JILID 15
"HM! HM !" ia kasi dengar suara dari Hidungnya. "Bisa jadi sipembunuh yang gemuk itu bukan suruhan kau, tetapi aku kenal dia! Adalah dia sendiri yang bilang padaku, bahwa ia sobat kekal kau. Jikalau dimuka pengadilan aku mau menerangkan seperti ini, tidak nanti orang kompes dan siksa aku, hingga aku bercelaka begini macam pendeknya jangan kau pandang aku seperti bunga raya yang kebanyakan, aku masih kenal harga diriku Aku bernasib buruk, aku terima itu sendiri, aku hanya mengharap looya, supaya kau baik, itulah pengharapanku "
Siam Nio berhenti sebentar akan susuti air matanya. "Aku memang sudah ketahui kau, orang2 dari kalangan
Sungai Telaga tidak boleh dibuat permainan" kata ia pula, "jikalau bukan begitu, tidak nanti aku sudi ikut Cie Sielong si tua bangka "
Ia rupanya telah tarluka pula hatinya, maka ia lantai menangis pula, sesenggukan dan mengulum.
Bouw Pek tercengang, ia mendongkol berbareng berduka. "Apa kau bilang ?" ia kata. "Kau tetap anggap aku orang
kalangan Sungai Telaga ?" la berdiam. Biar bagaimana juga ia merasa kasihan pada nona ini. yang dapat anggapan keliru tentang dirinya. anggapan mana telah dikukuhi. "Ah" ia menghela napas.
"Nampaknya sukar buat aku kasih mengerti padamu" ia kota kemudian. "Baiklah kau ketahui, juga kerena aku mengerti bugee, lantas kau anggap aku orang dari kalangan Sungai Telaga. Hal yang sebenarnya, justeru orang dari kalangan Sungai Teiaga banyak yang musuhkan aku, yang benci aku sampai kedalam tulang2 mereka! Sebaliknya, aku paling suka seterukan orang2 jahat dari kalangan Sungsi Telaga itu. Sejak dimusim panas aku datang ke Pakkhta ini untuk cari pekeryaan, aku berbareng pun telah tanam bibit permusuhan. Beberapa orang dari kalangan Sungai Telaga telah cari aku dan pieboe dengan aku, aku telah rubuhkan mereka, lantaran itu, mereka jadi benci aku. Begitulah mereka telah siarkan omongan yang bukan2 , katanya aku orang dan kalangan Sungai Telaga, bahwa aku penjahat besar! Demikian Poan Louw Sam dan Oey Kie Pok berdua mereka telah gunai pengaruh uang, fitnah aku dan bikin aku celaka. Sampai sekarang ini mereka masih belum puas. Kau tahu, tidak lama lagi akan datang orang dari Holam, yang diundang untuk tempur aku. Mereka adalah Teng Coaw hie Biauw Cin San dan Kim chio Thio Giok Kin"
Mendengar namanya Biauw Cin San, Siam Nio angkat kepalanya.
"Apa kau bilang? Biauw Cin San?" ia menegasi dengan air mata meleleh.
"Benar" Bouw Pek manggut. "Biuaw Cin San adalah erang paling terkenal dalam kalangan Sungai Telaga di Holam! Tentu saja kau tidak akan mengerti tentang mereka itu," ia tambahkan, "kalau aku sebut nama mereka, itu melulu untuk kasih mengerti pada kau. Aku laki2 yang utamakan kejujuran dan keadilan aku mengerti aturan, aku mengerti boegee, kalau aku berkelahi tidak lain sebabnya yalah aku tak sudi dihina oleh orang lain! lihatlah malam itu waktu aku dengar kau suka ikut Cie Sielong, aku lantas berlalu dengan tidak kata apa2 lagi, tapi jikalau kau sangka aku cemburu dan jelus, hingga lantaran itu aku perintah orang bunuh Cie Sielang, terang kausalah anggap tentang diriku!"
Selagi Bouw Pak bicara. Siam Nio sudah takluk. Ia kaget bukan main dengan Biauw Cin San akan datang kekota raja. meskipun si anak muda tidak bilang yang kedatangan itu bukan untuk cari ia. Air matanya turun dengan deras. Segera ia bayangkan roman yang bengis dari Teng couw hie Biauw Cin san si Ikan Lodan ia seperti dengar dampratan yang hebat dari okpa yang me menakutkan itu.
Didepan matanya seperti berpeta bagaimana ayahnya telah dianiaya sampai binasa. Ia juga merasa, satu kali Biauw Cin San sampai dikota raja, ia akan menemui ajalnya begitu juga ibunya, yang akan tidak dapat ampun.
Ketika itu Cia Mama telah bertindak masuk, ia tidak dengar perkataannya Bouw Pek, tetaoi melibat anaknya menangis, sedang Lie Bouw Pek lagi berdiri dengan air muka merah bahna gusar. Buat sesaat, ia jedi melegak.
Bouw Pek awasi nyonya itu.
"Bagaimana kau pikir tantang hari kemudian kau?" ia tanya. "Bagaimana bisa disebut urusan dibelakang, sedang
sekarang kami ibu dan anak akan lekas binasa?" kata Siam Nio, yang dului ibuaya menjawab.
Sinona ini bicara sambil menrngis dan air mata bercucuran.
Cia Mama kaget. Ia memang lagi bersedih, menampak roman anaknya itu, ia turut menangis.
"Urusan kami berdua aku tak dapat umpatkan terhadapmu, looya," berkata ia kemudian seraya susut air matanya. "Siam Nio menikah Cie Sielong belum ada satu bulan, sielong itu sudah lantas ada penjahat yang bunuh. Celaka adalah kami ibu dan anak. buat beberapa hari kami mesti mendekam didalam penjara, malah Siam Nio telah menderita kompesan. hingga selanjutnya ia telah jadi seorang yang berpenyakitan. Memang sudah sedari tadinya anakku punya tubuh tidak kuat dan sering dapat sakit. Dikantor orang telah taboki ia secara hebat. Barang berharga kami sementara itu telah dirampas oleh pihaknya Cie Sielong. Karena semua itu terpaksa kami pindah kerumah engkimnya Siam Nio Tapi disini kami tidak bisa tinggal lama2 sebab engkim itu punya rewatao beberapa anak lainnya dan Siam Nio terluka mukanya, hingga ia tidak bisa tuntut pula penghidupannya yang lama. Disebelah itu, ke mana ia mesti pergi akan pinjam pakaian dan barang perhiasan? Lantaran ini, aebab sudah tak berdaya, aku telah minta kau, Lie Looya datang kemari. Aku mohon, mengingat perhubungan kau dan Siam Nio dulu, sukalah kau tolong kami."
Bouw Pek berdiam. Biar bagaimana juga, ia terharu, "Seteiah segala apa berjalan begini rupa apa aku bisa bikin?" kata ia, sambil menghela napas ia melihat keatas. menghela napas pula. Kemudian ia kata pula Sekarang begini saja. Aku nanti pergi pada beberapa sobatku akan pinjam uang, guna tolong kau, sedikitnya buat lewatkan hari yang mendatang. Tunggu hingga Siam Nio sudah sembuh supaya ia bisa ikut orang yang baik2, agar kau, Ibu dan anak, dapat penghidupan yang tentu Aku pikir selanjutnya baik kau jangan tinggal lagi dirumah pelesiran.."
Mendengar orang hendak carikan uang, Cia Mama lantas saja jadi kegirangan.
"Kau benar, looya " berkata ia "Memang juga, jikalau ada jalan yang benar, siapa mau kasi anaknya hidup didalam rumah pelesiran? Lie Looya. "
Cia Mama hendak omong terus, ketika Bouw Pek rogoh sakunya dan keluarkan uang yang terus diserahkan pada itu adalah dua lembar ginpio.
"Sekarang pakailah ini dulu." berkata si anak muda .Lewat lagi dua hari, kau boleh pergi ke Hoat Peng Sie cari aku, aku nanti sediakan lagi belasan tail Sekarang ini. lantaran aku baru sembuh, aku tidak suka sering berpergian. Selanjunya aku juga tidak akan datang lagi kemari, maka sukalah Siam Nio baik-baik rawat dirinya"
Setelah kata begitu, Bouw Pek menoleh pada si nona Siam Nio rebah dengan kedua mata terbuka lebar, dari dua-dua mata itu air mata meleleh keluar tidak berhentinya. Kedua belah pipinya, yang matang biru telah menjadi jalan mengucur dari airmata itu. Ia mirip sisa bunga yang rontok, yang mendatangkan rasa terharu dan kasihan ....
Bouw Pek memandang pula, tetap ia kuatkan bati. Ia menghela napas.
"Nah, aku pergi," kata ia dan bertindak keluar. Cia Mama mengantarkan.
Bouw Pek jalan terus dengan tidak menoleh lagi, ia bertindak di Hunpong Liu-liekay dengan tidak keruan rasa. Mengikuti Louw-ma-sie Toakay ia menuju kebarat. Disini ia cari sebuah warung nasi. Selagi dahar ia dengar orang bicara disebelah mejanya.
"Disebelah barat itu, warung araknya Su Poancu maju, heran, kenapa ia telah tutup warungnya dan pindah entah kemana?" Mendengar itu. Bouw pek mengerti, bahwa orang tidak ketahui Su Poancu adalah pembunuhnya Cie Stelong dan Poan Louw Sam
"Setahu kemana Su Poau-cu sudah pergi " ia pikir. "Kalau ia tidak kerembet-rembet dengan urusanku. tidak nanti ia kabur, hingga sekarang aku jadi kesepian. "
Sehabis dahar ia terus berjalan pulang. Ia tetap berduka mengingat nasibnya Siam Nio. Biar bagaimana juga, ia mesti hargakan nona itu, yang berani tanggung siksaan,
melulu untuk tidak sebut namanya. Maka amabil putusan akan cari uang, guna tolong anak dan ibunya. Tapi, tentang pernikahan, ia sudah ambil putusan menolak.
Sekarang Bouw Pek cuma harap dua hal Pertama, rahasianya Siauw Jie, yang ia ingin kotahui supaya ia dapat tahu betul siapa orang she Jie itu. Dan kedua supaya ia bisa lekas sehat seperti sediakala, agar ia bisa sambut Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. Ia bernapsu betul nenggunai pedangnya akan tandingi dua musuh dari Holam itu
Satu hari lewat, Bouw Pek bangun pagi2, tidak perduli angin musim Ciu menyampok nyamook dengan hebat, ia gunai pedangnya akan bersilat, untuk melatih diri. Ia bersilat mulai dari perlahan, sampai menggunai tenaga besar. Ia dapat kenyataan penyakitnya telah tidak ganggu hebat padanya.
Tidak Ia masih bisa berlatih, selama mana ia ingat Siauw Jie dan kagumi kegagahannya "bujang istal" itu, ia pakai thungsha dan berjalan keluar. Ia bawa kereta, dengan apa ia pergi ke Pweelek-hu. Ia tidak masuk dari pintu depan, hanya langsung menuju kepintu samping buat pergi ke istal
Semua pegawai istal telah ketahui, yang anak muda ini adalah tamu yang dihargakan oleh pweelek, dari itu mereka menyambut dengan hormat, dan tempo sianak muda kasi tahu maksudnya akan cari Siauw Jie, satu diantaranya lantas lari akan panggil tukang roskam kuda itu.
Siauw Jie muncul dengan muka kotor, seperti juga sudah beberapa hari ia tidak cuci muka. Iapun masih pakai baju dan celana birunya yang sudah rombeng. "Hiantee, kemarin aku datang cari kau, katanya kau keluar" kata Bouw Pek dengan sungguh2.
Siauw Jie manggut.
"Ya, selama dua hari ini aku punya sedikit urusan" ia menyahut.
Bouw Pek terharu akan lihat pakaian jelek dan tipis itu. "Hiatee, mari ikut aku" ia berkata. "Kita pergi kewarung
arak, dimana kita bisa bicara"
Siauw Jie manggut, ia ikut anak muda itu keluar dari istal akan menuju kebarat. Sang angin telah sambar mereka berulang2
Bouw Pek pakai pakaian tebal, ia masih merasa sedikit dingin, akan tetapi kapan ia menoleh pada si bujang istal. ia bertindak dengan gagah, sedikit juga sobat itu tidak terganggu oleh hawa dingin.
Segera juga mereka telah masuk kedai sebuah warung arak, mereka pilih meja dan minta arak dan temannya.
"Apakah kau tidak merasa dingin hiatee?" agak muda kita tanya.
"Sedikit diuga tidak," sahut Siauw Jie seraya geleng kepala. "Jikalau kau tidak punya baju kapas, aku nanti kasikan kau
sepotong"
"Begitupun baik," sahut kawan ini tanpa malu malu.
Bukan main girangnya Bouw Pek mengetahui sobat itu suka terima pemberiannya,
"Baru dua hari aku tidak ketemu kau, aku kesepian bukan main!" kata ia kemudian sambil tertawa. "Tadi aku berlatih sendirian, lantas aku ingat kau, hiantee. Aku bayangkan, coba kita tinggal sama2, kita tentu boleh saling mengajar, bagaimana menggembirakan"
Siauw Jie hirup araknya. ia manggut. Tapi ketika ia bicara ia menghela napas.
"Toako, aku hendak berlalu dari Pakkhia, tapi seyenak aku tidak punya uang," ia kata.
"Itu bukannya soal, aku bisa carikan kau beberapa puluh tail" Bouw Pek jawab dengan cepat, cuma..." Tapi Siauw Jie potong omongan orang "Aku tidak ingin kau kasi pinjam uang padaku! Keadaan kau toako, tidak berbeda jauh daripada keadaanku.."
Bouw Pek goyang kepalanya.
"Itu uaing bukannya uangku" ia terangkan. "Ketika Tek Siauw Hong mau berangkat, padaku ia serahkan sejilid buku uang dengan jumlah duaribu tai1, ia bilang aku boleh pakai uang itu menurut sukaku. Sampai sekarang uang itu aku belum pernah pakai sama sekali, maka kebetulan hiantee perlu uang, uang itu aku boleh pakai. Tek Siauw Hong berharta, uangnya itu tidak berarti apa2 baginya."
Siauw Jie manggut , tetapi ia kata "Justeru uang sobatmu itu aku lebih2 tidak bisa pakai?" Kelihatannya ia bersangsi.
Kemudian ia tambahkan "Hal ini baiklah kita bicarakan lagi lain kati, perlahan saja, Aku tidak akan berangkat lekas2..."
Dengan matanya yang tajam, Bouw Pek awaskan sobat luar biasa itu. Ia menduga, bahwa sobat ini sedang menghadapi soal ruwet, cuma dengan sikap tenang yang dibikin bikin dia itu bikin dirinya seperti tidak tertampak perobahan apa juga.
Ia ketahui yang sobat ini tetap ucapkan apa2 padanya. "Hiantee" berkata anak muda kita, "perkenalan kita belum
berjalan lama. akan tetapi sejak kau rawat aku selama aku sakit, aku telah lantas pandang kau sebagai saudara kandungku. Aku sangat berterima kasih buat kebaikan hatimu. Maka aku harap diantara kita baiklah jangan ada perbedaan apa2 dan dimana perlu haruslah kita saling bantu saling tolong Hiantee, aku lihat dalam hatimu terkandung suatu apa, tetapi kau agaknya tidak mau bicara terus terang kepadaku Kenapa begitu, hiatee?"
Siauw Jie bersenyum.
"Kita sama2 muda, kita sama2 pandai meoggunai pedang, malah kepandaian kita sebanding satu pada lain, tetapi kendati demikian, keadaan dan tabeat kita berlainan," ia berkata dengan sabar. "Jikalau aku mesti tuturkan tentang hatiku, toako, kau pasti tidak akan mengerti. Maka mengenai ini, baiklah kau bersabar, nanti juga kau akan meegetahui sendiri. Percaya aku, bukannya aku tidak mau jadi sobatmu yang sejati"
Bujang istal ini hirup cawan arak yang penghabisan. Ia sudah tenggak dua poci akan tetapi kelibatannya belum pusing sama sekali, jangan kata sinting. Lantas juga ia berbangkit
"Toako, sekarang aku mau pulang" ia berkata. "Besok aku nanti pergi kegerejamu akan tengok kau, nanti kita bicara pula lebih jauh
Ia lantai keluar dari warung arak itu.
Ditinggal secara demikian, Bouw Pek jadi duduk menjublek seorang diri. Ia benar2 tidak mengerti
"Apakah tidak bisa jadi ia sebangsa Su Poan cu, yang asalnya penjahat besar?" ia meduga duga. "Apakah ia telah lakukan suatu kejahatan besar, maka sekarang ia umpatkan diri di Pweelekhu? Kelihataanya dugaanku ini mesti keliru ! Ia begitu gagah kalau ia jadi penjahat, siapa nanti mampu bekuk ia? Kenapa ia kesudian siksa diri, di waktu hawa udara begini dingin ia sudi pakai terus baju rombeng dan tipis? Kenapa juga ia, untuk bikin perjalanan, mesti pikirkan soal kesukaran uang? Kalau ia penjahat uang bagi ia tiada artinya sembarang waktu ia bila gasak dari sembarangan orang? Pada ini mesti ada sebab lain. Tapi, apakah itu?"
Bouw Pek jadi bingung sendirinya, oleh karena ia memikir dengan tetap berada dijalan buntu Mendadak ia ingat Lauw Kie-In pauwsu dari Tay Hin Piauw Tiam, piauwsoe yang telah ada umur dan banyak pengalaman dan mesti banyak kenalan dan pendengarannya.
"Kenapa aku tidak mau pergi pada Louw Piauwsoe, akan minta keterangan ia?" demikian ia pikir. "Piauwsoe inipun jadi sobatnya almarhum Jie Loo enghiong dari Soan ho hoa Disaat aku boleh sekalian minta keterangangan perihal Jie Sioe Lian dan perihal Bang Soe Ciauw sudah ada kabar ceritanya atau belum. "
Setelah pikir bsgitu, Bouw Pek bayar uang arak, ia cari kereta, yang ia sewa kereta ke Ta mo tong, diluar Tian moei. Ia telah sampai dengan cepat, malah ia bisa lantas ketemu dengan Louw Kie In, yang kebetulan ada di piauwkiok.
Lauw kie In girang sekali melihat kedatangannya tamu muda ini.
"Lie Lauwtee, sudah lama kita tak bertemu!" kata ia dalam penyambutannya. "Aku sebenarnya niat kunjungi kau, sayang aku telah lupa alamat kau"
"Aku juga sudah lama ingin berkunjung kemari, sayang karena kebetulan dapat perkara dan sakit, baru hari ini aku bisa datang." Bouw Pek jawab.
"Tentang perkaramu itu, akupun dengar kabar. Tadinya aku berkuatir, tetapi kapan kemudian aku dengar kau dibantu oleh Tek Siauw Hong dan belakangan oleh Cie Siauw Pweelek, hatiku meujadi lega, sebab aku percaya, bantuan mereka pasti akan berhasil Aku hanya tidak ketahui, kapan kau keluarnya dan kesaduhannya kau dapat sakit"
"Sakitku lebih hebat daripada perkaraku" sabut Bouw Pek sambil menghela napas. "Sekarang aku sudah sembuh tetapi kesehatanku masih belum kembali seperti sediakala"
Sampai disitu, mereka lantas bicarakan urusan lain dan Bouw Pek segera timbulkan hal orang orang gagah dari kalangan Sungai Telaga.
"Ya, loo pianwtnuw, kau kenal atau tidak seorang muda she Jie yang menjadi anak yang kedua dan umuranya dua puluhan orang panggil Siauw Jie?" ia tanya kemudian.
Tentang orang she Jie yang aku kenal, sedikit sekali" Lauw Kie In jawab. Apa yang aku ketahui adalah almarhum kawanku,
Tiat jie tiauw Ji lauwko. Tentang orang muda ku lebih2 tidak ketahui sama sekali"
Atas jawaban itu Bouw pek tidak kata apa2, ia hanya lalu tanya pauwsoe ini apa ada kedatangan orang dari Soathoa boe dan tentang Beng Soe Ciauw apa sudah ada kabarnya.
"Beberapa hari yang lalu aku telah kedatangan seorang sobat kekal," Louw Kie ln menyahut. "ia katanya telah mampir di Soan hoa hoe dan ketemu Beng Eng Siang. Menurut sobatku ini, Beng Soe Ciauw masih belum pulang dan tidak ada kabar kabarnya Nona Jie matih tinggal dirumah keluarga Beng dan ibunya sedang sakit, katanya sakitku, berat. "
Bouw Pek terkejut dan berbareng lantas merasa kasihan pada Sioe Lian. Ia anggap nasibnya nona itu dan pamilinya malang sekali. Tapi kendati demikian, ia tidak kata apa2,
Mareka minum teh, buat sekian lama mereka sama sama bungkam. Kemudian mendadak Lauw Kie In bicara pula.
"Lie Lauwtee," ia kata, "kau tahu atau tidak, dua hoohan yang terkenal dari Holam akan datang ke Pakkhia ini untuk ketemu kau!"
"Apakah mereka bukannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin? " tanya Bouw Pek seraya bersenyum ewah.
"Benar" piauwsoe tua itu manggut. "Moh Po Koen dari Soe Hay Piauw Tiam sudah pergi lebih dan setengah bulan lamanya, maka boleh jadi bersama2 Biauw Cin San dan Thio Giok Kin ia akan lekas kembali. "
Bouw Pek tetap unjuk romannya yang gagah
"Jikalau tidak ada urusan ini. siang2 aku sudah pergi ke Yankeng" ia kasi tahu, "Sekarang aku justru sedang tunggui mereka. Biauw yin San itu tidak ada sangkutannya dengan aku, kami tidak bermusuhan. Tapi Kim chio Thio Giok Kin aku tahu adalah seorang jahat dan perbuatannya sewenang wenang, malah Jie Hiong Wan Jie Loo piauwtauw ialah yang desak sampai jadi matinya. Isterinya. Lie Mo ong Hoo Kiam Go pernah aku lukai dan dia sekarang barangkali masih meringkuk dalam penjara di lauwyang Oleh karena adanya permusuhan ini, aku dan Thio Giok Kin tentu adu jiwa.
Menyebalkan adalah Sioe Bie too Oey kie Pok! Jikalau ia benci aku, apa halangannya buat cari aku secara langsung? Kenapa didepan ia berlaku hormat dam manis padaku, tetap! dibelakangku ia seraya akan fitnah dan bikin celaka aku? Ini orang yang sangat kejam dan berbahaya!"
Begitu memangnya sifat Oey Kie Pok" berkata Lauw Kie In. "Maka itu aku puji dan kagumi Kim too Phang Bauw Ia datang kemari dengan kemurkaan, tetapi sesudah pieboe kalah, ia berlaku secara laki2. Sekarang ia berada dirumahnya di Cim cioe, dimana ia lewati penghidupan yang tenang tenteram, jikalau ada sobat dari kalangan Sungai Telaga cari ia. semua ia tolak ia tidak mau ketemu."
Kabar ini baru bagi Bouw Pek, maka ia pun menjadi kagum terhadap she Phang itu, yang beda dari pada saudara2nya
"Inilah sayang," ia pikir. "Kapan ada ketikanya, aku mesti sambangi ia ada harganya kau bertobat dengan laki laki sejati separti ia."
Sehabis, itu mereka masih kongkouw sekian lama, akhirnya baru Bouw Pek pamitan. Di Cian moei Toakay ia mampir dltoko pakaian, akan beli sepotong baju kapas, pendek dan panjang, yang ia duga cocok untuk Siauw Jie, sedang ditoko lain ia beli sepasang sepatu dan kopia untuk sobat itu. Dengan bawa belanjaan itu, melawan sampokan angin Cioe, ia pulang ke Hoat Beng Sie. Ia baru saja sampai dipintu perkarangan datang seorang dengan pakaian hijau hampirkan ia seraya menegor:
"Lie Toaya, apa kau baik ?"
Orang itu adalah budaknya Tek SiauW Hong dari Tong soe sam Hong.
"Ada apa kau datang kemari?" la tanya.
Bujang itu memberi hormat sambil bersenyum, tangannya merogo keluar sepucuk surat dari dalam sakunya.
"Baru saja ada datang orang dari Yankeng." menyahut ia. "Ia adalah orangnya loo-ya yang katanya membawa surat untukmu, toaya. Katanya looya kita akan lekas pulang"
Bouw Pek sambuti surat itu, ia kasi persen pada bujang itu, yang membilang terima kasih dan lantas berlalu, ia girang sekati, cepat cepat ia masuk kekamarnya akan buka suratnya Tek Siauw Hong.
Surat itu terdiri dari beberapa lembar. Ia segera baca: "Saudara Bouw Pek yang baik!"
Satu bulan hampir lewat sejak kita berpisahan. Kepergianku ini separoh karena titah separoh lagi buat urusanku peribadi. Tentang ini aku nanti tuturkan padamu, apabila kita sudah bertemu muka.
Ketika aku berangkat, saudara, kau masih terkurung dalam penjara, perkaranya belum diperiksa selesai, melulu karena ada bantuannya Tiat Siauw Pweelek aku berani paksa tinggalkan kau pergi. Sekarang aku percaya kau tentu sudah bebas dan merdeka.
Aku telah sampai di Yankia, lawat beberapa hari aku telah omong pada Siu chio Yo Samya tentang urusanmu. Ia ternyata perhatikan dan kagumi kau, hingga ia utarakan keinginannya untuk pergi ke Pakkhia buat ketemui kau.
Sslainnya ini, saudara, disini ada kabar girang untukmu! Kami telah kedatangan tamu agung Ia bukan orang lain dan pada orang yang saudara, sekalipun dalam impian, tak bisa lupai! Ia adalah hiaplie Jie Sioe Lian!
Membaca sampai disitu, Bouw Pek torcengang. Tapi karena ia sangat tertarik, ia membaca terus:
"Oleh karena adanya jodoh yang luar biasa itu saudaraku, pasti sekali aku akan berdaya untuk morecoki. Biarlah Kim cee dan Poo kiam dipasangi, baju merah dan baju hijau ditimpa?, supaya mereka yangan mencinta mendirikan rumah tangga!
Kapan ini dapat berwujud, aku Tek Siauw Hong pastilah telah berbuat banyak kebaikan!
Tidak lama sehabis nmngirimkan surat ini, bersama Sin chio Yo Samya dan nona Jie aku akan lekas berangkat pulang.
Dimana Perjalanan tidak jauh, tentulah kami akan lekas sampai! Maka, saudaraku, hayo kau lekas atur arak kegirangan, lekaslah untuk kita bcrpesta pora! Aku pujikan kau keselamatan dan keberuntungan!
Sekarang terimalah hormatnya Tek Siauw Hong, Yo Kian Tong dan Jie Sioe Lian
Setelah baca surat itu. Bouw Pek heran, girang dan masgul dengan berbareng. tetapi yang sudah terang adalah Tek Siauw Hong telah "main kayu"
"Benar benar aneh," pikir ia lebih jauh. "Baru saja Lauw Kie In kasi tahu aku yang nyonya Jie sedang sakit berat, kenapa sekarang Sioe Lian bisa berada di Yankeng dan hendak datang kemari? Apa bisa jadi yang nyonya Jie telah menutup mata?
Apa bisa jadi menurut bunyinya surat dari Siauw Hong si Sioe Lian telah berodia ataa menikah aku 7 Kalau ini benar, inilah hebat ! Bagaimana nanti, apabila Beng Soe Ciauw dapat jari? Tidak, bagaimana juga, perjodohanku pada Sioe Lian tidak bisa dirangkap ! Siauw Hong, ah kau main gila
Lantas saja anak muda ini menjadi masgul dan bingung, ia duduk menjublek seorang diri. ketika ia angkat kepalanya, ditembok ia lihat dua pedangnya tergantung. Melihat pedang, ia jadi ingat Siauw Jie.
"Siauw Jie benar beradat keras?" pikir ia. "Kenapa aku kasi diriku dilihat secara begini? Apa aku bukannya laki laki?
Kenapa aku tidak mampu tulad kekerasan hati Siauw Jie ?" Contohnya Siauw Jie kelihatannya berpengaruh juga
Ya aku mesti tolak Jie Sioe Lian karena terpaksa!" ia coba ambil putusan. "Aku tak usah perdulikan ia datang atau tidak, setelah hadapi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku harus berlalu dari sini."
Setelah ambil putusan demikian, Bouw Pek lemparkan suratnya Tek Siauw Hong keatas meja Sorenya ia keluar buat bersantap
diwarung arak, kapan ia telak pulang kembali ia terus naik tidur. Pada waktu tengah malam ia mendusin, kupingnya lantas dengar suara angin musim Cioe yang menderu deru diluar jendela. Jauh, dengan samar, ia dengar suara kentongan. Dalam kesunyian, ia merasa kesepian dan iseng. Ia jadi ingat Coei Siam, yang bersengsara, dan ia bayangkan Sioe Lian, dengan sepasang golok sebagai kawan, lagi lakukan perjalanan menuju ke Pakkhia. Akhirnya ia menghela napas seorang diri. Setelah pagi mendatang, ia berbangkit dari pembaringan dan pargi kelatar akan latih diri dengan pedangnya. Buat pasang omong ia pergi kedalam gereja, untuk cari hweeshio disitu. sebisa bisa ia hendak lupai urusannya Siam Nio dan Sioe Lian. Adalah diwaktunya bersantap tengah hari, Siauw Jie datang, maka Bouw Pek menjadi girang tak kepalang.
"Kau datang saudara, bagus " ia berseru. "Mari, mari coba dulu pakaian yang aku beli uatukmu"
Ia ambil seperangkat pakaian itu.
•Dengan tidak sungkan sungkan Siauw Jie coba pakaian itu. yang nyata cocok bagi tubuhnya. Iapun lihat kopiah dan sepatu baru Ia tahu Bouw Pak telah belikan semua itu untuk ia Air mukanya berobah sedikit, tetapi ia tidak kata apa.
Bouw Pek jumput turatnya Siauw Hong dari atas meja. "Lihat, saudara, Tek Siauw Hong telah kirim surat padaku,"
Bouw Pek berkata pula "Siauw Hong biang dalam suratnya ini bahwa Sin thio Yo Kian Tong akan datang ke Pakkhia " ia
merandek sebsntar dan bersenyum murung Dalam satu
hal,
Siauw Hong telah main gila!. "
Siauw Jie manggut, tetaoi matanya berada diatas kertas, ia membaca dengan penuh perhatian. kemudian tampak perobahan pada wajahnya yang perok, sedang giginya, bibir ia gigit keras dan rapatkan, sampai gigi itu menerbitkan suara keretakan. Membaca itu, ia manggut manggut dan paksakan diri bersenyum.
"Inilah bagus" la kata, seraya terus tepok pundaknya anak muda kita. "Paling dulu, toako, aku harus haturkan selamat padamu "
Tapi Bouw Pek tidak bergirang menerima pemberian selamat itu, bahkan tercengang.
"Tapi kau lihat, hiatee," barkata ia, "Bagaimana aku bisa terima baik main gilanya Siauw Hong itu ? Juga nona Sioe Lian sendiri belum tentu akan terima itu. "
"Kenapa tidak?" kata Siauw Jie dengan sungguh2. "Kau telah pieboe dengan Sioe Lian untak meminang dia. Kau juga telah tolong ia beberapa kali, seperti ditengah jalan kau bantu si nona dan ayabnya loloskan dri dari bahaya, bagaimana kau bantu nona itu mengubur mayat ayahnya, akan kemudian kau antar si nona dan ibunya dalam perjalanan jauh ke Soanhoa- hoe Budi kau itu, toako, dalam laksana lautan, tinggi laksana gunung.
Difihak lain, Beng Sioe Ciauw, sudah tinggalkan rumahnya, ia telah sia siakan bakal isterinya, terhadap siapa sedikitpun ia tak punya budi kebaikan, maka andaikata ia bisa muncul lagi, apa ia berani bilang?"
Siauw Jie bicara dengan sungguh sekali, suaranya tetap dan tenang, ia seperti paksa supaya Bouw Pek terima dan menikah Sioe Lian.
Bouw Pek heran melihat sikap ini. Memang ia sudah asah otaknya, ia sudah berdaya, ia tetap tak mampu pecahkan kecurigaannya. Tapi sekarang, dalam haluya Sioe Lian, bujang istal ini bersikap luar biasa, hingga menuruti akan kembali kecurigaannya anak muda kita. la lihat orang bersenyum tetapi itu bukan senyum sewajarnya. Mendadak ia sadar. seperti sadar dari tidurnya yang nyenyak. Dengan sekonyong- konyong, diluar dugaannya Siauw Jie, ia samber iengannya dan memegangnya dengan keras. lapun tertawa berkakakan!
"Hal, hiantee, kau anggap aku Lie Bouw Pek orang macam apa kata ia sembari berseru. "Apakah kau kira aku Lie Bouw pek adalah simanusia keparat, yang karena paras elok menjadi lupa daratan. Ha saudara, kau sekarang jangan kelabui aku lebih lama pula! Aku telah ketahui, siapa kau ini! Kau adalah orang yang sekian lama aku terus cari. Kau adalah Beng Soe Ciauw Dan sekarang nona Jie akan datang, inilah bagus, inilah bagus!. "
Siauw Jie kaget, mendengar orang berkata demikian, parasnya sampai berobah, mendadak ia kipaskan tangannya akan lepaskan diri dan lari keluar.
Bouw Pek tertawa geli.
"Kau lari, saudara, kenapa ?" borkata ia, yang terus mengejar keluar. Ketika ia sampai diluar bio Siauw Jie sudah berada di mulut jalan sebelah utara, dan kapan la telah msnyusul sampai disitu, anak muda itu sudah tidak kelihatan sekalipun bayangannya saja. Berdiri ditengah jalan besar, Bouw Pek celingukan, ia bingung dan sibuk.
"Apa benar2 Siauw Jie kabur?" pikir ia "Rasanya tidak" Ia laki2, kendati adatnya keras, dan kendati ia hanya bujang istal kalau ia pergi, tentu ia akan pamitan lebih dulu. Tapi, andai kata ia toh pergi dengan diam, mana ia bisa pergi jauh. Ia
tidak punya uang. "
Bouw Pek lantas lari pulang, buat ambil kopiah, kemudian keluar pula, dengan sewa kereta ia pergi ke Pweelek hoe.
"Baru sekarang aku merasa puas " pikir Bouw Pek selagi
ia bercokol diatas kereta "Begitu lama aku bekerja untuk Sioe Lian akan cari tunangannya, baru sekarang aku berhasil.
Nyata Soe Ciauw pemuda cakap dan gagah, ia pantas buat jadi pasanganya Sioe Lian. Sekarang ia kabur, tidak apa. Ia tentu tidak berani nikah Sioe Lian. sebab ia anggap dirinya miskin Lantaran ia keliru menyangka halnya perhubunganku dengan si nona. Rupanya ia tidak tega buat bikin aku berkecil hati, karena dengan adanya dia aku tidak bisa nikah Sioe Lian perasaan yang belakangan ini keliru. Ia nyata belum kenal hatiku. Ia mau berkorban untuk aku, terang ia tidak bisa lupai sinona. Lihatlah, Sampaipun buat robah she dan nama, ia tidak pakai she lain hanya she Jie! bukankah Jie itu berarti Jie dari dirinya sendiri. Jie dari Beng Jie Siauwya? Tidaklah itu menyatakan tentang perihal rasa hatinya yang sejati?"
Ingat demikian, Bouw Pek ingin betul bisa temukan anak muda itu. sampai Siauw Hong dan Sioe Lan datang supaya mereka berdua bisa dinikahkan. Dengan mereka menikah, ia juga berbareng bisa lupakan Sioe Lian.
"Lekasan sedikit!" ia lalu kata pada tukang kereta.
Kapan sebentar kemudian lantas sampai ke Pweelek hoe paling dulu la pergi ke istal akan cari Siauw Jie, tetapi seorang bujang beritahukan, bahwa Siauw Jie. telah pergi sedari tadi dan belum kembali.
"Aku sekarang mnu keremui Jie ya." Bouw Pek pesan bujang itu, kalau sebentar Siauw Jie pulang kau jangan kasih ia pergi lagi, kau lekas2 kasih tau padaku" Setelah pesan begitu. Bouw Pek masuk ke dalam.
Beruntung beginya, Tiat Pweelek kebetulan ada dirumah, pangeran itu sambut ia dengan luar biasa gembira ia girang hingga kegirangan itu terpeta nyata pada wajah mukanya.
"Aku lihat cahaya mukamu sangat terang rupanya kabar girang telah datang padamu " Tiat Pweelek menegor lebih dulu. Bouw Pek heran, hingga ia melongo.
"Apa artunya ini, Jie ya?" ia tanya.
"Kemarin aku telah terima suratnya Tek Siauw Hong" pangeran itu jawab sambil tertawa. "Ia bilang ia akan lekas pulang. barsama Sin Chio Yo Kian Tong dan nona Jie Sioe Lian! Ia bilang juga dalam suratnya itu, bahwa sinona Jie adalah nona gagah dari jaman kita ini, bahwa kau dulu pernah pieboe dengan ia untuk merangkap perjodohan Siauw Hong bilang, si nona sekarang datang ke Pakkhia untuk cari kau, maka Siauw Hong berniat, begitu lekas mereka sudah sampai disini, akan rangkap jodoh kau berdua, supaya kau bisa dirikan rumah tangga yang beruntung!
Bouw Pek teitawa, tetapi kemudian ia menghela napas. "Jieya tidak ketahui, urusan sebenarnya ada lakonnya yang
panjang" ia berkata. "Dan sekarang aku datang pada Jie ya justru dengan maksud mohon bantuan kau untuk bereskan
urusannya nona Jie itu."
Mendengar demikian, Tiat Pweelek berhenti bersenyum. "Cobalah jelaskan," ia kata
Anak muda kita lantas berikan keterangannya, mula2 tentang pamili Jie itu, kemudian perihal bagaimana ia didustakan oleh sobatnya hingga ia pieboe dengan nona Jie, hingga ia jadi kecete. sebab sinona sudah punya tunangan, lantaran malu ia jadi berangkat kekota raja. Ia juga ceritakan perihal musuh pamili jie, bagaimana perkelahian telah menjadi, bagaimana ia bantu pamili itu sampai ia mengantarkan sampai di soanhoa Segala apa ia menutur dengan jelas, begitupun tentang lenyapnya Bcng Soe Ciauw, hingga ia turut membantu akan cari anak muda itu. Tiat Pweelek tertarik hatinya, apabila ia sudah dengar semua ia sampai menghela napas.
"kalau begitu, peruntungan nona Jie malang sekali" ia kata. "Dan kau mencinta melulu mencinta, wujudnya tak ada,
aku harus menyatakan menyesal terhadap kau "
Tapi Bouw Pek segera unjuk roman sungguh
"Tidak demikian, Jieya" ia berkata. "Kelihatannya Jieya masih belum mengerti betul tentang aku. Benar tadinya aku mengharap dan menyintai nona Jie, tetapi begitu lekas aku ketahui ia sudah tidak merdeka, aku lantas lupai dia. Melulu karena kami telah berkenalan dan aku ingat nasibnya yang malang itu, aku selalu masih suka perhatikan ia. Beng Su Ciauw itu katanya pemuda gagah, aku ingin cari ia, supaya ia bisa menikah nona Jie. Sejak sampai di Pakkhia ini, aku sudah dengar keterangan, aku sudah minta bantuan disana sini untuk cari dia. Setengah tahun hampir lewat sejak daya upayaku itu, adalah baru hari ini aku dapat cari Beng Su Ciauw itu"
Tiat Pweelek menjadi sangat tertarik.
"Jadinya Bsng Su Ciauw itu berada di Pakkhia ini?" ia tegaskan. "Bagaimana tentang bugeenya?"
Bugee adalah yang pangeran ibi tanya paling dulu ! "Beng Su Ciauw lebih muda dua tahun dariku, tetapi
bugeenya tinggi, lebih ilmu pedangnya" bouw Pek kasi tahu. "Aku pernah piebu dengan Beng Su Ciauw, aku telah keluarkan seantero kepandaianku, kesudahanaya kami berimbang. Aku rasa ilmu Lweekangnya barangkali lebih tinggi dari aku, Ringkasnya, Beng Su Chuw adalah tandingan satu2nya yang aku pernah ketemukan sejak aku mengembara. M«ka kalau ia datang pada nona Jie. mereka adalah pasangan yang sembabat!"
Bukan main tertariknya panteran Boan ini.
"Kau telah dapat cari ia, kenapa kau tidak mau undang ia untuk datang kemari?" ia kata. "Aku ingin sekali menyaksikan kepandaiannya. Dan kalau nanti Tek Siauw Hong datang bersama nona Jie, kita boleh atur hingga mereka bepdua menikah, dengan begitu berdua maksud mereka kesampaian, dan kita telah lakukan suatu perbuatan yang baik sekali!"
Bouw Pek tertawa buat dengar dan lihat tingkahnya orang bangsawan ini.
"Aku telah dapat cari Beng Su Cauw aku telab cekal ia, namun ia bisa loloskan diri dan lari" ia terangkan
Tiat Pweelek mengawasi dengan tajam, ia sangka oraug hendak permainkan ia. Ia unjuk roman yang menyatakan tidak puas tapi Bouw Pek torus bersenyum.
"Coba tebak, Jieya, siapa Beng Su Ciauw itu?" ia tanya.
Tapi sebelum dapat jawaban, ia sudah melanjutkan: "Dia itu bukan lain daripada Jieya punya Siauw Jie"
Mau tidak mau, Tiat Siauw Fweelek menjadi melengak. "Apa? Siauw Jie berkepandaian demikian tinggi?" ia tanya
kemudian.
"Benar, Jieya !" Bouw Pek pastlkan "Ia memang punya kepandaian tinggi, terhadap Jieya aku tidak berani mendusta atau omong main2. Dengan sebenarnya, orang sebagai Beng Su Ciauw, melainkan aku seorang yang sanggup layani ka!au manusia bangsa Oey Kfe Pok mereka itu mesti rubuh!"
Sampai disitu, Bouw Pek jelaskan bagaimana malam itu ia telah pieboe dengan Siauw Jie, yang datang dengan menyamar untuk mencuri pedang, sedang lebih dulu dari pada itu ia memang sudah tertarik paia Siauw Jie, yang berani campur mulut selagi ia layani pwealek itu pieboe, hingga seterusnya ia cari tahu hal ihwalnya. Ia unjuk, bagaimana malam itu Siauw Jie kabur tapi besoknya datang pula memulangkan p«dang, bagaimana Siauw Jie rawat ia selama ia sakit hingga selanjutnya mereka jadi sobat
"Selama itu aku tetap tidak ketahui rahasianya" Bouw Pek menutur lebih jauh "Aku telah minta ia robah cara hidupnya supaya ia tidak lagi jadi bujang istal, aku hendak tudaya menolong ia, tapi ia menam pk malah ia pesan aku agar aku tidak omong suatu apa tentang ia terhadap Jieya ia kata ia tidak ingin namanya jadi terkenal, ia kuatir nanti terbit onar yang tak diinginkan. Tadi ketika ia ketahui nona Jie akan datang, ia telah bujuk aku buat nikah nona itu, sedang difihak lain ia nyatakan, bahwa ia mau pergi keselatan dan untuk selamanya ia tidak niat kembali ke Utara ini. Dari sikapnya ini aku justeru jadi curigai ia semakin keras. Dengan tiba2 aku cekal ia dan Beng soe Ciauw, apamau ia loloskan dir1 dan kabur, barusan aku susul ia diistal, katanya ia belum kembali. Begitulah maka sekarang aku datang pada Jieya. maksudku minta bantuan Jieya guna tahan ia supaya kita bisa recoki perjodohannya dengan nona Jie..."
Setelah dengar keterangan Itu, buat sesaat Tiat pweelek melongo, mukanya lantas berobah menjadi merah bahna jengah.
"Benar benar aku punya mata, tetapi tidak ada bijinya! ia akui kemudian. "Sudah hampir satu tahun Siauw Jie tinggal sama aku, kenapa aku tidak ketahui ia sebenarnya pemuda gagah? Coba orang luar ketahui ini ,apa orang tidak akan tertawai aku dan katakan aku sudah tidak pandang mata pada orang pandai?"
"Duduknya hal yang sebenarnya bukannya demikian, Jieya, "Bouw Pek menghibur. "Sebenarnya bukan Jieya yang tidak mampu melihat orang, hanya adalah Beng Soe Ciauw yang sangat pandai selimuti diri! Bagaimana Jieya bisa menduga, yang didalam istal bisa ada orang pandai seperti ia?"
Tiat Pweelek manggut?:
"Aku mengerti omongan kau" kata ia "Kau dan Beng Soe Ciauw tidaklah kecewa menjadi orang orang gagah sejati. yang bisa memandang jauh. Msnurut aku, Beng Soe Ciauw kabur dari Soanhoa boe bukan melulu disebabkan kekuatirannya terhadap musuh-masuhnya, itu hanya disebabkan oleh soal lain. yang masih gelap bagi kita. Mustahil orang gagah seperti ia mesti takut musuh sampai mesti umpatkan diri, tukar she dan nama? Kenapa ia mesti siksa diri bersembunyi diistal dan menuntut penghidupan demikian sengsara? Bahwa ia telah menyingkir dari kau, itulah tentu disebabkan ia ketahui adanya perhubungan diantara kau dan nona Jie dan ia menyangka perhubungan kau itu sudah mendalam, maka ia mau mengalah. Tentu ia mengalah sebab ia tidak mampu menikahi nona itu dan agar hatimu tidak menjadi terluka. Dimana kau telah ketahui rahasinya, aku percaya ia tidak akan balik lagi kesini. Maka aku pikir bila nanti nona Jie sampai disini, baiklah kau terima ia dan menikah
Anggaplah Beng Soe Ciauw sudah mengalah dan kau yang gantikan ia. Menurut aku, kejadian ini tidak melanggar aturan."
Bouw Pek dengar ucapan itu dengan unjuk senyuman tawar.
"Melanggar adat sih tidak, tetapi pada liangsim, bagaimana aku bisa pertahankan itu?" ia bilang. "Aku telah kenal Beng Soe Ciauw dengan baik, ia telah tolong aku selama aku sakit, bagaimana sekarang, bukannya aku berdaya buat balas budi itu, aku justru rampas tunangannya? Sekalipun aku binatang, tidak nanti aku lakukan perbuatan tidak pantas seperti itu !
Maka sekarang Jieya tidak bisa tidak, aku mesti cari Soe Ciauw sampai depat, atau kalau nanti nona Jie sampai disini, aku tidak ketemui dia!"
Tiat Pweelek goyang goyang kepala dengan berbareng merasa kagum. Beng Soe Ciauw keras kepala dan aneh tetapi juga anak muda ini tidak kurang koekoaynya.
"Sekayang baiklah kita tunda dahulu semua hal. mari aku berdaya akan cari Siauw Jie" ia bilang akhirnya sambil tertawa "Aku tidak nyana Siauw Jie bisa bodohi aku begitu lama! Kalau nanti aku dapati dia, aku ingin saksikan sampai dimana liehaynya boegeenya"
Pangeran ini lantas perintah Tek Lok pergi keistal buat pesan semua bujang, kalau Siauw Jie pulang, tukang roskam itu jangan dikasi pergi kemana mana kecuali kalau dia sudah ketemu padanya, dan sesuatu bujang lainnya ditanya, siapa yang tahu Siauw Jie suka pergi kemana, supaya dia lekas dicari buat dipanggil pulang
Selama menantikan, Tiat Pweelek ajak Bouw Pek omong hal lainnya, seperti urusannya Oey Kie Pok, Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. Sampai sekian lama Siauw Jie belum juga muncul. Tiat Pweelek mau beristirahat, ia pergi kedalam dan tamunya diminta terus duduk sendirian akan menunggui
Oleh karena soak Bouw pek ambil buku dan kitab buat dilihatnya, tapi sampai lama juga masih saja Siauw Jie belum kembali dan kabar dari bujang lainnya juga tidak ada, hingga ia jadi tidak sabar.
Raja muda ini dapat lihat orang tidak sabar.
"Bouw Pek, jangan kau ibuk tidak karuan" menghibur raja muda ini. "Unpama kata Siauw Jie benar benar pergi dan tidak kembali, kau juga tidak usah buat pikiran. Kalau si nona Jie nanti sampai disini, suruh saja dia sendiri cari tunangannya itu.
Bouw Pek berdiam, ia menghela napas. Sekarang ia menyesal, kenapa pada Siauw Jie ia omong halnya Sioe Lian serta kasi lihat surat Siauw Hong, hingga sekarang menyebabkan onar semacam ini. Ia bingung bagaimana ia harus menjawab andai kata Sioe Lian telah sampai dan tanyakan ia tentang tunangan itu Menjawab dengan mendusta ia malu, tapi ia tidak memberi keleterangan pun salah juga......
Tiat Pweelek tahan lebih jauh anak muda ini, ia perintah koki lekas sediakan barang hidangan dia bsrsama sama sianak muda ia duduk bersantap.
Menurut Tiat Pweelek, urusannya Beng Soe Ciauw dan Jie Sioe Lian mudah cuma aneh, tetapi dimatanya Bouw Pek urusan itu sangat sulit dan memusingkan kepala, maka juga tidak heran, kendati barang makanan lezat semua, makannya tidak bernapsu.
Sampai maghrib, Tek Lok yang pergi ke istal telah balik dengan warta:
"Siauw Jie benar benar tidak pulang"
"Aku lihat betul betul anak itu tidak akan kembali!" kata Tiat Pweelek akhirnya. sambil tertawa, tangannya mengangkat cawan arak. "Biarlah ia pergi! Kau jangan banyak pikir, sudah cukup bagimu yang kau telah lakukan kewajibanmu untuk mereka berdua. " Bouw Pek manggut, ia tidak bilang apa2 karena ucapannya pangeran itu tidak bisa hiburkan ia, hingga ia bisa merasa lega. Tidak lama mereka berhenti dahar dan minum tapi tuan rumah masih layani tamunya duduk minum the beromong omong lebih jauh,
Sedikitnya Tiat Pweelek sudah terkena pengaruh air kata. "Bouw Pek" kata ia akhirnya, "malam ini kau tidak usah
pulang, kau nginap saja disini" Tapi anak muda kita menolak.
»Tidak bisa, Jieya" ia menyahut "aku perlu pulang. Siapa tahu kalau Beng Su Ciauw telah menantikan aku digereja"
"Bila demikian, baiklah kau boleh pulang, tetapi besok kau mesti kembali kemari," berkata Pweelek itu. "Disini kau jangan kuatir, kalau Bang Su Ciauw kembali, aku pasti akan tahan dia"
Setelah kata begitu, Tiat Pweelek menguap, tubuhnya disenderkan dipambaringan.
Bouw Pek tahu yang pangeran itu sudah ngantuk. maka ia lantas pamitan Ketika ia keluar dari istana, langit sudah berobah menjadi gelap. Ia pulang dengan sewa kereta. Kapan ia masuk dlpekarangan bio ia lihat daun2 rontok berarakan, ia bertindak ke kamarnya, ia harap Beng Su Ciauw ada didalam sedang menantikannya, siapa tahu ia hanya masuk dalam kamar yang gelap dan kosong. Ia lantas pasang api. Tatkala ia melihat ketembok, ia terperanjat, karena pedangnya tinggal satu, yang hilang adalah pedang mestika dari Tiat Pweelek, yang Su Ciauw pinjam secara mencuri tapi segera diantarkan pulang kembali. Dan kapan ia memandang keatas meja, ia lihat pit, bak dan bakhie malang melintang, diantara itu ada sepucuk surat. Ia segera sambar surat itu, buat baca bunyinya, seperti berikut:
"Toako Bouw Pek "
Sekeluarnya kau dari kamar ini, aku lantas kembali dan ambil sebuah pedang dan segera dihari itu juga aku berangkat meninggalkan Pakkhia Aku minta taako tidak usah mensiakan ketika aku pergi susul atau cari aku. Bertahun tahun aku merantau dan terlunta lunta, sekarang aku akan mulai lagi penghidupan itu, Aku punya ayah dan ibu, tetapi dengan mareka itu aku tidak bisa ketemu lagi. Apakah artinya penghidupan macam ini?
Diantara nona Jie dan aku memang ada perhubungan perjodohan, tapi jodoh tinggal jodoh, untuk mewujudkan itu tidak ada. Maka, toako, andai kata kau cintai nona itu, silahkan kau lamar ia dan menikah. bagiku tidak ada halangan suatu apa.
Dengan kepergianku ini barangkali aku tidak akan kembali ke Utara. Umpama masih ada jodoh diantara kita dilain waktu bisalah kita bertemu pula. Maka itu dengan jalan inii aku ambil selamat berpisah dari toako. Terimalah hormatnya
Jie Jie" Bouw Pek jadi mendongkol.
"Beng Su Ciauw, kau seperti juga permainkan aku!" kata ia dalam hatinya. "Apakah kau anggap aku Lie Bouw Pek bukannya laki2, bukannya hoohan?"
Ia lempar surat itu, lalu duduk bingung.
Dengan jalan memutar dan umpatkan diri, Siauw Jie menghilang dari matanya pemuda itu, setelah ia lihat pemuda itu menuju ke pweelekhu, ia segera balik ke kamarnya buat ambil pedang kuno itu dan tulis suratnya, yang ia tinggalkan diatas meja. Coba ia punya uang, pasti ia sudah lantas tinggalkan Pakkhia. Tapi karena sakunya kosong ia terpaksa menunggu sampai malam, pada kira jam empat ia pergi ke Pweelekhu, dimana ia telah lakukan suatu perbuatan yang berani.
Tiat Siauw Pweelek sudah menikah banyak tahun dan ia juga punya seorang gundik, meski demikian ia tidak terlalu suka berdiam dikamar isteri atau gundiknya itu, ia lebih suka tidur sendirian dikamar tulis.
Demikian hari itu, lantaran dapat Lie Bouw Pek sebagai kawan, ia sudah minum sampai agak sinting. Ia susah pulas.
Diluar jendela, suara angin terdengar nyata, bawa udara dingin. Untuk besarkan api, Tiat Pweelek berbangkit, kemudian ia lihat jam, yang telah mengutarakan pukul tiga lewat. Tiba2 ia ingat halnya Siauw Jie, sebagaimana tadi siang Bouw Pek ceritakas padanya,
"Entah sekarang sudah pulang atau belum " demikian
ia pikir, ..menurut ceritanya Lie Bouw Pek, ia benar2 seorang luar biasa Andai kata ia benar2 gagah, seharusnya ia tinggal padaku sebagai kauwsu atau pahlawan, aku pasti tidak akan perlakukan ia secara sembarangan. Biarlah dua hari lagi Siauw Hong datang bersama2 si Nona Jie aku nanti recoki jodoh mereka, supaya mereka menikah. Kenapa ia dan Bouw pek main saling mengalah? Kenapa ia hendak jauhkan diri?
Kenapa ia umpatkan diri, tukar she dan nama dan tidak mau angkat muka dihadapan orang banyak? Rahasia apa yang ia sembunyikan? Kenapa ia tidak mau menikahi Nona Jie dan lebih suka mengalah terhadap Bouw Pek?" ia curigai anak muda itu, karena Bouw Pek pernah pieboe dengan si nona dan antarkan sinona dalam suatu perjalanan jauh, hingga ia kuatir di antara Nona Jie dan pemuda itu ada perhubungan kecintaan Kecurigaan semacam ini memang bisa timbul....
Apakah oleh karena kecurigaan ini maka ia mau menyauhkan kaki diluar kamar.
Pangeran ini menduga duga dengan tidak ada hasilnya Justeru ia sedang berpikir terus tiba2 kupingnya dapat tangkap suara tindakan kaki diluar kamar.
"Apa Tek Lok disitu?" ia menanya, karena ia duga hambanya mendusin.
Tidak ada jawaban, kendati juga teguran itu diulangkan dua kali. Tentu saja pangeran ini jadi heran dan curiga, maka ia lompat turun dari pembaringannya dan sambar pedangnya. Ia berniat keluar akan melongok.
Belum sampai orang bangsawan ini bertindak masuk.
Orang ini puoya roman cakap dan gagah, terutama sepasang matanya tajam. Mula2 Tiat Pweelek terperanjat, tetapi lekas juga ia kenalkan Siauw Jie, maka ia terkejut berbareng girang luar biasa. Hingga sambil tertawa ia mendului menegor.
"Siauw Jie kau datang, bagus" demikian serunya. "Satu hari lamania aku dan Bouw Pek telah tunggui kau! Duduklah dan dengarkan aku bicara Jangan kau nampaknya kesusu.
Sekarang aku ketahui kau adalah Beng Su Ciauw, kau boleh penrcaya aku, kesukaran apa juga kau hadapi, aku sanggup bantu kau
Setelah kata begitu, pangenran ini menunjuk kurdi dipinggiran. Sikapnya manis, suaranya sabar.
Siauw Jie unjuk hormatnya sambil tertawa ia mendului menegor, tetapi ia tidak mau duduk, hanya berdiri disamping dengan Sikap merendah:
"Jieya aku sekarang mau pargi" ia berkata. "Aku hendak pinjam seekor kuda, dari itu aku tidak bisa tidak memberi tahu pada Jieya"
Sehabis kata begitu, ia balik tubuhnya hendak berlalu. Tiat Pweelek. yang sudah duduk duluan, lekas berbangkit,
tangannya ia ulurkan pegang tangannya anak muda itu. "Jangan kau pergi" ia kata. "Aku hendak omong banyak
padamu"
Tapi Beng Su Ciauw dengan cepat sudah berada, diluar kere.
"Apa yang Jieya mau bilang, semuanya aku sudah dapat tahu" ia kata. "Tapi sekarang aku mesti pergi, tidak bisa lain"
Tiat Pweelek tidak mau lepaskan bujang istal ini, ia memburu keluar, tepi kapan ia sampai diluar, Bang Su Ciauw sudah lenyap berikut bayangannya, cuma angin dingin yang menyambar orang bangsawan ini.
Tiat Pweelek dongak kegenteng ia memandang dengan melongo. Ia ketahui Beng Soe Ciauw sudah menghilang diwuwungan rumah dan ia sudah tidak mampu ilmu loncat tinggi dan ilmu entengkan tubuh. Mata kesudahannya ia jadi masgul dan mendongkol sendiri. "Belum pernah aku ketemu orang aneh seperti dia. " ia
kata dalam hatinya sambil menghela napas. Dengan lesu ia bertindak masuk. Diluar kamar ia lihat Tek Lok sedang meringkuk dangan nyenyak.
"Tek Lok, Tek Lok?" ia memanggil bangun. "Ada penjahat masuk kedalam kamar, tapi kau enakkan tiiur saja!
Tek Lok merayap bangun matanya kesap kesap. "Ada apa ada apa?" ia taaya berulang ulang. "Lekas bangun!" berseru pangeran itu yang jadi
mendongkol, hingga ia sentil kuping orang "Kenapa kau tidur seperti bangkai hidup?"
Baru sekarang Tek Lok bangun dengan kelabakan, sembari pakai bajunya, ia kata
"Masih belum terang tanah, kenapa Jieya sudah bangun?" "Ada arang!" menyahut raja muda ini. "Tadi ada orang
tidak dikenal diatas genteng, aku mendusin karena dengar suara apa" rupanya ia seperti Siauw Jie. maka pergi kau keistal, lihat Siauw Jie ada disana atau tidak! Periksa juga apa ada yang hilang. Tapi ingat, kau tidak boleh bikin banyak ramai"
Tek Lok menurut dengan terpaksa dengan melawan hawa dingin ia pergi keistal, tetapi didalam hatinya ia tidak habisnya merasa heran:
"Jie ya aneh" demikian ia pikir. "Tadi siang Seantero hari Jieya ibuk mencari Siauw Jie sekarang sudah tidur, sudah malam, ia masih tidak bisa lupai tukang roskam itu. Apa bisa jadi Jieya sedang mimpi dan masih belum sadar? Apa perlunya Siauw Jie datang kemari dan apa perlunya malam Jieya cari dia?"
Sesampainya diluar, Tek Lok banguni dua kawan, buat mereka itu temankan ia pergi keistal.
Tiat Pweelek telah masuk kedalam kamarnya dengan perasaan masgul. Ia terus pikirkan halnya Beng Su Ciauw Jie atau Jie Jie.
Setelah lewat sekian lama, barulah Tek Lok balik dengan tersipu, dengan napas memburu. "Jieya, benar2 aneh" ia berseru begitu lekas ia sampai didepan majikannya. "Siauw Jie tidak kembali, tetapi pintu istal telah terbuka, begitu juga pintu pekarangan dan kuda hitam Jieya telah lenyap "
Tiat Pweelek unyuk senyuman dingin, ia tidak menjadi kaget, kendati ia tetap merasa heran.
"Mari" kata ia dan segera berbangkit
Tek Lok siap dengan lenteranya buat antarkan majikannya ini, yang mau pergi sendiri keistal, kemudian, setelah dapat kepastian dari lenyapnya kudanya, ia lantas kasi bangun semua cintengnya dan beberapa bujang lain.
"Pergi kau keperbagai pintu kota!" demikian ia menitah, "Justeru pintu kota belum dibuka, kau mesti susul dan cari Siauw Jie, siapa dapat menyandak, ia mesti bawa pulang Siauw Jie bersama kudanya"
Semua cinteng dan bujang merasa heran, tetapi karena titah itu penting, dengan tidak banyak omong lagi. Mereka bawa lentera dan pergi dalam rombongan berdua atau bertiga. Mereka menuju ke berbagai pintu kota, dengan lawan serangannya hawa dingin.
Seterusnya sampai pagi Tiat Pweelek tidak tidur lagi.
Sesudahnya terang tanah, semua cinteng dan bujang telah pulang dengan beruntun, laporan mereka serupa, yaitu Siauw Jie dan kudanya tidak dapat dicari, sedang waktu pintu kota dibuka, pemeriksaan dilakukan dengan bantuan penjaga kota, tetap tiada hasilnya.
Pangeran Boan ini menjadi sangat heran.
"Apakah bisa jadi sampai sekerang ia belum keluar dari kota? " ia pikir. Ia hampir penasaran dan hendak kasi titah supaya gerbang pintu kota dijaga keras, baiknya ia baca berpikir lebih jauh: "Ah, sudahlah, biarlah kuda itu aku kasi persen padanya"
Tidak jadi monyusul Beng Su Ciauw, ia perintah orang pergi undang Lie Bouw pek. Anak muda kita datang tak lama kemudian, ia banting kaki apabila telah diterangkan tentang Siauw Jie datang dan pergi dengan pinjam kuda secara paksa.....
"Benar2 hebat " berkata ia dengan menyesal .Ketika kemarin aku susul kemari, ia justeru balik dan masuk kekamarku akan tulis surat dan ambil pedang kuno yang Jie ya berikan kepadaku, aku tidak sangka, bahwa ia akan datang kemari untuk pinjam kuda. Ia sudah punya kuda dan pedang ia pasti kabur jauh hingga tidak ada harapan lagi akan kita bisa cari atau susul dia. "
"Tentang kuda itu aku tidak pikir lagi" Tiat Pweelek kata, "aku hanya tidak habis pikirkan kelakuan Su Ciauw yang aneh itu! Ketika tadi malam ia datang, aku tidak sangka. bahwa ia akan hendak ajak ia omong banyak, supaya ia jelaskan kesukaran atau kesulitannya padaku, siapa tahu, dengan tidak memberitahukan Su Ciauw yang aneh lantas angkat kaki "
Bouw Pek kerutkan alis.
"Tatkala aku berada di Soanhoanhu, aku juga dengar yang putera kedua dari Beng Loo piaow tauw beradat kukoay, sekarang aku teiah buktikan kebenarannya keterangan itu" berkata ia. "Ia sekarang sudah kabur, jikalau aku tidak sanggup cari bagaimana nanti aku memberi keterangan pada nona Oyie Siu Lian?"
Tiat Pweelek turut menjadi bingung dan masgul, tetapi kemudian ia kata :
"Aku kasi nasehat padamu, supaya urusan ini kau jangan pikir pula banyak? Oleh karana sudah pasti kau tidak berniat menikahi nona Jie, orang lain niscaya tidak bisa paksakan itu padamu, kalau nanti nona Jie datang, kau boleh ceritakan padanya semua kejadian yang sebenarnya, bahwa Beng Su Ciauw lari bukannya lantaran desakan kau. niscaya nona Jie tidak bisa sesalkan atau persalahkan kau. Sekarang yang penting adalah halnya Teng-couw hie Biauw Cin San dan kim chio Thio Giok Kin. Kau harus pikir biar matang, kau sebenarnya sanggup layani mereka itu atau tidak. kau mesti ingat, sekarang kau baru saja sembuh dan tenagamu mestinya masih belum balik pulang semuanya jikalau karena kalah tenaga kau menjadi kena dikalahkan, tidak saja pamormu menjadi jatuh, juga muka terangku akan turut2 monjadi guram "
Mendengar demikian, Bouw Pek unjuk sikapnya yang garang.
"Tentang ini aku minta supaya Jieya jangan buat kuatir!" ia kata dengan sungguh2. Bukannya aku tekebur, tetapi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin itu aku sama sekali tidak pandang sebelah matapun. Aku hanya menyesal yang Beng Su Ciauw sudah pergi dari sini. jikalau ia ada dan membantu aku, sekalipun ada delapan atau sepuluh Biauw Cin San berikut Thio Giok Kin, aku tidak jetih barang sedikit juga!"
Tiat Pweelek bsrsenyum kapan ia dengar itu dan lihat sikap orang yang keren tetap jumawa.
"Bouw Pek benar gagah dan berani. " berpikir ia. "Aku
harap supaya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin lekas datang, agar aku bisa saksikan pertempuran mereka "
Lie Bouw Pak tidak berdiam lama sama Tiat Pweelek, oleh karena pikirannya kusut sekali, ia pamitan dan pulang ke Hoat Beng Sie Ia sangat berduka. Memikir Beng Su Ciauw, ia masgul bsrbareng mendongkol dan kagum. Ia mendongkol karena ia ditinggal mentah2, la masgul lantaran mesti berpisah, dan ia kagum buat keberanian dan kekerasan hati orang.
"Kalau nanti Siu Lian sampai disini, aku tidak bisa ketemui dia" ia berpikir lebih jauh.
Sementara itu, sore itu Cia Loo mama, yalah ibunya Siam Nio, telah datang mencari anak muda kita. kabarnya adalah sakitnya Ciu Siam bertambah berat, bahwa si nona setiap waktu menangis saja....
Kabar ini mendukakan anak muda kita, akan tetapi ia tidak kentarakan itu.
"Itulah hasil perbuatan kau sendiri, aku tidak berdaya untuk menolong." ia kata. la hanya menghela napas. "Sekarang terimalah dua puluh taii perak dari aku, kau pakai itu sepertinya, aku sendiri tidak bisa pergi lagi akan ketemui ia.....-
Benar Bouw Pek ambil dua puluh tail dan serahkan itu pada si nyonya.
"Sekarang lekaslah kau pulang, kau panggil thabib atau beli obat untuk cui Siam, aku lagi ruwat pikiran, aku tidak bisa omong banyak" ia kata.
Cia Mama. terima uang itu, ia menghaturkan terima kasih.
Dasar doyan omong, masih saja ia mau ngoce buat unjuk bahwa pemuda itu berhati murah tapi Bouw pek tidak mau meladeni, hingga akhirnya nyonya itu pergi sendirinya. Adalah setelah orang berlalu, baru ia menghela napas berulang-ulang, beberapa kali ia banting kaki...
"Terang selama satu tahun ini, kesulitan saja yang aku hadapi " ia kata seorang diri dengan masgul. "Selagi
ketemu Siu Lian, selagi ketemu Cui Siam, selagi ketemu Beng Su Ciauw. semua itu ada kesukaran belaka. Kalau aku tidak
tengok Cui Siam aku sebenarnya keterlaluan, tetapi apabila aku peigi padanya, bagaimana andaikata aku
kena terlibat pula?. Aku telah berikan uang, aku rasa aku
telah cukup lakukan kewajibanku "
Benar Bouw Pek bisa keraskan hati akan tidak tengok Cui Siam
Sementara itu, selang beberapa hari, tentang Beng Su Ciauw tetap tidak ada kabar ceritanya, begitupun perihal Biauw Cin San dan Thio Giok Kin yang katanya diundang oleh Moh Po Kun, sedang piauwsu itu tidak terkabar sudah pulang ke piauw tiamnya
Seantero hari nganggur saja, setiap saat pikirannya kusut Bouw Pek jadi lenyap kegembiraannya, hingga akhirnya ia pikir baik berlalu saja dari kota raja. Dari pamannya pun ia tidak dengar kabar apa2 perihal pekerjaan yang ia cari.
"Baiklah aku pergi papaki Biauw Cin San dan Thio Giok Kin" demikian ia ngelamun akhirnya. Tapi, sebelum pikiran ini diwujudkan, tiba2 Tek Siauw Hong pulang dari perjalanannya bersama2 ketua dari Coan Him Piauw Tiam dari Yankeng, yaitu Sio chio Yo Kian Tong, sedang seorang kawan lainnya adalah tunangan Beng Su Ciauw, orang yang dibuat kenangan Bouw Pek, yalah nona Jie Siu Lian, hingga anak muda ini menjadi ibuk sendirinya......
Sioe Lian terus hadapkan kesukaran dan kedukaan dengan berdiam dirumah keluarga Beng, sudah ia dukai ayahnya yang telah meninggal dunia secara kecewa, sekarang ia kuatirkan ibunya, yang terus terganggu kesehatannya sedang dipihak lain, ia masgul kapan ingat tunangannya yang tidak ketahuan kamana parannya, sementara tentang "kaburnya" tunangan itu ia sukar peroleh keterangan yang jelas. Sebenarnya ia tertarik oleh Bouw Pek, hal ihwal siapa yang pertama kali datang pieboe untuk memasang ia kata hui dengan jelas. la dapat kenyataan, kecuali gagah, Bouw Pek cakap dan hatinya mulia. Difihak lain, pemuda itu telah melepas banyak budi terhadap pamili Jie. Tapi kendati adanya semua itu, sebagai seorang yang insyaf ia tidak bisa serahkan hatinya pada orang she Lie itu. la sudah tidak merdeka dan mesti tunggu Beng Soe Ciaw tidak pcrduli tunangan itu telah hilang lenyap entah kemana.
Demikian kesukarannya Sioe Lian, demikian juga bersusah hatinya nyonya Jie. Ia memang telah dirongrong oleh penyakitnya yang lama, yang suka kumat, sekarang ia mesti dukai suaminya, ia mesti pikirkan nasib gadisnya, ia mesti ingat juga hari kemudiannya Ia menyesal kapan mengetahui bakal mantunya lenyap tak keruan, ia sedihkan peruntungan tipis dari anak daranya itu. Bagaimana juga, ia tidak bisa merasa tenteram menumpang pada besannya, sebab anaknya masih belum menikah.
Didalam rumah tumpangan Ini, kecuali merawat ibunya, Sinona Lian juga mesti bantu mertua perempuannya dan layani ipar perempuan atau po'emnya. Ia berkecil hati buat ketahui mertua perempuan itu cuma pegangi insbo dan membaca doa guna memohon pulangnya anaknya kedua yang hilang, sedang sang ipar, yaitu Ouw ie, isterinya Beng Soe Ciang, nyata seorang yang hatinya dengki. Ia ini mula2 masih berpura pura baik, akan selewatnya beberapa hari ia berani perlakukan nona kita sebagai bujang "
Sioe Lian biasa hidup merdeka, meski bukan gadisnya hartawan, ia toh hidup cukup makan dan pakaian, sedang ia terpalajar sempurna, maka mana ia bisa bekerja sebagai bujang? Akan tetapi sekarang, dalam keadaan seperti itu, selagi ibunia menderita sakit, ia terpaksa mesti sabarkan hati dan terima nasibnya itu. Maka juga setiap hari, setiap saat ia harap harap kembalinya Lie Bouw Pek bersama sama Beng Soe Ciauw, agar tentang dirinya bisa terdapat kepastian, agar tidak lebih lama ia hidup superti tersiksa. Tapi, sudah berselang setengah bulan sejak perginya Bouw Pek, soe Ciauw tidak nampak pulang.
Sementara itu Beng Soe Ciang. anak sulung dari Beng Eng Siang, toapenya, telah pulang dari bepergian. Ia punya tubuh tinggi dan besar, mukanya hitam dan brewokan. Ia heran kapan lihat nona kita dan ibunya apa pula mereka ini berkakung, dengan tidak banyak pikir lagi, dengan suaranya yang keras, ia kata pada isterinya:
"Dasar keluarga kita yang sial dangkalan! Kenapa sekarang datang dua orang perempuan dengan pakaian berkabung?
Kenapa sih mereka tidak bawa barang sedikit juga? Aku kuatir, siang atau malam perusahaan kita akan ambruk Kemudian ia tambahkan dengan kejam: "Si loojie sudah pergi lama sekali, turut katanya Sin chio Yo sam ya, ia sudah mampu diluaran, sekarang datang bakal isteri dan mertua perempuannya, bagaimana ini?"
Atas itu sang isteri berikan jawabannya, yang tidak kurang hebatnya. Ia ini kata:
"Kenapa kau banyak mulut terhadap aku? Orang she Jie itu, ibu dan anak, datang kemari bukan aku yang undang! Adalah keluargamu sendiri yang kesudian terima datangnya sibinatang macan putih, kenapa ngaco belo pada kami?" Dengan "bintang macan putih" Pek houw chee ia maksudkan bintang sial.
Didalam kamarnya Sioe Lian dengar pembicaraannya suami isteri itu, yang jadi toape dan toa oeynya, ia gusar bukan main, sempai tubuhnya gemetaran, tetapi kapan ia juga dengar ibunya merintih, hawa amarahnya ia bisa tahan, apapula ibu itu, yang yang lihat anaknya gusar, dengan sangat telah nasehatkan ia untuk bersabar. Hanya mendengar keterangannya Yo Sam ya, seperti katanya Beng Soe Ciang, ia terperanjat. Apakah warta itu benar bahwa Beng Soe Ciauw sudah menutup mata?
Tidak bisa ditahan lagi, air matanya nona ini turun barketel katel....
Lagi beberapa hari telah lewat, lantas Sioe Lian ketahui jelas perihal keadaannya keluarga Beng ini.
Beng Eng Siang berharta, perusahaannya maju tetapi selama itu kekuasaan semua ada ditangan anak sulung dan anak kedua. Yang bungsu diperlakukan berat sebelah, maka juga kajadian berbareng dengan terbitnya onar, Beng Soe Ciang telah kabur dan tidak mau balik kembali. Beng Soe Ciang sebaliknya berkepala besar dan berani adatnya keras dan kasar, hingga ayah dan ibunya juga "malui" dia. Berterang Soe Ciang tidak berani usir ibu dan anak itu akan tetapi didalam kamarnya bersama isterinya, ia suka bikin banyak ramai, ia sindir sana dan sindir sini pada dua tamu itu. suaranya sengat tidak manis buat didengar oleh kuping ibu dan anak itu.
Penyakitnya Jie Loo thaythay terus bertambah berat, tapi pamili Beng tidak taruh perhatian, syukur lagi ibu dan anak itu, disitu ada Toa Kim kong Lauw Keng, yang mau tolongi si nyonya tua pergi panggil thabib dan belikan obat.
Sioe Lian rawat ibunya dengan sungguh ia mendampinginya siang dan malam.
Kira2 satu bulan lebih telah lewat.
Pada suatu hari, Jie Loo thaythay meninggal dunia, Sioe Lian menjadi sedih bukan main, layonnya nyonya tua itu telah diurus sampai masuk dalam peti mati dan dititipkan dalam gereja Hok Sioe Sie dalam kota Soanhoa. Pada Toan kim kong Sioe Lian kata ingin berlalu dari Soanhoa hoe untuk
pergi ke tempat lain Ia unjuk, bahwa tak menyenangkan untuk ia tinggal lebih lama didalam rumah pamili Beng.
"Keadaan kau memang sulit, nona" ia kata. "Tapi diluaran kau tidak punya sanak dan kadang, kemana kau hendak pergi?"
"Aku punya sepasang golok yang bisa lindungkan aku, kemana juga aku pergi aku tidak takuti"
"Aku tahu kau mengerti boegee, nona" ia berkata. "Aku tahu, kemana kau pergi tidak nanti ada orang bisa ganggu kau. Tapi aku bukan bicara tentang keselamatanmu aku maksudkan penghidupan kau. Sesudah berada ditempat lain. apa yang kau hendak kerjakan?"
Ditanya begitu, mukanya Sioe Lian menjadi merah. "Aku mau pergi mencari tahu halaya Soe Ciauw," ia
aku"Kabarnya ada Sin chio Yo Sam ya yang kenal dia. aku hendak minta keterangan dari orang she Yo itu"
Lauw Kang menghela napas.
"Aku minta nona jangan percaya obrolannya toa ciangkoei" ia berkata. Dengan toa ciangkoei, ia maksudkan Soe Ciang "Sin chio Yo Sam ya itu adalah piauwtauw Yo Kian Tong di Yankeng, ia benar pernah dua kali bertemu jie Siauwctiangkoei, tetapi mereka tidak bersobat kekal. Dulunya, setelah ketahui kaburnya siauwciangkui. kami pernah pergi ke- Yankeng minta keterangan dari Yo Sam ya. tetapi Yo Sam ya bilang ia tidak pernah ketemu siauw ciangkoei Adalah baru sekarung mendadak toa ciangkui kata, bahwa Siauw ciangkui telah menutup mata, ia tidak omong langsung, hanya ia bawa namanya Yo Sam ya. Siapa mau percaya itu? Buat omong terus terang Toan-kim kong tambahkan, kaburnya siauw ciangkui adalah disebabkan dua hal: pertama tama untuk menyingkir dari ancaman bahaya, sebagai akibat keonaran yang ia terbitkan, dan kedua guna menyingkir dari engko dan ayahnya yang perlakukan ia secara dingin, beda dan keterlaluan. Apabila nona tetap hendak cari siauw ciangkui, menurut aku baik nona cari ia di Kauw gwa, karena disana ia punya banyak sobat dan kenalan"
Siu Lian manggut2.