Jilid 1
DALAM kisah “MISTERI ISTANA TERLARANG” diceritakan bahwa Shen Bok Hong didesak oleh It-bun Han Too untuk menelan buah beracun sebagai syarat bagi dibukanya pintu istana terlarang.
Shen Bok Hong ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang terdesak akhirnya menyanggupi permintaan itu dan masukkan buah beracun tadi ke dalam mulutnya.
Ciu Cau Liong yang menyaksikan kejadian itu jadi amat terperanjat, ia segera berseru, “Toa Cungcu…..”
Shen Bok Hong tertawa dingin. Pada detik terakhir sebelum buah beracun itu masuk ke dalam mulutnya, telapak kanan telah diayun menotok dada Ciu Cau Liong bagian depan, tapi sebelum serangan itu mengenai sasaran, totokan tadi mendadak berputar ke arah samping.
Segulung angin desiran tajam segera meluncur ke tengah udara menyerang jalan darah “Ek-Hu” di tubuh It-bun Han Too.
Jarak antara kedua orang itu saling berdekatan, meskipun It-bun Han Too amat licik tak urung ia melengak juga menyaksikan serangan Shen Bok Hong yang tahu-tahu mengancam tubuhnya, untuk menghindar sudah tak sempat lagi, tahu-tahu jalan darahnya sudah termakan oleh serangan totokan itu.
Gerakan tubuh Shen Bok Hong amat cepat, tangan kanan ia lancarkan totokan sementara tangan kirinya berkelebat mencengkeram pergelangan tangan kiri It-bun Han Too.
Jalan darah Eng jie di tubuh It-bun Han Too kembali tertotok, ia tertawa dingin lalu berkata.
“It-bun heng, siapa suruh kau tampik arak kehormatan mencari arak hukuman, apa boleh buat, terpaksa aku musti bertindak keji.”
Ia berpaling ke arah Ciu Cau Liong lalu menambahkan, “Jite, cari obat racun yang tersembunyi di dalam mulutnya!”
Ciu Cau Liong terima perintah dan merenggangkan mulut It-bun Han Too, di antara celah-celah gigi ia benar-benar berhasil temukan sebutir pil berwarna hitam.
Shen Bok Hong memandang sekejap pil hitam itu, lalu berkata kembali, “Orang ini tersohor karena kelicikan serta banyak akal bulus. Menghadapi manusia semacam ini kita tak boleh bertindak terlalu gegabah, coba carilah lagi dengan lebih seksama, mungkin dalam mulutnya masih terdapat pil racun yang lain.”
Ciu Cau Liong mengiakan. Kembali ia mencari dengan teliti. Sedikitpun tidak salah, di antara bawah lidah kembali ia temukan sebutir pil berwarna hitam.
Pada waktu itu pada dua jalan darah penting di tubuh It-bun Han Too telah tertotok. Ia tak berkutik maupun bisa berbicara, karena itu Ciu Can Liong bisa bertingkah sekehendak hatinya.
Dalam pada itu Siauw Ling dapat mengikuti jalannya pertarungan adu otak itu dengan amat jelas, dalam hati ia menghela napas dan berpikir, “Kelicikan serta kebusukan hati orang-orang dunia persilatan memang luar biasa sekali.”
Tampak Shen Bok Hong kembali ayunkan tangan kanannya membebaskan It-bun Han Too dari pengaruh totokan. kemudian sambil tersenyum ujarnya, “It-bun heng, sekarang kau masih ada akal apalagi untuk digunakan menaklukkan aku orang she-Shen?”
It-bun Han Too menghembuskan napas panjang-panjang.
“Toa Cungcu, kau boleh hancurkan tubuhku jadi berkeping-keping, tapi jangan harap bisa memaksa aku untuk membuka pintu Istana terlarang!”
“Hmm! Urusan telah berubah jadi begini, apakah It-bun heng masih ingin bersitegang dengan diriku?”
“Aku sudah bertekad untuk mati, kenapa musti putar otak untuk mencari kehidupan?”
Shen Bok Hong tertawa hambar.
“Jarak antara kau dengan aku hanya terpaut beberapa depa, aku yakin kau tidak ada kesempatan untuk melakukan bunuh diri.”
“Haaah…. haaah…dibacok juga mati, disiksa juga mati. Apa bedanya antara cara yang satu dengan yang lain?”
“It-bun heng, jalan pikiranmu terlalu enteng,” kata Shen Bok Hong sambil menggeleng, “seandainya kau benar-benar tak sudi bekerja sama dengan diriku, maka aku orang she Shen akan gunakan cara yang paling keji untuk memaksa kau turuti kehendak hatiku!”
Ia merandek sejenak lalu tambahnya, “Cuma, aku tidak ingin berbuat begitu.”
Dalam keadaan begini It-bun Han Too benar-benar terdesak, terpaksa ia harus terima keadaan dan mencari kesempatan untuk pertahankan kehidupannya lebih jauh, segera tanyanya, “Andaikata aku bisa membuka pintu istana terlarang, bagaimana sikap Toa Cungcu terhadap diriku?”
“It-bun heng cerdik dan berpengetahuan amat luas, di kemudian hari aku masih membutuhkan tenagamu, sudah tentu tak mungkin kubinasakan dirimu. Sekalipun kau tak ingin bekerja sama dengan diriku, rasanya kaupun tak akan memusuhi aku orang she-Shen. Asal kau suka undurkan diri dari dunia persilatan dan tidak membantu Siauw Ling untuk memusuhi diriku, tentu saja kau bebas melanjutkan sisa hidupmu dengan tenang.”
It-bun Han Too termenung dan berpikir sebentar, kemudian berkata, “Walaupun kau berjanji demikian, tapi aku masih tetap tidak percaya.”
“Apa yang musti aku lakukan hingga kau suka percayai diriku?”
“Kecuali kau angkat sumpah berat.”
Shen Bok Hong termenung sejenak, lalu berkata, “Andaikata kau telah membantu aku Shen Bok Hong membuka pintu istana terlarang, sehingga seluruh isi benda dalam istana tadi jatuh di tanganku, bilamana kubunuh dirimu maka aku akan mendapat celaka.”
“Baik! untuk kali ini aku suka mempercayai perkataanmu.”
Shen Bok Hong tertawa hambar.
“Sikapku terhadap diri It-bun heng sama sekali tiada maksud jahat, justru sikap banyak curiga dari It-bun heng lah yang telah menimbulkan kesalahpahaman ini…..”
Ia merandek sejenak lalu menambahkan, “Bilakah It-bun heng akan membuka pintu istana terlarang?”
“Paling cepat tiga hari, atau paling lambat tujuh hari lagi?”
Shen Bok Hong mengempos tenaga muntahkan kembali buah tak berbiji itu dari dalam mulutnya, kemudian berkata lagi, “Baiklah, kuturuti kehendakmu itu, cuma.. seandainya batas waktu itu telah habis dan istana terlarang belum berhasil juga dibuka, apa yang harus kulakukan terhadap dirimu?”
“Kecuali istana terlarang tidak berada di dalam Selat ini.”
“Menurut apa yang kuketahui, istana terlarang benar-benar berada di dalam selat ini”
“Baiklah, bila aku gagal untuk membuka pintu istana terlarang, terserah Toa Cungcu mau jatuhi hukuman apa kepadaku!”
“Hahaah…. haaaah… haaaaah… It-bun heng, harap, kau jangan pikirkan yang bukan-bukan!” seru Shen Bok Hong sambil menepuk bahu orang itu, “meskipun It-bun heng gagal membuka pintu istana, asal kau telah usahakan dengan segenap tenaga aku tetap akan berterima kasih kepada dirimu!”
Perlahan-lahan ia angsurkan buah tak berbiji tadi ke tangan It-bun Han Too, ujarnya kembali, “Buah ini merupakan sebuah benda yang sangat langka di kolong langit, lebih baik It-bun heng simpan secara baik-baik.”
It-bun Han Too terima kembali buah tak berbiji itu dan masukkan ke dalam peti emas, kemudian ia duduk bersila dan pejamkan matanya.
Shen Bok Hong pun segera alihkan sorot. matanya ke atas wajah Ciu Cau Liong, serunya ketus.
“Ji Cungcu!”
Air muka Ciu Cau Liong kontan berubah hebat, buru-buru ia bangkit berdiri dan memberi hormat, tanyanya, “Toa Cungcu ada urusan apa?”
“Kau kurang bisa menyesuaikan diri di dalam tugasmu sehingga mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman antara aku dengan It-bun heng. Coba katakanlah sendiri apa yang musti kulakukan terhadap kesalahanmu itu?”
“Aku tahu salah, terserah Toa Cungcu mau jatuhi hukuman apa terhadap diriku.”
Shen Bok Hong berpikir sejenak kemudian menjawab, “Untuk kali ini kesalahanmu hanya akan dicatat, bila lain kali berbuat kesalahan lagi maka kau akan kuhukum.”
“Terima kasih buat kemurahan dari Toa Cungcu!”
Shen Bok Hong angkat kepala dan alihkan sorot matanya ke arah Siauw Ling serta Pek-li Peng, lalu bertanya, “Siapakah kedua orang itu? mau apa dia berada disini?”
“Kedua orang ini adalah pilihan It-bun heng dari antara kawanan pekerja untuk membantu dirinya.”
“Ooh…kalau begitu suruh mereka lepaskan baju pekerja itu dan tetap tinggal di sini untuk mendengarkan perintah.”
Ia merandek sejenak dan tanyanya kembali, “Kamar ini semula milik siapa?”
“Milik hamba!” jawab Phoa Liong sambil memberi hormat.
“Berikan ruangan ini untuk It-bun heng!”
“Hamba terima perintah!”
Shen Bok Hong alihkan kembali sinar matanya ke arah It-bun Han Too, dan ujarnya lebih jauh, “It-bun heng, barusan aku telah mendapat kabar bahwa kecuali Lan Giok Tong si Siauw Ling gadungan itu sudah sembunyikan sekawanan jago lihay di sekitar selat ini, masih ada pula beberapa rombongan jago lihay yang berduyun-duyun datang kemari, aku harus periksa dulu daerah sekitar sini untuk bikin persiapan, maka dari itu maaf bila aku terpaksa akan berlalu lebih dahulu.”
“Toa Cungcu tak usah sungkan2, silahkan!” sahut It-bun Han Too sambil membuka matanya.
Begitulah Shen Bok Hong diikuti Ciu Cau Liong sekalian segera undurkan diri dari ruangan batu.
Suasana dalam ruangan tiba-tiba berubah jadi sunyi senyap, begitu hening sampai dengusan napaspun kedengaran dengan nyata.
Waktu itu, dalam ruangan batu kecuali terdapat Siauw Ling serta Pek-li Peng hanya Phoa Liong seorang yang masih tetap berada di dalam ruangan.
Terdengar orang itu buka suara memecahkan kesunyian, “It-bun sianseng. apakah kau masih membutuhkan tenagaku?”
“Tidak….” jawab It-bun Han Too, ia sapu sekejap wajah Siauw Ling serta Pek-li Peng kemudian melanjutkan. “Ambilkan dua stel baju baru untuk mereka berdua, dan bawakan air bersih biar mereka cuci muka!”
“Baik! aku segera membawa mereka pergi ganti pakaian.”
“Mereka tak usah pergi, tolong Phoa-heng ambilkan saja dua stel pakaian untuk mereka berdua.”
Phoa Liong mengiakan, dengan, langkah lebar ia segera berlalu dari ruangan.
Ditatapnya bayangan punggung orang she Phoa itu hingga lenyap dari pandangan, kemudian It-bun Han Too menggape ke arah Siauw Ling berdua sambil ujarnya, “Coba kemarilah kalian berdua.”
Siauw Ling termenung sejenak kemudian bangkit dan maju ke depan.
“Sudah lama kalian berdua bekerja di sini?” tanya It-bun Han Too sambil menatap wajah mereka berdua tajam-tajam.
“Lama sekali!”
“Kalau dibicarakan, bekerja sebagai tenaga kasar jauh berbeda kalau dibandingkan bekerja dengan diriku.”
“Pinter amat orang ini,” batin Siauw Ling. “Sekarang ia berada dalam posisi yang terdesak dan sebatang kara, rupanya ia pingin cari teman lama membantu usahanya. Aaai! dengan kedudukannya yang begitu tinggi, ternyata sudah mencari hubungan dengan seorang pekerja yang rendah kedudukannya, keadaan yang dialami orang ini memang mengenaskan sekali….”
Dalam hati berpikir namun di luaran ia menyahut, “Kalau dibandingkan sudah tentu bekerja mengikuti sianseng jauh lebih enak dari pada musti bekerja kasar!”
It-bun Han Too tersenyum.
“Dewasa ini di dalam selat boleh dibilang kalian berdualah sahabat karibku….tidak sulit buat kalian ingin tinggalkan tempat ini, asal kamu berdua mau bekerja sama dengan diriku dan mendengarkan perkataanku, maka dengan amat mudah kalian bisa segera berlalu dari sini.”
“Kalau memang begitu, kami berdua akan menantikan bantuan sianseng!”
“Baik! setelah ganti pakaian nanti, tunggu saja di sisi tubuhku, asal kalian setia kepadaku maka aku pasti akan bantu kalian untuk tinggalkan selat ini.”
“Terima kasih sianseng!” setelah menjura ia pun mengundurkan diri ke sudut ruangan.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Pek-li Peng mengikuti di belakang tubuh Siauw Ling kembati ke tempat semula.
Sementara itu It-bun Han Too mendongak memandang cuaca, setelah menghela napas, Ia pejamkan kembali matanya.
Selama ini Siauw Ling selalu mengawasi tingkah laku dari It-bun Han Too, ditinjau dari wajahnya yang murung, kesal bercampur sedih, satu ingatan segera berkelebat di dalam benaknya, diam-diam ia berpikir, “Kekejaman serta kekejian Shen Bok Hong rupanya sudah bikin hatinya keder, bila saat ini kuutarakan asal usulku mungkin kita bisa bekerja sama, asal dia sudah menyanggupi maka dengan perlindungannya Peng-ji bisa kuutus naik ke puncak untuk mengundang kehadiran sepasang pedagang dari Tiong-ciu.”
Berpikir sampai disitu ia segera bangkit berdiri dan berjalan menghampiri It-bun Han Too.
Kewaspadaan It-bun Han Too ternyata sangat tinggi, begitu mendengar suara langkah kaki dia segera buka matanya lebar-lebar dan menatap wajah si anak muda itu dengan sorot mata tajam, tegurnya, “Ada urusan apa?”
Sebenarnya Siauw Ling hendak menerangkan asal usulnya dan ajek dia untuk bekerja sama, tetapi setelah menyaksikan kelicikan yang menyelimuti wajahnya, dalam hati pemuda itu merasa amat terperanjat, pikirnya, “Orang ini licik dan banyak akal, mungkin bukan seorang manusia yang dapat diajak bekerjasama……”
Karena mempunyai pikiran begitu, sambil berdehem sahutnya, “Aku telah teringat akan satu urusan dan ingin kulaporkan kepada diri sianseng.”
“Urusan apa?” nada suaranya jauh lebih lunak.
Ucapan tadi sebenarnya hanya suatu kata spontan yang diucapkan Siauw Ling untuk menutupi. rahasianya, setelah didesak terpaksa ia keraskan kepala dan menjawab, “Aku hendak membicarakan persoalan tentang selat ini, apakah sianseng suka untuk mendengarkan?”
“Baik, katakanlah berapa banyak yang kau ketahui katakan semua kepadaku, semakin banyak semakin baik.”
“Kedudukanku di dalam selat ini amat rendah, urusan yang kuketahui juga ada batasnya, mungkin apa yang ingin kukatakan sudah diketahui sianseng lebih dahulu.”
“Perkataan ini diucapkan untuk mengulur waktu sementara otaknya bekerja keras untuk memikirkan soal apa yang harus dikatakan.
Air muka It-bun Han Too berubah semakin merah lagi, katanya, “Tidak mengapa, jangan kau perduli apakah aku sudah tahu atau belum, utarakan saja sejelasnya.”
““Aku…aku mau berbicara mengenai soal istana terlarang…!” seru Siauw Ling dengan paniknya.
“Sstt…perlahan sedikit. Kenapa?”
“Aku…aku pernah menyaksikan seorang pekerja menemukan sebuah gelang emas di tepi telaga yang ada di bawah bukit situ!”
“Sekarang gelang emas itu berada di mana?
“Orang itu sudah serahkan kepada mandor kami, bagaimana selanjutnya aku sendiri pun tidak tahu.”
“Kau kenal dengan orang itu?”
“Kenal!”
“Bagus sekali, pergi dan ambil benda itu lalu serahkan kepadaku. Mungkin gelang emas itu akan memberikan bantuan yang besar untuk membuka istana terlarang.”
Satu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling, pikirnya, “Kenapa aku tidak gunakan kesempatan ini untuk mengutus Pengji pergi menghubungi sepasang pedagang dari Tiong ciu?”
Karenanya ia lantas berkata, “Walaupun aku kenal orang itu tapi hubungan kami tidak begitu rapat, cuma Pekli heng sudah lama bergaul dengan dirinya, lebih baik utus saja saudara ini.”
“Bagus sekali, bisa dicuri usahakanlah curi atau kalau tidak bisa dicuri minta saja terang2an.”
“Kalau begitu biar kusampaikan pesanmu ini kepada Pek-1i heng, tapi untuk sementara waktu dia musti kembali dulu ke dalam rombongan para pekerja….”
Ia merandek sejenak, lalu menambahkan, “Nanti seandainya mandor atau Ciu ji Cungcu menanyakan tentang dirinya, apa yang harus kami katakan?”
“Jangan kuatir, aku punya akal untuk menghadapi mereka, cepat suruh dia pergi!”
Siauw Ling mengiakan, sekembalinya ke sudut ruangan dengan ilmu menyampaikan suara segera pesannya, “Peng-ji, usahakanlah pulang ke puncak gunung melalui jalan semula, beritahu sepasang pedagang dari Tiong-ciu agar mereka masuk ke dalam selat ini lewat jalan rahasia dan untuk sementara sembunyi dahulu di balik semak belukar.”
Bicara sampai disitu, sengaja ia perkeras suaranya dan melanjutkan, “Pek-li heng, setelah mendapatkan gelang emas itu cepat-cepatlah balik kemari, lebih baik dicuri saja.”
Pek-li Peng mengangguk dan segera melangkah keluar.
Sementara itu Phoa Liong dengan membawa dua setel pakaian sedang berjalan masuk ke dalam, melihat Pek-li Peng mau keluar dari ruangan itu nampak tertegun dan tidak habis mengerti.
It-bun Han Too mendehem dan berebut bicara lebih dulu.
“Aku suruh dia pergi mencari sesuatu benda, untuk sementara waktu tak usah tukar pakaian dulu.”
Phoa Liong taruh pakaian itu di atas meja dan berkata, “Aku mendapat perintah dari Toa Cungcu untuk tetap tinggal di sini melayani sianseng, bila kau ada keperluan silahkan perintah diriku saja .. …..”
Ooo000oooo
“Melayani? heheh…. heeeh…. heeh mungkin sedang mengawasi diriku. bukan begitu?” ejek It-bun Han Too sambil tertawa dingin. “Tentang soal ini aku tak berani.”
“Hmm, bekerja menurut perintah orang. kebebasanmu sudah tak ada sama sekali, meskipun kau ditugaskan untuk mengawasi aku pun tak nanti menyalahkan dirimu.”
“Perintah dari Toa Cungcu memang benar-benar suruh aku datang kemari melayani keperluan sianseng.”
“Kalau memang begitu, tolong sampaikan kepada Toa Cungcu! selama aku putar otak memikirkan cara untuk membuka pintu istana, dua orang pekerja itu sudah cukup menolong diriku, Phoa-heng lebih baik tak usah repot-repot.”
Siauw Ling yang mendengar pembicaraan itu di dalam hati segera pikirnya, “Seandainya ia tahu kalau Phoa Liong telah mengkhianati perkampungan Pek Hoa Sanceng, mungkin tawarannya itu tak akan ditampik.
Tampak Phoa Liong melengak dan segera memberi hormat.
“Kalau begitu aku mohon diri lebih dahulu!” katanya kemudian sambil melangkah ke luar.
“Setelah orang ini kuusir, ia pasti akan mengadu kejelekanku di hadapan Shen Bok Hong,” pikir It-bun Han Too, “Dewasa ini keadaan amat mendesak, lebih baik aku tak usah menyalahi dirinya…”
Ingin sekali ia panggil kembali mandor itu, tapi akhirnya keinginan itu ditahan kembali.
Waktu berlalu dengan cepatnya. siang pergi dan malampun menjelang tiba..
Selama ini She Bok Hong tak pernah mengutus orang untuk menyambangi It-bun Han To lagi, kecuali pelayan yang menghidangkan makanan lezat serta sebuah lampu penerangan.
Rupanya It-bun Han Too sudah menaruh kepercayaan terhadap diri Siauw Ling, ternyata pemuda itu diundarg untuk bersantap bersama-sama diriinya.
Dalam hati Siauw Ling amat menguatirkan Pek-li Peng.Ias kehilangan nafsu tuakan dan hanya menghabiskan semangkok nasi belaka.
Suatu ketika terdengar It-bun Han Too menghela napas panjang, tegurnya, “Bagaimana dengan ilmu silat yang kau miliki?”
“Ilmu silat yang dimiliki hanya bisa dianggap sebagai biasa saja, tiada kehebatan apa pun yang bisa ditonjolkan.”
“Di kemudian hari, aku bisa memberi petunjuk ilmu silat kepadamu!”
“Terima kasih It-bun sianseng!”
It-bun Han Too angkat kepala memandang sekejap dinding rumah, lalu gumamnya kembali.
“Saudara Pek-li sudah lama perginya.”
“Benar,” sahut Siauw Ling yang sedang merindukan pula keselamatan Pek-li Peng. Ila sudah pergi delapan jam, semestinya sekarang sudah kembali ke sini!”
“Gelang mas itu amat penting artinya, semoga ia berhasil mendapatkannya.”
“Huuh…. sekalipun dia datang, belum tentu ada gelang mas tersebut……” batin Siauw Ling.
Ia menyadari bahwa kecerdasan maupun
ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat luar biasa, kewaspadaannya melebihi orang biasa, bila rahasia Pek-li Peng ketahuan maka keselamatannya pasti terancam. Karena berpikir begitu, maka dia pun lantas bangkit berdiri.
“Ei….apa yang hendak kau lakukan?” tegur It-bun Han Too terperanjat.
“Aku ingin mencari jejak saudara Pek-li.”
“Baik, cepat-cepatlah kembali!”
Siauw Ling mengangguk, ia putar badan dan keluar dari gua batu tersebut.
Waktu itu malam telah tiba, suasana dalam gua gelap gulita tapi dengan ketajaman mata si anak muda itu, dengan amat mudah ia berhasil keluar dari dalam gua.
Pintu baja tertutup rapat, ketika ia keluar dari sana terlihatlah bintang bertaburan di angkasa, rembulan bersembunyi di balik awan dan ketika itu waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga.
“Andaikata Peng-ji serta Tiong-Chiu Siangku tidak tertawan, mungkin mereka masih tetap bersembunyi di mulut gua tersebut,” pikir pemuda itu di dalam hati, “Sekarang kebetulan sekali rembulan berada di balik awan, inilah kesempatan yang paling baik bagi mereka untuk bertindak. Baiklah aku tunggu sejenak lagi.. .”
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat di dalam benaknya tampak dua sosok bayangan manusia laksana sambaran petir telah meluncur datang.
Siauw Ling hendak menyembunyikan diri ke balik gua tapi terlambat.
Laksana kilat kedua sosok bayangan manusia tadi sudah berada kurang lebih empat lima kaki di hadapan Siauw Ling, empat buah mata yang tajam menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip.
Siauw Ling diam-diam perhatikan pula pihak lawan. Ia lihat orang yang berada di sebelah kiri berbadan tinggi berjenggot hitam dengan sebilah pedang tersoren di punggung, sedangkan orang di sebelah kanan berwajah bersih tanpa jenggot, sebilah pedangpun tersoren di atas punggungnya.
Dandanan mereka berdua tak berbeda jauh semuanya mengenakan pakaian ringkas berwarna abu-abu. Kiranya mereka adalah Kiam bun Siang-Ing, sepasang pendekar dari Kiam bun, yakni Tiu Hong Kiam, si pedang pengejar angin Pay Pek li serta Pu In Kiam, si pedang tanpa bayangan, Tham Tong.
“Siapa kau?” Pay Pek-li segera menegur sambil menatap wajah lawannya tajam-tajam.
“Hamba she Gak……”
“Kau bekerja di dalam selat ini?”
“Betul. Hamba bekerja di bawah pimpinan mandor Phoa, sekarang ditugaskan melayani keperluan It-bun sianseng.”
Pay Pek-li termenung sejenak, kemudian tanyanya lagi, “Baik-baikkah It-bun sianseng?”
“It-bun sianseng baik sekali, sekarang ia sedang bersemedi.”
“Saudara,” ujar Pay Pek-li sambil melirik sekejap ke arah Tham Tong, “Bagaimana kalau kita jenguk It-bun sianseng?”
“Baiklah, berhati-hati memang tak ada salahnya.”
Pay Pek-li segera ulapkan tangannya.
“Ayoh ajak kami temui It-bun sianseng!”
“Sepasang pendekar dari Kiam-bun ini sudah menaruh rasa tidak puas terhadap diri Shen Bok Hong,” batin Siauw Ling dalam hati.
“Agaknya pada saat ini mereka sudah tidak puas terhadap junjungannya,” Pemuda itupun menyadari, bila rahasianya ketahuan maka ia akan tersudut dan tak akan sanggup menghadapi serangan gabungan antara Shen Bok Hong dengan para jago-jagonya. Karena itu terpaksa ia menahan sabar dan masuk kembali ke dalam goa.
Tindak tanduk Kiam-bun Siang-ing ternyata sangat berhati-hati, dengan Siauw Ling mereka tetap mempertahankan jarak sejauh tiga langkah.
Setibanya di mulut gua, peronda itu berhenti dan berseru, “It-bun sianseng, ada orang datang menjenguk dirimu!”
Dengan ilmu silat yang dimiliki It-bun Han Too. tentu saja suara langkah kaki manusia itu tak akan lolos dari pendengarannya, tapi ia pura-pura berlagak pilon, setelah mendengar seruan dari Siauw Ling ia baru angkat kepala sambil bertanya
“Siapa?”
“Kiang bun Siang-ing datang menjenguk It-bun sianseng?” kata Pay Pek-li sambil melangkah masuk ke dalam.
It-bun Han Too melirik sekejap ke arab Pay Pak-li serta Tham Tong, kemudian ia baru menyahut, “Ooh…kiranya Pay-heng serta Tham-heng. Entah ada urusan apa kalian berdua datang kemari!”
“Maaf, kalau kedatangan kami telah mengganggu ketenangan It-bun sianseng…”
“Hmm, aku mendapat perintah dari Toa Cungcu untuk memikirkan cara membuka pintu istana terlarang, andaikata kalian berdua tidak ada urusan….harap silahkan!”
Perintah pengusiran terhadap tetamu yang diucapkan dalam pertemuan yang baru saja berlangsung ini jauh di luar dugaan Kiam-bun siang-ing. tanpa sadar mereka jadi tertegun.
Si pedang tanpa bayangan Tham Tong mendehem ringan, katanya, “Kalau tak ada urusan kamipun tak akan datang mengganggu ketenanganmu, kami hanya ingin menanyakan satu persoalan kepada diri It-bun sianseng!”
“Urusan apa?”
Tham Tong berpaling ke arah Siauw Ling dan serunya, “Apakah pekerja ini bekerja menurut perintah dari It-bun sianseng?”
“Sedikitpun tidak salah, Ciu ji Cungcu yang telah pilihkan pembantu ini untuk membantu diriku, apakah kalian berdua ada pendapat lain?”
“Ooohh…tidak, kami cuma merasa curiga atas tindak tanduknya yang mencurigakan, lagipula memakai baju pekerja. Maka dari itu sengaja kami hendak mengusut urusan ini dari mulut It-bun sianseng.”
“Bukankah sekarang sudah kalian tanyakan?”
“Bila kami telah mengganggu ketenangan sianseng, harap kau suka memaafkan….” buru-buru Pay Pek-li berseru, sambil menarik ujung baju Tham Tong mereka segera mengundurkan diri dari ruang batu itu.
Menanti kedua orang itu mengundurkan diri agak lama. It-bun Han Too baru berbisik kepada Siauw Ling, “Mereka sudah pergi?”
“Sudah!”
“Kau ditangkap dimana?
“Ketika berada di mulut gua tadi, kebetulan mereka sedang meronda maka setelah bertemu dengan aku mereka lantas paksa aku untuk balik kemari….”
“Sudah berjumpa dengan saudara Pek-li?”
“Belum kelihatan!”
It-bun Han Too segera mengerutkan dahinya.
“Sudah begini lama ia juga belum kembali, mungkin keadaannya lebih banyak bahaya dari pada keberuntungan.”
Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Pek-li Peng munculkan diri di dalam ruangan.
“Sungguh cepat gerakan tubuhnya,” puji It-bun Han Too dengan nada tercengang.
Siauw Ling sendiripun merasa terkejut, pikirnya, “Aduuuh celaka, kali ini It-bun Han Too pasti akan menaruh curiga terhadap kami berdua…..”
Rupanya Pek-li Peng menyadari akan kekhilafannya, sengaja ia terengah2 sambil serunya, “Pekerja yang menyimpan gelang emas itu tidak ada.”
“Pergi kemana?”
“Aku tak tahu!”
Dengan sorot mata yang tajam It-bun Too menatap wajah Pek-li Peng tak berkedip, ujarnya kembali, “Ilmu meringankan tubuh yang kau miliki sungguh tidak jelek!”
“Penjagaan di luar ruangan sangat ketat, orang yang melakukan perondaan berlalu lalang tiada hentinya, barusan hamba bersembunyi di belakang batu besar di depan ruangan sana. Untung kedua orang itu sedang bercakap2 dengan sianseng dan tidak sampai memperhatikan diriku.”
“Barusan kau meloncat dari mana?”
“Dari pintu luar!”
It-bun Han Too memandang sekejap cuaca gelap di luar ruangan, kemudian katanya, “Ehmm. jarak delapan depa……”
“Hamba bisa kerahkan segenap tenaga yang ada untuk meloncat masuk ke dalam ruangan!”
“Ehmm. Kau mempunyai dasar ilmu meringankan tubuh yang bagus, bila dilatih lebih rajin niscaya akan peroleh kemajuan yang pesat.”
“Harap sianseng suka memberi petunjuk ketika hamba belajar ilmu silat tempo dulu suhuku sering memuji hamba yang katanya lebih cocok belajar ilmu meringankan tubuh.”
“Perawakanmu kurus kecil, potongan semacam inilah yang paling ideal untuk belajar ilmu meringankan tubuh…..” ia merandek sejenak.
“Sana, pergilah tukar pakaian!”
Pek-li Peng memberi hormat, bersama-sama Siauw Ling mereka segera mengundurkan diri ke sudut ruangan.
It-bun Han Too padamkan lampu lentera dan duduk bersemedi.
Siauw Ling tetap duduk tenang, ditunggunya sampai napas It-bun Han Too makin lama semakin kecil, kemudian dengan ilmu menyampaikan suara, ujarnya, “Peng jie, Sepasang pedagang dari Tiongchiu sudah ditemukan?”
“Sudah, mereka telah masuk ke dalam selat dan seperti yang toako pesankan tadi, aku suruh mereka menyembunyikan diri ke dalam semak belukar, tapi mereka bersikeras hendak menyatu sebagai pekerja dan mencampurkan diri ke dalam rombongan pekerja itu.”
“Kemudian?”
“Kemudian aku bilang pesan toako untuk bersembunyi di dalam semak, akhirnya apa boleh buat merekapun bersembunyi di semak tersebut.”
“Bagus sekali. Apakah kau sudah menjanjikan tanda kode kepada mereka?”
“Sudah.”
Ia merandek sejenak, kemudian terusnya, “Aku sudah silaf hingga terlalu cepat meloncat masuk ke dalam ruangan, mungkin It-bun Han Too sudah merasa curiga terhadap kita berdua seandainya karena urusan ini hingga rencana toako gagal….. Aaaiiii. bagaimana baiknya?.., “
ooo000ooo
Siauw Ling termenung sebentar lalu menjawab, “Tak usah kuatir, meskipun ia sudah menaruh curiga tapi kalau ditinjau dari perubahan wajahnya mungkin ia punya rencana lain, mungkin juga ia hendak menggunakan kita untuk mewujudkan cita citanya, dalam keadaan begini tak nanti ia ungkap masalah ini kepada Shen Bok Hong. Asal ia tidak berbicara dengan gembong iblis itu maka kita pun tak usah kuatir.”
Perlahan-lahan Pek-li Peng sandarkan tubuhnya ke atas dada Siauw Ling, bisiknya lagi, “Asal toako tidak marah, akupun bisa berlega hati!”
Ia pejamkan mata dan lantas tertidur.
Dalam ruangan yang begitu gelap sebenarnya Siauw Ling ingin mendorong tubuh gadis itu, tapi setelah mendengar napasnya yang begitu teratur, jelas sudah tertidur pulas ia jadi tak tega membangunkannya.
Waktu berlalu dengan cepatnya, secara beruntun It-bun Han Too sudah tiga hari tiga malam berdiam dalam ruangan itu.
Selama tiga hari ini Shen Bok Hong tak pernah datang menjenguk kecuali mengutus orang untuk menghantar sayur dan arak.
Siauw Ling dan Pek-li Peng terpaksa harus menggunakan kesabaran yang paling besar untuk menahan diri selama tiga hari.
Hari keempat menjelang tiba, sampai tengah hari It-bun Han Too belum juga memperlihatkan gerak-gerik apapun, lama kelamaan Siauw Ling tak sabar lagi, segera pikirnya, “Seandainya hari ini ia belum menunjukkan gerakan apa-apa lagi, terpaksa aku harus totok jalan darahnya dan mengajak Peng ji tinggalkan tempat ini.
Belum habis ingatan itu berkelebat lewat, mendadak terdengar suara langkah kaki yang ramai berkumandang datang.
Ketika ia angkat kepala, tampaklah Shen Bok Hong diiringi Ciu Cau Liong, Tang Hiong Ciang, Kim Hoa hujin serta Tong Lo Thay-thay yang bercelana hijau, berambut putih dan membawa tongkat kepala burung hong berjalan masuk ke dalam.
Kemunculan Kim Hoa hujin tidak begitu mengherankan, tapi kemunculan Tong Lo Thay-thay dari keluarga Tong yang tersohor sebagai ahli senjata rahasia dari propinsi Sucwan ini sangat mencengangkan hati pemuda kita.
Tampak Shen Bok Hong dengan wajah penuh senyuman menghampiri diri It-bun Han Too, tegurnya lirih.
“It-bun heng!”
“Ooh…. Shen Toa Cungcu,” sahut It-bun Han Too sambil buka matanya lebar-lebar. “Ada urusan apa?”
“Ini hari adalah hari keempat, apakah It-bun heng sudah berhasil menemukan jalan keluar?”
“Sudah!” jawab It-bun Han Too sambil mengangguk.
Jawaban ini bukan saja jauh di luar dugaan Shen Bok Hong, bahkan Siauw Ling pun jadi tercengang.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Shen Bok Hong berkata lagi, “Maksudku, apakah It-bun heng telah menemukan cara untuk membuka istana terlarang?”
“Kalau istana terlarang betul-betul berada di lembah ini aku percaya pintu istana tersebut pasti dapat ditemukan, sanggupkah aku membuka pintu istana, baru bisa kukatakan setelah pintu itu kutemukan.”
“Kecerdasan It-bun heng benar-benar luar biasa, tak seorangpun diantara kami yang bisa menandingi kecerdikanmu….”
Sorot matanya menyapu sekejap wajah Siauw Ling serta Pek-li Peng, kemudian tambahnya, “Kedua orang pekerja itu bodoh dan lamban, mereka tak akan bisa melayani keperluan It-bun heng. Sengaja aku telah pilihkan dua orang dayang cantik untuk melayani dirimu….”
Bicara sampai disitu ia lantas menoleh ke luar pintu, serunya, “Kalian boleh masuk, cepat temui tuan It-bun!”
Dua orang dayang cantik dengan mengenakan gaun berwarna hijau segera melangkah masuk ke dalam ruangan, usia mereka di antara delapan sembilan belas tahunan, matanya bulat dengan alis yang tipis, raut wajah mereka berdua amat cantik.
“Menemui tuan It-bun….” seru mereka berbareng sambil memberi hormat kepada orang itu.
It-bun Han Too yang selama hidupnya amat suka bermain perempuan, saat ini dengan wajah dingin melirik sekejap ke arah mereka berdua, lalu ujarnya ketus, “Kalian berdua silahkan bangun….” Kepada Shen Bok Hong, serunya, “Aku merasa tiada keberuntungan untuk menikmati kecantikan mereka. Lebih baik Toa Cungcu gunakan sendiri! Aku pikir kedua orang pekerja itu sudah cukup untuk melayani diriku.”
Shen Bok Hong jadi tertegun, ia tak mengira It-bun Han Too yang biasanya amat senang main perempuan sekarang telah menampik suguhannya, tapi sejenak kemudian setelah ditampik suguhannya tapi sejenak kemudian ia telah tersenyum kembali.
“Aah ….mungkin raut wajah kedua orang dayang ini kurang cantik, hingga tidak memenuhi selera It-bun heng?”
It-bun Han Too tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah balik bertanya, “Sekarang jam berapa?”
“Mendekati tengah hari!”
“Urusan tak boleh terlambat lagi. Satu jam kemudian aku akan mulai turun tangan mencari pintu masuk Istana Terlarang.”
Dalam hati Shen Bok Hong merasa amat girang tapi rasa gembiranya itu tidak sampai diutarakan di atas wajah, sambil tertawa hambar, katanya, “Kenapa musti terburu-buru? besok saja toh tidak jauh berbeda……”
“Lebih baik cepat-cepat turun tangan dan temukan letak Istana Terlarang, dengan begitu aku pun bisa cepat-cepat tenangkan hatiku……” Ia marah sejenak, lalu menambahkan, “Harap Toa Cungcu suka siapkan dua puluh orang pria yang kekar dan sehat untuk menunggu perintah.”
“Baik!” Shen Bok Hong mengangguk, “It-bun heng masih membutuhkan apa? Katakan saja.”
“Tak usah, aku masih harus memperhitungkan satu persoalan, bila Toa Cungcu tak ada urusan lagi, silahkan pergi beristirahat.”
“Kalau memang begitu, akupun tak akan mengganggu lebih lanjut” perlahan-lahan ia mendekati Siauw Ling serta Pek-li Peng lalu terusnya dengan nada ketus, “Sungguh luar biasa sekali, tak nyana kalian berdua bisa peroleh perhatian dari It-bun sianseng. Baik-baiklah melayani tuan ini, di kemudian hari tentu ada kebaikan bagi kalian berdua.”
Siauw Ling serta Pek-li Peng sama-sama memberi hormat menyatakan terima kasihnya, sikap maupun gerak-geriknya menunjukkan rasa hormat yang amat tebal.
Shen Bok Hong melirik kembali ke arah It-bun Han Too, kemudian diiringi Ciu Cau Liong sekalian mengundurkan diri dari ruangan.
Menanti bayangan tubuh beberapa orang itu sudah menjauh, It-bun Han Too baru berdiri, serunya sambil menggape ke arah Siauw Ling, “Kau! coba kemari…”
“Orang ini tua-tua keladi, otaknya tajam dan licik luar biasa. entah apa yang sedang dipikirkan olehnya?” batin Siauw Ling.
Ia segera maju kedepan sambil bertanya, “Sianseng ada urusan apa?”
“Apakah pintu batu itu bisa ditutup?”
“Di dalam terdapat rantai besi, pintu itu bisa dikunci dari dalam.”
“Untuk memasuki ruangan batu ini, apa cuma sebuah jalan tembus ini saja?”
“Tidak salah, hanya ada satu jalan tembus ini saja?”
“Bagus sekali, pergilah kesitu dan rantai pintu tengah.”
Siauw Ling melirik sekejap ke arah Pek-li Peng lalu dengan langkah lebar keluar dari ruangan, merantai pintu dan balik lagi ke dalam ruangan.
Tampaknya It-bun Han Too masih duduk di dalam ruangan tengah, dengan wajah serius ujarnya, “Coba kalian berdua datanglah kesini.”
Pek-li Peng serta Siauw Ling bersama-sama maju ke depan.
It-bun Han To menatap tajam wajah kedua orang itu, kemudian ujarnya, “Pada saat ini dalam kamar tiada orang lain kecuali aku seorang, tidak nanti aku ada niat untuk mencelakai kamu berdua, harap kalian utarakan asal usulmu yang sebenarnya.”
“Orang ini tersohor karena liciknya,” pikir Siauw Ling dalam hati. ”Seandainya ia tahu asal usulku yang sebenarnya, sukar dibayangkan apa yang hendak dilakukan terhadap diriku.”
Keadaan amat mendesak, biar kubohongi dirinya saja.
Apa yang dipikirkan memang bagus, sayang pemuda yang tak pernah berbohong ini jadi kebingungan apa yang musti dikatakan. Untuk sesaat ia jadi berdiri melongo.
Pek-li Peng sendiripun tak tahu mesti berbuat apa untuk menghadapi keadaan itu, ia cuma memandang ke arah Siauw Ling sambil membungkam.
Terdengar It-bun Han Too berkata, “Secara diam-diam aku telah mengawasi terus gerak-gerik kalian berdua, jelas kamu bukanlah pekerja dari lembah ini. Bila dugaanku tidak salah maka kalian berdua sudah agak lama menyusup kemari, Phoa Liong si mandor itu kalau bukan komplotanmu pastilah sudah kau taklukkan dengan suatu cara yang jitu, maka dari itu dia selalu berusaha untuk melindungi keselamatan kalian.”
Kebetulan Siauw Ling sedang kelabakan dibuatnya. Mendengar perkataan itu hatinya jadi tergerak, jawabnya, “Pengamatan sianseng memang sangat tepat. Aku memang mendapat tugas menyusup ke dalam selat ini.”
“Mendapat perintah dari siapa?”
“Aku harus mencari nama seseorang yang ditakuti olehnya. pikir pemuda itu. Dengan demikian baru ia tak berani menyatroni orang itu!”
Berpikiran demikian ia lantas menyahut, “Seorang jago yang bernama Lan Giok Tong, entah sianseng kenal atau tidak?”
“Oooh…. apakah orang yang pernah menyaru sebagai Siauw Ling gadungan itu?”
“Tidak salah, memang Lan kangcu itu.”
It-bun Han Too menunduk dan berpikir sejenak, kemudian tanyanya lagi, “Mau apa dia utus kalian berdua datang kemari?”
Dengan pengalamannya yang semakin bertambah, Siauw Ling tahu bila semua jawaban diberikan maka pihak lawan malahan akan menaruh curiga. maka ia lantas berkata, “Tentang soal ini? maaf aku tak bisa mengatakannya. Cuma yang penting aku berdua tidak menaruh maksud jahat terhadap sianseng.”
Air muka It-bun Han Too berubah hebat, serunya dingin, “Dalam hati kalian berdua musti tahu, pada saat ini asal kukatakan sepatah kata saja maka kalian berdua akan terkubur disini.”
“Andaikata ia benar-benar berbuat demikian,” pikir Siauw Ling. “Terpaksa aku harus menggunakan cara yang sama ketika menghadapi Phoa Liong tempo dulu untuk menghadapi dirinya….”
Ia menoleh dan tampaklah Pek-li Peng sedang mengawasi dirinya dengan mata melotot besar. Di antata sorot matanya jelas memperlihatkan bahwa ia sedang menantikan petunjuk dari pemuda itu.
It-bun Han Too sendiri walaupun pernah menyaksikan sendiri betapa gesitnya gerakan tubuh Pek-li Peng, tapi Ia yakin dengan ilmu silatnya yang amat lihai masih dapat mengatasi kedua orang ini. Tentu saja ia tak pandang sebelah matapun terhadap mereka berdua.
“Gila kalian berdua ingin pertahankan kehidupan, aku mempunyai cara bagus yang dapat kalian tempuh.”
“Apa caramu itu?”
“Mulai sekarang, baktikanlah seluruh pikiran dan tenagamu untuk membantu diriku.”
Untuk sesaat Siauw Ling tak berhasil menemukan jawaban yang tepat. Ia bungkam dalam seribu bahasa.
Tampak It-bun Han Too membuka peti emasnya dan ambil keluar dua butir pil berwarna hijau, tambahnya, “Kalau kalian berdua mau takluk kepada loohu, telanlah kedua butir pil ini secepatnya, aku pasti akan melindungi keselamatan kamu berdua.”
Dalam hati Siauw Ling merasa gusar, pikirnya, “Kekejaman dan kelicikan orang ini tidak berbeda jauh dengan Shen Bok Hong, ia hendak menggunakan bahan obat untuk menguasai kesadaran orang hingga tenaga kami bisa digunakan sekehendak hatinya, manusia semacam ini musti diberi pelajaran……”
Ia berusaha keras menekan hawa amarah yang berkobar dalam hatinya, lambat-lambat ujarnya, “Tadi sianseng berusaha menggunakan pengaruh obat untuk menguasai Shen Bok Hong tapi niat itu tak terwujud, rupanya ingatan semacam itu masih saja berkecamuk dalam pikiranmu.”
“Setiap orang kangouw licik dan banyak akal, mau tak mau aku musti melakukan persiapan, dalam keadaan begini seluruh pikiranku harus dicurahkan dalam istana terlarang, aku tak ingin pecahkan pikiran untuk menghadapi kalian berdua,maka dari itu kedua pil tersebut kamu suka menelannya.”
Siauw Ling terima sebutir pil diantaranya lalu bertanya, “Setelah seorang menelan pil ini, bagaimana perasaan serta reaksinya?….”
“Kesadaran hilang dan lupa dengan kejadian masa lampau.”
“Apakah ada obat pemunahnya?”
“Tentu saja ada.”
Laksana kilat Siauw Ling putar telapak kirinya mencengkeram pergelangan kanan It-bun Han Too. Tangan kanannya diayun dan pil warna hijau dalam tangannya itu segera dimasukkan ke dalam mulut orang.
Semua gerakan itu dilakukan dengan cepat dan hampir bersamaan waktunya, menanti It-bun Han Too menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya, keadaan telah terlambat.
Menggunakan kesempatan itulah Pek-li Peng menghadiahkan suatu pukulan ke atas tenggorokan It-bun Han Too, memaksa mulutnya membuka dan menelan pil yang dilemparkan Siauw Ling tadi ke dalam mulut.
Setelah pihak musuh menelan pil tadi, Siauw Ling baru lepaskan cekalannya sambil mengejek!
“It-bun sianseng, sekarang kau boleh ambil obat pemunahmu untuk punahkan daya pengaruh racun itu!”
It-bun Han Too merasa amat gusar, sepasang tangannya direntangkan mencengkeram tubuh kedua orang itu, bentaknya, “Kurang ajar, menggunakan kesempatan di kala aku tidak siap…..”
Siauw Ling geserkan tubuhnya mengegos ke samping, telapak kanannya berputar dan menggunakan satu gerakan yang manis ia berhasil mencengkeram kembali pergelangan orang she It-bun itu. Sambungnya, “Kali ini It-bun sianseng toh sudah bikin persiapan?”
Pek-li Peng sentilkan jari tangannya ke muka, segulung desiran angin tajam segera meluncur ke depan menghantam pergelangan kiri It-bun Han Too.
Jago lihay itu mendengus berat dan buru-buru tarik kembali sepasang lengannya ke belakang.
Tapi lengan kanannya masih dicekal kencang oleh Siauw Ling. Ia gagal untuk menarik diri. Sekarang orang itu baru sadar bahwa dua orang manusia berpakaian pekerja yang berada di sisinya itu bukan lain adalah jago lihay kelas satu dalam Bulim.
It-bun Han Too adalah seorang manusia yang licik dan banyak akal, setelah berpikir sebentar ia lantas tarik napas dan memuji, “Tidak nyana ilmu silat yang kalian miliki sangat lihay, sungguh hebat, sungguh luar biasa.”
Siauw Ling tertawa dingin.
“It-bun sianseng,” katanya, Lebih baik telan dulu obat pemunahnya, daripada setelah racun itu bekerja kau tak tertolong lagi.”
“Jangan kuatir, obat yang kubuat itu merupakan obat yang berdaya kerja lambat, dua jam kemudian obat itu baru akan menunjukkan reaksinya….”
“Siapa suruh kau tolak arak kehormatan memilih arak hukuman? sekarang akulah yang akan mengajak sianseng membicarakan seal kerja sama ini….”
“Baik, katakanlah!”
“Kami minta It-bun sianseng bisa menyanggupi dahulu untuk dua hal!”
“Dua hal apa saja? kalian musti katakan dulu!”
“Pertama. It-bun sianseng harus menyanggupi dahulu untuk melindungi jejak kami, rahasia ini tidak boleh dibocorkan kepada siapapun.”
“Yang kedua?”
“Bawalah selalu kami di sisimu, termasuk dalam perjalanan memasuki istana terlarang nanti.”
“Kedudukan kalian berdua toh cuma kuli kasar, mana mungkin bisa ikut masuk ke dalam istana terlarang?”
“Maka dari itu. kami ingin minta bantuan dari It-bun sianseng.”
“Sekalipun aku setuju, belum tentu Shen Bok Hong menyetujui usulku itu!..,”
“Sebelum memasuki istana terlarang, Shen Bok Hong pasti akan mengabulkan permintaanmu itu. apalagi kalau sianseng ngotot dengan permintaanmu.”
“Hm! kalian terlalu rendah menilai pribadi Shen Bok Hong, bisa aku bersikap keras memaksakan pendirianku maka kemungkinan besar jiwa kalian berdua akan terancam bahaya maut, sekalipun ia tak pernah mengira kalau kamu berdua adalah musuh tangguh yarg menyusup ke dalam sini, dalam perkiraan kalian berdua telah berhasil kusuap, ia tentu saja tak inginkan akibat yang fatal.”
Siauw Ling merasa perkataan itu sangat masuk diakal, untuk beberapa saat lamanya tak tahu musti menjawab apa.
It-bun Han Too tertawa hambar, ujarnya kembali.
“Menurut apa yang diketahui, di dalam dunia persilatan dewasa ini hanya seorang saja yang sanggup menandingi Shen Bok Hong, hanya seorang saja yang bisa bikin hatinya jeri.”
“Siapakah orang itu?”
“Kecuali Siauw Ling. Di kolong langit tak ada kedua orang lagi yang bisa mengederkan hatinya.”
“Hm, orang yang ada dihadapanmu itu toh Siauw Ling? goblok…” pikir Pek-li Peng.
Sementara itu Siauw Ling telah bertanya, “Kenapa? menurut apa yang kuketahui Siauw Ling toh cuma seorang bocah kecil yang masih bau kencur?”
It-bun Han Too gelengkan kepalanya berulang kali.
“Di balik persoalan ini masih ada suatu alasan yang amat bagus, selama Shen Bok Hong bermusuhan dengan Siauw Ling, berulang kali dia peroleh kekalahan total, hal itu bukan berarti Siauw Ling lebih mampu atau lihay. Tapi karena nasibnya yang bagus dan waktu yang tepat sehingga tiap kali dia berhasil merebut kedudukan di atas angin. Mungkin hanya Siauw Ling seorang saja yang benar-benar amat lihay dengan nasib yang selalu bagus….” naib yang selain bagus:…”
Ia merandek sejenak, kemudian ujarnya kembali, “Perduli bagai manapun hanya Siauw Ling seorang yang bisa membuat hati Shen Bok Hong jadi keder.”
“Sayang pada saat ini Siauw Ling tidak berada disini, apa gunanya kita bicarakan persolan ini….” tukas Siauw Ling mendadak dengan suara dingin dan tegas tambahnya, “It-bun sianseng belum memberikan jawaban terhadap syarat yang kami ajukan.”
“Aku toh sudah menjawab sejujurnya? syarat yang pertama bisa kuterima, tapi syarat yang kedua hanya bisa kujalankan menurut keadaan serta situasi waktu itu, darimana kau bisa menyanggupi?”
“Aaai….rasanya dewasa ini hanya berbuat begini saja paling tepat, pikir si anak muda itu. Tapi orang ini terlalu licik dan pikirannya sukar diduga. aku tak bisa gunakan akal yang sama seperti menghadapi Phoa Liong tempo dulu untuk menghadapi dirinya…..
Berpikir demikian iapun lantas berkata, “KaIau begitu baiklah, kami akan menurut kehendak sianseng. Tetapi kamipun harus memberikan jaminan agar kamipun bisa berlega hati.”
“Kalian benar-benar tak tahu diri, dalam keadaan seperti ini mana aku bisa berikan jaminan?”
“Bila It-bun sianseng memang bermaksud sungguh-sungguh, semestinya kau dapat ajukan suatu jaminan yang paling baik.”
“Aku tak berhasil menemukan, coba kalian saja yang terangkan.”
“Seorang manusia dapat mati berapa kali?”
“Satu kali.”
“Kalau begitu aku akan gunakan kematian sianseng sebagai jaminan! seandainya It-bun sianseng berubah pikiran atau mengkhianati kami, maka sianseng sendiripun tak akan mampu melanjutkan hidupmu, dan kami pun tak akan mampu masuk ke dalam istana terlarang, bukankah jaminan ini sangat adil?”
It-bun Han Too segera kerutkan dahinya, “Sebenarnya siapakah kau?”
“Seorang prajurit tak bernama di dalam dunia persilatan.”
Dengan tajam dan seksama It-bun Han Too memperhatikan raut wajah Siauw Ling kemudian ujarnya lagi, “Kau mengenakan topeng kulit manusia?”
“Sedikitpun tidak salah!”
“Dapatkah kau lepaskan topeng itu sehingga aku bisa menyaksikan raut wajahmu yang sebenarnya?”
“Untuk sementara waktu tak perlu, tapi kalau It-bun sianseng suka mengabulkan permintaan kami, suatu saat kau pasti dapat menyaksikan raut wajahku yang sebenarnya.”
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang amat santar berkumandang datang memutuskan pembicaraan mereka berdua.
It-bun Han Too segera tersenyum, ujarnya, “Ada orang datang, mungkin Shen Bok Hong sendiri yang telah berkunjung kemari!”
“Orang ini licik dan luar biasa sekali, menghadapi orang semacam ini aku harus menggunakan cara yang paling tegas,” pikir Siauw Ling.
Tangan kanannya segera mengerahkan tenaga, telapak kiri diayun menotok dada It-bun Han Too.
Orang she It-bun itu bukanlah manusia sembarangan, sedari tadi ia sudah bikin persiapan, melihat datangnya ancaman dia mengigos ke samping menghindarkan diri dari totokan yang langsung mengancam dadanya, tangan kanan diobat-abitkan berusaha keras melepaskan diri dari cekalan musuh pada pergelangannya.
Tetapi Siauw Ling sudah menambah tenaganya berlipat ganda, kelima jari tangannya mencengkeram pergelangan lawan semakin kencang bagaikan jepitan besi.
It-bun Han Too yang merasa pergelangannya terlepas dari cekalan orang, kaki kanannya segera diayun melancarkan satu tendangan kilat menghajar pusar si anak muda itu..
Siauw Ling tekan tangan kirinya ke bawah bagaikan tombak menotok tumit musuh.
Pek-li Peng yang berada di sisi kalangan segera mendengus dingin, tangan kanannya secara tepat menotok tiga buah jalan darah It-bun Han Too.
Meskipun It-bun Han Too tahu bahwa kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu sangat 1ihay, tapi mimpipun ia tidak menyangka kalau gerakan tubuh orang sedemikian tepatnya, sebelum ia sempat berbuat sesuatu tiga buah jalan darahnya sudah terkena totokan.
Gerakan tubuh Siauw Ling sangat cepat. tangan kirinya kembali bergerak menotok jalan darah bisu di tubuh orang itu, kemudian bisiknya, “Terpaksa aku musti membuat sianseng tersiksa….”
Ia tekuk kaki orang hingga duduk bersila, kemudian berjalan keluar ruangan.
Beberapa saat kemudian ia telah kembali lagi ke dalam ruangan dan menotok bebas jalan darah bisu dari It-bun Han Too, katanya, “Shen Toa Cungcu telah persiapkan dua puluh orang lelaki kekar untuk bekerja, mereka bertanya kapan tuan akan mulai turun tangan?”
“Siapa yang menyampaikan perintah ini?”
“Murid tertua dari Shen Bok Hong, Tang Hiong Ciang!”
It-bun Han Too menghela napas panjang.
“Aaaaai… andaikata Shen Bok Hong datang sendiri, ia pasti akan merasakan keadaan yang kurang beres….”
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya, “Agaknya kau mengenal setiap orang dan persoalan dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng dengan amat jelas!”
Siauw Ling tertawa dingin.
“Waktu sudah tak banyak lagi, bagaimana pendapat sianseng? seharusnya kau cepat-cepat mengambil keputusan.”
“Andaikata aku tak mau menerima ancamanmu?”
“Didesak oleh keadaan. terpaksa kami harus membinasakan It-bun sianseng lebih dulu.”
“Sebaliknya kalau aku menyanggupi?”
“Akan kutotok jalan darah aneh di tubuh sianseng, bila di dalam dua belas jam tidak peroleh pembebasan. maka luka itu secara otomatis akan bekerja sehingga mengakibatkan kematian!”
“Baiklah aku turuti kemauan kalian.”
Siauw Ling segera menotok sebuah jalan darah aneh di tubuh It-bun Han Too, dan membebaskan ketiga buah totokan lainnya, katanya kemudian, “Sekarang mati hidup kita bertiga telah ditentukan. dengan keselamatan It-bun sianseng ditukar dengan keselamatan kami berdua, rasanya hal ini adil sekali.”
It-bun Han Too tidak menjawab perkataan dari si anak muda itu, ia buka peti emasnya dan ambil keluar sebutir pil untuk kemudian ditelan, katanya, “Setelah jalan darahku ditotok. apakah ilmu silatku masih bisa dipertahankan?”
“Walaupun pengaruhnya tetap ada, tetapi tidak begitu besar.”
“Bagaimana setelah dua belas jam kemudian? Bagaimanakah keadaanku waktu itu?”
“Aku akan bebaskan totokan itu untuk kemudian menotok sebuah jalan darah aneh yang lain, dengan begitu kau bisa lanjutkan hidupmu selama dua belas jam lagi”
“Seandainya begitu terus keadaannya. bukankah berarti pula bahwa keselamatanku untuk selamanya akan tercengkeram di tanganmu?”
“Asal sianseng bisa pegang janji, sesaat sebelum berpisah aku pasti sembuhkan dulu diri sianseng dari pengaruh totokan.”
It-bun Han Too termenung berpikir sejenak, akhirnya ia mengangguk, “Baiklah, mari kita berangkat…”
Dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan itu.
Pek-li Peng mengikuti terus di belakang Siauw Ling, dengan ilmu menyampaikan suara tanyanya, “Toako, sungguhkah itu? dua belas jam kemudian ia bisa mati karena pengaruh totokan itu?”
“Guruku pernah berkata begitu, benar atau tidak aku sendiripun tak berani memastikan….” ia merandek sejenak lalu tambahnya lagi, “Ingat, sebisanya kita harus berada di sisi tubuh It-bun Han Too, makin dekat jaraknya dengan dia semakin baik.”
Sementara itu It-bun Han Too telah membuka pintu batu dan keluar dari ruangan di situ ia jumpai Shen Bok Hong dengan diiringi Cau Liong serta Tong Lo tay-tay sekalian telah menanti di situ.
Dengan wajah penuh senyuman Shen Bok Hong berkata, “Dua puluh orang pria kekar telah berkumpul semua, mereka siap menantikan perintah dari It-bun heng!”
It-bun Han Too menoleh dan melirik sekejap ke arah Siauw Ling kemudian menyahut, “Aku terdesak oleh keadaan, terpaksa musti bekerja dengan sepenuh tenaga….”
Perkataan ini mengandung dua arti, Shen Bok Hong tentu saja tak tahu duduknya perkara. ia segera tertawa jengah.
“It-bun heng,” serunya “Asal kau sungguh-sungguh dapat membawa aku masuk ke dalam istana terlarang. jasamu itu pasti akan memperoleh imbalan yang setimpal.”
It-bun Han Too tidak berbicara lagi, dengan langkah lebar ia maju ke arah depan.
Pek-li Peng mengingat terus pesan dari Siauw Ling, dengan kencang dia ikuti terus di belakang tubuh It-bun Han Too.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di tepi telaga kecil yang terdapat pancuran airnya itu.
Terlihatlah Phoa Liong serta dua puluh orang pria kekar telah menunggu disitu.
It-bun Han Too memeriksa sekejap situasi di sekeliling tempat itu kemudian perlahan lahan ia berjalan ke tepi dinding tebing dekat telaga kecil itu. dari peti emasnya dia ambil sebutir batu bulat berwarna putih dan menggurat sebuah lingkaran seluas lima depa lebih. katanya, “Cangkullah daerah yang telah kulingkar itu sedalam tiga depa!”
Dua puluh orang pekerja kekar di bawah pimpinan Phoa Liong segera bekerja keras, suara sekop dan cangkul bergeletar memenuhi angkasa.
Rupanya Shen Bok Hong menaruh harapan yang besar terhadap usaha dari It-bun Han Too ini, sambil bergendong tangan ia awasi usaha penggalian itu.
Menggunakan kesempatan di saat semua orang pusatkan perhatiannya pada penggalian itu, Siauw Ling berbisik kepada Pek-li Peng, “Nenek tua yang berdiri di sisi Shen Bok Hong itu pandai sekali mempergunakan senjata rahasia beracun. ia adalah ketua dari keluarga Tong di propinsi Sujwan yang amat tersohor itu, andaikata rahasia kita ketahuan sehingga kita harus bertempur, kamu musti perhatikan baik-baik Tong Lo Thay-thay itu!”
Meskipun Pek-li Peng pintar dan cerdas tetapi sifat kekanak-kanakannya belum hilang, apalagi sejak kecil dimanja dan disayang oleh orang tuanya membuat dia selalu manja kepada siapapun. Sekarang melihat Siauw Ling begitu memperhatikan dirinya, ia jadi kegirangan dan tersenyum manis hingga sebaris giginya nampak putih bersih.
Siauw Ling terkejut, buru-buru ia melengos ke samping dan tak berani memandang lagi ke arah gadis itu, hawa murninya segera dihimpun siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Untung senyuman tadi tak diketahui oleh siapapun.
Sementara itu It-bun Han Too yang pusatkan seluruh perhatiannya mengawasi jalannya penggalian itu, mendadak membentak keras, “Tahan!”
Duapuluh orang pria kekar itu segera berhenti dan mundur beberapa langkah ke belakang.
Waktu itu dinding tebing yang berhasil digali baru mencapai kedalaman setengah depa.
Shen Bok Hong segera mendehem ringan, tegurnya, “It-bun heng, apakah kau telah menemukan sesuatu?”
“Apakah Toa Cungcu tidak mendengar kalau suara yang dipantulkan keluar sedikit rada kurang beres?”
Dalam hati Shen Bok Hong merasa kegirangan. tapi diluaran ia tetap mempertahankan ketenangannya.
“Mana yang kurang beres? Aku tidak mendengarnya sama sekali?”
Dari tangan seorang pekerja It-bun Han Too mengambil sebuah cangkul lalu mendekati dinding tebing itu dan dicangkul keras-keras.
“Toa Cungcu. sudah kau dengar?”
Ucapan ini diutarakan amat keras, rupanya sengaja ia biarkan Siauw Ling sekalian ikut mendengar pula.
Shen Bok Hong segera mengangguk.
“Ehm….. memang rada berlainan. rupanya di balik dinding tebing ini terdapat ruangan kosong.”
“Kita tak boleh berpikir begitu enteng. mungkin saja ruangan itu ada hubungannya dengan gerakan air di bawah.”
Dia angkat kepala memandang air mancur yang memancar dengan derasnya itu. lalu berkata kembali, “Gerakan air di bawah tanah yang terdapat disini luar biasa dahsyatnya. seandainya sampai tercangkul hingga pecah aku rasa tak seorangpun yang akan sanggup meloloskan diri dari bencana air bah yang luar biasa itu.”
“Kalau begitu kau musti lebih berhati-hati lagi dalam pekerjaan ini!….” ujar Shen Bok Hong sambil tertawa ewa.
It-bun Han Too angkat cangkulnya dan mengetuk dinding batu lebih dahulu, kemudian bergeser di sebelahnya, secara teruntun ia ketuk beberapa tempat kemudian lepaskan cangkul sambil berkata, “Baik! kamu semua boleh lanjutkan pekerjaan ini…”
“It-bun heng, sungguh luar biasa dirimu ini… aku rasa kaulah satu-satunya orang yang paling luas pengalamannya di kolong langit…”
“Toa Cungcu terlalu memuji, mungkin rencana serta perhitunganku tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya.”
“Andaikata It-bun heng sendiripun tak sanggup membuka istana terlarang, dalam kolong langit dewasa ini siapa lagi yang mampu membuka istana tersebut?”
It-bun Han Too tertawa ewa, ia tidak berbicara lagi.
Siauw Ling yang berdiri di sisi kalangan, dalam hati segera berpikir, “Kalau dilihat dari sikap It-bun Han Too saat ini, rupanya ia sudah memiliki keyakinan untuk membuka istana tersebut, kalau memang benar demikian bukankah berarti anak kunci istana terlarang sudah tak ada nilainya lagi….”
Berpikir sampai disitu, ia perhatikan lebih seksama lagi.
Terlihatlah batu dinding bukit itu kian lama kian bertambah keras, sekop serta cangkul yang mengena di atas dinding segera memancarkan percikan bunga api, yang gugurpun hanya beberapa bagian kecil saja.
Sesaat kemudian, mendadak terdengar It-bun Han Too berteriak cemas, “Tuan! tahan….cepat tahan”
“It-bun heng, apakah ada yang tidak beres?” bisik Shen Bok Hong lirih.
Sambil gelengkan kepala It-bun Han Too menghela napas panjang.
“Aaaiii, si ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian benar-benar seorang jago yang luar biasa.”
“Aku tidak paham, apakah It-bun heng bisa menerangkan lebih jelas lagi?”
“Seandainya aku yang membangun istana terlarang di selat ini, maka pintu untuk menuju istana pasti akan kubangun di tempat ini.”
“Dan sekarang?”
“Ternyata Pau Thian tidak membuat pintunya di tempat ini.”
Shen Sok Hong mendehem ringan.
“Seandainya istana terlarang memang benar-benar berada di sini, bukankah kita bisa tembusi dinding untuk menerobos masuk ke dalam?”
“Kecuali kalau kita semua sudah bosan hidup.”
“Aaah, masa begitu serius?”
“Tidak salah, kalau penggalian ini dilanjutkan maka bencana yang tragis segera akan terjadi di tempat ini.”
“Apakah nadi air dalam bukit ini pecah?” bisik Shen Bok Hong.
“Itu sih bukan.”
“Kecuali itu masih bisa mengakibatkan bencana apa lagi?”
“Menurut penilaianku dari getaran sekop serta cangkul yang menimpa dinding tebing itu, bila pekerjaan tidak segera dihentikan maka beberapa orang penggali pasti akan mendapatkan bencana kematian”
“Cuma begitu saja?”
“Menurut penilaianku sih begitu, apakah Toa Cungcu tidak percaya?”
“Kepandaian yang dipelajari It-bun heng adalah kepandaian khusus, sudah tentu aku mempercayainya. Tetapi kalau memang kematian dari beberapa orang pekerja itu bisa membuktikan dugaan dari It-bun heng. Apa salahnya kalau suruh mereka mencoba?”