Si Racun Dari Barat (See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan) Bab 05

Chin Yung/Jin Yong
-------------------------------
----------------------------

Bab 05
Miau Ciu Jin Chu dan teman-temannya terus menatap Ang Cit Kong. Pengemis itu tahu bahwa kali ini dirinya pasti celaka, tapi wajahnya tetap tampak tenang dan kemudian dia berkata.

"Aku bukan Su Ciau Hwa Cu, namun aku juga adalah Su Ciau Hwa Cu. Bukankah kalian berlima telah menyaksikan aku mahir masak seperti Su Ciau Hwa Cu? Nah! Aku adalah Su Ciau Hwa Cu, aku pun adalah pengemis, apa bedanya?"

Jawaban Ang Cit Kong sungguh membingungkan kelima orang itu, sehingga mereka berlima terus memperhatikannya. Su Ciau Hwa Cu amat terkenal, lagi pula jujur, sedangkan pengemis ini bermata seperti tikus, dia berani memasuki dapur istana, jangan-jangan dia adalah seorang peram-pok!

Ketika Miau Ciu Jin Chu sedang berpikir, Cian Ban Keng Ko-Ko Jie Ya berbisik.
"Toa ko (Saudara Tua), aku lihat dia tidak seperti orang baik."

Ang Cit Kong tersentak mendengar ucapan itu, dan seketika timbullah rasa bencinya terhadap Ko Jie Ya. Kemudian dia berkata dalam hati. Sialan kau! Bagaimana kau tahu aku bukan orang baik? Aku adalah orang terbaik di kolong langit, hanya saja aku suka makan. Sesungguhnya aku adalah orang yang paling baik di kolong langit.
Setelah berkata dalam hati, dia pun berkata sambil tertawa.

"Kalau tidak salah, kau pasti Ko Jie Ya. Aku tahu kalian berlima adalah orang gagah dalam istana. Oleh karena itu, saking kagumnya aku pun datang ke mari untuk bermain-main dan ingin berkenalan dengan kalian berlima."
Wajah Ko Jie Ya langsung berseri karena merasa bangga akan pujian itu.

"Kami berlima memang tukang masak dalam istana, namun kaum rimba persilatan juga memberi sedikit muka kepada kami. Sebetulnya siapa kau, beri tali u kan lah kepada kami!" katanya.

Aku dari Kay Pang (Partai Pengemis), namaku Ang Cit, tapi biasanya dipanggil Ang Cit Kong," sahutnya.

Begitu Ang Cit Kong mengaku, kelima orang itu tampak terkejut, sebab Ang Cit Kong adalah Tianglo (Tetua) Kay Pang. Walau dia masih muda, namun amat terkenal, lebih terkenal daripada Su Ciau Hwa Cu. Akan tetapi, mengapa dia mau menyamar sebagai Su Ciau Hwa Cu?

"Lalu mengapa kau menyamar sebagai Su Ciau Hwa Cu? Dan dari mana kau memperoleh kepandaian memasak?" tanya Yu Tam Hwe Lou-Sam Ya dengan kening berkerut.

Ang Cit Kong terpaksa menyahut dengan jujur.

"Su Ciau Hwa Cu adalah guruku. Aku belajar memasak kepadanya."
Kelima orang itu manggut-manggut.

Ang Cit Kong melirik Ouw Yang Hong. Dia tertegun, sebab Ouw Yang Hong masih rendah kepandaiannya, tapi saat ini dia tampak begitu tenang, tidak kelihatan gugup maupun panik. Ang Cit Kong amat kagum kepadanya, sebab walau berkepandaian rendah, namun dia memiliki ketenangan yang luar biasa. Ang Cit Kong yakin, kelak dia akan menjadi orang yang luar biasa pula.

Sementara It Kie Cong Peng-Peng Ngo Ya yang diam dari tadi, mendadak membuka mulut.

"Kau bilang kau adalah Ang Cit, bukan?"

Ang Cit Kong menatapnya, dan seketika tahu bahwa orang tersebut yang paling sulit dihadapi.

"Tidak salah, aku memang Ang Cit!" sahutnya sambil manggut-manggut.

"Aku percaya kau adalah Ang Cit, karena kalau bukan, bagaimana mungkin berkepandaian begitu tinggi?" kata Peng Ngo Ya.

Yang lain manggut-manggut. Mereka berempat mempercayai apa yang dikatakan Peng Ngo Ya. Kalau orang itu bukan Ang Cit, bagaimana mungkin gerakannya tadi begitu cepat? Lagi pula dia pun dapat membuat masakan terkenal, itu membuat mereka berlima semakin yakin, bahwa pengemis yang di hadapan mereka itu adalah Ang Cit Kong.

"Kau tidak seperti Su Ciau Hwa Cu, sebab kau adalah orang yang tak bisa duduk diam. Ya, kan?" kata Peng Ngo Ya lagi.

"Peng Ngo Ya, aku datang ke mari memang ingin belajar memasak, aku tidak membohongi kalian berlima," sahut Ang Cit Kong.

Peng Ngo Ya berkata perlahan-lahan.
"Kalau Ang Cit Kong datang ke mari ingin belajar memasak, tidak seharusnya memasuki dapur istana secara diam-diam. Apabila kau datang secara terang-terangan, tentunya kami akan me-nyambutmu dengan senang hati. Tapi kini kami melihatmu, maka bercuriga pula."

Ang Cit Kong mengerutkan kening.
"Apa maksudmu, Peng Ngo Ya?"

"Aku bilang, kau justru seorang maling kecil. Kau datang ke mari cuma untuk mencuri makan. Siapa kaum rimba persilatan yang tidak tahu Ang Cit Kong suka mencuri makan?"

Ang Cit Kong tidak gusar mendengar ucapan itu, sebaliknya malah tertawa gelak.

"Ha ha ha! Peng Ngo Ya, tidak salah perkataanmu! Kaum rimba persilatan memang tahu aku doyan makan!"

Peng Ngo Ya manggut-manggut.
"Tidak salah, kau memang amat serakah dalam hal makan. Biasanya begitu, apalagi di dapur istana?"

Ang Cit Kong tertawa lebar.

"Betul! Betul! Aku memang amat serakah dalam hal makan, lalu kenapa?"
Peng Ngo Ya diam seketika, sebab tidak tahu harus menyahut apa. Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya memandang Ang Cit Kong, sambil berkata dalam hati. Ternyata Ang Cit Kong datang ke mari cuma untuk mencuri makan. Itu bukan urusan besar. Akan tetapi mereka berlima adalah tukang masak istana yang amat terkenal, maka perbuatan Ang Cit Kong justru telah menyinggung perasaannya.

Ko Jie Ya tahu akan apa yang dipikirkan Miau Toaya, maka segera berkata.

"Ang Cit, kau datang secara diam-diam, apakah menganggap kami berlima adalah orang mati?"

Ang Cit Kong tahu ucapan Ko Jie Ya bernada menegurnya, karena tidak memandang mereka berlima. Sebetulnya Ang Cit Kong tidak mau bersitegang dengan kelima orang itu, namun kalau dia terus bersabar, akhirnya dirinya yang akan diinjak-injak.
Oleh karena itu, wajah Ang Cit Kong berubah serius, kemudian dia berkata dengan suara dalam.

"Miau Toaya, Ko Jie Ya, kalian berdua mau apa, katakan saja! Aku pasti menurut!"
Ang Cit Kong menatap mereka berlima. Seandainya aku tidak membawa Ouw Yang Hong, bagaimana mungkin aku akan merasa takut terhadap kalian berlima? Asal aku turun tangan, kalian berlima pasti tidak dapat lolos dari tanganku!

Akan tetapi, saat ini dia justru harus menjaga Ouw Yang Hong. Di sana bersamaan, kelima orang itu pun memperhatikan Ouw Yang Hong. Karena

Ouw Yang Hong diam dari tadi dan tampak tenang, maka kelima orang itu menganggapnya sebagai orang yang berkepandaian tinggi pula.

''Ang Cit, kau tidak usah banyak omong lagi. Asal kau dapat melewati kami berlima, tentunya kami akan melepaskanmu. Bagaimana?" kata Ko Jie Ya.
Hm! Dengus Ang Cit Kong dalam hati. Apa hebatnya kalian berlima? Kalau aku tak dapat melawan kalian, apakah aku tidak bisa kabur? Tapi Ouw Yang Hong justru tidak dapat meloloskan diri. Cara bagaimana aku membawanya pergi?

Ang Cit Kong terus berpikir. Dia mengerti apabila dia turun tangan, yang bakal celaka lebih dulu adalah Ouw Yang Hong.

Karena Ang Cit Kong diam, maka Ko Jie Ya segera bertanya.

"Ang Cit, siapa dia?"

Tentunya Ang Cit Kong tahu siapa dia, bernama Ouw Yang Hong berasal dari See Hek. Tapi karena Ouw Yang Hong berkepandaian rendah maka Ang Cit Kong harus mencegah mereka bertarung dengannya.

Setelah berpikir sejenak, Ang Cit Kong tertawa seraya menyahut.
"Dia adalah kawanku, aku yang mengajaknya ke mari untuk mencicipi masakan kalian. Maka kalian tiada urusan dengannya! Kalian boleh menghukum diriku, tapi tidak boleh menghukumnya!"

Sedangkan Ouw Yang Hong justru tidak tahu apa yang dipikirkan Ang Cit Kong. Ketika mendengar ucapannya, dia segera menyambung.

"Aku bernama Ouw Yang Hong, berasal dari Gunung Pek Tho San di See Hek."

"Ha ha ha!" Miau Toaya tertawa gelak. "Apakah orang See Hek juga tidak pernah mencicipi masakan yang lezat?"

Ketika berkata, Miau Toaya pun membatin. Kalian berdua pasti bukan orang baik. Yang satu adalah pengemis busuk dari Kay Pang, yang satu lagi adalah orang liar dari See Hek. Mereka berdua pasti bukan orang baik.

Ang Cit Kong manggut-manggut, lalu memandang mereka berlima sambil berkata.

"Baiklah! Kalian berlima boleh maju, aku malas melawan kalian satu persatu!"

"Ha ha!" Sui Sam Ya tertawa. "Ang Cit Kong, aku tahu kau amat terkenal dalam dunia persilatan! Akan tetapi, tempat ini adalah dapur istana, kau tidak perlu berlaku gagah-gagahan di sini!" katanya.

Ang Cit Kong sudah tidak sabaran. Dia membentak ringan sambil menerjang ke arah mereka berlima. Ternyata dia telah melancarkan serangan kilat terhadap kelima orang itu.

Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya, Cian Ban Keng

Ko-Ko Jie Ya, Yu Tam Hwe Lou-Sui Sam Ya, Pek Ciu Cap Ciang-Lo Sie Ya dan It Kie Cong Peng-Peng Ngo Ya sudah terbiasa disanjung orang, maka bagaimana mungkin mereka berlima membiarkan Ang Cit Kong berlagak di hadapan mereka? Saking gusarnya, kelima orang itu ingin sekali membunuhnya. Karena itu mereka berlima balas menyerangnya.

Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya menggunakan ilmu To Kou Sah Cap Lak Sek (Tiga Puluh Enam Jurus Ilmu Golok Dan Kaitan), itu merupakan sepasang senjata yang biasa dipergunakannya setiap hari di dapur, sebuah golok dan sebuah kaitan. Kalau goloknya bergerak cepat, kaitannya pasti bergerak lambat, begitu pula sebaliknya. Apabila kaitan di tangan kirinya bergerak cepat, maka golok di tangan kanannya akan bergerak lambat. Memang pantas dia menjadi tukang masak terkenal dalam istana, sebab dia pun memiliki ilmu silat tinggi.

Ko Jie Ya tertawa gembira ketika mulai menyerang Ang Cit Kong. Dia menggunakan sebuah rantai besi yang cukup panjang.

Sui Sam Ya juga menyerang Ang Cit Kong. Dia tidak menggunakan senjata, melainkan hanya dengan sepasang tangannya. Tapi pukulan-pukulannya menimbulkan suara menderu-deru.

Lo Sie Ya juga hanya menggunakan sepasang tangannya. Namun gerakannya amat lamban. Sambil menyerang, dia membentak.

"Apakah kau tahan pukulan?"

Ang Cit Kong tidak menyahut, melainkan berkelit ke sana ke mari. Sedangkan Peng Ngo Ya menyerangnya dengan senjata andalannya, yaitu sebuah penggorengan.
Mereka berlima menyerang dengan bertubi-tubi. Cukup lihay dan dahsyat serangan-serangan yang mereka lancarkan.

Ang Cit Kong berkelit ke sana ke mari dengan gesit sekali. Sementara Ouw Yang Hong menyaksikan pertarungan itu dengan hati berdebar-debar. Kelima orang yang sedang bertarung itu, kadang-kadang juga melirik ke arahnya. Apabila Ouw Yang Hong bergerak, mereka pasti akan menye-rangnya. Akan tetapi, Ouw Yang Hong justru diam saja, maka mereka tidak menyerangnya.

Semakin menyaksikan pertarungan itu, Ouw Yang Hong merasa semakin panik.

"Semua berhenti, aku mau bicara!" serunya dengan tiba-tiba.

Sebelum berseru, Ouw Yang Hong sudah berpikir, kalau mereka berdua bicara baik-baik dengan kelima orang itu, kemungkinan besar kelima orang itu akan melepaskan mereka. Sebab saat ini Ouw Yang Hong amat sadar, seandainya kelima orang itu berteriak-teriak, para pengawal istana tangannya. Namun gerakannya amat lamban. Sambil menyerang, dia membentak.

"Apakah kau tahan pukulan?"

Ang Cit Kong tidak menyahut, melainkan berkelit ke sana ke mari. Sedangkan Peng Ngo Ya menyerangnya dengan senjata andalannya, yaitu sebuah penggorengan.

Mereka berlima menyerang dengan bertubi-tubi. Cukup lihay dan dahsyat serangan-serangan yang mereka lancarkan.

Ang Cit Kong berkelit ke sana ke mari dengan gesit sekali. Sementara Ouw Yang Hong menyaksikan pertarungan itu dengan hati berdebar-debar. Kelima orang yang sedang bertarung itu, kadang-kadang juga melirik ke arahnya. Apabila Ouw Yang Hong bergerak, mereka pasti akan menye-rangnya. Akan tetapi, Ouw Yang Hong justru diam saja, maka mereka tidak menyerangnya.

Semakin menyaksikan pertarungan itu, Ouw Yang Hong merasa semakin panik.

"Semua berhenti, aku mau bicara!" serunya dengan tiba-tiba.
Sebelum berseru, Ouw Yang Hong sudah berpikir, kalau mereka berdua bicara baik-baik dengan kelima orang itu, kemungkinan besar kelima orang itu akan melepaskan mereka. Sebab saat ini Ouw Yang Hong amat sadar, seandainya kelima orang itu berteriak-teriak, para pengawal istana pasti akan datang, dan sudah barang tentu mereka berdua sulit untuk meloloskan diri.

Akan tetapi, walau dia terus berseru sekeras-kerasnya, tiada seorang pun menghiraukannya. Sebab kelima tukang masak itu hanya ingin merobohkan Ang Cit Kong, tidak memikirkan urusan lain.

Kalau Ouw Yang Hong berkepandaian tinggi, dia pasti turun tangan membantu Ang Cit Kong. Namun kepandaiannya justru amat rendah, maka hanya menjadi penonton.
Sedangkan Ang Cit Kong diam-diam berkeluh dalam hati. Dia tahu bahwa sulit bagi mereka berdua untuk melarikan diri, sebab kini dia telah terluka walaupun ringan. Tampak pakaiannya yang rombeng bernoda darah.

Keadaannya itu membuat Ouw Yang Hong bertambah gugup dan panik. Dia tahu apabila Ang Cit Kong roboh di tangan mereka, dirinya pun pasti celaka.

Oleh karena itu, dia menjadi nekat menerjang ke arah Peng Ngo Ya dan Lo Sie Ya. Tapi di saat bersamaan, kaitan yang ada di tangan Miau Toaya justru menyerang ke arahnya. Dia tidak meng-hiraukan senjata itu, terus menerjang ke arah Peng Ngo Ya dan Lo Sie Ya.

Kaitan itu merobek pakaiannya, sekaligus melukai badannya, sehingga pakaiannya berlumuran darah. Walau dia berhasil memukul Peng Ngo Ya dan Lo Sie Ya, namun tidak dapat melukai mereka berdua. Sebaliknya kepalan Peng Ngo Ya dan Lo Sie Ya yang menghantamnya hingga dia jatuh terduduk di lantai.

Sepasang mata Ouw Yang Hong tampak memerah. Mendadak dia bangkit berdiri, lalu sambil menggeram menyerang Peng Ngo Ya.

Ketika melihat kenekatannya, Peng Ngo Ya berkelit ke samping. Ouw Yang Hong tidak keburu menghentikan langkahnya, maka terus menerjang dan kebetulan sekali, dia justru menerjang ke arah sisi Ang Cit Kong dan berhenti di situ.
Nafas Ang Cit Kong memburu saking gusarnya. Kalau dia roboh di tangan kelima orang itu, dia pasti kehilangan muka, karena tentang kejadian tersebut akan tersiar di luar.

Ang Cit Kong sungguh kewalahan karena kelima orang itu berkepandaian tinggi. Kalaupun pertarungan itu dilanjutkan, tentu tiada gunanya. Oleh karena itu, mendadak dia meloncat ke atas meja, lalu berteriak-teriak.

"Tunggu! Tunggu! Tidak usah berkelahi lagi!"

Kelima orang itu berhenti menyerang, lalu menatap Ang Cit Kong dengan dingin sekali.

Ang Cit Kong berkata lagi.

"Kalian berlima juga merupakan kaum rimba persilatan yang terkenal! Tiada artinya kalian membunuh seorang pengemis dan seorang liar di sini! Lagi pula kalian memasak untuk kaisar. Kalau atasan kalian tahu, kalian berlima pasti akan repot!

Menurutku, lebih baik kalian membiarkan kami pergi! Aku akan tetap menjadi pengemis di luar, sedangkan kalian tetap menjadi tukang masak di sini! Bagaimana?"

"Ha ha!" Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya tertawa. "Ang Cit, Kay Pang merupakan perkumpulan besar di kolong langit, sedangkan dirimu pun amat terkenal! Akan tetapi, walau tempat ini adalah dapur istana, kami tidak bisa membiarkanmu da-tang dan pergi secara bebas!"

Cian Ban Keng Ko-Ko Jie Ya tertawa terkekeh, kemudian berkata dengan dingin.

"Ang Cit, tinggalkan sebelah telingamu untuk dimasak!"
Peng Ngo Ya menyambung cepat, nadanya seperti bersimpati kepada Ang Cit Kong.

"Kalau Ang Cit meninggalkan sebelah telinganya, bukankah wajahnya akan bertambah buruk? Oleh karena itu, lebih baik tinggalkan sebuah jari tangan saja!"
Ang Cit Kong tertawa dingin, lalu menyahut.

"Kalian lepaskan dulu saudara Ouw Yang ini, aku pasti akan membereskan urusan kita!"

Ouw Yang Hong tersentak dan berkata dalam hati. Kepandaianku memang rendah, tidak seharusnya aku ikut Ang Cit Kong ke mari. Kini aku mau pergi tidak bisa, dan tinggal di sini pun tidak bisa, lalu harus bagaimana? Namun Ouw Yang Hong besar di daerah See Hek, sudah terbiasa hidup menderita.

Dia tahu percuma banyak bicara, maka mengeraskan hati, lalu berkata sambil memelototi kelima orang itu, sepertinya ingin menelan mereka bulat-bulat.

"Baik, aku pergi!"

Pek Ciu Cap Ciang-Lo Sie Ya berkata dengan dingin.

"Kau melototi kami, apakah kau ingin membuat perhitungan dengan kami kelak?" kata Pek Ciu Cap Ciang-Lo Sie Ya dengan dingin.

Ouw Yang Hong tidak menyahut, hanya memberi hormat kepada Ang Cit Kong seraya berkata.

"Ang Cit, sesungguhnya kita tidak saling mengenal. Tapi dikarenakan urusan ini, justru menjadi teman. Seandainya kau mati di sini, aku pasti bersumpah membunuh mereka berlima!"

Ang Cit Kong amat kagum padanya. Dia tidak menyangka Ouw Yang Hong begitu gagah dan solider.
Dia manggut-manggut, kemudian berkata.

"Sudahlah! Cepatlah kau pergi! Kau sungguh bodoh tapi hatimu cukup baik. Dengan kepandaian-mu itu, bagaimana mungkin kau melawan mereka berlima? Cepatlah pergi!"

Ouw Yang Hong mengerutkan kening. Saat ini dia malah menjadi ragu untuk meninggalkan Ang Cit Kong.

Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya memandang Ang Cit Kong seraya berkata.

"Ang Cit, bagaimana keputusanmu? Kau mau meninggalkan sebuah telinga atau sebuah jari tangan?" Dia juga menuding Ouw Yang Hong. "Kau pun sama, harus meninggalkan sebuah telinga atau sebuah jari tangan!"

Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara 'Krek', ternyata pintu dapur itu terbuka sendiri dengan perlahan-lahan, sepertinya didorong oleh setan atau arwah penasaran.

Kebetulan saat itu tengah malam, sehingga membuat mereka terkejut dan ketakutan.
Mereka semua memandang ke arah pintu itu, kemudian Cian Ban Keng Ko-Ko Jie Ya membentak.

"Siapa? Cepat keluar!"

Tiada sahutan maupun bayangan orang. Tetapi ketika mereka membalikkan kepala, justru melihat seseorang di atas meja.Orang itu agak aneh, memakai topi rumput lebar, rambut panjang dan berkumis panjang, mengenakan jubah panjang warna abu-abu, duduk bersila dengan wajah dingin sambil menghisap cangklong.

Kelima tukang masak mengenalnya, tidak lain adaluh Su Ciau Hwa Cu, tukang masak nomor satu dari Wisma Hong Cu Lau.

Mendadak Su Ciau Hwa Cu tertawa gembira, kemudian bertepuk tangan seraya berkata.

"Bagus! Bagus! Bagus! Memang istana lebih bagus, memasak untuk kaisar, orang berubah menjadi tak berperasaan! Untuk apa kalian memegang golok, kaitan dan rantai?"

Ketika melihat yang muncul itu adalah Su Ciau Hwa Cu, bukan main girangnya Ang Cit Kong. Kelihatannya nyawaku tidak akan melayang di sini. Kini guruku sudah datang, urusan yang besar bagaimana pun guruku pasti menanggungnya.

Sementara Su Ciau Hwa Cu menunjuk Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya, Cian Ban Keng Ko-Ko Jie Ya, Yu Tam Hwe Lou-Sui Sam Ya, Pek Ciu Cap Ciang-Lo Sie Ya dan It Kie Cong Peng-Peng Ngo Ya, kemudian berkata.

"Miau Toa, apakah setiap hari kau masih mengait daging manusia panggang? Ko Jie, apakah setiap hari kau masih membacok tulang? Sui Sam, tiga tahun lalu, kau mencincang Hek Hong menjadi bakso, kau sungguh kejam! Aku belum membuat perhitungan denganmu! Peng Ngo, kau inenye-rakahi barang orang, aku harus membuat perhitungan denganmu!"

Begitu melihat yang muncul itu adalah Su Ciau Hwa Cu, kelima orang itu amat terkejut, dan tidak berani banyak bicara, hanya gusar dalam hati.
Sedangkan Ouw Yang Hong terus memperhatikannya. Pengemis itu tampak biasa, tapi kelima orang itu justru kelihatan takut kepadanya, itu membuatnya terheran-heran.

Su Ciau Hwa Cu memandang Ang Cit Kong, lalu berkata.
"Ang Cit, kalau kau doyan makan, lebih baik makan di Wisma Hong Cu Lau saja. Tentunya kau tahu, walau kelima tukang masak dalam istana itu anjing, tapi bukan anjing biasa. Mereka berlima adalah anjing penjaga istana, sudah pasti amat galak, bagaimana kau melawannya?"

Bukan main girangnya Ang Cit Kong karena Su Ciau Hwa Cu mencaci kelima orang itu. Sedangkan kelima orang itu amat gusar, tapi tidak berani bersuara.

Ketika melihat kelima orang itu diam saja, Su Ciau Hwa Cu tertawa gelak.
"Ha ha ha! Kalian lima ekor anjing, majulah bersama, aku akan menggebuk kalian semua!"

Miau Ciu Jin Chu-Miau Toaya, Cian Ban Keng Ko-Ko Jie Ya, Yu Tam Hwa Lou-Sui Sam Ya, Pek Ciu Cap Ciang-Lo Sie Ya dan It Kie Cong Peng-Peng Ngo Ya tahu, bahwa urusan hari ini tidak akan bisa beres begitu saja. Kalau hari ini mereka berlima tidak berani melawan Su Ciau Hwa Cu, selanjutnya bagaimana bisa menaruh kaki dalam dunia kang ouw lagi? Oleh karena itu, mereka berlima menjadi nekat.

"Baiklah! Su Ciau Hwa Cu, hari ini kita bertarung mati-matian!"

"Ha ha ha!" Su Ciau Hwa Cu tertawa gelak. "Kalian berlima berderajat bertarung denganku?"

"Su Ciau Hwa Cu, aku akan bertarung denganmu!" sahut Miau Toaya.

Di tengah malam, di dapur istana itu akan terjadi suatu pertarungan sengit. Air muka Miau Toaya tampak serius tapi tenang. Dia menghampiri tungku, lalu menjulurkan tangannya untuk mengambil dua potong arang yang membara dari dalam tungku itu. Kemudian dibukanya telapak tangannya, dan dibiarkannya arang yang membara itu membakar telapak tangannya. Tak lama, terciumlah bau daging hangus.
Miau Toaya terus memandang telapak tangannya yang hangus itu. Telapak tangannya sudah tampak tidak karuan. Namun wajah Miau Toaya tidak berubah sama sekali. Perlahan-lahan telapak tangannya dikepalkan, maka hancurlah arang yang membara itu.

Ouw Yang Hong dan Ang Cit Kong tak tega menyaksikannya. Kalau ingin bertarung, kenapa harus menyiksa diri sendiri? Pikir mereka.

Akan tetapi, Miau Toaya justru kelihatan tenang.

"Su Ciau Hwa Cu, kau juga boleh coba!" katanya dengan dingin sekali.

Si Pengemis Su tetap tertawa, kemudian menyahut dengan gembira.

"Waduh! Sungguh celaka, sepasang tanganku amat berharga! Kalau dibakar dengan arang yang membara, bukankah aku akan mati hangus?"
Meskipun berkata begitu, namun dia tetap menghampiri tungku itu, lalu berbuat seperti apa yang dilakukan Miau Toaya tadi. Tampak arang yang membara di telapak tangannya.

Semua orang memandang telapak tangannya Justru membuat mereka terperangah, sebab arang yang membara itu tidak menghanguskan telapak tangannya. Semua orang terus memperhatikan telapak tangan Su Ciau Hwa Cu, ternyata telapak tangannya tidak menempel pada arang yang membara itu.

Yu Tam Hwe Lou-Sui Sam Ya melihat hal tersebut, dan segera membentak keras.

"Su Ciau Hwa Cu, kau adalah orang gagah, tapi justru menipu kami!"
Si Pengemis Su langsung melotot, dan menyahut dengan nada tidak senang.

"Aku menipu kalian? Kau lihat sendiri, aku sudah memegang arang yang membara ini, tapi tidak mau menempel di telapak tanganku, lalu aku harus bagaimana?"
It Kie Cong Peng-Peng Ngo Ya amat gusar. Sepasang tangannya dijulurkan bagaikan cakar harimau, untuk mencengkeram sepasang tangan Su Ciau Hwa Cu, tujuannya agar arang yang membara itu menempel di telapak tangan Su Ciau Hwa Cu, biar telapak tangannya hangus terbakar.

Akan tetapi, walau dia telah berhasil mencengkeram sepasang tangan Su Ciau Hwa Cu dengan sekuat tenaga, namun arang yang membara itu tetap tidak jatuh menempel di telapak tangan si Pengemis Su.

Miau Toaya segera menghardik.
"Ngo te (Adik Kelima), cepat mundur!"

Peng Ngo Ya segera mundur.

"Su Ciau Hwa Cu," kata Miau Toaya. "Kami menghormatimu sebagai kang ouw cian pwee (Tokoh Tua Dunia Persilatan), maka tidak mau bergebrak denganmu. Walau kami berlima bekerja di istana, tapi juga tergolong kaum dunia kang ouw, balikan punya hubungan pula dengan beberapa anggota Kay Pang! Kau adalah Tetua Kay Pang berkarung sembilan, memiliki dua macam ilmu silat Kay Pang yang amat tinggi, yakni Hang Liong Cap Pwe Ciang (Delapan Belas Jurus Ilmu Penakluk Naga) dan ilmu Tah Kauw Pang Hoat (Ilmu Tongkat Penggebuk Anjing)! Bagaimana mungkin kami berlima melawanmu? Tapi semua urusan harus ada keadilan, tentunya tidak bisa membiarkan-mu menindas kami. Urusan harus diselesaikan berdasarkan peraturan!"

Mendengar itu, wajah Su Ciau Hwa Cu ber-ubah menjadi serius.

"Baik. katakanlah! Bagaimana aku memberi keadilan padamu?" katanya.

Kelima orang itu tahu, apabila bertarung de-ngan Su Ciau Hwa Cu, mereka berlima pasti akan terjungkal di tangan pengemis itu. Namun mereka juga tidak bisa membiarkan Su Ciau Hwa Cu menghina mereka. Justru ini mereka berlima saling memandang, kemudian Sui Jie Ya berkata.

"Tahun ini bulan delapan, kami akan menemui Sui ciang pwee dan saudara Ang Cit di Gunung Ko San. Kita selesaikan urusan ini di sana, harap cian pwee menyetujuinya!"
Su Ciau Hwa Cu mengangguk setuju, lalu bersama Ang Cit Kong memapah Ouw Yang Hong meninggalkan dapur istana.

Kelima orang itu memandang punggung me-reka. Setelah mereka bertiga tidak kelihatan, ba-rulah kelima orang itu menarik nafas dalam-dalam.

Setelah meninggalkan istana, Su Ciau Hwa Cu bertiga menggunakan ginkang melesat di pinggir kota. Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah rimba, lalu berhenti sekaligus beristirahat di sana.

Saat itu, Ang Cit Kong sudah tidak berani berlaku konyol-konyolan lagi. Dia berdiri dengan kepala tertunduk di hadapan Su Ciau Hwa Cu, kelihatannya seperti menunggu dihukum.

Akan tetapi, Su Ciau Hwa Cu justru diam dengan mata terpejam, duduk bersila tanpa menghiraukan Ang Cit Kong.

Ang Cit Kong memandang Su Ciau Hwa Cu, lalu berkata.

"Guru ada petunjuk apa, teecu (Murid) pasti dengar dan ingat selalu."

"Ang Cit, kau adalah murid Kay Pang berkarung delapan, tapi justru memiliki sifat buruk. Kau serakah makan dan sering memasuki dapur istana mencuri untuk makan, itu sungguh memalukan Su Ciau Hwa Cu . . ."

Sebetulnya Ouw Yang Hong tidak ingin bersuara, namun ketika mendengar Su Ciau Hwa Cu menyalahkan Ang Cit Kong, sedangkan Ang Cit Kong cuma menundukkan kepala, maka dia ter-paksa bersuara.

"Su Lo Cianpwee, ada satu hal aku ingin mohon petunjuk!"
Dari tadi Su Ciau Hwa Cu sudah melihat Ouw Yang Hong bukan orang biasa. Kini dia menyelak sehingga membuat si Pengemis Su menjadi gusar, tapi tidak bisa melampiaskan kegusarannya.

"Kau mau bicara apa?" tanyanya.

Ketika Ouw Yang Hong baru memasuki Tiong-goan, pertama kali bertemu Tong Hai Tho Iloa To Tocu-Oey Yok Su bersama It Sok Taysu. Kini betemu lagi Ang Cit Kong dan Su Ciau Hwa Cu. Mereka merupakan tokoh besar dalam rimba persilatan Tionggoan atau bukan, Ouw Yang Hong tidak tahu sama sekali. Tapi mereka berempat berkepandaian amat tinggi, bagaimana mungkin dia ikut berbicara?
Tapi apa boleh buat, dia memang harus ber-bicara, maka menyahut setelah membungkam beberapa saat.

"Aku memang orang liar, namun keluargaku kaya raya. Lagi pula sejak kecil sudah memperoleh pendidikan keluarga, maka tahu sedikit tentang tata krama. Kini Su Cianpwec merasa tidak puas terhadap Cit Kong, sesungguhnya urusan itu tidak sepenuhnya harus menyalahkannya, karena ketika mendengar cerita Cit Kong mengenai keadaan istana, aku jadi tertarik dan ikut bersamanya. Kalau bukan disebabkan diriku, Cit Kong pasti dapat pergi dengan bebas, bagaimana mungkin akan terjadi urusan itu?"

Ketika Ouw Yang Hong sedang berbicara, mendadak Su Ciau Hwa Cu meloncat bangun seraya membentak.

"Kau panggil dia apa?"

Ouw Yang Hong tersentak, tidak tahu harus menjawab apa.
Su Ciau Hwa Cu membanting kaki saking gu-sarnya, lalu menuding Ang Cit Kong seraya membentak.

"Bagus sekali kau Ang Cit! Kau masih muda tapi menyebut diri sendiri sebagai Cit Kong! Kau adalah Cit Kong, lalu aku ini apa?"

Ang Cit Kong cuma menyengir, namun ber-keluh dalam hati. Ouw Yang Hong, kau memang anjing liar! Kau telah menyusahkanku, mengapa sekarang kau justru memanggilku Cit Kong di hadapan tua bangka ini? Kau mengangkatku atau ingin menyusahkanku?

Walau berkeluh dalam hati, namun wajahnya tetap berseri.

"Guru, orang memanggilku Cit Kong karena tampangku sudah tua, tidak seperti guru yang awet muda," katanya kepada Su Ciau Hwa Cu.
Su Ciau Hwa Cu tampak gusar sekali.

"Ang Cit, meskipun kau benci aku tidak mati! Kau . . . kau memang ingin membuatku mati kegusaran!"

Usai menghardik, dia pun melancarkan sebuah pukulan.

Pukulan itu justru salah satu jurus ilmu Hang Liong Cap Pwee Ciang, ilmu andalan Kay Pang.

Walau kelihatannya lamban, tapi mendadak terdengar suara ledakan, sehingga membuat pe-pohonan di sekitar tempat itu bergoyang-goyang.

Betapa terkejutnya Ang Cit Kong. Wajahnya langsung berubah pucat. Cepat-cepat dia meloncat ke belakang dua depa, tapi tidak terlepas dari pukulan itu. Dia menjerit lalu roboh pingsan di tanah.

Ouw Yang Hong tersentak menyaksikan ke-jadian itu. Dia menerjang ke arah Su Ciau Hwa Cu seraya membentak.

"Su Ciau Hwa Cu, jahanam kau! Harimau lapar pun tidak akan memangsa anak sendiri, tapi kau malah tega membunuh muridmu! Percuma kau berkepandaian tinggi!"

Su Ciau Hwa Cu menghardik gusar.

"Kau tuh apa berani menegurku? Sekali aku melancarkan pukulan, nyawamu pasti melayang!"

Su Ciau Hwa Cu mengangkat sebelah tangan-nya, sikapnya seakan ingin melancarkan pukulan.

Ouw Yang Hong tidak takut. Matanya melotot menatap Su Ciau Hwa Cu tak berkedip sama sekali.

Su Ciau Hwa Cu pun menatapnya tajam. Anak ini cukup berbakat dan bertulang bagus, bahkan bernyali besar pula. Karena berpikir begitu, kegusarannya menjadi reda seketika, dan kemudian tertawa seraya berkata.

"Ouw Yang Hong, maukah kau belajar ilmu silat kepadaku? Kalau mau, cepatlah kau bersujud mengangkatku sebagai gurumu!"

Kegusaran Ouw Yang Hong masih belum reda, maka dia mendengus dingin.

"Hmm! Kepandaian apa yang kau miliki?"

Su Ciau Hwa Cu tampak gembira sekali. Dia menepuk dada sendiri seraya menyahut.

"Kau berani memandang rendah diriku? Baiklah! Akan kuperlihatkan kepandaianku, agar kau dapat menyaksikannya!"

Perlu diketahui, pada masa itu adalah tahun Siau Cong. Di Lam Song (Song Selatan) dalam istanu, kaisar dan para pejabat tinggi hanya hidup bersenang-senang, sedangkan rakyat jelata hidup dengan penuh penderitaan, namun tiada seorang pun berani bersuara. Oleh karena itu, kebanyakan rakyat jelata bergabung dengan Kay Pang (Partai Pengemis), maka Kay Pang menjadi partai yang amat besar dan berpengaruh. Kebetulan Su Ciau Hwa Cu adalah Tetua Kay Pang yang amat berkuasa. Ketua Kay Pang Suto Cak baru meninggal karena sakit, semua urusan Kay Pang ditangani Su Ciau Hwa Cu, otomatis dia amat dihormati para anggota Kay Pang. Akan tetapi, dia paling tidak senang orang lain menentangnya. Dia mengampuni Ouw Yang Hong dan bersedia menerimanya se-bagai murid, itu merupakan hal yang sungguh luar biasa.

Akan tetapi, tak disangka Ouw Yang Hong malah tidak mau menjadi muridnya. Sesungguhnya Su Ciau Hwa Cu amat gusar, namun kemudian berkata dalam hati. Tidak apa-apa kau tidak mau menjadi muridku, karena kau hanya merupakan seorang tolol. Kalau kau menjadi muridku, justru malah akan merepotkanku. Tapi aku Su Ciau Hwa Cu, bagaimana mungkin membiarkanmu meman-dang rendah diriku? Setelah berkata dalam hati, Su Ciau Hwa Cu pun memandangnya seraya berkata.

"Bocah busuk, kau harus melihat baik-baik. Sebentar lagi aku akan memperlihatkan kepandaianku!" Dia membusungkan dada sedikit sambil melanjutkan. "Di kolong langit memang terdapat banyak partai dan ilmu silat yang aneh-aneh, tapi kami Kay Pang memiliki dua macam ilmu silat yang amat tinggi dan hebat, yakni Hang Liong Cap Pwee Ciang dan Tah Kauw Pang Hoat. Kedua macam ilmu silat itu amat terkenal dalam dunia kang ouw, aku akan memperlihatkan padamu."

Usai berkata, dia mulai memperagakan Hang Liong Cap Pwee Ciang.

Ilmu pukulan tersebut menggunakan gwa kang (Tenaga Luar) yang amat keras, maka menim-bulkan angin yang menderu-deru, membuat pe-pohonan di sekitar tempat itu bergoyang-goyang, sehingga daun-daunnya beterbangan ke mana-mana.
Setelah itu, dia berkata.

"Kau sudah melihat? Jurusku ini tidak sama dengan jurus tadi. Jurus ini adalah Kian Liong Cai Tian (Naga Tampak Di Sawah). Hebat tidak jurus ini?"

Ketika menyaksikan jurus itu, diam-diam Ouw Yang Hong tersentak dalam hati dan membatin. Pohon pun bergoyang-goyang. Kalau orang yang terpukul, bukankah akan tewas seketika? Setelah membatin demikian, dia tidak berani bersuara.

Su Ciau Hwa Cu melihat jurusnya itu telah mengejutkan Ouw Yang Hong, maka dia kelihatan semakin puas.

"Kau tidak menyaksikan kepandaian asliku, tentunya tidak akan tahu bagaimana kehebatanku. Kini kau sudah menyaksikannya, kan?" katanya sambil tertawa.

"Walau pukulanmu itu amat lihay dan hebat, tapi hanya bertenaga besar saja!" sahut Ouw Yang Hong.

Begitu mendengar sahutan Ouw Yang Hong itu, Su Ciau Hwa Cu tertawa dalam hati. Bocah ini sungguh tolol! Pukulanku mengandung gwa kang yang amat keras, namun dia bilang hanya ber-tenaga besar. Ini sungguh menggelikan! Kelihatannya dia tidak menyukai ilmu silat keras, yang dia sukai adalah ilmu silat yang mengandung tenaga lunak. Kalau aku tidak memperlihatkannya, bagaimana mungkin matanya akan terbuka?

Setelah berpikir demikian, dia berkata.

"Baik! Baik! Aku akan memperlihatkan ilmu Tah Kauw Pang lloat (Ilmu Tongkat Penggebuk Anjing)."

Sementara itu, Ang Cit Kong yang pingsan sudah siuman. Ketika mendengar Su Ciau Hwa Cu berkata begitu, dia menyela.

"Guru, dia bukan orang Kay Pang kita, juga bukan ketua suatu partai, bagaimana mungkin Guru memperlihatkan ilmu itu?"

Su Ciau Hwa Cu melotot, kemudian membentak.

"Kau tahu apa? Aku ingin memperlihatkan ilmu Tah Kauw Pang Hot, agar dia tahu kehehatan ilmu itu! Cepatlah kau minggir ke sana!"

Apa boleh buat, Ang Cit Kong terpaksa me-nurut. Dia segera minggir ke samping agar tidak mengganggu Su Ciau Hwa Cu.

Sedangkan Ouw Yang Hong diam saja. Su Ciau Hwa Cu menghendakinya menyaksikan ilmu Tah Kauw Pang Hoat, apa salahnya menyaksikan ilmu tersebut? Namun dia juga berkata dalam hati. Begitu mendengar namanya, aku yakin ilmumu itu bukan merupakan ilmu yang hebat.

Ketika melihat air muka Ouw Yang Hong, Su Ciau Hwa Cu sudah tahu, bahwa Ouw Yang Hong meremehkan ilmu tersebut.
Oleh karena itu, dia langsung membentak gu-sar.

"Bocah, lihat baik-baik!"

Su Ciau Hwa Cu mengambil sebatang ranting pohon, setelah itu berkata lagi dengan sungguh-sungguh.

"Bocah! Ilmu Tah Kau Pang Hoat merupakan ilmu turun-temurun dari ketua Kay Pang generasi pertama. Sejak dulu kaum pengemis selalu dihina, bahkan ada yang menyuruh anjing untuk menggigit mereka pula. Karena itu, ketua Kay Pang generasi pertama menciptakan ilmu Tah Kauw Pang Hoat yang amat hebat. Kau memang beruntung dapat menyaksikan ilmu tersebut."

Usai berkata, Su Ciau Hwa Cu mulai mem-pragakan ilmu Tah Kauw Pang Hoat untuk disaksikan Ouw Yang Hong.

Ilmu Tah Kau Pang Hoat memang lihay dan hebat. Kemudian gerakan Su Ciau Hwa Cu ber-ubah lamban, namun penuh mengandung tenaga lunak. Itu adalah jurus Pah Cau Sui Coa (Mencabut Rumput Mencari Ular).

Ouw Yang Hong menyaksikan jurus tersebut dengan mulut ternganga dan terbelalak, ternyata dia dapat melihat akan kehebatan jurus itu.

Pada hal Su Ciau Hwa Cu tidak menyangka Ouw Yang Hong dapat mengetahui kehebatan jurus tersebut. Ketika menyaksikan air mukanya yang begitu serius, timbullah kecurigaan Su Ciau Hwa Cu dalam hati. Dia segera berhenti, kemudian berkata dengan suara keras.

"Ouw Yang Hong, kau sudah lihat bagaimana ilmu tongkat ini?"

"Memang hebat sekali ilmu tongkat itu, tapi aku tetap tidak mau belajar ilmu silatmu itu!" sahut Ouw Yang Hong.
Su Ciau Hwa Cu tertegun.

"Mengapa kau tidak mau belajar?"

"Kakakku adalah orang yang berkepandaian amat tinggi di daerah See Hek, hanya saja aku tidak begitu berminat belajar ilmu silat. Kalau aku mau, kakakku pasti mengajariku."

Su Ciau Hwa Cu mengerutkan kening.

"Kau tidak bersedia belajar ilmu silatku?"
Ouw Yang Hong mengangguk.

"Tidak bersedia!"

Su Ciau Hwa Cu mencak-mencak.
"Penasaran! Sungguh penasaran! Aku harus membunuhmu! Aku harus membunuhmu agar tidak merasa penasaran!"

Su Ciau Hwa Cu langsung turun tangan, se-hingga membuat Ouw Yang Hong terpental jatuh. Si Pengemis Su menuding kepalanya, lalu bertanya dengan dingin sekali.

"Kau bersedia atau tidak?"

"Tidak bersedia!" sahut Ouw Yang Hong tanpa merasa takut.
Su Ciau Hwa Cu melotot seraya berkata.

"Baik, tidak bersedia berarti kau harus mampus!"

Pengemis itu mengibaskan tangannya, mem-buat Ouw Yang Hong terpental, kemudian jatuh terguling-guling.

"Ha ha!" Su Ciau Hwa Cu tertawa. "Kau mirip anjing yang terguling-guling! Kini aku akan menggunakan Tah Kauw Pang Hoat membuatmu seperti anjing meloncat tembok!" katanya.

Ouw Yang Hong menjadi nekat, ingin mengadu nyawa dengan Su Ciau Hwa Cu. Akan tetapi, ketika dia bangkit berdiri, mendadak menjadi tertegun, ternyata Su Ciau Hwa Cu dan Ang Cit Kong sudah tidak kelihatan lagi.

Ouw Yang Hong termangu-mangu di tempat. Dia sama sekali tidak tahu Su Ciau Hwa Cu dan Ang Cit Kong pergi ke sana. Berselang sesaat, barulah dia meninggalkan tempat itu.

***

Bersambung

Halo Cianpwee semuanya, kali ini siawte Akan open donasi kembali untuk operasi pencakokan sumsum tulang belakang salah satu admin cerita silat IndoMandarin (Fauzan) yang menderita Kanker Darah

Sebelumnya saya mewakili keluarga dan selaku rekan beliau sangat berterima kasih atas donasinya beberapa bulan yang lalu untuk biaya kemoterapi beliau

Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf karena ada beberapa cersil yang terhide karena ketidakmampuan saya maintenance web ini, sebelumnya yang bertugas untuk maintenance web dan server adalah saudara fauzan, saya sendiri jujur kurang ahli dalam hal itu, ditambah lagi saya sementara kerja jadi saya kurang bisa fokus untuk update web cerita silat indomandarin🙏.

Bagi Cianpwee Yang ingin donasi bisa melalui rekening berikut: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan), mari kita doakan sama-sama agar operasi beliau lancar. Atas perhatian dan bantuannya saya mewakili Cerita Silat IndoMandarin mengucapkan Terima Kasih🙏🙏

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar