-------------------------------
----------------------------
Jilid 3
KEPADA mereka, Ouw Hui telah
menurun kan pelajaran ilmu silat yang tersendiri. Dan ilmu itu sesungguhnya
bersumber dari Ouw Kee To Hoat, ilmu silat golok pusaka keluarga Ouw, yang
telah dirobahnya sedemikian rupa, agar sesuai untuk dipergunakan oleh mereka
ber dua secara ber-sama2 dengan bersenjatakan pedang, bukan golok.
Disamping pelajaran dari Ouw
Hui, kedua pemuda itu telah memperoleh pelajaran Siang Hek Cie dan Siang Pek
Cie sebagai murid tidak resmi.
Berkat asuhan akbli kelas
tinggi dan memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan hebat maka tidak
mengherankan jika kepandaian Cie Beng dan Cie Jin sudah dapat disejajarkan
dengan akhli2 silat kelas utama. Disamping itu memang Cie Beng dan Cie Jin juga
sangat cerdas sekal, setiap pelajaran ilmu silat yang diturun kan kepada mereka
selalu berhasil dikuasai-nya dengan cepat.
Putera Ouw Hui telah diberi
nama Ho, untuk melambangkan hapusnya permusuhan antara keluarga Ouw dan Biauw,
Dalam usianya yang baru
sembilan tahun, sudah terlihat bakat2nya yang luar biasa.
Ouw Ho sangat cerdas sekali
dan bisa segera memahami setiap pelajaran yang diberikan ke padanya, bukanlah
sesuatu yang terlalu mengherankan. Bukankah dia keturunan keluarga yang
terkenal akan kecerdasannya ?
Yang benar2 aneh ialah wajahnya,
yang buruk dan juga sangat hitam sekali, disamping sangat menakutkan.
Ouw Hui, yang memiliki ayah
berwajah hitam menyeramkan, tetapi memiliki ibu sangat cantik, ternyata telah
mewarisi wajah ibunya, walaupun agak kasar.
Yok Lan berayah Kim Bian Hud,
yang berwajah kasar dan buruk pula, tetapi dia menjadi seorang wanita cantik
seperti ibunya. Sebaliknya walaupun ayahnya berwajah cukup tampan dan ibanya
cantik, kian besar Ouw Ho semakin buruk dan hitam.
Warna kulitnya yang hitam
kelam seperti Ouw lt To, sedangkan bentuk tubuhnya seperti Kim Bian Hud, tinggi
kurus dan bertulang kasar.
Tetapi dibalik dari keadaan
lahiriah yang begitu buruk, tersembunyi kecerdasan otak yang sangat mengagumkan
sekali dan jiwa bocah itu luhur dan melambangkan jiwa seorang lelaki jantan dan
sejati,
Berkat bakat2 yang luar biasa
yang dimillkinya, walaupun usianya masih demikian muda kepandaiannya sudah
sangat hebat. Hampir seluruh ilmu pusaka kedua keluarga, Ouw dan Biauw telah
berhasil dipahaminya.
Yang masih kurang padanya ialah
latihan Iwekang dan pengalaman.
Dalam pelajaran Bun sastra dan
ilmu2 pengetahuan lainnya, dia pun seorang murid yang sulit dicari keduanya.
Dengan hidup hanya dikelilingi
Oleh orang2 yang jauh lebih tua dari dia dan semuanya melimpahkan kasih sayangnya,
tentu saja dia menjadi nakal sekali.
Untung saja, bahwa darah
kesatria yang mengalir dalam tubuhnya dapat memberikan keseimbangan yang
secukupnya, sehingga kenakalannya itu terbatas hanya kenakalan sifat kanak2
belaka, yang kadang2 menimbulkan peristiwa2 yang lucu
Setelah sepuluh tahun
menyingkir dari Tiong goan dan selama itu tidak mengalami gangguan, Kim Bian
Hud dan Ouw Hui lambat laun sudah melupakan permusuhan2 mereka dengan pihak2
tertentu.
Sebagai pahlawan2 keadilan,
dimasa lampau mereka telah menghajar tidak sedikit jago2 jahat yang melakukan
perbuatan se-wenang2 terhadap rakyat jelata.
Diantara jago2 tangguh2,
tetapi memiliki sifat buruk itu, sebagian masih merasa penasaran dan menaruh
dendam yang sangat besar sekali kepada Kim Bian Hud maupun juga kepada Ouw Hui.
Setelah beberapa tahun mati2an
meyakinkan ber-macam2 kepandaian yang jauh lebih tinggi, tanpa mengenal lelah
telah mencari kedua jago ternama dan tanpa tanding itu. Mereka telah ber usaha
untuk dapat mencari jejak dari Kim Bian Hud dan juga Ouw Hui. Usaha mereka itu
memang terlihat jelas, betapapun mereka memang menaruh dendam yang sangat kuat
dan akan ber usaha mencari kedua musuhnya itu untuk me lampiaskan dendam
mereka. Sebelum usaha ar reka berhasil! maka musuh dari kedua jago2 tanpa
tanding itu tidak akan berhenti dalam usahnya
Untuk hidup keluarganya, Ouw
Hui tidak segan2 membanting tulang mengeluarkan tenaga diladangnya dan
disamping itu juga, diapun sering pergi berburu kepegunungan Thiansan diwaktu
tiada pekerjaan di ladang.
Sedangkan peternakan dombanya
juga berbiak dengan baik, walaupun demikian, tidak sel ruh kebutuhannya dapat
dihasilkan sendiri- Misal nya saja garam: bahan2 pakaian dan lain2nya lagi.
Semuanya bahan2 itu harus
dibeli di-kota terdekat, karena itu untuk keperluan tersebut, setiap setengah
tahun sekali dia harus pergi ke Ui atau Kulja untuk menjual kulit binatang dan
bulu domba.
Biasanya dia disertai si
kembar Cie Beng dan Cie Jin, Ouw Ho sesungguhnya sudah lama ingin ikut, tetapi
karena dia masih terlalu kecil, maka ayahnya belum pernah membawanya ikut
serta.
Setelah usianya cukup sembilan
tahun, untuk pertama kalinya dia diperbolehkan ikut.
Alangkah girangnya sinakal.
Disepanjang ja lan tiada habisnya dia menunjuk ini dan menanyakan itu dan terlalu
sering dia membelokkan kudanya untuk mendekati sesuatu yang menarik
perhatiannya.
Kota Ui tidak seberapa besar,
tetapi artinya penting sekali.
Di si tulah bertemunya dua
jalur jalan kafilah penting, yang satu menuju kebarat laut, ke Siberia utara yang
lainnya kebarat daya Si-beria selatan dan terus ke Persia dan kepantai laut
tengah.
Karena itu, tidak mengherankan
jika kota itu selalu ramai dikunjungi rupa2 bangsa.
Bagi Ouw Ho, yang baru pertama
kali melihatnya, semuanya itu tentu saja serba menarik dan membuat dia kagum
tidak habisnya.
Karena tibanya di Ui sudah
menjelang tengah hari, maka setelah memesan kamar dipenginapan, Ouw Hui segera
mengajak puteranya ke sebuah rumah makan.
Mereka memilih sebuah meja
didekat jendela, agar Ouw Ho bisa menikmati pemandangan lalu lintas yang
beraneka ragamnya.
Selain mereka, diruang itu
sudah ada beberapa belas tamu lain.
Dan disebuah meja di sudut
sebelah sana tampak empat orang Han.
Dilihat dari pakaiannya,
agaknya keempat orang itu saudagar2 keliling.
Mula2 Ouw Hui tidak meja
perhatikan mereka, tetapi ketika dia kebetulan menoleh, tiba2 dia agak
terkejut.
Orang2 itu ternyata j iga
tengah memperhatikannya.
Wajah salah seorang diantara
mereka agaknya tidak asing baginya, hanya saja Ouw Hui ti dak ingat pula dimana
dia pernah berjumpa dengan orang itu.
Diwaktu pandangan mereka
bertemu satu dengan yang lainnya, sekilas tampak orang itu seperti terkejut.
Hanya sekejap mata saja terlihat perobahan wajah orang itu, tetapi cukuplah
sudah bagi Ouw Hui untuk mengetahui; bahwa orang itupun telah mengenalinya.
Diam2 Ouw Hui telah mulai
memperhatikan keadaan keempat orang itu.
Mata mereka memancarkan sinar
yang tajam sekali, suatu tanda bahwa mereka memiliki lwekang yang tidak dapat
diremehkan.
Dengan berpakaian seperti
saudagar mereka memang bisa mengelabui mata orang2 biasa, tetapi bagi Ouw Hui
sudah jelaslah bahwa dia, itu merupakan ahli2 silat kelas utama.
Semakin diperhatikan, semakin
bercurigalah Ouw Hui terhadap keempat orang yang memiliki gerak gerik
mencurigai itu.
Terus keempat orang itu telah
kasak-kusuk, dan kadang2 mereka melirik kearahnya secara sembunyi2.
Ouw Hui sia2 mengasah otak
untuk berusa ha meng-ingat2 dimana dia pernah berjumpa dengan keempat orang
tersebut.
Lewat sejenak, Ouw Ho juga
telah melihat sikap dan kelakuan keempat orang itu.
Sebagai seorang anak kecil,
pikirannya tentu saja masih sederhana dan hatinya tidak menjadi curig? seperti
ayahnya.
Tetapi tingkah laku orang2 itu
membuatnya jadi mendongkol. Dengan sikap kasak-kusuk terus-menerus, orang2 itu
tentu tengah memper-elok2 keburukan wajahnya dan wajah ayahnya, pikirnya. Dan
Ouw Ho jadi tersinggung sendiri nya.
Karena mendongkol, dia sudah
hendak memaki mereka, tetapi Ouw Hui cepat2 mencegahnya.
Betapapun nakalnya anak itu
tetapi terhadap ayahnya dia masih bisa menuruti cegahan ayahnya.
Demikianlah, dia tidak jadi
memaki orang2 itu.
Hanya saja hatinya masih
penasaran dan dengan mata dipentang lebar2 Ouw Ho telah mendelik kearah keempat
orang itu.
Hanya hatinya telah mengambil
keputusan untuk memberikan hajiran kepada keempat orang itu jika dijumpainya
lagi.
Sedikitpun dia tidak
memikirkan, bahwa orang2 itu semuanya bertubuh jauh lebih besar dari dia, dan
juga berjumlah ejipat orang, sedangkan dia hanya seorang diri.
Sebagai keturunan dari dua
keluarga pahlawan2, sama sekali dia tidak mengenal apa artinya
takut.
Tidak lama kemudian, keempat
tamu itu telah meninggalkan rumah makan itu, dan lewat beberapa waktu pula Ouw
Hui juga sudah selesai makan dan mengajak puteranya kembali kepenginapannya.
Kuasa dan para pelayan
penginapan itu sudah mengenal Ouw Hui sebagai seorang yang tangannya selalu
terbuka dan ramah sekali.
Karena itu mereka selalu
memperhatikan segala kebutuhan Ouw Hui.
Kepada mereka itu, yaitu para
pelayan itu, Ouw Hui minta tolong melihat2 anaknya, di-saat sementara waktu dia
pergi untuk menjual kulit binatang dan bulu dombanya, sedangkan kepada
puteranya dia telah berpesan agar tidak na kal dan menerbitkan huru hara. Dan
juga Ouw Hui telah berpesan agar Ouw Ho tidak pergi ke-mana2 selama sang ayah
pergi.
Setelah ayahnya pergi. Ouw Ho
berdiri di depan pintu penginapan, melihat2 pemandangan dijalan.
Tidak jemu2nya dia memandang
suasana yang asing baginya itu. Sebentar kemudian dia melihat kekanan dan
sesaat pula dia telah menoleh kekiri.
Dan suatu saat, tiba2 dia
melihat keempat orang tadi dan serentak amarahnya telah timbul lagi.
Tanpa melepaskan perhatiannya
dari orang2 itu, cepat2 dia telah menyelinap kedalam.
Orang2 itu ternyata justru
menghampiri penginapannya. Agaknya mereka juga hendak menginap disitu, dan
benar saja mereka minta di sediakan kamar.
Melihat pakaian orang2 itu
yang cukup mewah, para pslayan penginapan menganggap mereka itu tentunya
saudagar2 kaya raya.
Dengan sikap yang hormat
sekali, salah seorang pelayan mengantarkan mereka me-lihat2 kamar2 yang masih
kosong.
Dan pelayan itu sambil
mengantarkan keempat tamunya, reiah menjawab rupa2 pertanyaan tamunya itu.
Akhirnya tamu2 itu memilih
kamar disebelah kamar Ouw Hui.
Sementara itu, sambil
bersembunyi dibalik pintu lorong, Ouw Ho telah mendengar percakapan mereka.
Dia mendengar, bagaimana,
setelah memperoleh keterangan sipelayan tentang siapa yang menempati kamar
sebelah, orang2 itu segera memilih kamarnya tadi.
„Aha, agaknya mereka menang
sengaja mau mencari gara2." berpikir Ouw Ho „Biarlah nanti kuhajar
mereka."
Lupalah Ouw Ho akan pesan
ayahnya, agar tidak menerbitkan huru-hara, sebagai seorang anak yang masih
polos hatinya, sedikitpun tidak terpikirkan olehnya bahwa dibalik sikap dan ke
lakuan orang2 itu, murgkin teisembunyi soal lain yingijauh lebih penting
Dengan pikirannnya yang masih
sedeihana, dia menduga bahwa mereka hanya sengaja hendak menganiaya,
berdasarkan wajahnya yang hitam.
Dan serupa ingatan telah menyelinap
didalam hati anak kecil ini, yaitu keempat orang itu mengincer barang2 ayahnya,
yang ingin di rampasnya.
Kalau mereka memang hanya
hendak merampok, dia percaya bahwa mereka akan mengalami kekecewaan dalam
tangan ayahnya dan dia tidak usah perduli.
Tetapi dengan berdasarkan
pikirannya atas jiwa ke-kanak2annya, yaitu dengan.menduga bahwa keempat orang
itu justru ingin memper-olok2 dirinya karena wajahnya yang hitam legam itu,
maka Ouw Ho jadi bermaksud untuk mempermainkan keempat orang itu.
Dan Ouw Ho menduga begitu,
karena dia mengetahui setiap kali ingin keluar rumah, ayahnya pasti akan
menghitamkan wajahnya dan mengenakan kumis dan jenggot palsu.
„Tentu mereka sengaja memilih
kamar di-sebelahku, agar bisa memperoleh lebih banyak kesempatan untuk menghina
kami berdua. Tentu mereka menyebut kami sebagai setan2 hitam besar dan kecil,
yang berwajah sebagai pantat kuali" demikianlah jalan pemikirannya dan
semakin dipikir olehnya, semakin yakinlah dia a-kan kebenaran dugaannya.
Sete!ah keempat tamu baru itu
masuk keka mar mereka, cepat2 dia keluar dari persembunyi annya dan memasuki
kamarnya sendiri.
Kamarnya dan kamar disebelah
itu hanya dipisahkan dinding papan.
Mengintai kesana dia tidak
bisa, karena sela2 antara papan itu telah diisi oleh dempul,
Tetapi samar2 dia bisa
menangkap beberapa bagian dari percakapan mereka, antara lain na ma ayahnya
di-sebut2 sebagai "Setan hitam Swan San Hui Ho Ouw Hui" dan dia
sendiri sebagai "setan hitam yang kecil".
Tentu saja darahnya jadi
meluap mendengar ucapan2nya itu. Dia kini tidak bimbang pula, bahwa mereka
telah memperolok keburukan muka
Tentu saja Oaw Ho jadi murka
bukan main.
Tidak perlu mendengar pula
terlalu lama baginya. Cukuplah sudah kata'2 itu baginya.
Kalau bukannya takut kelak
ditegur dam digusari ayahnya, tentn Ouw Ho sudab menghampiri mereka dan
mencacinya atau juga menyerang mereka.
Kini dia hanya dapat memaki
didnlam hati sambil memikirkan suatu cara untuk melampiaskan kemendongkolannya
tanya bisa diketahui ayahnya.
Sebagai seorang anak yang
nakal sekali, otaknya yang cerdas memang biasa penuh dengan bermacam2 akal
anak2.
Tanpa berpikir terlampau lama
dia sudah menyusun suatu rencana, dan ketika ayahnya pulang, dia tidak
memberitahukan apa2.
Tetapi sebelum hari menjadi
gelap, menjelang seaja dia sudah mengajak ayahnya pergi makan.
Dikatakannya bahwa perutnya
sudah lapar sekali. Sekembalinya dari rumah makan dia bahkan segera naik keatas
kang (sebuah balai2 batu dengan perapian dibawahnya) dan menyatakan bahwa dia
sudah mengantuk sekali.
Walaupun bukan menjadi
kebiasaan si nakal untuk tidur siang2, sedikitpun Ouw Hui tidak curiga, bahwa
anaknya itu sengaja bersandiwara dihadapannya. Hal itu disebabkan Ouw Hui
menduga bahwa anaknya itu mungkin terlalu letih setelah melakukan perjalanan
yang cukup jauh dan juga telib ber-jalan2 me-lihat2 keramaian kesana-kemaii.
Sesungguhnya hatinya juga agak lega melihat puteranya itu siang2 sudah ingin
tidur.
Dengan demikian dia jadi bisa
bebas minum arak sambil mengobrol dengan yang kuasa rumah penginapan itu.
Dari mulut kuasa rumah
penginapan tersebut Ouw Hui bisa mendengar berbagai berita dari daratan
Tionggoan yang dibawa oleh para pedagang keliling yang singgah disitu.
Sedikitpun juga Ouw Hui tidak
menduga bahwa dibalik kelakuan anaknya tersembunyi sesuatu.
Ouw Ho setelah memperhitungkan
bahwa keempat orang dikarrsr sebelah itu tentu dapat dipergunakannya untuk
mempersiapkan rencananya. Siang2 dia telah menyediakan seutas tali kecil yang
dan doa batang paku agak besar.
Secepat langkah2 ayahnya sudah
tidak terdengar lagi, dia segera bangkit dari Kang dan keluar keperkarangan
melalui jendela setelah terlebih dulu memadamkan lilin.
Dengan sikap yang hati2, dia
lalu menghampiri jendela kamar keempat orang itu.
Seperti telah diduganya,
disaat itu mereka benar2 sedang keluar semuanya.
Dengan leluasa dia dapat
menancapkan dua batang paku itu dibingkai kanan dan kiri dari jendela itu,
dengan mempergunakan sebuah batu sebagai martilnya.
Setelah itu diikatnya tali
tadi, yang kini ternyata telah dihitamkannya, melintang dimulut jendela itu,
dari paku yang satu kepaku yang satunya.
Kemudian Ouw Ho bersembunyi
dibawah jendela tersebut.
Tidak perlu terlalu lama dia
menanti, belum sampai setengah jam kemudian, terdengarlah ke empat lawannya itu
memasuki kamar dan menyalakan lilin.
Lagi2 Ouw Ho mendengar mereka
me nyebut2 perkataan „sihitam" meluaplah darahnya dan hampir2 dia
berteriak, balas memaki mereka.
Untung saja bahwa segera juga
dia sadar dan bisa menindih perasaannya.
Dengan sabar dia berdiaji terus,
menantikan tibanya saat untuk mempermainkan keempat orang itu.
Dikota kecil yang letaknya
terpencil diperbatasan itu, orang biasa tidur agak siang, berbeda dengan
kebiasaan orang2 dikota besar di Tionggoan.
Tidak lama setelah keempat
orang itu kembali, suasana disekeliling penginapan itu sudah sunyi sepi.
Didalam kamar masih terdengar
percakapan orang itu dengan suara kecil, yang dari tempat Ouw Ho hanya
terdengar seperti gumam yang tidak jelas.
Dari barisan jendela2 kamar
disisinya itu. hanya jendela yang dijaganya itulah yang terang.
3aat itu, justru yang
dinantikan Ouw Ho telah tiba, dia telah meraup segenggam tanah, yang lalu
dicampurnya dengan ludah dan dipuiungnya menjadi beberapa butir kecil.
Sebutir demi sebutir telah
dilontarkannya butiran2 tanah basah itu dlatas genting, sehingga menimbulkan
suara bagaikan ada yang tengah berjalan ber-indap2 diatas atap kamar tersebut.
Seketika itu siraplah
percakapan didalam dan padamlah api penerangan itu.
Per-lahan2 Ouw Ho mengetuk
jendela beriama dengan mendesisnya kata2 : „Pengecut2 yang didalam, keluarlah
kalau benar laki2".
Dengan berbisik, atau mendesis
secara demikian, dia berhasil membuat suaranya tidak dapat dikenali sebagai
suara seorang anak2. Sedangkan didalam kesunyian itu, cukup jelaslah terdengar
nya dari dalam.
Segera juga terdengar langkah
ber-indap2 di dalam kamar itu, dan terdengarnya perlahan sekali mendekati
kearah jendela. Didengar dari suara langkah kaki itu, menunjukkan bahwa dua
orang yang tengah menghampiri dari dua arah.
Untuk lebih membakar dan
memanaskan hati mereka, Ouw Ho mendesis pula "Lekas keluar menyerahkan
kepalamu."
Tiba2 jendela terbuka dengan
kaget, disusul Melayangnya sebatang senjata rahasia, tetapi tidak seorangpun
tampak melompat keluar.
Sebagai orang Kargouw yang
berpengalaman mereka memang tentu saja tidak akan melompat keluar jendela
secara ceroboh. Hal itu sudah diduga oteh Ouw Ho, yang sementara itu sudah
mempersiapkan beberapa batu.
Dengan cepat, dilontarkannya
batu itu berturut-turut dari tempatnya ke-tengah2 pekarangan, sehingga
terdengarnya bagaikan ada seseorang berlari menjauhkan diri dari jendela.
Sekali ini umpan yang dipasang
Ouw Ho telah berhasil dan dimakan pihak keempat orang itu.
Dalam kegelapan malah seperti
itu, keempat orang didslam memarg tidak dapat melihat apa apa, tetapi bunyi
langkah2 itu tidak dapat dibimbangkan lagi
Segera tampak sesosok bayangan
hitam melayang keluar dari jendela. Hanya anehnya bayangan itu tiba tiba
berjumpalitan dan tahu-tahu jatuh dibawah jendela dengan mengeluarkan bunyi
mendentum.
Ouw Ho, yang memang sudah
menantikan disamping jendela, segera mengulurkan tangannya, dan orang itu
terkulai tanpa sarggup berteriak lagi. Sedangkan yang pertama itu tengah rubuh
ketengah, dari dalam sudah menyusul yang kedua, dan diapan mengalami nasib yang
sama. Dua orang lainnya juga ber turut2 rubuh terkulai tanpa bersuara.
Jendela itu terbuka kedalam,
sehingga tali hitam yang dipasang Ouw Ho tidak terganggu dengan terbukanya daun
jendela tersebut.
Karena warnanya hitam, maka
dalam kegelapan orang2 itu tidak melihat adanya tali yang melintang dimulut
jendela.
Ketika yang pertama tadi
melompat keluar kakinya tiba2 telah keserimpet tali yang melintang itu,
sehingga jatuhnya dia sambil berterik tertahan karena terkejut.
Ouw Ho memang sudah ber-siap2
dan segera menotok jalan darahnya, bagian Taog Tiong Hiat, diulu hati orang
itu, yang segera pimgsan sebelum menyadari mengapa dia jatuh-
Apa yana terjadi dengan tiga
orang yang lain hanyalah ulangan dari peristiwa yang pertama.
Teriakan2 kaget itu mungkin
tidak ada yang mendengar atau kalau ada juga, yang mendengar itu tentu menduga,
bahwa ada seseorang mengigau.
Tidak heranlah karena itu
peristiwa tersebut tidak ada yang perhatikan.
Terlebih lagi memang peristiwa
itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat sekali, hanya terjadi dalam satu
dua detik saja.
Sambil tertawa kecil, Ouw Ho
kemudian melepaskan talinya dari paku itu, dan mengikat keempat pasang
pergelangan tangan korban2nya itu menjadi satu.
Tidak puas deagan itu, diapun
segera mengikat Taocang atau kuncir mereka menjadi satu pula
Ouw Ho mengetahui, bahwa
tenaganya memang belum seberapa, terlebih lagi dia tadi menotok dengan agak
perlahan, sehingga orang2 itu tidak akan mati karenanya, bahkan mungkin dalam
waktu kurang lebih satu jam lagi sudah akan tersadar dari totokan.
Karena itu dia tidak dapat
mem-buang2 waktu lebih lama, karena mengingat bahwa ayahnya setiap saat bisa
kembali kekamar mereka.
Cepat3 dia telah melompat
kedalam kamar dan membawa bungkusan perbekelannya dan disembunyikannya diantara
semak disudut kebon tersebut, lalu kain pembungkusnya diisi dengan bungkusan
ternak, yang siang tadi dilihatnya berada didekat dinding pekarangan.
Keempat bungkusan itu lalu
dibawanya masuk kembali.
Setelah merapatkan jendela
kamar itu, dia cepat2 kembali kedalam kamarnya sendiri dan. tidur dengan hati
yang puas.
Ouw Hui menemukan puteranya
tidur nyenyak dengan bibir melukiskan senyuman manis.
„Alangkah senangnya orang
menjadi anak kecil, yang belum mengetahui apa2. Entah apa yang dilihatnya dalam
mimpinya sehingga dia tersenyum begitu bahagia", pikirnya seorang diri.
Keesokan harinya, pagi-pagi
sekali, ayah beranak itu telah dikagetkan oleh suara heboh, yang diterbitkan
caci maki beberapa orang pelayan rumah penginapan tersebut, kemudian di tambah
pula dengan suara yang geram dari kuasa rumah penginapan itu.
Entah mengapa mereka dipagi
hari seperti itu telah ribut, agaknya mereka tengah saling salah mempersalahkan
satu dengan yang lainnya. Hanya anehnya, suara2 itu keluar dari kamar disebelah
kamar Ouw Hui.
Sedangkan Ouw Hui jadi heran
sekali dan Ouw Ho, yang sesungguhnya sudah dapat menerka apa yang telah
terjadi, telah ikut pura2 heran juga.
Mereka segera keluar uniuk
mengetahui sebab musabab keributan itu.
Ternyata keempat orang tamu
yang menempati kamar disebelah itu, semalam telah pergi dengan diam2 tanpa
membayar uang sewa kamar dan kini kuasa dan pelayan2 rumah penginapan itu
masing2 tidak mau bertanggung jawab.
Tepat sebagai perkiraan Ouw
Ho, tidak sampai satu jam kemudian orang2 itu telah tersadar dari totokan.
Betapa mendongkol mereka, ket'ka, mendapatkan diri mereka dalam keadaan begitu,
dan juga betapa mereka malu Sekali, karena sebagai jagc-2 silat yang tidak
lemah mereka telah dirubuhkan tanpa sanggup melakukan perlawanan sama sekali.
Lebih penasaran lagi justru
tidak diketahuinya siapa lawan yang dirubuhkan mereka.
Per-tama2 mereka hendak
menduga Ouw Hui, tetapi keempatnya masih ingat bahwa ketika tadi terdengar
kedatangan musuh Itu, mereka masih mendengarkan suara dan tertawa Ouw Hui
dikamar kuasa rumah penginapan itu, sehingga tidak mungkin Ouw Hui yang
mengerjakan mereka, terkecuali jika Ouw Hui memang sanggup memecah tubuhnya
menjadi dua.
Karena itu, mereka segera
menduga bahwa ada seseorang yang telah membantui Ouw Hui secara diam2.
Karena belum apa2 mereka sudah
harus mengalami peristiwa yang memalukan seperti itu, maka untuk sementara
waktu nafsu mereka untuk membalas dendam telah padam.
Ingin sekali mereka cepat2
pergi, kalau memang bisa,
Tetapi dengan tangan dan
taocang diikat menjadi satu walaupun kaki mereka bebas tidak dapat mereka
pergi. Lebih dulu mereka harus melepaskan ikatan itu.
Dengan mengerahkan seluruh
tenaga dan menahan perasaan sakit sedapat mungkin, akhirnya berhasillah mereka
memutuskan tali pengikat tangan mereka.
Kiai mereka masih harus
membuka ikatin taocang mereka.
Tetapi dengan diikatan erat2,
sehiagga belakang kepala mereka saling menempel satu dengan lainnya, tidak
mudah bagi mereka untuk membukanya.
Karena ter-gesa2, dalam dan
mendongkolnya, mereka jadi semakin tidak bisa membuka ikatan
itu.
Lama Kelamaan mereka jadi
semakin tidak sabar dan delapan tangan masing2 telah saling rebut menggerayangi
rambut mereka.
Tentu saja usaha kacau seperti
itu semakin menipiskan harapan akan berhasilnya dengan saling tarik dan
membetot tidak hentinya. Dan juga telah menambah penderitaan untuk mereka
berempat belaka.
Beberapa kali terdengar salah
seorang di antara mereka memekik perlahan karena kesakitan. Akhirnya salah
seorang diantara mereka memperoleh akal.
Dia merabah sakunya dan
mengeluarkan sebilah belati. Setelah meminta kawan2nya menyingkir tangan
masing2, dia segera memotong ikatan rambut itu.
Kini bebaslah sudah
ke-empat2nya, tetapi taocang mereka juga ikut terlepas dari kepala masing2.
Untuk saat itu, setiap pria di
Tionggoan yang tidak memakai toacang tentu akan dicemooh oleh masyarakat
disekelilingnya.
Karena itu, dapatlah
dimengerti betapa malunya mereka oleh peristiwa seperti itu, waLu pun pada saat
itu tidak ada yang melihat atau menyaksikannya,
Cepat2 mereka telah masuk
kedalam kamar untuk mengambil bungkusan masing2 meninggal kan penginapan itu
tanpa pamit dan tanpa membayar sewa kamar.
Keesokan harinya Ouw Hui sudah
menjual semua kulit binatang dan bulu domba yang dibawanya.
Kini dia tinggal berbelanja
untuk keperluan dirumah dan setelah itu dapat jalan2 semau hatinya.
Untuk menggembirakan
puteranya, maka sekali ini dia mengijinkan Ouw Ho untuk ikut ke pasar.
Sebagaimana biasanya seorang
anak kecil, melihat begitu banyak barang2 yang diperagakan pa Ta pedagangnya,
tentu saja banyak sekali yang dimintanya agar dibelikan oleh ayahnya.
Sebentar saja sudah penuh
kedua tangannya memegang rupa2 bungkusan.
Setelah kenyang berkeliling
pasar, mereka lalu menuju kerumah makan untuk sekedar mengisi perut sebelum
berbelanja lagi.
Disaat mereka tengah makan;
tiba2 Ouw Hui teringat bahwa dia belum membeli garam, sedangkan para pedagang
garam biasanya sudah menutup kedai siang2,
Karena itu, dia lalu berpesan
kepada anaknya, agar tidak pergi ke-mana2 dan menjaga barang-barang pembelian
mereka, dia sendiri segra pergi kepasar lagi.
Setelah menanti sekian lama
dan ayahnya be lum kembali, Ouw Ho jadi tidak betah menanti
didalam kedai itu seorang diri.
Barang2 itu dibawanya kepada kasir rumah makan tersebut untuk dititipkan
sementara ia ingin me-lihat2 ke adaan diluar.
Karena setiap kati berkunjung
ke Ui, Ouw Hui selalu makan dirumah makan tersebut, maka kasir juga telah
mengenalnya dan diapun tak merasa keberatan menerima titipan barang2 itu.
Dengan gembira Ouw Ho lalu
berdiri diluar pintu sambil memandang kiri-kanan menikmati pemandangan jalan
yang ramai itu.
Tiba2 dia melihat ada tiga
orang yang berpakaian seperti bangsa Han telah menghampirinya.
"Eng engko kecil, apakah
engkau she Ho, anak Ouw Hui?" tegur salah seorang diantara mereka sambil
disertai tertawanya.
Dengan perasaan heran bukan
main Ouw memandang ketiga orang itu bergantian.
Belum pernah bertemu dengan
mereka, mengapa mereka bisa mengenalnya?
„Maaf Samwie Toasiok, aku
belum mengenal kalian, bagaimana kalian mengenal dan mengetahui namaku ?"
tanyanya kemudian.
„Aha, jika demikian memang
engkau benar putera Ouw Hui. Mari, mari ikut kami. Ayahmu meminta kami
mengajakmu menyusulnya ke kedai disana. Katanya, kau akan dibelikan mi inan
yang indah sekali".
Kalau mereka mempergunakan
alasan lain, yang lebih masuk akal, mungkin mereka bisa berhasil membujuknya.
Atau jika yang membujuknya itu seorang anak biasa, tentu bujukannya itu juga akan
berhasil.
Tetapi kini justru yang
dihadapi mereka adalah Ouw Ho, seorang anak ysng bukan hanya sukar sekali
ditipu, tetapi juga sudah biasa menipu orang2 dewasa. Kata2 mereka itu ternyata
hanya membangkitkan perasaan curiga belaka di hati Ouw Ho.
„Kalian pergilah dulu,
sebutkan saja kemana aku harus menyusul, nanti setelah memberitahukan kuasa
rumah makan ini. bahwa aku akan segera kembali, aku akan pergi kesana"
jawabnya.
"Baiklah" kata juru
bicara dari ketiga orang itu. „Pergilah kau memberitahukan kuasa rumah makan
bahwa ayahku memanggil kau kepasar seebun, pintu barat, biarlah kami berangkat
dulu, tetapi engkaupun jangan lama2".
Dengan wajah girang, Ouw Ho
lalu masuk, tetapi seketika itu juga sudah melewati pintu dia berbalik dan
mengintai keluar.
Ouw Ho telah melihatnya,
betapa ketiga orang itu memang hendak menipunya, karena m reka bertiga
memperlihatkan sikap yang mendatangkan kesan sangat mencurigakan sekali.
Kalau mereka benar2 diminta
oleh ayahnya untuk menjemputnya dirumah makan ini, tentu Ia telah dipesan agar
menunggu untuk mengantarkan Ouw Ho, karena bukankah Ouw Ho belum mengenal
tempat tersebut dan tentu ayahnya tidak akan menbiarkan dia pergi seorang diri.
Sesaat kemudian dia telah
membuktikan maksud ketiga orang itu yang memang kurang baik.
Dari sela2 pintu dia melihat
bagaimana mereka berhenti ditikungan kurang lebih sepuluh'Tutnah dari tempat
itu dan bersembunyi dibelakang bilik sebuah kedai.
Ketiga orang itu sedikitpun
tidak menduga bahwa siasat mereka telah diketahui oleh Ouw Ho,
Tadi mereka melihat, bahwa
anak itu agak ragu2 ketika pertama kali disapa. Untuk melenyapkan
kecurigaannya, mereka sengaja tidak mau memaksanya. Pertama kali mereka memang
sudah merencanakan untuk mempergunakan paksaan untuk memaksa anak itu.
Tetapi berhubung tempat itu
sangat ramai, mereka kuatir jika nanti ada yang merintangi maksud mereka,
karena siapa yang tahu bahwa di sekitar tempat, itu terdapat orang
berkepandaian tinggi yang kebetulan tengah lewat. Dengan pertimbangan itulah,
akhirnya mereka tidak ingin mempergunakan paksaan untuk membawa Ouw Ho hanya
mempergunakan siasat belaka.
Dengan gembira mereka melibat
bahwa seketika mereka tidak memaksa, wajah sianak ber -muka hitam itu berobah
tidak menaruh kecurigaan lagi, bahkan tampak girang.
Keluar dugaan mereka, muka
gembira dan Ouw Ho ternyata hanya untuk menipu mereka agar mereka cepat2 pergi.
Bukan karena takut Ouw Ho
menginginkan kepergian orang2 itu cepat2 hatinya bahkan ingin mengetahui, api
sesungguhnya maksud orang2 itu, dan Ouw Ho bermaksud mempermainkan mereka.
Tetapi dia tidak berani
melanggar larangan ayahnya, yaitu agar dia jangan menerbitkan onar dan
huru-hara.
Dari tempat mengintainya dia
melihat bagaimana tiga orang itu telah melihat kanan kiri dengan sikap yang
mencurigakan sekali di tikungan jalan, dan agaknya mereka heran melihat Ouw Ho
belum juga muncul.
Diam2 Ouw Ho mentertawai
mereka. „Biarlah mereka langak-longok disitu seperti pencuri. Hemm, mereka
menduga aku setolol itu," pikirnya dalam hatinya, dan Ouw Ho telah mengintai
pula.
Kelakuan orang itu dianggapnya
lucu sekali, dan semakin lama hatinya semakin geli.
Kalau sudah mengintai sekali
dan dia segera pergi dari pintu itu, mungkin Ouw Ho tidak akan mengalami
peristiwa apa2. Tetapi justru Ouw Ho walaupun sangat cerdas, tetap saja hanya
seorang anak kecil juga.
Belum dapat Ouw Ho menguasai
perasaannya bahkan sering kali perasaan ingin mempermainkan dan ingin tahunya
menguasai diri dan hatinya.
Demikianlah, kali inipun
setelah diam2 dia mentertawai ketololan ketiga orang yang masih saja menantinya
di sudut jalan, maka akhirnya perasaan ingin tahunya dan juga perasaan ingin
mempermainkan ketiga orang tersebut telah membuat Ouw Ho akhirnya mau mencoba2
untuk melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian keti ga orang itu, yang
berani mencoba2 membentur ayahnya dengan jalan seperti ini.
"Biarlah aku
mempermainKan mereka sejenak, asal tidak sampai terlalu lama, ayah tidak akan
mengetahui bahwa aku baru berkelahi", demikian pikirnya dengan penuh
keyakinan, bahwa dengan mudah dia akan dapat mengalahkan mereka. Dia sama
sekali tidak mem pertimbangkan bahwa dia mungkin akan kalah dan juga jadi
diculik.
Dengan muka berseri2,
keluarlah dia dan langsung menuju kearah tikungan tadi.
Dengan pura-pura tidak
melihat, bagaimana ketiga orang penjahat itu menyelinap kedalam sebuah kedai
tersebut dia segera berjalan terus dengan sebentar2 menoleh kekiri dan kekanan
bagaikan tengah merasa kagum melihat toko2 dan kedai2 yang berbaris disepanjang
jalan tersebut.
Sesungguhnya, setiap kali
menoleh, dia se kalian melirik kebelakang untuk melihat apakah orang2 itu sudah
keluar dari persembunyiannya mereka dan sudah mulai mengikutinya dari belakang.
Setelah dia berjalan pula
sejauh kurang le bin dua puluh langkah melampaui tikungan tadi tampaklah orang2
itu keluar.
Dia berusaha men-coba2
memperlambat jalannya dan dia mendapatkan kenyataannya, bahwa ketiga orang
itupun memperlambat langkahnya.
Jika Ouw Ho berjalan lebih
cepat, ketiga orang itupun tentu akan mempercepat langkah kaki mereka.
Tiba2 dia telah memutar
tubuhnya dan sam bil tertawa menegur untuk mengejutkan ketiga orang itu. „Eh,
Sam Wie Tosiak betapa lambat jalanmu. Tadi kalian telah pergi lebih dahulu,
lama sekali aku sebelumnya keluar dari rumah makan, Mengapa kalian bisa berada
dibelakangku?"
Gelak tertawanya semakin
men-jadi2 ketika dia melihat muka ketiga orang tersebut.
"Akhh, mengapa kalian
tampaknya terkejut? Apakah kalian terkejut melihat kepandaian meringankan
tubuhku, sehingga bisa melampaui kalian ? Sesungguhnya, bukan aku yang berjalan
cepat sekali, tetapi mungkin juga kalian yang berjalan terlampau lambat
bagaikan tiga orang kakek yang sudah tidak memiliki tenaga dan hanya (memiliki
sebelah kaki, karena kaki kalian yang satu sudah berada diliang kubur. Mungkin
kalian memang sudah setua itu ? Apakah kalian mempunyai Hanlam (putera) ? Kalau
tidak, biarlah aku nanti yang mengurus jenasah kalian".
Ketika tadi Ouw Ho memutar
tubuhnya dengan cara yang tiba2 seperti itu, dan menegur mereka disertai
tertawanya, untuk beberapa saat ketiga orang itu tidak bisa mengucapkan
kata2nya dan mereka jadi bengong heran dan kaget.
Tetapi waktu mendengar ejekan
anak nakal itu, meluaplah darah mereka.
Seorang anak yang belum hilang
bau pupuknya berani mengatakan bahwa mereka tidak punya guna, seperti juga
kakek2 yang sudah hampir mati. Itulah sebuah ejekan yang sangat kurang ajar
dari anak bermuka hitam seperti pantat kuali itu. Dan juga Ouw Ho memang
terlalu berani mempermainkan mereka bertiga, yang merupakan jago2 yang di
Tionggoan telah memiliki nama yang sangat hebat dan disegani oleh jago2 rimba
persilatan.
Sambil mengeluarkan serangan,
mereka telah menubruk anak itu, tetapi mereka hanya bisa menangkap angin.
Dengan satu lompatan yang
ringan sekali Ouw Ho telah menyingkir dari tangan mereka. Sekali lagi mereka
telah melompat dan terulang pula peristiwa yang seperti tadi, dimana Ouw Ho
berhasil menghindarkan diri dari terkaman mereka dengan menyelinap dibawah
ketiak mereka.
Siku sianak kecil bermuka
hitam itu telah bekerja dengan cepat sekali, dan dia telah menyikut ketiak
salah seorang diantara ketiga orang lawannya tersebut, sehingga orang itu
seketika itu pula merasakan iganya menjadi sakit bukan main karena sikutan yang
dilancarkan oleh Ouw Ho.
Kini mengertilah mereka, bahwa
sianak yang sudah memiliki kepandaian yang tidak dapat diremehkan, bahkan sudah
mengerti ilmu menotok jalan darah, tidak boleh dipandang ringan.
Untung saja bahwa tenaga Ouw
Ho memang belum seberapa. Dengan mengerahkan lwekang-nya, orang yang tertotok
tadi berhasil memunahkan pengaruh totokan itu.
Ketiga orang itu memang
merupakan jago2 yang sudah berpengalaman. Setelah kedua kali nya menelan pil
pahit dari Ouw Ho, mereka segera mengganti siasat.
Ketiga jago itu kini telah
memecah diri, dap mereka tidak serentak melompat dan menubruk Ouw Ho secara
ber-sama2 pula.
Perobahan cara bertempur
ketiga orang itu ternyata tidak sia2, karena lewat lagi beberapa saat, Ouw Ho
sudah kewalahan dan sibuk sekali menghadapi ketiga lawannya.
Ouw Ho jadi terkejut ketika memperoleh
kenyataan bahwa semakin lama ketiga lawannya itu semakin hebat dan dia sulit
sekali menghindarkan diri dari samberan tangan orang2 itu.
Untuk menyingkir, lebih2 tidak
ada harapan.
Walaupun sudah demikian
terdesak sedikitpun dia tidak takut dan sedapat mungkin dia telah mengadakan
perlawanan terus, sambil mencari akal.
Tiba2 dia telah memperoleh
sebuah pikiran yang baik untuk menipu ketiga lawannya itu.
Dia melihat bahwa ditepi jalan
sudah banyak sekali orang yang berkerumun, menyaksikan ialanaya pertempuran
yang ganjil itu.
Dengan jalannya pikirannya
yang memang masih ke-kanak2an, dia yakin bahwa lawan2nya tentu akan ketakutan,
jika dia memberitahukan orang2 itu, bahwa mereka ke-tiga2nya adalah culik
jahat, yang ingin menculiknya.
Demikianlah, tiba2 sekali Ouw
Ho telah ber teriak : „Culik! Culik! Mereka ini culik! Mere ka ingin
menculik aku .. "
Walaupun cerdas sekali, dalam
seusia semuda itu tentu saja dia belum mengerti bahwa tidak semua orang
berpendirian sama. Sejak kecil dia hanya mengenal orang2 yang mengutamakan nama
baik. Dia sendiri juga sangat takut disebut jahat. Dia memang sering melanggar
larangan orang tuanya, tetapi dia melakukannya dengan diam2 agar tidak ketabuan
orang. Perbuatan orang2 yang kini dihadapinya itu juga disamakan dengan
perbuatannya sendiri kalau dia mela
kukan sesuatu yang terlarang.
Oia percaya bahwa mereka akan segera lari dengan perasaan malu begitu dia
membuka kedok ketiga orang itu.
Alangkah terkejutnya dia,
ketika gertakannya tidak dihiraukannya, bahkan agaknya membuat ketiga orang
lawannya itu jadi semakin bengis dan garang.
Dalam kagetnya, dia jadi
lengah dan dia segera sudah terpegang oleh salah seorang itu.
Dengan nekad, dia berusaha
meronta, memukul kepala orang itu se-kena2nya. Tetapi usahanya sia2 belaka.
Sebentar pula sekujur tubuhnya
terasa lemas dan habislah sudah perlawanannya.
Jalan darahnya telah berhasil
ditotok dan dengan mudah dia kemudian dipanggul dipundak orang itu, yang segera
lari se-keras2nya di susul oleh kawan2nya.
Diantara orang banyak,
ternyata tidak ada seorangpun yang berani menolonginya, karena agaknya merasa
takut terhadap ketiga orang ter sebut.
Dengan keras ketiga penculik
itu ber-lari2 kearah utara.
Mereka baru berhenti setelah
tiba di muka kedai minuman, dimana terdapat tiga ekor kuda tertambat dimuka
pintu.
Salah seorang diantaranya lalu
masuk dan tidak lama kemudian telah keluar kembali dengan membawa tiga buah
bungkusan kain
Agaknya mereka telah
menitipkan bekal dan kuda disitu, dan kini kembah untuk mengambil nya.
Ketiganya segera melepaskan
tambatan ke tiga ekor kuda itu dan menaikinya.
Tanpa mem-buang2 waktu mereka
lalu melarikan kuda2 itu keluar pintu utara.
Walaupun tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya, Ouw Ho ternyata masih sadar.
Dengan jengkel sekali dan
kualir, dia melihat bahwa dirinya dibawa keluar kota Ui, sedangkan disepanjang
jalan ketiga orang penculiknya itu sama sekali tidak pernah memperlambat
larinya kuda tunggangan mereka
Entah kemana ketiga orang
penculikannya itu ingin menbawa lari Ouw Ho.
Dalam jengkel dan gusarnya,
Ouw Ho telah memaki dirinya sendiri yang di-sebut2 sebagai sitolol dan diapun
menyesal bahwa di telah melalaikan pesan ayahnya.
Tiba 2 Ouw Ho teringat akan
ayahnya, yang tentu akan kuatir sekali memperoleh kenyataan dia tidak berada
dirumah makan tadi. Dia jadi makin menyesal.
Tanpa dikehendaki, air matanya
mulai turun mengalir membasahi pipinya.
Dengan kepandaian yang sudah
berhasil diyakinkannya, Ouw Ho seharusnya tidak bisa dikalahkan begitu cepat,
kalau saja dia bisa berlaku tenang.
Tetapi dia sama sekali tidak
memiliki pengalaman bertempur. Dengan menetap didaerah terpencil selama itu,
sejak dilahirkan dia belum pernah berkelahi dengan orang lain. Karena itu, maka
walaupun dia tidak takut menghadapi ketiga penculiknya itu, dia tidak dapat
meremehkan ketiga lawannya
Setelah terlambat, barulah dia
menyadarinya hahwa musuh2nja itu tidak mudah dipermainkannya olehnya, tetapi
justru karena dia ceroboh dan gugup, sehingga dengan mudah dia ditawan.
Keadaannya sekarang itu memang
tidak menggembirakan sekali, bahkan dapat dibilang bahwa dia tengah menghadapi
bahaya.
Tetapi sesuai dengan prinsip
Im Yang lam setiap persoalan memang terdapat dua unsur bertentangan yang saling
mengimbangi.
Bersama dengan kerugian yang
harus dialaminya dalam peristiwa yang pahit itu, Ouw Ho telah berhasil memetik
pelajaran yang tidak nilai harganya.
Kini Ouw Ho baru mengetahui
bahwa semua orang memiliki pendirian yang sama, cukup banyak orang yang tidak
takut kehilangan nama.
Diapun jadi mengerti bahwa
orang tidak boleh terlalu meremehkan kesanggupan orang dan bahwa silat
memandang rendah itu lebih banyak mendatangkan kerugian.
Disamping itu Ouw Ho juga
sekarang mengetahui bahwa dalam penghidupan didunia ini, orang tidak dapat mengharapkan
bantuan orang lain, dan terutama bisa mengandalkan kesanggupan dan kemampuan
diri sendiri, setelah dilihat dari sikap orang banyak tadi hanya tinggal diam
ketika dia dibawa lari. Sekarang dia juga mengerti bahwa nafsu tidak dapat
dituruti begitu saja, bahkan sebaiknya harus dapat dikendalikan sebaik mungkin.
Bukankah kalau tadi dia bisa
menguasai nafsunya, dia tidak akan meninggalkan rumah makan itu dan tidak usah
menderita menerima hinaan seperti sekarang ini ?
Pengetahuan yang telah diperolehnya
dengan jalan tersebut, dengan adanya peristiwa itu, kelak ternyata sangat
bermanfaat sekali dalam kehidupan Ouw Ho berkelana didalam rimba persilatan.
Betapa terkejutnya Ouw Hui
ketika tidak lama setelah peristiwa itu dia tiba kembali dirumah makan dan
tidak berhasil menemui puteranya.
Perasaan kagetnya berobah
menjadi kemarahan dan kekuatiran, ketika kemudian dia mendengar cerita para
pelayan rumah makan itu, yang, telah ikut menyaksikan betapa Ouw Ho diculik
oleh tiga orang yang tidak dikenal, dan sebelum anak itu dilarikan, justru
telah terjadi pertempuran antara Ouw Ho dengan ketiga orang itu.
Ouw Hui berusaha mencari
keterangan tentang tiga orang penculik itu, tetapi selain tidak ada yang
mengenal mereka, dari lukisan2 yang diberikan kepadanya tentang wajah mereka,
dia sendiri juga tidak dapat menarik kesimpulan rrengenai siapa mereka
sesungguhnya.
Ouw Hui masih berusaha
mengikuti jejak mereka berdasarkan petunjuk2 yang diberikan oleh orang2
dijalan, tetapi usahanya itu terputus dipintu kota sebelah utara.
Diluar itu terbentang padang
rumput yang sangat luas. Kemana dia harus mencari mereka dan kepada siapa dia
bisa meminta keterangan lebih jauh, didaerah yang hampir tidak berpenduduk
itu.
Dengan tertegun dia berdiri
diluar pintu gerbang itu cukup lama, rupanya dia digeluti oleh berbagai
perasaan, dan ingin sekali Ouw Hui untuk cepat2 menyusul ketiga penjahat itu,
untuk menghajar mereka dan menolong puteranya.
Tetapi Ouw Hui tidak
mengetahui kemana dia harus mengejarnya. Kalau dia mengejar sekenanya saja,
mungkin juga bukannya berhasil justru hanya akan tersesat dan terpisah senvkin
jauh saja.
Tiba2 dia teringat akan
peristiwa kemarin hari, kasa-kusuk keempat orang dirumah makan itu.
"Mungkinkah mereka yang
telah menculik Hojie? Tetapi mengapa sekarang hanya bertiga dan lukisan tentang
muka mereka juga berlainan sekali. Kukira bukan perbuatan mereka atas
terculiknya Hojie. Mungkinkah komplotan mereka? Jika memang benar, mereka tentu
telah
membawanya pergi untuk memaksa
aku mengikuti jejak mereka. Ya, untuk memancing aku
mema suki sebuah perangkap
yang telah dipasang dan dipersiapkan mereka. Akhhh, tentu saja anak sekecil
Hojie belum memiliki musuh. Akulah yang tentu tengah diincer oleh mereka, Kalau
demikian, tentu mereka akan meninggalkan satu petunjuk agar aku bisa
mengikutinya. Tidak berguna aku berdiri disiri terlampau lama, sebaiknya aku
kembali dulu kepenginapan. Mungkin mereka sudah meninggalkan surat tantangan
disana." Begitulah Ouw Hui telah berpikir dengan perasa an dan hati yang kalut
sekali.
Setibanya dipenginapannya, dia
jadi kecewa bukan main, .karena dikamarnya dia tidak menemukan sesuatu apapun
juga. Sedangkan para pelayan dan kuasa belum mengetahui perihal peristiwa
penculikan diri Ouw Ho.
Dengan hati yang risau dan
rawan dia berpikir keras untuk memecahkan teka-teki mengenai siapa yang telah
melakukan penculikan ini, dan kemanakah mereka itu membawa puteranya ?
Setelah berpikir sekian lama,
Ouw Hui jadi semakin yakin bahwa yang menjadi tujuan para penculiknya itu ialah
pembalasan dendam kepadanya. Dia juga sudah tidak meragukan pula, bahwa musuh2
itu tentu sudah mempersiapkan sebu ah perangkap untuk menjebak dirinya dia
yakin orang2 itu ingin mempergunakau anaknya sebagai unpan belaka, agar
memancing Ouw Hui masuk kedalam perangkap itu.
Karena yakin, maka hatinya
jadi agak lega. Tentu saja untuk sementara puteranya itu tidak akan diganggu.
Dia sendiri sedikitpun tidak
gentar menghadapi musuh2 yang bagaimana sekalipun juga. Dengan kepandaian yang
dimilikinya sekarang, mungkin sudah tidak ada orang yang bisa mencelakainya
dengan jalan bertempur secara berterang. Tetapi bagaimana kalau mereka nanti
memaksa dia untuk msnyerah dengan jiwa puteranya sebagai jaminan ?
0ooo0de0ooo0
Ouw Hui memang bersedia, rela,
untuk berkorban demi puteranya tersebut. Tetapi bagaimana kalau mereka nantinya
tidak juga melepaskan puteranya walaupun telah ditukar dengan jiwanya?
Dan Ouw Hui menyadarinya,
bahwa seluruh orang2 yang pernah dirubuhkan dan dihajarnya merupakan manusia2
jahat dan kejam tidak memliiki perasaan kemanusiaan. Walaupun mereka berjanji
akan membebaskan puteranya jika Ouw Hui bersedia menyerahkan dirinya maupun
jiwa nya, tetapi putera Ouw Hui juga akan di binasakannya.
Ouw Hui jadi menghela napas
dalam2, dia jadi demikian bingung memikirkan keselamatan puteranya.
Lebih mungkin menurut
dugaannya, bahwa mereka ingin mencelakai anak Ouw Hui, setelah Ouw Hui
dibunuhnya.
Jika memang persoalan telah
terjadi demikian, lalu apa yang harus dilakukannya?
Kepala Ouw Hui jadi pusing memikiikan
semua itu dan hatinya semakin risau saja ketika membayangkan betapa perasaan
isterinya kelak jika mengetahui patera mereka, sinakal telah lenyap dan diculik
orang.
Ouw Bui juga mengetahui
tanggung jawab dalam bentuk bagaimana dia harus mempritanggung jawabkan
kelalaiannya dalam mengawasi puteranya tersebut.
Agaknya tidak ada jalan lain
lagi yang lebih baik dari segera mengejarnya dan mencaci tempat persembunyian
musuh2 itu, sedangkan mereka belum bersiap sedia, mereka belum mengharapkan
kedatangannya.
Tetapi kemana dia harus
menyusul dan mencarinya? Inilah yang sulit, karena dia tidak dapat mengetahui
kearah masa para penculik itu melarikan Ouw Ho.
Ouw Hui berusaha mencari jejak
dari ketiga penculik anaknya itu, namun selalu gagal dan dia tidak berhasil
sama sekali.
Tiba2 terkilas didalam benak
pikirannya bahwa musuh2nya itu mungkin bersembunyi tidak jauh disekitar Ui.
Kalau memang benar dugaannya
itu, masih ada harapan baginya untuk menemukan jejak, dan menyergap ketiga
penculiknya itu, sebelum mereka menduga dan ber-siap2 untuk menyambut
kedatangannya.
Dan jika dia tak bisa
mencarinya, tentu celaka dan sengsaralah Ouw Ho.
Namun kalau saja dia bisa
menyusul dengan tiba2 diluar dugaan mereka, rasanya tidaklah terlalu sulit
untuk merebut kembali puteranya itu
Hanya berapa besarkah
kemungkinan seperti itu, yaitu berhasil menemukan jejak dan tempat
persembunyian penculik2 anaknya itu ?
Ouw Hui sendiri tidak
mengetahui dan dia tidak mau memikirkannya. Dalam kedudukannya yang demikian terjepit
seperti saat itu sekalipun sangat kecil harapannya, namun berusaha memang masih
lebih baik dari berdiam diri saja menyerah kepada nasib.
Lagi pula, siapa tahu kalau2
diiengah perjalanan kelak dia bisa menemukan sebuah petunjuk atau memperoleh
keterangan berharga lainnya ?
Dengan berpikir demikian, Ouw
Hui segera juga meninggalkan kamarnya dan setelah meninggalkan pesan kepada
kuasa penginapan, dia segera berangkat dengan berkuda.
Pertama sekali dia telah pergi
kepintu gerbang sebelah utara dari kota tersebut dan setelah memperoleh
keterangan mengenai arah yang ditempuh ketiga penculik itu, dia meneruskan
perjalanannya lagi.
Sampai sejauh sepuluh lie dia
melarikan kudanya dan belum berhasil memperoleh keterangan yang bisa dijadikan
bahan untuk mencari jejak penculik2 itu.
Dan suatu saat, tibalah Ouw
Hui disebuah tempat yang agak jarang sekali ditumbuhi rumput2, dan disitu.
diantera rumput2 dia melihat bekas2 kaki kuda.
Dilihat dati letak jetak itu,
yang melalui tempat tersebut, jumlahnya tentu tiga ekor kuda, sesuai dengan
jumlah musuh yang menculik puteranya
Hanya mengapa begitu aneh
bekas tapak2 kaki kuda itu datangnya dari arah barat desa menuju ketimur.
Dia memutuskan untuk mengikuti
jejak itu
Dibandingkan tidak memiliki
pegangan sama sekili, lebih baik dia memang berusaha mengikuti sampai beberapa
lie.
Kalau selanjutnya ternyata
bahwa ada sesuatu yang mencurigakan, maka dia masih bisa mencarinya lagi kearah
lain.
Semakin ke-Timur, semakin
jarang pula rumput yang tumbuh didaerah itu dan bekas2 kaki kuda itu menjadi
semakin jelas.
Tiba2 arah jejak kaki kuda itu
telah berobah pula membelok kearah selatan, seperti juga hendak menuju kekota
Ui Jagi.
Ouw Hui sudah hendak
meninggalkan jejak kaki kuda itu, karena dianggapnya bahwa dia telah mengikuti
jejak yang keliru.
Tetapi tiba2 dia terpikir
sesuatu yang membuat hatinya jadi girang bukan main karena dia telah melihat
sesuatu, terpisah beberapa langkah dari tempatnya berada, dia melihat sebutir
kancing warnanya sama dengan warna kancing puteranya. Dan ketika dia mendekati,
matanya jadi terpentang lebar2.
Didekat kancing itu dia
melihat sebuah huruf Ho, nama puteranya. Hanya huruf itu agak, aneh ditulisnya,
entah dengan mempergunakan alat apa. Tampaknya seperti ditulis dengan
mencurahkan air dari poci.
Tetapi Ouw Hui tidak mau pusing2 memikirkannya. Hatinya sudah girang bukan main
melihat petunjuk tersebut. Dia yakin bahwa itulah perbuatan Ouw Ho, si nakal
yang memang memiliki banyak sekali akal bulus.
Cepat2 Ouw Hui menaiki kudanya
yang dilarikan keras sekali mengikuti jejak yang tidak perlu diragukan itu
lagi.
Kurang lebih satu lie dari
tempat tadi, jejak itu kemudian membelok ketimur lagi, untuk kemudian berobah
arah lagi kejurusan tenggara.
Yakinlah Ouw Hui kini, bahwa
jejak itu pasti akan menuntunnya ketempat persembunyian musuh dan dia sudah
mengerti mengapa arah jejak itu ber-obah2 terus, yaitu untuk membuatnya menduga
bahwa telah mengikuti jejak yang keliru dan segera melepaskannya.
Siasat orang2 icu benar saja
hampir dapat memperoleh hasil gemilang, kalau bukan Ouw Ho telah meninggalkan
sebuah petunjuk dan menggagalkan usaha orang2 itu.
Sepuluh lie lagi setelah
dilalui, tanpa dijumpainya sesuatu yang baru.
Dipercepatnya lari kuda
tunggangannya, tetapi suatu saat dia menjadi terkejut.
Dari depan dia melihat seekor
kuda dilarikan keras setali oleh penunggangnya.
Dalam sekejap mata saja kuda
itu sudah datang cukup dekat dan segera ,Ouw Hui dapat mengenali siapa
penunggang kuda yang lari kuat itu, dan membuat mata Ouw Hui jadi terpentang
lebar2, karena segera juga dia mengenalinya bahwa penunggang kuda itu tidak
lain Ouw Ho. Ouw Hui segera berteriak girang, penunggang kuda itu yang memang
Ouw Ho, yang sesaat kemudian sudah berhenti di samping ayahnya sambil tertawa
girang dan melompat untuk merangkulnya.
Waktu itu sudah mendekati
senja, matahari sudah menyilam dari cakrawala barat dan tidak lama pula cuaca
sudah akan gelap.
Ouw Hui cepat2 mengajak
anaknya kembali kekota Ui dan disepanjang jalan anak nakal itu menceritakan
pengalamannya.
0ooo0dw0ooo0
TERNYATA waktu ketiga orang
penculik itu membawa Ouw Ho keluar dari Ui, Ouw Ho ingin sekali memaki mereka,
tetapi urat gagunya telah ditotok sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah
perkataanpun juga.
Diam2 Ouw Ho telah memperhatikan
jalan yang dilaluinya. Didalam hatinya dia telah bertekad untuk melarikan diri,
setiap ada kesempatan.
Walaupun sudah mengetahui
bahwa ketiga penculik itu berkepandaiai tinggi semua, sedikitpun dia tidak
bimbang bahwa pada suatu waktu dia akan berhasil melarikan diri.
Dengan heran dia melihat
bahwa, setelah berjalan lurus keutara sepanjang empat atau lima lie, tiba2
mereka membelok kearah barat untuk kemudian dengan membuat setengah lingkaran
yang besar, menuju ketimur.
Mula2 Ouw Ho tidak mengerti mengapa
orang2 itu bersikap begitu aneh, tetapi tidak lama kemudian tahulah dia apa
sebabnya.
Didaerah sebelah timur dan
timur laut Ui tanahnya agak kering. Juga disamping itu bercampur pasir dan
rumputnya jarang sekali. Kalau mereka tadi langsung menuju ketimur atau ketimur
laut, bekas kaki kuda mereka akan terlihat jelas ditanah dan jejak mereka akan
mudah diikuti orang.
Agaknya penculik2 itu yakin
bahwa lewat tidak berapa lama lagi mereka pasti akan dikejar
Untuk menyesatkan
pengejarannya, atau se-tidak2nya mempersulit pengejarannya itu, mereka telah
menemukan cara yang sengaja menempuh jalan yang lebih panjang itu melalui tanah
yang berumput tebal, agar jejak mereka tidak kelihatan. Setelah mereka terpisah
cukup jauh, dari Ui,
barulah mereka berjalan
ketimur. Kalau kebetulan sipengejar menemukan juga jejak mereka ditanah kering
itu, tentu pengejar itu akan menduga jejak kaki kuda tersebut tentunya jejak
kaki kuda orang lain, karena menuju kembali ke Ui dari arah barat laut, jadi
bukan dari Ui. Hanya mereka ternyata tidak menduga, dalam keadaan putus asa
seperti itu, Ouw Hui mengikuti juga jejak itu, walaupun dia masih ragu2.
Setelah berjalan kurang lebih
satu jam pula, tiba2 mereka membelok kearah selatan, se-akan2 hendak menuju
kekota Ui. Siasat ini memang licik dan cerdik sekali, karena seseorang yang
mengejar mereka tentu akan menduga bahwa dia telah keliru mengikuti jejak orang
lain dan segera melepaskannya untuk mencari ketempat lain.
Tetapi sekali inipun mereka
tak dapat meta wan maunya takdir.
Ketika menotok sianak bermuka
hitam itu! mereka telah menotok agak perlahan, karena mereka hanya bermaksud
agar anak itu tidak bisa melawan dan berteriak lagi.
Dengan memiliki maksud untuk
mempergunakannya sebagai umpan, tentu saja mereka kuatir jiwa anak itu melayang
kalau tertotok terlalu keras.
Hanya mereka tidak mengetahui
bahwa anak itu telah memahami hampir seluruh ilmu silat keluarga Ouw, yang juga
memiliki suatu pelajaran mengerahkan Iwekang untuk membebaskan diri dari
pengaruh totokan yang bagaimana bentuknya.
Karena latihan lwekangnya
masih sangat kurang. Ouw Ho tidak bisa cepat membuka sendiri totokan itu,
tetapi setelah berlangsung beberapa saat, lebih dari dua jam, dia sudah bisa
bergerak lagi.
Seketika itu juga dia melihat
ketiga penculiknya telab merobah arah perjalanan se-akan2
hendak menuju ke-Ui. Ouw Ho
segera mengerti maksud pen-culik2nya itu. Tiba2 dia telah
menoleh dan berkata „Tolong
bernenti sebentar aku hendak kencing Tidak tahan nih "
Mendengar suaranya dan melihat
bahwa dia sudah bisa bergerak, ketiga orang itu tentu saja jadi kaget.
Tetapi mengingat bahwa
kepandaian ilmu silat anak ini belum berarti apa2, mereka tidak menjadi kuatir
karenanya.
Hanya saja orang yang membawa
Ouw Ho dipelananya tentu sajia kuatir kalau2 terkena air kencing Ouw Ho.
Dia segera menghentikan
kudanya dan menurunkan anak nakal bermuka hitam itu.
Ouw Ho bukan segera membuka
celananya dan kencing disitu juga. Dia berjalan kembali kearah yang tadi telah
dilewati dan dilalui mereka.
Orang2 itu tentu saja ssgera
memburu sambil berteriak : „Kau jangan coba2 melarikan diri".
Disaat itu Ouw Ho sudah
berhenti, sambil menoleh dia berkata ; „Siapa yang ingin melarikan diri ? Aku
hanya malu kencing dengan dilihat dan ditonton oleh kalian Ayo kesana sedikit, jangan
dekat2".
Legalah hati orang itu dan
mereka segera kembali ketempat kuda mereka.
Mereka bahkan telah
mentertawakan kekuatiran mereka sendiri, yang tidak beralasan. Bagaimana
mungkin seorang anak kecil seperti Ouw Ho ingin melarikan diti, sedangkan dia
tidak berkuda ?
Memang, dengan kepandaian yang
tidak seberapa itu, tidak mungkin sianak bermuka hitam itu melarikan diri,
karena mereka merupakan ahli2 silat belas satu yang sangat disegani oleh orang2
rimba persilatan.
Setelah ketiga musuhnya itu membatalkan
maksudnya mencari dia, bahkan telah menjauh-Ouw Ho segera membuka celananya dan
kencing.
Tetapi diluar dugaan penculik2
itu. dia bukan hanya sekedar kencing saja.
Ketika itu dia sudah
memutuskan sebutir kancing bajunya dan menjatuhkannya didekat tempat mereka
membelok tadi.
Ouw Ho kencing pun bukan
kencing asal kencing saja Dari tempat ketiga penculik itu tampaknya dia kencing
sambil ber-main2, tetapi sebenarnya dengan air kencingnya dia telah menulis
huruf Ho ditanah, yaitu huruf yang kemudian dilihat Ouw Hui dan membuatnya
yakin bahwa dia tidak keliru mengikut jejak penculik anaknya.
Setelah itu, dengan tenang dan
sambil ter-tawa2 Ouw Ho kembali menghampiri ketiga orang penculiknya. Sebagai
seorang anak yang cerdik, dia menyadari bahwa tiada gunanya dia berusaha
melarikan diri.
Kini dia puas, karena sudah
berhasil meninggalkan satu petunjuk yang pasti tidak akan meragukan ayahnya.
Dia juga yakin bahwa ayahnya tidak akan tinggal diam dan akan segera melakukan
penyelidikan.
Dia sudah memperhitungkan
bahwa penyelidikan itu tentu akan dimulai didaerah sekitar Ui, dan sudah tentu
ayabnya akan menemukan petunjuk penting yang telah ditinggalkannya itu.
Dugaan sinakal yang memiliki
seribu satu macam akal itu memang tidak meleset dan tanda2 yang ditinggalkannya
itu ditemukan oleh Ouw Hui, sehingga gagallah siasat ketiga penculik itu.
Mendengar cerita Ouw Ho sampai disitu, Ouw Hui tidak bisa menahan tertawanya
yang keras.
Didalam hatinya Ouw Hui telah
berpikir. "Sungguh luar biasa anak ini. Kelak tentu dia akan melebihi
ayahnya dan kakek moyangnya, kecuali Sui Thian Ho Li seorang".
Sinakal Ouw Ho segera
melanjutkan pula ceritanya:
Setelah Ouw Ho kembali
menghampiri ketiga penculiknya itu, perjalanan segera dilanjutkan pula.
Arah yang dituju mereka adalah
arah tenggara.
Kurang lebih satu jam kemudian
tibalah mereka disebuah daerab yang memiliki sumber air.
Disekelillng sumber air itu
tumbuh beberapa pohon, yang walaupun tidak seberapa tinggi tetapi cukup rindang
daunnya.
Kuda2 tunggangan mereka tiba2
menjadi sulit dikendalikan dan agak liar, mereka mendekati pohon2 itu, Hal itu
tidaklah terlalu mengherankan, karena setelah melakukan perjalanan begitu jauh,
binatang tunggangan tersebut tentu sudah letih dan haus dan ketika mencium bau
air mereka tidak dapat mengendalikan keinginan mereka, yang membuat ketiga
penculik itu sulit mengendalikan kuda tunggangan masing2.
Disamping itu, ketiga
penunggang itu sendiri juga sudah merasa cukup aman dengan bera darya mereka
didaerah tersebut.
JUGA bagi mereka tempat
berteduh dibawah pohon2 rindang itu bukannya tidak menarik, karena itulah
mereka lalu berhenti untuk melepaskan lelah dan mengisi perut.
Setelah ber jam2 berada di
bawah terik matahari, kesejukan udara dibawah pohon rindangi itu benar2 nikmat
sekali rasanya. Mereka juga agak malas untuk cepat2 melakukan perjalanan pula.
Sambil ber-malas2an dibawah
poton2 itu, mereka berusaha mengajukan rupa2 pertanyaan kepada Ouw Ho, yang
menjawab semua pertanyaan itu secara menyimpang.
Kurang lebih setengah jam
kemudian, pemimpin rombongan penculik itu merasa bahwa mereka sudah cukup lama
beristirahat ditempat itu dan dia telah perintahkan kawan2nya segera bersiap2
untuk segera melakukan perjalanan pula.
Ketika itu tiba2 dari arah
kota Ui terdengar derap langkah kaki kuda. Dengan terkejut mereka telah
menoleh, dan dari jauh tampak empat orang tengah mendatangi kearah mereka.
0ooo0dw0ooo0