Jilid 32
"Kenapa ? Masa kaupun hendak mengingkari janjimu memperbolehkan kami bertanya tentang satu hal."
Kakek berbaju hijau itu tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, dia memanggil dua orang dayang yang berada di pintu luar, seraya perintahnya: "Kalian bereskan dulu mangkuk dan cawan yang ada di meja dan segera mengundurkan diri, sebelum mendapat panggilan dari lohu, siapapun dilarang masuk kemari mengusik ketenangan kami."
Dua orang dayang tersebut mengiakan, selesai membereskan cawan dan mangkuk, mereka segera mengundurkan diri.
Memandang hingga kedua orang dayang itu pergi jauh, kakek berbaju hijau itu berkata.
"Sekarang nona boleh mengajukan pertanyaan."
"Apakah Buyung Tiang kim masih hidup di dunia ini ? Sekarang dia berada dimana ?"
Kakek berbaju hijau itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya : "Nona mengajukan dua pertanyaan, sedang lohu hanya dapat menjawab satu saja diantara kedua pertanyaanmu itu."
"Putra Buyung Tiang kim berada di sini sekarang, apakah dia masih hidup di dunia ini semestinya yang menjadi putranya lebih menaruh perhatian daripadaku, maka aku hanya ingin tahu saat ini dia berada dimana ?"
Kakek berbaju hijau itu tersenyum.
"Dia berada didalam kota batu ini" jawabnya.
"Aku maksudkan sekarang dia berada dimana ?" seru Nyoo Hong leng dengan suara dingin.
Kakek berbaju hijau itu kembali tertawa.
"Dia berada didalam kota batu di bawah tanah ini, lohu toh tidak salah menjawab !" "Aku tahu aku bakal tertipu, maka itulah kuajukan pertanyaan ini paling dulu." Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, kemudian ujarnya lebih jauh.
"Kau harus berpikir lebih dulu sebelum mengajukan pertanyaanmu, ketahuilah pertanyaanmu itu menyangkut suatu akibat yang besar sekali, bila pertanyaanmu itu benar, maka perubahan situasi maupun pertikaian yang ada dalam dunia persilatan meski belum bisa dipahami secara keseluruhan, namun sudah bisa dicari setitik cahaya terang, sebaliknya bila kau salah bertanya maka kita harus
menduga-duga saja, kesempatan baik semacam ini belum tentu ditemukan secara mudah."
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, Buyung Im seng memperhatikan wajah kakek berbaju hijau itu lekat-lekat kemudian berkata :
"Aku sangat berharap kau bukan Buyung Tiang kim !" Kakek berbaju hijau itu tertawa hambar.
"Apa yang hendak kau tanyakan ? Kalau lohu menjawab pertanyaanmu itu, berarti kau sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengajukan pertanyaan." "Apakah kami berdua hanya diperbolehkan mengajukan dua pertanyaan saja ?" kembali Buyung Im seng bertanya.
"Benar"
"Aku ingin menyerahkan hak pertanyaanku ini untuk nona Nyoo seorang.."
"Bila kau percaya kalau pertanyaannya itu dapat mengungkapkan seluruh keadaan yang sesungguhnya, tentu saja kau boleh berbuat demikian."
"Kecerdasan nona selalu jauh melebihi diriku, biarlah dia saja yang mewakili aku mengajukan pertanyaan itu !"
"Baik !" kata Nyoo Hong leng kemudian sambil mengangguk, "ada beberapa persoalan mungkin kau memang merasa kurang leluasa untuk menanyakannya.." Sambil menumpangkan tangannya di atas meja pendek, dia bertopang dagu dan termenung sambil memutar otak.
Menyaksikan keadaan nona itu, dengan suara rendah Buyung Im seng segera bertanya.
"Apa yang sedang kau pikirkan ?"
"Aku sedang berpikir bagaimana harus mengajukan pertanyaan kepadanya ? Kini sudah mengetahui Buyung Tiang kim berada didalam kota batu ini, maka aku harus mencari suatu pertanyaan yang tak mungkin bisa dihindari lagi."
"Betul" ujar kakek berbaju hijau itu sambil tertawa hambar, "walaupun hanya sepatah kata saja, namun harus dipikir dahulu dengan kecerdasan otak tingkat tinggi."
Nyoo Hong leng tersenyum.
"Bertaruh kelicikan, bertaruh akal bulus, tidak bertaruh dengan orang yang mengingkari janji, kau tak boleh memutar balikkan duduknya persoalan yang sebenarnya..."
"Setiap jawaban yang lohu berikan, sudah barang tentu dapat dipertanggung jawabkan"
"Kau tak dapat menampak suatu jawaban, juga tak dapat mengatakan kata tidak bukan ?"
"Baik, tanyalah !"
"Aku hanya ingin beradu satu jurus ilmu pukulan dengan Buyung Tiang kim !" kata Nyoo Hong leng pelan.
Begitu mendengar perkataan itu, kakek berbaju hijau itu berdiri tertegun, jelas dia sama sekali tak menyangka kalau Nyoo Hong leng bakal mengajukan pertanyaan itu.
Tampak sepasang matanya berkilat tajam, pelan-pelan ujarnya :
"Boleh saja, cuma lohu pun harus menerangkan satu hal dulu kepadamu" "Soal apa ?"
"Ilmu silat yang dimiliki Buyung Tiang kim sangat lihai, bila nona bersikeras hendak beradu satu jurus serangan dengannya, kemungkinan selembar jiwamu akan melayang."
"Aku tidak takut !"
Mendadak kakek berbaju hijau itu membalikkan tubuhnya sambil mengusap ke atas wajahnya sendiri, setelah melepaskan selembar topeng kulit manusia pelanpelan dia membalikkan tubuhnya sembari berkata.
"Lohulah orangnya !"
Nyoo Hong leng segera menghela napas panjang.
"Sejak tadi sudah kuduga kalau kaulah orangnya, aku tidak habis mengerti mengapa kau mesti memperlihatkan pelbagai permainan semacam ini kepada kami
?"
Walaupun semenjak tadi Buyung Im seng juga berpendapat demikian, tapi setelah kakek berbaju hijau itu mengakui asal usul sendiri yang sebenarnya, tak urung dia merasakan juga hatinya bergetar keras.
Lama sekali dia berdiri termangu sebelum akhirnya menjatuhkan diri berlutut seraya berkata :
"Ananda menjumpai ayah !"
Dengan wajah amat serius Buyung Tiang kim berkata dingin.
"Jika aku ingin mencelakai kalian berdua, pada hakekatnya kalian tak akan sanggup memasuki kota batu itu"
Dia mengulapkan tangannya, segulung tenaga pukulan yang sangat kuat segera menahan tubuh Buyung Im seng.
"Kau boleh berdiri saja" tukasnya.
Buyung Im seng merasakan tenaga yang menahan tubuhnya itu kuat sekali, sehingga tanpa bisa dicegah tubuhnya segera terangkat kembali dari atas tanah. Tiba-tiba Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang. "Aah... selama hidup kau berbuat kebajikan dan mulia, entah berapa banyak jago persilatan yang menaruh perasaan terima kasih kepadamu, aku benar-benar tidak habis mengerti mengapa kau harus mendirikan perguruan Sam seng bun untuk mengobrak abrik dunia persilatan hingga kacau balau tak karuan ?"
Paras muka Buyung Tiang kim amat dingin seperti es, seperti menjawab tidak menjawab ia berkata :
"Kalau toh dalam hati kecil kalian sudah menduga kalau aku adalah Buyung Tiang kim, tidak sepantasnya jika kalian memaksa diriku untuk mengakui identitasku yang sebenarnya sehingga terpaksa harus menjumpai kalian dengan raut wajah yang sebenarnya."
"Walaupun lautan penderitaan tidak bertepian, berpaling adalah daratan"kata
Nyoo Hong leng.
"Tutup mulut, lohu dengan usia setua ini, masa tidak mengerti akan arti perkataan itu ?"
"Lantas apa yang hendak kau lakukan ?"
"Lohu hendak menyaksikan kalian mati di hadapanku !"
"Sebuas-buasnya harimau, dia tak akan menerkam anaknya sendiri, aku tidak percaya kalau kau begitu tega untuk membunuh putera kandungmu sendiri"
"Dia bukan puteraku !" seru Buyung Tiang kim tiba-tiba.
Perkataan tersebut bagaikan godam seberat ribuan kati yang menghantam di atas dada Buyung Im seng, kontan saja membuat dia sedih, terperanjat dan tercengang. Tapi justru perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini membuatnya bersikap jauh lebih tenang.
Pelan-pelan dia menyeka noda air mata yang membasahi wajahnya, kemudian berkata :
"Ananda membawa sepucuk surat, bagaimana kalau locianpwe memeriksanya lebih dahulu ?"
Dengan cepat Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya
:
"Tak usah dilihat lagi, apa yang telah terjadi selama ini sudah kuketahui cukup jelas."
Nyoo Hong leng yang berdiri disamping, pelan-pelan bergeser ke sisi Buyung Im seng, kemudian hiburnya dengan suara lembut :
"Ooh, toako ! Sekalipun kita enggan menyerah kalah dengan begitu saja, tentunya kau juga tahu bukan bahwa kesempatan bagi kita untuk meninggalkan tempat ini kecil sekali ?"
Buyung Im seng merasa yaa kagum yaa malu setelah menyaksikan sikap si nona yang luar biasa tenangnya itu, diam-diam pikirnya :
"Aaai, tampak aku memang seorang lelaki lemah, sampai seorang anak gadis pun tidak sanggup ku ungguli."
Dan berpikir sampai di situ, perasaan hatinya yang berat mendadak menjadi lebih terbuka dan enteng, sambil tersenyum sahutnya kemudian, "Setelah berhasil kutemukan kita ilmu pedang dan kitab ilmu pukulan yang ditinggalkan Buyung Tiang kim serta melatihnya dengan tekun selama banyak tahun, aku yakin masih memiliki sedikit simpanan, akupun tak sudi menyerah kalah dengan begini saja, sekalipun harus mati, aku akan mati dengan gagah dan ksatria, cuma saja, banyak persoalan yang masih mencekam perasaanku, sebelum semua kecurigaan tersebut terpecahkan, aku tak akan mati dengan mata meram."
Nyoo Hong leng mengerdipkan matanya yang jeli lalu berkata :
"Orang lain mengharapkan kita mati, hal ini disebabkan apa yang kita ketahui sudah kelewat banyak, jangan berharap bisa mendapat kesempatan lagi untuk melenyapkan kecurigaan yang mencekam perasaanmu sekarang..." Kemudian setelah tertawa manis, dia melanjutkan :
"Kejadian yang tidak berkenan di hati dalam dunia ini, dari sepuluh kejadian ada delapan sampai sembilan yang begitu, sebelum aku berjumpa denganmu, kehidupanku selalu riang gembira. Tapi setelah bertemu kau dan merasakan apa artinya cinta, banyak kemurungan dan kesulitan yang mulai mencekam benakku, apalagi kita bersusah payah mencari letak perguruan tiga malaikat, untuk membantu kau menemukan kembali ayahmu, aku telah menyanggupi untuk kawin dengan Khong Bu siang, sekarang Buyung Tiang kim telah ditemukan tapi ia enggan mengakui kau sebagai putranya. Aai... siapakah yang bisa menduga sebelumnya atas semua perubahan yang berlangsung selama ini ?"
Buyung Im seng tertawa getir.
"Bagiku, sekalipun tubuh harus hancur dan remuk redam berkeping-keping, aku rela mati. Hanya saja justru karena perbuatanku ini, aku telah menyusahkan nona."
Pelan-pelan Nyoo Hong leng menjatuhkan diri ke dalam pelukan Buyung Im seng, tukasnya :
"Ooh, toako ! Walaupun siang malam kita berkumpul terus, tapi kau adalah seorang kongcu, seorang lelaki sejati yang amat jujur, selama ini kau belum pernah memelukku barang sekali saja. Sekarang kita sudah hampir mati, aku ingin memohon kepadamu agar mau memeluk tubuhku, bersediakah kau ?"
"Soal ini... soal ini... aku kuatir."
"Tak usah ini itu lagi, sekalipun Khong Bu siang hadir di sini sekarang, dia tak nanti akan menyalahkan dirimu."
Buyung Im seng tak tega menampik permintaannya itu, dia segera memeluk tubuh Nyoo Hong leng erat-erat.
Mendadak Buyung Tiang kim berkata :
"Baik ! Setelah kalian mati nanti, lohu pasti akan mengubur jenasah kalian berdua didalam satu liang."
Nyoo Hong leng memejamkan matanya rapat-rapat, wajahnya menampilkan suatu perasaan puas dan gembira yang tak terlukiskan dengan kata-kata, seakan-akan kehangatan yang sebentar itu sudah cukup untuk membayar penderitaan dan siksaan menjelang saat kematian.
Tampak gadis itu berkata dengan wajah berseri :
"Apakah kau pun hendak mendirikan sebuah batu nisan untuk kami berdua ?" "Permintaan tersebut bukan suatu pekerjaan yang susah."
Mendadak Nyoo Hong leng meluruskan badannya dan meronta dari pelukan Buyung Im seng, sesudah membereskan rambutnya yang kusut, dia berkata singkat"
"Cukup !"
Sorot matanya dialihkan ke wajah Buyung Tiang kim, lalu tanyanya. "Apa yang hendak kau tulis di atas batu nisan kami itu ?"
"Nona menginginkan lohu menulis apa saja di atas batu nisan kalian itu ?" Buyung Tiang kim balik bertanya.
Mendadak Buyung Im seng menukas :
"Kau tak usah menulis apa-apa di sana, seandainya kau benar-benar Buyung Tiang kim yang asli, seandainya kau sungguh-sungguh kesan baik terhadap kami berdua, aku berharap kami berdua mati, kau sudi memberitahukan duduk perkara yang sebenarnya dari semua peristiwa ini. Bagi diriku, hal ini seratus bahkan seribu kali lebih berharga daripada kau mendirikan batu nisan untuk kami dan
mencantumkan kata-kata yang muluk diatasnya."
Buyung Tiang kim memandang kedua orang itu sekejap, kemudian membungkam diri dalam seribu bahasa.
Ketika Buyung Im seng tidak mendengar jawaban dari Buyung Tiang kim, dengan cepat dia berkata lagi :
"Aku tahu locianpwe tak lebih hanya kuatir kami membocorkan rahasia tersebut kepada orang lain, tetapi kalau toh kau berkeyakinan bisa membunuh kami berdua, tentunya kau tak usah takut kami akan membocorkan rahasiamu lagi bukan ?" Buyung Tiang kim tertawa hambar.
"Maksudmu kau berharap lohu membeberkan dahulu duduk persoalan yang sebenarnya sebelum membunuh kau berdua ?"
"Ehmm.! Seandainya kami dapat mati dalam keadaan seperti ini, paling tidak
kami bisa mati sebagai sesosok setan yang memahami duduknya persoalan, saat itu walaupun harus mati, kami akan mati dengan tenteram."
"Boleh" kata Buyung Tiang kim dengan wajah dingin dan serius, "tapi kalian pun harus memenuhi dahulu sebuah permintaan lohu."
"Permintaan apa ?"
"Lohu tidak tega membunuh kalian berdua, karena itu aku berharap setelah kalian mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kamu berdua harus bunuh diri." "Aku setuju !" Buyung Im seng segera berseru.
Buyung Tiang kim mengalihkan sorot matanya ke wajah Nyoo Hong leng, lalu katanya :
"Bagaimana dengan nona Nyoo ?"
"Seandainya akupun meluluskan permintaanmu itu, tapi apakah kau bersedia untuk mempercayainya ?" tanya Nyoo Hong leng.
Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya. Oleh karena itulah aku minta kepada kalian untuk menelan sebutir pil beracun lebih dahulu, racun itu baru akan bekerja satu jam kemudian, dalam waktu satu jam lohu percaya apa yang harus kuterangkan sudah selesai ku utarakan semua."
"Dengan menyerempet bahaya dan mempertaruhkan jiwa raganya Buyung kongcu berusaha untuk menjumpai ayahnya, sekarang ayahnya telah ditemukan di sini, tapi sebaliknya kau justru menyangkal kalau dia adalah putra kandungmu, kejadian ini memang benar-benar merupakan suatu peristiwa aneh. Dalam dunia ini hanya kudengar ada anak yang tak mau mengakui orang tuanya, tapi tak ada seorangpun yang bersikeras mengaku orang lain sebagai bapaknya. Dalam hati
kecilnya bisa mengakui kau sebagai ayahnya, tentu saja hal ini berdasarkan banyak bukti dan kenyataan. Sekarang pelbagai bukti dan kenyataan yang memenuhi benaknya itu telah berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan hatinya, semua persoalan mana harus dibereskan dulu olehnya sampai jelas, sehingga dengan begitu, sekalipun harus mengorbankan jiwanya, dia akan mati dengan hati rela. Sebaliknya aku ?"
"Perkataan nona Nyoo memang benar" tukas Buyung Im seng cepat, "dia adalah orang yang berada di luar garis dari persoalan ini, rasanya tidak perlu mengorbankan pula selembar wajahnya."
"Kalian keliru besar", tukas Buyung Tiang kim, "sekalipun dia tak ingin tahu persoalan ini, toh ia sama saja harus mati."
"Sekalipun begitu, tapi dalam hal mati pasti ada bedanya." kata Nyoo Hong leng pula.
"Soal mati, apa pula bedanya antara yang satu dengan lainnya ?"
"Aku dapat mengajakmu berkelahi, bila tak mampu menangkan dirimu, aku masih bisa kabur, seandainya gagal kabur dari sini, aku baru akan mati, bukankah begitu
?"
Buyung Tiang kim segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh.... haaaahhhh.. haaahhh... tampaknya kau seperti tidak percaya kalau lohu dapat membunuh kau ?"
"Seandainya kau bekerja sama dengan Buyung kongcu, aku percaya kami masih mempunyai setitik harapan untuk melanjutkan hidup."
"Kalau toh kau memiliki kepercayaan untuk berbuat demikian, apa salahnya kalau kau tuturkan lebih dahulu semua persoalan yang sebenarnya sebelum pertarungan ini dilanjutkan. Karena Buyung kongcu baru bersedia melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga setelah dia yakin benar kalau dia bukan putra kandungmu."
Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya lagi.
"Aku tak bisa memberi setitik kesempatanpun bagi kalian untuk melanjutkan hidup, bila ingin bertarung, lohu akan menemani, pokoknya sebelum kalian menelan pil beracun itu, jangan harap bisa mendengar kisah penjelasan dari lohu itu."
"Hmmm ! Sungguh tak disangka seorang tokoh persilatan yang disanjung dan dihormati oleh beribu-ribu bahkan berjuta-juta umat persilatan, tak lebih hanya seorang manusia pengecut yang munafik."
Paras muka Buyung Tiang kim berubah hebat, selanya :
"Kau berani memaki lohu ?"
"Kalau memakimu lantas kenapa ? Hmm, untuk menjadi seorang manusia laknat yang berhati baja pun kau belum pantas, karena untuk menjadi seorang manusia laknat yang berhati bejad pun dia harus memiliki gaya dan sikap seorang manusia laknat."
Sebenarnya Buyung Tiang kim hendak mengumbar hawa amarahnya tapi setelah mendengar makian terakhir dari Nyoo Hong leng ini, semua amarahnya tiba-tiba malah lenyap tak berbekas.
Dia tersenyum, katanya kemudian :
"Baiklah ! Lohu akan membiarkan kau memaki diriku beberapa patah kata, orang yang bisa tidak marah meski dicaci maki tentunya seorang manusia yang mempunyai gaya bukan ?"
Mendadak Nyoo Hong leng seperti teringat akan suatu masalah yang amat penting, alis matanya berkernyit, kemudian termenung dan membungkam dalam seribu bahasa.
Buyung Im seng kuatir kedua orang itu kembali berbicara keras sehingga suatu pertarungan tak bisa dihindari, buru-buru selanya :
"Locianpwe, bila aku telah menelan pil beracun itu, apakah kau bersedia menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya ?"
"Bila cuma seorang yang menelan pil beracun itu, maka lohu hanya bisa membicarakan separuh saja."
"Baiklah, daripada mati tanpa mengetahui apa-apa, mengetahui separuh pun tak ada salahnya, locianpwe, serahkan pil beracun itu kepadaku !"
Buyung Tiang kim merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan botol porselen, lalu sambil menuang keluar sebutir pil berwarna merah, katanya :
"Terima obat ini dan segera kau telan !"
Buyung Im seng menyambut pil tersebut, setelah tertawa getir ujarnya : "Setelah kutelan pil beracun ini, aku harap locianpwe bersedia menepati janji." Mendadak terdengar Nyoo Hong leng berseru dengan suara dingin :
"Jangan telan pil tersebut !"
"Nona !" ujar Buyung Im seng, "sudah lama aku ingin mengetahui asal usulku, kendatipun harus dibayar dengan selembar nyawaku, aku takkan keberatan." Mendadak Nyoo Hong leng melompat bangun, teriaknya :
"Toako, kita sudah ditipu olehnya !"
"Kau bilang apa ?" Buyung Im seng nampak agak tertegun. "Aku mengatakan kita sudah ditipu olehnya !"
"Darimana kau bisa berkata begitu ?" "Karena dia bukan Buyung Tiang kim."
Mendadak Buyung Tiang kim menjadi naik pitam sesudah mendengar perkataan itu, serunya.
"Budak busuk, apa yang kau ngaco belokan ?"
"Nah, nah, semakin marah kau, semakin kentara kalau bukan Buyung Tiang kim." Dia berharap Buyung Tiang kim bisa menyambung ucapannya itu, sehingga dalam keadaan gusar dia bisa mencari penyakit tersebut dari kata-katanya.
Siapa sangka Buyung Im seng telah menimbrung lebih duluan : "Kenapa ?"
Nyoo Hong leng menghela napas panjang.
"Aaai... dimasa lampau Buyung Tiang kim disanjung dan dihormati oleh setiap umat persilatan, dia kalau bukan seorang yang sangat baik seperti rasul, tentu jahat sebagai manusia laknat, mustahil bobotnya terkatung-katung ditengah jalan macam dia sekarang."
Buyung Im seng mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian katanya lagi : "Aku masih tidak habis mengerti, dapatkah nona memperjelas perkataanmu itu ?"
661
Sebelum si nona sempat berbicara Buyung Tiang kim telah mengayunkan tangan kanannya sambil berseru dingin :
"Budak cilik yang bicara seenaknya, lohu akan membunuhmu lebih dulu." Wess ! Sebuah bacokan dahsyat telah dilontarkan ke depan.
Segulung tenaga pukulan yang sangat tajam dan kuat, mengikuti serangan bacokan itu meluncur ke depan.
Nyoo Hong leng segera merasakan betapa kuat dan beratnya tenaga serangan itu, namun ia tetap menggerakkan tangannya dan menyongsong ancaman dengan keras.
Belum serangan mereka beradu, Nyoo Hong leng merasa segulung tenaga serangan yang maha berat dan kuat mendesak tiba dan menekan tubuhnya, memaksa serangannya terpental balik dan tubuhnya terdorong ke belakang.
Kembali Buyung Tiang kim terbahak-bahak.
"Budak ingusan yang cerewet dan banyak bicara, lohu akan membacok mati dirimu di ujung telapak tanganku !"
Telapak tangan kirinya diayunkan ke depan, sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan ke arah tubuh gadis tersebut.
Berada di bawah tekanan pukulan yang maha dahsyat dari telapak tangan kanan pihak lawan, Nyoo Hong leng merasa tak kuasa menahan diri, apalagi menyaksikan telapak tangan kiri lawan sudah membacok di atas kepalanya, berada dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin lagi baginya untuk memisahkan diri guna membendung datangnya ancaman tersebut.
Tiba-tiba terdengar Buyung Im seng membentak keras, telapak tangan kanannya diayunkan ke depan menyambut datangnya serangan tersebut.
Dengan cepat Buyung Tiang kim menarik kembali telapak tangannya sambil mengundurkan diri, jengeknya sambil tertawa dingin :
"Kalian berdua memang sudah seharusnya bekerja sama semenjak tadi !" "Locianpwe, harap kau dengarkan dulu penjelasan boanpwe" kata Buyung Im
seng.
Tapi sebelum si anak muda itu menyelesaikan kata-katanya, Buyung Tiang kim telah menukas kembali :
"Lohu tidak punya waktu untuk mengajak kalian bersilat lidah, sedangkan kalian berdua jika tidak turun tangan lagi, lohu tak akan memberi kesempatan baik untuk kalian lagi."
Nyoo Hong leng segera berseru dengan suara lantang :
"Toako, bertarunglah dengan perasaan lega, dia bukan Buyung Tiang kim yang asli."
Buyung Tiang kim tertawa dingin, sepasang telapak tangannya telah direntangkan melancarkan serangan gencar ke arah kedua orang muda mudi itu....
Sementara itu, Buyung Im seng telah mulai menaruh curiga pula terhadap kedudukan yang sebenarnya dari orang yang mengaku bernama Buyung Tiang kim ini, di bawah desakan lawan dengan serangan yang gencar, terpaksa ia harus turun tangan melancarkan serangan balasan.
Nyoo Hong leng mengigos ke samping, lalu menyerang dari sisi kanan Buyung Tiang kim.
Menghadapi sergapan tersebut, Buyung Tiang kim segera merubah gerakan serangannya, jurus-jurus serangan aneh digunakan secara beruntun, semua ancamannya hampir sebagian besar tertuju ke jalan darah kematian ditubuh kedua orang itu.
Di bawah ancaman dan desakan yang beruntun dari pihak lawan, apalagi semuanya ditujukan ke bagian tubuh yang mematikan, terpaksa Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng harus turun tangan juga.
Pertarungan ini benar-benar amat seru, pada hakekatnya merupakan pertarungan paling sengit yang belum pernah dialami Buyung Im seng maupun Nyoo Hong leng sebelumnya.
Pada permulaan pertarungan, kerja sama antara kedua orang itu masih asing dan kurang ada kerja sama yang baik, seringkali posisi mereka terjepit dan malahan kena didesak lawan sehingga mundur kalang kabut.
Tapi setelah bertarung puluhan jurus kemudian, kerja sama Buyung Im seng dengan Nyoo Hong leng sudah bertambah erat, mereka pun sudah terbiasa dengan suasana yang dihadapinya, sehingga usaha mereka untuk saling tolong menolong makin matang dan cekatan.
Dalam waktu singkat, ketiga orang itu sudah bertarung sengit mencapai seratus gebrakan lebih.
Kakek tersebut benar-benar memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, sekalipun sudah bertarung ratusan jurus melawan dua orang muda tangguh, bahkan saja tak nampak gejala mulai letih, malahan makin bertarung ia kelihatan bertambah perkasa, tenaga pukulan yang dilancarkannya makin lama semakin bertambah tangguh.
Sebaliknya Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng yang ditekan dan didesak terus menerus oleh tenaga pukulan lawan yang kuat dan dahsyat, nampak sudah keletihan, peluh telah membasahi seluruh tubuh mereka, apa yang masih tersisa sekarang tak lebih cuma sisa-sisa kekuatan untuk menangkis belaka.
Buyung Im seng sendiri telah mengeluarkan segenap jurus pukulan dan jurus silat yang dia hapalkan selama ini di bawah tekanan lawan yang sangat tangguh, meskipun keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya, akan tetapi jurus serangan dan perubahan gerak yang dipakai pun makin lama bertambah makin sempurna.
Waktu itu rambut Nyoo Hong leng sudah terurai tidak karuan, peluh membasahi seluruh tubuhnya membuat pakaiannya basah kuyup, ibaratnya orang yang baru naik dari dalam kolam, kendatipun demikian, dia masih tetap bertempur tiada hentinya.
Tiba-tiba ia berseru sambil tertawa :
"Hei toako, masih punya tenagakah kau untuk melanjutkan pertarungan ini... ?" "Aku percaya masih sanggup untuk bertarung sebanyak berapa ratus jurus gebrakan lagi, apakah kau sudah sangat lelah ?"
"Walaupun aku sudah merasa agak lelah, tapi semangat bertarungku justru makin lama semakin berkobar."
"Dalam seratus gebrakan permulaan tadi, kau sudah menyambut sebagian besar pukulan yang dilontarkan olehnya, maka dalam seratus gebrakan berikut ini sudah sepantasnya kalau akulah yang menyumbangkan sedikit tenagaku."
Habis berkata, jurus pukulannya diperketat, benar juga dia telah menyambut hampir sebagian besar pukulan yang dilepaskan Buyung Tiang kim...
Nyoo Hong leng dapat merasakan pula keadaan dari rekannya itu, dia merasa didalam pertarungan sengit yang sedang berlangsung sekarang, Buyung Im seng makin bertambah perkasa, perubahan jurus serangannya pun makin lama semakin aneh dan hebat.
Melihat hal mana, nona itu jadi berlega hati, maka disamping mengendorkan serangannya membiarkan Buyung Im seng menyambut hampir sebagian besar serangan yang dilancarkan pihak lawan, diam-diam ia mulai mengatur pernapasannya untuk memulihkan kembali kesegaran badannya.
Tak selang berapa saat kemudian, ketiga orang itu sudah bertarung lagi sebanyak lima puluh gebrakan.
Ketika Buyung Tiang kim menyaksikan pertarungan yang telah berlangsung hampir mencapai seratus lima puluhan jurus ini belum bisa diakhiri dengan suatu kemenangan, bahkan bukan saja ia tak berkeyakinan tentang hasil pertarungan nanti, malahan pihak lawan bertarung semakin nampak perkasa.
Dengan perasaan bergetar keras lantaran terperanjat, ia lantas berpikir :
"Bila aku tak dapat melukai parah salah seorang diantara dua orang musuh yang sedang kuhadapi sekarang dalam dua ratus jurus mendatang, mungkin sulit bagiku untuk meraih kemenangan dari pertarungan yang sedang berlangsung hari ini." Ternyata disaat permulaan pertarungan itu dilangsungkan, dia merasa Nyoo Hong leng selain memiliki kecerdasan otak yang luar biasa bahkan memiliki pula ilmu silat yang jauh lebih tangguh dari pada kepandaian Buyung Im seng.
Asal ia sanggup melukai Nyoo Hong leng, kemudian baru menghadapi Buyung Im seng, maka suasana pasti dapat dikuasai lebih gampang lagi.
Siapa tahu meski sudah bertarung ratusan gebrakan, kenyataannya Buyung Im seng bertarung setangguh baja, makin bertarung semakin tangguh malahan secara lamat-lamat dia berperasaan kalau kepandaian anak muda ini agaknya masih berada di atas Nyoo Hong leng.
Kenyataan yang terbentang segera timbul niatnya untuk menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin, jurus-jurus serangan yang tangguh dan mematikan segera digunakan beruntun, dia berharap bisa melukai Buyung Im seng lebih dahulu.
Siapa tahu justru sikapnya yang tak menentu dan berubah kesan kemari inilah, selain memberi kesempatan yang sangat baik buat Buyung Im seng, juga memberi kesempatan yang baik untuk Nyoo Hong leng.
oooOooo
Pada umumnya kawanan jago lihai tentu memiliki dasar tenaga dalam yang sempurna.
Begitu Nyoo Hong leng memperoleh peluang untuk beristirahat, secara diam-diam ia lantas mengatur pernapasannya untuk memulihkan kembali kesegaran tubuhnya, benar ia tak bisa mengatur napas sambil berhenti bergerak hingga kekuatan tubuhnya benar-benar pulih kembali seperti sedia kala, tapi justru karena adanya kesempatan ini maka keletihan yang semula mencekam tubuhnya sudah jauh berkurang.
Tatkala dia merasa kemampuannya untuk bertempur telah pulih kembali, dengan cepat sepasang telapak tangannya digetarkan semakin kencang, dari taktik bertahan kini dia berubah menjadi posisi menyerang, serunya dengan lantang : "Hai toako ! Dugaanku tidak salah bukan ?"
Agak tertegun Buyung Im seng menghadapi pertanyaan tersebut, dengan keheranan ia bertanya :
"Apa yang kau maksudkan ?"
Karena pikirannya bercabang, Buyung Tiang kim segera manfaatkan kesempatan itu untuk menyarangkan kedua buah pukulannya, nyaris anak muda itu termakan sodokan lawan.
Dalam terkesiapnya buru-buru Buyung Im seng mengerahkan segenap perhatian dan tenaganya untuk melakukan perlawanan.
Akhirnya setelah dibantu oleh Nyoo Hong leng dan melepaskan dua belas buah pukulan berantai, mereka berhasil juga mengendalikan kembali posisi mereka yang terdesak dan kritis tadi.
Sambil menghembuskan napas panjang dia pun berseru :
"Oooh, sungguh berbahaya sekali, kita tak boleh membiarkan dia merebut setitik keuntungan pun dari kita."
"Kau hanya tahu berbicara, tak tahu bagaimana mesti mempergunakan otak, coba kalau meniru caraku, tanggung jalan pikiranmu tak akan sampai bercabang," Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya.
"Tadi aku mengatakan kalau dia bukan Buyung Tiang kim yang asli, nampaknya dugaanku itu tak bakal salah."
"Atas dasar apa kau berkata demikian ?"
"Semua kitab silatmu diperoleh dari kitab pusaka yang ditulis sendiri oleh Buyung Tiang kim, seandainya dia benar-benar Buyung Tiang kim yang asli, masa tidak ia ketahui bagaimana cara untuk mematahkan seranganmu itu ? Padahal kenyataannya dia seperti sama sekali tidak tahu menahu akan hal ini."
"Ucapan nona ada alasannya juga, yaa, betul, hampir saja aku terkecoh olehnya." Mendadak ia merasakan semangatnya berkobar kembali, serangan-serangan yang dilancarkan pun bertambah menghebat.
Terdengar Nyoo Hong leng berkata lagi :
"Bila kita berdua dapat berhasil menguasainya, rahasia yang meliputi perguruan tiga malaikat ini pasti dapat kita ungkap sampai tuntas."
"Betul juga apa yang nona katakan."
Dalam pembicaraan yang berlangsung antara kedua orang itu, mereka saling menambah semangat rekannya sehingga semangat bertarung mereka tampak makin berkobar.
Buyung Tiang kim sama sekali tidak menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki muda mudi ini demikian lihainya, bahkan kepandaian silat yang mereka berdua miliki nampaknya mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam pertarungan itu. Makin lama dia merasa gelagat semakin tidak menguntungkan, maka sesudah melancarkan dua buah serangan gencar, mendadak tubuhnya melompat mundur sejauh lima langkah dari posisi semula.
"Kenapa tidak bertarung lebih jauh ?" tegur Nyoo Hong leng sambil tertawa hambar.
"Hm, sekalipun pertarungan dilangsungkan lebih jauh, belum tentu kalian berdua mempunyai kesempatan untuk menangkan diriku." sahut Buyung Tiang kim tawar. "Kalau memang begitu, apa salahnya bila pertarungan dilanjutkan lebih jauh." "Lohu segan bertarung lebih jauh dengan kalian berdua !"
"Kami tak sudi menyerahkan diri dengan begitu saja." sela Nyoo Hong leng cepat, "kecuali menggunakan cara kekerasan, sebelum kau berhasil menangkan kami berdua, rasanya tiada cara lain yang lebih baik lagi untukmu..."
Para muka Buyung Tiang kim berubah menjadi hijau membesi. Jelas dia sudah dibikin gusar oleh ejekan dan sindiran dari Nyoo Hong leng itu, sambil tertawa dingin serunya.
"Aku mempunyai banyak kesempatan untuk membinasakan kalian berdua, tapi mengingat hatiku memang bajik..."
Agaknya Nyoo Hong leng memang berniat memancing kobaran hawa amarahnya, belum selesai orang itu berbicara, dia telah menukas dengan cepat :
"Hal ini hanya bisa menyalahkan dirimu yang kurang dalam kecerdasan, sehingga perhitunganmu sama sekali meleset."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.
"Sekarang kami sudah berada dalam keadaan bahaya, soal mati hidup merupakan suatu pertanyaan besar, bila kami dapat menangkan dirimu berarti kami akan memperoleh harapan untuk melanjutkan hidup. Oleh karena itu kecuali kau dapat membunuh kami berdua, kalau tidak, hari ini jangan harap bisa meninggalkan ruangan batu ini."
"Baik ! Loloskan senjata kalian !" seru Buyung Tiang kim dengan amat geramnya. Nyoo Hong leng memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu berkata : "Pedang kami telah ditahan di luar ruangan, berarti sekarang kami tidak membawanya, cuma..."
Buyung Im seng berseru cepat dengan perasaan gelisah :
"Locianpwe, senjata tajam tak bermata, jika digunakan tentu ada yang jatuh korban, apa gunanya mesti beradu jiwa ?"
"Hm, sungguh tak kusangka kau adalah seorang manusia pandai yang bisa merahasiakan diri" ucap Buyung Tiang kim dingin, "setelah lohu tertipu satu kali, tak nanti aku akan tertipu untuk kedua kalinya..."
Mendadak Nyoo Hong leng mengunci pintu ruangan tersebut, kemudian ujarnya dengan wajah serius :
"Toako, percuma banyak bicara, hati orang ini sekeras baja, jangan harap perkataanmu dapat meluluhkan hatinya, terpaksa kita harus berjuang untuk mempertahankan hidup dengan melangsungkan pertarungan mati hidup melawannya."
Mendadak tangannya merogoh ke saku, tahu-tahu dari balik celana dalamnya dia telah mengeluarkan sebuah sarung pedang yang berwarna hijau muda.
Panjang sarung pedang itu hanya delapan inci dua hun. Itu berarti pedang yang sudah diloloskan dari sarungnya hanya sepanjang delapan inci belaka. Ketika Nyoo Hong leng menekan tombolnya, pedang pendek itu segera lolos dari sarungnya, bahkan merupakan pedang jantan betina yang bersatu padu.
Tubuh pedang itu amat tipis, tetapi mendengungkan segulung hawa dingin yang menggidikkan hati.
Nyoo Hong leng memberikan sebilah pedang pendek yang jantan kepada Buyung Im seng, kemudian berkata :
"Ibuku pernah bilang bila jiwaku tidak benar-benar terancam, pedang ini tak boleh digunakan secara sembarangan, sebab pedang ini membawa hawa jahat, setelah diloloskan dari sarung, maka sebelum mengendus darah, senjata mana tak akan masuk kembali ke dalam sarungnya. Hari ini situasi yang kritis telah memaksaku mengeluarkan pedang ini, karena mati hidup kita benar-benar terancam.
Tampaknya sebelum darah berceceran, keadaan tak bakal berakhir." Kemudian dia mengayunkan pedangnya menuding ke arah Buyung Tiang kim, serunya :
"Sekarang kau pun boleh meloloskan senjatamu."
Dengan sorot mata tajam Buyung Tiang kim mengawasi pedang pendek tersebut tampak berkedip, sikapnya nampak tegang sekali.
Nyoo Hong leng berkerut kening, lalu bentaknya dengan suara nyaring :
"Jika kau tidak meloloskan senjatamu lagi, jangan salahkan kalau kami akan turun lebih dulu !"
Seperti baru mendusin dari impian, buru-buru Buyung Tiang kim berseru dengan gugup.
"Darimana kau peroleh pedang pendek ini ?" Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Apakah kau ingin mengetahui riwayat pedang pendek ini ?" "Benar !"
"Darimanakah pedang pendek ini kudapatkan, mungkin hanya kau seorang yang tahu, bila aku tidak mengatakannya, maka selama hidup jangan harap kau bisa mengetahuinya, cuma aku masih mempunyai satu cara yang mungkin bisa membuatku untuk membereskan keadaan yang sebenarnya."
"Bagaimanakah cara tersebut ?"
"Kau memberitahukan rahasia tentang perguruan tiga malaikat tersebut kepadaku dan aku akan memberitahukan keadaan yang sebenarnya dari pedang pendek ini kepadamu, dengan demikian kedua belah pihak sama-sama tidak menderita kerugian."
"Bagaimana caranya lohu bisa mempercayai dirimu ? Kau si bocah perempuan meski berusia sangat muda, namun liciknya bukan kepalang."
"Ya, sama-sama, akupun sama saja tak mempercayai dirimu, tapi hal tersebut bukan merupakan sebuah simpul mati yang tak dapat dipecahkan, aku telah menemukan sebuah cara untuk menyelesaikan persoalan ini."
"Aai... kau memang sangat pintar" seru Buyung Tiang kim, sesudah berseru tertahan, "entah bagaimanakah caramu itu ? Coba kau katakan lebih dulu kepada lohu."
"Kita seorang mengucapkan dua patah kata, masing-masing pihak pasti tak bakal rugi."
"Cara ini memang bagus sekali, hanya tidak kuketahui siapakah yang harus berbicara lebih dulu."
"Mengapa ?"
"Seluk beluk tentang perguruan tiga malaikat pasti rumit dan banyak perihal yang pelik, berapa puluh patah kata tak mungkin bisa diselamatkan, berbeda dengan riwayat pedang pendekku ini, hanya berapa patah kata saja segala sesuatunya akan beres, mungkin saja kau baru berbicara sampai setengah jalan, aku telah menyelesaikan penuturan ku."
"Coba kau hitung lebih dahulu, kurang lebih berapa patah kata yang kau butuhkan untuk menjelaskan riwayat pedang pendekmu itu ?"
Nyoo Hong leng berpikir sebentar, kemudian sahutnya,
"Lebih kurang puluhan patah kata, aku rasa segala sesuatunya sudah dapat dibikin jelas."
"Baik ! Kalau begitu lohu akan berbicara lebih dahulu."
"Tunggu sebentar," mendadak Nyoo Hong leng kembali berseru.
"Hm ! Kau si budak kecil memang paling banyak permainan busuknya"
"Kau harus ingat baik-baik, meskipun pembicaraan ini dimulai dari kau, jika ucapanmu tidak benar dan memutar balikkan fakta, maka jangan harap kau bisa mendengar sesuatu keterangan dari mulutku."
"Lohu telah mencoba kelihaianmu itu" sahut Buyung Tiang kim. Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Lohu dengan dua orang yang lain bekerja sama menciptakan perguruan tiga malaikat ini."
Kemudian setelah mendehem pelan, dia meneruskan :
"Keterangan lohu ini cukup jelas bukan ?"
Nyoo Hong leng termenung sejenak, kemudian berganti dia yang memberi keterangan tentang pedangnya, ia berkata begini :
"Pedang pendekku ini terbagi menjadi pedang jantan dan pedang betina, keduaduanya tersimpan didalam sebuah sarung."
Mendengar ucapan mana, Buyung Tiang kim segera berkerut kening, serunya cepat.
"Walaupun kau memberi keterangan cukup jelas, namun apa yang kau terangkan itu diketahui pula setiap orang."
"Itukan cuma pembukaannya saja ! Tentu tak bisa dianggap sebagai suatu rahasia besar. Apalagi kau sendiripun hanya mengucapkan basa basi belaka dalam permulaan keteranganmu tadi, itu namanya setali tiga uang, kita sama-sama tak bakal menderita kerugian."
"Kami bertiga mempunyai kedudukan yang jauh berbeda," Buyung Tiang kim melanjutkan kembali keterangannya, "yakni seorang pendeta, seorang tojin dan seorang preman, orang yang preman itu tak lain adalah lohu sendiri."
Sekarang gantian Nyoo Hong leng yang memberi keterangan :
"Sepasang pedang jantan betinaku ini kuperoleh dari hadiah seorang cianpwe dunia persilatan, tokoh persilatan yang baik hati itu adalah seorang perempuan." "Siapakah nama perempuan itu ?"
"Maaf, aku sudah menyelesaikan kedua patah kata yang wajib kuucapkan"
"Aaah !" Buyung Tiang kim berseru tertahan, "kau masih membutuhkan berapa kali bicara untuk menyelesaikan semua keteranganmu itu ?"
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Itu mah tergantung pada dirimu sendiri, seandainya keteranganmu cukup jelas dan memuaskan, siapa tahu aku hanya membutuhkan dua kali kesempatan berbicara untuk menyelesaikan keteranganku itu ? Tapi bila keteranganmu sendiri
tidak jelas dan berusaha untuk memutar balikkan keadaan, siapa tahu kalau keteranganku itu tak pernah akan selesai."
"Padahal lohu hanya ingin memahami dua hal itu" ucap Buyung Tiang kim kemudian.
"Aku mengerti !"
"Budak yang pandai bersilat lidah, katakanlah apa yang lohu ingin ketahui itu secepat mungkin !"
"Aku mengerti persoalan apa yang hendak kau tanyakan, pertama bukankah kau ingin mengetahui siapakah orang yang menghadiahkan pedang pendek ini kepadaku dan kedua, kau ingin mengetahui dia berada dimana sekarang, bukan demikian ?"
Buyung Tiang kim tertegun untuk beberapa saat lamanya, lalu mengangguk berulang kali.
"Betul, betul !"
Dengan paras muka amat serius Nyoo Hong leng berkata :
"Kau tidak seharusnya memaksa aku untuk bersantap, kaupun tidak seharusnya membawa dirimu masuk ke dalam suasana yang terjepit seperti ini, sekarang lebih baik tak usah membeberkan rahasia tentang perguruan tiga malaikat, kalau tidak, jangan harap kau dapat mengetahui rahasia yang ingin kau ketahui itu."
Buyung Tiang kim manggut-manggut.
"Sewaktu kami mendirikan perguruan tiga malaikat, tujuannya semula adalah mulia, kami berharap dapat menciptakan suatu kekuatan yang sangat besar dan istimewa di dalam dunia persilatan hingga dapat menggetarkan seluruh sungai telaga, kami pun berharap semua pertikaian dan persengketaan yang seringkali terjadi dalam dunia persilatan bisa dihindari, agar dunia persilatan selalu berada dalam keadaan damai, tentram, jauh dari persengketaan dan balas membalas yang berakibat banyak korban berjatuhan."
Mendengar sampai di situ, Nyoo Hong leng lantas berkata :
"Kali ini keterangan yang kau ucapkan memang tidak hanya dua tiga patah kata saja, namun isinya justru amat miskin, bila kita terus bersilat lidah dengan cara semacam ini, berbincang semalam suntuk pun belum tentu dapat diperoleh suatu keterangan secara lengkap."
"Lantas bagaimana menurut kehendak nona ?" "Lebih baik kita bertukar cara saja."
"Baik akan kudengarkan penjelasanmu yang sebenarnya."
"Kedua belah pihak harus memberikan keterangan dengan sejujurnya dan setulus hati mungkin, masing-masing pihak tidak boleh bersilat lidah dengan kata-kata yang bernada diplomatis, kalau bisa dalam tiga sampai lima patah kata segala sesuatunya sudah menjadi jelas.:
"Bagus sekali ! Bagus sekali ! Tapi siapakah diantara kita yang harus mulai berbicara lebih dulu ?"
"Kali ini tentu saja kau yang bertanya lebih dahulu." "Ehmm, memang sangat adil !"
Sesudah berhenti sejenak, Buyung Tiang kim mulai bertanya :
"Orang yang menghadiahkan pedang jantan dan betina ini, kini berada dimana ?" "Dia berada di lembah May-hoa-kok di tebing Sian-soat-nia !"
"Lembah May-hoa-kok ? Mengapa lohu belum pernah mengetahui letak lembah tersebut."
"Soal itu mah terpaksa harus kau tunggu sampai tiba giliranmu untuk bertanya nanti !"
Setelah berhenti sebentar, gadis itu melanjutkan :
"Dimanakah si pendeta dan si tosu yang bekerja sama denganmu mendirikan perguruan tiga malaikat tersebut sekarang ?"
"Suatu pertanyaan yang sangat bagus, sekarang mereka masih tetap berada di dalam kota batu di bawah tanah ini"
"Ooh... mereka terjebak oleh siasatmu dan disekap ditempat ini.. ?" Buyung Tiang kim tidak menjawab pertanyaan itu, dia segera mengajukan pertanyaannya lagi :
"Dimanakah letak lembah May-hoa-kok tebing Sian-soat-nia tersebut ?"
"Eee... bagaimana ini ? Apakah ucapanmu tersebut dianggap pula sebagai sebuah jawaban ?"
"Jawabanku sudah kuberikan sejelas-jelasnya. Asal kau mau berpikir sebentar dengan mempergunakan otak, seharusnya hal mana bisa kau ketahui dengan amat jelas."
Kemudian setelah termenung dan berpikir sebentar, dia bertanya lagi : "Kau bilang dia gemar sekali menanam bunga."
"Baiklah", kata si nona kemudian, "biar aku yang rugi sedikit dengan memberi keterangan lebih lengkap kepadamu."
Sesudah termenung beberapa waktu, dia melanjutkan :
"Tebing Sian-soat-nia terletak di atas tanah perbukitan karang yang tandus dan curam, dimanapun dapat mengubur bunga?"
"Mengapa begitu ?" tanya Buyung Tiang kim.
"Locianpwe yang menghadiahkan pedang pendek tersebut kepadaku sangat gemar bebungaan, oleh karena itu setiap bunga mulai layu dan berguguran di atas tanah, diapun membawa cangkul dan keranjang untuk menjelajahi seluruh lembah untuk mengubur bunga-bunga yang telah berguguran ke atas tanah, itulah sebabnya lembah yang dihuni olehnya dinamakan lembah pengubur bunga.
"Ooh.. kiranya begitu."
Sekarang tiba giliran Nyoo Hong leng yang bertanya :
"Pendeta dan tosu yang bersama-samamu mendirikan tiga malaikat apakah masih sehat walafiat sampai sekarang ?"
"Benar, mereka masih tetap hidup segar sampai sekarang."
"Aku sudah mengerti. Mungkin lantaran cita-cita kalian semula sewaktu mendirikan perguruan tiga malaikat adalah kebajikan dan bertujuan mulia, selanjutnya pandangan masing-masing pihak berbeda, maka kaupun menyekap mereka ditempat ini, apakah begitu ?"
Buyung Tiang kim termenung lagi sesaat, kemudian katanya :
"Baiklah ! Lohu pun menderita sedikit kerugian, kau berhasil menebaknya secara jitu."
Nyoo Hong leng tersenyum. "Sekarang giliranku yang bertanya"
"Siapakah nama orang yang menghadiahkan sepasang pedang kepadamu...?" "Dia she Tian bernama Ciat yok !"
"Tak bakal salahkan nama tersebut,"
"Nama tersebut bukan samaran, melainkan nama sesungguhnya dari orang itu." "Baik ! Sekarang giliran kau yang bertanya."
"Benarkah kau Buyung Tiang kim yang asli ?"
Tampaknya pertanyaan tersebut benar-benar merupakan suatu pertanyaan yang sangat telak, Buyung Tiang kim jadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Dengan suara lembut Nyoo Hong leng segera berkata, "Apa yang kuberitahukan kepadamu semuanya adalah kata-kata sejujurnya, maka kaupun tak boleh membohongi aku."
"Kau budak cilik benar-benar pintarnya bukan kepalang, sekalipun lohu ingin membohongi dirimu, rasanya juga belum tentu bisa berhasil..."
"Aah, kalau begitu mengakulah secara berterus terang."
"Lohu bisa mengatakan kalau bukan" kata Buyung Tiang kim pelan.
Selama ini Buyung Im seng memperhatikan terus perkataan lawan, terutama ucapan yang terakhir ini, dengan cepat ia menimbrung :
"Mengapa kau harus menyaru sebagai Buyung Tiang kim ?"
"Aku sedang berbincang-bincang dengan nona Nyoo, lebih baik kau tutup mulut !" tukas Buyung Tiang kim dingin.
Nyoo Hong leng menjadi marah.
"Aku lihat, lebih baik kita tak usah melanjutkan perbincangan ini lagi"
"Mengapa ?"
"Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan " Boleh dibilang bukan itu !" "Beritahu dulu kepadaku, apa hubunganmu dengan Thian Ciat yok tersebut.
Kemudian lohu baru mengungkapkan latar belakang dari peristiwa ini..." "Dia adalah ibuku."
"Seharusnya lohu sudah dapat menduga ke situ."
"Aku rasa pertanyaanmu sudah habis kau tanyakan, bila kau adalah seorang yang memegang janji, sekarang boleh kau ungkapkan latar belakang dari persoalan ini, tapi kalau kau menganggap dirimu adalah seseorang yang tidak usah memegang janji, maka kau pun tak usah mengungkap hal mana. Padahal kau hendak berbicara atau tidak, hal tersebut sudah bukan suatu hal yang penting lagi," "Mengapa ?"
"Sebab sekalipun tidak kau katakan, akupun dapat menduga enam tujuh puluh persen diantaranya, tentu saja dibalik kesemuanya itu masih terdapat banyak halhal yang tak mungkin bisa kutebak."
"Ehmm, kalau begitu coba kau katakan dahulu !"
"Pertama, aku berani memastikan kalau kau bukan Buyung Tiang kim yang asli." Buyung Tiang kim tertawa hambar.
"Lanjutkan. Asal kau benar-benar bisa menduga garis besarnya, andaikata diantaranya terdapat hal-hal yang kurang, lohu bersedia untuk menambahkannya, cuma..."
"Cuma kenapa ?"
"Seandainya kalau salah, lohu pun tak akan menyambung apa-apa." "Baiklah, mari kita coba."
"Lohu akan mendengarkan dengan seksama."
"Kalian bertiga yang menyaksikan dunia persilatan penuh dengan pertikaian dan pembunuhan, maka timbullah niat bajik untuk mendirikan perguruan tiga malaikat, maksudnya untuk melenyapkan pertikaian yang terjadi dalam dunia persilatan, hingga pembunuhan dan pertikaian yang tidak diperlukan bisa dihindari."
Buyung Tiang kim manggut-manggut. "Semula tujuan lohu memang demikian !"
"Tapi kemudian kau telah berubah, karena kedua orang rekanmu tidak bersedia menyelewengkan cita-cita dan tujuan yang semula ketika mendirikan perguruan tiga malaikat tersebut, maka kaupun menggunakan cara keji menyekap mereka berdua di sini, bahkan dijebloskan ke dalam kota batu di bawah tanah.
Buyung Tiang kim segera tersenyum.
"Kau hanya berhasil menebak benar separuh, sebab orang yang mula-mula ingin menyelewengkan cita-cita dan tujuan semula dalam mendirikan perguruan tiga malaikat bukanlah lohu !"
"Bukan kau ? Lantas siapa ?" seru Nyoo Hong leng dengan kening berkerut kencang.
"Soal ini lebih baik nona duga sendiri." Buyung Tiang kim tertawa. "Peraturan partai Siau-lim selamanya ketat dan disiplinnya tinggi, ilmu silat
perguruan inipun terhitung paling top dan paling berjasa dalam usaha mendirikan perguruan tiga malaikat ini, itu berarti orang yang berasal dari kuil Siau-lim-si ini mempunyai kedudukan amat tinggi, menurut dugaanku, sudah pasti orang tersebut bukan seorang hwesio dari Siau-lim-pay."
"Lagi-lagi tembakannya tepat sekali, dari kami bertiga, lohu tidak bermaksud menyeleweng tujuan perguruan, pendeta agung dari Siau lim pay pun tidak, berarti orang itu adalah pihak yang ketiga, cuma siapakah aku rasa tak usah diterangkan lagi. Namun lohu merasa heran, pendeta dikolong langit ini berjumlah puluhan ribu, dan sebagian besar tidak termasuk anggota Siau-lim, darimana kau yakin jika pendeta itu berasal dari perguruan Siau-lim ?"
"Jika aku disuruh menjawab sejujurnya maka jawabanku adalah untung-untungan saja. Karena pendeta dari Siau-lim-si paling tidak mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar daripada orang lain."
"Lanjutkan perkataanmu !"
Jelas perubahan dibalik kejadian tersebut membuat Nyoo Hong leng merasa kesulitan untuk menjawab lebih jauh, setelah termenung sampai lama sekali, dia baru melanjutkan.
"Kau tak ingin cita-cita dan tujuan semula sewaktu mendirikan perguruan tiga malaikat diselewengkan orang maka kaupun mencelakai mereka, akan tetapi setelah kau berhasil mengendalikan perguruan tiga malaikat seorang diri, kau sendiripun turut berubah, kau berambisi untuk menguasai seluruh jagad dan memerintah semua umat persilatan, bukankah demikian ?"
"Kali ini dugaanmu hampir sebagian besar benar, tapi diantaranya masih terjadi lagi suatu peristiwa lain yang menyebabkan aku segera merubah tujuanku semula." "Sudah kukatakan tadi, diantaranya mungkin saja terjadi peristiwa-peristiwa lain, dan aku tak mungkin bisa menebak seluruh peristiwa kecil tersebut."
"Maka dari itulah lohu harus memberikan keterangan tambahan, yakni aku terpengaruh oleh seorang perempuan."
Ketika berkata sampai di situ, sepasang matanya segera dialihkan ke atas pedang pendek yang berada ditangan Nyoo Hong leng itu.
Menyaksikan tindak tanduk orang, Nyoo Hong leng merasakan hatinya bergetar keras, serunya kemudian :
"Apakah perempuan itu ada hubungannya dengan pedang pendek ini ?"
"Lohu hanya bilang, ketika itu perempuan tersebut memang membawa sepasang pedang pendek tersebut, tapi pedang adalah benda, bisa jadi dia akan berganti pemilik, maka sebelum berjumpa dengan orang itu, lohu tak berani memastikan."
674
"Ehmm, agak bisa diterima dengan akal ucapanmu itu !"
"Baiklah, sekarang kau boleh melanjutkan perkataanmu, cuma lohu tak bisa selamanya tetap tinggal di sini."
"Keadaan secara garis besarnya sudah kuketahui, hanya ada satu hal yang masih tak aku pahami."
"Dalam hal apa ?"
Buyung Tiang kim mengangkat kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suaranya nyaring dan menggema sampai lama sekali.
Begitu ia tertawa, kontan Nyoo Hong leng yang cerdas dan cekatan ini dibuat kebingungan setengah mati dan tidak habis mengerti, akhirnya karena tak tahan diapun menegur :
"Apa yang kau tertawakan ?"
"Sesungguhnya hal ini tak sulit diduga cuma kemungkinan yang terselip dibalik peristiwa itu kelewat banyak, hingga kalau harus ditebak sudah pasti akan membuang banyak waktu."
Buyung Tiang kim segera tertawa.
"Nona sudah pernah jumpa dengan Buyung Tiang kim ?" "Belum pernah>"
Kemudian sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, dia bertanya :
"Toako, masih ingatkah kau dengan raut wajah ayahmu ?" Buyung Im seng segera menggeleng.
"Kami ayah dan anak belum pernah jumpa muka, aaii... seandainya salah seorang saja diantara ketiga orang pamanku ada yang hadir di sini, niscaya dalam sekejap mata dapat mengenali identitasnya."
"Dalam kota batu di bawah tanah ini tersekap puluhan orang lihai yang termasyhur namanya dalam dunia persilatan, tetapi tiada seorang pun yang memahami identitas lohu."
"Kalau begitu, hanya kau sendiri yang dapat mengatakan hal ini."
"Budak, tak nyana kecerdasanmu hanya terbatas sampai di sini saja, lohu tak akan beradu mulut dengan kalian lagi."
Nyoo Hong leng segera tertawa dingin.
"Sayang sekali kau sudah tidak dapat meloloskan diri dari sini lagi" serunya. "Jadi kalian benar-benar hendak menghalangi kepergian lohu ?"
"Kalau tidak percaya silahkan saja dicoba sendiri, sebelum kami meninggalkan tempat ini, jangan harap kaupun bisa meninggalkan tempat ini."
Buyung Tiang kim menggetarkan pedangnya, mendadak terlintas cahaya perak yang membelah ke tengah angkasa.
675
Nyoo Hong leng menggerakkan pula pedang pendeknya untuk menangkis "Traaang
!" suatu benturan nyaring yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan keheningan, tahu-tahu ia telah menangkis datangnya ancaman itu.
Buyung Tiang kim kembali menggetarkan pedangnya kesana kemari, dalam waktu sekejap dia melancarkan lagi tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Ketiga buah serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan amat dahsyatnya. Nyoo Hong leng yang menggunakan senjata kelewat pendek sulit untuk membendung ancaman tersebut dia segera terdesak sampai mundur beberapa langkah.
Buyung Im seng membentak keras, dia maju sambil melancarkan serangan. Dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah terlibat dalam suatu pertempuran yang amat seru.
Hawa pedang segera mengembang dalam seluruh ruangan batu, cahaya kilat beterbangan kemana-mana dan menyilaukan mata, benar-benar suatu pertarungan yang mengerikan hati.
Sekalipun jurus serangan yang digunakan Buyung Tiang kim rata-rata sangat tangguh dan hebat, akan tetapi setelah dikerubuti oleh Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng yang menyerang dengan sepenuh tenaga, meski dua ratus gebrakan sudah lewat, nyatanya menang kalah masih belum bisa ditentukan.
Sekarang Buyung Tiang kim baru benar-benar merasakan kelihaian dari kerja sama muda mudi itu.
Pedang pendek Nyoo Hong leng lebih mengutamakan kelincahan serta kegesitan di dalam gerakan, sebaliknya Buyung Im seng lebih mengutamakan kesempurnaan tenaga dan kemantapan dalam melancarkan serangan, kerja sama yang amat jitu dari kedua orang ini dengan persis berhasil saling menutupi kekurangan kedua belah pihak hingga terciptalah suatu kerja sama yang amat sempurna. (Bersambung ke Jilid 33)