BAGIAN 41: PEMUDA BERBAJU KUNING
ONG TIONG YANG bangkit dari
duduknya, kemudian melangkah kedekat meja pemuda berbaju kuning itu.
Sekilas ia melirik kepada Lie
Siu Mie, terhyata sigadis tengah melangkah meninggalkan ruang rumah makan
tersebut.
Ong Tiong Yang telah
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada pemuda baju kuning itu,
membuat pemuda itu jadi terkejut dan cepat2 melompat bangun dan membalas hormat
dari pendeta ini.
„Maafkan Pinto mengganggu
sebentar....!" kata Ong Tiong Yang.
Pemuda itu mengangguk dengan
ramah, kemudian katanya dengan suara yang sabar: „Siapakah totiang........
apakah kita pernah bertemu ..... maafkan aku seperti lupa
segalanya.......!"
Mendengar sampai disitu, Ong
Tiong Yang tersenyum, ia berkata: „Apakah Hengtai (saudara) yang bernama
Auwyang Hong ?”
„Ihhh..... !" seru pemuda
baju kuning itu mengandung keterkejutan.
Sedangkan Ong Tiong Yang tetap
yakin bahwa pemuda ini benar2 bernama Auwyang Hong. „Bolehkah Pinto mengganggu
Hengtai sejenak?" tanyanya.
„Ya....,ya boleh......!"
sahut pemuda itu.
„Tetapi tunggu dulu, totiang
darimana totiang mengetahui she dan namaku begitu jelas?"
„Pinto diberitahukan oleh
seseorang" menjelaskan Ong Tiong Yang.
„Justru Pinto menemui Hengtai
akan menyampaikan seauatu.......!" "
„Mengetahui dari seseorang ?
Siapakah orang itu?" tanya Auwyang Hong tidak sabar.
„Sabar, nanti Hengtai akan
lekas mengetahuinya!" kata Ong Tiong Yang.
„Bolehkah Pinto duduk bersama
dengan Hengtai ?"
„Oh silahkan....,
silahkan.....!"kata Auwyang Hong cepat.
„Maafkanlah, karena heran,
sampai aku lupa untuk mengundang duduk pada Totiang...!"
Ong Tiong Yang duduk disebuah
kursi yang berhadapan dengan pemuda itu, kemudian katanya dengan sabar:
„Beberapa waktu yang lalu Pinto bertemu dengan se seorang dan justru orang itu
telah memberitahukan bahwa nama Hengtai adalah Auwyang Hong.
„Memang benar namaku Auwyang
Hong, dan bolehkah Siauwte (adik) mengetahui siapakah nama orang yang
memberitahukan Totiang mengenai namaku itu? Dan juga siapa& Totiang?
Ong Tiong Yang tersenyum.
„Pinto bernama Ong Tiong
Yang...!" menjelaskan pendeta ini.
„Ohh........!" dan
Auwyang Hong mengawasi dengan penuh tanda tanya pada pendeta ini.
„Dan mengenai nama orang yang
memberi tahukan prihal diri Hengtai, adalah......l"
„Siapa dia, Totiang? tanya
Auwyang Hong tidak sabar.
„Dia itu seorang gadis
......!"
„Seorang gadis?"
„Siapa dia?"
„Dia mengaku she
Lie.....!"
Kedua alis Auwyang Hong jadi
mengkerut dalam2, ia tampak berpikir keras.
„Siapakah namanya?" tanya
Auwyang Hong kemudian.
„Aku rasanya tidak memiliki
kenalan seorang gadis she Lie ........!"
„Oh ..." Ong Tiong Yang
mengawasi Auwyang Hong dengan sinar mata yang agak tajam, kemudian katanya:
„Apakah memang benar2 Hengtai tidak kenal seorang nona yang bernama Lie Siu
Mei....?"
„Disebut namanya Lie Siu Mei,
wajah Auwyang Hong jadi berobah, dan kemudian berkata: Jika memang gadis
itu.....kukira ........ ku kira aku memang mengenalnya...... tetapi itu terjadi
baru beberapa saat yang lalu.
Kapankah Totiang bertemu dengan
gadis itu?"
Ia .... ia tadi
memberitahukan-ku, bahwa ia yang bernama Auwyang Hong tampaknya, nona itu
terlalu memperhatikan keadaan anda........!"
"Kembali Auwyang Hong
berobah, agak memerah karena likat.
„Totiang jadi bergurau,"
katanya kemudian.
„Justru . . !"
„Justru kenapa? tanya Ong
Tiong Yang tertarik sekali.
„Justru beberapa waktu yang
lalu kami telah bertemu dan bertengkar, malah gadis she Lie itu bermaksud untuk
membinasakan diriku!"
„Ohhhh.......... !"
„Dan ia telah melancarkan sera-ngan2
yang mematikan, untung saja aku bisa meloloskan diri dari tangannya dan
berhasil melarikan diri.......!"
„Oh........!" sekali lagi
Ong Tiong Yang terce......ngang, karena sama sekali ia tidak menyangka bahwa
Lie Siu Mei merupakan lawan dari Auwyang Hong.
„Apakah gadis itu tidak
menceritakan kepada totiang bahwa kami memang telah bertempur satu dengan yang
lainnya ?" tanya Auwyang Hong.
Ong Tiong Yang menggeleng.
„Pinto Pinto tidak tahu menahu
hal itu......!" katanya agak gugup.
„Apakah totiang sahabatnya
?" tanya Auwyang Hong lagi sambil mengawasi tojin itu dengan sorot mata
yang tajam.
Kembali Ong Tiong Yang telah
menggelengkan kepalanya."
„Bukan...." sahutnya.
„Dan maksud kedatangan totiang
hendak menemuiku ?" tanya Auwyang Hong sambil tetap mengawasi pendeta itu.
Disaat itu Ong Tiong Yang
sudah tidak bisa berdusta.
la murid dari sebuah pintu
perguruan yang lurus selamanya belum pernah ber dusta. Maka kali inipun ia
tidak bisa berdusta, tertebih lagi keterangan yang diberikan sigadis ternyata
berlainan dengan kenyataan yang ada.
Maka ia segera menceritakan
urusan itu sebenarnya.
Auwyang Hong yang mendengar
hal ini jadi tertawa agak keras, rupanya ia menganggap urusan itu merupakan
urusan yang lucu.
„Kalau memang demikian,"
kata Auwyang Hong kemudian „Totiang telah diperalat oleh sigadis
itu........!"
„Aku diperalat oleh gadis itu
?" tanya Ong Tiong Yang tidak mengerti.
„Ya, Totiang diperalat hanya
sekedar untuk memperoleh keterangan dari mulutku.......!" sahut Auwyang
Hong.
„Tetapi gadis itu memang
sungguh2 menaruh perhatian kepada Auwyang.
„Hengtai....!" menegaskan
Ong Tiong Yang.
„Mengapa Totiang bisa
mengetahui hal-itu dengan pasti ?" tanya Auwyang Hong.
Ong Tiong Yang jadi gugup.
„Ini..... ini.....!" katanya dengan suara yang gugup.
„Bukankah menurut pengakuan
totiang baru pertama kali bertemu dengan gadis itu?" tanya Auwyang Hong.
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Benar ....... tetapi dalam
waktu yang singkat itu justru Pinto melihatnya betapa gadis itu memang benar2
menaruh perhatian kepadamu Hengtai........!" kata Ong Tiong Yang.
„Mengapa begitu ?''
„Karena sebelum Hengtai datang
kerumah ini, justru ia telah menjelaskan kepada Pinto bahwa ia tengah mencari
jejak Hengtai, karena ia...., ia terlalu memperhatikan Hengtai, bahkan menurut
pengakuannya, dia adaIah sahabat Auwyang Hengtai......!"
Mendengar perkataan Ong Tiong
Yang seperti itu Auwyang Hung tersenyum, dan kemudian berketa dengan suara yang
pasti: „Aku tidak yakin gadis itu memperhatikan diriku, karena ia sebelumnya
bersikeras hendak membinasakan diriku.......!''
„Mengapa begitu ?, tentunya
terdapat suatu kesalah pahaman ?" tanya Ong Tiong Yang.
Gadis itu menuduh bahwa aku
telah mencuri sesuatu barangnya, tetapi aku merasa tak pernah mencuri barangnya
dan aku tentu saja membantahnya ........ tetapi justru gadis she Lie itu tetap
dengan tuduhannya, bahkan ia tetah melancarkan serangan dengan ilmu pedangnya.
Memang aku bisa memberikan perlawanan, namun jika aku mempergunakan kekerasan,
jelas akan membuat gadis itu terluka bukankah jika memang hal ini terjadi harus
dibuat sayang dimana gadis secantik itu harus terluka ditanganku ...........
?"
Ong Tiong Yang tidak segera
menyahuti, ia berdiam diri sejenak, kemudian mengangguk.
„Ya. . .. memang tampaknya
Hengtai memiliki kepandaian yang tinggi. Nona Lie Siu Mei juga mengatakan,
disamping Hengtai memiliki kepandaian yang tinggi, juga memiliki watak dan
sifat yang angkuh .......!"
---oo0oo---
Tiba-tiba terdngar suara yang
dingin mengandung ejakan : „Hemmm......, meributi segala urusan wanita, pemuda
tidak tahu malu dan imam hidung kerbau yang me nyeleweng.........nah, tentu
kena sekali dan cocok!"
Begitu terdengar suara dingin
itu, ternyata suara Sie Hun Bian Bian Kie Liang, ia telah tidak sabar rupanya
mendengar percakapan yang berlangsung antara Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
Bian Kie Liang berkata lagi
dengan dingin dan sikapnya yang ugal-ugalan: „Kalian memang berusia masih muda,
tapi tidak bisa kalian seenaknja membicarakan uruasan seorang gadis begitu
saja.......!" setelah berkata, dengan cepat ia ulurkan tangannya, ia
memegang tepi meja dan menjungkir b likan meja itu, membuat Auwyang Hong dan
Ong Tiong Yang cepat-cepat menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ringan
sekali.
Dicaat itu Ong Tiong Yang
berkata dengan perasaan tidak senang: „Bian Sie-cu, mengapa kau begitu usil ?''
katanya begitu, tampak Bian Kie Liang mengeluarkan suara tawa dingin, ia
berkata l: „Hemm......, engkau tidak perlu berkata dan pura2 bertanya seperti
orang tolol....... urusan mu denganku masih belum selesai........ mari, mari,
mari; kita selesaikan.........!"
Ong Tiong Yang jadi semakin
tidak menyukai Iaki2 ubal2an ini, ia juga tidak jeri walaupun mengetahui bahwa
Bian Kie Liang memiliki kepandaian sempurna.
Namun belum lagi ia menyahuti,
justru Auwyang Hong teIah mendahuluinya berkata : „Lelaki tua bangka, terlalu
kurang ajar, kita belum pernah saling kenal, tetapi mengapa mejaku kau balikan
seperti itu ?"
Ban Kie Liang tertawa
mengejek, ia mendengus dengan sikap yang sinis.
„Engkau tidak perlu banyak
rewel anak muda, nanti mulutmu akan kurobek. . .!"
Auwyang Hong dengan suara
bearnada tidak senang : „Baik..., baik..., aku Justru jadi tertarik sekali
........ apakah engkau benar-benar bisa merobek Mululku ......?" '
Dengan tidak membuang waktu
lagi tampak Bian Kie Liang menggerakkan kedua tangannya; dan mengeluarkan suara
seruan sambil melancarkan serangan, kedua tangannya itu bergerak disertai oleh
kekuatan tenaga lwekang, maka angin serangan tersebut-berkesiuran dengan cepat
sekali.
Tetapi Auwyang Hong juga bukan
pemuda sembarangan, ia telah mengelakkan serangan yang dilancarkan Bian Kie
Liang dengan gerakan lincah dan mudah.
Gerakan tangan Auwyang Hong
secepat kilat itu memang tidak pernah diduga oleh Bian Kie Liang, mengingat bahwa
usia pemuda tersebut mungkin baru dua puluh tahun.
Auwyang Hong memang berusia
masib muda samun ia berani dan tabah sekali.
Disamping itu dengan gerakan
yang aneh tangan kanannya diulurkan untuk menotok, dan tangan kirinya
menghantam perut Bian Kie Liang.
„Ihhh........," Bian Kie
liang mengeluarkan suara seruan tertahan.
la telah melompat mundur
sambil mengibaskan tangannya.
Namun tidak urung tubuh Bian
Kie Liang terhuyung oleh dorongan tenaga Auwyang Hong.
„Tahan........!" bentak
Bian Kie Liang dengan suara nyaring.
Auwyang Hong yang semula
hendak melancarkan serangan berikutnya, jadi menahan gerakan tangannya.
„Hemmm......, engkau seorang
tua keladi tidak tahu adat, apa yang hendak kau, katakan?" tegur Auwyang
Hong.
„Apakah engkau murid dari
pendekar tua Lo Sin ?" tanya Bian Kie Lang penasaran.
Auwyahg Hong jadi terdiam
sejensk, ia tertegun, tetapi kemudian mengangguk pula.
„Benar .....!" sahutnya.
Tiba2 muka Bian Kie Liang jadi
berobah, ia telah memandang dengan muka yang bengis.
„Dimana situa bangka Lo Sin
itu?" tanyanya dengan suara mengandung ancaman.
Auwyang Hong melihat sikap
Bian Kie Liang,
mengetahui bahwa orang itu
bukan sahabat gurunya, maka ia menyahut dingin.
„Mau apa kau menanyakan guruku
.....?"
„Aku bertanya, dimana kini
beradanya situa bangka Lo Sin ?" bentak Bian Kie Liang.
„Hemmm..., enak saja kau
bercaaya dengan membentak seperti itu ......apa yang kau inginkan ? Jika memang
aku tidak memberitahukan apa yang hendak kau lakukan ?"
Muka Bian Kie Liang telah
berobah jadi bengis sekali, ia berkata dingin: „Jika benar engkau tidak mau
mengatakannya, aku akan memaksanya........!"
Auwyang Hong tertawa dingin,
katanya tawar: „Coba jika memang engkau bisa melakukannya. ..!"
tantangnya.
Benar-benar Auwyang Hong
seorang pemuda yang amat berani, karena ia telah menantang begitu dengan sikap
tidak mengenal takut dan gentar.
---oo0oo---