-------------------------------
----------------------------
Jilid 9
TIDAK, ada seorangpun diantara
negeri itu yang berani mengejarnya, karena mereka menyadarinya tidak mungkin
dapat mengejarnya.... maka dari itu, yang mereka pentingkan justeru menolong
Bong le San yang telah terbanting patah tulang kakinya.
Hek Sin Ho dengan cepat
berlari2 meninggalkan tempat itu. Hatinya puas telah berhasil menolongi Kwan
Hiong merebut kekasihnya.
Didalam hati kecilnya Hek Sin
Ho berharap mereka dapat hidup bahagia, sampai kakek dan nenek.
Tetapi, belum lari terlalu
jauh tiba2 Hek Sin Ho telah menghentikan langkah kakinya karena justeru dari
arah samnping kanannya, dari tepi jalan dibalik sebuah batu gunung yang cukup
besar terdengar seseorang menggumam; "Hmmm. kepandaian buruk! kepandaian
buruk! Kepandaian jelek. Apa yang harus engkau banggakan ? Baru bisa merubuhkan
tentara negeri yang seperti boneka saja sudah gembira tersenyum2 seorang diri
Apa anehnya?"
Hek Sin Ho tidak mengetahui
entah siapa yang telah mengatakan itu, tetapi dia merasakan bahwa justru kata2
itu merupakan sindiran untuk dirinya. Maka dari itu, betapa mendongkolnya Hek
Sin Ho.
Dengan cepat Hek Sin Ho
melompat kebawah gunung itu. dia melihat kearah belakangnya-
Seorang pengemis tua berusia
diantara lima puluh tahun tengah tidur menggeletak diatas rumput, dengan
tangannya mempermainkan tidak hentinya sebatang rumput.
Sikapnya itu nyaman sekali,
sepasang matanya dipejamkan, seperti tidak melihat kehadiran Hek Sin Ho.
Kembali Hek Sio Ho jadi ragu2,
karena dia kuatir justru kata itu bukan ditujukan untuk dirinya,
Disaat Hek Sin Ho ingin
membalikkan tubuhnya untuk berlalu saja, tidak melayani pengemis tua itu, yang
pakaiannya begitu kotor dan jorok, justru sipengemis telah menggumam lagi
"Hemm, muka sudah hitam seperti pantat kuali jika nanti mencari bini juga sulit
sekali! Akhh, apakah ada gadis buta yang mau diperisteri seorang monyet hitam
yang buruk seperti itu?".
Mendengar perkataan sipengemis
yang terakhir itu, darah Hek Sin Ho jadi meluap.
Jelas perkataan mengejek itu
ditujukan untuk dirinya, maka dari itu, dia telah menghampiri sipengemis tua
yang masih tetap terbaring tidur itu, dia telah membentak : "Pengemis tua
kita tidak saling kenal dan belum pernah bertemu, mengapa engkau telah mengejek
aku begitu rupa?" suara Hek Sin Ho terdengar nyaring sekali.
"Hihihi, sungguh
lucu." tiba2 sipengemis membuka matanya, dan matanya yang bersinar tajam
bukan main menatap Hek Sin Ho. "Sungguh lucu sekali, siapa yang
mengejekmu?".
"Hemm, apakah kau ingin
menyangkal?" bentak Hek Sin Ho.
"Menyangkal? Memang tadi
aku tengah berkata2 seorang diri tanpa maksud mengejek siapa pun juga, terlebih
lagi engkau memang tidak pernah kukenal Mengapa engkau mengatakan bahwa aku
justru mengejekmu? Kata2 apa saja yang telah kukeluarkan? Coba kau tolong
jelaskan saudara kecil...".
Muka Hek Sin Ho jadi berobah
merah gelap, sehingga mukanya tampak semakin hitam, karena dia sangat
mendongkol bukan main.
"Mukaku memang hitam,
hitam legam seperti pantat kuali, tetapi tidak pantas jika engkau seorang tua
seperti ini mau memperolok diriku."
"Ha, kau hitam, hitam
manis !" berkata si pengemis. "Tadi aku mengejek apa ? Apakah aku
mengatakan engkau sebagai sianak hitam ?".
"Bukan".
"Lalu perkataan yang mana
engkau menganggapnya sebagai kata2 ejekan?".
"Engkau menyebut diriku
sebagai monyet hitam "
Pengemis tua itu telah tertawa
bergelak2 dengan suaranya yang nyaring. Tubuhnya sampai targoncang2 oleh suara
tertawanya tersebut. Saat itu Hek Sin Ho telah habis sabar
"Jika memang engkau
menganggap dirimu sebagai orang yang berusia lanjut dan ingin dihormati, kukira
engkau tidak asal membawa sikap kekanakan seperti itu! Jika memang aku bersikap
kurang ajar, jangan nanti engkau mempersalahkan aku sebagai simuda yang tidak
tahu adat...!"
Mendengar begitu, sipengemis
telah menghentikan tertawanya, dengan mata yang bersinar tajam sekali dia tslah
memandang tajam kepada Hek Sin Ho.
"Anak nakal! Tidak hujan
tidak angin engkau tahu2 muncul dihadapanku dan memaki2 diriku! Ohhh, kurang
ajar sekali! Tahukah engkau, pertama2 engkau telah mengganggu tidurku! Kedua,
engkau telah bsrani bersikap kurang ajar dengan memaki2 diriku! Maka untuk
semua itu, seharusnya engkau dipukul seratus kali!"
"Hemm!" mendengus
Hek Sin Ho. "Apa yang hemm?" bentak sipengemis. "Apakah kau
memiliki kesanggupan untuk memukul s.mpai seratus kali!"
"Ohh, begitu?"
tertawa sipengemis. "Rupanya kau anggap dirimu ini hebat sekali ya ?"
"Walaupun aku bukan
seorang akhli silat, tetapi baru menghadapi seorang pengemis butut seperti
engkau pekerjaan yang tidak terlalu sulit!" kata Hek Sin Ho dengan suara
mendongkol bukan main.
Sipengemis tersenyum
menantang, dia juga telah berkata : "Tadi aku telah menyaksikan kau
mempermainkan orang2 pemerintah itu dengan mudah, tetapi ginkangmu tidak ada
seujung kuku dari seorang pendekar silat.".
Hek Sin Ho semakin mendongkol,
Dia bukannya termasuk seorang yang senang dipuji, tetapi diapun mendongkol
karena disebabkan sikap sipengemis, bukan celaannya terhadap ilmu silatnya
"Baiklah, aku Hek Sin Ho
yang bodoh mau meminta pengajaran dari locianpwe!" dan setelah berkata
begitu, dengan cepat sekali, Hek Sin Ho bersiap dengan kuda2 kedua kakinya, si
kapnya itu seperti juga sikap seorang yang minta untuk diberi petunjuk.
Didalam hatinya Hek Sin Ho
sudah bertekad dia bermaksud untuk memperlihatkan ilmu silatnya, agar
sipengemis tidak terlalu menghinanya dan meremehkannya.
Sedangkan sipengemis masih
tertawa haha-hihi, dan dengan disertai perkataan. "Baiklah, coba kau
sambuti ini," lengan bajunya yang penuh dengan tambalan itu telah
menyambar dengan cepat sekali.
Dan samberan lengan baju itu
bukan Sembarangan samberan belaka, karena dibalik dari lengan baju itu
mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat.
Hek Sin Ho sendiri terkejut,
kereta dia merasakan dadanya seperti juga disamber oleh serangkum tenaga yang
tidak tampak yang kekuatannya seperti juga runtuhnya gunung atau langit,
membuat Hek Sin Ho tidak berani memandang rendah sipengemis."
Sejak tadi dia melihat sinar
mata pengemis itu yang tajam bukan main, dia sudah menduga bahwa pengemis ini
memang merupakan seorang akhli lwekhe. yaitu seorang ahli yang memiliki tenaga
dalam yang bukan main hebatnya.
Dengan cepat sekali, Hek Sin
Ho mengerahkan tenaga dalamnya dikedua lengannya, dengan disertai oleh
bentakannya yang amat nyaring, dia telah menggerakan kedua tangannya, dia
mengibas dengan kuat sekali.
Segera juga dua kekuatan
tenaga yang bukan main dahsyatnya telah menyambar saling bentur dan menimbulkan
suara benturan yang keras sekali.
Disertai oleh seruan tertahan
tubuh Hek-Sin Ho bergoyang2, karena desakan tenaga serangan stpengemis ternyata
lebih kuat dari tenaga tangkisan.
Hek Sin Ho menyadarinya jika
saja dia membandel dan berusaha untuk mempertahankan diri terus berarti dirinya
yang akan celaka, karena tubuhnya akan tergempur dan dia bisa terluka didalam.
Maka dari itu, dengan cepat
sekali dia telah menarik sebagian tenaga dalamnya, lalu dengan tiba2 sekali dia
telah melejit kesamping, dengan memiringkan tubuhnya Gerakan yang di akukannya
itu merupakan gerakan yang bukan main cepatnya.
Sipengemis itu juga kaget. Dia
tidak menyangka bahwa Hek Sin Ho yang masih demikian muda usianya, telah dapat
menangkis serangannya, walaupun akhirnya Hek Sin Ho telah menarik pulang
sebagian tenaganya dan telah berkelit kesamping.
Gerakannya itu juga bukan main
gesitnya sehingga dengan sendirinya, merupakan gerakan yang sangat tidak
terduga.
Sipengemis tidak keburu untuk
menahan serangannya, sehingga tenaga sepagannya itu telah meluncur terus
menghantam tempat kosong.
Serangan itu bukan merupakan
serangan yang remeh atau ringan, maka tidaklah terlalu mengherankan jika tenaga
itu telah mengenai batu gunung dan batu gunung itu telah hancur menjadi bubuk.
Melihat keadaan seperti itu
tentu saja Hek Sin Ho jadi mengeluh juga didalam hatinya, rupanya pengemis tua
yang aneh ini memang bukan lawan yang mudah untuk ditandingi.
Dia membayangkan jika tidak
keburu untuk berkelit kesamping, setidak2nya tubuhnya pasti telah terserang
hancur seperti batu itu...!
Dengan cepat dia telah
melancarkan serangan susulan, yaitu disaat tubuhnya tengah berada disamping,
dia telah mempergunakan kesempatan itu untuk menghantam iga dari sipengemis
tua.
Tetapi pengemis itu rupanya
memang telah berwaspada, walaupun tadi dia tidak kebutu untuk menarik pulang
tenaga serangannya, namun nyatanya dia tidak takut atau gugup oleh serangan
susulan yang dilancarkan oleh sipengemis,
Dengan mengeluarkan suara
teriakan disertai
tertawanya yang keras, tampak
dia telah menggerakkan tangannya yang kanan, maka dari itu dari telapak
tangannya telah meluncur keluar serangkum angin serangan yang kuat sekali.
Dan tenaga serangan itu juga
bukan main kuatnya, tidak kurang kuatnya seperti tenaga yang pertama tadi.
Maka dari itu, Hek Sin Ho
kembali jadi terkejut, tetapi kali ini sengaja Hek Sin Ho tidak menarik pulang
serangannya, melainkan dia telah mengempos dan menambah tenaga serangannya.
Berkesiuran hebatlah angin
serargan itu dan telah saling bentur dengan dahsyat oleh tenaga tangkisan
sipengemis. Dan membarengi dengan itu, dengan mempergunakan tenaga membentur,
maka disaat itulah, tubuh sipemuda telah malompat keatas, dan gerakannya itu
bukan main cepatnya, karena dia memang gesit sekali, maka dari itu, dia telah
dapat menghantam telak pundak sipengemis?
Apa yang terjadi itu
sesungguhnya berada diluar dugaan sipengemis.
Keruan saja, disamping dia
kesakitan, juga dia kaget bukan main.
Dengan cepat sekali dia telah
mengeluarkan suara seruan keras, dengan mendongkol dan penasarao, pengemis itu
telah memutar tubuhnya, tahu2 kedua tangannya telah beruntun melancarkan
serangan dengan cepat sekali. Serangan kedua tangannya itu mengandung tenaga
seratus yang dahsyat sekali, karena ibarat juga runtuhnya gunung dan ambruknya
langit.
Maka dari itu, Hek Sin Ho
tidak berani sembarangan untuk menyambutinya.
Dia telah mengeluarkan suara
siulan yang nyaring sekali dan membarengi dengan itu dia telah melancarkan
pukulan yang bertubi2.
Tetapi kali ini Hek Sin Ho
telah merobah cara berkelahinya, jika tadi dia mempargunakan serangan dengan
mempergunakan tenaga yang kuat untuk mempergunakan kekerasan. Tetapi di samping
itu, memang disaat2 yang tertentu, dia juga telah mempergunakan tenaga lunak,
maka dari itu sipengemis tidak bisa terlalu mengandalkan kekuatan tenaga
dalamnya.
Diam2 pengemis tua itu jadi
bingung juga melihat cara bertempur dari hek Sin ho yang sering berobab2,
Dia telah melihatnya jurus2
yang dipergunakan oleh Hek Sin Ho seperti jurus dari berbagai pintu perguruan.
Sebentar Hek Sin Ho mempergunakan jurus dari Siauw Lim Sie, tidak lama kemudian
dia telah merobahnya kembali dengan mempergunakan jurus dari Ngo Bie Pay lalu
berganti lagi dengan jurus Bu Tong Pai lalu Kun Lun, lalu Ngo Cim Kauw, dan
lain2 jurus dari berbagai perguruan silat lainnya.
Keruan saja, sipengemis jadi
berpikir keras entah siapa anak muda yang hebat ini, yang ilmunya dari berbagai
pintu perguruan silat disamping mukanya yang hitam legam seperti juga pantat
kuali.
Maka dari itu. dengan adanya
pemikiran seperti itu sikap sipeigemis juga jadi berhati2 sekali.
Dia telah melancarkan
serangan2 dengan perhitungkan masak2.
Dan setiap serangannya itu
tentu mengincar bagian yang mematikan dan berbahaya ditubuh Hek Sin Ho.
Hek Sin Ho sendiri, yang
biasanya lincah dan sering bergurau terhadap lawannya dengan mengandalkan
kegesitannya, kali ini tidak berani main2.
Dia menyadarinya bahwa
pengemis itu memang memiliki kepandaian yang bukan main kuat dan tangguhnya,
maka jika dia berlaku berayal, niscaya dirinya yang akan hancur di tangan
pengemis itu.
Saat itu, telah lewat puluhan
jurus, tetapi diantara kedua orang itu, yang satu tua dan yang seorang muda,
masih belum terlihat yang mana terdesak dan yang mana unggul. Maka dari itu,
Hek Sin Ho juga tidak berani terlalu ceroboh dan selalu melancarkan serangan
dari ilmu simpanannya.
Setiap serangannya pasti
dahsyat karena Hek Sin Ho selalu menyerang dengan menyertai delapan bagian
tenaga dalamnya.
Dan tidak kalah hebatnya,
begitu pula sipengemis yang telah mengempos dan mempergunakan delapan bagian
juga dari tenaga murninya.
Rupanya kedua orang ini
memiliki kepandaian berimbang.
Maka dari itu, dengan cepat
sekali, dengan adanya perkelahian seperti itu telah menyebabkan keduanya merasa
kagum terhadap lawan masing2, yang mereka lihat memiliki kepandaian tinggi
sekali.
Tetapi, karena keduanya memang
memulai pertempuran itu dengan hati sama2 mendongkol maka dari itu kedua orang
tersebut tidak ada hasrat untuk mengalah mereka tetap melancarkan serangan
ingin merubuhkan lawan, untuk membuktikan bahwa kepandaian mereka itu bukanlah
kepandaian yang rendah dan bisa diremehkan....
Sipengemis tua itu sendiri,
semakin lama jadi semakin tertarik kepada Hek Sin Ho.
Walaupun bagaimana, jarang
sekali ada orang seusia Hek Sin Ho memiliki Kepandaian yang demikian tinggi.
Selama hidupnya, dia telah
berkelana diberbagai tempat dan menjagoi.
Dan memang dalam kalangan
Kang-ouw terdapat banyak sekali jago2 yang memiliki kepandaian sangat tinggi,
tetapi disamping itu, jarang sekali, atau boleh dikatakan dia belum pernah
bertemu dengan pemuda setangguh Hek Sin Ho.
Semakin bertempur, dia jadi
semakin berhati-hati.
Sedangkan Hek Sin Ho sendiri
semakin lama jadi semakin penasaran.
Dia melihat, walaupun dia
bertempur dengan sipengemis seratus jurus lebih lagi, tidak nantinya dia dapat
merubuhkan pengemis tersebut, kalau saja memang dia mempergunakan cara
bertempur seperti itu.
Maka dari itu, setelah memutar
otak sejenak lamanya, akhirnya Hsk Sin Ho telah merobah cara berkelahinya.
Walaupun dia tetap
mempergunakan kedua tangannya, yang kosong tidak mencekal senjata tajam apa2,
namun kenyataannya dia menggerakkan kedua tangan itu dengan sepuluh jari
terouka ia membawa sikap seperti juga membacok, sehingga kedua telapak
tangannya itu seperti juga pengganti dari golok,
Hebat cara bertempunya itu,
sehingga sipengemis jadi kaget.
Untuk sejenak sipengemis tidak
bisa mengenali sesungguhnya Hek Sin Ho mempergunakan ilmu pukulan yang berrama
apa dan juga dari pintu perguruan mana.
Disaat itulah, setelah main
kelit kesana kemari dan sambil memperhatikan terus, tiba2 wajah sipengemis jadi
berobah hebat.
"Ihhh!" dia telah
mengeluarkan suara seruan, tampaknya dia kaget bukan main, juga matanya yang
memang selalu bersinar itu; jadi semakin tajam.
Hek Sin Ho melibat sipengemis
seperti terkejut oleh serangan2aya, maka dia semakin bersemangat, dia telah
mengeluarkan suara seruan yaog keras dan melancarkan serangan semakin hebat.
Kedua telapak tangannya itu berkesiutan dengan sikap menahas membacok dan
menikam,
itulah serangan2 yang
berbahaya sekali, yang bisa mengambil jiwa lawan.
"Ouw Ke To Hoat?"
berseru sipengemis sesaat kemudian, "Hemmm rupanya engkau masih ada
bubungannya dengan Ouw It To!" Hek Sin Ho kaget
"Kalau memang benar kau
ingin apa! Kalau tidak benar, lalu apa yang kau kehendaki?" tanya Hek Sin
Ho dengan suara yang dingin.
Sambil bertanya begitu Hek Sio
Ho tetap tidak menghentikan serangannya, bahkan dia telah melancarkan
serangannya semakin gencar dan hebat sekali.
Maka dengan itu, dengan cepat
sekali, dengan adanya serangan yang beruntun dan hebat sekali, mau tidak mau
telah membuat sipengemis tua itu barus main kelit tidak hentinya.
Disaat seperti itu, sipengemis
telah bertanya lagi dengan suara yang bengis?
"Katakan terus terang,
ada hubungan apa antara kau dengan Ouw It To?"
Mendeagar ditanyanya Ouw It
To, Hek Sin Ho telah tertawa dingin.
"Apa gunanya engkau
menanyakan pendekar besar itu?" tanyanya tawar.
"Tentu saja ada gunanya!
jawab dulu, apa hubunganmu dengan Ouw It To?"
"Itulah kakekku!"
menyahut Hek Sin Ho berani sekali
Muka sipmengemis telah berobah
bertambah bengis saja. serangan yang tengah dilancarkannya juga semakin hebat
juga.
"Dan Ouw Hui
ayahmu?" tanya sipengemis lagi dengan suara yang bertambah menyeramkan.
Melihat perobahan sepeti itu.
tentu saja Hek Sin Ho jadi terkejut.
Dia segera dapat menduganya
bahwa sipengemis pasti memiliki ganjalan dengan orarg tuanya.
"Benar!" tetapi
sebagai seorang yang berjiwa gagah dan kesatria, dia dengan berani telah
mengakuinya, "Apa yang kau kehendaki jika memang aku ini puteranya Ouw
Hui?"
"Mengambil jiwamu!"
menyahuti sipengemis dengan suara yang kian bengis.
Hok Sin Ho tertawa dingin.
"Sejak tadi saja kau
sudah tidak berani untuk memukul diriku sebanyak seratus kali Hmmm, jangan
bicara besar, apalagi kau ingin mengambil jiwaku......."
Dan setelah berkata begitu,
Hek Sin Ho telah mempergencar serangan2 dengan bebat sekali memaksa pengemis
itu berkelit berulang kali,
Saat itu, setelah berkelit dan
mengelakkan diri dari samberan telapak tangan Hek Sin Ho terdengar sipengemis
telah membentak garang "Sekarang coba kau lihat, apakah aku akan dapat
mengambil kepalamu atau tidak!"
Dan Setelah berkata begitu,
dengan tiba2 sekali sipengemis telah merobah cara menyerangnya, hebat sekali
kedua tangannya itu yang telah diputar2 dengan cepat bukan main.
Bahkan angin serangan yang
menderu2 menyambar dengan tidak hentinya.
Yang luar biasa, justru
serangan2 yang di lancarkan itu mengandung hawa maut.
Hek Sin Ho bisa merasakan
hebatnya tekanan dari tenaga serangan itu. Diam2 dia jadi mengeluh .
Jika tadi dia yang berhasil
meidesak sipengemis agar selalu berkelit mundur, maka sekarang sebaliknya
justru dia yang telah selalu di desak hebat.
Kedua tangan sipengemis itu
selalu melancarkan serangan dengan bergantian, sebentar dengan tinjunya, sesaat
lagi dengan mempergunakan jari2 tangannya, yang terbuka mekar lebar2 Maka dari
itu, mau tidak mau memang keadaan seperti ini telah membuat Hek Sin Ho harus
berhati-hati karena jika si pengemis tengah membuka kesepuluh jari tangannya
itu, melancarkan serangan dengan menotok atau mencengkeram, berarti matanya
juga. terancam bahaya yang tidak kecil, yang bisa dikorek oleh pengemis itu.
Maka dari itu, dengan
mengeluarkan suara teriakan nyaring, tampak Hek Sio Ho telah memutar tubuhnya,
dia berdiri dikaki kirinya kemudian seperti gasing, dia berputaran, Sebentar
miring kekiri dan sesaat lagi miring kekanan.
Ilmu silat yang dipergunakan
oleh Hek Sin Ho memang merupakan ilmu silat kelas satu, dia selalu
mempergunakan jurus2 yang membingungkan lawannya.
Sipengemis kembali telah
dibuat bingung oleh gerakan2 Hek Sin Ho seperti itu.
Setelah mundur dua langkah,
dia telab membalas menyerang, tetapi sambil bertempur, sipengemis terus menerus
telah berusaha mencari kelemahan Hek Sin Ho. sambil mempelajari juga ilmu
silatnya itu. yang tidak diketahuinya entah dari partai mana.
Dan dia sekarang banya
mengetahui bahwa Hek Sin Ho adalah puteranya Ouw Hui, musuh besarnya, walaupun
bagaimana dia tidak akan melepaskan pemuda itu.
Dia bermaksud, jika dapat
menangkap hidup2 Hek Sin Ho, tetapi jika memang terpaksa dia injin
membinasakannya.
Maka dari itu, serangannya
semakin lama semakin hebat saja, karena dia telah-melancarkan serangan2 itu
dengan pukulan yang dahsyat sekali, dia telah mengeluarkan seluruh ilmu
simpanannya.
Maka dari itu, bisa
dibayangkan betapa hebatnya tenaga serangan yang dilancarkannya itu telah
mendesak hebat sekali Hek Sio Ho.
Dalam persoalan tersebut,
sebetulnya mereka berdua memang memiliki kepandaian yang hebat dan berimbang.
Maka dari itu dengan adanya
serangan2 yang dahsyat dari pengemis tersebut, tentu saja telah membuat Hek Sin
Ho jadi heran juga.
Mengapa tadi sipengemis waktu
terdesak oleh serangannya, dia sama sekali tidak mengeluarkan ilmunya itu.
Dan setelah dia mengetahui
bahwa Hek Sin Ho adalah puteranya Ouw Hui, barulah melancarkan serangan yang
demikian hebat?
Dengan sendirinya, atas
serangan itu, mau tidak mau telah membuat Hek Sin Ho harus bersikap jauh lebih
hati? jika memang tidak ingin menjadi korban sasaran dari serangan sipengemis
yang hebat itu.
Sesungguhnya, ilmu yang
dipergunakan oleh pengemis itu adalah ilmu yang biasa saja berimbang dengan
kepandaian Hek Sin Ho, Namun berhubung ilmu tersebut memang sengaja diciptakan
untuk menghadapi Ouw Ke To Hoat, dengan sendirinya Hek Sin Ho yang tengah
mempergunakan jurus2 Ouw Ke To Hoat jadi merasa tertindih dan terdesak.
Bukankah tadipun mereka
berimbang? Dan sipengemis disaat belum mempergunakan ilmu simpanannya itu,
telah berimbang bertempur dengan Hek Sin Ho dan setiap serangannya berhasil
dipunahkan oleh Hek Sin Ho dan begitu juga serangan Hek Sin Ho selalu dapat
dikelit dan dipunahkannya.
Tetapi keadaan seperti itu
tentu saja tidak disadari oleh Hek Sin Ho.
Disaat itulah, dengan cepat
bukan main, dengan mempergunakan kekuatan yang dahsyat, Suatu kali Hek Sin Ho
sengaja mencoba menangkis serangan yang dilancarkan oleh lawannya, dan hebat
sekali kesudahannya, karena dua kekuatan yang dahsyat sekali telah saling
bentur, dan juga disaat itu telah menyebabkan tubuh dari sipengemis terpental, berbareng
juga dengan tubuh Hek Sin Ho telah terpental melambung ketengah udara, terapung
dan hampir terbanting ditanah !
Untung saja Hek Sin Ho masih
sempat untuk berjumpalitan, sehingga dia tidak perlu sampai rubuh terbanting,
melainkan turun meluncur cepat sekali dengan kedua kakinya tiba lebih dulu
diatas tanah !
Begitu pula sipengemis, yang
telab terpental, dia hampir saja terpelanting ditanah, namun dengan cepat bukan
main dia telah bisa menguasai dirinya dan berdiri lagi dengan tepat.
Tatapi tak urung wajahnya
telah berobat menjadi agak merah dan pucat bergantian, karena dia murka dan
malu bukan main.
"Hemmternyata engkau
memang memiliki kepandaian yang lumayan!" kata sipengemis dengan suara
yang menyeramkan sekali.
Hek Sin Ho juga telah tertawa dingin,
dia tidak mau ketinggalan mengejek lawannya :
"Hemm, engkau memusuhi
ayah dan kakekku, ternyata kepandaianmu tidak ada artinya ! Menghadapi diriku
saja yang berusia demikian muda engkau tidak sanggup, maka jika engkau
menghadapi ayah dan kakekku itu. hanya sekali gebratan, batok kepalamu itu akan
hancur!".
Mendengar perkataan Hek Sin
Ho, muka si pengemis jadi berobah merah padam karena sangat murka.
Tiba2 sekali dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur.
Dan membarengi dengan itu, dia
telah melancarkan terkaman, sambil menerjang begitu, dengan tubuh setengah
melompat, dia telah mengulurkan kedua tangannya, dengan kesepuluh jari terbuka
semuanya, dia bermaksud akan mencengkeram batok kepalanya Hek Sin Ho.
Tentu saja Hek Sin Ho terkejut
melihat dahsyatnya serangan itu
Tetapi dia tidak menjadi gugup
karenanya, juga dia mana mau kepalanya itu dibiarkan di tancap oleh kesepuluh
jari dari sipengemis.
Maka dari itu, dengan cepat
sekali dia telah memiringkan kepalanya kekanan, tanpa menggeser kakinya, tangan
kanannya telah mendorong dengan cara menyerampang kearah pinggang sipengemis,
sedangkan tangannya yang satu telah terulur untuk mencengkeram perut lawannya.
Sipengemis mengeluarkan seruan kaget, dia memang terkejut sekali, karena dia tidak
menyangka bahwa Hek Sin Ho dapat melancarkan serangan sehebat itu !
Disaat dia mau menarik pulang
tenaga serangannya, justru serangan Hek Sin Ho hanya terpisah dua dim lagi,
maka bukan main gugupnya pengemis itu.
Tidak ada jalan lain lagi
baginya, maka dari itu dia telah mempergunakan Tiat Poan Ko "Jembatan
besi" tubuhnya tahu2 dirubuhkan kedepan, dia telah berdiri dengan tubuh
yang rebah begitu, dan dengan caranya seperti itu dia telah meloloskan diri
dari Hek Sin Ho yang luar biasa hebatnya itu.
Kini Hek Sin Ho telah
melihatnya bahwa pengemis itu hanya mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya.
Tetapi sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki pengemis itu tidak berada
disebelah atasnya.
Maka dari itu, hati Hek Sin Ho
semakin mantap dan berani. Dia memang tabah, maka dari itu dia dapat juga
melancarkan serangan tanpa merasa gentar terhadap lawannya yang jauh lebih tua
usianya itu.
Disaat melibat Sipengemis
mempergunakan jurus jembatan besi, dia telab tidak membuang kesempatan itu,
tubuh Hek Sin Ho tahu2 telah melambung ketengah udara, dan tubuhnya meluncur
kebawah dengan deras, dengan kedua kakinya diluruskan akan menghantam punggung
pengemis.
Jika memang serangan seperti
itu, yang ujung kedua kakinya dipenuhi oleh tenaga lwekang, berhasil mengenai
sasaran, maka niscaya punggung sipengemis akan hancur remuk, Maka itu bisa
dibayangkan betapa terkejutnya pengemis itu, dia sampai mengeluarkan suara
seruan yang nyaring dan cepat2 dia bergulingan. Walaupun bagaimana, dia tetap
merasakan bahwa Hek Sin Ho walaupun masih berusia muda, kenyataannya anak muda
itu memang tangguh dan memiliki kepandaian yang bukan main hebatnya.
Dengan sendirinya pula,
disaat2 berikutnya dia tidak berani meremehkan Hek Sin Ho lagi dan juga berlaku
jauh lebih hati2 dan berwaspada.
Hek Sin Ho melihat
tendangannya itu dapat dielakkan oleh lawannya, dengan cepat sekali pemuda ini
melancarkan serangan susulannya Gerakan yang dilancarkannya itu bukan main
hebatnya, disamping itu juga kedua telapak tangannya memang mengandung telaga
lwekang yang dahsyat sekali.
Serangan yang dilancarkan oleh
Hek Sin Ho kali ini merupakan serangan yang mematikan, maka dari itu tidak
mengherankan jika memang serangan tersebut mengandung tenaga yang dahsyat
sekali.
Sipengemis sekali lagi harus
terkejut, karena walaupun bagaimana kenyataan yang ada telah membuat dia jadi
terkurung oleh angin serangan Hek Sin Ho, posisi dan kedudukan dirinya kali ini
memang sangat buruk sekali.
Disaat itu, Hek Sin Ho
berulang kali dengan gencar telah melancarkan serangannya mengincar bagian2
yang mematikan ditubuh lawannya, dan mendesak terus menerus pengemis itu karena
Hek Sin Ho ingin segera menghampiri pertempuran itu...
Sedangkan sipengemis tua itu
sambil berkelit dan mencelakan serangan2 yang dilancarkan oleh Hek Sin Ho, sambil
tidak hentinya memutar otak untuk mencari jalan guaa merubuhkan Hek Sin Ho.
Selama itu pula diapuo
memperhatikan gerak-gerik dan cara bersi1at Hek Sin Ho.
Tetap saja selama itu dia
belum berhasil menemui tempat kelemahan dari Hek Sin Ho.
Semakin lama pertempuran itu
semakin seru saja, karena walaupun Hek Sin Ho melancarkan serangan2nya dengan
penuh perhitungan, yang setahap demi setahap semakin bebat, namun sipengemis
tua itu yang telah terdesak demikian rupa, jadi nekad
Tidak mengherankan jika sipengemis
tua itu berulang kali telah melancarkan serangan yang bertubi2 dan tanpa
memperdulikan keselamatan dirinya.
Tenaga serangan Hek Sia Ho
menderu2, berulang kali memaksa sipengemis main mundur tanpa hentinya:
Dalam waktu sekejap mata saja,
telah ratusan jurus mereka lewati.
Disaat itulah, disaat mereka
tengah bertempur itu, tiba2 terdengar suara derap langkah kaki kuda yang
nyaring sekali.
Tidak lama kemudian terdengar
suara ringkikan kuda yang ramai, disusul tampak muncul beberapa orang
penunggang kuda. Mereka itu, penunggang2 kuda yang berjumlah kurang lebih
sepuluh orang, telah menghentikan larinya binatang tunggangan mereka.
Semuanya jadi menyaksikan
pertandingan yang tengah berlangsung antara Hek sin Ho dan sipengemis tua.
Sedangkan sipengemis tua sama
sekali tidak berani melirik melihat penunggang2 kuda itu, karena walaupun
bagaimana dia tengah terdesak bebat, maka dari itu tidak bisa dia membagi dan
memecah perhatiannya, bisa2 dirinya kena dicelakai oleh lawannya.
Sedangkan Hek Sin Ho sendiri
telah melirik sejenak, dia melihat kesepuluh orang penunggang kuda itu terdiri
dari lelaki bermuka yang bengis dan menyeramkan sekali. Maka dari itu, walaupun
bagaimana, memang kenyataan seperti iti telah membuat Hek Sin Ho jadi berpikir
juga, siapakah kesepuluh orang itu, yang umumnya menyandang senjata tajam
tampaknya sebagai orang2 yang memiliki kepandaian silat sangat tiipgi?
Karena itu, Hek Sin Ho telah
terlambat satu jurus melancarkan serangaa kepada lawannya, Kesempatan tersebut
telah dipergunakan sebaik mungkin oleh sipengemis tua.
Dengan sendirinya sipengemis
tua dapat menarik napas dalam2 untuk menyalurkan tenaga dalamnya, dan dengan
disertai oleh bentakannya yang sangat mengguntur, disaat itu pila tahu2
?ipengemis tua itu telah melancarkan serangan dengan mempergunakan kedua
telapak, tangannya
Kali ini sipengemis tengah
dalam keadaan nekad, dia juga melancarkan serangan tanpa memikirkan keselamatan
dirinya lagi.
Maka dari itu, tidak
mengherankan jika dia telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada
padanya, dan tenaga itu meluncur menerjang ke arah Hek Sin Ho, yang kala itu
telah memandang kearah kesepuluh orang penunggang kuda yang baru datang itu.
"Awas!" teriak salah
seorang diantara kesepuluh penunggang kuda itu, yang rupanya tak senang melihat
sipengemis tua itu berlaku curang, melancarkan serangan sehebat itu tanpa
memberikan peringatan terlebih dahulu.
Sedangkan Hek Sin Ho telah
merasakan sambaran tenaga serangan yang bukan main kuatnya.
Dengan mengeluarkan suara
tertawa dingin tanpa merasa takut atau gugup sedikitpun juga, Hek Sin Ho telah
mengibaskan tangan kirinya dan menghantam dengan tangan kanannya, maka tidak
ampun lagi. dua kekuatan tenaga yang bukan main telah saling bentur.
Tenaga benturan itu memang
dahsyat sekali dan juga benturan yang terjadi itu juga terlalu hebat.
Bukan hanya sipengemis yang
terpental dan terpelanting ditanah, tetapi juga Hek Sin Ho telah terlempar
empat tombak lalu ambruk ditanah dengan keras.
"Ilmu yang hebat!"
memuji beberapa orang dari kesepuluh penunggang kuda itu.
Sedangkan Hek Sin Ho dengan
mempergunakan jurus "Lee Ie Ta Teng" yaitu Ikan Jer meletik, dia
telah melompat untuk berdiri.
Pengemis tua itu juga telah
merangkak bangun, keadaannya lebih parah dari Hek Sin Ho, karena dia merasakan
dadanya sakit dan nyeri sekali, ternyata dia telah terluka didalam.
Kesepuluh penurggang Kuda itu
sesungguhnya merupakan sepuluh orang murid dari Kun Lun Pai, mereka semuanya
memandang pertempuran itu dengan perasaan kagum.
Sebagai murid Kun Lun Pai yang
tidak memasuki pintu agama, yaitu tidak mensucikan diri masing2, sepuluh orang
orang itu merupakan murid biasa saja.
Tetapi kepandaian kesepuluh
murid Kun Lun Pai itu sudah mencapai tingkat yang sempurna dan hebat sekali.
Namun waktu melihat cara
bertempur H«k Sia Ho dan pengemis tua itu, diam2 mereka jadi terkejut dan
kagum sekali, karena mereka telah melihatnya betapa sempurna dan tingginya
kepandaian Hek Sin Ho.
Kalau saja mereka harus
melawannya seorang lawan seorang diantara kedua orang itu, Hek Sin Ho atau
sipengemis tua, tentu mereka tidak akan sanggup.
Tidak mengherankan jika mereka
tidak berani memandang rendah dan remeh kepada Hek Sin Ho maupun kepada
sipengemis tua itu.
Saat itu, Hek Sin Ho yang
telah bangkit lebih dulu, tidak mau membuang2 kesempatan, karena dia telah
murka sekali.
Dia telah melihat bahwa
lawannya ini adalah seorang yang memusuhi ayah dan kakeknya dengan sendirinya
dia juga merupakan musuh Hek Sin Ho.
Didalam hal turun tangan, Hek
Sin Ho sudah tidak ingin berlaku lemah dan lunak lagi.
Melihat sipengemis tua itu
baru dapat berdiri dengan muka meringis menahan sakit didadanya yang tergempur,
maka Hek Sin Ho telah mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali dia
telah melancarkan serangan yarg bukan main dahsyat serta hebatnya, sambil
mengerahkan sembilan bagian tenaga dalamnya, tenaga murninya, maka tidak
mengherankan berkesiuranlah angin serangan yang dahsyat Sekali.
Serangan yang dilancarkan oleh
Hek Sin Ho memang merupakan serangan yang bisa mematikan, didalam hal ini
memang merupakan serangan yang bisa membuat sipengemis sedikitnya bercacad
seumur hidup,
Maka dari itu, sipengemis tua
tidak berani berlaku ayal lagi, dengan cepat bukan main dia telah berusaha
berkelit dengan membuang dirinya bergulingan diatas tanah.
Disamping itu cepat bukan main
Hek Sin Ho telah merobah arah serangannya, karena dia melibat sipengemis
berusaha berkelit dengan caranya itu!
Dengan mengeluarkan suara
bentakan nyaring, Hek Sin Ho menghantamkan tangannya ke bawah, merobah arah
serangannya, dengan tenaga serangan yang tetap kuat seperti tadi.
Sipengemis tua itu kaget bukan
main, dia telah mengeluh dan putus asa karena dia merasakan walaupun bagaimana
dia tidak mungkin bisa meloloskan diri dari serangan yang dilancarkan oleh Hek
Sin Ho,
"Matilah aku! Tidak
kusangka bahwa aku akan membuang jiwa disini!" dia mengeluh,
Tetapi disaat itu waktu tangan
Hek Sin Ho hampir mengenai batok kepala lawannya, disaat itu juga telah
meluncur sebuah sinar kuning kearah tangannya.
Tentu saja Hek Sin Ho jadi
terkejut, karena dia pun merasakan angin seranjau sinar kuning itu sangat tajam
sekali.
Cepat2 Hek Sin Ho menarik
kembali tangannya, dia telah merobah arah serangannya.
Tetapi dengan ditariknya
tangan pemuda itu sipengemis telab memiliki kesempatan beberapa detik yang
luang, dan kesempatan beberapa detik itu sangat besar artinya bagi keselamatan
jiwanya.
Tanpa berani menyia2kan
kesempatan itu sipengemis telah menggetinding dengan cepat sekali.
Maka juga disaat seperti
inilah, berarti serangan Hek Sin Ho gagal sama sekali,
Hek Sin Ho berdiri dengan muka
yang merah padam karena murka memandang kearah sepuluh orang yang menunggang
kuda itu, yaitu kesepuluh murid Kun Lun Pay.
Dengan sorot mata yang tajam,
Hek Sin Ho telah menegur; "Siapa yang telah melepaskan senjata
rahasia!"
"Aku!" menyahuti
salah seorang diantara ke sepuluh murid Kun Lun Pay itu, yang usianya diantara
tiga puluhan, sikapnya angkuh sekali.
Mata Hek Sin Ho menyala tajam
sekali;
"Mengapa engkau
mencampuri urusanku ?" tanyanya dengan tergetar.
"Hemm. jika kalian
berkelahi selama sepuluh hari sepuluh malam, urusan itu tidak menjadi urusan
kami, tetapi jika sudah sampai ketingkat dimana jiwa seorang manusia terancam
bahaya kematian oleh seranganmu, apakah kami terus berdiam diri dengan berpeluk
tangan saja?"
Ditanya begitu, Hek Sin Ho
jadi semakin mendongkol.
"Tetapi kalian tidak
mengetahui persoalan apa yang terdapat diantara kami" kata Hek Sin Ho
kemudian.
"Hemmm, memang kami tidak
mengetahui tetapi yang terpenting, apakah seorang yang berilmu tinggi seperti
locianpwe itu harus meninggal dengan cara yang kecewa seperti itu? Bukankah hal
itu harus dibuat sayang?"
Hek Sjn Ho telah
mengangguk2kan kepalanya beberapa kali.
"Bagus Bagus! Rupanya
memang kalian! ingin memperlihatkan bahwa diri kalian adalah hohan dan
enghiong?" kata Hek Si» Ho dengan suara yang dingin.
Muka kesepuluh murid dari Kun
Lun Pai jadi berobah tidak sedap dilihat, karena tampaknya mereka sangat
mendongkol dan gusar.
"Jangan kurang
ajar!" bentak salah seorang diantara mereka.
"Hemmmm kurang ajar?
Disegimana aku bisa disebut kurang ajar?" bentak Hek Sin Ho dengan suara
tidak kalah dingin.
Murid Kun Lun Pai itu tentu
saja jadi gusar bukan main, dengan mengeluarkan suara ben takan yang hampir
serentak, mereka telah melompat dari kuda masing2.
Gerakan mereka ternyata sangat
ringan sekali, disamping itu juga memang mereka telah memperlihatkan bahwa
masing2 memiliki ginkang, yaitu ilmu meringankan tubuh yang sangat sempurna
sekali.
Oisaat itu, dengan cepat
sekali, orang yang berusia tiga puluhan, yang tadi telah melepaskan jarum
emasnya untuk mencegah Hek Sin Ho menurunkan tangan kematian kepada sipengemis
tua. telah berkata :
"Hemm, apakah kau ingin
menyaksikan ke pandaian murid2 Kun Lun Pai? Apakah engkau menganggap bahwa
dirimu dengan hanya memiliki kepandaian sedikit itu, bisa menjagoi rimha
persilatan dengan sekehendak hatimu?".
Ditegur begitu tentu saja Hek
Sin Ho jadi meluap darahnya. Dia tidak kenal dengan kesepuluh murid KunLun Pai
itu, tetapi mereka telah demikian lancang mencampuri urusannya dan juga
beberapa kali berusaha mengeluarkan kata2 sindiran dan ejekan, yang seperti
meremehkannya
Karena murkanya, maka Hek Sin
Ho telah membentak : "Jangan maju seorang, karena akan percuma saja ! Kalian
maju serentak sepuluh !".
Tentu saja mendongkol dan
murka sekali sepuluh murid Kun Lun itu. dengan mengeluarkan! suara
"sreett" berulang kali, kesepuluh murid Kun Lun itu telah mencabut
pedang mereka masing2, sehingga di sekitar tempat itu jadi dingin oleh pancaran
pedang itu.
Disamping itu, dengan
kecepatan bukan main, mereka telah melompat dan mengambil kedudukan dalam
bentuk barisan, yaitu sebuah! tin.
"€abut senjatamu!"
bentak mereka sampil berbareng. Suara mereka lantang sekali.
Hek Sin Ho memandang dengan
sorot mata yang tajam, dia seperti tengah mempertimbangkan kekuatan kesepuluh
lawannya itu.
Dengan kecepatan yang bukan
main, tahu2 tubuh Hek Sin Ho telah berjongkok.
Dia telah mengambil sebatang
ranting, dia mengibas2kannya.
Dan gerakannya itu Cepat dan
kuat sekali menimbulkan suara dengungan.
"Aku mempergunakan ini
saja untuk menghadapi sepuluh ekor anak tikus." katanya dengan suara yang
sengaja dikeraskan untuk mengejek kesepuluh lawannya.
Tentu saja, hal itu membuat
kesepuluh murid Kun Lun itu jadi murka bukan main.
Dengan cepat Sekali dia telab
mengeluarkan suara bentakan keras, dan telah melancarkan serangan. Tiga orang
diantara mereka melancarkan serangan serentak dari belakang, sedangkan tiga
orang lainnya dari arah samping.
Gerakan mereka itu cepat bukan
main, karena memang mereka telah mempergunakan pedang mereka itu bagaikan kilat
cepatnya.
dan mata pedang mengincar
bagian yang berbahaya ditubuh Hek Sin Ho.
Tetapi Hsk Sin Ho sama sekali
tidak gentar, dia tidak menjadi gugup.
Dengan gerakan yang manis,
dengan melengkungkan tubuhnya sedikit, dengan menggerakkan cabang yang berada
ditangannya, dia telah menotok dua batang pedang yang menyambar dari belakang
sehingga pedang itu berobah arah. sedangkan sambaran pedang yang satunya
dielakkan dengan gerakannya itu. Dan pedang lainnya yang menyambar dari samping
kiri dan kanan dengan kecepatan bukan main, telah ditendang oleh kaki kirinya,
sehingga pedang terpental, sedangkan pedang yang satunya disikutnya.
Tentu saja Hek Sin Ho menyikut
bukan dengan sembarangan sikut, sebab sikutnya itu telah mengandung kekuatan
tenaga dalam yang dahayat sekali, maka tidak mengherankan jika pe dang lawannya
terpental, bahkan tergetar dan hampir terlepas dari cekalan murid KunLun Pay
itu, karena telapak tangannya telah terluka.
Keruan saja murid2 Kun Lun Pay
itu jadi terkejut bukan main melihat hebatnya pemuda itu.
Didalam satu gebrakan saja,
selain dia meloloskan diri dari kelima serangan lawannya yang datangnya dengan
serentak, dia juga berihasil membuat lengan dan telapak tangan lawannya
terluka.
Bukan main kagetnya kesepuluh
murid Kun Lun Pay itu. mereka tersentak melompat mundur.
"Mana kepandaian kalian
yang tadi kalian sebut hebat itu?" ejek Hek Sio Ho.
Muka kesepuluh murid Kun Lun
itu jadi berobah merah, mereka murka bukan main, bahkan tubuh mereka menggigil
menahan kemarahan yang meluap2.
"Kepung dari jarak
dekat." berseru salah seorang diantara mereka, yang rupanya memang menjadi
pemimpin dari barisan tersebut.
Sesungguhnya kesepuluh murid
dari Kun Lun itu mempergunakan ilmu barisan Kun Lun Pat Tauw Tin, dan ilmu itu
merupakan ilmu mengepung yang sangat hebat sekali, mereka selalu maju sepuluh
orang, dan setiap pintu dijaga oleh dua orang, maka dari itu sulit sekali pihak
lawan membobolkan kepungan tersebut.
Tetapi Hek Sin Ho yang dalam1
satu gebrakan telah berhasil memukul pecah barisan itu, merupakan peristiwa
yang benar2 mengejutkan sekali.
Maka dari itu, tidak
mengherankan jika kesepuluh murid Kun Lun itu agak bimbang. Tetapi walaupun
bagaimana mereka yakin bahwa barisan mereka sangat kuat, tadi disebabkan kurang
waspada dan memandang lawannya dengan remeh dan ringan membuat mereka hampir
dicelakai lawan.
Maka dari itu, setelah yang
menjadi pemimpin mereka itu mengeluarkan seruan agar mengadakan penyerangan
yang rapat, mereka telah mengurung dan juga melancarkan serangan dengan sikap
yang jauh lebih hati2.
Dengan cepat sekali, gerakan2
pedang mereka itu bagaikan naga melingkar, menikam dan menabas cepat sekali
silih berganti.
Setiap kali Hek Sin Ho ingin
menangkis atau menyampok serangan salah seorang lawannya maka lawannya itu
telah menarik pulang pedangnya.
Sedangkan kawannya yang lain
telah melancarkan serangan dari jurusan lain.
Tentu saja lama Kelamaan telah
mumbuat Hek Sin Ho repot juga, karena kesepuluh orang murid Kun Lun Pai itu
seperti juga bertempur dengan caranya yang bergerilya.
Cepat bukan main, dengan
mempergunakan rantingnya, Hek Sin Ho telah merobah cara bersilatnya. Dia telah
menerjang kekiri, tetapi sesungguhnya menyampok kekanan. Dan begitu sebaliknya.
Dengan cepat sekali belasan
jurus telah lewat dan disaat itu, dengan kecepatan yang bukan main hebatnya,
kaki kanan Hek Sin Ho menendang kearah perut salah seorang lawannya yang berada
disamping kirinya, sehingga lawannya itu telah tertendang bergulingan diatas
tanah...
Sembilan murid Kun Lun lainnya
jadi kaget bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan cepat2
memperhebat serangannya, karena mereka bermaksud merintangi Hek Sin Ho melancarkan
serangan susulan.
Tetapi Hek Sin Ho sambil
tertawa dingini telah berkata : "Hemm, barisan butut, Ilmu apa yang kalian
pergunakan?"
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat bukan main Hek Sin Ho telah menggerak2kan ranting ditangannya, dia
mengancam akan menusuk mata dari lawan2nya.
Itulah serangan yang sangat
berbahaya.
Walaupun Hek Sin Ho hanya
mempergunakan ranting belaka, namun karena yang diincar adalah biji mata,
bagian yang terlemah dari anggota tubuh manusia, dengan sendirinya kesembilan
lawannya itu berulang kali harus melompat mundur menjauhi diri dari Hek Sin Ho.
Dengan Sendirinya pula,
barisan itu telah terpukul pecah kembali.
Sedangkan murid Kun Lun yang
tadi telah ditendang oleh Hei Sin Ho. tengah merayap bangun dengan muka yang
berlumuran darah, justru tadi waktu dia terlempar dan terguling akibat
tendangan Hek Sin Ho, mukanya telah men cium tanah, sehingga dari hidungnya
mengucur darah segar, karena hidungnya itu telah menjadi bocor.
Hek Sin Ho tidak berdiam diri,
dengan cepat dia telah melancarkan serangan yang lebih hebat lagi dengan
serangan yang mengandung kekuatan tenaga menyerang yang bisa mematikan.
Tidak mengherankan jika
serangan yang dilancarkan oleh kesembilan murid Kun Lun disaat2 selanjutnya
tidak ada artinya, karena mereka telah terpecah belah dan tidak kompak dalam
satu ilmu lagi.
Saat itu. tampaklah Hek Sin Ho
berulang kali menggerakkan rantingnya dengan gerakan sangat cepat sekali, dia
telah berhasil menotok jalan darah dua orang lawannya, sehingga kedua lawannya
yang tertotok jalan darahnya itu segera rubuh rebah ditanah tanpa dapat
bergerak lagi.
Jika memang seorang lawan
seorang, maka murid2 Kun Lun itu bukan menjadi tandingan Hek Sin Ho. Maka
disaat barisan tin mereka itu terpukul peoab dengan mudah Hek Sin merubuhkan
mereka seorang demi seorang.
Tadi kesepuluh orang murid Kun
Lun itu ingin mengandalkan kekuatan dan kekompakan barisan tin mereka, namun
setelah Hek Sin Ho berhasil memukul pecah barisan itu, dengan sendirinya telah
membuat mereka jadi kelabakan dan kucar kaeir demikian rupa.
Maka dari itu bisa dibayangkan
betapa hebatnya kepandaian yang telah diperlihatkan oleh Hek Sin Ho, dengan
sendirinya mau tak mau didalam hal ini memang membuat kesepuluh murid Kun Lun
pai itu kagum tidak habisnya,
Sedangkan sipengemis tua itu
yang sejak tadi telah berdiri dipinggir dengan mata yang memandang tajam, telah
berulang kali memperdengarkan suara tertawa dingin.
Sejak tadi dia telah memutar
otak, untuk mencari jalan guna merubuhkan Hek Sin Ho,
Seperti diketahui sipengemis
tua itu memang menaruh dendam kepada Ouw Hui dan Ouw It To.
Tidak mengherankan disaat itu
walaupun bagaimana dia tidak bisa melepaskan Hek Sin Ho dari tangannya setelah
dia mengetahui bahwa Hek Sin Ho adalah putera Ouw Hui.
Dengan Cepat dia telah
merencanakan sesuatu yang tidak begitu terpuji, yaitu dia. bermaksud meminjam
tangannya kesepuluh murid Kun lun Pai untuk mengepung Hek Sin Ho.
Karena telah bertekad begitu,
dengan cepat pengemis tua itu telah berseru nyaring. "Hem tngkau benar2
terlalu kurang ajar, telah berani berlaku begitu lancang terhadap kesepuluh
tayhiap dari Kun Lun San, Dengan mempergunakan kelicikan engkau telah
merubuhkan mereka Sesungguhnya jika memang bertempur secara sungguh2, jangan
harap engkau bisa meng harapkan bisa menandingi ilmu sejati mereka! Aku Liang
Ku Kay berani memotong leher jika sampai engkau bisa marubuhkan mereka!"
Mendengar perkataan sipengemis
tua itu tentu saja kesepuluh murid Kun Lun jadi merah mukanya. Disamping malu,
mereka juga jadi nekad.
Merekapun telah terpikir,
tidak mungkin mereka yang berjumlah sepuluh orang, yang umumnya memang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali, bisa dirubuhkan oleh seorang pemuda yang
masih berusia begitu muda.
Maka dari itu, dengan
sendirinya kesepuluh murid Kun Lun Pai itu jadi nekad. Mereka telah berusaha
mamusatkan tenaga mereka, berusan ia menahan sakit dan telah berusaha membentuk
barisan tin mereka lagi.
Menang kesepuluh murid Kun Lun
Pai itu memiliki kepandaian yang tidak terlalu luar biasa, tetapi pasukan tin
mereka itupun bukan kepandaian yang bisa diremehkan, karena dengan pasukan tin
itu mereka telah merubuhkan banyak sekali jago2 ternama didalam rimba
persilatan.
Maka dari itu, alangkah
penasarannya mereka jika harus tunduk terhadap diri seorang pemuda yang masih
hijau seperti Hek Sin Ho.
Walaupun bagaimana mereka
ingin menebus malu yang telah mereka peroleh itu.
Cepat sekali mereda mengatur
kembali barisan mereka yang tadi telab pecah berantakan-
"Memang kepandaian Kiesu
(orang gagah) cukup luar biasa, tetapi kami justru ingin coba sekali lagi untuk
minta pengajaranmu...!" kata salah seorang diantara mereka dengan suara
mengandung kebencian.
Dan setelah berkata begitu,
dengan cepat Mereka dia mengeluarkan suara nyaring. "Tutup Tauw, serang
Siong, hantam Tang dan Kim gempur Liang, tindih Hang!" dan sambil berseru2
begitu dengan cepat sekali dengan gerakan yang gesit, orang itu telah membuka
mendahului penyerangan kepada Hek Sin Ho.
Pedang ditangan kanannya telah
menyambar kearah leher Hek Sin Ho, gerakannya memang sangat berbahaya. Dia
percaya, jika tadi mereka bersepuluh sampai bisa dirubuhkan, karena mereka
memang kurang waspada.
Maka dari itu, mau tidak mau
memang dia harus dapat melancarkan serangan yang bersungguh2 dan jauh lebih
hati2.
Setiap serangan yang mereka
lakukan itu merupakan serangan2 yang mematikan, dan terlebih lagi kini mereka
melancarkan serangan itu dengan tikaman dan tebasan yang mengincar bagian yang
bisa mematikan.
Saat itu Hek Sin Ho telab
memandang dengan sikap mengejek.
Berulang kali dia telah
berkata : "Hemm kepandaian butut seperti ini mana bisa menandingi
kepandaianku ?".
Dan setelah berkata begitu,
dengan suara yang mengguntur, dia telah menggerak2an ranting ditangannya,
dengan cepat sekali dia telah menyampok dan menangkis beberapa serangan
lawannya
Walaupun kesepuluh lawannya
itu mempergunakan ranting belaka, karena dia telah menggerakkan tenaga
lwekangnya keranting itu, sehingga dengan sendirinya ranting itu kuat melebihi
baja.
Dan juga, disamping rantingnya
itu, Hek S|n Ho telah mempergunakan kegesitan, kecepatan kakinya dalam hal
menendang lawannya, dan kedua tangannya itu yang digerakan setiap kali secepat
kilat,
Tidak mengherankan, kalau
kesepuluh murid Kun Lun Pai itu tidak bisa burdaya untuk merubuhkannya, tetapi
juga mereka tidak bisa Merlancarkan serangan yang terlalu gencar.
Keadaan seperti ini
sesungguhnya telah membuktikan bahwa kepandaian yang dimiliki Hek sin Ho
sesungguhnya merupakan kepandaian yang luar biasa dan berada diatas Kepandaian
mereka.
Namun Sebagai manusia,
kesepuluh murid Kun Lun itu walaupun telab mengetahui dirinya bukan menjadi
tandingan Hek Sin Ho, nyatanya mereka sangat penasaran sekali, sehingga mereka
tetap melancarkan serangan.
Bahkan tiga orang diantara
mereka telah menjadi nekad bukan main.
Dengan cepat sekali, mereka
telah melancarkan serangan yang bertubi2 dengan pedang mereka, tanpa
memperdulikan lagi keselamatan mereka, seperti juga mereka memang ingin mati
bersama dengan Hek Sin Ho.
Melihat hasutannya memberikan
hasil, dengan sendirinya sipengemis tua yang menamakan dirinya sebagai Liang Ku
Kay itu girang bukan main.
Dia telab berpikir, jika
didalam beberapa jurus lagi kesepuluh murid Kun Lun Pay itu tidak bisa juga
mendesak rubuh Hek Sin Ho diapuH akan turun kegelanggang.
Tadi, kepandaiannya sendiri
tidak bisa rubuhkan Hek Sin Ho. Namun Hek Sin Ho juga tidak bisa ccpat2
merubuhkannya karena memang kepandaian mereka berimbang.
Jika kali ini dia berlaku jauh
lebih hati2 tentu dia bisa menghadapi serangan2 Hek Sin Ho lebih baik lagi.
Maka dari itu, Liang Ku Kay
hanya mengawasi menantikan kesempatan yang baik untuk ikut turun tangan.
Ketika itu kesepuluh murid Kun
Lun Pai berulang kali telah mengeluarkan suara bentakan2 nekad.
Ketiga orang diantara mereka
yang telah nekad itu berulang kali melancarkan serangan yang mematikan tanpa
memikirkan keselamatan mereka, dan Hek Sin Ho berulang kali telah berhasil
menghantamkan ranting ditahannya itu ketubuh mereka dengan keras sekali.
Bahkan suatu kesempatan, Hek
Sin Ho telah berhasil menotok lagi salah seorang, menotok jalan darah yang
cukup penting, sehingga lawannya itu telah terpelanting ditanah dengan
mengeluarkan suara keluhan panjang karena menderita kesakitan yang bukan main.
Saat itu Liang Ku Kay sudah
tidak bisa menahan diri lagi, karena dia melihat murid! Kun Lun Pai itu mulai
terdesak hebat.
Jika memang keadaan seperti
itu dibiarkan berlarut2, tentu saja yang celaka adalah murid murid Kun Lun Pai
itu.
Dengan lompatan yang indah
bukan main, dengan gerakan yang gesit sekali, tampak Liang Ku Kay telah
melancarkan serangan mempergunakan tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukannya itu
bukan main kuatnya, karena dia telah mengerahkan tenaga dalamnya ditelapak
tangannya. Kali inipun dia mengerahkan tenaganya itu bukan sebagian tetapi
justru seluruh kekuatan yang ada padanya.
Tentu saja serangan yang
dilancarkannya itu menimbulkan angin yanp berkesiuran keras sekali
Cepat luar biasa, tampak
tangan Liang Ku Kay telah dihantam oleh ranting Hek Sin Ho.
Walaupun ranting itu bentuknya
kecil, tetapi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Karena nyaknya Liang Ku Kay
telah melompat mundur dengan terhuyung.
Tentu saja si pengemis tua ini
jadi penasaran sekali, dia telah melompat lagi melancarkan serangan yang jauh
lebih hebat lagi.
Serangannya kali ini mengincar
batok kepala dari sipemuda ini, yang Ingin dihantamnya sampai remuk.
Saat itu Hek Sin Ho tengah
menghindarkan diri dari dua tikaman kedua murid Kun lun Pay. dan rupanya dengan
mempergunakan silatnya Hek Sin Ho tengah sibuk begitu, justru itu telah
melancarkan serangannya yang hebat.
Tidak mengherankan jika Hek
Sin Ho jadi terkejut juga, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Tetapi Hek Sin Ho memang
liehay bukan main, dia tidak takut dan juga tidak menjadi gugup.
Dengan mengeluarkan suara
siulan yang talang, dengan mengeluarkan tenaga dalamnya ini disalurkan diujung
rantingnya itu, tahu tahu Hek Sin Ho telah bergerak menyampok kedua batang
pedang yang tengah menyambar kearah dirinya, sehingga kedua pedang itu telah terlontar
jauh2. Dan telapak tangan Liang Ku Kay yang menyambar kearah kepalanya itu.
telah dikelit memiringkan kepalanya. Tanpa buang waktu lagi. tampak Hek Sin Ho
telah menggerakkan tangan kanannya, dia telah menghantam hebat sekali kearah
dada sipengemis tua itu.
Serangan yang dibancarkan oleh
Hek Sin Ho bukan main hebatnya, serangan itu bukan hanya menimbulkan angin
serangan yang menderu2 tetapi juga menyebabkan dada Liang Ku Kay jadi tertekan
hebat dan napasnya menjadi sesak. J
Tentu saja keadaan seperti itu
membuat semangat Liang Ku Kay seperti terbang meninggalkan raganya, dia kaget
bukan main, dengan mati2an dia telah melompat mundur, untuk menjauhi diri dari
serangan itu.
Tetapi serangan yang
dilancarkan oleh Hek Sin Ho hebat bukan main, tenaga serangan itu seperti telah
mengunci Jalan mundurnya Si pengemis tua itu.
Dan belum lagi dia menyadari
apa yang terjadi, justru disaat itu telah terasa dadanya seperti ingin meledak
dan diluar dari keinginannya, sipengemis tua itu telah berteriak dengan suara
jeritannya.
Tubuhnya juga telab terpental
keras sekali, setinggi lima tombak, dan kemudian ambruk ditanah.
Disaat dia ingin merangkak
bangun, justru disaat itu juga dia memuntahkan darah segar.
Tubuhnya lemas dan dia rubuh
menggeletak tidak sadarkan diri.
Tentu saja hal itu telah
membuat kesepuluh murid Kun Lun Pai jadi terkejut bukan main, muka mereka telah
berobah pucat semuanya.
Dengan sendirinya pula,
percuma saja mereka melakukan perlawanan terus karena hanya sia2 Maka dan
berarti mereka seperti mengantarkan jiwa belaka.
Tentu saja sedikitpun mereka
tidak menyadari, bahwa Hek Sin Ho sama sekali tidak bermaksud untuk mencelakai
mereka. Hanya disebabkan oleh sikap mereka yang sombong dan angkuh, dengan
sendirinya telah membuat Hek Sin Ho naik darah dan menurunkan tangan agak
telengas.
Saat itu Hek Sin Ho telah
tertawa dingin mengandung ejekan.
"Mengapa kalian berdiam
diri saja?" Ayo cepat maju ? Mengapa berhenti menyerang ?"
tantangnya.
Tentu saja ketujuh orang murid
Kun Lun Pai yang belum terluka tidak berani untuk menerjang maju lagi.
Merekapun merasakan tubuh mereka penat bukan main.
bersambung jilid 10