JILID l6
BERSELANG lagi dua hari Siu Lian kembali kerumah pamili Beng, buat terus dengan diam bersiap untuk bikin perjalanan. Tapi berbareng dengan itu ia lagi-lagi mesti mengalami kejadian yang bikin ia naik darah dan menyesal itu adalah tingkahnya Beng Soe Ciang, si toape. Ia ini sejak meninggalnya Jie Loo thaythay, tidak lagi unjuk roman bengis, angkuh atau dengki, sebaliknya setiap kali ia bertemu atau berpapasan dengan nona kita, lantas pada mukanya yang hitam tertampak senyuman manis Siu Lian menduga orang kandung maksud buruk, ia tidak suka meladeni. Inipun salah satu pendorong kenapa ia jadi ambil putusan getas untuk selekas mungkin angkat kaki dari rumah pamili itu.
Demikian pada suatu hari, nona Jie pergi ketemui Beng Eng Siang buat kasih tau maksudnya untuk bepergian, sebagai alasan ia kata ia hendak tengok kuburan ayahnya di Jie sie tin di Beng touw.
"Kau baik bersabar" berkata Beng Eng siang "tunggu lagi beberapa bulan, setelah aku sediakan uang, kau pergi kesana bawa peti layon ayahmu pulang ke Kie lok uutuk dikubur ditanah dengan baik. Lagian, dengan kau pergi sendiri, aku kuatir "
Sioe Lian ketahui orang menahan ia dengan berpura pura, tetapi ia terpaksa menggunai akal maka ia menjawab bahwa ia suka menunggu. Disebetah itu dengan diam ia telah bermufakat dengan Lauw Keng, demikian pada satu pagi, diluar tahunya ia apa juga, dengan gendol buntalannya, Sioe Lan keluar dari Piauwtiaw. Ditempat yang dljanjikan, Lauw Keng telah tunggu, ia dengan kudanya siap sedia. "Lauw Toako, sampai ketemu" berkata nona kita setelah ia lompat naik keatas kuda itu.
"Sampai ketemu soemoay," Lauw Keng jawab. "Aku harap kau berhati hati diluaran Andaikata ada terjadi sesuatu apa aku minta kau lekas kirim kabar padaku"
"Terima kasih, toako!"
Sioe Lian segera kas! kudanya lari meninggalkan kota Soanhoa hoe, menuju ketimur
Nona Jie berdandan serba hijau beju dan celana yang ringkas. Sepasang golok siangtoo menambah besarnya hatinya, malah bisa dibilang, karenanya ia menjadi kepala besar. Itu adalah senjata yang ia telah pakai bertempur. Ia anggap. kecuali Lie Bouw Pek, tidak ada orang lain lagi yang ia boleh pandang tinggi!
Sekarang ini Jie Sioe Lian bikin perjalanan untuk cari tunangannya berbareng mengharap keterangan musuhnya umpama Thio Giok Kin, Tio Cit Houw dan lain2 untuk membikin pembalasan, oleh karena mereka itu orang yang mendesak dan menyebabkan kematian ayahnya.
Dalam perjalanan in;, dengan tak mendapat kesukaran nona Jie telah sampai di Yankeng, malam itu segera dapat bertemu dengan Sin khio Yo Kian Tong. hingga piauwtauw heran melihat ia dikunjungi oleh seorang nona muda dan elok. yang datang sendirian dengan berpakaian singsat dnn membekal senjata. Adalah setelah pembicaraan, baru ia ketahui yang ia sedang berhadapan dengan puterinya almarhum Tiat cie tiauw Jie Hiong Wan atau tunangannya Beng Soe Ciaaw.
"Beng Eng Siang Loo piauw-tauw adalah sobatku dari banyak tahun." ia berkata, untuk menerangkan hal dirinya lebih jauh" dan dengan dua saudara Soe Ciang dan Soe Ciauw, beberapa kali aku telah pernah bertemu, hanya, halnya Soe Ciauw sejak ia meninggalkan rumahnya aku tidak ketahui sama sekali Tentang Soe Ciauw, pada siapapun aku tak pernah menerangkan bahwa ia teiah menutup mata" Sioe Lan menyesal mendengar keterangan itu, tetapi berbareng ia merasa lega bati, karena sekarang terbukti obrolan palsu dari Soe Ciang.
Ia sebenarcya sudah mau pamitan, ketika seorang lain, yang berada bersama-sama ia selagi ia bicara pada Yo Piauwtauw, berbangkit dan campur mulut.
Orang ini, dar usia pertengahan, bertubuh kate, tetapi pakaiannya manyatakan ia seorang yang hidup mewah. Itulah tidak heran, oieh karena ia adalah Tek Siauw Hong yang sejak kena diancam dipakkhia, sudah terima tugas baru, untuk sekalian menyingkir dari ancaman bahaya, ia telah selesai kerja di Jathoa dari sana, dalam perjalanan pulang, ia mampir di Yankeng Sinkhio Yo Kian Tong, sahabat karibnya dari banyak tahun. Disini Siauw Hong mampir, seperti kita ketahui pertama untuk sambangi sobat lama itu dan kedua guna tunggu Lie Bouw Pek.
Sin khio Yo Kian Tong juga telah dapat namanya pemuda kita. ia girang waktu ia dengar pemuda itu hendak datang maka kedatangaanya ia harapkan, siapa tahu sampai sekian lama Bouw Pek masih belum muncul Siauw Hong tentu saja tidak ketahui sebab kelambatannya Bouw Pek, hingga ia jadi heran.
"Inilah aneh" ia nyatakan pada suatu hari. "Kenapa Bouw Pek masih belum juga datang? Bukankah disana ada Tiat Pweelek, yang tolong dia? Apakah perkaranya itu mempunyai ekor atau menyebabkan onar lain?"
"Aku kira perkaranya tidak mempunyai ekor dan ia tentu telah keluar dari penjara" Yo Kiaa Tong utarakan dugaannya "Aku lebih lebih percaya, yang ia telah ditahan oleh Tiat Pweelok. Maka aku pikir sekarang baik diatur begini kita tunggu lagi beberapa hari, andaikata ia tetap tidak datang, aku nanti kawani kau pergi Pakhhia. Disana aku sekalian hendak tengok Khoe Kong Ciauw dan terus beberapa hal lain"
Tek Siauw Hong setujui pikiran itu, ia malah merasa girang jago tua ini suka menjadi kawannya dalam perjalanan. Ia sebenarnya tidak ketahui yang Yo Kiam Tong menduga, bahwa Bouw Pek bisa jadi tidak luka datang ka Yankeng
Itulah sebabnya kenapa sampai sebegitu jauh Siauw Hong masih belum pulang. Maka kebetulan sekali, justru Yo Kian Teng asik bersiap untuk bikin perjalanan ke Pakkhia, hari ini Jie Sioe Lian datang. Melainkan piawtauw itu tidak puas yang Beng Soe Ciang bawa namanya dengan bilang ialah yang kata bahwa Soe Ciauw telah binasa.
Selagi Yo Kian Tong bicara pada nona Jie. Siauw Hong diam diam telah perhatikan nona itu. Ia girang bukan main bisa ketemu nona ini. ia lihat orangnya elok, maka ia merasa pantaslah Lie Boow Pek tidak bisa lupai nona ini.
"Soe Ciauw dibilang, barangkali ia tidak dapat diketemukan Lagi baiklah aku rangkap jodohnya dengan Bouw Pek" demikian Siauw Hoog pikir. Dengan begini aku akau bikin Bouw Pek puas dan tidak akan bertingkah lagi.
Begitulah, selagi si nona mau pamitan Siauw Hong segera perkenalkan diri dan unjuk, bahwa ia sobatn Bouw Pek. bahwa ia mendengar Bouw Pek sebut namanya sinona yang dibuat kagum dan diharap harapannya
Warta halnya Bouw Pek diterima dengan girang oleh Sioe Lian yang tidak sangka disitu ia bisa dengar haln|a penolong yang gagah dan berhati baik itu. Air mukanya berobah menjadi merah mendengar perkataannya siauw Hong tetapi ia toh tidak menjadi likat.
"Lie Bouw Pek itu adalah in hengku " ia kata. Ia sebut Bouw pek sebagai in heng atau saudara, pada siapa ia berhutang budi. "Ketika ayahku menutup mata, ialah yang bantu urus perguburannya, sedang waktu ibu dan aku pergi ke Soanhoa hoe, ia juga yang antarkan. Aku memang berniat cari ia di Pakkhia
"Nona mau pergi ke Pakkhia, itulah bagus" kata Siauw Hong dengan girang. "Kita boleh pergi bersama sama Belum setengah tahun Lie Bouw Pek berada dikota raja ia sudah angkat namanya ia telah takluki Km too Phang Bouw, telah kalahkan Hoa thyio Phang Liong Sioe Bie too Oey Kie Pok dan orang kosen lain lagi Sekarang ini ia punya banyak sobat, maka bila nona cari ia dan minta bantuannya, aku percaya, perkara bagaimana besarpun ia mestinya sanggup urus"
Sioe Lian girang mendengar keterangan itu. Ia memang lagi bigung, tidak tahu kemana ia mesti menuju. sekarang ia ketahui Bouw Pek ada di Pakkhia dan namanya terkenal, inilah kebetulan. Iapun mau pencaya Tek Siauw Hong, roman siapa baik, sedang orang Boan ini dari Lweeboe hoe dan jadi sobat kekalnya Yo Kian Tong dan Bouw Pek juga.
"Baiklah" ia jawab "Aku suka pergi bersama2. Kapan tuan hendak berangkat?"
Tek Siauw Hong tunjuk Yo Kian Tong.
"Yo Shako ini juga mau pergi ke Pakkhia, kita baik berangkat bsrsama sama." ia bilang. "Sekarang Yo Shako sedang bikin persiapan, baik nona bersabar dan menunggu dua hari disini"
Sioe Lian nyatakan setuju, ia menghaturkan terima kasih. Yo Kian Tong sebenarnya masih sangsi dan ia kuatir,
dengan si nona bersama sama mereka, nanti bisa terbit suatu dan lain hal. akan tetapi karena Tek Siauw Hong sudah ambil putusan, ia tidak kata apa lagi selainnya menurut saja.
Begitulah Sioe Lian jadi menumpang di Coan Him Piauw Tiam, dimana ia berkumpul dengan ibunya Yo Kian Tong, sementara Yo Kian Tong sendiri sudah cepatkan persiapannya, antaranya ia mengantar beberupa kereta piauw.
Tek Siauw Hong girang bukan main, ia telah tulis dua pucuk surat dan telah upahkan orang bawa suratnya itu ke Pakkhia. Itu adalah surat2 yang Bouw Pek dan Tiat Pweelek terima, dengan kemudahan Bouw Pek menjadi bingung, Tiat Pweelek menjadi girang.
Pada hari yang telah ditetapkan, Yo Kian Tong berangkat meninggalkan Yankeng, Siauw Hong bersama ia, begitupun nona Jie Siu Lian. Dua2 kawan ini gembira ! Siu Lian ingin lekas sampai supaya ia bisa ketemu Lie Bouw Pek dan Tek Siauw Hong ingin lekas sampai agar ia bisa rangkap jodobnya kedua anak muda itu. Selama dalam perjalanan sering2 Siauw Hong curi pandang nona Jie, setiap kalinya, ia manggut dengan puas, ia puji mata Bouw Pek yang awas.
Memang orang mesti menyesal seumur hidupnya jikalau ia tidak mampu dapati nona ini sebagai isteri" demikian ia memikir. "Adalah siorang she Beng yang peruntungannya buruk, dari kecil sudah kabur dari rumah, mati atau hidup tidak ketentuan, hingga ia bikin nasibnya si nona turut malang sebagai ia. Apakah tidak kasihan akan lihat nona ini mesti
menderita untuk mencari ia
Yo Kian Tong duduk anteng diatai kudanya Yang bawa tumbak mestikanya "sin-khio" adalah muridnya bernama Tan Kim Po. Piauwnya telah diiring oleh lima piauwsunya, antaranya Sun Cit dan Lauw Gouw. ia tidak merasa kesepian, karena jumlah mereka cukup besar.
Tek Siauw Hong sendiri selalu diiringi oleh Siu Jie yang senantiasa siap deagan cui-hunnya.
Kertas piauw dipasang bendera dan kelenengan, disepanyang jalan kelenengan itu saban2 berbunyi, hingga suaranya membikin orang tidak menjadi lesu......
Selang dua hariy rombongan ini sudah sampai di Kieyong- kwan.
"Pada beberapa bulan yang lalu adalah di sini kita bertemu Lie Bouw Pek" kata piauwsu Sun Cit dan Lauw Gauw dan mereka segera tuturkan bagaimana caranya orang she Lie itu telah hajar orangnya Gui Hong Siang.
"Berhubung dengan itu, ketika Lie Bouw Pek sampai di Seehooshia, aku lihat sendiri bagaimana Gui Hong Siang telah susul ia " Tek Siauw Hong tambahkan. "Gui Hong Siang tidak mau mengerti, ia tantang Lie Bouw Pek, tetapi kapan mereka bertempur, dengan mudah ia kena dibikin keok. Adalah sejak itu, aku jadi kenal Lie Bouw Pek dan kami selanjutnya menjadi sahabat!"
"Rupanya sejak kekalahannya itu, Gui Hong Siang sudah berlalu dari Kieyong kwan Sin," Sun Cit meneruskan "Pastilah itu disebabkan ia malu dan mendongkol Sekarang ini diatas gunung masih ada bebarapa bega1, tetapi mereka bskerja dikalangan yang ciut. mereka tidak berani ganggu pelancong yang berombongan besar"
Yo Kian Tong tertarik mendengar pembicaraan itu. "Kalau begitu, nama besar dari Lie Bouw Pek serupa
dengan kegagahannya," ia pikir. "Kalau nanti sampai di Pakkhia, aku mesti cari ia untuk belajar kenal dan menjadi sahabatnya. Sungguh besar faedahnya bagi Piauw tiamku, andaikata Siauw Hong bisa bantu omong hingga ia suka bekerja sama aku, ia pasti akan menjadi tangan kananku yang sangat berharga"
Juga Sioe L!an puas dengar cerita tentang Lie Bouw Pek itu. Ia ngelamun kalau saja bisa menjadi isterinya Bouw Pek......
Kieyong kwan telah dilewatkan dengan tidak kurang suatu apa, maka setelah melalui lagi tiga hari, rombongan ini telah tiba di Pakkhia.
Yo Kian Tong sudah lantas urus beres piauwnya lebih dahulu, sesudah itu ia ajak semua orangnya pergi ambi1 kamar dihotel Thian Hok diluar pintu Tiian-mui sedang Tek Siauw Hong langsung ajak Jie Siu Lian ke Tang Su-tian tiauw, kerumahnya sendiri.
Nyonia Tek yang tua, yalah ibunya Siauw Hong, apabila ketahui hal ihwalnya si nona yang sebatang kara ini, sambut si nona dengan girang dan hormat, karena ia merasa kasihan lantaran peruntungannya yang malang, dalam usia begitu muda mesti jadi yatim piatu dan menderita demikian hebat.
Juga Tek Nay-nay merasa girang sekali kedatangan tamu sebagai nona kita, yang cantik manis dan halus budi pekertinya, ia menyambut dan melayani dengan manis seperti mana mertuanya. Dan ketika Siauw Hong tuturkan hubungan apa ada diantara si nona dan Bouw Pek, ia juga setuju, malah ia ingin lekas jodoh itu bisa dirangkap dengan syah......
"Biarlah aku lantai omong sama sinona" kata isteri ini "Sabar jangan dulu " mencegah sang suami, "kita tidak
boleh terburu napsu, kita mesti bertindak dengan pelahan. Pertama kita mesti dapat kepastian tentang Beng Su Ciauw, ia benar sudah mati atau masih hidup. Kita mesti dapat kepastian yang hatinya sinona sudah mati terhadap tunangannya itu. Kedua kita juga mesti cari tahu pikirannya Lie Bodw Pek, ia sabar, tapi adatnya kukuh, jangan kita keliru bertindak nanti segala apa menjadi gagal dan kacau balau"
Tek Naynay setuju pendapat suaminya itu.
Hari itu juga Tek Siauw Hong berangkat ke Hoat Beng Sie akan cari Lie Bouw Pek, justeru anak muda kita waktu itu sedang berada diistananya Tiat Pweelek, maka ia perintah Hok Cu bawa kendaraannya ke Pweelekhu. Tatkala ia sampai, selagi matahari sudah mendekati tengah langit, justeru Tiat Pweelek baru habis temani Lie Bouw Pek bersantap dan mereka sedang duduk pasang omong peyihal Beng Su Ciauw.
Siauw Hong paling dulu unjuk hormat pada tuan rumah, kemudian dengan Lie Bouw Pek ia saling mengasi hormat. Keduanya gembira sekali.
"Menyesal aku tidak bisa lantas susul kau, toako" kata Bouw Pek kemudian. Ia kasi tahu apa sebabnya, yalah larangan buat meninggalkan Pakkhia dan sakit. "Sekarang juga ada hal lain lagi, yang bikin aku mesti tunda lebih jauh perjalananku menyusul kau" Dan ia ceritakan hal bakal kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, melulu atas bisanya Oey kie Pok yang licin dan jahat Untuk tidak unjuk kelemahan aku mesti tunggui mereka itu Syukur sekarang toako sudah pulang. "
Siauw Hogn manggut2.
"Aku telah mengerti sama saudara, " ia berkata. "Akupun telah dengar halnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin itu.
Kalau mereka datang kita tidak usah takut. Kau tahu, aku telah dapat undang dua pembantu yang berharga untuk kau yang satu adalah Sin khio Yo Kian tong. Namanya hampir tiada orang yang tidak ketahui sedang ilmu tumbak dari Khoe Kong Ciauw udalah buah pimpinannya. Aku percaya, ia akan sanngup layani Kim khio Thio Giok Kin. Ysng kedua adalah orang tentang siapa aku lebih dahulu sudah tulis surat kepadamu yaitu nona Jie Sioe Lian. Ia sekarang berada dirumahku."
Lantai Siiuw Hong ceritakan bagaimana selama menunggu di Yankeng dirumahnya Yo Kian Tong, kebetulan datang si nona itu, yang mau pergi cari Beng Soe Cinuw, yang akhirnya suka ikut ke Pakkhia. apabila ia itu dengar v pamyYi *h' L:o ada dikota raja. Setelah kisi t*hu, yang iSunyt nona Jie sudah msautui mite, Siauw Hoag lantas utarakan, maksud ha tinya.
Bouw Pak 'erlnru «k«i dsigar meiiaggal nya Dnetnythty yeng bi k budi itu. Iapun terharu dan kasihan pada S u L;an, yang io karang di y a d i piatu. Ia menghela napas.
"Toako," kemudian ia kata pada Siauw Hong, didepan Jie ya. buat omong terus terang, aku mesti sesalkan kau. Kenapa kau berlaku begini sembrono? Jie Siu Lian seorang perempuan yang sudah ada suaminya dalam hal ini, tunangannya. Difihak lain, aku telah tolong ia dalam kedudukanku sebagai semacam saudara angkat. Maka coba kau pikir, jikalau aku mesti menikahi dia, apa itu tidak lucu?"
Siauw Hong tidak puas dengan ucapan ini "Kau main gila, sobat" pikir ia. "Dulu dirumahku, selagi duduk minum, kau sebut Siu Lian, yang kau rindukan, kenapa didepan Pweelek sekarang kau berpura? menjadi satu kuncu? Oa, sobat, kau terlalu!.......
Meski ia berpikir demikian tapi ia tak berani tegor sobat ini. "Kau masih belum ketahui, toako" Bouw Pek kata pula
sambil menghela napas. "Setelah hari itu kau berangkat, kami disini mengalami lagi suatu kejadian luar biasa. Dengan Jieya baru saja aku bicarakan urusan aneh itu. "
Bouw Pek lantas certakan bagaimana ia ketemu Beng Soe Ciauw yalah tunangannya Jie Sioe Lian, Ia tuturkan lelakonnya Soe Ciaaw alias Siauw Jie dengan panjang lebar, sampai paling belakang sikapnya anak muda berobah, sebab ia telah baca suratnya orang she Tek ini, bahwa akhirnya Soe Ciauw kabur dengan bawa pedang kuno dan pinjam kudanya Tiat Pweelek. yang sekarang kita tidak ketahui, kemana ia ada " kata
Bouw Pek akhirnya.
Lagi2 ia menghela napas
Siauw Hong bingung apabila ia sudah dengar semua penuturannya itu, iapun heran.
"Ya, benar benar sayang " akhirnya ia kata.
Bouw Pek sementara itu telah bicara lebih jauh.
"Untuk singkirkan kecurigaan, guna kebaikanku, aku tak ingin ketemui nona Jie" demikian ia kata.
Siauw Hong menjadi bingung.
Tiat pweelek yang heran karena sikapnya Beng Soe Ciauw, telah utarakan pula keheranannya dan menyatakan sayangnya.
"Kalau begini duduknya hal percuma saja aku kegirangan buat saudara Bouw Pek" kata Siauw hong akhirnya pada tuan rumah. Tapi ia bersenyum ,Sekarang tidak ada jalan lain, kita mesti cari Beng Soe Ciauw, kendati juga dengan pelahan"
"Kelihatannya kita memang cuma bisa perbuat demikian" sahut Tiat Pweelek, yang lalu utarakan keinginannya bertemu dengan Yo Kian Tong
"Sebenarnya Yo Kian Tong sendiri sudah lama ingin menemui Jie ya" Siauw Hong kasi tahu. "tetapi karena ia tahu dirinya itu ia orang dari kalangan piauwhang dan tidak punya urusan langsung, ia jadi tidak berani sembarangan kunjungi Jie ya"
"Itulah bukaanya soal." Tiat Pweelek ter tawa. "Aku juga tidak pangku pangkat! Maka terbilang orang boleh punya perkenalan atau perhubungan padaku, apapula Yo Kian Tong yang terkenal bukan baru setengah atau satu tahun"
"Jikalau begitu, baik besok saja dibikin pertemuan" Siauw Hong bilang "Besok aku akan adakan peryamuan sekedarnya,
untuk saudara Bouw Pek dan Yo Kian Tong, aku minta Jieya sudi berbuat baik terhadap aku deagan turut mengunjungi perjamuan itu. Bagaimana Jieya pikir?"
"Baiklah, besok aku nanti hadir!" jawab Tiat Pweelek sambil tertawa. "Aku pikir kau baik undang juga Khoe Kong Ciauw" Siauw Hong kerutkan alis kapan ia dengar nama itu. "Sebetulnya aku jarang berhubungan dengan Khoe Kong
Ciauw" ia kasi tahu. "Ia sobat kekal dari Oey Kie Pok, kalau kita undang ia, apa ia tidak akan duga bahwa kita lagi berdaya akan pengaruhi ia mengenai Kie Pok itu? Aku kuatir ia tidak mau datang......
"Kau keliru" Tiat Pweelek kata "Memang Khoe Kong Ciauw dan Oey Kie Pok bersobat rapat, akan tetapi semua perbuatannya Kie Pok, Kong Ciauw tidak setujui, malah ketika Kong Ciauw ketahui Kie pok mengirim orang buat undang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, dua kali Kong Ciauw sudah cari Kie Pok untuk ditegor. Karena itu berdua mereka hampir kebentrok dan putus perhubungan. Aku tahu Khoe Kong Ciauw dan Yo Kian Tong punya perhubungan rapat, jikalau kau undang ia bersama Yo Kian Tong, ia pasti akan datang"
Siauw Hong akhirnya nyatakan setuju. "Baiklah, aku akan undang ia" ia bilang.
Lie Bouw Pek girang dengan perjamuan yang akan diadakan itu, ia memang ingin ketemui Khoe Kong Ciauw, yang ia baru dengar namanya saja.
Setelah itu mereka bicara lagi urusan lain sampai akhirnya Siauw Hong pamitan dengan diturut oleh Lie Bouw Pek.
Sesampainya diluar Siauw Hong ajak Bauw Pek sama sama naik keretanya untuk pergi kerumahnya, tetapi anak muda ini menampik.
"Hari ini aku tidak bisa pergi" ia kata. Besok aku tentu akan datang, akan sekalian tengok pehbo dan enso. Kalau sebentar toako sampai dirumah, jagalah supaya nona Jie tidak datang mencari aku digereja, bujuklah ia supaya ia suka tinggal dengan sabar dirumah toako. Aku harap tidak lama lagi aku bisa cari Beng Soe Ciauw buat diajak pulang."
Setelah kata begitu, dengan air muka berduka Bouw Pek lantas ngeloyor pergi.
Siauw Hong goyang kepala melihat kelakuannya sobat itu, tetapi ketika sisobat sudah pergi jauh, ia tertawa sendirinya ia anggap sobat itu lucu "Apakah artinya ini?" demikian ia kata seorang diri. Ia naik keretanya dan berjalan pulang. Sesampainya dirumah, ia masuk langsung kedalam
"Apa hari ini nona Jie tidak pergi kemana2?" ia tanya isterinya.
"Tidak" Tek Naynay menyahut. "Aku lihat ia tenang"
Siauw Hong melihat kesekitarnya, lalu ia kata dengan perlahan2
"Aku tadinya anggap Beng Soe Ciauw tidak akan dapat dicari, lantaran itu aku berani pikir dan berdaya untuk rangkap jodohnya Bouw Pek dengan si nona Jie, tetapi hari ini aku dapat kenyataan anggapanku itu keliru, Barusan di Pweelek hoe aku ketemu Bouw Pek, mendengar ia, urusan ternyata telah berobah secara hebat"
"Apakah itu?" tanya Tek N«ynay yang merasa heran dan jadi tertarik hatinya.
Siauw Hong tuturkan halnya Soe CiauW, sebagaimana ia dengar dari Bouw Pek.
Mendengar itu Tek Naynay goyang goyang kepala, iapun agaknya menyesal
"Urusan benar sulit" Kata Siauw Hong akhirnya. "Aku lihat, akhirnya urusan tidak akan jadi menyenangkan. Ketika Bouw Pek sakit, Siauw Jie rawat ia. Bouw Pek masih belum tahu, Siauw Jie adalah Soe Ciauw, tidak heran apabila ia omong segala apa, sampai halnya nona Jie. Rupanya Bouw Pek omong perihal pieboenya dengan nona Jie dan ia utarakan kekagumannya, barangkali juga rasa hatinya. hingga Soe Ciauw jadi dapat anggapan keliru dan menyangka diantara mereka ada menyelip percintaan lantaran mana, untuk tidak membikin Bouw Pek kecele dan hati sakit, Soe Ciauw lantas mengalah dan pergi, bahwa ia akan tidak mampu nikah nona Jie, maka la menjadi nekat. Selain ambil pedangnya Bouw Pek, iapun pinjam kudanya Tiat Pweelek, dengan apa ia pergi m^nyingkirkan diri, terang untuk mengalah, supaya nona Jie bisa diserahkan pada Bouw Pek. Kalau ia cemburu, dengki hati atau gusar, tidak nanti ia pergi, hanya pasti ia terang Bouw Pek
"Apakah itu bisa jadi ?" tanya Tek Naynay, yang heran bukan main. "Tidak bisa lain," Siauw Hong bilang.
"Sekarang Bouw Pek juga mau menyingkir dari kecurigaan, ia tidak niat ketemu si nona Jie apakah ini tidak sukar?
Keinginan dari Bouw Pek ini aku sendiri pasti tidak bisa sampaikan pada nona Jie..."
"Biarlah aku yang sampaikan, nanti kita lihat bagaimana sikapnya si nona" kata Tek Naynay setelah berpikir sebentar
"Kalau kau sudah kasi tabu kau mesti bisa bujuk dan hibur dia" Siauw Hong pesan. "Jagalah supaya ia tidak jadi hilang sabar. Mungkin dalam dua hari ini dari Holam akan datang dua orang yang berniat seterukan Bouw Pek bila urusan sudah beres, kita akan cari Beng Soe Ciauw dengan bsrpencaran, aku percaya kita akan berhasil. Nona Jie mesti dijaga hati hati, sebab bila kejadian ia kabur inilah sulit bukan main.
"Aku lihat nona Jie sabar dan teliti, barangkali tidak akan kejadian ia angkat kaki." Tek Naynay bilang.
Tek Siauw Hong manggut sesudah pesan pula isterinya, ia pergi mencari Yo Kiau Tong akan piauwsoe ini pergi ke Hoat Beng Sie akan kunjungi Lie Bouw Pek, maka didalam gereja dua orang itu telah saling bertemu dan berkenalan
Siauw Hong dan Bauw Pek bicara banyak tentang segala kejadian sesudah perpisahan mereka paling belakang Bouw Pek tuturkan hal terbunuhnya Poan LdW Sam dan Cie Sielong dan tentang keadaannya Siam Nio paling belakangan
Orang Boan itu menghela napas, satu tanda ia berduka mendengar semua ttu.
Kemudian Siauw Hong bicarakan halnya jamuaunya yang hendak diadakan besok dan ia minta persetujuannya Yo Kian Tong untuk undang Khoe Kong Ciauw.
Piauwsoe dari Yankeng itu tidak berkeberatan, maka soal itu telah beres. Hari Itu Siauw Hong pulang diwaktu sore, ia baru sampai didalam dan duduk, Tek Naynay sudah lantas datang menemuinya.
"Setelah kau pergi tadi, aku lantas bicara pada nona Jie, berkata isteri ini, ia sangat berduka hingga kucurkan air mata. Slnona kata ia ingin ketemukan kau, agar ia bisa menanya lebih jelas"
Siauw Hong kerutkan alis.
"itulah aku sudah duga" ia menyahut. "Tapi tentang soal Beng Soe Ciauw itu sedikit juga aku tidak mengetahui! Ia mau minta keterangan, ia sebenarnya harus cari Bouw Pek. Tetapi Bouw Pek tidak ingin ketemui ia Bagaimana Kau lihat, uru
tan betu|2 sulit!"
la menghela napas berulang2.
Tek Naynay juga berpikir, ia diam saja
Selagi meieka saling bungkam, seorang bujang bertindak masuk.
"Looya, nona Jie minta ketemu" ia kata. Siauw Hong segera berbangkit
Je Sioe Lian sudah lantas bertindak masuk.
Tek Naynay berbangkit buat minta sinona duduk, tetapi Sioe Lian tidak ambil kursi, ia hanya hadapi Siauw Hong. Air mukanya guram, tanda dari sedihnya hati.
"Ngoko, tentang Soe Ciauw, aku telah dengar dari Ngoso," berkata ia, dengan perlahan. Ia panggil Ngoko pada Siauw Hong dan Ngoso pada Tek Naynay, darimana ternyata perhubungan antara mereka telah menjadi rapat dengan cepat. "Kenapa Soe Ciauw pergi justru setelah ia ketahui aku akan datang? Inilah aku tidak mengerti. Sebenarnya, apa yang Ngoko dengar dari Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong awaskan nona itu. Ia benar2 merasa sukar akan menjawab Diiuar keinginannya, keringat mengucur dijidat.
..Aku dengar apa yang benar" akhirnyi ia menyahut juga. "Yang menjadi soal adalah adat yang aneh luar biaia dari Saudara Su Ciauw. " Tapi si nona geleng kepala.
"Itulah bukan soalnya!" berkata ia. "Aku percaya disini mesti ada keterangan dari toako Lie Bouw Pek!"
"Saudara Bouw Pek tinggal di gereja, kurang leluasa buat nona kunjungi dia" kata Siauw Hong. "Lain dari itu, sekarang sudah Yam 1. "
Diantara sinar lampu, Siauw Hong coba pandang nona itu. Siu Lian pakai baju dan kun hijau, ia nampaknya berduka,
tapi wajahnya menunjukkan rasa tidak puas atau mendongkol. Siauw Hong serba salah. Ia sebenarnya pandai bicara, tetapi sekarang, terhadap nona gagah itu, ia jadi bungkam.
Beberapa kali ia menghela napas.
Siu Lian duduk dikursi disamping, dengan sapu tangan ia susut air matanya. Terang nona ini sangat berduka.
"Jangan terlalu banyak pikir nona" Siauw Hong coba membujuk. "Besok aku akan bikin perjamuan kecil, aku telah undang Tiat Pweelek, Khu Kong Ciauw dan Lie Bouw Pek bersama Yo Kian Teng. maka kita besok ramai2 akan bantu pikir dan berdaya dalam urusan kau ini. Aku harap kita akan berhasil mencari saudara Su Ciauw, hingga ia Disa diajak pulang "
"Kau baik sekali, Ngoko, terima kasih" kata Siu Lian. "Paling benar adalah besok aku bisa ketemu dengan Lie Bouw Pek"
"Pasti nona bisa ketemui ia," kata Siauw Hong dengan cepat. "Kalau besok ia datang, lebih dulu aku akan ajak ia masuk ke dalam"
Siu Lian puas dengan jawaban itu, maka ia tidak kata apa2 lagi, ia berbangkit dan undurkan diri.
Sekeluarnya si nona, Siauw Hong saling memandang dengan isterinya. Lagi2 ia menghela napas.
"Juga Bouw Pek aneh! Ia tidak mau ketemui nona Jie, mana itu bisa jadi?" kata ia.
Siu Lian belum yalan jauh, ia dengar perkataan itu, hingga ia merandek, tapi ketik ia pasang kupingnya, ia tidak dengar apa apa lagi, maka ia terus menuju kekamarnya sendiri. Disini ia duduk sambil mengawasi api. "Perginya Su Ciauw mesti ada hubungannya dengan Lie Bouw Pek" ia pikir. Tapi, kenapa Lie Bouw Pek tidak suka ketemui aku?"
Ia tidak bisa curigai orang sho Lie secara bukan2, ia tahu hatinya baik, tatapi ia merasa heran sekali dengan sikap orang itu.
"Kenapa Su Ciauw kabur, selagi ia ketahui aku datang dan cari dia?" ia juga memikir. "Apakah ia tidak punya perasaan?"
SIU LIAN BERPIKIR KERAS DAN menangis Ia telah ambil putusan akan besok ketemui Lie Bouw Pek. untuk minta keterangan yang jelas.
Sementara Siauw Hong malam itu sudah berikan titahnya buat besok orang siap dengan barang makanan guna perjamuan, supaya thia dibikin bersih dan diatur untuk perjamuan itu. Yang akan datang adalah Tiat Pweelek dan ia tidak berani sembarangan.
Maka juga besoknya, pagi2 sakali orang sudah repot.
Dari sekian tamu, Yo Kian Tong adalah yang datang paling pagi dan paling dulu, ia datang sekalian dengan satu kabar penting. Ia kata pada tuan rumah
"Aku dengar kabar, Moh Po Kun telah berhasil mengundang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, mereka akan lekas sampai di Po-teng"
Siauw Hong terima kabar itu dengan hati bercekat, karena ia ketahui dengan baik meskipun dua orang itu datang untuk cari Bouw Pek, tapi sedikitnya mereka punya sangkutan dengan ia sendiri. Dalam beberapa bulan ini siapa tidak ketahui, yang ia adalah sobat paling kekal dari Lie Bouw Bek? Kalau nanti Biauw Cin San dan Thio Giok Kin berhasil mengalahkan Lie Bouw Pek, mustahil mereka tidak akan terus cari dia juga?"
Meskipun demikian ia bisa hiburkan diri dan lupai urusan itu. Ia merasa puas yang perjamuannya adalah untuk orang besar, yalah yang satu seorang pangeran dan yang lain seorang bangsawan turun temurun. Itu adalah tamu yang orang lain tak gampang bisa diundang. Belum lama Siauw Hong temani Yo Kian Tong pasang omong, Lie Bouw Pek lalu muncul. Lantas saja tuan rumah kasi tahu tamunya itu, bagaimana Siu Lian telah desak ia dan si nona Ingin sekali ketemu dengan anak muda itu.
Bouw Pek goyang kepala, ia menghela napas, terang ia merasa sukar.
"Sebenarnya aku tidak ingin ketemu nona Jie," berkata ia. "Taruh kata aku bertemu dengannya keterangan apa aku bisa berikan? Mana aku bisa jelaskan sebabnya, kenapa Soe Ciauw angkat kaki dari sini? Aku sebenarnya harap2 lekas datangnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, agar aku bisa segera tempur mereka dan dapat keputusan. Kecuali aku binasa, aku berniat pegi merantau, guna cari Beng Soe Ciauw, buat paksa ia ketemu nona Jie"
Siauw Hong juga berduka.
"Aku pikir lebih baik kau ketemui juga nona Jie ia kasih pikiran. "Nona itu mengerti aturan dan adatnyapun tidak keras, akan tetapi, diwaktu bicara, adakalanya ia berkukuh. Bicara terus terang, lauwtee, aku sebenarnya jerih terhadap nona itu. "
Bouw Pek bersenyum mendengar pengakuan itu, tetapi lagi2 ia menarik napas.
"Kalau aku ketemu Sioe Lian, apa aku mesti bilang?" demikian ia terbenam dalam kesangsian.
Menampak kelakuannya dua orang itu ,Yo Kian Tong akhirnya turut bicara.
"Tidak bisa tidak. nona Jie itu perlu diketemui," ia bilang, cuma untuk sementara ini, ia perlu dikelabui. Dipihak lain kita mesti bisa cari jalan buat bisa cari Beng Soe Ciauw sampai dapat"
Bouw Pek manggut.
"Memang ini jalan satu2nya" ia aku coba tidak ada urusannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin niscaya aku siang2 sudah berlalu dari Pakkhia ini"
Siauw Hong tidak bilang apa2 ia cuma goyang kepala. "Bagaimana Soe CiauW bisa disusul dan dicari?" kata ia dalam hatinya. Pria muda dan sebatang kara, ia menunggang kuda, ia sudah sampai dimana......Negara begini luas. "
Justeru itu Sioe Jie masuk, dengan warta hal sampainya Khoe Siauw Houwya. Tetapi hampir berbareng dengan itu, orang itu sudah lantas muncul, karena ia tidak mau menunggu diuar lama? dan tidak kasih ketika orang mengabarkan pada Tek Siauw Hong buat keluar menyambutnya, ia sudah menerobos terus, hingga Sioe Jie sendiri hampir kesusul.
Gin thio ciangkoen Khoe Kong Ciauw baru berusia dua puluh tujuh atau delapan, tahun ia beroman cakap dan gagah sebagaimana tubuhnya kekar dan keren. Ia pakai baju biru dilapis mahkota hitam Ia pakai kopiah biasa, terapi mukanya kopiah itu ditabur dengan intan, Begitu ia bertindak masuk dithia. suaranya sudah lantas terdengar:
"Yang mana tuan Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong bertiga lekas berbangkit buat menyambut. kemudian tuan rumah tunjuk pemuda kita, maka keduanya saling memberi hormat Graf itu tidak angkuh, sebaliknya dengan manis ia kata: "Sudah lama aku dengar nama besar Lie ya."
Kong Ciauw pun awasi anak muda kita, roman siapa membikin ia kagum.
"Silahkan duduk. kouw ya," Siauw Hong segera mengundang. Ia berlaku hormat dan manis. Ia tunjukkan kursi dinas untuk tamu bangsawan itu.
Gin Khio Ciangkoen berlaku sungkan, tetapi akhirnya ia toh duduk ditempat yang sudah disediakan itu, buat mana ia menghaturkan terima kasih.
Yo Kian Tong dan graaf itu pernah guru dan murid meski ia bukannya orang bangsawan, ia toh tidak berlaku seejie.
"Kong Ciauw" ia kata kemudian, sesudahnya semua terduduk, "kau sobat kekal dari Oey Soe. ia sudah perintah si orang she Moh pergi mengundang teng Couw hie Biauw Cin San dan Kim thyio Thio Giok Kin, melulu buay seterukan Lie-ya ini, dan mereka itu akan lekis datang apa kau kiranya tidak bisa campur tahu urusan itu"
Ditanya begitu Khoe Koong Ciauw kelihatannya jengah, ia menghela napas.
"Dalam hal itu aku tak berdaya" ia aku. "Tatkala pertama kali aku dapat dengar hal, aku sudah tanya Oey Kie Pok, aku telah kasi nasehat padanya supaya ia jangan Lanjutkan tindakannya itu Tapi, apakah ia bilang? [a telah menyangkal Ia kata dingin Lie ya ia tidak bermusuhan, ia tidak kenal orang she Moh, dan hal kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin dengar pun tidak, katanya. Lantaran sangkalannya itu hampir kami jadi kebenterok"
"khoe heng dan 0ey Kie pok adalah sobat kekal dari banyak tahun, aku minta janganlah karena urusanku kau jadi berselisihan" Bouw Pek berkata.
"tidak demikian, saudara Lie" berkata Khoe Kong Ciauw "Kalau benar Oey Kie Pok pengaruh uangnya buat undang orang dari propinsi lain dataag kemari melulu untuk musnahkan kita, aku tidak takut yang aku kebentrok padanya! Percaya aku, aku akan tempur Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, untuk lindungi kehormatannya sobatku yang berada di Pakkhia ini
Bouw Pek kagum mendengar suara itu sedang Khoe Kong Ciaiw telah bicara dengan sikap gagah. Ia tidak sangka Graaf ini adalah laki2, yang sangat junyung tinggi keadilan.
"Akur, Kong Ciauw " nimbrung Yo Kian Tong. "Begitu memang seharusnya kau bertindak! Orang lain aku tidak perduli tetapi Kim Khio Thio Giok Kin kita mesti coba, jikalau tidak bukan saja kau punya Gin khio, juga aku punya Sin Khio akan tidak bisa dipakai buat melihat orang lagi "
Nyata jago tua ini tidak merasa senang pada Giok Kin. yang pakai julukan Kim khio Tumbak Emas. sejak Khoe Kong Ciauw pakai gelar Gin Khio atau Tumbak Perak dan ia sendiri Sin khio, tumbak Malaikat
Siauw Hong jadi gembira hingga berseru "Bagus Aku sekarang justeru ingin mereka itu lekas datang Aku ingin saksikan Kim khio Thio Giok Kin dan liehaynya tumbak kau"
kong Ciauw dan Kian Tong senang dengan ucapan tuan rumah itu.
Adalah disaat itu Siu Jie muncul dengan kabar, bahwa Tiat Pweelek telah datang maka berempat mereka keluar menyambut undang pangeran ku kedalam dan duduk. Buat raja muda ini, sebuah kursi lain sudah disediakan.
"Apakah kau dengar Teng couw hie Biauw Cin San dan Kim Thyio Thio Gok Kin sudah lewati Poteng " berkata pangeran ini setelah mereka sudah duduk. "Mereka tidak datang berdua saja, katanya mereka berkawan dengan Tiat teh Ho Sam Houw, Khie lian kui Ho Kiam Go dan lain2 lagi Barangkali lagi dua atau tiga hari, mereka akan sudah tiba disini! Sekarang ini Oey Kie Pok terus2an umpatkan diri didalam rumah, akan tetapi ia punya banyak kaki tangan yang setiap waktu menyampaikan berbagai kabar padanya, sedang dipihak lain, ia upahkan banyak buaya darat buat ruwarkan cerita diwarung warung teh dan tempat umum lain, katanya Lie Bouw Pek bersama Tek Siauw Hong akan celaka, karena dari Holam akan datang sejumlah orang gagah, yang akan bikin mereka rubuh Katanya juga bahwa Lie bouw Pak pasti akan binasa dan Tek Siauw Hong akan rudin"
Oleh karena yang sampaikan berita adalah Tiat Pweelek, Bouw Pek mau percaya obrolan itu maka itu, bahna mendelu mukanya menjadi merah, matanya jadi melotot.
Siauw Hong mendongkol, tetapi ia bersenyum ewah. "Aku tidak tahu apa salahku, maka Oey kie Pok hendak
bikin aku rudin?" ia kata dengan sengit "Tentu saja aku tidak takut, aku tidak sayangi andai kata hartaku ludas Disini aku punya banyak sobat, yang bersedia bantu aku, maka masih mesti disangsikan akhirnya yang menjangan akan binasa ditangan siapa! Aku sebaliknya kuatir Siu Bie too Oey Suya sekarang ini akan jatuh pamornya, hingga aku ingin saksikan apa selanjutnya ia masih punya muka kau ketemukan sobatnya dikota Pakkhia ini"
Khu Kong Ciauw merasa tidak enak sendirinya mendengar ucapannya Siauw Hong itu, karena ia adalah sobat kekal dari Oey Kie Pok. Memang benar, kalau gagal, Kie Pok tidak akan punya muka buat tinggal lebih lama lagi dikota raja. Dipihak lain andaikata rombongan jagonya Kie Pok menang juga pamornya sendiri akan terganggu oleh mereka itu, sebab mereka pastilah tidak mau mengalah atau antapkan nama gin khio Ciangkun berada diatasan mereka. Maka itu ia menjadi ibuk sendirinya.
Sekarang tamu telah kumpul semua, Siauw Hong lantas perintah supaya barang hidangan segera disajikan, kemudian ia sandiri bantu tuangkan arak kedalam semua cawan dan anjurkan semua tamu minum dan dahar. Sebagai tuan rumah, ia berlaku manis dan telaten sekali. Disini ia dapat kesempatan untuk perkenalkan Yo Kian Tong dengan pangeran itu. hingga selanjutnya dua orang itu menjadi sobat.
"Mereka itu terdiri atas Thio Giok Kin , Biauw Cin San, Ho Sam Houw, Ho Cit Houw dan Ho Kiam Go" kata Siauw Hong sembari main2, "kita disini kecuali aku ada Bouw Pek, Kong Ciauw dan Yo Sam ya, aku lihat bahwa jumlah kita cukup untuk layani mereka sayang Beng Su Ciauw tidak ada disini, tenaga siapa merupakan pembantu yang sangat berharga bagi saudara Bouw Pek "
"Siapa itu Beng Su Ciauw ?" tanya Khu Kong Ciauw. Ia tidak kenal nama itu.
"ia adalah Siauw Jie, tukang roskam kudaku. " kata Tiat
Pweelek sambil tertawa. "Ia Ia bicafa sambil angkat cawan araknya, tetipi mendadak mulutnya bungkam.
Dengan tiba2 pangeran itu lihat semua orang berbangkit, dengan semua unjuk roman terperanjat atau heran, semua mata ditujukan keluar, kepintu. Maka ia pun segera menoleh.....
Dari luar thia tamu bertindak masuk seorang perempuan muda yang berkonde dan pakai tusuk konde perak, mukanya tidak pakai pupur atau yancie, tetapi muka itu elok, tubuhnya langsing, gerakannya halus tetapi tampaknya sebat dan segar. Ia pakai baju dan celana hijau, tepatunya putih yang menambah keheranan adalah tangannya si nona memegang sepasang golok.
Sesampainya dithia, nona ini manggut pada semua orang kemudian ia awasi Lie Bouw Pek, pada siapa ia datang lebih dekat. Mukanya telah berobah menjadi merah sendirinya
"Lie Toako" menegor ia, "apa yang barusan dibicarakan oleh semua tuan2 disini aku telah dengar semua. Nyata Beng Su Ciauw sudah pergi dan sekarang ia tidak ketahuan berada dimana! kim khio Thio Giok Kin mau datang kemari bersama Ho Sam Houw, Ho Iyit Houw dan Ho Kiam Go, itulah bagus Mereka semua musuhku, merekalah yang hendak bikin celaka ayahku, hingga ayah menyingkir dari Kie lok, hingga kesudahannya belum setengah tahun ayah mesti menutup mata" tiba2 air matanya sinona mengucur hingga Bouw Pek jadi terharu bukan main. Kendati begitu, nona ini bisa bicara terus: "Tuan2, Tolong kasi tahu aku, dimana beradamu thio Giok Kin sekalian, aku hendak balas sakit hatinya ayahku.
Tentang Beng Su ciauw "
Ia berhenti dan menangis sesenggukan.
Siauw Hong semua mengawasi dengan melongo, mereka terharu berbareng tercengang. Mereka saling memandang dengan mulut bungkam.
Siu Lian maju lebih jauh pada Lie Bouw Pek. "Toako, kau seperti engko kandungku, maka itu,
bagaimana juga, aku minta kau kasi tahu aku, kenapa Beng Su Ciauw berlalu dari sini" ia kata. "Apakah bisa jadi ia berlalu, oleh karena ia dapat kabar yang aku akan datang kemari ?"
Masih saja si nona menangis, kakinya ia banting, ujung goloknya mengenai batu sampai menerbitkan suara nyaring.
Lie Bouw Pek seorang gagah, ia tidak takut ancamannya Thio Giok Kin sekalian, tetapi sekarang, menghadapi Siu Lian, ia kewalahan. Mukanya menjadi merah, sebab ia tidak tahu bagaimana harus meajawabnya. Syukur sementara itu Tiat Pweelek datang menolong.
Pangeran Boan ini berbangkit, pada Siu Lian ia angkat ktdua tangannya.
"Nona, sabar" ia berkata dengan manis. "Kau jangan berduka. Mari kita bicara pelahan2. " Ia menunjuk pada
sebuah kursi beralas sulaman disamping. "Silaukan duduk, nona silahkan" ia mengundang.
Siu Lian letakkan goloknya diatas meja, ia susut air matanya. la angkat kepalanya akan awaskan orang yang ajak ia bicara.
"Kau siapa, tuan?" ia tanya, suaranya halus. Tiat Pweelek angkat pula kedua tangannya.
"Aku Tiat Siauw Pweelek" ia menyahut. "Beng Su Ciauw yang kau tanyakan telah tinggal padaku hampir satu tahun lamanya
Baru sekarang Siu Lian tahu ia sedang berhadapan dengan Siauw Hong Jiam Tiat Jie ya, ia lekas memberi hormat, kemudian ia duduk dikursi yang ditunjuk.
Lie Bouw Pek dan yang lain2 pun lantas pada kembali kekursi mereka.
"Sabar, nona" Yo Kian Tong membujuk.
"Kau dengar aku hendak memberikan keterangan jelas pada nona berkata Tiat Pweelek kemudian, ia menoleh pula pada Siu Lian buat terus mulai dengan keterangannya. "Tentang kepergiannya Beng Su Ciauw, siapa juga tidak bisa disesalkan," demikian katanya "Kalau toh ada orang yang mesti disesalkan itulah aku sendiri. Aku sudah berlaku sangat sembarangan, terlalu tidak mau penhatikan, hingga aku tidak dapat lihat bahwa ia seorang yang berkepandaian tinggi. Pada tahun yang baru lalu, seorang paderi Lhama she Tio, yang jadi sobatku, telah pujikan Beng Su Ciauw padaku. Watu itu Su Ciauw tidak bilang apa2, ia hanya kata ia datang untuk cari sesuap nasi, bahwa pekerjaan apa saja ia suka terima. Aku lihat ia masih muda sedang waktu itu aku kebetulan tidak perlukan tenaga lagi, supaya ia tak sampai tertolak, aku lantas suruh ia tinggal diistal buat bantu roskam kuda. Buat pekerjaannya itu, kecuali setiap hari ia dapat dua kali makan setiap waktu yang tentu akupun berikan ia uang dua atau tiga tail perak. Aku lihat ia betah ditempat pekerjaannya itu, selanjutnya aku tidak perhatikan dia lagi. Adalah setelah pada saat ia angkat kaki, baru Lie Bouw Pek beritahukan aku bahwa ia bukannya Siauw Jie, bahwa ia Beng Su Ciauw. putera kedua dari Beng Loo piauwtauw dari Soanhoahu yang berkepandaian silat tinggi. Mengetahui itu, aku jadi malu sendiri aku jadi sangat menyesal. Kenapa? Sebab guru2 silat dan cintengku sendiri termasuk golongan kantong nasi, sebaliknya pemuda gagah yang berharga aku sia-siakan dikandang kuda Satu tahun lamanya ia mengeram diistal, aku tidak dapat libat bahwa ia seorang luar biasa, tentu sekali karena itu aku telah perlakukan ia tidak selayaknya. Setelah itu aku pikir buat cari dia Aku pikir, andaikata ia punya kesukaran, aku hendak bantu dia. Selanjutnya aku hendak angkat ia menjadi sobatku. Siang itu ia tidak kembali, adalah malamnya diluar dugaanku, selagi aku tidur ia telah datang padaku. Ia masuk kedalam kamarku diluar tahunya siapa juga, tahu2 ia sudah berada didalam. Ia tidak omong banyak padaku, ia kata ia hendak pergi dan minta pinjam seekor kuda.
Aku bangun hendak tahan ia dan tidak kasi pergi, siapa tabu ia sangat sebat dan gesit, dengan satu gerakan tubuh ia bisa loloskan diri dan lompat keluar kamar, dimana ia menghilang diatas genteng Aku segera perintah orang periksa istal, disana benar telah lenyap seekor kuda hitam. Tidak tunggu sampai terang tanah, aku perintah belasan orangku pergi kesemua pintu kota akan menyusul dan ajak ia kembali. tapi sehingga siang, semua orangku pulang dengan tangan kosong. Ia tidak dnpat disusul, tidak ketahuan kapan ia berlalu dari kota. Seterusnya, sampai sekarang, kami tidak dengar satu apa perihal Beng Su ciauw. Menurut aku, Beng Su Ciauw adalah pemuda gagah yang adatnya tinggi dan keras, ia lebih suka menderita kesengsaraan daripada minta atau dapat pertolongan orang. Kenapa ia tidak sudi ketemukan kau, nona? Sebabnya, mungkin karana adatnya tinggi dan keras sekali. ia merasa dirinya tak berguna dan dari itu malu buat ketemukan kau, maka dengan paksakan diri ia angkat kaki, Aku percaya, dibelakang hari, apabila diluaran ia bisa angkat dirinya, pasti ia akan kembali mencari kau, nona, itu adalah adat biasa dari kebanyakan anak muda. Maka sekarang aku minta sukalah nona tetap berdiam sama Tekngoya, lewat lagi Beberapa hari kami akan kirim orang berpencaran akan cari Beng su Ciauw, aku merasa pasti kami akan berhasil mencari ia. Perihal nona sendiri hendak cari Thio Giok Kin sekalian dan menyusul Beng Su Ciauw, itu aku tidak mufakat, kami tidak dapat luluskan. Kami tahu nona gagah, tetapi apabila terjadi satu hal yang tak diinginkan, apa kata kami nanti terhadap Beng Su Ciauw? kami pasti akan dapat malu!. "
Tiat Pwaelek bicara dengan lancar, suaranya menarik hati, hingga Sui Lian jadi terharu. ia tidak kata apa2 tetap ia manggut Beberapa kali ia lepas air matanya
Siauw hong dan Yo Kian Tang kembali bantu membujuk dan menghiburkan cuma Khu Kong Ciauw yang diam saja dan BouW Pek yang terus bungkam.
Bicara lebih jauh, Tiat Pweelek sekalian telah berikan janji bahwa dalam tempo satu bulan mereka akan dapat cari Beng Su Ciauw.
Melihat sikap orang banyak itu, Siu Liaa Suka mengalah. "Baiklah" ia kata akhirnya Ia kasi hormat pada orang
banyak seraya haturkan terima kasih, kemudian ia undurkan diri dengan bawa siangtoonya.
Begitu lekas nona gagah Ini sudah berlalu, mereka orang menghela napas lega.
Yo Kian Tong puji Tiat Pweelek karena omongannya yang tajam itu.
"Aku benar2 takut terhidap nona itu," Siauw Hong aku. "Tadi malam ia terusan tanya dan desak aku. Bagaimana aku bisa omong hal yang sebenarnya?"
"Sebenarnya urusan sederhana, hanya buka mulut yang sukar" kata Yo Kian Tong. "Lagian si nona nampaknya beradat keras, jikalau ia ketahui tunangannya kabur lantaran curigai saudara Bouw Pek cintakan ia, mungkin ia jadi nekat."
"Buat sampai begitu jauh, aku rasa tidak" Tiat Pweelek bilang. "Aku lihat nona Jie seorang yang sadar. Asal kita sanggup cari Beng Su Ciauw dan ajak ia kembali, urusan akan segera beres. "
Khu Kong Ciauw ingin ketahui halnya si nona dan Bouw Pek, ia minta keterangan dari Siauw Hong, apabila ia sudah ketahui, ia maanggut2. Iapun mengerti sulitnya urusan itu.
Dalam perjamuan, orang terus bicara dan menduga duga, adalah Bouw Pek sendirian Yang merasa tidak leluasa, hingga mukanya sebentar merah, sebentar pucat. Kalau ingat halnya, ia menyesal duluan ia kena justakan oleh Sek Tiong Hauw, hingga lantaran piebu dengan Siu Lian, urusan jadi berbelit begini rupa
Khu Kong Ciauw dan Tek Siauw Hong bicara dengan asyik, sesudah orang bangsawan itu dengar halnya Jie Siu Lian mereka lalu omongkan perkara Poan Louw Sam dan Cie Sielong mendengar mana Bouw Pek jadi ingat Cui Siam ia juga menyesal yang ia punya hubungan ruwet, hingga sekarang si nona mesti tersiksa dan sengsara
"Jangan2 selama dua hari ini ia telah menutup mata " ia
berpikir.
Akhirnya, karena serba salah, masgul dan menyesal dia mendongkol juga Bouw Pek segera berbangkit.
"Jie ya saudara Khu. silahkan kau duduk minum terus" ia berkata. "Aku rasa kepalaku pusing, ijinkanlah aku pulang lebih dulu. "
Ia tidak tunggu jawaban, ia sembari hormat pada orang banyak, lantas berlalu.
Siauw Hong bangun, ia samperkan anak muda itu, tangan siapa ia cekal Ia kelihatao tidak puas.
"Lauwtee" berkata ia, "hari ini aku telah Undang Jieya dan Khoe Siauw Houwya, tetapi sebelumnya perjamuan berakhir kau sudah mau pulang, bagaimana itu bisa jadi? Apa kau tidak senang padaku?" "Toako, jangan kau pikir sampai disitu" enak muda kita bilang. "yang sebenarnya kepalaku sakit"
"Kalau kau sakit kepala, tidak apa, pergilah kau kekamar tulis dan rebahkan diri disana," berkata pula tuan rumah. "Aku nanti panggilkan thabib supaya ia periksa kau dan kasi obat aku yang nanti masakkan obatnya"
Mendengar perkataan itu, Bouw Pek diam malu hati buat berangkat terus.
"Ya, baiklah kau beristirahat disini saja" kata Yo Kian Tong dan Kho Kong Ciauw
Tiat Pweelek bisa mengerti kesukaran hati. Bouw Pek, ia anggap daripada paksa anak muda itu berdiam disitu, lebih baik ia pulang, maka sembari kedipkan mata pada siauw Hong, ia campur bicara.
"Kalau benar Bouw Pek sakit kepala" ia kata, "Siauw Hong, pergi kau perintah sediakaa keretamu dan antarkan ia pulang"
Siauw Hong tetap tidak puas tetapi karena Tiat Pweelek kata begitu, ia tidak mau membantah. Ia perintah Hok Coe sediakan kereta dan antarkan Bouw Pek pulang.
Anak muda kita dengan tidak banyak omong lagi dan tidak berlaku malu2 lantas pamitan dan pulang.
Siauw Hong awasi orang pergi, ia menghela napas. "Urusannya Bouw Pek bikin aku bingung" ia kata kemudian,
"umpama kata ada sobat yang bakal jadi orang perantara dan bisa kasi mengerti nona Jie, mereka berdua sebenarnya boleh menikah, habis perkara. Tapi ia pikirkan, ia menolak, kendati demikian, apabila ia lihat nona Jie lantas berduka pula. Apa begini semua sifatnya anak2 muda? Didalam hal ini aku tidak puas terhadap Bouw Pek, ia terlalu aneh"
Untuk menghibur diri, Siauw Hong isikan cawan arak dan undang semua tamunya minum.
Tiat Pweelek tertawa melihat kelakuannya tuan rumah itu. "Siauw Hong, kita semua toh sudah pernah menikah dan
punya anak" ia berkata, "Bagi kita, cinta telah menjadi soal lumrah, tetapi bagi Bouw Pek, yang muda dan gagah. itulah lain. ia tidak mampu hindarkan diri! Dalam segala hal, sebagai sobat, kita bisa membantu melulu dalam halnya rindu kita tidak mampu undang thabib untuk mengobati dia
...."
Tek Siauw Hong jadi tertawa.
Yo Kian Tong dan Khoe Kong Ciauw turut tertawa.
Begitu dengar Byuw Pek menjadi bulan-bulanan, mereka minum dan dahar dengan gembira. Sebaliknya Bouw Pek, dalam kereta yang dikendarai oleh Hok Coe, sedang menuju ke Lim shia Kota Selatan.
Hok Coe kenal baik pemuda itu, yang ia anggap seorang yang baik hatinya.
"Lie Toaya, demikian katanya "kabarnya si nona Jie adalah sanakmu dan ia pandai boegee, apakah itu benar?"
Bouw Pek memang sedang matgul dan pusing kepala karena uraiannya Sioe Lian, siapa tahu. kusir ini justru tanya ia tentang nona itu.
"Jangan kau omong sembarangan" ia kata. "Diantara aku dan si nona tidak ada ikatan persanakan, aku hanya kenal ayahnya. Aku juga tak ketahui nona Jie itu mengerti boegee atau tidak"
Hok Cee terperanjat, karena dengar suara itu, tanda dan tidak senangnya hati.
"Aku dengar ha! ini dsri Sioe Jie" ia bilang. Kemudian ia tukar pokok pembicaraan. "Selama majikanku tidak ada dirumah, Lie Toaya, kau tentunya juga tidak pernah pergi ke Po Hoa Pan di Han kee toa....
Mendengar ini, kembali kepalanya Bouw Pek jadi sakit. Itu urusan lain lagi, yang bikin ia pusing. ia manggut dan menghela napas, tetapi ia tidak jawab kusir itu.
Hok Iyoe heran yang ini kali tidak mendapat maka, tetapi ia tidak berani banyak omong, maka dengan cambuknya ia bikin keretanya lari lebih keras. Untuk hiburkan diri, ia bersuit, hingga suara bersuitnya itu bercampur jadi satu dengan suaranya roda2 kereta yang ramai........ Tidak antara lama meraka telah sampai di Sinsiang Hotong.
Hok Coe berhentikan kendaraannya didepan Hoat Beng Sie. Bouw Pek lompat turun dengan tindakan lesu ia masuk kedaiam pekarangan. Tapi baru saja ia mendekati kamarnya, tiba2 seorang samperkan ia.
"Lie Toaya, banyak baik?" orang itu menegor seraya unjuk hormatnya.
Anak muda kita angkat kepalanya. Ia lihat ia lagi berhadapan dengan seorang kurus dan muka kuning. Ia tidak kenal orang ini, meskipun rasanya ia pernah lihat, entah dimana, ia tidak ingat.
"Kau siapa?" ia tanya. "Ada urusan apa kau cari aku ?" Orang itu tertawa.
"Aku she Gouw toaya, tetapi orang panggil aku Siauw Gia kang, si Kila Kecil" ia menyahut. "Toaya tentu tidak ingat aku. aku sering berada diwarung arak, dimana aku sering ketemu toaya Ada seorang yang baru datang, toaya, ia lagi tunggui kau diluar Tiang gie moei, toaya diminta lekas bawa pedang dan turut aku pergi aku keluar kota akan ketemui orang itu, katanya ada urusan sangat penting"
Bouw Pek heran, hingga ia awaskan si Kala Kecil itu. "Siapa itu yang sedang tunggui aku diluar kota?" ia
tegaskan.
"Jikalau kau sudah pergi, toaya kau akan ketahui sendiri" jawab Siauw Gia kang. "Sekarang lekasan toaya ikut aku!"
«Apakah bisa jadi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin sudah sampai" Bouw Pek menduga dan ia segera ingat bakal musuh itu. "Atau bisa jadi Beng Soe Ciauw sedang tunggui aku disana?"
Tapi ia tidak dapat memastikan.
"Baiklah. aku akan turut kau" kata ia akhirnya Ia. bertindak dengan cepat menuju kekamarnya, buat ambil pedannya
"Sekalian bawa uang, toaya!" kata pula si Cow, sambil tertawa.
Bouw Pek berang, hingga ia merandek. "Bawa uang? Buat apa ah?" ia tanya. Siauw Gia kang tertawa, ketika ia menjawab suaranya perlahan sekali. Tapi mendengar itu, anak muda kita kaget tak kepalang ia tercengang dengan air muka berobah. Tapi segera ia masuk kekamarnya buntal pauwhoknya dan sambar pedangnya
"Mari" kata ia setelah tutup pintu kamarnya.
Siauw Gia kang manggut ia bertindak buat sama2 menuju ke Ciang gee moei. tapi Bouw Pek jalan begitu cepat, ia sukar kecandak, orang suruhan ini jadi ketinggalan, hingga untuk menyusul ia ini mesti jalan separoh lari.
Akhirnya, mereka sampai juga diluar kota
Didepan sebuah warung teh kecil di Koan siang ditempat tambatan, ditambat dua ekor kuda hitam.
"Lie Toaya sudah sampai!" berseru si Gouw dengan napas memburu. ia telah mesti berlari lari terus, akan susul anak muda ini"
Dengan tidak mengaso lagi, ia ajak anak muda kita bertindak kepintu warung itu.
Baru saja Bouw Pek mau bertindak masuk atau dari dalam kelihatan keluar seorang yang berpakaian baju sutera hijau dengan kopia bijau juga, tangannya memegang dua batang cambuk, dengan daging mukanya bergerak, sambil tertawa ia mengawasi muka orang
"Lie Toaya!" orang ini segera menegor. "Baru beberapa hari kita tidak bertemu, aku lihat kau, telah jadi segar banyak"
Buat sesaat, Bouw Pek bingung. Orang itu bukan lain daripada Soe Poan coe si Gemuk atau Pa san coa Soe Cian, pemilik warung arak dimulut Sinsan Hotong yang jadi sahabat karibnya, yalah orang aneh yang kabur setelah membunuh Poan Louw Sam si Terokmok dan Cie Sielong situa bangka yang doyan daun muda.
"Jadinya Siauw Jie terluka?" ia segera tanya.
Su Poan cu manggut. la tidak tertawa lagi. "Begitu lekas ia meninggalkan kota raja, Siauw Jie langsung menuju keselatan, maksudnya adalah buat pegat Teng couw hie Biauw Cin San dan Kim-khio Thio Giok Kin. Tatkala sampai di Tok ciu, ia telah katemu dengan aku. Aku ajak ia singgah dirumahnya sobatku, satu hari lamanya. Ia nyatakan, bahwa ia mau pergi ke Selatan, berkata kata padaku
"Aku suka berkorban dan binasa untuk satu orang yang mengenal aku satu tahun lamanya aku tinggal di Pweelekhu, tidak satu orang yang ketahui aku, adalah Lie Bouw Pek, baru saja kita ketemu satu kali, ia segera mendapat tahu yang aku mengerti ilmu silat Maka itu, untuk sobat sebagai Lie Bouw Pek, meskipun mesti binasa aku puas dan ridlah, kematianku ada harganya. Sekarang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin datang buat menyatrukan Lie Bouw Pek. Benar mereka ini orang2 tersohor dikalangan Sungai Telaga, akan tetapi bila Lie Bouw Pek sampai rubuh ditangan mereka, itulah sayang, kecewa sekali Maka juga sekarang aku mau pergi keselatan, buat pegat mereka, selaku rintangan yang pertama"
Baru saja Bouw Pek dengar begitu, ia jadi terharu