Pengarang: Kho Ping Hoo
Halaman: 27 Jilid
|
Semenjak dunia berkembang, segala mahluk dan benda baik yang dapat bergerak maupun yang tidak, harus mengakui keunggulan tenaga alam, harus mengakui bahwa mereka tak kuasa melawannya, tak kuasa menolaknya, hanya kuasa lari menjauhinya atau pergi sembunyi mencari tempat perlindungan, jika sewaktu-waktu tenaga alam memperlihatkan keunggulannya, jika tenaga alam bangkit dan mempermainkan segala apa yang ada di muka bumi ini.
Demikian pula penduduk ibu kota Karta, ibu kota Kerajaan Mataram dengan daerahnya yang terkenal subur makmur gemah ripah loh Jinawi itu, dimana rakyat hidup penuh kebahagiaan karena murah sandang pangan, tata tenteram reja raharja, karena kendali pemerintah berada dalam sepasang lengan yang kuat dari Sultan Agung, Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Agung Senapati Ing AlagaNgabdurrahman, seorang penata praja yang arif bijaksana, sakti mandraguna dan luhur budi pekertinya.
Namun demikian, sewaktu-waktu, penduduk ibu kota Karta terpaksa menyerah kepada kekuasaan alam yang maha besar, hingga Sri Sultan sendiri yang terkenal sakti dan perkasa, tak kuasa menentang dan menghentikan kemurkaan alam berupa hujan badai, banjir, gunung meletus, dan lain-lain.