Pengarang: Oh Chung Sin
Halaman: 10 Bab
|
Siauw-beng mundur mendjauhi orang di depannja jang seperti setan mau menelannja sadja.
Tapi Hek Thian-tong madju lagi dan tetap mendesaknja.
Tidak lama kemudian, Siauw-beng sudah mundur sehingga dipodjok goa dan tidak ada tempat untuk mundur lagi.
Dan di ini waktulah terdengar satu suara halus jang berkata:
“Hek Thian-tong, kau disini menghina seorang anak kecil? Apa kau tidak takut membikin malu dan merusak nama suhumu?”
Hek Thian-tong tjepat membalikkan kepala dan di mulut goa dilihatnja seorang nenek jang berambut ubanan, dengan mukanja jang keriputan dan keputih- putihan, matanja jang welas asih memandangnja dengan pandangan tadjam.
Bagaikan menemukan iblis djahat, kakinja Hek Thian-tong mendjadi gemetaran, ia berlutut dan berkata perlahan:
- Bab 01 : Muntjulnja Belati Hitam di Lautan Saldju
- Bab 02 : Pertempuran di Sam-kiong San-Tjhung
- Bab 03 : Si Anak Jatim Djatuh Kedalam Djurang
- Bab 04 : Si Gadis Pengemis Memberikan Pertolongannja
- Bab 05 : Dari Dasar Lembah Patah Tulang ke Pulau Angin Pujuh
- Bab 06 : Peladjaran Ilmu Golok Bintang Tudjuh
- Bab 07 : Telapak Tangan Berdarah
- Bab 08 : Belati Hitam Muntjul Kembali
- Bab 09 : Bila Dua Manusia Imperialis Bertemu Mendjadi Satu
- Bab 10 : Penghuni Muda Pulau Angin Pujuh Jang Disegani (Tamat)