JILID 19
Siu Lian mendapat tahu orang telah timpuk ia dengan piauw, karena si okpa mendadak tahan kudanya dan sekarang mengejar pula, lantaran ini ia lantas waspada. Ia memang tahu, jago Holam itu adalah ahli piauw yang liehay.
Biauw Cin San tunggu ketikanya, lantas ia menimpuk untuk kedua kallnya
"Jatuhlah kau" ia membarengkan berseru.
Sekarang nona Jie sudah siap, selagi ia dengar seruan, ia menoleh kebelakang justru piauw hendak menyambernya, ia ulur tangannya menangkap!
Biauw Cin San terperanjat berbareng gusar, hatinya panas!
Begitu dekat, tapi gagal, sedang ia tahu kepandaiannya. Sambil mengejar terus, ia siapkan piauw yang ketiga, bahna gusar, ia pusatkan perhatiannya hanya pada piauwnya itu. Tapi selagi tangannya belum ditarik keluar dari kantong pinuw, mendadak ia rasai dadanya sangat sakit, sampai ia menjerit, dengan kepala pusing ia rubuh dari kudanya! Apa celaka baginya, sebelum ia ketahui apa2, kedua kaki belakang dari kudanya telah injak pinggangnya, maka ia rebah ditanah dengan pingsan
Jie Sioe Lian balik dengan lekas, setelah lihat musuh rubuh musuh yang ia hajar dengan piauw yang tadi ia sambuti, sesudah datang dekat, ia membacok dua kali dengan sengit pada kedua paha lawannya Lantaran okpa itu sedang pingsan, ia tidak menjerit karena dua bacokan itu, melainkan pahanya lantas mandi darah..... Dari kejauhan ada orang lagi mendatangi, Sioe Lian lantas larikan kudanya kejalan cabang hingga kira2 dua puluh lie, sesudah itu barulah ia berhenti ditengsh jalan. Ia merasa puas, karena ia penyaya, Bauw Cin San mesti telah binasa karena piauw dan bacokannya itu.
"Tapi jangan2 karena ini aku menyebabkan Tek Siauw Hong hadapi kesulitan" ia pikir lebih jauh. Ia melihat kesekitarnya. Ia tampak sawah2 dan tanah tegalan. Disebelah barat daya ada sebuah sialauw atau ranggon pintu kota. Ia lantas dapat tahu dari tenggara ia sudah lari ketimur laut keluar kota. Ia lantas berpikir pula.
"Aku mesti kembali kerumahnya Tek Siauw Hong" akhirnya ia ambil putusan. Ia lalu loncat turun dari kudanya akan periksa binatang itu dan pakaiannya. Ia berhati lega, kapan ia dapatkan tidak ada yang keryipratan darah. Dengan tuntun kuda itu, ia jalan perlahan, supaya kudanya dapat menghilangkan lelahnya. Adalah setelah melalui kira2 setengah lie, ia loncat naik pula atas binatang tunggangannya. Ia menuju kepintu kota Tong tit moei, disini ia masuk kedalam setelah tanya orang jalan yang ke Sam thuw Hotong, ia menuju kegang itu. Ia ambil jalan kecil. Maka ia telah sampai luar biasa cepat.
Sioe Lian sedang memandang keliling didepan pintu, apabila ia lihat nona kita, ia nampaknya girang sekali.
"Kau baru pulang, kouwnio" ia menyambut. Lekas masuk,
Looya baru saja pulang, tempo ia dengar kau pergi dengan menunggang kuda, ia jadi ibuk tak karuan, pengawal pintu
didamprat kalang kabutan.
S«u L'an bsrsenyum, ia loncat turun dari kudanya, setelah turunkan siangtoonya, ia serahkan binatang itu pada si budak, ia sendiri terus masuk kedalam. Lebih dahulu ia taruh goloknya dikamarnya, la lekas pakai ci-pao, kemudian ia bertindak kekamarnya Tek Siauw Hong.
Tuan dan nyonya rumah sedang duduk berhadapan dengan roman bingung, kapan Siauw Hong mendapat lihat tamunya ia lantas kata: "Jie Kouwnio, lain kali kau jangan ke luar pula sendirian Kau harus ketahui, apa bila terjadi suatu apa. andaikata Beng Jie Siauwya dapat dicari dan ia balik kemari, aku tentu tidak berani ketemu dia.
Barusan akupun ditegor oleh loothaytay" Tek Naynay juga berkata. "Aku d1katakan sudah teledor, adikku. Kau katanya adalah gadis remaja, kau tinggal sama kami sekarang kau keluar sendirian, diluar banyak orang jahat, bila terjadi suatu apa, bagal mana nantinya. "
Siu Lian terbaru apabila dengar suami isteri itu, tidak saja mereka itu, juga si nyonya tua, sangat perhatikan ia.
"Ngo ko dan enso baiklah jangan kuatirkan aku" ia berkata. "Baiklah, lain kali aku berlaku hati2. Sekarang aku mau ketemui loo thaythay"
Sembari menambahi ucapannya itu ia pergi kedalam.
Siauw Hong masih saja bingung, ketika la berbangkit ia banting2 kaki.
"Aku lihat akhirnya nona ini akan terbitkan onar" kata ia, yang tidak percaya janji itu. "Lie Bouw Pek pargi, Beng Su Ciauw tidak kembali, bagaimana?. "
"Apa tidak baik kalau kita antar ia palang ke Soanhoa hoo
?" Tek Naynay tanya.
"Aku rasa memang tidak ada jalan lain" sahut sang suami setelah berpikir. "Aku sebenarnya harap betul baliknya Beng Su Ciauw agar mereka berdua bisa menikah"
Selagi Tak Naynay diam saja, Siu Jie masuk dengan warta "Yo Toaya datang"
Siauw Hong menjadi heran.
"Heran, hari ini Yo Kian Tong datang pagi2 ?. " ia kata.
Tapi ia terus pergi keluar, Dithia ia lihat Sin-chio beroman beda dari biasanya dan disebelah baju luar yang gerombongan ia Umpak pakaiannya yang ringkas Piauwsu itu pun datang bersama piauwsu Sun Cit dan pengikut yang pegang tumbaknya tumbak yang berbatang putih dan berunce hitam.
Yo Kian Tong pun awasi tuan rumsh yang masih pakai pakaian kapangkatannya. "Ngo ko, kau masih belum tukar pakaian" tamu itu mendului menanya. "Lekas kau salin, kita mesti siap, barangkali Kim chio Thio Giok Kin akan lantas cari kita untuk balaskan sakit bati engkunya"
Piauwsu ini bicara dengan berapi2, dudukpun ia sampai tidak mau!
Siauw hong heran, hingga ia bingung saja. Selang sesaat baru ia berkata
"Kenapa nampaknya ibuk sekali ?" ia tanya "Apa yang sudah terjadi?"
Sekarang Yo Kian Tong lah yang kelihatannya heran. "Jadi kau masih belum tahu?" ia tegaskan. "Coba bilang,
nona Jie sudah pulang atau belum
Siauw Hong kaget, sampai mukanya menjadi pucat.
"Apa? " ia tanya, dengan hampir berbisik. "Apakah bisa jadi nona Jie telah binasakan Teng couw hie Biauw Cin San ?"
Yo Kian Tong menghela napas.
"Heran" ia kata. "Nona Jie tinggal di rumahmu, tetapi apa yang ia lakukan, kau tidak ketahui" Kemudian ia tambahkan : "Kemarin di Hunpong Liu liekay, didepan rumahnya, Cia Mima, nona Jie telah hajar dua orangnya Biauw Cin San. Tadinya mereka tidak ketahui siapa adanya si nona, sampai datangnya Moh Po Kun, yang kenal nona itu. Moh Po Kun lantas ajak kawannya pulang. Rupanya hari itu Biauw Cin San sedang mabok arak, ia tidak lantas datang cari nona Jie. Thio Giok Kin pernah datang bersama dua orangnya, tetapi ia tidak ketemukan si nona, lantaran didepan rumahnya Cia Mama ada dua hamba negeri. ia tidak berani lakukan apa2. Tadi pagi nona Jie, dengan tunggang kuda dan membawa golok, sudah pergi kerumah panginapan Keng In Tiam di cu kee kauw, katanya ia menantang. Rupanya Biauw Cin San gusar, atau ia barangkali kandung maksud busuk, ia sudah susul nona Jie, yang kaburkan kudanya keluar pintu See ko moei. Sekian lama mereka berdua tidak tertampak kembali.
Kemudian, ketika orangnya Biauw Cin San pergi menyusul, mereka dapatkan orang she Biauw itu rebah dengan terluka ditepi jalan, napasnya empas empis, tatkala ia digotong pulang kcdalam kota napasnya itu lantas berhenti jalan Kejadian itu katanya membikin Kim chio Thio Giok Kin menjadi sangat gusar, ia sudah lantas himpunkan Oey Kie Pok, Moh Po Kun dan yang lain2, guna bicarakan urusan membikin pembalasan. Mereka mau cari tahu dimana adanya nona Jie untuk disatroni.
Mendengar itu, Siauw Hong kaget berbareng girang, akhirnya ia tertawa.
"Biauw Cin San seperti raja iblis, dengan piauwnya entah ia telah binasakan berapa banyak orang, siapa nyana sekarang ia mampus ditangannya nona Jie" ia kata hampir bersorak. "Nona Jie benar2 liehay, pantas Lie Bouw Pek puji bugeenya"
"Lekaslah bilang, nona Jie sudah pulang atau belum ?" Yo Kian Tong meneror sambil bersenyum.
"Ia sudah pulang, belum lama," akhirnya Siauw Hong jawab.
"Setelah terjadi begini, kita tidak boleh pakai terlalu banyak adat peradatan!" kata Yo Piauw-tauw. "Ngo-ko, hayo undang nona Jie keluar, kita perlu ajak la berdamai untuk bersiap akan hadapi Thio Giok Kin"
Siauw Hong manggut2, ia anggap itu benar. Lantas ia masuk sendiri kedalam buat undang Siu Lian keluar, kekamar tamu
Begitu melihat si nona, Yo Kian Tong lantas berikan pujiannya buat perbuatannya nona itu selama dua hari ini.
Siu Lian tidak kata apa2, ia melainkan bersenyum
"Aku telah binasakan Biauw Cin San, akan tetapi aku masih belum puas," kata ia ketika akhirnya ia bicara juga. "Biauw Cin San hanya seorang okpa, ia bukannya musuhku. Ayahku binasa dibawah ancamannya Thio Giok Kin dan persaudaraan Ho, aku mesti dapat bunuh mereka itu, barulah sakit hati ayahku terbalas! Aku telah bunuh Biauw Cin San, andaikan terjadi perkara, aku akan tanggung jawab sendiri, aku tidak mau Ngo ko dan Yo Shako, turut tersangkut. Mika, Ngo ko,sha ko aku minta jangan kau menghalangi aku lagi"
"Thio Giok Kin adalah enghiong dar1 Holam, kawannya semua bukannya orang baik2, aku percaya mereka tidak akan tarik dengannya pembesar negeri" Yo Kian Tong kata. "Aku lihat perkara ini mesti diakhirkan dengan pertempuran juga, tidak bisa lain"
"Kita tidak takut pada Thio Giok Kin" kata Siauw Hong yang dahului si nona, "aku tadinya kuatirktn piauwnya Biauw Cin San. Sekarang Biauw Cin San sudah disingkirkan oleh nona Jie, kita tidak usah takuti mereka itu. Sendirian saja aku berani layani Oey Kie Pok dan Moh Po Kun. maka mustahil kau. Kian Tong, bersama2. Nona Jie, tidak sanggup pukul rubuh Thio Giok Kin ?"
"Meski demikian" sabut Kian Tong yang hati2, jugalah mereka besar, kita tidak boleh alpa. "
"Yang lain2nya tidak menjadi soal, tidak perduli berapa jumlahnya mereka" kata Siu Lian.
Yo Kian Tong masih mau bicara ketika kelihatan pengawal masuk dengan sikap tersipu2.
"Looya, diiuar ada Kim chio Thio Giok Kin" ia mengasi warta. "Ia datang bersama beberapa kawannya, semuanya bawa golok dan tumbak, ia minta bicara dengan looya, katanya ada urusan penting,"
Siauw Hong kaget menerima kabar itu. Tapi Siu Lian sudah lantas saja bsrbangkit dan terus bertindak keluar.
"Aku nanti ketemukan mereka!" ia kata dengan sengit. Yo Kian Tong lompat kepintu dan mencegah.
"Nona, sabar" ia kata. "Kau baik jangan keluar dulu, biarlah aku dan Ngo ko yang ketemui mereka, kalau nanti sudah waktunya buat gunai tenaga, baru kau keluar dan bantu kita."
"Benar, nona," Siauw Hoog pun bilang. "Silahkan kau tunggu didalam"
Setelah kata begitu. Siauw Hong ajak Kian Tong pergi keluar. Siu Lian mengikuti sampai dikamar tamu. Ia tahu Thio Giok Kin tentu cari ia untuk balaskan sakit batinya Biauw Cin San, maka ialah yang mesti ketemui jago Holam itu, tetapi kapan ia ingat ia tamunya Siauw Hong dan dirumahnya Siauw Hong ini ia tidak boleh sembarangan terbitkan onar dan kuatir nanti orang Boan itu terbawa bawa dan mendapat susah oleh karenanya, ia menjadi lebih sabar. Maka ia mengintip saja.
Dari sini ia lihat banyak orang, tetapi suara tidak ramai, menandakan persetorian tidak terjadi.
Tak antara lama, Siu Jie kelihatan masuk.
"Bagaimana ?" ia tanya pelayannya Siauw Hong itu. "Apa orang she Thio itu hendak serang looya ?"
"Kelihatannya tidak akan sampai terjadi begitu" Siu Jie jawab. "Sekarang mereka masih bicara terus. "
Siu Lian jadi seperti putus asa.
"Apakah bisa jadi Thio Giok Kin takut berkelahi ?" ia menduga2.
Baru saja ia mau keluar akan mencari tahu, lantas ia dengar suaranya banyak tindakan kemudian ia dengar suaranya Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong, yang mendatangi sambil tertawa.
"Apa kabar ?" ia mendahului menanya. "Apa Thio Giok Kin sudah pergi ?"
"Ia sudah pergi " sabut Siauw Hong sambit tertawa.
Kemudian ia menoleh pada Yo Kian Tong seraya meneruskan, "Bukankah kau telah dengar omongannya ? Menurut aku, sudah terang Sioe Bie teo Oey Kie Pok adalah yang menjadi biang keladi"
Sembari bicara mereka bertindak terus ke kamar tamu tadi.
Siu Jie sudah lantas menyuguhkan teh setelah mereka itu berduduk.
Siauw Hong irup tehnya dua kali, baru mulai bicara. "Tadi kita bicara didepan pintu dengan Thio Giok Kin," ia
kata. "Orang she Thio itu bukannya seorang terlalu kasar, yang tidak bisa diajak berunding. Ia telah ketahui Biauw Cin San telah binasa ditanganmu, kouwnio. Tapi Oey Kie Pok telah tuduh aku, ia kata akulah yang undang kauwnio datang dari Yankeng, melulu untuk memusuhi mereka Tuduhan itu aku tidak ambil perduli, aku tidak mau rewelkan, aku hanya bicara langsung dengan Thio Giok Kin sendiri. Kim chio bilang ia mau adu jiwa dengan kouwnio, tapi karena tidak merdeka bertempur didalam kota raja, ia janjikan satu tempat, yalah lusa pagi diperapatan Sam-kak-tee di luar pintu kota Cee-hoa- mui. Atas nama kau, kouwnio, aku telah terima haik janjinya itu"
"Bagus " berseru Siu Lan. "Lusa pagi aku nanti pergi keluar Cee-hoa-mui akan ke temui dia ! Umpama kata ia tidak mau adu jiwa dengan aku, aku sendiri pasti akan serang dia, untuk balaskan sakit hati ayahku"
"Lusa bersama2 Kian Tong aku akan ikut kau, kouwnio !" Tek Siauw Hong bilang. "Menurut penglihatanku. Kim chio Thio Giok Kin adalah laki2, ia tidak miripnya dengan Biauw Cin San yang jahat, maka bila nanti kouwnio tempur ia, asal sudah menang, sudah cukup, jagan kau berlaku keterlaluan terutama jangan kau benar bunuh dia"
"Sudah terang ia bantu kawannya mengganggu Jie Loo pe" Kian Tong pun berkata, "tetapi ia tidak dapat wujudkan maksud hatinya dan Jie Loope lelah menutup mata dengan baik2, maka aku anggap, permusuhan itu tidak terlalu hebat. "
Siu Lian bernapsu yang lusa ia akan tempur musuhnya, sekarang ia dengar omongannya dua orang itu, antaranya ayahnya disebut2 dengan lantas ia jadi berduka.
"Dikalangan Sungai Telaga orang selamanya tidak boleh bertindak keterlaluan" Yo Kian Tong berkata pula. "bila tidak demikian, permusuhan melulu akan jadi bertambah bebat, hingga turun temurun tidak akan ada akhirnya. Urusanmu dengan Thio Giok Kin adalah urusan kecil, yang penting adalah mencari Beng Jie Siauw-ya, agar ia bisa diketemukan......
Siu Lian tidak mau menentang orang she Yo itu, yang ia anggap terlalu jujur dan omongannya beralasan juga, ia diam saja. Siauw Hong kuatir orang gusar atau menangis, ia kedipkan mata pada kawannya.
"Sekarang baiklah kouWnio mengaso" ia kemudian kata.
Sioe Lian menurut, ia lalu undurkan diri
"Kau sebenarnya tidak boleh sebut2 Jie Loopiauwtauw dan Beng Soe Ciauw" Siauw Hong sesalkan sobatnya, "Kau tidak ketahui kedukaannya si nona"
Kian Tong tertawa.
"Apakah halnya Beng Soe Ciauw tidak boleh disebut2 lagi untuk seterusnya" ia tanya "Apakah nona Jie akan tinggal tetap dirumah kau?"
"Buat ia tinggal tetap dlrumahku. meski aku tak berkeberatan nampaknya kurang sempurna" sabut Siauw Hong. "Ia gadis ada belum tentu betah tinggal terus disini. Aku pikir, bila nanti urusan Thio Giok Kin sudah beres dan Lie Bouw Pak telah kembali, aku mau berdamai dengan orang she Lie itu umpama kata Beng Soe Ciauw tetap tak dapat dicari lebih baik kita antarkan si nona ke Soanhoa hoe"
Yo Kian Tong manggut, ia berpendapat memang tidak ada jalan lain lagi.
Setelah itu berdua mereka bersantap tengah hari, kemudian sesudan suruh Soen Cit dan orangnya pulang lebih dulu, Kian Tong bersama Siauw Hong naik kereta pergi sambangi
Khoe Kong Ciauw. Mereka disambut dengan girang oleh orang bangsawan itu, yang lukanya agak baik banyak, cuma ia masih duduk diatas pembaringan.
Dalam pcmbicaraan, Siauw Hong ceritakan hal kebinasaannya Biauw Cin San ditangannya Jie Sioe Lian dan bahwa lusa si nona hendak tempur Thio Giok Kin. Mendengar itu, Khoe Kong Ciauw puas sekali.
"Biauw Cin San, jahat, ia bisa gunai senjata rahasia, sekarang ia terima pembalasannya" ia kata. "Oey Kie Pok undang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin supaya mereka ini rubuhkan orang gagah di Pakkhia, agar setelah nanti mereka ini berangkat pergi. Sioe bie too sendiri yang menjagoi disini, sekarang ternyata maksudnya sudah gagal sebagian, ia sekarang pasti sangat masgul..."
setelah kata begitu, Kong Ciauw pandang dua sobatnya sambil bersenyum. Tapi lekas juga ia menghela napas.
"Buat beberapa tahun aku telah mendapat nama di kota raja ini" ia tambahkan, "siapa nyana, dengan datangnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku kena dilukai dari sini ternyata yang kepandaianku masih belum berarti maka. melihat Jie Sioe Lian aku mesti malu sendiri. "
"Itulah pemandangan yang keliru" Siauw Hong menghibur "Saudara Kong Ciauw, kau telah kalah, tetapi itu bukannya kekalahan yang sebenarnya, karena kau telah dibokong dengan senjata rahasia. Andaikata kau lawan Thio giok Kin satu sama satu, kesudahannya masih belum dapat dibilang"
"Kong Ciauw. kau jangan ambil pemandangan demikian merendahkan diri sendiri" kata Yo Kian Tong, si guru. "Lusa Jie Siu Lian akan tempur Thio Giok Kin, aku hendak saksikan. Kalau kejadian nona Jie menang, kita tidak harus kemplang harimau yang sudah mati, tetapi andaikata sebaliknya yaitu Thio Giok Kin yang rebut kemenangan, pasti sekali aku tidak akan ijinkan ia berlalu dengan begitu saja aku akan tempur ia, untuk memastikan siapa yang lebih pandai diantara kami"
Kong Ciauw bersenyum
"Kalau lusa aku bisa turun dari pembaringan, aku pun mau pergi menyaksikan, akan bantu gembirakan si nona" ia kata.
Siauw Hong dan Kian Tong masin bicarakan urusan2 lain, tapi kemudian, melihat tuan rumah sudah lelah, mereka segera pamitan. Kian Tong ingin langsung pulang, tetapi Siauw Hong menahan.
"Sudah sekalian keluar, mari kita berkunjung pada Tiat Jie ya," kata ia ini. "Tiat Jieya perlu dikabarkan dan dikasih keterang. Satu jiwa sudah melayang, siapa tahu besok?"
"Tidak. Aku mau pulang, baik kau pergi sendiri saja" Kian Tong bilang.
Melihat orang menolak, Siauw Hong tidak mau memaksa. "Baiklah" ia bilang. Dengan sebuah kereta sewaan, Yo Kian Tong pulang ke hotelnya, dan Siauw Hong dengan keretanya menuju ke Pweelek noe. Ia perintah turunkan tenda, ia tidak mau nanti dapat dilibat oleh Thio Giok Kin atau kawannya. Dengan berada sendirian saja, ia tidak ingin dapat gangguan tidak lama ia telah sampai diistananya pweelek, ia dipimpin ke kamar tulis, ia duduk belum lama, tuan rumah kelihatan muncul. Belum sampai ia buka mulutnya, atau Tiat Pweeiek, dengan roman sungguh2 mendahului;
"Siauw Hong, kau telah bikin urusan tambah hebat" demikian raja muda ini "Dengan Oey Kie Pok kau boleh bentrok
dengan Thio Giok Kin kau boleh pieboe, semua muanya boleh, tetapi hari ini, perkara jiwa telah terjadi. Baru saja aku antar pulang Kioeboen Tetok Mo Tayjin"
Siauw Mong terperanjat, itu adalah tegoran yang ia tidak sangka. Tapi ia bcrsenyum
"Sebenarnia aku telah menahan sabar luar biasa" ia berkata. "Setiap hari, sehabis jalankan kewajiban, aku tidak pernah keluar kemana-mana, maka adalah di luar sangkaanku, bahwa urusan telah menjadi hebat begini rupa. Betul? aku tidak sanggup tilik nona Jie Sioe Lian, dalam dua hari ia telah terbitkan onar. Meski demikian, urusan ini
tidak ada artinya Biauw Cin San telah binasa, tetapi Thio Giok Kin tidak tarik perkara itu kemuka pengadilan, ia cuma janji nona Jie buat lusa adu kepandaian diluar pintu kota Cee hoa moei "
Tiat Pweelek mendongkol, tetapi ia bersenyum.
"Sungguh gila !" berkata ia. "Nona Jie tinggal dirumahmu, kenapa kau antapkan ia keluar menunggang kuda dengan bawa senjata dan terbitkan onar itu ? Kau harus ketahui ini kota raja dan kau sendiri orang berpangkat. "
Mendengar ini, Siauw Hong sangat malu "Pweelekya benar juga," ia pikir. "Mestinya Jie Sioe Lian disuruh pergi dari rumahku dan diluaran ia boleh berbuat sesukanya sendiri. Tetapi aku yang bawa ia ke Pakkhia dengan maksud buat rangkap jodohnya pada Lie Bouw Pek tetapi setelah terbit urusan ini, mana aku boleh lepas tangan? Karena Lie Bouw Pek, aku jadi bermusuhan Oey Ke Pok dan Thio Giok Kin sekalian maka, kalau aku mau bersobat, aku mau
bersobat dari bermula hingga diakhirnya.
Mungkin aku mesti obral harta dan jiwaku untuk bantu nona Jie. "
Siauw Hong hendak utarakan pikirannya itu tetapi Tiat Pweeiek sudah mendahului berkata pula:
"Barusan Mo Teetok sengaja mengunjungi aku, ia bilang urusan kau telah jadi terlalu besar, hingga ia anggap berhak buat campur tahu. Ia pun dengar kabar, bahwa Jie Sioe Lian adalah isterinya Lie Bouw Pek, bahwa Lie Bouw Pek sekarang masih tetap berada dikota ini sedang umpatkan diri. Mo Teetok bilang juga, kebinasaannya Cie Sielong dan Poan Louw Sam adalah porbuatanaya Lie Bouw Pek semua.
Siauw Hong kaget, hingga ia berseru!
"Itulah tidak benar ! Ketika Cie Siolong dan Poan Louw Sam mati, Lie Bouw Pek sedang rebah karena sakit dan aku bersama Jie Soe Lian masih berada di Yankeng!. "
Tiat Pweeiek ulapkan tangan, akan mencegah orang bicara terus.
"Kematian mereka tetap suatu rahasia, hal itu baik jangan disebut lagi" ia kata. "Hal hubungan diantara Lie Bouw Pek den Jie Sioe Lian, pada Mo Teetok aku telah berikan keterangan, ia tidak kata apa , ia melainkan minta aku sampaikan pada kau supaya selanjutnya kau tidak terbitkan gara2 lain lagi. Mo Teetok telah beritahukan aku, dalam tempo setengah harian ini ia hendak usir Thio Giok Kin dan rombongannya dari kota raja"
Mendengar omongaanya Pweelek ini, Siauw Hong lantas dapat menduga.
"Sudah terang Oey Kie Pok putus harapan dan sekarang ia gunai pengaruh dan tenaganya Mo Teetok buat usir Thio Giok Kin semua" demikian dugaannya. "Dengan jalan ini, secara diam2 ia hendak cuci tangan. "ia benar licin, dengan kirim Mo Teetok pada tiat pweelek ia hendak pengaruhi kita"
"Jieya ketahui sendiri" ia lalu kata "sudah sejak dua bulan aku telah berlaku sabar luar biasa. Bukankah sudah terus datangnya Biauw Cin San dan rombongannya karena undangannya Oey Ke Pok. Karena pesanan dari Mo Teetok ini, baiklah mulai besok aku tidak pergi ketempat pekerjaanku, aku akan selalu berdiam dirumah, menjagai nona Jie 5ioe Lian, supaya ia tidak keluar menerbitkan onar pula! Umpama kata Kira chio Thio Giok Kin datang cari aku dan menantang, aku akan tetap kunci pintu rumahku, aku tidak akan ladeni dia
......"
Tiat Pweeiek manggut.
"Baiklah, sekarang kau boleh pulang dan jaga baik2 nona Jie" ia bilang. "Kalau sampai terbit onar pula, aku tidak berdaya lagi "
Tek Siauw Hong berikan janjinya, lantas dia pamitan dan berangkat pulang. Duduk didalam keretanya ia merasa girang. "Kembali Oey Kie Pok nampak kegagalan!" kata ia dalam hatinya "Ia sudah gunai uang dan banyak tempo mengundang
rombongan Byauw Cin San, sekarang ternyata Lie Bouw Pek tidak dapat dicari, aku tidak kena ganggu. Benar ia berhasil bisa lukai Khoe Kong Ciauw, tetapi sebaliknya ia mesti kehilangin jiwanya Biauw cin San! Bila kejadian Mo Teetok usir Thio Giok Kin semua, aku ingin lihat, apa ia masih bisa angkat kepala? apa ia masih bisa ketemui orang? Tapi Kie Pok sangat licin ia dan banyak akalnya, apa benar ia merasa puas ?
Baiklah aku tetap berlaku hati2 "'
Ketika itu kereta sudah sampai di Tang Soe pak Toa-kay, itu berarti sudah dekat rumahnya, mendadak Hok Coe sambil singkap tenda kata padanya.
"Looya, itu didepan apakah keretanya 0ey Soaya ?"
Ditanya begitu, Siauw Hong segera singkap tendanya dan melongo keluar. - Sebuah kereta yang baru dan bagus, ditarik oleh kaledai, dengan cepat menuju ke selatan Kereta itu benar kepunyaan Oay Kie Pok. Ia heran.
"Terang Kie Pok sedang repot" pikir ia, Kemana ia mau pergi?"
Selagi orang Boan ini masih berpikir terus keretanya sudah sampai didepan rumah. Ia lekas turun, pada pengawal pintu ia pesan:
"Siapa juga datang carl aku, kecuali sanak dan sobat karib, bilang bahwa aku tidak dirumah"
Sesampaiaya didalam, Siauw Hong lebih dulu tulis surat pada Yo Kian Tong dan perintah orang bawa itu, kemudian ia ketemu Siu Lian, akan tuturkan hal pembicaraannya dengan Tiat Pweelek, yang tidak sukai adanya pertempuran.
SEJAK datangnya Biauw Cin San, setiap hari Oey Kie Pok repot saja, lebih2 hari itu, karena ia telah ketahui kebinasaannya jagonya. Ia telab menyambangi kehotel akan unjuk hormat pada jenazahnya jago itu. Ia dengar hal Thio Giok Kin hendak diusir dari Pakkhia, dengan naik keretanya ia masuk kekota, akan atur bagaimana baiknya untuk kepeatingannya sendiri. Asal mulanya memang ia sendiri yang berdaya supaya la bisa cuci tangan dari urusan sulit itu.
Dengan binasanya Biauw Cin San ia sudah hilang harapan. Kendati begitu, didepan Thio Giok Kin ia masih bawa aksi, ia ingin bikin Kim-chio jadi gusar dan kalap sampai tak mau perdulikan lagi segala apa, supaya si Tumbak Emas lakukan kekerasan terhadap Tek Siauw Hong. Iapun telah lihat keretanya Siauw Hong, dalam hatinya sembari tertawa ia kata
: "Tek Ngo, kau boleh atur segala apa? Permusuhan kita tetap permusuhan kita !"
Kie Pok pergi ke Lham shia, ke Cun Goan Piauw Tiam, disitu ia minta pertolongannya Hoa chio Phang Liong akan undang Thio Giok Kin, ketika jago Holam itu datang, ia berpura2 berduka. "Aku pergi ke Teetok gee mui, aku tidak ketemui Teetok Tayjin," kata ia dengan lesu. "Katanya teetok pergi keluar, tapi terang ia sengaja tidak mendumpakan aku.."
Dengan banting kakinya, ia damprat Siauw Hong. Ia tambahkan:
"Semua ini bisanya Tek Siauw Hong seorarg. Pasti sekali dia yang perintahkan sinona Jie untuk celakai Biauw Wan gwe, sedang difihak lain, dikantor ia gunai pengaruh uang buat usir kau orang, yang dikatakannya orang gelap ! Tidak salah lagi, kalau dayanya sudah berhasil, ia akan panggil pulang Lie Bouw Pek, supaya seterusnya ia bisa tetap menjagoi disini !" Dan ia tambahkan pula : "Menurut aku, si rona yang menumpang sama dia adalah seorang gelap Entah apa yang mereka akan dayakan lebih jauh !"
Thio Giok Kin berlaku tenang mendengar semua ocehan itu, ia tidak menjadi gusar atau kelabakan, malah mendengar halnya Siu Lian dikatakan orang gelap dengan sabar ia kata:
"Jie Siu Lian bukannya seorang gelap. Ia dan ayahnya adalah musuh kami, dimana saja kami bertemu, kami bisa mengadu jiwa, mana itu atas kebinasaannya engku aku tidak berduka, aku tidak sesalkan Jie Siu Lian. Hanya Tek Siauw Hong, dimataku ia itu seorang rendah! Tadi aku pergi ke Tang sie sam tiauw, dimana aku ketemui ia dan Yo Kian Tong, la berlaku hormat dan sungkan tentu saja itu adalah hormat palsu. Ketika aku majukan usul akan piebu dengan Jie Siu Lian, ia sudah lantas menerima baik, malah ia yang tetapkan tempat dan tanggalnya, yatah lusa disam kak tee diluar Cee hoa mui. Waktu itu aku sangka ia seorang jujur, siapa tahu ia hanya berpura pura, karena difihak lain ia telah atur daya dengan fihak kantor akan ganggu aku"
Diwaktu mengucap demikian, nyata sekali mendongkolnya Giok Kin. Menampak demikian, Kie-jin dan Lwee-boe-hoe" ia adalah ketika yang ia barap2. Ia lalu ketok besi selagi masih panas !
"Tek Siauw Hong itu adalah Kie jin dari Lwee-boe Hoe" ia kasih tahu, "Ia punya banyak uang dan berpengaruh, hingga orang tidak berani main gila dengan dia. Sudah begitu ia juga piara Lie Bouw Pek dan Yo Kian Tong dan nona she Jie itu selaku tukang2 pukul, hingga orang makin takuti dia Thio Lauwse, bilamana kau berlalu dari Pakkhia, aku juga tidak bisa tinggal dengan tenteram lagi disini, aku hendak cari tempat, kemana sku bisa pergi menyungkirkan diri Jikalau tidak,
dapat dipastikan, aku mesti mendapat malu dari dia !" Ucapan berbisa ini mengasi hasil.
Thio Giok Kin loncat bangun dengan gusarnya.
"Jangan kira Tek Siauw Hong bisa besenang senang !" ia kata dengan sengit, Meski kami akan berlalu dari sini, aku tidak nanti kasih ampun padanya "
Lantas Thio Giok Kin ajak Oey Kie Pok pergi keluar buat diajak bicara diluar tahunya dua saudara Phang, sesudah itu ia pamitan pulang, mayatnya Biauw Cin San sudah selesai dimasukan kedalam peti. Ia rasakan hatinya sakit, kendati ia tidak kentarakan itu pada wajah mukanya, bagaimana ia tidak bersedih, sebab Biauw Cin San adalah sanaknya, mereka telah bergaul buat banyak tahun dan sekarang ini mereka datang sama atas undangan Oey Kie Pok. siapa nyana. Lie Bouw Pek yang dicari tidak didapatkan sebaliknya Teng couw hie mesti serahkan jiwa pada Jie Sioe Lian. lapun benci sekali pada Tek Siauw Hong. Ia tidak ketahui, yang ia sudah kena hasutannya Sioe Bie to yang bermulut manis tapi hatinya berbisa. Maka ia telah ambil putusan akan unjuk kekejaman.
Tiga saudara Ho dan orang mereka orangnya Biauw Cin San semua sangat gusar sampai mereka tidak bernspsu dahar.
"Bukankah kau dengar sendiri apa yang polisi bilang? "kata Ho Sam Houw pada kawan2nya. "Kita hanya dikasih tempo dua hari akan mesti menggelinding pergi dari sini kalau tidak, kita akan ditangkap dan dihukum ! Celaka betul ! Kiranya disini orang lebih2 tidak pakal aturan. Apakah bisa jadi yang Biauw Toasiok mesti antarkan jiwanya secara percuma begini dan kita mesti menyerah saja yang orang telah bikin kita terguling?" Ucapan itu mengasi pengaruh hingga orang dari mendongkol menjadi gusar sekali.
"Mari kita cari Tek Siauw Hong, dan Jie Sioe Lian " beberapa orang berseru Semua pada cari senjata mereka!
Thio Giok Kin mencegah semua kawan itu,
"Dikota raja ini kita tidak bisa tempur Siauw Hong" ia kasih tahu. "Kita mesti bersabar Aku telah dapatkan satu daya. "
lalu dengan berbisik ia beritahukan niatnya itu.
Ho Sam Houw sekafan anggap daya itu boleh dijalankan mereka bisa bersabar.
Sorenya datang Toakoankee Goe tauw hok Sam si Kepala Kerbau atas titahnya Oey Kie Pok ia membawa uang, katanya untuk ongkos jalan bagi sekalian jago itu.
Thio Giok Kin terima uang itu dengan tidak banyak omong lagi.
"Sekarang semua mesti siap. besok pagi2 kita akan berangkat dari sini! ia kata pada kawannya.
Kemudian Thio Giok Kin perintah orang cari Moh Po Koen yang diminta datang buat diajak bicara. Tapi piauwtauw yang licik ini ketika dengar kematiannya Biauw Cin San, sudah lantas umpatkan diri, hingga ia tidak dapat dicari
Semalaman itu Thio Giok Kin semua mesti telan kemendongkolan dan kegusaran, kapan sang pagi datang, diwaktu masih saja mereka sudah berangkat dengan sewa kereta untuk bawa jenazahnya Biauw Cin San. Mereka keluar dan Ciang gie moei.
Oey Kie Pok sudah siap. ia perintah Hek Sam dan beberapa bujang lainnya siapkan barang2 hidangan di koan siang untuk
. sembahyang, maka juga Thio Giok Kin sekalian jadi sangat bersyukur dan mereka anggap Sioe Bie too adalah seorang baik yang boleh dijadikan sobat.
Sehabis sembahyang beberapa kereta dan belasan ekor kuda itu serta sekalian penunggangnya sudah lantas lanjutkan perjalanan mereka. Kira2 tengah hari Thio Giok Kin segera pisahkan diri. Ia ajak Ho Sam Houw dan seorang pengikut Ho Ciat Houw, Ho Kiam Go dan yang lain ia perintah berangkat terus mengiringi layonannya Biauw Cin San. Bertiga ia kembali kekota, dengan ambil jalan dari Cee hoa moei, 4disini mereka cari hotel. Sama sekali tidak ada orang perhatikan mereka.
Sambil menunggui sang malam mereka sekap diri dihotel Begitu lekas sudah bersantap sore, dengan bekal senjata
Thio Giok Kin ajak Ho Sam Houw keluar dari hotel menuju ke Tang Soe sam tiauw.
Disini mereka melihat2 sekian lama, lantas mampir disebuah warung teh kecil untuk tunggu sang waktu. Sembari minum pelahan2, mereka mendengar centanya si tukang cerita.
Tek Siauw Hong sementara itu merasa lega hati kapan ia dengar Thio Giok Kin yang diusir dan kota raja sudah berangkat pergi, dengan begitu dengan sendirinya pieboe di luar Cee hoa moei menjadi batal. Ia seperti terlepas dari ikatan, hingga sekarang tinggal urusannya Jie Soei Lian seorang.
Tek Naynay merasa girang melihat sikap suaminya telah berobah, ia lantas ajak omong banyak pada suami itu. Dua anaknya laki, duduk bersama sama, masing2 berumur tiga belas dan delapan tahun.
"Permusuhanku dengan Oey Kie Pok telah mendalam, dua anakku ini perlu belajar silat untuk jaga diri, kalau tidak, dibelakang hari mereka bisa jadi korbannya orang jahat yang licin itu" demikian ia pikir. Dan pikirannya ini ia utarakan pada isterinya.
"Apa Oey Kie Pok bisa bikin ?" tanya Tek Naynay dengan penasaran. "Mustahil ia bisa bunuh dua anak kita ini?" ia tidak setujui pikirannya suami itu.
"Kau tidak tahu" Siauw Hong kata sambil geleng kepala. "Oey Kie Pok seorang sangat licin, sekarang dengan berterang ia tidak dapat ganggu kita, siapa tahu apabila dibelakang hari ia gunai akal akan celakai anak kita ? Kita ini dari golongan Kie jin, sesudah besar anak2 kitapun akan bekerja pada negeri seperti aku sendiri, mesti demikian mereka perlu diperintah yakinkan ilmu silat, guna menjagoi supaya orang tidak hina mereka
"Bila demikan, selagi senggang kau boleh didik mereka" kata Tek Naynay akhirnya. "Bukankah kau yang bilang, buat belajar silat orang mesti mulai sedari masih kecil?"
Siauw Hong manggut, tetapi ia lantas tertawa. "Apakah kau kira kepandaianku ada artinya?" ia balik
menanya. "Guru mereka setidaknya mesti berkepandaian seperti Lie Bouw Pek atau Jie Sioe Lian. Maka aku harap sangat Lie Bouw Pek dan Jie Sioe Lian bisa menikah, supaya mereka berdua bisa tinggal tetap di Pakkhia, dengan begitu anak anak kita jadi bisa belajar di bawah pimpinan mereka "
Siauw Hong gembira sekali selagi ia mengucap demikian.
Tapi pembicaraan mereka terputus waktu seorang bujang perempuan menyingkap kereta datang muncul.
Nona Jie datang !" kata bujang ini.
Suami isteri itu lekas berbangkit, hampir berbareng mereka lihat munculnya Jie Sioe Lian, yang tetap pakai bajunya yang hijau dan panjang. Siauw Hong awasi mukanya, ia kuatir si nona dapat dengar omongannya barusan hal dia itu dan Bouw Pek. Tapi ia dapat kenyataan nona itu tidak lagi berduka seperti kemarinnya.
"Silahkaa duduk, kouwnio" kata Siauw Hong. Dan isterinya pun turut mempersilahkan.
Soe Lian duduk setelah ucapkan dua tiga patah seraya merendah.
"Ngo ko, bagaimana besok ?" la tanya. "Apa kita jadi keluar kota ?"
"Kita tidak usah pergi" Siauw Hong jawab. "Kemarin Thio Giok Kin sudah diusir oleh pembesar negeri dan tadi pagi pagi mereka sudah berlalu dengan bawa mayatnya
Biauw Cin San"
Siauw Hong tertawa, tangannya merebah coeihoan, yang ia terus sedot bentang?
"Thio Giok Kin semua sdalah orang2 dari kalangan Sungai Telaga yang paling takut terhadap pembesar negeri" ia kata pula. "Mereka semua mestinya pernah lakukan beberapa pelanggaran. Lihat saja. Biauw Cin San telah binasa, mereka tidak berani mendakwa kita, Sekarang mereka diusir, menurut penglihatanku, ini mesti biasanya dari buah hasil kelicinannya Oey Kie Pok ! Kie Pok undang mereka, hasilnya tidak ada, dengan binasanya Biauw Cin San tinggal Thio Giok Kin seorang tenaga mereka jadi tiada artinya, maka itu mana Kie Pok mau mengongkosi mereka lebih lama pula ? Buat tolak tamu, Kie Pok tidak berani, sekarang apa akal ? Ia gunai jalan halus, dengan pinjam tangannya polisi. Dengan mereka sudah pergi, ia boleh cuci tangan. Thio Giok Kin sudah pergi, aku percaya bagi kita babaya tidak ada lagi dari ia itu. Aku hanya kuatirkan fihaknya Oey Kie pok. ia tentu tetap tidak puas, cuma mestinya ia akan musuhkan aku seorang, bukan kouwnio"
Sioe Lian manggut dan diam saja sampai sekian lama, mendadak ia kata:
"Ngo ko, aku pikir sebentar aku hendak berangkat meninggalkan kota raja Pertama Cama aku hendak pergi ke Jie sie tin untuk tengok kuburan ayahku, akan bakar kertas disana, sesudah itu aku hendak tengok rumahku di Kielok. "
Tek Naynay kaget mendengar pengutaraan itu. "Kau hendak berangkat, adikku?" ia menegasi. "Apa
kemudian kau mau kembali kemari?"
Sioe Lian pandang nyooya rumah, ia menghela napas.
Tek Siauw Hong lihat orang hendak sahuti isterinya, ia memegat.
"Kau hendak berangkat, kouwnio, aku tidak bisa mencegah" ia kata. "Cuma aku pikir, baiklah kau tunggu sampai Bouw Pek sudah kembali. Bouw Pek dan kau bersobat, Bouw Pek pernah ketemu Beng Jie siauwya, kalau ia kembali barangkali ia bisa bawa kabar baik. Laginya, kemana kau hendak pergi, kau baik ketemui ia dahulu dan bicara padanya, agar ia dapat tahu. Kalau sekarang kouwnio pergi dan kemudian terjadi suatu apa, aku malu akan ketemui Bouw Pek dan Jie Siauwya. " Sioe Lian bersusah hati mendengar disebutnya nama Lie Bouw Pek dan Beng Soe Ciauw, sampai ia tidak bisa kata apa2 Ia duduk pula sebentar, lantas balik kekamarnya, kamar tulis, adalah kecil dan terawat rapi, segala apa tersedia, sudah setengah bulan ia berdiam disitu. Biauw Cin San sudah mati, Thio Giok Kin sudah pergi, ia anggap tidak ada gunanya ia berdiam lebih lama pula di Pakkhia. Bukankah Lie Bouw Pek pun tidak ada dan Beng Soe Ciauw telah pergi entah kemana ? Siapa ia mesti tunggui lagi ? Iapun merasa tidak enak akan ucapannya Siauw Hong barusan, yang inginkan ia tunggui Bouw Pek atau Soe Ciauw.......
Duduk sendirian didalam kamarnya itu, melainkan lampu sebagai kawannya, Sioe Lian jadi banyak pikir dan ngelamun Ia bersedih akan nasibnya yang buruk. Tiba2 ia ingat Thio Giok Kin sekalian, bangsa kaum Sungai Telaga itu.
"Apa benar? mereka mau berlalu dengan hati puas ?" ia tanya dirinya. "Siapa tabu jikalau malam mereka datang kemari dan bokong aku dan bunuh semua orang dari keluarga Tek ini ? Kelihataanya aku tidak boleh alpa......
Ia berbangkit kepembaringan, akan hunus siangtoonya, yang ia bawa kembali kemeja, diantara sinar lampu sambil berduduk ia awasi senjata yang tajam itu. Itu adalah sepasang golok, yang pada tiga tahun yang lalu ayahnya bikinkan khusus untuk ia. Baru saja kemarin ia pakai goloknya ftu membacok Biauw Cin San, hingga ia seperti masin rasakan baunya darah dari okpa itu......
"Boegeeku kecuali Bouw pek, belum pernah ada yang tandingi" demikian ia ngelamun. Ingat anak muda itu ia jadi kagum dan puas, akan akhirnya berduka.......
Sioe Lian ngelamun terus, ia tidak merasa sang malam sang waktu, berjatan terus dengan tidak gubris padanya. Tahu2 sudah jam tiga. Ia berbangkit akan kunci pintu kamarnya dan masuk tidur. Minyak pada lampu juga sudah mulai mau kering, penerangan ia hendak padamkan, tetapi tiba2 satu jeritan terdengar jeritan orang perempuan, keluarnya dari kamarnya Tek Siauw Hong ! Itulah suaranya Tek Naynay Kemudian jeritan itu disusul dengan suara riuh kalang kabutan dari terbaliknya kursi meja, antaranya ada suara senjata beradu dan lekas sekali terdengar juga seruannya Tek Siauw Hong: Aku si orang she Tek akan pertaruhkan jiwaku terhadap kau semua "
Meski ia kaget, Sioe Lian tidak berayal akan loncat keluar, apa pula ketika itu siang too sudah siap ditangannya. Cahaya rembulan suram, tetapi ia masih bisa melihat dengan nyata.
Dipekarangan dalam tiga orang
kelihatan asik bertempur dua lawan satu dan yang satu itu adalah tuan rumah "Tek Ngoko, mundur " Sioa Lian segera berseru. "Kasilah aku bunuh mereka"
Siauw Hong sedang terdesak hebat, napasnya sudah memburu, karena rangsakan kedua musuhnya yang gagah dan ganas, Maka mendengar suaranya nona Jie ia merasa lega bukan main. Tidak tempo lagi ia lakukan tangkisan dan loncat mundur, kemudian ia lari terus kedalam kamarnya akan tengok isterinya.
Tek Naynay masih sembunyi dikolong meja, mejanya telah samplek bekas bacokan musuh. Theekoan dan cangkir, pot kembang dan lain senua telah jatuh kelantai. Kursi pun malang melintang.
"Apa kau terluka" ia tanya lsterinya.
Tek Naynay goyang kepala, tubuhnya masih gemetar tidak lampias.
"Sudah, jangan takut" kata Siauw Hong Tapi ia pasang kuping.
Diluar terdengar terus suara beradunya senjata, kemudian terdengar juga suara seruan saya arang jahat
"Tidak " ia menyahut dengan
"Aku mesti bantui Jie Kouwnio" kata ia, yang mau memburu keluar. Tapi Tek Naynay tarik tangannya, hingga ia tidak tega akan melongok keluar jendela, hatinya ibuk bukan main.
Didepanpun segera terdengar teriakan berulang ulang: "Tangkap orang jahat !" Akhirnya dari jendela Siauw Hong berteriak teriak:
"Thio Giok Kin ! Jikalau kau laki2, hayo berhenti Aku Tek Siauw Hong nanti keluar akan layani kau ! Mari kita bertempur secara terang, tetapi jangan seperti sekarang, seperti bangsat saja"
Siauw Hong belum tutup rapat mulutnya, ketika diatas genteng ia dengar suara ramai, hingga kaca dan kertas jendela turut berbunyi berkeresekan, ia lantas dongak, tetapi suara itu segera lenyap. Kemudian sampai sekian lama suara ramai itu lenyap seanteronya.
Tek Naynay lepaskan cekalan pada suaminya, sang suami menghela napas lega.
Waktu itu Sioe Jie dan beberapa bujang, dengan bawa lentera, datang masuk.
Siauw Hong lepaskan goloknya, ia keluar dari kamar. "Tidak apa2, kau jangan ribut" ia kasi tahu, "jangan bikin
Loo thay thay kaget"
Ibunya Siauw Hong sudah tuli, ia tidak dengar suara riuh itu. Pun dua siauwya, karena dijaga oleh babu, tidak mendusin.
Siauw Hong segera periksa rumahnya, kecuali kekalutan didalam kamar tidak ada barang yang hilang Ia merasa lega. Ia sekarang pikirkan Sioe Lian, yang belum kembali, rupanya si nona kejar orang2 jahat Sesudah perintah orang meronda disekitar rumah ia duduk dengan bingung.
Sekarang Tek Naynay telah dapat pulang ketenteraman hatinya, tetapi ia ibuk juga menampak sikap suaminya itu.
"Siapa sebenarnya dua orang jahat itu ?" ia tanya.
"Yang pertama menerjang rusuk adalah Kim thyio Thio Giok kin Siauw Hong menjawab. "Baiknya aku keburu berkelit dan telah siap dan itu golokku. kalau tidak, tentu
sekarang aku telah binasa. " Ia menunjuk pada bekas
bacokan diatasnya. "Lihat, itu tanda dari kejamnya si orang jahat
Tek Nayaay bsrgidik kalau ia ingat bahaya yang tadi mengancam. Baru saja ia mau nasehatkan suaminya, supaya selanjutnya jangan tanam permusuhan lagi, diluar kedengaran teriakannya Sioe Jie: , Awas ! Diatas genteng ada orang"
Siauw Hong terperanjat, tetapi ia segera sambar goloknya, ia mau menerjang keluar.
"Jangan ibuk. aku !" demikian suara dari atas yang lemah lembut. Dengan bawa lentera, apa yang sedang kau cari ?"
"Nona Jie. apa kau berhasil menangkap orang jahat begitu terdengar pula suaranya Sioe Jie.
"Tidak apa2, kau boleh pergi tidur " demikian jawabnya si nona setelah loncat turun. Ia bertindak masuk kedalam.
Siauw Hong tak jadi keluar, ia sambut si nona dan menanyakan
"Kau baru kembali, kouwnio?" ia tanya. Ia lihat orang pakai baju dan celana hijau yang ringkas, dua golok disebelah tangan, rambut kusut bekas kesampok sugin.
"Aku kejar mereka sampai d luar Cee-hoa-moei," kata Sioe Lian. "Mereka kabur dengan naik kuda, lantaran mereka sambit aku dengan batu, aku tidak mengejar lebih jauh. Ilmu golok mereka tidak berarti, gerakan mereka pun lambat, sayang mereka berdua, jikalau satu sama satu aku tentu siang siang bisa bekuk dia "
Hatinya Siauw Hong lega mendengar keterangan itu, pun kagum terhadap sinona yang bisa usir penjahat. Dipihak lain, ia malu sendiri, karena ia tidak berdaya menghadapi dua musuh itu......
"Tadi aku belum tidur, ketika mereka dupak pintu kamarku dan menerjang masuk tiba?" ia lalu kasi tahu, "Syukur aku siap dengan golokku, dengan begitu aku tidaklah sampai nampak bencana " Ia tunjuk tampak golok dimeja, lantas ia tambahkan. "Orang yang lebih tinggi adalah Kim chio Thio Giok Kin. Terang mereka belum berlalu dari kota, mereka sengaja menguarkan cerita sudah pergi buat bikin kita tidak curiga dan alpa ! Aku tidak sangka Thio Giok Kin begitu jahat"
"Maaf, semua ia adalah gara2ku," kata Sioe Lian. Ia lalu ketemui Tek Naynay akan hiburkan nyonya rumah itu. "Syukur ada kau, adikku," ksta nyonya itu, "bila sendirian saja, mana ia bisa lawan orang2 jahat itu " Dengan "ia", ia maksudkan suaminya.
"Enso jangan kuatir aku tanggung penjahat tidak akan datang pula" Sioe Lian menghibur. "Buat sementara ini aku juga tidak mau berangkat dari sini."
Ucapau yang belakangan ini bikin sangat lega hatinya Siauw Hong dan nyonya.
Siauw Hong lantas pergi keluar akan perintah orangnya jaga pintu baik2, setelah itu ia pergi kekamarnya, ia antapkan isterinya pasang omong terus dengan sinona Jie, Tapi Sioe Lian pun tidak omong lama, ia lalu kembali kekamarnya.
Malam itu sampai pagi, Siauw Hong tidak pernah terpisah dari gotoknya, pagi2 ia melaporkan pada pembesar negeri perihal semalam ia didatangi orang2 jahat yang bersenjata. Atas ini pembesar negeri lalu kirim dua orang hamba negeri kerumabnya Siauw Hong untuk menjaga. Tiga hari lewat dengan cepat, gangguan benar tidak datang lagi, Siauw Hong dan isterinya girang. Sioe Lian, dipihak lain ibuk, hingga Siauw Hong mesti bujuki dan nasehati ia untuk bersabar. Iapun malu buat pergi jalan2, malah buat menolong Cia Mama dan anaknya, yang ia kirimkan uang, ia suruh bujang saja bawa uang itu. Sekarang ia tidak kerja apa apa, ia jadi iseng. Setiap hari ia berharap?, dan yang diharapi adalah Lie Bouw Pek
Sioe Lian harap Bouw Pek pulang, supaya anak muda itu bisa ceritakan ia segala halnya Beng Soe Ciauw. Ia juga mau minta pikiran, kalau nanti ia berlalu dari rumahnya Tek Siauw Hong, kemana ia mesti menuju. Ia ingin dapatkan tempat dimana ia bisa berdiam dengan segala kepastian.
Tek Naynay suka temani sinona pasang omong, tetapi sinona sendiri kehilangan kegembiraan ia lebih suka rebahan atau duduk bingung mengawasi lampu. Nona itu terus pikirkan hari kemudiaanya. Diwaktu malampun ia sukar dapat tidur nyenyak.
Selang dua hari Yo Kian Tong mengunjungi Tek Siauw Hong buat pamitan, karena ia mau pulang ke Yankeng dengan ajak semua pengikutnya. Maka itu, selagi Bouw Pek belum juga kembali, Siauw Hong jadi tidak tenteram pikiran. Ia juga tetap kuatirkan daya upaya busuk dari Oey Kie Pok.
Tatkala itu hawa udara telah berobah menjadi dingin, didalam rumah setiap waktu dinyalakan perapian.
Malam itu, sehabis bersantap, Siauw Hong dari isterinya duduk berkumpul bersama anak mereka, tidak lama Sioe Lian pun muncul
Sioe Lian mau beritahukan Siauw Hong bahwa ia niat meninggalkan Pakkhia, ketika Sioe Jie mendadak muncul dengan warta "Lie Toaya pulang !"
Sekejap saja suasana lantai berobah. Dalam kegetnya Siauw Hong memburu kejendela.
"Lie Toaya yang mana 7" ia tegaskan pengikutnya. "Lie Toaya Lie Bouw Pek"
Siauw Hong lompat berjingkrak bahna girangnya.
"Ah ! Kenapa, baru sekarang toaya ini pulang!" ia berseru.
Dan ia lantas keluar dari kamarnya
Sioe Lian juga girang, ia sudah berbangkit mau ikut Siauw Hong keluar, tetapi kapan ia libat Tek Naynay pandang ia sambil bersenyum, ia jadi malu hati, ia lantas duduk pula.
Siauw Hong berlari lari keluar sampai dikamar tamu, disana ia lihat Bouw Pek duduk sendiri dengan bingung Tetapi melihat tuan rumah, anak muda iia berbangkit dengan segera
"Toako "ia mendahului memanggil Apa kau baik ?" Siauw Hong cekal keras tangan tamunya ?
"Ah, hiatee, kemana saja kau pergi ?" ia kata separo menyesalkan. "Kau tidak ketahui sepergi kau dari sini telah terjadi onar, seperti juga langit terbalik dan bumi ambruk"
Sembari kata begitu orang Boan ini pandang muka orang, hingga akhirnya ia heran. ia tampak Bouw Pek berlepotan debu, mukanya sedikit perok. romannya sangat kucel, sedang bajunya yang panjang. bagian ujung tangannya, bagian kancingnya, sudah pada pecah.
"Apakah kau baru saja masuk kekota ?" ia lalu tanya pula. Bouw Pek manggut dengan pelahan "Baru saja aku masuk, selagi cuaca berobah gelap dengan lekas" ia menyahut. "Aku tunggang kuda, kudaku itu aku telah bawa kegereja, dengan tidak cuci muka lagi atau pakaian aku sewa kereta dan langsung menuju kemari. " ia menghela
napas.
Dalam beberapa hari ini aku senantiasa berada dalam kedukaan, Aku telah dengar, yang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin telah datang kemari mencari aku tetapi aku tidak berdaya akan memecah tabuhku menjadi dua !"
Siauw Hong menjadi tidak sabar.
"Sebenarnya kemana kau telah pergi?" ia tegaskan. "Kau berhasil menemui Beng Soe Ciauw atau tidak ?"
Bouw Pek menoleh ke jendela. agaknya ia kuatir ada orang lain disitu.
Siauw Hong mengerti, ia kasi tanda buat Sioe Jie berlalu.
Keduanya sekarang berduduk berhadapan. Bouw Pek membelakangi lampu, sebelah tangannya menunjaDg janggut.
Hari ini aku baru kembali dari Kho yang," berkata ia, suaranya pelahan. "Beng Soe Ciauw berada di Kho yang dengan luka parah, ia telah dilukai hebat oleh Biauw Cin San dan rombongannya, yang mengerubuti ia. Baru dua hari yang lalu ia menutup mata......
Siauw Hong terperenjat. ia mau menanya, tapi si anak muda dului ia. Penuturannya Bouw Pek sebagai berikut:
Hari itu, bersama Soe Poan coe, Bouw Pek telah sampai di Kho yang, oleh karena kuda mereka sudah dibedal terus.
Beng Soe Ciau rebah dengan lukanya, orangnya Su Poan coe yang merawati. Bouw Pek terharu bukan main apabila ia lihat keadaan pemuda dari Soa hoa-hoe ini.
Saudaraku, kau telah terlalu turutkan suara hatimu ia berkata dengan manyesalkan "Sebenarnya, apa juga adanya kesukaranmu, kita bisa damaikan itu. Kenapa kau bawa pedangku dan pinjam kudanya Tiat Jieya dan berangkat seorang diri keluar kota ? Kenapa dengan sendirian saja kau lancang lawan Biauw Cin San dan rombongannya ?" Beng Soe Ciauw bersenyum tawar mendengar ucapan itu, yang terang ia tidak setujui. Ia ingin bicara, apa mau lukanya begitu hebat, hingga ia tidak mempunyai tenaga akan wujudkan itu
Celakanya di Khoyang tidak ada thabib pandai yang bisa mengobati luka bekas senjata, yang diandali adalah obat luka dari Soe Poan-coe Luka itu bukan jadi sembuh, scbaliknya ja di tambah hebat.
Dalam bukunya Bouw Pek minta Soe Poan coe pergi ke Poteng akan undang thabib dari kota itu. tetapi karena sudah terlambat, thabib itu tidak bisa menolong banyak.
Adalah karena kepergiannya ke Poteng itu disana Soe Poan coe telah dapat dengar halnya rombongan dari Biauw Cin San, bagaimana mereka ini sesudah mengganas beberapa
hari telah berangkat ke Pakkhia, warta ini ia beritahukan pada Lie Bouw Pek hingga anak muda kita jadi bingung sekali, ia niat menyusul ke Pakkhia guna tempur Biauw Cin San semua, untuk sekalian balaskan sakit hatinya Beog Soe Ciauw, tetapi ia tidak bisa tinggalkan pemuda ini, yang napasnya sudah empas empis dengan luka parah, malah beberapa kali Soe Ciauw begitu kesakitan sampai ia pingsan. Bouw Pek mau sewa kereta guna angkat Soe Ciauw, agar sobat ini bisa berobat dikota raja, tetapi Soe Poan coe mencegah.
"Apakah Lie Toaya tidak lihat keadaannya yang hebat?" kata Pa San coa. "Kalau ia dipaksa dibawa pergi, aku percaya ia bisa binasa ditengah jalan, disini kita masih mengharap perlindungan dari Thian. Diatas kereta ia akan tcrkocok, terbanting-banting"
Alasan ini kuat, Lie Bouw Pek tidak berani memaksa.
Karena bingung dan berduka memikirkan sobat itu, pun berkuatir buat keselamatannya, Bouw Pek jadi tidak enak makan dan sukar tidur, ia terus mendampingi dengan tidak berdaya. Obat tetap dipakai seadanya saja
Satu hari itu, mendadak Beng Soe Ciauw mendusin dalam keadaan lebih segar. "Lukaku tidak bisa meajadi sembuh, tidak usah kau repot mengundang thabib lain lagi" ia berkata, ia pandang Bouw Pek, dan teruskan berkata : "Lie Toako, kau telah datang, inilah bagus. Aku memang ingin bicara padamu. Sesudah
menutur, kendati kau mesti taat, aku puas "
Sampai diaitu Beng Su Ciauw lantas tuturkan tentang dirinya.
Diwaktu masih kecil benar benar Su Ciauw pernah kabur dari rumahnya, kabur ke Kauw gwa diluar Ban Lie Iyiang Shia, dimana ia hidup merantau diberbagai tempat, dimanapun berbareng ia telah, peroleh ilmu silat. Satu waktu ia pulang kem bali. Beng Eng Siang sayang anaknya ini, tetapi kesayangan itu tidak demikian besar seperti yang ditumpahkan kepada enak sulungnya, Su Ciang. Sebaliknya Su Ciang angkuh, kejam dan tidak jujur, malah ia kandung pikiran, kapan nanti ayahnya sudah menutup mata, akan kangkangi semua harta benda. Karena ini terhadap adiknya ia ambil sikap mendesak, seperti memusuhi. Su Ciauw lihat kedudukannya yang tidak bagus itu, sedang buat memperebutkan harta ia tidak mau. Ia telah dapat ingatan akan kabur lagi, niatan ini ia batalkan kapan ia ingat hal tunangannya, Jie Siu Lian, yang katanya elok gagah. Ia tahan sabar. Ia pikir, kalau nanti sudah menikah dengan Siu Lian temponya hanya lagi dua tahun ia mau pergi, akan berusaha diluaran. Apa mau, selagi ia menahan sabar, suatu kejadian bikin ia tidak sanggup wujudkan rencananya itu.
Dimusim Coen dari tahun Yang lalu, okpa dari Soanhoa, Thio Ban Teng namanya, sudah rampas isteri orang. Kapan Beng Su Ciauw ketahui kejadian itu, yang orang lain tidak berani urusi, ia jadi gusar. Dengan bawa pedangnya ia satroni okpa itu dirumahnya. Omongan sabar tidak mengasi hasil maka sebagai kesudahan Su Ciauw bacok kedua kaki orang itu. Setelah itu, dengan tidak bawa uang barang satu chie, ia buron dari Soanboa Maka lagi2 ia hidup dalam perantauan Ia tidak bergaul luas dengan orang2 kalangan Sangai Telaga ia pun benci kejahatan, lantaran itu ia hadapi kesukaran. Kettka ia merantau sampai di Pakkhia kebetulan disitu ia ketemu padri Lhama, bekas kenalannya di Kauw gwa. Lhama inipun ketahui perbuatannya di Soanhoa.
"Thio Ban Teng, yang kau bacok kedua kakinya telah msnjadi seorang tapadaksa " kata padri ini. "Ia telah bikin pengaduan pada pembesar negeri dan pembesar negeri berdaya tangkap kau. Thio Ban Teng itu punya paman yang menjadi thaykam didalam istana, katanya ia jadi toa congkoan, pengaruhnya besar, kalau paman ini turun tangan dan kau kena ditangkap, itu berbahaya sekali. Baik kau lari cepat sembunyi buat dua atau tiga tahun, apabila nanti perkara sudah mulai orang lupakan, baru kau keluar kembali"
Beng Su Ciauw suka turut pikirannya Lhama itu, maka ia sudah lantas tukar she dan nama, dan dengan pertolongannya Lhama itu ia dikirim ke Pwee lek hoe, hingga kejadian ia bekerja sebagai tukang istal. Ia tidak mau banyak omong, ia malah tidak mau banyak omong, ia malah tidak mau kasi tahu ia mengerti silat sedang Tiat Pweelek gemar bugee maka justeru pakaiannya butut, Tiat Pweelek tidak perhatikan dia. Ia terpaksa diterima bekerja, sebab Tiat Pweeiek tidak ada lowongan. Ia beradat keras, melihat Tiat Pweelek tidak kenal orang. ia makin umpatkan diri. Ia sudah pikir buat sekap diri, kalau nanti ia keluar lagi ia niat berusaha dan nikah Siu Lian.
Apamau hari itu datang Lie Bouw Pek, bugee siapa ia kagumi, maka selagi Bouw Pek dan Tiat Pweelek piebu, diluar keingmannya ia sudah terlepas omong, Lie Bouw Pek segera ketahui ia itu orang macam apa. Maka itu ia jadi makin hargakan orang she Lie itu. Demikian, seperti kita ketahui, keduanya segera menjadi sahabat karib.
Beng Su Ciauw sudah pikir akan perkenalkan dirinya pada Lie Bouw Pek, siapa nyana, selagi ia belum buka mulut. Bouw Pek sudah mendahului bicara tentang Siu Lian. Ia tahu Bouw Pek sudah lepaskan harapan pada nona itu, yang menjadi tunangannya, tetapi ia pikir lain. Ia anggap sayang kalau Bouw Pek tidak menikah dengan Siu Lian karena mereka sudah berkenalan dan Bouw Pek telah melepas begitu banyak budi.
Sebaliknya ia sendiri, kendati ia tunangannya Siu Lian, belum pernah lakukan apa2, malah lihat sinona pun belum. Lain dari itu nasibnya pun belum ketahuan bagaimana nanti.
"Maka lebih baik aku mengalah, kasi Siu Lian menikah pada Bouw Pek, mereka mestinya pasangan yang sembabat" demikian ia pikir. "Melulu karena ada aku sebagai rintangan, jodoh mereka itu tidak bisa dirangkap
Pikiran ini jadi tetap ketika kemudian ia dapat baca suratnya Tek Siauw Hong.
Justeru itu diluar dugaannya, Bouw Pek yang telah curigai ia, mendadak buka rahasianya, maka bahna malu ia terus saja kabur. Ia menduga pasti, bahwa Bouw Pek akan rangkap jodohoya pada Sioe Lian, meski ia sendiri akan berduka karenanya. Ia lantas cari pedang, bawa kabur kudanya Tiat Pweelek dan angkat kaki dari Pakkhia, ia menuju ke Khoyang buat cegat Biauw Cin San dan berkorban untuk Lie Bouw Pek. Kesudahannya sebab nekat ia mesti rubuh sebagai korban piauw dari Biauw Cin San Baiknya la bertemu Soe Poan-coe maka akhirnya Bouw Pek bisa dikabarkan dan datang menyusul.
Setelah menutur tentang dirinya kendati ia lelah, Beng Soe Ciauw bersenyum. Beuw Pek merasa lega melihat senyum itu
"Lie Toako," demikian ia kata pula, orang gagah mesti gagah juga perbuatannya terus terang yalah apa yang bisa dikerjakan harus dikerjakan, Jangan sekali kita bersangsi sangsi. seperti tingkah lakunya anak sekolah yang lemah. Toako Sioe Lian dan aku telah bertunangan, tetapi itu namanya saja. wujudnya tidak, karena terang
kami tidak berjodoh. Umpama kata aku terus hidup, aku toh tidak punya tenaga akan ikat ia, apapula sekarang, selagi aku mendekati ajalku. Toako, kau telah lepas banyak budi terhadap ia, maka kalau nanti Tek Siauw merecoki jodoh kau dengan jodohnya kau harus terima baik! Dengan nikah Sioe Lian, kau bikin ia dapat orang yang dibuat andalan hidupnya. Tentang aku, kau harus tetap pandang aku sebagai Siauw Jie. tukang istal Pweelek-hoe, kau jangan anggap aku sebagai Beng Soe Ciauw!. "
Bukan main terharunya Bouw Pek, ucapannya Soe Ciauw menusuk hatinya sampai air matanya mengembang dengan tiba2. Ia heudak beber rasa hatinya, bahwa benar tadinya ia harapi Sioe Lian, tapi bahwa ia robah pikiran setelah ketahui Siu Lian sudah bertunagan, Tetapi niatan ini ia batalkan, kapan ia ingat Soe Ciauw berhati keras. Kalau Soe Ciauw gusar, kegusaran itu bisa membahayakan jiwanya sebaliknya kalau tidak bicara, ia tidak puas. Sebab ia bingung, ia jadi membungkam.
Soe Poan-coe turut bingung saja, ia pun tidak bisa kata apa2.
Sehabis bicara begitu banyak Soe Ciauw meramkan mata, diam saja.
Soe Poan coe tarik tangannya Bouw Pek buat ajak pemuda itu keluar.
"Aku kagum terhadap Beng Soe Ciauw, berkata Soe Kian sesudah mereka berada berduaan. "Ia laki2 tulen ia sobat sejati Barusan ia telah bicara terus terang"
Bouw Pek hendak kasih keterangan. Tapi Soe Kian pegat ia. "Aku mengerti kau, Lie Toaya, kaupun ada kesukaranmu ia
kata "tetapi sekarang kau tidak boleh ngotot terhadapnya, ia sangat lemah. Sekarang kita cuma mengharap ia tidak mati. kalau ia sudah sembuh, waktu itu kita masih punya tempo akan bicara lebih jauh!"
Bouw Pek mengerti si Gemuk ini, ia tidak jadi bicara. Ia bertindak masuk.
Soe Poan coe mengawasi orang pergi, ia goyang2 kepala. "Satu anak muda begitu gagah siapa nyana ia punya
kesukaran didalam hati" kata ia dalam hati. "Duluan aku sangka, Coei Siam sdalah jiwanya kedua. Untuk dapat pulangkan si nona kepadanya, aku telah mampusi Cie Sielong dan Poan Louw Sam, siapa tahu sekarang ada nona Jie Sioe Lian. Sekaraog aku mesti hadapi yang satu tinggal matinya, yang lain korban rindunya, maka tenaga apa aku punya akan tolong mereka berdua. "
Lagi2 si Gemuk geleng kepala, berulang ulang ia menghela napas. Kemudian ia hiburkan diri dengan berpikir "Baiknya aku seorang gemuk terokmok. dengan romanku ini tidak ada nona2 yang bisa jatuh cinta padaku, kalau tidak, aku juga bisa diserang penyakit rindu yang hebat,
Dengan di sambar sambar angin, Soe Poan coe masih berdiri saja, mengawasi repotnya jongos dan tamu2.
"Rupanya dasar aku sial juga, kenapa aku berkawan dengan dua anak muda? "
ia ngelamun "Tapi bagaimana juga mereka orang baru atau orang lama, adalah sobat2ku, maka aku tidak boleh diam saja peluk tangan"
Ngelamun sampai disitu ia bersenyum sendirinya.
Ketika itu terdengar rintihannya Beng Soe Ciauw, si Gemuk lantas lari kedalam. Soe Ciauw merintih dan menggelisah.
Tiba2 ia buka matanya.
"Biauw Cin San, kau jahat " mendadak ia berseru. "Kenapa kau gunai senjata rahasia? Apakah dengan begitu kau hoohan
?"
Ia berdiam akan merintih pula. Ia pandang anak muda kita, kelihatannya ia menahan sa kit. "Lie Toako. " ia kata.
"Ada apa saudara? Bouw Pek aegera menghampirkan Matanya Su Ciauw mengeluarkan air. tetapi mulutnya tetap
tertutup. Satu kali tubuhnya bergerak, mulutnya berkemik, tapi ia masih tidak bisa bicara, hanya matanya yang sekonyong2 terbalik.
Bouw Pek terperanjat, ia cekal tangannya. Tangan itu dingin, ia rasai menjadi adem enyam dan keras Maka ia
lantas saja menangis.
Su Poan cu berdiri dengan goyang kepala, ia tepas air matanya, kemudian ia betot bangun Lie Bouw Pek didepannya.
"Lie Toaya, sekarang bukan waktunya untuk menangis" ia kata "menangis adalah perbuatannya Cui Siam atau Siu Lian Kita kangouw hoohan, kalau kita menangis, orang nanti tertawai kita ! Beng Jie Siauwya sudah meninggal dunia, mari kita beli peti mati, akan urus mayatnya. Kita mesti lekas kembali, disana ada Biauw Cin San, dengan siapa kita mesti adu jiwa"
Deugan tidak tunggu jawaban lagi, Soe Kian panggil orangnya, akan ikut ia pergi membeli peti mati dan barang2 lain yang diperlukan.
Bouw pek terus lesu. sampai Su Kian kembali ia masih tatap berduka.
Su Poan-cu berlaku sebat, dengan dibantu oleh pengikutnya dan jongos, begitu juga beberapa kuli yang gotong peti, ia sudah lantas urus mayatnya Beng Su Ciauw sebagai mana mestinya. Segala api serba sederhana maka cepat sesaat mereka selesai.
Bouw Pek bekalkan pedangnya pedang dari Tiat Pweelek. yang Su Ciauw ambil dari pada sobat itu.
Tuan rumah telah dipanggil, untuk diminta bantuannya mencari tempat dimana peti mati bisa dikubur Ia pergi bersama sama Su Poan cu. Setelah hampir satu hari. tuan rumah itu kembali dengan berhasil. Mereka dapat tempat disebelah selatan kota, yang dipanggil Hong touw po, dikaki bukit ada sawah, ada rumah sanaknya si tuan rumah, seorang she Coe, yang sudi korbankan sedikit tanahnya. Tapi Bouw Pek berikan kerugian beberapa tail perak. Esoknya upacara penguburan dilakukan dengan sederhana sekali. Tapi dimuka kuburan Bouw Pek perintah tancap sepotong bongpay kecil dan pendek untuk peringatan. Ia masih menangis saja, sampai Su Poan cu tarik ia, buat diajak pulang kebotel.
"Lie Toaya " kata si Gemuk. "Orang yang mati tak akan hidup pula jangan kau terlalu bersusah hati. Juga tentang halnya nona Jie Siu Lian, kita tidak usah sebut2 Tapi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin serta rombonganya, sekarang mereka tentu sudah sampai di Pakkhia, kalau disana mereka tidak dapatkan kau, mereka pasti akan katakan kau takut mereka dan lari menyingkir ! Inilah hebat Maka itu baiklah kau lekas kembali kekota raja akan susul dan tempur mereka itu, untuk sekalian balaskan sakit hatinya Beng Jie lauwya !"
Si Gemuk harap, dengaa perkataannya itu, ia bisa bikin bangun semangatnya si anak muda, siapa tahu, Bouw Pek tetap duduk diam, mulutnya terus tertutup. Karena ia sedang pikir, bagaimana ia mesti berurusan dengan Siu Lian, hingga ia kesampingkan dulu urusannya Biauw Cin San-
Su Poan cu masih saja bicara sekian lama dan si anak muda tetap tidak bergeming, ia berbangku dengan tidak sabar, agaknya ia mendongkol juga. Ia gelung lengan bajunya buat kasi lihat lengannya yang besar dan kasar.
Lie Toaya, sebenarnya bagaimanakah pikiranmu?" kata ia akhirnya, suaranya keras. "Beng Jie Siauwya telah tempur Biauw Cin San untuk kau, karena itu ia sampai terima kebinasaannya ! Ia betul sudah binasa, tapi ia tetap satu hoohan, semua orang kagum dan puji dia ! Kalau kau mau tetap tinggal diam, buat jagai kuburannya Beng Jie Siauwya, aku tak akan menentang, tetapi aku sendiri mau pergi. Biar aku si Su Poan cu saja, aku toh mau kembali ke Pakkhia, aku hendak tempur Biauw Cin San semua Pendeknya, Lie Toaya, kau nanti lihat Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya siap buat berangkat kekota raja.