JILID 38 (Tamat)
Karena itu setelah berpikir sebentar, ia lantas menjawab, “Lebih baik kau pikir sendiri! kau anggap aku Siauw Ling juga boleh. Anggap bukan juga tak apa, yang penting asal kau jangan menjual diri kami berdua. Kamipun tak akan melukai dirimu.”
Goa batu itu dalamnya hanya tiga tombak, ketika beberapa patah kata itu selesai diucapkan merekapun sudah tiba diujung goa.
Terlihatlah dalam ruangan batu itu terdapat sebuah pembaringan dari bambu, diatas dinding tergantung dua bilah pedang serta dua bilah golok.
Dari atas dinding Phoa Liong ambil turun sebilah pedang, sambil disorenkan dipunggung ia berkata lagi, “Kalian berdua boleh beristirahat sejenak didalam ruangan ini. Aku hendak pergi mengatur beberapa urusan lebih dulu, paling banter satu jam kemudian baru akan kembali kesini.”
Habis berkata ia segera melangkah keluar.
“Apakah kita perlu berjaga-jaga terhadap penghianatannya?” bisik Pek li Peng lirih.
“Aku rasa tak usah!”
Tampaklah Phoa Liong buka pintu dan keluar dari goa.
“Apakah Cioe Jie cungcu serta It Boen Han Too sangat takut terhadap dirimu?”
Siauw Ling tersenyum.
“Kedua orang itu sangat takut mati, asal ada orang memiliki ilmu silat lebih lihay dari mereka, kedua orang itu akan jeri dan takut terhadap orang itu.”
“Ehmm….! perkataan toako sedikitpun tidak salah….”
Ia merandek sejenak, lalu ujarnya kembali, “Keadaan serta unsur tanah yang ada didalam selat ini agaknya jauh berbeda dengan selat lain, menurut kata Cioe Cau Liong katanya istana terlarang berada disini, entah betul tidak ucapannya itu?”
“Aku rasa ucapannya sedikitpun tidak salah.”
“Dari mana toako bisa tahu?”
“Aku punya peta untuk mencari letak istana terlarang, asal kita berhasil menemukan bukit lain maka kita bisa meyakinkan bahwa istana terlarang terletak disini. Cuma kita harus menemukan dahulu pintu masuk istana tersebut untuk bisa memasuki istana terlarang itu.”
“Didalam istana terlarang terdapat pusaka apa sih? kenapa banyak orang Bulim masuk kedalam istana terlarang?”
“Keadaan yang sejelasnya aku sendiripun tidak begitu mengerti, tetapu menurut berita yang tersiar katanya pada puluhan tahun berselang didalam dunia persilatan terhadap sepuluh orang jago yang memiliki ilmu silat paling lihay. Masing-masing pihak sudah bertanding beberapa kali untuk memperebutkan gelar jago paling kosen dikolong langit. Tetapi puluhan tahun lamanya keadaan mereka masih tetap seimbang, sekalipun ilmu yang mereka pelajari satu sama lain berbeda, tetapi kesempurnaan yang berhasil mereka capai ternyata seimbang dan sederajat. Oleh sebab itu masing-masing pihak lantas menempuh pelbagai cara lain untuk memperhebat ilmu silatnya hingga bisa menangkan para jago lainnya. Diantara mereka terdapat seornag jago yang bernama “Ciauw Jin Sin Kong” atau ahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian yang mahir sekali didalam ilmu bangunan, entak ia sudah buang banyak waktu dan tenaga akhirnya berhasil mendirikan sebuah istana yang dinamakan istana terlarang. Suatu ketika ia mengundang kesembilan jago lainnya untuk bertanding ilmu silat didalam istana terlarang tetapi sejak orang-orang itu masuk kedalam istana ternyata tak seorangpun yang mampu keluar lagi dari istana tadi dalam keadaan selamat, sejak itulah kabar berita dari kesepuluh ornag jago kosen itu lenyap tak berbekas….”
“Bagaimana dengan siahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian sendiri? bukankah dia sendiri yang membangun istana terlarang? kenapa ia sendiripun tak mampu untuk keluar dari situ?”
“Soal itu hingga kini masih merupakan suatu tanda tanya besar, mungkin saja istana yang dibangun itu adalah sebuah istana yang tak bisa dibuka dari dalam. Mungkin juga didalam gusarnya para jago kosen yang terkepung telah bersatu padu dan membinasakan dirinya lebih dulu….”
Ia tarik napas panjang-panjang, lalu melanjutkan, “Apa yang kukatakan hanya merupakan dugaan pribadiku sendiri, sebelum memasuki istana terlarang siapapun tak bisa mengetahui sebab musababnya yang sebenarnya.”
Pek Li Peng jadi kesemsem mendengarkan kisah itu, ia menghela napas sedih dan berkata, “Mereka sudah banyak tahun terkurung didalam istana terlarang, entah orang-orang itu masih hidup dikolong langit atau tidak.”
“Justru rahasia inilah yang hendak kita selidiki, kalau dibicarakan dari tenaga kweekang yang dimiliki kesepuluh orang jago kosen itu, untuk hidup hingga kini rasanya bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan, tetapi istana terlarang berada dilambung gunung. Dapatkah manusia hidup disini sulit bagi kita untuk menduganya.”
“Shen Bok Hong telah mengumpulkan beratus-ratus orang pekerja yang bekerja keras selama banyak tahun ditempat ini namun ia gagal untuk menemukan pintu masuk istana terlarang, darimana kau bisa menemukannya?”
“Aku pikir diatas peta petunjuk itu seharusnya ada tanda-tanda yang menunjukkan letak pintu masuk istana terlarang. Sayang dengan kecerdikanku masih belum sanggup untuk memecahkannya….”
“sekalipun kita berhasil untuk menemukan pintu masuk istana terlarang, bagaimana caranya kita bisa masuk kedalam?” sambung Pek li Peng.
“Sebelum siahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian memancing kesepuluh orang jago kosen itu memasuki istana terlarang, rupanya ia mendapat firasat jelek dan mengetahunya bahwa kepergiannya kedalam istana terlarang kali ini pasti ta akan bisa keluar lagi dalam keadaan selamat, karena itu ia sudah meninggalkan sebuah anak kunci untuk membuak istana terlarang tersebut, asal kita bisa menemukan pintu masuk istana terlarang maka kunci ini tentu saja dapat digunakan untuk membuka pintu masuk istana, dan untuk masuk kedalam istana sudah tentu bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan!”
“Dan kini anak kunci istana terlarang itu berada dimana?”
Sementara Siauw Ling hendak menjawab, tiba-tiba terdengar pintu kamar terbuka dan muncullah Phoa Liong.
Pek li Peng segera mengerutkan dahinya, bisiknya lirih, “Begitu cepat ia telah kembali kesini, agaknya urusan telah terjadi perubahan diluar dugaan.”
Rupanya Phoa Liong sangat terburu-buru setelah masuk kedalam goa ternyata ia lupa untuk menutup pintu kembali.
Siauw Ling segera alihkan sinar matanya kearah orang itu, tampaklah lengan kanan Phoa Liong sudah terluka, darah segar mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, pedang ditangan kanannya sudah lenyap tak berbekas, begitu masuk kedalam kamar ia segera menyambar golok yang tergantung diatas dinding.
Semua kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata, baru saja Phoa Liong mencabut keluar golok itu dari atas dinding, sesosok bayangan manusia laksana kilat telah meluncur masuk pula kedalam goa.
Siauw Ling sgeera menoleh kedepan, tampaklah dipintu depan telah berdiri seorang pemuda berbaju biru yang menyoren pedang.
Orang itu berwajah tampan dan gagah, dia bukan lain adalah Lan Giok tong yang pernah menyaru sebagai Siauw Ling.
Dengan cepat Lan Giok Tong menyapu sekejap wajah Siauw Ling serta Pek li Peng, kemudian sambil menatap wajah Phoa Liong tajam-tajam serunya dingin, “Kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan golok yang berada dicekalanmu itu lagi. Bila kau ingin mencekal golok ditangan juga percuma saja, sebab kau tak akan mampu menerima sebuah tusukan pedangku!”
Sambil mencekal goloknya erat-erat Phoa Liong serta menegur dengan suara dingin, “Apakah kau adalah Siauw Ling?”
“Hmm!” kau tak usah mengetahui siapakah aku, kalau ingin hidup jawablah semua perkataanku sejujurnya!”
Bibir Phoa Liong bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat itu dibatalkan.
Terdengar Lan Giok Tong bertanya dengan nada ketus, “Apakah istana terlarang berada disini?”
Phoa Liong mengangguk dan tidak menjawab.
“Apakah kalian berasal dari seperkampungan Pek Hoa San cung?”
Kembali Phoa Liong hanya mengangguk dan tidak berbicara.
“Apakah kalian sudah berhasil menemukan istana terlarang?”
“Belum” Phoa Liong menggeleng. “Sebenarnya siapakah kau?”
Lan Giok Tong mendongak dan segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaaah…. haaaaaah…. haaaaaaah bukankah kau anggap aku sebagai Siauw Ling? Nah! panggil saja aku sebagai Siauw Ling.”
“Huuuuh! orang-orang ini betul-betul tak tahu malu” maki Pek li Peng didalam hati. “Berhadapan muka dengan toako pun, kau berani menyaru dan mengaku-ngaku sebagai toako….”
Sebetulnya beberapa patah kata itu hanya dibatin didalam hati, tetapi beberapa patah kata yang terakhir tanpa sadar telah diucapkan dengan bersuara.
Lan Giok Tong adalah seorang jago kosen yang tajam baik penglihatan maupun pendengarannya, sekalipun ucapan Pek li Peng amat lirih tetapi si anak muda itu dapat menangkap dengan amat jelas.
Dengan pandangan dingin ia sgeera menoleh kearah Pek li Peng, tegurnya, “Kau bilang apa?”
Dalam hati Pek li Peng merasa amat gusar, pikirnya, “Bagus! rupanya kau mau jual lagak dan pamer kekuatan dengan diriku….?” segera sahutnya dengan ketus.
“Aku sedang berkata bahwa kau betul-betul tak tahu malu, mengapa kau mengaku sebagai Siauw Ling? toh kenyataannya Siauw Ling adalah orang lain!”
Air muka Lan Giok Tong berobah hebat, segera serunya, “Apakah kau kenal dengan Siauw Ling?”
“Bangsat, toako sekarang berada disisiku” pikir Pek li Peng.
“Kenal atau tidak, apa sangkut pautnya dengan aku!”
Mendadak ia maju kedepan sambil memutar pedangnya, cahaya kilat dan langsung mengancam dua buah jalan darah penting didada gadis itu.
Serangannya dilakukan cepat laksana kilat membuat orang lain jadi tertegun bercampur kagum.
Pek li Peng jumpalitan kesamping, menggunakan gerakan meloncat itu ia menghindarkan diri dari tusukan kilat tersebut.
Dari gerak tubuh Pek li Peng untuk menghindarkan diri dari tusukan pedang itu Lan Giok Tong segera menyadari bahwa dirinya sudah bertemu dengan musuh tangguh. Pergelangannya segera ditekuk dan tarik kembali pedangnya.
“Ilmu silat yang kau miliki sungguh tidak cetek” serunya dingin. “Jelas kedudukanmu bukan seorang pekerja, ayoh jawab, siapakah namamu yang sebenarnya?”
Pek li Peng yang kena didesak mundur sejauh tiga langkah kebelakang oleh serangan kilat tadi, dalam hati merasa gusar bercampur mendongkol, ia sgeera menjawab, “Kau tak usah tahu siapakah aku, yang jelas aku tahu bahwa kau adalah Siauw Ling gadungan!”
Lan Giok Tong yang mendengar suara pembicaraan lawan bening dan merdu, jelas suara seorang wanita, sepasang alisnya kontan berkerut.
“Aku memang bukan Siuaw Ling” katanya. “Dan siapakah nona? kau berasal dari mana? kenapa kau menyaru sebagai kaum pria dan menyusup didalam rombongan kaum pekerja?”
Dari dalam sakunya Pek li Peng cabut keluar sebilah pisau belatu, kemudian jawabnya dingin, “Kau tak usah mencari tahu kenapa aku perempuan jadi lelaki, lebih baik kita tentukan menang kalah kita dalam adu ilmu silat!”
Siauw Ling menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki Lan Giok Tong sangat lihay dan luar biasa sekali, terutama sekali ilmu pedangnya yang luar biasa dengan perubahan jurusnya yang keji. Seandainya Pek li Peng benar-benar sampai bergebrak melawan dirinya, belum tentu dia bisa menangkan Lan Giok Tong dan sebaliknya kalau dia sampai ikut campur didalam urusan ini hingga jejaknya ketahuan, apalagi sampai mengejutkan Cioe Cau Liong sekalian hal ini semakin merugikan dirinya.
Karena itu dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya, “Peng jie, jangan turun tangan melawan dirinya, lebih baik carilah satu akal untuk mengadakan perjanjian dengan dirinya untuk sementara waktu tidak saling ganggu mengganggu, dalam keadaan serta situasi seperti ini tidak leluasa bagi kita untuk memperhatikan asal usul yang sebenarnya….”
Dalam pada itu Pek li Peng telah bersiap sedia melancarkan serangan balasan, setelah mendengar bisikan dari si anak muda itu terpaksa ia harus menyabarkan diri. Setelah mengerdipkan matanya gadis itu segera berkata, “Apakah kau ingin tahu siapakah aku?”
“Sedikitpun tidak salah, dalam perkiraanku kemungkinan besar kau adalah anak buah dari nona Gak!”
“Siapa sih nona Gak itu?” pikir Pek li Peng didalam hati. “Kalau ditinjau dari sikapnya sewaktu menyebutkan nona Gak, rupanya ia sangat menaruh hormat kepadanya lebih baik aku pura-pura mengakui sebagai anak buahnya saja.”
Karena berpikir demikian ia lantas menyahut, “Dugaanmu ternyata tepat sekali….”
Tiba-tiba Lan Giok Tong merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya, “Bilamana aku telah menyalahi diri nona, harap nona suka memaafkan!”
“Sungguh lihay nona Gak itu….” kembali Pek li Peng membatin. “Sampai anak buahnyapun mendapat penghormatan dari orang lain….”
Segera dia balas memberi hormat.
“Kau tak usah berlaku sungkan-sungkan lagi….!”
“Sudah berapa lama nona mengikuti nona Gak?”
“Huuuuuh, kepalamu. Aku belum pernah berjumpa muka dengan nona Gak, darimana bisa mengikuti dirinya” pikir gadis itu didalam hati.
Diluaran ia menyahut, “Aku sudah hampir satu tahun lebih mengikuti nona Gak!”
“Oooooh, kalau begitu nona tentu seringkali mengikuti diri nona Gak. Apakah kau pernah mendengar nona Gak menyinggung tentang diriku?”
“Siapa namamu?”
“aku bernama Lan Giok Tong!”
“Lan Giok Tong….?”
“Sedikitpun tidak salah, aku bernama Lan Giok Tong!”
“Ehmmm, agaknya aku pernah mendengar nona Gak menyinggung tentang namamu itu.”
“Aaaaaaaai….! bagaimanakah kesan serta penilaian nona Gak terhadap diriku….?”
“Apa sih yang kau maksudkan?” pikir Pek li Peng dalam hati. “Aku sama sekali tak tahu apa yang sedang ia tanyakan dari mana bisa menjawab pertanyaannya itu?”
Sementara ia sedang serba salah dan tak tahu musti menjawab apa, tiba-tiba terdengar suara Siauw Ling berkumandang disisi telinganya, “Peng jie, katakan kepadanya bahwa kesan dan penilaian nona Gak terhadap dirinya tidak jelek!”
Pek li Peng tertegun beberapa saat lamanya, lalu menjawab, “Oooh, sekarang aku sudah teringat, kesan serta penilaian nona kami terhadap dirimu tidak jelek!”
Sementara Lan Giok Tong hendak berkata lagi, tiba-tiba terdengar suara suitan panjang berkumandang datang dari tempat kejauhan buru-buru serunya, “Apakah kedatangan nona ketempat ini adalah atas perintah dari nona Gak….?”
Sambil mengangguk Pek li Peng berpikir kembali, “Siapa yang kesudian menjalankan perintahnya….”
“Aku datang kemari bersama seorang nona. Lebih baik kalian jangan sampai membiarkan dia mengetahui akan asal usulmu….” pesan Lan Giok Tong. Kemudian sinar matanya menyapu sekejap kearah Phoa Liong dan menambahkan, “Orang ini adalah anggota perkampungan Pek Hoa San cung, lebih baik biar kubunuh dirinya sampai mati!”
“Tak usah, pada saat ini ia sudah bekerja sama dengan kami dan merahasiakan jejak kami.”
“Nona Gak telah mengutus beberapa orang untuk datang kemari?”
Pek li Peng melirik sekejap kearah Siauw Ling dan menjawab, “Hanya kami berdua!”
“Baik, sekrang aku sudah jelas, dengan demikian diantara kitapun bisa dihindari kesalah pahaman yang tidak diinginkan….”
Ia merandek sejenak, lalu melanjutkan, “Aku akan menghalangi kawanku ini hingga tidak menerjang kemari, harap nona berdua bisa baik-baik berjaga diri. Kalau membutuhkan bantuan dariku silahkan katakan saja tanpa sungkan-sungkan.”
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut tanpa menanti jawaban dari Pek li Peng serta Siauw Ling lagi ia segera meluncur keluar dari goa itu.
Menanti bayangan punggung Lan Giok Tong sudah lenyap dari pandangan Pek li Peng tak dapat menahan rasa gelinya lagi, ia tertawa cekikikan.
“Hiiiiih…. hiiiih…. toako ternyata ia sudah menganggap dirimu seorang gadis!”
Siauw Ling tidak menggubris ocehan dari Pek li Peng, ia menoleh kearah phoa Liong dan bertanya, “Apakah pintu batu itu sudah boleh ditutup lagi?”
“Boleh!” Phoa Liong mengangguk.
“Baik! kalau begitu tolong Phoa heng menutup lebih dahulu pintu batu itu, kemudian aku mempunyai beberapa persoalan yang ingin dibicarakan secara blak-blakkan dengan diri Phoa heng!”
Phoa Liong termenung berpikir sebentar lalu berjalan menuju kemulut goa dan menutup pintunya sekalian digerendel, setelah itu sambil melangkah kembali ia tatap wajah Siauw Ling tajam-tajam dan bertanya, “Sebenarnya siapakah kau?”
Siauw Ling tersenyum.
“Namaku lebih baik untuk sementara waktu jangan kau ketahui lebih dulu, tetapi pada suatu hari aku pasti akan memberitahukan kepada diri Phoa Liong. Sekarang aku ada beberapa persoalan hendak ditanyakan kepadamu!”
“Kenapa aku tak boleh mengetahui namamu?”
“Pada saar serta keadaan seperti ini aku masih belum dapat memperkenalkan asal usulku….” bisik Siauw Ling, ia merandek sejenak lalu melanjutkan, “Phoa heng, pertanyaan yang hendak kuajukan ini harap bisa kau jawab sejujurnya.”
“Persoalan apa?”
“Bagaimanakah sikap Shen Bok Hong terhadap dirimu?”
“Sulit untuk dikatakan, bagi setiap orang yang tergabung didalam perkampungan Pek Hoa san cung, bila menyebut tentang Toa cungcunya rata-rata pada menunjukkan sikap hormat dan takut.”
“Seandainya pada saat ini aku suruh kau menghianati dirinya, apakah kau mempunyai keberanian untuk melakukan hal itu?”
Phoa Liong termenung sebentar, lalu menjawab, “Pertolonganku terhadap kalian berdua sudah merupakan suatu pelanggaran terhadap peraturan dari perkampungan Pek Hoa san cung kami!”
“Apa hukumannya bila kejadian ini tertangkap basah?”
“Seandainya Toa cungcu sampai mengetahui akan peristiwa ini, maka aku bisa dijatuhi hukuman mati dibacok oleh beratus-ratus bilah pedang.”
“Sampai seserius itulah hukumannya?”
“Tidak salah!” Phoa Liong membenarkan. “Perbuatan itu termasuk sebagai suatu pelanggaran yang diancam hukuman mati.”
“Jadi kalau begitu, pada saat ini perbuatanmu itu sudah terhitung sebagai suatu penghianatan terhadap perkampungan Pek Hoa san cung?”
“Sedikitpun tidak salah, andaikata rahasia kalian berdua ketahuan maka setiap saat bisa dijatuhi hukuman mati!”
“Kalau memang begitu kenapa Phoa heng tifak berusaha untuk meninggalkan jalan gelap menuju kearah jalan terang dan meninggalkan perkampungan Pek Hoa san cung?”
“Aku tidak berhasil menemukan jalan untuk mewujudkan apa yang pernah kupikirkan itu.”
Mendengar sampai disini Siauw Ling segera tersenyum.
“Asal Phoa heng mempunyai tujuan kearah situ, hal itu sudah lebih dari cukup….”
Blam? Blam! Blam tiba-tiba terdengar suara gedoran kencang berkumandang datang. disusul suara teriakan dari Cioe Cau Liong berkumandang datang, “Hay, didalam apa ada orang?”
“Jangan kau ceritakan bantuan kami untuk memukul mundur musuh tangguh itu….” buru-buru Siauw Ling berpesan.
Sambil mengangguk Phoa Liong segera bangkit berdiri dan membuka pintu goa tersebut.
Tampaklah Cioe Cau Liong serta It Boen Han Too bersama-sama melangkah masuk kedalam ruangan.
It Boen Han Too menyapu sekejap luka dilengan Phoa Liong, lalu bertanya, “Parah luka yang kau derita?”
“Terima kasih atas perhatian dari It Boen sianseng, aku masih sanggup untuk mempertahankan diri.”
Sementara itu Cioe Cau Liong sudah menutup pintu dan menguncinya dari dalam lalu bertanya, “Sudah kau temui orang itu?”
“Sudah, bahkan hamba telah bergebrak melawan dirinya dan lenganku terhajar luka oleh babatan pedangnya!”
“Bagaimanakah raut wajah orang itu?” tanya Cioe Cau Liong lebih lanjut.
Ternyata ia sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap keselamatan anak buahnya, meskipun diketahuinya Phoa Liong terluka agak parah.
“Orang itu usianya masih amat muda tetapi raut wajahnya tampan dan gagah, terutama sekali ilmu pedangnya amat ganas dan lihay, hamba cuma sanggup bergebrak sebanyak dua jurus sebelum akhirnya terluka diujung pedangnya….!”
Terhadap jawaban dari Phoa Liong ini rupanya Cioe Cau Liong merasa amat puas, dengan wajah serius katanya lebih jauh, “Setahun berselang orang ini pernah menyaru sebagai Siauw Ling gadungan, berkelana didalam dunia persilatan belum sampai satu tahun. Nama besarnya telah berkumandang dan dikenal setiap orang dalam dunia kemudian entah apa sebabnya tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas dan jarang sekali muncuk dalam dunia persilatan, menanti Siauw Ling yang asli telah muncul dalam Bulim, ia semakin tak pernah kelihatan lagi.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung ia sudah berada didalam ruang batu itu.
Dalam pada itu Siauw Ling serta Pek li Peng telah mengundurkan diri kesudut ruangan dan duduk bersila disitu.
Terdengar Phoa Liong berkata, “Hamba tidak becus sehingga mencemarkan nama baik perkampungan Pek Hoa san cung. Silahkan Jie cungcu menjatuhkan hukuman kepada hamba!”
“Dalam peristiwa ini kau tak bisa disalahkan, orang itu memang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, sekalipun aku serta It Boen sianseng turun tangan secara berbarengpun belum tentu bisa menangkan kelihayannya.”
“Terima kasih atas kemurahan hati Jie cungcu!” kata Phoa Liong kemudian, ia segera menarik dua buah kursi kayu untuk junjungannya.
Cioe Cau Liong serta It Boen Han Toopun tidak sungkan-sungkan, mereka segera ambil tempat duduknya masing-masing seakan-akan urusan hendak dirundingkan.
“Apa It Boen heng telah berhasil menghitungnya semua?” terdengar Cioe Cau Liong bertanya.
“Siauwte telah menghasil menghitung garis besarnya saja, tetapi yang paling sulit adalah aliran air deras yang berada dibawah permukaan tanah itu, bila kita salah menghitung sehingga menyentuh aliran air dahsyat dibawah tanah itu. Maka air bah laksana gulungan bukit akan menenggelamkan daerah disekitar tempat ini, dan semua orang yang berada didalam selat inipun tak akan lolos dari bahaya maut!”
“Apakah tidak ada cara pencengahan yang baik?”
It Boen Han Too termenung berpikir sebentar, lalu menjawab, “Mungkin siahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian sengaja mendirikan istana terlarangnya ditempat ini karena disebabkan tempat itu memiliki aliran air dahsyat dibawah permukaan, bagi orang yang tidak kenal akan ilmu tanah sulitkah untuk menemukan tempat penting itu, sebaliknya bagi orang yang ahli dibidang ilmu tanah setelah mengetahui akan aliran air dibawah tanah itu segera akan timbul rasa was-was dan takutnya bila menyentuh aliran air itu sehingga mengakibatkan bencara banjir dahsyat. Dalam keadaan begini orang tentu akan tak berani secara gegabah menyelidiki istana terlarang.”
“Ehmm, perkataan itu sedikitpun tidak salah….”
Sinar matanya segera dialihkan keatas wajah Phoa Liong dan meneruskan, “Diantara para pekerja yang berada didalam selat ini, adakah orang-orang yang memiliki ilmu silat yang tinggi?”
“Sewaktu mula-mula memasuki selat ini, diantara para pekerja memang terdapat beberapa orang yang memiliki ilmu silat tinggi tetapi setelah kerja rodi selama banyak tahun ditempat ini, sekalipun memiliki ilmu silat juga tak bisa digunakan lagi!”
“Kalau kita tidak keluar dari sini, mungkin didalam gusarnya orang itu bisa membasmi para pekerja yang berada diluar ruangan” kata It Boen Han Too memperingatkan.
“Para pekerja itu sudah melakukan kerja paksa selama banyak tahun, semuanya telah lemas dan kehabisan tenaga. Sebelum pintu istana terlarang dibuka, kita musti mencari para pekerja baru untuk menggantikan kedudukan mereka.”
Maksud dari ucapan itu sudah amat jelas, yaitu kematian dari ratusan orang pekerja itu bukanlah suatu masalah yang penting.
Siauw Ling yang ikut mendengarkan pembicaraan itu, dalam hati segera berpikir, “Ilmu silat yang dimiliki Cioe Cau Liong tidak begitu tinggi, tetapi wataknya amat kejam dan telengas, kekejian hatinya sungguh tidak berada dibawah Shen Bok Hong.”
Terdengar It Boen Han Too berkata, “Menurut hasil penyelidikan yang siauwte lakukan, untuk membuak pintu istana terlarang kita tidak membutuhkan tenaga yang sangat penting. Bila kita andalkan jumlah tenaga yang terlalu banyak hingga pekerjaan dilakukan secara gegabah maka bisa jadi aliran air dibawah tanah itu akan tersentuh dan pecah. Andaikata aliran air itu sampai pecah hingga mengakibatkan terjadinya banjir besar yang mengenangi sleuruh selat ini, sekalipun pintu istana terlarang ditemukan juga tiada gunanya.”
“Jadi maksud It Boen heng, untuk membuka pintu istana terlarang maka kita harus mendapatkan dahulu anak kunci untuk mebuka pintu istana terlarang itu….?”
“seandainya kita berhasil menemukan anak kunci istana terlarang, hal ini sudah tentu jauh lebih baik. Tetapi seandainya anak kunci istana terlarang gagal untuk ditemukan, maka menurut pendapat siauwte terpaksa usaha membuka pintu istana ini harus diserahkan pada para pekerja yang bisa bekerja dengan teliti dan berhati-hati. yang jelas kaum pekerja kasar tak dapat digunakan dalam pekerjaan ini.”
Cioe Cau Liong mengangguk tanda mengerti.
“Yaaah….! untung Toa cungcu segera akan tiba disini, apalagi It Boen heng mempunyai keyakinan untuk membuka pintu istana terlrang. Toa cungcu pasti akan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menjaga keamanan selat ini.”
“Keyakinan untuk sementara waktu jangan kita bicarakan dulu. Pokonya yang penting selama anak kunci istana terlarang belum didapatkan, maka satu-satunya cara untuk memasuki istana terlarang adalah menggunakan cara yang aku miliki.”
Blaaam…. blaaam…. blaaam terdengar benturan keras berkumandang datang.
“Siapa?” tegur It Boen Han Too.
“Orang sendiri!” kata Phoa Liong sambil bangkit berdiri, dengan langkah lebar ia segera pergi membuka pintu.
Tampaklah seorang pria berbaju hitam yang menyoren golok dipinggangnya berjalan masuk kedalam, dia bukan lain adalah pengawal yang berjaga dimulut selat.
Pria berbaju hitam itu dengan langkah lebar berjalan kesisi Cioe Cau Liong, setelah menghunjuk hormat katanya, “Menjumpai Jie cungcu!”
Cioe Cau Liong mendengus.
“Hmm! bagaimana dengan musuh tangguh itu?” tanyanya.
“Sepasang lelaki perempuan itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, mereka malang melintang disleuruh selat tanpa seorangpun mampu untuk menandingi mereka, para pengawal yang berada didalam ada delapan bagian telah mati terbunuh diujung pedang mereka.”
“Bagaimana sekarang?”
“Secara tiba-tiba kedua orang itu menghentikan pembunuhannya dan mengundurkan diri dari selat ini.”
“Sudah pergi?”
“Saat ini mereka sudah berlalu dari dalam selat.”
“Bagus sekali, kau boleh pergi dan perketat penjagaan, hati-hati kalau mereka melakukan penyerbuan lagi!”
Pria berbaju hitam itu mengiakan dan segera keluar dari dalam ruangan itu.
Menanti bayangan punggung dari pria berbaju hitam itu sudah lenyap dari pandangan, It Boen Han Too baru berpaling memandang sekejap kearah Cioe Cau Liong lalu bertanya, “Jie cungcu, orang yang menyaru sebagai Siauw Ling gadungan itu apakah bernama Lan Giok Tong!”
“sedikitpun tidak salah!”
“Bagaimana dengan ilmu silat yang dimilikinya?”
“Gerakan pedangnya cepat sukar dilukiskan dengan kata-kata, ilmu silatnya sangat lihay.”
“Bagaimana kalau ilmu silatnya dibandingkan dengan Siauw Ling sesungguhnya?”
Cioe Cau Liong termenung berpikir sebentar, lalu menjawab, “Tentang soal ini sulit untuk dikatakan, mungkin ilmu silat mereka seimbang satu sama lainnya!”
“Hmmm!” diam-diam Pek li Peng mendengus didalam hatinya. “Untuk mengalahkan dirikupun orang itu masih belum mampu, mana ia bisa menandingi toako?”
Terdengar It Boen Han Too telah berkata lagi, “Kalau begitu, Lan Giok Tong itupun merupakan seornag manusia yang sulit untuk dihadapi?”
“It Boen heng bukan orang inar, akupun tidak ingin membohongi dirimu, cukup berbicara dari situasi yang kita hadapi saat ini ternyata kita semua tak seorangpun yang mampu menahan gerakan serangan-serangan mereka, seorang Lan Giok tong sudah begitu sukar dihadapi apalagi ia membawa seorang pembantu. Kita benar-benar kewalahan dan sulit untuk membendung serbuan kedua orang itu. Tapi sungguh aneh sekali mengaoa secara tiba-tiba mereka bisa mengundurkan diri dari tempat sini? inilah yang membuatku merasa agak bingung dan tidak habis mengerti.”
“Ditempat yang begini pentingnya, kenapa Shen Toa cungcu tidak mengutus jago-jago lihay untuk melindungi tempat ini?”
“Selama banyak tahun ditempat ini belum pernah terjadi perkembangan baru yang memberikan kesibukan buat kami, lama kelamaan Toa cungcu pun merasa agak putus asa, karena itu ia tidak mengirimkan jago-jago lihaynya lagi untuk menjaga serta melindungi tempat ini….”
Setelah merandek sejenak sambungnya, “Kehadiran It Boen heng ditempat sinipun maksud toa cungcu bukan lain hanya suatu adu nasib belaka, seandainya kehadiran It Boen heng ditempat inipun tidak mendatangkan hasil, maka Toa cungcu tidak akan buang pikiran serta banyak tenaga lagi untuk pusatkan perhatiannya didalam selat ini, dan iapun akan membatalkan niatnya untuk menemukan letak istana terlarang. Siapa tahu kedatangan It Boen heng disini ternyata mendatangkan hasil besar yang diluar dugaan, setelah toa cungcu tiba disini ia pasti akan menilai dulu situasi disini kemudian baru mengirim para jago lihaynya untuk menjaga selat ini.”
“Ooooh, kiranya begitu!”
Seakan-akan secara mendadak Cioe Cau Liong telah teringat akan suatu masalah yang amat berat, ia berpaling memandang sekejap kearah Phoa Liong lalu bertanya, “Ditempat ini terdapat beberapa buah jalan untuk masuk kedalam selat….?”
“Menurut apa yang hamba ketahui, hanya ada satu jalan saja.”
“Seandainya kita tutup mati jalan keluar itu, bukankah tiada orang yang mampu untuk menyerbu kedalam selat ini lagi?”
“Sedikitpun tidak salah, kedua belah sisi selat ini merupakan tebing bukit yang terjal dan licin, tingginya mencapai ribuan tombak. Sekalipun seorang jago lihay yang memiliki ilmu meringankan tubuh bagaimana lihaypun tak akan berani menempuh bahaya untuk turun kemari.”
“baik!” ujar Cioe Cau Liong, kemudian sambil mengangguk. “Turunkan perintah dan kumpulkan semua pengawal selat yang masih hidup untuk berkumpul dimulut selat siapapun yang berusaha menyerbu masuk lewat sana pertahankan sampai titik darah terakhir!”
Phoa Liong mengiakan dan segera berlalu dari situ.
Terdengar Cioe Cau Liong berseru lebih jauh, “Dari kawanan para pekerja carilah mereka yang memiliki ilmu silat agak tinggi untuk bantu mempertahankan mulut selat.”
Phoa Liong berseru, menanti ucapan dari Cioe Cau Liong selesai diutarakan ia baru memberi hormat dan keluar.
Memandang hingga bayangan punggung Phoa Liong lenyap dari pandangan Cioe Cau Liong baru menoleh dan memandang sekejap kearah It Boen Han Too, lalu bertanya, “It Boen heng, bila semua pekerjaan berjalan dengan lancar, sampai kapan kita baru bisa masuki istana terlarang?”
“Tentang soal ini sulit untuk dikatakan, mungkin tiga lima bulan mungkin saja dalam berapa hari lagi.”
Siauw Ling yang duduk disudut ruangan dalam hati diam-diam berpikir, “Seandainya pada saat ini aku dan Peng jie secara tiba-tiba melancarkan serangan bokongan, rasanya tidak sulit untuk merobohkan kedua orang itu atau menotok jalan darah mereka. Kemudian memaksa It Boen Han Too membantu aku untuk mebuka istana terlarang yang kutakuti adalah kedatangan Shen Bok Hong beserta para jago-jagonya.”
Berpikir sampai disitu diam-diam dia menyesali, seandainya didalam perjalanannya kali ini diikuti pula oleh Soen Put shia serta Boe wie Tootiang sekalian, maka dengan kekuatan ilmu silat beberapa orang itu untuk mempertahankan mulut selat, rasanya Shen Bok Hong sekalian pasti akan mengalami kesulitan untuk membobolkan pertahanan itu, dengan andalkan kunci istana terlarang yang dimilikinya mungkin saja dengan cepat pintu istana terlarang bisa dibuka.
Tapi sekang ia tak berani bertindak gegabah dan melakukan tindakan yang terlalu menempuh bahaya.
Untuk beberapa saat lamanya pelbagai pikiran berkelebat didalam benaknya, ia tahu bahwa kesempatan baik segera akan berlalu, tetapi iapun merasa tidak berani untuk terlalu menempuh bahaya, ditambah pula dalam keadaan begini tidak leluasa baginya untuk berunding dengan Pek li Peng, terpaksa pikiran itu hanya disimpan didalam hati saja.
Terdengar Cioe Cau Liong menghela napas panjang dan berkata, “Seandainya sedari dulu Toa cungcu telah mengundang kedatangan It Boen heng mungkin pada saat ini ia sudah berhasil membongkar rahasia istana terlarang!”
It Boen Han Too tersenyum.
“Menurut pengamatanku tentang keadaan situasi disekitar selat ini, agaknya lembah ini sudah pernah dirubah dengan kekuatan tenaga manusia, cuma saja bagi orang yang tidak pandai dalam bidang ilmu tanah, hal tersebut memang sulit untuk ditemukan!”
“Aaaaai….! seharusnya Toa cungcu sudah seharusnya berpikir tentang diri It Boen heng!”
“Mungkin saja Toa cungcu memandang urusan ini terlalu gampang, mungkin juga ia tidak terlalu memandang serius, kali ini dia mengundang kedatanganku kesinipun mungkin hanya bermaksud untuk melihat-lihat saja.”
“Musuh tangguh setiap saat kemungkinan besar dapat menyerbu kedalam selat lagi. Sebelum Toa cungcu tiba disini It Boen hengpun rasanya tidak mungkin untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, apa salahnya kalau kau menggunakan kesempatan ini untuk duduk beristirahat sejenak….”
“Jie cungcu! silahkan berlalu, cayhepun hendak melakukan penyelidikan lebih dulu terhadap bahan-bahan batu dan pasir itu.”
Habis ebrkata ia membuka peti emasnya dan ambil keluar batu, rumput, pasir, tanah liat serta bunga karang lalu dijejerkan didepannya, sambil mengetuk dengan tangan ia mulai menulis catatan diatas kertas, seluruh perhatiannya telah dicurahkan semua dalam penyelidikannya itu.
Pek li Peng yang harus bersabar terus menerus, lama kelamaan habislah kesabarannya ia segera berbisik, “Toako, apakah kita harus merendahkan derajat dan melayani mereka terus menerus?”
“Kalau tak bisa bersabar darimana urusan dapat diselesaikan….?” jawab Siauw Ling. “Istana terlarang menyangkut perjuangan kita untuk menumpas kejahatan dari muka bumi, bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk masuk kedalam istana terlarang. Walaupun saat ini didalam lembah ini tiada musuh tangguh tetapi dengan kekuatan kita berduapun belum mampu untuk mengatasi persoalan ini, karena itu kita harus mengundang kedatangan Tiong chiu Siang Ku datang kemari, lalu kita segera turun tangan.”
Sementara Pek li Peng hendak menjawab, mendadak It Boen Han Too angkat kepalanya dan menggape, “Coba kau, kemarilah!”
Pek li Peng terkesiap, pikirnya, “Apakah diapun sudah ikut mendengar pembicaraanku dengan toako yang dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara?”
Dalam hati berpikir demikian diluaran ia tetap bangkit berdiri, hawa murninya segera dihimpun siap menghadapi segala kemungkinan yang tiada diinginkan, selangkah demi selangkah ia dekati tubuh It Boen Han Too.
Tampak orang itu menyodorkan sebuah bunga karang kepadanya sambil berkata, “pergilah ketepi telaga kecil itu, dan ambilkan sebiji bunga karang lagi….”
Habis berkata ia tundukkan kepala dan menulis lagi.
Pek li Peng menerima batu bunga karang itu dan segera melirik sekejap kearah kertas dihadapan orang itu, tampaklah kertad putih yang berada ditangan It Boen Han Too telah penuh dengan tulisan, untuk sesaat ia tak sanggup melihat sebuah tulisanpun.
Ketika berpaling kearah Siauw Ling tampaklah si anak muda itu pejamkan mata duduk bersila, terpaksa ia putar badan dan berjalan keluar, dalam hati makinya, “Hmmm! sekarang kau bisa bertingkah dan sok main perintah kepadaku, besok pagi…. lihat saja kelihayan nonamu….!”
Menanti Pek li Peng sambil membawa bunga karang itu sudah keluar dari dalam kamar, diam-diam Siauw Lingpun meghembuskan napas lega.
Kurang lebih spertanak nasi kemudian, Pek li Peng serta Phoa Liong bersama-sama telah masuk kembali kedalam ruangan.
It Boen Han Too mendongak dan memandang sekejap kearah kedua orang itu, tanyanya, “Apakah sudah didapatkan?”
“Sudah!” jawab Pek li Peng sengaja menyerahkan suaranya, kemudian menyodorkan bunga karang itu kemuka.
It Boen Han Too menerima bunga karang itu lalu diletakkannya dihadapannya. Pek li Peng sendiri tanpa menanti diperintah lagi segera kembali kesisi Siauw Ling dan duduk.
Si anak muda itu tahu bahwa gadis ini tentu sedang mendongkol dan gusar, karena takut ia tak sanggup menahan sabar dan mengumbar hawa amarahnya, setelah Pek li Peng berada disisinya ia segera membisik, “Peng jie, aku telah membuat kau jadi sengsara!”
Mendengar bisikan itu Pek li Peng tersenyum manis, hawa gusar dan mendongkol yang berkecamuk dalam dadanya seketika lenyap tak berbekas.
Dalam pada itu terdengar Phoa Liong telah berkata, “Hamba baru saja mendapat laporan, katanya ada serombongan manusia antara belasan orang banyaknya sedang berjalan menuju keselat ini entah siapakah mereka?”
Cioe Cau Liong yang sebetulnya sedang duduk bersila diatas tanah seera melompat bangun setelah mendengar laporan itu, serunya, “Apakah Toa cungcu telah datang?”
“Tentang soal ini hamba kurang begitu tahu.”
“Cepat pergi selidiki, kalau yang datang adalah musuh kerahkan segenap kekuatan yang kita miliki untuk menyumbat mulut selat tersebut, jangan memperkenankan seorangpun diantara mereka masuk kedalam selat ini.”
Phoa Liong mengiakan dan berputar badan siap ebrlalu dari situ, mendadak tampaklah It Boen Han Too menghentikan gerakan pit nya dan tertawa terbahak-bahak.
Perubahan ini terjadi secara tiba-tiba membuat semua orang yang ada didalam ruangan jadi terkejut. Phoa Liong pun dnegan zwajah melengak segera menghentikan langkah kakinya.
Cioe Cau Liong mendehem perlahan tegurnya, “It Boen heng!”
It Boen Han Too tertawa tergelak tiada hentinya, seolah-olah dia sama sekali tidak mendengar akan seruan dari Cioe Cau Liong itu.
Ketua kedua dari perkampungan Pek Hoa san cung ini segera melangkah maju setindak kedepan, sambil menghantam bahu It Boen Han Too keras-keras serunya, “It Boen heng, apakah ada gejala yang tidak benar?”
Setelah ditabok bahunya, It Boen Han Too segera berhenti tertawa, sahutnya, “Jie cungcu, terima kasih atas bantuanmu!”
“Kenapa kau berterima kasih kepadaku?” tanya Cioe Cau Liong tidak habis mengerti, sementara hawa murninya diam-diam dihimpun kedalam telapak kanan dan tetap ditempelkan diatas jalan darah “Bong Boen” dipunggung It Boen Han Too, asal hawa murninya disalurkan keluar niscaya jantung orang itu akan tergetar putus.
It Boen Han Too tertawa hambar ujarnya, “Siauwte merasa kelewat girang hingga hawa murniku mengalir terbalik dan menyumpat dijalan yang salah, seandainya Cioe Jie cungcu tidak perseni aku dengan sebuah pukulan, niscaya aku masih tetap tertawa keras tanpa sanggup berhenti sendiri.”
Menggunakan kesempatan masih bercakap-cakap, tiba-tiba ia geserkan tubuhnya dan melepaskan diri dari ancaman jalan darah kematian itu.
Cioe Cau Liong segera tertawa terbahak-bahak, katanya, “It Boen heng! kau telah memikirkan persoalan apa yang menggirangkan hatimu sehingga hawa murnipun sudah mengalir sesat?”
Siauw Ling yang menyaksikan tingkah laku orang itu, dalam hati segera berpikir, “Diluaran saja kedua orang ini saling menyebut sebagai saudara. Kiranya didalam hati masing-masing mempunyai rencana sendiri….”
Air muka It Boen Han Too berubah jadi dingin, dengan nada serius ia berkata, “Dari beberapa macam bunga karang yang berhasil siauwte kumpulkan ini telah berhasil menemukan beberapa hal yang mencurigakan.”
“Apakah ada hubungannya dengan istana terlarang?”
“Sedikitpun tidak salah, bahkan besar sekali hubungannya.”
“Dapatkah kau terangkan lebih dahulu kepada siauwte?”
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Siauw Ling, pikirnya, “Aku menggembol anak kunci istana terlarang. Asal bisa mengetahui cara untuk mebuka istana tersebut, tentu saja aku bisa mendahului mereka untuk masuk kedalam istana terlarang….”
Dalam pada itu terdengar It Boen Han Too sedang berkata, “Apakah Shen Toa cungcu segera akan tiba disini?”
“Menurut pemberitahuan dari Toa cungcu kepada siauwte, secepatnya ia akan datang kemari.”
“Kalau begitu bagus sekali, biarlah kita tunggu sampai Toa cungcu datang lebih dahulu baru dibicarakan lagi.”
Cioe Cau Liong yang mendengarkan perkataan itu diam-diam mengerutkan alisnya.
“Apakah siauwte tidak boleh mengetahui lebih dulu?”
It Boen Han Too tertawa dingin.
“Bilamana tenaga dalam yang terkandung dalam telapak Jie cungcu dilancarkan tadi urat nadi dalam tubuh siauwte pasti sudah tergetar putus dan sekarang mungkin aku sudah putus nyawa dan mati.”
“It Boen heng, kau salah paham” buru-buru Cioe Cau Liong berseru. “Siauwte….”
It Boen Han Too tertawa hambar.
“Jie cungcu tak usah bersilat lidah jauh. Asal sudah kukatakan keluar maka urusan kuanggap telah selesai….”
Serentetan suara ketukan pintu yang gencar memutuskan pembicaraan antara kedua orang itu.
Phoa Liong pergi membuka pintu, seorang pria berbaju hitam masuk kedalam dan memberi hormat kepada Cioe Cau Liong sambil ujarnya, “Lapor Jie cungcu, Toa cungcu telah tiba.”
“Sekarang berada dimana?” buru-buru Cioe Cau Liong bertanya.
“Sudah dekat dengan mulut selat!”
“Cepat bawa aku untuk menyambut kedatangannya!” ia berjalan kearah luar pintu.
Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh kearah It Boen Han Too, tanyanya lagi, “Apakah It Boen heng tidak ikut serta?”
Kiranya It Boen Han Too masih tetap duduk ditempat semula.
Mendapat teguran itu ia mendongak dan tertawa hambar.
“Siauwte ingin beristirahat dahulu, bila Jie cungcu telah bertemu dengan Toa cungcu nanti, tolong sampaikan permintaan maafku.”
“Kalau begitu silahkan It Boen heng beristirahat, Siauwte akan pergi dahulu!”
Bersama Phoa Liong berangkatlah dia keluar dari ruangan.
Siauw Ling yang menyaksikan kejadian itu jadi tercengang, pikirnya, “Kalau dilihat tindak tanduk orang ini, agaknya It Boen Han Too sama sekali tidak merasa jeri, terhadap kedatangan dari Shen Bok Hong menggubrispun tidak….”
Dalam hati berpikir demikian, diluaran ia segera berbisik lirih, “Peng jie, Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang licik dan cerdik, ia tak bisa dibandingkan Cioe Cau Liong ataupun It Boen Han Too gerak gerik kita harus lebih berhati-hati lagi.”
Walaupun Pek li Peng mengangguk tiada hentinya setelah mendengar ucapan itu, dalam hati ia merasa tidak puas pikirnya, “Dikemudian hari aku pasti akan ajak dia untuk berduel….”
Sementara itu didalam ruangan batu tinggal Siauw Ling, Pek li Peng serta It Boen Han Too tiga orang.
Tampaklah orang she It Boen itu mebuka peti emasnya dan ambil keluar beberapa lembar kertas putih yang penuh berisikan tulisan, lalu disembunyikan kedalam sakunya.
Siauw Ling dapat menyaksikan semua perbuatannya itu dengan jelas, dalam hati segera pikirnya, “Oooh…. kiranya diantara mereka berdua, diam-diam pun saling memperebutkan posisi.”
Selesai menyembunyikan beberapa lembar kertas penuh tulisan itu, mendadak It Boen Han Too berpaling. Sepasang matanya dengan tajam menatap wajah Siauw Ling berdua tanpa berkedip.
“Biarkan aku pura-pura berlagak pilon saja….” pikir si anak muda itu, matanya segera dipejamkan dan duduk bersila diatas lantai pura-pura tidak melihat.
Perlahan-lahan It Boen Han Too bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang itu, napsu membunuh telah terlintas diatas wajahnya, jelas dia bermaksud untuk membinasakan kedua orang itu.
Diam-diam Siauw Ling pun bikin persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, tapi diluaran berlagak bodoh.
Sedang Pek li Peng sendiri dengan nyalinya yang besar dan ilmu silatnya yang tinggi, tetap duduk pula ditempat semula berlagak pilon.
It Boen Han Too berjalan menghampiri kedua orang itu, ketika dilihatnya mereka berdua tetap duduk tak berkutik ditempat semula, tiba-tiba ia berubah pikiran, katanya, “Bagaimana penghidupan kalian berdua didalam lembah ini?”
“Kehidupan kami sangat baik” jawab Siauw Ling.
“Jadi kalau begitu kalian sudah tak ingin meninggalkan selat ini lagi?”
“Aku harus pura-pura berlahak bodoh agar was-wasnya lebih berkurang….” pikir si anak muda itu, maka dia menyahut, “Hamba sekalian sudah tak pernah memikirkan untuk keluar dari sini lagi….”
“Haah…. haah…. haah…. mungkin aku punya kemampuan untuk membantu kalian berdua cepat-cepat lepas dari tempat ini.”
“Semoga saja demikian, semua orang yang ada didalam lembah ini tentu akan pasang hio dan berdia untuk kemurahan hati itu.”
“Baik. Bagaimanapun juga, aku pasti akan membantu kalian untuk memenuhi harapan tersebut.”
Sambil berkata perlahan-lahan ia mundur kembali ketempat semula.
“Bukankah orang ini ada maksud untuk membunuh diriku berdua? kenapa secara tiba-tiba ia batalkan maksudnya?” pikir Siauw Ling.
Tampaknya It Boen Han Too sambil membawa peti emasnya kembali kesudut ruangan.
Suasana dalam ruanganpun segera berubah jadi hening, begitu hening sampai suara napaspun kedengaran.
Kurang lebih setengah hio kemudian, dari luar ruangan tiba-tiba berkumandang datang suara langkah manusia.
Siauw Ling alihkan sinar matanya kedepan, terlihatlah bayangan tubuh Shen Bok Hong yang tinggi besar dan bongkok muncul dari balik pintu, dibelakangnya mengikuti Cioe Cau Liong serta murid tertuanya Tang Hong ciang.
Masih ada banyak pengikut lainnya yang tetap tinggal diluar ruang untuk bersiap siaga.
Dengan sorot mata yang dingin menyeramkan Shen Bok Hong menatap wajah It Boen Han Too tajam-tajam, tegurnya, “It Boen heng, apakah kau merasa badanmu kurang sehat?”
“Kali ini kedatanganku kemari adalah untuk menjalani perintah, untung jiwaku tidak sampai melayang.”
“Bagus, asal kau berhasil membuat pahala besar maka nama besar It Boen heng pasti akan tersohor dikolong langit.”
“Aaaai…. soal nama sih aku sudah ogah usiaku telah lanjut dan aku tak ingin memperebutkan nama lagi!”
Shen Bok Hong termenung dan berpikir sebentar, lalu berkata lagi, “Kalau memang It Boen heng tidak suka nama besar entah benda apa yang kau sukai asal It Boen heng katakan keluar, siauwte pasti akan berusaha keras untuk menyanggupinya.”
“Selama beberapa hari ini aku telah melakukan penyelidikan diseluruh selat ini dan memeriksa bahan tanah yang berada disini hasilnya beberapa tempat uang mencurigakan telah berhasil kutemukan. Aku duga istana terlarang yang diinginkan Toa cungcu delapan bagian pasti berada diselat ini….”
Ia merandek sejenak. lalu ujarnya lagi, “Siauwte ingin mengambil jalan yang aman saja untuk melindungi keselamatanku!”
Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, diikuti ia tertawa hambar.
“It Boen heng, pandai amat kau bergurau selama banyak tahun siauwte selalu menaruh hormat terhadap dirimu. Dikemudian haripun akan masih sangat membutuhkan tenagamu, dari mana aku bisa punya pikiran jahat terhadap diri It Boen heng?”
“Pepatah mengatakan: sedia payung sebelum hujan, sekalipun Toa cungcu bertulus hati kepadaku, tapi siauwte pun tak bisa tidak harus melakukan persiapan lebih dahulu.”
“Dari mana It Boen heng bisa mengatakan begitu?” tanya Shen Bok Hong dengan wajah berubah jadi serius.
It Boen Han Too melirik sekejap kearah Cioe Cau Liong lalu jawabnya, “Seandainya beruntung dan siauwte berhasil membuka istana terlarang tersebut, bagi Toa cungcu perjuanganku ini tentu merupakan suatu pahala besar bukan?”
“Aku orang she Shen akan merasa sangat berterima kasih kepadamu, tentu saja aku tak akan melupakan jerih payahmu itu.”
“Sebelum istana terlarang berhasil kubuka, maka siauwte dalam pandangan Toa cungcu pastilah merupakan seorang manusia yang luar biasa, dan rasa was-was Toa cungcu terhadap diriku pun kian hari akan kian bertambah tebal….”
“It Boen heng” tukas Shen Bok Hong. “Kalau memang kau sudah punya pikiran seperti itu, walaupun sekarang kau membantu seribu kalipun percuma, lebih baik terus terang katakan saja apa syaratmu. Asal aku bisa memenuhi pasti akan kuusahakan sebaik mungkin….” ia merandek sejenak lalu menambahkan, “Tadi akupun ada beberapa perkataan hendak disampaikan kepada diri It Boen heng.”
“Toa cungcu ada pesan apa?”
“Seandainya aku orang she Shen benar-benar punya maksud tertentu, sekarang bisa saja kupenuhi semua syarat yang kau ajukan, tetapi setelah urusan selesai aku dapat memungkiri janjiku ini, apa yang hendak kau lakukan pada saat itu?”
“Haaaah…. haaaah…. haaaah kalau aku tak dapat berpikir sampai disitu, tentu saja akupun tak akan mengajukan syarat ini.”
Wajah Shen Bok Hong yang tegang tiba-tiba mengendor, iapun ikut tertawa tergelak.
“Oh oh, rupanya It Boen heng pun sudah punya perhitungan sendiri, entah apakah perhitunganmu itu?”
It Boen Han Too tertawa hambar.
“Seandainya aku berhasil membuka istana terlarang, maka Toa cungcu harus memenuhi keinginanku untuk memilih dua macam barang dari dalam istana.”
“Barang apa yang kau inginkan?”
“Sekarang aku belum tahu, tapi cuma dua macam saja sedang sisanya akan jadi miliki Shen Toa cungcu semua!”
Shen Bok Hong termenung sebentar, lalu menjawab, “Aku menerima keinginanmu itu!”
“Sekarang Toa cungcu bisa menyanggupi, seandainya dikemudian hari kau mengingkari janji, aku yang bicara tanpa bukti darimana bisa menuntut dirimu….?”
“Hubungan kita berdua toh didasari atas saling percaya mempercayai diriku, aku orang she Shen jadi serba salah, lalu apakah kau punya cara untuk mencegah terjadinya peristiwa ini?”
“Ada, cuma apakah Toa cungcu suka mengabulkan permintaanku ini?”
“Katakan!”
“Siauwte menyimpan sebuah benda aneh, asal Toa cungcu suka menelan benda itu….”
“Kau suruh aku orang she Shen menelan racun?” seru Shen Bok Hong dengan wajah berubah.
“Benda ini bukan obat racun, asli racun yang paling lihay adalah siraja obat yang tangan keji dan diapun sahabat Cungcu, seandainya aku menggunakan racun untuk meracuni diri Toa cungcu, bukankah kejadian ini sama artinya tak berguna lagi?”
“Lalu kalau bukan racun, benda apakah itu?”
“Buah tak berhati yang tumbuh digunung Thian san lembah Yoe Kok!”
“Lalu apakah gunanya dari buah tak berhati itu?”
“Setelah menelan buah ini, maka perlahan-lahan kau akan melupakan kejadian yang telah silam!”
“Kalau begitu, bukan benda ini jauh lebih jahat daripada racun yang mematikan?” jengek Shen Bok Hong sambil tertawa dingin.
“Tetapi benda itu tidak sampai mematikan manusia!”
Air muka Shen Bok Hong berubah jadi amat serius, tetapi sesaat kemudian dia telah berkata lagi sambil tersenyum, “Apakah ada cara untuk menolong korban buah tak berhati itu?”
“Setiap benda yang ada didalam dunia pasti ada tandingannya, siauwte menyimpan pula sebiji buah aneh, asal buah itu dimakan maka didalam dua puluh empat jam kesadaranmu akan pulih kembali seperti sedia kala.”
“Setelah aku menelan buah tak berhati itu maka pikiranku akan berubah jadi bodoh dalam keadaan seperti ini bukankah It Boen heng bisa malang melintang didalam istana terlarang tanpa tandingan?”
“Itu sih tidak, buah tak berhati adalah suatu buah dengan daya kerja yang amat lambat, setelah menelan obat itu maka tujuh hari kemudian khasiatnya baru akan ketara saat ini cayhe pasti telah berhasil membuka pintu istana terlarang.”
“Haah…. haah…. haah…. sungguh tak nyana dikolong langit terdapat buah seaneh itu, sungguh membuat orang tidak percaya….!” seru Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak ia merandek sejenak lalu tambahnya, “Sekarang buah tak berhati itu berada dimana?”
“Berada didalam sakuku!”
“Dapatkah aku saksikan dulu bagaimanakah bentiuk dari buah itu?”
“Toa cungcu. lebih baik kau pikirkan dulu masak-masak, setelah kau sanggupi tentu saja aku akan mengeluarkan benda itu, kalau kau tidak setuju ditunjukkanpun tak ada gunanya.”
“Kalau aku tidak menyanggupi permintaanmu itu, mungkin kau akan sulit meninggalkan lembah ini dalam keadaan selamat!”
“Tapi aku percaya bahwa Toa cungcu pasti akan menyanggupi permintaanku ini!”
“Kenapa? pastikah aku menyanggupi permintaanmu itu?”
“Benar, sebab Toa cungcu akan masuk istana terlarang.”
“Aku orang she Shen benar-benar tidak habis mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba It Boen heng bisa muncul jalan pikiran seaneh ini?”
It Boen Han Too alihkan sinar matanya menyapu sekejap wajah Cioe Cau Liong, ia lalu jawabnya.
“Hal ini harus disalahkan Cioe Jie cungcu yang kurang sabar untuk menahan diri hingga menyebabkan aku mengetahui rahasia ini dan menyadari bahwa Toa cungcu sedari dulu sudah ada maksud untuk membinasakan diriku….”
Cioe Cau Liong yang mendengar perkataan itu jadi terperanjat, buru-buru selanya, “It Boen heng kau jangan memfitnah orang seenaknya. Kapan aku orang she Cioe pernah melakukan tindakan yang merugikan dirimu? dan kapan pula aku menunjukkan niatku untuk membinasakan dirimu?”
“Hmm! ketika aku berhasil menemukan cara untuk membuka pintu istana terlarang tadi, saking girangnya aku tertawa terbahak-bahak. Cioe heng tentu salah mengira aku punya pikiran nyeleweng mala telapakmu segera ditempelkan keatas punggungku, seandainya aku tak menghadapi situasi itu dengan tenang, bukankah pada saat itu aku telah menemui ajalnya ditangan Cioe heng….?”
“It Boen heng, kau telah salah paham, ketika siauwte melihat keadaan It Boen heng rada aneh dan tidak seperti biasanya, segera terpikir olehku bahwa hawa murni dalam tubuh It Boen heng telah sesat jalan dan menyumbat jalan darahmu, maka aku segera turun tangan untuk membantu dirimu, sungguh tak nyana kalau tindakanku itu malah sebaliknya telah menimbulkan kesalah pahaman It Boen heng terhadap kami.”
It Boen Han Too mendengus dingin.
“Bagaimana keadaannya setelah aku berhenti ketawa? telapak tanganmu toh masih menempel diatas punggungku….”
Bicara sampai disini ia segera alihkan sinar matanya kearah Shen Bok Hong dan melanjutkan, “Seandainya Toa cungcu tidak meninggalkan pesan kepada Cioe Jie cungcu, aku rasa ia tak akan memiliki keberanian sebesar ini untuk bertindak kurang ajar kepadaku?”
Sepasang mata Shen Bok Hong yang tajam dengan cepat menyapu sekejap wajah Cioe Cau Liong, tapi dengan cepat pula segera dialihkan atas wajah It Boen Han Too, meskipun tidak mengucapkan sepatah katapun tetapi Siauw Ling yang berada disisi kalangan dapat melihat dengan jelas bahwa sekujur tubuh Cioe Cau Liong gemetar keras. Jelas orang merasa amat terkejut bercampur takut.
Terdengar It Boen Han Too melanjutkan kembali kata-katanya, “Seandainya aku gagal untuk membuka pintu istana terlarang, bisa dibayangkan hawa amarah yang berkobar pada Toa cungcu tak tersalurkan keluar, dalam keadaan demikian akulah yang bakal kena sasaran, kemungkinan besar jiwaku malah akan terancam bahaya maut. Sebaliknya kalau istana terlarang berhasil kubuka, Toa cungcu pun belum tentu akan melepaskan diriku dengan begitu saja. Setelah kupikir bolak balik akhirnya kesimpulan olehku bahwa dalam keadaan bagaimana hanya kenangan yang bakal kuterima olehnya, sebab itulah sebelum istana terlarang dapat kubukam dan sebelum terlanjur aku kena dibunuh Toa cungcu, persoalan ini lebih baik dibicarakan dulu sejelas-jelasnya.”
Shen Bok Hong tertawa hambar.
“It Boen heng, kau jangan lupa akan satu hal. Andaikata oada saat ini juga aku orang she Shen menangkap dirimu dalam keadaan hidup-hidup, maka aku bisa jatuhkan hukuman yang paling kejam dikolong langit untuk menyiksa dirimu.”
“Saat ini didalam mulutku telah tersedia sebutir pil yang mengandung racun amat keji, asal kugigit kapsul itu dan menelannya kedalam perut, maka dalam sekejap mata racun itu akan bekerja dan jiwaku akan terenggut dari tubuhku. Saat ini Toa cungcu akan kehilangan kesempatan baik untuk memasuki istana terlarang, atau paling sedikit akan memperlambat rencana Toa cungcu untuk memasuki istana tersebut selama beberapa tahun….”
Tiba-tiba Shen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
“Haaah…. haah…. haah…. haah…. It Boen heng benar-benar amat banyak menaruh curiga terhadap diriku, rasanya aku orang she Shen pun tak ada gunanya banyak bicara, silahkan kau ambil keluar buah tak berhati itu!”
Siauw Ling yang menyaksikan pertengkaran antara kedua orang itu, dalam hati segera berpikir, “Shen Bok Hong bukan seorang manusia yang bodoh, tentu saja ia tak bakal sudi menerima ancaman dari It Boen Han Too, aku lihat suatu pertempuran sengit tak akan lolos pada saat ini….”
Siapa tahu kejadian ternyata berubah diluar dugaan semua orang, Shen Bok Hong rela menelan buah tak berhati itu.
Tampak It Boen Han Too membuka kotak emasnya dan ambil keluar sebuah kotak tembaga, dari dalam kotak itu ia ambil keluar sebuah benda sebesar buah Tho yang berwarna kuning.
“Apakah kau maksudkan benda ini?” tanya Shen Bok Hong sambil menjepit buah itu.
“Sedikitpun tidak salah, baunya harum dan tiada berbiji, cuma sayang sudah terlalu lama disimpan dalam kotak itu hingga keadaannya nampak kurang segar….”
“Apakah It Boen heng pernah makan benda ini?”
“Belum!”
“Kalau memang belum pernah mencoba darimana kau bisa tahu kalau rasanya enak dan baunya harum?”
“Tempo dulu ketika aku mengambil buah tersebut, bau harumnya amat tebal dan bisa mencapai puluhan tombak jauhnya, karena itu aku bisa tahu kalau rasanya enak.”
Shen Bok Hong menimang-nimang buah tak berhati itu ditangannya, lama sekali ia baru berkata, “Kecuali cara ini apakah It Boen heng tidak mempunyai cara lain yang lebih baik lagi?”
“Sebelum kuusulkan cara ini tentu saja masih ada cara lain yang bisa ditempuh, tapi sekarang telah kuucapkan keluar, rasanya lebih baik tak usah dirubah lagi.”
“Baiklah!” sahut Shen Bok Hong sambil tersenyum. “Selama hidup aku orang seh Shen belum pernah bertekuk lutut dihadapan orang. Kali ini rupanya aku harus menyerah terhadap It Boen heng….”
“Kalau tak mau bersabar, urusan besar pasti akan terbengkalai” sela It Boen Han Too. “Untuk mewujudkan ambisi Toa cungcu untuk menguasai seluruh jagad, rasanya sekalipun menyerah kalah satu kali dihadapan orangpun tak jadi soal.”
“Haaah…. haaah…. haaah…. ucapanmu sedikitpun tidak salah” sahut Shen Bok Hong sambil tertawa terbahak-bahak, ia segera membuka mulutnya dan masukkan buah racun itu kedalam bibir.
“Toa cungcu!” teriak Cioe Cau Liong terkejut.
(Tamat)