BAGIAN 49: PERTARUNGAN DUA JAGO TUA YANG ANEH
MENDENGAR orang mengusir
dengan cara demikian kasar, sitopeng merah mengeluarkan tertawa mengejek,
katanya : „Engkau memiliki kepandaian yang tidak rendah, tetapi engkau terlalu
angkuh dan sombong .... apakah engkau beranggapan bahwa didalam dunia ini hanya
engkau seorang diri yang memiliki kepandaian tinggi seperti itu, dan membuat
engkau tidak mau memandang sebelah matapun juga kepada orang lain ?"
Ditegur begitu, orang bermuka
tengkorak tersebut naik darahnya, yang dirasakan meluap sampai ke-ubun2
kepalanya, ia telah berkata dengan suara yang tawar mengandung ke marahan :
„Jika kalian masih rewel dan tidak cepat2 angkat kaki, jangan mempersalahkan
diriku, jika kalian tidak bisa pergi dari tcmpat ini, walaupun kalian bermaksud
untuk pergi !”
Sitopeng merah dan Ong Tiong
Yang tahu bahwa gertakan yang dikatakan oleh orang bermuka seperti tengkorak
itu memang bukan gertak sambel belaka, karena kemungkinan ia bisa mempergunakan
kepandaiannya yang lebih tinggi untuk melancarkan serangan yang beruntun.
Sedangkan Ong Tiong Yang
melihat hal int telah merankapkan kedua tangannya menjura memberi hormat,
sambil katanya : „Maafkan, kami memang sama sekali tidak mengetahui telah
mengganggu Siecu, tetapi semua ini kami lakunkan tanpa kami sengaja, jika
memang Siecu merasa keberatan menerima kehadiran kami, biarlah kami berlalu
.......!" dan setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang menoleh kepada orang
bertopeng merah, katnya dengan sabar : „Mari kita berangkat, janganlah kita
mengganggu Siecu, itu, yang tidak senang menerima kehadiran kita.....!"
Ang Bian mendelik sejenak
kepada orang bormuka tengkorak itu, ia berkata dengan suara yang dingin
:"Hemm.........., jika saja aku tidak memandang muka terangnya Ong Cinjin,
mungkin uku tidak mau menyudabi urusan hanya sampai disini saja.......!"
Tetapi orang bermuka tengkorak
itu telah mengeluarkan tertawa mengejek, tahu2 ia berkata tawar: „Baik, baik,
jika memang engkau, merasakan penasaran, mari, mari aku menemanimu untuk main2
ratusan jurus.....!" dan sambil berkata begitu, orang bermuka seperci
tengkorak itu mengambil sikap menantikau serangan, tetapi ia tidak bangun dari
tempat duduknya.
Ang Bian jadi semakin
mendongkotl ditantang berperang seperti itu, ia tertawa mengejek dan bukannya
membalikkan tubuhnya untuk pergi, malah ia telah melangkah menghampiri
mendekati orang bermuka tengkorak itu.
Ong Tiong Yang jadi bingung,
karena ia yakin jika memang timbul keributan, justru yang bersalah adalah
mereka yang telah datang mengganggu orang bermuka tengkorak itu.
la memang memiliki hak untuk
menolak, bukankah rumah ini merupakan rumahnya,
Waktu itu Ang Bian telah
menghampiri cukup dekat, ia bilang : „Mari kita coba-coba untuk main2....
!"
Dan An Bian meaggerakkan kedua
tangan nya yang diangkatnya dan ber-siap2 untuk bertempur. „Kau
berdirilah," katanya.
Orang barmuka seperti
tengkorak itu berkata tawar : „Menghadapi manusia seperti engkau, mengapa aku
harus berdiri ? Menghadapi engkau dengan cara duduk seperti ini saja engkau
tidak mungkin bisa menandingi kepandaianku........! Nah, kau majulah !"
Ang Bian telah berkata dengan
suara yang nyaring: „Maafkanlah .....!" dan ia menggerakkan kedua
tangannya seperti menggunting, lalu ia melancarkan serangan serentak kepada
lawannya itu.
Tetaoi orang bermuka seperti
tengkorak tersebut berlaku tenang sekali, ia telah mengeluar kan suara dengusan
dan cepat sekali menggerakkan tangannya menangkis.
Ia berhasil membendung tenaga
serangan yang dilancarkan oleh lawannya, malah orang bermuka tengkorak ini
balas menyerang dengan gerakan yang aneh, karena kedua tangannya itu silang dan
tutup tidak hentinya.
Begitulah dalam waktu sekejab
itu saja telah terjadi pertempuran yang cukup aneh diantara kedua orang ini,
dimana mereka bertempur dengan hanya mengandalkan tenaga sinkang yang kuat.
Pertempuran yang mereka
lakukan itu merupakan partempuran yang bukan sembarangan, walau pun Ang Bian
telah menyerbu beberapa kali, namun selalu ia gagal untuk mendekati orang
bermuka tengkorak itu.
Saat itu, tampak orang bermuka
tengkorak beruntun menerkam dengan tangannya.
Tetapi karena mengambil sikap
duduk seperti itu, membuat ruang geraknya tidak begitu bebas dan daya
jangkaunya tidak terlalu luas beberapa kali cengkeraman tangannya berhasil
dipatahkan oleb tangkisan Ang Bian.
Ang Bian juga tidak tinggal
diam, beberapa kali ia berusaha mendesak lawannya.
Ong Tiong Yang yang
menyaksikan pertempuran tersebut memandang dengan hati berdebar.
Harus diketahui, jika dua
orang jago tingkat tinggi tengah melakukan pertempuran dengan menggunakan
sinkang sejati, jika salah seorang diantara mereka terluka, tentu akan
mendatangkan luka dalam yang berat sekali, yang sulit disembuhkan dengan obat
lawannya itu.
Rupanya orang bermuka seperti
tengkorak itupun menyadari akan ancaman seperti itu buat dirinya, jika saja ia
barkepandaian yang tinggi, dengan sendirinya ia yakin bahwa dirinya tidak akan
terjatuh ditangan lawannya.
Ang Bian jadi semakin
penasaran, ia mengeluarkan suara seruan yang nyaring, tahu2 merobah cara
bertempurnya, berulang kali ia menyerbu dan mendesak posisi kedudukan lawannya
dengan maksud memaksa orang bermuka seperti tengkorak itu beranjak dari tempat
duduknya.
Detik2 yang membahayakan
adalah waktu Ang Bian melompat menyerbu kepada orang bermuka seperti tengkorak
itu.
Ia menyerang dengan
mempergunakan gerakan yang aneh se kali, yaitu dengan menggerakkan kedua
tangannya silih berganti.
Setiap jurus yang
dipergunakannya merupakgn gerakan yang bisa menghancurkan ilmu lawannya.
Rupanya orang bermuka tengkorak
itu jadi terkejut juga melihat perobahan cara menyerang lawannya.
Beberapa kali iapun berusaha
untuk merobah cara menyerangnya.
Sehingga mereka telah terlibat
lagi dalam pertempuran yang rumit dan tidak mungkin bisa memisahkan diri lagi,
karena waktu itu kedua pihak telah mengeluarkan ilmu mereka yang menakjubkan
dan saling melibat lawan mereka dengan gerakan yang aneh.
Akhirnya waktu orang bermuka
tengkorak itu yakin bahwa dirinya tidak mungkin bisa menghadapi Ang Bian dengan
cara berduduk terus seperti itu, ia melompat berdiri.
Tubuhnya bagaikan seorang kera
bergerak lincah, melompat kesana kemari.
Kedua tangannya juga lalu
menyerang ke-bagian2 yang berbahaya ditubuh Ang Bian.
Dalam keadaan seperti ini,
membuat Ang Bian berulang kali harus mundur merenggangkan jarak mereka, karena
jika tidak, jelas dirinya yang akan menjadi korban serangan yang dilakukan oleh
orang bermuka seperti tengkorak itu.
Tubuh Ang Bian berkelebat
kesana kemari tahu2 setelah menangkis serangan lawannya, ia melompat mundur.
„Hentikan....!"
teriaknya.
Orang bermuka seperti
tengkorak itu menahan tangannya, ia mengawasi Ang Bian dengan sorcot mata
tajam.
„Kalian menyerah dan mau
angkat kaki ?"
Ang Bian menggeleng.
„Tidak.....!," sahutnya.
Ia, berdiam diri sejenak, baru
kemudian melanjutkan lagi : „Kulihat kepandaian yang engkau miliki memabng
merupakan kepandaian yang tinggi, sayng sekali jika engkau mempergunakannya
untuk mengumbar nafsu angkara murkamu belaka ....!"
Tetapi orang bermuka seperti
tengkorak itu mengeluarkan suara tertawa tawar, ia bilang dengan suara yang
dingin : „Engkau tidak perlu menasehatiku yang pasti aku akan membawa caraku
sendiri !"
Diwaktu itu, tampak Ang Bian
telah berkata lagi : „Tetapi engkau tidak bisa sembarangan begitu menuduh dan
melancarkan serangan mematikan kepadaku, padahal kami hanya mengganggumu
sebentar saja, yaitu ingin mene duh. Jika memang engkau keberatan, bukankah
engkaa bisa menyampaikab penolakanmu secara baik2.......?"
Ditanya begitu muka orang
seperti tengkorak tersebut jadi berobah tidak enak dilihat ia berkata tawar :
„Aku tidak mau mendengar ocehanmu, sekarang katakan saja, engkau ingin pergi
atau tidak ?"
„Kami hanya membutuhkan
sedikit air pelenyap dahaga !" menyahuti Ang Bian.
„Ini kuberikan !" kata
orang bermuka iengkurak itu sambil melompat dan menggerak kan kedua tangannya
lagi, angin yang sangat kuat berseliwiran cepat sekali , yang memaksa Ang Bian
harusmelompat, karena tidak bisa ia menghadapi terjangan tenaga itu dengan
kekerasan.
Sambil berkelit kesina kemari,
Any Bian berkata : Sebutkan namamudan apa maksudmu dengan sikap yang keras
seperti ini !"
"Ha....ha...ha...,"
tertawa orang bermuka seperti tengkorak itu.
"Walaupun sekarang engkau
bermarsud untuk pergi kukira sudah terlambat, tinggalkan sepasang
tanganmu.......!"
Dengan berkata begitu, orang
bermuka tengkorak tersebut bermaksud hendak menyatakan babwa ia akan
membuntungi kedua tangan dari lawannya.
Ang Bian juga jadi nail darah,
ia berkata dengan suara tawar : „Baiklah, aku mau melihat berapa tinggi ilmumu,
sehingga engkau berlaku congkak seperti itu!"
Berbareng dengan perkataannya
itu, Ang Bian juga tidak tinggal diam. beberapa kali ia balas menerjang pada
lawannya.
Dalam keadaan demikian, Ong
Tiong Yang tidak sabar lagi, katanya: Ang Bian Kiesu sudahilah pertempuran ini,
mari kita pergi.....!"
Ang Bian tertawa
"Ong Cinjin, aku memang
hendak menuruti keinginanmu itu, tetapi sayangnya justru orang ini tidak mau
melepaskan aku....... ia memaksa aku dengan libatannya......!"
„Kiesu.........!" teriak
Ong Tiong Yang kepada orang yang mukanya seperti tengkorak itu
„Hentikan .............lah
pertempuran itu, aku mohon hentikanlah........"
Namun orang bermuka seperti
tengkorak itu justru telah berkta dengan suara yang dingin : „Setelah aku
membereskan dia, engkau juga akan kuselesaikan.......!"
Dan setelah berkata begitu,
tampak orang bermuka seperti tengkorak itu melompat dengan cepat sekali, ia
menyerbu kearah Ang Bian.
Sedangkan Ang Bian telah
mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untok memberikan perlawanan
yaag gigih.
Begitu kedua jago tersebut
terlibat dalam pertempuran yang tidak berkesudahan.
Untung saja didalam ruangan
tersebut tidak terdapat barang2 berharga, sehingga tidak menjadi rusak oleh
kuatnya angin berseliwiran saling sambar ke:sana kemari dangan cepat.
---oo0oo---