“Semisalnya cayhe bantu
Tooheng untuk mendapatkan kedudukan ciangbunjien dari Butong- pay itu entah
bagaimana maksud Tooheng?”Agaknya Sang Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng
ini mulai memasang jebakannya.
“Dalam perguruan kami banyak
terdapat manusia-manusia berbakat”kata Im Yang Cu dengan wajah serius,
“Sekaliun ciangbun suheng menemui ajalnya akibat keracunan belum tentu
kedudukan ciangbunjien tersebut terjatuh ke tangan pinto soal ini tak perlu
kalian repot-repot ikut memikirkannya.
“Melihat berbagai pancingan
serta jebakan sudah menarik Im Yang Tootiang memihak perkampungan Pek Hoa
Sanceng air muka Jan Bok Hong segera berubah hebat.
“Baiklah!”akhirnya ia berseru.
“Sekarang kita bicarakan dulu soal mati hidup suhengmu.
““Nah inilah tujuan yang
terutama dari kedatangan pinto kemari dan hanya persoalan ini saja yang berhak
pinto bicarakan.
“Jan Bok Hong melirik sekejap
kearah Kiem Hoa Hujien tiba-tiba dia berseru, “Tooheng ini berwatak sombong,
angkuh suka memandang tinggi diri sendiri ia tidak sesuai untuk diajak
berunding. Hujien? lebih baik kau sendiri yang menudingkan soal obat pemusnah
ini dengan dirinya.
“Kiem Hoa Hujien tertawa.
“Segala sesuatu biarlah Jan
Toa Cungcu yang putuskan sendiri. Aku akan menurut saja.
““Hujien terlalu memuji”sinar
matanya perlahan dialihkan kembali keatas tubuh Im Yang Cu.
“Entah Tootiang hendak
menggunakan benda apa ditukarkan dengan nyawa suhengmu?”“Pinto rasa bila benda
itu hanya barang biasa saja, Cungcu tentu tak akan menyetujui!”“Haaa… haaa…
haaa…”tak kuasa Jan Bok Hong tertawa terbahak-bahak.
“Boe Wie Tootiang adalah
ciangbunjien partai Bu-tong sudah tentu tak bakalan bisa ditukar dengan
barang-barang biasa.
““Bagaimana kalau kita hargai
dengan sejilid kitab pusaka Sam Khie Cin Boh?”“Apa? kitab pusaka Sam Khie Cin
Boh berada ditangan Bu-tong-pay?”seru Jan Bok Hong rada tertegun.
“Walaupun benda tersebut
berada ditangan pihak Bu-tong pay kami tapi menurut suheng kami ilmu silat yang
termuat dalam kitab tersebut tiada berkecocokan dengan ilmu silat perguruan
kami, keanehannya terlalu luar biasa oleh sebab itu tak seorangpun dari anggota
perguruan kami yang mempelajari isi kitab tersebut”kata Im Yang Cu penuh
keseriusan.
“Watak Boe Wie Tooheng keras
kepala dan terlalu percaya dengan ilmu silat perguruan sendiri, peraturan
guru-gurunya tidak ingin mencampurkan ilmu silat lain kedalam ilmu silat
perguruan aku rasa tindakannya ini memang tidak salah.
““Pinto hanya bertanya bagaimana
nilai benda tersebut”desak Im Yang Cu kembali.
“Kitab pusaka Sam Khie Cin Boh
sekalipun termasuk pusaka Bulim tapi bila digunakan untuk menukar jiwa
ciangbunjien kalian rasanya masih kurang cukup.
“Im Yang Cu termenung lama
sekali akhirnya ia berkata lagi. “Jikalau ditambah dengan sebuah lukisan Giok
Sian Cu? Apa kau kata?”tiba-tiba Jan Bok Hong membelalakkan sepasang matanya.
Dengan ketajaman
pendengarannya ditambah pula suara Im Yang Cu cukup keras orang lain bisa
mendengar sangat jelas tidak mungkin kalau Jan Bok Hong tidak mendengar.
Kendati begitu tak tertahan ia
menjerit tertahan juga. “Lukisan Giok Sian Cu.
“Perlahan-lahan Jan Bok Hong
menggeserkan sedikit badannya. “Entah aslikah barang itu?”tanyanya lirih.
“Lukisan Giok Sian Cu hanya ada
sebuah diseluruh kolong langit sudah tentu tak bakal salah lagi.
““Macam apakah Giok Sian cu
itu?”tiba-tiba Kiem Hoa Hujien menimbrung dari samping. “Mengapa hanya sebuah
lukisan begitu berharga?”“Hujien kau tidak tahu, lukisan Gio Sian cu ini
merupakan salah satu benda pusaka yang paling berharga dalam dunia Bulim
menurut kabar yang pernah tersiar katanya lukisan ini dibuat oleh dewa lukisan
Thian To pada seratus tahun berselang lukisan orang ini bukan saja luar biasa
bahkan hidup sebagai kenyataan, hanya saja watak Thian To amat kukoay.
Ia tidak ingin tinggalkan
seluruh lukisan yang berharganya dikolong langit. Pada saat menjelang
kematiannya ia telah membakar seluruh lukisan-lukisan berharganya dan kini
hanya tertinggal cuma separuh dikolong langit.
“Siauw Ling yang mendengar
dengan terpesona mendadak menyela dari samping.
“Mengapa lukisan itu tinggal
separuh??”Jan Bok Hong tertawa.
“Karena sewaktu Thian To
membakar lukisan-lukisannya hanya tertinggal separuh lukisan Giok Sian Cu yang
belum sempat terbakar musnah, inilah satu-satunya lukisan yang masih ada
dikolong langit. Sedang mengenai mengapa lukisan itu bisa selamat beritanya
adalah begitu.
““Ketika lukisan tadi terbakar
hingga tinggal separuh para jago Bulim yang bersembunyi disekitar kediamannya
segera turun tangan melancarkan satu pukulan dahsyat kearah kobaran api itu
sehingga lukisan tadi mencelat keluar rumah.
““Tapi Thian To yang terkenal
akan keindahan lukisannya merupakan seorang jago berkepandaian tinggi pula
dalam kalangan Bulim waktu itu sulit sekali baginya untuk temui tandingan. Ketika
Thian To melihat lukisannya yang belum habis terbakar mencelat keluar rumah ia
jadi gusar sekali dengan kumpulkan seluruh tenaga kweekang yang dimiliki ia
binasakan seluruh kawan Bulim yang tersembunyi disekeliling tempat itu.
““Oooouw… sungguh aneh sekali
watak orang ini”kembali Siauw Ling memotong sembari menghela napas panjang…
“Kenapa ia tidak suka tinggalkan hasil karyanya untuk keturunan selanjutnya?”Tak
tahan lagi Jan Bok Hong mendongak tertawa terbahak-bahak.
“Haaa… haaa… haaa bila
dikolong langit pada saat ini banyak lukisan hasil karya Thian To lukisannya
tak mungkin bisa dianggap sebagai benda yang sangat berharga.
““Perkataan itu sedikitpun
tidak salah”sambung Ih Boen Han To dari samping. “Tapi menurut apa yang siauwte
ketahui Thian To selama hidup menderita penyakit yang parah, lukisan yang
berhasil dibuatpun tidak lebih hanya sepuluh buah lukisan sekalipun
ditinggalkan dalam kolong langit semuapun tidak bisa terhitung banyak.
““Haaa… haaaa…”kembali Jan Bok
Hong tertawa tergelak. “Ih Boen heng tinggal di pesanggerahan Sian Kie Su Lu
membaca berjuta-juta jilid kitab dan mengarungi berlaksa-laksa lie
perjalanannya, pengetahuannya sudah tentu jauh lebih dari Siauwte entah
lukisann apa yang ditinggalkan Thian To dalam keadaan tidak utuh ini?”“Menurut
apa yang siauwte ketahui, lukisan itu adalah sebuah lukisan yang melukiskan
sebuah rembulan dikerumuni bintang-bintang disekitarnya cuma sayang lukisan
rembulan yang paling membutuhkan banyak keringat dan tenaga dari Thian To telah
terbakar musnah kini hanya tersisa dua belas bintang!”“Oooow pengetahuan Ih
Boen heng betul-betul luar biasa, lukisan yang masih tertinggal dikolong langit
memang benar-benar lukisan rembulan dan bintang hanya yang tidak cocok adalah
bintang tersisa bukan dua belas tapi hanya sebelas butir setengah.
““Waktu itu sesudah Thian To
turun tangan membinasakan orang yang melancarkan serangan dari tempat
persembunyian kenapa tidak mau memungut juga separuh lukisan tadi dari luar
rumah?”tanya Siauw Ling kembali.
“Waktu itu Thian To sedang
menderita penyakit yang amat parah. Napasnya sudah sendat tunggu putusnya. Apalagi
dalam keadaan gusar harus bergebrak pula melawan orang-orang itu, penyakitnya
menjadi kambuh kembali, sedang lukisan rembulan dan bintang itu sudah terpental
keluar ruangan tertiup oleh angin kencang. Sekalipun dia ada maksud mengejar
tapi kekuatan tak memadai menurut berita yang tersiar sewaktu badannya baru
melangkah keluar ajalnya sudah tiba. Sewaktu mati sepasang kakinya masih
tertinggal didalam pintu.
““Semisalnya ia benar-benar
ada maksud untuk memusnahkan seluruh hasil karyanya, kenapa hanya tertinggal
sebuah lukisan Giok Sian Cu saja yang tidak mau dibakar?”“Lukisan Giok Sian Cu
merupakan satu-satunya hasil karya yang paling indah diantara lukisan lain. Sekalipun
ia tidak rela lukisan tadi tertinggal dikolong langit iapun tidak tega untuk
memusnahkannya.
““Menurut apa yang siauwte
ketahui”tiba-tiba Ih Boen Han To menyambung. “Lukisan Giok Sian Cu tersebut
agaknya mengandung percintaan perempuan yang dilukis dalam lukisannya
benar-benar ada orangnya.
“Im Yang Cu yang kuatir akan
keselamatan ciangbun suhengnya lama kelamaan tidak dapat menahan sabar lagi
akhirnya ia berseru, “Pendapat kalian berdua walaupun pinto perhatikan
sungguh-sungguh tapi nyawa suheng pinto berada dalam keadaan kritis banyak
mendengarkanpun tak ada gunanya bagaimana kalau kedua benda berharga itu pinto
tukar dengan obat pemusnah racun tersebut? harap Jen Toa Cungcu suka cepat
mengambil keputusan dengan demikian agar pinto bisa berlega hati.
“Jan Bok Hong mendongak dan
memandang sekejap Kiem Hoa Hujien.
“Menurut pendapat cayhe, kitab
pusaka Sam Khie Cin Hok serta lukisan Giok Sian Cu sudah cukup untuk ditukar
dengan keselamatan Boe Wie Tootiang entah bagaimana pendapat Hujien?”Kiem Hoa
Hujien termenung berpikir sejenak kemudian sahutnya. “Aku punya suatu
permintaan yang tak pantas entah maukah Cungcu mengabulkan?”“Hujien silahkan
mengutarakan persoalan tersebut asal cayhe bisa melakukan tentu tak kutolak.
“Kiem Hoa Hujien tersenyum. “Sebetulnya
aku tidak membutuhkan apapun untuk memberikan obat pemusnah tersebut kepada
mereka. Asalkan kalian setuju tentu kuserahkan obat tersebut hanya saja sehabis
mendengar pembicaraan kalian berdua tentang lukisan Giok Sian Cu yang dikatakan
tak ada duanya dikolong langit, dari dasar hatiku timbul rasa ingin tahu.
“Jan Bok Hong sebagai seorang
cilik yang sudah diketahui gembira sedih marah senangnya tak urung berubah juga
air mukanya setelah mendengar perkataan itu.
“Apakah Hujien ada maksud
menginginkan lukisan Giok Sian ku itu?”“Sedikitpun tidak salah entah sukakah
Cungcu mengabulkan permintaanku ini.
“Suasana dalam ruangan
mendadak menjadi sunyi senyap tak terdengar sedikit suarapun saking sunyinya
sehingga detakan jantung setiap orang dapat terdengar jelas.
Melihat suasana berubah jadi
sunyi tiba-tiba Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh-kekeh.
Sembari memandang Siauw Ling
serunya, “Saudara cilik pernahkah kau menonton kedahsyatan dari Pak Sian jie ku
ini?”Walau dihati Siauw Ling merasa muak dan benci terhadap perempuan ini tak
urung rasa ingin tahu yang muncul didasar hatinya susah ditahan.
“Apa yang dimaksudkan dengan
Pak Sian jie?”tanyanya. Dari dalam sakunya Kiem Hoa Hujien mengeluarkan sebuah
kotak kumala sepanjang beberapa depa dengan lebar setengah coen.
“Saudara cilik kau sudah
melihat jelas?”serunya sembari tertawa. Tangannya digetarkan cepat serentetan
cahaya putih meluncur keluar dari balik kotak kumala tersebut kemudian sesudah
berputar kencang ditengah udara jatuh diatas meja perjamuan.
Setelah Siauw Ling
memperhatikan lebih cermat ia temukan benda itu berwarna putih badan bagian
bawah melingkar membentuk sebuah lingkaran kecil sedang kepalanya mendongak
keatas lidah berwarna merah menjulur tiada hentinya sepasang mata melotot
keempat penjuru.
Dibawah sorotan yang
menggidikkan hati para jago merasakan bulu roma bangun berdiri tapi untuk
menjadi kehormatan sendiri mereka berusaha menenangkan hatinya.
Dari sakunya kembali Kiem Hoa
Hujien mengeluarkan sebuah kotak berwarna hijau muda setelah dibuka penutupnya
segera dilemparkan ke sisi sarang laba-laba tersebut dan mulutnya
memperdengarkan suara aneh yang rendah lagi berat.
Delapan ekor laba-laba hitam
yang baru saja mengisap kering kutungan lengan itu setelah mendengar suitan
aneh tersebut mendadak menerobos masuk kedalam kotak satu persatu.
Kini tinggal seekor laba-laba
yang belum masuk kedalam kotak, tiba-tiba suitan Kiem Hoa Hujien berubah nada.
Si laba-laba hitam yang belum
sempat masuki kotak tersebut mendadak berhenti bergerak dan tak berkutik
ditempat semula.
Tampak cahaya putih berkelebat
lewat, ular Pek Sian jie yang berada diatas meja perjamuan mendadak laksana
sambaran kilat menubruk kearah sarang laba-laba tersebut.
Laba-laba hitam yang belum
sempat masuk kedalam kotak sebenarnya sedang pentangkan kakinya yang panjang
sehingga kelihatan sikap ganas dan gagah perkasa.
Tapi begitu berjumpa dengan
ular putih itu. Mendadak dengan tanpa sadar telah menarik kembali kakinya dan
sembunyikan kepala ke belakang, sebentar saja badannya sudah menyusut kecil
sekali.
Lidah merah ular itu segera
meluncur keluar menjilat badan laba-laba hitam itu dan menggulungnya masuk
kedalam mulut sekali telah musnahlah binatang beracun itu.
Melihat peristiwa pembunuhan
yang dilakukan antara ular putih dengan laba-laba hitam, air muka para jago
sama-sama berubah menghebat.
Sekonyong-konyong Kiem Hoa
Hujien meninggalkan tempat duduknya melangkah kedepan, setelah menutup kotak
besi berwarna hijau itu ia simpan ketujuh ekor laba-laba hitam itu kedalam saku.
Sejak ular putih tadi menelan
seekor laba-laba hitam mendadak kegagahannya makin memuncak, dengan diiringi
suara kokokan yang nyaring sisik putih diseluruh badannya bermunculan memenuhi
badan.
Kembali Kiem Hoa Hujien
ulapkan tangannya keatas ular kecil warna putih itu menyahut dan meloncat balik
keatas meja perjamuan, sinar matanya berkeliaran keempat penjuru.
Lidah menjulur keluar masuk
tiada hentinya siap menerjang mangsa selanjutnya.
Melihat semua peristiwa itu
Siauw Ling merasa terperanjat, diam-diam pikirnya dihati, “Kecepatan gerak dari
ular kecil berwarna putih ini benar-benar luar biasa sekali sungguh membuat
orang susah menjaga diri.
“Sinar mata Jan Bok Hong
menyapu sekejap wajah Kiem Hoa Hujien akhirnya ia mengangguk.
“Cayhe menyetujui permintaan
Hujien.
““Hiii hiii Toa Cungcu sungguh
amat sosial lain kesempatan nanti aku pasti akan membalas budi kebaikan ini”Kiem
Hoa Hujien tertawa terkekeh-kekeh.
Kotak pualamnya kembali
diangkat seraya memperdengarkan suitan yang maha aneh, ular kecil yang berwarna
putih itu meluncur balik kedalam kotak.
Diatas selembar wajah Jan Bok
Hong yang sesungging kembali satu senyuman.
“Im Yang Tooheng, kita
tentukan saja pertukaran ini entah dimanakah kitab pusaka Sam Kie Cien Boh
serta lukisan Giok Sian Cu tersebut?”“Pada saat ini benda-benda tersebut tidak
berada di saku pinto”Jan Bok Hong tertawa hambar.
“soal ini sih aku orang she
Jan sudah menduga sebelumnya. Silahkan Tootiang ajukan syarat pertukaran dan
kita lakukan suatu jual beli yang adil.
““Bilamana dalam dua belas
kemudian suhengmu tidak diberi minum obat pemusnah”sambungnya Kiem Hoa Hujien
dengan cepat. “Maka racun keji ular emas itu akan bersarang diseluruh perutnya
sekalipun mendapat obat pemusnah juga percuma saja, karena hal ini tak akan
berguna untuk menolong jiwanya.
““Jam berapakah saat ini?”tanya
Im Yang Cu kemudian sambil alihkan sinar matanya menyapu sekejap seluruh jago
yang ada dalam ruangan itu.
“Kentongan keempat lewat
sedikit, kentongan kelima belum sampai.
“Siang ini pinto akan
menunggang sebuah sampan kecil menanti kedatangan saudara sekalian didepan
teluk Sam Liuw Wan ditengah sungai, masing-masing pihak tak boleh terlalu
banyak membawa orang dan masing-masing pihak dengan menunggang sebuah sampan
kecil saling bertukar syarat ditengah sungai.
““Bagus, bagus sekali, entah
berapa banyak orang yang boleh dibawa masing-masing pihak?”kata Jan Bok Hong
sembari tertawa.
“Paling banyak empat orang,
lebih tak jadi.
““Baiklah kita menurut saja
dengan maksud hati Tootiang.
“Im Yang Tootiang angkat
telapak tangannya keatas, lalu memandang sekejap diri Ih Boen Han To dengan
pandangan yang sangat dingin.
“Sikap suheng kami terhadap Ih
Boen sianseng sangat ramah dan penuh kesopanan tidak sangka ternyata Ih Boen
sianseng begitu tidak tega untuk membokong dirinya.
“Ih Boen Han To tertawa serak.
“Bertanding kecerdasan bertanding kekuatan sudah lama terjadi dalam dunia
kangouw masing-masing pihak harus mengandalkan kepintaran dan kemampuan sendiri-sendiri.
Walaupun suheng kalian bersikap amat baik kepadaku itupun tidak bermaksud yang
lebih mendalam jadi sikap suhengmu tak bisa dikatakan bersahabat.
““Hee, hee jika suheng kami
terjadi sesuatu hal yang tidak beres maka Ih Boen siansenglah pertama-tama yang
harus menanggung seluruh dosa ini!”seru Im Yang Tootiang sembari tertawa dingin.
“Aakh Tooheng terlalu memuji.
“Sinar mata Im Yang Tootiang
perlahan-lahan dialihkan ke wajah Jan Bok Hong. “Pinto berpamit dulu dan kita
berjumpa nanti siang.
“Jan Bok Hong tidak menjawab
sinar matanya dialihkan kearah Ciu Cau Liong.
“Harap Jie te suka mewakili
aku mengantar Im Yang Tootiang keluar dari sini.
“Ciu Cau Liong mengiakan
tangannya lantas merangkap memberi hormat. “Tootiang silahkan.
“Im Yang Cu tidak banyak
bicara lagi ia putar badan dan berlalu mengikuti dibelakang Jie Cungcu.
“Tunggu sebentar”tiba-tiba
Kiem Hoa Hujien membentak keras seraya bangkit berdiri.
“Racun yang berada diatas
jaring laba-laba itu sangat ganas bila kalian berdua sampai terbentur dengan
racun itu kemungkinan besar sebelum Boe Wie Tootiang kalian sudah mati terlebih
dahulu.
““Jikalau demikian harap
Hujien suka menghantar mereka turun loteng”seru Jan Bok Hong cepat.
Kiranya didepan pintu loteng
masih banyak melingkar laba-laba yang menutup jalan keluar mereka.
Kiem Hoa Hujien tertawa
katanya, “Toa Cungcu kedudukanmu sangat terhormat bila ada sarang laba-laba
yang menutup pintu masuk bukankah memberi tambahan sebuah jebakan bahaya untuk
dirimu? mengapa harus dimusnahkan? bukankah terlalu sayang?”Jan Bok Hong
kerutkan alisnya lama sekali akhirnya ia tertawa.
“Perkampungan Pek Hoa Sanceng
walaupun tidak terhitung sebuah benteng terdiri dari tembok tembaga dinding
baja tapi persiapan untuk menahan serangan musuh masih cukup kuat maksud baik
hujien biarlah cayhe terima dihati.
““Jikalau demikian adanya
akupun lebih baik terima perintah dan mewakili Toa Cungcu untuk melenyapkan
jaring laba-laba ini.
“Dengan langkah menggiurkan
Kiem Hoa Hujien berjalan mendekati jaring laba-laba tersebut.
Seluruh perhatian para jago
yang hadir dalam ruangan tanpa disadari lagi bersama-sama dialihkan kesatu arah
yang sama yaitu melihat dengan cara apa perempuan itu hendak melenyapkan jaring
laba-labanya.
Jan Bok Hong sebagai seorang
manusia cilik berakal banyak tujuannya yang paling terutama adalah melihat
secara bagaimana perempuan itu melenyapkan jaring laba-laba beracun itu
sehingga dikemudian hari mendapat cara untuk memecahkannya.
Tampak Kiem Hoa Hujien
memasukkan tangannya kedalam saku dan mengambil keluar sebilah pedang pendek
warna emas yang panjangnya tidak sampai satu depa dimana tangannya menyambar
serentetan cahaya biru berkelebat lewat menghajar sarang labalaba tersebut.
Sreeet diiringi desiran tajam
sarang tadi lenyap tak berbekas. Agaknya ia tidak ingin para jago yang ada
dalam ruangan melihat jelas senjata apa yang ia pergunakan dengan kecepatan
yang susah diikuti dengan pandangan mata pedang emas tadi dimakan kembali
kedalam sakunya lalu menoleh dan tertawa.
“Sekarang kalian berdua boleh
berlalu.
““Cayhe bawakan jalan buat
Tootiang”Ciu Cau Liong berebut jalan selangkah terlebih dahulu.
Dengan kencang Im Yang Cu
mengikuti dari belakang Ciu Cau Liong berlalu dari loteng dengan langkah lebar.
Sepeninggalan toosu tua dari
Bu-tong pay perlahan-lahan Kiem Hoe Hujien balik kembali kekursinya lalu
tertawa.
“Kali ini apakah Toa Cungcu
bersungguh-sungguh hendak tukar obat pemusnah tersebut dengan benda pusaka yang
mereka ajukan?”tanyanya perlahan.
“Sedikitpun tidak salah
walaupun dalam dunia kangouw penuh diliputi kelicikan serta akal busuk tapi
janji yang telah kita setujui tak boleh dilanggar bila Im Yang Tootiang
benar-benar hendak gunakan kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok
Sian Cu untuk ditukar dengan obat pemusnah kitab, sudah seharusnya kita tak
boleh mengingkari janji.
““Jika aku gunakan obat lain
untuk ditukar dengan benda itu?”Jan Bok Hong segera tersenyum.
“Bu-tong pay bisa tancap kaki
selama ratusan tahun. Dalam dunia kangouw sudah jelas kekuatan mereka tidak lemah,
apa kau kira mudah sekali buat kita untuk menghadapinya? Hujien setelah
mendengar segala sesuatu yang diatur Im Yang Tootiang dengan minta sebuah
sampan kecil dan pertukaran itu dilakukan ditengah telaga apakah masih belum
mengerti apa maksudnya yang benar?”“Jikalau secara sembarangan aku mengambil
keluar semacam obat dan kukatakan inilah obat pemusnah dari ular emas itu. aku
rasa Toa Cungcu sendiripun belum tentu bisa membedakan!”Pada mulanya Jan Bok
Hong tertegun, akhirnya ia tertawa hambar.
“Hujien, kau terlalu pandang
enteng jago-jago Bulim didaratan Tionggoan dan terlalu pandang enteng
bakat-bakat bagus dari Bu-tong-pay”tegurnya dingin.
Karena takut antara mereka
berdua timbul cekcok, buru-buru Ih Boen Han To menimbrung.
“Jan heng sudah memimpin kalangan
Liok Lim didaratan Tionggoan sejak sepuluh tahun berselang sedang Hujien
merupakan pimpinan tertinggi sekitar daerah Biauw Ciang masing-masing pihak
mempunyai kekuasaan tersendiri.
“Ia merandek sejenak, kemudian
sambil tertawa sambungnya, “Tapi keadaan pada saat ini sangat berlainan kita
butuh kerja sama yang erat dan sebenarnya masing-masing pihak coba saling
mengalah apalagi keadaan kita saat ini bagaikan menunggang diatas punggung
harimau, mau turunpun susah…”Ia merandek sejenak dan menghela napas panjang,
setelah memandang wajah Kiem Hoa Hujien sekejap sambungnya lagi, “Dihadapan Im
Yang Tootiang tadi Hujien sudah mengaku kitalah yang membokong Boe Wie Tootiang
tidak bisa diragukan lagi keadan kita sudah berdiri pada posisi berlawan dengan
pihak Bu-tong pay kau harus tahu Hujien, pengaruh Bu-tong pay amat luas dan
lebar bahkan dengan pihk Siauw Lim Go bie serta Cing shia pun mengadakan saling
tukar kabar berita dan mari kita saling membantu pihak yang lain.
““Bila peristiwa ini berekor
makin membesar dan mulai tersebar dalam Bulim maka dari pihak Siauw Lim pay, Go
bie pay serta Cing Shia pay akan datang memberi bantuan kepada mereka, jika
Hujien dan Toa Cungcu tak dapat mulai bersatu sejak kini maka kesempatan baik
ini akan digunakan oleh pihak lawan untuk menggempur kita!”“Pendapat Ih Boen
heng sedikitpun tidak salah”Jan Bok Hong tertawa dan mengangguk.
“Siauwte betul-betul kagum.
“Sedangkan Kiem Hoa Hujien
termenung berpikir sebentar setelah itu baru tertawa.
“Perkataanmu belum selesai
diucapkan mengapa secara tiba-tiba membungkam kembali?”“Hujien benar-benar
manusia yang sangat berbakat”seru Ih Boen Han To diiringi deheman perlahan. “Maksud
Siauwte dari antara Hujien dan Jen heng harus cari seorang yang pegang tampuk
pimpinan tertinggi dalam melaksanakan rencana sebesar ini sehingga semua urusan
bisa terpimpin.
““Hujien datang dari ribuan
lie jauhnya kau lebih patut untuk duduk sebagai pimpinan kita”usul Jan Bok Hong
cepat.
Lama sekali Kiem Hoa Hujien
memperhatikan wajah Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, kemudian
ia menyahut, “Toa Cungcu tidak usah sungkan lagi, tamu tidak boleh bersikap
menyolok dihadapan tuan rumah lebih baik Toa Cungcu saja yang duduk sebagai
pucuk pimpinan!”Ketika itulah Ih Boen Han To tertawa dan mengemukakan
pendapatnya, “Bila dibicarakan dari kecerdasan, bakat serta kepandaiannya silat
masing-masing pihak kalian berdua sama-sama pantas duduk sebagai puncak
pimpinan. Cuma menurut pendapat siauwte lebih baik Jen heng saja yang duduk
sebagai pimpinan! Walaupun kepandaian silat hujien luar biasa kecerdasannya
melebihi orang tapi berhubung sudah lama berdiam didaerah Biauw Ciang rasanya
bagimu kurang paham terhadap situasi didataran Tinggoan jika dibandingkan
dengan kemampuan Jen heng, Ehmm! benar akupun punya pandangan demikian Jan Toa
Cungcu kau tidak usah menampik lagi.
““Jikalau kau berdua sama-sama
berkata demikian siauwtepun menurut perintah saja tapi ada satu persoalan harus
siauwte utarakan terlebih dahulu, asalkan kalian berdua suka mengabulkan siauwte
baru berani menerimanya.
“Kiem Hoa Hujien berpaling dan
memandang sekejap kearah Ih Boen Han To sedang mulutnya tetap membungkam. “Jen
heng punya pendapat tinggi apakah? Silahkan diutarakan keluar.
““Menguasai keadaan lapangan
pertarungan melebihi menang seribu kali, didalam melakukan komando tertinggi
bakat siauwte terbatas dan susah mengambil keputusan sendiri oleh sebab itu
menghadapi setiap persoalan yang maha besar masih mengharapkan kalian berdua
suka bersama-sama melakukan perundingan.
““Sudah seharusnya demikian”sahut
Kiem Hoa Hujien cepat. Jan Bok Hong tertawa hambar.
“Jikalau urusan sudah kita
tentukan ini berarti tiada bantahan dari masing-masing pihak lagi untuk
suksesnya tujuan kita aku usulkan kita membentuk satu persekutuan dan membuat sebuah
panji persekutuan dimana panji tadi tiba setiap orang tak boleh membantah.
““Tapi rasanya soal lukisan
Giok San Cu tidak termasuk dalam persekutuan ini bukan”sindir Kiem Hoa Hujien
sambil tertawa.
“Hujien suka bergurau setelah
cayhe menyetujui untuk hadiahkan lukisan Giok San Cu buat Hujien sudah tentu
benda itu akan menjadi milikmu. Apakah kau bisa merasa menyesal kembali?”“Ucapan
Jen heng sedikitpun tidak salah”seru Ih Boen Han To memberikan tanggapannya. “Soal
pembuatan panji persekutuan serahkan saja kepada siauwte untuk membuatnya.
““Baik siauwte segera kirim
orang untuk mengundang beberapa orang sahabat lama serta beberapa orang jagoan
yang memiliki nama terkenal dalam dunia persilatan untuk melangsungkan suatu
pertemuan para enghiong hohan dan meminjam kesempatan ini ajak pula mereka
untuk bersama-sama menjadi anggota persekutuan.
““Munculnya kembali Jan heng
dalam dunia kangouw sudah cukup menggemparkan seluruh dunia persilatan
pertemuan enghiong hohan ini pasti akan memancing perhatian partai-partai besar
lainnya”seru Ih Boen Han To seraya tertawa.
“Ih Boen heng terlalu memuji. Pertemuan
para enghiong hohan masih agak lama jaraknya dari ini hari dan kita masih punya
banyak waktu sama-sama merundingkannya”sambung Kiem Hoa Hujien. “Dan kini didepan
mata kita masih ada satu persoalan yang belum mendapatkan keputusan dari Jan
Toa Cungcu.
““Apakah soal pertemuan nanti
sore dengan Im Yang Cu?”“Benar hidung kerbau itu hanya membatasi dengan sebuah
sampan kecil dan empat orang apakah Cungcu sudah pergi berpikir siapakah
keempat orang yang hendak kita kirim?”“Bagaimana kalau Hujien ikut pergi
didampingi oleh Ih Boen heng?”Agaknya Ih Boen Han To diluar dugaan dengan
perkataan dari Toa Cungcu perkampungan Pek Hoa Sanceng ini.
“Apakah Jan heng sendiri tidak
ikut pergi?”“Siauwte tidak ikut pergi biarlah Jie te serta Sam te pergi
mewakili diriku.
““Rahasia perkampungan Pek Hoa
Sanceng sudah bocor, setiap saat kemungkinan besar perkampungan bisa kedatangan
musuh tangguh. Toa Cungcu tetap berada dalam perkampungan memang merupakan
suatu keputusan yang amat tepat”puji Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.
“Kecerdikan serta bakat Hujien
melebihi orang perjalanan kita kali ini pasti akan peroleh hasil yang
diharapkan cayhe akan hormati dulu Hujien dengan secawan arak.
“Seraya mengangkat cawan
sendiri, sekali teguk ia habiskan isi araknya.
Kiem Hoa Hujien pun mengangkat
cawan didepannya dan meneguk habis isi cawannya lalu sembari tertawa ujarnya,
“Moga-moga saja tidak mengecewakan harapan Cungcu!”Sinar mata Jan Bok Hong
berputar menyapu sekejap wajah Ciu Cau Liong serta Siauw Ling lalu ujarnya,
“Jie te, Sam te kalian boleh turun loteng untuk beristirahat nanti sore kalian
dengan mengikuti Hujien pergi kesungai untuk hadir dalam pertemuan.
“Siauw Ling bangun bendiri
menjura lalu pertama-tama turun dulu dari atas loteng.
Berada dalam loteng Wang Hoa
Loo setengah harian membuat pandangannya mulai terbuka dan mebuat ia mulai
merasa dirinya telah terjerumus kedalam satu jebakan yang sangat keji.
Dengan membawa perasaan
murung, kesal sedih ia balik kebangunan mungil Lan Hoa Cing Si.
Kiem Lan serta Giok Lan dengan
wajah penuh senyuman telah menanti kedatangannya diluar bangunan Lan Hoa Cing
Si tapi melihat kemurungan wajah pemuda tersebut senyuman merekapun punah
dengan mengintil dibelakang Siauw Ling bersama-sama masuk kedalam.
Giok Lan ambilkan secawan teh
perlahan-lahan mendekati diri Siauw Ling.
“Sam ya, apakah kau sedang
marah dengan budak-budakmu?”tegurnya lirih.
Siauw Ling menggeleng dan hela
napas panjang.
“Persoalan ini tiada
hubungannya dengan kalian. Kamu berdua boleh undurkan diri, aku mau duduk
semedi sebentar.
“Kedua orang itu tahu
bagaimanakah watak Sam ya nya mereka tak berani berdiam disana lagi diam-diam
merapatkan pintu dan mengundurkan diri.
Sepeninggalnya kedua orang
dayang itu Siauw Ling padamkan lampu, lepas pakaian dan berbaring tapi
pikirannya amat kacau walaupun sudah bolak balik belum juga bisa pejamkan mata.
Tiba-tiba serentetan suara
teguran yang serak-serak basah bergema datang.
“Samte kau sudah tidur?”Nada
suara orang ini sangat dikenal sekali olehnya, mendengar teguran ini Siauw Ling
segera mengenali dia bukan lain adalah Jan Bok Hong.
“Ooouw Toako!”serunya sambil
meloncat bangun.
Terdengar pintu didosong
cahaya lampu menyorot masuk. Kiem Lan dengan membawa lentera berjalan masuk
kedalam membuka jalan. Jan Bok Hong sambil menggendong tangan mengikuti dari
belakang perlahan-lahan masuk kedalam ruangan.
“Sore ini Kiem Hoa Hujien akan
bertindak sebagai pemimpin. Samte, kau harus mendengarkan semua perintahnya!”ujarnya
seraya tertawa.
“Soal ini siauwte tahu”Siauw
Ling segera menjura.
“Lukisan Giok Sian Cu
merupakan hasil kerja terkenal dari seorang ahli lukis Thian To pada
beratus-ratus tahun berselang, benda itu sangat berharga sekali dan apabila
dihitunghitung harganya ada diatas kitab pusaka Sam Khie Cin Boh bila terjatuh
ketangan Kiem Hoa Hujien bukankah terlalu sayang?”“Toako bukankah kau sudah
menyetujui untuk berikan lukisan Giok Sian Cu buat Kiem Hoa Hujien??”tanya
Siauw Ling kebingungan sepasang matanya memandang Jan Bok Hong tajam-tajam.
Perlahan-lahan Jen Toa Cungcu
dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini mengangguk.
“Tidak salah walaupun aku
sudah setuju untuk berikan kepadanya, tapi kau belum menyetujuinya.
““Apakah Toako berharap
Siauwte suka rebut kembali lukisan tersebut??”“Dalam keadaan seperti ini kita
sedang membutuhkan orang kepandaian silat Kiem Hoa Hujien amat lihay terutama
sekali binatang-binatang beracunnya dalam kolong langit rasanya susah untuk
temukan orang kedua macam dirinya. Ia benar-benar merupakan seorang pembantu
yang bagus untuk kita…!”Mendengar perkataan itu Siauw Ling lantas kerutkan
alisnya.
“Toako bilamana kau ada maksud
mendapatkan lukisan Giok Sian Cu itu, kenapa tidak biarkan Siauwte merebutnya dari
tangan Kiem Hoa Hujien Toako! kau benar-benar membuat Siauwte jadi kebingungan
sendiri.
“Jan Bok Hong tersenyum.
“Kita tak boleh kehilangan
lukisan Giok sian Cu itu tidak dapat pula merebutnya dari tangan mendapatkan
benda Kiem Hoa Hujien, apakah kau tak dapat mendapatkan benda tersebut dengan
menipu diri Kiem Hoa Hujien.
““Menipu…”Siauw Ling agak
tertegun.
“Setiap benda yang ada dalam
kolong langit tentu ada lawannya. Kiem Hoa Hujien terkenal sebagai seorang
jagoan yang ahli dalam penggunaan berbagai macam racun, memelihara binatang
berbisa kecuali Samte seorang rasanya dikolong langit tak ada orang kedua yang
bisa menaklukan dirinya.
““Toako kau jangan menggoda
diri Siauwte lagi! Baik kecerdasan bakat perngetahuan maupun pengalaman siauwte
tidak bisa memadai Kiem Hoa Hujien, mana mungkin aku bisa menipu
lukisan-lukisannya?”“Justru karena Samte tiada pengalaman Bulim, tidak membawa
kelicikan merupakan senjata yang paling mudah untuk mencundangi perempuan ini.
“Ia merandek sejenak lalu
sambungnya, “Selama sejarah Bulim banyak muncul jago-jago perempuan yang
memiliki kecantikan wajah yang luar biasa ketengasan serta kekejaman diluar
batas, kepandaian silat kecerdasan tidak berada dibawah kaum lelaki, tapi coba
kau lihat kebanyakan para enghiong yang berhasil menguasai Bulim mempunyai satu
kekurangan yang paling menyolok yaitu perempuan paling mudah terangsang oleh
rasa cinta kendati lelaki yang mereka mainkan sudah banyak tapi akhirnya ada
satu kala mereka akan terjirat sendiri oleh kobaran api yang mereka mulai dulu.
“Mendadak air mukanya berubah
jadi amat serius setelah merandek sejenak sambungnya, “Perempuan Siauw paling
mudah jatuh cinta api asmara mereka jauh lebih kuat dari bangsa Han asalkan
Samte bisa mengobarkan kembali rasa cinta asmara dihatinya tidak mudah bagimu
untuk dapatkan kembali lukisan Giok San Cu tersebut.
““Soal ini siauwte tidak
becus……”Jan Bok Hong mendehem perlahan memotong ucapan Siauw Ling yang belum
selesai diutarakan.
“Samte masih ingatkah kau
orang sumpah yang kita ucapkan bersama-sama?”“Siauwte masih ingat.
““Ehmm bagus sekali perintah
berat bagaikan gunung Thaysan sekalipun mati tak akan menampik apalagi Kiem Hoa
Hujien bukan manusia baik-baik. Aku mohon diri dulu.
““Siauwte mengiringi Toako”baru
pemuda she Siauw menjura.
Jan Bok Hong tertawa ia
tepuk-tepuk pundak Siauw Ling seraya ujarnya. “Harapanku terhadap kesuksesanku
dikemudian hari sangat besar kaulah satu-satunya yang kujagakan bisa meneruskan
kedudukanku.
“Perlahan-lahan ia putar badan
dan melangkah pergi dari sana. Dengan termangu-mangu Siauw Ling memandang
bayangan Jan Bok Hong yang jauh berlalu. Dalam benaknya kembali bertambah
dengan suatu persoalan yang memurungkan hatinya.
Sang surya telah berada
diawang-awang seluruh bangunan mungil Lan Hoa Cing Si penuh bermandikan cahaya
keemas-emasan.
Dengan hati kesal, murung dan
mangkel Siauw Ling berjalan-jalan ditengah tumbuhan beraneka warna.
Dari tempat kejauhan Kiem Lan
serta Giok Lan memandangi diri Siauw ling yang sedang berjalan bolak balik
diantara kerumunan bunga diam-diam mereka ikut merasa kuatir dalam keselamatan
dirinya.
Kedua orang dayang ini sejak
kecil dibesarkan dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng terhadap segala kekejaman,
kekejian, ketelengasan dan kebuasan yang sering dilakukan dalam perkampungan
tersebut sudah sangat dipahami dalam hati mereka. Justru sikap Siauw Ling yang
memperlihatkan wajah murung menanamkan bibit bencana kematian buat diri sendiri.
Walaupun kedua orang dayang
ini sama-sama dibesarkan dalam perkampungan tersebut, hubungan mereka erat
bagaikan kakak beradik, tapi dalam dasar hati mereka masih saling curiga
mencurigai, dalam keadaan seperti inipun mereka tidak berani mengemukakan
kekuatiran mereka terhadap diri Siauw Ling ini.
Akhirnya Kiem Lan menghela
napas panjang.
“Samya agaknya kau sedang
dimurungkan oleh suatu kejadian yang memberatkan hati”tegurnya.
“Benar”sambung Giok Lan,
mendadak mereka membungkam kembali dalam seribu bahasa.
Tampak Ciu Cau Liong dengan
memakai pakaian ringkas yang perlente berjalan datang dengan langkah
terburu-buru.
“Samte kau sudah bangun?”teriaknya
lantang.
“Ehmm sudah bangun”Siauw Ling
putar badan dan menjura. “Kiem Hoa Hujien serta Ih Boen Sianseng telah siap
menunggu kita didalam ruangan tengah Samte cepat bebenah sebentar kita harus
segera berangkat.
““Tidak perlu mari kita pergi”ketika
kedua orang itu melangkah masuk kedalam ruangan Kiem Hoa Hujien serta Ih Boen
Han To telah menanti disana.
Ih Boen Han To segera bangun
berdiri seraya menjura, “Harus merepotkan Jie Cungcu serta Sam Cungcu.
““Aaakh kita sudah menjadi
orang sendiri Ih Boen heng terlalu sungkan”seru Ciu Cau Liong tersenyum.
Kali ini Kiem Hoa Hujien
memakai pakaian ringkas berwarna putih bersih gaun putih.
Ikat kepala warna putih pula,
dua kuntum emas bersulamkan didepan dada.
Walaupun usianya sudah
mencapai empat puluhan, tapi dengan kesempurnaan ilmu kweekangnya serta
keahlian dalam merawat wajah, sekali pandang mirip seorang gadis berusia dua
pulun tahun.
Alisnya yang tipis melentik
dengan pipi yang halus, hidung mancung bibir kecil merekah, biji matanya
menggiurkan boleh dihitung perempuan ini merupakan seorang perempuan berwajah
amat cantik.
Sekalipun didaratan Tionggoan
sendiri belum tentu bisa temukan perempuan seayu ini.
Walaupun dalam hati Siauw Ling
tidak sudi merayu perempuan ini untuk menipu lukisan Giok Sian Cu nya tapi
pesan terakhir dari Jan Bok Hong selalu mendengung dihatinya.
Tak kuasa lagi ia maju menjura
kearah Kiem Hoa Hujien.
Sepasang biji mata Kiem Hoa
Hujien berputar-putar dengan rata cara bangsa Han ia balas memberi hormat
kepada Siauw Ling lalu dengan genit tertawa cekikikan.
“Saudara cilik kau terlalu
banyak adat kau suruh aku yang menjadi enci merasa malu.
““Hmm, siapa yang kesudian
menjadi adikmu, sungguh tidak tahu malu”maki pemuda ini dalam hati.
Diluaran ia tersenyum ramah
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Karena dirinya sudah terikat
dalam persaudaraan dan perintah dari angkatan yang lebih tua susah dibantah,
tidak kuasa lagi ia bertindak sesuai dengan perintah Jan Bok Hong.
Ciu Cau Liong yang ada
disamping segera tersenyum.
“Diluar telah tersedia kuda,
silahkan Hujien dan Ih Boen heng segera berangkat.
“Keempat orang itu dengan
jalan beriring keluar dari ruangan, empat orang lelaki kekar telah siap berdiri
didepan pintu dengan masing-masing orang mencekal seekor kuda.
Ciu Cau Liong meloncat
terlebih dulu keatas pelana kuda, kemudian serunya, “Cayhe akan membukakan
jalan buat Hujien serta Ih Boen heng.
“Sembari menyentak tali les
kuda, ia berangkat terlebih dulu menuju teluk Sam Liuw Wan.
Kiem Hoa Hujien melarikan
kudanya sejajar dengan juda Siauw Ling sepasang matanya yang bulat besar tiada
hentinya memperhatikan wajah maupun perawakan pemuda tersebut.
Dibawah sorotan sinar sang
surya tampaklah alisnya melentik dengan mata yang besar, pipi semu merah,
punggung dan badannya kekar diatas wajahnya yang tampan secara samar-samar
memperlihatkan sedikit rasa malu. Hal ini menambah mempesonakan perempuan
tersebut.
Tak terasa lagi pikirnya
diam-diam, “Dikolong langit saat ini mungkin sulit untuk temukan pemuda segagah
ini.
“Empat ekor kuda berlari
kencang diatas jalan raya kurang lebih sepuluh lie kemudian mereka mulai
mendengar suara deruan ombak menepi, kiranya keempat orang itu sudah tiba
ditepi sungai.
Ciu Cau Liong menarik tali les
luda dan berhenti lalu sambil menuding bayangan pohon ditempat kejauhan ujarnya
sembari tertawa, “Tempat inilah yang dinamakan teluk Sam Liuw Wan, dari sini
kita naik sampan ikuti aliran sungai tidak selang sepertanak nasi sudah tiba
ditempat tujuan.
“Kiem Hoa Hujien melayang
turun dari atas kuda dimana sinar mata berputar ia temukan ditepi sungai
tersedia sebuah sampan kecil dua orang lelaki kekar berdandankan nelayan datang
menyambut kepada Ciu Cau Liong sembari menjura ujarnya, “Sampan telah tersedia
apakah Jie Cungcu masih ada perintah yang lain?”“Kalian pergilah tak usah
menunggu lagi disini”Ciu Cau Liong ulapkan tangannya.
Kedua orang nelayan tersebut
segera menjura lalu meloncat naik keatas perahu nelayannya dan berlalu dari
sana. Kiem Hoa Hujien menoleh dan memandang sekejap kearah Siauw Ling kemudian
tertawa.
“Saudara cilik perkampungan
Pek Hoa Sanceng kalian benar-benar banyak tersebar matamata ditempat luaran.
““Terus terang hujien sekitar
seratus lie dikeresidenan Koei Cho berada dalam kekuasaan kami dimanapun banyak
tersebar mata-mata dan pos-pos penjagaan pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng”buru-buru
Ciu Cau Liong menyahut.
Kiem Hoa Hujien tertawa tawar
badannya melengkung mendadak ia mencelat ketengah udara dan melayang turun
diatas sampan kecil itu.
Melihat kelihayan perempuan
Biauw itu diam-diam Ciu Cau Liong merasa terperanjat pikirnya, “Iblis perempuan
ini sungguh amat susah diganggu gugat bukan saja ia pandai dalam menggunakan
beratus-ratus macam racun kepandaian silatpun sangat luar biasa ditinjau dari
geraknya yang sama sekali tidak menggunakan tenaga sewaktu melayang keatas
sampan cukup membuktikan ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai puncak
kesempurnaan.
“Dimana sampan kecil itu
berhenti masih terpaut beberapa tombak dari daratan melayang keatas sampan
walaupun bukan suatu pekerjaan yang tersulit justru yang sukar adalah gerakan
meloncat tanpa menekukkan kaki.
Bila seseorang tidak memiliki
tenaga kweekang yang sempurna serta ilmu meringankan tubuh yang istimewa susah
untuk melakukannya.
diam-diam Siauw Ling salurkan
hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh mendadak badannya berputar lalu
mencelat ketengah udara dan bagaikan daun kering badannya melayang turun keatas
sampan.
“Saudara cilik, amat bagus
ilmu meringankan tubuhmu”Tak kuasa lagi Kiem Hoa Hujien berseru memuji.
“Membuat sampan, didepan
seorang ahli masih mengharapkan petunjuk yang berharga dari hujien.
“Pada waktu itu Ih Boen Han To
serta Ciu Cau Liong pun sama-sama telah melayang naik kesampan.
“Samte kau pegang kemudi biar
aku yang mendayung!”seru Ciu Cau Liong kemudian sembari memandang sekejap
pemuda itu.
Siauw Ling menyahut dan
berjalan ke buritan.
Sinar mata Kiem Hoa Hujien
selama ini bergeser mengikuti gerakan badan Siauw Ling melihat cara pemuda itu
memegang kemudi tidak terasa lagi ia tertawa cekikikan.
“Saudara cilik, kau pernah
pegang kemudi?”“Belum.
“Pundak Kiem Hoa Hujien
sedikit bergerak dengan menyiarkan bau harum dari badannya ia telah melayang
turun disisi Siauw Ling, ujarnya sambil tertawa, “Bagaimana kalau aku yang jadi
enci membantu dirimu??”Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa benci terhadap
perempuan ini tapi pesan Jan Bok Hong mendatangkan yang luar biasa besarnya
dalam lubuk hatinya tanpa disadari lagi ia mengangguk.
“Kalau begitu aku harus
ucapkan banyak terima kasih kepada hujien.
“Kiem Hoa Hujien keluarkan
tangannya yang halus dan ganti mencekal kemudian.
“Saudara cilik, kau tak usah
sungkan-sungkan dikemudian hari banyak persoalan yang membutuhkan kerja sama
diantara kita asalkan saudara cilik tidak terlalu meremehkan aku yang jadi
enci, dikemudian hari tentu akan kuturunkan semua segala permainan yang
kudapatkan dari daerah Biauw.
““Hmm! sungguh tidak tahu malu”maki
pemuda she Siauw itu dalam hati. “Siapa yang kemudian mempelajari permainan
ularmu?”Diluar ia tersenyum-senyum jawabnya, “Cayhe takut bakatku tidak becus
sehingga menyia-nyiakan harapan hujien.
““Selamanya pandangan mata
encimu tak bakal salah, asalkan kau berniat sungguhsungguh untuk mempelajari
permainan ini.
““Tidak sampai tiga tahun
encimu bakal kehabisan bahan untuk memberi pelajaran kepadamu.
“Dibawah dayungan Ciu Cau
Liong, sampan kecil itu dengan cepat meluncur tinggalkan tepian.
Kiem Hoa Hujien segera putar
kemudi sampan kecil itu dengan mengikuti aliran air sungai perlahan-lahan
bergerak kemuka.
Memandang gulungan ombak
ditengah sungai Siauw Ling mengenang kembali pengalamannya sewaktu lima tahun
berselang terjatuh kedalam sungai, harinya merasa terharu bercampur murung.
Sang surya memancarkan sinarnya
memenuhi seluruh jagad, siang haripun telah menjelang datang.
Perlahan-lahan Ciu Cau Liong
menggerakkan dayung sampan kecil dengan tenang meluncur diatas permukaan sungai
teluk Sam Liuw Wan.
Kiem Hoa Hujien yang harus
lama menunggu, lama kelamaan mulai tidak sabar lagi teriaknya tiba-tiba,
“Hidung kerbau ini sungguh kurang ajar berani benar mereka menghiur waktu
selama lamanya dan suruh kita menanti banyak waktu diatas permukaan sungai. Nanti
kita harus beri sedikit hajaran buat dirinya.
““Hujien tak usah gelisah”hibur
Ih Boen Han To sambil tertawa. “Urusan ini menyangkut mati hidup Boe Wie
Tootiang sihidung kerbau itu aku duga mereka tak akan mengingkari janji,
sekarang siang haripun belum sampai.
“Ucapan mendadak terputus oleh
datangnya suara deburan ombak memecah tepian disusul munculnya setitik sampan
kecil dari tempat kejauhan.
Kedatangan sampan kecil itu
sungguh cepat sekali dalam beberapa saat mereka telah berada sangat dekat
dengan pihak Pek Hoa Sanceng.
Diatas ujung perahu berdiri
seorang tootiang berusia pertengahan yang menggembol pedang pada punggungnya
dia bukan lain adalah Im Yang Tootiang.
“Cepat sambut kedatangannya”perintah
Kiem Hoa Hujien dingin seraya memutar kemudi.
Ciu Cau Liong menyahut,
sepasang tangannya diperkuat untuk mendayung sampan kecil tadi bagaikan anak
panah segera meluncur keluar menyambut kedatangan sampan lawan.
Dua sosok sampan kecil, satu
mendatang yang lain menyambut dengan cepatnya segera berjumpa ditengah titik
persimpangan.
Kiem Hoa Hujien segera putar
kemudi dan sampan saling menyambar lewat kemudian putar kalangan dan perlambat
gerakannya.
Jilid 24 Im Yang Cu mendongak
dan memeriksa sebentar keadaan cuaca, lalu ujarnya, “Maaf, Cu wi harus menunggu
beberapa waktu!”karena melihat cuaca tepat siang hari sesuai yang dijanjikan,
maka toosu ini hanya mengucapkan kata-kata kesopanan belaka.
Kiem Hoa Hujien tertawa dingin.
“Heee… heee… heee… mau datang
lebih pagian atau datang terlambat itu urusanmu sendiri. Satu detik kalian
datang terlambat berarti kematian ciangbunjien kalian satu bagian lebih
mendekat!”Waktu itu sampan kecil masing-masing pihak hanya terpaut tiga depa
saja, apalagi tiada penutup disekitar sampan seluruh pemandangan dapat terlihat
sangat jelas.
Siauw Ling alihkan sinar
matanya menyapu sekejap seluruh pemandangan di atas sampan lawan.
Di atas sampan itupun duduk
empat orang kecuali Im Yang Tootiang berdiri diujung perahu masih ada seorang
pemuda berpakaian singsat yang berusia dua puluh tujuh tahun, wajahnya ganteng
dengan perawakan yang kekar di atas pinggangnya terikat sebuah sabuk putih
dengan tersoren tujuh bilah pedang kecil, pada punggungnya menyoren sebilah
pedang panjang dengan jambul merah pada ujung gagang pedang setelah
diperhatikan beberapa saat Siauw Ling mulai teringat kembali pemuda ini bukan
lain adalah Can Jap Cing yang pernah ditemuinya lima tahun berselang diruangan
Bu Wie Tootiang.
Kecuali dua orang ini, di
belakang burian duduk pula dua orang satu di depan yang lain dibelakang.
Orang yang ada di depan
berambut dan bercabang pendek, kaku matanya bulat besar dengan wajah persegi,
wajahnya amat keren. Saat ini ia memakai pakaian ringkas warna abu-abu tua.
Sedang orang yang ada di
belakang berambut putih sepanjang dada pakaian warna biru dandanan siucay,
wajah putih bersih kelihatannya sangat lemah lembut tak bertenaga.
Ih Bun Han To kerutkan alisnya
disusul tertawa terbahak-bahak.
“Haaa… haaa… haaa… selamat
berjumpa selamat berjumpa tidak nyana Tiong Lam Jie Hiap pun punya minat untuk
ikut menghadiri pertemuan ini.
“Watak orang ini benar-benar
licik dan berbahaya ia menduga Kiem Hoa Hujien serta Ciu Cau Liong tidak kenal
dengan Tiong Lam Jie hiap maka terlebih dulu ia sebut nama kedua orang pendekar
itu sehingga dengan demikian memberi kesempatan buat Kiem Hoa Hujien serta Ciu
Cau Liong untuk mengetahui sudah kedatangan musuh tangguh dan mulai melakukan
persiapan.
Sikakek tua berjubah warna
biru dengan gerak-gerik lemah lembut bagaikan siucay itu tertawa hambar.
“Antara siauwte dengan Bu Wie
Tootiang sudah mempunyai hubungan akrab selama puluhan tahun lamanya. Hubungan
kami erat susah dipisahkan, sudah tentu cayhepun tak akan berpeluk tangan
melihat kawan karib menderita siksaan.
“Sedangkan si lelaki kekar
bercambang itu tertawa dingin tiada hentinya seraya menyegir sindirnya, “Ih Bun
Han To sikap Bu Wie Tootiang terhadap dirimu sangat hormat dan penuh kesopanan
tidak disangka kau adalah manusia berhati binatang, secara diam-diam malah
melepaskan binatang beracun untuk melukai dirinya.
“Di atas wajah Ih Bun Han To
timbul perasaan malu perlahan-lahan ia menunduk rendah.
“Eeei pertemuan kita siang ini
bermaksud untuk saling tukar syarat ataukah hendak pinjam kesempatan ini untuk
mengadu kepandaian?”tiba-tiba Kiem Hoa Hujien menegur dengan suara dingin.
“Heeee… heeee…. kedua-duanya
sama saja kami tunggu keputusan.
“sahut Can Jap Cing cepat.
“Sute jangan banyak bicara,”Im
Yang Tootiang segera membentak lirih perlahan-lahan ia berpaling dan merangkap
tangannya di depan dada.
“Pertemuan siang ini sudah
tentu bermaksud untuk saling tukar syarat dengan Hujien.
“Waktu itu Kiem Hoa Hujien
telah melepaskan kembali dan berjalan keujung sampan.
“Tootiang kitab pusaka Sam
Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu apakah sudah dibawa serta?”“Kitab
pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu harus tootiang serahkan dulu
kepada kami, agar bisa kami periksa sungguh atau palsunya setelah itu obat
pemusnah baru bisa kami serahkan.
“Im Yang Tootiang termenung
berpikir sebentar kemudian tanyanya dengan wajah sungguh-sungguh, “Hujien apakah
kau tidak merasa tindakkanmu ini kurang adil?”“Heee… heee… jikalau kalian tidak
ingin saling menukar barang. Sudahlah tak perlu banyak bicara!”teriak Kiem Hoa
Hujien sambil tertawa dingin ia berpaling lalu ulapkan tangannya.
“Kita pergi…”“Hmm! tahan…”tiba-tiba
Can Jap Cing mendengus dingin. Pedangnya segera dicabut keluar dari dalam
sarung.
“Apa yang hendak kau lakukan?”bentak
Kiem Hoa Hujien seraya berpaling.
“Jika tak ingin tinggalkan
obat pemusnah tinggalkan nyawamu pun sama saja!”Dengan sepasang mata yang tajam
Kiem Hoa Hujien perhatikan sekejap wajah Can Jap Cing dari atas hingga ke bawah
pedang dalam hati diam-diam pujinya, “Tidak nyana dalam Bulim didaratan
Tionggoan betul-betul banyak terdapat pemuda tampan.
“Tapi hatinya sudah kecantol
kegantengan Siauw Ling, terhadap Can Jap Cingpun perhatiannya sudah banyak
berkurang.
Mendengar perkataan pemuda
jadi amat ketus air mukanya kontan berubah hebat.
“Hmmm! hanya mengandalkan
beberapa jurus seranganmu itu?”jengeknya dingin.
Selagi Can Jap Cing siap
membantah kembali keburu dicegah oleh Im Yang Tootiang.
“Jikalau Hujien ingin melihat
dulu keaslian dari lukisan Giok Sian Cu serta kitab pusaka Sam Khie Cin Boh
sebetulnya bukan suatu urusan yang terlalu sulit.
“Dari dalam sakunya ia
mengambil keluar sebuah gulungan kain putih lalu membentangkannya lebar dan
diangkat ke tengah udara.
“Hujien silahkan kau nikmati
kecantikan dari lukisan Giok Sian Cu.
“Di bawah sorotan sinar sang
surya seluruh pandangan dialihkan ke arah lukisan itu.
Tampaklah seorang gadis cantik
yang luar biasa ayunya dengan wajah penuh senyuman terbentang di depan mata.
Lukisan tersebut sungguh
hidup, bahkan perempuan yang dilukiskan bagaikan manusia sungguh-sungguh.
Diam-diam Kiem Hoa Hujien
menunjuk memperhatikan bayangan wajah sendiri yang tertera di atas permukaan
air lalu dibandingkan dengan wajah perempuan dalam lukisan itu, seketika
timbullah rasa malu dan kecewa yang bukan kepalang.
Pada hari biasa ia mengagumi
akan kencatikan sendiri yang tiada tandingan. Tapi bila wajahnya dibandingkan
dengan kecantikan perempuan tersebut, maka perbandingannya sangat jauh sekali
bagaikan langit dan bumi.
Ih Bun Han To serta Ciu Cau
Liong yang melihat keayuan wajah perempuan dalam lukisan tersebut pada berdiri
melongo-longo dengan sepasang mata terbelalak lebar-lebar bahkan Siauw Ling pun
merasa kagum sekali sehingga dalam hatinya berseru tiada hentinya.
“Enci bidadari enci bedadari…”Can
Jap Cing berpaling, sinar matanya tidak berani ditunjukkan ke arah lukisan Giok
Sian Cu tersebut.
Sedang Im Yang Cu yang
mengangkat lukisan itu tinggi-tinggi berdiri dengan wajah serius, sepasang
matanya dipejamkan rapat-rapat.
Sejenak kemudian sikakek tua
yang duduk dipaling ujung belakang mendehem berat.
“Sudah cukup, simpanlah
kembali.
“Dengan cepat Im Yang Tootiang
menyimpan kembali lukisan tadi lalu dimasukkan ke dalam sakunya.
“Rasanya Cuwi sekalian melihat
jelas bukan?”serunya.
“Nama besar sidewa melukis si
Thian To benar-benar bukan nama kosong belaka.
Lukisan Giok Sian Cu sungguh
boleh dihitung sebagai pusaka aneh nomor wahid dikolong langit.
““Kecantikan wajahnya susah
mendapat tanding sejak kuno sebuah lukisan dibuat kesemsem. Lukisan ini tentu
membuat perempuan cantik diseluruh kolong langit jadi menyesali wajah sendiri…”sambung
Ciu Cau Liong.
Tiba-tiba Kiem Hoa Hujien
mendengus dingin.
“Perduli kecantikan wajahnya
sangat menggiurkan ataupun membuat kesemsem ia tetap hanya sebuah lukisan mana
bisa dibandingkan dengan manusia benar-benar!”Kesadaran Ciu Cau Liong yang
hampir punah segera dibikin terang kembali.
“Aaaakh! perkataan hujien
sedikitpun tidak salah!”Dari dalam sakunya Im Yang Cu mengeluarkan kembali
sejilid kitab lalu diangkat pula tinggi-tinggi.
“Kitab ini adalah kitab pusaka
Sam Khie Cin Boh, rasanya kalian berempat tak akan merasa kecewa bukan?”Dia
membalik kulit kitab terdepan yang berwarna kuning, kemudian diangkat lagi
keatas.
Ketajaman mata Kiem Hoa Hujien
sekalipun telah mencapai kesempurnaan sekalipun di tengah malampun bisa melihat
jelas seluruh benda apalagi tulisan itu tidak terlalu kecil dan disiang hari
bolong pula beberapa orang itu dapat melihat tulisan di atas kitab tadi dengan
amat jelas.
Beberapa orang itu punya dasar
kepandaian silat yang tinggi, sehabis melihat beberapa baris kata yang
tercantum dalam kitab tadi mereka segera merasakan bila kepandaian silat itu
benar-benar suatu kepandaian yang tinggi dan telengas.
Wajah Kiem Hoa Hujien
bergetar, agaknya ia ada maksud meloncat kesampan lawan dan turun tangan
merebut pusaka tersebut tapi tindakannya ini keburu dicegah oleh Ih Bun Han To
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara.
“Hujien, jangan bertindak
gegabah. Tiong Lam Jie Hiap mempunyai nama yang sangat terkenal dalam Bulim. Mereka
berdua merupakan jago yang susah dilawan apalagi bila mereka turun tangan
bersama-sama sekalipun belum tentu kita kalah mungkin susah untuk merebut
pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu tersebut mengapa tidak
hujien tipu dengan gunakan obat palsu saja??”Tampak Im Yang Tootiang menyimpan
kitab tadi ke dalam saku, kemudian ujarnya, “Cuwi telah memeriksa kitab pusaka
Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu tersebut rasanya bisa mempercayai
bukan bila perkataan pinto bukan kosong belaka?”Dari dalam sakunya Kiem Hoa
Hujien pun segera mengambil keluar botol porselen.
“Dalam botol ini berisikan
tiga butir pil pemusnah racun ular emas setiap dua jam ditelan sebutir setelah
ketiga butir pil tadi habis maka racunpun bakal punah sendiri sekarang boleh
lemparkan kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu tersebut
kemari, kita saling tukar barang dengan kontan.
“Im Yang Cu tertawa hambar. “Bukankah
jual beli ini kurang adil?”“Kau serahkan kitab serta lukisan sedang aku
serahkan obat pemusnah apanya yang tidak adil lagi?”“Kitab pusaka Sam Khie Cin
Boh serta lukisan Giok Sian Cu sudah Hujien periksa keaslian benda tersebut dan
sama sekali tidak palsu tapi obat pemusnah dari Hujien harus pinto buktikan
secara bagaimana untuk diketahui asli atau tidaknya?”“Secara bagaimana kau baru
suka mempercayainya??”“Suheng pinto pada saat ini berada dalam sebuah rumah
gubuk lima li dari sini harap hujien suka mengikuti kami berangkat kesana. Asalkan
obat pemusnah itu berhasil menolong jiwa suheng pinto ini, maka pinto segera
akan serahkan kitab serta lukisan itu.
“Ih Bun Han To segera tertawa
tergelak tiba-tiba potongnya, “Haaa… haaa… haaa… perkataan tooheng ini apakah
tidak sedikit keterlaluan? Syarat kita bertemu di tengah sungai untuk saling
tukar kitab, lukisan dengan obat pemusnah serta masing-masing pihak hanya membawa
empat orangpun tooheng sendiri yang putuskan sekarang bukan saja kau ingin kami
menepi bahkan harus menunggu sampai suhengmu sadar dulu bari bisa terhitung. Tooheng!
Apakah kau tidak merasa ucapanmu yang plin plan ini akan mempengaruhi nama
besarmu di dalam dunia kangouw kemudian hari??”“Asalkan Ih Bun Sianseng bisa
mencarikan satu akal untuk membuktikan obat pemusnah yang ada di dalam botol
Kiem Hoa Hujien adalah obat pemusnah asli untuk memusnahkan racun ular emas
pinto segera akan serahkan kitab serta lukisan ini!”“Soal ini…….
“Ih Bun Han To dibikin bungkam
seribu bahasa dan berdiri melengak.
Can Jap yang ada di samping
segera tertawa dingin tiada hentinya.
“Heee… hee… heee… bila
suhengku terjadi sesuatu yang tiada menguntungkan maka Ih Bun sianseng adalah
orang pertama yang harus bertanggung jawab!”“Haa… haa… haa… Bu-tong pay bisa
memandang tinggi aku Ih Bun Han To kejadian ini sungguh merupakan suatu
keberuntungan buat cayhe selama hidup.
“Agaknya Im Yang Tootiang
sudah dapat menangkap diantara keempat orang itu adalah Kiem Hoa Hujien yang
duduk sebagai pimpinan seraya merangkap tangannya di depan dada ia menjura.
“Setelah pinto ada maksud
menggunakan kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu untuk
ditukar dengan obat pemusnah kalian dengan mengandalkan kepercayaan serta
kecemerlangan nama Bu-tong pay selama ratusan-ratusan tahun tak bakalan
menggunakan siasat bukan untuk menjebak Hujien sekalian masuk perangkap.
““Hmm sekalipun ada jebakan
aku juga tidak takut”seru Kiem Hoa Hujien dingin.
Tiba-tiba Siauw Ling menyela
dari samping. “Perkataan dari tootiang ini memang sangat adil, kita harus
berbuat demikian.
““Saudara cilik apa yang kau
katakan?”seru Kiem Hoa Hujien dengan alis melirik.
“Kita masing-masing pihak
berdiri sebagai musuhan, tidak bisa disalahkan orang lain tidak suka
mempercayai kita.
““Maksud saudara cilik kita
seharusnya sungguh-sungguh menolong hidup Bu Wie Tootiang. Hal itu sudah tentu
perkataan yang sudah diutarakan susah ditarik kembali apa lagi menggunakan akal
busuk untuk menipu orang.
“Kiem Hoa Hujien tertawa
terkekeh sehabis mendengar ucapan pemuda tersebut.
“Baiklah kita ikuti saja
pendapat dari saudara cilik.
“Tangannya lantas diulapkan.
“Harap Tootiang suka membawa
jalan.
“Dengan pandangan penuh
berterima kasih Im Yang Tootiang melirik sekejap ke arah Siauw Ling kemudian
putar sampan dan bergerak ketepi sungai. Ciu Cau Liong terpaksa mendayung
sampan yang ditumpangi Im Yang Tootiang sembari mendayung diam-diam bisik ke
arah Siauw Ling, “Samte kedatangan kita kemari hanya mendengar perintah dari
Hujien seorang kau jangan mengambil usul sendiri.
“Siauw Ling ada maksud
membantah tapi ucapan yang sudah meluncur keluar mendadak ditelan kembali.
“Teguran Jieko sangat tepat
lain kali siauwte tak akan banyak bicara.
““Tidak mengapa, tidak
mengapa,”tiba-tiba Kiem Hoa Hujien menoleh lagi seraya tertawa.
”Perduli ada perkataan apa
utarakan saja keluar sekalipun juga tak mengapa.
“Dua sosok sampan dengan
cepatnya bergerak mengikuti gulungan air sungai yang deras tidak selang
beberapa saat mereka sudah menepi. Setelah meloncat naik ketepi Im Yang
Tootiang putar badan lalu menjura dengan penuh keseriusan.
“Harap Hujien suka mengikuti
kami.
““Sekalipun Bu Wie Tootiang
beristirahat disarang naga gua macan akupun sama berani mendatangi.
““Hmm sungguh besar amat
lagaknya,”dengan tidak puas Can Jap Cing mendengus.
Sepasang biji mata Kiem Hoa
Hujien yang jadi segera berputar.
“Bila kau tidak percaya
bagaimana kalau kita coba. Sute jangan banyak bicara…”bentak Im Yang Tootiang
keras-keras.
Dengan wajah minta maaf ia
menoleh kembali ke arah Kiem Hoa Hujien lalu diiringi helaan napas katanya,
“Hujien suka bergurau…”Sijagoan lihay dari Bu-tong pay ini rela menelan semua
sindiran yang pedas demi keselamatan Ciangbun suhengnya yang berada dalam
keadaan kritis.
Selama ini Tiong Lam Jie Hiap
terus menerus membungkam mereka jarang buka suara.
Dimana rombongan itu mendarat
merupakan sebuah daratan yang sunyi gersang dan tak kelihatan sebuah rumah
nelayanpun ada disana.
Dengan dipimpin oleh Im Yang
Tootiang di depan mereka melewati sebuah hutan yang lewat dan akhirnya tiba di
depan sebuah gubuk terbuat dari bahan rumput serta alangalang.
Tiba-tiba Im Yang Cu berhenti.
“Suheng kami beristirahat
dalam gubuk ini. Silahkan Hujien masuk”serunya mempersilahkan.
Ia sendiri segera berkelebat
menyingkir kesamping.
Kiem Hoa Hujien tidak
sungkan-sungkan lagi, seraya menunduk ia berjalan masuk terlebih dulu ke dalam
gubuk tersebut.
Im Yang Cu segera melangkah
terlebih dahulu melewati Ih Bun Han To dan mengikuti dari belakang Kiem Hoa
Hujien.
Gubuk tersebut didirikan
disebuah pegunungan yang sunyi, diluar ruangan penuh tumbuh alang-alang
setinggi dada tapi ruangan dalam disapu amat bersih sebuah pembaringan terbuat
dari bambu membujur dalam ruangan tadi diatasnya berbaringlah seorang Tootiang
berjubah hitam yang pejamkan matanya rapat-rapat agaknya ia sudah tertidur
pulas.
Dua orang toosu cilik dengan
menggembol pedang berdiri dikedua belah sisi pembaringan wajah mereka kelihatan
sangat berduka.
Memandang Bu Wie Tootiang yang
berada dalam keadaan kritis Siauw Ling teringat kembali peristiwa lima tahun
berselang waktu itu jikalau bukannya Bu Wie Tootiang melindungi dirinya dengan
sepenuh tenaga mungkin ia sudah terjatuh Ih Bun Han To atau Kanglam kongcu
sekalian.
“Budi pertolongan berat
bagaikan gunung Thaysan seorang lelaki sejati harusnya membalas budi tersebut
Siauw Ling yang melihat Bu Wie Tootiang tuan penolongnya berada dalam keadaan
bahaya mana suka berpeluk tangan belaka…”Pikiran tersebut setelah berkelebat
dalam benaknya dalam hati ia bulatkan tekad kendati apapun yang terjadi ia
harus menolong Bu Wie Tootiang hingga lolos dari mara bahaya.
Walaupun ia baru beberapa
bulan terjunkan diri dalam dunia kangouw tapi selama ini orang yang ditemui dan
digauli kebanyakan adalah iblis-iblis sakti yang paling menakutkan dari Bulim
melihat kelicikan kebusukan tak terasa pengetahuan serta pengalamannyapun makin
bertambah.
Walaupun beberapa bulan saja
pengalaman pemuda she Siauw saat ini sudah melebihi seorang jagoan yang
berkelana puluhan tahun dalam dunia kangouw walaupun dihati punya rencana tapi
diluaran ia tetap bersikap tenang.
“Inilah ciangbun suheng dari
pinto,”kata Im Yang Cu sambil menghadap di depan pembaringan bambu. “Beliau
sudah dua hari jatuh tidak sadarkan diri untuk menyembuhkannya kami harus
mengandalkan kemujaraban dari pil pemberian Hujien.
“Kiem Hoa Hujien tidak
menunjukkan reaksi apapun. Perlahan-lahan dari sakunya ia ambil keluar sebuah
botol porselen dan mengeluarkan pil warna putih kemudian diangsurkan ke depan.
“Nih! coba kau suruh dia telan
dulu butiran pil ini!”katanya singkat.
Dengan amat cermat Im Yang Cu
memperhatikan gerak-gerik lawannya selama mengambil keluaran butiran obat
tersebut ia temukan warna dari botol porselen yang berada ditangannya saat ini
berbeda dengan warna botol yang diberikan sewaktu yang berada disungai tadi
diam-diam ia pertingkat kewaspadaannya.
“Kiem Hoa Hujien adalah
seorang jago Biauw Ciang yang berhati keji licik bagaikan ular berbisa,”pikirnya
dihati, “Entah benar atau tidak obat pemusnah yang berada di dalam botol
porselen ini?”Tapi dengan hati ragu-ragu diterima juga angsuran tersebut.
“Hujien! Apakah kau tidak
salah ambil obat ini?”“Hmm, jadi kau tidak percaya?? bagus… kalau begitu jangan
berikan obat itu kepada suhengmu.
“Mendengar ucapan yang
demikian ketusnya Im Yang Cu hanya tertawa hambar ia harus mengalah dan
bersabar dalam keadaan seperti ini.
“Hujien, pinto ada beberapa
ucapan rasanya bila tak diutarakan seraya mengganjel dalam tenggorokan, sungguh
tidak leluasa rasanya…”“Katakanlah?”“Hujien kau harus ingat pil pemusnah racun
ini sama sekali bukan pemberianmu kepada kami secara cuma-cuma pil ini kami
tukar dengan dua macam benda mustika yang nilainya melampaui satu kota yaitu
kitab pusaka serta lukisan kenamaan.
““Tentang hal ini aku sudah
tahu.
““Tadi berada di tengah sungai.
Hujien pernah mengeluarkan sebuah botol porselen yang warnanya sama sekali
berlawanan dengan warna botol ini mana yang benar pinto tidak tahu hal ini
bagaimana tidak memberikan rasa curiga dalam hati kecilku??”Mendengar
ketelitian sitootiang dari Bu-tong pay ini diam-diam Siauw Ling memuji ia tidak
menyangka Im Yang Cu yang terkenal diseluruh kolong langit ternyata bukan nama
kosong belaka. Bukan saja dalam ilmu silat berhasil memperoleh hasil yang luar
biasa bahkan dalam kecermatanpun sangat hebat.
Sebaliknya Ciu Cau Liong
memaki kalang kabut di dalam hatinya.
“Keparat, sitoosu hidung
kerbau ini sulit benar ditipu.
“Perlahan-lahan dari dalam
sakunya Kiem Hoa Hujien mengambil keluar lagi dua botol porselen yang sama
bentuknya tapi lain warna lalu bersama-sama diletakkan di atas meja kayu
dihadapannya.
“Toosu hidung kerbau!”serunya
dingin. “Walaupun punya kepandaian untuk melukai orang dengan menggunakan
beratus-ratus macam racun tetapi obat pemusnah untuk racun tersebut hanya ada
tiga macam ini saja sudah tentu diantara ketiga botol ini salah satu
diantaranya merupakan obat pemusnah racun ular emas tersebut. Sekarang bila kau
tidak mau mempercayai perkataanku nah pilihlah sendiri.
“Im Yang Cu melirik sekejap ke
arah ketiga botol porselen tersebut kemudian tersenyum.
“Bila pintopun mempersiapkan
sejilid kitab pusaka Sam Khie Cin Boh yang palsu serta lukisan Giok Sian Cu
yang palsu agar Hujien mengadu rejeki sendiri entah bagaimana pendapat dari
Hujien?”“Hmm kurang ajar sekali toosu tua hidung kerbau ini, ia mau gertak aku
dengan gunakan cara lain baik biar aku paksa ia untuk keluarkan kedua macam
pusaka tersebut”pikir Kiem Hoa Hujien dalam hati. Segera ujarnya lantang, “Bila
Tootiang sungguh-sungguh telah mempersiapkan benda-benda itu, aku kepingin
sekali menambah pengetahuan coba keluarkan barang-barangmu itu.
““Siasat licik malu main
bokong hanya bisa digunakan satu kali, pinto tak berani bertindak ceroboh lagi!”seru
Im Yang Cu seraya melirik sekejap ke arah Ih Bun Han To.
Dari sakunya toosu ini
mengambil keluar dua jilid kitab terbungkus kain kuning yang besar maupun
tebalnya sama kemudian mengeluarkan pula dua buah lukisan kulit kambing yang
berbentuk sama pula sambung, “Hujien apakah kau sungguh-sungguh ingin mengadu
untung dengan mendapatkan salah satu diantara barang-barang yang palsu dan
asli??”Dengan pandangan tajam Kiem Hoa Hujien perhatikan kedua jilid kitab
dengan lukisan tersebut, ia merasa bentuk maupun keadaan benda tersebut satu
sama lain persis tak ada bedanya dan sulit sekali baginya untuk membedakan mana
yang palsu dan yang asli.
Seketika itu juga ia dibikin
bungkam dalam seribu bahasa.
Mendadak Siauw Ling gerakan
badannya dengan langkah lebar berjalan maju ke depan.
Can Jap Cing yang melihat
gerakan pemuda tersebut dalam hatinya salah menganggap ia mau turun tangan
merampas pundaknya sedikit bergerak sang tubuhpun ikut bergerak menghadang di
depan kitab serta lukisan tersebut.