Cu Siau-hong menunjukkan sikapnya sebagai seorang kongcu, dia hanya tersenyum tidak menjawab. Seng Hong memandang kewajah Cu Siau-hong, kemudian, baru jawabnya:
"Kelewat banyak yang kau tanyakan, kami tak lebih cuma dua orang kiam-tong dari kongcu, manusia tak ternama dalam dunia persilatan"
Lelaki berbaju hitam yang berada di sebelah kiri itu segera mendengus dingin, ujarnya:
'Sudah hampir dua puluh tahun lamanya kami dua bersaudara mengasingkan diri di tempat yang terpencil, selama puluhan tahun tak pernah membunuh orang lagi, ada sementara diantaranya kamipun tak tega untuk membunuhnya.. benar ilmu pedang yang kalian berdua miliki terhitung sangat lihay, akan tetapi lohu merasa tak tega membunuh kalian "
“Apakah kalian berdua tidak takut ada sambaran geledek yang memutuskan lidah kalian?` tukas Hoa Wan tiba-tiba.
"Bocah cilik, kau anggap lohu benar-benar tak sanggup membunuh dirimu ?" tanya lelaki berbaju hitam yang ada disebelah kiri dengan suara dingin.
"Aku bisa memberitahukan kepada locianpwe berdua, bahwa selama pertarungan tadi kami masih mempunyai banyak sekali jurus-jurus pembunuh yang belum sempat di kembangkan.." "Justru karena kalian berdua tidak melancarkan serangan keji, maka kamipun sengaja berbelas kasihan dengan tidak mengeluarkan jurus-jurus serangan yang tangguh pula..."
Apa yang dia katakan memang bukan cuma gertak sambal belaka, sebab jurus pedang yang diajarkan Cu Siau hong kepada mereka memang merupakan jurus-jurus serangan aneh yang maha sakti dari dunia persilatan, bila mereka sampai menggunakannya maka kecil harapannya bagi Wu san-siang-sat untuk bisa menduganya secara baik.
Agak tertegun juga Wu-san-siang-sat setelah mendengar perkataan itu, untuk sesaat mereka sampai termangu.
Akhirnya lelaki baju hitam yang berada disebelah kanan menghela napas panjang, kemudiam katanya:
"Lotoa orang baru akan menggantikan generasi lama, hari ini kita benar-benar sudah jatuh kecundang ditangan orang"
"Loji, menurut pendapatmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" lelaki baju hitam yang berada disebelah kiri balik bertanya.
Lelaki baju hitam disebelah kanan itu segera tertawa getir.
"Kalau tidak pergi mau apa lagi? Tugas tersebut tak mungkin bisa kita selesaikan"
'Loji, menurut anggapanmu, apakah kita masih bisa pergi dari sini dengan selamat"
"Kongcu kami selamanya berjiwa besar' sela Seng Hong cepat, "silahkan berdua pergi meninggalkan tempat ini, kongcu kami tak nanti akan menghalangi perjalanan kalian". Lelaki baju hitam yang berada disebelah kiri itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya: "Loji mash ingatkah kau, sebelum kita berangkat kemari telah minum secawan arak?"
"Kenapa? Apakah didalam arak itu terdapat sesuatu yang aneh?"
"Benar, arak tersebut adalah arak beracun, jika kita tidak berhasil mendapatkan batok kepala dari kongcu mereka, sebelum fajar menyingsing nanti, racun itu akan mulai bekerja"
Loji segera berkerut kening.
"Lotoa" katanya, "aku merasa sedikit tidak habis mengerti, kenapa mereka harus bersikap demikian terhadap kita?".
"Agar kita mati"
"Bila kita mati, apa manfaatnya bagi mereka?" "Besar sekali manfaatnya"
Sekarang apa yang mereka bicarakan merupakan apa yang ingin diketahui oleh Cu Siau-hong, maka dia segera memasang telinganya secara baik-baik untuk mendengarkan pembicaraan tersebut dengan seksama.
Lotoa dari Wu-san siang-sat segera menghela napas panjang,
"Aaaaai... bila kita mati, maka kematian kita akan membangkitkan hawa amarah dari Wu-san popo."
'?oooO)d.w(Oooo?
“SOAL ini aku tahu, tapi yang membunuh kita kan bukan Cu cengcu?" seru loji cepat. "Inilah yang dinamakan siasat melimpahkan bencana kepada orang lain, mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya secara sempurna, lagi pula dengan cepat kabar berita ini akan tersiar sampai ke puncak Sin li hong di bukit Wu san."
"Padahal Cu cengcu tidak berniat untuk membunuh kita, persoalan ini harus diusahakan agar jangan sampai diketahui Popo, kita harus berusaha sedapat mungkin agar siasat keji mereka ini jangan sampai bisa terlaksana..."
Sang Lotoa segera tertawa getir, katanya: "Sekarang, sekalipun mereka bersedia melepaskan kita, kita pun tak akan sempat untuk mengirim kabar tersebut ke atas puncak Sin li-hong, karena nyawa kita berdua sudah tinggal beberapa kentongan lagi"
Cu Siau-hong yang ikut mendengarkan pembicaraan tersebut segera merasa kalau ia tak bisa berpeluk tangan belaka, maka sambil maju dua langkah ke depan selanya:
"Saudara berdua, bilamana kalian percaya dengan aku, tak ada salahnya kalau kita rundingkan bersama persoalan ini".
"Dirundingkan bersama?" tanya sang lotoa.
"Benar, misalnya racun keji yang mengidap dalam tubuh kalian berdua, mungkin kami dapat membantu kalian untuk memunahkannya, atau bila kalian berdua masih ada persoalan yang tak bisa diselesaikan, kamipun bersedia untuk membantu kalian untuk menyelssaikannya, cuma dibalik kesemua nya ini masih ada sebuah syarat yang paling penting "
"Syarat apa?"
"Berbicara terus terang saja, hanya sepatah kata bohong saja, kemungkinan besar akan membengkalaikan urusan besar dan mencelakai kalian berdua, meski itupun bakal mempengaruhi kami juga."
Lo toa dari Wu san siang sat itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya:
'Aku adalah Sim Ciong, tiga puluh tahun telah ditaklukkan oleh Wu san popo dan ditugaskan menjaga istananya dipuncak Sin li-hong, selama puluhun tahun terakhir ini kehidupan kami selalu tenteram dan penuh kedamaian. bukan saja kami telah melupakan-ilmu silat, jadi orangpun agak malas, tapi kami masih tetap berambisi besar, kami masih mengira dunia persilatan setelah tiga puluh tahun kemudian masih tetap merupakan dunianya kami "
Cu Siau tong mendehem pelan menukas pembicaraan Sim Ciong yang belum selesai, kemudian katanya:
"Sim lotoa lebih baik kita tak usah memperbincangkan persoalan semacam itu, aku hanya ingin tahu kenapa secara tiba-tiba kalian meninggalkan istana Sin li hu dan datang ke kota Siang yang untuk membunuh kami...?"
Sim Cong tertawa getir:
"Sebenarnya hal ini berdasarkan maksud baik popo, ketika ia menyaksikan kami sudah hampir tiga puluh tahun lamanya hidup terpencil diatas puncak bukit tanpa meninggalkan barang selangkah pun, maka beliaupun menitahkan kepada kami berdua agar berlibur selama tiga bulan dengan berpesiar ke bawah bukit, sungguh tak disangka kami telah berjumpa dengan seorang sahabat karib kami yang secara diam-diam telah meracuni arak yang kita minum, dalam keadaan begitulah kami dipaksa untuk datang kemari membunuh kau, soal pertama, kami dua bersaudara masih mempunyai kesombongan dan kejumawaan seperti tiga puluh tahun berselang, kami merasa tiada persoalan sulit yang tak bisa kami selesaikan, Kedua, kehidupan kamipun sudah terancam maka permintaan merekapun lantas kami luluskan"
'Oooh .....kiranya begitu, jadi kalian berdua hanya diperalat orang saja "kata Cu Siau-hong.
'Tapi kenyataan sekarang, ilmu silat yang dimiliki dua orang saudara kecil ini terlalu hebat sehingga membuat tujuan kami tak bisa tercapai, tapi yang paling penting lagi adalah kami telah memikirkan persoalan ini dengan seksama, makin dipikir kami merasakan kesemuanya semakin tidak beres, tiga puluh tahun hidup terpencil dibukit Wu san membuat hawa pembunuh kami telah lama punah, ambisi kami juga terkendali, kami paham akan keadaan yang sesungguhnya, kami rasa sekalipun harus mati keracunan juga tidak seharusnya tanpa sebab datang kemari mencari dirimu"
"Kalian berdua bisa mempunyai ingatan mulia, hal ini sungguh membuat aku merasa berterima kasih sekali"
"Setelah bertarung melawan dua orang pembantu cengcu, kami baru merasa bahwa sebenarnya kami dua bersaudara telah ditipu orang, sebenarnya cara semacam ini merupakan suatu cara pembunuhan secara halus"
"Oooh .. "
"Mungkin mereka sudah tahu kalau kami bukan tandingan dari cengcu, maka merekapun lantas menyusun rencana dengan mengorbankan nyawa kami berdua agar bisa memancing kedatangan Wu-san-popo!'
Walaupun Cu Siau-hong tidak tahu siapakah gerangan manusia yang bernawa Wu san popo itu, tapi menyaksikan sikap menghormat yang terpancar keluar dari wajah Sim Ciong, dapat diduga kalau orang itu pasti seorang jagoan yang luar biasa.
Maka dia lantas berkata kembali:
"Wu-san-popo adalah seorang Bu-lim cianpwe, masa dia bisa ditipu secara gampang"
"Rencana mereka telah diatur secara teliti dan sempurna, seandainya kami berdua tidak berhasil membongkar rahasia mereka secara kebetulan, kemungkinan besar nyawa kami berdua benar-benar telah terluka ditangan cengcu, bila sampai demikian, berarti apa yang mereka harap-pasti akan tercapai pula dengan sendirinya."
"Masih untung kalian berhasil membongkar rencana keji mereka tepat pada waktunya."
'Kini rahasia tersebut sudah dapat diketahui, cuma kami tak mampu untuk mengirim kembali kabar tersebut ke bukit Wu-san'
"Apakah racun yang bersarang ditubuh kalian berdua masih mungkin ditolong!"
"Bila dapat berjumpa dengan popo, aku percaya dia masih sanggup untuk memunahkan pengaruh racun yang mengendon dalam tubuh kami, persoalannya skarang adalah kami sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk dapat berjumpa lagi dengannya"
"Sim lotoa mempunyai usul bagaimana? Asal kami dapat melakukannya, pasti akan kami lakukan sedapat mungkin"
"Kami sih sudah pasti mati, tapi sampai matipun kami tak akan membuat rencana mereka berhasil dicapai sebagaimana yang diharapkan." "Tapi bagaimana pula caranya untuk merusak rencana mereka itu dan jangan sampai membuat Wu san popo menaruh kesalah pahaman terhadap kami?"
Dengan suara rendah Sim Ciong berkata:
"Lohu akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu, dikemudian hari bila kalian bertemu dengan popo maka katakanlah kepadanya, dia pasti akan mempercayai perkataanmu"
"Aku akan mendengarkan dengan seksama"
Dengan suara yang sangat lirih Sim Ciong segera memberitahukan suatu rahasia, sedemikian rendahnya suara itu sehingga hanya Cu Siau-hong seorang yang dapat mendengar.
Selesai mendengarkan rahasia tersbut, Cu Siau-hong segera manggut-manggut, katanya: "Aku telah mengingatnya baik-baik"
Mendadak Sim Ciong mempertinggi suaranya, berseru kembali:
"Cu cengcu, kau kelewat muda, sedangkan lohu sudah tua sekali, diantara kita terdapat suatu perbedaan umur yang amat besar sekali, lohu tidak memahami asal usulmu, juga tidak memahami watakmu, tapi stelah bertarung dengan kedua orang kiam-tong mu tadi, kamipun dapat menyimpulkan satu hal."
"Soal apa ?"
"Kalian semua adalah jago-jago muda yang rata-rata berkepandaian sempurna kalau pelayannya, saja sudah begitu lihay, apalagi majikannya ini membuktikan juga kalau ilmu silat yang sudah diturunkan generasi selanjutnya makin lama telah berubah makin lihay, membuat orang merasakan suatu perubahan yang luar biasa ....
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan: "Cuma anak muda biasanya memang mengidap satu
penyakit yang sama, yakni jumawa, tekebur dan tinggi hati' "Oooh. "
'Kalian jangan memandang rendah kemampuan Sin li hu, kepandaian silat yang dimiliki Wu san popo sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, dua belas orang dayangnya saja sudah memiliki kepandaian yang lihay, bila suatu ketika sampai terjadi bentrokan, maka akibatnya pasti akan mengerikan sekali."
"Kami pasti akan melaksanakan semua tindakan dengan berhati-hati dan seksama"
"Hanya berhati-hati dan seksama masih belum cukup, yang paling penting adalah sikap merendah dan sabar" kata Sim Ciong.
"Wu san popo adalah seorang yang berwatak berangasan, setelah peristiwa ini menyangkut diri kami, maka cepat atau lambat mereka pasti akan mencari pula kalian semua, entah persoalan tersebut ada sangkut pautnya dengan kalian atau tidak, didalam perjumpaan yang pertama kali, soal damprat mendamprat, tegur menegur sudah pasti akan berlangsung, saat itu bila kau Cu Cengcu tak bisa bersabar diri maka kedua belah pihak pasti akan menjadi bentrokan langsung"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh: "Padahal senjata tajam tak bermata, bila suatu
pertarungan sampai terjadi, maka korbanpun pasti akan
saling berjatuhan, pada hakekatnya keadaan semacam itu tak akan memberi kesempatan kepada kalian untuk menerangkan duduk persoalan sampaijelas."
"Terima kasih banyak atas petunjukmu, aku pasti akan menghadapi mereka dengan berhati-hati"
"Bukan hanya kau, yang penting kaupun harus mengendalikan anak buahmu secara ketat, jangan sampai merusak suasana karena suatu keributan yang tak ada harganya."
Cu Siau-hong manggut-manggut:
"Semua nasehatmu pasti akan kuingat selalu"
"Baik, kalau begitu kami akan mohon diri lebih dulu" 'Bagaimana dengan racun keji yang menyerang ditubuh
kalian?"
"Tidak menjadi soal, asal kalian ingat saja sekalipun Wu san-siang-sat harus mengorbankan dua lembar nyawa, asal dia menghindarkan bentrokan antara kelompokmu dengan Wu-san popo, hal ini sudah lebih dari cukup"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya sambil berseru: "Loji, mari kita pergi!"
Kedua orang itu segera menggerakkan tubuhnya dan di dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan sana..
Memandang bayangan punggung Wu san siang sat hingga menjauh, Cu Siau-hong berseru: "Ong Peng, Tan Heng!"
Dua orang itu segera mengiakan sambil emnjura: "Silahkan kongcu memberikan perintah!"
'Pernah kau mendengarkan tentang manusia yang bernama Wu san popo?" "Pernah, dia mempunyai nama besar yang amat tersohor, tapi sangat jarang berkelana di dalam dunia persilatan"
"Oooh, dia termasuk orang baik atau orang jahat?" "Soal ini aku tak berani membicarakannya secara pasti" "Maksudmu?"
"Dia jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan, kamipun belum pernah mendengar dia telah melakuan sesuatu perbuatan jahat, tapi merekapun tak pernah mengadakan hubungan dengan orang persilatan, orang-orang Wu san sin-li selamanya bekerja sendirian."
"Mereka hidup mengasingkan diri di tempat yang terpencil dan jarang bergaul dengan jago persilatan, belum tentu mereka adalah orangjahat"
"Tapi merekapun tidak bisa terhitung orang baik, sekalipun sudah puluhan tahun lamanya berada dalam dunia persilatan, namun belum pernah kami dengar Wu san popo pernah melakukan suatu perbuatan amal yang baik dan menguntungkan orang.."
"Ehmm, aku sudah mergerti sekarang"
Dia lantas berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa wan, kemudian melanjutkan: "Dapatkah kalian mencarikan sebuah perahu untuk kita?'
"Dapat" sahut Seng Hong.
"Cuma perahu itu jangan ada ciri atau suatu tanda tertentu"
"Baik!"
Cu Siau-hong manggut-manggut, ujarnya lagi sambil tertawa: "Apakah kalian pun bisa menyelam didalam air?.."
"Aku dan Hoa wan sudah pernah melatihnya, tapi ilmu menyelam dari Su eng jauh lebih tinggi daripada kepandaian kami"
"Kalau memang demikian, hal ini lebih baik lagi, aku pikir kita seharusnya tinggal untuk sementara waktu diatas perahu'
Ong Peng tidak mengerti ilmu dalam air, maka begitu mendengar mereka hendak tinggal diatas perahu, hatinya kontan saja menjadi keder, buru-buru serunya.
"Kongcu, bukankah kau sedang melacaki jejak musuh?" "Organisasi mereka terlalu rapat, bukan suatu pekerjaan
yang gampang buat kita untuk melacaki mereka, maka dari itu kita harus berusaha mencari akal agar merekalah yang datang mencari kita lebih dahulu"
"Kongcu, mereka sudah munculkan beberapa orang jagonya, asal kita mempergunakan sedikit tindakan..."
"Maksudmu kita menyiksa mereka agar mau mengaku?" "Benar, ada sementara orang memang tak akan
melelehkan air mata sebelum melihat peti mati"
"Sekarang adalah saatnya buat kita untuk mencari nama, itulah sebabnya kita harus melakukan beberapa macam pekerjaan besar yang bisa menggetarkan hati orang, ada kalanya tindakan yang kelewat keji malah tak akan mendatangkan hasil apa-apa, sekalipun kita telah mencincangnya secara kejam, belum tentu mereka bersedia untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya kepada kita"
"Kenapa?.."
"Sebab pada hakekatnya mereka sendiripun tidak tahu" "Oooh, kongcu, kita "
Cu Siau-hong menghela napas panjang, sambungnya: "Hingga sekarang, musuh yang kita jumpai agaknya
cuma Keng si hengte (dua bersaudara dari keluarga Keng) serta nona didalam perahu, manusia-manusia macam beginilah baru terhitung manusia, mungkin dari mulut mereka bertiga kita bisa mengorek sedikit keterangan yang berguna sedangkan terhadap lainnya, sekalipun kita pergunakan cara yang paling kejipun jangan harap bisa mendapatkan rahasia apa-apa, malahan siksaan yang kelewat kejam kemungkinan besar dapat membuat kita terperangkap kedalam suatu jebakan yang mengerikan"
"Kongcu, hamba masih merasa kurang mengerti' kata Ong Peng, "sekalipun mereka benar-benar tidak tahu duduknya persoalan, rasanya toh mereka juga tak akan bisa menyeret kita masuk perangkap"
"Sedikit banyak tentu saja mereka tahu akan keadaan yang sesungguhnya, tapi yang diketahuinya adalah rencana yang telah mereka susun sebelumnya, rencana yang telah disusun biasanya akan dibarengi dengan suatu persiapan yang seksama juga, andaikata kita mendengar akan hal tersebut, serta merta kita akan mempercayainya!"
"Sebenarnya hal ini pun bukan sesuatu persoalan yang menyulitkan, asal kita menyiksa berapa orang bersamaan waktunya, kemudian mencocokkan pengakuan yang satu dengan pengakuan yang lain, bukankah semua persoalan akan menjadi jelas dengan sendirinya?"
"Tapi kalau rencana tersebut telah disusun jauh hari sebelumnya, tentu saja jawaban mereka sama semua"
Ong Peng segera terbungkam dalam seribu bahasa, sedang wajahnya pun menunjukkan perasaan kagum. Ketika ia mencoba untuk mendalami kembali perkataan dari Cu Siau-hong itu, maka segera dirasakan kalau apa yang dikatakan memang benar dan masuk diakal, buktinya sekalipun mereka sudah beberapa kali bentrok dengan musuh-musuh tangguh, tapi hingga sekarang masih belum jelas mengetahui asal usul musuhnya.
Sementara dia masih termenung, Cu Siau-hong telah mengulapkan taagannya sambil berseru: "Seng Hong, pergilah!"
Seng Hong mengiakan dan segera membalikkkan badan berlalu dari tempat tersebut. Dengan suara rendah Cu Siau hong segera berkata:
"Ong Peng, kau dan Hoa Wan mengikuti dibelakangnya!"
"Kalau hamba pun ikut pergi, bukankah tak ada orang yang akan melayani kongcu?' seru Hoa Wan.
"Saudara Hoa boleh pergi saja, biar kami yang melayani kongcu" seru Lik Hoo cepat.
Dengan langkah cepat Ong Peng dan Hoa Wan segera berlalu dari tempat tersebut.
Sepeninggalan mereka, dengan suata gerakan cepat Cu Siau-hong segera menyelinap dibalik pepohonan yang gelap kemudian sambil tertawa katanya:
"Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan, kalian semua adalah jago-jago kawakan dari dunia persilatan, bagaimana ceritanya sehingga bisa dipecundangi orang ?"
"Kalau dibicaraken sebenarnya memang agak menakutkan, musuh-musuh kita bukan saja amat misterius, lagipula merupakan ja-go-jago yang lihay semua, walaupun kami telah bersikap cukup berhati-hati, toh kena terjebak pula oleh siasat mereka"
"Aku ingin sekali mengetahui kisah pengalaman kalian?"
"Seorang kakek yang tidak menyolok datang dan menghampiri kami kearah berjalan lewat disisi kami, tapi saat itu juga kami mengendus semacam bau harum yang aneh sekali, menanti kami menyadari ada sesuatu yang tak beres, tahu-tahu kami telah kehilangan kemampuan untuk menguasahi diri"
Agak terkesiap juga hati Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian: "Waktu itu, apakah kalian masih tetap sadar?"
“Walaupun kesadaran kami tidak hilang sama sekali, tapi segala sesuatunya seperti sudah berada dalam kendali orang lain, paling tidak kami telah kehilangan tujuh delapan bagian dari kesadaran kami sendiri, saat itu kami hanya tahu menuruti perkataan orang saja"
"Menuruti perintah orang? Kalau toh kesadaran kalian telah hilang, darimana pula kalian masih bisa tahu mendengarkan perintah orang serta melaksanakannya?"
"Yaa, walaupun kami telah kehilangan kesadarannya, tapi dalam hati kami justru terdapat semacam kekuatan yang seakan-akan memberi perintah kepada kami untuk berbuat ini itu"
Sekali lagi Cu Siau-hong merasakan hatinya tergetar keras.
"Semacam kekuatan yang memerintah kalian? Kekuatan macam apakah itu?" serunya lagi.
"Kami merasa kekuatan itu seakan-akan berasal dari semacam bauan harum yang sangat aneh, bau-bauan harum itu membuat kami menurutinya meski dalam keadaan tak sadar.”
"Masih ingatkah kalian bau-bauan harum semacam apakah itu?".
"Sam-moay, dapatkah kau mengingatnya?" tanya Ui Bwee sambil berpaling kearah saudaranya.
"Seperti semacam bau-bauan harum yang sangat lembut, macam bau bunga kui...” jawab Ang Bo-tan.
"Seperti bau bunga Kui?" "Tidak salah?" "'Mungkin tak salah"
"Waktu itu kesadaranmu sudah mulai kabur, sekalipun masih ada sedikit ingatan, rasanya juga tak mungkin bisa mengingatnya terlalu jelas"
"Tentang soal ini, budak juga tak berani berdebat dengan kongcu, waktu itu meskipun kesadaran kami seperti kurang beres, tapi kemudian setelah kesadaran kami pulih kembali dan mencoba untuk memikirkan kembali semua kejadian yang telah berlangsung, dalam ingatan kami pun terasa begitu samar dan lamatlamat."
"Seandainya sekarang, secara tiba-tiba muncul kembali bau harum semacam itu dan kalian mengendusnya, apakah kalian masih sanggup untuk mengenalinya kembali?"
“Soal itu, budak rasa masih sanggup untuk melakukanmya" jawab Lik Hoo cepat, “sekalipun kesadaran kami telah hilang tapi ada satu hal yang masih terasa jelas di dalam benak kami, maka bau harum itulah merupakan satu-satunya yang masih tersedia dalam ingatan kami hingga kini" "Kemungkinan besar obat yang digunakan adalalah semacam obat pemabuk dari kaum rendah, sekalipun bukan suatu perbuatan yang baik, tapi kalau di pergunakan akan mendatangkan kasiat yang besar sekali"
"Masih ada satu hal budak ingin bertanya pula kepada kongcu, dapatkah aku mengajukan?"
"Coba kalian katakan"
'Terlalu banyak perbuatan busuk dan rendah dari dunia perstlatan yang kami bertiga ketahui, tapi setelah kami berjanji kepada kongcu untuk hidup sebagai manusia baru, maka banyak cara yang tak berani kami pergunakan secara sembarangan, untuk itu kami ingin memohon persetujuan dari kongcu lebih dahulu"
"Oooh, apa saja yang bisa kalian lakukan?"
"Melepaskan obat pemabuk, memasang paku beracun, semuanya dapat kami lakukan, hanya tak berani mempergunakannya"
'Aku tahu soal melepaskan obat pemabuk, tapi apa pula yang dimaksudkan sebagai memasang paku?"
Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan segera menutupi mulut sendiri sambil tertawa cekikikan.
'Yang tidak tahu adalah tak tahu, apakah masih ada hal hal yang tak boleh diketahui orang lain?" Seru Cu Siau hong kemudian ketika dilihatnya ketiga orang nona tersebut tertawa tertahan.
"Itu mah tidak, cuma setelah kuterangkan persoalannya nanti maka harap kongcu, jangan marah.'
“Tak menjadi soal, katakan saja, paling tidak kalian toh harus meminta persetujuan kami paling dulu, bukan begitu?" "Padahal setelah dibicarakan sedikitpun tak ada yang aneh, kami hanya akan memasangkan semacam jarum beracun entah dipembaringannya atau pakaiannya saja, cara semacam itu kami namakan sebagai memasang paku"
"Aku belum pernah mendengar tentang kepandaian semacam ini, kalau kalian sempat berjumpa dengan orang yang teliti maka sulit rasanya untuk turun tangan"
"Kongcu, sistim memasang paku merupakan suatu sistim yang jarang sekali dipergunakan dalam dunia persilatan, karena persiapannya terlalu rumit dan sulit"
"Tapi kami bertiga merupakan ahli-ahlinya, sewaktu kami masih berkelana dalam dunia persilatan dulu, banyak sekali jagoan persilatan yang berhasil kami pecundangi"
`Dapatkah kalian menerangkan dengan lebih jelas lagi?" "Jimoay, kau paling lihay dalam permainan ini, coba kau
terangkan yang sejelasnya kepada kongcu,” seru Lik Hoo
sambil berpaling ke arah Ui Bwee yang berada disisinya.
Ui Bwee manggut-manggut, katanya kemudian: "Sesungguhnya cara ini sederhana sekali, kami
menggunakan sebuah tabung besi yang kecil atau tabung bambu yang diisi dengan jarum beracun, kemudian diikat dengan tali yang ditariknya sampai ketempat jauh, disana ada seseorang yang mengendalikannya, maka bilamana ada orang yang hendak kita jadikan korban, cukup kita tarik tali tersebut, maka tali itu akan menggerakkan tombol rahasia diatas tabung, dan jarum beracun yang telah persiapkan pun segera akan memancar keluar dan melukai sasaran"
"Ooooh, rupanya begitu' Cu Siau-hong manggut manggut. "Pegas yang kami pasang didalam tabung kecil itu biasanya tidak bertenaga kelewat besar, otomatis jarum beracunnya juga tak bisa dibidikkan kelewat jauh, tapi sistim semacam ini amat praktis dan seringkali membawa hasil yang tak terduga"
'Kongcu, jimoay sangat asli dalam permainan ini" kata Lik Hoo pula, “ia bisa melukai orang tanpa disadari oleh korbannya sendiri"
Cu Siau-hong hanya termenung tanpa berbicara ....
Walaupun dia mengerti kalau Ui lo-pangcu serta ketua Pay-kau telah menyerahkan anak buahnya yang paling lihay kepadany dan membebaskannya untuk mempergunakan kekuatan tersebut kehendak hatinya, akan tetapi bagaimanapun juga dia adalah jagoan dari golongan lurus, kalau suruh dia berbuat demikian sebenarnya ia merasa sangsi untuk melaksanakanuya ....
Ketika Lik Hoo menyaksikan sianak muda itu hanya membungkam diri dalam seribu bahasa, ia menghembuskan napas panjang lalu bertanya:
'Kongcu, apakah kau tidak setuju?'
Cu Siau-hong menghela napas panjang.
"Baiklah", katanya kemudian, “kalau toh kalian memiliki keahlian masing-masing, aku bersedia mengabulkan permintaan kalian untuk berbuat sekehendak hati, toh dalam organisasi kita ini tidak ada peraturan atau pantangan yang melarang kita berbuat sesuatu, Cuma kalian harus ingat, kebenaran harus tetap dijunjung, cara cara semacam itu dilarang dipergunakan untuk menghadapi kawan-kawan dari golongan lurus, mengerti?"
"Tentang soal itu, budak sekalian yakin masih bisa melaksanakannya" Cu Siau-hong segera manggut-manggut.
Ke tiga orang nona itupun saling berpandangan sekejap, kemudian bersama-sama menjura seraya berkata: "Terima kasih banyak kongcu!"
Cu Siau-hong tertawa.
"Aku meluluskan permintaan kalian, tapi syaratnya cukup ketat, aku harap kalian jangan sampai melakukan kesalahan"
"Budak sekalian pasti akan bertindak dengan berhati-hati sekali, bilamana sampai melakukan kesalahan, kami pun bersedia menerima hukuman"
'Menerima hukuman apa?"
"Hukuman apa saja yang hendak kongcu jatuhkan kepada kami, kami akan menerimanya”.
"Baik, itu kata kalian sendiri!."
Tiba-tiba.... dari kejauhan sana berkumandang suara pekikan yang amat nyaring.
Dengan kening berkerut Cu Siau-hong segera berseru: "Kalian berjaga-jagalah disini, jangan bergerak, aku akan
pergi untuk melihat keadaan"
Sambil berbicara, tubuhnya telah melejit ke udara dan meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi. Dengan suara lirih Lik Hoo segera berseru:
"Ji-moay, sam moay, cepat menyebarkan diri dan perketat penjagaan"
Ui Bwee dan Ang Bo-tan segera mengiakan dengan cepat mereka membalikkan tubuhnya sambil bersiap siaga. Sementara itu, Tan Heng juga menarik napas, secara tiba-tiba tubuhnya langsung melambung lurus ke atas..
Tangan kanannya dengan cepat menyambar sebuah ranting pohon dan berjumpalitan, dalam sekejap mata dia telah menyembunyikan diri di balik dedaunan yang rimbun.
Baru saja Tan Heng menyembunyikan diri, sesosok bayangan manusia telah meluncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Tahu-tahu seorang kakek berbaju putih keperak-perakan telah munculkan dari sana. Biasanya orang yang sering kali melakukan perjalanan malam, mereka lebih suka mengenakan pakaian berwarna hitam pekat, sebab dengan warna pakaian yang gelap maka jejaknya akan sulit diketahui orang lain, tapi orang ini justru dia mengenakan pakaian yang berwarna putih keperak-perakan, Sambil mengangkat pedangnya Ui Bwee membentak keras:
"Berhenti !"
Suara bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang sangat keras, ditengah kegelapan suara itu berkumandang sampai ke tempat kejauhan sana.
Kakek berbaju putih keperak perakan itu menghembuskan napas panjang, lalu menegur. 'Bocah perempuan, apakah kau sedang berbicara dengan lohu?'
'Benar.."
Kakek itu segera mendengus dingin, katanya lagi dengan suara sedingin salju:
"Kau benar-benar seorang budak ingusan yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, tahukah kau siapa lohu?"
"Tidak tahu" Selama beberapa tahun ini Ui Bwe sekalian berdiam terus dibawah kebun raya Ban-hoa-wan sekian lama mereka tak pernah melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan, maka terhadap kakek berbaju putih keperak perakan inipun mereka merasa agak asing.
Terdengar kakek itu mendengus lagi.
"Hmmm. bahkan lohu saja tidak kalian kenali, itu berarti kalian benar-benar percuma melakukan perjalanan didalam dunia persilatan"
"Kami memang baru saja terjun kedalam dunia persilatan, jadi kamipun tak usah berbicara bohong untuk menipu dirimu"
"Selamanya bila lohu ingin membunuh orang maka aku selalu menegur lebih dulu sebelum membunuh", kata kakek berbaju perak itu dengan suara dingin, “kalau toh kalian tidak kenal siapa gerangan dengan lohu, itu berarti kalian adalah prajurit tak bernama dari dunia persilatan, tampaknya lohupun harus berputar lidah lebih banyak lagi'
"Berputar lidah lagi?"
"Betul, lohu harus memberitahukan dulu kepada kalian siapa gerangan diriku ini dan bagaimana caraku untuk membunuh orang kemudian harus mendamprat kalian lagi sebelum turun tangan, bukankah harus berputar lidah lebih banyak?"
'Untuk membunuh harus berbuat begitu merepotkan, pada hakekatnya hal ini jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan.”
Lik Hoo berseru tertahan, lalu katanya:
"Setelah itu apa pula yang hendak kau lakukan?.' "Setelah itu tentu saja lohu akan mengayunkan golokku untuk membunuh kalian"
"Baiklah!" kata Lik Hoo kemudian sambil tertawa, "kami akan pasang telinga baik-baik untuk mendengarkan ocehanmu lebih dulu."
Kakek berbaju perak itu mendehem pelan, kemudian berkata:
"Dengarkanlah baik-baik, lohu she Kian, bernama Hui seng, orang persilatan memberi julukan To ko bu seng (golok lewat tanpa suara)"
Mendengar ucapan tersebut Ui Bwee segera berpikir didalam hati:
"Tampaknya kakek ini suka sekali berbicara, apa salahnya kalau kugodanya dengan beberapa patah kata? Toh mengulur waktu bagi kami lebih bermanfaat daripada baginya.”
Berpikir demikian, dia lantas berkata. "Oooh, rupanya Kian locianpwe' "Ehmmm!."
'Locianpwe, mengapa orang lain menyebutmu sebagai si golok lewat tanpa suara?."
Kian Hui seng tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... bocah perempuan, pertanyaanmu sungguh menarik, kalau lohu tidak memberitahukan kepada kalian, mungkin kalian perempuan-perempuan muda yang baru terjun kedalam dunia persilatan tak akan mengetahui rahasia-rahasia tersebut" "Betul, itulah sebabnya kami ingin sekali memohon petunjuk darimu!"
"Permainan golok lohu terlalu cepat, dimana golokku lewat korban pasti tewas, bahkan suarapun tak sempat dijeritkan, itulah sebabnya orang menyebut diriku sebagai Golok lewat tanpa suara."
"Ooooh, rupanya begitu"
"Sekarang, lohu sudah menerangkat asal usul yang sebenarnya'
"Kami telah mendengarkan dengan sangat jelas"
Nah sekarang, kalian pasang telinga baik-baik, lohu hendak memberi pelajaran kepada kalian"
"Baiklah, kami telah memasang telinga, baik-baik untuk mendengarkan pelajaranmu itu" seru Lik Hoo sambil tertawa.
"Lohu sudah berusia lanjut, mempunyai nama besar dan kedudukan tinggi, sedangkan kalian tak lebih cuma beberapa orang bocah perempuan yang masih ingusan, berbicara terus terang, sekalipun umur kalian bertiga dijumlahkan menjadi satupun belum tentu bisa mencapai usia lohu, tapi kalian ternyata tak tahu diri, kalian berani bersikap kurang ajar kepada lohu.."
'Tidak, siapa bilang kami kurang ajar kepada kau orang tua? Kami toh selama ini sangat menaruh hormat kepadamu" sela Ang Bo tan dengan cepat.
Kian Hui seng menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, sahutnya setelah tertegun sebentar. "Itu kan sekarang, tadi apakah kalian bersikap menghormat kepada lohu?" "Yaa benar, tadi kami tidak tahu siapa gerangan dirimu dan bagaimana harus menghormati dirimu, tapi sekarang kami sudah tahu, tentu saja kamipun bersikap menghormat kepadamu"
"Oooh masuk diakal juga perkataanmu itu'
"Maka dari itu, kau tak boleh membunuh kami" seru Ang Bo tan lagi dengan suara cepat.
Kian Hui seng berkerut kening, lalu termenung dan membungkam diri dalam seribu bahasa..
Sedang Lik Hoo diam-diem pun berpikir:
“Bila kedatangan kakek ini adalah bermaksud untuk membunuh kami, sekalipun kami berbicara sampai robek mulutnya, belum tentu dia akan menyudahi persoalan ini dengan begitu saja, sebaliknya jika pihak lawan bukan pembunuh yang dikirim lawan, kakek ini tak kehilangan pamornya sebagai seorang lelaki sejati, tampaknya aku harus menggunakan sedikit kepandaian untuk menjebaknya agar bisa diketahui dia berasal dari mana"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kian locianpwe kau adalah seorang yang berbudi luhur dan berkedudukan terhormat, tentu saja apa yang kau bicarakan adalah kata-kata yang bisa diterima dengan akal sehat semua bukan?".
"Benar, lohu memang selalu mengutamakan soal cengli, soal pembicaraan yang bisa diterima dengan akal sehat"
"Yaa benar, selama locianpwe memberi pelajaran kepada kami, kami selalu menerima pelajaran dengan seksama, membantah sepatah kata saja tidak " sambung Ui Bwee. "Tapi lohu sudah bilang hendak membunuh kalian, toh apa yang telah kuucapkan itu tak bisa diingkari dengan begitu saja"
"Kau hanya menyinggungnya sebentar" seru Ang Bo tan pula, "rasanya kau takkan sungguh-sungguh membunuh diri kami bukan?"
"Soal ini .... apa yang lohu katakan selamanya bersungguh-sungguh dan tidak bersifat hanya berbicara saja?"
'Locianpwe, kau baru mengutamakan soal cengli, kau toh tahu bahwa kami tidak mempunyai kesalahan apa-apa yang bisa kau gunakan sebagai alasan guna membinasakan kami?' bantah Lik Hoo.
'Yaa, kecuali kalau kau memang bermaksud mengesampingkan soal cengli" sambung Ui Bwee.
"Selamanya lohu adalah seorang yang cengli, mana mungkin perbuatanku tidak berdasarkan cengli?"
"Kalau kau bicara diajak berbicara yang sebaik-baiknya maka hal ini lebih bagus toh usia kami bertiga bila dijumlahkan menjadi satu tak bisa melebihi usiamu? Yang paling penting lagi adalah kami bertiga sangat menghormati dirimu, coba bayangkan sendiri, masa kau hendak membunuh kami yang begitu menaruh hormat kepada mu?'
'Soal ini... soal ini, aaai, lohu benar-benar dibikin serba salah"
"Sebetulnya kesulitan apakah yang sedang kau alami?" tanya Lik Hoo.
"Kesulitan yang lohu alami mana boleh diketahui oleh kalian?" "Justru karena kami tidak tahu, maka kami ingin memohon petunjuk darimu" Aaai... tapi lohu tak boleh memberitahukan soal ini kepada kalian."
Setiap lelaki sejati tentu mempunyai kelemahan, orang ini memang boleh dibilang seorang Kuncu sejati, oleh karena itu tiga orang nona tersebut segera menggunakan akal dan daya upaya untuk memaksa kakek itu menuju ketitik kelemahannya sendiri.
Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang, kemudian berkata:
"Locianpwe, apakah kau sedang melaksanakan perintah orang lain untuk datang membunuh kami?."
"Omong kosong, lohu bukan seorang manusia yang suka diperintah orang, apalagi diperintah orang untuk melakukan suatu pembunuhan"
"Sam moay" Ui Bwe segera menegur, “orang lain toh seorang locianpwe yamg berkedudukan tinggi dan bernama besar dalam dunia persilatan, sebagai seorang yang tersohor dia dihormati banyak orang, masa dia sudi menuruti perintah orang lain"
"Yaa, benar" kata Kian Hui seng kemudian, "dalam dunia persilatan dewasa ini memang jarang sekali ada orang yang bisa memberi perintah kepada lohu."
"Betul juga perkataan itu! Kami merasa bahwa locianpwe bukan seorang manusia yang gampang menuruti perintah orang lain untuk melakukan suatu tugas"
"Benar"
"Locianpwe, selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, kami tiga bersaudara tak pernah menjumpai seorang kakek yang begitu baik dan gagah seperti kau orang tua, sungguh beruntung pada malam ini kami dapat menjumpainya, aku harap kau orang tua sudi memberi sedikit kenangan atau tanda mata kepada kami"
"Tanda mata? Tanda mata apa?"
"locianpwe, kalau soal itu mah kami merasa rikuh untuk mengemukakannya, lebih baik kau orangtua menentukannya sendiri"
"Lohu yang menentukan sendiri? Lohu bisa menentukan apa?"
"Misalkan saja kau orang tua merasa kami tidak terlalu menjemukan, lagipula paras muka kami rata-rata cantik rupawan, maka kau lantas mewariskan beberapa jurus ilmu silat kepada kami sebagai tanda mata"
"Oooh, kiranya begitu"
"Tentu saja hal ini merupakan harapan kami' seru Lik Hoo cepat, "apakah kau orang tua bersedia meluluskannya atau tidak, kami tak ingin memaksamya keterlaluan'
“Aaai... aaai... soal ini... soal ini... lohu, lohu .. lohu mungkin sukar buat lohu untuk meluluskan permintaan kalian itu".
"Mengapa?`
"Tidak mungkin, tidak mungkin, lohu tak dapat memberitahukan soal ini kepada kalian"
Wajahnya segera menunjukkan suata perasaan menderita yang sangat hebat kemudian tanpa berbicara lagi dia segera membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan langkah lebar.
Memandang bayangan punggung Kian Hui-seng yang menjauh, selapis rasa sedih muncul juga diatas wajah Lik Hoo, katanya kemudian. "Ji moay, sam moay, apakah kalian berhasil menemukan sesuatu?"
Ui Bwee segera mengangguk.
'Orang ini adalah seorang Kuncu, tapi dia telah dibelenggu sendiri oleh kata kebenaran!"
"Betul" sambung Ang Bo tan, "ia datang kemari dengan tujuan hendak membunuh kita semua, tapi dia telah kena dihadang maksudnya oleh kata "kebenaran" tersebut, maka dia pergi, pergi dengan membawa penderitaan serta siksaan batin."
Mendadak terdengar seseorang berseru sambil tertawa: "Kalian bertiga bisa mempunyai ingatan demikian, hal
ini membuktikan kalau sifat jelek kalian sudah banyak yang hilang..."
Ternyata yang berbicara adalah Cu Siau-hong, tampak dia berjalan mendekat dengan langkah pelan.
'Apakah kongcu sudah datang sedari tadi?" tanya Lik Hoo.
"Benar, akupun sempat mendengar tanya jawab yang berlangsung antara kalian dengan Kian sianseng itu".
?oooO)d.w(Oooo?
“KONGCU, apakah perbuatan kami kelewat licik atau melanggar jalan kebenaran?" Lik Hoo segera bertanya.
"Tidak, perbuatan kalian ini tidak terbilang suatu perbuatan jahat, inilah yang dinamakan suatu tipu muslihat dengan akal sehat"
"Kongcu, coba lihatlah, apakah orang ini sedang merasakan suatu penderitaan" "Benar, sewaktu berlalu tadi ia memang nampak sangat menderita dan tersiksa, bilamana perlu, aku rasa dia akan balik kembali kemari"
"Ooooh ?"
"Bila dia sampai kembali lagi ke sini, maka apa yang harus kita lakukan untuk menghadapinya?" tanya Ui Bwee.
'Orang ini adalah seorang lelaki sejati, maka bila suatu pertarungan dengan kekerasan bisa dihindari, lebih baik kita jangan sampai bertarung dengannya"
"Kongcu, andaikata kita berhasil mengorek penyebab dari penderitaannya itu, apapula yang hendak kita lakukan? membantu ataukah menghadapinya sebagai lawan?'
“Bila kita bisa memperbanyak bantuan orang sehingga memperbesar kekuatan, lebih baik kita manfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya, sebab hal itu berarti kita telah mengurangi kekuatan lawan, soal membantu atau tidak, soal ini mudah untuk diatasi, asalkan bagi kita tidak mendatangkan kerugian, maka kita bisa saja membantunya dengan sepenuh tenaga.”
Mendadak dia menarik napas panjang-panjang dan melejit ketengah udara, kemudian dengan suatu gerakan cepat dia menyelinap kebalik dedaunan yang rimbun.
Ui Bwe menarik napas panjang-panjang kemudian berseru:
"Kongcu, cara kami untuk menyelesaikan persoalan ini mungkin tidak terhitung baik, harap kongcu suka memberi petunjuk setiap waktu"
Dari balik rimbunnya dedaunan segera terdengar suara Cu Siau-hong sedang menyahut: "Lakukanlah menurut selera kalian sendiri dan hadapi dengan berani, bila mana keadaan memaksaku untuk menampilkan diri, aku akan munculkan diriku sendiri guna menggantikan kalian"
Baru selesai ucapan tersebut dikemukakan, dari kejauhan sana sudah nampak sesosok bayangan putih keperak perakan meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam waktu singkat dia telah berada kembali dibawah pohon, ternyata dia memang Kian Hui Seng.
Lik-Hoo segera maju sambil menjura, kemudian katanya: 'Menjumpai Locianpwe."
Dalam kenyataan ketiga orang nona itu memang bermaksud untuk menyudutkan posisi kakek itu, maka mereka bersama-sama membungkukkan badan untuk memberi hormat.
Kian Hui Seng segera menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru:
'Kalian tak usah banyak adat, kalian tak usah banyak adat, terpaksa lohu harus balik kembali lagi kemari, dan mungkin juga perbuatan selanjutnya akan menyalahi kalian"
'Oooh, locianpwe, ada urusan apa?”. Tanya Lik Hoo "Walaupun lohu tak ingin mencelakai kalian, akan
tetapi... akan tetapi...'.
"Akan tetapi kenapa?' sela Ui Bwee.
"Lohu... lohu merasa telah bersalah kepada kalian" "Aaaai, locianpwe tak usah sungkan-sungkan, ada
persoalan apa silahkan saja dutarakan" "Lohu datang kemari untuk membunuh kalian!"
"Membunuh kami? Kenapa? Locianpwe, bukankah kami sangat menaruh hormat kepadamu"
"Benar, kalian memang sangat menghormatiku, aku mempunyai kesan yang sangat baik kepada kalian, berbicara sesungguhnya aku sama sekali tak ingin mencelakai kalian, tapi keadaan yang kuhadapi sekarang berbeda, mungkin lohu tak mampu untuk melindungi kalian lagi"
"Locianpwe, apakah kau benar-benar ingin membunuh kami ?" seru Ui Bwee cepat.
"Benar, aku mempunyai kesulitanku sendiri, sebetulnya aku tak ingin datang kemari untuk mencari kalian lagi, tapi dalam kenyataan lohu sudah tidak bisa bebas menentukan pilihanku lagi'
"Locianpwe, kau mempunyai persoalan apa? Katakan saja, asal kami dapat melakukannya, pasti akan kami laksanakan tanpa membantah" kata Lik Hoo dengan cepat.
Kian Hui seng menjadi termangu-mangu untuk beberapa saat lamanya, kemudian tanyanya: 'Kalian hendak membantu diriku?"
"Benar?" jawab Ui Bwee, “kami menghormati dirimu dan perangaimu, maka kamipun bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran untuk membantu'
"Soal ini soal ini.... mungkin bantuan ini tak mungkin bisa kalian berikan, aaai... tentunya kalian tak akan memberikan tengkuk kalian akan kugorok bukan?"
"Soal mati dibedakan antara mati dalam masalah yang penting dan mati dalam soal sepele, seandainya kami mempunyai harganya untuk mati, asal locianpwee meminta kepada kami, kami segera akan menggorok leher kami sendiri"
'Soal ini mah tak usah, aku hendak memberi sebuah kesempatan kepada kalian, sekarang kalian bertiga boleh bekerja sama untuk melayani lohu'
"Maksudmu berkelahi?"
"Benar, lohupun tak boleh terlalu mencari keuntungan buat diri sendiri maka lohu dengan seorang diri akan melayani kalian bertiga untuk melangsungkan suatu pertarungan hidup mati".
"Locianpwe, terhadap orang yang berkedudukan mulia dan bernama besar semacam kau mana boleh kami melancarkan serangan untuk menghadapi dirimu "
"Kalian pun tak usah sungkan-sungkan lagi, sekarang loloskanlah senjata kalian bertiga!"
"Tunggu sebentar" seru Ang Bo tan, "locianpwe, dengan kau seorang melawan kami bertiga berapa persenkah kemenangan yang berada ditanganmu?."
Kian Hui seng menghela napas panjang.
“Sesungguhnya lohu sukar untuk menjawab pertanyaan itu.."
"Kenapa?"
'"Karena paling tidak sembilan puluh persen kemenangan berada di pihak lohu".
"Ini berarti kami sudah pasti akan mati"
"Benar, itulah sebabnya lohu sangat tidak tega untuk bertarung melawan kalian'
"Benar juga perkataan itu,kalau toh kau sudah merasa yakin untuk membunuh kami, tapi kau masih bersikeras untuk melancarkan serangan kepada kami, itu berarti suatu pembunuhan yang terencana namanya."
"Yaa, seharusnya memang demikian"
"Dengan nana serta kedudukan locianpwe di dalam dunia persilatan mengapa kau sampai melakukan perbuatan rendah semacam itu?'
"Sungguh mati lohu merasa tak ingin melakukan perbuatan semacam ini, tapi lohu tak berdaya untuk menghindarinya'
'Golok pembunuh berada di tanganmu, untuk membunuh orang, kau pun harus turun tangan lebih dulu, jika kau tidak bersedia untuk melakukannya, masa ada orang yang bisa memaksamu untuk berbuat demikian?".
"Kalau cuma ada orang yang memaksaku untuk berbuat demikian, aku tak akan takut kepada mereka"
"Kalau memang kau tidak takut di paksa mereka, lantas dikarenakan parsoalan apa?"
"Aku hendak menolong orang"
"Ang Bo tan segera menghela napas panjang.
"Aaaai. locianpwe jadi kau membunuh kami karena ingin menolong orang lain?" katanya
"Ya, memang begitu"
"Locianpwe, mereka orang dengan satu nyawa, kamipun orang dengan satu nyawa, dengan membunuh orang untuk menolong orang, apakah perbuatan semacam ini tak akan menodai nama baik serta kedudukanmu"'
"Aku... aku benar-benar tidak berdaya, aku tidak sepantasnya membunuh kalian tanpa sebab musabab, tapi ketiga lembar nyawa merekapun harus kutolong, sebab mesti antara manusia dan manusia tak ada perbedaannya, namun hubungan manusia satu dengan lainnya toh berbeda-beda"
"Apa bedanya? Semua toh manusia juga'
“Karena mereka adalah sanak keluargaku, mereka adalah istri dan kedua orang putri ku."
"Oooh. "
"Ketiga lembar nyawa mereka harus ditukar dengan nyawa kalian bertiga, coba bayangkan apa yang harus kulakukan sekarang."
"Aaaah .... segagah-gagahnya seorang enghiong, memang bakal lemah bila dihadapkan soal istri dan anak. " gumam Ang Bo tan.
'Aaaah, apa dayaku sekarang terpaksa aku mohon nona bertiga suka memaafkan perbuatanku ini"
"Apakah orang itu mengatakan banwa kau harus membunuh kami bertiga?"
"Itu sih tidak, dia hanya mengatakan tiga nyawa ditukar dengan tiga nyawa, asal ketiga nyawa tersebut adalah orang yang Ing-gwat-san-ceng, hal itu sudah lebih dari cukup, cuma. "
"Cuma kenapa?"
"Bila aku berhasil memperoleh satu lembar nyawa dari seseorangtertentu, maka aku dapat memperoleh kembali ketiga lembar nyawa istri dan putri-putriku'
"Oooh, siapakah orang tertentu yang dimaksudkan itu?"' 'Pemilik dari perkampungan Ing-gwat-san-ceng, Cu Siau hong" "Tampaknya jelas sekali keterangannya yang mereka berikan kepadaku, sampai-sampai nama dari majikan kami pun telah diberitahukan kepadamu"
'Benar! Semua gerak gerik kalian semua berada dalam pengawasan mereka, cuma sayang aku tidak bertemu dengan Cu Siau-hong, asal aku bisa menemukan dirinya maka kalianpun boleh tak usah mati"
'Padahal sekalipun kau bisa berjumpa dengan majikan kami, kaupun tak akan berdaya untuk menghadapinya”
"Kenapa?"
"Karena... karena, belum tentu kau dapat membunuhnya"
Paras muka Kian Hui seng segera berubah hebat, serunya dengan cepat:
'Kau mengatakan kalau aku tak mampu membinasakan dirinya?"
Tiba-tiba terdengar suara dedaunan berisik dan Cu Siau hong telah melayang turun dari atas pohon besar. Kian Hui seng segera mengawasi Cu Siau-hong, beberapa saat lamanya, setelah itu dia menegur..
'Kaukah cengcu dari perkampungan Ing-gwat-san-ceng?" "Betul akulah Cu Siau-hong!"
"Berapa usiamu tahun ini?' "Pentingkah persoalan ini?"
"Aaaai... dengan usia lohu setua ini, bila diharuskan membunuh seorang bocah seperti kau, apakah hal ini tak akan ditertawakan oleh umat persilatan?"
Orang ini memang terlalu banyak berbicara, walaupun dia sudah bertekad hendak membunuh orang, tapi masih banyak yang dirisaukan bahkan kuatir sekali bahwa perbuatannya itu akan mengganggu nama baiknya
"Kian tayhiap" ucap Cu Siau-hong kemudian, “jikalau kau masih merisaukan begitu banyak hal mengapa pula kau hendak membunuh orang?'
"Lohu tak ingin membunuh orang, tapi mau tak mau aku harus membunuh orang!"
"Kesulitan locianpwe telah kudengar dengan seksama" "Kalau begitu bagus sekali, tak usah lohu menjelaskan
sekali lagi kepadamu"
Cu Siau-hong manggut-manggut.
'Kian tayhiap, aku masih mempunyai banyak persoalan yang hendak memohon petunjuk mu!'
"Baik, katakanlah!"
'Bila kau berhasil membunuhku, tentu saja dapat menyelamatkan jiwa istri dan putrimu, tapi bila kau tak berhasil membunuhku, maka akibat macam apakah yang bakal terjadi?"
'Soal ini? Lohu masih belum pernah membicarakan tentang soal ini dengan mereka"
"Mengapa tidak dibicarakan?"
'Karena lohu merasa tak perlu untuk membicarakan persoalan semacam ini dengan mereka”
'Oooh.. apakah dikarenakan kau merasa yakin bisa membinasakan diriku "
"Lohu pun tak usah bersikap sungkan lagi denganmu, mungkin kau atau ketiga orang anak buahmu pasti akan berhasil menjadi korban di tangan lohu' "Seakan-akan kau merasakan yakin sekali akan hal ini"
"Benar, kalau lohu tidak mempunyai keyakinan, mereka pun tak akan mencari lohu untuk melakukan perbuatan ini"
Cu Siau-hong tersenyum.
"Tak usah merasa takut soal lain, yang ditakuti adalah seumpama sampai terjadi, seandainya Kian tayhiap sampai gagal dengan usahamu untuk membunuhku, bukankah hal ini justru akan mencelakai istrimu dan putri-putrimu?"
"Cu Siau-hong, apakah kau menganggap lohu bukan tandinganmu?"
"Aku tak ingin berbicara, tapi akupun tak ingin menilai rendah kemampuanku, dalam suatu pertarungan, maka soal menang kalah, masing-masing pihak berhak memegang separuh bagian'`
"Maksudmu, kesempatan untuk menang atau kalah diantara kau dan lohu masing-masing adalah separuh bagian?'
"Tampaknya Kian tayhiap seperti tidak percaya dengan perhitunganku?
"Tidak percaya sama sekali tidak percaya". seru Kian Hui-seng dengan suara dingin.
"Kian tayhiap, mengapa kau tidak balik dulu untuk membicarakan persoalan ini dengan majikanmu itu.."
Dengan sorot mata yang amat tajam Kian Hui seng memperhatikan seluruh badan Cu Siau-hong dari atas sampai ke bawah, setelah itu, katanya lagi:
"Bocah cilik, kalau dilihat dari parasmu kamu seperti mempunyai satu kepandaian yang hebat, tapi kau sudah pasti bukan tandingan lohu" 'Sekalipun kau Kian tayhiap pasti dapat menangkan diriku, rasanya juga tak perlu menyerempet bahaya tersebut, mengapa tidak balik dulu untuk membicarakan persoalan ini hingga jelas?".
Kian Hui seng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian ia menjawab.
"Aku rasa tak perlu, cuma lohu tanpa sebab tanpa musabab telah datang untuk membunuhmu, bagaimanapun juga aku merasa sedikit tidak tentram.."
"Kau tak usah minta maaf, budi dan dendam dalam dunia persilatan memang sering terjadi tanpa sebab, seandainya aku sampai tewas didalam pertarungan nanti, anggap saja memang kepandaianku sendiri yang tidak becus."
Mendadak Kian Hui seng mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaabhh... haaahh....haahhh, bagus, anak muda kau memang seorang pemuda yang sangat gagah, lohu bersedia meluluskan permintaanmu'.
"Meluluskan permintaan apa?"
"Bila lohu telah membunuhmu nanti, aku bersedia menyelesaikan suatu keinginan atau suatu harapanmu yang belum terselesaikan sekarang'.
"Tidak usah, harapanku kelewat banyak, sekalipun Kian tayhiap ingin membantu juga tak mungkin bisa membantunya...
"Cu cengcu sayang sekali kita harus berjumpa dengan suasana dan keadaan seperti ini, kalau tidak, lohu bersedia untuk mengikat tali persahabatan dengan dirimu'. “Tak usah sungkan-sungkan, kalau toh Kian tayhiap bersikeras hendak berbuat demikian terpaksa aku akan melayani keinginanmu"
"Cu cengcu dalam bidang senjata tajam, atau tangan kosong kah kepandaianmu paling sempurna."
"Kian tayhiap sendiri?"
'Ilmu golok lohu sangat baik, begitu golok berkelebat, orang pasti akan tewas, sehingga orang persilatan menyebutku golok lewat tidak bersuara, sedang soal ilmu tagan kosong lohu percaya kepandaianku dibidang inipun cukup lumayan, oleh karena itu Cu cengcu boleh memilih sesuka hatimu, cuma setelah pertarungan dimulai lohu hendak menerangkan lebih dulu, baik dalam soal ilmu pukulan maupun ilmu senjata, lohu tak akan berbelas kasihan kepadamu, oleh sebab itu kaupun tak usah sungkan-sungkan"
Cu Siau-hong termenung sebentar, kemudian katanya: "Mari kita mencoba tangan kosong dulu, jika menang
kalah belum bisa ditentukanm kita boleh lanjutkan bertarungan dengan menggunakan senjata tajam".
"Baklah, kau harus berhati-hati"
Begitu selesai ia berkata, kelima jari tangan kanannya telah diayunkan kedepan dada Cu Siau-hong.
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa.
Agaknya Cu Siau-hong telah mempersiapkan diri sedari tadi, dia segera menarik napas panjang dan tiba-tiba saja mundur sejauh tiga depa dari tempat semula.
Gerakan tubuh Kian Hui seng ibaratnya selapis cahaya tak berwujud yang bisa bergerak cepat, baru saja Cu Siau hong mundur, tahu-tahu dia sudah mengikuti maju pula kedepan sambil menerjang kearahnya.
Secara beruntun Cu Siau-hong harus berkelit sebanyak tiga kali sebelum berhasil menghindarkan diri dari serangan lawannya ini.
Setelah sadar kalau musuh yang dihadapinya sekarang adalah jago lihay dari dunia persilatan, diam-diam pemuda itu merasa terperanjat...
Dalam terkesiapnya, dia segera menghimpun segenap kemampuan dan perhatiannya untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Kian Hui seng tampak manggut-manggut sembari berkata:
"Bocah cilik, kepandaianmu hebat juga" “Terima kasih, kau terlalu memuji"
"Sekarang lohu hendak memberi sebuah kesempatan kepadamu untuk melancarkan serangan balasan."
"Kita sama-sama bertarung, rasanya kaupun tak usah mengalah kepadaku hati-hati, aku hendak melancarkan serangan balasan."
Tiba-tiba ia melompat kemuka sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat..
Kiam Hui seng menyaksikan serangan itu datangnya sangat dahsyat, dengan cepat dia mengayunkan pula telapak tangannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
Ketika sepasang telapak tangan saling bertemu, segera terjadilah suara benturan yang sangat keras.
"Blaaammm" Cu Siau-hong merasakan seluruh badannya seolah-olah dihantam oleh sebuah benda yang beribu-ribu kati beratnya, tanpa terasa badannya mencelat sampat setinggi satu kaki lebih sebelum berhasil mengendalikan diri lagi.
Buru-buru dia jumpalitan ditengah udara dan melayang kembali ketanah..
Dengan cepat Cu Siau-hong menarik napas panjang panjang, setelah itu pelan-pelan dia baru berkata:
'Kian tayhiap, sungguh sempurna amat tenaga dalam yang kau miliki.'.
Setelah menyaksikan pemuda melayang turun kembali ke tanah, Kian Hui seng memandangnya sambil menunjukkan rasa keheranan, ia menarik napas panjang panjang, lalu berkata:
"Cu cengcu, baik-baikkah kau?"
"Masih mendingan, serangan yang kau lancarkan barusan benar-benar mempunyai kekuatan yang mencapai beribu-ribu kati beratnya.."
'Tapi toh tidak berhasil melukai dirimu, juga tidak membuat kau kehilangan kemampuan untuk melanjutkan kembali pertempuran"