-------------------------------
----------------------------
Jilid 6
WALAUPUN keduanya berpakaian
sebagai petani biasa, tetapi nyatanya pakaian me reka itu masih berbeda jauh
dengan paKaian para petani yang tampak di-jalan2 dan di-ladang2 yang
dilaluinya.
Perbedaannya ialah bahwa
keduanya berpakaian utuh dan juga sangat bersih, sedangkan para petani diladang
itu hanya mengenakan pakaian yang compang-camping.
Disaat itu adalah tahun
terakhir dari pemerintahan Kian Liong ( masehi tahun 1795 ), masa yang dapat
disebutkan sebagai awal kemerosotan pamor pemerintah Boanceng, yang ketika itu
menjajah Tionggoan dan masih akan te rus menjajah sampai seratus dua puluh
tahun lagi.
Karena sikap tamak raja2 Boan
untuk memperluas daerah kekuasaannya, ketamakan akan kekuasaan yang tidak
pernah surut selama empat turunan, dari Sun Tie sampai Kian Liong, maka terus
menerus mereka telah melakukan peperangan yang menelan biaya tidak sedikit Dan sumber satu2nya yang harus memenuhi
kebutuhan pembiayaan itu, tentulah tidak lain dari rakyat, yang sebagian besar
terdiri dari petani.
Pajak2 yang sangat berat
mengikat dibebankan kepada golongan tersebut.
Pertama kali pajak2 berat itu
tidak terlalu mencekik hidup rakyat jelata.
Walaupun berat masih
terbayarkan juga, sedangkan hidup rakyat masih tidak sampai terla lu sengsara.
Raja2 kuat lagi cakap seperti
Kong Hie dani Kian Liong dapat memilih menteri2 yang jujur dan tidak ragu2
menghukum setiap penyalahgunaan kekuasaan.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Karena pimpinan
yang kuat itu, sepak terjang para pegawai pemerintah selalu berada di bawah
pengawasan yang keras, sehingga mereka tidak berani berlaku curang atau
melampaui ba tas kekuasaannya.
Seperti juga halnya dengan
Kong Hie, Kian, Liong juga mengetahui dengan baik sampai berapa jauh dia bisa
mengambil pajak rakyatnya itu tanpa perlu membahayakan ekonomi negaranya.
Dimasa mudanya Kian Liong
dapat melakukan pengawasan yang sangat keras seperti itu, tapi setelan usianya
lanjut dan semangatnya sudah ber kurang kewaspadaannya jadi merosot.
Beberapa orang menteri yang
sangat dipercayanya kini mulai berani berbuat curang. Con toh yang bersumber
dari penjabat didaerah.
Dari secara sembunyi2 dan
secara diam2, lambat laun para pembesar tinggi rendah semakin berani secara
terang2an menerima suapan dan melakukan penghisapan kepada rakyat.
Korupsi meraja-lela dan rakyat
yang sejak tadi tidak pernah hidup dalam kecukupan, kini benar2 harus menderita
kemiskinan dan kelapar an yang sangat.
Disamping para pegawai negeri
itu, kaum tuan tanah juga melihat kesempatan baik itu dengan tidak kurang
kejamnya merekapun turut dan ikut2 menghisap para petani.
Untuk mengisi kantongnya
sendiri para pem besar mengharuskan petani2 itu membayar pajak yang lebih besar
dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Hasil para petani, yang memang
sudah tidak seberapa itu, selalu habis untuk membayar pajak.
Dan terkadang juga, jika masa
panen mengalami paceklik, mereka bahkan sampai tidak dapat melunaskan pajak
itu.
Dalam kesempatan seperti
itulah para tuan tanah selalu memaksa kaum tani menjual tanah nya dengan harga
se murah2nya.
Bagi tuan2 tanah itu,
kelaliman pembesar2 negeri bahkan menguntungkan, dan dengan rupa2 cara mereka
malah menganjurkan dipungutnya pajak2 yang jauh lebih berat lagi dari para
petani.
Oleh karena itu maka tidaklah
heran, bab wa banyak diantara petani kecil jadi kehilangan sawah ladangnya dan
karenanya telah kehilangan mata pencariannya pula.
Banyak diantara mereka itu
terpaksa menja di pengemis, ada juga yang tidak melibat jalan lain dari menjadi
perampok dan tidak sedikit pula yang dalam keadaan nekadnya itu melakukan
pemberontakan secara kecil2an itu tentu tidak dapat berakibat lain dari
mengalami kegagalan dan kehancuran.
Hanya gejala2 itu adalah tanda
buruk bagi pemerintahan, bahwa di-waktu2 mendatang rakyat yahg sudah matang
Untuk melakukan pemberontakan dan hanya menantikan saja adanya pimpinan yang
dapat mempersatukan mereka.
Daerah lembah sungai Tiangkang
(Yangtze) merupakan salah satu daerah yang sangat subur dan makmur di Tionggoan
dan biasanya dapat memberikan hidup yang layak bagi penduduknya Tetapi sekali ini daerah tersebut tidak men
jadi terkeetialian dalam penderitaan yang dialami para petani diseluruh
Tionggoan.
Disepanjang jalan yang dilalui
dua pemuda itu, tiada lain dari kesengsaraan dan kemiskinan yang tampak.
Semakin lama mereka semakin
sedih menyaksikan itu dan sambil berjalan tidak jarang terdengar mereka
mengutuk pemerintah penjajah yang lalim itu.
„Koko, sudah enam tahun kita
menjelajah seluruh negeri tetapi jerih payah kita itu sedi-kitpun tidak ada
hasilnya. Sebaliknya, setiap ha ri kita harus menyaksikan penderitaan rakyat,
semakin lama semakin banyak kita melihatnya, sehingga hatiku kini tidak
tertahan pula',” kata salah seorang diantara kedua pemuda itu, setelah berdiam
sejenak kemudian melanjutkan pula perkataannya "Urusan kita Sendiri
sesungguhnya disebabkan penjajah itu pula, maka kupikir Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ apakah tidak lebih
baik jika kita menggabungkan diri dalam suaru gerakan orang2 gagah pencinta
negara, untuk bantu mengusir penjajah ? Terlebih lagi. mungkin tugas yang suhu
bebankan kepada kita akan menjadi lebih mudah terlaksana dengan bantuan sebuah
organisasi yang luas pengaruhnya".
„Benar adikku, akupun setuju,
bahkan kuki ra suhu tentu juga akan senang jika kita turut menyumbangkan tenaga
bagi tanah air. Hanya, sebaiknya kita berhati-hati sebelum memutuskan untuk
melibatkan diri dalam suatu gerakan. Tidak semua penggerakan2 yang kini banyak
bertumbuhan dimana2, sesungguhnya memiliki tujuan murni. Dalam masa sesulit
seperti ini, mu dahlab bagi petualang-petualang jahat yang pandai memutar
lidah, untuk menghasut rakyat ikuti dengan mereka membentuk organisasi ini atau
tu, dengan berkedok menjadi patriot bangsa.
Gedangkan tujuan mereka yang
sesungguhnya ha myalah untuk mencari keuntungan diri sendiri Dan rakyat yang
diajaknya dalam penggerakan dalam penggerakan semacam itu hanya dipandang
sebagai alat untuk mencapai maksud2 buruk mereka. Sungguh kasihan rakyat
jelata, mereka haoya yang dikambing hitamkan juga* „Tidak salah. Kita memang harus ber-hati2
agar tidak diperalat orang2 untuk maksud yang tidak baik. Sejauh yang kudengar,
agaknya gerakan Pek Lian Kauw (gerakan teratai putih) benar2 bertujuan mengusir
penjajah dan menegak kan kembali keraj^sn bangsa kita sendiri. Entah bagaimana
pendapatmu tentang penggerakan itu?"
„Ya, akupun mendengar bahwa gerakan Pek Lian Kauw memang yang sangat
teratur dan berdisiplin keras. Bahkan menurut cerita orang banyak, seringkali
bekas anggota2 An Hwa Hwe yang telah ikut menggabungkan diri dengan mereka,
atau se-tidak2nya menyatakan kesediaannya mereka untuk bekerja sama. Tetapi
dalam bal ini pun kita sebaiknya ber hati2. Lebih baik kita melakukan
penyelidikan dulu dari dekat sebelum kita mengambil keputusan".
Percakapan mereka itu jelas
memperlihatkan kebencian mereka terhadap penjajah2 Boan yang dengan lainnya
menindas rakyat di Tiong-goan disaat itu.
Diluar tahu mereka sendiri,
kedua pemuda itupun sesungguhnya memiliki darah Boan didalam tubuh masing2,
karena mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jin, yang sesungguhnya sepasang
putera kembar Hok Kong An.
Hanya, yang diketahui oleh
mereka, bahwa mereka adalah putera kembar Cie Ceng, dan ber darah Han secara
mutlak.
Mengingat bahwa Cie Ceng telah
tewas karena kekejaman budak2nya pemerintah penjajah dan karena sejak mengikuti
Ouw Hui berkelana sudah seringkali melihat dan mengalami sendiri betapa
kejamnya kaum penjajah itu menjalankan pemerintahan, maka tidak aneh mereka
demikian membenci pemerintah Boan.
--oo0dw0oo- PERSEKUTUAN Pek Lian Kauw bukanlah suatu
penggerakan baru dimasa itu. Penggerakan itu telah didirikan sejak masa
kerajaan Beng dan pernah meniililiki pengaruh yang besar sekali, yang disegani
oleh orang2 gagah rimba persi latan.
Yang mendirikannya dan menjadi
Kauwcu (pemimpin besar)nya yang pertama kali adalah Han San Tong.
Diakhir masa kerajaan Beng,
pengaruh gerakan itu telah merosot banyak.
Selama kurang lebih seratus
tahun sejak Tionggoan dijajah oleh bangsa Boan, hampir tidak pernah terdengar
pula kegiatannya, sampai dipertengahan masa pemerintahan Kian Liong, se orang
yang cakap dan cerdik yang bernama Lauw Siong, berhasil mempersatukan kembali
gerakan yang sudah terpecah belah itu.
Maksud dan tujuan Pek Lian
Kauw sebenar nya sangat baik, yaitu untuk mempersatukan rakyat agar dapat
melawan penindasan kaum feodal dahulunya dan belakangan untuk melawan dan
mengusir kaum penjajah.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Hanya harus dibuat
sayang bahwa tata cara nya terlalu banyak didasarkan atas ketakhayulan sehingga
akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh organisasi itu sendiri.
Dimasa pemerintahan Kian
Liong, dapatlah disebut sebagai masa keemasan kerajaan penjajah Boanceng,
tetapi juga dapat disebut sebagai awal kemerosotan pamor dari kejayaan dan
kemunduran pemerintahan Boan itu terjadi ditahun Kian Liong ke 35 ( masebi
1771).
Waktu itu pemerintah Boan
sudah mulai kekurangan pembiayaan untuk tentaranya yang terus menerus berperang
kesana kemari.
Untuk menutupi kekurangan itu,
rakyat jelata terutama sekali adalah kaum petani, mulailah diperas dan perasaan
tidak puas dengan cepat meluas dikalangan rakyat cepat sekali.
Karena itu, maka gerakan Pek
Llan Kauw yang baru dibangkitkan kembali oleh Lauw Siong mudah memperoleh
pengikut, dan dengat cepat sudah menjadi kuat.
Pada tabun Kian Liong 39
(masehi 1775), kaum Pek Lian Kauw telah melancarkan pembe rontakan di Holam.
Waktu itu Lauw Siong sebenarnya masih hendak menanti sampai beberapa tahun lagi
sambil memperkuat organisasi dani tentaranya.
Tetapi keadaan telah
memaksanya bertindak tahun itu juga.
Sebagai juga seringkali
terjali gerakan2 lain nya Pek Lian Kauw telah kena diselundupkan kaki tangan
pemerintah. Rahasia penting mereka menjadi bocor dan pemerintah dengan mudah
mendatangkan puluhan ribu tentara untuk menumpas mereka.
Disamping itu beberapa mata2
pemerintah yang bertugas untuk mengacaukan gerakan terse but, telah berhasil
menghasut anggota2 Pek Liati Kauw untuk menuntut Kauwcu mereka segera
mengangkat senjata.
Inilah siasat kaum penjajah,
agar pekerjaan menumpas gerakan itu menjadi lebih mudah.
Dengan bergerak "dibawah
tanah" sebagai sebuah perkumpulan rahasia, markas pusat Pek Lian Kauw yang
ber-pindah2 terus, tidak mudah diketahui pemerintah Ceng.
Tetapi, secepat mereka memberontak
secara terang2an, pusat gerakan mereka itu menjadi terang dan jelas, dan
pemerintah dapat mengirimkan tentara dengan serentak.
Pemberontakan ter-gesa2 itu
tentu melihat kegagalan, bahkan Lauw Siong telah tertangkap dan dibuang
kedaerah perbatasan.
Tetapi kegagalan itu bukan
berarti berakhir nya gerakan tersebut
Anggota2 pimpinan yang berhasil menyelamatkan diri, lambai laun dapat
menghimpun kekuatan baru lagi, bahkan berhasil pula meluas kan kegiatan mereka
keberbagai propinsi.
Yang terutama sekali adalah
dikeenarn propinsi, yaitu Kam Siok, Siamsay, Kolam, Anhu Ouwpak dan Sucwan,
dimana Pek Lian Kau telah memperoleh jumlah pengikut yang besar sekali.
Pemerintah Boan tentu saja
tidak berpeluk tangan. Berulang kali mereka telah berusaha membasmi gerakan itu
dan sejak tahun Kia Liong ke 57 ( masehi 1793 ) seringkali tentara Boan
melakukan penyelidikan besar2an.
Sebagai akibatnya,
pertempuran2 sengit antara kesatuan2 pasukan pemerintah dengan cabang cabang
Pek Lian Kauw setempat sudah sering terjadi.
Demikianlah, penindasan
terhadap rakyat yang dimaksud untuk menutup kekurangan anggaran belanja
ketentaraan pemerintah Boan, ternyata telah berakibat harus dikeluarkannya
biaya lebih besar lagi seiring dengan dibutuhkannya lebih banyak pula tentara untuk
mempertahankan kekuasaannya.
--oodwoo- Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Sekian lama pemuda
itu berjalan tanpa bercakap2 lagi. Waktu itu adalah awal musim se-mi.
Pucuk daun muda yang segar dan
menambah keindahan disepanjang lembah sungai Tiang kang mulai terlibat cerah.
Biasanya, kesibukan2 para
petani dimulai pada minggu2 pertama setiap musim semi, tetapi di waktu itu Cie
Beng dan Cie Jin hanya me lihat sedikit sekali kegiatan di-ladang2 yang di
laluinya, di-mana2 tampak kelesuan, tedikitpun juga tidak tampak semangat
bekerja diantara mereka.
Pemandangan seperti itu
semakin menyedihkan bati Cie Beng dan Cie Jin.
Kurang lebih tengah hari
mereka tiba dise buah kota kecil atau lebih tepatnya sebuah desa besar, Juga
dalam desa tersebut ternyata tampak kelesuan diantara penduduknya.
Pasar2 tampak sepi, sedikit
sekali pedagang yang membuka kedainya, sedangkan pembelipun hanya tampak
seorang dua orang. Sebaliknya di sana sini tampak orang ber-kelompok2, asyik
membicarakan sesuatu dengan ber-bisik2.
Cie Ceng dan Cie Jin ingin
sekali mengetahui apa yang mereka bicarakan itu tetapi setiap kelompok yarg mereka dekati segera
menghentikan percakapan mereka dan cepat2 bubar.
Anehnya, sebentar pula, orang2
itu sudah berkumpul lagi, tidak jauh dari tempat semula.
Jelaslah sudah, bahwa orang2
itu membicarakan sesuatu yang bisa mendatangkan bahaya ji ka terdengar oleh orang lain.
Kedua pemuda yang masih asing
bagi mereka itu, tentu saja dicurigai dan tidak boleh ikut mendengar percakapan
mereka.
Setelah berjalan sepanjang
pagi, perut Cie Beng dan Cie Jin sudah lapar, maka tanpa menghiraukan lagi
orang2 yang ber kelompok2 itu pergilah mereka mencari rumah makan.
Tetapi dengan kecewa mereka
mendapatkan kenyataan bahwa sebuah rumah makanpun tidak ada yang dibuka hari
itu.
Kenyataan seperti itu semakin
membangkitkan perasaan ingin tahunya kedua saudara she Cie itu.
Sementara itu, suasana tegang
didalam desa itu menjadi semakin terlihat jelas.
Agaknya akan terjadi sssuatu
yang luar biasa hari itu.
Kareanya maka mereka terpaksa
menahan lapar dengan hati agak jengkel, walaupun pertama sekali mereka sudah hendak meninggalkan desa
tersebut untuk mencari rumah makan didesaa lain.
Tanpa tujuan mereka lalu ber
jalan2 kesana kemari, terdorong perasaan lapar dan juga memang perasaan ingin
mengetahui sebab musabab dari ketegangan yang meliputi desa itu.
Dan sambil menantikan
terjadinya perkembangan lebih lanjut, sudah jelaslah bagi mereka bahwa sesuatu
yang luar biasa itu akan terjadi di hari itu juga.
Benar saja. tidak perlu
terlalu lama mereka harus me nanti2, jawaban atas perasaan herannya menghadapi
suasana yang luar biasa itu, Kurang lebih setengah jam kemudian, sepasukan d
utara Boan yang mengawal kurang lebih dua gerobak, tampak memasuki desa tersebut.
Seketika itu siraplah bisik2
kelompok rakyat disepanjang jalan desa itu, bahkan sebagian besar dari mereka
segera lari masuk kedalam rumah masing2.
Gerobak2 yang dikawal pasukan
tentara itu tampaknya berat2 semua.
Agaknya itulah iringan2 bahan
makanan untuk perbekalan tentara.
Pasukan pengawal itu terdiri
kurang lebih seratus orang peiajurit dibawah pimpinan tiga orang perwira.
Datangnya rombongan pemerintah
Boan itu dari utara dan agaknya mereka ter gesa2 sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tanpa berhenti sejenak untuk beristirahat,
mereka langsung keluar lagi dari desa itu dan menuju ketempat penyeberangan
disebelah desa itu.
Secepat iring2an itu sudah
lewat, orang2 desa yang tadi masuk kedalam rumah, lalu keluar lagi dan
mengikuti rombongan tentara negeri itu dari jarak jauh sambil ber bisik2 lagi.
Cie Beng dan Cie Jin mengerti
bahwi rombongan tentara itu tentu yang sejak tadi te lah ramai dibicarakan para
peiduduk desa tersebut. Keduanya lalu juga mengikuti orang2 desa itu untuk menyaksikan
apa yang akan terjadi Rombongan tentara
itu sudah sampai ditempat penyeberangan tetapi sebuah perahupun tidak tampak,
sedangkan didermaga kayu di tepi sungai itu tidak ada seorangpun juga.
Rombongan tentara itu terpaksa
berhenti ketiga perwira yang memimpinnya lalu berunding.
Ketika itu mereka sesungguhnya
tengah menghadapi kesulitan yang besar.
Tempat penyebrangan lain yang
terdekat dari tempat itu masih terpisah kurang lebih sepuluh lie. Berjalan
memutar kesana dan kembali lagi kejalan yang sudah direncanakan setelah
menyebrang, tentu akan berarti keterlambatan barang lebih satu hari, sedangkan
jika dilihat dari sikap ter-gesa2nya mereka melakukan perjalanan, mereka
agaknya harus tiba secepat mungkin ditempat tujuan mereka.
Disaat itu tiba2 munculah
kurang lebih lima ratus petani dari gerombolan pohon2 Yan Liu dan rumput sungai
yang tinggi2 disebelahan tempat penyebrangan itu.
Semua petani itu bersenjata
golok, tongkat, cangkul dan segala macam alat yang biasanya dipergunakan
sebagai alat pertanian. pakaian mereka compang camping, wajah dan tubuh mereka
kurus2, lukisan jelas menggambarkan kemiskinan dan penderitaan yang sudah
terlalu berlarut2.
Tetapi diwajah mereka justru
memperlihatkan perasaan benci yang sangat dan mendidih tanpa mengucapkan
sepahat kata mereka bergerak untuk mengurung iring2an tentara itu.
Melihat sikap mereka yang
sangat mengancam, ketiga perwira itu segera mengeluarkan perintah2.
Gerobak2 barang itu segera
dikumpulkan ber jajar menjadi satu rapat sekali dan tentara pengawal itu dengan
cepat sudah mengatur diri di sekitar dengan senjata terhunus Disaat itu, baru saja mereka selesai mengatur
diri, para petani itu sudah melancarkan serangan.
Maka segera berkobarlah sadah
pertempuran sengit. Dengan nekad dan berani sekali petani itu merangsang maju
kedepan melancarkan serangan untuk mengadu jiwa.
Tetapi tanpa pengalaman
bertempur dan hanya bersenjatakan alat2 yang sebenarnya bukan untuk bertempur,
sedangkan sebaliknya musuh mereka itu merupakan pasukan tentara yang ter atur
dan sudah memiliki pengalaman luas dalam pertempuran2 yang sudah bukan sedikit
mereka alami, para petani tentu saja tidak dapat berbuat banyak.
Serbuan mereka itu hanyalah
ibarat serombongan rusa yang menerjang sekelompok harimau.
Dalam waktu yang singkat
sekali, sudah banyaklah korban yang jatuh dalam pertempuran itu korban2 itu
hampir seluruhnya dari petani2.
Tetapi semula itu tidak
dihiraukan, mereka menyerbu terus dengan berani dan nekad.
Cie Beng dan Cie Jin tidak
tega melihat ke jadian yang menyedihkan itu mereka teringat la gi akan
peristiwa dimasa lampau, yang telah me reka saksikan dan alami sendiri.
Tidak dapat mereka mendiamkan
saja tentara penjajah itu mengganas dan membunuh bunuhi petani2 yang sudah
nekad itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Serentak mereka mencabut senjata masing2, dan
melompatlah mereka ke tengah2 pergumulan tersebut.
Setelah mengikuti jalannya
pertempuran itu selama beberapa saat, kedua pemuda itu sudah mengetahui bahwa
diantara pasukan tentara itu tidak seoraagpun yang memiliki kepandaian berarti.
Kekuatan pertahanan mereka itu
hanya terletak dalam sikap disiplin dan kesigapan mereka melakukan komando2
pemimpinnya sebagai tentara yang sudah terlatih.
Dengan pimpinan yang cakap,
tentara demikian memang kokoh, kuat sekali.
Tetapi bila pemimpinnya dapat
dijadikan tidak berdaya sama sekali, maka pertahanan mereka akan kacau dengan
sendirinya.
Karena menarik kesimpulan
seperti itu, Cie Beng dan Cie Jin segera juga hendak menorobos masuk kedalam
lingkaran tentara itu.
Perbuatan kedua saudara she
Cie itu tentu saja tidak ada yang dapat merintangi Tetapi meng hadapi kedua
orang murid2 jago silat yang luar biasa ini, memang seperti juga menghadapi
deng an akhli silat yang tidak bisa dipersamakan deng an petani-biasa, sehingga
walaupun banyak juga tentara negeri yang telah maju menghadangi Cie Beng dan
Cie Jin, kenyataannya mereka itu sudah dapat dirubuhkannya dengan mudah olen
kedua pemuda itu.
Alangkah terkejutnya kawan2
pasukan tentara yang menjaga garis pertahanan didepan itu.
Sungguh tidak pernah mereka
menduga bahwa diantara kaum tamu itu bisa ada dua orang yang demikian gagah
perkasa.
Sebaliknya, Cie Beng dan Cie
Jin tidak menghiraukan lagi pasukan2 itu, secepat kilat mereka sudah berhasil
menerobos masuk, mereka serentak melompat kearah sebuah gerobak besar yang
berada di-tengah2.
Diatas gerobak yang dituju
oleh Cie Beng dan Cie Jin itu, merupakan tempat berdirinya ketiga orang perwira
itu Dengan masing2 memimpia satu sektor
dari aaris pertahanan, mereka bertiga dapat memimpin pasukan itu bertempur
secara, teratur, dan dengan hasil yang baik.
Yang lebih dulu mengetahui
kedatangan kedua pemuda she Cie itu, tentu saja yang pemim pin sektor yang
dibobolkan pemuda Cie itu-Dia-pun tidak kalah terkejutnya dari pasukannya sen
diri ketika melihat kegagahan kedua pemuda petani itu Cepat2 dia memberitahukan rekan2nya dan
menghunus goloknya masing2.
Disaat itu Cie Beng dan Cie
Jin sudah melompat kearah gerobak tersebut dan sebelum kaki mereka menginjak
atas gerobak itu, keduanya telah melancarkan serangan.
Masing2 telah mengincer
seorang perwira.
Kedaa perwira itu yarjg
diserang hebat tidak tinggal berpeluk tangan saja.
Dengan cepat mereka telah
melancarkan serangan dengan golok masing2.
Sebagai umumnya orang2 Boan,
kedua perwira itupun sangat mengandalkan tenaga gwa-kang (tenaga kasar), yang
dalam medan peperangan memang sudah dapat diandalkan Tetapi mereka sesungguhnya memang memiliki
tenaga yang besar, hanya untuk menghadapi pertempuran yang harus mempergunakan
keulet an belaka-Namun jika menghadapi jago2 silat yang memiliki tenaga lwekeh,
berarti mereka a-kan cepat sekali dirubuhkan.
Mereka melancarkan serangan
disaat Cie Beng dan Cie Jin masih berada diteogah udara, maka ketiga perwira
itu yakin mereka akan ber hasil melontarkan kedua pemuda itu kebawah.
Namun, alangkah terkejutnya
mereka, keti ka senjata2 mereka saling bentur dengan senja ta kedua pemuda itu
dan seketika itu juga mere ka merasakan tangan mereka tergtar dan linu.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Sesaat kemudian
mereka harus mengalami kekagetan lebih hebat lagi Entah dengan gerakan macam apa, sepasang
pedang kedua pemuda yang baru tertangkis itu, tahu2 sudah meluncur pula kearah
tenggorokan nya perwira2 tersebut.
Mau atau tidak mereka terpaksa
berkelit memiringkan tubuh, sambil berusaha menangkis.
Dua perwira Boan itu berhasil
membebaskan diri dari bahaya, tetapi lagi2 pedang kedua saudara Cie sudah
melayang kearah mereka.
Kini kedua perwira itu sudah
mengetahui kekuatan lawan.
Tidak berani mereka memandang
rendah lagi dan dengan mengerahkan seluruh tenaganya, masing2 menangkis
serangan lawan. bunyi bentrokan senjata yang dahsyat sekali terdengar seketika
itu juga, disaat terjadinya benturan antara senjata2 itu.
Sekali ini kedua perwira
tersebut bukan hanya merasakan tangannya linu, juga kuda2 mereka ikut tergempur
karenanya dan terpentallah kedua perwira itu kebawah gerobak.
Tetapi dengan suatu gerakan
yang indah mereka dapat menguasai jatuhnya mereka ditahan, sehingga tidak
sampai terbanting dan jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu.
Di pihak lain. Cie Beng dan
Cie Jin juga terkejut sekali.
Tenaga kedua perwira itu
ternyata tidak dapat diremehkan. Sepengetahuan mereka, kecuali dalam pasukan
pengawal raja dan tentara keamananan kota raja, dalam pasukan2 lain dari ang
katan bersenjata bangsa Boan, biasanya tidak ter dapat orang2 yang memiliki
kepandaian silat tinggi.
Tetapi kedua perwira itu
agaknya adalah pengecualiannya. Didalam bentrokan senjata yang terakhir itu mereka
memang telah berahsil menggempur kedua perwira itu, sehingga jatuh dari atas
gerobak, terapi sebaliknya sendiri juga terhuyung mundur dan harus melompat
mundur dan harus melompat turun agar tidak jatuh terperosok.
Setibanya diatas tanah, kedua saudara
Cie segera melompat pula kearah kedua musuh itu yang juga sudah meoggerakkan
golok masing2 Dengan ber sama2 berada
ditanah. kedua belah pihak jadi berhasil mengerahkan seluruh tenaganya,
sehingga benturan2 senjata yang se ring terjadi sekarang sudah tentu jauh lebih
hebat dari tadi.
Jurus demi jurus telah
dilewatkan dengan cepat dan semakin lama Cie Beng dan Cie Jin Semakin menjadi
heran dibuat Oleh kepandaian yang dimiliki kedua perwira ltu Itulah tipu silat dari kaum Siauw Lim Sie
yang dipergunakan kedua perwira tersebut,
Mengapa perwira2 Boan itu dapat bersilat dengan ilmu Siauw Lim Sie?
Siapakah yang telah menurunkan kepandaian Siauw Lim Sie itu kepada mereka
Bukankah dalam Siauw Lim Pai terdapat aturan yang yang keras sekali, yang
melarang diajarkannya ilmu silat partai itu ke pada sembararg n orang? Dan bukankah orang2 Siauw Lim bermusuhan
keras dengan pe nerintah Boanceog atau se tidak2nya tidak sudi
membantunya? Memang, memang aneh bahwa
kedua perwira Boan itu dapat bersilat dengan ilmu silat Siauw Lim.
Tetapi disaat itu Cie Beng dan
Cie Jin tidak memiliki waktu untuk memikirkannya.
Mereka menyadari bahwa untuk
menghindarkan petani2 itu dari kerusuhan lebih hebat, mereka harus cepat2
merubuhkan perwira tersebut.
Disaat itu„ mereka sudah
bertempur lebih dari sepuluh jurus, dan perwira2 itu agaknya masih akan dapat
mempertahankan diri sampai dua atau tiga puluh Jurus lagi 2?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cie Beng jadi tidak sabar.
Dicabutnya pisau mustikanya
dan dia menganjurkan adiknya melakukan hal yang serupa agar secepatnya mereka
dapat menyudahi pertempuran itu.
Benar saja, didalam sekejap
mata sudah terjadi perolahan.
Seketika terjadi benturan
senjata sekali lagi serentak pucatlah wajah kedua perwira itu.
Disaat bertempur dengan
senjata utuh tadi mereka sudah kewalahan dan terdesak bebat, tentu saja kini
semangat mereka jadi runtuh, setelah memperoleh kenyataan bahawa golok mereka
tinggal .sepotong akibat terbentur pisau pendek kedua pemuda itu.
Kalau dapat mereka sudah
hendak rnembalikkan tubuh dan lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.
Tetapi Cie Beng dan Cie Jin
tentu saja tidak mau memberikan kesempatan waktu kepada mereka.
Terdorong oleh perasaan ingin
mengetahui dari siapa perwira2 itu telah memperoleh ilmu silat Sauw Lim Sie,
maka besar sekali hasrat mereka untuk menawan keduanya hidup2.
Dan mereka bermaksud akan
rremaksa kedua perwira itu untuk memberikan keterangan.
Dengan buntungnya senjata2
musuh, maka kedua pemuda she Cie itu sudah tidak membutuhkan lagi2 pisau pendek
mereka, yang lalu di sarungkan kembali,
Serangan2 mereka kini dilanjutkan dengan sebelah tangan memegang pedang
untuk mencegah musuh melarikan diri, sedangkan tangan yang satu lagi, yang tidak
bersenjata itu. terus mene rus mencari sasaran dijalan darah kedua musuh itu.
Dapat dibayangkan betapa
sibuknya kedua perwira itu, yang kini harus mengandalkan kelincahannya untuk
menyelamatkan jiwa dan di rl dari pedang dan jari tangan lawannya yang tiada
hentinya mengancam disekeliling dirinya.
Terpaksa mereka main kelit
terus menerus krsana kemari, tetapi senjata dan tangan lawan nya terus
mengikutinya kemana saja mereka me lompat.
Tidak berselang beberapa lama
lagi, napas mereka sudah memburu keras dan sekujur tubuh mereka sudah basah
kuyup oleh keringat.
Kelincahan mereka juga surut
dengan cepatnya dan sebelum lewat lima jurus pula, rubuhlah mereka sudh,
terkena totokan di HongTie Hiat dibelakang kepala masing2.
Cie Beng segera melompat
kembali kearah gerobak tadi untuk menghadapi perwira ketiga! itu, yang kini
tinggal seorang diri memimpin perlawanan pasukannya.
Sebaliknya Cie Jin cepat2
kembali kegelangang pertempuran, dengan kepandaiannya, dalam seke jap mata dia
sudah berhasil merubuhkan kurang lebih Sepuluh pasukan tentara negeri.
Tentara Ceng itu menjadi kacau
balau. Dari kereta komando sudah tidak terdengar perintah2 dan petunjuk2nya
lagi.
Disamping itu, lewat lobang
dalam garis2 pertahanan mereka yang disebabkan terjangan! Cie Jin, para petani
sudah ber-bondong2 menyefrbu masuk, untuk kemudian menggempur mereka! dari
belakang. Garis pertahanan mereka tidak dapat dipertahankan lagi.
Pasukan itu kini sudah tidak
dapat bertempur bahu membahu lagi dengan teratur dan lenyap lah sudah
keunggulan mereka.
Para petani itu memang sudah
membercl pemerintahan Boanceng. Namun selama itu kebencian tersebut terpaksa
mereka timbun dihatl belaka.
Kini mereka memperoleh
kesempatan uutuk memuaskan hati mereka, dan mereka telah menumpahkan seluruh
amarah mereka diatas kepala tentara yang mengawal kereta perbekalan rangsum
itu.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Terlebih lagi,
diawal pertempuran tadi mereka sudah harus kehilangan begitu banynk kawan.
Hal itu tentu saja memperbesar
dendam mereka . Dengan darah mendidih sekarang mereka menyerang tanpa mengenal ampun.
Setiap pasukan Boan yang sudah
rubuh segera dihabiskan jiwanya.
Dengan nekad tentara Boan itu
melakukan perlawanannya. Tetapi mereka tidak dapat melakukan banyak. Dengan terjepit diantara
serangan2 dari muka dan dari belakang dengan cepat berkuranglah jumlah mereka.
Terjangan2 rakyat yang sudah
kalap itu benar2 sulit dibendung lagi.
Jika salah seorang diantara
petani2 itu rubuh. maka segera sudah datang pula dua atau orang penggantinya.
Disamping itu. pasukan tentara
tersebut te lah melakukan perjalanan sepanjang pagi, sehingga waktu itu mereka
sudah agak letih dan tidak dapat bertempur dengan semangat penuh.
Dipihak lain, waktu melihat
kemenangan sudah berada dalam jangkauan tangan, petani2 itu menjadi semakin
bersemangat saja.
Sambil ber-teriak2 mencari
hebat, mereka menghujani musuh mereka itu dengan perkataan, yang terpecah
menjadi kelompok2 dan melancarkan serangan2 yang kian hebat.
Petani2 itu sudah mabok
pertempuran, setiap melihat seragam tentara Boan didepan mata serta merta
mereka dihujani bacokan atau pu-kulan2 hebat, tidak perduli apakah pemakai
seragam itu masih berdiri atau sudah terlentang ditanah.
Ratap mengibakan dari para
pasukan itu sudah tidak bisa bertempur lagi, yang minta dikasihani, malah mendatangkan
ejekan dari para petani yang melancarkan serangan dan mengirimi mereka kedunia
abadi.
Begitulah, mereka tanpa ampun
lagi telah melancarkan serangan2 yang mematikan kepada pasukan tentara negeri
tersebut.
Sementara itu Cie Beng sudah
berhadapan dengan perwira yang ketiga itu.
Melihat tanda pangkat yang
dipakainya Cie lieng mengetahui bahwa perwira iiu memiliki kedudukan lebih
tinggi dari kedua perwita yang lelah dirubuhkan.
Dan dengan berdasarkan
pertimbangan atas kepandaian kedua perwira yang telah dirubuhkan tadi. Cie Beng
memperhitungkan bahwa dia akan menjumpai lawan yang lebih hebat kepandaiannya.
Sebagai atasan dari kedua
perwira yang telah dirubuhkan itu, teutunya perwira itu berkepandaian jauh
lebih tinggi, begitulah yang dipikirkan oleh Cie Beng.
Begitulah, karena dia
mengharapkan akan dapat memperoleh kemenangan yang cepat dia jadi melancarkan
serangan dengan hati2 dan bersungguh2.
Tidak mau Cie Beng berlaku
ceroboh se-hingga memperoleh kegagalan untuknya.
Tetapi sesaat kemudian dia
jadi heran bukan main ketika melihat cara musuh menggerakan goloknya untuk
menangkis Cie Beng jadi curiga.
Siasat apa yang hendak
dijalankan lawannya tersebut? Sudah tentu dia tidak bersedia menjadi korban,
maka serangan yang kedua Cie Beng bersikap jauh lebih hati2.
Sekali ini dia bahkan jadi
lebih heran pula Sungguh aneh sikap
lawan itu, yang hanya berdiri mematung tanpa berusaha berkelit atau menangkis
serangannya yang begitu hebat. Lebih heran lagi, jusreru serangan kedua ini
jauh lebih dahsyat dari serangan yang pertama.
Cie Beng sendiri jadi kuatir.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Dari gurunya dia
pernah mendengar bagaimana jago2 silat yang berkepandaian tinggi sekali,
seringkali membiarkan musuh melancarkan serangar lebih dulu dan baru bertindak
untuk berkelit, menangkis ateu bahkan merampas sen jata musuh itu, kalau sudah
dekat sekali ditubuhnya.
Dengan cara begitu jago2 yang
telah memiliki kepandaian sempurna menghendaki agar, pihak musuhnya tidak
sempat menarik pulang serangannya lagi.
Dalam kekuatirannya, Cie Beng
cepat2 membatalkan maksudnya untuk menyerang. Ditariknya kembali pedangnya,
lalu sambil menghunus pedang pendeknya yang Sangat diandalkan.
Setelah itu dia baru
melancarkan serangan lagi. Sekarang Cie Beng tidak takut lagi akan siasat
musuh Tangannya yang kanan kini sudah
memegang senjata mustika itu dan sudah ber siap2 untuk menghalau setiap
serangan licik yang mendesak dari lawannya.
Sesaat kemudian, dia menjadi
kecewa, tetapi juga lega. Serangannya yang ketiga itu telah dilakukan dengan
tipu Tai San Ap Teng (Gu tiung Tai San rubuh diatas lentera). Hebat seka li
Tangan untuk membelah kepala itu, dan musuhnya juga berusaha berkelit sambil
melintangkan goloknya keatas kepala.
Tetapi musuh itu ternyata
hanya paham ilmu silat pasaran dan tenaganya juga lemah.
Golok yang dilintas kan untuk
menangkis itu ternyata tidak dapat menahan pedang Cie Beng yang se akan2 tidak
meneima rintangan meluncur terus kearah kepalanya.
Gerakannya menyamping juga
Sangat lambt sehingga perwira itu tidak sempat berkelit dari pedang pemuda itu,
walaupun kepalanya lolos dari serangan tersebut.
Rubuhlah perwira itu yang tadi
diduga oleh Cie Bing memiliki kepandaian tinggi, dengan kehilangan sebelah
tangannya.
Kekecewaan Cie Beng disebabkan
kenyataan bahwa dia ternyata belum dapat membedakan an tara yang sungguh2
berisi dengan yang kosong.
Tetapi disamping itu dia jadi
puas dan terhibur, karena dengan merubuhkan ketiga perwira itu, yang berarti
pula terhindarnya ber puluh2 petari dari kematian.
Dengan demikian, dia telah
tidak men-sia2kan pesan gurunya agar rrereka berdua bersaudara selalu membantu
meringankan penderitaan rakyat yang tertindas oleh penjajah.
Sesaat kemudian dia bahkan
bisa tertawa, rrentertawakan dirinya sendiri yang tadi telah ketakutan tanpa
alasan. Dia menoleh kemedan pertempuran itu dan seketika itu lenyaplah terta
wanya, bahkan dia jadi menggigil.
Walaupun dia telah sering
mengalam pertempuran2 hebat dimana juga tidak sedikit darah mengalir, tetapi
pemandangan yang kini nyambut pandangan matanya, tidak dapat tidakmembuatnya
merasa seram Itulah benar2 pembasmian
besar2an tanpa mengenal ampun lagi, suaru ledakan dari I keben cian yang telah
dapat tertimbun dldalam hati rakyat terhadap penindas2nya.
Dia sendiri juga sangat
membenci pemerintah Boan dengan semua pengikutnya Tetapi disaat itu dia merasa kuatir juga
terhadap pasukan yang kini sedang menghadapi pembalasan atas keganasan mereka
dimasa yang lampau.
Ingin sekali dia mencegah
petani2 Itu melakukan kekejaman lebih banyak lagi, tetapi iapun menginsafi,
bahwa disaat demikian tidak ada gunanya untuk berusaha menyabarkan petani2 itu.
Jika dia bertindak, malah
besar sekali kemungkinannya bahwa diduga berpihak kepada penjajah, dan
mengalami peristiwa yang tidak menggembirakan
Dengan kepandaiannya dia memang tidak perlu takut dikeroyok petani2 itu,
yang tidak memiliki kepandaian apa2, tetapi juga dia memang tidak mau jika
harus saling bentrok dengan para petani itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba2 disaat itu terdengar teriakan Cie Jin:
Jangan!" serunya „Jangan dibunuh, orang2 itu masih kubutuhkan mengorek
keterangan ! Cie Beng menoleh dengan
terkejut dan dia jadi semakin kaget ketika melibat kurang lebih sepuluh orang
petani dengan kalap tengah menghujani kedua perwira itu yang dalam keadaan
tertotok olehnya dan adiknya, dengan bacokan2 dan pukulan2.
Cepat2 dia hendak mencegahnya
perbuatan petani-itu, tetapi ternyata sudah terlambat, begitupun juga dengan
Cie Jin. Baru saja Cie Jien dan Cie Beng menggerakkan kaki, petani2 itu sudah
memotong kepala kedua perwira yang tidak berdaya itu.
Selesailah sudah pertempuran
itu, dengan terbasminya seluruh pasukan Boan yang berjumlah kurang lebih
seratus orang itu. Tetapi rom bongan petani itu sendiripun bukannya keluar
sebagai pemenang dengan mudah.
Sebagai terlihat oleh
banyaknya kawan2 me reka yang rebah ditanah tanpa dapat bangkit kembali. Lebih
kurang separuh dari petani2 itu telah tiiati atau menderita luka2 parah.
Dengan selesainya pertempuran
itu, segera, redalah amarah mereka. Kini mereka berbalik jadi sedih melihat
begitu banyak kawan2 yang telah menjadi korban pertempuran bahkan tidak sedikit
yang mengucurkan air mata tanpa malu2.
Sekian lama mereka berdiri
tertegun, terpaku ditempct mereka masing2, terpengaruh oleh perasaan yang
tengah bergolak dihati mereka.
Sesaat kemudian mereka telah
disadarkan oleh suara Cie Beng ;
„Saudara2, janganlah membiarkan dirimu tersesat arus kesedihan:
Sebaiknya kita cepat2 mengurus jenasah kawan2 yang telah gugur dan berusaha
menolong kawan2 yang terluka."
Pemuda itu sendiri, bersama dengan adiknya, sebenarnya juga baru dapat
menguasai perasaannya.
Tetapi sebagai orang2 yang
sudah lebih sering menghadapi peristiwa -hebat, mereka bisa lebih dulu
memenangkan hati yang tergoncang itu.
Dengan kembalinya pikiran
tenang itu mereka segera mengerti bahwa petani2 itu kini menghadapi bahaya
lain.
Pemerintah Boan tentu tidak
akan berpeluk tangan, jika sudah mendengar tentang peristiwa Itu. Mereka tentu
akan melakukan pembalasan yang jauh lebih kejam.
Kedua saudara kembar Cie dapat
membayangi kan nasib apa yang akan menimpa petani' dise kelilingnya itu kelak.
Karena itu, mereka memutuskan
untuk berusaha membantu menyelamatkan petani2 itu.
Setelah disadarkan kata2
sipemuda, petani2 itu cepat2 mengumpulkan kawan2 mereka yang terluka.
sebagian dari mereka segera
pergi ketepi sungai, menebang cabang2 pohon yangliu untuk di buat usungan
darurat.
Yang lainnya menggali lobang
ditanah untuk mengubur mereka yang telah gugur.
Setelah menantikao selesainya
semua pekerjaan itu, Cie Beng dan Cie Jin menghampiri berapa petani tertua dari
rombongan itu, yang agaknya bertindak sebagai pemimpin.
Mereka menanyakan mengapa
petani2 itu m lakukan penghadangan seper ti itu terhadap irin_ an kereta
pemerintah Boan, sebuah penghadan an yang berbahaya sekali.
Petani2 itu memandang mereka
dengan heran beberapa saat.
Melihat cara berpakaian kedua
pemuda itu yang bersih dan rapih, walaupun pakaiannya menyerupai mereka, namun
berbeda sekali keadaannya. Karena mereka kotor dan banyak yang telah pecah2
pakaiannya tidak karuan.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Semula mereka
menduga bahwa Cie Beng dan Cie Jin berasal dari petani desa tetangga yjng
datang untuk membantui mereka.
Tetapi setelah mendengar
pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin, maka tabulah mereka bahwa kedua pen-uda
tersebut hanya kebetulan tiba di tempat tersebut dan secara sukarela membantui
mereka. Tegasnya kedua pemuda itu bukan berasal dari daerah sekitar tempat itu.
Walaupun sudah mengetahui
bahwa kedua pemuda itu bukan penduduk daerah mereka, sikap petani2 itu tidak
berobah, bahkan menjadi hormat sekali, mengingat budi dari kedua pemu da itu,
yang sebagai orang2 tidak dikenal tetapi telah mau memberikan bantuan mereka
walaupun mereka berdua tidak memiliki kepentingan apa2 didalam peristiwa
tersebut.
Mereka menginsafi bahwa tanpa
pertolongan kedua pemuda gagah ini, mereka tentu sudah mengalami malapetaka
yang tidak kecil dan maksud mereka pasti akan gagal sama sekali.
Saat itu, mereka ingat bahwa
atas pertolongan yang tidak ternilai harganya itu, mereka belum menghaturkan
terima kasihnya.
Bagaikan sudah berjanji lebih
dulu, mereka serentak menjatuhkan diri, berlutut menghatur kan terima kasih,
sehingga Cie Beng dan Cie Jin jadi sibuk membangunkan mereka.
„Cuwie Sioksiok (paman2
semua), jangan berbuat begitu. kami yang masih muda, tidak berani menerima
penghormatan demikian" kata keduanya berbareng.
Setelah itu salah seorang
petani, yang bertindak sebagai juru bicara, mecceritakan duduk nya persoalan.
„Sejak dulu kami petani2
memang tidak pernah hidup makmur, walaupun demikian, kami masih dapat menuntut
hidup yang layak, tidak perlu kelaparan dan dapat berpakaian utuh, walaupun
segalanya serba sederhana. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu,
hidup kami semakin lama semakin sengsara dan menderita, dan empat tahun
terakhir ini keadaan kami sudah hampir tidak tertahankan lagi*.
„Semua itu tidak lain hanyalah
karea pajak2 yang dipungut atas hasil pertanian kami Setiap tahun terus
dinaikkan. Tahun yang baru lalu itu, kami harus menyerahkan hampir dela pan
sepersepuluh bagian dari hasil jerih payah kami, Jiewie Hohan tentu dapat
memahami a-kibatnya bagi kami. Perbekalan bahan makan de mi Kian sedikit itu
bagaimana bisa cukup untuk kami hidup setahun, Tetapi itu masih belum
puncaknya.' „Mungkin karena mengalami
nasib sebagai kami, diawal bulan lalu. petani2 suku bangsa Biauw dipropinsi
Kwiciu telah bangkit dan ber hasil mengusir kaum penjajah itu dari beberapa
daerah.
Contoh mereka itu segera
memperoleh sambutan dari para petani di Ouwlam barat-yang dalam waktu beberapa
hari saja sudah dapat menguasai berbagai kota dan kabupaten Ke dua peristiwa
itu telah membuat pemerintah Boan kelabakan" „Dari berbagai propinsi segera dikirimkan lah
bantuan tentara untuk menindas pemberon-takan itu. Tetapi mereka menghadapi
suatu kesulitan. Mendatangkan tentara itu tidak sulit, tetapi memberi makan
tidaklah mudah." Gudang bahan
makanan pemerintah dipropinsi yang bergolak itu hampir seluruhnya sudah jatuh
kedalam tangan pemberontak Sehingga
untuk memberi makan kepada tentara yang baru didatangi itu, harus didatangkan
bahan makanan dari daerah2 lain."
„Hanya sulitnya sebagian besar dari persediaan yang diperoleh dari hasil
pemungutan pajak itu sudah dikirim ke daerah2 perbatasan untuk mengisi perut
tentara yang bertugas disana. Mengenai kesulitan ini si tua bangka Kian Liong
maupun menteri2nya tidak mau memusingkan kepala, Sun Bu-Sun Bu (gubernur) yang
ada di Ciatkang, Anhui, Ouwpak dan Sucwan telah diperintahkan selekasnya
mengirimkan bahan makanan kepada tentara yang sudah berada didaerah pemberontak
itu' Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ „Kukira Skobu Sunbu
itu per-tama2 tentu bingungan setengah mati. Apa yang dapat mereka kirimkan,
sedangkan gedung2 dipusat pengu pulan padi pajak itu sudah kosong?" "Kemudian entah dari siluman siapa lagi
Sunbu di Ouwpak memperoleh nasehat untuk mengalihkan kesulitannya kebahu rakyat
jelata.
Persediaan bekas kami, yang
sudah jelas tidak cukup untuk keperluan kami sendiri tiba2 kami serahkan pula
sebagaian besar. Dari berbagai kabupaten telah ramai2 dikirim utusan untuk
menjelaskan betapa tidak mungkin hal itu. Tetapi jawab si Sunbu, yang biasanya
menginjak yang bawah dan menjilat yang diatas itu, ternyata hanyalah ancaman
belaka, bahwa dia akan me ngambil tindakan keras kalau kami belum menja lankan
perintahnya dalam waktu tiga hari".
„Tentu saja kami jadi bingung
bukan main. Kalau kami mentaati perintah Sunbu, kami tentu akno menderita
kelaparan. Sebaliknya, kalau tidak dituruti, Sunbu kejam itu tentu akan mem
buktikan ancamannya. Beberapa orang diantara kami, yang berdarah panas,
menganjurkan agar kami segera mencontoh saja saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam
barat itu".
„Tetapi yang dapat berpikir
panjang tidak setuju dengan usul itu. Memang letak daerah ka mi tidaklah sama
dengan daerah saudara2 bangsa Biauw dan saudara2 di Ouwlam barat itu. Dae rah
mereka ialah daerah pegunungan yang lebihsuilit dicapai, sedangkan kami berada
dipusat perhubungan lalu lintas seluruh negeri. Kalau ka mi angkat senjata,
pemerintah Boan dengan cepat akan mengirimkan tentaranya untuk menumpas
kami".
”Sedangkan kami masih belum
dapat memutuskan tindakan apa yang akan kami ambil. tiba2 datanglah pegawai2
Sunbu dengan dikawal oleh bebeiapa puluh pengawal tentara propinsi, Sunbu itu
rupanya kuatir kami akan berusaha menyembunyiKan persediaan beras kami, maka
sebelum lewat batas waktu yang telah ditentukan sendiri, dia sudah buru2
mengirimkan orang untuk mengambil beras kami tanpa menanti kami datang
menyerahkan sendiri." „Karena
kedatangan mereka yang begitu mendadak, dan juga kami sedang pemikiran akal
untuk mengatasi kesulitan itu, maka kami tidak dapat berbuat lain dari diam saja
mereka! mengangkut pergi beras kami, walaupan hati kami pedih sekali
." „Yang lebih menyedihkan, bahwa
kaki tangannya Sunbu itu telah melampaui perintahi Sunbu, yang mereka ambil
lebih banyak dari yang ditetapkan semula, yang ditinggalkan untuk kami makan
hanya beberapa gantang saja."
Peristiwa itu telah terjadi seminggu yang lalu dan beras yang mereka
tinggalkan kini hanya tinggal cukup untuk kami makan sampai lusa, karena kami
disini umumnya memiliki keluarga yang besar".
Kini kami semua sudah yakin,
bahwa tidak ada jalan yang lebih baik dari mengikuti contoh saudara2 di Kwiciu
dan Ouwlam itu apapun akibatnya kelak, Tidak melawan kami akhirnya tetap akan
mati juga, mati kelaparan dan dari mati secara demikian, lebib baik kami mati
dibawah senjata yang lebih cepat dan kalau dibandingkan jadi lebih sedikit
penderitaan kami".
"Kemarin ada beberapa
saudara dari desa Ini yang pergi kekota kabupaten, dibalik bukit2 disebelah
utara itu. Mereka kembali dengan mem bawa berita bahwa sepasukan tentara Boan
yang berkekuasaan kurang lebih seratus orang telah tiba disana untuk mengambil
bahan makanan yang baru terkumpul itu dan pagi ini akan berangkat".
„Jalan satu2nya yang terdekat
dan tercepat jika hendak menuju propinsi Kwiciu ialah melalui desa kami ini,
maka kami telah memperhitungkan bahwa lebih kurang tengah hari iring2an itu
tentu akan lewat disini".
„Dalam keadaan sudah demikian
terjepit, kami segera bersepakat untuk menghadang dan merampas kembali beras
kami itu.
„Hampir seluruh laki2 didesa
ini menyedia kan dirinya untuk maksud nekad itu, dengan ke simpulan babwa
pemerintah penjajah yang lalim telah memaksa kami mengangkat senjata".
„Hanya beberapa puluh orang
yang sangat pengecut dan tidak mau ikut serta".
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ „Demikianlah, kami
sudah sejak beberapa jam yang lalu menantikan kedatangan iring2anl itu ditepi
sungai, diluar desa. Tukang2 perahu di tempat penyeberangan itupun semuanya
orang2 desa ini dan mereka semua sudah menggabungi kan diri dengan kami.
Perahu2 mereka telah di sembunyikan disuatu tempat yang sunyi, beberapa lie
dari tempat ini".
„Maksud kami melakukan
penghadangan itu diluar desa ialah agar kelak kami dapat menyangkal bahwa kami
telah campur tangan dalam rampasan rangsum itu. Apa yang terjadi selanjutnya,
jiewie telah mengetahui sendiri".
Setelah mendengar keterangan
panjang lebar itu, Qe Beng dan Cie Jin hanya berdiam diri selama beberapa saat.
Kisah menyedihkan itu benar2
mempengaruhi pikiran dan jiwa mereka.
Mereka kini dapat memahami
amarah petani2 itu yang begitu me-luap2 tadi.
Tidak dapat mereka
mempersalahkan rakyat yang telah ditindas habis2an itu jika sampai me reka
melakukan perbuatan begitu kejam ketika memperoleh kesempatan untuk membalas
dendam.
Sebaliknya, mereka kini kuatir
sekali akan nasib penduduk desa itu. Walaupun petani tua itu telah menjelaskan
bahwa perampasan itu sengaja dilakukan diluar desa, agar kelak mereka dapat
menyangkal tuduhan ikut sertanya mere ka dalam peristiwa tersebut, tetapi kedua
saudara she Cie itu yakin, bahwa desa itu tentu akan menderita akibatnya kelak.
Berdasarkan pengalaman2 dimasa
lampau, ke dua pemuda she Cie itu sudah mengetahui bahwa pemerintah Boan tidak
biasa menanti sampai diperolehnya bukti dulu untuk menjatuhkan hukuman.
Karena peristiwa itu terjadi
didekat desa teraebut, maka tentu desa itulah yang akan menanggung akibatnya.
Kekuatirannya itu segera
mereka kemukakan kepada pemimpin petani2 itu.
„Jiewie tidak usah
kualir" kata orang tua itu sambil tertawa. „Kecuali jika ada yang
memberitahukari pemerintah bahwa peristiwa ini adalah pekerjaan kami, mereka
tentu tidak akan rrenuduh kami Rakyat jelata yarg biasa sangat penurut dan
tidak berani melawan perintah para pembesar bagaimana bisa melakukan, tindakan
sebebat ini ? Diantara kami sendiri tentu tidak akan ada yang mau membocorkan
rahasia ini, jiewiepun tentu demikian. Kalau di antara tentara pengawal rangsum
itu ada yang tertinggal hidup, mereka tentu akan memberi-kan laporan kepada
pemerintah. Tetapi, seorang, pun diantara mereka tidak kami tinggalkan hidup,
sehingga siapakah yang akan dapat memberitahukannya kepada pemerintah
?" „Tetapi pemerintah lalim itu
tidak pernah menunggu adanya bukti. Mereka selalu menghukum saja para penduduk
didaerah terjadinya setiap peristiwa." bantah Cie Beng.
„Akhhh, kukira terhadap kami
mereka tidak akan berani bertindak demikian, kami kaum petani, adalah golongan
yang memberi mereka makan. Kalau tidak ada kami. siapakah yang dapat
menghasilkan beras bagi mereka ? Dikota kota. dimana penduduknya sebagian besar
bukan kaum tani, mereka memang' bisa bertindak membuta tuli tanpa kuatir akan
terjadinya kemunduran hasil pertanian. Tetapi terhadip ka mi, kukira mereka
akan berpikir masak2 lebih dulu.” Kedua
saudara itu kini mengerti bahwa apapun yang mereka katakan, petani2 itu tetap
tidak akan mau mengerti dan yakin akan kebenaran keterangan mereka itu, berarti
hanya sia2 belaka Dan Cie Beng maupun Bie Jin memang tidak bisa memberikan
keyakinan akan ancaman bahaya untuk petani2 itu.
Karena itu, mereka hanya
menganjurkan agar mereka membentuk suatu badan pertahanan yang teratur, untuk
ber Siap2 terhadap segada kemungkinan dan kalau mungkin mengajak desa2 tetangga
untuk bekerja sama.
Sementara itu. pekerjaan
penguburan mayat yang berserakan itu telah selesai.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Disaat setiap
kuburan kawan mereka ditancapkan tanda2 yaag menyolok, Sekedar untuk dapat
dikenali kelak, diwaktu korban itu akan di buatkan kuburan yang layak setelah
pemerintah melupakan peristiwa itu Kini
untuk sementara waktu, masing2 sebaiknya jangan ada sesuatu yang dapat
memberikan petunjuk mengenai ransum itu.
Para pasukan Boan telah pula
selesai dikuburkan dalam sebuah liang besar untuk semuanya menjadi satu.
Petani2 yang bertindak sebagai
pemimpin itu lalu mengundang Cie Beng dsn Cie Jin untuk beristirahat dan
sekedar mengisi perut di rumahnya.
Demikianlah mereka
ramai-kembali kedesa dengan membawa beras rampasan itu, yang secepatnya tiba
didesa lalu di bagi2kan keseluruh rakyat.
Keluarga2 mereka yang telah
gugur diberi kan lebih banyak dari yang lain disertai janji bahwa selanjutnya
kebutuhan mereka akan di-pikul bersama oleh seluruh desa.
Kedua saudara Cie sangat
terharu melihat cara2 orang desa itu bergotong royong.
Didalam kehidupan yang
demikian sulit, mereka masih bisa hidup akur dan ada kekompakan satu dengan
yang lainnya.
Dan didalam pikiran mereka
sederhana agaknya seperti tidak ada perasaan iri mengiri. Sungguh kagum Cie
Beng dan Cie Jin melihat bagaimana mereka semua rela memberikan bantuan kepada
keluarga kawan2 mereka yang telah gugur itu.
Kalau saja semangat
persaudaraan dan kegotong royongan itu dapat dipupuk terus dan diperluas, tentu
tidaklah sukar untuk mengalahkan penjajah, hanya harus dibuat sayang bahwa
unsur2 yang merupakan sumber kekuatan tiada batasnya itu saigat diperluas,
sehingga meliputi seluruh negeri.
Makanan yang disuguhkan kepada
Cie Ben dan Cie Jin itu oleh para penduduk desa hanya lah makanan sederhana,
tetapi kedua saudara she Cie itu sangat menghargai, karena disuguhkan dengan
hati rela.
Dalam perjamuan itu sipemimpin
rombongan petani sekali lagi menghaturkan terima kasihnya sambil memuji kedua
pemuda she Cie itu se tinggi2nya.
Kedua pemuda s'ie Cie itu
dipersamakan dengan seorang pendekar lain yang berusia sangat muda dan telah
banyak memberikan penaungan kepada rakyat jelata dikabupaten mereka.
Dari nada suaranya, ketika
menyebut pendekar muda itu, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa para petani itu
menghargai benar pendekar Itu. dihargai tinggi2 dan menghormati.
Cie Biog dan Cie Jin jadi
sangat tertarik sekali dan menanyakan siapakah pendekar itu dan dimana
tinggalnya.
"Sungguh menyesal sekali,
jiewie, tidak seorangpun diantara kami yang mengetahui nama pendekar itu,
sedangkan tempat tinggalnya juga entah dimana. Beliau itu tidak mau
memberitahukannya. Tetapi kami, seluruh penduduk kabupaten ini mengenalnya
sebagai "Hek Sin Ho" (Si Rase Hitam yang sakti), sesuai dengan
kecerdasannya yang luar biasa dan kepandaiannya yang bagaikan malaikat. Dia
baru muncul tahun yang lalu. Entah siapa yang pertama sekali memberikannya
julukan itu, tetapi dengan cepat namanya sudah menjadi sangat terkenal, bukan
hanya dalam kabupaten ini saja, karena perbuatan2 nya itu sangat mulia
sekali......", memuji petani itu.
Hati kedua saudara Cie jadi
semakin tertarik setelah mendengar keterangan itu.
Inilah bukan untuk pertama
kali mereka mendengar tentang "Hek Sin Ho", Beberapa hari sebelumnya, ditempait lain,
mereka telah mendengar orang me-nyebut2 julukan itu.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Waktu itu Cie Berig
dan Cie Jin baru saja tiba disebuah kota kecil didekat perbatasan An-hui dan
Ouw Pek, karena sudah berjalan hampir setengah hari, dan perut sudah agak
lapar, mereka telah berhenti disebuah rumah makan.
DALAM rumah makan tersebut
yang kebetulan sedang ramainya dikunjungi orang, mereka pertama kali mendengar
tentang si Rase Hitam yang sakti.
Tetapi apa yang mereka dengar
itu ternyata lain sekali dengan pendapat para petani di tempat tersebut, karena
mereka mendengar justru diwaktu itu si Rase Hitam yang sakti telah melakukan
perbuatan terkutuk.
Hari itu dikota tersebut
tengah gempar karena malamnya telah terjadi pembunuhan atas ketua Cie Liong
Pang (Perhimpunan Naga Ungu) yang berpengaruh didaerah perbatasan itu.
Menurut keterangan yang
kemudian diperoleh oleh kedua saudara Cie itu, ketua Cie Liong Pang itu bernama
Ong Kee Cie, bergelar Hui liong Kiam (si Pedang Terbang), adalah seorang
wanggwe (hartawan) yang budiman.
Tangan Ong Kee Cie terbuka dan
setiap Kangouw yang sulit keuangan dalam daerah pengaruhnya tidak pernah tidak
diberikan pertolongan olehnya.
Tetapi apa sebabnya malam itu,
tiba2 si Rase Hitam telah mendatangi rumah Hui Liong Kiam.
Ong Wanggwe itu tinggal
disebuah gedung besar beisama murid2nya, dan murid2nya itu di kagetkan oleh
bunyi gemerincing senjata yang saling bentur ditengah hari.
Dan murid2 Ong Wanggwe telah
pergi kekamar buku untuk melihat apa yang telah terjadi Ketika murid2 Cie Liong Pang tiba. mereka
melihat sesosok tubuh hitam yang melompati keluar, dan mereka cepat menghadangnya.
Tetapi dari saat yang sama
jendela kamar tidur guru mereka yang terletak disebelah kamar buku, tiba2
terbuka dengan bersuara keras sekali.
Menyusul itu Hui Liong Kiam
Ong Keel Cie sendiri melayang keluar dengan pedang terhunus.
„Sahabat dari manakah itu yang
malam2 berkunjung kemari ?" tegurnya dengan suara yang nyaring.
Suara itu menusuk telinga dan
getarannya! menggoncangkan hati orang yang mendengarnya „Aha!" menyahuti tamu tidak diundang
itu, "Kebetulan sekali kau sudah keluar sendiri tua bangkai Aku tidak
perlu mencarimu dan dapat menghemat waktu. Dosamu telah melewati takaran,
sehingga malam ini kau ditakdirkan datang sendiri menghadap kepadaku untuk
menerima hukuman. Namaku tidak perlu kau ketahui sekarang, kalau kau sudah
bertolak keneraka tentu kau mengetahuinya sendiri Lihat golokku" Golok orang itu berkelebat cepat, ditangkis
oleh Ong Kee Cie.
Benturan yang terjadi dikedua
senjata itu kuat kekali, karena memercikkan api' Sungguh dahsyat bentrokan itu, golok orang
tidak dikenal itu tampak menyambar lagi dan hampir mengena dahi Ong Kee Cie.
Dengan gerakan yang indah
lawan tidak dikenal itu dapat melancarkan seraigan yang beruntun, dan kini
mereka terlibat dalam pertempuran yang seru. Murid2 Ong Kee Cie jadi hanya
memandang belaka dengan mata terpentang lebar2.
Dan selama itu pedang terbang
Ong Kee Cie terdesak sekali.
Untuk menyambut serangan
ketiga orang itu ia berlaku lebih hati2 dan sikap Ong Kee Cie yang demikian
membuat murid2nya mengetahui bahwa lawan Ong Kee Cie memiliki kepandaian yang
tinggi sekali.
Suatu peristiwa yang sulit
dipercaya telah terjadi. Dengan gerakan It Ho Ciong Thian (Bu rung Ho terbang
kelangit), musuh itu melompat, keudara, menyusul goloknya menyambar tubuh Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ lawannya.
Kelincahannya itu bukan hanya menge jutkan Ong Kee Cie. tetapi murid2 orang she
Ong itu juga jadi takjub.
Sesunggauhnya Ong Kee Cie
tidak takut oleh kepandaian lawan, karena dengan mengandalkan tenaga dan
pengalamannya.
Namun yang membuat Ong Kee Cie
jadi heran, setelah beberapa jurus, ilmu golok lawan nya benar2
membingungkannya.
Dengan pengalamannya yang luas
sulit sekali dia mengetahui dari perguruan mana lawannya ini. Dan walaupun dia
mempergunakan se luruh tenaga, sulit baginya untuk merubuhkan lawannya.
Sejurus demi sejurus keadaan
Ong Kee Cie jadi semakin buruk dan terdesak.
Saat itu ketika guru mereka
sudah hampir tidak bisa bernapas oleh desakan senjata lawan.
murid2 Ong Kee Cie baru
menyadari bahwa tadi mereka datang ketempat itu dengan membekal senjata, bukan
unluk sekedar menyaksikan jalan nya pertempuran itu.
„Mundur ! Apakah kalian
mencari mati ” teriak Ong Kee Cie kearah muridnya, karena walaupun bagaimana
kepandaian lawan terlalu hebat, mungkin muridnya itu satu persatu akan binasa
jika maju, sebab dia sendiri yang berkepandaian tinggi tidak sanggup berbuat
sesuatu opapun terhadap lawannya, bahkan telah terdesak begitu hebat.
Sambil tertawa, musuh itu
ielah menerjang kearah penyerang2 barunya. Segera terdengar jerit2 kesakitan
dan rubuhnya beberapa tubuh yang saling tindih. ' Hujan senjata segera menyambar kearah Ong Kee
Cie karena senjata murid2 Ong Kee Cie telah dirampas oleh musuh dan dilontarkan
kearahnya.
Ong Kee Cie benar2 ulet
sekali. Walaupun sudah terluka oleh sanberan salah satu senjata yang melanggar
bahunya, disusul oleh hantaman tangan lawanoya, namun dia dapat bangkit dan
melancarkan serangan lagi.
Tetapi dia belum berhasil
befdifi tegak, lawannya telah menghajar dan menekan jalan darah To Tui hiat
ditengkuknya, seperti juga menghisap seluruh tenaganya.
"Bangsat tua she Ong, kau
tidak mengenal aku, tetapi sebaliknya aku tidak dapat melupakanmu." kata
orang tidak dikenal itu. ”Masih ingatkah kau akan peristiwa ditempat
penyebrangan Kie Hong Ouwlam, empat tahun yang lalu ? Bagi umum kau terhormat,
seorang dermawan dan seorang tokoh Bulim yang disegani Tetapi aku mengetahui
lebih banyak dari itu Kau tentu tidak menduga rahasiamu akan diketahui olehku,
kau manusia serigala-Kau dani murid2mu tentu pernah merdengar Hek Sin Ho itulah
julukan yang diberikan sahabat2 kepadaku.
Dan kedatanganku untuk meminta
pertanggungan jawabmu terhadap perbuatanmu yang, lalu itu, yang sempat
kusaksikan sendiri.” Sekilas sinar golok
telah berkelebat disusul dengan melayangnya sesosok bayangan hitam ke atas
dinding pekarangan.
Ditempat yang baru
ditinggalkan Hek Si Ho hanya tertinggal sesosok tubuh orang yang terlentang
diam.
Gemparlah murid2 Ong Kee Cie.
Tetapi murid2 Ong Kee Cie tidak berdaya untuk melaku kan sesuatu terhadap lawannya
tersebut, yang pergi dengan gesit sekali.
Keesokan peristiwa yang
menggemparkan Itu telah melanda kota tersebut, dan murid kepala Ong Kee Cie
telah mengirim saudara2 seperguruannya keselutuh pelosok kota untuk, memanggil
semua murid Cie Liong Pang. mengadakan rapat kilat atas kematian guru mereka.
Tetapi perundingan itu tidak
menghasilkan apa2. karena mereka 'menyadari musuh terlalu hebat.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ Siapa Sesungguhnya
Hek Sin Ho? Mengapa dia bermusuhan dan membinasakan Ong Kee Cie Peristiwa
apakah di Kie Hong yang di-sebut2 oleh Hek Sin Ho? Tidak seorangpun diantara
mereka yang berhasil menjelaskannya.
Itulah cerita yang dldengar
oleh Cie Beng dan Cie Jin.
Cie Beng dan Cie Jio juga jadi
tertarik dan heran karena si Rase Hitam seperti segan menyebutkan she dan
namanya yang sesungguhnya, hati mereka benar2 jadi tertarik untuk menyelidiki
hal ikhwal tokoh baru dalam kalangan Kangouw ini, yang kelakuannya penuh
rahasia Tetapi karena mereka masih memikul beban dan tugas berat mencari adik
seperguruan mere ka yaitu Ouw Ho. maksud untuk menyelidiki si Rase Hitam
ditangguhkan dulu. Sudah enam tahun mereka mencari Ouw Ho, tetapi hasilnya
tetap nihil.
Selesai makan Cie Beng dan Cie
Jin telah berpamitan kepada petani2 itu.
Tidak lama kemudian mereka
telah tiba dikota kecil, untuk mengisi perut, dan kemudian tidur dengan
nyenyak, karena bermaksud besok menanyakan perihal Ouw Ho atau setidaknya Hong
It Hoa kepada anggota2 cabang Ang Hwa Hwe dikota tersebut. Perbuatan seperti
itu memang telah ratusan kali dilakukan mereka diratusan kota dan kampung,
tetapi hasilnya tetap nihil.....
Disamping itu, besok siang
merekapun ingin menanyakan perihal Hek Sin Ho jago yang baru muncul dalam rimba
persilatan, tentu anggota Ang Hwa Hwe ditempat tersebut telah men dengar sepak
terjangnya Hek Sin Ho....... .
---oodwoo- DESA Pek Houw Cun merupakan desa kecil
Letaknya dibalik bukit2 kurang lebih empat puluh lie dari kota kecil itu,
dimana Cie Beng dan Cie Jin sedang tidur.
Desa itu benar2 desa tidak
berarti, karena disamping tidak penting juga penduduknya hanya sekitar lima
ratus jiwa.
Sejak matahari terbenam dikaki
langit barat, ber-turut2 telah datang kelompok2 orang asing yang terdiri lima
atau sepuluh orang. Itu lah suatu kejadian yang agak luar biasa.
Mereka yang tiba disambut oleh
seseorang yang bersembunyi di-semak2 dipinggir jalan dengan kata2 : „Berkah
Tuhan !" „Dunia Aman !" sabut
tiap kelompok. Jelas itulah kata2 sandi.
Mereka adalah anggota2 Pek
Lian Kauw dan kata2 sandi tadi memang merupakan semboyan perhimpunan rahasia
tersebut.
Desa terpencil dan sunyi itu
telah cukup lama menjadi markas cabang Pek Lian Kauw.
Malam itu akan diadakan rapat
penting. Pimpinan di Anhui telah mengirim beberapa orang untuk memberikan keterangan
mengenai rencana persiapan untuk melancarkan pemberontakan besar2an.
Rapat itu diadakan disebuah
rumah yang sangat besar didesa tersebut.
Rumah itu milik seorang
anggota pimpinan setempat, yaitu Tong Keng Hok.
Orang she Tong tersebut
memiliki kepandaian silat yang tinggi. Dengan memiliki kekayaan dan juga
menjalankan beberapa pekerjaan untuk perkumpulannya, cepat sekali dia
memperolah kedudukan penting Kurang
lebib satu jam sejak tibanya rombongan pertama, telah tiba semua anggota yang
diundang. Ruang besar dirumah itu telah penuh. Kurang lebih tiga ratus orang.
Seorang wakil pusat segera
naik kemimbar.Dengan panjang lebar dia membentangkan maksud tujuan pergerakan
mereka. Dikatakan nya, setiap anggota harus berusaha memperoleh kepercayaan rakyat.
---oo0dw0oo-