Jilid 38
KU SEE HONG telah ditangkap Ceng Lan hiang dan di bawa menuju ke istana Cun kiong tian.
Ceng Lan hiang, si pere mpuan cabul ini benar-benar bersikap istimewa terhadap Ku See hong, bahkan ia tak segan-segan me mperguna kan berbagai macan obat-obatan yang mahal harganya untuk mengobati luka yang diderita Ku See hong.
Apakah dia bertujuan untuk merasakan kepuasan seksual dari Ku See hong yang gagah dan perkasa!
Ataukah pelampiasan rasa cinta dan kasihnya terhadap Ku See hong ?
Kalau mesti dijawab pertanyaan di atas, maka jawabannya adalah kedua-duanya.
Watak Ceng Lan hiang me mang cabul dan jalang, boleh dibilang sampai matipun ia tak dapat merubah kebiasaannya ini.
Seperti misalnya dengan jelas ia sudah mendapat tahu kalau antara putrinya dengan Ku See hong sudah me mpunyai hubungan suami istri, sebagai seorang ibu, seharusnya dia tak sampai berbuat mesum dengan menantu sendiri.
Tapi dalam kenyataannya, dia tetap bertekad hendak me mpero leh kepuasaan seks dari Ku See hong.
Kalau ditanya mengapa? Maka bisa di jawab hal ini disebabkan Ceng Lan hiang amat mencintai Ku See hong, benar-benar mencintainya setulus hati.
Sepanjang hidupnya di dunia ini, boleh di bilang dia hanya mencintai Ku See hong seorang.
Ku See hong tetap berbaring diatas pe mbaringan di ruang Cun kiong tian dalam ruangan setengah telanjang, sepasang matanya terpejam rapat-rapat, tampaknya ia belum sadarkan diri. Luka-luka diseluruh tubuhnya telah ditaburi bubuk obat, bahkan sudah merapat dan tumbuh kulit baru.
Sebagaimana diketahui, Ku See hong pernah minum darah mestika naga bumi yang langka dan tak ternilai harganya, maka walau pun sedang menderita luka dibadan, wajahnya tetap merah padam dan bersinar terang.
Justru wajahnya yang merah bercahaya inilah merupakan daya pikat bagi kaum wanita.
Disisi tubuhnya berbaring pula sesosok tubuh yang berada dalam keadaan telanjang bulat, kulit badannya halus dan putih bagaikan susu, benar-benar sesosok tubuh yang cukup me mbuat hati orang bergetar.
Dengan sepasang matanya yang genit memikat dan me mancarkan rangsangan napsu birahi yang me mbara, tiada hentinya dia awasi wajah Ku See hong yang masih tertidur ....
Tampaknya dia sudah tak sanggup me nahan kobaran napsu birahinya yang me muncak, tidak menunggu sa mpa i Ku See hong sadar, dia mulai melakukan gerakan-gerakannya yang erotik...
Dengan cepat dia merangkul tubuh Ku See hong, ke mudian me mba likkan badan dan menindih diatas pemuda tersebut.
Sementara bibirnya yang kecil mungil mulai menciumi dan bergeser tiada hentinya ke seluruh wajah Ku See hong . ...
Sikapnya sekarang bagaikan seseorang yang sudah seratus tahun tak pernah mencicipi rasanya daging saja, begitu birahinya me muncak, maka ibaratnya bendungan yang jebol diterjang air bah, betul-betul meluber dan tak terbendung lagi ...
Yaa, Ceng Lan hiang me mang tersohor karena napsunya yang kelewat besar, boleh dibilang saban hari dia me mbutuhkan dua kali permainan sengga ma untuk me muas kan nafsu birahinya.
Padahal sela ma beberapa hari belakangan ini, ia tak pernah menja mah seorang lelakipun, bahkan berhubunganpun tidak, bayangkan saja bagaimana mungkin keadaannya tidak sedemikian rakusnya seperti seratus tahun tak pernah kete mu daging saja...
Disaat permainan cinta akan dilanjutkan ke babak yang lebih menyeramkan.
Pada saat itulah, dari balik pintu ka mar pelan-pe lan muncul seseorang, dia adalah seorang gadis berbaju putih.
Dengan cepat gadis itu dibuat terperana oleh pe mandangan panas yang terbentang di depan mata.
Lalu paras mukanya dengan cepat berubah menjadi merah me mbara karena jengah.
Titik-titik air mata jatuh berucucuran membasahi kelopak matanya yang indah.
Pemandangan yang terbentang didepan matanya me mbuat ia sakit hati, perasaannya bagaikan disayat-sayat dengan pisau sehingga mengucur kan darah.
Yaa, gadis itu sangat sedih. Diapun merasa malu ....
Benci.. .
Sambil menggertak gigi, dengan cepat ia me loloskan sebilah pisau belati dari dalam sakunya..
"Oooh ibu... kau tak tahu ma lu "
Teriakan keras diiringi keluhan pedih berge ma me mecahkan keheningan.
Secepat sambaran kilat Him ji im segera lari kedepan dan menerka m kearah pe mbar ingan.
Teriakannya yang keras dan me mekikkan telinga itu segera me mbangunkan Ku See hong yang sedang tertidur nyenyak. Sambil me mbentak keras, tiba-tiba hawa murninya dihimpun kedalam telapak tangan kanannya dan sekuat tenaga me lepaskan sebuah pukulan kedepan.
"Blaaaammmm !”
Benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang me mecahkan keheningan.
Tubuh Ceng Lan hiang bagaikan seekor ular air segera mencelat dari atas pembaringan dan terle mpar kedepan sana ....
Waktu itu Him Ji im sedang menerka m dengan kecepatan tinggi, sedangkan tubuh Ceng Lan hiang yang terhantam mencelat pula ke belakang dengan kecepatan yang tak kalah pesatnya...
Tak ampun lagi pisau belati yang tajam itu persis menusuk diatas punggung Ceng Lan hiang sa mpa i te mbus ke dalam dadanya...
Teriakan ngeri yang me milukan hati segera berkumandang me mecahkan keheningan.
Menyusul kemudian...
"Blaaammm !"
Benturan keras yang menggelegar segera berge ma pula me menuhi seluruh angkasa.
Pisau belati yang menancap di atas punggung Ceng Lan hiang itu tembus sa mpai tinggal gagangnya, darah kental segera menyembur keluar dan me mbasahi kulit badannya yang putih bersih.
Pelan-pelan Ceng Lan hiang me mba likkan badannya, dengan sorot mata yang me mancarkan sinar kebuasan dan kebencian dia awasi Him Ji im yang tertegun me matung itu tanpa berkedip.
Kemudian telapak tangan kanannya pelan-pelan diangkat ke tengah udara....
Him Ji im segera menjer it sedih:
"Ibu .... aku telah me mbunuhmu, aku telah me mbunuhmu ” Ditengah teriakan keras tersebut, telapak tangan kanan Ceng Lan hiang pelan-pe lan diturunkan ke mbali ....
Sorot matanya yang me mancarkan kebuasan dan kebencian itu segera hilang lenyap tak berbekas.
Pada saat itulah dari balik pintu ka mar me nyelinap masuk dua orang perempuan, mereka adalah Keng Cin sin dan Seng sim cian li Hoa Soat kun.
Tampak mereka sudah bisa menduga kalau kejadian seperti ini dapat berlangsung.
Oleh sebab itu mereka tidak menunjukkan perasaan terkejut ataupun terkesiap! namun perasaan mereka berdua na mpak berat sekali.
Ku See hong telah mengenakan kembali pakaiannya, dengan cepat kemudian sa mbil menubruk ke muka serunya sedih.
"Adik Im, kau "
"Engkoh Hong " pekik Him Ji im sangat sedih.
Rasa sedih yang menyayat hatinya sekarang benar-benar tak terlukiskan lagi dengan kata-kata .....
Sementara itu, Ku See hong telah merangkul tubuh Him Ji im kencang-kencang, sedang air matanya jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
Me mandang sikap mesra ke dua orang itu, paras muka Ceng Lan hiang yang pucat pasi seperti mayat itu nampak mengejang keras, sementara sorot matanya yang buas kembali mencorong dari balik matanya ....
Pelan-pelan telapak tangan kanannya diangkat ke mbali ke atas seakan-akan hendak me lancarkan serangan...
Serentak Seng sim cian li Hoa Soat kun dan Keng Cin sin menyelinap maju ke muka dengan cepat tenaga dalam yang mereka miliki segera dihimpun menjadi satu, asal Ceng Lan hiang me lancarkan serangan pembunuhan, mereka akan segera me lepaskan pula serangan yang me matikan.
Namun dalam hati kecil mereka berduapun timbul suatu kecurigaan yang sa ma....
Benarkah sa mpai saat ajalnya Ceng Lan hiang masih belum bertobat? Benarkah dia berniat me mbunuh putri sendiri?
Padahal, dari mana mereka berdua bisa menduga kalau Ceng Lan hiang sesungguhnya sangat mencintai Ku See hong.
Ketika menyaksikan Ku See hong tidak menggubr is kasih sayangnya, tapi bersikap begitu mesra kepada putrinya, rasa cemburu yang a mat besar segera me mbara dalam hatinya.
-dw-
AKAN tetapi .....
Pelan-pelan Ceng Lan hiang menurunkan ke mbali tangannya .. Apakah dia sudah tak bertenaga lagi untuk me mbunuh mereka....
Bukan begitu ......
Seandainya Ceng Lan hiang nekad menghimpun sisa hawa murni yang dimilikinya untuk me lancarkan serangan terakhirnya yang terkeji, mungkin Ku See hong dan Him Ji im akan mati bersa ma seketika itu juga.
Sekalipun disitu hadir Keng Cin sin dan Seng sim cian li Hoa Soat kun yang siap me mberikan bantuan, hal ini sudah tak se mpat lagi.
Dia telah sadar akan kekhilafannya? Ataukah merasa tak tega untuk mence lakai mereka?
Yaa, me mang demikianlah keadaannya.
Mendadak titik air mata jatuh bercucuran me mbasahi kelopak mata Ceng Lan hiang.. . Air mata tersebut boleh dibilang merupakan air mata yang untuk pertama kalinya jatuh berlinang, tapi boleh dibilang juga sebagai terakhir kalinya.
Me mandang wajah sedih ibunya, remuk rendam perasaan Him Ji im, dia segera berpekik:
"Ibu .... aku telah me mbunuhmu...”
Nada suaranya amat me milukan hati, me mbuat siapapun yang ikut mendengar merasakan hatinya pedih.
Ceng Lan hiang tertawa sedih.
"Im ji, kau telah me mbunuhku ”
Walau pun Him Ji im begitu me mbenci ibunya, begitu bertekad ingin me mbunuhnya namun dia toh tetap darah daging Ceng Lan hiang, apalagi dia telah me mbunuh ibunya sekarang, rasa sedih dan perih dalam hatinya benar-benar tidak terlukiskan dengan kata-kata.
Air matanya segera jatuh bercucuran seperti mutiara yang putus benang, setetes demi setetes jatuh bercucuran tiada hentinya ...
Dengan suara pedih Him J i im berpekik:
"Aku telah me mbunuh ibu kandungku sendiri, aku dosaku
benar-benar tak terampuni ”
Ceng Lan hiang mendonga kkan kepalanya me mandang ke arah Him Ji im, ke mudian setelah tertawa pedih katanya:
"Im ji, seharusnya aku adalah ibumu, na mun aku tak pernah me mber i cinta kasih seorang ibu kepada mu, aku terlalu me mikirkan napsuku sendiri.. Walaupan kau telah membunuhku sekarang, namun kau sa ma sekali tidak berdosa, kau tahu ibumu jahat dan penuh dengan dosa, bahkan aku telah turun tangan segera me mbunuh ayahmu sendiri, apa yang berakibat dengan diriku sekarang boleh dibilang merupa kan hukum kar ma yang harus kuterima, kau me mang seharusnya me mbalaskan dendam bagi ke matian ayahmu.." Sekarang dia sudah sadar, sudah mulai menyesal dengan segala perbuatannya .... Tapi segala sesuatunya sudah terlambat, sebab dia hanya tinggal beberapa menit lagi hidup didunia ini....
Di tengah ucapan Ceng Lan hiang yang me medihkan hati, air matanya jatuh bercucuran dengan teramat derasnya...
"Ibu " Pekik Him Ji im dengan pedih.
Dia meronta dan me lepaskan diri dari pelukan Ku See hong ke mudian menerjang ke dalam rangkulan Ceng Lan hiang sambil menangis tersedu-sedu ....
Isak tangisnya yang begitu memilukan hati sungguh me mbuat hati orang merasa hancur lebur ....
Ku See hong, Keng Cin sin, Hoa Soat kun, semuanya ikut merasa berduka dan sedih .....
Seluruh ruangan Cun kiong tian segera diliputi kabut kedukaan yang sangat tebal.
"Ibu!" Him Ji im me ndongakkan kepalanya sa mbil berpekik, "aku merasa a mat menyesal karena telah me mbunuhmu"
Ceng Lan hiang menghe la napas panjang:
"Aaai, Im ji kau tak usah menyesal...
"Sekarang aku baru sadar.. barang siapa senang me lakukan perbuatan jahat maka dia akan me mpero leh akibatnya, entah cepat atau lambat datangnya pembalasan tersebut. Oleh sebab itu, manus ia seperti ibu cepat atau lambat pasti akan mati juga ditangan orang lain. Bila aku sa mpai mati ditangan orang, mungkin aku tidak akan sesadar sekarang ini.
"Malam ini aku telah mati ditanganmu, boleh dibilang semua dosa dan kesalahanku akan berakhir, me mang seharusnya demikian, daripada aku banyak melakukan pe mbunuhan- pembunuhan yang tak berguna lagi, dan akupun sudah seharusnya mati di tanganmu. Im ji! Kau tidak salah me mbunuh, kau dengarkanlah perkataanku ini" "Ibu... kau tidak akan mati, kau harus hidup terus!" pekik Him Ji im dengan pedih.
Ceng Lan hiang segera tertawa.
"Im ji, sepanjang hidup ibu sudah me lakukan kejahatan, walaupun tubuh harus hancur, sulit bagiku untuk me nebus se mua dosa-dosaku ini, aai...
"Cuma sayang, penyesalanku agak terlambat...
"Ibu sudah banyak menikmati kesenangan yang ma ksiat didunia ini, sekarang sudah sewajarnya aku merasakan penderitaan di neraka!!”
"Ibu, semua dosa dan kesalahanmu biar Im ji saja yang menanggung, kau.... kau tak bakal masuk neraka.." seru Him Ji im sambil me nangis tersedu-sedu.
"Anak bodoh, bagaimana mungkin dosaku dapat kau pikul? Dengan demikian meski aku sudah mati dan berada dialam baka hatiku tidak akan merasa tenang"
Mendadak Ceng Lan hiang menga lihkan sorot matanya yang le mbut dan halus ke wajah Ku See hong, ke mudian setelah tertawa rawan ia berkata:
”Ku See hong kau me mang me mbuat orang gampang tertarik kepadamu, sebelum ajalku tiba, sekarang ada satu hal inginku utarakan kepadamu secara berterus terang, tatkala aku menangkapmu sekali lagi ini, sesungguhnya bukan niatku dan hawa napsu birahiku.
"Sesungguhnya aku berbuat de mikian karena aku benar-benar sangat mencintaimu, sekarang aku dapat berkata demikian dan mungkin kau anggap aku tak tahu ma lu, tapi sebenarnya ucapanku tersebut sejujurnya dan tidak enak bila tidak ku utarakan keluar.
"Cinta me mang sesuatu yang aneh, sepanjang hidupku hanya kau seorang yang pernah kucintai dengan sepenuh hati, sedangkan lainnya tak lebih hanya pemuas bagi napsu birahiku. ”Sekarang aku telah serahkan satu-satunya putri kesayanganku ini kepada mu, harap kau mencintainya dengan sepenuh hati, menyayanginya, semenjak kecil nasibnya sudah jelek, penuh kedukaan dan kepedihan, kebahagian dimasa mendatang dan kegembiraan mungkin hanya kau yang dapat me mberikan kepadanya. Budi kebaikanmu tersebut pasti akan kubayar di dalam penitisan yang akan datang.
"Sekarang aku harap kau sudi me mberikan janjimu kepadaku, janji yang menandakan bahwa kau dengan sepenuh hati akan merawat serta melindungi putriku ini"
"Kau tak usah kuatir, aku orang she Ku tidak akan menyia- nyiakan dirinya". sahut Ku See hong dengan suara lantang.
Ceng Lan hiang segera tersenyum:
"Nah, kalau begitu aku harus menyampaikan sela mat tinggal kepada kalian se mua....
Begitu selesai berkata, dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya Ceng Lan hiang segera menotok jalan darah Pak hwee hiat diatas jidat sendiri.
Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia terjatuh dan roboh kedalam pelukan Him Ji im.
Ketua Ban sia kau yang termashur karena kejalangan serta kecantikannya dalam dunia persilatan ini segera tewas dalam pelukan putrinya.
”Ibu.." dengan suara yang a mat pedih Him Ji im berteriak keras Suara selanjutnya segera tenggelam di balik isak tangisnya yang
me milukan hati.
Begitu me milukan dan me medihkan hati isak tangisnya, me mbuat seluruh dunia seolah-o lah hendak terbalik...
Siapapun yang kebetulan mendengar suara tangisannya tersebut, pasti akan turut terharu dan beriba hati. Kalau dilihat dari kebejadan moral Ceng Lan hiang sepanjang hidupnya, dia me mang pantas untuk mati, akan tetapi penyesalan dan cara tobatnya menjelang ke matiannya, cukup me mbuat orang turut merasa terharu.
Dia telah banyak buat kejahatan didunia ini, dan harus menerima buah kejahatan yang telah dilakukannya, masih adakah hukuma n yang jauh lebih berat bagi seorang manusia yang banyak melakukan kejahatan didunia ini daripada suatu ke matian?
Kalau mesti dijawab, maka dapat dikatakan ada. Siksaan hatin menje lang ajalnya serta umpatan orang setelah ajalnya jauh lebih berat ketimbang hukuman mat i itu sendiri.
Walaupun hal tersebut sudah tidak menimbulkan pengaruh lagi bagi yang terhukum, sebab orang yang telah me ninggal tak akan mengetahui akan segala umpatan orang lain.
Tapi, peristiwa itu akan beredar terus diantara anak keturunannya, noda hitam dari leluhur mereka akan me mbuat anak keturunannya merasa rendah diri, ma lu dan me mencilkan diri .....
Demikianlah keadaan Him Ji im sekarang, pukulan hatin yang diterimanya sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata.
Penyesalan Ceng Lang hiang menje lang saat ajalnya me mbuat Him Ji im lebih menderita dan sedih, sebab ibunya me mang tewas ditangannya.
Betapa pun besarnya dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan ibunya, Him Ji im merasa berdosa dan salah karena dia telah me mbunuhnya, apalagi gadis ini berhati penuh welas asih.
"Adik Im, segala sesuatunya telah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa" kata Ku See hong sedih, "jangan menangis terus, perhatikan kesehatan tubuhmu. Ka mi dapat melupakan se mua kejadian yang me medihkan ini secara pelahan- lahan"
"Engkoh Hong" teriak Him Ji im dengan sedih, "bagaimana mungkin aku dapat melupakan kejadian ini?" Pelan-pelan Keng Cin sin berjalan mende kat, lalu berkata dengan suara le mbut:
"Adik Im, jangan menangis terus hingga merusak badan, mari kita selekasnya meninggalkan te mpat ini!"
Sambil berkata, Keng Cin sin me mbopong tubuh Ceng Lan hiang dan me mbaringkannya ke atas ranjang, ke mudian menutupi jenasahnya dengan kain.
Ceng Lan hiang me mang seorang pere mpuan yang cantik rupawan, walaupun sudah menghe mbuskan napas penghabisan namun wajahnya masih tetap cantik dan menarik.
Dengan suara pedih Him J i im berkata.
"Cici, aku ingin mengubur jenasahnya secara baik-baik, agar aku bisa me mbaktikan diri sebagai seorang anak terhadap orang tuanya
....."
"Lebih baik kita selesaikan dulu persoalan la in sebelum mengurus i jenasahnya" kata Seng sim cian li Hoa Soat kun dengan suara dalam.
Mendadak Ku See hong bertanya.
"Adik Im, kau sudah berhasil mendapatkan kitab Ban sia cin keng tersebut?"
Dari sakunya Him Ji im menge luarkan kitab pusaka Ban sia cin keng tersebut dan diserahkan kepada Ku See hong, lalu katanya dengan sedih. "Engkoh Hong, obat penawar racun dari Im hwee si hun wan dikatakan dalam kitab tersebut sebagai rumput Han sia cau, cuma tidak diketahui benda apakah itu, bagaimana bentuknya dan dihasilkan dimana."
Ku See hong segera bergumam. "Rumput Han sia cau? Rumput Han sia cau? Benarkah di dunia ini terdapat rumput tersebut?" Dengan pandangan tidak habis mengerti pe muda itu berpaling ke arah Keng Cin sin, kemudian tanyanya lagi, " Nona, tahukah kau benda apakah itu?" Dengan cepat Keng Cin sin me nggeleng, "Di dalam kitab obat- obatan yang ada dalam Cang ciong pit kip.. sama sekali tidak dicantumkan na ma rumput Han sia cau.”
"Tapi dalam benakku seakan-akan pernah mengingat na ma Han sia cau tersebut, hanya untuk sementara waktu tak dapat mengingatnya.. "
Seng Sim cian li Hoa Soat kun ma lah berdiri melo ngo dengan pikiran kosong setelah mendengar na ma Han sia cau itu, sebab pada hakekatnya dia belum pernah mendengar akan nama rumput itu.
Akan tetapi sewaktu mengetahui bahwa Keng Cin sin pernah mendengar na ma rumput obat itu, dia merasa sedikit agak lega, ujarnya kemudian.
"Nona, coba tenangkan pikiranmu dan pikirkan lagi pelan-pelan, tak perlu tergesa-gesa, apalagi masa ka mbuhnya racun dalam tubuh Im Yan cu masih ada sebelas hari lagi, kau tak perlu tergesa-gesa
...."
Walaupun diluar Hoa Soat kun berkata tak perlu tergesa-gesa, padahal hati kecilnya benar-benar merasa amat ce mas, bahkan kalau bisa Keng Cin sin dapat teringat sekarang juga.
Cuma sayang, semakin dia ingin cepat-cepat teringat kembali, pikirannya makin bingung dan kacau.
Akhirnya Keng C in sin menghe la napas pelan seraya berkata:
" Aaaai, saat ini aku tak dapat mengingatnya kembali, tapi moga- moga saja aku dapat mengingatnya kembali didalam tiga hari mendatang"
Mendadak Ku See hong berkata pula.
"Nona, aku pun seperti pernah mendengar na ma rumput Han sin- cau tersebut."
Buru-buru Seng sin clan li Hoa Soat kun berpaling seraya bertanya dengan cepat. ”Kau pernah mendengar dari siapa?". Ku See hong menghe la napas sedih.
"Akupun tidak tahu mendengar dari siapa, tapi dalam benakku seakan-akan tertera kata Han sin cau tersebut"
Mendengar perkataan tersebut Seng sim cian li Hoa Soat kun segera mendengus dingin, dengan gemas dia me lotot sekejap ke wajah Ku See hong, lalu katanya ketus.
"Bila kau tak berhasil menyela matkan dia, aku pasti akan me mbuat perhitungan denganmu"
"Aku pasti dapat teringat ke mbali, aku pasti akan berhasil menyela matkan adik Im Yan cu" janji Ku See hong dengan suara nyaring.
Keng Cin sin serta Him Ji im yang mendengar perkataan Hoa Soat kun tersebut, segera merasakan hatinya a mat kalut tak karuan.
Sesudah hening sejenak, akhirnya Him Ji im yang berkata dengan suara pedih.
"Hoa locianpwee, pembunuh dari enci Im Yan cu adalah si pedang ular perak Ciu Heng thian, dan bangsat itu sudah tewas secara mengenaskan ditanganmu, dendam sakit hatimu juga telah terbalas, mengapa kau orang tua hendak me mbuat perhitungan dengan dirinya ?"
Seng sim cian li Hoa Soat kun melotot sekejap ke arah Him J i im dengan gusar, lalu sahutnya.
"Antara aku dengan dirinya masih terikat dendam sakit hati yang belum terselesaikan, kalian anggap urusan tersebut bisa dipahami angkatan muda seperti kau?"
Keng Cin sin pernah me mbaca riwayat hidup Bun J i koan su Him Ci seng yang tragis, maka diapun mengetahui pula hubungan cinta Hoa Soat kun dengan Him C i seng yang berakhir dengan mengenaskan. Tapi ia merasa tidak pada te mpatnya apabila Hoa Soat kun ingin me mba las dendam sakit hatinya dimasa lampau atas diri Ku See hong.
Sambil menghela napas sedih Ku See hong segera berkata.
"Hoa locianpwee, benarkah kau orang tua tak sudi menga mpuni kesalahan guruku, dimasa lalu?
"Menjelang saat ajalnya, berulang kali dia telah berpesan kepadaku agar aku bersungguh hati menyampaikan rasa cintanya kepadamu, dia bilang: Bila kau tak bersedia me maafkan kesalahannya, maka dia bersedia me nerima hukuman maca m apapun darimu atas jenasahnya, dia tak akan pernah menyesal dialam baka. Sebab dengan begitu, rasa menyesalnya akan jauh berkurang, dia menyatakan penyesalannya yang tak terkirakan, karena dia tidak menerima cintamu waktu itu, tapi setelah pertempuran berdarah di bukit Soat san, dia baru sadar kalau dia amat mencintaimu, menjelang ajalnya dia berkata agar kau selalu bahagia, karena selama berada di alam baka dia akan selalu mencintaimu"
Sekujur tubuh Seng Sim cian li Hoa Soat kun ge metar keras setelah mendengar perkataan itu, sementara titik air matanya jatuh berlinang me mbasahi wajahnya, jelas ia sangat terharu oleh perkataan tersebut.
Mendadak dia me mbentak dengan suara mengge ledek:
"Tutup mulut! Setan tua itu sangat licik dan banyak akal mus lihatnya, siapa tahu disaat menjelang ajalnya dia sengaja menciptakan kata-kata semaca m itu untuk me mbohongi aku? Aku tak dapat memaafkan kesalahannya, aku hendak menghancur lumatkan tulang belulangnya sehingga halus dengan bubuk"
Ku See hong segera berkerut kening, serunya dengan gusar. "Aku telah menya mpaikan suara hati guruku kepada mu, bila kau
tetap bersikeras dengan pandanganmu tersebut, tentu saja akupun tak bisa berbuat apa-apa, tapi sampai waktunya apabila aku sa mpa i berbuat kurang ajar kepada mu, harap kaupun sudi me maafkan."
Tiba-tiba mencorong sinar penuh kebuasan dari balik mata Seng sim cian li Hoa Soat kun, setelah mendengus dingin dia berkata dingin.
"Dengan kepandaian silat mu itu kau ingin menghalangi niatku?
Huuuhh masih ketinggalan jauh"
"Boanpwee tahu kalau kepandaian silatku rendah dan tak becus, tapi demi me lindungi jenasah guruku, terpaksa aku harus me mpertaruhkan sele mbar jiwaku"
Keng Cin sin berada disisinya menghe la napas sedih, tiba-tiba dia menimbrung.
"Hoa cianpwee, Ku See hong, racun Im Yan cu belum dise mbuhkan, mengapa kalian malah bentrok sendiri? Kalau dihitung-hitung, kalian berdua mas ih me mpunyai hubungan yang cukup erat, persoalan besar apa sih yang tak dapat diselesaikan? Bila demikian terus keadaan kalian, niscaya Im Yan cu akan merasa lebih me nderita dan tersiksa ......
Mendadak....
Jeritan kaget dari Him Ji im berge ma me mecahkan keheningan, ke mudian terdengar ia berteriak keras.
"Kalian cegat kabur orang dari e mpat penjuru ......
Serentak Ku See hong, Keng Cin sin dan Hoa Soat kun berbondong-bondong lari ke pintu depan Cun kiong thian dan menyerbu keluar dari situ ....
Tapi ...
Serentetan desingan angin tajam segera berkumandang me mecahkan keheningan.
Hujan panah yang amat deras langsung dibidikkan ke depan pintu gerbang gabungan tersebut... Menyaksikan datangnya hujan panah itu, serentetan ketiga jago lihay ini me mbentak gusar, telapak tangan mereka segera diayunkan ke muka, enam gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung merontokkan anak panah-panah tersebut.
Tapi, di saat mereka berhasil merontokkan barisan anak panah yang pertama...
Serentetan desingan angin tajam lain mengge ma pula me mecahkan keheningan...
Puluhan batang panah tajam, bagaikan amukan angin puyuh langsung menyapu seluruh per mukaan tanah.
Mimpi pun ke tiga orang jago itu tak pernah menyangka kalau serangan musuh datangnya begitu cepat, terpaksa mereka harus bertekuk pinggang dan mengundur kan diri kesa mping.
Disaat mereka sedang me layang mundur inilah, ke tiga orang itu masing- masing me lepaskan dua gulung angin puyuh yang merontokkan hujan panah tadi.
"Sreeet...! Sreeeet.. .! "
Dua desingan angin tajam yang me mekikkan telinga ke mba li bergema me menuhi angkasa...
Dua batang anak panah yang tajam tahu-tahu berhasil mene mbus i jaring hawa serangan dan secepat kilat me luncur kearah Him Ji im yang berada dibelakang.
Untung Ku See hong bermata tajam dengan kaget dia berteriak keras.
"Adik Im. cepat minggir!"
Ditengah bentakan, secepat kilat tubuh Ku See hong miring ke samping la lu ke lima jari tangan kanannya di sentilkan ke muka me lepaskan lima gulung desingan angin tajam.
"Blaaammm. blaaammm...!" Dua benturan nyaring ke mbali berge ma me mecahkan keheningan.
Terma kan oleh ke lima desingan angin jari itu, dua batang panah tadi patah menjadi t iga bagian.
Tapi na mpaknya ke dua mata panah itu masih me mpunyai sisa kekuatan yang cukup tangguh, kali ini panah-panah tersebut menya mbar ke arah sepasang bahu Him Ji im.
Entah mengapa, meski menyaksikan datangnya ancaman panah tersebut, namun Him Ji im sa ma sekali tidak menghindar ataupun berkelit, tak terlukiskan rasa gelisah Ku See hong setelah menyaksikan kejadian tersebut, segera teriaknya keras-keras:
"Adik Im "
Sepasang bahu Him Ji im segera terhajar oleh mata panah yang tinggal enam inci panjangnya itu sa mpai te mbus sedalam tiga inci ke bahunya, setelah gemetar keras dia lantas roboh terjengkang ke atas tanah...
Dengan cepat Ku See hong me me luk gadis itu sa mbil berteriak sedih:
"Adik Im, mengapa kau tidak berkelit "
Paras muka Him Ji im pucat pias seperti mayat, bibirnya me mbiru, dengan pedih ia berkata:
„Engkoh Hong, maafkanlah aku, aku tak punya muka untuk hidup terus di dunia ini!"
Me mandang bahunya yang terluka dan berdarah, Ku See hong merasa pedih sekali, tak terbendung lagi titik air mata jatuh bercucuran, katanya sedih:
"Adik Im, mengapa kau harus rendah diri? Kau .... apakah kau hendak meninggalkan aku seorang diri?"
Bergetar keras seluruh badan Him J i im setelah mendengar perkataan itu, kulit wajahnya nampak mengejang keras menahan penderitaan, sudah jelas rasa sakit akibat lukanya mendatangkan siksaan yang cukup berat bagi gadis ini.
Dengan sinar mata yang rawan karena kepedihan, dia berkata agak parau:
"Engkoh Hong, aku... aku tak ingin meninggalkan dirimu, tapi takdir menentukan lain..."
"Adik Im, aku akan mencabut keluar panah yang menancap dibahumu itu" tukas Ku See hong dengan cepat.
Sembari berkata, pemuda itu segera menggerakkan jari tangan kirinya untuk menotok jalan darah sui hiat diatas bahu nya, lalu dengan jepitan jari tengah dari telunjuknya dia mencabut keluar mata panah tersebut.
Darah segar yang dicampur dengan hancuran daging segera me mbasahi tangan si anak muda itu.
Dalam pada itu, suasana dalam ruang Cun kiong thian bertambah pengap dan panas, bau hangus makin menusuk hidung, sementara kobaran api yang me mbara, diluar sana sema kin menghebat, suara ledakan demi ledakan berge muruh diseluruh angkasa.
Hoa Soat kun dan Keng Cin sin berdiri lebih kurang satu kaki didepan Ku See hong serta Him Ji im, sepasang tangan mereka sedang repot digerakkan ke sana kemari melepas kan pukulan- pukulan yang dahsyat.
Rupanya hujan panah yang berasal dari luar pintu tiba secara beruntun dan tiada hentinya, hujan panah yang disertai desiran angin tajam itu meluncur datang dengan cepat sekali.
Dalam waktu singkat, beberapa kaki dihadapan Hoa Soat kun dan Keng Cin sin sudah berserakan beribu-ribu batang panah panjang.
Pada saat itulah, tiba-tiba...
Dari luar ruangan situ berge ma suara tertawa licik yang dingin dan penuh perasaan bangga. Kemudian dari balik suara tertawa itu terdengar seseorang berkata dengan suara sedingin es.
"Anjing pere mpuan dan laki, sekarang rasakanlah bagaima na nikmatnya kalau mati terbakar".
Ucapan tersebut sudah jelas berasal dari salah seorang dari dua mur id murtad Bun ji koan su yakni si telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim.
Kemudian secara tiba-tiba terdengar lagi seseorang yang lain berseru sambil tertawa nyaring.
"Tu sute, sejak kini dunia persilatan akan menjadi milik kita berdua, haaahhh....haaahh... haaahhh "
Dalam pada itu, Ku See hong telah selesai me mbalut luka panah yang diderita Him Ji im, ketika mendengar perkataan dari dua orang mur id murtad tersebut, dengan gusarnya ia me mbentak.
"Manusia laknat, kalian anggap setelah menggunakan siasat licik yang memua kkan ini untuk menjebak ka mi, lantas kami semua tak ma mpu keluar dari kurungan?"
Perlu diketahui, sekeliling ruangan Cun kiong tian ini terdiri dari bahan dinding yang kokoh dan kuat, demikian pula jendela dan pintunya terbuat dari besi baja, pada hakekatnya sebuah balok kayu yang sudah terbakar pun tidak dijumpa i, maka Keng Cin sin sekalian merasa curiga dan keheranan setelah mendengar kata-kata kedua orang murid murtad itu akan me mbakar mati mereka.
Tiba-tiba terdengar si Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim berkata dengan suara menyeramkan.
"Cu suheng, waktunya telah tiba bukan?" Pedang sakti kayu baja Cu Pok segera berteriak keras.
"Gunakan panah berapi!"
Ditengah seruan tersebut, sebaris panah berapi sudah meluncur masuk ke dalam ruangan. Keng Cin sin dan Hoa Soat kun segera melontarkan pukulan mereka untuk merontokkan panah-panah berapi itu, namun kobaran api di mata panah tersebut sama sekali tidak pada m.
Tatkala barisan panah itu me ncapai tanah. "Blaaammm !"
segera terdengar ledakan nyaring.
Batang panah yang banyak berserakan di tanah tadi tiba-tiba saja terbakar dengan hebatnya, namun apinya sedikit dengan asap yang tebal.
Dalam waktu singkat asap tebal berwarna hitam itu sudah me menuhi seluruh ruangan Cun kiong tian.
Menyaksikan kejadian ini, Keng Cin sin menjadi sangat terperanjat, buru-buru serunya.
"Kita tak boleh berdiam terus disini, rupanya mereka ingin mengge lapkan ruang Cun kiong tian ini dengan asap tebal, ke mudian baru me mbidik kita dengan hujan panah"
Rencana yang dilakukan dua orang tua manus ia laknat tersebut me mang benar-benar sangat kejam, mula- mula panah yang mereka bidikkan kedalam ruangan itu sengaja dilapisi dengan minyak pelumas, minyak tersebut bila sampai terbakar maka akan menimbulkan asap tebal yang berwarna hitam pekat.
Bila asap se maca m ini sa mpai me menuhi seluruh ruangan, niscaya suasana akan menjadi gelap gulita sehingga melihat ke lima jari sendiri pun sukar.
Dalam keadaan demikian, rupanya mereka sudah bersiap sedia akan melancarkan hujan panah.
Bila rencana busuk ini sa mpai berhasil maka sekali seluruh ruangan dilapisi asap hitam yang tebal, sulitlah bagi mereka untuk me lihat keadaan disekitar sana.
Walaupun seseorang memiliki ilmu silat yang betapa pun lihaynya dalam keadaan begini tak akal mungkin bisa melo loskan diri, mereka pasti akan mati secara mengenaskan. Buru-buru Ku See hong berseru lantang:
"Nona, harap kau suka me mbopongnya, biar aku orang she Ku yang me mbuka jalan.”
Ditengah pe mbicaraan tersebut, sekilas cahaya pelangi menyelinap di angkasa, tahu-tahu dalam gengga man tangan kanan Ku See hong telah bertambah dengan sebilah pedang Hu thian seng kia m...
Serentetan suara pekikan nyaring yang me mbetot sukma turut berkumandang pula me mecahkan keheningan.
Ku See hong melejit ke tengah udara bagaikan seekor burung raksasa, dia melayang ditengah udara dalam waktu singkat sekeliling te mpat itu sudah dipenuhi satu lingkaran cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata melindungi sekeliling tempat tersebut...
Semua barisan panah yang berdatangan seperti hujan badai itu serentak rontok ke atas tanah begitu me mbentur sinar pedang tersebut.
Rupanya Ku See hong telah mengeluarkan jurus ke dua dari ilmu pedang Cang ciong ciat mia kiam si yang disebut Hong sin lui tong ming kim thi" (Angin menderu guntur mengge legar, senjata berdentingan)
Selapis cahaya pedang me mbentuk sebuah dinding pertahanan yang kuat sekali, dalam posisi de mikian jangan lagi hujan panah, biar diguyur dengan air pun belum tentu air tersebut dapat mene mbus i dinding pertahanannya.
Dalam waktu singkat Ku See hong telah berhasil me nerobos keluar dari pintu gerbang Cun kiong tian.
Ternyata di luar cun kiong tian merupakan sebuah ruang dari markas besar Ban sia kau, sedemikian luasnya ruangan tersebut sehingga dapat me muat ribuan orang. Begitu keluar dari Cun kiong tian, sorot matanya yang tajam segera me mandang sekejap sekeliling te mpat itu.
Tak jauh dari sana, terdapat tiga baris anggota Ban sia kau yang masing- masing me mbawa busur lengkap dengan anak panahnya, setiap baris terdiri dari dua puluh orang.
Sepuluh kaki dibelakang tiga baris anggota Ban sia kau, na mpak kepala manusia yang berjejal-jejal, mungkin terdapat enam tujuh ratus jago yang menyandang busur, membawa pedang dalam posisi siap tempur.
Betapa terkesiapnya Ku See hong setelah melihat keadaan ini, dia tidak kuatir menghadapi manusia sebanyak itu, tapi kuatir bila dia dipaksa me mbunuh sekian banyak ma nusia.
"Sreeeet! Sreeeet .....!" desingan angin tajam segera berkumandang me mbe lah angkasa.
Sebaris anak panah tahu-tahu sudah me luncur ke arah Ku See hong, kali ini ke tiga baris manus ia tersebut bersama-sa ma me mbidikkan anak panah mereka secara beruntun, dahsyatnya bukan alang kepalang.
Tampak seluruh angkasa dipenuhi hujan panah yang benar-benar menggidikkan hati.
Dengan gerakan yang amat cepat kembali Ku See hong meluncur ke muka, sekilas cahaya pedang langsung menyongsong tibanya hujan panah yang me menuhi seluruh angkasa itu.
Dimana cahaya pedang berkelebat, anak panah jatuh berhamburan ke atas tanah dalam keadaan patah dan hancur oleh sebab itulah hujan panah yang dahsyat segera ditujukan kepada Ku See hong seorang.
"Sreeet..!" sebilah anak panah mendadak me lesat mene mbusi bayangan pedangnya. Ku See hong sangat terkejut, tubuhnya yang berada ditengah udara, segera miring ke samping, dengusan tertahan bergema di angkasa ....
Paha kanan Ku See hong ter makan oleh bidikan panah sehingga darah segar mengucur keluar dengan amat derasnya, dengan cepat seluruh celananya sudah basah dan me merah, tapi begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah, ia cabut keluar panah tersebut dengan tangan kirinya.
Pada saat itulah, mendada k ....
Enam puluh orang anggota Ban sia kau tersebut sudah menyebar sejauh sepuluh kaki, sedang tiga baris kaum iblis lainnya me mbur u ke muka dengan busur ditangan, kecepatan mereka berganti posisi betul-betul sangat mengagumkan.
Tidak sa mpai tiga barisan anggota Ban sia kau itu melepaskan bidikan panahnya, pekikan nyaring yang membetot sukma telah berkumandang me mecahkan keheningan.
Tubuh Ku See hong bersama cahaya pedangnya telah bergabung menjadi satu sa mbil me lesat ke muka.
Tampak serentetan hawa pedang yang berkilauan tajam dan amat menyilaukan mata langsung me luncur ke arah barisan perta ma yang berada paling muka.
Kawanan iblis dari Ban sia kau itu cuma merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu enam orang iblis yang berada dibarisan terdepan sudah roboh tewas tanpa se mpat mengeluar kan sedikit suarapun.
Percikan darah segar mereka me mancar ke e mpat penjuru dan me mbasahi wajah setiap orang yang berada disekeliling sana.
Hu thian seng kiam yang berada ditangan kanan Ku See hong ke mbali diputar dengan cepat, cahaya tajam yang menyilaukan mata sekali lagi me mbelah angkasa.
Menyusul kemudian... Jeritan ngeri yang menyayat hati segera bergema diseluruh angkasa, kepala beterbangan dan darah berhamburan, dalam waktu singkat dua puluh orang iblis yang berada dibarisan terdepan sudah menjadi setan-setan tanpa kepala.
Sejak melayang ketengah udara sa mpai berhasil me mbunuh dua puluhan orang, Ku See hong melakukan kesemuanya itu secara beruntun dan didalam waktu singkat.
Tindakan yang menyeramkan dan menggidikkan hati ini kontan saja me mbuat paniknya kedua baris anggota Ban sia kau la innya, serentak mereka me mbubarkan diri dan mengundur kan diri dari situ...
Sementara itu suara pekikan nyaring yang me mekikkan telinga ke mbali berkumandang me mecahkan keheningan. ..
Seng Sim cian li Hoa Soat kun seperti seekor rajawali raksasa tahu-tahu sudah me luncur kedepan dan menghadang ja lan mundur kawanan iblis tersebut.
Sepasang tangan dan sepasang kakinya tidak ambil dia m, dengan kecepatan yang hebat dia serang habis-habisan kawanan iblis tersebut.
Sedangkan Ku See bong telah me lejit untuk sekian kalinya ke tengah udara, selapis cahaya pelangi seperti naga perkasa menggulung dan me luncur diangkasa.
Pada hakekatnya sukar untuk dibedakan lagi, mana cahaya pedang dan mana cahaya pelanginya.
Seperti daun kering disa mbar angin kencang, kawanan jago dari Ban sia kau itu rontok satu persatu keatas tanah, hancuran badan dan percikan darah berceceran di atas tanah, keadaannya benar- benar menger ikan sekali...
Jeritan ngeri, teriakan takut dengan cepat menyambar diseluruh ruangan tersebut. Dalam waktu sekejap, empat puluhan anggota Ban sia kau yang terbabat oleh keganasan Ku See hong serta Hoa Soat kun dan roboh binasa didalam keadaan mengerikan. Kutungan lengan dan anggota badan me menuhi per mukaan tanah, darah kental berceceran diseluruh permukaan me mbuat udara disekitar situ sangat mengerikan...
"Lepaskan panah..."
Dari balik kerumunan beratus-ratus anggota Ban Sia kau tiba-tiba bergema bentakan nyaring..
Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah dipenuhi hujan panah yang dengan cepat mengurung tubuh Ku See hong, Hoa Soat kun serta Keng Cin sin.
Ku See hong yang menyaksikan gelagat kurang baik segera me mbentak keras:
”Nona, boponglah dia dan untuk sementara waktu mundur dulu ke Cun kiong tian"
Ternyata Ku See hong kuatir kalau Keng Cin sin yang harus me mbopo ng Him J i im tak dapat menghindar dengan cekatan, sehingga terluka oleh hujan panah.
Apalagi hujan panah yang dilepaskan kali ini mencapa i ratusan batang sekaligus, keadaan semacam itu betul-betul menggidikkan hati orang, Keng Cin sin tak berani berayal lagi, dia menur ut dan segera melo mpat masuk ke dalam ruangan Cun kiong t ian.
Sementara itu, disaat hujan panah sedang me menuhi angkasa, mendadak terdengar seseorang berteriak lagi.
"Serbu!"
Diiringi teriakan yang gegap gempita, enam tujuh ratus anggauta Ban sia kau dengan tombak dan golok terhunus, seperti seribu pasukan tentara berkuda, serentak menerjang bersa ma kearah Ku See hong dan Hoa Soat kun.....
Teriakan keras, bentakan menggeledek segera me menuhi seluruh angkasa... Keadaan seperti ini, cukup me mbetot sukma setiap orang yang me mandangnya.
Sistim penyerangan seperti ini, boleh dibilang merupa kan taktik perang lautan manusia ....
Benar-benar tidak terduga, bila manusia sudah gila, mereka tak segan-segan me mpergunakan nyawa sendiri sebagai bahan gurauan...
Ditengah hujan panah yang sangat rapat itu, secara beruntun Ku See hong dan Hoa Soat kun terkena beberapa batang panah. .
Dengan tenaga dalam mereka yang sempurna, lagipula te mpat yang terkena serangan bukan tempat yang mematikan, mes kipun untuk se mentara waktu luka mana tidak mengganggu, namun mereka terkejut juga setelah menyaksikan datangnya serbuan lautan manusia tersebut, sadarlah ke dua jago kita ini, bahwa pertarungan keji dan pe mbunuhan massal tak dapat dihindari lagi...
Tiba-tiba Ku See hong me mbentak nyaring.
"Harap se muanya berhenti, kalian mest i ingat, nyawa lebih berharga dari segala-galanya!.
Namun teriakan tersebut sama sekali tidak menghasilkan pengaruh apa pun, to mbak, pedang dan golok masih datang berhamburan...
Seng sim cian li Hoa Soat kun tertawa seram, tubuhnya menerjang lebih dulu ke dalam kelo mpo k manusia- manus ia sinting itu, dengan cepat dia berhasil mera mpas sebilah pedang dan mulai me lancarkan pe mbantaian secara besar-besaran ....
Jeritan ngeri dan teriakan kesakitan dengan cepat berkumandang silih berganti.
Batok kepala bergelindingan, darah segar berhamburan, suasana amat menceka m perasaan. Di dalam waktu singkat, ada tiga empat puluhan ma nusia sudah tewas diujung pedang dan serangan gencar Hoa Soat kun. Desingan tajam tiba-tiba me mbelah angkasa .
Enam batang tombak panjang secepat kilat sudah meluncur datang dari e mpat arah delapan penjuru dan bersa ma-sa ma menusuk tubuh Ku See hong...
Ku See hong berpekik nyaring, begitu keras suara pekikan tersebut hingga menggetarkan seluruh ruangan....
Pedang Hu thian seng kiam yang berada ditangannya segera me mancarkan cahaya tajam, hawa pedang me mbumbung t inggi sehingga me menuhi angkasa...
Bayangan darah me mercik ke e mpat penjuru, jerit kesakitan mengge ma di seluruh angkasa ..
ENAM batang to mbak dari ke enam anggota Ban sia kau itu terpapas oleh sambaran pedang hingga kutung menjadi dua dan tewas seketika....
Begitu ke enam orang itu roboh, muncul delapan orang la innya
....
Delapan orang itu roboh, dua belas orang yang la in datang
ke mbali ....
Kawanan iblis dari Ban sia kau itu sungguh-sungguh sudah gila dan sinting, walau pun kawan-kawannya pada bergelimpangan secara mengerikan, namun kawanan jago lainnya yang berada dibarisan belakang masih juga datang menyerang dengan tanpa gentar yang membuat orang tidak habis mengerti adalah sesungguhnya mereka beradu jiwa untuk siapa.
Karena dendam kesumat?
Karena kehancuran total perkumpulan Ban sia kau?
Hoa Soat kun dan Ku See hong seperti dua ekor binatang buas yang haus darah, mereka me mbentak, menusuk, me mbabat dan berjuang de mi me mpertahankan kehidupan sendiri. Untuk me mpertahankan hidup dan demi kepentingan rekan sendiri, mau tak mau mereka harus mela kukan pe mbantaian secara besar-besaran.
Sejak jaman kuno, pedang Hu thian seng kiam me mang sudah termashur sebagai senjata pembunuh, mala m ini senjata tersebut benar-benar telah me mperlihatkan keganasannya, bahkan jauh lebih ganas ketimbang tiga ratus tahun berselang, sewaktu senjata itu masih berada ditangan Si long lojin.
Tampak Ku See hong berpadu dengan cahaya pedangnya, dia bergerak lincah kesana ke mar i tak menentu, keadaannya benar- benar menggidikkan hati.
Didalam waktu sekejap, sudah empat lima orang iblis yang tewas secara mengenaskan diujung pedang Ku See hong.
Hoa Soat kun si ge mbong iblis pere mpuan yang me mbunuh orang tanpa berkedip ini me lancarkan pula pe mbunuhan- pembunuhan kejinya, pedang yang berada ditangan kanannya seperti sebilah senjata mestika yang datangnya dari langit, bukan saja menjadi senjata pembunuh, bahkan tangan dan kakinya bahkan seluruh bagian badannya seakan-akan berubah pula menjadi senjata yang me matikan orang.
Tubuhnya bergerak semakin cepat lagi dia menya mbar kesana ke mari tiada hentinya. ..
Sewaktu mencapai puncaknya, didalam sekali gerakkan tangan saja secara beruntun dia telah menghabis i nyawa enam orang. ..
Jari tangan, sikut, bacokan, tabokan, terjangan, babatan semuanya ditarikan dengan bersamaan waktunya.
Hawa pembunuhan yang mereka pancarkan benar-benar menggidikkan hati, me mbuat bulu kuduk orang yang me mandangnya jadi berdiri se mua saking ngerinya.
Betapa pun lihaynya ilmu silat yang dimiliki Hoa Soat kun dan Ku See hong, namun saat ini sekujur badan mereka sudah berlumuran darah, lukanya penuh memenuhi badan, hawa darah dalam dadanyapun ikut bergolak ....
Ku See hong mencoba untuk me mperhatikan sekeliling te mpat itu, dari enam tujuh ratus anggota Ban sia kau, sekarang sudah tinggal separuh jumlahnya, atau dengan perkataan lain dia dan Hoa Soat kun telah me mbunuh tiga ratusan orang.
Darah kental, bangkai manus ia berserakan dimana- mana.
Seluruh per mukaan lantai ruang Ban sia kau dan permukaan tanah yang beralas batu hijau, kini telah dibasahi darah kental yang berbau amis.
Me mandang keadaan seperti ini, tiba-tiba saja timbul perasaan iba dan kasihan di hati Ku See hong, dia mulai berpikir didalam hati:
"Tuhan adalah maha pengasih dan penyayang, mengapa aku harus me lakukan pe mbantaian secara besar-besaran? Pada hal biang keladinya si pedang sakti kayu besi Cu Pok dan telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim justeru secara pengecut menye mbunyikan diri dibelakang
Ia benar-benar merasa tak tega untuk mela kukan pembantaian lebih jauh dengan suara menggeledek segera bentaknya.
"Aku harap kalian berhenti se mua!"
Tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong me mang cukup sempurna, tidak heran kalau bentakannya ini ibarat guntur yang me mbe lah bumi disiang hari bolong, sangat menggetarkan perasaan setiap orang.
Tanpa disadari semua orang menghentikan serangannya dan me mbungka m dalam keheningan yang menceka m.
Hoa Soat kun segera menghentikan pula pe mbantaiannya .....
Dengan suara menggelede k Ku See hong berkata lebih jauh. "Para saudara sekalian, sepanjang hidup kita boleh dibilang tiada ikatan sakit hati maupun dendam kesumat apa pun, buat apa kita saling me mbantai dan me mbunuh ?
"Kalian betul-betul kelewat bodoh, sebenarnya untuk siapakah kalian menjua l nyawa? Coba, lihatlah pentolan kalian Cu Pok dan Tu Pak kim sekalian, secara pengecut menyembunyikan diri menyaksikan kalian jual nyawa untuknya."
Mendadak....
Suara gelak tawa yang keras dan menyeramkan me motong pembicaraan Ku See hong yang belum selesai, Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang menyembunyikan diri di belakang kerumunan orang banyak segera berteriak dengan keras:
"Saudara-saudara sekalian dari Ban sia kau, kalian jangan mau termakan oleh hasutannya, coba lihatlah, mereka telah me mbantai tiga ratusan orang saudara kita, apakah dendam kesumat ini tidak wajib kita tuntut balas?.
"Coba kalian saksikan pula keadaannya, dia sudah kehabisan tenaga dan kecapaian justru karena takut mati maka dia mengucapkan perkataan semaca m ini, mari kita teruskan perjuangan kita bersa ma-sa ma me mbunuhnya.
"Tidak, kita mesti menghancur lumatkan tubuh anjing laki- laki dan perempuan ini sa mpai remuk sebelum dapat mela mpiaskan rasa dendam dan sakit hati kita "
Bunuh! Bunuh! Bunuh .....
Teriakan demi teriakan yang me mekikkan telinga dengan cepat me menuhi seluruh angkasa.
Tiga ratusan anggota Ban sia kau yang masih tersisa kecuali me lancarkan serangan mereka yang nekad dan me mbabi buta...
Golok, pedang, tombak seperti angin puyuh hujan badai menggulung dengan hebatnya ke tubuh Hoa Soat kun serta Ku See hong... Tak terlukiskan rasa gusar dan sedih Ku See hong serta Hoa Soat kun setelah menyaks ikan kenyataan ini...
Kalau bisa mereka ingin me mbinasakan Cu Pok serta Tu Pak kim sekalian dalam sekali tusukan pedang, tapi kedua bajingan itu cukup licik, ternyata mereka menyembunyikan diri dibelakang kerumunan orang banyak, hal ini menghalangi ke dua jago kita untuk mengha mpiri mereka serta menghuja mkan senjatanya ke dada bajingan-bajingan itu.
Dalam keadaan demikian terpaksa mereka berdua harus menggigit bibir kencang- kencang dan sambil menahan gejolak hawa darah didalam dadanya, mela kukan pe mbantaian secara brutal kian ke mari .....
dewi
YAA, nyawa manusia menjadi sa ma sekali tak berharga di ajang pertarungan seperti ini, bahkan sele mbar nyawa manusia jauh lebih tidak berharga daripada nyawa seekor anjing....
Tiga ratusan anggota Ban sia kau yang bertarung macam orang gila, dalam waktu sekejap saja sudah berkurang dua ratusan orang manus ia.
Lalu menyusut terus dengan cepatnya, dari delapan puluh...
enam puluh... empat puluh... dua puluh...
Enam tujuh ratusan anggota Ban sia kau yang se mula masih bertarung dengan gagah akhirnya tinggal Pedang sakti kayu besi Cu Pok, Telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim serta bala bantuan yang kemudian berdatangan seperti Jian khi pang cu si pedang iblis Toan Gi cong dan Thi kiong pangcu to mba k terbang berwajah besi (Thi bin hui cian) Seng Ko piau.
Ruang utama markas besar Ban sin kau yang luasnya mencapai lima enam puluh kaki itu, sekarang menjadi kuburan masal, mayat manus ia, hancuran anggota badan serta darah kental berhamburan dimana- mana...
Permukaan lantai yang beralaskan ubin hijau, kini berubah menjadi lautan darah, setiap jengkal tanah pasti di nodai sejengkal darah kental, pemandangan menger ikan se maca m ini sungguh me mbetot sukma siapapun yang melihatnya.
Keadaan waktu itu betul-betul ibaratnya darah menganak sungai, bau anyirnya darah hampir me nyusupi setiap jengkal udara kosong yang ada.
Mayat-mayat yang bergeleparan dilantai, mena mbah sera mnya keadaan, kutungan lengan, potongan kaki, ha mburan usus dan is i perut, ditambah kutungan pedang dan golok ha mpir me menuhi seluruh lantai bertumpuk-tumpuk dan bersusun-susun me mbukit.
Enam puluh kaki persegi yang begitu luas, pada hakekatnya dipenuhi dengan mayat.
"Suasana semaca m ini sangat mengerikan dan menggidikkan sukma setiap orang....
Peristiwa berdarah ini boleh dibilang merupa kan pembantaian berdarah yang paling besar dan mengerikan....
Mungkin sejak dulu hingga sekarang, belum pernah dunia persilatan dilanda pe mbantaian sedemikian beratnya..
Tiga ratus tahun berselang, Si hong lojin telah menimbulkan badai darah, dua puluh tahun berselang Bun ji koan su Him Ci seng me lakukan pula pertempuran berdarah dibukit Soat san, tapi tak sebuah pun yang bisa menandingi kebrutalan serta kesadisan peristiwa pada mala m ini...
Bayangan darah menyelimuti jagad, seluruh langit dan bumi benar-benar sudah di selimuti hujan darah yang sangat tebal.
Seng sim cian li Hoa Soat kun serta Leng hun koay seng Ku See hong, ke dua-duanya sudah tergeletak ditengah genangan darah. Sekujur badan mereka ber mandikan darah segar, lukapun me menuhi sekujur tubuh mereka, namun luka itu semuanya bukan luka yang me matikan, akan tetapi rupanya mereka telah me mperguna kan tenaga kelewat batas, sehingga akibatnya kehabisan tenaga dan tak ma mpu untuk bangkit ke mbali.
Dengan sekuat tenaga Seng Sim cian li Hoa Soat kun berusaha untuk meronta bangun, pedangnya yang berlumuran darah ditancapkan keatas tanah, sementara seluruh badannya penuh dengan darah kental, matanya memancarkan sinar pe mbunuhan yang menggidikkan, dengan pandangan penuh kebencian dia awasi ke e mpat pentolan bajingan tersebut tanpa berkedip.
Ku See hong lebih payah lagi keadaannya, dia harus berusaha meronta sebanyak tiga kali sebelum berhasil berdiri ke mbali dengan menopang pada pedang, bibirnya sudah dinodai oleh darah segar, sepasang matanya merah me mbara, kulit wajahnya mengejang keras menahan derita, dengan pancaran sinar pembunuhan yang menggidikkan hati dia pun sedang mengawas i Cu Pok sekalian berempat dengan pandangan marah.
Suasana sekeliling tempat itu amat sepi, namun penuh diliputi hawa pembunuhan yang menegangkan dan menggidikkan hati ...
Suasana begitu keji, sadis, sehingga lama-la ma dapat mendir ikan bulu ro ma siapa pun...
Ditengah keheningan, Ku See hong serta Hoa Soat kun me mancarkan sinar kewibawaan yang menyera mkan, me mbuat orang lain tak berani memandang enteng kepadanya, bahkan yang me mbuat hati orang bergidik adalah pancaran sinar pembunuhan yang mencorong keluar dari balik sorot mata mereka.
Pedang sakti kayu besi Cu Pok, telapak tangan emas sukma cacad Tu Pak kim, ketua Jian khi pang si pedang iblis Toan Gi cong maupun ketua Thi kiong pang si to mba k terbang berwajah besi Seng Ko piau se muanya dibikin terkejut dan bergidik oleh pancaran kewibawaan ke dua orang musuhnya, terutama sekali setelah mereka saksikan ke enam tujuh ratus sosok mayat yang tergelepar diatas tanah itu....
Walaupun mereka pun je las mengetahui bahwa Ku See hong serta Hoa Soat kun telah kehabisan tenaga dan kelelahan, tapi untuk beberapa waktu mereka toh tak berani melancarkan sergapan terhadap ke dua orang itu.
Mendadak....
Ketua Jian khi pang si Pedang iblis Toan Gi cong mengulumkan sekulum senyuman liciknya yang sinis dan dingin, kemudian katanya:
"Saudara Cu, saudara Tu, saudara Seng, mari kita beramai-ra mai me mbunuh mereka, dunia persilatan pasti akan terjatuh ke tangan kita!"
Begitu selesai berkata, Toan Gi cong segera mengangkat pedang dengan tangan kirinya ke mudian menerka m Ku See hong lebih dahulu ....
Sebagaimana diketahui, dalam perte mpuran dibukit Im Cu san tempo hari, lengan kanannya telah dipapas Ku See hong sehingga kutung menjadi dua, tidak heran kalau dia sangat mendenda m kepada si anak muda itu dan berusaha untuk me mbalas sakit hatinya tersebut.
Bentakan nyaring berkumandang pula me mecahkan keheningan
....
Tahu-tahu Keng Cin sin seperti sukma gentayangan sudah
menubruk t iba dengan kecepatan luar biasa...
Telapak tangannya yang putih mulus segera menekuk sambil menyentil, lima gulung desingan angin serangan yang sangat tajam segera meluncur ke muka dan menerka m tubuh ketua Jian khi pang si pedang iblis Toan Gi cong.
Si pedang iblis Toan Gi cong termasuk juga seorang jago lihay didalam dunia persilatan, ketika tubuhnya berada ditengah udara, mendadak saja dia berjumpalitan ke sa mping ke mudian melayang turun ke arah per mukaan tanah.
Keng Cin sin mengerti kalau Ku See hong dan Hoa Soat kun sudah tidak berke ma mpuan me lancarkan serangan lagi, padahal musuh yang mereka hadapi sekarang justru e mpat jago lihay kelas satu dari dunia persilatan, apabila pertarungan tidak diselesaikan secepatnya, niscaya dia akan menyesal sepanjang ja man.
Baru saja ujung kaki si pedang iblis Toan Gi cong menyentuh permukaan tanah, Keng Cin sin telah me mbentak nyaring, angin pukulan yang maha dahsyat, jurus tendangan yang menyambar secepat kilat telah berdatangan secara beruntun...
Di dalam waktu yang relatif a mat singkat...
Secara beruntun Keng Cin sin telah melancarkan dua belas pukulan dita mbah delapan tendangan berantai...
Seperti yang diketahui, pertarungan antara jago-jago lihay, selisih yang amat sedikitpun dapat menghas ilkan ke matian yang amat tragis..
Begitu serangan berhamburan tiba, seluruh angkasa diliputi hawa serangan yang maha dahsyat, kehebatannya benar-benar luar biasa dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Sejak mula hingga kini si Pedang Iblis Toan Gi cong belum sempat melancar kan serangan balasan barang setengah juruspun, dia segera kena terdesak oleh serangan Keng Cin sin yang maha dahsyat itu sehingga mundur ke belakang dengan se mpoyongan.
Mendadak....
Keng Cin sin me mbentak dengan suara menggeledek: "Roboh kau!"
Tiba-tiba saja tubuhnya menyelinap ke depan, telapak tangan kirinya menyerang secara dahsyat dengan membawa berpuluh- puluh t itik bintang yang segera menyebar ke mana- mana. Desingan angin serangan yang menderu-deru dan ma ha dahsyat serentak menggulung ke tubuh si pedang iblis Toan Gi cong.
Menghadapi anca man seperti ini, Toan Gi cong sungguh merasa terperanjat sekali, dalam gugupnya pedang di tangan kirinya segera disa mbit kedepan menganca m Keng Cin sin.
"Blaaammm..."
Benturan nyaring yang amat me mekikkan telinga segera berkumandang me mecahkan keheningan.
Menyusul kemudia m....
Jerit kesakitan yang memilukan hati bergema pula me menuhi angkasa....
Dengan wajah pucat pias seperti mayat, Toan Gi cong mundur sejauh tujuh langkah dengan sepasang bahu bergetar keras.
Dengan cekatan Keng Cin sin miringkan tubuhnya ke sa mping, lalu dengan tangan kirinya dia sambar pedang yang disambitkan ke arahnya itu, menyusul ke mudian pergelangan tangan kirinya diputar sembari digetarkan, "Sreeett, ....!" desingan tajam me mbe lah seluruh angkasa"
Serentetan pelangi putih me luncur ke mba li dari gengga man tangannya...
"Aduuuh !"
Jerit kesakitan yang menyayat hati berkumandang ke mba li me mecahkan keheningan...
Dada Toan Gi cong ditembusi oleh pedang sendiri sehingga tembus dipunggungnya, seketika itu juga tewaslah dia.
Kepandaian silat Keng Cin sin yang begitu sakti dan cepatnya sungguh me mbuat orang bergidik.
Sejak kemunculannya hingga berhasil me mbunuh Toan Gi cong, semua rangkaian gerakannya ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa sekali .... Oleh sebab itu baik si telapak tangan e mas sukma cacad Tu Pak kim, si pedang Sakti kayu besi Cu Pok maupun ketua Thi kiong pang si tombak terbang berwajah besi Seng Ko piau t idak se mpat me mber ikan pertolongannya.
Barulah setelah serangan itu berhasil me matikan rekan mereka, ketiga orang itu baru membentak keras ke mudian bersiap sedia me lancarkan serangan ke arah Keng Cin sin..."
Mendadak....
"Omitohud!" suara pujian kepada sang Budha berge ma dengan nyaringnya.
Kemudian tampa k bayangan manus ia berkelebat lewat, dalam ruangan tersebut tahu-tahu sudah bertambah dengan sebelas sosok manus ia, dua diantaranya hweesio, empat toosu dan lima orang kakek yang mas ing- masing bersenjata lengkap?
Tak terlukiskan rasa terperanjat Keng Cin sin setelah mengetahui siapa saja yang mena mpilkan diri barusan, dengan cepat dia menyelinap ke sisi Ku See hong, kemudian sa mbil mengangsur kan tiga butir pil kepada pe muda itu bisiknya:
"Cepat telan pil ini dan aturlah pernapasan dengan segera.” Kemudian dengan cepatnya Keng Cin sin menyelinap pula ke sisi
Hoa Soat kun serta me mberikan pula tiga butir pil kepadanya.
Hoa Soat kun menyadari betapa seriusnya peristiwa tersebut, dia tidak mena mpik dan buru-buru mene lan pil pe mberian si nona itu...
Ternyata ke sebelas orang yang barusan mena mpakkan diri ini tidak lain adalah para ciangbunjin dari sembilan partai besar dunia persilatan yang terdiri dari Siau lim pay, Bu tong pay, Tiong lam pay, kun lun Pay, Hoa San pay, Khong tong Pay, Cing shia pay, Tiam cong pay serta Tiang pek pay.
Dari pihak Siau lim pay tak la in adalah dua orang hwesio gundul tersebut, si hwesio tua berbaju kuning tersebut tak lain adalah satu diantara tiga pendeta yang pernah mengerubuti Keng Cin sin tempo hari, Hoa hian taysu adanya.
Sedangkan yang lain me mbawa tongkat lik giok sian ciang dan berwajah amat serius, dia adalah ketua Siau lim pay sekarang, Goan thong siansu.
Sementara ke e mpat tosu tersebut, dua diantaranya berasal dari Bu tong pay yakni ketuanya Kiu yang totiang serta adik seperguruannya Tang yang totiang.
Sedang dua tosu tua yang lain, satu adalah ketua dari Khong tong pay yang lain adalah ketua Kun lun pay.
Sementara kelima kakek yang lain tak lain adalah ciangbunjin dari lima partai lainnya.
Sebagaimana diketahui, Hiat mo bun telah ditumpas oleh gabungan kekuatan yang terdiri dari se mbilan partai besar, oleh sebab itu, tak terlukiskan rasa terkejut Keng Cin sin setelah menyaksikan kehadiran sembilan ciangbunjin dari se mbilan partai besar tersebut.......
Sembilan ketua dari sembilan partai besar dunia persilatan sudah jelas bersatu padu, dalam keadaan de mikian, kendatipun Ku See hong serta Hoa Soat kun tidak menderita luka pun, mereka harus me lalui suatu perte mpuran sengit lagi.
Tapi sekarang, ke dua orang itu sudah terluka dan tidak berkekuatan lagi, yang mas ih tertinggal cuma dia seorang, bagaimana mungkin dengan kekuatannya seorang dia bisa menghadapi kerubutan begitu banyak jago?
Itulah sebabnya dengan cepat Keng Cin sin menge luarkan pil mustika yang bisa me mulihkan tenaga secepatnya kepada Ku See hong dan Hoa Soat kun agar di dalam sepere mpat jam ke mudian, kekuatan dari kedua orang rekannya telah pulih kemba li seperti sedia kala. Tapi, ma mpukah dia bertahan selama seperempat jam untuk menghadapi kerubutan lima belas orang jago lihay tersebut dengan kekuatan seorang diri?
Sementara itu, paras muka ke sebelas orang jago dari sembilan partai besar itu nampak berubah hebat setelah menyaksikan mayat- mayat yang bergelimpangan di atas tanah...
Goan tong siancu, ketua Siau lim pay, Hoat hian loceng serta ke empat tosu lainnya segera me meja mkan matanya dengan telapak tangan dirangkap didepan dada, mulutnya berkemak kemik entah apa saja yang didoakan.
Tapi bisa jadi mereka sedang me mbaca doa kematian bagi ketentraman arwah yang telah t iada.
Suara liamkeng yang rendah dan berat dengan cepat menggetarkan seluruh ruangan tersebut.
-ooodwooo-