku bukan?”
Koan Ing yang mendengar perkataan itu hatinya menjadi amat gusar sekali, teriaknya, “Hmmm.... tidak kusangka Ciu Tong si iblis tua yang mempunyai kedudukan sebagai pemuka partai ternyata bisa berbuat permainan yang begitu rendahnya.”
“Koan Ing kau tidak usah kuatir,” sambung Sang Su-im sambil tertawa tawar, “dengan kekuatan beberapa orang kawanan tikus itu masih belum bisa mengapa-apakan diriku.”
Ciu Tong pun tertawa dingin tak henti-hentinya, cuma dia tidak mengucapkan sepatah katapun.
Ciu Tong tetap duduk bersila dengan amat tenangnya, tidak selang lama luka dalamnya sudah dapat disembuhkan. Pada saat itulah tiba-tiba....
Suara langkah manusia yang amat berat sekali bergema mendatang memenuhi seluruh ruangan, seketika itu juga seluruh ruangan penuh diliputi nafsu membunuh yang amat tebal.
Sang Su-im yang semula sudah memejamkan matanya kembali saat ini melototkan matanya, dengan pandangan amat tajam dia memperhatikan terus seluruh gerak-gerik dari Ciu Tong.
Ciu Tong semakin tertawa semakin menyengir kejam, tetapi mulutnya tetap membungkam di dalam seribu bahasa. Koan Ing pun diam-diam merasa amat terperanjat, pikirnya, “Waah.... jika yang datang adalah Bu Sian, urusan tidak akan beres dengan mudah, apalagi luka dalamku belum sembuh, jikalau Bu Sian bekerja sama dengan Ciu Pak bukankah diriku akan bertambah konyol?”
Ooo)*(ooO
Bab 10
MENDADAK langkah manusia itu berhenti di tengah ruangan, air muka Ciu Tong segera berubah agak hebat tapi sebentar kemudian dia sudah tenang kembali dan memejamkan mata tidak bergerak.
Suara langkah manusia Yang amat berat sekali lagi bergema datang, semakin lama suara itu semakin mendekat bahkan disertai dengan suara dengusan yang amat berat pula.
Ciu Pak segera merasa urusan sedikit tidak beres terburu- buru dia menyingkir ke samping Ciu Tong dan memandang pintu ruangan dengan pandangan penuh perasaan terkejut.
Seorang Lhama berjubah kuning dengan potongan badan tinggi besar selangkah demi selangkah memasuki ruangan itu.
Wajah dari Lhama berjubah kuning itu penuh ditumbuhi dengan brewok yang tebal pada tangan kanannya mencekal sebuah toya yang amar kasar dan berat dengan memancarkan sinar mata yang amat buas dia menyapu sekejap ke seluruh ruangan.
Koan Ing yang melihat orang itu ternyata adalah seorang lhama, dalam hatipun merasa amat terperanjat pikirnya, “Aduh celaka, orang itu sudah tentu sengaja datang untuk membalaskan dendam bagi hweesio-hweesio yang terbunuh di dalam kuil ini, untuk meloloskan diri dari sini sudah tentu akan sangat sukar.
Terdengar Lhama berjubah kuning itu mendengus dengan amat dinginnya lalu menyapu kembali ke arah lima orang itu.
Terhadap datangnya Lhama berjubah kuning itu, Sang Su- im maupun Ciu Tong sama-sama berpura-pura tidak tahu, mereka tetap duduk bersila di atas tanah tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sekali lagi Lhama berjubah kuning itu mendengus dingin. “Orang-orang itu siapa yang membunuh?” bentaknya
dengan suara amat berat.
Suara bentakan ini sangat datar dan berat sekali laksana guntur yang membelah bumi membuat seluruh ruangan berdengung dengan amat kerasnya.
Tetapi Sang Su-im serta Ciu Tong tetap duduk dengan amat tenangnya, jangan dikata berbicara, sekalipun menggerakkan kelopak matanyapun tidak.
Koan Ing yang mendengar suara bentakan yang amat keras itu diam-diam merasa sangat terperanjat, pikirnya, “Haaa siapa orang ini? Agaknya tenaga dalam yang dimiliki sangat tinggi sekali.”
Ketika Lhama berjubah kuning itu tidak mendengar adanya suara jawaban, dia segera mendengus dingin dan melirik sekejap ke arah Sang Su-im serta Ciu Tong yang berduduk bersila di atas tanah.
“Hmmm, aku kira siapa kiranya adalah kalian Sin Mo dua manusia aneh,” ujarnya kemudian sambil maju dua langkah ke depan. “Hmmm, Hmmm tidak kusangka ini hari aku orang bisa bertemu dengan dua manusia aneh selamat bertemu....
selamat bertemu.” Siapa tahu baik Sang Su-im maupun Ciu Tong tetap tidak menggubris dirinya.
Kali ini Lhama berjubab kuning itu benar-benar dibuat mendongkol, sambil menyeret toyanya yang berat jalan ke samping mereka berdua ujarnya, “Ini hari aku Gong Ing Thaysu ingin minta beberapa petunjuk dari kalian berdua.” Koan Ing yang mendengar nama tersebut dalam hati menjadi bergidik pikirnya, “Gong Ing Thaysu adalah sute dari Hu Im Thaysu itu jagoan dari Tibet, wah urusan ini hari tentu tidak bisa dibereskan dengan damai.”