-------------------------------
----------------------------
Jilid 11
SAMBIL tubuh seperti itu,
siberewok juga telah mengeluarkan suara jeritan kaget.
Kawan2 siberewok jadi tambah
terkejut lagi, keempat orang yang tadi pingsan, telah siuman dan melihat nasib
pemimpin mereka seperti itu, dengan sendirinya keberanian mereka jadi kuncup.
Mereka telah mengeluarkan
suara seruan nyaring, mereka juga telah melompat bangun untuk menerjang maju
guna membantu siberewok.
DI SAAT seperti itulah Hek Sin
Ho sudah tidak berlaku segan2 lagi, dengan cepat bukan main dia telah
menggerakkan kedua tangannya silih berganti.
Dia telah melancarkan serangan
dengan kedua telapak tangannya itu, yang dipusatkan dengan tenaga dalam yang
dahsyat.
Setiap kali tangannya itu
bergerak, maka tampak sesosok tubuh yang terpental.
Kemudian waktu ambruk ditanab,
Hek Sin Ho selalu menyambut! dengan serangan telapak tangannya yang lain lagi,
sehingga serangan itu telah membuat orang yang bersangkutan menjerit keras dan
berlumuran darah, disamping mereka telah terluka didalam.
Untuk selanjutnya, walaupun
jiwa mereka tidak dirampas oleb Hek Sin Ho. namun mereka telah bercacad dan
juga akan menderita seumur hidupnya... jika luka didalam tubuh mereka nanti
telah disembuhkan, berarti mereka akan menjadi bercacad, yaitu dengan sebagian
tubuh mereka menjadi lumpuh, karena ada otot2 terpenting ditubuh mereka yang
telah putus karenanya
Hek Sin Ho yang bertindak
tidak tanggung tanggung itu telah menghampiri siberewok, yang saat itu baru
dapat berdiri lagi.
Mata siberewok masih
berkunang2 tetapi melihat Hek Sin Ho menghampiri dirinya, dia jadi ketakutan
setengah mati.
Tanpa membuang waktu lagi, dia
telab memutar tubuhnya dan cepat berlari dari tempat itu.
Kawan2nya juga berseok2
terpincang2 telah menyingkir dari tempat itu, dengan melepaskan sigadis penjual
silat itu, si Eng...
Tentu saja kakek tua penjual
silat jadi girang, bersama kedua orang anaknya, mereka telah menyatakan terima
kasihnya. Mereka berlutut waktu menyatakan terima kasihnya itu kepada tuan
penolongnya tersebut.
Hek Sin Ho jadi sibuk meminta
mereka berdiri dan menolak penghormatan mereka.
Sedangkan saat itu semua orang
yang menonton keramaian itu, telah mulai bubar.
Mereka rupanya takut kalau
nanti menjadi sasaran dari pertempuran tersebut.
I S
"Jangan terlalu banyak
peradatan, Lopeb!" kata Hek Sin Po kemudian
Sikakek tidak berhentinya
mengucapkan te rima kasihnya. Dia telah menanyakan nama dan gelaran tuan
penolongnya terstbut.
Hek Sin Ho memperkenalkan
dirinya sebagai Hek Sin Ho Dan nama itu akan diingat sepanjang hidup sikakek.
"Lain waktu, kalian harus
berhati-hati jika berurusan dengan manusia rendah seperti si berewok itu!"
kata Hek Sin Ho.
Sikakek penjual silat dan si
Eng telah mengiyakan, mereka bersyukur sekali kepada tuan penolongnya ini.
Saat itu, Hek Siu Ho telah meminta
diri dan dia kembali kerumah penginapannya.
Setelah makan dan minum
secukupnya Hek Sin Ho masuk kedalam kamarnya, dia telah tidur dengan
nyenyak.....
Entah berapa lama Hek Sin Ho
telah tertidur begitu, ketika ditengah malam pintu kamarnya dipukul keras
sekali oleh seorang disertai oleh suara yang gaduh sekali.
"Hei penjabat, keluar!'
teriak beberapa suara yang garang.
Hek Sin Ho jadi mengerutkan
sepasang matanya, dia tidak mengetahui entah siapa orang diluar kamarnya itu.
Tetapi sebagai seorang pemuda
yang berani dan memiliki jiwa yang tabah sekali, Hek Sin Ho telah turun dari
pembaringannya, dia telah membuka pintunya.
Diluar kamarnya tampak berdiri
belasan orang tentara negeri.
Diantaranya tampak siberewok
yang tadi sore telah menghina sikakek penjual silat.
"Itu dia
penjahatnya!" berseru siberewok dengan suara yang keras sambil menunjuk
kearah Hek Sin Ho.
Seorang perwira telah
menghampiri Hek-Sin Ho sambil katanya.
"Kau seorang pengkhianat,
harus ikut kami kekantor," suaranya sangat angker sekali.
Hek Sin Ho jadi tertegun
"Pengkhianat? Pengktianat apa?" tanyanya dengan heran,
"Hmmmm, engkau telah
menghina perintah dengan kata2 jahatmu, maka engkau seorang penghianat yang
harus diadili!"
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat sekali tampak perwira itu telah menggerakkan tangannya, dia telah
mengeluarkan sebuah borgolan maksudnya ingin memborgol tangan Hek Sin Ho.
Tentu saja Hek Sin Ho tidak
bersedia tangannya di borgol seperti itu.
"Tunggu dulu, apa
kesalahanku sebenarnya?" tanya Hek Sin Ho dengan mengerutkan alisnya.
"Nanti kita bicara
dikantor." menyahuti perwira itu. "Keluarkan tanganmu....."
Tetapi Hek Sin Ho tidak
melayaninya, sehingga perwira itu jadi gusar bukan main.
"He, engkau
membangkang?" bentak perwira itu dengan gusar.
"Bukan membangkang aku
tidak memiliki kesalahan apa2, hanya difitnah lalu kalian memperlakukan aku
demikian rupa." menyahuti Hek Sin Ho dengan berani.
Tentu saja hal itu telah
membuat perwira itu jadi murka.
"Jangan memaksa kami
turun memperlakukan engkau tidak baik, karena sikapmu itu hanya menambah dosamu
belaka."
Hek Sin Ho tidak melayaninya,
dia hanya mendengus belaka.
Disat itulah, disaat seperti
itu, tahu2 siberewok telah membentak:
"Sudah. jangan banyak
bicara dengan setan kecil penghianat itu, tangkap dan gusur kekantor!"
teriaknya itu disambut oleh beberapa orang tentara negeri yang telah melangkah
maju mendekati Hek Sin Ho, ingin membekuk anak muda itu
Tetapi Hek Sin Ho dengan gesit
telah menyelak kesamping lalu dengan cepat sekali tangan kanannya mengibas,
maka tiga orang negeri yang melangkah maju itu telah terdorong terpental dan
hampir saja tubuh mereka terguling kebawah tangga, kalau saja mereka tidak
keburu mencekal tepian tangga itu.
Muka siperwira jadi berobah,
matanya memandang bengis bukan main.
"Hemmmm, rupanya engkau
memang ingin membangkang!" dan setelah membentak begitu, dia telah
mencabut goloknya, dia melancarkan serangan yang hebat sekali.
Perwira ini adalah seorang
ahli silat yang bukan main kuatnya karena dia murid keturunan kelima puluh
empat dari Siauw Lim Sie.
Maka dari itu, tidak
mengherankan disaat dia melancarkan serangan dengan goloknya itu, dia telah
menyerang dengan dahsyat.
Semula perwira itu menduga
bahwa dia dapat merobohkan Hek Sin Ho hanya dalam satu dua jurus.
Tetapi waktu dia melancarkan
serangan seperti itu justru Hek Sin Ho yang telah menjadi murka bukan main
dituduh sebagai pemberontak, cepat sekali mengetuk pergelangan tangan perwira
itu.
Tanpa dikehendaki, goloknya
terlepas dari cekatannya, karena tangannya itu telah kesemutan.
Cepat bukan main, tampak Hek
Sin Ho telah mengulurkan tangannya, mencekal jalan darah Pian hie hiatnya
perwira itu, yang terletak didekat tulang Piepe dipundaknya.
Maka seketika itu juga,
lemaslah tubuh perwira tersebut, tidak memiliki tenaga lagi, karena seluruh
tenaganya seperti lenyap seketika itu juga.
Dengan mengeluarkan suara
keluhan perlahan, perwira tersebut hanya diam ditawan oleh Hek Sin Ho.
"Semuanya keluar dan
turun dari loteng jika tidak mengharapkan pemimpin kalian ini kukirim ke Giam
Lo Ong!" bentak Hek Sin Ho dengan suara yang bengis sekali.
Pasukan tentara itu tentu saja
jadi panik bukan main melihat perwira yang menjadi pemimpin mereka itu telah
ditawan oleh Hek Sin Ho.
Mau tidak mau mereka telah
menuruti perintah Hek Sin Ho, karena mereka tidak menghendaki kalau pemimpin
mereka itu nanti menemui bencana.
Disaat seperti itulah. Hek Sin
Ho telab menuruni undakan tangga dengan membawa terus tawanannya.
Muka siberewok telah berobah
pucat, dia telah ikut rombongan tentara itu turun dari tangga loteng.
Setelah membawa perwira
tentara itu keluar rumah penginapan, Hek Sin Ho membentak bengis :
"Sekarang katakan terus
terang, siapa yang mengatakan bahwa aku seorang pengkhianat?" bent&k
Hek Sin Ho.
Tidak ada seorsngpun yang
membuka mulut, dan juga disaat itu siperwira hanya melirik kearah siberewok
yang berdiri dengan muka yang pucat dan mengandung perasaan takut yang bukan
main.
Hek Sin Ho telah dapat
menduganya bahwa tentunya siberewok yang telah menghasut pasukan tentara itu,
dengan menuduh Hek Sin Ho sebagai pengkhianat negara.
Maka dari itu, darah Hek Sin
Ho tambah meluap diliputi kemurkaan yang sangat
Dengan cepat, tubuh siperwira
telah dilontarkannya ketengah udara.
Dan disaat semua orang tengah memandang
kearah tubuh perwira itu yang tengah meluncur ditengah udara, disaat itu juga
Hek Sin Ho telah melompat kearah siberewok
Tentu saja sibetewok tadi
ketakutan bukan main dia berusaha untuk memutar tubuhnya, guna melarikan diri -
Tetapi sayang sekali,
gerakannya itu terlambat, karena tangan kanan Hek Sin Ho telah menghantam keras
sekali batok kepalanya
"Buukkk, praaakkk!"
maka batok kepala siberewok telah pecah berantakan.
"Manusia tidak punya
guna!" menggumam Hek Sin Ho dengan gusar bukan main.
Sedangkan tubuh siberewok
telah terjerambah ditanah, berkelejatan sejenak, dan kemudian diam tidak
bergerak lagi. karena arwahnya telah terbang meninggalkan raganya.
Tentu saja hal ini selain
mengejutkan juga membuat pasukan tentara itu jadi murka bukan main.
"Tangkap penjahat!"
siperwira yang telah bisa berdiri lagi.
Tetapi walaupun dia berteriak
begitu, dia sendiri tidak menerjang maju.
Hanya puluhan tentara negeri
yang telah menerjang maju dengan senjata mereka masing2.
Hek Sin Ho mengeluarkan suara
tertawa dingin, dengan berani sekali dia menghadapi kepungan lawannya itu.
Cepat bukan main dia telah
menghantam lima orang lawannya, menyusul mana empat orang tentara negeri
lainnya yang telab berhasil ditotoknya jalan darah maupun bagian terpenting ditubuh
mereka.
Keruan saja pasukan tentara
negeri itu jadi ketakutan bukan main.
Mereka berhenti sejenak.
sambil melangkah mundur menjauhi diri dari Hek Sin Ho, karena walaupun
bagaimana tidak mau mereka menjadi korban ditangan Hek Sin Ho.
Siperwira yang melihat gelagat
buruk seperti itu, telah berteriak lagi "Cepat tangkap penjahat! Jika
penjahat itu bisa meloloskan diri, maka kalian masing2 akan menerima hukuman
yang setimpal.
Dan setelah berteriak begitu,
dia berseru lantang menganjurkan pasukannya itu menyerang Hek Sin Ho lagi,
namun lucunya dia sendiri tidak menyerang maju.
Mendengar ancaman hukuman,
maka para tentara itupun tidak berani mundur.
Dengan bersorak2 nyaring,
mereka telah menerjang lagi.
Mereka melancarkan serangan
yang hebat bukan main, disamping itu merekapun telah bekelahi dengan sikap yang
agak nekad.
Hal ini disebabkan, bagi
mereka maju salah mundurpun salah. Jika maju setidak2nya mereka mengandalkan
jumlah yang banyak untuk merebut kemenangan.
Tetapi jika mereka mundur dan
penjahat itu bisa melarikan diri, niscaya diri mereka akan menerima hukuman
yang berat dari perwiranya tersebut. Dan ini memang telah pasti.
Maka dari itu, dari terjepit
mereka jadi nekad mereka semua telah menyerang dengan kalap dan nekad,
melancarkan serangan seperti juga tidak memikirkan lagi jiwa dan keselamatan
mereka.
Diserang dengan cara
mengeroyok seperti itu, tentu saja Hek Sin Ho jadi sibuk juga.
Berulang kali dia harus
berkelit kesana kemari, dan setiap gerakannya itu gesit sekali.
Tetapi serangan lawannya
datangnya gencar seperti hujan, senjata tajam dari bermacam macam itu meluruk
kearah dirinya, membuat Hek Sin Ho akhirnya terpaksa harus merampas sebatang
golok dari tangan lawannya, dengan goloknya tersebut Hek Sin Ho mengamuk.
Dalam dua jurus, dia telah
berbasil merubuhkan tiga orang lawannya yang telah dilukainya Dan dijurus
keenam, dia telah bergasil untuk merubuhkan lima orang lawarnya yang lainnya,
sehingga tentara yang lainnya jadi ketakutan dan telah melompat mundur.
Tetapi Hek Sin Ho yang telah
mempergunakan jurus2 dari ilmu golok Ouw Ke To Hoat tidak berhenti sampai
disitu saja, dengan gerakan tubuh yang cepat bukan main, dia telah melancarkan
serangan yang bertubi tubi, dan setiap goloknya itu berkelebat maka disitu
terdengar suara jerit kesakitan, karena satu dua orang akan terluka.
Ilmu golok Duw Ke To Hoat
merupakan ilmu golok yang tiada tandingannya, maka dari itu mengherankan jika
dia telah berhasil marubuhkan laWan2nya dengan cepat sekali.
Dalam waktu yang singkat,
ditanah telah menggeletak belasan sosok tubuh, ada yang terbinasa, ada yang
terluka berat, ada pula yang tangan dan kakinya yang tertebas buntung...
Siperwira yang menjadi
pemimpin pasukan tentara negeri itu jadi ketakutan bukan main, wajahnya jadi
berobah pucat pias, tubuhaya menggigil ketakutan.
Dengan cepat dia memutar
tubuhnya, dengan maksud hendak melarikan diri.
Tetapi Hek Sin Ho mana mau
melepaskannya, maka dari itu dengan cepat sekali dia telah melompat dan
mengayunkan goloknya.
Perwira itu berpekik ketakutan,
dia telah cepat2 mengangkat goloknya.
"Tranggg" golok itu
saling bentur. Dan golok siperwira telah terbang terlepas dari cekatannya,
karena benturan golok Hek Sin Ho bukan main kuatnya, yang telah membuat telapak
tangannya itu terluka.
Dengan cepat pula, perwira itu
telah menjatuhkan diri berlutut dibadapan Hek Sin Ho.
Ampun Taihiap...! Ampun!"
teriaknya dengan suara yang nyaring sekali, dia telah mengangguk2an kepalanya
berulang kali.
Tetapi Hek Sin Ho telah
mengangkat goloknja itu tinggi:
"Hemm manusia bejat
seperti engkau tidak perlu diampuni!" katanya dengan suara yang bengis
sekali.
Saat itu, siperwira jadi
tambah ketakutan dia telah mengangguk anggukan kepalanya tidak henti hentinya
dia sesambatan meminta ampun.
Tetapi Hek Sin Ho yang memang tengah
murka bukan main telah mengayunkan goloknya,
"Tahan!" tiba
terlsigar seseorang membentak nyaring suaranya itu.
Hek Sin Ho terkejut, dia
melirik kearah orang yang membentak itu, sambil goloknya masih teracung.
Dia melihatnya orang yang tadi
membentak itu tidak lain seorang tosu, seorang imam, yang berusia telah lanjut,
yang mukanya kurus dan tengah menatap Hek Sin Ho dengan sorot mata yang tajam
sekali.
"Hemm, dia telah
sesambatan meminta ampun mengapa Kiesu atau orang gagah tidak ingin mengampuninya."
tanya si imam dengan suara yang dingin.
"Dialah manusia penghisap
darah rakyat yang perlu disingkirkan, karena dia telah mencelakai banyak sekali
rakyat jelata yang tidak berdaya..."
Siimam telah tertawa dingin.
"Kiesu memang memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi pantas jika dengan mengandalkan kepandaian Kiesu
itu membunuh2 orang yang tak berdaya dengan seenaknya saja Lihatlah oleh Kiesu,
berapa korban yang telah jatuh?"
Mendengar perkataan siimam,
muka Hek Sin Ho jadi berobah, dia jadi mendongkol, karena imam ini membela
perwira tentara penjajah tersebut.
"Apa yang dikehendaki
oleh Totiang ?" tanya Hek Sin Ho dengan suara yang dingin. "Bebaskan
orang itu...!"
"Kalau memang aku tidak
ingin membebaskannya?"
"Pinto yang akan
membebaskannya!"
Muka Hek Sin Ho jadi berobah
tambah bebat, karena dia gusar mendenar perkataan siimam yang begitu sombong.
"Baik ! Baik ! Jika
memang Totiang dapat melakukannya, silahkan!" dan setelah berkata begitu,
dengan cepat sekali Hek Sin Ho mengayunkan goloknya, meneruskan serangannya
untuk membacok perwira itu.
Sjperwira yang tengah
ketakutan, waktu melihat golok meluncur akan membinasakan dirinya tentu saja
jadi tambah ketakutan, dia telah menjerit-jerit keras, memohon ampun,
"Kiesu tidak mau memberi
muka kepada pintol" katanya tawar.
Dan berbareng dengan
perkataannya itu, dengan cepat sekali, dengan gerakan yang tidak terlihat,
tidak bisa diikuti oleh pandangan mata, hudtimnya telah bergerak.
Dan hebat kesudahannya.
Dan hudtim si imam itu telah
meluncur keluar serangkum angin serangan yang kuat sekali.
Dan angin serangan itu justru
telah menyampok golok Hek Sin Ho yang tengah meluncur turun itu.
Dengan segera golok itu jadi
berobah arah sasarannya, karena tenaga mendorong dari angin kibasan hudtim imam
itu kuat bukan main.
Hek Sin Ho juga jadi kaget,
karena segera dia telah membuktikan bahwa imam itu bukanlah sembarangan imam,
karena imam yang seorang ini memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya.
Hek Sin Ho, melompat
kebelakang beberapa langkah kemudian katanya dengan suara lantang akibat
hatinya yang tengah gusar sekali.
"Baiklah! Katakanlah,
siapa totiang?" kata Hek Sin Ho.
"Sesungguhnya pinto hanya
manusia tolol, pinto digelari sebagai It Sun Kiam (Dewa Pedang Tunggal)!"
menyahuti pendeta itu.
"Hemmm, kiranya It Sian
Kiam Cinjin!" berseru Hek Sin Ho. "Sudah lama aku mendengar nama
besar Totiang!"
"Tidak berani piato
menerima pujian Kiesu." kata siimam cepat.
"Baiklah, aku yang bodoh
Hek Sin Ho ingin meminta petunjuk dari totiang".
Dan membarengi dengan
perkataannya itu, tampak Hek Sin Ho menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan cepat
sekali melompat menubruk kearah imam itu.
Gerakan yang dilakukan Hek Sin
Ho merupakan gerakan yang gesit sekali, dia juga bukan hanya melompat belaka,
sebab golok rampasan yang masih berada dalam cekalan tangannya itu telah
digerakkan.
Cepat bukan main, golok itu
telab meluncur kearah batok kepala siimam.
Gerakan yang dilakukannya itu
luar biasa sekali, karena Hek Sin Ho telah mengeluarkan jurus yang keempat belas
dari Ouw Ke To Hoat, tidak mengherankan jiwa goloknya itu demikian deras
menghujam kearah siimam.
Tetapi imam itu juga liehay
sekali, dengan mengeluarkan suara mengejek perlahan, dia telab melejit
kesamping, kemudian dengan terakan yang hampir tidak terlibat, tangannya telah
mencabut pedang yang tadinya berada dipunggungnya.
Dengan pedangnya itu, dia
telah menusuk kearah jalan darah Su kiang-hiat yang berada dipunggung Hek Sin
Ho.
Saat itu Hek Sin Ho tengah
menyerang sasaran kosong, sehingga tubuhnya jadi maju kedepan, dan siimam tahu2
telah berada dibelakangnya serta menusuk kejalan darah di punggungnya, maka
dengan sendirinya hal itu merupakan keadaan yang sangat berbahaya sekali,
Cepat bukan main Hek Sin Ho
memutar. goloknya.
Cerakan yang dilakukan Hek Sin
Ho tidak kalah cepatnya dengan gerakkan siimam,
Maka dari itu, tidak
mengherankan jika antara pedang dan golok itu saling bentur, telah mengeluarkan
suara bentrokan yang nyaring.
Namun siiman tidak berhenti
dengan serangan pedangnya, seperti juga dengan gelarannya, yaitu It Sian Kiam,
maka pedangnya itu memang seperti pedang tunggal yang dapat menyerang puluhan
tempat disaat yang bersamaan, seperti saat itu, dlkala pedangnya ditangkis, dia
justru hanya menurunkan pedangnya sedikit, maka mata pedang itu mengincar
bagian jalan darah Be sek hiatnya Hek Sin Ho.
Dsngan sekuat tenaganya,
siimam telah mendorong pedangnya maka mata pedang meluncur cepat sekali
ketempat berbahaya itu dalam jarak yang dekat.
Hek Sin Ho kaget bukan main.
Dia tidak menyangka bahwa
lawannya bisa berlaku demikian licik.
Dengan Cepat dia telah
marubuhkan dirinya kebelakang, tubuhnya didoyongkan seperti jembatan besi, lalu
dia dengan mempergunakan tangan kirinya untuk menghantam keras kearah dada
siimam, dengan mempergunakan kekuatan tangan lwekangnya.
Tentu saja gerakan yang
dilakukannya itu merupakan gerakan yang berbahaya, justru disaat tubuhnya
tengah miring kebelakang.
Kalau saja dia bertemu dengan
lawan yang memiliKi lwekang yang berada diatasnya, tentu Hek Sin Ho akan
mengalami kematian, sebab tenaga serangannya itu pasti akan berbalik menghantam
dirinya.
Untung saja, walaupun ilmu
pedangnya hebat bukan main, pendeta agama To itu memiliki Iwekang yang hanya
berimbang dengan Hek Sin Ho.
Imam itu juga tampaknya terkejut
melihat hebatnya serangan tenaga dalam dari telapak tangan Hek Sin Ho. Yang
membuat dia kaget dan heran, justru usia pemuda bermuka hitam ini masih muda
sekali, namun mengapa tenaga lwekangnya sudah demikian hebat? Maka dari Itu,
sambil melompat mundur kebelakang, menarik pulang pedangnya, siimam telah
menggerakkan hudtimnya, dia telah melancarkan serangan dengan hebat sekali.
Gerakan yang dilakukannya itu
merupakan gerakan yang dahsyat sekali.
Dengan sendirinya, mau tak mau
hal itu telah membuat Hek Sin Ho merasakan tubuhnya tergetar hebat, dia sampai
terhuyung mundur dua langkah, akibat terbenturnya dua kekuatan tenaga dalam
mereka.
Siimam juga tidak lolos dari
akibat dari benturan tenaga dalam mereka itu.
Karena dengan cepat tubuh
siimam tergetar mau terhuyung mundur juga.
Untung saja imam itu memang
memiliki kegesitan yang luar biasa, sehingga dia bisa cepat2 memperbaiki
kedudukan kedua kakinya.
Disaat seperti itu, bagaikan
seekor burung rajawali, tahu2 imam itu telah melompat ketengah udara, dan
sambil mementangkan kedua tangannya, tangan yang satu yang mencekal pedangnya,
dan tangan yang lainnya mencekal hudtim, tubuh siimam itu meluncur menyambar
kearab Hek Sin Ho.
Hebat Sekail Cara menyeranya
kali ini karena dengan cepat sekali, kedua senjata itu, pedang dan hudtim,
telah menjambar kearah Hek Sin Ho dengan serentak.
Tentu saja Hek Sin Ho kaget
dan kagum melibat hebatnya ilmu pedang imam itu.
Tidak percuma imam itu
mempergunakan julukannya it Sian Kiam, karena dia memang memiliki ilmu pedang
yang bukan main hebatnya.
Tetapi sebagai, akhli waris
dari ouw Ke To Hoat, Hek Sin Ho juga tidak mudah untuk dirubuhkan lawannya,
kerena dia telah memiliki ilmu golok yang sangat sempurna sekali.
Begitulah, melihat cara
menyerang imam itu, dengan mengeluarkan suara siulan nyaring, Hek Sin Ho
memutar tubuhnya, yang berputar2 seperti gasing, dan sambil berputar begitu
golok ditangannya diputar seperti titiran Kali Ini siimam yang berbalik jadi
kaget, karena dengan diputarnya golok itu, berarti diri Hek Sin Ho dikelilingi
sinar goloknya, dan perbentengan dirinya rapat sekali. Jika siimam meneruskan
serangannya, berarti dirinya yang bisa menerima ancaman bahaya tidak kecil,
karena pedang dan Hudtimnya bisa tertangkis terpental karenanya.....
Karena menyadari akan bahaya
yang mengancam dirinya, imam itu juga tidak berani berlaku nekad, dengan penuh
perhitungan dia telah memberatkan tubuhnya, membiarkan senjatanya teracung
tanpa menyerang. Hal itu dilakukan karena dia memang dengan Hek Sin Ho tidak
memiliki permusuhan apa2 maka dari itu tidak perlu dia sampai mengadu jiwa
untuk bercelaka bersama2.
Karena gerakan yang
dilakukannya itu, maka tubuhnya jadi seperti tertahan ditengah udara. terkurung
tenaga meluncurnya, dan dia telah turun ketanah dengan tubuh yang agak berat
terpisah dua tombak dari Hek Sin Ho.
Sedangkan Hek Sin Ho melihat
cara siiman menggagalkan serangannya itu, dengan cepat bukan main dia juga
berhenti memutar goloknya.
Dia telah melancarkan serangan
yang bertubi2, dengan gerakan yang sangat cepat dan luar biasa. Maka dari itu,
tidak mengherankan jika gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang
mendesak siimam mundur beberapa tombak jauhnya.
Sama sekali tidak pernah
diduga oleh It Sian Kiam Cinjin bahwa kepandaian Hek Sin Ho telah mencapai
taraf demikian sempurna, dengan sendirinya, untuk jurus2 berikutnya dia berlaku
jauh lebih hati2.
Cepat bukan main mereka telah
bertempur selama belasan jurus lagi.
Dan setiap gerakan yang
dilancarkan oleh mereka merupakan gerakan2 yang sangat dahsyat kali. Maka dari
itu, tidak mengherankan, setiap serangan itu juga bisa membinasakan lawan
masing2.
Didalam pertempuran diantara
dua orang perhatian tidak boleh terpecah, sedikit saja terpecah perhatian,
berarti akan celaka Orang tersebut.
Begitu jaga halnya dengan
Siimam yang telah bertempur dengan memusatkan seluruh kekuatan yang ada
padanya, dia telah melancarkan serangan2 dengan penuh perhitungan, serangan
yang di lancarkan oleh Hek Sin Ho selalu disambutinya dengan gerakan2 yang
sangat berhati2 dan penuh perhitungan, tidak berani sipendeta melawannya dengan
kekerasan.
Karena itu, Walaupun
bagaimana, kenyataan seperti itu membuat pertempuran itu berlangsung cukup
lama.
Sedangkan Hek Sin Ho yang
mengetahui bahwa lawannya juga merupakan orang yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, dengan sendirinya tidak berani ceroboh dalam melancarkan serangannya.
Siperwira yang tertolong
jiwanya oleh siimam, telah tidak berani berdiam lama2 ditempat tersebut.
Ketika dia melihat Hek Sin Ho
tengah dilibat oleh serangan2 si pendeta, dengan cepat sekali dia telah memutar
tubuh dan melarikan diri,
Hek Sin Ho mendongkol bukan
main sesungguhnya dia ingin menahannya, tetapi karena siimam tetap melibatkan
dirinya dengan serangan serangan yang dahsyat itu, dengan sendirinya membuat
dia tidak bisa mengejar siperwira.
Saat itu, cepat bukan main
siimam telah melancarkan serangan yang beruntun.
Dia melancarkan serangan
kearah batok kepala Hek Sin Ho dengan mempergunakan Hud-timnya. sedangkan
pedangnya ber-kelebat2 mengincer bagian2 yang berbahaya ditubuh lawannya.
Hek Sin Ho juga telah
mempergunakan ilmu golok Ouw Ke To Hoat dengan serangan2 yang sangat dahsyat
sekali, maka dari itu, tidak mengherankan jika serangan2 yang diterimanya dapat
disambutnya dengan baik.
Mereka rupanya memang
berimbang tidak terlalu mengherankan jika mereka dapat bertempur dengan hebat
sekali.
Serangan2 yang dilancarkan
mereka merupakan serangan timpal balik, karena setiap kali salah seorang
diantara mereka berhasil berkelit, akan membarengi dengan serangan yang
membalas sehingga memaksa lawannya juga untuk berkelit.
Akibat kepandaian yang
berimbang begitulah maka Hek Sin Ho jadi terlihat terus bertempur dengan
siImam, Gerakan mereka sama gesit dan kekuatan lwekang mereka sama kuatnya, dengan
sendirinya telah membuat Hek Sin Ho dan It Sian Kiam Cinjin bertempur sampai
ratusan jurus lamanya tanpa ada yang terdesak atau menang.
Disaat mereka telah saling
serang menyerang begitu tiba2 dari kejauhan terdengar suara derap langkah kaki
kuda disertai oleh suara bentakan yang sangat keras sekali.
Ternyata hampir seratus orang
tentara negeri berdatangan. Rupanya siperwira yang tadi melarikan diri itu
telah mencari bala bantuan.
Dan kini siperwira telab
kembali untuk menangkap Hek Sin Ho dengan mengandalkan jumlah yang sangat
banyak.
Hek Sin Ho juga terkejut.
Dia memang merasa takut
menghadapi tentara negeri itu. Tetapi jumlah mereka sangat banyak sekali dan
juga kini dia telah bertempur dalam waktu yang panjang dengan siimam, yang
meletihkan sekali, maka dari itu, mau tidak mau tenaganya sudah berkurang
banyak.
Jika dia harus menghadapi
ratusan tentara negeri itu, walaupun dia dapat membunuh lagi beberapa puluh
orang diantara mereka, namun akhirnya dia sendiri yang akan tertangkap.
Maka dari itu, setelah memutar
otak sejenak, Hek Sin Ho merangsek maju melancarkan serangan yang gencar kepada
siimam, memaksa imam itu melompat mundur.
Mempergunakan kesempatan itu
Hek Sin Ho telah menjejakan kakinya, tubuhnya melompat ke atas genting dan dia
telah berlari dengan cepat sekali untuk meninggalkan tempat itu.
"Tangkap." berseru
siperwira yang semangatnya telah pulih dan keberaniannya telah pulang karena
membawa pasukan yang berjumlah banyak.
Maka dari itu, beberapa puluh
orang tentara segera mengejar, pasukan panah juga telah melepaskan anak
panahnya.
Tetapi Hek Sin Ho telah
mengibaskan goloknya menangkis setiap anak panah yang menyambar datang
kepadanya.
Saat itu, It Sian Kian Cinjin
tidak mengejar Hek Sin Ho, dia hanya berdiri sambil menghela napas berulang
kali dan wajahnya muram.
"Sia2 aku melatih diri
selama puluhan tahun, karena selama itu pula aku tidak bisa untuk merubuhkan
seorang anak seperti dia? Bagaimana aku bisa bercita2 untuk menjadi jago nomor
satu didalam rimba persilatan?"
Dan setelah menggumam begitu
lagi, dia segera melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut.
Siperwira melihat siimam ingin
berlalu dia menghampiri dan menjura.
"Terima kasih atas
bantuan totiang!" katanya sambil tertawa.
Tetapi imam itu telah
melangkah terus tanpa menoleh, dia tidak melayani siperwira.
Sedangkan si perwira tertegun
sejenak sejak melihat siimam yang berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata,
tetapi kemudian dia telah tertawa dingin.
"Hmm sungguh imam
berkepala besar tadi kebetulan saja aku kurang waspada sehingga hampir
dicelakai setan kecil itu dan kebetulan pula kau telah datang tepat pada
waktunya, sehingga dapat menolongi jiwaku! tetapi apakah demikian kau hendak
memperlihatkan kecongkakanmu.?"
Perlahan sekali suara perwira
itu. tetapi tajam bukan main telinga imam itu.
"Apa kau bilang?"
tiba2 dia menoleh sambil menatap tajam sekali kepada perwira itu.
Tentu saja si perwira jadi
kaget bukan main dia tahu imam itu lihay sekali mana bisa dia mempermainkannya
dan memandang remeh.
Maka sambil membungkukkan
tubuhnya, dia memberi hormat dan katanya "Aku tidak bilang apa2, aku hanya
mengatakan totiang memiliki kepandaian yang tinggi sekali."
"Hmmm mulutmu hina
sekali!" menggumam pendeta itu. lalu dia mengibaska lengan jubahnya, tanpa
ampun lagi tubuh si perwira telah terpental bergulingan diatas tanah.
Waktu dia berdiri, siimam
sudah tidak terlihat lagi.
Tentu saja dia murka
diperlakukan begitu oleh siimam. tetapi karena dia mengetahui bahwa imam itu
sangat hebat sekali, dengan sendirinya dia tidak berani perintahkan anak
buahnya untuk mengejar siimam. Dia hanya meneriaki dengan gusar kepada anak
buahnya agar mengejar dan mencari Hek Sin Ho, bahkan dua orang tentara negeri
yang melangkah ayal2an telah ditempilingnya, karena perwira itu ingin
melampiaskan kemendongkolan hatinya.
Hek Sin Ho berlari2 dengan
cepat sekali meningggalkan kota tersebut.
Dia memang tidak memiliki
banya barang maka dari itu tidak ada yang dibuntal dan dia bisa berangkat
segera dari tempat pertempuran tanpa perlu kembali kekamar penginapannya karena
memang tidak ada barang yang tertinggal.
Dengan mempergunakan ilmu lari
cepatnya dia telah melarikan diri gesit luar biasa, dalam waktu sekejap mata ia
telah belasan lie yarg dilaluinya.
Dengan demikian, Hek Sin Ho
telah meninggalkan kota itu menuju Bu Ciang-
Tetapi disaat Hek Sin Ho
tengah enak2nya berlari dengan cepat sekali, dan akan melewati permukaan sebuah
hutan belantara, dimana Bu Ciang sudah terpisah hanya belasan lie lagi, di saat
itulah, dia telah melibat sesosok bayangan bergerak cepat sekali dipermukaan
hutan itu,
Sebagai seorang pemuda yang
memiliki kepandaian yang sangat hebat sekali, disamping itu dia juga sangat
tabah.
Maka dari itu tidak
mengherankan, dengan cepat Hek Sin Ho melompat kebalik sebatang pohon.
Dia berdiam bersembunyi untuk
mengawasi sosok tubuh yang tengah berlari mendatangi mendekati permukaan hutan
itu.
Keadaan disekitar tempat itu
sepi dan gelap sekali, karena masih terpisah agak jauh, Hek Sin Ho tidak bisa
melihat jelas siapa orang yang tengah berlari2 dimalam hari dan sesepi ini.
Dengan hati2 sekali Hek Si Ho
telah mengikuti secara diam2 sosok bayangan itu.
Setelah berlari sejenak
lamanya, ketika tiba dimuka hutan itu, sosok bayangan itu berhenti.
Kebetulan awan hitam yang tadi
menutupi rembulan telah bergeser sinarnya menerangkan sekitar tempat tersebut
Hati Hek Sin Ho jadi tercekat
kaget dan juga girang, karena dia telah mengenali jelas, orang itu tidak lain
dari Song Tong leng, Song Kiam Ceng, orang yang tengah dicarinya juga beberapa
saat yang lalu, karena orang she Song inilah yang telah menculik puteranya Tong
Keng Hok,
Dengan cepat Hek Sin Ho
mengikuti lebih dekat lagi, karena dia ingin mengetahui apa yang bendak
dilakukan oleh Tongleng itu, yang dimalam buta tersebut berkeliaran seorang
diri.
Setelah berdiam diri sejenak,
tampaknya Tongleng itu telah cukup beristirahat dan dia mulai melangkah
memasuki rimba itu.
Hek Sin Ho mengikuti terus,
dan dia bersikap hati2 Sekali karena Hek Sin Ho menyadarinya bahwa Song
Tongleng memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga memiliki pendengaran
yang sangat tajam.
Maka dari itu dengan
sendirinya pula dalam keadaan seperti itu Hek Sin Ho mengikutinya dengan sikap
yang hati2 jangan sampai menimbulkan suara berkeresekan. sebab jika terjadi hal
itu pasti orang she Song tersebut akan mengetahui dirinya dikuntit seseorang.
Hek Sin Ho mengikuti terus
sampat didekat pertengahan hutan itu.
Tetapi Song Kiam Beng masih
terus juga berjalan memasuki hutan itu.
Tampaknya diapun tengah tergesa2,
semakin lama semakin mempercepat langkah kakinya.
Dalam waktu yang cukup lama,
akhirnya dia telah tiba diujung rimba itu, yang ternyata ditempat tersebut
terbentang sebuah lapangan rumput.
Dan diatas sebuah batu gunung
yang lebat bulat, tampak duduk tiga orang pendeta berkepala botak licin, yang
berusia tua dan ketiganya memelihara jenggot yang panjang. Tetap1 ketiga
pendeta tua itu agak aneh keadaannya, karena yang seorang memakai jubah pendeta
warna merah, yang seorang kuning dan yang seorang lagi putih.
Tentu saja keadaan ketiga
pendeta itu aneh sekali, Jika mereka tiga orang Laama dari Persia atau Lhasa,
hal itu memang tidak mengherankan, karena disana terdapat Buddha hidup yang
terbagi tiga, yaitu dari Lhama merah. Lhama putih dan Lhama kuning, Ketiga
golongan itu masing2 memiliki seorang Buddha hidup yang kekuasaannya melebihi
kekuasaan seorang raja.
Maka yang aneh, justeru
pendeta tersebut adalah hwesio dari daratan Tionggoan, bukan pendeta dari Tibet
atau Lhasa, bukan Lhama. maka itu aneh sekali cara mereka berpakaian seperti
itu.
Waktu melihat ketiga hweshio
itu, Song-Kiam Ceng cepat menghampiri dan berlutut.
"Boanpwee menunjukan
hormat kepada Locianpwe!" katanya sambil mengangakan kepalanya tiga kali,
"Boanpwe Song Kiam Ceng sangat beruntung, karena samwie (ketiga tuan)
Siansu. ternyata telah bersedia untuk memenuhi undangan Boanpwe."
Dan setelah berkata begitu,
barulah Song Kiam Ceng bangkit berdiri.
Sedangkan ketiga pendeta tua
itu, yang masing2 memakai baju jubah merah, kuning dan putih, telah
menganggukan kepalanya berulang kali.
"Hemmm. kami menenuhi
undangan kau hanya untuk melihat sesungguhnya apakah didaratan Tionggoan ini
masih terdapat jago2 yaag bisa menandingi kepandaian kami!" berkata
hweshio yang memakai jubah merah itu,
Rupanya hweshio itu seorang
yang sangat galak sekali, sebab dia telah berkata dengan nada yang demikian
sombong.
Sedangkan Song Kiam Ceng telah
menganggukkan kepalanya.
"Boanpwe yakin, tidak
mungkin ada yang bisa menandingi kepandaian Sam Tiauw Sam Hud (Tiga Buddha Tiga
Rajawal)" katanya memuji mengumpak. Tentu saja Hek Sin Ho yang mendengar
gelaran ketiga pendeta itu, yang agak ganjil, yaitu Sam Tiauw Sam Hud, jadi
heran.
Selamanya dia belum pernah
mendengar gelaran seperti itu, yang tentu saja seperti gelaran yang lucu, namun
didengar dari nada suara dan perkataannya, tampaknya hweshio itu sangat sombong
dan merasa yakin bahwa mereka merupakan orang2 yang terpandai didunia ini.
"Si hweshio yang memakai jubah kuning juga telah ikut bicara.
"Dengan adanya kami, maka
kau tidak perlu kuatir! Dengan hanya menyentilkan jari telunjuk kami. batok
kepala Tan Kee Lok akan kami potes dari lehernya."
Song Tongleng tertawa senang.
Sombong sekali perkataan itu.
Dada Hek Sin Ho juga gemuruh
diamuk amarah.
Bagaimana mungkin hweshio yang
tidak pernah didengar nama dan gelarannya itu, ternyata bicara demikian
sombong, sehingga dia begitu meremehkan Tan Kee Lok, pemimpin besar dari Ang
Hwa Hwee?
Dengan sorot mata yang tajam.
Hek Sin Ho mengikuti terus percakapan mereka.
"Menurut rencana yang
telah diatur, kita harus membasmi semua orang2 yang berusaha merongrong dan
mengganggu kewibawaan pemerintah! Seorang demi seorang Harus dibasmi habis.
Jika menang perlu, kita harus membasminya tanpa pandang bulu! Maka dengan
adanya Sam wie Tjisu Locianpwe, kami yakin pemerintah akan dapat diselamatkan
dari pemberontakan-pemberontakan besar dan kaisar pasti sangat bersyukur dan
berterima kasih sekali kepada Sam Wie Taisu Locianpwe."
Mendengar pujian dan umpakin
Song Tongleng ini ketiga orang hweshio itu telah tertawa bergelak2. suara
tertawa mereka aneh sekali karena suara tertawa mereka seperti juga suara
burung serak.
"Hmm, kami tidak
mengharapkan sesuatu apapun juga, hanya kami telah senang jika Kaisar Kian
Liong bersedia menghargai bantuan kami!"
"Oh itu sudah jelas! Iiu
sudah jelas!" tertawa Tongleng tersebut. "Kaisar pasti akan
mengangkat Samwie Taisu sebagai Hoksu (guru agama) dan penasehat pribadi
Kaisar! Hal itu pernah disampaikan Hongsiang kepada Boanpwe - asalkan memang
Samwie Taisu Locianpwe berhasil membasmi Tan Kee Lok berikut semua anak
buahnya."
Mendengar itu. ketiga orang
hweshio itu telah tertawa dingin.
"Hemm, apa sulitnya
membasmi mereka! Jika dulu kami tidak pernah menampakan diri Karena kami memang
mengasingkan diri selama enam puluh tahun untuk menyaksikan ilmu kami tetapi
sekarang kami telah berhasil dan sempurna sekali, siapapun tidak mungkin dapat
menandingi kepandaian kami."
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat sekali dengan mengeluarkan suara tertawa keras bukan main, tahu2
bweshio yang memakai jubah merah itu, telah menggerakkan tangan kanannya.
"Keluarlah kau, untuk apa
bersembunyi terus disitu?" bentaknya.
Hek Sin Ho terkejut bukan
main, karena membarengi dengan suara bentakan sihweshio, maka dia merasakan
betapa tubuhnya seperti juga ditarik oleh suatu kekuatan yang tidak terlibat
oleh mata.
Dan tarikan tenaga itu, yang
tidak tampak sama sekali, merupakan tarikan tenaga dalam sihweshio yang telah
sempurna sekali.
Inilah yang luar biasa bukan
main, karena dengan adanya peristiwa ini, dia sudah bisa melihat bahwa lwekang
sibweshio telah sempurna sekali.
Sebab dari jarak yang terpisah
begitu jauh, ternyata sipendeta dapat menariknya dengan tenaga yang begitu kuat
bukan main.
Hek Sin Ho menyedot napasnya
dalam2 dia telah menyalurkan tenaga dalamnya dan menangkis dengan mengibaskan
tangannya.
Tetapi tidak urung tubuhnya
telah tertarik sampai sepuluh tombak, terhuyung hampir saja jatuh terjerembab
dihadapan ketiga orang hweshio itu.
Tentu saja Hek Sin Ho kaget
bukan main tetapi dia tidak takut, dengan gesit sekali dia telah menjejakan
kakinya, tubuhnya telah melompat dengan cepat sekali, dia telah melompat sambil
menjauhi diri.
Si hweshio tertawa dingin saja
tetapi dia sudah tidak melakukan gerakan apa2 lagi.
Song Tongleng semula terkejut,
karena dia sama sekali tidak mengatabui ada orang yang tengah mengintai diri
mereka berempat
Adalah luar biasa hwesio jubah
merah itu yang telah mengetahui kehadiran Hek Sin Ho.
Dan yang lebih luar biasa, dia
biasa lagi Hek Sin Ho keluar dari tempat persembunyiannya dengan mempergunakan
kekuatan lweekangnya.
Maka dari itu, tidak
mengherankan, Song Tongleng sangat kagum sekali atas kesenpurnaan ilmu dari
pendeta tua tersebut, yang benar mengagumkan sekali.
Tetapi disaat itu, dia juga
jadi kaget bukan main melihat bahwa orang yang ditarik keluar dari tempat
persembunyiaenya tidak lain dari Hek Sin Ho.
"Hemmmm. kiranya sisetan
hitam itu. mendengus Song Tongleng girang. "Samwie Taisu, dialah musuh
negara, kalau bisa ditangkap dan jangan biarkan dia meloloskan diri, telah
banyak perbuatan dosa yang dilakukannya!"
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat dengan gerakan yang ringan, dia telah menggerakkan tangannya untuk
mulai melancarkan serangan kepada Hek Sin Ho.
"Mundur kau !"
bentak sihweshio berjubah merah itu dengan suara yang keras.
Sambil membentak begitu, dia
juga telah mengibaskan tangannya yang meluncur kekuatan luar biasa.
Tubuh Song Tongleng jadi
terhuyung mundur beberapa langkah, tetapi tidak sampai rubuh dia hanya kaget
dan malu, sehingga berdiri ditempatnya dengan muka yang merah padam.
Tadi sibweshio mempergunakan
tenaganya hanya sebagian kecil, dia juga mengibaskan, tangannya seenaknya saja,
dengan sendirinya dia bisa membayangkan hebatnya jika hweshio itu sungguh2
mempergunakan tenaganya.
"Siapa kau?" bentak
hweshio jubah merah itu dengan suara dingin kepada Hek Sin Ho.
"Aku Hek Sin Ho !"
menyahuti Hek Sin Ho dengan berani. "Hek Sin Ho?"
"Tepat ! Aneh?"
"Cocok dengan mukamu.
Tadi semula aku menduga bahwa Tongleng datang berdua dengan kau ! Maka
itu-heranlah kami mengapa yang muncul hanya Song tongleng, sedangkan kami
mendengar jelas suara langkah kaki dua orang?" menggumam pendeta itu.
Hek Sin Ho jadi terkejut lagi,
karena tadi Waktu dia mengikuti Song Toojleng, dia telah mempergunakan ilmu
meringankan tubuhnya yang sempurna, langkah kakinya tidak menimbulkan suara.
Sedangkan Song Tongleng
sendiri tidak mendengar suara langkah kaki Hek Sin Ho, sehingga dia tidak
mengetahui bahwa dirinya tengah diikuti, Tetapi yang luar biasa adalah hweshio2
ini, yang terpisah dalam jarak yang jauh, namun bisa mendengar suara langkah
kaki Hek Sin Ho.
Hal itu tentu saja membuktikan
bahwa kepandaian ketiga pendeta itu memang telah luar biasa sekali.
"Heemmm..."
mendengus dingin sipendeta jubah kuning.
"Usiamu masih muda,
tetapi lolap melihat kepandaianmu cukup lumayan Siapa yang menjadi
gurumu?"
"Tidak ada."
menyahuti Hek Sin Ho.
"Bicara bohong kau
?" bentak pendeta itu dengan murka.
"Aku bicra apa adanya,
untuk apa aku berdusta! Tidak ada guru tidak ada orang yang mengajari aku ilmu
silat." kata Hek Sin Ho berani sekali.
"Lalu, kau mau
mengartikannya bahwa engkau memang sudah mengerti ilmu silat sejak berada
didalam perut ibumu?" bentak sipendeta.
"Kurang lebih
begitu." "Mengapa harus kurang dan lebih?" "Bukankah
manusia hidup pun harus kurang dan lebih ?" menantang sekali suara Hek Sin
Ho. "Jika terlampau berlebihan terus, maka berlebihan, minum berlebihan,
tidur berlebihan, dan memakai perhiasan berlebihan, akhirnya manusia itu
sendiri yang celaka. Juga jika kekurangan, jika kurang makan, kurang tidur,
kurang sehat, kurang jelas pendengaran dan penglihatan, kurang minum, dan
kurang segala2nya, bukankah mrnusia itu juga akan celaka?"
Ditanggapi begitu,
dipergunakan dengan kata2 Budha yang disitir oleh Hek Sin Ho, tentu Saja ketiga
hweshio itu jadi gusar.
Dengan muka yang berobah
merah, tampale pendeta berjubah putih, yang sejak tadi berdiam diri saja, telah
berkata dengan suara yang seraki dan nyaring seperti suara wanita, "Hemm,
memang engkau anak kurang ajar. Inilah aku yang akan mendidik kau ilmu
silat!"
Dan setelah berkata begitu,
pendeta jubah putih itu menggerakkan tangan kanannya dari bawah kearah atas.
dengan telapak tangan menghadap langit.
Luar biasa Sekali, Hek Sin Ho
merasakan menyambarnya serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya,
sehingga tubuhnya jadi terlontar ketengah udara.
Disaat itu sipendeta jubah
putih itu telah memutar2 tangannya,
Dan yang celaka adalah Hek Sin
Ho. yang tubuhnya jadi ikut berputar di tengah udara, karena dia tengah
terlibat oleh kekuatan tenaga lwekang yang dahsyat dari pendeta itu.
Ilmu yang dipergunakan oleh si
pendeta jubah putih itu bukan ilmu siluman etau ilmu sihir, Itulah ilmu tenaga
dalam yang telah dilatihnya dengan sempurna sekali. Maka dari itu si hweshio
dapat mempergunakan tenaga dalamnya itu sekehendak hatinya.
Bukan main cara menyerangnya
itu, dia telah dapat mempermainkan Hek Sin Ho dengan ilmu tenaga dalamnya yang
dahsyat seperti itu,
Maka dari itu, bukan main
terkejutnya Hek Sin Ho, pemuda ini sampai mengeluarkan suara seruan tertahan
karena dia memang sangat terkejut sekali.
Sedangkan Song tongleng
mengawasi dengan takjub, betapa tidak bisa diterima dalam akal, tubuh Hek Sin Ho
bisa di putar2 ditengah udara seperti itu, bagaikan sebuah bola yang tidak
terkendalikan.
Tentu saja dalam keadaan
seperti itu Hek Sin Ho berusaha untuk memutar otak.
Dia telah berusaha mencari
jalan untuk menghadapi ilmu aneh dari pendeta ini.
Gerakan yang dilakukan
sipendeta tadi tanpa menyentuh tubuhnya, tetapi tenaganya yaug tidak terlihat
itu ternyata sangat hebat sekali, disamping itu telah berhasil melontarkan
tubuh Hek Sin Ho dan menahannya ditengab udara tanpa tubuh Hek Sin Ho meluncur
turun lagi.
Dengan cepat pula sipendeta
telah bisa memutar tubuh Hek Sin Ho, sehingga pemuda itu jadi berkunang2
matanya dan kepalanya jadi pusing, karena dia mabok sekali terputar terus di
tengah udara.
Dan dalam keadaan seperti itu.
sebelum dia bisa berpikir lebib jauh, disaat kepalanya pusing sekali, justeru
sipendeta jubah putih itu telah menghentak tangannya kebawah.
Maka tidak ampun lagi tubuh
Hek Sin Ho telah terbanting keras sekali diatas tanah.
Keruan saja Hek Sin Ho yang
terbanting keras itu menderita kesakitan yang bukan main-
Tanpa dikehendakinya, dia jadi
mengeluarkan suara jeritan tertahan.
Sedangkan ketiga hweshio itu
telah tertawa lagi, suara tertawa mereka tetap seperti suara burung merak...
tidak sedap didengar.
Dengan merangkak bangun, Hek
Sin Ho berusaha berdiri tetap
Tetapi saat itu kepalanya
masih pusing bukan main, dia jadi mengeluh.
Yang tengah dipikirkannya Saat
itu adalah bagaimana caranya dia harus meloloskan diri dari tangan ketiga orang
pendeta itu, karena jika tidak tentu dirinya akan tertawan dengan mudah, ilmu
ketiga pendeta itu memang luar biasa sekali dan tidak mudah untuk
dihadapinya...
Tetapi untuk melarikan dan
meloloskan diri dari tangan ketiga pendeta itu, bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah, walaupun bagaimana keadaan seperti ini tidak memungkinkan Hek Sin Ho
bisa meloloskan diri.
Saat itu juga Song Tongleng
girang bukan main. dia telah melompat untuk membekuk Hek Sin Ho.
"Jangan sentuh dia."
bentak sipendeta berjubah putih, dan mengibas dengan tangan bajunya.
Karena tergesa2, maka
sipendeta baju putih ini telah mengibas lebih kuat dari kawannya tadi.
Yang celaka adalah Song
Tongleng, yang tubuhnya jadi terpental keras sekali, terguling diatas tanah,
sampai dia meogoluarkan suara jeritan.
Dan untuk seterusnya, setelah
berdiri Song Tongleng tidak berani untuk menghampiri Hek Sin Ho lagi, karena
dia takut justru ketiga pendeta itu akan memperlakukan dirinya seperti bola....
Hek Sin Ho telah berbasil
berdiri, dia telah menggedikkan kepalanya berulang kali.
Kepalanya masih pusing bukan
main, dengan sendirinya dia juga melihat semuanya masih kabur dan berlarian
samar sekali.
Setelah memejamkan matanya
berulang kali, barulah dia bisa memandang dengan wajar kembali.
"Sekarang engkau mau
bicara secara baik dan jujur, atau memang engkau inginkan mengoreknya ?"
tanya sipendeta jubah putih.
"Apa yang ingin kalian
tanyakan?" tanya Hek Sin Ho acuh tak acuh.
Walaupun dia melihat
kepandaian ketiga hwesbio itu luar biasa, dan dirinya memang sudah bukan lawan
dari ketiga hwesbio tersebut, namun setidaknya dia tidak ingin memperlihatkan
perasaan takutnya, karena Hek Sin Ho memang tabah sekali.
"Sebutlah asal usulmu
yang sebenarnya." kata sipendeta.
"Aku harus mulainya dari
bagian mana?" tanya Hek Sin Ho
"Siapa gurumu."
"Aku sendiri!"
Muka ketiga pendeta itu jadi
berobah lagi, mereka gusar bukan main, karena mereka menganggap Hek Sin Ho
ingin mempermainkan diri mereka.
Sipendeta baju putih sudah
menggerakkan tangannya hendak melancarkan serangan lagi, tetapi telah ditahan
oleh sipendeta jubah merah.
"Sekarang jawab yang
benar, siapa gurumu?" tanya sipendeta jubah merah itu.
"Telah, berapa kali aku
harus mengatakan bahwa aku mempelajari ilmu silatku ini sendiri ?" tanya
Hek Sin Ho dengan suara mendongkol, sedikitpun dia tidak memperlihatkan
perasaan takut. "Sudah kukatakan berulang kali bahwa aku tidak memiliki
guru."
"Baiklah jika begitu,
sekarang kau katakan, Siapa kedua orang tuamu ?" tanyanya lagi si pendeta
jubah merah.
"Ayahku?" tanya Hek
Sin Ho.
"Ya!" mendongkol
bukan main pendeta itu. "Cepat katakan, jangan seperti anak yang
tolol."
Disaat itu Sesungguhnya Hek
Sin Ho mengulurkan waktu karena memang tengah memikirkan rencana untuk
meloloskan diri. Dia juga menyadari bahwa ayahnya dan kakeknya sangat terkenal,
sebagai seorang gagah nomor satu dijaman itu, maka dengan sendirinya jika dia
menyebufkan nama mereka, mungkin dirinya sulit lolos lagi, terlebih lagi pihak
pemerintah memang tengah mencari Ouw Hui dan Biauw Jin Hong.
Disaat itu, setelah berpikir sejenak,
Hek Sin Ho telah menyahuti dengan suara yang lantang : "Ayahku she Tong
dan bernama A Tu, sedangkan ibuku Lie Sie!"
"Akhhh, nama yang
kampungan!"kata sipendeta.
"Kampung dengan kota sama
saja, yang terpenting manusia yang harus baik seperti kedua orang tuaku, tidak
seperti kalian yang telah mempergunakan kepandaian untuk menghina y3ng muda dan
lemah? Apa yang bisa dibanggakan? Coba kalau kalian bertemu dengan jago2 yang
memiliki kepandaian tinggi, tentu sekali menggerakan tangannya, segera juga kalian
bisa dikirim keneraka!"
Berani sekali Hek Sin Ho
berkata begitu, membuat muka ketiga pendeta itu jadi berobah merah padam.
Betapapun juga ketiga pendeta
itu memang telah terbakar hatinya, mereka murka sekali.
Sipendeta berjubah kuning
telah menggerakkan tangannya, dia menghantamkan jari tangannya menuju kearah
Hek Sin Ho.
Dari jari tangannya itu
meluncur keluar serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya.
Dan dengan mengeluarkan
jeritan kaget dan kesakitan tubuh Hek Sin Ho jadi terlontarkan keras sekali,
sehingga dia sampai bergulingan beberapa kali.
Kemudian setelah merangkak
bangun, Hek Sin Ho membarengi dengan mengangkat kakinya untuk melarikan diri.
Tetapi maksudnya itu telah
diduga oleh si hwesio, karena seperti juga menarik sesuatu yaitu dengan
menggariskan telunjuknya menuju kearah dadanya sendiri, sihweshio telah
membentak nyaring :
"Kembali.."
Aneh sekali tubuh Hek Sin Ho
seperti ditarik sesuatu yang dahsyat sekali.
Tanpa berdaya dia telah
terhuyung mundur kembali mendekati ketiga pendeta itu.
Seketika itu juga Hek Sin Ho
jadi mengeluh karena disaat itulah dia baru menyadarinya bahwa dirinya tidak
mungkin meloloskan diri dari ketiga pendeta yang memiliki kepandaian yang
demikian hebat.
"Hemmmm, jago2 mana saja
yang kau maksudkan, yang bisa merubuhkan diri kami ?" tanya sipendeta
jubah kuning itu setelah melepaskan pengaruh tenaga dalamnya didiri Hek Sin Ho.
"Banyak sekali, Banyak
sekali" kata Hek Sin Ho dengan berani.
Walaupun menyadari dirinya
tidak mungkin terlolos dari tangan sipendeta yang sakti tersebut, namun sebagai
seorang anak yang berpikiran cerdas sekali, dia segera terpikir untuk
mempergunakan siasat dan kelicinan lidahnya untuk membakar ketiga pendeta itu.
"Banyak sekali. Bunyak
sekali. Katakan yarg jelas! Siapa mereka?" bentak pendeta itu murka.
"Bukankah sudah kukatakan
sangat banyak? Klau disebutkan satu persatu tentu tidak akan habis walaupun
satu hari satu malam aku menyebutkan nama mereka.....!"
"Apikah didaratan
Tionggoan demikian banyak terdapat jago2 yang hebat ?" tanya si pendeta
merah itu menoleh kepada Song Tongleng.
"Dusta! Tidak
banyak?" menyahuti Song Tongleng cepat.
"Siapa?" tanya Song
Tongleng kemudian.
"Mereka tidak ada artinya
bagi Samwie Taisu karena kepandaian mereka biasa saja!" kata Sons Tongleng
untuk menggembirakan ketiga pendeta itu.
Tetapi tangan pendeta baju
merah itu tahu2 telah bergerak dan bersuara "plakkk, plookkk" nyaring
sekali karena muka Song Tengleng telah berhasil dipukulnya dengan keras sekali.
"Aku tanyakan siapa nama
mereka seorang demi seorang, bukan meminta kau bicara tidak keruan." suara
sipendeta aseran sekali.
Song Tongleng jadi kuncup
nyalinya, dia memang mengetahui bahwa ketiga pendeta tersebut merupakan tiga
pendeta yang memiliki kepandaian yang hebat sekali dan memiliki adat yang aneh.
"Dan dengan memanfaatkan
sifat aneh mereka itulah, Song Toagleng akhirnya berhasil mengundang mereka.
namun, kini disaat berapa kali
dia mengalami gempuran dari pendeta tersebut, setidak2nya hati Song Tongleng
jadi mendongkol dan gusar tetapi dia tidak berani memperlihatkan perasaannya
itu. Kaisar sendiri tidak memperlakukan dia demikian Kasar
Setelah mengiyakan dengan
mengangguk anggukan kepalanya beberapa kali, Song Tongleng menyebutkan
nama-nama jago jago rimba persilatan, yang namanya merupakan orang2nya'
"Hmm, kau jual suara
terlalu tinggi." mengejek Hek Sin Ho dengan suara tertawa dingin.
"Coba kau katakan apakah Ouw It To itu jago yang hebat atau tidak ? Ouw
Hui itu seorang pendekar yang gagah bukan? Biauw Jin Hong itu pendekar nomor
satu dijaman ini, bukan? Apakah kau sanggup melawan mereka dua tiga jurus? Ayo
jawab yang jujur."
Ditanggapi begitu oleh Hek Sin
Ho. muka Song Tongleng berobah jadi merah.
Dia mengawasi mendelik penuda
itu. jika memang tidak ada ketiga orarg pendeta aneh tersebut, tentu dia telah
menerjang untuk melancarkan serangan karena sudah tidak bisa menahan kemurkaan
dihatinya.
"Hemm, kau belum
menyahuti pertanyaan anak itu," kata sipendeta jubah merah itu.
"Memang yang
disebutkannya itu merupakan pemberontak yang memiliki kepandaian lumayan tetapi
mereka belum berarti apa2 karena belum lama yang lalu merekapun telah berhasil
dirubuhkan oleh orangku.
Setelah berkata begitu,
beberapa kali Song Tongleng tertawa dingin, sambil menatap kearab Hek Sin Ho
dengan sorot mata yang tajam, matanya itu mendelik penuh kegusaran yang luar
biasa.
Bersambung