-------------------------------
----------------------------
Jilid 2
WAJAH Biaw Jin Hong tampak
menyeramkan, ketika mendengar cerita puterinya tersebut.
"Kemana kawanan bangsat
itu telah pergi. Mengapa tadi aku tidak melihat mereka ? Apakah mereka sudah
berhasil menemukan tempa harta itu ?" tanya Biauw Jin Hong dengan suara
tergetar karena diliputi amarah dan murka yang sangat.
"Biauw Pehpeh tidak perlu
kuatir. Bangsat itu kalau sekiranya belum mati semua, tentu sedang saling
membunuh atau tengah merenungkan dosanya dalam saat2 menjelang
kematiannya" kata Ouw Hui. "Mereka memang telah menemuki terowongan
yang menembus ketempat penyimpanani harta itu. Ketika tadi adik Lan dan aku
bersama-sarna pergi melihat ke dalam sana, kami melihat mereka tengah bertempur
mati2an untuk memperebutkan harta karun itu. Hanya Posie Taisu yang tidak ikut
berkelahi, karena dia agaknya hendak membiarkan mereka saling membunuh dulu
agar kemudian dia bisa memiliki sendiri harta itu. Tetapi seketika melihat kami
berada disitu Posie telah menyerang kami dengan timpukan-timpukan batu permata
yang berserakan di situ. Kalau bukan adik Lan yang meminta aku menghentikan
timpukan itu, aku tentu akan terus menyiksa dia sampai mati. Walaupun akhirnya
aku membiarkan mereka hidup, tetapi mulut terowongan itu telah kututup dan
tidak seorangpun yang akan dapat meloloskan diri"
"Tahukah Biauw Taihiap,
siapa Posie Taisu itu?" tanya suara dari dalam goa itu.
"Posie Taisu adalah orang
telah mencelakai Ouw Toaya Ouw It To. Orang itu dulu kita semuanya mengenal
sebagai Giam Kie"
Dengan heran, menolehlah Biauw
Jin Hong kearah suara itu, kearah dalam goa itu. Ternyata Peng Ah Sie yang
berbicara.
Biauw Jin Hong memang belum
mengetahui adanya Peng Ah Sie disitu dan diapun belum mengenalnya. Karena itu
diapun terkejut sekali, karena diduganya Peng Ah Sie itu adalah seoraang musuh
yang telah berhasil menyelusup masuk ke dalam goa. tanpa diketahui oleh mereka.
Yang membangkitkan keheranannya ialah bahwa orang itu berbicara sambil rebah
ditanah dan sama sekali tidak berusaha bangkit berdiri.
Dalam kesibukannya untuk
memberikan penjelasan, Ouw Hui dan Yok Lan maupun kedua anak kembar itu
melupakan kehadiran Peng Ah Sie. Kini setelah orang itu membuka suaranya,
barulah mereka ingat dan cepat-cepat Ouw Hui memberitahukan kepada Biauw Jin
Hong tentang ini ikhwal Peng Ah Sie secara singkat.
Sudah dua puluh tujuh tahun
lamanya Biauw Jin Hong berusaha untuk menyelidiki racun yang membawa maut bagi
Ouw It To, yang selama itu menjadi teka teki baginya.
Dalam tekadnya untuk
membongkar rahasia itu, dia bahkan telah sampai bentrok keras dengan Tok Ciu Yo
Ong, raja tabib yang tangannya berbisa.
Dan seperti telah
diberitahukannya kepada Yok Lan, dia masih perlu membinasakan seseorang lagi,
yaitu membunuh seseorang sebelum ia mengundurkan diri dari rimba persilatan ia
ingin mencari pembunuh yang telah mencelakai Ouw It To dengan memoleskan racun
digolok.
Usahanya selama dua puluh
tujuh tahun itu tidak memberikan hasil sedikitpun juga dan rahasia kematian Ouw
IT To itu masih tetap tidak terpecahkan sama sekali baginya, semuanya gelap
bagi Biauw Jin Hong.
Kini dia mendengar Peng Ah Sie
berkata dengan suara yang begitu yakin, maka tentu saja Biauw Jin Hong jadi
tertarik dan telah mengawasi Peng Ah Sie dengan sorot mata yang tajam
"Bagaimana duduk
persoalan yang sesungguhnya ? Dan bagaimana kau bisa demikian yakin ?"
tanyanya.
Peh Ah Sie sudah hendak
membuka mulut untuk memberikan penjelasan, tetapi Yok Lan sudah mendahuluinya
bicara. "Peng Siok Siok, dengan terbakar begitu berat sebaiknya kau
beristirahat saja, dari penjelasanmu dan juga dari cerita beberapa orang jahat
disiang tadi aku sudah mengetahui semuanya dengan jelas sekali, Maka biarlah
aku saja yang mewakilimu untuk bercerita" kata sigadis.
Kemudian tanpa menantikan
jawaban Peng Ah Sie, Yok Lan telah menceritakan apa yang lelah didengarnya.
Yok Lan menceritakan bagaimana
Giam Kie yang kini sudah mengganti nama menjadi hwesio dengan gelar Posie Taisu
telah diutus oleh Ouw lt To untuk memberikan penjelasan kepada Biauw Jin Hong.
Tetapi kenyataannya Posie Taisu telah menterlantarkan tugas ini, sehingga
membuat urusan jadi berantakan bahkan menyebabkan permusuhan antara keluarga
Biauw, Hoan, Tian dan Ouw jadi berlarut-larut terus tanpa berkesudahannya. Juga
Yok Lan telah menceritakan bagaimana Giam Kie sengaja telah melaburkan racun
dikedua senjata yang dipergunakan oleh Ouw It To dan Biauw Jin Hong dalam
pertempuran tersebut atas perintah Tan Kui Long.
Dengan wajah yang tidak
berobah Kim Bian Hud mendengarkan cerita puterinya tersebut, tetapi didalam
hatinya dia sedih bukan main dan hatinya digelombangkan oleh amarah yang tiada
taranya.
Dihadapan matanya seperti
terbayang kembali pertempuran dengan Ouw It To dan teringat lah dia akan
keheranan dari ucapan Ouw It To diakhiri dari pertempuran mereka disaat Bian
Biauw Jin Hong telah menyatakan keyakinannya bahwa dia tidak yakin bahwa Ouw It
To membinasakan ayahnya.
Baru sekarang Kim Bian Hud
mengerti mengapa Ouw It To mengaku telah menjelaskan soal kematian ayahnya
dengan jelas. Baginya sudah jelas kini soal yang menyangkut kematian ayah nya.
Baginya semua sumber permusuhan keluarga Biau, Tian dan Hoan dengan keluarga
Ouw be pangkal dalam kesalahan dan kecerobohan pihaknya belaka, tetapi dengan
sia-sia dia menantikan
penjelasan tentang kema|ian
ayahnya. Dia menduga bahwa Peng Ah Ste telah memberikan penjelasan dan Yok Lan
tentu akan menceritakannya.
Tetapi diluar dugaannya sebab
musabab kematian ayahnya itu juga tak diketahui oleh Peng Ah Sie, sehingga dia
jadi ter-heran2 setelah puterinya selesai bercerita tanpa menjelaskan perihal
yang satu itu,
"Lalu bagaimana peristiwa
kematian ayah ku ?" tanya Kim Bian Hud sambil menoleh kepada Peng Ang Sie.
"Akupun tidak mengetahui,
karena dalam pesannya yang hendak disampaikan kepadamu dengan lewat Giam Kie,
Ouw Toaya hanya menyatakin akan mengajakmu melihat sendiri kelak" jawab
Peng Ah Sie.
"Memang persoalan
tersebut tentu tak akan diberitahukan kepada orang lain, kecuali kepada Biauw
Pehpeh sendiri oleh ayahku, maka Peng Siesiok tentu tentu tidak akan dapat
menjelaskan persoalan tersebut. Akan tetapi aku sendiri kebetulan juga telah
mengetahuinya. Hanya kukira sebaiknya sebentar lagi kuajak Biauw Pehpeh untuk
melihat sendiri setelah kita makan pagi sekedarnya" kata Ouw Hui.
Dalam saat2 penuh ketegangan
seperti itu, tidak seorangpun diantara mereka merasa lapar, tetapi seketika Ouw
Hui menyebut persoalan makan, semua tiba2 teringat bahwa semalaman sejak siang
tadi mereka belum mengisi perut.
Tidak lama setelah mereka
selesai makan, dan setelah membawa Yok Lan dan kedua anak kembar serta Peng Ah
Sie juga ke sebuah goa lain yang lebih sulit dicapai orang. Ouw Hui mengajak
Biauw Jin Hong keterowongan penyimpanan harta Cwan Ong.
Dengan kepandain mereka berdua
tidaklah terlalu sulit untuk menyingkirkan batu besar yang menyumbat mulut terowongan
tersebut. Dan sebuah pemandangan yang mengerikan terlihat oleh mereka didalam
goa itu.
Dibawah penerangan api obor
yang mereka bawa, terlihatlah tubuh manusia yang bergelimpangan. Sebagian besar
sudah tidak bernapas lagi sedangkan dua atau tiga orang diantaranya masih
merintih perlahan dan suaranya lemah sekali.
Dilihat dari luka yang mereka
derita, agak nya orang yang belum putus napas itu, juga tidak bisa hidup
terlalu lama lagi.
Jelaslah kini bahwa seperti
yang diduga oleh Ouw Hui begitu Ouw Hui berlalu orang2 tersebut telah bertempur
pula dan akhirnya mereka bersama-sama menerima bencana. Diantara yang mati
mayat Posie yang tampak sangat menyedih kan sekali.
Tubuh pendeta itu penuh dengan
luka bekas bacokan dan tusukan senjata tajam. Mungkin sekali tadi setelah
ditinggalkan Ouw Hui dalam keadaan lemah dan dengan menderita kesakitan
diseluruh tubuhnya, Posie diserang ramai-ramai oleh orang2 Thian Liong Bun dan
lainnya.
Mungkin juga dalam menghadapi
jalan buntu mereka lalu menumpahkan amarah kepada Po sie Taisu yang mereka
anggap sebagai bibit pendatang bencana, sehingga kini mereka harus mengalami
psnderitaan seperti itu.
Walaupun Biauw Jin Hong dan
Ouw Hui merupakan dua orang jago yang telah banyak menyaksikan
peristiwa-peristiwa yang hebat dan mengerikan, tidak urung mereka jadi
menggidik juga karena suasana didalam terowongan tersebut jadi demikian
mengerikan dan seram.
Darah tampak memenuhi sekitar
tempat itu dan juga bau busuk memancar dari mayat-mayat itu, yang mulai membeku
karena dinginnya udara di dalam goa tersebut. Darah yang telah membeku dan juga
mata yang mendelik dari mayat2 itu, membuktikan bahwa semua korban telah
menemui ajalnya dengan hati yang penasaran.
Tetapi betapapun juga itulah
hukuman setimpal bagi orang2 tamak dan jahat. Setelah dapat menenangkan
goncangan hatinya, Ouw Hui segera mengajak Kim Bian Hud masuk melintasi mayat2
yang telah bergelimpangan tidak keruan itu.
Dan tidak lama kemudian,
merekapun telah tiba di tempat yang dituju yaitu tempat yang berada di lapis
dinding, es yang satunya.
Seketika itu juga Kim Bian Hud
menjatuhkan diri dan menangis ter-isak2.
"Ayah, ternyata kau
disini menemui ajalmu, dicelakai oleh kawanmu sendiri" berseru Kim Bian
Hud dengan suara yang serak diantara isak tangisnya.
Kesedihan semakin menjadi
karena mengingat bahwa dengan tidak mengetahui sebab kematian ayahnya dia telah
harus pula kehilangan seorang yang per-tama2 dianggap sebagai musuh tetapi
kemudian berbalik mendatangkan perasaan kagum dan orang itu dianggapnya satu2nya
didunia ini yang pantas dan berharga untuk menjadi-sahabatnya.
"Ouw Hui Toako, aku mohon
beribu-ribu maaf atas dosaku " terdengar pula keluhannya. Ouw Hui ikut
terharu sekali melihat kesedihan Biauw Jin Hong, akan tetapi dia berusaha
menguatkan hatinya dan berusaha dia menghibur orang tua itu.
Bagi kedua orang kesatria yang
memiliki pendirian yang sama, memang tidak sulit untuk saling menyelami hati
masing2.
Kim Bian Hud yang telah
mengenal keluhuran budi Ouw It To dan kini menjumpai pula sifat yang sama dalam
diri Oui Hui, sudah tentu saja merasa bagaikan berjumpa dengan sahabat akrab
yang sudah lama dikenalnya.
Walaupun baru beberapa jam dia
berjumpa dengan pemuda ini, namun kenyataannya dia merasakan Ouw Hui layak
menjadi sahabatnya dan berharga untuk menjadi kawan sepengaduan nasib
Sebaliknya setelah mendengar cerita orang dan beberapa kali menyaksikan
perbuatan dan jiwa Kim Bian Hud yang luhur dan halus, yang tersembunyi dibalik
wajahnya yang kasar menyeramkan itu Ouw Hui pun sangat menghargai orang tua itu
disamping itu juga memang merasakan bahwa Biauw Jin Hong berharga sekali untuk
di jadikan sahabatnya.
Karena mensakan adanya
persesuaian itu, maka tidaklah sulit pula bagi Ouw Hui untuk menemukan kata2
yang tepat untuk menghibur Kim Bian Hud dari kesedihan hatinya.
"Pehpeh. aku mengerti dan
merasakan kesedihanmu, tetapi soal yang lewat tidak perlu terlalu disesalkan.
Baiklah, apa yang sudah lewat itu dijadikan pengalaman dan pelajaran untuk
menempuh dihari kemudian agar kelak kita bisa bertindak lebih waspada dan hati2
agar lebih sempurna dalam menentukan suatu keputusan. Kita hanyalah
pelaku-pelaku dalam sandiwara peredaran jaman, tetapi juga merupakan suatu
kewajiban kita untuk berusaha menjalankan peran sebaik-baiknya.
Sederhana sekali ungkapan Ouw
Hui tetapi luas dan dalam sekali artinya. Biauw Jin Hong segera dapat memahami,
bahwa didalam ucapan itu termasuk juga pernyataan Ouw Hui sendiri bahwa ia
sudah tidak menyesalkan kematian ayah nya dan soal balas membalas antara
keluarga mereka yang sudah berjalan lebih dari seratus tahun itu sesungguhnya
berpangkal hanya disebabkan kesalahan paham yang tidak berarti karena sikap
ceroboh dari leluhur mereka sedangkan peristiwa peristiwa itu tidak dapat
dilanjutkan tanpa adanya ketentuan yang pasti dan memang bijaksana jika
semuanya dilupakan dan dihapus saja. Sedangkan peristiwa-peristiwa yang harus
diingat untuk dijadikan contoh, adalah pengalaman pahit atas kecerobohan2 yang
seringkali dilakukan oleh mereka maupun leluhur mereka agar kelak mereka dapat
berpikir dan bertindak lebih bijaksana.
Sesaat lagi, mereka sudah
mulai bekerja untuk membebaskan jenazah ayah Kim Bian Hud dari lingkungan es
yang mengikatnya. Kemudian mereka juga membebaskan tubuh Tian An Pa dari
kurungan es dan menguburnya dalam sebuah lobang besar, bersama-sama dengan
mayat-mayat nya Posie Wie Sue Tiong, To Pek Swe, Lauw Goan Ho dan jago2 yang
lainnya.
Setelah menemukan dan
mengambil kembali tusuk sanggul Yok Lan dan golok pusaka Cwan ong, dengan
hati-hati mereka lalu membawa tubuh ayah Biaw Jin Hong itu keluar dari
terowongan. Dengan ikut disaksikan oleh Yok Lan dan kedua anak kembar asuhan
Ouw Hui jenazah orang tua yang malang itu telah dikubur secara layak di atas
puncak Giok Pit Hong.
Walaupun mereka sudah tidak
memiliki kepentingan apa2 lagi di gunung tersebut, mereka masih harus berdiam
disitu selama beberapa hari lagi sampai Peng Ah Sie sudah dapat berjalan.
Dan karena itu, untuk memiliki
tempat berteduh yang lebih baik Biauw Jin Hong dan Ouw Hui memutuskan untuk
menempati rumah Touw Sat Kauw yang sudah dikosongkan penghuninya.
Setibanya didalam rumah, Yok
Lan tiba teringat akan Khim jie yang kini entah bagaimana nasibnya.
Selama beberapa saat yang lalu
dia telah melupakannya tetapi kini disaat badai dan topan telah berlalu dia
jadi teringat kepada pelayannya yang setia itu.
Tetapi tidak sulit untuk
menemukan Khim jie, pelayan cerewet itu ternyata menggeletak ditempat jatuhnya
tadi setelah ditotok oleh Posie Taisu.
Setelah dibebaskan, dia segera
bangkit mulutnya segera juga telah terbuka lebar memaki
panjang lebar yang ditujukan
kepada Posie Taisu Saat itu tubuhnya masih terasa kaku tetapi lidah
nya ternyata sudah segera bisa
bergerak dengan lancar. Bagaikan hujan deras meluncurlah
pertanyaan tanpa menantikan
jawaban satu persatu, sampai disuatu saat, sambil tertawa
cekikikan karena merasa lucu
dan geli, dia telah bertanya kepada nona majikannya: "Siocia, baju
siapa yang kau pakai ? Kukira
aku masih bisa ikut masuk bersama didalam baju itu"
Memang disaat itu Yok Lan
masih mengenakan pakaian Ouw Hui yang berukuran sangat besar, keruan saja jadi
kebesaran untuk sigadis yang bertubuh kecil semampai itu.
Karena terjadinya peristiwa2
hebat tadi, maka tidak seorangpun memperhatikan kejanggalan2 itu, sedangkan Ouw
Hui dan Yok Lan juga telah melupakan pakaian itu.
Kini setelah Khim jie yang
nakal itu berkelakar demikian, barulah Yok Lan sadar dan dengan sikap yang agak
malu-malu dia segera mengajak pelayannya yang cerewet itu masuk ke dalam untuk
salin pakaian.
Rumah Tauw Sat Kauw ternyata
sudah di kosongkan benar2 tidak terlihat seorang manusia pun
juga.
Karena itu, mereka dapat
memilih kamar semaunya untuk beristirahat.
Dengan tenang lima hari
setelah lewat dan sementara itu luka2 Peng Ah Sie sudah sembuh sebagian besar.
Kim Bian Hud menetapkan agar
keesokan harinya mereka berlalu dari rumah itu.
Kini dia menghendaki agar
mereka tidak berpisah lagi, katanya semua itu hanya sekedar untuk menepati
janjinya kepada ibu Ouw Hui tetapi sesungguhnya orang tua yang hebat kepandaiannya
itu memang memiliki maksud lain yang tertentu dan telah direncanakan dalam
hatinya.
Selama berdiam lima hari
dirumah Touw Sat Kauw, Biaw Jin Hong telah memperoleh banyak kesempatan untuk
memperhatikan sifat sifat Ouw Hui dan mendengarkan ceritanya tentang
pengalaman2nya sejak kecil.
Semakin kagumlah dia jadinya
dan dalam hatinya timbullah keyakinan bahwa pemuda itu adalah pasangan yang
paling sesuai dan setimpal untuk bersanding dengan puterinya.
Semula dia masih khawatir jika
Ouw Hui sudah memiliki pilihan sendiri, maka dengan sangat berhati-hati sekali,
Biauw Jin Hong telah menanyakan apa rencana selanjutnya dari Ouw Hui dalam hal
berumah tangga untuk memperoleh keturunan. Dan Biauw Jin Hong bersedia jadi
wali Ouw Hui jika sudah memiliki pilihan.
Pertanyaan itu tentu saja
membuat Ouw Hui jadi gugup dan malu sekali.
Memang benar dia sudah
memiliki pilihan hati, yaitu Yok Lan, tetapi bagaimana dia bisa menyatakannya
langsung. Karena itu, setelah mengucapkan beberapa kata yang tidak jelas, dia
menyatakan bahwa sampai disaat dia telah berada di Soat hong-sancung beberapa
hari yang lalu,
dia masih bebas, belum terikat
oleh tali cinta. Dan setelah berdiam beberapa hari di Soat hong San cung
(Perkampungan di puncak gunung salju) barulah dia memiliki pilihan hati.
Tentu saja, jawaban yang
diberikan Ouw Hui sangat menggembirakan hati Biauw Jin Hong tetapi hasratnya
menjodohkan puterinya dengan Ouw Hui segera diutarakannya.
Keesokan harinya ramai-ramai
mereka turun gunung tersebut untuk kemudian menempuh perjalanan ke selatan.
Tujuan mereka yang pertama-tama ialah kota Cong Ciu di Holam. Tahun itu tiba
waktunya bagi Ouw Hui untuk mengunjungi kuburan kedua orang tuanya, sesuai
dengan kebiasaannya untuk berziarah setiap tiga tahun sekali.
Perjalanan dari pegunungan
Tiang Pek San ke Holam memang cukup jauh.
Terlebih pula karena kesehatan
Peng Ah Siei belum pulih keseluruhannya, maka tidak dapat mereka melakukan
perjalanan cepat2.
Dan setelah lebih dari sebulan
mereka baru memasuki wilayah propinsi Holam.
Disamping segala kesulitan itu
mereka juga menghindari kota2 besar dan jalan2 raya yang ramai dilalui orang
agar tidak mengalami kerewelan sehingga perjalanan mereka menjadi lebih lambat
dari semestinya.
Satu setengah bulan kemudian,
tibalah mereka di Congciu, selama dalam perjalanan itu, Biauw Jin Hong telah
memperoleh kenyataan bahwa Ouw Hui sangat memperhatikan segala kepentingan Yok
Lan, sebaliknya Yok Lan juga selalu mementingkan keperluan dan kesenangan Ouw
Hui
Walaupun Biaw Jin Hong sendiri
bukan seorang yang berpengalaman dalam hal asmara, namun sebagai seorang tua,
tahulah dia apa namanya gejala2 seperti itu. Kini tahulah Biauw Jin Hong
mengapa Ouw Hui membawa sikap malu2 ketika hendak menjawab pertanyaannya
mengenai perkawinan dan apa yang dilihatnya sekarang benar-benar menggembirakan
hatinya. Ternyata sekali angan2 dan harapannya yang selama ini dikandungnya,
rupanya akan terkabul.
Hari sudah gelap, ketika
mereka sampai di Cong ciu maka ziarah kekuburnya ayah ibu Ouw Hui itu harus ditunda
sampai keesokan harinya. Malam itu mereka menginap di penginapan satu2 nya di
kota kecil itu, ialah penginapan dimana Ouw Hui dilahirkan dua puluh tujuh
tahun yang lalu dan dimana Peng Ah Sie telah bekerja di waktu kecilnya dengan
mengalami kegetiran hidup sebagai pelayan miskin. Dapat dimengerti bahwa kedua
orang itu menjadi sedih karena teringat akan penderitaan masing2 yang memiliki
hubungan rapat sekali dengan rumah penginapan tersebut.
Tidaklah terlalu mengherankan
jika malam itu mereka tidak dapat tidur sekejap matapun.
Juga bagi Biauw Jin Hong
penginapan itu menimbulkan kenangan2an yang membuatnya risau dan hatinya rawan,
sehingga dia tidak dapat tidur. Terbayang juga dipelupuk matanya, bagaimana
dipekarangan rumah penginapan itu dia telah bertempur mati-matian selama lima
hari melawan Ouw It To dan menyusul juga dia teringat lagi akan perkenalannya
dengan wanita yang kemudian menjadi isterinya, yaitu ketika dia tengah
melakukan perjalanan ke Congciu untuk menjenguk makam Ouw It To suami istri.
Akhirnya dia tidak dapat berdiam lagi di dalam kamarnya dan keluarlah dia untuk
mencoba menguasai dan menindih perasaannya yang tergoncang itu dengan, berjalan
jalan diantara hembusan angin malam yang sejuk.
Malam itu jatuh ditanggal satu
bulan lima. Di langit terlihat rembulan dan kota kecil itu terbenam dalam
kegelapan. Sursma gelap suram seperti itu tentu saja semakin menindih dan
menyiksa hati Biauw Jin Hong yang selalu diganggu oleh kenang2an getir dimasa
lalunya.
Setelah sekian lama mundar
mandir akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke kamarnya.
Sambil menghela napas, dia
sudah berbalik dan hendak melangkah kembali ke dalam penginapan itu, ketika
tiba-tiba telinganya yang sudah terlatih mendengar bunyi langkah kaki orang di
atas genting.
Bunyi itu sanhat perlahan
sekali, hampir sama sekali tidak terdengar, karena lebih ringan dari jatuhnya
sehelai daun kering. Tetapi berhubung pendengaran Biauw Jin Hong memang
terlatih sangat baik, maka dia telah berhasil mendengarnya dengan jelas.
Setelah memandang
sekelilingnya, dia segera melompat ke atas genting. Sekitar tempat itu sunyi
dan gelap sekali. Dari tempat mengintainya dia melihat sesosok bayangan
melintasi wuwungan menuju ke arah kamarnya, kemudian terlihat pula sesosok
tubuh lain yang menyusul.
Dengan penuh kewaspadaan, dia
mengikuti kedua bayangan tadi. Berkat kepandaiaannya yang sudah tiada taranya,
dia dapat mendekat tanpa mereka ketahuinya.
Kedua tamu tidak diundang itu
ternyata bukan hanya menuju ke kamarnya, tetapi juga ke kamar sebelah yang
ditempati Ouw Hui. Semakin memperhatikan gerak gerik mereka itu, Biauw Jin Hong
jadi semakin curiga dan dia bersiap untuk membekuk kedua orang itu, jika saja
mereka memang mengandung maksud yang baik. Tetapi sebelum turun tangan dia
hendak memperoleh kepastian dulu tentang tujuan mereka.
Sesaat kemudian bayangan yang
pertama telah melompat turun dan mendekati jendela.
Tepat di saat itu pula
bayangan yang kedua telah menubruk dari atas dan menyerang dengan hebat kearah
sosok bayangan pertama tadi.
Yang diserang ternyata memang
cukup gesit dan memiliki ilmu yang tidak lemah, dengan mudah dia telah
menangkis serangan itu dan ke uanya segera terlibat dalam suatu pertempuran
yang cukup seru dan menimbulkan angin pukulan yang men-deru2 membuktikan bahwa
mereka memiliki tenaga serangan yang luar biasa.
Kini Biauw Jin Hong tidak
dapat bersabar lagi. Salah seorang dari kedua orang itu tentu saja dua orang
lawan.
Tetapi dalam kalangan rimba
persilatan sering terjadi peristiwa aneh, maka sebelum memiliki bukti dia tidak
bisa menentukan siapa dian-tara mereka yang datang dengan maksud buruk
Di samping itu dia juga
khawatir jika kedua orang itu masih akan disusul oleh kawan2nya yang lain pula,
karena bukankah mereka datang dengan cara saling susul seperti tadi ? Dan
kemungkinan besar di belakang masih terdapat kawan2 mereka.
Karena pertimbangan2 seperti
itu, maka Biauw Jin Hong memutuskan untuk lebih dulu membuat kedua orang itu
tidak berdaya, kemudian baru memeriksa mereka seorang demi seorang
Demikianlah ketika kedua orang
itu hendak bertempur, tiba2 melayang sesosok tubuh yang turun dengan cepat
sekali karena sosok bayangan itu tidak lain dari Biauw Jin Hong sendiri.
Dia melayang ke arah kedua
orang itu disertai dengan serangan menotok dengan cepat ke arah jalan darah Ki
Kut Hiat dibahu mereka,
Sesungguhnya kedua orang itu
bukan orang sembarangan yang memang memiliki ilmu cukup liehay, tetapi karena
mereka tidak menduga sama sekali akan diserang demikian rupa oleh Kim Bian Hud
dan juga kepandaian Kim Bian Hud memang sudah sempurna sekali, tidak
mengherankan tanpa memberikan perlawanan lagi keduanya segera rubuh terkulai
tidak berdaya dan telah menjadi korban totokan Kim Bian Hud.
Tepat disaat itu jendela kamar
Ouw Hui telah terbuka dan terdengar suaranya yang per...
Oooo hal 26-27 hilang oooO
apa kau hendak mencegah aku
melaksanakan maksudku ?"
Dan serentak itu pula,
keduanya telah bersiap2 hendak saling menerjang pula, tetapi Biauw Jin Hong dan
Ouw Hui memegang mereka kuat2 sehingga keduanya tidak bisa terlepas.
"Jiewie, sabarlah dulu
sebaiknya kita bicaj ra secara tenang. Agaknya ada salah paham diarj tara
kalian. Mari, duduklah kalian dan bicaralah] dengan sabar agar persoalan ini
menjadi terang dan jelas" bujuk Ouw Hui.
"Ciong Lotoa, coba kau
ceritalah dulu" kata Biauw Jin Hong, setelah kedua orang itu berhasil
dibujuk untuk tidak saling menerjang! dan menyerang.
"Secara kebetulan sekali,
kami bertiga bersaudara mendengar tentang maksud pemerintah penjajah untuk
memasang perangkap menjebak kalian. Ketika itu kami berada di Pakkhia dan dari
kawan2 disana kami mendengar tentang perisiapan mereka. Karenanya kami lalu
terus menerus mengikuti melakukan pengintaian dan ketika rombongan siewie kelas
satu itu berangkat keselatan, kami terus mengikutinya. Tujuan mereka ternyata
kota kecil ini, dimana menurut keyakinan mereka kalian tentu akan datang. Entah
dengan cara apa mereka dapat mengetahui bahwa kalian tentu akan kemari dalam
beberapa hari ini tetapi kenyataannya memang dugaan mereka benar dan tidak
meleset sedikitpun juga" Tiauw Bun mulai dengan ceritanya.
"Dengan mengikuti terus
untuk mengawasi gerak-gerik mereka sepanjang jalan, kami mengetahui bahwa
bangsat itulah yang memimpin rombongan kuku garuda rersebut ... "
"Bangsat apa ? Kau
sendiri yang bangsat!" memotong Tiat Ciauw dengan mata mendelik.
"Sabarlah, Ciu Toako. Dan
kau, Ciong Toako harap jangan menyebutnya dengan kata2 bangsat lagi" ujar
Ouw Hui sambil tertawa, "Nah, coba lanjutkan ceritamu"
"Begitulah, setelah tiba
disini, setiap hari kami melakukan pengawasan dan pengintaian secara bergilir.
Setelah seminggu tidak terjadi apa2 dan malam ini, tadi ketika aku menggantikan
Lo san melakukan tugas mengawasi gerak-gerik mereka, kulihat sesosok bayangan
keluar dari tempat penginapan mereka, yaitu dibagian belakang gedung Tiekoan.
Aku jadi curiga, maka aku telah mengikutinya. Bayangan itu ternyata dia adanya
dan tujuannya adalah penginapan ini. Ketika tadi aku melompati tembok belakang,
kulihat si putih kudamu maka aku mengerti bahwa kalian sudah tiba. Karenanya
aku jadi semakin curiga Kulihat dia melintasi wuwungan, kemudian mengintai
kedalam sejenak dan segera turun ke bawah. Aku yakin bahwa dia sudah menemukan
kamar salah seorang dari kalian dan segera turun tangan menyerang. Aku tak
sabar pula maka segera aku menyerangnya . . .
"Tahu apa kau ? Mengapa
tidak keruan juntrung kau menyerang diriku tanpa menyelidiki dulu
maksudku" menyetek Tiat Ciauw. "OuwToako rombongan pengawal dari kota
raja itu memang dipimpin olehku. Aku telah mendapat perintah dari atasan.
Tetapi sebagai seorang yang telah berhutang budi demikian besar dari kau, Ouw
Toako maka mana bisa aku berlaku begitu rendah dan keji untuk mempersulit
kalian ? Terlebih lagi dengan kepandaianku yang demikian terbatas dan
sebawahanku yang lebih2 tidak punya guna apa yang sesungguhnya dapat kami
lakukan?"
"Malam ini aku mendengar
laporan dari mata2 yang kupasang di kota ini bahwa kalian sudah tiba, maka
cepat2 aku kemari untuk memberikan bisikan disamping itu juga sekalian
merundingkan bagaimana kita harus mengatur siasat agar Ouw Toako tidak usah
repot dan aku sendiri tidak perlu kehilangan nama dan sesuap nasi"
Ternyatalah kini bahwa Tiauw
Bun dan.Tia Ciauw kedua2nya tidak melupakan budi Ouw Hui Dan kini hendak
membuktikan bahwa mereka masing2 memang laki2 sejati yang tidak takut menempuh
bahaya untuk membalas budi yang pernah diperolehnya dari Ouw Hui.
Setelah persoalannya menjadi
jelas, sejenak Tiauw Bun dan Tiat Ciauw saling memandang dengan sikap
ke-malu2an- Lalu keduanya tertawa gelak2 dan saling meminta maaf.
Dengan lenyapnya ganjelan dan
kecurigaan karena salah paham itu, mulailah mereka berunding.
Peristiwa mengamuknya Kim Bian
Hud di penjara istana untuk menolongi Hoan Pangcu telah menggemparkan seluruh
kota raja dan martabat pemerintah Boan telah merosot karenanya
Sebelum lewat sebulan, disaat
kegemparan itu belum mereda, telah datang pula berita tentang gagalnya disaat
Say Congkoan digunung Giok Pit Hong, dan rupanya berita itu masih kurang
mengejutkan, sebab beberapa hari kemudian telah datang pula berita yang lebih
mengejutkan yaitu mengenai kematian Say Congkoan dan kedua belas siewie kelas
satu, ber-sama2 dengan jago2 undangan mereka, yaitu Leng Ceng Kiesu dan lainnya
sehingga berita itu telah merupakan berita yang menggemparkan disamping nama
Kim Bian Hud semakin mengorbit menjadi sangat terkenal dan menjadi bahan cerita
yang telah membuktikan bahwa Kim Bian Hud memang tiada
tanding di dunia ini. Bahkan
ada juga yang menduga bahwa Kim Bian Hud bukan manusia, melainkan setengah dewa
karena walaupun dikepung jago berkepandaian tinggi dalam jumlah begitu banyak,
kenyataannya dia masih bisa melayaninya dengan baik dan bahkan membasmi jago2
itu tanpa Biauw Jin Hong sendiri menemui cidera sedikit juga.
Dapatlah diperkirakan betapa
gusar dan murkanya Kaisar Kian Liong ketika menerima laporan seperti itu.
Disamping Ang Hwa Hwe kini
telah ada lagi yang berani menentang kekuasaannya. Dan begitu mudah orang2 yang
menjadi jago2 kepercayaannya telah terbinasa ditangan Kim Bian Hud
Dan yang lebih memalukan lagi
Kim Bian Hud telah mengacau di kota raja dengan apa yang pernah dilakukan oleh
Ouw Hui sembilan tahun sebelumnya. Kedua jago itu Biauw Jin Hong dan Ouw Hui
seperti juga ingin mengejek dan memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah Boan.
Segera diperintahkannya agar kedua jago hebat yang harus mempertanggung
jawabkan kematian Say Congkoan itu ditangkap, dengan jalan apapun juga maupun
dengan pengorbanan berapa besar yang dibutuhkan. Kaisar menghendaki Biauw Jin
Hong dan Ouw Hui baik hidup maupun dalam keadaan mati.
Sejak kegagalan Say Congkoan
sebanyak dua kali melaksanakan tugasnya, kepercayaan pemerintah terhadap
kesanggupan dan kemampuan para siewie bangsa Boan telah goyah, terutama untuk
menghadapi jago2 hebat seperti Ouw Hui dan Kim Bian Hud.
Sebaliknya, sejak peristiwa
pengacauan Ouw Hui sembilan tahun yang lalu nama pengawal2 Hok Kong An yang
hampir keseluruhannya terdiri dari orang2 Han, telah memperoleh nama yang baik
dihati kaisar Kian Liong dan memper oleh penghargaan yang setinggi-tinginya
dari kaisar.
—oooQdwQooo—
SESUNGGUHNYA jago2 seperti Ciu
Tiat Ciauw dan sute2nya bukanlah sebangsa manusia-manusia jahat dan bermartabat
rendah. Terlebih pula setelah mengalami pil pahit di tangan Ouw Hui dan Wang
Seng, keangkuhan mereka telah lenyap. Dan akhirnya mereka sering kali
menghubungi dan mengikat tali persahabatan d ngan orang2 Kang ouw bahkan
seringkali secara diam2 mereka memberikan bisikan jika seseorang jago rimba
persilatan menghadapi ancaman bahaya dari pihak perintah Boan.
Oleh sebab itulah maka dalam
melakukan tugas selama bertahun-tahun terakhir itu, mereka tidak pernah
mengalami kesulitan yang berarti apa2. Dalam anggapan pemerintah Boanceng,
semua itu hanya disebabkan mereka ditakuti dalam lingkungan Bulim ( rimba
persilatan ), berkat ketrampilan dan kepandaian mereka yang sangat tinggi serta
sempurna.
Sekarang ini untuk menangkap
kedua jago yang menggemparkan seluruh rombongan dengan dibantu oleh seorang
Boan yang menggantikan ke dudukan Say Congkoan sebagai komandan pengawas dan
pengawal istana kaisar. Nama pengganti Say Congkoan itu Halutu dan rombongan
itu memiliki kekuatan seratus orang jago pilihan, lima puluh siewie dari istana
Hok Kong An yang hampir keseluruhannya orang Han dan lima puluh orang jago istana
kaisar yang sebagian besar berkebangsaan Boan.
Pemerintah Boanceng memiliki
maksud tertentu dengan mengirimkan rombongan yang terdiri dari jago2 campuran
itu.
Tiat Ciauw dan orang2
sebawahannya memang sudah banyak berjasa kepada pemerintah Boan, tetapi Kaisar
Kian Liong masih belum yakin secara mutlak akan kesetiaan mereka.
Maka diikuti sertakannya
Halutu dan orang2 sebawahannya itu agar pihak yang satu dapat menambah
kekurangan dari pihak yang lainnya, sedangkan pihak Tiat Ciauw berarti ada yang
mengamat-amati dengan cermat.
Demikianlah cerita yang
diberikan oleh Tiat Ciauw mengenai latar belakang gerakan yang dipimpinnya yang
semuanya terdiri dari jago2 pemerintah Boan tersebut.
Hanya saja mengenai sebab
musabab pemerintah dapat meramalkan bahwa Kim Bian Hud tentu akan berkunjung ke
Congciu, dia tidak dapat memberikan keterangan karena memang dia sendiripun
tidak mengetahui dari sumber mana Kaisar Kian Liong bisa mengetahui mengenai
perihal itu.
Dengan setiap gerak-geriknya
selalu diawasi Halutu, maka memang cukup sulit bagi Tiat Ciauw untuk
menghindarkan pertemuan antara rombongan siewie dengan rombongan Kim Bian Hud.
Jika tidak lebih dulu memberikan bisikan dengan menjumpai Ouw Hui secara diam2
dan mengatur siasat ber sama2 maka pertemuan itu sulit dielakkan. Untuk
mencapai maksudnya itu, dia telah menempatkan seorang mata2 di dekat
penginapan, yang harus segera memberi laporannya jika rombongan Ouw Hui sudah
tiba di kota kecil tersebut.
Waktu memperoleh berita
mengenai kedatangan Ouw Hui, cepat2 dia pergi ke penginapan di mana Ouw Hui dan
Kim Bian Hud berada, untuk menjumpai mereka dan ingin berunding mencari jalan
keluar yang baik agar dapat mengelakkan pertempuran diantara mereka
Kepada Halutu dan jago2 yang
lainnya dia mengatakan hendak melakukan pengintaian ditempat musuh, sambil
mencegah mereka mengikutinya dengan alasan bahwa musuh2 itu sangat hebat sekali
kepandaiannya, dan kemungkinan pula mereka lebih hebat kepandaiannya dari yang
di duganya. Dengan berkawan banyak mendatang-tempat musuh, tentu saja
gerak-gerik mereka jadi kurang lelusa dan sekali saja mereka melakukan
kesalahan kekil tentu musuh akan curiga dan berwaspada, sehingga rencana mereka
akan berantakan.
Semua siewie itu mengetahui
bahwa diantara mereka hanya Tiat Ciauw yang berkepandaian tertinggi dan ilmu
meringankan tubuhnya memang sangat sempurna.
Karena itu, akibat dari
keterangan Tiat Ciauw, mereka telah menganggap sangatlah beralasan jika Tiat
Ciauw ingin melakukan penyelidikan ke tempat lawan hanya seorang diri.
Setelah mengetahui semua
peristiwa itu, di antara Ouw Hui dengan Tiat Ciauw telah diatur siasat, dimana
agar malam itu juga Kim Bian Hud dan rombongannya secara diam menyingkir
kesebuah kuil rusak, kurang lebih lima lie dari kota yang selama beberapa hari
itu telah dipergunakan sebagai tempat meneduh oleh Ciong Sie Sam Hengte ( tiga
bersaudara Ciong ) Kemudian menjelang fajar Tiat Ciauw akan mengirim bawahan
nya untuk mengepung dan menyergap penginapan itu Selanjutnya setelah sergapan
yang tidak berhasil itu, dengan mengemukakan alasan bahwa musuh yang mereka
incar itu sudah melarikan diri sehingga tidak ada gunanya berdiam lebih lima di
situ, Tiat Ciauw akan memberikan saran agar Halutu mau berangkat, meninggalkan
kota Congciu dan kembali ke kota raja.
Dengan demikian keesokan
harinya Kim Bian Hud dan Ouw Hui. dapat berziarah ke kuburan Ouw It To suami
istri tak khawatir lagi.
Dan jika Ouw Hui dan Biaw Jin
Hong me nyetujui usul dan siasat itn bukan disebabkan mereka takut menghadapi
rombongan siewie tersebut. Sebagai jago yang bijaksana dan berpikir luas mereka
mengakui bahwa cara itulah memang yang terbaik untuk kedua belah pihak
menghindarkan diri dari segala macam kepusingan yang tidak ada artinya.
Dengan demikian Tiat Ciauw
tidak akan kehilangan nama nama dan kedudukannya. Bagi pihak Kim Bia Hud dengan
adanya Tiat Ciauw di Pakkhia yang menjabat kedudukan tinggi serta penting
memang memiliki manfaat yang tidak kecil.
Dari itu menjelang tengah
malam ketika mereka telah selesai berunding mengatur siasat, maka Tiat Ciauw
berpendapat bahwa waktu untuk berpindahnya rombongan Kim Bian Hud sudah tiba
dan sangat mendesak sekali. Dia menganjurkan agar mereka tidak mem-buang2 waktu
lagi dan dia sendiri akan segera kembali ke tempat penginapan pasukannya yaitu
di belakang gedung Tiekoan.
Tiat Ciauw sudah hendak
berlalu ketika tiba2 terdengar suara berkeresek yang perlahan sekali diatas
genting dan menyusul itu empat batang pisau terbang menyambar dari luar
jendela-Itulah suatu peristiwa yang tiba2 sekali terjadinya yang tidak pernah
diduga oleh mereka.
Ketika hendak bertolak dari
Pakkhia, Halutu telah memperoleh perintah rahasia dari Kaisar Kian Liong untuk
memperhatikan dan mengamat amati gerak gerik Tiat Ciauw maupun kawan-kawannya.
Sesuai dengan perintah itu, maka
ketika Tiat Ciauw mengatakan hendak melakukan penyelidikan di tempat lawan dia
hanya mengangguk menyatakan persetujuannya. Tetapi, dengan diam2 dia kemudian
menyusul dan mengikuti secara diam-diam di belakang Tiat Ciauw.
Dan kedatangan Halutu bertepatan
dengan tertawannya Tiat Ciauw dan Tiauw Bun oleh Biauw Jin Hong, sehingga dia
dapat mendekati tempat itu tanpa ada yang mengetahui.
Seluruh percakapan di dalam
kamar Ouw Hui telah didengarnya dengan jelas.
Di dalam hatinya dia mengutuk
Tiat Ciauw dan memuji Kaisar Kian Liong yang ternyata sudah dapat menerka
dengan jitu akan terjadinya pengkhianatan seperti itu.
Disamping itu Halutu juga jadi
girang sekali. Kini dia melihat suatu kesempatan untuk membuat jasa dan
mengangkat nama sekalian memuaskan hatinya yang merasa iri dan sirik terhadap
Tiat Ciauw.
Walaupun dia tidak pernah
mengatakan apa2 sesungguhnya dia tidak puas melihat Tiat Ciauw yang diangkat
menjadi pemimpin rombongan itu, Di dalam hatinya dia tidak percaya bahwa Tiat
Ciauw berkepandaian jauh lebih tinggi dari ke-kepandaiannya sendiri, bahkan
menurut keyakinan nya justru dia yang jauh lebih hebat dari Tiat Ciauw.
Mengenai Bian Hud dan Ouw Hui,
dia hanya mendengar dari cerita orang.
Kini dia melihat bahwa yang
seorang tampaknya seperti seorang yang berpenyakitan kurus dan pucat sedang
yang seorang lainnya hanyalah seorang pemuda desa yang bermuka kasar.
Halutu tidak percaya bahwa
kedua orang itu yang keadaannya seperti itu, bisa memiliki kepandaian yang
sangat tinggi seperti cerita rekan2nya yang kembali dari Soat Hong Sancung
dalam keadaan yang menyedihkan, dan diam2 Halutu hanya menganggap bahwa justru
rekan-rekannya itulah yang tidak punya guna dan sengaja bercerita dengan
berlebihan ditambahi bumbu di sana sininya untuk menutupi malunya sendiri dan
melindungi nama mereka dari kehancuran.
Dan memang sungguh malang
orang yang tidak tahu diri seperti Halutu, karena bukannya dia berhasil
mendirikan pahala dan jasa untuk pemerintahnya dan juga bukannya dia memperoleh
nama harum tetapi sebaliknya dari angan2nya yang terlampau muluk itu,
tindakannya justru akan mendatangkan bencana hebat baginya.
Setelah mendengar seluruh
percakapan didalam itu, dia berpendapat bahwa saatnya untuk bertindak sudah
tiba.
Tangannya meraup kedalam saku
senjata rahasianya. Dengan menggenggam beberapa batang piauw, dia kemudian
melompat turun dan melontarkan sekian banyak senjata rahasia itu kedalam kamar
lewat jendela yang terbuka itu.
Menurut perhitungannya, dengan
mempergunakan kelengahan dari ke empat jago itu setidak-tidaknya dia akan dapat
merubuhkannya beberapa orang diantara mereka.
Dengan demikian pekerjaannya
tentu saja jadi jauh lebih ringan dan dapat melaksanakan tugasnya lebih mudah.
Sebagai orang Boan umumnya
dimasa itu Halutu pun selalu menganggap dirinya jauh lebih sempurna dari orang2
Han.
Karena kecongkaan dan
kesombongannya ituah dia terlalu meremehkan kegagahan orang2 yang tengah
diincarnya itu dan dia yakin benar bahwa dia akan berhasil dengan baik.
Namun alangkah terkejutnya dia
ketika tepat di saat kakinya menyentuh bumi. se-konyong2 dua batang piauwnya
sendiri melayang kembali dan menghajar dada dan pinggangnya.
Ketika serangan gelap Halutu
itu dilancarkan, Tiat Ciauw dan Tiauw Bun sedang berpamitan dari kedua tuan
rumah dan punggung mereka menghadab ke jendela.
Tetapi sebagai jago2 yang
memiliki kepandaian sangat tinggi, serangan tiba-tiba itu tidak membuat mereka
menjadi gugup. Dengan menjatuhkan diri bergulingan dilantai, mereka dapat
menghindarkan diri dari serangan piauw itu.
Dua batang piauw yang meluncur
ke arah Ouw Hui dan Biauw Jin Hong juga tidak berhasil mengenai sasarannya.
Mereka yang kebetulan tengah menghadap ke arah jendela dengan mudah dapat
menangkap kedua senjata rahasia tersebut dan melontarkannya kembali kepada penyerang.
Halutu adalah seorang akhli
gwakhe, yang telah menguasai ilmu weduk Tiat Pau San.
Walaupun pengambilan piauw
dari dalam kamarr itu jitu sekali mengenai dada dan pinggangnya, dia tidak
rubuh hanya merasa kesakitan. Tetapi sesaat kemudian dia sudah melompat masuk
dengan gerakan yang gesit sekali.
Dan disaat itu, walaupun
Halutu telah melihat sendiri betapa hebatnya kepandaian lawan2nya itu, namun
kenyataannya Halutu sama sekali tidak menyadarinya bahwa dirinya bukanlah
tandingan dari lawan2nya yang berkepandaian hebat
Dia tetap saja telah melompat
masuk melancarkan serangan mengandalkan ilmu weduk yang dimilikinya, serta
keampuhan tenaga pukulannya.
Kedatangan Halutu disambut
Biauw Jin Hong sedang Ouw Hui dan lainnya berdiam di pinggir
Ouw Hui dan kawan2nya
mengetahui bahwa sebagai seorang jago yang ternama seperti Biauw Jin Hong
merasa terhina jika mereka membantu,
Terlebih lagi yang harus
dihadapi itu hanya seorang belaka dan dalam hatinya, Ciu Tiat Ciauw ingin
sekali turun tangan untuk cepat2 membinasakan Halutu, karena dia sadar bahwa
kedudukan nya yang sangat tinggi itu terancam bahaya.
Jika memang Halutu dapat
meloloskan diri dia tentu akan dituduh sebagai penghkianat dan dia di-kejar2
pemerintah Boan.
Jika dapat ingin sekali dia
cepat2 menghabiskan riwayat Halutu untuk menutup mulutnya.
Tetapi setelah Biauw Jin Hong
mendahului dia terpaksa mengekang hasratnya,
Kim Bian Hud adalah seorang
yang telah menepai tingkat tertinggi dalam bidang ilmu silat.
Kepandaiannya dalam ilmu
Iwekhe dan gwakhe sudah sangat sempurna sekali dan ilmu weduknya yang disebut
Kim Ciong To juga jarangi ada tandingannya.
Jika ingin dibandingkan dengan
Halutu, jelaslah bahwa kepandaiannya masih dua atau tiga tingkat lebih tinggi,
tetapi didalam pertempuran itu dia memang sengaja hendak bertanding
mempergunakan ilmu gwakhe.
Dengan sama2 mengandalkan ilmu
weduk, mereka mengutamakan serangan dan hanya menangkis jika musuh menyerang
kepala.
Ramai sekali pertempuran itu,
pukulan2 dahsyat ke arah tubuh lebih banyak dibiarkan dan dibalas dengan
pukulan pula.
Jelaslah bahwa dalam ilmu
mengerahkan tenaga kasar itu keduanya berimbang, tetapi mengenai kelincahan Kim
Bian Hud tetap jauh melebihi lawannya.
Karena itu Kim Bian Hud bisa
lebih banyak melancarkan pukulan, sedangkan Halutu lebih banyak menerima
pukulan hanya dapat melancarkan pukulan sekali2 saja.
Walaupun adanya kemenangan
diatas angin seperti itu, tetapi dengan cara bertempur mereka seperti itu tentu
saja sulit bagi Kim Bian Hud untuk memperoleh kemenangan di dalam waktu yang
sangat singkat.
Onw Hui dan Tiauw Bun
menyaksikan dengan kagum, sebaliknya Tiat Ciauw merasakan bagaikan menginjak
ribuan jarum.
Tiat Ciuw sadar kalau
pertempuran itu ber-larut2 sehingga kawan2 Halutu datang, rahasianya akan
bocor, wraaupun Halutu akhirnya dapat dirubuhkan Biauw Jin Hong dan mati.
Akhirnya karena tidak sabar
lagi, Tiat Ciauw berteriak nyaring: "Biauw Taihiap janganlah mengasihani
dia, kasihanilah aku"
Teriakan yang bernada memohon
itu menyadarkan Biauw Jin Hong akan bahaya mengancam orang she Ciu tersebut.
Dia mengakui dalam pertempuran tidak boleh murah hati kepada lawan.
Segera juga dia merobah cara
bertempurnya dan cara serangan2nya.
Setiap pukulan disertai dengan
pengerahan tenaga dalam. Ilmu weduk memang sukar ditembus dengan serangan
tenaga kasar, tetapi tidak bisa bertahan lama terhadap serangan yang
menggunakan tenaga Iwekang. Cepat atau lambat kekebalan itu tergantung tenaga
Iwekang penyerangnya. Menghadapi serangan Iwekang Bian Hud, kekebalan Halutu
hanya dapat bertahan sesaat saja dan pecah setelah menerima pukulan beberapa
kali rubuhlah dia tertotok Taiyanghiatnya.
Walaupuu Kim Bian Hud tidak
mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya cukuplah totokannya itu di jalan penting
untuk membuat Halutu terluka berat dan kepindaiannya musnah sama sekali.
Setelah merubuhkan lawannya,
Kim Bian Hud melompat mundur. Dia tidak tega menurunkan tangan untuk
menghabiskan jiwa Halutu.
Ciu Tiat Ciauw tak sabar lagi,
sambil berseru memintakan maaf kepada Biauw Jin Hong melompatlah dia kepada
Halutu dan menghabiskan jiwanya dengan menotok Toa Tui Hiatnya.
Dengan persetujuan semua orang
mayat Halutu ditinggalkan menggeletak di lantai itu.
Tiat Ciauw segera berpamitan
dan bersama Tiauw Bun kembalilah dia ke gedung Tiekoan.
Tiat Ciauw masuk mempersiapkan
sebawahannya untuk mengadakan pengepungan.
Tiauw Bun cepat2 mencari
adiknya dan mengajaknya menyongsong rombongan Kim Bian Hud
Semua berjalan lancar. Orang2
yang hendak ditawan sudah lenyap, tetapi di dalam kamar itu dijumpai mereka
mayat Halutu dan mereka menarik kesimpulan bahwa Halutu dipergoki lawan dan
dibinasakan, yang kini telah melarikan dirii
Sedikitpun mereka tak menduga
bahwa semua itu akalah hasil pekerjaan pemimpin mereka
Setelah para siewie hari itu
juga berangkat kembali ke Pakhia barulah keesokan harinya Biauw Jin Hong
mengajak seluruh rombongannya yang kini bertambah tiga orang bersaudara she
Ciong itu berziarah kemakam Ouw It To.
Waktu mereka tiba di tempat
yang di tujui itu semua orang terkecuali Peng Ah Sie dan kedua anak kembar
telah menjadi heran bukan main karena Ouw Hui menyediakan alat2 smbahyang
Sedangkan yang mereka ketahui
hanya suami istri Ouw It To yang dikubur di situ.
Dengan air mata berlinang
membasahi pipinya, Ouw Hui menjelaskan bahwa abu jenazah adik angkatnya Tia
Leng So juga telah dikubur.
Keterangan Ouw Hui itu tentu
saja mengejutkan Biauw Jin Hong dan Yok Lan
Begitu pula ketiga orang
bersaudara she Ciong tak urung jadi terkejut dan sedih.
Sebagai seorang yang menerima
budi besar Biauw Jin Hong tidak pernah melupakan gadis kacil kurus yang pernah
menolongnya. Yok Lan telah mendengar cerita ayahnya mengenai kepandaan gadis
she Thia dalam hal pengobatan dan berhasilnya gadis itu menyembuhkan mata Kim
Bian Hud tentu saja juga berterima kasih bukan main Sudah lama dia ingin
menjumpainya tetapi tidak pernah terlaksana karena ayahnyapun tidak mengetahui
dimana adanya gadis itu.
Kini Yok Lan hanya menemui
kuburannya-Walaupun mereka belum pernah menerima budi Leng So, tetapi setelah
tahu dan mengenal sifat2 nya, ketiga jago she Ciong itu hormat kepadanya.
Mereka menyesal, bahwa sejak
berpisah di rumah Biaw Jin Hong mereka tak pernah berjumpa lagi dan ternyata
sekarang sudah mati.
Setelah beberapa lama dan
masing2 sudah berhasil menindih dan menguasai goncangan perasaan masing2 Biauw
Jin Hong mulai sembahyang.
Sebagai yang tertua dan
terdekat dengan Ouw It To secara langsung maka dialah yang di minta Ouw Hui
untuk bersembahyang lebih dulu
Seperti di waktu2 yang silam
setiap mengenang pasangan suami istri yang sangat dikagumi air mata Biauw Jin
Hong mengalir deras sekali.
Tetapi sekali ini kata2 yang
diucapkannya antara tangis yang cukup keras telah mengejutkan semua orang
berbareng juga sangat menggembirakan sekali semua yang msndengarnya. terutama
Yok Lan dan Ouw Hui walaupun menjadi malu.
Yang diucapkan Biauw Jin Hong
adalah pemberitahuan kepada arwah Giehang dan Giesunya saudara angkat dan istri
saudara angkat, bahwa demi menebus dosanya serta untuk membuktikan terhapusnya
tali permusuhan antara keluarga2 mereka dia bermaksud menjodohkan puterinya
dengan Ouw Hui.
Dia menyatakan pula
kepercayaannya bahwa arwah kedua orang tua Auw Hui itu akan menyetujui
maksudnya dan senantiasa akan merestui hidup sepasang orang muda itu.
Kepada arwah Leng So dia
menghaturkan terima kasihnya yang tidak terhingga dan meminta maafnya karena
tidak mengetahui di mana sigadis she Thia tersebut berada, dia belum pernah
memberikan penghormatan kepada arwah gadis itu
Setelah bangkit Bian Hud
meminta Peng Ah Sie bertindak sebagai wali Ouw Hui karena dia bermaksud
melangsungkan pernikahan itu.
Pertama kalinya Peng Ah Sie
menolak, di katakannya bahwa dia tidak pantas menjadi wali Ouw Hui. Tetapi Bian
Hud mendesaknya.
"Tinggi rendah derajat
bukanlah ditentukan oleh kepandaian atau kedudukan dalam masyarakat. Yang
terpenting adalah jiwanya. Peng Siete sendiri telah membuktikan kebesaran dan
keagungan jiwamu dengan melindungi dan memelihara Huijie. Tanpa menghiraukan
bahaya dan kesengsaraan yang harus kau alami, kau telah melakukan semua itu.
Dan semua itu hanya disebabkan kau baru sekali saja menerima budi Ouw Toako
Terlebih lagi sebagai seorang yang telah mengasuh Huijie sejak kecil jika bukan
kau siapa lagi yang berhak menjadi walinya?"
Dari ucapannya itu jelas bahwa
Biauw Jin Hong bukan menganggap Peng Ah Sie seorang pelayan.
Memang dia merasa sangat
berterima kasih sekali terhadap orang yang sangat jujur itu yang telah
menggantikannya mengasuh dan membesarkan Ouw Hui.
Dalam kata2nya itu Kim Bian
Hud juga telah merobah sebutannya kepada Ouw Hui sendiri yaitu Huijie, anak Hui
dan bukan Hiantet, keponakan yang baik, seperti pada hari-hari sebe lumnya.
Ketiga jago bersaudara she
Ciong juga ikut mendesak agar Peng Ah Sie menerima tugas itu maka akhirnya Peng
Ah Sie bersedia untuk bertindak sebagai wali Ouw Hui.
Dengan ikut disaksikan oleh
ketiga jago bersaudara she Ciong itu, dilangsungkan upacara pernikahan yang
sederhana,
Setelah selesai kembalilah
mereka kekuil untuk ber-kemas2 meninggalkan daerah Congciu.
Ouw Hui menyadari bahwa dia
kini sudah tidak bebas lagi seperti sebelumnya. Dimasa lalu dia tidak pernah
memikirkan soal rumah. Dia berkelana kemana dia senang dan tinggal di mana saja
ditempat yang disukainya. Tetapi setelah berlangsungnya pernikahan tersebut
kini dia bertanggung jawab atas diri Yok Lan dan tidak dapat memikirkan soal
tempat tinggal.
Keesokan harinya ketiga jago
bersaudara she Ciong itu sudah ingin berpisah dengan rombongan Kim Bian Hud
maka malam itu mereka tidak ingin tidur dan mengajak kedua orang itu mertua dan
menantu untuk ber-cakap2.
Ketika mereka menanyakan Ouw
Hui mengenai rencananya dalam menempuh hidup baru di-masa2 mendatang, serta
mendengar Ouw Hui belum memiliki tempat tinggal yang tetap, mereka mengusulkan
agar dia ikut saja bersama tiga bersaudara Ciong untuk tinggal di Ouwpak Utara
Dengan halus Ouw Hui menolak tawaran-tersebut.
Dijelaskan oleh Ouw Hui bahwa
dia tidak berani menyeret ketiga jago she Ciong tersebut ke dalam libatan
bahaya.
Sejak sembilan tahun yang lalu
dia selalu di cari2 oleh pemerintah Boan, sehingga jika dia menerima tawaran
mereka Ciong Sie Sam Hiong akan ikut dianggap musuh pula oleh pemerintah Boan.
Terlebih lagi menurut Ouw Hui,
setelah kini dia berkeluarga ingin sekali dia mencari tempat tinggal yang
tenang, jauh dari pergaulan umum agar dia tidak perlu terus menerus berwaspada
ber-jaga2 terhadap serangan musuh. Bukan kah seperti umumnya terjadi, setelah
namanya kini terkenal sebagai jago yang sulit dicarikan tandingannya tentu akan
mengundang banyak sekali tokoh2 rimba persilatan yang penasaran dan ingin
berusaha menguji kepandaiannya? Dan juga peristiwa demikian hendak dihindarinya
se-tidak2 nya untuk sementara waktu.
Pernyataan Ouw Hui yang
diucapkan dengan ber-sungguh2 itu telah memperoleh dukungan Kim Bian Hud pula,
sehingga ketiga orang bersaudara she Ciong itu tidak dapat memaksa terus.
Seperti telah diketahui, Biauw
Jin Hong juga sudah jemu akan pertempuran2 sepanjang hi upnya yang harus
dilakukannya terus menerus tanpa hentinya, oleh karena itu dia pun ingin hidup
menyendiri di Leng Ko Tha dengan hanya beberapa sahabatnya yang akrab
mengetahui tem pat persembunyiannya.
Diantara beberapa sahabatnya
itu terdapat Tauw Sat Kauw yang kemudian ternyata seorang sahabat palsu belaka.
Setelah kini terbukti Tauw Sat Kauw berpihak kepada pemerintah Boan-atau lebih
tepat menjadi kaki tangan pemerintah Boan maka tempat persembunyian Kim Bian
Hud bukan pula merupakan tempat yang dapat dirahasiakan.
Walaupun untuk sementara waktu
Touw Sat Kauw tentu tidak akan berani mendatangi rumahnya di Leng Ko Tha itu
tapi kelak lambat atau cepat dia tentu akan datang dengan membawa banyak sekali
kawan2nya yang liehay.
Jika memang terjadi peristiwa
seperti itu dapat atau tidak dia harus melakukan pertempuran mati2an pula dan
mungkin juga akan membunuh banyak jiwa manusia pula sedangkan pekerjaan seperti
itu sudah memuakkan hatinya.
Dan percakapan selanjutnya Ouw
Hui kemudian mengemukakan pendapatnya agar mereka sebaiknya pergi ke wilayah
perbatasan barat laut.
Ouw Hui mengetahui bahwa di
daerah tersebut sangat sunyi dan di sampingnya dengan menetap di daerah
tersebut dia dapat berdekatan d ngan kakak angkatnya Tio Poan San sahabat2nya
dari Ang Hwa Hwe.
Sarannya itu segera juga
disetujui Kim Bian Hud yang juga sudah sejak lama merasa kagum kegagahan dari
orang Ang Hwa Hwe.
Tanpa terasa mereka sudah
ber-cakap2 terus sehingga menjelang fajar.
Yok Lan dan lain2nya sudah
bangun untuk memasak nasi dan mempersiapkan bekal.
Tidak lama kemudian semuanya
telah selesai dipersiapkan dan dengan saling mendoakan untuk keselamatan
mereka, kedua rombongan itu telah berpisah untuk menempuh jalan masing2.
Tujuan rombongan Kim Bian Hud
pertama adalah Leng Ko Tha di mana dia masih harus menyelesaikan beberapa soal
dan mengambil beberapa barang berharga yang akan dibawa pindah ke wilayah barat
laut.
Dalam perjalanan itu mereka
tidak menemui kesulitan dan tiga bulan kemudian mereka tiba di daerah Hui
Kiang.
Kedatangan mereka disambut
gembira oleh orang2 gagah dari Ang Hwa Hwe.
Hanya Tio Poan San yang tidak
berhasil di jumpai karena pemimpin ketiga dari Ang Hwa Hwe itu sedang pergi ke
Tionggoan untuk melakukan pembersihan dalam lingkungan partai perguruannya.
Dengan bantuan kawan2 dari Ang
Hwa Hwe kemudian Ouw Hui telah memilih tempat tinggal yang sekarang dimana
mereka dapat hidup dengan tenang dan tenteram sampai berputera.
-oooOdwOooo--
"BENAR-BENAR sangat
mengagumkan sekali" kata Tio Poan San setelah Auw Hui selesai bercerita.
"Alangkah cepatnya sang waktu telah lewat begitu saja. Masih kuingat benar
dengan jelas bagaikan baru terjadi kemarin, bagamana kita untuk pertama kali
bertemu di Siang-ke-po sembilan belas tahun yang lalu. Waktu itu kau masih
merupakan seorang anak yang kurus kecil dan kini kau sudah menjadi seorang ayah"
dan selesai dengan kata2nya itu Tio Paan San telah tertawa ber-gelak
memperlihatkan bahwa dia tengah diliputi kegembiraan yang sangat.
"Kau pernah berada di
Siang Ke Po sembilan tahun yang lalu ?" tanya Biauw Jin Hong dengan heran.
"Mengapa kau berada di rumah keluarga Siang itu ? Tahukah kau siapa mereka
sesungguhnya ?"
Tidak mengherankan jika Biauw
Jin Hong terkejut mendengar Ouw Hui berkenalan dengan Poan San di tempat
tersebut. Dalam ceritanya tentang riwayat hidupnya disaat masih kecil dengan
sengaja Ouw Hui telah menyembunyikan pengalamannya di Bu Teng Kwan. Kalau dia
menceritakan pengalamannya itu, yaitu selama di Siang Ke Po, Kim Bian Hud tentu
ingin mengetahui hagimana dia bisa berada dirumah musuh besar nya itu. Sebagai
seorang yang tidak bisa berjusta kalau Kim Bian Hud telah mendesaknya, dia
tidak mungkin tidak untuk bercerita sejujurnya dan membuat orang tua itu akan
teringat peristiwa menyedihkan dan memalukan yang terjadi waktu itu.
Mudah dimengerti, bahwa kini
dia menjadi ingat waktu mendengar pertanyaan Kim Bian Hud. Tetapi setelah
terlanjur kepalang basah Poan San telah menimbulkan persoalan tersebut dia
terpaksa harus bercerita,
Tetapi hatinya tetap tidak
mengijinkan. Untunglah bahwa sejenak kemudian dia telah memperoleh akal. Dia
mulai menceritakan di saat diterimanya Peng Ah Sie dan dia sendiri bekerja di
rumah itu dan seterusnya sampai akhirnya peristiwa itu telah memusnahkan juga
Siang Ke Po dimakan api yang hampir saja menewaskan banyak sekali akhli2 silat
ternama.
Sambil meng-angguk Poan San
memberikan komentarnya : "Itulah sebabnya Biauw Tai Hiap mengapa aku
seorang tua bangka Jadi bersumpah mengangkat saudara dengan seorang anak kecil
kurus" kata Tio Poan San dengan disertai oleh senyumnya, "Dan aku
merasa kagum sekali akan keperwiraannya dan semakin bangga memiliki adik angkat
sebagai menantumu."
Bagi Poan San dan kedua
saudara Siang sikap ragu2 Ouw Hui tadi memang wajar yaitu karena Ouw Hui segan
menimbulkan pujian bagi pendengarnya.
Tetapi Biauw jin Hong
memperoleh kesan lain dalam hatinya dia yakin bahwa Ouw Hui masih
menyembunyikan sesuatu,
Rupa2 pertanyaan telah muncul
di dalam hatinya tetapi dia segan bertanya belit2 dan cerewet, mungkin juga
Ouw-Hui memiliki alasan tertentu untuk menyembunyikan sebagian dari
pengalamannya.
Demikianlah mereka telah ber
cakap2 dengan asyiknya dan saling menceritakan pengalaman masing2 dan
menimbulkan kembali soal2 yang lampau, diselingi gelak tertawa mereka yang
sangat riang sekali.
Kalau memang bukannya ada Yok
Lan yang mengingatkan mereka tentu akan lupa makan.
Memang kalau orang2 yang
sefaham dan secita2 berkumpul dan ber-cakap2 biasanya yang pendiampun bisa
menjadi periang dan lincah, tidak terkecuali halnya dengan Kim Bian Hud.
Malara itu Poan San dan kedua
kawannya bermalam di rumah Ouw Hui. Keesokan harinya setelah menyaksikan
latihan ketiga anak itu dan saudara Siang telah memberikan beberapa pelajaran
pula kepada murid akuan mereka yaitu sepasang anak kembar Ma It Hong,
berpamitanlah ketiga tamu itu untuk kembali ke tempat kediaman para kesatria
Ang HwajHwe.
Sejak hari itu lima tahun
telah lewat dengan tenang. Selama lima tahun itu dengan giat Ouw Hui mendidik
kedua muridnya.
Kedua anaknya Ma It Hong itu
kini sudah menjadi dua orang pemuda tampan sekali.
Hal itu tidaklah terlalu mengherankan
karena memang putera2 Hok Kong An yang di masa mudanya terkenal sebagai pemuda
yang tertampan di Pakkhia.
Asal usul mereka sendiri tidak
diketahui oleh kedua pemuda itu.
Karena mengingat bahwa rahasia
itu hanya diketahui beberapa orang saja, sedangkan diantaranya sebagian sudah
meninggal dunia maka kepada mereka tak pernah Ouw Hui menjelaskan; walaupun
seperti ibu dari pemuda Cie Ceng.
Waktu kecil kedua anak itu tak
punya nama.
Cie Ceng segan memberikan nama
kepada mereka karena sesungguhnya bukan anaknya sendiri
Waktu itu mereka hanya disebut
A Toa dan A Jie yang besar dan yang kedua setelah dirampas Hok Kong An dan
dibawa ke istananya entah nama apa yang diberikan kepada mereka.
Tetapi apapun bentuk nama
pemberian Hok Kong An tak pernah ingin diketahui oleh Ouw Hui dan dia sendiri
memberikan nama yang tertua Cie Beng berarti terang dan Cie Jin untuk yang
berusia lebih muda yang berarti luhur mulia. Kini keduanya telah berumur 22
tahun.
---oooQdwQooo---