Postingan

 
Jilid 02

SETELAH lewat tujuh hari tujuh ma la m, tiba-tiba Ku See-hong berangsur-berangsur menjadi sadar ke mbali.

“Haaah!” dengan kejut berca mpur keheranan dia berseru tertahan, bagaikan sedang mengigau, dia berguma m, “Kenapa aku belum mati? Kenapa aku bisa berbaring di sini?”

Ternyata ketika itu Ku See-hong sudah tidak berbaring  di atas jala lagi, me lainkan berbaring di atas sebuah pembaringan kuno. Dengan cepat dia melo mpat bangun, kemudian dengan sorot mata yang tajam  dan  dingin  menyapu  sekejap  sekeliling  tempat  itu, ke mudian guma mnya lebih jauh: “Heran, bukankah badanku sudah tersiksa oleh se mburan api, rendaman air dingin dan pukulan toya sehingga tidak berbentuk manus ia lagi? Mengapa aku tidak merasakan kesakitan apa-apa sekarang?”

Buru-buru Ku See-hong menundukkan kepalanya dan me meriksa sekujur badannya, tapi lagi- lagi dia me njerit kaget.

“Mengapa sekujur badanku tidak meningga lkan bekas luka apa- apa? Bahkan tampak putih bersih, dan halus?  Jangan-jangan aku lagi bermimpi?”

Dari balik sinar mata Ku See-hong pelan-pelan muncul sebercak sinar ge mbira,  dia  merasa  gembira  sekali  karena  dapat  hidup  ke mbali bahkan sinar kehidupannya makin la ma sema kin kuat. Akhirnya dia mengangkat tangan kanannya dan mena mpar mulutnya  keras-keras  untuk  me mbuktikan  bahwa  apa  yang diala minya sekarang bukan berada dalam alam impian.

-odwoo-

PLOK! Sebuah ta mparan yang pelan tapi ma ntap me mbuat ujung bibirnya segera mengucur kan darah, itulah rasanya darah yang amis dan me mbawa rasa asin.

Kesemuanya ini menunjukkan kalau dia mas ih hidup, tapi Ku See-hong tidak berteriak ataupun bersorak kegirangan, ma lah otaknya menjadi dingin dan tenang. Otaknya berputar keras untuk mene mukan  alasan  di  mana  terletak  keanehan   yang   telah diala minya selama ini. Mendadak….

Serentetan suara tertawa dingin yang menyeramkan dan berbunyi tinggi me lengking bagaikan he mbusan angin dingin dari gudang  salju,   berkumandang   dalam  ruangan   itu.   Menyusul ke mudian, terdengar seorang berkata dengan suara yang dingin merasuk tulang: “Bocah muda, kau sudah sadar? Heehh…heehh…heehh… Ke mar i, sebelum meninggal lohu ada beberapa persoalan hendak disampaikan kepada mu.” Ucapan itu berhawa dingin dan diucapkan sepatah demi sepatah bagaikan  jeritan  setan,  suaranya  menusuk   pendengaran   dan me mbuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri.

Sepasang sorot mata Ku See-hong yang tajam bagaikan se mbilu itu segera dialihkan ke arah pintu la in dalam ruangan itu, wajahnya sama sekali tanpa e mosi, sahutnya pelan: “Locianpwe, boanpwe Ku See-hong segera akan datang menjumpa imu.”

Ku See-hong sudah tahu bahwa selembar jiwanya telah ditolong oleh manus ia aneh dalam kuil itu, bahkan dia mengerti, semua siksaan bagaikan dalam neraka yang dialaminya tadi tak lebih hanya suatu percobaan yang diberikan manus ia aneh itu kepadanya. Maka dia tidak me mbenci manusia aneh itu, dia hanya merasa watak manus ia aneh itu sede mikian anehnya sehingga agak rahasia dan misterius.

Dari balik ruangan kembali terdengar suara manus ia aneh itu bergema, tapi suaranya masih begitu dingin bagaikan es dan sa ma sekali t idak me mbawa nada manus ia.

“Bocah cilik. Ehmm… Ku See-hong, kau adalah satu-satunya manus ia dalam dunia dewasa ini yang bisa bertemu muka dengan lohu, untuk ini kau bisa merasa a mat bangga.”

Mendengar ucapan tersebut, Ku See-hong mengernyitkan alis matanya, ia merasa ucapan manusia aneh itu terlampau latah dan angkuh, dengan nada tak puas segera serunya:

“Locianpwe, sewaktu kau masih berkelana di dalam dunia persilatan, apakah belum pernah ada orang yang bisa berjumpa denganmu?”

Tiba-tiba manusia aneh itu me mperdengarkan suara tertawa panjangnya yang mengerikan. Suara  itu  tinggi  me lengking  dan me me kikkan telinga me mbuat pe muda itu merasakan badannya gemetar karena kaget. Selesai tertawa dengan suara dingin menyeramkan orang itu berkata lagi, “Se menjak ke matian lohu  pada dua puluh tahun berselang, belum pernah ada orang yang bisa bertemu muka lagi  dengan lohu.”

Mendengar ucapan tersebut, kontan saja bulu kuduk Ku See- hong pada berdiri semua, bila ucapannya benar, bukankah berarti manus ia aneh itu adalah sukma  gentayangan atau sebangsa  manus ia halus?

Mungkin benar demikian, sebab ucapannya juga terasa bukan suara manus ia biasa.

Tanpa terasa Ku See-hong terbayang kembali akan tengkorak- tengkorak hidup yang berada dalam Pek Kut Yu Hun itu. Rasa kaget dan ngeri segera berkecamuk dalam dadanya, tanpa terasa sepasang kaki dan sekujur badannya menggigil keras.

“Hmm… Manusia yang tak becus,” damprat manus ia aneh itu dengan suara dingin, “Apakah bedanya antara manusia dan setan? Coba lihat begitu ketakutannya kau mendengar perkataanku barusan, bagaimana mungkin kau bisa me mba laskan sakit  hati ayah-ibu-mu?”

Dampratan tersebut ibaratnya suara Guntur yang menggelegar di siang hari bolong. Seketika itu juga me mbuat Ku See-hong tertegun dan menjadi ma lu sendiri. Tanpa me mperdulikan lagi apakah orang itu manusia atau setan, dengan cepat dia menyelinap ke dalam ruangan itu seraya berseru,

“Locianpwe… Ku See-hong akan datang!”

“Kreeekk… kreeekk…” suara  pintu  yang  nyaring  mengge ma  me mecahkan keheningan.

Dengan sorot mata tajam Ku See-hong dapat me mandang ke dalam sana, dengan cepat (matanya)menangkap (satu) kaki yang tinggal tulang kerangka berwarna putih itu.

Tak terlukiskan rasa terkejutnya pemuda itu… pelan-pelan sorot matanya dialihkan ke atas, dengan cepat dia menangkap seraut wajah yang menyeringai menger ikan. Waktu itu, manusia aneh tersebut sedang mementangkan mulutnya sambil mengerutkan kulit wajahnya, kemudian, “Heeehh… heehh…” me mperlihatkan senyumnya yang mengerikan.

Bagaimanapun besarnya nyali Ku See-hong, tak urung bergidik juga hatinya setelah menyaksikan ta mpang (wajah) itu. Seluruh badannya kembali ge metar keras, rasa kaget, gugup dan tegang segera menyelimuti wajahnya yang tampan itu. Meski demikian, dia enggan untuk me mperlihatkan rasa takutnya di hadapan orang itu. Dengan langkah lebar ia berjalan ke dalam ruangan, menjura seraya berkata nyaring:

“Boanpwe Ku See-hong, datang menghunjuk hor mat buat cianpwe.” Sehabis berkata, dia lantas bertekuk pinggang dan menjura dala m-dala m kepada orang itu.

Suara pembicaraan manus ia aneh itu berubah menjadi agak halus dan hangat, pujinya:

“Punya nyali. Benar-benar punya nyali…. Tidak malu untuk menjadi pe megang pucuk pimpinan dalam dunia persilatan pada masa mendatang….”

Ku See-hong merasa a mat terkejut mendengar ucapan tersebut, sebab dari balik perkataan manusia aneh itu, la mat-la mat dia dapat menangkap maks ud yang lebih mendala m lagi di balik perkataan itu. Bukankah dia mengartikan bahwa selanjutnya dialah yang akan menentukan mati hidup orang-orang persilatan…?

Waktu itu, di hati kecil Ku See-hong sudah tidak tercekam oleh perasaan takut lagi, dengan hor mat ia berkata:

“Cianpwe terlalu  me muji,  boanpwe  tak berani  untuk  menerima nya.”

Manusia aneh itu mendengus dingin,

“Hmmm…. Kau adalah satu-satunya manusia yang pernah kupuji sepanjang hidupku, apakah kau masih belum puas…?” katanya dingin, “Untuk se mentara waktu, duduk dulu di atas bangku itu….” Ku See-hong berpaling mengikuti arah yang ditunjuk manus ia aneh itu, tapi ketika sorot matanya menangkap  benda yang dimaksudkan, ia menjadi me longo.

Yaa, kursi apaan itu? Pada hakekatnya tidak lebih adalah suatu benda berbentuk segi empat yang terdiri dari tumpukan tulang tengkorak manusia.

Tapi Ku See-hong tidak menjerit, wajahnya juga tidak menunjukkan sikap aneh, malah dengan berlapang dada segera duduk di atas tengkorak kepala manusia itu.

Dengan cepat ia merasakan munculnya segulung hawa dingin yang sangat aneh muncul dari atas tulang tengkorak itu dan langsung menyergap ke atas ubun-ubunnya. Ini, me mbuat seluruh badannya menjadi kedinginan setengah mati.

Tapi aneh sekali….

Tiba-tiba Ku See-hong merasakan timbulnya segulung  hawa aliran panas dari dalam pusarnya dan langsung menyusup ke  seluruh bagian tubuhnya itu.

Dalam waktu singkat hawa dingin yang menyusup masuk lewat pantatnya tadi dapat teratasi, bahkan hawa dingin itu segera menjadi lenyap tak berbekas.

Menerang sinar hijau dari balik mata si manusia ber mata tunggal itu. Diawasinya se mua perubahan pada diri Ku See-hong tanpa berkedip, ke mudian kepalanya manggut- manggut berulang kali.

Tapi pada saat itulah, di atas pantat Ku See-hong tiba-tiba terjadi lagi suatu perubahan yang sangat aneh.

Sekarang dia merasa seakan-akan sedang duduk di atas pelat besi yang sedang panas me mbara. Sekujur tubuhnya gemetar keras, hawa darah dalam tubuhnya mendidih dan bergolak keras, seakan-akan sedang digarang oleh se mburan api saja. Tersiksanya bukan kepalang…. Ku See-hong tahu, dia sedang dicoba oleh manusia keji itu, mengapa pula dia harus me mper lihatkan rasa ketakutannya. Karena itu sa mbil berusaha keras menahan penderitaan yang luar biasa, ia tetap duduk di situ sambil menahan diri. Dalam waktu singkat sekujur badannya sudah basah kuyub ber mandikan keringat.

Di kala Ku See-hong sudah mula i merasa hampir tidak tahan oleh serangan hawa panas yang menyerang datang secara gencar itu, suatu kejadian aneh t iba-tiba kembali terjadi.

Mendadak Ku See-hong merasakan mengalir keluarnya segulung hawa dingin bagaikan es dari dalam pusarnya dan secepat kilat menga lir ke seluruh bagian tubuhnya. Dengan munculnya hawa dingin itu, dengan cepat dia merasakan betapa hawa panas yang meyiksa tubuhnya tadi tersapu lenyap hingga tak berbekas. Kini badannya menjadi segar dan nya man ke mbali.

Mimpipun Ku See-hong t idak menyangka kalau di  dalam pusarnya telah terdapat dua macam tenaga aliran yang sa ma sekali berlawanan. Dia m-dia m Ku See-hong menghe la napas panjang, hampir tertegun pemuda itu karena menghadapi keanehan yang tak terduga tersebut.

Tiba-tiba … manus ia aneh itu me mbentak keras, tangan kirinya yang kurus kering  itu  terayun  ke  depan  dan  secara  beruntun me lepas tiga buah serangan berantai ke tubuh pe muda itu.

Di ma na serangan itu dilancarkan, gulungan hawa pukulan yang sangat dahsyat segera menghembus kencang di dalam ruangan itu. Bagaikan bukit karang yang berguguran, angin puyuh yang mahadahsyat itu dengan cepat menggulung ke atas badan Ku See- hong.

Sedemikian dahsyatnya tenaga serangan ini. Seakan-akan dunia mau kia mat saja rasanya.

Menghadapi serangan yang demikian gencarnya itu, paras muka Ku See-hong segera berubah hebat.  Dia tidak  mengira  kalau manus ia aneh itu bakal me lancarkan serangan me matikan ke arahnya, apalagi setelah menyaksikan tenaga serangan orang yang begitu kencang bagaikan sebuah jala besar yang menggulung t iba dari e mpat arah delapan penjuru itu. Hampir pecah nyali anak muda tersebut.

“Habis sudah riwayatku! Habis sudah riwayatku!” pekik Ku See- hong di dalam hatinya “… tak kusangka setelah berhasil lolos dari siksaan api, air dingin dan pukulan toya, akhirnya aku toh akan mati pula di ujung tangan manus ia aneh yang keji ini.”

Beberapa  titik   air   mata  tanpa   terasa   bercucuran   keluar me mbasahi pipinya. Pemuda itu tidak meronta, tidak pula menghindar, dia hanya me meja mkan matanya, pasrah kepada nasib. Padahal sekalipun dia ingin menghindarkan  diri  juga percuma, sebab tak nanti ia akan berhasil untuk menghindar kan diri dari serangkaian serangan gencar yang luar biasa itu.

Hawa pukulan  yang kuat dan dahysat dengan cepatnya mengurung seluruh badan Ku See-hong dari mana- mana, agaknya sebentar lagi pemuda itu akan terhajar telak oleh serangan dahsyat itu….

Pada detik yang paling akhir itulah, mendadak Ku See-hong merasakan hawa mur ni yang berada di dalam tubuhnya bergolak sangat keras, menyusul kemudian muncul segulung hawa  murni yang aneh menyebar ke seluruh badannya dan menyusup ke luar lewat pori-pori badannya dan menyongsong datangnya serangan itu….

“Blaaammm…! ”

Di tengah benturan keras yang a mat me mekikkan telinga, Ku See-hong hanya merasakan hawa darah  di  dalam  badannya menga la mi   suatu   pergolakan   yang   keras   sekali.   Menyusul ke mudian….

“Blaaamm! Blaaamm! Blaaamm!”

Ledakan de mi ledakan me nggelegar secara beruntun di udara dan menggetarkan seluruh angkasa. Hawa pukulan yang berhembus datang dari empat penjuru itu, seketika me mbuyar dan lenyap tak berbekas. Ku See-hong menjadi terbelalak matanya karena terkejut menghadapi serentetan kejadian yang sangat aneh itu. Untuk beberapa saat lamanya dia hanya bisa duduk di atas tengkorak kepala manus ia itu sambil ter mangu.

Mendadak manusia aneh itu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya itu penuh mengandung perasaan girang ge mbira dan bangga. Ke mudian sa mbil berhenti tertahan katanya:

“Ku See-hong, kau me mang tidak menyia-nyiakan harapan lohu. Sekarang kau telah berhasil me latih ilmu khikang Kan- Kun Mi-Siu yang tiada keduanya dalam dunia persilatan dewasa ini.”

Setelah mendengar ucapan itu, Ku See-hong baru seperti tersadar kembali dari la munannya. Dengan cepat ia  menjatuhkan diri berlutut dan menye mbah sebanyak tiga kali di depan manus ia aneh itu.

“Suhu di atas, maafkanlah tecu karena tak tahu jika kau orang tua secara diam-dia m telah mewar iskan ilmu sakti tersebut kepadaku. Budi kebaikan yang a mat besar ini entah dengan cara apa tecu harus me mbayarnya?”

Paras muka manus ia aneh itu berubah menjadi dingin bagaikan es… dengan suara serak katanya:

“Siapa yang menjadi gurumu? Sela ma hidup lohu tak pernah menerima murid. Bila kau berani me manggil suhu lagi kepadaku, jangan salahkan kalau aku akan segera merenggut nyawa mu itu.”

Mendengar perkataan itu, Ku See-hong menjadi tertegun, tapi dengan sikap yang tetap menghor mat katanya:

“Sekalipun di antara kita berdua tiada ikatan na ma sebagai guru dan murid, tapi secara dia m-dia m cianpwe telah mewaris kan ilmu maha sakti kepada boanpwe. Budi kebaikan yang tiada taranya ini tak akan kulupakan untuk sela manya. Suatu ketika aku Ku See- hong pasti akan me mbalasnya. “Andaikata cianpwe bersedia pula untuk mengutarakan pesoalan yang belum dapat diselesaikan, sekalipun boanpwe harus terjun ke lautan api… aku juga tak akan mena mpik bahwa meski badan bakal hancur lebur, boanpwe tetap akan me njalankannya sa mpai selesai.”

Hasil percobaan yang dilakukan oleh manus ia aneh dengan serangan mautnya tadi me mbuat Ku See-hong me maha mi sepenuhnya apa yang telah terjadi. Terbukti sudah bahwa semua siksaan keji yang dialaminya sela ma berada dalam ruang bawah tanah, adalah hasil perbuatan dari si manusia aneh itu. Rupanya dia berbuat demikian karena ingin mewariskan suatu kepandaian yang luar biasa kepadanya.

Bila dilihat dari kenyataan yang berhasil dialaminya barusan, semakin terbukti kalau sejenis kepandaian sakti yang luar biasa hebatnya telah berhasil dimilikinya sekarang.

Selama hidup belum pernah dia menerima kebaikan dari orang lain. Tidaklah heran budi kebaikan seorang aneh yang mewaris kan kepandaian sakti kepadanya itu membuat dia merasa amat terharu dan berterima kasih.

Ia tahu, meskipun di luar ma nusia aneh itu tampak dingin, sadis dan  tidak  berperasaan,  sesungguhnya  sangat  menyayangi  dan me mperhatikan dirinya, bahkan Ku See-hong yang pintar itu, setelah melihat tubuh cacad manus ia aneh itu segera dapat menduga bahwa dia masih me mpunyai banyak sekali masa lah dendam kesumat yang tak terselesaikan, dia tentu me miliki pula pengalaman tragis yang me mbuatnya merasa sedih dan hancur perasaannya, sehingga wataknya berubah menjadi demikian anehnya.

Setelah mendengar perkataan Ku See-hong yang penuh dengan luapan terima kasih itu, titik air mata ta mpak berlinang me mbasahi wajah manus ia aneh itu. Sekujur badannya menggigil keras… jelas perasaannya telah dibuat terharu sekali.

Tak tak la ma kemudian paras mukanya telah berubah kembali menjadi dingin dan me nyeramkan, ujarnya dingin: “Ku See-hong, masalah yang menyangkut diriku, sampai matipun aku tak ingin dica mpur i orang lain…. Lohu me wariskan ilmu silat kepadamu lantaran aku hendak menuruti sumpahku sendiri. Aku pernah bersumpah: Barang siapa dapat memasuki kuil ini dan berjumpa dengan lohu, maka akan kuserahkan e mpat buah persoalan kepadanya.”

“Seandainya boanpwe tidak berulang kali mendapat perhatian serta bantuan dari cianpwe, sedari tadi aku sudah tewas di dalam ruang depan sana. Bagaimana mungkin bisa  sampai  bertemu dengan cianpwe? Budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya.”

Sekali lagi manus ia aneh itu merasa terperanjat. Dia tak menyangka kalau pemuda itu selain cerdik juga teliti dan cer mat, apalagi terlebih penting ia adalah  seorang  yang  bersedia  untuk me lakukan pekerjaan baginya.

Tiba-tiba manusia aneh itu berkata dengan sedih:

“Ku See-hong… persoalan yang menyangkut soal pribadiku tak ingin  lohu   utarakan  kepada  siapa  pun,  sebab  aku  tak  ingin dica mpuri oleh orang lain. Tapi ada empat persoalan yang akan kuserahkan kepada mu, ke mudian lohu akan meninggalkan dunia ini dengan tenang. Setelah aku mat i nanti, aku tak akan a mbil peduli bagaimana jalan pikiranmu nanti.”

Entah mengapa terhadap manus ia aneh yang ditakuti dan disegani oleh segenap umat persilatan di dunia ini, pemuda tersebut menaruh se maca m perasaan yang akrab. Maka ketika mendengar kalau manusia aneh itu tak la ma akan meninggalkan dunia fana, suatu perasaan sedih tiba-tiba muncul dalam hatinya.

Ku See-hong tahu bahwa manusia aneh ini me miliki watak yang sangat aneh, bila terlampau berdebat dengannya, mungkin bisa mengakibatkan timbulnya perasaan tak senang di kedua  belah pihak. Karena itu dengan hor mat dia berkata: “Entah persoalan apakah yang hendak cianpwe serahkan kepadaku? Katakan saja, boanpwe akan mendengarkannya dengan seksama.”

Manusia aneh itu termenung sebentar kemudian dengan suara dingin katanya:

“Pertama. Aku akan me ma ksa orang yang dapat berjumpa dengan diriku untuk me mpe lajari tiga maca m ilmu sakti yang lohu miliki. Kepandaian pertama adalah ilmu khikang yang dina ma kan Kan-kun Mi-siu… untung saja kepandaian tersebut telah berhasil kau pelajari.”

“Apakah yang dinamakan ilmu khikang Kan-kun mi-s iu tersebut?” tanya Ku See-hong terperanjat.

“Kan-kun Mi-siu adalah sejenis ilmu silat yang luar biasa dahsyatnya.”

Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:

“Barang siapa berhasil me mpelajari ilmu silat se macam itu, ma ka ia sudah akan ma mpu untuk menjagoi seluruh dunia persilatan. Bahkan ilmu Boan-yok- Kang dari kalangan Buddha serta pelbagai ilmu khikang aliran aga ma To yang mana pun tak dapat menandingi kehebatan dari kepandaian tersebut.”

Ku See-hong yang mendengar perkataan itu dia m-dia m merasa terperanjat, benarkah ilmu sakti yang telah dipelajarinya sekarang adalah ilmu maha sakti seperti yang diucapkan?

Terdengar manusia aneh itu berkata lebih lanjut:

“Ciri khas dari ilmu Kan-kun Mi-siu kang-khi ini adalah barang siapa telah mempe lajarinya, hawa murni yang dimilikiya akan mencapai kese mpurnaan. Sekalipun kekuatan tubuhnya sangat hebat, namun tiada tanda apa-apa dipandang dari luar ma lah sebaliknya bagaikan seseorang yang lemah dan tak bertenaga untuk menangkap seekor ayam pun, tapi begitu mendapat serangan dari luar, secara otomatis dari dalam tubuhnya akan muncul  suatu tenaga pantulan yang kuat untuk melindungi badannya. Bahkan yang lebih istimewa lagi, setiap kali hawa murninya kena digetarkan satu kali, tenaga Im-Yang yang dihasilkan oleh ilmu Kan-kun Mi-siu tersebut akan menimbulkan suatu gerakan saling hisap- menghisap yang akan mengakibatkan tenaga dalam yang dimilikinya setingkat lebih se mpurna.”

Makin mendengar Ku See-hong merasa semakin keheranan. Dia dibikin setengah percaya setengah tidak oleh kata-kata tersebut.

Tiba-tia manus ia aneh itu berkata dengan serius:

“Ilmu sakti ini diciptakan pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu…. Ilmu ini tercantum dalam sejilid kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip yang ditulis oleh Ngo-Cun-siu seorang perdana menteri dari Negeri Go.

Berhubung demikian hebat dan saktinya kepandaian ini, boleh dibilang ha mpir se mua umat persilatan di dunia ini mengincar dan menginginkannya bahkan dengan mengguna kan pelbagai cara dan siasat berusaha untuk menyelidiki jejak kitab pusaka ini. Maka bila kau telah terjun ke mba li ke dalam dunia persilatan dan kebetulan ada orang yang tahu bahwa kau pandai me mperguna kan kepandaian sakti tersebut, besar kemungkinan akan berakibat datangnya   bencana  besar.   Aaaaih….   Mungkin   inilah   yang dina makan nasib.”

Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Ku See-hong, ujarnya dengan seram,

“Bila kawanan cecunguk itu tidak mencari gara-gara denganku mungkin saja keadaan masih agak baik, kalau tidak, pasti akan kusuruh mere ka mene mui ajalnya secara mengerikan.”

Dia m-dia m manus ia aneh itu berseru tertahan, pikirnya:

“Heran, mengapa watak orang ini bisa persis seperti  aku? Aaaai… mungkinkah Thian telah mengatur kese muanya ini untuk merubah nasib dunia persilatan?” Berpikir sa mpai di situ, dengan wajah sedingin es manus ia aneh itu berkata lagi; “Kepandaian kedua yang akan kuajarkan adalah se maca m ilmu gerakan tubuh (langkah ajaib) yang sakti dan luar biasa.”

Ia berhenti sebentar ke mudian me lanjutkan,

“Cuma aku hendak me mber i tahu kepada mu lebih dulu, di kala kuberi pelajaran nanti, aku hanya akan me ngajarkan satu kali, mengerti atau tidak terserah pada daya ingatanmu sendiri, selain itu kau pun tak boleh bertanya lagi….”

Dia m-dia m Ku See-hong bertekad, bagaimanapun juga dia pasti akan me mpelajari ilmu silat itu sa mpa i bisa.

Kembali ma nusia aneh itu berkata,”Ilmu sakti yang ketiga adalah satu jurus ilmu pukulan yang luar biasa hebatnya.”

Ia me mandang sekejap  ke  wajah  Ku  See-hong,  ke mudian me lanjutkan:

“Sekalipun hanya terdiri dari satu jurus sesungguhnya memiliki tiga maca m perubahan yang sukar dimengerti. Bila tidak dialami (dimengerti), rahasia itupun hanya akan kuterangkan satu kali. Bisa menguasai atau tidak tergantung pada ke ma mpuanmu sendiri.” 

Dia m-dia m Ku See-hong ke mbali berpikir,

“Manusia aneh ini benar-benar anehnya bukan  kepalang. Mengapa dia hanya akan member i pelajaran rahasia ilmu silatnya satu kali saja? Bertanya pun tak boleh, apa sebenarnya yang dia inginkan? Apalah artinya jika  ilmu pukulan yang diajarkan cuma  satu jurus belaka?”

Tampaknya manusia aneh itu me maha mi apa yang dipikirkan Ku See-hong, katanya dengan dingin:

“Bukan lohu enggan me mberi pelajaran kepadamu, adalah ilmu tersebut amat tak sanggup untuk diwariskan. Mungkin dengan tubuhku yang  cacad  sekarang  sudah  tak  sanggup  lagi  untuk  me mperguna kan kepandaian sakti itu, malah besar ke mungkinan sebelum selesai kude monstrasikan, jiwaku sudah keburu melayang lebih dulu.” Paras muka Ku See-hong menjadi merah padam karena jengah.

Bisiknya di hati, “Sungguh me ma lukan.” Terdengar manusia aneh itu berkata lebih jauh,

“Persoalan yang kedua adalah mema ksa kau untuk mendengarkan serangkaian cerita…. Bagaimanapun juga cerita ini harus selalu teringat dalam hatimu. Sementara aku sedang bercerita, kaupun tak boleh menimbrung atau menanyakan ini itu.”

Ku See-hong segera berpikir lagi:

“Cerita tersebut bisa dipandang sebegitu serius olehnya, sudah pasti kisah pengala mannya yang tragis. Aku pasti akan mengingatnya baik-baik di dalam hati.” Berpikir de mikian, dengan suara lantang dia lantas berkata

“Harap locianpwe legakan hati. Sekalipun boanpwe tidak becus, kisah cerita ini pasti akan kuingat terus di dalam hati.”

Sekilas rasa sedih telah menyelimuti wajah manusia aneh itu, tapi sehabis mendengar perkataan dari Ku See-hong itu, dia m-dia m diapun manggut- manggut.

“Persoalan   ketiga    adalah,    me maksa mu    untuk    belajar me mbawa kan  suatu  nyanyian.  Sampai  mati   pun  kau   harus me mpe lajari nyanyian ini, tapi setelah berhasil me mpe lajarinya, setiap tengah malam kau harus me mbawakannya satu kali. Aku  rasa kau pasti tak akan menyia-nyiakan harapan lohu, bukan?”

Tiba-tiba Ku See-hong berkata:

“Nyanyian yang akan locianpwe ajarkan kepadaku itu, apakah lagu yang seringkali locianpwe bawakan itu?”

Manusia aneh itu ma nggut- manggut. Dengan badan ge metar sahutnya, “Benar, lagu itulah yang kumaksudkan. Lagu itu bernama Cong-ciang-Heng (Dendam Sejagad).”

Ia termenung beberapa saat la manya, kemudian me lanjutkan: “Lohu akan me mberitahu kepadamu, lagu ini mengandung suatu rahasia besar tentang dunia persilatan. Sela ma ini banyak jago persilatan yang menggunakan pelbagai akal dan siasat untuk menangkap lohu. Tujuan mereka tak la in adalah me maksa lohu untuk menerangkan bait syair dari lagu ini. Karena itu,  bila  kau telah me mpe lajarinya nanti, kau hanya boleh  menyanyikannya. Tapi sa mpai matipun tak boleh mengungkapkan rahasia dari bait syair lagu tersebut.”

Ku See-hong ke mbali manggut- manggut.

“Boanpwe pasti tak akan me mbocorkannya kepada siapapun.”

Sekulum senyuman ke mbali tersungging di atas wajah manus ia aneh yang dingin itu, tapi hanya sebentar saja telah lenyap kembali. Katanya kemudian dengan dingin,

“Not lagu dari nyanyian ini diko mbinasikan dengan semaca m ilmu yang maha sakti. Bila kau me mbawakannya satu kali maka tenaga dalammu akan bertambah sempurna setingkat. Cuma… dalam satu hari me mbawakannya berulang kali, banyak hawa murnimu yang justru akan hilang, bukan  saja  tak  ada  manfaatnya,  sebaliknya ma lah ada kerugian. Maka kau harus mengingat baik-baik pesan ini….

Aiiihh…. Nyanyian ini sukar dipelajari, entah dapatkah kau menguasainya dalam waktu singkat?”

“Soal ini tak perlu locianpwe risaukan,” kata Ku See-hong sa mbil tertawa, “Dalam waktu sebulan belakangan ini, dengan menahan pengaruh gaib yang terpancar dari nyanyian tersebut, boanpwe telah berhasil menguasai sepenuhnya. Asal cianpwe mengutarakan bait syairnya, hal ini sudah lebih dari cukup.”

“Sungguhkah perkataamu?” tanya manusia aneh itu dengan wajah terperanjat.

“Buat apa boanpwe bohong? Atau sekarang juga akan boanpwe bawakan satu kali.”

Dengan penuh e mosi, manusia aneh itu berkata lagi, “Waktu yang tersedia, saat ini lebih berharga dari emas. Kalau kau telah menguasainya, aku pun ikut merasa gembira.”

Tampaknya manusia aneh itu seperti telah melepaskan sebuah batu besar yang mengganja l hatinya sela ma ini. Pikirnya:

“Bocah ini begini cerdasnya, apa yang  kuharapkan  mungkin sekali dapat tercapai seluruhnya. Untung Thian dapat me mberikan manus ia semaca m ini kepadaku. Meski akhirnya aku mati, aku bisa mati dengan perasaan tenang tanpa kuatir. Aku berpikir pasti dia dapat menyelesaikan semua persoalanku dengan sempurna tanpa kekurangan…. Tapi kalau dilihat dari wajahnya yang me mbawa hawa pembunuhan, sudah pasti pe muda ini berhati keras dan keji.

Tapi itupun tak menjadi masalah. Lamat-la mat dapat kutemukan kegagahan di balik mukanya itu. Sudah pasti orang yang dibunuhnya adalah kawanan pencoleng yang berhati keji.”

Berpikir sa mpa i di situ, dengan dingin dia lantas berkata: “Persoalan kee mpat adalah me ma ksa kau untuk mengangkat

seseorang  menjadi  gurumu  dan  me mohon  kepadanya   untuk me mber i pelajaran se maca m ilmu pukulan kepadamu.”

Buru-buru Ku See-hong berkata:

“Locianpwe, siapakah guru yang harus kujumpai itu?  Ilmu pukulan apakah yang harus kumohon darinya?”

“Gurumu itu adalah seorang perempuan. Dia sangat me mbenci diriku, mungkin ia tak akan menerima dirimu, juga tak akan mengajarkan ilmu pukulan tersebut kepadamu. Tapi bagaimanapun juga kau harus pergi mengadu nasib. Kalau  dia  menginginkan tulang belulangku, maka beritahu kepadanya secara terus terang bahwa aku sudah mati di dalam kuil ini.

Aaai… akulah yang salah. Te mpo dulu akulah yang telah me nyia- nyiakan dirinya sehingga me mbuat dia begitu marah, dan merasa amat menderita….” Ketika berbicara sa mpai di situ, selintas rasa menyesal muncul di wajah manusia aneh itu. Guma mnya ke mba li:

“Soat Kun, aku tidak seharusnya mengesampingkan rasa cintamu yang tulus dan suci itu, akibatnya aku baru disiksa hingga maca m begini oleh perempuan rendah itu…. Sekarang aku baru tahu kalau cintamu itu suci dan tiada terhingga, tapi aku telah kehilangan dia, kehilangan untuk sela manya….”

“Aaaai…. Waktu itu aku sudah salah mencintai perempuan  rendah itu, tapi pepatah kuno berkata: Sekali salah melangkah menyesal sepanjang masa, apa boleh buat? Sekarang  aku  cuma bisa menderita sedih dan a mat menyesal….

“Aaai…. Putriku, wahai putriku. Aku yakin perempuan rendah itu tak akan mengatakan kalau kau adalah anakku.  Oh,  betapa mengge mas kannya hal ini?

Lan Hiang… Oooh Lan Hiang, sampai di akhirat pun aku akan mengingat terus perbuatanmu yang teramat keji itu….”

Semakin me mbayangkan, manusia aneh itu sema kin mendenda m dan akhirnya saking ge masnya tanpa disadari ucapan tersebut telah diutarakan keluar….

Ku  See-hong  tahu,  sudah  pasti  manusia   aneh   itu  sedang me mbayangkan kenangan la manya yang mengenaskan, ma ka betapa terperanjatnya dia sesudah mendengar teriakan itu. Tapi Ku See-hong juga merasa kebingungan, dia tidak habis mengerti kejadian tragis apakah yang pernah dialami manusia aneh tersebut….

Rupanya manusia aneh itu menyadari akan kesalahannya, buru- buru ia menenangkan ke mba li hatinya dan berkata lagi dengan dingin,

“Ku See-hong, bila kau berhasil menjumpainya, andaikata dia benar-benar menerima mu dan enggan mewaris kan ilmu pukulannya kepadamu, maka katakanlah kepadanya: Lohu telah menyesal, sekalipun se masa hidup tak dapat menerima cinta kasihnya, tapi di alam baka dia akan mencintainya sepanjang masa dan mengenangnya selalu…. Perkataan ini muncul dari hati sanubariku menje lang saat ke matian, peduli dia mau me mber i pelajaran atau tidak, sampa ikan suara hatiku ini kepadanya agar dia tahu.”

“Locianpwe, sebenarnya siapakah orang itu?” tanya Ku See-hong.

“Dia adalah seorang tokoh sakti dari dunia persilatan dewasa ini…. Seng-sim Cian-li (Pere mpuan Cantik Berhati Suci) Hoa Soat- kun.

Sedang ilmu pukulan yang harus kau pelajari darinya itu adalah ilmu pukulan Hay-jin-ciang (Pukulan Unggas Laut) yang amat menggetarkan seluruh kolong langit itu.”

Dia m-dia m Ku See-hong merasa terkesiap, ternyata guru yang harus diangkatnya adalah seorang tokoh sakti yang sudah termasyhur namanya dalam dunia persilatan pada lima puluh tahun berselang, Seng-sim Cian-li Hoa Soat-kun. Lantas siapakah manusia aneh yang berada di hadapannya sekarang…? Mungkinkah dia adalah salah seorang tokoh juga yang telah tersohor dalam dunia persilatan se menjak lima puluh tahun berselang?

Sekalipun Ku See-hong mengetahui cukup banyak tentang nama- nama jago tersohor dalam dunia persilatan, tapi ia  tak  bisa menduga siapa gerangan manusia aneh tersebut.

Beberapa kali Ku See-hong ingin me mbuka suara untuk bertanya kepadanya, tapi setelah menyaksikan sebuah mata  tunggal si manus ia aneh yang me mancarkan sinar tajam itu, dengan cepat kata-kata yang sudah siap diutarakan itu segera ditelan ke mbali.

Mendadak manus ia aneh itu menatap wajah Ku See-hong dengan matanya yang hijau menyera mkan, ke mudian bentaknya:

“Ku See-hong…. Dapatkah kau me lakukan kee mpat buah persoalan yang barusan lohu  ucapkan ini? Seandainya  kau tidak  ma mpu, cepat katakan!” Ku See-hong merasakan betapa tajamnya sorot mata manus ia aneh itu, seakan-akan hendak mene mbusi hatinya saja. Tapi ia  tidak gentar, ma lah sahutnya dengan angkuh,

“Sekalipun boanpwe bodoh, boanpwe masih dapat mengingat- ingat kee mpat buah persoalan dari locianpwe itu dengan nyata. Aku tak akan menyia-nyiakan harapan locianpwe itu, jika sa mpa i mengingkar inya, biar aku dikutuk oleh Thian.”

“Ucapan seorang le laki sejati….” Bentak manusia aneh itu. “Bagaikan kuda yang dica mbuk,” sa mbung Ku See-hong.

Manusia aneh itu segera  mendongakkan  kepalanya  dan menghe mbuskan napas panjang. Sikap menyeramkan yang diperlihatkan semula segera berubah menjadi  tenang kemba li. Agaknya ia merasa  sangat  puas, sebab apa yang menjadi ganjalan di dalam hatinya selama ini akhirnya ada juga yang akan menyelesaikannya.

Manusia aneh itu termenung beberapa saat lamanya, paras mukanya la mbat laun juga berubah sedingin es, kemudian katanya:

“Kehidupan lohu sudah tinggal tak seberapa la ma lagi, sekarang aku akan mengutarakan lebih dulu rahasia dari bait syair lagu tersebut, kemudian akan kuajarkan dua maca m ilmu silat. Setelah  itu baru mengisahkan cerita tersebut.”

“Boanpwe siap mendengarkan,” Ku See-hong manggut-manggut mengiakan.

Mendadak dari sakunya, manusia aneh itu mengeluarkan  tiga butir pil berwarna merah, ke mudian katanya dingin:

“Pil ini adalah se maca m pil mustajab yang lohu buat berdasarkan catatan dalam sejilid kitab pusaka. Obat ini dibuat dari kombinasi beberapa maca m bahan obat yang berkhasiat luar biasa. Boleh dibilang inilah satu-satunya obat pembawa tenaga yang tiada keduanya di dunia ini. Sekarang telanlah lebih dulu, sebab  hal mana akan sangat me mbantumu untuk menyelesaikan tugas yang lohu berikan kepada mu.” “Locianpwe,” bisik Ku See-hong, “Kau sendiri…., boanpwe percaya masih sanggup menyelesaikan persoalan ini. Harap kau legakan hatimu….”

Sebenarnya Ku See-hong hendak berkata: “Locianpwe, sekarang kau sudah lemah dan mendekati ajal, telanlah ketiga butir pil itu untuk dirimu sendiri, daripada sebelum ketiga persoalan yang lain sempat diucapkan, nyawamu sudah keburu pergi.”

Rupanya manusia aneh itu sudah dapat menebak jalan pikiran Ku See-hong…, dengan suara dingin ia lantas berkata,

“Mengapa  tidak  cepat-cepat  kau  telan?  Buat   apa   mesti mena mpik lagi? Lohu yakin mas ih ma mpu untuk menyelesaikan pesanku sebelum mati dengan mata mera m.”

Ku See-hong tak berani me mbantah lagi, dia menurut dan segera menelan pil itu ke dalam mulutnya.

Bau semerba k segera tersiar di dalam mulutnya. Begitu obat itu tercampur dengan air ludah, segera hancur dan menga lir mas uk ke dalam tenggorokannya. Ia seketika merasa  badannya  menjadi segar dan nyaman, kecerdasan otaknya terasa lebih tajam. Jelas obat tersebut me mang benar-benar merupakan  sejenis obat mustajab.

Ku See-hong mana tahu kalau ketiga butir pil itu sesungguhnya telah me mbantu tenaga dalamnya sebesar sepuluh tahun hasil latihan…?

Dengan wajah yang pedih dan suaranya yang sedih  manusia aneh itu segera membacakan bait syair dari nyanyian “Dendam Sejagad” itu:

DENDA M kesumat me mbentang bagai jagad Bukit tinggi berhutan lebat di sisi kuil  Sungai besar di depan kuil bero mbak besar Dendam kesumat sepanjang abad DENDA M kesumat me mbentang bagai jagad Burung gagak bersarang di rumput kala senja Cinta kasih berlangsung dari muda sa mpai tua

Me metik ka mpak me mbuat lagu: Nadanya dendam Menitik air mata darah untuk siapa?

Hati pilu menanggung derita menyesal sepanjang masa DENDA M kesumat me mbentang bagai jagad

Ji koan pernah berbuat salah

Menyandang golok menunggang kuda, apalah gunanya? Salju terbang air laut se muanya ha mbar.

DENDA M kesumat me mbentang bagai jagad Curah hujan me mbuyarkan awan

Air mengalir akhirnya surut

Dendam kesumat tak akan pernah luntur…..

Ketika manusia aneh itu selesai mengungkapkan syair dari lagu DENDA M SEJAGAD… titik air mata darah tampak bercucuran dari matanya yang tunggal. Inilah penampilan dari rasa sedih yang kelewat batas, membuat ia tampa k murung, termangu- mangu dan terjerumus dalam lamunan.

Ku See-hong me mang seorang pemuda yang cerdik, semua bait syair yang diucapkan manus ia aneh itu dengan cepat terukir dala m- dalam di benaknya. Sekalipun dia merasa agak keheranan dan tidak habis mengerti dengan arti dari kata-kata itu, namun diapun tahu bahwa bait lagu itu menikt ikberatkan pada soal dendam dan benci. Tidak heran kalau rasa benci dan dendam manus ia aneh itu diibaratkan sejagad…..

Mendadak, dengan paras muka sedingin salju dan nada yang menyeramkan manusia aneh itu berkata: “Ku See-hong, aku rasa sehabis kau mendengar bait syair dari lagu tersebut, kau pasti akan menaruh curiga mengapa dendam kesumatku sejagad, bukan? Yaa… sampai mati lohu akan teringat selalu dendan dendam kesumat ini, akupun akan teringat terus dengan kekeja man yang pernah kuala mi. Asal… usia langit umur bumi ada akhirnya, dendam kesumat dalam hatiku tiada masa berakhir….”

“Aku tahu locianpwe pasti me mpunyai kejadian masa lalu yang amat me medihkan hati, itulah sebabnya dendammu sejagad, tapi boanpwe tidak menganggap apa-apa terhadap diri cianpwe, aku hanya merasa dendam cianpwe agak mendala m ketimbang orang lain.”

Dengan wajah sedih manus ia aneh itu menghe la napas panjang, “Aaai… perkataanmu ada benarnya juga, dendam lohu me mang

selapis lebih  me ndalam bila dibandingkan dengan  orang  lain. Aaai… tahu akan menyesal di saat ini, mengapa harus berbuat di masa lalu? Sekalipun harus mati, aku pun tak perlu me nyesal….”

Ku See-hong yang mendengar perkataan itu, diam-dia m merasa terperanjat. Manusia aneh ini me mang luar biasa, setiap patah katanya bahkan mengandung ma ksud yang mendala m, sayang sekali manusia secerdas ini tak lama lagi akan  meninggalkan dunia ini. Sementara itu, manusia aneh tersebut telah berkata  lagi  sesudah berhenti sebentar:

“Ku See-hong, lohu telah melakukan kesalahan besar dan terjerumus ke dalam keadaan yang tak tertolong lagi, sedang kau masih muda dan me mpunyai masa depan cerah, kau harus baik-  baik bertindak dalam hidupmu nanti….”

Setelah menghela napas panjang, terusnya:

“Lohu hendak me mperingatkan dirimu, kau harus ingat: Pelukan yang lembut dan hangat adalah kuburan buat seorang ksatria….”

Sekali lagi Ku See-hong dibuat terperanjat, pikirnya ke mudian, Pelukan yang le mbut adalah kuburan bagi ksatria…. Aaai…. Benar, sakit hati manus ia aneh itu sudah pasti menyangkut soal cinta hingga meninggalkan dendam.  Aaai….  Benar,  manusia seperti dia pun terlibat oleh soal cinta, siapa lagi yang bisa terlepas dari soal tersebut? Sungguh mengherankan, mengapa  hanya masalah cinta dapat membuat seseorang yang berwatak keras terjerumus dalam keadaan seperti ini?

Terdengar manusia aneh itu menghela napas sedih, lalu bertanya lagi:

“Ku See-hong, sudah ingatkah kau dengan bait syair dari lagu itu…?”

Buru-buru Ku See-hong me mber i hor mat, jawabnya: “Boanpwe telah mengingatkannya di hati.”

“Dalam bait lagu itu penuh mengandung banyak rahasia besar, lohu tak bisa me mberi penjelasan kepadamu tentang rahasia tersebut, dan tergantung pada nasibmu di masa mendatang. Sekarang akan kuajarkan dua maca m kepandaian yang lain kepadamu. Cepat pusatkan semua perhatianmu dan dengarkan baik-baik kepandaian yang akan kuajarkan kepada mu itu.”

Buru-buru Ku See-hong me musatkan pikirannya menjadi satu dan me mbuka telinganya lebar- lebar.

Sekarang ia sudah tahu bahwa ma nusia aneh itu me miliki ilmu silat yang tiada tandingannya di dunia ini. Soal baru ini, ia berhasil me mpe lajari beberapa jurus ilmu silatnya untuk menjago i dunia persilatan di masa mendatang pasti bukan merupa kan suatu kesulitan lagi.

--oodwoo--

BERPIKIR sampai di situ, tanpa terasa lagi timbul suatu se mangat yang besar dalam hatinya. Apa yang ia duga me mang tidak salah, kepandaian rahasia akan diajarkan manus ia aneh itu kepadanya me mang merupa kan suatu kepandaian sakti yang diimpikan oleh setiap umat persilatan.

Dengan suara keras manus ia aneh itu lantas berkata:

“ILmu gerakan tubuh yang akan kuajarkan kepada mu sekarang dina makan ilmu silat Mi-khi Biau-Tiong. Perhatikan baik-ba ik rahasia dari ilmu ini:

Satu bulat, dua puncak, tiga me mukul, empat terkulai,

lima mengangkat.

Yang   dima ksud BULAT  adalah: Badan. Tekukkan lengan, pinggul, lutut, semua harus melingkar baru terasa kuat.

Yang dima ksud PUNCAK adalah: tangan, kepala, lidah untuk mencapai puncak, la mban tapi bertenaga penuh.

Yang dimaksud MEMUKUL: Dada. Gerakan untuk me mukul harus bebas tanpa hambatan dan luwes.

Yang dimaks ud TERKULAI adalah: bahu, sikut, udara harus terkulai.

Yang dima ksud MENGANGKA T adalah me ngatur pernapasan.

Lima unsur ini tak boleh berkurang satu pun, makin dilatih akan semakin se mpur na.

Untuk menggerakkan tubuh dengan hati menggerakkan hawa, napas harus panjang bagaikan napas kura-kura, lama kela maan tenaga akan muncul dan terhimpun dalam pusar, tidak menggumpa l me mbuyar, tidak mela mban tidak me mutus… pinggang sebagai poros, hawa sebagai roda, berganti gerakan seperti aliran awan me langkah, lir ih seperti kucing mencabut badan berganti bayangan, semuanya berubah tiada habisnya.”

Ku See-hong yang mendengarkan rahasia itu menjadi a mat terperanjat. Selain rahasia itu panjang dan dalam artinya, juga sulit dimengerti. Ini menunjukkan kalau ilmu tersebut  tidak  mudah untuk dilatih, apalagi dia hanya berkesempatan untuk mendengar satu kali saja. Berpikir sa mpai di situ,  la mat-la mat  peluh  dingin me mbasahi seluruh badannya.

Manusia aneh itu menghe mbuskan napas panjang, lalu bertanya: “Ku See-hong, apakah rahasia ilmu Mi-khi Biau-Ciong yang

kuajarkan tadi telah kau paha mi?”

“Terima  kasih  atas   cinta   kasih   cianpwe,   boanpwe   telah me maha mi keseluruhannya,” jawab Ku See-hong cepat.

Manusia aneh itu merasa gembira sekali, pikirnya: “Bocah ini benar-benar amat cerdik.”

Walaupun dalam hati kecilnya berpikir demikian, di luar ia berkata lagi dengan wajah sedingin es:

“Sekarang lohu akan me mpraktekkan sendiri ilmu langkah tersebut. Kau harus perhatikan dengan seksama, yang perlu akan keistimewaan dalam me lakukan langkah itu.”

Berbicara sampa i di sana, tubuhnya lantas berkelebat ke depan dan tahu-tahu sudah berdiri di atas tanah dengan sepasang kaki kecilnya yang tinggal tulang belulang itu.

Mendadak… seringan bulu manusia aneh itu berkelebat lewat seperti segulung angin saja. Kemana dia berlalu, di situ tahu-tahu badannya sudah lenyap.

Ternyata ilmu langkah yang dide monstrasikan itu me mpunyai suatu gerakan yang rahasia sekali. Pada hakekatnya tak akan dipaha mi oleh ma nusia se mbarangan.

Tanpa berkedip barang sekejappun Ku See-hong mengawasi  terus langkah kaki manus ia aneh itu. Di antara langkah-langkah kakinya yang kacau balau tersebut seolah-olah seperti mengandung unsur Ngo-heng dan Pat-kwa, sungguh a mat susah dipaha mi.

Gerakan  tubuh  itupun  cepat  seperti  sambaran   kilat   yang me mbuat kepala orang menjadi pusing sekali. Keindahan dan kesaktiannya sukar ditemukan, tandingannya di dunia ini.

Tiba-tiba Ku See-hong  mendengar  suara  dengusan  napas manus ia aneh itu  terengah-engah  seperti  kerbau.  Jelas,  untuk me lakukan ilmu langkah itu, dia sudah kehilangan banyak tenaga.

Tiba-tiba…. Manusia aneh itu kembali mendengus dingin….

Sekali lagi ia me mpraktekkan ilmu langkah tubuh itu.

Betapa terharunya Ku See-hong setelah menyaksikan manus ia aneh tersebut dengan tanpa sayang mengorbankan tenaga yang banyak,    melakukan    de mostrasi   sekali   lagi.   Buru-buru   dia me musatkan pikirannya untuk me mperhatikan dengan seksa ma.

Dengan napas manus ia aneh itu makin la ma se makin me mburu, keringat sebesar kacang kedelai bercucuran dengan derasnya.  Suatu ketika orang itu menghela napas sedih dan berhenti bergerak, tubuhnya segera jatuh terduduk di atas tanah.

Ku See-hong menjerit kaget, cepat ia menubruk ke depan sambil me mayang tubuhnya.

“Locianpwe…!” teriaknya cemas. “Locianpwe… kau… kau…  kenapa kau…?”

Waktu itu paras muka manusia aneh itu tersebut telah berubah semakin pusat menyeramkan. Dadanya naik turun tak menentu, napasnya terengah-engah dan payah sekali.

“Ku See-hong…” bisiknya dengan suara ge metar.

Hal -

“Kau… apakah kau sudah me maha mi kesaktian dari ilmu Mi Khi Bian Ciong ini? Titik berat

Hal. - Adalah mengetahui asal-usul manus ia aneh itu serta dendam kesumat yang terpendam dalam hatinya.

Tiba-tiba paras muka manusia aneh itu berubah menjadi menyeringai sera m, teriaknya:

“Ku See-hong, kau jangan me mandang rendah diriku! Apa yang telah kuucapkan masih bisa kuselesaikan sebagaimana mestinya, dengan demikian aku baru bisa meningga lkan dunia ini  dengan mata mera m. Ayo, cepat bombing aku naik ke atas.”

Ku See-hong menurut dan me mayang manus ia aneh itu naik ke atas pembaringan, tapi pelbagai persoalan berkeca muk di dalam benaknya. Dia merasa meski manus ia aneh itu dingin tak berperasaan, sesungguhnya dalam hati kecil orang itu tersimpan suatu ketulusan hati dan kebajikan  yang  mulia.  Dia  mengingin kalau dirinya bisa menegakkan keadilan bagi umat  persilatan dan  me lenyapkan se mua kejahatan dari muka dunia.

Dalam dunia persilatan dewasa ini banyak sekali  manus ia- manus ia kerdil yang mencari na ma untuk kepentingan pribadi, banyak pula manusia munafik yang berlagak bajik padahal manus ia aneh ini sangat me mbenci segala bentuk kejahatan, apalagi sifatnya me mang suka me mbunuh, tak heran kalau banyak orang jahat yang tewas di tangannya, tidak heran juga kalau sepanjang masa hidupnya banyak mengala mi penderitaan dan peristiwa tragis….

Sejak kecil Ku See-hong sudah kehilangan orang tuanya. Oleh suatu pukulan batin yang keras, wataknya mengalami perubahan yang sangat besar. Ditambah lagi belasan tahun hidup bergelandangan dalam dunia persilatan, tak sedikit kejadian busuk dan rendah yang pernah dialaminya. Tidak heran kalau ia sangat menga la mi keadaan dunia yang sesungguhnya.

Kobaran api dendam t iba-tiba me mbakar dalam rongga dadanya. Tanpa disadari diapun menaruh pandangan yang se mpit terhadap umat persilatan di dunia ini. Ia bersumpah bila suatu hari berhasil me mpe lajari ilmu silat yang maha sakti, diapun akan me lakukan pembunuhan secara besar-besaran dalam dunia persilatan. Itulah sebabnya ketika dia masuk ke dalam kuil dan menga la mi pelbagai penderitaan dan siksaan, pemuda itu sa ma sekali tidak mendenda mkan kepada manusia aneh itu. Seakan-akan dia beranggapan bahwa wajarlah bila manusia- manus ia persilatan yang berusaha me masuki kuil itu me ne mui ajalnya secara tragis.

Setelah mengatur napas sebentar, tiba-tiba manusia aneh itu berkata lagi:

“Ku See-hong, kemungkinan besar lohu sudah tak sanggup untuk bertahan lebih la ma lagi. Aaai….”

Sesudah menghela napas, ia menghe mbuskan napas  panjang dan berkata:

“Seandainya kuajarkan dahulu jurus serangan itu kepadamu, besar kemungkinan aku benar-benar tak sanggup untuk mengisahkan cerita itu lagi kepadamu, padahal selama hidup apa yang telah kuucapkan tak pernah dirubah lagi… tapi kali ini mau tak mau terpaksa aku harus menuruti maks ud hatimu.  Akan  kuceritakan kisah cerita itu lebih dulu, kemudian baru me mber i latihan ilmu pukulan kepada mu sa mpa i mati.”

“Maksud locianpwe itu me mang tepat, sekarang silahkan kau bercerita lebih dulu, boanpwe pasti akan mengingatnya terus di dalam hati….”

Paras muka manusia aneh itu kembali berubah menjadi dingin menyeramkan, katanya dengan nada seram:

“Ku See-hong, di kala lohu sedang mengisahkan ceritera nanti, kau dilarang untuk menimbrung, mengerti?”

Mendengar perkataan itu, dia m-dia m Ku See-hong berpikir:

“Ia benar-benar sangat aneh, wataknya juga aneh sekali, apalagi kalau dilihat sikapnya yang mudah berubah itu, bila seseorang yang tidak terlalu me maha mi wataknya, pasti akan dibikin ketakutan setengah mati. Dalam keadaan begini, mana mungkin dia berniat untuk mendengarkan kisah ceritanya lagi?” Berpikir sa mpa i di situ, Ku See-hong lantas berkata:

“Locianpwe tak usah kuatir, boanpwe tak akan menimbrung selama kau berceritera.”

Dalam waktu singkat pelbagai perubahan terjadi di atas wajah manus ia aneh itu. Akhirnya dengan wajah yang me medihkan dia mencer itakan kisah yang cukup menggetarkan sukma itu.

“Lima puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan muncul seorang manusia pintar yang tidak diketahui identitas maupun asal- usulnya. Waktu itu usianya belum begitu besar, tapi ilmu silatnya telah mencapai puncak kese mpurnaan…. Dalam dunia persilatan waktu itu tak seorangpun sanggup melawan kelihaiannya itu.

Waktu itu suasana dalam dunia persilatan a mat kacau. Kau sesat dan golongan hitam meraja lela, manus ia- manusia munafik pun bermunculan di ma na- mana.

Kebetulan pe muda itu adalah seorang manus ia yang me mbenci segala kejahatan. Ketika dilihatnya dunia persilatan sudah berada di jalan menuju ke hari kia mat, ma ka timbullah suatu niat yang luar biasa dalam hatinya untuk menyela matkan dunia persilatan dari kehancuran, menegakkan keadilan dan kebenaran serta melakukan pembunuh yang tak kenal a mpun terhadap kaum sesat dunia.

Dalam setengah tahun yang amat singkat inilah, secara beruntun dia telah me mbunuh jago-jago lihay yang tak terhitung banyaknya dalam dunia persilatan… meratakan tiga belas propinsi di utara dan selatan sungai besar….

Tujuh puluh empat tempat sarang penyamun dibumi hanguskan dengan tanah. Para jago liok- lim maupun kaum iblis menjadi ketakutan dan melar ikan diri terbirit-birit.

Waktu itu dia bercita-cita setinggi langit, apalagi sebagai seorang anak muda yang berdarah panas, maka diapun me mber i sebuah julukan untuk dirinya sendiri, yakni Bun-ji Koan-su (Pendekar Sakti Berbudi Halus). Orang bilang, semakin tinggi pohon itu sema kin mudah terhembus angin, semakin besar na ma orang itu se makin gampang didatangi bencana.

Apalagi Bun-ji Koan-su adalah seorang yang berwatak aneh dan bertindak menuruti perasaan sendiri. Di kala  me mbunuh  orang, cara yang digunakan a mat keji dan tidak mengena l a mpun.

Desutan serta adu domba dari pelbagai jago kaum sesat ini menyebabkan suasana dalam dunia persilatan se makin berta mbah kalut. Maka pandangan orang persilatan terhadap Bun-ji koan-su pun mula i berubah. Dia mulai dipandang sekejam ular berbisa dan berhati busuk.

Bun-ji Koan-su sendiri sa ma sekali tak acuh terhadap pandangan yang tak adil dari umat persilatan terhadap dirinya itu, pokoknya semua iblis dan kaum sesat yang masih mela kukan kejahatan, dibunuhnya se mua tanpa a mpun.

Oleh sebab itulah, nama Bun-ji Koan-su makin  la ma  sema kin jelek dan akhirnya dituduh orang sebagai gembo ng iblis yang berhati keja m.

Sekalipun de mikian, berhubung ilmu silat yang dimilikiya amat lihay, hingga waktu itu tiada seorang manusiapun yang dapat menandingi, maka semua orang hanya berani marah, tak berani banyak berbicara, sekalipun berulang kali kaum sesat mengguna kan cara yang keji dan terkutuk untuk mengerubutinya, tapi dia masih tetap membunuh tak kenal a mpun. Maka ketika itu tak ada orang yang berani mencari gara-gara dengannya, kalau tidak sudah pasti pengeroyokannya mati se mua terbunuh.

Tapi justru karena perbuatannya  ini,  dengan cepat me mancing ke marahan dari umat persilatan lainnya. Mereka segera menyebar Bu-lim-tiap dan Liok- lim-cia m untuk mengerubutinya. Tapi yang mengherankan justru ilmu silat yang dimiliki Bun-ji  Koan-xu  makin la ma se makin lihay, semua pengerubutan itu berhasil dikalahkan sehingga tercerai-berai. Pikiran semua orang mulai ce mas, gelisah dan tak tenang. Banyak di antaranya malah merasa tak nyenyak tidur, tak enak makan.

Sementara itu para jago dari pelbagai partai besar pun menaruh semaca m perasaan curiga terhadap ilmu silat yang dimiliki Bun-ji Koan-su.

Setelah melalui penyelidikan yang seksama, akhirnya baru diketahui, rupanya Bun-ji Koan-su me miliki se maca m ilmu khikang yang aneh dan maha sakti.

Ilmu khikang tersebut bisa menimbulkan suatu perubahan Im- Yang di dalam badannya sehingga semakin keras dia menerima serangan, semakin hebat pula  ke majuan yang berhasil dicapai dalam tenaga dala mnya. Karena itu, kemajuan yang  berhasil dicapai Bun-ji Koan-su boleh dibilang me lebihi orang lain dan sangat menger ikan sekali.

Ku See-hong yang mendengarkan kisah itu menjadi a mat tertarik sekali. Dia tahu, yang dinamakan Bun-ji Koan-su tersebut sudah pasti  adalah  manusia  aneh  di   hadapannya   ini…   tapi   diapun me mbenci kepada umat persilatan.  Dia  merasa  orang-orang  itu me mpunyai pandangan yang tidak adil terhadap manus ia aneh ini.

Ketika Ku See-hong me ndengar bahwa Bun-ji Koan-su me miliki sejenis ilmu khikang yang maha sakti, hatinya segera bergetar keras.

Manusia aneh itu  telah  berkata  kepadanya  bahwa  dia  telah me mpe lajari pula ilmu khikang Kan-kun Mi-s iu tersebut, itu berarti setiap kali badannya terhajar oleh pukulan orang, tenaga dalamnya akan semakin cepat mengala mi ke majuan. Mungkinkah pada suatu ketika dia akan berhasil mencapai tingkatan yang amat dahsyat seperti apa yang dimiliki Bun-ji Koan-su tempo dulu?

Berpikir sa mpai di situ, kejut dan girang segera berkeca muk dalam hatinya, dia tak menyangka kalau ilmu sakti se maca m itu berhasil dimilikinya. Setelah mengatur napas  sekian  la ma,  dengan  wajah  dingin me mbes i, orang aneh itu melanjut kan ke mba li kisahnya.

“Orang persilatan tahu bahwa ilmu khikang yang dilatih oleh Bun- ji Koan-su tersebut adalah semaca m ilmu khikang maha dahsyat yang diciptakan oleh seorang manusia pintar pada jaman Cun Ciu Cian Kok dulu. Orang itu tak lain adalah perdana menteri Negeri Go yang bernama Ngo Cu Siau.

Oleh tokoh yang amat pintar ini, kepandaian tersebut kemudian ditulis dalam sejilid kitab pusaka yang disebut Cang Ciong pit-kip.

Dari sini semua orang pun lantas tahu kalau Bun-ji Koan-su telah berhasil mendapatkan kitab Ciang C iong pit-kip yang digilai setiap umat persilatan itu. Maka dunia persilatan pun ke mba li me ngalami suatu persoalan yang amat hebat.

Akibatnya bukan saja niat kawanan jago itu untuk me mbunuh Bun-ji Koan-su se makin besar, setiap orang pun bernafsu sekali untuk mera mpas kitab pusaka Cang Ciong pit-kip itu, terutama dari pihak kaum sesat dan  golongan  hita m.  Dengan  pelbagai  tipu mus lihat mere ka berusaha untuk melenyapkan duri dalam mata ini.

Ketika Bun-ji Koan-su mengetahui bahwa umat persilatan adalah manus ia- manusia rakus yang tidak mengena l malu, hatinya menjadi amat sedih sekali. Hasratnya untuk menega kkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan pun menjadi hilang lenyap.

Setelah dikejar dan didesak terus menerus oleh kawanan jago persilatan, terpaksa dia menga mbil keputusan untuk hidup mengasingkan diri dan tidak me lakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan.

Tentu saja, ia tidak takut terhadap kejaran dan desakan oleh orang-orang persilatan, dia hanya tak ingin mela kukan pe mbunuhan yang lebih banyak lagi terhadap umat persilatan. Jadi sebenarnya  hal ini t imbul dari niatnya yang baik.

Tapi justru karena perasaan yang mulia inilah me mbuat dia sendiri justru mengala mi nasib yang tragis. Ketika berbicara sampai di situ, beberapa titik air mata segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya. Ini menunjukkan betapa sedih dan e mos inya dia.

Ku See-hong menjadi tertegun dan tak habis mengerti, dia tidak paham me ngapa ke muliaan hati manusia aneh tersebut bisa berakibat timbulnya tragedi tersebut? Sebenarnya apa yang dia maks udkan?

Dengan wajah yang se makin menyeramkan manusia aneh itu berkata lebih lanjut:

“Sejak waktu itu, Bun-ji Koan-su mula i berpesiar ke te mpat- tempat yang indah untuk menghibur hatinya, tapi musuh besarnya tersebar di mana- mana. Kemanapun dia pergi di sana pasti muncul kawanan jago yang berusaha memba las dendam kepadanya. Tapi dengan hati yang penuh welas asih dia hanya menghindar dan berusaha tidak ribut dengan mereka, apalagi menerbit kan pembunuhan lagi. Dengan wataknya yang keras, sesungguhnya amat sulit baginya untuk me lakukan tindakan yang le mah tersebut.

Suatu hari, ketika ia sedang berpesiar ke propinsi Szechwan, tiba- tiba dijumpainya ada dua orang pemuda yang sedang terluka parah dan hampir mati tergeletak di pinggir jalan. Menyaksikan keadaan dari kedua orang pe muda itu cukup mengenaskan, Bun- ji Koan-su lantas berusaha keras untuk menyela matkan jiwa kedua orang itu dengan menggunakan tenaga dala mnya.

Ketika ke mudian mereka tahu bahwa penolongnya adalah Bun-ji Koan-su yang amat tersohor itu, mereka berdua pun segera merengek dan me mo hon kepadanya agar mener ima mereka sebagai mur idnya.

oooOOOooo

TAHUN itu, meskipun Bun-ji Koan-su berusia tigapuluh tahunan, tapi sudah bosan hidup dalam dunia persilatan. Dia me mang ingin sekali mencari orang yang berbakat baik untuk diwarisi segenap ilmu silat yang dimilikinya.

Ketika ia sudah mengetahui asal-usul kedua orang itu, bahkan mengetahui kalau  mereka  berbakat  baik,  maka  Bun-ji  Koan-su me mutus kan untuk menerima mereka berdua sebagai muridnya dan mewaris kan pelbagai ilmu sakti kepada mere ka.

Tapi berhubung Bun-ji Koan-su tidak me miliki te mpat tinggal yang tetap, dan lagi suka berpesiar ke tempat yang berpemandangan indah, ma ka dia pun selalu me mbawa serta kedua orang muridnya ini kemana pun dia pergi. Setiap ada kesempatan  dia pun me mberi petunjuk ilmu silat kepada kedua orang pe muda itu.

-oodwoo-

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar