Jilid 46
“Dia muncul sebagai Khong Bu siang toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, maka sekarang kita pun meminta kepadanya untuk masuk kembali ke dalam perguruannya dengan kedudukannya sebagai Toa sengcu pula.”
“Ini namanya dengan gigi kita balas dengan gigi.”
“Pengaruh dari perguruan tiga malaikat terlampau besar, sekalipun kita berangkat dengan persiapan yang matang, toh sulit untuk mendapat keyakinan pasti berhasil, paling baik jika kita dapat mengacaukan keadaan mereka lebih dulu. Kini Ci im kiongcu sudah mati, tiada orang yang benar-benar dapat menguasai dan mengatur perguruan tiga malaikat lagi, hanya satu-satunya yang bisa diandalkan pihak perguruan tiga malaikat adalah organisasinya yang ketat, apabila kita bisa mengobrak abrik organisasi perguruan tiga malaikat dalam sekali pukulan, maka banyak kesulitan yang bisa kita hindari, atau dengan perkataan lagi kita bisa mengurangi banyaknya korban yang jatuh.”
“Apakah nona sudah mempunyai keyakinan yang pasti ?” tanya Kwik Soat kun. “Belum ada, saat ini terpaksa kita harus berencana sembari bertindak.”
“Nona Nyoo, ada satu hal entah sudah pernah kau bayangkan atau tidak.” “Soal apa ?”
“Apakah Khong Bu siang dapat diandalkan ?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Nyoo Hong leng tersenyum.
“Soal ini tak perlu kau kuatirkan, dia tak akan menghianati kita semua.”
“Apakah nona telah melakukan sesuatu pada tubuhnya ?” tanyanya lagi kemudian.
Nyoo Hong leng tidak menjawab pertanyaan dari Kwik Soat kun, dia memandang sekejap ke arah para jago, kemudian katanya.
“Mari kita berangkat !”
Dia mengulapkan tangannya kemudian berbisik kepada Buyung Im seng dan Khong Bu siang.
“Maaf, terpaksa aku harus mempersilahkan kepada kalian berdua untuk membuka jalan
!”
Buyung Im seng serta Khong Bu siang tidak menjawab, mereka segera beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Nyoo Hong leng segera menyusul dibelakang kedua orang itu dengan ketat, sembari berjalan katanya lagi.
“Mulai sekarang kalian harus bertindak lebih berhati-hati, karena setiap saat besar kemungkinannya kita akan berjumpa dengan sergapan dari orang-orang perguruan tiga malaikat.”
Seng Cu sian memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu berkata pula.
“Nona Kwik, kau pernah mengunjungi perguruan tiga malaikat, sampai kapan kita baru akan memasuki daerah terlarang dari perguruan tiga malaikat ?”
“Setelah melewati bukit disebelah sana…”
Belum habis dia berkata, mendadak terdengar suara pekikan burung elang yang keras bergema memecahkan keheningan.
Nyoo Hong leng segera berseru.
“Manusia-manusia berbakat dari perguruan tiga malaikat memang banyak sekali, jejak kita telah mereka ketahui.”
“Kau maksudkan pekikan elang tadi ? tanya Seng Cu sian, “menurut apa yang kuketahui, ahli dalam menjinakkan burung di dunia ini termasuk Ki hujin yang terhebat.”
“Aku tahu Ki hujin pandai menjinakkan burung, tapi orang yang melatih burung dalam perguruan tiga malaikat adalah toakonya.”
Seng cu sian berseru tertahan, kemudian tidak banyak bicara lagi.
“Seharusnya kita berangkat lebih awal hingga dapat menghindari pertarungan ini” kata Nyoo Hong leng, “aai… gara-gara kelewat banyak berbicara sampai waktupun terbuang.”
Sementara itu terdengar suara langkah kaki manusia yang ramai berkumandang datang.
Mendadak Nyoo Hong leng maju dua langkah ke depan, kemudian serunya dengan suara dalam.
“Bersiap-siaplah kalian berdua untuk menyambut serangan musuh.”
Buyung Im seng serta Khong Bu siang segera menghentikan langkah kakinya, kemudian bersama-sama meloloskan pedang yang tersoren di punggungnya.
Di saat kedua orang itu sedang meloloskan pedangnya, serombongan manusia berbaju kunign telah berlarian mendekat.
Nyoo Hong leng segera mengulapkan tangannya sambil berseru. “Sekaran kalian boleh turun tangan.”
Buyung Im seng maupun Khong Bu siang tidak mengucapkan sepatah kata pun, serentak mereka maju ke depan, sepasang pedangnya diangkat dan menerjang ke arah orang-orang itu
Tampak dua kilasan cahaya tajam berkelebat lewat seperti sambaran petir, kemudian menggulung ke dalam robongan manusia berbaju kuning itu.
Begitu kedua belah pihak bentrok, segera terdengarlah dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan, dua butir batok kepala manusia segera menggelinding ke atas tanah.
Ternyata begitu pertarungan berlangsung, Khong Bu siang dan Buyung Im seng telah membunuh seorang musuh.
Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap ke arah Pau Heng serta Seng Cu siang sekalian, kemudian berkata.
“Mereka berdua telah mempelajari ilmu pedang tingkat tinggi, bila pertarungan dibiarkan berlangsung, sudah pasti akhir pertarungan ini adalah keadaan yang mengenaskan.”
Sementara pembicaraan berlangsung, Buyung Im seng dan Khong Bu siang telah membunuh dua orang lagi.
Sambil menghela napas panjang Seng Cu sian segera berkata.
“Sudah banyak pertarungan seru yang pernah kujumpai, namun belum pernah kusaksikan sistem pembunuhan yang begini buas, kejam dan tak berperasaan, kalau keadaan seperti ini mah bukan pertarungan namanya, melainkan pembantaian secara brutal.”
“Sebenarnya ilmu pedang mereka tak sampai seganas dan sebuas ini….”ucap Nyoo Hong leng, “tapi berhubung mereka…”
Tampaknya dia seperti merasa salah berbicara maka dengan cepat membungkam kembali.
“Mengapa dengan mereka ?” tanya Pau Heng. “Oooh, mereka tidak apa-apa.”
“Kalau serangkaian ilmu pedang yang sama, mustahil bukan kalau secara tiba-tiba bisa berubah menjadi begitu buas, ganas dan brutal.”
“Tentu saja ilmu pedang tersebut tiada hubungannya dengan keadaan ini, sebab orang yang menggunakan pedang itulah yang mengatur seluruh perubahan jurus pedangnya.”
“Apakah nona mempunyai kesulitan untuk menerangkan persoalan ini kepada kami ?”
“Bukan kesulitan lagi namanya, melainkan aku memang enggan untuk mengutarakannya.”
“Kalau begitu, aku pun tak akan banyak bertanya lagi” ucap Pau Heng kemudian.
“Hal ini tak bisa salahkan kau banyak bertanya, hanya akulah yang enggan mengutarakannya.”
Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, Buyung Im seng dan Khong Bu siang telah membunuh semua belasan lelaki berbaju kuning tersebut.
Seng Cu sian segera mendekati mayat-mayat tersebut dan meneliti keadaan lukanya, setelah itu serunya.
“Benar-benar ilmu pedang yang amat ganas !”
Pelan-pelan Nyoo Hong leng maju kedepan dengan langkah pelan, setelah memandang kedua orang itu sekejap, katanya lembut :
“Sekarang, simpanlah pedang kalian itu.”
Pelan-pelan Khong Bu siang dan Buyung Im seng memasukkan kembali pedangnya kedalam sarung.
Memandang mayat yang bergelimpangan di atas tanah, Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian berbisik.
“Mari kita lanjutkan perjalanan.”
Tampaknya kedua orang itu menurut sekali dengan semua perintah dari Nyoo Hong leng, begitu mendengar ucapan tesebut, mereka segera melanjutkan perjalanannya ke depan.
Diam-diam Pau Heng menghitung jumlah korban yang terbunuh, kemudian katanya.
“Semuanya berjumlah empat belas orang, hanya di dalam waktu singkat mereka berdua masing-masing telah membunuh tujuh orang.”
Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah beberapa sosok mayat itu, lalu serunya.
“Khong Bu siang telah membunuh delapan orang sedang Buyung Im seng masih kalah setingkat, dia cuma sempat membunuh enam orang saja.”
“Kalau dilihat dari keadaan sekarang, rasanya sepanjang penyerbuan kita ke dalam perguruan tiga malaikat, kami bakal menganggur total…” seru Seng Cu sian kemudian.
“Khong Bu siang dan Buyung Im seng hanya berdua, bila kita menjumpai musuh dalam jumlah yang besar atau menjumpai orang yang berilmu sangat tinggi, terpaksa kalian harus turun tangan membantu.”
“Sudah kusaksikan jurus pedang yang mereka berdua gunakan dan aku yakin tak mampu mengungguli mereka, bila mereka saja tak mampu mempertahankan diri, apalagi kami semua ?”
“Keadaan kalian jauh berbeda bila dibandingkan dengan kedua orang ini, dihati kecil mereka sama sekali tidak mengenali perasaan takut atau was-was, tak kenal ampun dan tak pernah menyiapkan jurus serangan yang dipakai untuk melindungi diri, disinilah letak perbedaan jurus serangan mereka dengan orang lain. Lain dengan kita yang berotak sadar, hal ini tak mungkin bisa dilakukan, sebab setiap jurus serangan yang kita pakai, selain mengandung jurus serangan untuk melukai musuh juga mempunyai daya kemampuan untuk melindungi diri, asal jurus serangan tidak dipakai sampa lua selain mempunyai kasiat untuk menyerang juga memiliki sistem pertahanan. Tapi mereka berdua selalu menggunakan jurus serangannya sampai berakhir, kemampuannya untuk menyerang musuh hampir boleh dibilang dikerahkan sepenuh tenaga, meski memakai satu jurus serangan yang sama, namun penggunaan ditangan mereka justru akan menimbulkan daya kemampuan yang lebih hebat.”
“Ooh.. rupanya begitu” ucap Pau Heng, “tak aneh kalau aku sering merasa jurus pedang yang mereka gunakan seperti kukenal, tapi akupun merasakan perbedaannya.”
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah melewati dua buah tikungan bukit.
Tampak sebaris lelaki berbaju kuning kembali berdiri berjajar di tengah jalan menghadang jalan pergi mereka.
Mendadak Nyoo Hong leng mempercepat langkahnya menyusul Buyung Im seng serta Khong Bu siang, kemudian serunya.
“Berhenti !”
Waktu itu mereka berdua sudah berada tujuh delapan depa saja dihadapan manusia berbaju kuning itu, mereka serentak berhenti begitu mendengar perintah.
Nyoo Hong leng segera melewati kedua orang itu dan menghampiri manusia-manusia berbaju kuning itu, tegurnya sambil mengulapkan tangan.
“Siapakah pemimpin kalian ?”
Salah seorang lelaki berbaju kuning yang berada ditengah segera mengangkat senjata bwee hou toh nya, kemudian bertanya.
“Ada urusan apa ?” katanya kemudian.
Nyoo Hong leng menatap wajah lelaki berbaju kuning itu lekat-lekat, selang beberapa saat kemudian dia baru bertanya.
Walaupun Kwik Soat kun berdiri dua kaki jauhnya dari arena, namun dihati kecilnya sudah mengadakan persiapan, dia telah memilih satu sudut posisi yang amat tepat sehingga dapat menyaksikan mimik muka Nyoo Hong leng dengan jelas.
Dia sangat memperhatikan setiap gerakan Nyoo Hong leng walau sekecil apapun, dia perhatikan pula setiap patah kata yang diucapkan maupun perubahan mimik wajahnya.
Terdengar lelaki berbaju kuning itu berkata dengan suara sedingin salju.
“Aku mendapat perintah untuk melindungi tempat ini, setiap orang tanpa lencana Seng pau tidak diperkenankan melalui sini.”
“Ehm, kesadaranmu amat jernih dan bersih” kata Nyoo Hong leng sambil manggutmanggut.
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya dengan serius.
“Inginkah kau memulihkan kebebasan sendiri agar bisa menjumpai anak istrimu serta keluargamu ?”
“Aku tidak beranak istri !” sahut orang berbaju kuning itu dengan cepat.
Nyoo Hong leng tersenyum, mendadak dia bersenandung dan membawakan sebuah lagu dengan suara amat rendah.
Kwik Soat kun mencoba untuk memperhatikan senandung lagu itu dengan seksama, dia merasa suara nyanyian yang dibawakan oleh Nyoo Hong leng sekarang sama sekali berbeda dengan liam keng yang dilakukan gadis itu sewaktu berada dalam hutan tadi.
Bukan cuma nadanya saja yang berbeda, maknanya juga berbeda satu sama lainnya, tanpa terasa tergerak hatinya sesudah mendengar kesemuanya itu….
Diam-diam dia lantas berpikir.
“Ternyata perguruan tiga malaikat memang benar-benar amat kacau dan kalut….”
Tampak manusia berbaju kuning itu segera menampilkan perasaan terkejut dan tertegun kemudian pelan-pelan berubah menjadi tenang dan penuh kedamaian.”
Nyoo Hong leng segera menjulurkan tangannya ke muka, sambil memandang lelaki yang berada ditengah itu, katanya.
“Serahkan senjatamu kepadaku !”
Lelaki berbaju kuning yang berada ditengah itu pelan-pelan mengangkat senjata bwee hoa toh nya kemudian diserahkan ke tangan Nyoo Hong leng….
Setelah menerima senjata Bwe hoa toh tersebut, Nyoo Hong leng meletakkan senjata mana ke atas tanah, mendadak dia maju dua langkah ke depan, tangannya digerakkan dengan cepat menghantam beberapa kali diatas tubuh lelaki tersebut.
Sekujur tubuh lelaki berbaju kuning itu kontan saja bergoncang keras, mendadak ia jatuh terjengkang ke atas tanah.
Sambil mengulapkan tangannya Nyoo Hong leng berkata lagi dengan suara lantang. “Buang senjata kalian semua ke atas tanah !”
Sederet manusia berbaju kuning yang berdiri berjajar dihadapannyaitu seakan-akan sudah dikendalikan semua oleh Nyoo Hong leng, ternyata tiada yang membangkang atas perintahnya itu. Serentak semua orang meloloskan senjata masing-masing dan membuangnya ke atas tanah.
Nyoo Hong leng menggerakkan tubuhnya, dengan cepat dia berjalan menuju ke sisi manusia-manusia berbaju kuning itu.
Gerakan yang dia lakukan dengan cepat itu pada hakekatnya bagaikan sambaran petir, setiap kali melewati tubuh seseorang, tangannya tak pernah berhenti, setiap kali tentu bersarang telak ditubuh manusia berbaju kuning itu.
Tak selang beberapa saat kemudian, semua manusia berbaju kuning itu sudah terkena pukulan dan pada merentangkan lengan masing-masing, kemudian setelah menguap, mereka pada rubuh terjengkang ke atas tanah…
Menanti semua lelaki berbaju kuning itu sudah pada roboh terjengkang ke atas tanah, Nyoo Hong leng baru menghembuskan napas panjang, dia lantas berjalan mendekati Pau Heng, lalu katanya.
“Mari kita meneruskan perjalanan.”
Seng Cu sian memandang sekejap ke atas lelaki-lelaki berbaju kuning yang menggeletak diatas tanah itu, kemudian bertanya dengan agak heran.
“Nona, apa yang sesungguhnya telah terjadi ?” “Telah kutotok jalan darah mereka.”
“Mengapa mereka tidak melawan serangan nona tersebut ?”
“Disinlah terletak rahasia dari perguruan tiga malaikat, belum pernah ada perguruan yang memiliki kekuasaan sebesar ini dalam dunia persilatan bahkan tak sampai diketahui secara meluas oleh umat persilatan.”
“Tampaknya nona sangat memahami rahasia yag menyelimuti perguruan tiga malaikat ini.” ucap Pau Heng.
“Hanya sedikit yang kuketahui, namun belum secara keseluruhan, aku sedang menguji pendapatku sendiri.”
“Oooh…. rupanya begitu.”
Pelan-pelan Kwik Soat kun berjalan mendekat, lalu berkata pula dengan suara pelan.
“Nona Nyoo, kalau kudengarkan suara nyanyianmu itu, rasanya sedikit berbeda dengan suara nyanyian yang kudengar sewaktu berada dalam hutan.”
“Cara yang dipakai untuk mengusai mereka berbeda, tentu saja cara pembebasan yang kugunakan harus berbeda pula.”
“Bagaimana caramu untuk membedakannya ?”
“Aku harus memperhatikan hal ini dari mimik wajah mereka, aku harus dapat menduga dengan cara apakah kesadaran mereka terkendalikan. Bila cara yang digunakan tidak benar, maka hal ini tak akan menimbulkan reaksi apa-apa.”
“Aku dapat melihat kalau wajahmu kelihatan tegang sekali tadi.” Nyoo Hong leng tertawa hambar.
“Untung saja sekarang sudah lewat, mari kita melanjutkan perjalanan ke depan.
Pau Heng segera mempercepat langkahnya menyusul Nyoo Hong leng dan katanya. “Nona Nyoo, aku mempunyai masalah yang ingin kutanyakan kepadamu…” “Biasanya pendapatmu banyak sekali, nah, katakanlah !”
“Bukankah nona telah berjanji, setiap kali berhasil melewati satu pos penjagaan, maka kau akan mengungkapkan sedikit latar belakangnya ?”
“Benar, aku telah memberi sedikit penjelasan kepadamu barusan…” Pau Heng termenung sambil berpikir sejenak, lalu katanya lebih jauh.
“Mungkin nona telah terangkan, paling tidak kurang jelas begitulah buat kami.”
“Apa yang kuketahui telah kuucapkan, yang belum kuutarakan berarti belum kupahami” katanya kemudian.
Pau Heng tersenyum.
“Aku percaya dengan perkataan nona.”
Sementara pembicaraan berlangsung, kembali mereka telah melewati sebuah tikungan bukit. Dan sejauh mata memandang ke depan, tampak selapis pohon liu terbentang di kaki langit sana, lamat-lamat tampak pula pekarangan sebuah kuil.
Sembari menunjuk ke arah hutan liu didepan sana, Nyoo Hong leng berakata.
“Dibelakang hutan pohon liu itu terletak kuil Ban hud wan, disitulah pintu gerbang menuju ke markas besar perguruan tiga malaikat, bila kita telah melewati kuil ban hud wan berarti kita telah melangkah masuk ke daerah terlarang perguruan tiga malaikat.” katanya lagi.
Ia mengulapkan tangannya, Buyung Im seng dan Khong Bu siang dengan tiba-tiba saja memepercepat langkahnya menuju ke depan sana.
Nyoo Hong leng mempercepat pula langkahnya sembari berkata.
“Bu tok taysu merupakan seorang tokoh silat yang berada dalam keadaan mendusin dan berpikiran jernih, meski dia berwajah saleh dan penuh kelembutan, sesungguhnya merupakan seorang manusia berhati buas yang licik dan banyak tipu muslihatnya….”
Sementara itu, Buyung Im seng dan Khong Bu siang telah menyerbu masuk ke balik hutan liu.
Tampak kedua orang itu mencabut pedang bersama-sama, lalu diantara kilatan cahaya tajam, dua orang pendeta sudah roboh binasa diatas tanah.
Mendadak Nyoo Hong leng mempercepat langkahnya sambil memburu ke muka. Seng Cu sian menyusul dari belakangnya, sambil berseru.
“Nona suruhlah mereka jangan kelewat banyak membunuh orang, bersedia bukan ?”
“Pepatah kuno mengatakan : Kejahatan harus dibasmi seakar-akarnya, tahukah kau akan maksud dari perkataan itu ?”
“Seandainya mereka adalah orang-orang yang kehilangan kebebasannya, membunuh mereka sama artinya dengan membuat mereka jadi mati penasaran !”
Gerakan tubuh dari beberapa orang itu makin lama semakin bertambah cepat, sementara beberapa patah kata itu baru selesai diutarakan, mereka telah tiba dimuka kuil Ban hud wan.
Tampak Bu tok taysu dengan membawa belasan orang pendeta yang bersenjata lengkap telah menghadang dihadapan mereka.
Nyoo Hong leng segera melompat ke depan dan melayang turun di depan tubuh Khong Bu siang serta Buyung Im seng, kemudian mengulapkan tangannya memberi tanda berhenti kepada mereka agar berhenti, katanya kemudian dengan suara dingin.
“Bu tok, kau kenal dengan mereka berdua ?”
“Yang seorang adalah Buyung kongcu, seorang yang lain adalah Khong Bu siang yang telah menyaru sebagai Toa sengcu.”
“Kini, kami tak mempunyai waktu yang banyak, kau hendak menyingkir untuk memberi jalan lewat ataukah ingin binasa diujung pedang mereka ?”
Bu tok taysu menjadi tertegun. “Siaute mendapat perintah….”
“Perintah apa?” tukas Nyoo Hong leng sambil tertawa dingin tiada hentinya. “Perintah yang diturunkan dari ruang Seng tong !”
Sebenarnya Nyoo Hong leng sudah menunjukkan sikap tak sabar, tetapi setelah selesai mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba ujarnya sambil tersenyum.
“Toa sengcu kalian kini berada disini bagaimana mungkin dari ruang Seng tong bisa diturunkan perintah ? Sudah dapat dipastikan kalau perintah tersebut palsu.”
Dengan cepat Bu tok taysu menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Pada surat perintah tersebut dibubuhi dengan tanda khusus dari ruang seng tong, sudah pasti tak bakal salah lagi.”
“Bolehkah diperlihatkan kepadaku ?”
Bu tok taysu termenung sambil berpikir sejenak, kemudian sahutnya cepat. “Boleh saja, cuma aku mempunyai syarat.”
“Tentunya dalam hati kecilmu tahu, saat kuturunkan perintah berarti kesempatan bagimu untuk melanjutkan hidup, kecil sekali.”
“Itulah sebabnya pinceng menghendaki nona mengabulkan syaratku lebih dulu sebelum kuserahkan surat perintah itu, nona harus berjanji tak akan melukai pinceng lagi.”
“Aku lihat kesadaranmu masih jernih, mungkin selembar jiwamu masih dapat dipertahankan.”
Pelan-pelan Bu tok taysu merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan segulung kain putih dan menyerahkannya ke depan.
Nyoo Hong leng menerima gulungan kertas tadi, kemudian dibentangkan dan dibaca isinya.
Gulungan kain itu terbuat dari tenunan kain yang halus dan tipis seperti kertas, diatasnya hanya bertuliskan beberapa huruf yang berarti begini.
“Tahan musuh sekuat tenaga, bala bantuan segera tiba.”
Tulisan yang tertera disana berbentuk empat persegi, sudah jelas bukan ditulis dengan tangan, melainkan dicap dengan sebuah cap khusus.
Setelah memperhatikan beberapa saat, Nyoo Hong leng berkata lagi.
“Mengapa aku tidak menemukan hal-hal yang khusus dari kertas surat ini meski sudah kuperhatikan dengan seksama ?”
“Asal nona memperhatikan kertas kain itu dibawah sinar matahari, maka ciri khususnya akan kelihatan.”
Nyoo Hong leng segera mengangkat kain itu dan diperiksa dibawah sinar matahari, betul juga, dibalik kain putih itu tertera empat huruf besar yang berarti.
“Surat perintah dari Seng thong !”
Tulisan mana berwarna semu merah, bila tidak dilihat dibawah sinar matahari memang sukar tertampak.
Setelah memperhatikannya berapa saat lagi, Nyoo Hong leng masukan surat itu kedalam saku, katanya kemudian sambil tertawa.
“Bu tok, sekarang kau hanya mempunyai dua jalan yang bisa ditempuh, pertama adalah mengikuti aku dan menuruti perintahku, kedua adalah kau boleh turun tangan sekarang, aku akan memberi kesempatan yang baik untukmu agar kalian tak usah mati penasaan.”
Dengan cepat Bu tok taysu menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Pinceng tahu kalau kemampuanku bukan tandingan lawan, entah bagaimanapun juga, yang pasti pinceng tak memilih jalan kekerasan…”
“Kalau begitu, kau bersedia mendengar perintahku ?”
“Soal ini.. bagaimana kalau kau memberi sedikit waktu kepada pinceng untuk mempertimbangkannya ?”
“Tidak bisa, menyingkirlah sedikit”
Kemudian sambil berpaling ke arah Buyung Im seng dan Khong Bu siang, dia mengulapkan tangannya lagi sembari berkata.
“Bu tok, lebih baik kau menyaksika dahulu kelihaian jurus pedang mereka berdua sebelum mengambil keputusan.”
Begitu selesai berkata Buyung Im seng dan Khong Bu siang telah bersama-sama meloloskan pedangnya sambil melanarkan serangan dahsyat. Dengan cepat Bu tok taysu melompat mundur sejauh lima langkat ke belakang.
Dan belum sempat pendeta tersebut menggerakkan senjata mereka, ada empat orang diantaranya yang telah jatuh terjengkang ke tanah.
Kedua bilah pedang tersebut ibaratya dua ekor harimau yang lolos dari kerangkeng, tampak cahayan tajam berkilauan diangkasa lalu mendesak kawanan pendeta tersebut hingga sama mengundurkan diri sambil menghindar.
Tapi sayang gerak serangan pedang yang dilakukan kedua orang itu terlampau ganas, meskipun kawanan pendeta itu ingin mennyelamatkan diri, pada hakekatnya tiada kesempatan bagi mereka untuk berbuat demikian, diantara kilatan cahaya tajam, kawanan pendeta tersebut roboh bergelimpangan ke atas tanah.
Bu tok taysu segera merasakan gelagat tidak menguntungkan, dia membalikkan badannya siap menyelamatkan diri.
Nyoo Hong leng yang telah mengawasinya sedari tadi segera membentak keras. “Bu tok, bila ingin hidup jangan mencoba untuk melarikan diri….”
Bentakan mana membuat Bu tok taysu tertegun, ia berhenti dan berpaling sambil memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian katanya.
“Nona, pinceng hendak melihat-lihat dulu kebelakang sana, orang kuno bilang meski si hwesio kabur, hatinya toh tak bakal ikut lari, masa aku bisa kabur kemana ?”
Sembari berkata, tubuhnya ikut mundur ke belakang. Nyoo Hong leng segera berseru.
“Bila kau berniat mencari mampus, terpaksa aku pun tak bisa menghindari lagi.”
Di tengah bentakan nyaring tangan kanannya diayunkan ke muka, sekilas cahaya emas segera meluncur ke muka.
Menyaksikan datangnya sambaran cahaya keemasan itu, cepat-cepat Bu tok taysu menghimpun tenaga dalamnya sambil melompat ke belakang…
Sekalipun reaksinya cukup cepat dalam menghadapi setiap ancaman yang datang secara tiba-tiba, sayang cahaya emas itu datang lebih cepat lagi, dalam sekilas sambaran saja, tahu-tahu sudah beradad dibelakang batok kepala pendeta itu.
Bila Bu tok taysu mempercepat gerakannya sedikit lai, maka kebetulan sekali, maka kebetulan sekali kepalanya akan termakan oleh sambaran cahaya emas tersebut.
Sambil tertawa dingin, Nyoo Hong leng berseru.
“Hmm… rupanya kaburnya masih lebih lamban selangkah ketimbang apa yang kubayangkan semula, kalau kau belum puas, silahkan saja untuk mencoba sekali lagi.”
Bu tok taysu mendehem berulang kali.
“Nona, bila kau tak senang menyaksikan pinceng angkat kaki dari sini, biarlah pinceng menunggu disini saja.”
Ternayta situasi telah tidak memungkinkan baginya untuk kabur. Sementara itu Buyung Im seng dan Khong Bu siang telah memanfaatkan pula kesempatan tersebut untuk membantai semua pendeta yang berada di situ, kemudian dengan pedang berlumuran darah, mereka datang menghampiri Bu tok taysu.
Nyoo Hong leng segera melompat ke depan mendahului Buyung Im seng dan Khong Bu siang, kemudian mengulapkan tangannya, kedua orang itu segera berhenti.
“Bagaimana ?” tegur si nona kemudian sambil berpaling ke arah Bu tok taysu, “sudahkah kau pikirkan baik-baik ? Bila kau bersedia membantuku serta menghianati perguruan tiga malaikat, meski harus mati, paling tidak masih dapat hidup beberapa saat lagi. Sebaliknya bila kau menolak untuk menerima perintahku, sekarang juga kau akan tewas dalam keadaan mengenaskan. Kalau toh kau tidak takut mati, apa salahnya kalau hidup sesaat lebih lama ?”
“Pinceng sudah lama tidak puas dengan seagal perbuatan dari orang-orang Sam seng bun.”
“Tak usah memberi alasan lain kepadaku” tukas Nyoo Hong leng sambil mengulapkan tangannya, “waktuku sekarang lebih berharga daripada emas, yang kubutuhkan kini hanyalah jawabanmu !”
Bu tok taysu memandang sekejap ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah lalu berkata.
“Pinceng bersedia menuruti perintah nona.” Nyoo Hong leng tersenyum.
“Tampaknya orang yang tidak takut mati memang sedikit sekali di dunia ini.” katanya. Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.
“Sekarang tunjukkan jalan buat kami, beri tahu anak buahmu itu percuma saja mereka hendak melawan, sebab hal ini sama artinya dengan mencari kematian buat diri sendiri.”
“Pinceng mengerti.”
Dia membalikkan badan sambil maju ke depan, kemudian serunya keras-keras. “Letakkan senjata kalian dan berdirilah disamping, jangan memberi perlawanan !”
“Sekarang, apakah kau sudah mengerti ?” tanya Nyoo Hong leng secara tiba-tiba. “Hanya bisa dianggap mengerti lima bagian.” jawab Kwik Soat kun.
“Apakah kau ingin mencoba.”
Kwik Soat kun segera menggeleng.
“Perkataan nona terlalu serius…. siaumoay merasa tak memiliki kemampuan tersebut.”
Sambil berbincang mereka berdua meneruskan perjalanannya menuju ke depan, ketika pembicaraan selesai, mereka telah sampai di halaman kuil bagian belakang.
Tiba-tiba Bu tok taysu berhenti sembari berkata.
“Semua orang yang berada dalam kuil telah meletakkan senjata dan siap menerima perintah dari nona.”
“Ehm, bagaimana rencanamu untuk membereskan mereka ?” tanya Nyoo Hong leng. Bu tok taysu termenung sambil berpikir sejenak, kemudian sahutnya.
“Kami menunggu keputusan nona.”
“Kalau begitu pilihlah sepuluh orang diantara mereka yang berilmu silat paling tinggi, suruh mereka membawa serta senjata tajam andalannya.”
Bu tok taysu mengiakan, dengan cepat dia telah memilih sepuluh orang jago lihai yang membawa senjata lengkap, sesudah berdiri siap dia baru bertanya.
“Nona hendak menyuruh mereka berbuat apa ?” “Senjata apa yang kau pergunakan ?” tanya si nona. “Golok panjang !”
Sembari berkata dia mengeluarkan sebilah golok.
“Sekarang pimpinlah kesepuluh orang anak buahmu untuk membuka jalan bagi kami.” Bu tok taysu tertegun.
“Jadi… jadi kau suruh aku membantu kalian untuk meratakan jalan serta membunuhi orang-orang Sam seng bun ?”
“Betul, tindakan yang kalian lakukan sekarang sesungguhnya merupakan tindak penghianatan terhadap perguruan tiga malaikat, sehingga kendatipun kau enggan membantu kami, pihak sam seng bun pun akan menghukum kalian sebagai penghianat.”
Kembali Bu tok taysu termenung sambil berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata.
“Penjagaan yang diatur pihak Sam seng bun, makin ke dalam semakin bertambah kuat, lagipula selama ini pinceng hanya bertugas menjaga kuil Ban hud wan, selewatnya Ban hud wan, aku tidak paham.”
“Tak menjadi soal, kau cukup bergerak maju kedepan, biar kau tidak paham, aku mengusai dengan jelas bila kurang jelas tanyakan saja kepadaku.”
“Kepandaian silat yang pinceng miliki amat cetek dan terbatas, pinceng sangat kuatir tak bisa memikul tanggung jawab sebagai pelicin jalan bagi kalian.”
“Soal itu tak perlu kau pusingkan, yang penting bila kau tak mampu menghadapi orang, pasti ada yang akan membantumu.”
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa, Ba tok taysu berkata. “Baiklah, pinceng akan mempercayai nona.”
Dengan memimpin kesepuluh orang pendeta anak buahnya, dia segera berangkat lebih dulu menuju ke depan.
Setelah pendeta itu berangkat, Pau Heng segera menghampiri Nyoo Hong leng sambil berbisik.
“Nona, hwesio itu tak dapat dipercaya.”
“AKu tahu kalau ia tak bisa dipercaya” Nyoo Hong leng tertawa, “tapi kita hanya bisa memperalat manusia-manusia yang tak dapat dipercaya seperti itu.”
Pau Heng merasa tak mampu untuk menjawab, karena dia lantas mundur kembali.
Bu tok taysu dengan membawa kawanan pendetanya berjalan keluar dari kompleks kuil Ban hud wan menuju ke depan sebuah dinding tebing, sambil berhenti dan berpaling, katanya.
“Disini hanya terdapat sebuah pintu rahasia yang menghubungkan jalan rahasia di bawah tanah, untuk menuju ke markas besar perguruan tiga malaikat, kita harus melewati tempat itu.”
“Aku tahu, kau pasti mempunyai akal untuk menyuruh mereka membukakan pintu rahasia tersebut.”
“Seandainya berada di hari-hari biasa, mungkin saja aku dapat melakukannya, tapi tidak mungkin untuk hari ini, pihak Seng thong telah mengirim surat perintah untuk pinceng, berarti mereka pun sudah melakukan persiapan.”
“Ooh, sayang sekali, kalau toh untuk mencarikan akal untuk membukakan pintu rahasia saja tak punya, lebih baik kau dibunuh saja.”
Ia lantas mengulapkan tangan kanannya dan memberi tanda, Khong Bu siang segera mengiakan dan bergerak mendekati Bu tok taysu.
“Eeeh.. eeeh… tunggu sebentar, biar pinceng mencobanya dahulu….” buru-buru Bu tok taysu berseru dengan gelisah.
Nyoo Hong leng tertawa dan manggut-manggut.
“Selewatnya jalan rahasia ini, kau tak perlu berjalan di depan lagi.”
Sambil berkata dia percepat langkahnya ke depan dan menghalangi jalan pergi Khong Bu siang.
Pendeta Bu tok segera mendekati dinding sebelah kanan dan meneliti sebentar dengan seksama, kemudian dia mengetuk dinding batu itu tiga kali.
Sebuah pintu rahasia segera terpentang lebar.
“Bu tok, ada urusn apa ?” dari balik pintu terdengar seseorang menegur, bersuara dingin.
Belum sempat Bu tok taysu menjawab pertanyaan tersebut, mendadak Nyoo Hong leng mengayunkan telapak tangannya menghantam punggung Khong Bu siang dan Buyung Im seng satu kali.
Dua sosok bayangan manusia seperti anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur masuk kedalam pintu rahasia tersebut.
Bu tok taysu mendehem pelan, belum sempat mengucapkan sesuatu, dari balik pintu rahasia sudah berkumandang jeritan ngeri yang menyayat hati.
“Bu tok pimoin orangmu dan serbu ke dalam gua” perintah Nyoo Hong leng cepat.
“Nona, didalam gua rahasia ini banyak sekali alat jebakan, tak mungkin bisa dilawan dengan kekuatan biasa.” keluh sang pendeta ketakutan.
“Hmm.. rupanya kau takut mampus ?” Nyoo Hong leng tertawa dingin.
Tiba-tiba ia mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kiri Bu tok taysu, kemudian menyeretnya memasuki gua tersebut.
Bu tok taysu segera membentak keras.
“Hai, mengapa kalian tidak ikut masuk ? mau apa berdiri melulu di tempat itu ?”
Sepuluh orang pendeta itu mengiakan, mereka berebut maju melampaui Bu tok taysu lalu menyerbu ke dalam gua.
Lui Hua hong yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
“bu tok hwesio pengecut dan takut mampus, terperangkap di bawah kekuasaan nona Nyoo, dia betul-betul mati kutunya.”
“Setiap orang tentu mempunyai titik kelemahan, asalkan titik kelemahan seseorang telah ditemukan maka tidak sulit untuk menguasai dirinya, berbeda sekali kalau orang itu berjiwa besar dan pemberani….”
“Padahal nona Nyoo baru berusia belasan tahun” kata Seng Cu sian, “sekalipun dia cerdik, rasanya toh tidak mungkin bisa menilai orang secara tepat dalam sekilas pandangan saja.”
“Mungkin dia mempunyai cara lain untuk menentukan hal ini, mungkin juga dia
memiliki bakat alam yang luar biasa sehingga memiliki ketajaman mata yang luar biasa, bahkan siaumoay pun mempunyai suatu perasaan yang sangat aneh, seolah-olah antara kami dengan Nyoo Hong leng terpisah oleh suatu jarak yang amat jauh.”
“Kepandaian silatnya jauh lebih tangguh daripada kami, sudah barang tentu terpaut oleh suatu jarak tertentu.” ucap Pau Heng cepat.
“Itu mah jarak didalam hal ilmu silat, namun kenyataannya baik dalam kecerdasan, keanggunan maupun cara bersikap, kami semua tak mampu untuk menandinginya.”
“Benar,” seru Tong Lim sambil menepuk paha, “setelah nona Kwik berkata demikian, lohu pun mempunyai perasaan yang sama, entah bagaimanakah perasaan saudara yang lain ? Apakah mempunyai perasaan yang sama pula dengan lohu ?”
Padahal setelah Kwik Soat kun memberikan penjelasan tadi, di dalam hati kecil para jago telah timbul suatau perasaan yang sama, kecantikan Nyoo Hong leng luar biasa, namun keanggunannya seperti memiliki suatu daya pengaruh yang luar biasa, membuat orangorang yang bergaul bersamanya tak berani mempunyai sesuatu ingatan terhadap dirinya…..
“Saudara sekalian, harap ikut masuk kemari.”
Para jago saling berpandangan sekejap, kemudian bersama-sama memasuki gua yang gelap itu.
Sepanjang jalan tidak dijumpai hambatan apapun, namun semakin berjalan ke dalam suausan semakin bertambah gelap, setelah mencapai delapan sembilan kaki keadaannya sedemikian gelap sampai untuk melihat kelima jari tangan sendiri pun tidak bisa.
“Seharusnya sudah sampai ?” tiba-tiba Kwik Soat kun berbisik. “Apanya yang seharusnya sudah sampai ?”
“Dalam lorong rahasia ini terdapat tempat-tempat perangkap, seharusnya kita sudah sampai ditempat tujuan.”
Seng Cu sian segera merogoh ke dalam sakunya untuk mengambil alat pembuat api, dalam waktu singkat terpercik cahaya api yang menerangi sekeliling tempat itu.
Di bawah pancaran sinar terang, pemandangan di sekeliling tempat itupun dapat terlihat jelas.
Di sepanjang jalan tampak beberapa sosok mayat pendeta tergeletak tak menentu, dari luar tak nampak mulu luka namun dari mulut mereka mengucur keluar darah kental.
“Walaupun jarak dari mulut gua sampai disini ada delapan sembilan kaki, namun sepanjang jalan sama sekali tiada halangan apa pun” kata Seng Cu sian, “bila mereka berteriak kesakitan, seharusnya kita yang berada diluar dapat mendengarnya.”
“Tapi mereka tak sempat berteriak kesakitan lagi, rupanya serangan itu mematikan seketika” ucap Tong Lim.
Sementara mereka masih berbincang-bincang, dengan langkah pelan Nyoo Hong leng telah berjalan mendekat, sekulum senyuman sempat menghiasi wajahnya.
Begitu indah gerak geriknya, namun cepat langkahnya, seperti awan terhembus angin saja, dalam waktu singkat telah berada disisi para jago…
“Mana Khong Bu siang dan Buyung Im seng ?” Kwik Soat kun segera bertanya. “Mereka berada di barisan muka, sungguh tak kusangka perintang pertama bisa dilewati
dengan lancar dan mudah, padahal didalam lorong ini seharusnya terdapat banyak sekali alat jebakan, tetapi sekarang kita sudah tidak perlu menguatiri perintang-perintang itu lagi.”
“Aku lihat orang-orang dalam lorong rahasia ini sebagian besar menyembunyikan diri dibalik dinding batu, dengan cara apa nona berhasil menaklukan mereka ?”
“Kekuatan yang dimiliki pihak sam seng bun memang sangat besar dan merupakan kekuatan yang belum pernah dijumpai sebelumnya, di dalam dunia persilatan bila kita dapat menggunakan taktik yang benar menaklukan mereka adalah cara yang termudah.”
“Dengan taktik apa sih nona berhasil menaklukan mereka ?” tanya Seng Cu sian.
“Sesungguhnya taktikku amat sederhana, tapi termasuk pelik sekali, jadi tergantung pada mereka yang melaksanakan.”
“Rupanya nona mempunyai semacam rumus yang tepat untuk menghadapi keadaan semacam ini, buktinya orang-orang Sam seng bun dapat kau taklukan secara mudah.”
“Betul. Hanya saja meski taktikku amat sederhana, namun bila kurang tepat dalam pelaksanaan, bukan untung bisa jadi malah buntung…”
“Pokoknya segala sesuatunya terserah pada keputusan non sendiri, kami hanya menjalankan menurut perintah nona” janji Seng Cu sian.
“Begitu perguruan Sam seng bun berhasil ditumpas, maka tugas membangun kembali dunia persilatan beserta persoalan-persoalan lain yang pelik akan menjadi beban kalian semua.”
“Bagaimana dengan nona sendiri ?” tanya Kwik Soat kun. Nyoo Hong leng segera tertawa.
“Ooooh, cici ! Kita adalah kaum wanita, kapan sih ada wanita yang berhasil menempatkan diri sebagai pemimpin untuk memimpin suatu perjuanga besar ? Dari dulu ingga sekarang hanya Bu Ci thian seorang, itupun harus dimaki orang pada jamannya.
Kau tahu, menyetir dunia persilatan masih berapa ratus kali lipat lebih sukar ketimbang menjadi ratu atau kaisar.”
“Betul juga perkataanmu itu” kata Kwik Soat kun sambil menghela napas panjang, “bagaimana pun jua kami kaum wanita memang harus lebih rugi ketimbang orang lain….”
“Berbicara sial perempuan, aku merasa kagum sekali dengan ketua Li ji pang kalian, bila urusan disini telah selesai, aku ingin sekali bersua muka dengannya, moga-moga enci suka mengatur pertemuan ini.”
“Soal itu mah gampang, serahkan saja kepada siau moay.”
“Mari kita berangkat ! Bila mereka tidak membohongiku, semua alat jebakan yang berada di dalam lorong bawah tanah ini telah dipunahkan semua, sekarang kita boleh menempuh perjalanan dengan aman dan bebas tanpa rintangan.”
Kwik Soat kun tersenyum.
“Nona memiliki kecerdasan otak yang luar biasa dengan perencanaan yang matang, bila perguruan tiga malaikat dapt ditumpas kali ini, boleh dibilang hal mana akan merupakan suatu peristiwa besar yang akan menggetarkan seluruh dunia persilatan, sebagai seorang wanita siau moay pun turut merasa berbangga hati.”
Sembari melanjutkan perjalannya menuju ke muka, Nyoo Hong leng berkata.
“Tak usah menyanjung aku, hanya secara kebetulan saja aku menemukan kesempatan semacam ini.”
Dalam pada itu kawanan jago lainnya mengikuti di belakang mereka berdua dengan ketat.
Tiba-tiba Kwik Soat kun mempercepat langkahnya mendekati ke sisi tubuh Nyoo Hong leng, kemudian ujarnya.
“Nona, aku ingin menanyakan satu persoalan pribadi kepadamu” katanya kemudian. Nyoo Hong leng termenung sejenak, kemudian katanya perlahan, “Coba kau utarakan !”
“Aku lihat sikapmu terhadap Buyung Im seng maupun Khong Bu siang sama saja, seolah tidak menaruh perasaan belas kasihan.”
“Sudah kuduga semenjak tadi, persoalan inilah yang hendak kau ajukan kepadaku.” Setelah berhenti sejenak, lanjutnya lagi.
“Sebelum kujawab pertanyaanmu ini, sebaliknya aku hendak bertanya dulu kepadamu.”
“Siau moay tidak takut menghadapi pertanyaan, apa pun boleh kau ajukan, tapi kau belum menjawab pertanyaanku tadi.” katanya.
“Bila kau sudah menjawab pertanyaanku ini, urusan akan semakin mudah diselesaikan.”
Kwik Soat kun mengerdipkan matanya berulang kali, belum sempat berbicara, kembali Nyoo Hong leng telah mulai berkata.
“Bagaimanakah perasaan maupun kesanmu terhadap Buyung Im seng…?”
“Sangat baik, dia merupakan seorang pemuda yang jujur dan polos… pembawaannya mengesankan.”
“Bagaimana kalau siau moay menjadi mak comblang untuk menjodohkan kalian berdua. Aaaai ! Sesungguhnya dia adalah seorang lelaki yang sangat baik.”
“Apa pun yang hendak nona ucapkan siau moay selalu berpendapat bahwa kau menaruh suatu perasaan cinta yang amat mendalam terhadap Buyung Im seng.”
“Benar, dimasa yang lalu aku memang menaruh perasaan cinta yang mendalam terhadapnya, tapi diantara kami berdua terdapat suatu jarak tertentu yang memustahilkan bagi kami untuk bersatu. Aaai… ! Kau toh mengerti, saat ini aku masih berstatus istri Khong Bu siang !”
“Jadi nona bermaksud untuk tetap kawin dengan Khong Bu siang.. ?” Nyoo Hong leng segera tertawa.
“Sejak kapan kau mendengar ada hwsio yang memperistri seorang gadis ?” Kwik Soat kun jadi tertegun.
“Maksudku jelas sekali, meski sebutan aku masih berstatus istri Khong Bu siang, dalam kenyataannya akupun harus berbuat setia sebagai seorang istri dan tak boleh kawin lagi dengan orang lain….”
“Ehmm, kedengarannya seperti sangat masuk diakal, tapi setelah dipikirkan kembali seakan-akan tak berisi….”
“Asal kau dapat menemukan semacam alasan agar aku percaya, itu sudah cukup.” Kwik Soat kun segera mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, lalu katanya.
“Nona Nyoo, walaupun semua alat jebakan yang berada dalam lorong rahasia ini berhasil kau kendalikan, namun sewaktu melewati lorong ini, kiat masih harus menaiki kerera lori.”
“Tak usah kau risaukan, bukan saja semua alat jebakan dalam lorong rahasia ini telah kupatahkan, kereta lori pun sudah kupersiapkan di tempat.”
Sementara pembicaraan, mereka sudah sampai di tempat untuk menaiki kereta.
Seperti apa yang diucapkan, segala sesuatunya telah diperhitungkan Nyoo Hong leng secara tepat, karena memang sudah dipersiapkan di tempat tersebut.
Sambil mendehem pelan, Nyoo Hong leng segera berseru. “Saudara sekalian, sekarang kalian boleh naik ke atas kereta….”
Kecuali Kwik Soat kun , para jago sekalian belum pernah menaiki kereta lori semacam ini.
Maka Kwik Soat kun segera melangkah naik ke dalam kereta lebih dahulu, serunya. “Mari kita naik !”
Seng Cu siang sekalian segera beranjak dan naik kereta lori tersebut, menanti semua sudah siap, Nyoo Hong leng segera menitahkan untuk menjalankan kereta.
Kereta lori itu bergerak sangat cepat, tak selang berapa saat kemudian mereka telah melihat sinar terang, rupanya kereta lori itu sudah menerobos keluar dari dalam gua dengan cepat.
Tampak Buyung Im seng dan Khong Bu siang dengan pedang terhunus sedang berjaga di depan gua. Darah kental masih menetes dari ujung pedang mereka, sementara beberapa sosok mayat terkapar disekelilingnya.
Bu tok taysu berdiri di samping dengan golok terhunus berada di tangan kanan, lengan kirinya berlumuran darah.
Dari belasan hwesia pengikutnya, kini tak seorang pun yang nampak, sudah jelas mereka semua sudah tewas dalam lorong rahasia tersebut.
Pemandangan waktu itu sungguh mengenaskan, Buyung Im seng dan Khong Bu siang tegap berdiri tanpa emosi, seakan-akan mereka hanya robot pembunuh manusia yang tak berperasaan saja, kesemuanya ini menambah seram dan ngerinya suasana disitu.
Nyoo Hong leng mengulapkan tangannya, Buyung Im seng dan Khong Bu siang segera menarik kembali pedangnya lalu membalikkan badan melanjutkan kembali perjalanannya maju ke depan.
Tampaknya Bu tok taysu pun sudah dibikin mati kutunya. Ia tak berani banyak berbicara dengan cepat pula ia berjalan mengikuti dibelakang ke dua orang itu.
Memandang bayangan punggung mereka yang menjauh, Nyoo Hong leng menghela napas sembari berkata.
“Kalian adalah jago-jago yang sudah banyak berpengalaman didalam menghadapi ratusan pertempuran. Bagaimanakah perasaan kalian sekarang setelah menyaksikan kejadian seperti ini ?”
“Mengerikan dan menggidikkan hati, membuat hati orang serasa tercekat….” jawab Seng Cu sian.
“Yang kumaksudkan sebagai menyeramkan dan mengerikan bukanlah dalam hal pertempuran, melainkan untuk suasana disekitar tempat ini, seolah-olah kita sedang berada di dalam neraka….”
“Disinilah letak kelihaian dari orang-orang perguruan tiga malaikat, mereka telah mengumpulkan pelbagai jago lihai dari berbagai perguruan maupun partai yang ada di dunia ini, tapi mereka semua diperalat tanpa sadar.”
“Bolehkah kuajukan sebuah pertanyaan ?” sela Pau Heng sembari menggeleng. “Baiklah, katakan saja !”
“Dengan mempergunakan cara apakah nona dapat menguasi Khong Bu siang dan Buyung Im seng sepenuhnya sehingga keadaan mereka ibaratnya mayat hidup yang berkepandaian sangat tinggi ? Tampaknya kecuali menerima perintah darimu untuk melakukan pembantaian besar-besaran, mereka tidak mengetahui tentang persoalanpersoalan lainnya, sanak maupun keluarga….”
“Seandainya mereka masih mempunyai perasaan perikemanusiaan, masih dapat mengenali sanak keluarga, maka kedahsyatan dari jurus serangan pedang mereka akan menjadi makin lemah, karena saat itu mereka berdua memikirkan juga usaha untuk melindungi keselamatan sendiri…”
“Omitohud !” Kiu ji taysu mengucapkan pujian kepada sang Buddha, “tidakkah kau merasa terlalu keji untuk memperalat mereka berdua menjual nyawa bagi kau ? Lagi pula menggunakan seorang manusia yang telah kehilangan kesadarannya untuk menghadapi musuh, bisa jadi mereka pun dapat dipakai untuk menyikat rekan sendiri.”
“Tidak menjadi masalah. Aku mempunyai cara yang amat sempurna untuk mengendalikan gerak gerik mereka secara cermat dan seksama, asalkan kau pun bisa menguasai cara ini, mereka akan tunduk pula pada perintah kalian.”
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih lanjut.
“Perguruan tiga malaikat bisa jauh lebih tangguh dari pada partai-partai lainnya karena mereka memiliki cara mengendalikan jago-jagonya secara sempurna, maka dari itu barang siapa dapat menguasai pula kepandaian tersebut, maka dia akan berhasil menguasai perguruan tiga malaikat.”
Sementara itu beberapa orang tersebut sudah berada di depan barisan bunga, sejauh mata memandang hanya aneka bunga yang terbentang di depan mata.
Tampak Buyung Im seng dan Khong Bu siang berhenti di depan barisan bunga dengan pedang terhunus, sedangkan Bu tok taysu dengan golok terhunus berdiri di belakang kedua orang itu.
Nyoo Hong leng segera berjalan menghampiri barisan bunga itu, sesudah teliti sekejap, dia berpaling sembari berseru.
“Siapakah diantara kalian yang menguasai ilmu Ngo heng ?”
“Aku mengetahui sedikit” jawab Pau Heng.
“Mari kita membagi rombongan menjadi dua bagian untuk bersama-sama memasuki barisan ini, bisa ditengah barisan bertemu dengan musuh untuk mengatasinya pun akan lebih mudah.”
Sementara itu Pau Heng telah memperhatikan sekejap barisan bunga itu, lalu berkata.
“Tampaknya semua perubahan dari barisan bunga ini terletak di tengah rimbunnya aneka bunga tersebut, jika kita berjalan di atas jalan kecil itu maka tak akan susah tersesat di dalam barisan mana.”
“Benar, asal kau dapat mengikat lawan dan setiap kedudukan ngo heng ini dan tidak membiarkan orang lain memasuki barisan hal ini sudah lebih dari cukup.”
Tiba-tiba si dewa ular Tong Lim tertawa, timbrungnya.
“Aku mempunyai sebuah akal yang sangat bagus, entah akalku ini bisa dipakai atau tidak.”
“Apa akalmu ?”
“Kita lepaskan api untuk membakar bunga ini sampai ludas, dengan demikian bukankah perjalanan kita semakin gampang ?”
Nyoo Hong leng segera menghela napas panjang.
“Aaai, meski caramu itu baik, namun sayang sekali barisan bunga ini tidak mudah terbakar, lagi pula kita pun tak ada cukup waktu untuk menunggu barisan bunga ini ludas dimakan api, kita harus memburu waktu untuk mencapai kota batu dibawah tanah secepatnya. Aaai, apabila kita harus menunggu sampai mereka melakukan persiapan, maka banyak kesulitan yang akan kita jumpai.”
Berbicara sampai disitu, sembari berjalan lebih dulu memasuki barisan bunga tersebut, dia berkata lagi.
“Harap saudara sekalian berhati-hati dan mengikuti setiap langkahku dengan seksama, ketahuilah Ngo heng adalah semacaam ilmu yang terdiri barisan dari lima unsur kekuatan. Barisan ini merupakan semacam ilmu barisan dengan perubahan yang luar biasa, sulit bagiku untuk menerangkan kepada kalian semua dalam keadaan yang begini, maka akupun tidak akan memberi penjelasan lebih jauh, harap kalian semua ikuti petunjukku…”
Dengan gerakan yang sangat berhati-hati berjalanlah kawanan jago tersebut memasuki barisan bunga itu.
Semakin kedalam pemandangan alam disitu, namun anehnya tak nampak seorang manusia pun yang berada disitu, tak kedengaran pula sedikit suara pun, padahal waktu itu sudah mendekati tengah hari, matahari bersinar amat cerah, seharusnya saat-saat seperti itu merupakan saat-saat yang paling ramai.
“Aaai…!” Seng Cu siang menghela napas panjang, “sudah puluhan tahun lamanya aku berkelana di dalam dunia persilatan, namun belum pernah kusaksikan pemandangan alam seindah ini…”
“Indahnya memang indah” sahut Pau Heng, “tapi sayang sekali terlalu sunyi, seharusnya di tempat yang begini indah dengan aneka bunga sedang mekar, burung akan terbang dan berkicau memecahkan keheningan, namun kenyataannya tak kedengaran sedikit suarapun.”
Begitu ucapan tersebut diutarakan, para jago segera merasakan pula akan hal tersebut, mereka segera mendongakkan kepalanya dan memperhatikan sekejap keadaan disekeliling situ, benar juga tak nampak seekor burung pun yang berkicau disitu.
Kwik Soat kun menghela napas panjang, katanya kemudian.
“Bila kita sudah melewati barisan bunga serta pepohonan yang rindang itu, maka kita akan tiba disebuah kompleks perumahan dan disitulah akan kita saksikan sebuah kota dengan berbagai pemandangan yang jauh lebih aneh. Dinding di kota berwarna abu-abu dengan perubahan batu yang berderet-deret, di dalam setiap bilik akan dijumpai manusianya, namun setiap rumah berada dalam keadaan tertutup rapat, bila kita membuka pintu ruangan tersebut, dengan cepat akan menimbulkan kesulitan yang besar.”
“Apakah kota berwarna abu-abu itu yang dimaksudkan sebagai kota batu dibawah tanah
?” kembali Pau Heng bertanya.
Dengan cepat Kwik Soat kun menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Bukan, kota batu bawah tanah berada di tempat lain dengan pemandangan yang jauh lebih aneh, tempat tersebut terletak dibawah lapisan tanah dengan banyak lorong rahasia yang menghubungkan tempat satu dengan yang lainnya, tapi penjagaan disitu sangat ketat.”
Pau Heng celingukan kesana kemari, namun belum nampak juga Nyoo Hong leng yang berada pada rombongan lain, dengan perasaan gelisah dia lantas bertanya.
“Kemana perginya nona Nyoo ?”
“Mereka pasti berada dibarisan muka, sekarang kita saja sudah meninggalkan barisan bunga, merekapun sudah berada didepatn kita.”
ooOoo
Dengan cepat Pau Heng menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya dengan cepat. “Aku lihat keadaan di dalam hutan ini sedikit rada kurang beres….”
“Bagaimana kurang beresnya ?” tanya Lui Hua hong.
“Kalau kulihat dari bentuk hutan ini, nampanya seperti pula semacam barisan.” “Barisan apa ?”
“Aku tak dapat menduganya, bila aku dapat mengenali barisan ini, semenjak tadi sudah kuajak kalian untukmasuk ke dalam hutan tersebut….”
“Apakah kita harus menunggu saja disini ?” tanya Seng Cu sian. “Benar, kita harus menunggu sampai nona Nyoo kembali.”
“Bila dia tidak kembali, apakah kita harus menunggu terus untuk selamanya ?”
“Nona Nyoo menitahkan kepadaku untuk memimpin saudara sekalian, aku merasa tugas dan tanggung jawab ini terlalu berat, maka akupun tak berani bertindak secara gegabah.”
Mendengar perkataan tersebut, Seng Cu sian segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaah….haaaahh… haaaah… saudara Pau, nampaknya daripada seseorang diberi tanggung jawab, lebih enteng orang yang sama sekali tak bertanggung jawab. Dahulu ketika hatiku sedang dibebani tanggung jawab untuk membalaskan dendam bagi toako, saban hari aku pun mesti meningkatkan kewaspadaan, setiap malam tak dapat tidur nyenyak, tak dapat makan dengan lahap. Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya sekarang, tiba-tiba saja hatiku menjadi lebih ringan dan santai, sekalipun berada dalam keadaan berbahaya, hatiku tetap santai dan ringan sekali.”
“Nona Nyoo Hong leng” tiba-tiba Kwik Soat kun berbisik.
Ketika semua orang mendongakkan kepalanya, tampak Nyoo Hong leng sedang berjalan mendekat dengan langkah yang pelan sekali.
Tak selang berapa saat kemudian Nyoo Hong leng sudah berada disisi hutan tersebut.
( Bersambung ke jilid 47 )