-------------------------------
----------------------------
Jilid 7
SELANJUTNYA dikatakan bahwa
Pek Lian Kauw telah melakukan tugas suci yang telah diperintahkan Thian (Tuhan)
mengusir penjajah boan dan mendirikan kembali kerajaan bangsa sendiri.
Tetapi kalau mereka bekerja
tanpa rencana akan sia2 saja usaha mereka. Demi untuk terlaksananya maksud
mereka, maka mereka harus sudah memiliki gambaran yang jelas mengenai kerajaan
yang akan mereka bentuk kepada siapa mereka memberikan kesetiaan.
Pimpinan pusat di Anhui telah
membuat beberapa keputusan penting. Mereka menetapkan untuk mendirikan kembali
kerajaan Taibeng tiauw. Dan pimpinan pusat telah berhasil menemukan seseorang
yang masih memiliki sangkutan darah dengan keluarga raja Tai-Beng-lauw
Ditetapkan orang itu akan menduduki tahta.
Orang itu bernama Ong Kwat
Seng dan kini sudah berada dimarkas pusat dikeresidenan Hong Yang Hu,
dipropinsi Anhui.
Tepuk tangan riuh mengiringi
wakil dari pusat itu. turunlah dia dari mimbar.
Tiba2 dari sudut ruangan
terdengar seseorang minta diberi kesempatan mengutarakan pendapatnya.
Seorang pemuda tinggi kurus
tampak bangkit dari tempat duduknya.
Orang itu tampak masih muda
sekali mungkin belum dua puluh tahun, Kulitnya hitam kelam, wajahnya buruk dan
tidak sesuai dengan pakaiannya sebagai siucai, pelajar.
Orani2 yang belum mengenalnya
hanya heran melihat usianya masih begitu muda.
"Tuan2 dan saudara8
sekalian, uraian tua wakil dari pusat sebagian memang tidak dapat di sangkal
kebenarannya, tetapi sebagian pula kurang tepat" katanya "Yang tidak
salah, memang kita berjuang untuk rakyat, untuk membebaskan tanah air dari
penjajah dan membela rakyat yang tertindas, Setiap orang yang berjiwa patriot
sejati tentu setuju.
Keputusan yang diambil pusat
untuk mendirikan kerajaan Beng justru yang tidak tepat. Mengapa kita harus
membangun kembali kerajaan Beng? Apakah kita tidak dapat mendirikan dan
membangun kerajaan lain? Bukti yang ada, sampai tanah air kita ditelan penjajah
karena salah urus dari raja2 Beng, setelah dari Cu Goan Ciang dan Eng Lok
Kun."
Seketika gemparlah orang2 yang
berkumpul di ruang tersebut.
Beberapa orang wakil pusat
tidak puas, mereka tersinggung oleh bantahan pemuda itu. Segera salah seorang
berbisik kepada Hian Seng Cu. menanyakan siapa pemuda itu, dan apa kedudukannya
dalam lingkungan Pek lian Kau setempat.
Hian Seng Cu sendiri tidak
mengenal siapa pemuda itu. Dan mereka tambah heran karena tidak seorangpun
diantara anggota Pek Lian Kauw mengenal pemuda itu.
Hian Seng Cu seeera bangkit.
"Siangkong, sebelum kau
bicara lebih jauh, aku ingin sekali mengetahui siapakah kau dan apa kedudukanmu
dalam lingkungan kita? Mengapa kita belum pernah berjumpa?".
"Kedatanganku hanyalah
disebabkan aku seorang Han, dan berkepentingan dalam urusan besar seperti ini.
Aku bisa disebut Hek Sin Ho."
Sudah tentu jawaban pemuda itu
menggemparkan orang2 disitu.
Peraturan dalam perkumpulan
rahasia seperti Pek Lian Kauw itu biasanya sangat keras dan setiap orang yang
bukan anggota yang berani menyelundup masuk, tentu akan ditangkap dan dihukum
sebagai mata2.
Tetapi menghadapi si Rase
Terbang yang Sakti mereka jadi ragu2. Oieh karena pemuda itu, Hck Sin Ho telah
dipuja oleh seluruh rakyat Ouwpak sebagai malaikat dan sangat dikagumi.
Hian Seng Cu tersadar disaat
keadaan jadi kacau berisik, dia mengetuk2 meja dengan keras untuk menenangkan
keadaan.
"Siangkong, menurut
pengakuanmu kau bukan anggota Hek Lian Kauw. Kami memiliki larangan jika bukan
anggota tidak dapat hadir dalam rapat kami dengan diam2," kata Hian seng
Cu.
"Tetapi perjuangan yang
tuan2 tengah lakukan untuk kepentingan membebaskan tanah air dari penindasan
penjajah. Kukira itu sudah menjadi tugas seluruh rakyat. Dan sebagai rakyat
Han, tentu akupun memiliki hak untuk ikut memikirkan dan menyumbangkan teraga.
Perjuangan yang kalian lakukan adalah untuk kepentingan rakyat, tetapi sudahkah
tuan2 mengambil keputusan dengan memintai pendapat rakyat dulu? Dan tuan2
bisakah menganggap aku sebagai wakil dari rakyat jelata...."
Kata2 Hek Sin Ho dipotong
wakil dari pusat yang kuatir bahwa Hek Sin Ho bisa merobah pendapat para
anggota Pek Lian Kauw yang hadir "Saudara2, jangan mendengarkan
perkataannya, orang ini tentu mata2 pemerintah yang sengaja datang untuk
mengacau rapat yang kita adakan. Tangkap dia dan hukumlah sebagaimana
mestinya".
Wakil pusat belum pernah mendengar
perihal Hek Sin Ho tetapi anggotd Pek Lian Kauw setempat telah mendengarnya.
Mereka takut dan jeri untuk nama besar Hek Sin Ho, sehingga mereka diam saja.
Wakil pusat itu mengisyaratkan
kepada rekan2nya yang bersama2 datang dari pusat, melompat menghampiri Hek Sin
Ho.
Hek Sin Ho ketawa "Memang
sudah kuduga bahwa disini tentu terdapat pengkhianat, seorang mata2 pemerintah
Boan yang telah berhasil merampas kedalam perkumpulan ini. Tetapi sungguh tidak
kusangka bahwa yang kujumpai adalah Song Siewie Taijin, yang juga telah
berhasil mencapai kedudukan begitu penting dipusat Pek Lian Kauw." katanya
sambil menunjuk kesalah seorang dari keempat wakil pusat itu.
Orang itu bertubuh kurus
kecil, mukanya licik sekali dan matanya yang tajam menunjukkan dia hebat sekali
kepandaiannya.
Ucapan terakhir Hek Sin Ho
tentu saja mengejutkan dan menggemparkan semua anggota Pek Lian Kauw. Mereka
sudah lama mendengar cerita dari rakyat perihal tindakan2 Hek Sin Ho yang
membela kebenaran dan keadilan, maka mereka percaya kata2 pemuda itu bukan
sekedar tuduhan belaka.
Tidak demikian dengan keempat
wakil dari pusat itu. Tuduhan itu telah membuat keempat! wakil pusat jadi
murka.
Mereka telah serentak bergerak
untuk mengeroyok sipemuda tanpa memperdulikan nama besar dan kehormatan mereka
lagi.
Hek Sin Ho benar-bukan pemuda
sembarangan. Mudah sekali dia mengelakkan serangan itu dan berhasil membebaskan
diri.
Dalam sekejap mata dia telah
berdiri dibelakang orang yang dituduhnya tadi dan tangannya meluncur kearah
Hong Tie Hiat dibelakang telinga orang itu.
Orang she Song itu memiliki
kepandaian hebat, bagaikan memiliki mata dibelakang. serangan pemuda itu telah
berhasil dihindarkan.
Dalam sekali gebrakan seperti
itu Hek Sin Ho mengetahui diantara keempat wakil, justru orang she Song itu
yang terhebat kepandaiannya.
Hek Sin Ho mengerti bahwa
dalam pertempuran itu dia tidak boleh membuang2 waktu.
Dan karena itu Hek Sin Ho
telah melancarkan serangan2 ke bagian2 yang berbahaya dari lawan2nya.
Salah seorang wakil dari pusat
telah melancarkan serangan, namun kesempatan itu dipergunakan Hek Sin Ho untuk
menotok ulu hati orang itu, yang segera rubuh terjungkal.
Rekan2 orang yang rubuh itu
tentu saja murka. Mereka melancarkan serangan yang sangat berbahaya dan tanpa
segan2 lagi.
Tetapi amarah dan wakil2 pusat
Pek Lian Kauw justru merugikan mereka sendiri. Mereka jadi kurang waspada dan
menyerang bertubi2 tanpa memikirkan pembelaan diri.
Bagaikan kilat tubuh Hek Sin
Ho berkelebat diantara ketiga lawannya.
Mata dari kedua lawannya yang
kurang gesit segera berkunang2. Segera terdengar dua teriakan lemah, disusul
rubuhnya kedua lawan itu. Kini Hek Sin Ho hanya menghadapi orang she Song itu,
yang menjadi cemas melihat ketangkasan pemuda bermuka hitam itu.
Dalam beberapa jurus saja orang
she song itu sudah panik menghadapi serangan Hek Sin Ho.
Hian Seng Cu menyadari tidak
bisa mendiamkan saja sepak terjang Hek Sin Ho, yang bisa menimbulkan perpecahan
dalam tubuh pergerakkan Pek Lian Kauw.
Dia mengisyaratkan kepada Tong
Keng Hok dan kawan2nya yang lain, untuk maju.
Tetapi agaknya Hek Sin Ho
sudah lebih dulu menduga apa yang akan terjadi. Dia segera berseru :
"Saudara2 jangan merugikan diri sendiri, aku bermaksud baik terhadap
kalian, orang she Song ini pengkhianat, pengikut Kian Tong yang datang kemari
dengan belasan siewie dari istana raja, yang telah berada diluar desa atau kini
telah mengurung gedung ini.
Maka dari itu, persiapkan diri
kalian untuk menghadapi mereka. Setelah kurubuhkan orang she Song ini, akan
kubantu kalian untuk menghadapi mereka.
Hian Seng Cu dan kawan2aya
tentu tidak akan percaya perkataan Hek Sin Ho, kalau saja disaat itu mereka
sudah mendengar suara ribut dan beradunya senjata diluar gedung. Untuk sejenak
lamanya Hian Seng Cu dan kawan2nya jadi tidak mengetahui apa yang harus mereka
lakukan.
Kemudian mereka disadarkan
oleh teriakan kawan2 mereka yang tengah berjaga diluar, rupanya penjaga diluar
sudah tidak sanggup menghadapi terjangan lawan dan berteriak minta pertolongan.
Kini mereka percaya penuh
kata2 Hek Sin Ho.
Seluruh orang termasuk Hian
Seng Cu telah keluar. Dan disaat itulah Hek Sin Ho memusatkan seluruh
tenaganya, untuk merubuhkan lawannya secepat mungkin. tetapi orang she Song itu
licin seperti belut, tidak mudah cepat2 dirubuhkan, karena berhasil berkelit
kesana-kemari.
Namun Hek Sin Ho telah
melancarkan serangan dengan hebat untuk mencegah orang she Song itu keluar
menggabungkan diri dengan siewie2 diluar.
Sementara itu diluar sudah
berkali2 terdengar teriakan kesakitan dan rubuhnya beberapa orang.
Umumnya anggota Pek Lian Kauw
memiliki kepandaian yang sedang2 saja, maka Hek Sin Ho menyimpulkan yang rubuh
itu tentu anggota Pek Lian Kauw. Dia jadi gelisah sendiri.
Orang she Song itu menyadari
kegelisahan lawannya, dia jadi girarg dan telah melancarkan serangan yang
bertubi2, sehingga Hek Sin Ho tambah gelisah.
Tetapi dalam girangnya, dia
jadi lupa daratan.
Pemusatan tenaganya juga tidak
sepenuh lagi dan serangannya membabi buta.
Pertempuran telah berjalan
sepuluh jurus lagi, suatu saat orang she Song telah menyerang tepat bahu Hek
Sin Ho, sehingga terhuyung mundur beberapa langkah.
Kegembiraan orang she Song itu
memuncak. Inilah kesempatan terbaik baginya, tidak boleh disia2kan.
Dengan bernafsu dia telah
menubruk, Tangannya diulurkan untuk menerkam jalan darah Kie Kut Hiat dibahu
musuhnya.
Dengan demikian dia akan dapat
membuat musuh itu tidak berdaya dan akan menangkap hidup2.
Tetapi disaat itulah Hek Sin
Ho merebahkan tubuhnya dilantai dengan kedua tangannya menekan lantai. Kakinya
saling susul menerjang kearah dada, perut dan pinggang musuhnya yang tengah
menubruknya. Itulah tipu terhebat dari Kim Coa Hoan Sin (Ular emas Membalikkan
tubuh) salah satu ilmu yarg hebat dari Lian Hoan Tui.
Jitu sekali dada dan perut
orang she Song terkena tendangan luar biasa itu.
Disertai teriakan kesakitan,
terlemparlah dia sampai beberapa tombak. Dan tidak dapat bangkit lagi.
Hek Sin Ho telah melompat
bangkit dan menuju keluar.
Memang cukup besar kerugian
dipihak Pek Lian Kauw. Hampir lima puluh orang anggota perkumpulan itu
menggeletak ditanah terluka parah. Siewie2 yang tengah bertempur itu adalah
pahlawan kelas satu diistana raja. Hanya Hian Seng Cu dan Tong Keng Hok yang
masih bisa mengimbangi.
Dengan mengandalkan jumlah
yang banyak mereka memang dapat mempersibuk siewie2 itu, tetapi Urtuk
merubuhkan pengawal istana itu di butuhkan kepandaian.
Siewie itu berjumlah lima
belas orang, dan dengan datangnya Hek Sin Ho dia bisa mengikat empat orang
siewie, sehingga tinggal sebelas orang yang dihadapi orang Pek Lian Kauw.
Dengan kepandaian Kong Ciu Jip
Pek Io (Tangan kanan kosong menerobos ratusan golok) dia telah membuat siewie2
itu sibuk bukan main.
Siewie2 itu terkejut sekali
melihat datangnya lawan tangguh dan hebat ini.
Dengan cepat pula Hek Sin Ho berhasil
merubuhkan seorang siewie dengan kibasan tangan bajunya yang menghantam telak
sekali mata siewie itu.
Sambil mengeluarkan suara
anjuran kepada beberapa kawannya siewie2 yang lainnya telah menerjang maju.
Hek Sin Ho mudah sekali
melayani siewie2 itu, yang umumnya bersenjata golok.
Dan secara beruotun dia telah
berhasil merubuhkan beberapa orang siewie lagi.
Sementara itu disekeliling Hek
Sin Ho masih berlangsung terus pertempuran kacau antara dua ratus orang lebih
anggota Pek Lian Kauw melawan sepuluh orang siewie.
Korban yang jatuh telah
semakin banyak.
Pertempuran tersebut tampaknya
akan berlarut2 tanpa adanya penyelesaiannya Tetapi tiba2 sekali dari arah bukit
tidak jauh dari tempat itu terdengar hentakan2 marah, disusul muncul tiga sosok
bayangan hitam berlari2 saling susul.
Yang dua dibelakang rupanya
menjajar yang seorang didepan. Mereka memiliki kepandaian ilmu meringankan
tubuh yang sempurna. Dalam sekejap mata saja sudah didekat tempat tersebut.
Setelah terpisah hanya
beberapa puluh tombak dari gelanggang pertempuran, mereka ketiga orang itu
rupanya terkejut melihat pertempuran yang tengah berlangsung.
Tetapi yang berdiri dimaka itu
sudah segera mengerti apa yang tengah terjadi.
Sambil mengeluarkan seruan
nyaring dia telah melonpat kedepan, langsung kearah gelanggang pertempuran.
Dengan pedangnya yang
berkilauan dibawah sinar bulan yang baru memperlihatkan diri, tanpa ragu2 dia
telah menyerbu ketengah pertempuran dan melancarkan serangan hebat kearah
siewie yang terdekat.
Beberapa anggota Pek Lian Kauw
yang datang melihat orang itu jadi girang.
Sjewie yang diserang itu
segera menangkisnya, tetapi dia jadi kaget bukan main karena seketika itu juga
goloknya putus tertabas pedang, rupanya pedang lawan sebatang pedang mustika.
Sementara Itu kedua pengejar
orang yang haru datang itu telah berdiri sejenak dalam perasaan heran.
Namun akhirnya merekapun
melompat ketengah gelanggang pertempuran dengan gerakan yang sengat gesit
sekali.
Tanpa menantikan sampai kaki
mereka menginjak tanah, serta merta keduanya sudah melancarkan serangan kepada
siewie itu dengan mempergunakan pedang mereka.
Anggota Pek Lian Kauw bersorak
girang.
Kini mereka yakin bahwa kedua
orang terakhir itupun bukan musuh.
Tidak mengherankan bahwa
mereka tidak mengetahui bahwa kedua pemuda yang baru datang memiliki kepandaian
bsgitu tinggi adalah dua jago muda yang kebetulan tiba ditempat itu karena
mengejar seseorang dan mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jien.....
MALAM iiu Cie Beng dan Cie Jin
telah tidur siang2. namun ditengah malam dia mendengar seseorang berjalan
diatas rumah penginapan dengan langkah ringan.
Orang biasa mungkin tidak akan
mendengarnya, tetapi Cie Beng dan Cie Jin telah mendengar jelas dan telah cepat
melompat turun dari pembaringan dengan ringan.
Merekapun telah cepat2
mempersiapkan senjata mereka.
Samar2 mereka masih melihat
sesosok tubuh ketika keduanya telah melompat keatas genting rumah penginapan
dan segera mengejarnya.
Didalam rimba persilatan
memang banyak sekali peristiwa- aneh.
Oleh karena itu Cie Beng dan
Cie Jin tidak mau segera menarik kesimpulan apakah orang itu seorang jahat atau
baik.
Mereka terus juga
mengikutinya. Dengan cepat bayangan itu telah berjalan cukup jauh, karena belum
memastikan maksud orang itu, maka merekapun berlaku hati2 agar tidak terlihat
Setelah melewati dua puluh
rumah lebih, sosok bayangan itu tampak telah melompat turun dan mendekati
sebuah jendela yang masih tampak terang.
Bayangan itu mengintai kedalam
ruangan tersebut, agaknya dia bimbang untuk melompat masuk.
Tentu saja hal itu membuat Cie
Beng dan Cie Jin jadi heran. Apa maksud orang itu.
Tidak lama kemudian tampak
pintu kamar! terbuka, dan masuklah seorang gadis yang jika dipandang sepintas
lalu dari kejauhan tidak Cantik. Tetapi gerak geriknya dan potongan tubuhnya
sangat menarik.
Sosok bayangan yang berada
diluar jendela sudah hendak bergerak, tetapi kemudian dia membatalkan
maksudnya, kerena dibelakang gadis itu! masih terdapat seorang tua kurang lebih
lima puluh tabun. Agaknya ayah sigadis.
Dari tempat persembunyiannya,
kedua saudara Cie itu dapat melihat orang tua dan gadis itu bukan sembarangan
orang. Sikap mereka agung walaupun tubuh mereka tampaknya lemah. Tentunya ayah
puteri itu adalah keluaaga terpelajar.
Ayah dan puteri itu telah
bercakap2 dengan suara yang perlahan, dan orang yang bersembunyi diluar jendela
ketika mendengar percakapan anak dan ayah itu tampaknya terkejut, sehingga dia
memperlihatkan diri dijendela.
Ayah itu terkejut, menoleh
dengan ketakutan sedangkan sigadis telah berteriak tertahan.
Namun sesaat kemudian orcng
tua itu lenyap kagetnya, kini wajahnya memperlihatkan kemarahan yang saagat.
Dalam marahnya itu, orang tua
tersebut tidak dapat berkata2.
Sedangkan orang diluar jendela
itu hanya menatapnya dengan tertegun.
"Bangsat! Sungguh berani
kau datang mengganggu lagi!" Caci orang tua itu setelah berhasil menindih
goncangan hatinya. Lalu dengan suara yang keras dia telah berteriak;
"Maling! Ada maling! Tangkap! Tangkap!"
Seketika, terdengar teriakan
seperti itu, tamu tidak diundang jadi terkejut.
Tubuhnya melompat dan sesaat
kemudian dia telah berada dalam kamar.
Dengan wajah ketakutan, erang
tua itu mundur sambil menarik tangan sigadis.
Tetapi sudah jelas bahwa
mereka tidak akan dapat meloloskan diri lagi dari orang yang berkepandaian
memang tinggi itu.
Cie Beng dan Cie Jin, yang
sejak semula sudah bersiap sedia, untuk turun tangan, tentu saja tidak tinggal
berpeluk tangan.
Seketika itu juga, mereka
telah melompat bagaikan dua ekor garuda. Dan mereka telah melompat masuk
kedalam kamar berada dibelakang tamu tidak diundang itu.
"Jahanam kotor, rasakan
pedangku ini." bentak Cie Beng sambil menyerang dengan gerakan "Im
Yang Po San" (Kipas mustika Im Yang).
Tetapi kepandaian orang itu
ternyata berimbang dengan kepandaian Cie Beng, dia berhasil mengelakkannya
dengan mudah dan lalu menangkis.
Dan Cie Beng tidak berani
berayal lagi, dengan tenaga yang lebih besar telah melancarkan serangan lagi.
Cara serangan Cie Beng hebat
sekali hampir hampir orang itu kehilangan senjata karena benturan itu.
Penjahat itu merasakan bahwa
dia sudah tidak memiliki harapan lagi, terlebih lagi kalau Cie Jin sesaat lagi
turun tangan mengeroyoknya.
Karena ayah sigadis juga
berteriak2 minta tolong, maka tamu tidak diundang itu akhirnya telah memutuskan
untuk berlalu.
Setelah itu, dengan kecepatan
seperti terbang dia melarikan diri dengan mengambil arah utara.
Cie Beng dan Cie Jin tidak mau
membiarkannya lari dengan begitu saja
Disamping menbeici
perbuatannya, mereka pun ingin sekali mengetahui siapakah sesungguh nya orang
itu, yang ilmu silatnya berasal dari perguruan Bu Tong Pai.
Cie Beng dan Cie Jin
mengetahui itu, karena dia telah mempelajari berbagai sarinya ilmu silat.
Cepat2 mereka telah
mengejarnya. Dan dalam waktu yang singkat mereka telah berada di luar kota.
Sementara itu, agaknya
sipenjahat menjadi jengkel, dia melihat kedua saudara Cie itu tidak mau
melepaskan dirinya. Dan dia mempercepat larinya.
Itulah sebabnya Cie Jin dan
Cie Beng bisa tiba ditempat yang tengah berlangsung pertempuran itu. Dan Cie
Jin maupun Cie Beng tidak bisa berpeluk tengan, melihat rakyat kampung itu yang
tengah bertempur melawan orang2nya peme rintah Boan.
Tidak bersusah ppyah, akhirnya
semua musuh2 itu telah berhasil dirubuhkan mereka, ada siewie yang terluka dan
ada yang segera terbinasa disaat itu juga,
Enam tahun yang lalu. dirumah
guru mereka di Sinkiang, ketika orang2 yang hendak mencari balas kepada
gurunya, mereka melihat betapa semua lawan itu telah dibinasakan. Dan kini Cte
Jin dan Cie Beng melihat anggota Pek Lian Kauw juga membinasakan siewie2 yang
terluka walaupun siewie2 itu memohon2 pengampunan.
"Mereka sudah mengetahui
siapa pemimpin kami dan dimana kami mengadakan pertemuan, maka jika dibiartan
hidup, bisa mendatangkan bencana untuk kami." berkata beberapa orang Pek
Lian Kauw.
Cie Beng dan Cie Jin menoleh
kepada Hek Sin Ho. Tetapi ternyata pemuda itu sudah tidak berada ditempat itu.
Sementara Hian Seng Cu, Tong
Keng Hok dan pemimpin Pek Lian Kauw setempat yang telah menghampiri mereka
untuk menyatakan terima kasih, Cie Beng hendak mempergunakan kesempatan
tersebut menanyakan perihal Hek Sin Ho, tetapi sebelum mereka sempat
mengucapkan sepatah kata, tiba2 dari bagian belakang rumah itu terdengar
teriakan minta tolong, disusul bentrokan senjata dan caci maki sengit.
Semua orang terkejut. Cie Jin
dan Cie Beng cepat2 melompat kedalam ruangan rumah diikuti yang lain. Mereka
berpapasan dengan seorang lelaki kurus tinggi berpakaian serba putih, yang
melihat masuknya rombongan itu telah merobah haluan dan melompat keatas
genting. Didalam terdengar teriakan ; Kongcu diculik ! Kongcu diculik I Kongcu
dibawa orang ! Tolong l Tolong !"
Semua orang jadi terkejut,
karena mereka melihat lelaki kurus berpakaian putih itu memang memanggul tubuh
seseorang yang terkulai yang tidak lain dari putera Tong Keng Hok.
Kecuali Cie Beng dan Cie Jin,
yang lainnya mengejar. Dan dari pelayan2 rumah itu, kedua saudara Cie mendengar
cerita penculikan itu, dimana ternyata yang mencelik adalah orang she Song yang
berhasil membebaskan dirinya dari totokannya Dan disaat pelayan itu tengah
berteriak, justru Hek Sin Ho telah tiba dan mengejarnya.
Semua orang Pek Lian Kauw
telah menghela napas dalam2 dan mereka berduka, karena mereka nihil melakukan
pengejaran. Dan Tong Keng Hok maupun yang lain hanya mengharapkan agar Hek Sin
Ho berhasil mengejar orang she Song itu dan berhasil membawa pulang putera Tong
Keng Hok.
Saat itu Hek Sin Ho yang
tengah melakukan pengejaran kepada orarg she Song itu jadi penasaran, karena
walaupun dia telah mengejar lima belas lie lebih, tetap saja tidak berhasil
sedikit demi sedikit memperpendek jarak pisah me reka.
Lewat pula lima lie, agaknya
sudah tidak perlu ditunggu terlalu lama lagi untuk menyusul she Song itu.
Setelah lewat lagi tujuh lie,
jarak antara1 mereka sudah tinggal setombak lagi.
Kini setiap waktu sudah dapat
diharapkan bahwa Hek Sin Ho akan menyerang orang she song itu dan orang she
Song sudah putus asa karena dia memang tidak sanggup untuk melawan Hek Sin Ho
terlebih lagi kini tengah membawa puteranya Tong Keng Hok,
Memang bisa saja dia
melepaskan tawanannya dan melarikan diri sekerasnya untuk meloloskan jiwanya.
Tetapi tanpa putera Tong Keng
Hok sebagai tanggungan, tidak dapat dia memaksa tokoh Pek Lian Kauw menyerahkan
diri kepada pemerintah.
Tetapi jiwanya sendiri tentu
saja dianggapnya jauh lebih berharga dari putera Tong Keng Hok.
Dengan pertimbangan begitu,
dia hendak melontarkan tubuh puteranya Tong Keng Hok kearah pengejarnya.
Disaat itu mereka sudah
mendekati suatu gerombolan pohon2.
Tetapi diluar dugaan segera
muncul serombongan orang yang masing2 memegang senjata terhunus dan sudah
bersiap pula untuk menyerang dengan senjata rahasia.
Sebagai seorang yang merasa
dirinya berdosa, orang she Song itu tentu saja tambah ketakutan, karena menduga
orang itu segaja hendak menghadangnya orang2nya Pek Lian Kauw.
Tetapi sesaat kemudian dia
jadi girang, langkah lega hatinya ketika tanpa menghiraukan orang she Song itu
sama sekali, semua penghadangnya itu telah menghujani Hek Sin Ho dengan senjata
rahasia.
Itulah berar2 suatu
pertolongan yang tidak terduga, Tanpa menoleh lagi dia segera lari sekuat
tenaganya.
Sebaliknya Hek Sin Ho terkejut
sekali diserang tiba2 begitu.
Untung saja Hek Sin Ho
memiliki kepandaian yang tinggi dia tidak menjadi gugup dan telah berhasil
mengelakkan diri dari serangan tersebut. Dan dari kaget, Hek Sin Ho jadi marah.
Segera juga dia menduga bahwa
Oraog2 yang menjadi penghadang itu adalah kawan2nya orang she Song, maka segera
dia telah melancarkan serarjgan dengan kuat sekali.
Jumlah orang itu enam orang,
dua diantaranya adalah hweshio, sedangkan keempat orang yang lainnya berpakaian
sebagai guru silat.
Waktu itu sudab menjelang
fajar, dan cuaca sudah agak terang, sehingga dia dapat melihat wajah mereka.
Dia memperoleh kenyataan bahwa
tidak seorangpun diantaranya yang dikenalnya.
Tetapi orang2 itu ternyata
tidak menyerang lagi. Dengan menggenggam senjata terhunus, telah mengurung Hek
Sin Ho.
"Sicu, kau tentu heran
dan penasaran, bahwa kami telah menyerangmu secara menggelap dan tiba2,"
kata salah seorang diantara hweshio itu dengan sikap yang congkak. "Kami
sedikitpun tidak memiliki maksud tidak baik, dan kami hanya ingin meminta kau
melayani kami dan kami adalah kaum jantan, walaupun kami harus melakukan
perhitungan denganmu mengenai sesuatu urusan, kami ingin menyelesaikannya
sebagai lelaki sejati".
"Taisu, aku sama sekali
belum mengenalmu dan teman2mu itu, kecuali jika kalian kawan sipengkhtanat she
Song itu." menyahuti Hek Sio Ho.
Tetapi perkataan Hek Sin Ho
justru telah metafsirkan lain oleh orang2 itu.
Mereka menduga bahwa Hek Sin
Ho takut.
"Kata2 sicu memang benar,
kita tidak pernah bertemu. Dan secara langsung juga sicu tidak pernah bentrok
dengan kami. Tetapi kami lelaki sejati, juga tidak pernah berpeluk tangan jika
melihat perbuatan sewenang2, mengandalkan kepandaian sendiri, lalu membunuh
orang tidak berdosa dan terkenal berhati mulia".
"Taisu, aku selalu
berusaha melakukan perbuatan2 yang tidak tercela dan juga memang aku benar2
tidak mengerti maksud perkataan Taysu".
"Pineeng (aku) dan
saudara2 seperguruan Pinceng tidak mudah dihasut orang. Kami selalu
berihati-hati dan sebelum menentukan sikap, kami selalu mencari keterangan
Tetapi kali ini, kami telah berhasil mengumpulkan keterangan bahwa yang harus
bertanggung jawab atas peristiwa penasaran itu justru sicu adanya."
Walaupun Hek Sin Ho sedapat
mungkin menindih kemarahan di hatinya, untuk menghindarkan suatu pertempuran,
kini dia tidak dapat menguasai lagi amarahnya.
Kata2 si Hweshio yang terakhir
itu benar2 keterlaluan sekali.
Tidak dapat dia melayani
begitu saja Terlebih lagi dia mengerti bahwa rombongan si Hweshio tidak akan
mau melepaskannya.
"Baiklah kalau
begitu", katanya kemudian. "Karena Taisu memang memaksa, akupun tidak
bisa lain dari menuruti saja memperlihatkan kebodohanku".
Walaupun berkata begitu. Hek
Sin Ho yakin bahwa didalam persoalan ini pasti terdapat salah paham.
Dan juga disaat itu, keempat
murid Siauw Lim sie yang bukan Hweshio itu telah maju semuanya.
Sikap yang terlalu memandang
rendah tentu saja membuat Hek Sin Ho jadi mendongkol.
Dengan bersenjata atau
bertangan kosong dia telah dapat menjalankan ilmu Taikek yaitu ilmu Taikek bun
yarg selalu tidak mempergunakan kekerasan.
Inti sari Taikek pada umumnya
hanya setu yaitu Wan Cwan Put Toan, berputar tidak ada putusnya, tetapi dari
unsur itu, yang dipergunakan Hek Sin Ho agak lain.
Serangan2 itu terdapat banyak
sekali sifat yang mengandung kekerasan dalam serangannya.
Mereka segera bertempur,
keempat murid Siauw Lim Sie yang tidak mencukur kepala itu telah melancarkan
serangan hebat sekali kepada Hek Sin Ho.
Cara2 Hek Sin Ho yang aneh dan
bertentangan dengan ketentuan2 ilmu silat lainnya, bukan hanya membingungkan
keempat tawannya justru kedua hweshio itu jadi tertegun.
Sementara itu keempat lawannya
Si Rase Hitam Yang Sakti itu telah agak menguatirkan.
Si hweshio yang sejak semula
bertindak sebagai pemimpin segera melompat ketengah gelanggang, karena melihat
keempat kawannya telah terdesak.
"Tahan!" dia telah
berseru dengan keras.
Pertarungan segera berhenti.
Keempat kawannya diminta mundur, sedangkan dia sendiri lalu memandang Hek Sin
Ho dengan pandangan mata yang tajam.
Setelah memandang selama
beberapa saat kemudian dia telah berkata ; "Pantas sicu jadi demikian
berati berlaku sewenang2, rupanya kau memang memiliki kepandaian yang
lumayan."
Sambil menyisipkan ujung
jubahnya yang agak longgar, keikat pinggangnya, hweshio itu segera mendekati
Hek Sin Ho.
Tetapi pada saat itu hweshio
yang seorang telah berkata "Goan Seng Suheng, kukira tidak perlu kau
sendiri yang maju melayaninya, biarlah aku saja yang maju lebih dulu."
Tanpa menantikan jawaban Goan
Seng lagi dia langsung melompat kedepan Hek Sio Ho sambil berkata:
"Tadi aku sudah melihat
kepandaianmu sicu. Karena kagum, aku Goan Sim, hendak mcminta petunjukmu untuk
beberapa jurus. Sebagai seorang murid sang Buddha, aku tidak senang
mempergunakan senjata Aku akan melayanimu dengan tangan kosong. Tetapi ini
bukan berani hendak memaksamu menyimpan senjata juga. Kalau kau lebih senang
bertempur dengan mempergunakan senjata, gunakanlah tanpa segan dan ragu2.
Dengan kecerdasannya yang
dimilikinya Hek Sin Ho sudah dapat menerkam Goan Sim.
Tetapi diapun sangat percaya
akan kepandaiannya sendiri.
Walaupun menyadari bahwa
kesombongan hweshio itu bukan omong kosong belaka, dia sedikitpun tidak menjadi
gentar.
Setelah berdiri saling diam
memanjang beberapa saat. Hek Sin Ho telah melompat sambil melancarkan
serangannya mempergunakan kepalan tangan karena senjatanya memang telah
dimasukkan kedalam sarungnya. Dan dia telah melancarkan serangannya itu dengan
mempergunakan tenaga yang kuat sekali, disertai juga oleh bentakannya;
"Taisu, terimalah!"
Sedangkan hweshio itu, Goan
Sim, telah melihat datangnya serangan, jadi dia heran, juga girang.
Itulah serangan yang biasa
disebut Jie Liong Co Cu, sepasang naga memperebutkan mitiara, salah satu tipu
dari Liong Jiauw Kun, ilmu silat naga, dari Siauw Lim Sie. Dan pukulan seperti
itu telah dikenalnya.
"Terhadap orang lain
serangan itu memang berbahaya, tetapi bagiku hanya permainan anak-anak."
pikir sihweshio.
Hweshio itu mengangkat tangan
kirinya untuk menangkis, kemudian dengan cepat dia menerkam pangkal lengannya.
Sungguh cepat gerakannya itu,
tetapi sipemuda ternyata juga tidak kalah gesitnya.
Sambil berseru tiba2 Hek Sin
Ho menurunkan tubuhnya dan dengan setengah berjongkok tangannya meluncur terus.
Tetapi kini yang -diincer jadi
bukan mata sihweehio, tetapi perut Goan Sim yang hendak dijadikan sasaran.
Tentu saja hal itu telah
membuat Goan Sim jadi kaget setengah mati, karena lawannya dapat merobah arah
serangan dalam waktu yang begitu cepat.
Cepat sekali si hweshio telah
berkelit dan dia membalas melancarkan serangan. Tetapi Hek Sin Ho benar2 hebat
dan ilmunya lain dari yang lain.
Kenyataan seperti inilah yang
telah membuat Goan Sim seringkali terperangkap oleh keanehan dalam gerakan
silat Hek Sin Ho yang lain dari biasanya ilmu silat didunia persilatan,
Dengan tidak sabar Goan Sim
mengerahkan seluruh tenaganya, dan memperhebat serangannya, agar dapat
mempercepat waktu merubuhkan lawannya.
Sesuai dengan ilmu Su Siang
Po, waktu serangan Goan Sim suatu saat hampir mengenai dirinya. Hek Sin Ho
telah mengelakkan diri, lututnya tiba2 telah berada didekat iga Goan Sim.
Hweshio itu terkejut sekali,
untuk kesekian kalinya dia menghadapi kesulitan dari serangan2 aneh dari
sipemuda.
Berkat kepandaiannya memang
sempurna, Goan Sim masih berhasil menyelamatkan iganya.
Goan Seng dan murid2 Sjauw Lim
yang lain jadi gelisah sendirinya.
Waktu itu pikiran Goan Sim
sudah agak kacau.
Tiba2 datanglah serangan Hek
Sin Ho yang dilakukan berbareng dengan tangan kiri dan kaki kanan.
Itulah suatu serangan biasa,
dan Goan Sim telah menangkisnya dengan mempergunakan jurus Pa Ong Gie Ka.
Tetapi tidak diduga, ketika
tangan mereka saling bentur, tiba2 Hek Sin Ho menangkap tangan Goan Sim, dengan
meminjam tenaga dikerahkan sipendeta, Hek Sin Ho tiba2 melompat melayang kemuka
lawannya.
Goan Sim gugup sekali, agaknya
kali ini dia tidak bisa mengelakkan diri lagi.
Goan Seng tidak bisa berdiam
diri lagi, dia telah menerjang maju.
Hek Sio Ho tidak takut, dengan
mengandalkan kegesitannya dia telah melayani terus.
Begitu pula keempat murid
SiauwLim yang tidak mencukur rambut itu ikut menerjang. Goan Seng mempergunakan
pedang, Goan Sim mempergunakan kedua tangannya dan keempat murid Siauw Lim
bersenjata golok dan pedang.
Hek Sin Ho jadi sibuk juga
melayaninya. Dan suatu kali, Hek Sin Ho diserang dengan serentak, keenam orang
Siauw Lim itu yakin akan berhasil menundukkan Hek Sin Ho, yang akan dapat
dirubuhkan.
Dengan gerakan It Ho Ciong
Tian yang sangat indah, tubuh Hek Sin Ho tiba2 melompat lurus keatas dan
bersama dengan itu diapun sudah menghunus senjatanya.
Mereka bertempur semakin seru.
Keenam murid Siauw Lim Sie benar2 heran melihat ketangguhan pemuda itu.
Hek Sin Ho tidak mengerti
mengapa sihweshio menuduh dia berbuat sewenang2, entah apa sebabnya.
Dan akhirnya sambil bertempur
Hek Sin Ho telah bertanya2 sebenarnya urusan apakah yang membuat keenam orang
Siauw Lim Sie itu memusuhinya.
Mengetahui itu Hek Sin Ho
tertawa gelak, "Sebagai pengkhianat bangsa tentu saja Ong Kee Cie harus
dibasmi bukan?" teriaknya kemudian.
Keenam orang Siauw Kim Sie
tentu saja jadi tambah murka, Mereka menyerang semakin hebat saja.
"Dengarlah!" kata
Hek Sin Ho sambil berkelit, Aku tidak bicara dusta, Ong Kee Cie sebagai putera
Han ternyata ingin mengkhianat menjual negara. Aku bisa membuktikannya dan
bukti2 itu ada padaku."
"Jangan membual."
teriak Goan Sim murka.
"Bukankah empat tahun
yang lalu salah seorang saudara seperguruanmu yang bernama Goan Kong Suhu telah
mendadak lenyap? Tahukah kalian mengapa dia menghilang? Dia telah tewas
dibinasakan oleh Ong Kee Cie sendiri! Jiwanya dihabiskan didekat penyebrangan
Kie Hong secara pengecut sekali oleh Ong Kee Cie. karena kebetulan Goan Kong
Suhu mengetahui kebusukannya."
Keterangan Hek Sin Ho seperti
juga petir ditelinga keenam orang Siauw Liem Sie. Muka Goan Seng jadi berobah pucat.
Memang benar waktu Goan Kong dalam perjalanannya ke Ouwlam kebetulan telah
mendengar tentang suatu rahasia yang dapat menghancurkan nama Siauw Lim Sie.
Ketika itu Goan Kong telab
perintahkan muridnya menemani dalam perjalanannya itu untuk kembali ke Hokkian
untuk memberikan laporan dan meminta bantuan dari saudara2 seperguruannya. Dari
laporan Goan Kong murid Siauw-Lim Sie sendiri telah menduga bahwa yang
melakukan pengkhianatan itu tentu salah seorang murid Siauw Lim Sie, hanya
sayangnya Goan Kong belum menyebutkan nama murid pengkhianat itu.
Dengan disertai beberapa orang
sutenya atas perintah Hongtio. Goan Seng telah berangkat ke Ouwlam.
Tetapi Goan Kong tidak dapat
mereka jumpai.
Hweshio itu telah hilang tanpa
meninggalkan jejak.
Peristiwa itu telah ditutup
rapat2 dan kecuali beberapa orang yang menyertai Goan Seng murid2 Siauw Lim
lainnya tidak ada yang mengetahui. Itulah sebabnya Goan Seng jadi terkejut
sekali Hek Sin Ho bisa menyebut2 persoalan Goan Kong Taisu.
Tetapi sebagai hweshio ysng memiliki
pandangan sempit dan juga jarang bergaul, Goan Seng dan saudara seperguruannya
berpandangan lain, yaitu persoalan pengkhianatan murid Siauw Lim harus
dirahasiakan rapat2, dan juga karena Hek Sin Ho mengetahui peristiwa itu, dia
akan ditangkap untuk dibawa menghadap ke Hongtio mereka. Keenam orang itu
semakin mempercepat serangan mereka menambah tenaga serangan juga.
Hek Sin Ho jadi kewalahan,
karena kerjasama keenam orang itu memang kokoh dan dia terkepung rapat.
Dengan mengeluarkan suara
jeritan kecil, suatu kali mata pedang Goan Seng berhasil menusuk iga Hek Sin Ho
sedalam satu inci dan mempergunakan kesempatan itu dengan nekad Hek Sin Ho
menotok Kie Kut niatnya sihweshio sehingga Goan Seng terjungkal.
Tanpa membuang Waktu Hek Sin
Ho menerobos keluar dari kepungan itu dan berlari masuk berlari hutan, karena
dia menyadari jika bertempur terus dengan cara dikepung btgitu, dirinya bisa
kehabisan napas dan tenaga
Saudara seperguruan Goan Seng
jadi tertegun sementara waktu, dan ketika mereka tersadar, mereka cepat2
menolongi Goan Seng, lalu Cepat2 masuki hutan untuk mengejar Hek Sin Ho ...
SEMENTARA itu setelah lolos
dari orang? Siauw Lim Sie. Hek Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan
menderita beberapa luka ditubuhnya. Tetapi luka itu bukan ditempat yang
berbahaya.
Dengan menahan lapar dia telah
pergi dari desa itu, dia mengerti bahwa penderitaan didesa lebih hebat lagi,
karena pasukan tentara Boan telah merampasi semua milik rakyat? Setelah
berjalan setengah hari, dia menjumpai Sebuah rumah petani. Petani itu terkejut
sekali, memang waktu itu dia belum mengganti pakaian.
Sementara itu setelah lolos
dari orang2 Siauw Lim Sie, Hek Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan
menderita beberapa luka ditubuhnya.
Karena sudah letih sekali, dia
minta tolong menginap kedalam rumah petani itu, yang diluluskan.
Hek Sin Ho telah tidur dengan
nyenyak sekali, walaupun masih sore,
Esok paginya dia merasakan
tubuhnya segar kembali. Lukanya juga sebagian besar telah kering.
Rencana Hek Sin Ho yang
pertama2 adalah orang she Song, yang akan dicarinya untuk mengorek Keterangan
mengenai rencana pemerintah menghadapi Pek Lian Kauw.
Menurut yang diketahui,
seluruh pasukan siewie yang dikerahkan kaisar telah dikumpulkan menjadi satu
dikantor Sumbu Ouwpak. Dan menurut dugaannya pula, orang she Song pasti pergi
ke Sumbu Ouwpak, untuk menyerahkan putera Tong Keng Hok, sambil mengatur
rencana untuk menggerebek markas Pek Lian Kauw, yang terletak di Pen Houw Cun.
Hek Sin Ho jadi memutuskan
untuk melakukan perjalanan ke Ouwpak.
Seharian suntuk dia berjalan
terus, menjelang malam cuaca berobah dengan mendung menutupi seluruh langit.
Untung saja tidak lama
kemudian dia melihat kuil tua yang kosong, disaat mana rupanya hampir turun
hujan dengan guntur sering terdengar.
Dengan segenggam rumput Hek
Sin Ho membersihkan meja pemujaan dan setelah mengisi perut dengan makanan
kering yang dibekalnya, dia merebahkan diri dimeja pemujaan yang terbuat dari
batu itu, tidur nyenyak.
Tidur tidak lama, tiba2 dia
dibangunkan dari tidurnya oleh suara depan kaki kuda yang akhirnya berhenti
didepan pintu kuil
Disaat itu, Hek Sin Ho gesit
sekali melompat keatas wuwungan, untuk mengawasi kearah pintu.
Seorang pemuda bertubuh
sedang, tampak gagah dengan memakaian pakaian sederhana melangkah masuk.
Wajahnya tampan, tetapi waktu
itu tengah diliputi kesedihan.
Hati Hek ain Ho tertarik,
melihat muka orang itu tidak jahat, timbul simpatinya.
Diantara bunyi hujan rintik2,
yang sementara itu sudah mulai turun cukup deras, terdengar beberapa orang
berlari2 kearah kuil.
Tampak tujuh orang memasuki
ruang pemujaan.
Hek Sin Ho jadi terkejut. Enam
diantara ketujuh orang itu adalah kedua hweshio dan ke empat orang Siauw Lim
Sie, yaitu Goan Seng dan yang lainnya.
Begitu masuk, dan melihat
seorang pemuda sedang duduk seorang diri disudut dinding, orang2 Siauw Lim Sie
memandang tajam. Rupanya pemuda itu jadi tidak senang.
Pemuda itu sesungguhnya orang
yang di kejar2 oleh kedua srudara Cie di Pek Houw Cun, shenya Kwan dan bernama
Hiong.
Dia memang murid Butong,
setelah di Pek Houw Cun melawan siewie2 istana, atas pertanyaan Cie Beng dan
Cie Jin dia menjelaskan mengapa telah datang kerumah gadis itu dengan cara
mencurigakan.
Gadis itu kawan bermain
diwaktu kecil.
Ayah Kwan Hong seorang guru
sekolah, telah ditangkap pemerintah Boan karena difitnah. Ibunya meninggal
tidak lama kemudian, dan Kwan Hiong telah menghilang menyelamatkan diri.
Dan kemudian berhasil ditolong
oleh Liok Hwe Ceng, yang mendidiknya menjadi muridnya yang kedua.
Setelah belajar tujuh tahun,
Kwan Hiong kembali kekampungnya dan bertemu sekali dengan sigadis didesa itu,
yang bernama Hwee Swat Hong Namun ayah sigadis yang takut dianggap bersahabat
dengan keluarga Kwan. telah melarang keras pergaulan mereka.
Secara diam2 mereka mengadakan
hubungan gelap, namun tetap saja ditentang ayah si Swat Hong.
Tetapi hubungan itu tidak bisa
disembunyikan dari mata ayah Hee Swat Hong, yang lalu mencarikan jodoh untuk
putertnya untuk memutuskan bubungan itu. Calon suami Hee Swat Hong putera
seorang bekas pembesar tinggi yang mengundurkan diri.
Kwan Hiong tentu saja berduka
mendengar keputusan ayah kekasihnya itu, dan malam ini dia telah sengaja ingin
menemui kekasihnya itu, dan telah kepergok oleh ayah sigadis dan juga kedua
saudara Cie itu.
Goan Seng dan kawan2nya heran
melihat sikap Kwan Hiong yang seperti tidak menyukai kehadiran mereka.
Sesungguhnya Kwan Hiong yang tengah kusut pikiranrya memang tengah ingin
menyendiri.
Ketujuh orang itu pergi
kesudut lain, tidak memperdulikan Kwan Hiong lagi.
Dalam percakapan itu Hek Sin
Ho mengetahui orang yang ketujuh bersama Goan Seng tidak lain murid Ong Kie
Cie. Mereka rupanya penasaran dan tengah menyelidiki dimana adanya Hek Sin Ho
untuk ditangkap hidup2.
Tentu saja Hek Sin Ho jadi
mendongkol.
Sementara itu Kwan Hiong
terganggu sekali oleh suara percakapan ketujuh orang itu. Dan samar2 dia
mendengar perkataan "Pemuda bangsat", "pemuda kurang ajar"
secara tidak jelas, terlebih hatinya tengah uring2an, keruan saja dia menduga
orang2 itu tengah mencaci dia
Akhirnya Kwan Hiong tidak bisa
menahan kemendongkolan hatinya, dia berdiri : "Toasuhu siapa yang pemuda
bangsat, siapa pemuda yang kurang ajar ? Kalau memang kalian laki2 Sejati,
bicara terang2an, jangan kasak-kusuk begitu mengganggu ketenteramanku. Jika
kalian masih ingin bercakap terus, silahkan diluar saja".
Goan Seng dan kawan2nya
menganggap teguran itu tanpa alasan dan mereka tercengang. Tetapi karena mereka
menganggap Kwan Hiong seorang pemuda yang kurang waras, Goan Seng telah
mengeluarkan kata2 manis, meminta maaf jika sekiranya mereka mengganggu
ketentraman si pemuda.
Sebaliknya murid Ong Hee Cie,
dia tidak terima teguran itu. lebih2 mengingat dia berada bersama pentelan2
Siauw Lim Sie.
"Hei, ini bukan kuil
milikmu, bukan milik siapa juga, siapa yang mau berteduh disini tentu saja
bebas tidak ada larangan. Jika kau merasa terganggu, silahkan kau yang keluar
dari kuil ini." katanya dengan suara yang diliputi kemendongkolan.
Mendengar perkataan murid Ong
Kee Cie, Kwan Hiong jadi sadar dari kekeliruannya.
"Baiklah, ya, memang
akulah yang keliru dan berbuat tidak pantas. Harap agar dimaafkan" katanya
dan dia kembali kesudut dimana tempatnya tadi.
Pihak lain, murid Ong Kee Cie
rupanya menganggap pemuda itu takut."
Dia jadi semakin congkak.
Dengan suara memandang rendah dia telah berkata "Baiklah kalau kau telah
menyadari kesalahanmu, apakah kau kira cukup meminta maaf saja? Kau harus
menjura tiga kali, baru tuan besarmu ini puas".
Goan Seng dan sute2nya
terkejut mendengar keponakan murid mereka, tetapi sudah terlambat untuk
dicegah.
Kwan Hiong diam saja, dan
murid Ong Kee Cie telah melompat sambil membentak: "Enak saja kau tadi
menggoyang lidah, harus menjura meminta maaf, kalau tidak kuhajar kau"
bentaknya. Ayo cspat menjura...cepat aduuh".
Beberapa patah terakhir
diucapkan sambil mengangkat tangannya. Tetapi tahu2 tubuhnya telah terpental
terbanting dilantai.
Mulut murid Ong Kee Cie juga
terasa asin rupanya telah berdarah.
Goan Seng dan yang lainnya
terkejut, mereka bangkit.
Dengan cepat Goan Seng menarik
keponakan muridnya itu untuk merendahkan. Dan setelah dibentak Goan Seng, murid
Ong Kee Cie tidak berani membantah lagi dan berdiam diri,
Setelah kembali ketempat
mereka. murid2 Siauw Lim Sie itu tidak melanjutkan percakapan mereka lagi.
Dan mereka juga telah
merebahkan diri untuk tidur. Kwan Hiong juga telah merebahkan tubuhnya untuk
tidur. Hanya bunyi hujan yang masih terdengar.
Hek Sin Ho dapat menyaksikan
semua itu dia merasa kagum akan sifat kesatria pemuda she Kwan yang mengakui
kekeliruannya dan mau meminta maaf.
Tidak lama kemudian, Hek Sin
Ho terkejut karena melihat murid Kee Cie perlahan2 bang kit sambil meloloskan
pedangnya dan menghampiri Kwan Hiong.
Jelaskan bahwa murid Ong Kee
Cie tidak bermaksud baik.
Ccpat2 Hek Sin Ho mengambil
debu diwuwungsn itu, dia mempergunakan ludah untuk memulungnya menjadi tiga
butir bola kecil.
Saat itu murid Ong Kee Cie
telah tiba di belakang Kwan Hiong yang tidur membelakangi dan disaat pedangnya
ingin diayunkan, tiba2 Hek Sin Ho menimpuknya.
Dua butir bola itu mengejai
sepasang Kie Kut Hiat dibahu kiri dan kanan, bola ketiga menghajar Sio To Hiat
tulang punggungnya.
Seketika itu juga murid Ong
Kee Cie merasakan kaki tangannya kaku dan tak dapat digerakkan lagi Dia berdiri
bagaikan patung berdiri dengan sikap ingin membacok.
Dengan mempergunakan sehelai
tirai, dia turun perlahan2 dan mengambil bekal murid Siauw Lim Sie, lalu
berayun dengan tirai, itu mengingatkan bekal2 itu dipunggung murid Ong Kee Cie.
Dengan sebatang jarum dia menulis di dahi orang itu; "Inilah hadiah Hek
Sin Ho untuk seorang busuk".
Setelah melakukan semua itu
dia pergi meninggalkan kuil. Setelah berjalan kurang lebih lima lie, mulailah
hujan mereda.
Samar2 dikejauhan, kurang
lebih tiga atau empat lie dari tempatnya, tampak beberapa bangunan diatas
sebuah bukit rendah.
Dalam sekejap dia sudah tiba
dikaki bukit itu.
Tiba2 dia mendengar suara
gemerincingnya suara saling benturnya senjata, ternyata suara itu datang dari
balik kaki bukit.
Dia jadi ragu2. yang dicarinya
adalah tempat yang tenang untuk melanjutkan tidurnya.
Baru saja Hek Sin Ho ingin
meninggalkan tempat itu tiba2 dia melihat sepasang kaki yang menonjol keluar
dari semak2 disisi kirinya, dan tidak jauh tampak menggeletak sebatang golok,
Pemandangan itu menimbulkan
perasaan ingin tahunya,
Ketika itu Hek Sin Ho telah
melihat milik kedua kaki itu tidak lain dari sesosok mayat, yang mukanya telah
rusak sekali dan menyeramkan. Dan juga, seluruh sakunya telah dikosongkan;
Ketika Hek Sin Ho berjalan beberapa
saat lagi, dibalik bukit itu ternyata terdapat sebuah perkampungan yang bernama
Cie Kecung (perkampungan Cie semuanya kosong dan htnya tampak mayat2 belaka
yang menggeletak tanpa terlihat seorang manusiapun juga.
Tidak jauh dari tempat itu
tampak seorang gadis tengah bertempur melawan empat Orang yang memakai seragam
Gie lim kun, tentara pengawal kota raja.
Dengan gusar Hek Sin Ho
menyerang hebat sekali kearah keempat Gie lim kun itu, dan dia telah berhasil
mematahkan tangan dari salah seorang Gie lim kun. berhasil memotong putus
tangan yang lainnya dan menghajar yang seorang lainnya jadi muntah darah.
Dan yang seorang lagi telah
dipukulnya di dekat kepalanya sehingga pingsan disaat itu jua,
Tetapi si gadis tiba2
berteriak, karena saat itu telah menyambar tiga golok terbang kearahnya.
Hek Sin Ho terkejut jarak
mereka terlalu dekat, karena Gielimkun yang seorang, yang terluka tangannya
yang kiri, telah melancarkan serangan menggelap itu, dan disaat itulah Hek Sin
Ho mengibaskan tangannya, golok terbang itu menyambar kearah pemiliknya
sehingga Gielimkun yang seorang itu kontan binasa.
Setelah itu Hek Sin Ho
merangkapkan tangannya memberi hormat.
"Terima kasih atas seruan
nona tadi. Sehingga jiwaku tidak perlu terbang meninggalkan ragaku."
katanya kemudian.
Tetapi jawaban sigadis
membikin dia heran bukan main,
"Hemm." mendengus
sigadis, "Apakah kau hendak menonjolkan jasamu, bahwa tadi kau telah
menolong aku dan aku belum menyatakan terima kasih? Dan aku kira kita telah
sama2 tidak menanggung budi, bukankah tadipun aku telah meneriakimu sehingga
golok2 terbang itu tidak mengenai dirimu?"
Hek Sin Ho tertegun. Dia
memperhatikan gadis itu yang sesungguhnya tidak terlalu cantik dan sepasang
kakinya tidak kecil.
"Nona tentunya kau Cie
Siocia, bukan? Mengapa kau begitu gembira? Mungkinkah kau belum mengetahui
bahwa rumah tanggamu telah di obrak-abrik musuh dan keluargamu telah dicelakai
orang?"
Tetapi dugaan Hek Sin Ho
meleset, sigadis bukan menangis terisak2 atau terkejut, justeru tertawa
tergelak2.
"Apa katamu? Kurang ajari
Keluargaku dicelakai orang? Jangan mimpi kau? Orang yang dapat mencelakai
keluargaku belum ada dan tidak akan pernah ada? Jangan sembarangan
menggoyangkan lidah!"
"Nona Cie......"
"Siapa nona Cie?"
bentak sigadis. "Aku bukan she Cie dan apakah yang telah terjadi
diperkampungan ini ?"
Untuk sekian kalinya Hek Sin
Ho jadi terkejut.
"Ohhh. jadi nona bukan
puteri Cungcu perkampungan ini ? Tadi kukira kau tentu Cie 5iocia. Bolehkah aku
mengetahui siapa orang tuamu ?"
"Kau benar2 banyak lagak.
Kalau bertanya, lebih baik jangan mutar2 begitu "
Hek Sin Ho benar2 kewalahan
menghadapi gadis itu. Tetapi sebaliknya dari marah karena berulang kali dimaki,
dia justru merasa tertarik oleh sikap sigadis.
"Baiklah, Bolehkah aku
mengetahui namamu?" tanyanya tertawa.
"Aku tidak mau
memberitahukan namaku," kata sigadis kemudian.
"Engkau jangan curang,
seharusnya kau memberitahukan namamu dulu."
"Namaku sudah sejak enam
tahun sudah tidak pernah kupergunakan lagi. Pertama-tama karena kuatir dicelakai
orang, dan akhirnya karena aku kuatir jika dengan kepandaianku yang belum
sempurna ini aku hanya akan mendatangkan malu keluarga."
Hek Sin Ho diam sejenak,
sampai akhirnya dia berkata lagi : "Orang- biasi memanggilku dengan Hek
Sin Ho."
Sigadis telah tertawa
bergelak2.
"Hek Sin Ho ?"
katanya tertawa, "Sungguh tepat dengan mukamu yang tidak putih itu....
hahahahaha"
Biasanya Hek Sio Ho memang
tidak senang disebut2 mukanya yang hitam itu, tetapi dia mengerti sigadis polos
dan tidak mengandung maksud menghinanya, justru membuat dia tertawa juga.
Terlebih lagi dia melihat sikap sigadis yang bebas sedikitpun tidak
canggung."
"Karena engkau hanya
menyebutkan gelaranmu, maka cukup akupun memperkenalkan gelar anku yang
diberikan kawan2, yaitu Pek Bin Ho Lie."
Pek Bin Ho Lie berarti Si Rase
bermuka putih, Dan Hek Sin Ho mengerti bahwa Pek Bin Ho Lie bukan gelaran
sigadis. melainkan gadis itu memang ingin mengejeknya bergelar Hek Sin Ho.
Sungguh kebetulan, engkau si
Rase putih dan aku si Rase hitam. Kau Rase akupun Rase biarpun kau putih dan
aku hitam, kita masih sebangsa dan sebagai Rase. tidak heranlah kau senang
berkawan dengan Rase." kata Hek Sin Ho tertawa.
Sigadis jadi tersadar bahwa
dia telah melakukan kekeliruan. Dengan menyebut dirinya Rase juga, berarti dia
memang merupakan sebangsa dengan pemuda hitam itu.
Sebaliknya, dari marah dia
telah tertawa.
"Uhhh, siapa yang sudi
berkawan denganmu. Melihat kulitmu yang hitam itu, aku jadi takut kalau2 nanti
kena lumuran hitamnya."
Hek Sin Ho tertawa dia tidak
marah.
"Memang aku tahu bahwa
kau takut melihatku, sebab sejak tadi aku melihat wajahmu yang terus menerus
pucat." katanya membalas ejekan sigadis.
Wajah sigadis berekah, namun
disaat dia hendak berkata2, telah terdengar suara "cit, cit cit" segera
tampak seekor tikus kecil berlari dengan cepat sekali dikejar seekor kucing.
Sigadis jadi menubruk Hek Sin
Ho dan memegang kedua lengan Hek Sin Ho sambil menjerit ketakutan.
Dalam sekejap saja tikus itu
sudah lenyap dibalik rerumputan.
Dia jadi malu sendirinya dan
tidak mengucapkan kata2 lagi sambil melepaskan cekalan tangannya dilengan Hek
Sin Ho,
Sebaliknya Hek Sin Ho tertawa
bergelak2.
"Ternyata lunturan hitam
dari kulitku berwarna merah, lihat mukamu menjadi merah." ejeknya.
Gadis itu benar2 mati kutunya.
Dan tidak menjawab ejekan Hek Sin Ho, dan karena jengkelnya dia telah menangis
Hek Sin Ho jadi kaget bukan
main.
"Sudahlah nona"
katanya menyesal. "Aku sungguh menyesal. Harap kau mau memaafkan
kesalahanku. Sudahlah, jangan menangis".
Tiba2 terdengar suara rintihan
salah seorang Gielimkun, menyadari mereka.Cepat2 Hek Sin Ho menghampiri
Gielimkun yang baru tersadar dari pingsannya.
Dia mendesak Gielimkun itu,
mengorek keterangannya.
Ternyata pemilik perkampungan
itu Cie Hwan telah masuk dalam daftar hitam Dan keempat Gielimkun itu telah
merampoknya.
Hek Sin Ho menanyakan dimana
Gielimkun itu menyembunyikan harta rampokannya itu, maka diberitahukan oleh
Gielimkun yang sudah tidak berdaya dan ketakutan itu, harta rampokan disimpan
dibawah kotoran kuda diistal kuda belakang perkampungan itu.
Hek Sin Ho bekerja dengan
cepat, harta itu telah dibuntalnya menjadi dua dan kemudian dia menghantam
selangkangan Gielimkun itu, menotok beberapa jalan darahnya, memusnakan seluruh
kepandaiannya dan baru kemudian berangkat dengan sigadis
Dalam perjalanan, sigadis
memperkenalkan dirinya sebagai anggota muda Ang Hwa Hwe yang akan menghadiri
pertemuan orang2 gagah di Ho Ke Cung, milik bekas ketua Ang Hwa Hwe didaerah
Ouwpak barat laut yang bernama Ho Keng Thian.
Salah seorang yang diundang
adalah Cie Hwan, tetapi ternyata kedatangan sigadis terlambat.
Hek Sin Ho memeriksa keadaan
korban2 dari keganasan pasukan pemerintah itu, ternyata sudah tidak ada yang
bernapas. Maka mereka segera dikuburnya.
Walaupun baru berjumpa, namun
mereka merasa cocok dan banyak persamaan watak dari sifat, bergaul bebas,
"Eh hitam", kata
sigadis tiba2. "Karena telah bertemu dengan kau disini, walaupun tidak
terdapat didalam daftar, aku lancang mengundangmu untuk hadir juga.".
"Mana berani aku
menghadiri pertemuan orang2 gagah? Aku mana termasuk hitungan Enghiong?"
kata Hak Sin Ho.
"Siapa yang menganggap
Kau Enghiong? Aku sudah tahu, kau memang bukan Enghiong, hanya si hitam yang
mukanya seperti setan, sangat menyeramkan sekali. Aku mengundangmu hanya
menguji mereka yang hadir nanti, untuk menakuti saja, untuk melihat siapa yang
penakut."
"Baiklah
pucat......" kata Hek Sin Ho.
"Eh, apa kau bilang ? Kau
memanggil aku si Pucat ? Ku tampar mulutmu." teriak sigadis.
Hek Sin Ho tertawa, dia lari
dikejar sigadis yang tidak dipanggilnya dengan sebutan nona lagi, tetapi Pucat.
Tiba2 disaat mereka tengah
saling kejar begitu. Hek Sin Ho telah menunjuk kebawah lembah sambi1
mendengarkan teruan tertahan sigadis juga melihat, dibawah lembah empat orang
penunggang kuda menuju keatas bukit.
Hek Sin Ho mengajak sigadis
bersembunyi. Mereka tidak menanti lama keempat penunggang kuda ini tiba, Maka
mereka mirip satu dengan yang lainnya dan juga tampaknya mereka bengis2 dengan
dahi yang sempit menonjol keluar kedepan.
Mereka juga masing2 membawa
sebatang golok dengan bentuk tubuh yang kasar.
"Toako, janganlah kita
bekerja tanggung? Sebaiknya kita tangkap saja seluruh keluarga Cie untuk
diserahkan kepada sumbu sebagai hadiah. Setelah kita memperoleh undangannya
untuk membantu pihak pemerintah untuk membasmi pemberontak didaerah ini, maka
kedatangan kita sambil membawa hadiah berharga, tentu Sumbu akan gembira
sekali".
"Jangan, lebih baik kita
mempergunakan lidah kita saja, jika memang gagal, barulah mempergunakan lidah
kita saja, jika memang gagal, barulah mempergunakan kekerasan. Disaat itu
orang2 didaerah Ouwpak baru mengetahui siapa Hui-ho Susai (Empat Singa dari
sungai Hui)".
Hek Sin Ho terkejut, karena
Huiho Susay merupakan empat penjahat yang terkenal memiliki kepandaian tinggi
dan jahat sekali.
"Engkau dengar apa yang
mereka bilang tadi, Pucat? Kini jelas bahwa pihak pemerintah juga telah
mengumpulkan jago2 untuk meramaikan pertemuan orang2 gagah Ang Hwa Hwe Sigadis
hanya tertawa mendengus. Ketika sampai di muka Cie Ke Cung, keempat Singa itu
terkejut sekali. Mereka telah menghunus senjata masing2 dan memeriksa kedalam
perkampungan. Dan tidak lama kemudian mereka keluar lagi dengan menggerutu,
karena tidak menjumpai sesuatu dan telah didahului orang. Mereka penasaran dan
berpencaran untuk mencari kalau2 masih ada keluarga Cie yang hidup.
Disaat itu, Hek Sin Ho
memperoleh serupa pikiran, setelah keempat singa itu berlalu ke tempat yang
cukup jauh, Bek Sin Ho keluar dari tempat persembunyiannya dan melepaskan tali
tambatan kuda, dan mengukir beberapa huruf dibatang pohon itu. Dan lalu dia
mengajak sigadis menaiki salah seekor kuda itu.
Sigadis ragu2, tetapi Hek Sin
Ho sudah menarik tangan sigadis.
Setelah lari cukup jauh dan
aman, Hek Sin Ho baru memperlambat larinya kuda itu.
Tidak lama kemudian mereka
telah tiba ditepi sungai Tiangkang. Waktu itu sudah jauh lewat lohor, maka jika
mereka hendak mencapai kota Bu Ciang sebelum datang senja, mereka harus cepat
menyeberang.
Waktu itu ditempat penyerangan
kebetulan agak sunyi dan mudahlah mereka menyewa perahu.
Akhirnya mereka tiba dimuka
kota Bu Ciang.
Sigadis hendak langsung
mencari rumah Ciu Kian Bin untuk menyampaikan undangan Tan Kee Lok dan baru
setelah itu mencari rumah penginapan.
Rumah Ciu Kian Bin tidak sulit
untuk dicari, walaupun hampir tidak ada yang mengetahui bahwa dia seorang jago
silat yang harus disegani, namun sebagai saudagar barang2 dari besi dan sebagai
hartawan yang banyak mengenal, namanya dikenal diseluruh kota.
Ciu Loen ini berusia kurang
lebih lima puluh tahun, ternyata sangat ramai.
Tuan rumah telah mengundang
mereka bersantap malam dan memaksa untuk bermalam di rumahnya.
Tengah malam tiba, tiba2 Hek
Sin Ho melompat bangun dan lari keluar, tetapi setibanya
diluar pintu dia berhenti. Dia
menengok kekanan dan kiri bagaikan tengah mencari sesuatu.
Dan tidak lama kemudian dia
kembali dengan wajah yang tidak puas, sehingga sigadis heran ; "Apa yang
kau cari?" tanyanya.
"Tadi aku telah melihat
seseorang yang tidak salah lagi sijahanam she Song. tetapi cepat sekali dia
menghilang".
Saat itu mereka tengah berada
disebuah rumah makan, sehingga percakapan mereka dapat berlangsung lancar,
karena sigadis memang malam itu sengaja mengajak Hek Sin Ho mengelilingi kota untuk
melihat2 keadaan.
Tidak lama kemudian mereka
telah meninggalkan rumah makan itu untuk pulang kembali kerumah Ciu Kian Bin.
Berhubung dengan adanya
peristiwa tadi maka dalam perjalanan pulang mereka berlaku sangat waspada.
Ketika mereka hampir tiba
dirumah Ciu Kian Bin. mereka mengetahui ada yang mengikuti. Hek Sin Ho segera
memberitahukan sigadis dan merobah haluan.
Mereka sengaja menuju kepintu
kota selatan, untuk kemudian keluar dari Bu Ciang.
Di pintu kota orang yang
mengikuti bimbang sejenak, tetapi segera sudah berjalan mengikuti kedua muda
mudi itu.
Sejenak itu, Hek 5in Ho dan
sigadis telah mengetahui bahwa orang itu benar2 telah mengikuti mereka. Dan
sengaja telah dipancing keempat yang sepi.
Tetapi setelah tiba diluar
kota, mereka tidak bisa mengerjakan sipengikut itu, kare a orang itu tidak mau
mendekat.
Setelah berjalan kurang lebih
lima lie, diarah depan tampak gerombolan pohon2 yang menghalangi pemandangan.
Mungkin sekali ditempat itu
terdapat jalan yang bercagak.
Ternyata memang dibalik
gerombolan pohon itu terdapat dua jurus jalur jalan-jalan, sebagai telah
diatur, mereka segera memecah diri.
Hek Sin Ho mengambil jalan
yang kanan, sedangkan sigadis kekiri.
Tetapi hanya beberapa langkah
mereka berjalan, kemudian pula. Mereka mengambil kedudukan dengan seberang
menyebrang.
Sementara itu erang yarg
mengikuti mereka tadi telah mempercepat langkahnya,
Ketika tidak melihat muda mudi
itu, dia cepat2 memburunya sambil berdiri, karena takut kehilangan mereka.
Dengan napas memburu orang itu
tiba diantara pohon2 itu.
Tiba2, sebelum dia mengetahui
apapun juga disaat itu dia telah disergap dari dua penjuru.
Dan tanpa bisa memberikan
perlawanan orang itu diseret gerombolan pohon2.
Orang itu ternyata berkepala
batu. Pertanyaan2 Hek Sin Ho sama sekali tidak dijawabnya.
Dengan ilmu menotok yang
istimewa dia segera dapat membuat orang itu merintih2 minta diampuoi. Sampai
sekian lama dia mendiamkan saja.
Setelah orang itu berjanji
akan menjawab semua pertanyaannya, dia membebaskannya dari totokannya.
Ternyata dia seorang buaya
darat dikota Bu Ciang, Namanya Pauw Leng Memang dia telah dimanfaatkan
pemerintah sebagai mata2. Saat terakhir ini pemerintah memang tengah
mempersiapkan banyak mata2nya, sebelum terdengar berita bahwa pemimpin Pek Lian
Kauw di An Hui telah digebrak dan kauwcu Lauw Cie Hiap telah ditawan, namun
dapat melarikan diri, Hasil penyelidikan menyatakan kauwcu itu kini bersembunyi
di Ouwpak.
Keadaan di sekitar daerah
Ouwpak jadi tegang dan gawat, karena pemerintah melakukan pengejaran terus.
Selanjutnya sibuaya darat Pauw
Leng menceritakan bagaimana hari itu ketika dia sedang berjalan, tiba2 dia
ditegur oleh Song Tong leng. Orang she Song itu telah menariknya masuk ke
sebuah kedai minuman.
Dia diperintakan mengikuti Hek
Sin Ho dan jika itu melaporkan semuanya kepada Song Tongleng itu.
Keterangan seperti itu tentu
saja menggembirakan Hek Sin Ho.
Dan kini memiliki pegangan
untuk memulai penyelidikannya.
Hanya sampai disitu saja
habislah keterangan Pauw Leng. Jelaslah bahwa dia memang tidak mengetahui lebih
banyak dari itu.
Dengan mata mendelik dan sikap
sangat galak Hek Sin Ho telah mengancam jika buaya darat itu berani membuka
rahasia dia akan didalangi untuk dibunuh.
Dengan kegembiraan luar biasa
dan mengucapkan terima kasih berulang2, dia telah kembali kekota.
Hek Sin Ho dan sigadis segera
berjalan kearah kota.
Dengan mengambil jalai memutar
meroka telah kembali kegedungnya Ciu Kian Bin. Tetapi dalam perjalanan Hek Sin
Ho mengajak si gadis untuk mengikuti "sibuaya darat Pauw Leng untuk
mencari jejak orang she Song.
Dengan mempergunakan ilmu
meringankan tubuh mereka bisa lebih dulu dari sibuaya darat.
Hek Sin Ho mengajak sigadis
masuk ke sebuah kedai arak didepan pintu kota dan mengamati orang2 yang keluar
masuk pintu kota.
Disitulah mereka menantikan
tibanya Pauw Leng.
Sudah agak lama mereka
menanti, ketika Pauw Leng muncul dipintu kota.
Buaya darat itu lambat sekali
jalannya, karena mungkin tenaganya belum kembali seluruhnya.