-------------------------------
----------------------------
Bab 29 (Tamat)
Orang-orang Tiat Ciang Pang
terus mengitari Ouw Yang Hong. Mereka menunggu kesempatan untuk menyerangnya.
Akan tetapi, Ouw Yang Hong sama sekali tidak bangkit berdiri, kelihatannya
tidak berniat bertarung dengan mereka, sehingga membuat mereka menjadi serba
salah.
Mendadak terdengar suara
bentakan. Orang yang membentak itu adalah Liau Jauw Sing, susiok Ciu Cian Jen.
"Ouw Yang Hong, lihat
pukulan!"
Liau Jauw Sing menyerang
punggung Ouw Yang Hong, sedangkan Ouw Yang Hong sama sekali tidak siap, lagi
pula tidak menyangka bahwa mereka bersungguh-sungguh ingin mencabut nyawanya.
Saat ini, dia hanya memikirkan keselamatan Bokyong Cen dan bayi itu, tidak
menduga bahwa orang-orang Tiat Ciang Pang akan membunuhnya.
Plak!
Sebuah pukulan bersarang di
punggungnya, sehingga membuat badannya tersungkur ke depan sedikit. Sudah
barang tentu tangannya yang sedang membelai bayi itu terdorong ke depan pula,
dan seketika bayi itu menangis keras.
Orang-orang Tiat Ciang Pang
tidak menyangka bahwa pukulan Liau Jauw Sing itu akan berhasil menghantam
punggung Ouw Yang Hong. Maka mereka berdiri tertegun di tempat.
"Uaaakh . . .!"
Mulut Ouw Yang Hong
menyemburkan darah segar. Namun begitu mendengar suara tangisan bayi itu, dia
langsung mendekapnya.
"Anak Kek! Anak Kek!
Apakah aku telah membuat sakit badanmu? Aku ... aku tidak sengaja. Aku tidak
sengaja ..." katanya.
Sementara Bokyong Cen langsung
memeluk bayi itu erat-erat, kemudian bernyanyi-nyanyi kecil.
"Anak itu baru lahir,
langit cerah hari pun indah. Kekelaman hidup manusia akan sirna dengan
sendirinya. Mengandung dan melahirkan, di kolong langit baru ada bayi baru
..."
Mendengar nyanyian Bokyong Cen
itu, tanpa sadar Ouw Yang Hong mengucurkan air mata, kemudian dia berkata
kepada Liau Jauw Sing.
"Kau pergi saja! Sebuah
pukulanmu tidak dapat membunuhku. Aku pun tidak akan membuat perhitungan
denganmu."
Dia mau melepaskan Liau Jauw
Sing karena nuraninya ditimbulkan oleh kelahiran anaknya.
Akan tetapi, Liau Jauw Sing
justru keliru akan maksud Ouw Yang Hong. Dia menyangka Ouw Yang Hong takut,
maka menerima pukulan itu. Kalau sekarang tidak membunuhnya, bagaimana rasa
tanggung jawabnya terhadap suhengnya yang telah mati itu?
Karena berpikir begitu, dia
langsung menyerang lagi dengan sepasang telapak tangannya. Apa bila Ouw Yang
Hong terpukul kali ini, tentu akan terluka parah, bahkan mungkin akan mati
seketika.
Ouw Yang Hong tidak ingin
bertarung, maka hanya mengerahkan Iwee kangnya untuk menahan pukulan Liau Jauw
Sing. Badannya terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, namun kembali
berdiri tegak lagi seakan tidak terjadi apa-apa.
Menyaksikan itu, Hwa Sen Tit
tertawa dingin.
"Kau punya hubungan akrab
dengan Siang-koan Wie, kalau ingin membalas dendamnya, haruslah menggunakan
kepandaian asli!" katanya membakar hati Liau Jauw Sing.
Betapa gusarnya Liau Jauw
Sing. Dia tahu bahwa orang tua itu mencurigainya tidak menyerang Ouw Yang Hong
dengan sepenuh tenaga.
"Ouw Yang Hong, kubunuh
kau!" bentaknya.
Liau Jauw Sing menyerangnya
dengan sepenuh tenaga. Sesungguhnya Ouw Yang Hong tidak mau bertarung, namun
karena Liau Jauw Sing berulang kali menyerangnya, maka kemarahannya menjadi
bangkit. Wajahnya langsung berubah, kemudian dia mengangkat kedua tangannya dan
didorong kannya ke depan. Serangkum tenaga yang amat dahsyat menerjang ke arah
Liau Jauw Sing, membuatnya terpental lalu roboh.
Hwa Sen Tit dan semua orang
segera memapah
Liau Jauw Sing. Tampak mulut,
hidung dan sepasang matanya mengeluarkan darah, kelihatannya tidak bisa hidup
lagi.
Betapa terkejutnya Hwa Sen Tit
dan lainnya. Mereka semua berdiri tertegun di tempat, tidak tahu harus berbuat
apa.
Berselang beberapa saat,
barulah Hwa Sen Tit membuka mulut.
"Ouw Yang Hong, dalam
satu hari kau telah membunuh dua orang Tiat Ciang Pang, maka Tiat Ciang Pang
tidak akan menyudahi urusan ini!"
Bimbinglah hati Ouw Yang Hong.
Sesungguhnya dia tidak ingin membunuh orang, karena malam ini dia sudah punya
anak. Akan tetapi, pihak Tiat Ciang Pang terus mendesaknya. Kelihatannya di
dunia ini sulit menjadi orang baik, lebih gampang menjadi orang jahat.
Ouw Yang Hong memandang
mereka.
"Lebih baik kalian jangan
menggangguku, aku dan kakak ipar akan membawa pulang anak Kek!"
Hwa Sen Tit tertawa sinis.
"Ouw Yang Hong! Kau telah
membunuh dua orang Tiat Ciang Pang kami, tapi masih ingin angkat kaki dari
sini? Apakah kami akan membiarkanmu pergi?" sahutnya dengan penuh dendam.
Ouw Yang Hong mulai tidak
sabaran.
"Kau mau apa? Apakah kau
mampu mem bunuhku?" sahutnya sambil tertawa dingin.
Hwa Sen Tit tertawa panjang,
kemudian memberi isyarat. Seketika juga tampak belasan orang mengepung Ouw Yang
Hong.
Berselang sesaat, mendadak
tiga orang menyerang Ouw Yang Hong, sehingga bahu dan kaki Ouw Yang Hong
terpukul dan terasa sakit sekali.
Ouw Yang Hong menatap mereka
dengan mata berapi-api.
"Aku tidak ingin membunuh
orang, tapi orang justru ingin membunuhku, maka aku tidak boleh membiarkannya!
Kalau aku mati, bukankah Ouw Yang Kek akan jadi anak yatim? Oleh karena itu,
aku tidak boleh mati!" katanya dengan sengit.
Mendadak Ouw Yang Hong
berteriak keras. Sesungguhnya dia tidak mau berteriak keras, karena khawatir
akan mengejutkan bayi itu. Namun dia terpaksa, bahkan sekaligus melancarkan
sebuah pukulan ke arah orang yang kebetulan sedang maju.
Orang itu terpental, kemudian
roboh tak bernyawa lagi.
"Cepat bentuk formasi
Liok Hap Tiat Ciang Tin!" seru Hwa Sen Tit.
Seketika orang-orang yang
mengepung Ouw Yang Hong itu memecah menjadi enam kelompok, kemudian
menyerangnya bergantian sesuai dengan formasi tersebut. Bukan main dahsyatnya
serangan-serangan itu! Tapi Ouw Yang Hong memiliki Iwee kang yang amat tinggi,
maka mampu menahan serangan-serangan itu. Hanya saja pakaiannya sudah hancur,
tinggal pakaian dalamnya.
Keadaannya itu membuat semua
orang berhenti menyerangnya.
"Kalau kalian
meninggalkan tempat ini, aku akan menyudahi urusan ini! Tapi apabila kalian
tidak mau pergi, sehingga memaksaku turun tangan, kalian semua pasti
mati!" katanya sambil menatap mereka.
Hwa Sen Tit tertawa dingin.
"Pesilat tangguh di
kolong langit pun sulit membendung formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin! Ouw Yang
Hong, hari ini kau pasti mampus!" sahutnya lantang.
Ouw Yang Hong tidak menyahut,
hanya tertawa dingin, kemudian melirik ke arah Bokyong Cen, yang sedang duduk
sambil menggendong bayinya. Ouw Yang Hong berpikir, kalau aku membunuh orang
lagi, dia pasti tidak senang dan tidak akan memperdulikan diriku! Namun tak
bisa tidak aku harus membunuh orang, sebab mereka akan membunuhku! Bagaimana
mungkin aku mati sekarang? Sudahlah! Yang penting dia merawat anak Kek
baik-baik, tidak memperdulikan diriku juga tidak jadi masalah!
Hwa Sen Tit terus
memperhatikan Ouw Yang Hong. Ketika Ouw Yang Hong melirik ke arah Bokyong Cen
pun tidak terlepas dari matanya. Begitu melihat Bokyong Cen duduk di situ,
seketika timbul suatu rencana busuknya. Dia langsung melesat ke arah Bokyong
Cen, lalu menjulurkan tangannya mencengkeram wanita itu.
Walau matanya buta,namun
Bokyong Cen masih memiliki pendengaran yang amat tajam. Ketika mendengar
desiran angin ke arahnya, dia tahu bahwa ada orang membokongnya. Dia segera
menggeserkan badannya sedikit, sekaligus balas menyerang laksana kilat.
Hati Hwa Sen Tit tersentak.
Dia tidak menyangka bahwa wanita buta itu dapat membalas serangannya dengan
begitu cepat. Kemudian tangan orang tua itu bergerak, ternyata dia melancarkan
dua buah pukulan. Kedua pukulan itu sama sekali tidak mengeluarkan suara,
mengarah bagian dada dan kening Bokyong Cen.
Bokyong Cen tidak mendengar
suara apa-apa, namun masih sempat mengangkat tangan kirinya untuk melindungi
diri.
Plak!
Tangan kirinya berhasil
menangkis pukulan yang mengarah keningnya, tapi pukulan yang lain justru
menghantam telak bagian dadanya, sehingga membuatnya terpental ke udara.
Bokyong Cen tahu bahwa dirinya
tidak mampu melawan Hwa Sen Tit, karena orang tua itu menggunakan pukulan yang
tidak mengeluarkan suara, maka segera berteriak.
"Ouw Yang Hong! Ouw Yang
Hong ...!"
Sementara itu Ouw Yang Hong
justru sedang bertarung dengan orang-orang Tiat Ciang Pang, dan dalam keadaan
terkurung formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin. Namun ketika mendengar suara
teriakan Bokyong Cen, dia segera menoleh. Dilihatnya badan Bokyong Cen
terpental ke udara, sedangkan Hwa Sen Tit menerjang ke arahnya.
Betapa terkejutnya Ouw Yang
Hong. Dia langsung memekik keras, sehingga membuat bayi itu menangis.
Ouw Yang Hong melancarkan
beberapa pukulan ke arah orang-orang Tiat Ciang Pang yang berada di hadapannya.
Mereka terpental. Kesempatan itu digunakan Ouw Yang Hong untuk menerjang ke
arah Hwa Sen Tit.
Akan tetapi terlambat, karena
Hwa Sen Tit sudah melancarkan sebuah pukulan ke arah Bokyong Cen. Sesungguhnya
Ouw Yang Hong tidak begitu memikirkan Bokyong Cen. Namun di saat bersamaan,
terdengar suara tangisan bayi itu. Hwa Sen Tit ingin turun tangan terhadap bayi
itu, tapi merasa ragu karena mendadak Ouw Yang Hong melayang turun di
hadapannya.
Tanpa bicara, Ouw Yang Hong
langsung me nyerang Hwa Sen Tit, namun hanya menggunakan sembilan bagian
tenaganya.
Duuuk!
Pukulannya mendarat di dada
Hwa Sen Tit, sehingga badan orang tua itu terpental dua depa ke belakang. Ouw
Yang Hong tidak berhenti sampai di situ. Dia tetap menerjang ke arah Hwa Sen
Tit, sekaligus mengangkatnya ke atas dan memukulnya dua tiga kali, sehingga
mata, hidung dan mulut orang tua itu mengeluarkan darah.
Hwa Sen Tit tak mampu
bersuara, sedangkan Ouw Yang Hong masih terus menghujaninya dengan pukulan.
Berselang sesaat, barulah Ouw
Yang Hong menghentikan serangannya, kemudian berkata.
"Apa gunanya berbuat
kebaikan? Apa gunanya berhati bajik? Aku ingin berbuat baik terhadap orang,
tapi sebaliknya orang malah berbuat jahat terhadapku! Aku harus menghabisi
nyawa mereka, harus membunuh mereka satu persatu!"
Ouw Yang Hong membalikkan
badannya, menatap orang-orang Tiat Ciang Pang dengan mata melotot. Mereka kelihatan
ketakutan, dalam hati ingin cepat-cepat melarikan diri.
Namun Ouw Yang Hong segera
membentak keras, suaranya bagaikan geledek menyambar bumi.
"Kalian dengar baik-baik!
Kalian harus mem bunuh diri satu persatu, agar aku tidak perlu turun tangan terhadap
kalian!"
Semua orang berpikir, walau
kepandaian Ouw Yang Hong amat tinggi, namun belum tentu dapat menghadapi Liok
Hap Tiat Ciang Tin. Apabila mereka melarikan diri satu persatu, pasti mati di
tangan Ouw Yang Hong. Tapi kalau mereka membentuk formasi Liok Hap Tiat Ciang
Tin, mungkin malah dapat membunuhnya.
Orang-orang Tiat Ciang Pang
yang berjumlah lima belas itu segera mengepung Ouw Yang Hong dengan formasi
Liok Hap Tiat Ciang Tin. Ouw Yang Hong berdiri diam di tempat.
Berselang sesaat, formasi
tersebut mulai bergerak, berputar-putar mengitari Ouw Yang Hong. Ketika formasi
itu bergerak, Ouw Yang Hong pun ikut bergerak.
Akan tetapi, sulit baginya
untuk menyerang, sebab di saat dia baru mau menyerang, beberapa orang yang di
belakangnya pun mulai menyerangnya, sehingga Ouw Yang Hong harus berkelit. Di
saat Ouw Yang Hong berkelit, beberapa orang yang di belakangnya justru
menyerangnya pula, sehingga membuat Ouw Yang Hong menjadi sibuk.
Di saat bersamaan, dia
mendengar suara Bokyong Cen yang amat perlahan memanggilnya.
"Ouw Yang Hong . . . Ouw
Yang Hong ...!"
Mendengar suara Bokyong Cen
itu, Ouw Yang
Hong tahu bahwa Bokyong Cen
terluka parah. Kalau tidak, tentunya Bokyong Cen tidak akan memanggilnya.
Betapa bencinya Ouw Yang Hong
terhadap orang-orang Tiat Ciang Pang, karena itu dia mengambil keputusan bahwa
malam ini harus membunuh mereka semua!
Setelah mengambil keputusan
tersebut, Ouw Yang Hong lalu menatap mereka dengan mata berapi-api.
Sementara orang-orang Tiat
Ciang Pang ber girang dalam hati, sebab dengan membentuk formasi Liok Hap Tiat
Ciang Tin, Ouw Yang Hong tidak dapat melukai mereka, lagi pula mereka pun tahu
bahwa punggung Ouw Yang Hong telah terluka karena terpukul oleh Liau Jauw Sing
tadi.
Hati Ouw Yang Hong makin
cemas, karena hari sudah mulai terang, maka dia harus merawat bayi itu
baik-baik. Akan tetapi, orang-orang Tiat Ciang Pang justru masih mengepungnya.
Sedangkan Bokyong Cen masih
memanggilnya dengan suara lemah, kelihatannya sudah hampir pingsan.
"Ouw Yang Hong . . . Ouw
Yang Hong ...!"
Ouw Yang Hong tidak berani
menyahut, karena takut beberapa orang Tiat Ciang Pang akan memisahkan diri
untuk membunuh Bokyong Cen. Mendadak dia membentak keras.
"Kalian dengar baik-baik!
Aku beri kesempatan terakhir untuk kalian meninggalkan tempat ini! Kalau kalian
tidak mau pergi, aku terpaksa membunuh kalian semua!"
Orang-orang Tiat Ciang Pang
tahu Ouw Yang Hong sudah marah besar. Dia sudah terluka tapi masih tampak
begitu gagah dan kuat. Bagaimana kelak? Kalau sekarang tidak membunuhnya
mumpung dia terluka, tentu sudah tiada kesempatan lagi. Oleh karena itu, mereka
tidak mau pergi, sebaliknya malah ingin menyerangnya.
Ketika melihat mereka siap
menyerangnya, Ouw Yang Hong berkata dengan dingin.
"Baik! Baik! Aku akan
menuruti kemauan kalian!"
Badannya mulai berputar,
kemudian sepasang tangannya didorongkan ke depan secara mendadak. Seketika
terdengar suara benturan yang amat dahsyat sekali.
Bum! Buuummmm . . .!
Hari sudah terang. Sepasang
mata Ouw Yang Hong memerah, dan tangannya berlumuran darah.
Dia menatap orang-orang Tiat
Ciang Pang yang mengepungnya dengan bengis, sedangkan orang-orang Tiat Ciang
Pang memandangnya dengan tertegun dan terbelalak.
Ouw Yang Hong terus menatap
mereka dengan bengis.
"Baik! Baik! Aku akan menuruti
kemauan kalian," katanya.
Mendadak sepasang tangannya
didorongkan ke depan lagi. Seketika terdengar suara ledakan yang amat dahsyat
dan tampak tiga orang terpental beberapa depa lalu roboh. Ketiga orang itu
terluka parah, namun masih mampu bangkit berdiri.
"Ouw Yang Hong! Ouw Yang
Hong! Aku . . . aku akan membunuhmu . . .!" kata salah seorang dari mereka
dengan terputus-putus sambil menuding Ouw Yang Hong.
Akan tetapi, setelah berkata
demikian, orang itu kembali roboh dan nafasnya putus seketika.
"Ouw Yang Hong . . „
sampai jadi setan pun aku tidak akan melepaskanmu . . .!" kata orang kedua
dengan terputus-putus sambil menuding Ouw Yang Hong juga.
Orang itu juga kembali roboh,
dan nyawanya pun melayang. Demikian pula orang ketiga. Dia tidak sempat
mengucapkan sepatah kata pun, sudah kemirili roboh dan nafasnya pun putus.
Mendadak salah seorang anggota
Tiat Ciang
Pang menjatuhkan diri lalu
duduk.
"Suheng dan susiok! Kalau
kalian tidak membunuh Ouw Yang Hong, lebih baik aku bunuh diri saja!" katanya.
Orang itu mengangkat sebelah
tangannya ke atas kepala, siap menghantam ubun-ubunnya sendiri.
Sementara Ouw Yang Hong
memandang ke angkasa. Hari memang sudah terang. Dia justru tidak tahu bagaimana
keadaan Bokyong Cen dan bayi itu, sebab tiada suara apa pun.
Dia melirik ke arah mereka.
Dilihatnya Bokyong Cen duduk di tanah, dengan sepasang tangannya tetap memeluk
bayi itu. Mungkin wanita itu sudah mati, begitu pula bayinya.
Betapa sedihnya hati Ouw Yang
Hong. Oleh karena itu dia bertekad membunuh mereka semua, demi membalas dendam
Bokyong Cen dan anaknya yang baru lahir itu.
Dia bersiul panjang. Suara
siulannya bagaikan auman harimau, sehingga memecahkan nyali orang-orang Tiat
Ciang Pang. Di saat bersamaan, orang-orang Tiat Ciang Pang itu langsung duduk
bersila, kemudian mengangkat kedua tangan ke dekat dada.
Menyaksikan sikap mereka, Ouw
Yang Hong tahu bahwa mereka ingin mengadu nyawa dengannya, menyerang
menggunakan Iwee kang gabungan.
Ouw Yang Hong tertawa dingin,
lalu men jongkokkan badannya sedikit. Mulut mengeluarkan suara 'Krok! Krok!
Krok! Setelah itu, sepasang tangannya didorongkan ke depan.
Orang yang duduk di hadapan
Ouw Yang Hong langsung terpental melayang bagaikan layang-layang putus, lalu
jatuh ke tanah dengan mulut menyemburkan darah segar. Akan tetapi, di saat
bersamaan, orang-orang yang duduk di belakang Ouw Yang Hong langsung pula
menyerangnya dengan Iwee kang gabungan.
Dapat dibayangkan betapa
dahsyatnya Iwee kang gabungan mereka. Apa boleh buat, Ouw Yang Hong terpaksa
menangkis dengan sepenuh tenaga sambil berkata dalam hati. Tak disangka nyawaku
akan melayang di sini, aku akan mati di tangan orang-orang Tiat Ciang Pang.
Bukankah penasaran sekali? Namun saat ini dia tidak bisa memikirkan yang lain,
hanya memusatkan perhatian untuk mengadu nyawa dengan orang-orang Tiat Ciang
Pang.
Enam orang yang menyerang Ouw
Yang Hong dengan Iwee kang, diam-diam berkeluh dalam hati, karena mereka tidak
menduga bahwa Ouw Yang Hong memiliki Iwee kang yang begitu tinggi.
Mendadak salah seorang di
antara mereka berseru.
"Cepat! Cepat bunuh
dia!"
Orang-orang Tiat Ciang Pang
yang di belakang Ouw Yang Hong adalah para susiok Ciu Cian Jen. Mereka
terkesima akan kehebatan Iwee kang yang dimiliki Ouw Yang Hong. Apabila mereka
melakukan pembokongan, pasti Ouw Yang Hong akan mati. Namun selanjutnya
bukankah Tiat Ciang Pang akan ditertawakan kaum rimba persilatan?
Karena berpikir demikian, maka
mereka menjadi ragu untuk membokong Ouw Yang Hong, Salah seorang tua yang
sedang mengadu Iwee kang dengan Ouw Yang Hong, segera berseru lantang.
"Sialan! Kok masih belum
mau turun tangan? Jangan ragu! Kalau ragu nyawa kita pula yang akan
melayang!"
Beberapa orang yang berdiri di
belakang Ouw Yang Hong saling memandang.
"Baik! Kami akan segera
turun tangan!" sahut mereka serentak.
Kemudian mereka melakukan
penyerangan serentak ke arah punggung Ouw Yang Hong. Dapat dibayangkan betapa
dahsyatnya serangan mereka.
Saat itu Ouw Yang Hong
menggunakan Ha Mo Kang dan Iwee kang dari gurunya yang telah berlatih enam
puluh tahun. Tapi Ouw Yang Hong tetap tidak memperoleh kemenangan. Dia berkata
dalam hati. Habislah nyawaku! Tadi aku tidak perlu berbiji k hati. Seharusnya
dari tadi kubunuh mereka dengan Ha Mo Kang! Kini aku menyesal tapi terlambat.
Kelihatannya aku akan mati di tangan mereka! Tiat Ciang Pang sungguh tak tahu
malu, hanya berani main keroyok!
Ketika serangan-serangan yang
dilancarkan orang-orang Tiat Ciang Pang hampir mengena sasaran,
sekonyong-konyong terdengar suara bentakan gusar.
"Berhenti! Ketenaran nama
Tiat Ciang Pang telah hancur di tangan kalian!"
Tampak seseorang melesat ke
arah mereka dan langsung menyerang beberapa orang yang melancarkan pukulan ke
arah punggung Ouw Yang Hong.
Apa boleh buat, mereka
terpaksa harus membalikkan badan untuk menangkis serangan yang dilancarkan
orang itu.
Siapa orang tersebut? Ternyata
adalah Ciu Cian Jen.
Seseorang langsung membentak
dengan penuh kegusaran.
"Ciu Cian Jen! Kau adalah
ketua Tiat Ciang Pang! Kalau kau mendengar perkataan kami, membantu kami
membunuh Ouw Yang Hong ini, maka kami tetap mengangkatmu sebagai ketua!"
"Kalian semua adalah
tingkatan tuaku, namun justru begitu tak tahu malu! Belasan orang mengeroyok
satu orang, sehingga ketenaran Tiat
Ciang Pang hancur di tangan
kalian! Bagaimana kaum rimba persilatan tidak mentertawakannya?" sahut Ciu
Cian Jen.
"Ciu Cian Jen, di sini
tidak terdapat orang lain! Asal kau mau turun tangan, kita pasti dapat membunuh
Ouw Yang Hong, dan kau pun tetap jadi ketua Tiat Ciang Pang!" kata orang
itu.
"Ciu Cian Jen, kita semua
adalah orang-orang Tiat Ciang Pang! Hwa susiok sudah mati, sedangkan kami tidak
mau jadi ketua! Asal kau bersedia membantu kami, kami pasti tetap mengangkatmu
jadi ketua, tidak akan menelan kembali ucapan ini!" sambung salah seorang
lainnya.
Ciu Cian Jen berdiri di
tempat. Dia memandang Ouw Yang Hong lalu memandang orang-orang Tiat Ciang Pang,
tidak tahu harus bagaimana baiknya.
Mendadak seseorang berbicara.
Yang berbicara itu justru seorang wanita. Ucapannya diselingi dengan suara tawa
nyaring.
"Mereka bilang di sini
tidak terdapat orang lain, apakah kita dan mereka merupakan satu partai? Kita
bukan orangnya! Ya, kan?"
Terdengar suara sahutan
seorang wanita yang amat nyaring.
"Di sini justru terdapat
orang-orang kita sendiri, namun majikan sudah lelah sekali, maka kita harus
membantunya! Ya, kan?"
Orang-orang Tiat Ciang Pang
segera memben tak.
"Siapa? Cepat
keluar!"
Terdengar suara tawa wanita,
kemudian terdengar pula sahutannya.
"Keluar ya keluar!
Memangnya kami takut pada kalian? Aku khawatir kalian akan kehilangan sukma,
begitu kami muncul!"
Salah seorang Tiat Ciang Pang
membentak lagi.
"Siapa? Cepat perlihatkan
dirimu!"
"Aku harus perlihatkan
diri? Katakan! Perlukah kita keluar?" sahut wanita itu.
Terdengar lagi suara sahutan
wanita lain. ..,m "Mengapa tidak? Kalau kita tidak keluar, bagaimana
mereka bisa melihat kita?"
Terdengar suara tawa tiga
orang wanita, setelah itu, salah seorang wanita berkata.
"Mereka tidak melihatmu
tidak jadi masalah, tapi kalau majikan tidak melihatmu, kau pasti berduka
sekali!"
Mendadak terdengar begitu
banyak suara tawa wanita. Berdasarkan suara tawa itu, dapat diperkirakan wanita
itu berjumlah belasan orang.
Pihak Tiat Ciang Pang mengira
tiada orang di tempat itu, maka akan membunuh Ouw Yang Hong dengan cara
mengeroyok dan membokongnya. Namun kisi terdengar suara-suara wanita, sehingga
merek» tidak dapat melakukan perbuatan tersebut.
"Siapa? Jangan
bersembunyi, cepat keluar!" bentak salah seorang Tiat Ciang Pang.
Berselang sesaat, tampak
belasan wanita berjalan ke luar perlahan-lahan dengan lemah gemulai.
Siapa wanita-wanita itu? Pihak
Tiat Ciang Pang sama sekali tidak kenal mereka, juga tidak pernah melihat
begitu banyak wanita cantik tapi amat genit. Mereka berdiri di hadapan
orang-orang Tiat Ciang Pang sambil tersenyum-senyum.
Belasan wanita itu semuanya
mengenakan pakaian putih, cantik manis tapi kelihatan genit sekali. Mereka
memandang orang-orang Tiat Ciang Pang sambil tertawa cekikikan. Suara tawa
mereka amat menggetarkan kalbu.
Begitu melihat kemunculan
mereka, giranglah hati Ouw Yang Hong. Dia tahu bahwa mereka memiliki kepandaian
yang cukup lumayan. Mereka tidak cuma lihay di atas ranjang, namun juga lihay
ilmu silatnya. Yang mengepalai wanita-wanita itu, tidak lain adalah Sui Cing Csng.
Ketika melihat kemunculan
wanita-wanita itu, pihak Tiat Ciang Pang memandang remeh pada mereka. Semula
pihak Tiat Ciang Pang mengira wanita-wanita itu jago tangguh dari mana, tidak
tahunya hanya merupakan wanita-wanita genit. Setelah membunuh Ouw Yang Hong,
barulah membunuh wanita-wanita itu! Demikian pikir orang-orang Tiat Ciang Pang.
Sui Cing Cing memandang
orang-orang Tiat Ciang Pang.
"Tahukah kalian, siapa
aku?" tanyanya sambil tersenyum-senyum manis.
"Siapa kau? Masih belum
mau pergi? Kalau kalian berada di sini pasti mati . . ." sahut salah
seorang Tiat Ciang Pang.
Begitu melihat Sui Cing Cing,
orang itu menjadi kesengsem, maka bicaranya pun berubah menjadi lembut.
"Namaku Sui Cing Cing.
Aku adalah wanita penghibur yang amat terkenal di daerah Kang Lam. Banyak
lelaki mencariku! Tahukah kau, lelaki yang bagaimana yang sering
mencariku?" kata Sui Cing Cing.
Tentunya orang Tiat Ciang Pang
itu tidak tahu, maka dia menggeleng-gelengkan kepala. Sui Cing Cing tertawa.
"Kau kok bodoh amat sih?
Lelaki yang mencariku tentunya merupakan keluarga kaisar dan keluarga hartawan,
bahkan juga terdapat para pendekar. Coba kau katakan, ketika mereka mencariku,
apa yang kuhendaki dari mereka?"
Sudah pasti orang Tiat Ciang
Pang itu tidak tahu, maka dia menggeleng-gelengkan kepala lagi.
Sui Cing Cing tertawa
cekikikan.
"Kuberitahukan kau saja!
Aku membuat mereka senang, setelah mereka merasa senang, lantas memberitahukan
padaku tentang ini dan itu . . ." katanya dengan suara nyaring.
Orang Tiat Ciang Pang itu tampak
tertegun. Dia memandang Sui Cing Cing dengan mata terbelalak.
Sui Cing Cing berkata lagi.
"Lebih baik kuberitahukan
saja! Ketika mereka mau pergi, kusuruh mereka mengajariku beberapa jurus ilmu
silat," kata Sui Cing Cing.
Kemudian dia bergerak cepat,
tangannya memegang punggung orang itu, sekaligus mengarah jalan darah di
punggung orang itu pula.
"Tuan besar, mau diapakan
orang ini?" tanyanya kepada Ouw Yang Hong.
Tentunya Ouw Yang Hong tahu
bagaimana kepandaian Sui Cing Cing.
"Bunuh!" sahutnya
dengan segera.
Sui Cing Cing langsung
mengerahkan Iwee kangnya. Orang Tiat Ciang Pang itu menatapnya dengan
terbeliak, kemudian roboh dan mulutnya menyemburkan darah segar.
Ternyata belasan wanita itu,
sering belajar ilmu silat kepada si Kerdil Jen It Thian, dan di waktu senggang,
mereka pun terus berlatih, maka cukup lumayan ilmu silat mereka.
Berhubung malam harinya Ouw
Yang Hong tidak datang di tempat mereka, maka mereka bertanya kepada beberapa
pelayan, barulah mereka lahu bahwa Ouw Yang Hong pergi mengejar Bok yong Cen.
Oleh karena itu, mereka segera pergi mencarinya.
Di saat kemunculan belasan
wanita itu, Ciu Cian Jen mengambil keputusan, lalu berkata dengan
sungguh-sungguh.
"Mereka telah membunuh
kakak ipar majikan kalian dan bayi itu, cepatlah kalian bunuh mereka!"
Betapa gusarnya orang-orang
Tiat Ciang Pang mendengar ucapan Ciu Cian Jen itu.
"Kau adalah murid murtad
Siangkoan Wie! Kau mengkhianati Tiat Ciang Pang! Kau pasti akan disambar
geledek!" caci mereka dengan sengit.
Ciu Cian Jen tertawa dingin.
"Kalian semua juga bukan
orang baik. Bukankah kalian kemari untuk membunuhku? Hari ini aku akan mengadu
nyawa dengan kalian!" katanya sepatah demi sepatah.
Dia langsung menyerang
beberapa orang Tiat Ciang Pang. Ternyata mereka adalah para paman gurunya, maka
terjadilah pertarungan sengit di antara mereka.
Sedangkan Sui Cing Cing
cepat-cepat mendekati Ouw Yang Hong.
"Tuan besar, bagaimana
keadaanmu? Tidak apa-apa?1' tanyanya dengan cemas sambil menatapnya.
Ouw Yang Hong mengangguk,
kemudian berkata dengan sengit. "Bunuh! Bunuh!"
Sui Cing Cing segera memberi
aba-aba kepada para anak buahnya. "Bunuh mereka!"
Belasan wanita itu langsung
menyerang orang-orang Tiat Ciang Pang. Sudah barang tentu keenam orang Tiat
Ciang Pang yang sedang mengadu Iwee kang dengan Ouw Yang Hong itu menjadi
kewalahan sekali. Mereka terpaksa menarik kembali Iwee kang masing-masing, lalu
melayani belasan wanita yang melancarkan serangan dengan senjata dan tangan
kosong itu.
Di antara para wanita itu yang
tidak ikut menyerang hanya Sui Cing Cing dan wanita gemuk. Apabila belasan
wanita itu kewalahan menghadapi keenam orang Tiat Ciang Pang, barulah mereka
turun tangan membantu.
Setelah belasan wanita itu
menyerang, Ciu Cian Jen menjadi senggang. Dia melihat keadaan di tempat itu
seraya berkata dalam hati. Kelihatannya para wanita itu akan bertarung seimbang
dengan orang-orang Tiat Ciang Pang, namun mungkin juga mereka akan mati di
sini. Sedangkan para paman guru juga berada di sini semua. Mereka berniat jahat
terhadapku. Mengapa aku harus berlaku sungkan terhadap mereka? Aku harus
memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh mereka, agar diriku tetap menjadi
ketua. Pasti para anggota Tiat Ciang Pang tidak berani menentangku!
Kemudian dengan mendadak dia
melancarkan sebuah pukulan ke arah punggung salah seorang Tiat Ciang Pang, yang
sedang bertarung itu.
Buuuk!
Orang itu langsung muntah
darah. Ketika melihat yang menyerangnya adalah Ciu Cian Jen, dia langsung
menuding seraya berkata terputus-putus.
"Kau . . . bagus . . .
bagus sekali..."
Orang itu tidak dapat
melanjutkan ucapannya karena telah roboh dan nafasnya putus seketika.
Sui Cing Cing tidak tahu siapa
Ciu Cian Jen. Namun ketika melihat Ciu Cian Jen membunuh salah seorang Tiat
Ciang Pang, dia langsung bertepuk tangan sambil tertawa gembira.
"Bagus! Bagus! Pukulanmu
sungguh bagus!" serunya.
Sementara pertarungan itu
terus berlangsung dengan seru dan sengit. Kini hanya tersisa empat orang.
Keempat orang itu tampak gugup. Kelihatannya mereka ingin melarikan diri, namun
tidak ada kesempatan karena belasan wanita itu terus mengepung mereka.
Mendadak salah seorang Tiat
Ciang Pang mendekati Sui Cing Cing, sekaligus ingin membokongnya. Akan tetapi,
Ciu Cian Jen bergerak cepat melancarkan sebuah pukulan ke arah orang itu.
Buuuk!
Orang itu terpental lalu
jatuh. Salah seorang anak buah Sui Cing Cing langsung menusuknya dengan pedang.
"Aaaakh . . .!"
Orang itu menjerit, dan tak
lama kemudian nyawa pun melayang. Kini hanya tinggal tiga orang. Mereka bertiga
saling memandang, rupanya ingin melarikan diri, namun tak ada kesempatan.
Sui Cing Cing memandang ketiga
orang itu sambil tertawa.
"Lebih baik kalian
cepat-cepat berlutut, mungkin tuan besar kami akan mengampuni kalian!"
katanya dengan nyaring.
Ketiga orang itu membentak
gusar, lalu serentak menyerang wanita itu dengan sengit.
Mereka mengira Sui Cing Cing
akan berkelit, maka mereka akan menerjang ke luar untuk melarikan diri. Akan
tetapi, wanita itu justru tahu akan maksud tujuan mereka. Dia tidak berkelit,
sebaliknya malah mengayunkan pedangnya menyerang salah seorang dari mereka.
Serangan tersebut justru menahan orang itu, sedangkan yang lain menyingkir ke
arah Ciu Cian Jen dan ke arah belasan wanita itu. Orang yang menyingkir ke arah
belasan wanita itu, langsung melancarkan sebuah pukulan pada wanita yang
berdiri di paling depan. Wanita itu tidak menduga akan adanya serangan, maka
dia ingin berkelit tapi terlambat.
Duuuk!
Sebuah pukulan telak mengenai
dadanya. Tubuh wanita itu terpental lalu jatuh. Mulutnya menyemburkan darah
segar, dan tak lama kemudian nyawanya pun melayang.
Betapa gusarnya Sui Cing Cing.
Dia membentak seraya melesat ke arah orang itu, sekaligus menyerangnya dengan
pedang.
Di saat bersamaan, Ciu Cian
Jen juga melancarkan sebuah pukulan ke arah orang itu. Terdengar suara jeritan
menyayat hati, ternyata orang itu terhantam pukulan yang dilancarkan Ciu Cian
Jen.
Orang itu terpental ke arah
salah seorang wanita yang memegang golok. Dengan gerakan reflek, wanita itu
mengayunkan goloknya menyabet leher orang itu.
Serrrt!
Tampak cahaya golok itu
berkelebat, dan seketika putuslah leher orang itu, sehingga kepalanya jatuh dan
kemudian menggelinding di tanah.
"Auuuh!" jerit
wanita itu.
Dia sama sekali tidak berani
melihat kepala yang menggelinding itu.
Sementara Ciu Cian Jen tidak
berhenti sampai di situ. Dia membantu Sui Cing Cing, melancarkan beberapa
pukulan ke arah orang itu. Bukan main terkejutnya orang itu. Dia berusaha
berkelit tapi sebuah pukulan telah bersarang di dadanya.
Duuuk!
Orang itu terpental jatuh. Di
saat bersamaan, Sui Cing Cing menusukkan pedangnya dan tepat mengenai dada
orang itu hingga tembus.
Kini hanya tersisa beberapa
orang yang mengadu Iwee kang dengan Ouw Yang Hong. Tampak ubun-ubun mereka
mengeluarkan uap. Walau mereka diam di tempat, namun sudah melihat kejadian
itu. Maka sudah barang tentu mereka menjadi gugup, panik dan tercekam rasa
takut. Apalagi mereka melihat belasan wanita itu berjalan mendekati mereka,
membuat mereka semakin cemas.
Sui Cing Cing memandang Ouw
Yang Hong.
"Tuan besar, mereka sudah
seperti orang mati. Tidak perlu kita mengadu Iwee kang lagi dengan mereka.
Lebih baik simpan tenagamu untuk meng hadapiku dan sembilan wanita ini!"
Ouw Yang Hong mendongakkan
kepala, lalu melototinya. Sui Cing Cing langsung diam, tidak berani bersuara
lagi, hanya meleletkan lidahnya saja.
Wanita-wanita itu mendekati
Bokyong Cen. Ternyata Bokyong Cen masih dalam keadaan pingsan, tapi tetap
memeluk bayinya erat-erat. Salah seorang wanita ingin menggendong bayi itu,
namun Bokyong Cen yang dalam keadaan pingsan, sama sekali tidak mau
melepaskannya, sehingga wanita itu terpaksa membiarkannya.
Sui Cing Cing tahu bahwa Ouw
Yang Hong amat mengkhawatirkan Bokyong Cen dan bayinya. Setelah menengok
Bokyong Cen dan bayi itu, dia segera mendekati Ouw Yang Hong.
"Tuan besar, legakanlah
hatimu! Dia memang terluka tapi tidak apa-apa, sedangkan bayi itu sudah
pulas."
Begitu mendengar ucapan itu,
giranglah hati Ouw Yang Hong. Semula dia mengira bahwa Bokyong Cen dan anaknya
itu telah mati, namun ternyata kedua-duanya masih hidup. Akan tetapi, dia tetap
ingin membunuh keenam orang Tiat Ciang Pang yang mengadu Iwee kang dengannya.
Mendadak Ouw Yang Hong
mengerahkan Iwee kangnya hingga pada puncaknya. Mulutnya me-ngeluarkan suara
'Krok! Krok! Krok!' Lalu mendorongkan sepasang tangannya ke depan seraya
membentak.
"Kalian semua harus
mampus!"
Bukan main dahsyatnya tenaga
dorongan itu.
Keenam orang lawannya
terdorong ke belakang hingga membentur tembok. Namun tiada seorang pun yang
terluka parah. Ternyata Ouw Yang Hong juga sudah kehabisan tenaga.
Ouw Yang Hong bangkit berdiri,
lalu memandang Sui Cing Cing seraya berkata.
"Cepat! Cepat! Cepat
gendong bayi itu kemari, aku ingin melihatnya!"
Para penghuni Perkampungan Pek
Tho San Cung sama sekali tidak tahu hubungan Ouw Yang Hong dengan Bokyong Cen,
begitu pula dengan Sui Cing Cing dan wanita-wanita lain. Mereka hanya tahu
bahwa Bokyong Cen adalah kakak iparnya. Ketika melihat Ouw Yang Hong begitu
menaruh perhatian pada Bokyong Cen dan bayi itu, hati mereka amat terharu
sekali. Mereka justru tidak tahu, bayi itu adalah anak atau darah daging Ouw
Yang Hong.
Sui Cing Cing segera
menggendong bayi itu, kemudian diperlihatkan pada Ouw Yang Hong.
Betapa girangnya Ouw Yang
Hong. Dipandangnya bayi itu seraya bergumam perlahan-lahan.
"Ouw Yang Kek! Ouw Yang
Kek! Kau adalah generasi penerus dari keluarga Ouw Yang. Kau juga majikan muda
Perkampungan Pek Tho San Cung. Kau akan malang melintang di kolong langit.
Siapa berani melawanmu?"
Dipandangnya bayi itu dengan
penuh kasih sayang, berbeda dengan hari-hari biasa.
Mendadak Sui Cing Cing
bertanya.
"Tuan besar, mau diapakan
orang-orang Tiat Ciang Pang itu?"
Sementara keenam orang itu
masih tergeletak di tanah. Nafas mereka masih lemah. Mereka me mandang Ouw Yang
Hong dengan terbelalak, tidak bersuara sama sekali.
"Mereka harus dibunuh
semua!"
Sui Cing Cing mengangguk, lalu
segera memberi perintah kepada para anak buahnya. Seketika para anak buahnya
mengayunkan senjata masing-masing ke arah enam orang itu. Mereka berenam ingin
melawan, tapi badan mereka masih lemah, tidak kuat melakukan perlawanan.
Ouw Yang Hong menggendong
anaknya sambil tertawa dingin.
"Nak, kau harus seperti
diriku, jangan menghiraukan omongan orang lain maupun peraturan rimba persilatan!
Apa yang harus dikerjakan, kerjakan saja!" katanya.
Usai berkata, Ouw Yang Hong
lalu pergi menengok Bokyong Cen. Tampak Bokyong Cen meringkuk di tanah.
Wajahnya pucat pias, karena kehilangan banyak darah ketika melahirkan, ditambah
bagian dadanya terpukul, sehingga membuatnya menderita luka dalam yang amat
parah.
Ketika menyaksikan Bokyong Cen
yang begitu mengenaskan, timbullah rasa iba dalam hatinya.
"Kakak ipar! Kakak ipar .
. .!" serunya dengan sekeras-kerasnya.
Bokyong Cen tidak menyahut.
Oleh karena itu Ouw Yang Hong segera meraba hidungnya. Ternyata masih ada
sedikit nafas. Namun bisa ditolong atau tidak, Ouw Yang Hong sama sekali tidak
tahu. Kemudian dia berkata dalam hati. Memang bangsat Tiat Ciang Pang! Aku
harus membunuh mereka semua! Kalau tidak, rasa dendamku tidak akan hilang
selamanya!
Ouw Yang Hong mendekati
orang-orang Tiat Ciang Pang yang dalam keadaan terkepung belasan wanita itu,
lalu dipandangnya sambil tertawa dingin.
Salah seorang Tiat Ciang Pang
itu melihatnya, langsung berteriak-teriak sambil menudingnya.
"Ouw Yang Hong, kau telah
mencelakai Tiat Ciang Pang! Aku jadi setan pun tidak akan melepaskanmu!"
Usai berteriak-teriak,
mendadak orang itu mengangkat sebelah tangannya untuk menghantam ubun-ubunnya
sendiri.
Plaaak!
Tanpa mengeluarkan suara
jeritan, orang itu langsung roboh binasa, otaknya berhamburan ke mana-mana.
Ouw Yang Hong tertawa dingin,
kemudian memandang yang lain seraya berkata sepatah demi sepatah.
"Kalian memang gagah dan
tidak takut mati! Aku memang harus menuruti kemauan kalian!"
Ouw Yang Hong melancarkan
sebuah pukulan ke arah mereka. Seketika terdengar suara jeritan.
Ternyata mereka roboh dan tak
bernyawa lagi.
Kini pihak Tiat Ciang Pang
hanya tersisa satu orang, yaitu Ciu Cian Jen. Ouw Yang Hong meng-hampirinya dan
memandangnya seraya bertanya.
"Mengapa kau mau
membantuku?"
"Aku tidak membantumu,
hanya menyelamatkan dan membantu diriku saja," sahut Ciu Cian Jen dengan
dingin.
Ouw Yang Hong tertawa.
Kelihatannya dia mulai merasa suka pada Ciu Cian Jen, ketua haru Tiat Ciang
Pang itu, bahkan juga tahu bahwa Ciu Cian Jen berkata sesungguhnya. Apabila
orang-orang Tiat Ciang Pang itu masih hidup, pasti Ciu Cian Jen tidak bisa
menjadi ketua, bahkan mungkin nyawanya pun akan melayang di tangan mereka.
Ouw Yang Hong berkata
perlahan-lahan. "Ciu Cian Jen, para jago tangguh Tiat Ciang Pang berjumlah
delapan belas orang, boleh dikatakan semuanya mati di tanganku. Kalau kau ingin
menuntut balas, hari ini merupakan kesempatan yang amat baik bagimu. Silakan turun
tangan.”
"Ouw Yang Hong, aku mau
bunuh kau, tentunya bukan di saat ini! Almarhum pangcu menyuruhku menjaga Nona
Bokyong, namun tidak ku laksanakan dengan baik. Aku merasa amat malu. Mengenai
orang-orang Tiat Ciang Pang ini, boleh dikatakan adalah tingkatan tuaku, tapi
mereka tidak menuruti perintahku sebagai ketua baru, berarti mereka adalah
pengkhianat, harus dihukum mati. Kini mereka sudah mati, itu memang merupakan
hukuman bagi mereka," sahut Ciu Cian Jen.
Ketika mendengar kata-kata Ciu
Cian Jen itu, Ouw Yang Hong tahu bahwa Ciu Cian Jen tidak berniat bermusuhan
dengannya, maka dia diam saja.
Sedangkan Ciu Cian Jen juga
tidak mau bicara. Dia hanya berjalan mendekati mayat gurunya yang berada di
atas tumpukan kayu, lalu bersujud.
"Suhu, susiok dan sucou
telah mati, itu merupakan hukuman bagi mereka. Mulai sekarang, Tiat Ciang Pang
pasti punya harapan yang baik dan cemerlang," kalanya.
Setelah bersujud dan berkata
begitu, Ciu Cian Jen lalu menyalakan kayu-kayu itu untuk membakar mayat
gurunya.
Berselang beberapa saat, mayat
Siangkoan Wie sudah terbakar menjadi abu. Ciu Cian Jen melepaskan baju luarnya
untuk membungkus abu gurunya. Sesudah itu, dia berjalan pergi tanpa pamit
kepada siapa pun.
Sementara Ouw Yang Hong terus
berdiri ter-mangu-mangu di hadapan Bokyong Cen. Berselang sesaat, dia
menyerahkan bayi itu kepada Sui Cing
Cing kemudian mendekati
Bokyong Cen sekaligus memeluknya erat-erat.
"Cepatlah kau sadar!
Cepatlah kau sadar!" teriaknya.
Setelah berteriak, Ouw Yang
Hong lalu duduk dan menaruh Bokyong Cen di pangkuannya. Setelah itu, dia
menotok beberapa jalan darah Bokyong Cen dan menyalurkan hawa murninya ke dalam
tubuh wanita itu.
Beberapa saat kemudian, Ouw
Yang Hong menatapnya seraya bergumam.
"Apa yang kau katakan
memang benar, apa yang kau katakan memang benar! Kau bilang harus jadi orang
baik, jangan membunuh orang lagi. Kalau begitu, aku tidak akan membunuh orang
lagi. Mereka pun tidak mampu membunuhku, juga tidak bisa membunuhmu maupun
membunuh anak Kek. Kalau masih ada aku, siapa pun tidak akan berani mengganggu
kalian."
Ouw Yang Hong terus memandang
Bokyong Cen yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Dia menghela nafas
panjang.
Di saat bersamaan, mendadak
Bokyong Cen mengeluarkan sedikit suara dan perlahan-lahan siuman. Sepasang
tangannya meraba kesana kemari. Kelihatannya dia mencari sesuatu, tetapi justru
tidak berhasil merabanya.
"Anakku! Anakku! Dimana
anakku?" teriaknya.
Ouw Yang Hong cepat-cepat
memberi isyarat kepada Sui Cing Cing, agar bayi itu segera dibawa ke hadapan
Bokyong Cen.
Sui Cing Cing mengangguk, dan
langsung membawa bayi itu ke hadapan Bokyong Cen yang masih, meraba kesana
kemari. Bokyong Cen berhasil meraba bayi itu, dan juga tahu bahwa di dekatnya
ada wanita lain.
"Siapa dia? Siapa
dia?" tanyanya. "Dia bukan Cah Liau Ting! Dia bukan Cah Liau
Ting!" Dia tampak cemas sekali. "Ouw Yang Hong, Ouw Yang Hong!"
Ouw Yang Hong menjulurkan
tangannya memegang lengan Bokyong Cen.
"Aku di sini. Aku di
sini," sahutnya dengan lembut.
"Ouw Yang Hong, kau jangan
menyerahkan anakku kepada wanita lain! Kau ... kau yang harus merawatnya! Kau
dengar tidak?"
Ouw Yang Hong manggut-manggut
sambil memandang Bokyong Cen. Sepasang matanya buta, itu tidak lain demi
dirinya. Teringat akan kejadian itu, tanpa sadar Ouw Yang Hong mengucurkan air
mata, kemudian memeluknya erat-erat sambil menangis terisak-isak.
"Kau . . . kau menangis?
Kau menangis?" kata Bokyong Cen dengan lembut.
Ouw Yang Hong membelai rambut
Bokyong Cen. Wajah wanita itu tampak semakin pucat dan nafasnya mulai memburu.
Menyaksikan itu, Ouw Yang Hong segera berkata.
"Aku tahu bagaimana
pikiranmu. Kau mau pergi, karena tidak bersedia bersamaku. Tapi sekarang kau
sudah punya anak. Kau boleh tinggal bersama bayi itu di dalam Perkampungan Pek
Tho San Cung. Aku tidak akan kesana mengganggumu, namun ijinkanlah aku
mengintip bayi itu! Kau tidak boleh ke markas Tiat Ciang Pang, sebab mereka
bukan orang baik, tentunya akan menghinamu.”
Perlahan-lahan Bokyong Cen
mengangkat sebelah tangannya untuk mengusap wajah Ouw Yang Hong.
"Ketika kita berada di
gurun pasir, aku sudah tahu bahwa kau orang baik. Tapi kenapa kau melakukan
perbuatan jahat? Aku tidak akan pergi ke markas Tiat Ciang Pang. Nafasku sudah
memburu, tidak mungkin aku bisa pergi." Bokyong Cen berhenti sejenak,
kemudian melanjutkan dengan suara lemah. "Ouw Yang Hong, aku ingin memohon
padamu, janganlah kau tolak .. ."
Ouw Yang Hong manggut-manggut.
"Aku tidak akan menolak.
Apa pun permohonanmu, .uku pasti mengabulkannya."
Bokyong Cen tersenyum, lalu
berkata perlahan-lahan dan suaranya semakin lemah.
"Kau jangan memberitahu
anak Kek, bahwa kau adalah ayah kandungnya! Seumur hidupmu hanya boleh
.memanggilnya keponakan ..."
Ouw Yang Hong sedih sekali.
"Mengapa anak Kek tidak
boleh memanggilku ayah? Dia adalah darah dagingku, mengapa dia tidak boleh tahu
itu?" tanyanya dengan suara gemetar.
Bokyong Cen terbatuk-batuk
beberapa kali. Tampak darah mengalir keluar dari mulutnya. Kemudian dia
'.^rsenyum sedih.
"Bagaimana kalau dia tahu
tentang kakakmu dengan Pek Bin Lo Sat, etan bagaimana pandangan-nya terhadapmu
denganku? Dia adalah seorang anak, apakah dia dapat bertahan tentang semua itu?
Seandainya dia.tahu, lalu bagaimana dia jadi orang di dunia persilatan?"
Ouw Yang Hong terdiam, namun
berkata dalam hati, mulai sekarang dia bukan lagi seorang diri yang bisa pergi
sesuka hatinya, sebab dia sudah mempunyai Ouw Yang Kek, dia harus
membesarkannya. Apabila Ouw Yang Kek tidak mengerti akan urusannya dengan Ouw
Yang Coan, tentunya akan menimbulkan berbagai macam masalah bagi dirinya. Oleh
karem» itu, Ouw Yang Hong berkata.
"Legakaniah naifmu,
selamanya aku tidak akan memberitahukan pada Ouw Yang Kek tentang hal yang
sebenarnya!"
Nafas Bokyong Cen semakin
memburu, dan wajahnya sudah pucat pias sekali. Tiba-tiba Bokyong Cen
menggenggam tangan Ouw Yang Hong erat-erat, bibirnya bergerak-gerak seakan
ingin mengucapkan sesuatu, namun sudah tidak dapat mengeluarkan suara.
"Kau mau bicara
apa?" tanya Ouw Yang Hong.
Bibir Bokyong Cen terus
bergerak, tapi tetap tidak dapat mengeluarkan suara. Ouw Yang Hong segera
menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuhnya, barulah Bokyong Cen dapat
mengeluarkan suara lirih.
"Rawat . . . rawat Ouw
Yang Kek . . . rawat . . . rawat dia . . . baik . . . baik .. .!"
Ouw Yang Hong mengangguk dan
mengangguk lagi. Tangan Bokyong Cen yang menggenggam lengan Ouw Yang Hong
terlepas perlahan-lahan.
"Bokyong Cen! Bokyong Cen
...!" teriak Ouw Yang Hong.
Bokyong Cen diam. Ternyata
nafasnya sudah putus. Apabila Bokyong Cen tidak mati, pasti Ouw Yang Hong tidak
akan melakukan kejahatan lagi. Dia akan menjadi orang baik. Akan tetapi,
Bokyong Cen justru mati.
Ouw Yang Hong menggendong
Bokyong Cen, lalu perlahan-lahan berjalan ke luar meninggalkan kuil tua itu
sambil bergumam.
"Kau ikut aku pulang, ikut
aku pulang saja! Aku akan terus berlatih Ha Mo Kang dan Hong Hoang Lak, sebab
lima tahun yang akan datang aku akan ke Gunung Hwa San bertanding dengan Ong
Tiong Yang, Toan Hong Ya, Oey Yok Su dan Ang Cit Kong. Lihatlah, apa aku yang
akan meraih gelar jago nomor wahid di kolong langit? Aku Ouw Yang Hong pasti
berhasil meraih gelar itu . .."
Ouw Yang Hong terus berjalan
menuju Perkampungan Pek Tho San Cung dengan membopong jasad Bokyong Cen.
Sui Cing Cing menggendong bayi
itu dan wanita cantik lainnya, terus mengikuti Ouw Yang Hong dari belakang.
TAMAT