Kitab Pusaka Jilid 04

Jilid 4

TIBA-TIBA lelaki setengah umur itu membentak keras: "Hei, bocah cilik! Apa hubunganmu dengan she Wan

tersebut?"

Suma thian yu mambalikan badannya dan melirik sekejap kearah orang itu dengan pandangan dingin, lalu sahutnya:

"Tak usah kau urus!”

Jawaban ini bukan menggusarkan lelaki setengah umur itu, dia malah tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, sambil menuding kearah Suma thian yu katanya kepada tosu tua itu:

"Coba kau lihat! Bocah keparat ini benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ternyata dia berani bersikap kurang ajar kepada kaum tua, heehh... heehh,.. heehh..."

Suma thian yu merasa gusar sekali menyaksikan sikap hina lawannya, dengan cepat ia melompat bangun kemudian bentaknya:

"Hei, apa yang kau tertawakan? jangan cengar-cengir dihadapanku.

Lelaki setengah umur itu segera menarik kembali senyumannya dan berhenti tertawa.

“Hmm, bocah cilik, apa Hubunganmu dengan orang she Wan? Cepat katakan..hardiknya kembali.

"Sauya justru tak mau menjawab, mau apa kau?” dengan nada yang lebih ketus Suma thian yu menyahut.

Ucapan tersebut segera menggusarkan lelaki setengah

umur itu, sorot matanya memancarkan kebuasan, hawa napsu membunuhpun menyelimuti seluruh wajahnya, dengan menyeramkan dia membentak:

"Hei bocah, orang she Wan itu pun tak berani bersikap kurang ajar dihadapanku, kau sibocah kunyuk yang masih berbau air tetek berani kurang ajar kepadaku? Hmm, benarbenartak tahu diri” Bukannya takut, Suma Thian yu malah selangkah demi selangkah maju kedepan menghampiri kedua orang itu.

Kagum sekali sitosu tua itu menyaksikan keberanian orang, segera katanya pula:

“Hei bocah muda, lohu tak tega membunuhmu, asal pedang yang kau gembol diserahkan kepadaku, kau segera akau kulepaskan."

Mendengar itu, Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

“Haaah.... haaahh..... rupanya pedang inilah yang kau incar, apa susahnya?”

Sembari berkata dia lantas meloloskan pedang Kit hong kiam peninggalan paman Wan nya dan disodorkan kedepan, katanya lagi sam bil tertawa dingin:

"Pedang ini sudah berada ditangan sauya sekarang, nih ambillah sendiri "

Tiba-tiba terdengar seseorang membentak nyaring.

“Bocah muda lihat serangan.”

Tosu tua itu mengayunkan pedangnya dari bawah keatas dengan jurus Sit gou huang gwat (badak sakti menengok rembulan) dan menu suk tenggorokan Suma Thian yu.

Si anak nuda itu berilmu tinggi dan bernyali besar, ketika menyaksikan pedang lawan menusuk ke arah dadanya, dia miringkan kepalanya sambil membuang bahunya kesamping, lalu tertawa nyaring.

Denean cepat gerakan tubuhnya dirubah, pedang Kit hong kiam kek menusuk balik ketenggorokan tosu tua tersebut dengan jurus Ciong liong ji hay (naga sakti masuk samudera).

"Kalau diberi tanpa membalas, tidak sopan namanya!" dia berseru.

Tindakannya yang tenang dalam menghadapi bahaya dan serangannya yang cepat daLam perubahan, mau tak mau membuat lelaki setengah umur yang menyaksikan jalannya pertarungan itu diam-diam bersorak memuji.

He. tarungan segera berlangsung d* nya. roareka berdua saling m?n* Pertarungan segera berlangsung dengan serunya, mereka berdua saling menyerang dan saling mendesak, semua ancaman dilakukan dengan

cepat lawan cepat, dengan cepat menaklukkan cepat. Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat,

ternyata kekuatan mereka berdua seimbang.

Bagi Suma Thian yu, meski pertarungan kali ini adalah penarungannya yang pertama, tapi oleh karena latihannya teratur dan tekun, maka sewaktu di praktekkan ia sama sekali tidak gugup atau tegang, malahan semua ancaman di lakukan secara tepat dan sempurna. 

Tosu tua itu makin bertarung semakin kaget pikirnya kemudian:

"Sewaktu orang she Wan itu masih hidup, namun kemampuannya sudah mencapai taraf yang begitu hebat, kalau dibiarkan hidup niscaya dia akan merupakan ancaman besar dikemudian hari, aku tak boleh membiarkan ia hidup terus!”

Berpikir begitu, gerakan tubuhnya tiba-tiba berubah, serangan yang dilancarkanpun makin lama semakin dahsyat.

Lambat laun Suma Thian yu kena dikurung kembali oleh gerakan ilmu pedang lawan yang amat dahsyat itu.

Mendadak Suma Thian yu berpekik, pedang Kit hong kiamnya di rubah menjadi gerakan Kian hou in liang (harimau muncul naga bersembunyi), telapak tangan kirinya di ayunkan kemuka cepat, pedangnya di iringi kilauan cahaya tajam langsung meluncur ke tubuh tosu tua itu.

Di tengah jeritan mana, tampak bayangan orang saling memisah dan mundur kebelakang.

Suma Thim yu telah bendiri kembali ditempatnya semula dengan wajah tidak berubah, sikapnya sangat tenang seakanakan tak pernah terjadi sesuatu apapun.

Sebaliknya keadaan dari tosu tua itu mengerikan, jubah sebelah kirinya telah robek sebagian oleh sambaran pedang  Kit hong kiam, dibawah ketiak kirinya telah bertambah dengan sebuah jalur luka yang memanjang, darah segar bercucuran amat deras.

Waktu itu dia sedang mundur dengan sempoyongan.

Walaupun berhasil dengan serangannya, Suma thian yu tidak melakukan pengejaran lebih jauh, dari sini dapat diketahui betapa mulia dan bajiknya pemuda ini, dia tidak ingin mencari keuntungan disaat orang sedang tak siap atau berada diposisi lemah.

Lelaki setengah umur yang menonton jalannya pertarungan itu dari samping arena maju memayang tosu tua itu buru-buru tegurnya:

"Tidak pernah menduga bukan It tim totiang?"

"Tidak mengapa, tak kusangka bocah keparat itu sangat lihay, Sim kong! Bereskan dia, jangan biarkan dia hidup"

Ternyata lelaki setengah umur itu bersama Hek hong hou (harimau angin hitam) It im kong sedangkan tosu tua itu adalah It tim tootiang dari partai Hoa san.

Perlu diketahui, suhu dan si Harimau angin malam Sim Kong adalah seorang gembong iblis kelas satu dari golongan Lioklim dewasa ini, dia merupakan seorang manusia yang paling disegani baik oleh golongan putih maupun golongan hitam.

Asal orang mendengar nama Hoat Kang-si (si mayat hidup) Ciu Jit hwe, bulu kuduknya pasti pada bangun berdiri Karena ngeri

Si Mayat hidup Ciu Jit hwe mempunyai tiga orang murid, murid yang pertama adalah Hek hong hou (Harimau angin hitam) Sim kong murid kedua bernama Cing bin kui (setan muka hijau) kang Tham, sedang murid yang ketiga adalah seorang perempuan, mereka menyebutnya Yan tho hoo (Gadis cantik bunga tho) Hoo hong, selain b banyak sudah kejahatan yang telan dilakukan, merekapun memiliki segenap kepandaian silat dari Si Mayat hidup Ciu Jit hwe.

000O000 IT TIM TOJIN termasuk jago pedang nomor satu pula didalam partai Hoa san pay, ia sudah mempunyai pengalaman selama puluhan tahun dalam permainan ilmu pedang, orang  ini pun merupakan seorang tosu Siluman yang sukar dihadapi.

Tak heran kalau Suma Thian yu menjadi tertegun sesudah mendengar pembicaraan mereka, mimpipun dia tak  menyangka kalau lelaki se tengah umur itu tak lain adalah Hek hong hou yang termasyur itu.

Setiap kali paman Wan membicarakan soal dunia persilatan dengannya, dia selalu menyinggung pula tentang kebuaasan serta keganasan Sim Kong, bahkan selalu berpesan kepadanya agar berhati hati bila bila suatu hari bertemu dengannya.

Seperminuman teh kemudian, Hek hong hou Sim kong  telah selesai membalut luka yang diderita It tim tojin, dengan sorot mata yang memancarkan sinar kebuasan, selangkah demi selangkah dia maju mendekati Suma thian yu dan berhenti satu kaki dihadapannya.

Tiba-tiba dia tertawa seram, katanya:

“Bocah keparat, toaya akan menggunakan tangan telanjang untuk mencoba kelihayan Kit hong kiam hoat yang tersohor itu, nah lancarkan seranganmu!”

Suma thian yu tidak sungkan-sungkan lagi, dengan alis berkernyit, dia tusuk jalan darah Kiu wi hiat diatas dada Hek hong hou Sim kong dengan jurus Im liong tham jiu (naga mega merentangkan cakar).

“Serangan yang bagus!” seru Hek hong hou Sim kong sambil tertawa dingin.

Sepasang tangannya segera direntangkan dengan juris Hiong ciau kian sui (ular ganas mengunting air), ia tangkis datannya serangan pedang itu dengan tangan telanjang.

Suma thian yu tak menyangka kalau musuhnya bakal menghadapi serangan tersebut dengan tangan kosong belaka, ia jadi terperanjat.

“Taak!” ketika pedang dan lengan saling beradu ternyata lengan si harimau angin hitan Sim Kong sama sekali tidak menderita cedera apa-apa, sebaliknya lengan kanan Suma Tihan yu yang menggenggam pedang tergetar keras sampai kesemutan, telapak tangan menjadi panas, hampir saja pedangnya terlepas dari genggaman.

Kejadian ini semakin mengejutkan hati Suma Thian yu, cepat-cepat dia menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur.

Ketika matanya dialihkan kewajah lawan, di lihatnya si harimau angin hitam Sim Kong sedang memandangnya sambil tertawa dingin, wa jahnya diliputi oleh sikap sinis dan menghina.

Suma Thian yu menjadi sedih sekali, hatinya terasa sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau, sedihnya bukan kepalang ia tak menyangka sudah sepuluh tahun belajar ilmu dan akhirnya nyaris terluka ditangan orang pada gebrakan yang pertama, rasa malu dan menyesal bercampur aduk menjadi satu.

Si Harimau angin hitam Sim kong segera tertawa seram, ejeknya:

“Bocah keparat, hari ini toaya akan menyuruh kau menyerah dengan hasil takluk, ayolah!”

Bagi seorang laki-laki, kepala boleh dipenggal namun harga diri tak boleh digadaikan, dengan menggertak gigi, Suma thian yu segera membentak keras:

“Bajingan busuk, aku akan beradu jiwa denganmu, serahkan nyawa anjingmu!”

“Sreet! sreet! sreet! Secara beruntun ia lepaskan tiga buah serangan berantai yang amat dahsyat.

Namun si harimau angin hitam sim kong masih tetap berlagak pilon, seakan-akan serangan ini dianggap enteng saja, tampak tubuhnya berkelit kekiri menggegos kekanan, dengan amat mudah sekali dia telah meloloskan diri dari serangan itu.

“Bocah keparat” ejeknya dengan tertawa dingin, “lebih baik berlatihlah sepuluh tahun lagi, saat itu boleh datang lagi untuk bertarung melawanku. Nah, hati-hati, toaya akan menyuruh kau minum air” Mendadak bayangan tubuh Hek hong hou lenyap tak berbekas, sementara Suma thian yu masih tertegun, tiba-tiba dadanya terasa menjadi kencang, ketika ia merasakan ada suatu ancaman bahaya, sayang keadaan sudah terlambat, segulung angin pukulan yang dahsyat telah mendorong tubuhnya hingga terjengkal kebelakang.

Baru saja ia menjejakkan kakinya untuk melompat kedepan, tahu-tahu kakiknya terasa dingin dan ”Byuuur”

seluruh badannya tercebut ke danau.

Padahal ilmu silat yang dimiliki Suma thian yu terhitung tangguh, cuma sayang pengalamannya masih cetek, sedang Hek hong hou Sim kong adalah seorang jago yang tangguh, sepanjang hidupnya entah sudah berapa banyak pertarungan sengit dialaminya, karena itu baik dibidang pengalaman maupun taktik, ia sepuluh kali lipat lebih hebat dari Suma thian yu.

Tak heran kalau begitu pertarungan berlangsung, dia lantas memilih posisi yang lebih menguntungkan dengan memaksa Suma thian yu membelakangi sungai, dengan tanah dekat sungai yang gembur tanpa disadari keadaan tersebut melemahkan posisi kekuatan yang dimiliki pemuda itu sebesar tiga bagian lebih.

Kasihan Suma Thian yu yang tak tahu keadaan yang sebenarnya, dia mengira ilmu silat sendiri yang tak becus.

Begitu tercebur ke dalam air, Suma Thian yu segera menjejakkan kakinya dan muncul kembali dipermukaan air, ia saksikan Hek hong hou Kim Kong sedang tertawa terpingkalpingkal. Ia memandang searahnya dengan wajah mengejek, sedangkan It tim tojin yang terlukapun sekarang ikut tertawa tergelak.

Suma Thian yu merasa sedih sekali tanna terasa air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya, sambil menggigit bibir dia bersiap sedia naik kembah ke daratan untuk beradu jiwa dengan lawan.

Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya, dia merasa kemampuannya masih selisih jauh bila dibandingkan dengan musuhnya, naik ke atas daratan untuk melanjutkan pertarungan berarti hanya mencari penyakit buat diri sendiri, tapi kalau tidak naik ke daratan, dia merasa sukar untuk menelan penghinaan tersebut dengan begitu saja....

Pelbagai ingatan sagera berkecamuk didalam benaknya, sekarang dia tidak sangsi lagi, dia harus pergi meninggalkan tempat itu, sekalipun dianggap sebagai pengecut dia juga harus pergi, karena dia tak ingin mampus dengan begitu saja.

Seorang lelaki yang ingin membalas dendam tiga tahun pun belum terlambat, asal bukit nan hijau,kenapa dia kuatir kekurangan kayu bakar,? Maka sekali lagi ia menyelam kedalam air dan tak muncul kembali.

Dengan amat tenang kedua orang manusia bengis itu menunggu ditepi sungai, tapi setelah tunggu punya tunggu Suma Thian yu belum juga menampakkan diri, mereka segera berseru tertahan:

“Kita tertipu!"

Hek hong-hou Sim Kong yang melongok ke air lebih dulu, ketika bayangan tubuh dari Suma Thian yu tidak ditemukan,  dia segera mendepak-depakkan kakinya sambil menyumpah: "Bocah keparat, sialan kau! Hmm, sekalipun kau kabur   keujung langit, suatu ketika kau pasti akan terjatuh kembali ke tangan toaya!"

It tim tojin yang terluka ikut memburu ke tepi sungai memandang air sungai yang tenang, ia berkata:

“Tampaknya bocah keparat itu pandai ilmu berenang, tampaknya hari ini kedatangan kita sia-sia belaka, sialnya pedang mustika itupun di bawa kabur keparat tersebut, waah, bagaimana pertanggung jawabku nanti kepada guruku?”

"Hmm, keenakan buat keparat itu, baiklah, untuk sementara waktu pedang Kit hong kiam itu biar disimpan olehnya, tapi cepat atau lam bat pedang itu pasti terjatuh kembali ketangan kami. Mari berangkat, kita menuju kehilir, mungkin keparat itu sudah berenang menuju kearah sana.

Sambil membimbing It tim tojin, dia segera melakukan pengejaran menuju kearah hilir. Benarkah Suma Thian yu menuju kehilir? Ternyata pemuda itu belum pergi jauh, dia masih berada dalam air didekat tempat kejadian, hanya saja membunyikan diri dibalik tumbuhan gelaga yang amat lebat, dengan menahan napas dia bersembunyi terus disana sampai kedua orang itu pergi meninggalkan tempat itu.

Ketika kedua orang manusia bengis itu pergi, dia baru menampakkan diri dari tempat persembunyiannya dan naik keatas daratan, kemudian dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dia kabur meninggalkan tempat itu.

Sekarang dia sudah basah kuyup, terhembus angin gunung yang dingin, tubuhnya segera mengigil karena kedinginan, dengan sedih tubuhnya berbaring diatas tanah membayangkan kembali pendidikan paman Wan nya selama sepuluh tahun, didikan gurunya selama delapan tahun, ternyata semua yang diharapkan gagal total, baru tejun kearena untuk pertama kalinya, dia harus menderita kekalahan secara mengenaskan....

Makin dipikir hatinya makin sedih, wajahnya menjadi amat murung dan kesal.

Mendadak ia teringat kembali pada kertas tanpa kata yang masih berada dalam sakunya.

“aahh... habis sudah, habis sudah, sudah pasti kertas kulit itu sudah basah kuyup ”

Sambil berkata dia memandang gulungan kertas yang berada dalam genggamannya, karena binggung dia sampai tak mempunyai keberanian untuk membuka kertas itu dan diperiksa isinya.

Saking gelisahnya dia menangis tersedu-sedu, kini batas waktu yang ditentukan tiga hari tinggal dua hari, tapi bukan saja ia tak dapat membongkar rahasia dibalik kertas tanpa kata itu, bahkan kertasnya menjadi kumal, bagaimana mungkin dia dapat memberikan pertanggungan jawabnya kepadi Wu san Siang gi nanti? “Thian yu wahai Thian yu, kenapa nasibmu seburuk itu?

Aaai.... sudahlah, biar aku menerima semua penderitaan tersebut"

Sambil berkata dia lantas membuka genggaman tangannya dengan sangat berhati hati, ternyata kertas itu sudah melekat menjadi satu karena terendam dalam air.

Dengan sangat berhati-hati Sama Thian yu segera memisahkan kertas yang melekat itu satu persatu, mendadak ia menjerit kaget.

"Aaaaah...!”

Sepasang matanya segera memancarkan cahaya tajam, sementara kemurungan yang mencekam pikirannya tadi seketika lenyap tak berbekas. Rupanya diantara kertas yang kosong tadi, kini sudahmuncul beberapa buah garis hitam.

Penemuan ini segera menggirangkan hati Suma thian yu, bagaikan menemukan harta pusaka saja, dia bersorak sorai kegirangan.

Buru-buru dia menggunakan kukunya untuk mengorek lapisan lilin yang melekat diatas kertas tersebut.

Lambat laun garis garis hitam tadi kini telah berubah menjadi sebaris tulisan.

Jantung Suma thian yu pun ikut berdebar keras mengikuti munculnya sebarisan tulisan itu.

Akhirnya dia melompat bangun dan berjingkak-jingkrak seperti orang gila, semua kemurungan yang semula  mencekam perasaannya, kini sudah lenyap tak berbekas, dia berterima kasih kepada Hek hong hou sekarang, betapa tidak? seandainya ia tidak mendorongnya sehingga tercebur kedalam air, bagaimana mungkin rahasia dari kertas tanpa kata itu dapat diketahui olehnya?

"Aku telah menemukannya, aku telah menemukannya..." seperti orang gila Suma Thian yu berteriak-teriak keras.

"Hei bocah, apa yang telah kau temukan?” suara seorang kakek menegur secara tiba-tiba. Mendengar teguran tersebut, dengan terperanjat Suma Thian yu segera berpaling, tapi dengan copat dia berdiri tertegun.

Entah sedari kapan, dibelakang tubuhnya berdiri seorang pengemis tua yang berambut kusut dan pakaian compangcamping tak karuan...

Cepat-cepat Suma thian yu masukan kertas itu ke dalam sakunya, kemudian menyahut:

“Aaah, aku cuma main-main, tidak ada apa-apa"

Pengemis tua itu segera memejamkan matanya, lalu tertawa tarbahak-bahak.

"Ha ha ha ha.....bocah, kau tak usah membohongi aku, kertas apa yang berada dalam genggamanmu itu ?"

"Oooh, tadi rfcu telah kehilangan sebuah surat, tapi sekarang telah kutemukan kembali”

Oooh kau adalah anaknya Wan Liang? kembali pengemis tua itu bertanya.

Suma Thian yu merasa keheranan, selama beberapa hari belakangan ini, setiap orang yang dijumpainya selalu menanyakan soal paman Wan padanya, mungkinkah paman Wan telah menyalahi begitu banyak orang? Kalau tidak, mengapa begitu banyak orang yang datang menanyakan dirinya dan mencari jejaknya?

"Ada urusan apa kau bertanya tentang dirinya? Dia orang tua sudah tiada, dia adalah pamanku”

“Ooh, tidak apa-apa, oleh karena aku sipengemis tua menyaksikan pedang yang kau bawa itu adalah miliknya maka aku menjadi teringat akan dirinya dan bertanya kepadamu"

Setelah berhenti sebentar, dia bertanya lagi. "Hei bocah, siapakah namaamu?”

Suma Thian yu menyaksikan pengemis tua itu berwajah gagah dan berwibawa, meski memakai pakaian yang kotor   dan penuh tambalan, namun tidak menutupi kegagahannya, dengan cepat dia menduga kalau pengemis tua inipun seorang pendekar lihay. Maka dengan suara yang tulus dan hormat, sahutnya: "Boanpwe she Suma bernama Thian yu

"Oooh....... dimanakah rumahmu?" "Aku tak punya rumah!"

Teringat rumah, tanpa terasa Suma Thian yu menjadi amat sedih sekali hampir saja air matanya jatuh bercucuran.

“Apa hubunganmu dengan Suma Tiong ko?"

"Dia adalah mendiang ayahku, mengapa lo cianpwee menanyakan soal ini?"

Pengemis tua itu tidak menjawab, dia hanya mengawasi Suma Thian yu dari atas kepala sampai kakinya dengan seksama, sekulum senyuman segera tersungging diujung bibirnya.

Sementara itu Suma thian yu berusa untuk mengingat-ingat siapakah gerangan pengemis tua itu, maka diingatnya kembali wajah serta ciri khasnya setiap jago persilatan yang pernah didengar dari paman Wan nya itu, akhirnya dia teringat  dengan seseorang, dengan sikap lebih menghormat, pemuda itupun bertanya:

“Locianpwe, apakah kau she wi ?”

“Aahh sudah lupa, aku si pengemis tua sudah melupakan nama serta julukan kusendiri”

Dari sini bisa diketahui kalau pengemis ini tak lain adalah she “wi” yang dimaksudkan Suma thian yu tadi.

Sebahgai seorang yang cerdas, tentu saja Suma thian yu mengetahui akan hal itu, buru-buru dia membungkukkan badanya untuk memberi hormat, lalu ujarnya;

“Maafkan kalau boanpwe punya mata tapi tidak berbiji, dari mulut suhiku boanpwe tahu kalau locianpwe adalah seorang pendekar gagah dan besar, sungguh beruntung hari ini boanpwe bisa bertemu muka, kejadian seperti ini merupakan suatu kemujuran bagiku”

“Ciiss, kaupun suka akan segala macam adat istiadat, apa   itu locianpwe ...locianpwe, huuh, sungguh aku si pengemis tua jadi jemu, kalau kau tak segera meluruskan punggungmu, jangan salahkan kalau aku si pengemis tua akan menggebuk orang...”

Rupanya ternyata pengemis tua ini adalah Siau yau kuy  atau penge mis yang hidup senang Wi Kian, umurnya sudah tua tapi masih suka berkelana kesana kemari tanpa aturan, ia merupakan seorang lawan paling tangguh dari kawanan iblis dari golongan hitam.

Siau yau kuy Wi Kian amat membenci segala macam kejahatan, setiap penjahat yanp terjatuh ketangannya, jarang sekali ada yang bisa lolos dalam keadaan hidup.

Kepandaian yang paling diandalkan adalah, Tan ci kang dan Kui goan khi kang, dihari-nari biasanyadiapun menciptakan Siau yau pang hong yand dikombinasikan dengan ilmu toya penggebuk anjingnya, kepandaian tersebut amat lihay dan disegani banyak orang.

Semenjak Sian yau kay menampakkan diri, Suma Thian yu lantas mengingat-ingat siapa gerangan tokoh persilatan ini, akhirnya dia dapat menginggat juga akan diri Siau yau kay ini.

Sementara itu, Siau yau kay sedang mengangkat tongkat Ta kau pangnya sambil berlagak mau memukul, sedang dimulut dia bertanya:

"Bocah, barang apa yang berada dalam saku mu? Basanya bukan hanya sepucuk surat biasa, bukan? Hayo cepat jawab, kalau tidak aku si pengemis segera akan membereskan dirimu!”

Suma Thian yu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia tahu kalau hal ini tak bisa dirahasiakan lagi, maka diambilnya kertas tanpa kata itu dan disodorkan kehadapan Sian yau kay seraya berkata:

“Yaa, kertas ini memang bukan sepucuk surat melainkan selembar kitap pusaka yang berisikan ilmu silat maha sakti, silahkan locian pwe periksa.”

Seraya berkata dia lantas menceritakan secara ringkas bagaimana berhasil menjumpai Wu san siang gi siu, bagaima tercebur keair dan lantaran bencana jadi untung dengan ditemukannya rahasia kitab tanpa kata itu. Setelah mendengar penuturan tersebut, Siau yau kay Wi Kian segara tertawa, ujarnya:

"Nak, simpan baik-baik benda itu, aku sipengemis bukan bermaksud untuk mendapatkan nya, melainkan hanya ingin tahu saja. Sebab benda mustika semacam ini biasanya hanyaakan diperoleh oleh mereka yang berjodoh, sekarang  kau berhasil mendapatkannya, ini berarti kau punya jodoh, dikemudian hari hasil yang kau peroleh tentu hebat, simpanlah baik-baik dan jangan diperlihatkan kepada orang lain.”

“Locianpwe, mengapa ilmu silat si lelaki she Sim itu begitu lihaynya?”

“Hek hong hou atau harimau angin hitam Sim kiong atau setan muka hijau Sam Tham serta Yan too hoa atau  perempuan cantik bunga too ho Hong adalah jago-jago lihay dari golongan Liok lim yang sangat iihay, kecuali kalah dengan berapa orang gembong iblis, ilmu silat mereka boleh dibilang sudah terhitung tangguh”

Berbicara sampai disini, Siau yau kay berhenti sebentar untuk menelan air liur kemudian sesudah berhenti sejenak, lanjutnya lebih jauh.

Terutama si Mayat hidup, gembong iblis ini cukup pusingnya banyak orang, jangankan aku sipengemis tidak mampu mengalahkan dia, biar empek bodohmu berdua juga hanya mampu bertarung seimbang, aai...dalam dunia persilatan dewasa ini timbul suasana yang memedihkan yang tragis, hawa sesat dan dan hawa iblis sudah merajai dunia persilatan, sementara kawanan pendekar yang mengaku dirinya orang putihpun sudah berbondong-bondong menyeberang ke golongen sesat, coba bayangkan sendiri suasana begini pantas untuk disedihkan atau tidak?”

Suma Thian yu segera merasa hatinya terdengar keras sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat serunya.

"Locianpwee, setelah mendengar perkataan itu, aku  menjadi keheranan, apakah dalam dunia persilatan sudah tidak terdapat lagi seorang lelaki sejati yang mau menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan serta melenyapkan kaum durjana serta kaum iblis dari muka bumi?"

"Siapa? Siapa yang bersedia memikul tanggung jawab yang amat berat ini? Sekalipun ada, mereka juga tak tahu bagaimana mesti turun tangan.

Misalnya saja seserti paman Wan mu itu, dia terasing dalam dunia persilatan karena menjunjung kebenaran dan keadilan, tapi tiada orang yang mau memahami cita-

citanyaitu, setelah ada contoh yang nyata, aai...siapakah yang sudi mengorbankan diri lagi meneruskan cita-cita luhurnya itu?”

“Aku Suma Thian yu pasti akun berusaha keras untuk melanjurkan cita-cita luhur paman Wan yang belum terselesaikan itu, sekalipun harus terjun ke lautan api atau menyerempet bahaya, aku tak akan menolak, aku pasti akan lenyapkan kaum durjana dari muka bumi dan menegakkan kembali keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan!"

Siau yau kay memuji tiada hentinya sehabis mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia memperhatikan pemuda itu beberapa kejap lagi, kemudian katanya:

“Nak, kegagahanmu sungguh mengangumkan, tapi...aaii, bukanya aku si pengemis tua ini hendak menghinamu, dengan kepandaian silat yang kau miliki sekarang, meski kau terhitung juga seorang jago pilihan dari golongan muda tapi kalau ingin di bandingkan dengan angkatan yang lebih tua, kepandaian silatmu masih ketinggalan jauh sekali."

Setelah berhenti sesaat, dia berkata lebih jauh. “Dengan usia kamu yang begitu muda sudah sepantasnya bila kau mencari guru yang pandai lari serta belajar ilmu silat yang lebih hebat, sehingga begitu munculkan diri, kepandaianmu akau mengejutkan setiap orang."

Suma Thian yu merasa sangat tidak puas setelah mendengar perkataan itu, ia merasa sudah tak dapat berdiam lebih lama lagi disitu, betul melatih diri di gunung

yang sepi dapat mendidik disiplin yang tinggi baginya, tapi dia harus segera melaksanakan cita-citanya serta tugas yang di bebankan kepadanya.

Ia memang tidak sangsi terhadap perkataan dari Siau yau kay, sebab apa yang dialami barusan dimana tubuhnya simpai tercebur dalam air sudah merupakan suatu bukti yang nyata, Siau yau kay yang berpengalaman luas, sekali pandang ia dapat menebak isi hatinya, maka sambil tertawa katanya.

"Nak, sewaktu muda dulu, aku si pengemis juga  mempunyai watak seperti kau, itulah seperti kau, itulah sebabnya penderitaan yang baru kualami amat banyak, bila kau bersikeras ingin turun gunung, tentu saja aku si pengemis tua tak akan menghalangi mu, tapi kau harus mampu menyentuh ujung bajuku didalam sepuluh gebrakan"

Ucapan tersebut segera dirasakan oleh Suma Thian yu sebagai suatu penghinaan terhadap kemampuannya, dia merasa dengan mengandal kan ilmu Kit hong kiam hoat seria Lay cing to liong pat si yang telah dipelajarinya selama   belasan tahun, mustahil dia tak mampu menyentuh ujung baju lawan.

Maka dengan cepat dia memutar otaknya mencari jalan, sementara diluarnya dia berkata dengan wajah tak berubah.

"Boanpwee tak berani"

"Kau tak berani? Hmm, Aku si pengemis tua tak akan membiarkan kau menganggur dengan seenaknya"

Selesai berkata tampak bayangan manusia berkelebat lewat, "plaak.!" bahu kanan Suma Thian yu sudah terhajar telak.

"Hayo balas!” teriak Siau yau kay dengan lantang, “hei bocah apakah kau hanya akan berdiri melulu disitu untuk menantikan kema-tianmu...?"

Karena tanpa sebab dirinya dihajar orang, tentu saja Suma Thian yu mandah menyerah, buru buru dia mengembangkan permainan jurus silat Tay cing To liong pat si untuk menghadapi serangan lawan.

Siau yau kay segera tersenyum begitu dilihatnya Suma Thian yu melancarkan serangan balasan, mendadak dia memutar badannya kencang sambil berkelit kesamping, setelah itu diapun mengambangkan ilmu meringgankan tubuhnya yang sempurna menerobos kesana kemari bagaikan kupu kupu yang terbang diantara aneka bunga, sebentar kekekiri sebentar ke kanan, tiada hentinya ia berPUtar mengelilingi tubuh Suma Thian yu.

Semakin bertarung, Suma Thian yu merasa semakin bersemangat, serangan demi serangan yg dilancarkan dengan ilmu Tay cing to liong pai si dikembangkan semakin gencar dan kuat, bahkan diepaskan secara beruntun tanpa henti.

Namun anehnya, setiap kali serangannya sudah hampir menyentuh tubuh lawan, tiba-tiba saja bayangan tubuh lawan hilang tak berbe kas, bahkan sebagai balasannya dia seringkali merasa dijawil orang dari belakang punggungnya atau ditiup tengkuknya, akan tetapi bila dia membalikkan badan untuk menyerang, tahu-tahu bayangan tubuh lawan hiiang lagi.

Pertarungan semacam ini pada hakekatnya tidak mirip lagi sebagai suatu pertarungan, melainkan mirip joged kera saja, bagaimanapun Suma thian yu mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya untuk melancarkan serangan, dia selalu tak mampu mengapa-ngapakan lawannya.

Dalam waktu singkat, sepuluh jurus sudah lewat, dengan wajah sedih Suma Thian yu segera menghela napas, dia mengendorkan kembali tangannya dan menundukkan kepala dengan air mata bercucuran.

Menyaksikan kejadian itu, Siau ya kau segera tertawa terbahak bahak, "Haaa..haaa.. haaa..” tak usah bersedih hati bocah muda, de ngan usiamu yang begitu muda ternyata sudah memiliki kemapuansetaraf ini, hal mana sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, aku si pengamis tua ingin bertanya kepadamu, siapa gerangan yang telah mewariskan ilmu pukulan Tay cing to liong ciang tersebut kepadamu."

"Ilmu itu diajarkan oleh guru boanpwee, Put Gu cu!"

“Aaah, dia masih hidup?” seru Siau yau kay tercengang, kemudian gumamnya lagi, “tak heran kalau kau lebih tangguh dari Wan liong, rupanya orang itulah yang telah mewariskan kepandaian silatnya kepadamu”

"Locianpwee, Thian yu tidak ingin turun gunung lagi, mohon kau orang tua sudilah kiranya mewariskan sedikit kepandaian kepadaku agar memperbaiki kemampuan boanpwee yang amat minim ini." pinta Suma Thian yu kemudian dengan wajah murung.

"Haaah ...haaah .. .haaah. .. aku si pengemis memang berwatak malas, selamanya tak pernah mengajar orang lain, ditambah pula aku orangnya suka lari kesana kesini, kalau menyuruh aku tinggal disisni untuk mengajar murid, jangan toh setahun, seharipun aku bisa mampus kekeringan.”

"Tapi

"Aku tahu, kau merasa putus asa bukan? Padahal dengan kepandaian silat yang kamu miliki sekarang, semestinya tak bakal kalah ditangan si harimau angin hitam Sim kong, aku curiga dengan peristiwa terceburnya engkau kedalam air... sebab menurut penilaianku, ketidakbecusan dirimu, semestinya kalian bisa bertarung seimbang!”

"Tidak !” Aku tak mampu mengalahkan dia, bahkan bayangan tubuhnya pun tak sempat ku lihat, tahu-tahu aku sudah tercebur ke dalam air, jangankan mengalahkan, berbicara seimbang saja tak mungkin"

"Kau keliru anak muda" ucap Siau yau kay cepat "dilihat dari sinnar matamu, seharusnya kau sudah memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun hasil latihan, sepantasnya tak mungkin bisa kalah di tangan Sim Kong, apalagi ilmu pedang Kithong kiam hoat dan Tay cing lo liong pat si merupakan ilmu sakti didalam dunia persilatan, salah saja diantara kepandaian tersebut sudah cukup untuk menjagoi dunia peralatan, aku lihat.... mungkin hal ini disebabkan kurang tahu dalam menghadapi lawan, seandainya aku sipengemis tua tahu kalau kau sudah menguasahi ilmu Tay cing lo liong pat si, aku benar benar tak berani sesumbar dengan mengatakan akan melayanimu sebanyak sepuluh jurus.!" Setelah mendengar penjelasan dari Siau yau kay, dan melihat pengemis itu tidak bermaksud mencemooh dirinya, tanpa terasa rasa percaya pada diri sendiri muncul kembali dalam benak Suma Thian yu, buru-buru dia menceritakan kembali apa yang dialaminya.

Mendengarkan penuturan itu, Siau yau kay mengelus jenggotnya sambil tersenyum, setelah itu katanya:

"Nah itulah dia, tak heran kalau dikalahkan. Baiklah, aku sipengemis tua akan berbuat baik kepadamu untuk mengajarkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh tersebut untukmu, anggap saja tanda mata atas penemuan kita ini"

Sembari bcrkata, dia lantas merentangkan sepasang lengannya dan mundur sejauh satu kaki.

Tiba tiba nampaklah Siau yau kay Wi Kian menggerakkan tubuhnya dengan cepat, terasa bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah berkelebat kian kemari dengan kecepatan bagai sambaran petir, namun gerakkan tersebut tak pernah lebih dari wilayah seluas lima langkah.

Suma Thian yu segera memusatkan segenap pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti gerakan tadi, namun dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, sebab ia sama sekali tidak berhasil menyaksikan rahasia dari ilmu langkah tersebut.

Hal ini membuat pemuda itu diam-diam menyumpahi kebodohan dirinya.

Dalam waktu singkat Siau yau kay itu telah selesai melakukan ilmu langkah Ciok tiong luan poh tersebut dan balik kehadapan Suma Thian yu, tanyanya: "Bagaimana? Sudah kau lihat jelas?”

Dengan perasaan menyesal Suma thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, dengan wajah merah padam seperti kepiting rebus, sahutnya tergagap.

“Boanpwe bodoh, tak berhasil kusaksikan rahasia dari ilmu langkah tersebut"

"Anak bodoh, masa karena soal itu saja harus bersedih  hati? Bila sekilas pandangan saa kau sudah dapat menangkap rahasia ilmu langkah tersebut, lantas apa artinya ilmu rahasia tersebut? bagaimana perasaanmu ketika berhadapan dengan aku si pengemis tua tadi?"

"Benar-benar sukar diraba gerakannya, tak dapat ditangkap bayangannya, bagaikan sedang mengejar angin menangkap bayangan saja" puji Suma Thian yu tanpa berpikir panjang lagi.

"Padahal aku bisa berbuat demikian karena mengandalkan ilmu langkah tersebut" kata Sian yau kay menerangkan, "nak, kau harus baik-baik melatih diri, bila ada jodoh kita akan bersua lagi dikemudian hari. Sekarang, aku si pengemis tua hendak pergi mencari empek bodohmu itu"

Selesai berkata, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuh dari Siau yau kay sudah lenyap tak berbekas.

Kejadian ini sekali lagi membuat sepasang mata anak muda itu terbelalak lebar-lebar dengan mulut melongo.

Sampai lama kemudian, dia baru bergumam:

"Untuk memahami saja tak bisa, bagaimana mungkin bisa dilatih? Sekalipun dewa juga tak mungkin bisa memahami ilmu langkah semacam itu bila Cuma memandang dalam sekejap mata saja!”

Berpikir demikian, pelan-pelan dia berjalan turun gunung, tapi sewaktu melewati tempat dimana Siau yau kay mendemonstrasikan ilmu serakan tubuhnya itu, mendadak.....

"Aaaah!" dia menjerit kaget.

Tampak diatas permukaan tanah telah muncul enam belas buah bekas telapak kaki yang amat dalam, setiap telapak kaki itu mendesak dalam tanah sedalam setengah depa, rumput yang semula tumbuh diatas bekas telapak kaki itu, kini sudah melayu dan dan mati membuat Suma Thian yumerasa terkejut sekaligus keheranan.

Penemuan mana tentu saja membuat Suma thian yu  merasa amat berterima kasih, buru-buru dia berpaling kearah mana Siau yu kay melenyapkan diri dan menjura dalam, katanya: "Terima kasih banyak locianpwc atas petunjukmu!”

Kemudian dengan perasaan gembira, penuh rasa percaya pada diri sendiri, selangkah demi salangkah dia mulai melatih diri dengan mengikuti bekas telapak kaki yang sudah ada.

Seringkali kejadian yang ada di dunia ini memang aneh sekali, sesuatu pekerjaan yang mungkin sederhana nampaknya, kadangkala justru semakin sukar untuk dipelajari.

Ketika Suma thian tu menyaksikan keenas belas bekas telapak kaki yang tertera diiatas tanah itu, pada mulanya dia mengira asal dilatih maka kepandaian itu mudah untuk dikuasahi, siapa tahu begitu kakinya mulai menginjak diatas bekas telapak kaki tersebut, ia menjadi kebingungan.

Anak muda itu tak tahu bagaimana mesti bergerak mengikuti bekas telapak kaki itu, sebab keenam belas buah bekas telapak kaki itu semuanya mirip "langkah pertama", juga mirip "langkah terakhir".

Suma Thian yu yang cerdik, kontan saja terjerumus dalam suasana bingung yang amat tebal.

Tapi, semakin sukar persoalan yang dihadapi, semakin mengobarkan rasa ingin tahu dari Suma Thian yu, dia tahu suatu pekerjaan yang makin sukar dicapai, biasanya semakin hebat bila telah diketahui, apalagi waktu yang tersedia baginya tak terbatas.

Maka dengan seksama dia lantas mulai menyelidiki kepandaian tersebut dengan sabar. Sekali gagal dicoba untuk kedua kalinya, gagal lagi dicoba lagi, sekali demi sekali dia berusaha terus menerus pantang menyerah.........

Kegagalan memang merupakan guru yang baik dan  pangkal dari kesuksesan, tanpa kegagalan darimana mungkin

datangnya kesuksesan, kalau tidak pernah merasakan getirnya kegagalan, mana mungkin bisa merasakan nikmatnya kesuksesan?

Sang surya telah terbit diufuk timur, lambat laun bergeser ketengah angkasa, dan akhirnya tenggelam dilangit barat.

Maka kegelapan malampun menyelimuti kembali bukit Kiu gi san, angin gunung yang dingin berhembus kencang. Mendadak diantara hembusan angin kencang terdengar suara Suma Thian yu yang sedang bersorak sorai.

“Aku telah berhasil...ooh, Thian! Aku telah berhasil, ha ha ha ha ”

Lembah Cing im kok ditengah fajar yang menjelang tiba, diliputi kabut yans amat tebal, hari itu merupakan hari yang amat indah.

Sang surya bagaikan panglima perang yang ampuh menaklukan iblis kegelapan, munculkan diri diufuk timur dan memancarkan sinar ke emas-emasan menyoroti seluruh jagad.

Namun Suma Thian yu masih tertidur nyenyak dibalik rerumputan, semalam dia kelewat gembira, kelewat lelah, sudah seharian penuh dia melatih ilmu tersebut, meski pada langkah kelima ia berhasil menemukan kunci rahasia dari ilmu langkah tersebut, tapi dia sendiri telah kelelahan.

Sekalipun lelah, namun perasaan yang mendekam didalam hatinya adalah perasaan yang manis dan hangat, sehingga walaupun sedang tidur nyenyak, sekulum senyum manis masih sempat menghiasi ujung bibirnya.

Disaat ia sedang tidur dengan nyenyak inilabh tampak dua sosok bayangan manusia berwarna hitam muncul ditempat itu dan berhenti dihadapannya.

Mendadak terlihat sebatang buluh dmasukan kedalam lubang hidung Suma Thian yu dan menkilik-kiliknya berulang kali, kontan sajasianak muda itu bersin dan melompat bangun dari tidurnya.

Begitu ia membuka matanya, maka tampaknya dua orang kakek telah berdiri dihadapannya.

“Locianpwe, rupanya kalian!" serunya keras.

Ternyata yang datang tak lain adalah Siang gi siu (sepasang kakek bodoh) dari bukit wu san, buru-buru Suma Thian yu menjura dan memberi hormat, katanya:

"Boanpwe tak tahu akan kedatangan cianpwe berdua, harap cianpwe berdua sudi memaafkan keteledoran boanpwe yang molor terus.” Toa gi siu (sikakek bodoh pertama) Khong sian tertawa terkekeh kekeh, lalu berkata:

"Heeeeehh.....heeeeehh.......heeeeehh....siapa tak tahu dia tak bersalah, kau tak usah banyak adat”

Kemudian setelah menggelengkan kepalanya berulang kali, dia melanjutkan.

"Seandainya disini muncul seekor ular beracun, atau muncul seorang malaikat bengis, apakah kau anggap masih bisa hidup segar bugar?

“....Dengan cepat Suma Thian yu menundukkan kepalanya rendah-rendah.

"Kemana larinya kertas tanpa kata itu? Apakah kau telah berhasil memecahkan rahasianya?" tanya Toa gi siu Khong Sian dengan wajah serius.

"Ya, sudah berhasil kupecahkan rahasianya Suma Thian yu bersorak gembira.

Cepat-cepat dia merogoh ke dalam sakunya untuk mencari kitab itu, tapi sesaat kemudian dengan perasaan terkejut, paras mukanya berubah hebat, serunya lagi:

"Aduh celaka, ke mana larinya kertas itu?"

Rupanya kertas yang semula berada dalam sakunya itu, kini sudah lenyap tak berbekas.

"Hayo ganti! Kau harus mengganti! Suusah payah kutemukan mestika yang tak ternilai harganya itu, tapi sekarang kau menghilangkannya, hayo cepat cari sampai ketemu, kalau tidak ku penggal batok kepalamu!"

Dengan kemarahan yang meluap-luap, Toa gi siu Khong Sian berteriak-teriak.

Suma Thian yu menjadi gelisah setengah mati bagaikan semut diatas kuali panas, peluh dingin bercucuran deras, wajahnya memucat bagaikan mayat, semalam dia masih memeriksanya sekali lagi, hari ini kenapa bisa lenyap tak berbekas?"

"Bocah keparat, mengapa bisa hilang? Hayo cepat jawab, cepat cari sampai ketemu!" lagi-lagi Toa gi siu Khong Sian berteriak dengan marah. Berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi dapat diucapkan Suma Thian yu? Terpaksa dia mengiakan berulang kali dan beranjak untuk pergi.

Pada saat itulah, Ji gi siu (kakek bodoh ke dua) Khong Bong yang selama ini membungkam terus, berseru dengan cepat:

"Tunggu sebentar!" Kau hendak mencarinya ke mana?" "Yaa, betul juga perkataan ini!" pikir Suma Thian yu setelah

mendengar perkataan itu, dia lantas berhenti.

Kemana ia mesti mencari kini? Kalau dicuri orang selagi dia tidur nyenyak, pencuri itu pasti sudah kabur meninggalkan tempat itu, kemana ia mesti mengejarnya?

Berpikir sampai disitu, dia menjadi tertegun, lalu dengan wajah tersipu ia menundukkan kepalanya rendah-rendah, seandainya disitu ada lubang maka ia pasti sudah menerobos masuk untuk menyembunyikan diri.

Tiba tiba si Kakek bodoh kedua Khong Bong mengayunkan tangan kanannya seraya berkata:

"Disini terdapat selembar, apakah milikmu?”

Suma Thian yu segera berpaling, begitu melihat kertas tersebut adalah kertas miliknya yang hilang, buru-buru sahutnya:

"Benar! benar! Benar...." Melihat tingkah laku sang pemuda itu, Wu san siang gi segera memegangi perut sendiri sambil tertawa terpingkal pingkal, tertawa sampai air matapan turut jatuh bercucuran

Selesai tertawa, Toa gi siu Khong Sicu baru berkata:

"Inilah sebuah pelajaran yang sangat berharga bagimu, kau harus selalu waspada dan berhati-hati dalam menghadapi setiap persoalan. Ketahuilah dunia persilatan itu amat berbahaya dengan manusia yang licik dan keji, sedikit saja lengah maka akibatnya bencana besar akan tiba, bencana paling kecil adalah rusak nama badan terluka, kalau bencana besar.... nyawamu pasti akan terbang ke akherat, ingatlah baik-baik pelajaran ini. ingatlah baik baik! Suma Thian yu segera mengiakan berulang kali, sekarang dia baru mengerti kalau tindakan Wu san gi siu mempermainkan dirinya, sebetulnya mempunyai arti yang mendalam.

Tanpa terasa dia menjadi terharu sekali dan menerima nasehat tersebut dengan perasaan yang tulus.

Ji gi siu Khong Bong segera menyerahkan kertas tersebut ketangan Suma Thian yu, lalu tanyanya.

"Apakah berbasil kau pahami?"

“Ya, boanpwee telan memahami rahasia dari kertas tanpa kata ini, tapi isi kertas itu..."

Secara ringkas dia lantas bercerita tentang pengalaman yang dijumpainya semalam, dimana ia berjumpa dengan Siau yau kay Wi kian. bagaimana menerima warisan ilmu langkah dan sebagainya.....

Mendengar kisah tersebut, dengan wajah serius Toa gi siu Khong Sian berkata:

“Aku sudah mengetahui semua kejadian itu, pengemis tua  itu sudah menceritakan segala sesuatunya kepadaku, kalau tidak begitu, darimana aku bisa tahu kalau kau sedang bersembunti disini dan molor? Kau bisa lupa makan lupa tidur dan berusaha terus untuk mempelajari dan menekuninya, semangat semacam ini memang pantas dihargai. Ketahuilah, ilmu langka Ciok tiong luan poh cap lak tui (enam belas  langkah kacau pembingung sukma) meski tak sedap kedengarannya, tapi tak terkirakan manfaatnya, kepandaian  itu merupakan kepandaian yang paling diandalkan sipengemis untuk ber kelana dalam dunia persilatan, asal kau dapat memahaminya, sekalipun berjumpa dengan iblis tua dari dunia persilatan, kendatipun tak sanggup mengalahkannya, paling tidak kau masih sanggup untuk menghindarkan diri dari setiap ancaman“

Suma Thian yu merasa gembira sekali, dia tak mengira kalau hanya dalam sehari saja sudah memperoleh petunjuk

yang sangat berharga dari seorang tokoh persilatan yang amat lihay, apalagi mewariskan kepandaian rahasianya, kejadian ini betul-betul merupakan suatu perkah yang sangat besar bagi dirinya.

Akan tetapi dia tidak pernah berpikir lebih mendalam lagi, mengapa orang lain bersedia mewariskan kepandaian andalannya itu kepada dia? Apa sebenarnya tujuan orang itu? Mungkinkah hal ini hanya dikarenakan dia menarik perhatiannya?

Tanggung jawab yang di bebankan diatas pundaknya dari hari kehari semakin bertambah berat, namun ia masih belum merasakan nya, dunia persilatan yang penuh pembunuhan, dunia yang penuh noda sedang menggapai kearahnya, dia harus bertanggung jawab untuk meredakan badai pembunuhan yang sedang melanda dunia persilatan, menegakkan keadilan dan kebenaran dalam masyarakat, bayangkan saja betapa berat dan pentingnya tugas serta tanggung jawabnya.

"Nak, tahukah kau apa yang tercantum didalam kitab tersebut?" Terdengar Tay gi siu Khong Sian bertanya.

“Entahlah, meskipun boanp telah berhasil membongkar rahasia ker tas tanpa kata itu, namun belum sempat untuk membaca apalagi mempelajari isi kitab tersebut

"Tak usah dibaca lagi, kertas ini hanya selembar kertas rongsok yang tak yang tak berguna”

"Apa? Cianpwee bilang kertas ini palsu? Aah, mana mungkin?”

"Sebenarnya aku pun berpendapat demikian kata Toa gi siu Khong Sian, kemudian sambil berpaling kearah Ji gi siu Khong Bong, kata nya. “Hiante, lebih baik kau saja yang menerangkan”

suma Thian yu segeras mengalihkan sorot matanya keewajah Ji gi siu Khong Bong, dia buru-buru ingin tahu rahasia yang kerada dibalik kertas tanpa kata tersebut.

"Apalagi yang mesti dibicarakan? palsu ya palsu apa lagi yang musti dijelaskan? sahut Ji gi siu Khong Bong cepat.

Kemudian setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan: "Semoga saja lembaran yang asli jangan sampai terjatuh ketangan iblis, kalau tidak, kebenaran dan keadilan pasti akan diinjak-injak, dunia persilatan tak pernah akan menjadi tenang kembali!"

Setelah mendengar perkataan itu, Suma Thian yu dibuat semakin kebingungan setengah mati, ditatapnya wajah si kakek bodoh kedua Khong Bong, kemudian sambungnya:

"Locianpwee, dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?"

"Boleh saja. Cuma selesai lohu berbicara nanti, kembali ada sebuah tugas yang hendak kuserahkan kepadamu, dan kau tak boleh me nolak tugas tersebut."

“Haai, lagi-lagi sebuah tugas." pikir Suma Thian yu didalam hati kecilnya.

Namun diluarnya dengan cepat dia menjawab.

"Baik, boanpwee akan melaksanakannya dengan baik."

Ia tak pernah mempertimbangkan akibatnya karena sekarang dia hanya ingin mengetahui rahasia di balik kitab tanpa kata tersebut.

Si Kakek bodoh kedua Khong Bong manggut-manggut, ujarnya kemudian:

"Ditinjau dari apa yang tercantum dalam kitab ini, dapat dikelahui bahwa isinya adalah sejenis kitab maha sakti peninggalan Ku hay siansu, seorang pendeta lihay yang hidup pada empat ratus tahun berselang, kitab itu bernama Kun

tun kan kun huan siu cinkeng dan merupakan sebuah kitab pusaka yang sudah pasti merupakan sejenis kepandaian yang luar biasa akan tetapi... "

Berbicara sampai disitu, dia sengaja berhenti sebentar, seakan akan hendak menggoda Suma Thian yu.

Ketika itu pemuda tersebut sedang mendengarkan dengan seksama, ketika orang tua itu berhenti berbicara, segera dia membuka mulut hendak bertanya, tapi dengan cepat Ji gi siu Khong Bong telah berkata lebih dahulu:

"Tapi kenyataannya jauh berbeda sekali, tulisan yang tercantum didalam kertas ini adalah tulisan bahasa Han, padahal Ku hay siansu adalah seorang Tibet, sekalipun sudah berkelana cukup lama didaratan Tionggoan, namun sepatah kata tulisan Han pun tidak dipahami olehnya. Dan sini dapat diketahui kalau kertas ini adalah barang palsu"

Dengan wajah termangu-mangu Suma Thian yu mendengarkan penje-lasan tersebut, sementara Tay gi siu Khong Sian manggut-manggut de ngan perasaan puas, tanyanya lagi:

"Hiante, menurut dugaanmuu, mungkinkah Cinkeng tersebut sudah keluar dari tanah?"

"Tentu saja sudah keluar dari tanah, bahkan telah diambil orang. Sudah pasti orang itupun seorang yang licik, kalau tidak, tak mungkin dia menirukan Cinkeng asli untuk membuat sebuah yang palsu!”

"Kalau begitu orang itu pintar sewaktu bodoh sesaat?” tanya Toa gi siu Khong sian.

“Ya, tentu saja cerdik!”

"Tapi aku anggap orang itu merupakan seorang yang 'paling bodoh." ucap Toa gi siu Kong Sian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Setelah ia berhasil mendapatkan kitab yang asli, mengapa harus membuat yang palsu? Bukankah ibarat melukis ular di beri kaki?"

"Benar! Inilah sebabnya orang itu boleh dibilang seseorang yang paling pintar, tetapi juga seseorang yang paling bodoh." Ji gi siu Khong Bong menyatakan setujunya pula dengan pernyataan tersebut.

Ketika selesai mengucapkan perkataan tersebut, mendadak dengan wajah serius Ji gi siu Khong Bongberpaling kearah Suma thian yu, kemudian katanya:

"Bocah, sekarang kau telah mendengar habis semua perkataanku, maka kaupun harus segera  melaksanakan sebuah tugas yang amar sulit, yakni setelah turun gunung nanti, bila kau berhasil mendengar kalau kitab pusaka tersebut telah muncul, maka kau harus berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungi kitab pusaka itu agar tidak sampai terjatuh kembali ketangan orang-orang laknat, mengerti?" "Baik, boanpwee akan turut perintah!" jawab Suma Thian yu dengan wajah bersungguh-sungguh.

Tapi ketika ia teringat akan dendam keluarga, sakit hati paman Wan dan kini ditambah lagi tugas berat tersebut, timbul perasaan yang sangat berat didalam hatinya.

Tiba-tiba Ji gi siu Khong Bong menuding kearah kitab pusaka palsu ditangan Suma Thian yu, lalu berkata:

"Lebih baik kitab palsu itu dirobek saja, toh disimpan juga tak ada gunanya”

Suma Thian yu memperhatikan sekejap kertas tersebut. sesungguh nya dia hendak merobeknya seketika itu juga, tapi ingatan lain seakan melintas dalam benaknya, bagaimanapun juga ia telah bersusah payah sebelum berhasil menemukan rahasia kitab itu, kalau belum dilihat isinya sudah dirobek, rasanya hal ini amat disayangkan.

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar