BAGIAN 52: TAMAT
ONG TIONG YANG menghela napas.
„Memang tidak ada peraturan seperti itu, yang melarang seorang Tojin melakukan
perjalanan bersaman deogan seorang gadis cantik. namun ... namun karena aku
seorang tojin dan engkau seorang gadis, terpaksa pinto harus memikirkan nama
baikmu.
Bagaimana jika sampai terjadi
engkau melakukan perjalanan bersama denganku dan nama baikmu jadi rusak
karenanya, bukankah hal itu harus dibuat sayang ..... ?"
Ong Tiong Yang setelah berkata
begitu meoghela napas dalam2 sambil meooleh memandangi sigadis she Ong
tersebut.
Ong Kiet Mei menundukkan
kepalanya.
„Apakah dengan melakukan
perjalanan dengan seorang tojin, maka bisa merusak nama baikku?" seperti
menggumam sigadis berkata.
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Ya, urusan itu memang tidak
pantas jika dilihat sepandang mata, karena engkau
seorang gadis dan aku seoraog
Tojin, yaitu seorang lelaki, malah usia masih sama2 muda, inilah yang membuat
pinto harus berpikir dua kali jika harus melakukan perjalanan dengan nona.... untuk
menjaga nama baikmu!"
Sigadis menghela napas
dalam-dalam.
„Jadi Totiang memang tetap
dengan keputusaamu tidak bersedia melakukan perjalanan bersamaku?"
„Bukan begitu!" kata Ong
Tiong Yang.
„Lalu?"
„Sesungguhnya nona Ong, engkau
harus memikirkannya dengan baik-baik, karena semua ini untuk kebaikanmu juga
... aku tidak mau jika nanti kau dibicarakan orang karena tindakan kita
melakukan perjalanan berdua, tentu nama keluargamu bisa rusak
karenanya......!"
Sigadis tertawa.
„Totiang, Yang terpenting,
kita tidak melakukan sesuatu yang melanggar bukan? Dan, apa kata orang, mengapa
kita harus memperdulikannya?"
„Tetapi walaupun bagaimana,
seorang tosu muda dan nona secantik kau, melakukan perjalanan bersama tentu
akan memberikan kesan yang lain, dan dengan sendirinya akan membuat pinto tidak
leluasa juga ....... "
Sigadis menghela napas.
„Jika memang demikian,
baiklah... aku mengerti Totiang memang tetap menolak keinginanku untuk
melakukan perjalaaan bersamamu..!" dan berkata sampai disitu, sigadis menangis
lagi.
Ong Tiong Yang jadi sibuk
membujuknya.
Tetapi gadis she Ong tersebut
menangis terus dengan suara isak tangis yang semakin lama semakin keras.
„Baiklah, pergilah kau
Totiang...l" kata gadis itu diantara isak tangisnya. Tinggalkan aku.
„Mengapa nona harus bersikap
begitu walaupun kita tidak melakukan perjalanan bersama, tokh kita masib tetap
bersahabat?"
Namun sigadis meng-geleng2-kan
kepalanya terus menerus, sambil katanya: „Pergilah tinggalkan aku...l"
tampaknya gadis she Ong tersebut memang merasa kecewa sekali.
„Nona Ong, kau masih berusia
muda engkau masih memiliki banyak kegembiraan mengapa engkau harus mengambil
sikap seperti ini, bukankah jika kita memiliki jodoh untuk bertemu lagi,kelak
kitapun bisa berjumpa pula?"
Ong Kiet Mei meng-geleng2-kan
kepalanya terus sambil menangis tak hentinya, malah ia berulang kali juga
berkata: „Tinggalkan aku.... pergilah tinggalkan aku ....!"
Ong Tiong Yang menghela napas
dalam lagi, lalu katanya : „Baiklah nona Ong, semoga kelak engkau bisa berpikir
lebih jauh dan juga mau mengerti duduk persoalan ini, baik-baiklah engkau
membawa diri, tentu ayahmu telah merindukan benar padamu.... alangkah
bijaksananya jika nona kembali pulang kesisi ayahmul"
Sigadis menyeka air matanya.
„Totiang tidak perlu menasehati
aku... aku tahu apa yang harus dilakukan....!" dan sigadis melompat
berdiri, ia telah berlari pergi.
Ong Tiong Yang berdiri
menjublek ditempat-nya beberapa saat lama-nya, pikirannya jadi agak kalut dan
akhirnya ia menghela napas, sambil melangkah per-lahan2 melanjutkan
perjalanan-nya, ia bernyanyi dengan suara yang perlahan.
Waktu itu hari sudah menjelang
sore dan juga sinar Matahari senja yang memerah menye babkan padang rumput itu
indah sekali, di-mana helai2 rumput yang tumbuh tinggi itu telah ber-gerak2
dihembus oleh siliran angin.
Keadaan seperti ini membuat
Ong Tiong Yang tambah berduka.
la menyadari, dan meolak
keinginan gadis she Ong untuk melakukan perjalanan bersama-nya, merupakan
urusan yang menyakiti hati gadis tersebut, yang terluka perasaannya, namun Ong
Tiong Yang tetap dengan pendirian-nya, karena ia tahu, jika sigadis melakukan
perjalan bersamanya, bukan saja akan mnembuat dia jadi begitu kikuk dan
bergerak tidak leluasa, pun tidak baik menurut pandangan umum.
Ong Tiong Yang melangkah terus
dengan pikiran yang tidak menentu, melakukan perjalanan dengan bayangan Ong
Kiet Mei selalu melekat dipelupuk matanya, dimana ia berkasihan mengingat bahwa
gads tersebut masih berusia muda dan juga menangis kecewa begiiu sedih, tetapi
Ong Tiong Yang memang terpaksa sekali mengeraskan hatinya, menolak permitaan
Ong Kiet Mei.
---oo0oo---
HARI demi hari telah lewat
cepat sekali, tahun demi tahun telah berlalu juga, selama itu di dalam rimba
persilatan bermunculan banyak sekali jago2 rimba Persilatan yang memiliki ke
panadian tinggi. Dan juga didalam kalangan Kangouw selalu terjadi urusan yang
tidak beres karena tidak pula hanya, jago2 rimba persilatan yang mengambil
jalan Hek-to, yaitu jalan hitam. Dalam keadaan demikian, memang selalu muncul banyak
kekacauan didalam rimba persilatan.
Tetapi dari sekian banyak
jago2 muda yang memiliki kepandaian luar biasa, tersebutlah lima Pendekar Muda
dan nama mereka menonjol sekali, sebagai Pendekar Muda yang memiliki kepandaian
hebat sekali, karena dalam hal ini kelima jago itu yang masing-masing memiliki
watak dan sifat berlainan, merupakan jago yang banyak melakukan pekerjaan
besar, membela kebenaran dan ke-adilan. Kelima jago tersebut adalah Oey Yok Su,
Ong Tong Yang. Auwyang Hong, Ang Cit Kong dan Toan Hongya. Kelima jago inilah
yang memiliki kepandain aneh dan juga luar biasa, dimana mereka selamanya belum
pernah dirubuhkan lawan, bahkan tindakan mereka juga aneh dan sulit diterka.
Dengan demikian, tampak jelas
betapa kelirra orang pendekar muda yang namanya sangat menonjol itu merupakan
tokoh2 rimba 13ersiiatan yang banyak diperhatikan oleb orang orang riniba
persilatan
Mereka Juga merupakan
tokob-tokoh bukan sembarangan, sebab dalam hal mi memang mereka memiliki
kepanjaian tinggi dan banyak jago-jago tua dari go!ongan Cianpwee yang sulit
menghadapi mereka. Hanya beberapa tokoh sakti saja yang bisa menandingi mereka.
Dari tahun ketahun kelima jago
luar biasa tersebut melatih diri dan menciptakan ilmu2-nya yang baru, dimana
mereka semakin lihay.
Dengan keadaan seperti ini,
tampaknya ke lima jago luar biasa tersebut memang semakin tinggi saja
kepandaiannva.
Jika Ong Tiong Yang mulai
mengurus kuil Coan Cin Kauw, sedang kan Oey Yok Su telah hidup mengasingkan
diri dipulau To Hoa To, dan hanya se-kali2 datang kedaratan Tionggoan untuk
mengembara.
Ang Cit Kong telah diserahi
tugas sebagai Pangcu Kay-pang diseluruh daratan Tionggaan menjadi Pangcu pusat,
dimana memang kepandaiannya luar biasa hebatnya. la jarang muncul, dalam rimba
persilatan, jika memang Kay pang bukan tengah menghadapi urusan besar.
Sedangkan Auwyang Hong telah
menetap digunung Pek-to-san, untuk meyakinkan ilmunya lebih dalam.
Toan Hongya yang menjadi raja
Taili tetap memerintah dengan arif bijaksana, disamping itu, ia pun merupakan
seorang raja yang sangat rajin melatih ilmunya. Kepandaiannya dari hari kehari
semakin meningkat.
Mereka berlima juga telah
saling mendengar nama masing2, memang dalam rimba persilatan hanya mereka
berlima yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan sulit sekali untuk
ditandingi.
Begitulah, diantara kelima
jago inipun sering berkeinginan untuk saling bertemu, guna suatu waktu mereka
mengukur kepandaian mereka, supaya mengetahui siapakah diantara mereka berlima
yang memiliki kepandaian yang paling tinggi.
Untuk itu, kelima jago ini
melatih diri terus dengan giat, untuk memperdalam dan mempertinggi kepanaian
mereka. Dan juga tampaknya mereka berusaha untuk dapat saling bertemu dengan
yang lain.
Namun usaha mereka untuk
berkumpul masih juga belum berhasil, walaupun mereka telah semakin terkenal
didalam rimba persilatan.
Ong Tiong Yang sebagai
Ciangbunjin dari Coan Cin Kauw berusaha mendidik beberapa orang murid yang akan
mewarisi kepandaiannya.
Dan ia juga telah menerima
seorang murid yang bernama Ciu Pek Thong.
Namun Qng Tiong Yang
menganggapnya bukan sebagai murid, tetapi hanya sebagai adik seperguruannya,
sebab Ciu Pek Thong masih memiliki hubungan dengan Sam Kie, pernah menerima
pelajaran dari Sam Kie, salah seorang guru Ong Tiong Yang, walaupun tak resmi terikat
sebagai murid dau guru.
Justru Ong Tiong Yang anggap
Ciu Pek Thong sebagai adik seperguruannya, sebagian besar kepandaian Ciu Pek
Thong diperolehnya dari Ong Tiong Yang, yang mendidiknya langsung menaiki
guru-gurunya.
Ang Cit Kong yang memimpin Kay-pang,
semakin lama semakin. terkenal namanya.
Karena dibawah pimpinannya,
Kay-pang maju dengan pesat sekali, dengan jumlah anggota yang makin meningkat
dan kian banyak.
Dengan demikian, Ang Cit Kong
merupakan Pangcu Kay-pang yang paling berhasil mengembangkan kekuasaan Kay-pang
sampai kes-luruh daratan Tionggoan.
Oey Yok Su yang hidup
mengasingkan diri dipulau To Hoa To, justru giat sekali mempelajari berbagai
ilmu yang aneh, karena ia memang cerdas sekali, dengan sendirinya ia bisa
menciptakan ilmu yang serba aneh dan liehay.
Dengan demkian kian hari Oey
Yok Su semakin gagah dan perkasa. Dan juga merupakan seorang jago muda yang
sulit sekali ditandingi. Walaupun oleh kaum Cianpwe.
Auwyang Hong sendiri yang
mendiami Pek to-san sebagai pesanggrahannya juga telah melatih diri dengan
rajin. Karena ia memang merupakan seorang tokoh persilatan yang tidak kalah
cerdasnya dengan Oey Yok Su, banyak ilmu aneh yang diciptakannya. Namanya juka
menonjol sekali dalam rimba persilatan.
Hanya setahun atau dua tahun
sekali Auwyang Hong datang kedaratan Tionggoan, namun walaupun demikian, dia
sangat terkenal bukan main, karena kepandaiannya yang begitu tinggi. Iapun
merupakan seorang jago yang beraliran agak sesat, karena semua ilmu yang
diciptakan-nya berbau sesat. Sampai2 tenaga sinkangnya, walaupun dilihatnya
dengan bersih, tak urung didalam setiap bagiannya terdapat bagian2 yang sesat.
Dengan demikian membuat semua
orang jadi kurang menyukai-nya.
Walaupun Ang Cit Kong, Oey Yok
Su, Ong Tiong Yang dan Toan Hongya belum pernah bertemu dengannya, tokh mereka
kurang menyukai Auwyang Hong. Ter lebih2 lagi, setelah Auwyang Hong
mempergunakan julukannya sebagai See-tok, dia melatih ilmu racun yang kian
sesat.
Berlainan depgan Toan Hongya,
yang berusaha melatih ilmu yang lurus dan bersih. Maka telah diusahakannya
mencari guru-guru pandai untuk dapat mempelajari ilmu yang lebih tinggi.
Sisik-sisik yang terdapat ditubuh Toan Hougya, akhirya bercopotan sendirinya.
Waktu Toan Hongya berusia dua puluh lima tahun, waktu itu ia telah berhasil
melatih sinkang dari aliran lurus dan bersih yang sempurna dan tinggi sekali.
Dengan demikian walaupuo sisiknya. icu telah bercopotan, terlepas dari sekujur
tubuhnya, tokh Toan Hongsya masih kebal jika menghadapi senjata biasa atau
totokan tangan dari orang yang memiliki sinkang biasa saja.
Sisik2 disekujur tubuh Toan
Hongya terbuka semuanya, dan dengan demikian menggerakkan otot-otot ditubuhnya,
yang akhirnya menggetar-kan permukaan kulitnya. Dengan demikian sisik2 tersebut
rontok terlepas.
Dengan giat Toan Hongya
melatih diri terus menerus, dari kepandaiannya setingkat memperoleh kemajuan
yang pesat sekali.
Nama Toan Hongya juga sejajar
dengan nama Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Auwyang Hong maupun Oey Yok Su,
walaupun ia merupakan Kaisar Taili, namun karena ia memang menyukai ilmu silat,
seringkali Toan Hongya meninggalkao kerajaannya, mengembara didaratan
Tionggoan, melakukan banyak perbuatan besar menolongi orang2 yang tengah dalam
kesulitan.
Dengan caranya seperti itu,
Toan Hongya berhasil mengangkat nama didaratan Tionggoan.
Sesungguhnya yang paling
menonjol adalah Ong Tiong Yang.
Karena memang tampak
0ng Tiong Yang mamiliki
kepandaian yang paling-lurus.
Hal ini disebabkan Ong Tiong
Yang merupakan seorang pendeta yang memiliki pikiran terang juga bersikap welas
asih, malah ia tidak pernah, mencampuri lagi urusan duniawi setelah mendidik
beberapa orang muridnya dipintu perguruan Coan Cian Kauw yang dipimpinnya.
Dengan demikian seluruh
waktunya bisa dipusatkan untuk melatih diri, dan kepandiannya mengalami kamjuan
yang pasti sekali.
Ong Tiong Yang telah berhasil
menyempurnakan latihan Sinkangnya, yang dari Tantian berhasil didorong sampai
naik kepangkal kepalanya, urat nadi besar dipunggungnya dan juga berhasil
membuka bian-meh, yaitu jalan darah terpenting, sehingga dengan terbukanya
bian-meh Ong Tiong Yang berhasil mengalirkan kekuatan sinkangnya pada jalan
darah terpenting itu.
Dengan demikian, berhasillah
Ong Tiong Yang untuk mencapai tingkat tertinggi latihan sinkang-nya.
Yang kurang padanya adalah
latihan-latihan untuk memperkokoh sinkangnya.
Tetapi walaupun demikian,
sulit sekali mencari orang yang bisa menandingi Ong Tiong Yang diwaktu itu.
Ong Tiong Yang bukan berhasil
melatih sinkangnya belaka, karena ia juga telah berhasil menciptakan ilmu
pedang aliran Coan Cin Kauw yang sangat lihay sekali, sulit untuk di lawan oleh
orang-orang sembarangan.
Bahkan ilmu pedang yang
diciptakan oleh Ong Tiong Yang merupakan kepandaian andalan dari murid Coan Cin
Cin Kauw, yang mempergunakannya sebagai kepandaian tunggal mereka, dimana
kepandaian ilimu pedang tersebut akan merupakan kepaadaian yang sangat tinggi
dan baik sekali.
Begitulah semakin lama .......
dari hari kehari ...... ke lima jago muda tersebut telah menanamkan nama mereka
dalam rimba persilatan dan semakin ter kenal saja..........
---oo0oo---
WAKTU itu burung gagak
berterbangan diatas hutan yang cukup lebat yang terdapat diluar kota
Tiung-cie-chuan. Sebuah kota yang besar dan luas, yang memiliki penduduk cukup
padat, disamping itu memang banyak penduduk yang mendirikan rumah diluar kota.
Juga banyak para petani yang membuka sawah dan ladang mereka luas sekali diluar
kota ini.
Dengan demikian, sepanjang
jalan orang yang tengah melakukan perjalanan menuju kekota tersebut, akan
melihat pemandangan luasnya sawah dan ladang.
Diantara suara burung gagak
yang terdengar riuh sekali dan juga diantara cuaca yang menjelang malam hari,
tampak beberapa sosok tubuh tengah berlari-lari dengan gesit, disaaping itu
tampak mereka memiliki ginkang yang tinggi, karena kepandaian mereka yang
tinggi menyebabkan mereka bisa berlari lengan cepat begitu, seperti juga kaki
mereka masing2 tidak menginjak tanah.
Dalam keadaan seperti ini,
memang terlihat jelas sekali, betapa sosok tubuh yang berjumlah delapan oraug
itu, telah berlari dengan mempergunakan ginkang yang tinggi dan menuju kesebuah
tampat, yaitu tempat tanah pekuburan yang berada disebelah barat dari hutan
itu.
Seteiah tiba ditanah
pekuburan, tampak delapan sosok tubuh yang semuanya berpakaian baju hitam,
telah menghentikan lari mereka.
Semuanya berdiri diam beberapa
saat, mengawasi keadaan disekitar tempat itu.
Setelah saling berdiam diri
selian lama, tampak delapan orang itu saling pandang dan menganggukkan kepala
mereka masing2.
Semuanya bergerak cepat sekali
melompat kesebuah kuburan yang paling depan, berkata dengan suara perlahan:
„Ini dia . . .!"
„Ya...... ini dia......!"
„Tidak salah lagi..., memang
inilah kuburan yang kita cari......!"
„Hemm, kita bongkar
sekarang?" tanya salah seorang diantara mereka.
„Tunggu dulu...!" cegah
salah seorang diantara mereka dan telah memandang sekelilingnya.
Mereka melihat tanah pekuburan
itu sepi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Setelah yakin tidak ada orang
yang melihat apa yang mereka lakukan, barulah lelaki yang memakai baju hitam
yang tadi mencegah kawan2 nya, berkata lagi: „Mari kita mulai bekerja!"
Kedelapan orang berpakaian
serba hitam itu mengeluarkan sesuatu dari saku baju mereka masing-masing.
Diantara mereka ada yang
mengeluarkan sebatang pedang, ada yang mangeluarkan Poan Koan Pit, ada yang
mengeluarkan Tiat Leng So dan ber-macam2 lagi senjata lainnya.
Kedelapan orang itu juga telah
berdiri dengan sikap yang bersiap sedia. Mereka mengawasi kuburan itu dengan sikap
yang tegang.
Dan dalam kuburan itu
terdengar suara orang mengerang dengan suara yang perlahan dan kemudiah sunyi
lagi.
„Mengepa engkau tidak Lekas
keluar.....ka mi telah datang.......!"
Mendengar suara erangan lagi,
kemudian di susul dengan kata2: „Baiklah ...... kalian terlalu mendesak diriku,
aku sudah tidak memiliki jalan lain, terpaksa aku melayani kalian."
Dan membarengi dengan
perkataan seperti itu, tampak tanah peku-buran didepan kedelapan arang
berpakaian serba hitam tersebut bergerak peclahan-lahan.
Rupanya pada kuburan yang satu
itu memang telah dipa:angi alat rahasia.
Kemudian setelah tanah kuburan
itu dibuka, tampak didalam kuburan tersebut sebuah peti mati berwarna
coklat-tua.
Kedelapan orang berpakalan
hitam tersebut mengambil sikap bersiap sedia.
Lain salah seorang diantara
mereka berkata: „Mengapa masib tidak keluar? Apakah perlu kami mempergunakan
kekerasan?"
Terdengar suara erangan lagi.
Tahu-tahu tutup peti mati
tersebut menjeblak terbuka, dan dari dalam peti mati itu melompat keluar
sesosok tubuh kecil dan pendek.
Waktu kedelapan orang tersebut
melihat sosok tubuh itu, mereka bergerak mengururgnya.
Sedangkan orang yang baru
keluar dari peti mati tersebut hanyalah seorang lelaki tua yang memiliki bentuk
tubuh yang pendek kecil disamping itu jenggotnya panjang sekali, sampai
kedada-nya.
GAMBAR
Tahu-tahu tutup peti mati
tersebut menjeblak
terbuka, dan dari dalam peti
mati itu melompat
keluar sesosok tubuh kecil dan
pendek.
Mungikin jika ia tidak
memiliki jenggot dan kumis seperti itu, ia akan diduga seorang anak lelaki
berusia delapan atau sembilan tahun.
„Kalian telah datang untuk
mendesakku. maka terpaksa aku melayaninya." kata orang bertubuh pendek
itu.
Sedangkan kedelapan orang
berpakaian serba hitam tersebut beberapa kali mengeluarkan Suara dengusan,
malaa salah seorang diaotara mareka rupanya sudah tidak sabar, is telah
mengeluarkan suara bentakan keras, tahu2 pedang ditangan kanannya bergerak
cepat sekali menikam.
Orang tua bertubuh pendek
tersebut melihat manyambarnya serangan ia berkelit. Gerakannya sangat lincah
sekali.
„Hmmmi....." dengus orang
tua bertubuh pendek itu.
„Jika demikian, kalian
ternyata bendak main keroyok lagi seperti beberapa saat yang lalu!"
Dan setelah berkata begitu,
tubuh orang tua itu bergerak cepat sekali, setiap gerakannya memang bisa
menggertak kedelapan orang itu untuk mundur, tetapi orang tua bertubuh pendek
tersebut tetap dikurung dan dikepung, dengan ketat sekali, kedelapan orang itu
selalu mempergunakan sentjata mereka masing --masing saling berganti
melancarkan tikaman, tebasan dan totokan.
Tetapi kenyataan yang ada,
orang tua ber-tubuh pendek itu selalu berhasil mengelakkan diri, dan ia
melompat kesana-kemari dengan gerakan gesit sekali.
Karena mengandalkan
kegesitannya itu, membuat kedelapan orang yang mengurungnya tidak bisa untuk
terlalu mendesaknya.
Walaupun bagaimana memang
tertihat jelas orang tua bertubuh pendek itu memiliki ginkang yang tinggi dan
telah berulang kali menerobos kesana kemari dengan gerakan yang cepat sekali.
Tetapi lewat belasan jurus,
tampaknya orang tua bertubuh pendek itu tidak mau berdiam diri terus, ia
menggerakkan tangannya. Tahu2 dari kedua telapak tangannya meluncur keluar
kekuatan tenaga yang hebat sekali menerjaeg kedua lawannya.
Begitulah, kedua lawannya yang
menerima pukulan seperti itu tidak berani berdiam diri, karena mereka memang
mengetahuinya bahwa tenaga pukulan yang dilancarkan orang tua bertubuh pendek
tersebut merupakan kekuatan yang bisa mematikan jika saja mengenai diri mereka.
Dengan menggerakkan Poan Koan
Pit pedang mereka segera keduanya menyerang.
Dalam waktu yang singkat,
segera terjadi pertempuran seru antara siorang tua bertubuh pendek dikeroyok
oleh kedelapan orang itu.
Waktu itu, salah seorang
diantara kedelapan orang pengeroyok itu mengeluarkan suara siulan nyarng, tahu2
tubuhnya melompat ketengah udara dengan gerakan yang ringan bukan main, dan
ditangannya yang tercekal Tiat Leng So, digerakkan untuk melibat leher dari
orang tua bertubuh pendek itu. Gerakan itu di lakukan dengan tiba2 sekali dan
juga mengandung tenaga sinkang yang kuat.
Kalau memang leher orang tua
bertubuh pendek tersebut terkena lingkaran Tiat Leng So tentu ia segera akan
binasa.
Tetapi orang tua itu bukan
orang sembarangan, ia bisa mengelakan diri dengan cepat.
„Aku walaupun tengah terluka
parah, tetapi aku tidak akan sudi menyerah kalah kepada kalian ......"
kata orang tua bertubuh pendek itu dengan suara Ong sengit.
„Kalian boleh mempergunakan
seluruh kepandaian, kalian untuk mengeroyok diriku, tetapi aku akan memberikan
per-lawanan terus!" dan seperti kata2-nya itu orang tua bertubuh pendek
kecil tersebut menggerakan lagi kedua tangannya, malah kedua kakinya juga
bergerak lincah, sehingga tubuhnya bergerak kesana-kemari dengan gesit, malah
kedua tangannya itu ber-gerak2 menimbulkan angin yang berkesiuran sangat kuat.
Dalam keadaan demikian,
tampaknya memang jelas sekali bahwa kepandaian yang dimiliki oleh orang tua itu
sangat luar biasa sekali, namun karena ia dikeroyok oleh kedelapan orang
pengeroyoknya, yang rata2 memiliki kepandaian tinggi, maka ia tidak bisa
merubuhkan lawan-lawannya itu.
Diwaktu itu, mendadak sekali,
dua orang pengeroyoknya telah menerjang, maju dengan senjata masing2 yang
menikam kebagian yang mematikan. Orang tua itu berkelit lagi.
Namun dari arah belakangnya
tahu? menyambar sebatang poan-koan-pit, dan tampak tubth orang tua itu
terhuyung mundur beberapa langkah.
Sebelum ia rubuh ter-guling,
masih sempat ia menyampok kebalakarig, pada penyerangnya.
Seketika itu juga tuhuh
penyerangnya ter-pelanting dan rubuh tidak bergerak, pingsan.
Sedangkan orang tua bertubuh
pendek itu juga telah tertotok tidak bisa bergerak. diam tidak bergeming lagi.
Ketujuh sisa pengeroyoknya
jadi girang. Dua orang dari mereka segera memeriksa kawan yang
pingsan, sedangkan lima orang
lainnya menghampiri orang tua-bertubuh pendek itu.
Dengan senjata masih tercekal
ditangan mereka masing2, kelima orang yang telah mengurung orang tua pendek
yang dalam keadaan tertotok tersebut, mengawasi mendelik dan salah seorang
diantara mereka, yang mencekal Poan-koan-pit, telah berkata dengan suara yang
bengis : „Engkau mpnyerah kalah atau tidak? Jika engkau masih tetap tidak
mengakui bahwa kepandaian kami berdelapan berada diatas kepandaianmu, hemm...,
hemm, biarlah engkau kami binasakan saja....!"
Walaupun dalam keadaan
tertotok seperti itu, tetapi orang tua bertubuh pendek. teraebut
bisa,berbicara, mulutnya bisa digerakkan, dengan sengit dan mengandung
kemarahan ia telah berkata: „Walaupun bagaimana tidak bisa aku mengakui bahwa
kalian berdelepan memiliki kepandaian yang lebih tinggi dariku ! Hemmni......,
kalian berjumlah delapan orang, sedangkan aku seorang diri, maka jika memang
kalian bisa memperoleh kemenangan pada diriku, itlah merupakan kemenangan
orang2 pengecut, karena dengan jumlah banyak kalian - berdelapan mencari
keumenangan....! Hemmm...., sungguh tidak tahu malu....! Manusia2 bermuka kulit
badak, setelah mengandalkan jumlah banyak untuk menindas orang yang sendirian
ini, kalian masih memiliki muka hendak mengagul-agulkan diri bahwa kalian telah
menang? Sungguh tidak punyu malu! Cissss ......!"
Bukan mein marahnya kelima
orang itu, mereka telah melirik kepada kedua kawan mereka yang tengah menolongi
seorang kawan mereka yang masih dalam keadaan tertotok. Tampaknya kedua kawan
mereka itu tidak berhasil untuk membuka totokan pada diri orang itu, dimana
kawan mereka yang seorang itu tetap rebah tidak bisa bergerak walaupun tubuhnya
telah diuruti disana-sini dengan mempergunakan Lwekang.
Apa yang mereka lihat.menambah
kegusaran mereka.
„Baiklah, jika kau berkepala
batu tidak mau mengakui bahwa kepandaian kami berada diatas kepandaianmu.
Hemm..., engkau akan kami
binasakan......!" dan orang yang bersenjata poan-koan-pit tersebut telah
melangkah maju sambil menggerakkan senjata ditangannya, ia bermaksud akan
menotok jalan darah. „Eng-tian-hiat" dan memang jika jalan darah tersebut
pada tubuh seorang manusia tertotok pecah atau hancur atau juga putus, tentu
menyebabkan korban totokan tersebut akan binasa disaat itu juga.
Tetapi orang tua bertubuh
pendek terlebut tidak merasa takut, wajahnya malah memperlihatkan perasaan
marah dan mengawasi meluncurnya poan-koan-pit lawannya sama sekali ia tidak
merasa gentar.
Sedangkan Poan-koan-pit itu
telah meluncur dekat sekali, hanya terpisah, beberapa dim lagi dari jalan darah
yang mematikan itu.
Waktu jiwa lelaki itu bertubuh
pendek tersebut terancam kematian, mendadak sekali, dari balik sebuah kuburan
yang terpisah belasan tombak, meluncur dua butir batu kecil, yang terbang cepat
sekali.
Batu yang satu menghantam
poan-koan-pit yang tengah muluncur untuk membinasakan orang tua bertubuh peodek
itu, sedangkan batu yang satunya lagi telah menyambar ketubuh orang tua pendek
itu, dengan demikian ia terbebaskan dari totokan dan bisa melompat berdiri.
Sedangkan orang yang
bersenjata Poan-koan-pit itu, waktu Poan-koan-pitnya terhantam balik itu,
terdengar suara „trang......" yang nyaring sekali, dan Poan-koan-pit itu
telah miring arah menyambar pemiliknya juga merasakan telapak tangannya jadi
pedih bukan main, karena benturan batu itu kuat sekali memiliki tenaga luncuran
yang hebat bukan main.
Dangan mengeluarkan suara
seruan yang mengandung perasaan terkejut orang itu melompat mundur dengan muka
yang padam, ia memandang marah kearah dari mana datangnya batu-batu itu.
Keempat orang lawannya juga
telah memandang kearah mana tadi dua butir batu tersebut menyambar datang.
Dan mereka melihat seorang
pemuda berwajah tampan dengan sepasang alis yang tebal dan baju berwarna hijau,
merupakan pakaian panjaog, tengah berdiri dengan sikap yanq tenang dan
ditangannya tercekal sebatang seruling, yang di-gerak2-kan perlahan.
Matanya memandang dingin.
Dengan marah, orang bersenjata
poan-koan pit tersebut telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat kedekat
pemuda berpakaian warna hijau tersebut, ia membentak bengis : „Siapa kau pemuda
kurang ajar? Sungguh berani mati mencampuii urusanku......!"
---oo0oo---
PEMUDA BERBAJU HIJAU itu telah
tertawa tawar, ia melirik kepada kawan2nya orang yang bersenjata poan-koan-pit
itu, katanya dengan suara yang dingin : „Kalian berjumlah delapan orang,
mengeroyok seorang lelaki tua seperti itu, apakah engkau dan kawan2mu memang
memiliki kulit muka terbuat dari kulit badak heh...?"
Melihat pemuda itu bukannya
takut, malah mendamprat dirinya, orang yang bersenjata poan-koan-pit itu,
tambah murka, ia telah membentak bengis samibil membanting kaki: „Kau belum
mengetahui siapa kami, sehingga engkau berani kurang ajar seperti itu....!
Baik! ! baik! Engkaupun rupanya minta dihajar! Kami Pat Eng Ciu (Delapan Garuda
Arak) akan membereskan kau juga."
Mendengar disebutnya Pat Eng
Ciu pemuda. berbaju hijau itu tertawa tawar.
„Aha...., rupanya Pat Eng Ciu
yang sangat terkenal itu?" katanya. „Baik..., baik..., aku Oey Yok Su
ingin sekali berkenalan dengan Pat Eng Ciu! Tentu saja, kalian perlu maju
berdelapan .... karena jika kalian maju seorang2 hanya membuang-buang waktu
saja..... !"
Bukan main murkanya orang yang
bersenjata Poan-koan-pit, ia telah menggerakkan tangan nya untuk melancarkan
totokan dengan senjata nya. Tetapi seorang kawannya telah mencekal tangannya.
„Tunggu dulu!" kata
kawannya, yang bersenjata pedang. Dan kemudian menoleh kepada Oey Yok Su sambil
tanyanya: „Apaka,h engkau Qey Yok Su, yang sangat. terkenal di dalam rimba
persilatan sebagai Tocu dari Tho Hoa To?"
Oey Yok Su .....mendengus
dingin.
„Benar, dan kalian tadi telah
mendesak orang tua itu utuk mengakui bahwa Kepaudaian kalian berdelapan lebih
tinggi dari kepandainya, maka sekarang biarlah aku yang muda she Oey
menggantikannya, untok membuktikan hal itu, dimana. aku akan menghadapi
kalian.....!"
Pat Eng Ciu merupakan delapan
orang pendekar gagah didalam rimba persilatan. Mereka juga gemar sekali minum
arak, sampai mabok2-an hebat. Itulah sebabnya mereka memperoleh gelaran sebagai
Pat Eng Ciu.
Tetapi jiwa mereka
sesungguhnya baik, mereka juga berasal dari kalangan lurus, dimana mereka
mempelajari ilmu silat yang cukup tinggi. Walaupun tidak bisa disebut sebagai
jago2 nomor satu, namun jarang ada orang yang bisa menghadapi mereka. Tetapi
ada satu sifat yang sama dimliki kedelapan orang ini, mereka sela!u ingin
menang diatas orang lain, selalu merasa bahwa kepandaian mereka berdelapanlah
yang tertinggi tanpa tandingan. Karena sifat mereka inilah kedelapan jago
tersebut sering terlibat dalam pertempuran. Dengan berdelapan sekaligus maju,
meaghadapi lawan, mereka maka Pat Eng Ciu selalu berhasil merngalahkan
lawan2nya.
Dan begitu juga halnya dengan
crang tua bertubuh pendek tersebut, ia merupakan seorang tokoh persilatan yang
memiliki...kepandaian tinggi, ia bernama Han Bun Liong, pertemuannya dengan
delapan Pat Eng Ciu telah menyebabkan mereka bertempur, karena Pat Eng Ciu
menantangnya untuk bertempur, dan Han Bun Liong telah berhasil dilukai oleh Pat
Eng Ciu.
Waktu itu Pat Eng Ciu mendesak
agar Han Bun Liong mengakui bahwa kepandaian kedelapan jago itu berada diatas
dirinya, namun Han Bun Liong menolaknya. Ia berusaha melarikan diri. Tetapi
jejaknya selalu berhasil ditemui oleh kedelapan lawan2-nya. Begitulah baberapa
kali terjadi pertempuran diantara mereka, yang selalu Han Bun Liong berada
dipihak yang kalah dan semakin terluka lebih hebat.
Namun sejauh itu Han Bun Liong
tetap tidak mau mengakui bahwa kedelapan orang itu lebih tinggi kepandaiannya
dari dia. Bun Liong malah lebih rela mati ditangan lawan2nya itu.
Terakhir, dia telah berhasil
melarikan diri dan menyembunyikan diri didaerah pekuburan tersebut. Ia pun
telah mencuri sebuah peti mati dan menculik seorang tukang batu, yang di paksa
untuk membuat kuburan yang ada pintu rahasianya. Kuburan yang dipergunakannya
adalah kuburan dari orang yang tidak dikenalnya dan telah dibongkarnya. Tukang
batu ilu telah membuatkan ruangan untuk meletakkan peti mati itu. Setelah
selesai semuanya, Han Bun Liong menotok jalan darah lupa ingatan dari tukang
batu itu, sehingga pergi dengan otak yang tidak waras lagi.
==============================
Tetapi itu hanya berlangsung
dua.....
... 31 sd 34 : 2 halaman ini
robek...
==============================
Lebih hebat lagi, dimana suara
serulingnya sebentar meninggi, melengking, sebentar merendah perlahan sekali,
seperci juga suara tangis yang menyatkan hati.
Perasaan dan jantung dari Pat
Eng Ciu jadi semakin tergoncang bebat.
Mereka berdelapan telah
berusaha untuk menguasai perasaan mereka, tetapi selalu gagal.
Dengan demikian, membuat
mereka jadi mengeluarkan suara bentakan vang nyaring untuk memechakkan
perbatian mereka dari pengaruh suara seruling itu.
Tetapi tidak juga mereka
terlepas dari pengaruh suara seruling Oey Yok Su.
Malah waktu Oey Yok Su meniup
dengan nada yang menghentak-hentak, diwaktu itulah kedelapan Pat Eng Ciu sudah
tak bisa mempertahankan diri, mereka menggerakan kedua tangan mereka, seperti
tengah bersilat atau juga seperti tengah menari.
Orang tua bertubuh pendek Han
Bun Liong telah mengetahui bahwa Oey Yok Su meniup serulingnya itu untuk
meaguasai kedelapan lawannya. Walaupun Han Bun Liong, berdrri diluar
gelanggang, terpisah sepuluh tombak lebih tidak urung iapun terpengaruh snara
seruling.
Han Bun Liong merasakan
jautungnya berdebar karas sekali, dan kedua tangan dan kedua kakinya seperti
ingin berteriak?.
Cepat-cepat Han Bun Liong
mengempos tenaga dalamnya, ia berusaha manguasai dirinya.
Namun gagal, dan ia seperti
akan menari. Dengan kaget Han Bun Liong menotol tanah dengan kedua kakinya, ia
telah melompat mundur berulang kali, menjauhkan diri belasan tombak lagi.
Tetapi pengaruh seruling itu masih juga membuntutinya dan ia masih ingin
menari.
Cepat-cepat Bun Liong melompat
mundur lagi dan akhirnya ia bisa juga terhindar dari pengaruhnya suara seruling
Oey Yok Su.
Sedangkan Pat Eng Ciu yang
waktu itu tengah me-nari2 dibawah pengaruhnya suara seruling Oey Yok Su, terus
juga berteriak-teriak: „Hentikan..... hentikan...... !"
Tetapi Oey Yok Su terus meniup
surulingnya. Symbil meniup, kakinya juga tetah melangkah kesana-kemari,
daeliogi dengan tubuhnya yang berkelebat cepat seperti gumpalan warna hijau.
Suara seruling itu tetap
mengalun panjang dan pendek tidak menentu.
Dengan mengaudalkan suara
serulingnya itu ternyata Oey Yok Su telah dapat menguasai delapan lawannya,
yang terus juga me-nari2 semakin cepat.
Tentu saja kedelapan jago Pat
Eng Ciu tersebut ketakutan bukan main.
Harus diketahui, jika mereka
terlalu lama dikuasai oleh suara seruling yang di iringi dengan lwekang yang
telah sempurna, tentu mereka akan menari terus dan kehabisan tenaga, dan
akhirnya mereka akan mati lemas.
Itulah yang ditakuti oleh Pat
Eng Ciu maka mereka sambil menari2 berusaha mengerahkau lwekang mereka untuk
membendung pengaruh suara seruling itu.
Namun kedelapan jago itu
selalu gagal dengan usaha mereka, lwekang mereka rupanya tidak semahir yang
dimiliki Oey Yok Su.
Ada berapa orang diantara
mereka yang berusaha menggerakkan tangan mereka menutupi telinga mereka, tetapi
itu tidak lama.
Begitu suara seruling mangalun
meninggi di waktu itu pula tangan mereka tak bisa menempel ditelinga telah
ber-gerak2 menari lebih hebat.
Benar2 Pat Eng Ciu jadi
ketakutan bukan main, mereka sampai ber-teriak: „Hentikan....... kami menyerah
kalah.... kami menyerah kalah dan senjata mereka telah berjatuhan malang
melintang ditanah.
Disaat itu Oey Yok Su
meneruskan tiupan serulingnya, sama sekali dia tidak memperdulikan teriakan2
Pat Eog Ciu.
Dan juga suara serulingnya itu
mengalun terus semakin meninggi.
Bagaikan kalap, kedelapan Pat
Bng Ciu tersebut me-nari2 lebih cepat dan kuat.
Sampai akhirnya tenaga mereka
habis dan Pat Eng Ciu rubuh terjungkal lemas diatas tanah, muka mereka pucat
sekali.
Waktu itulah Oey Yok Su baru
berhenti meniup serulingnya.
,,Hemm....., kalau memang aku
tidak menaruh belas kasian pada kalian, aku bisa meniup serulingku ini dan
kalian akan mati lemas.... !" kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.
Kedelapan jago Pat Eng Ciu itu
tidak menyahuti, mereka telah cepat2 duduk bersemedhi, untuk mengatur jalan
pernapasan mereka.
Lewat beberapa saat, mereka
telah melompat berdiri, salah seorang diantara mereka telah berkata sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Oey Yok Su : „Sungguh
menakjubkan sekali....! Rupanya apa yang tersiar didalam rimba persilatan,
bahwa Auwyang Hong, Aog Cit Kong, Org Tiong Yang, Toan Hongya dan Oey Yok Su
benar2 merpakaan jago-jago yang memiliki kepandain luar biasa. Dan lima jago
luar biasa itu ter nyata memang tidak memiliki nama kosong.
Mendengar disehutnya nama Ang
Ctt Kong, Ong, Tiong Yang, Auwyang Hong dan Toan Hongya maka Oey Yok Su
berobah.
„Hmmm...., aku tidak bisa
dipersamakan dengan mereka!" kata Oey Yok Su kemudian. ,,Kami berlima
memang bersahabat dan memiliki kepandaian sendiri-sendiri, memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing, maka tidak bisa dipersamakan seperti itu !"
Orang yang berkata tadi telah
menganguk cepat.
,,Benar, dengan hanya sebatang
seruling, dan dengan mempergunakan suara seruling saja, kami telah rubuh
ditangan Oey Taihiap, apa lagi jika memang Oey Taihiap mempergunakan
kepandaianmu, tentu kami akan terbinasa hanya dalam satu gebrakan"
Oey Yok Su menatap dingin
kedelapan Pat Eng Ciu, kemudian : „Hemmmm...., kalian semula merasa bahwa
kepadaian kalian berdelapan sangat tinggi dan medesak orang tua itu untuk
mengakui bahwa kepandian kalian berada diatas kepandaiannya. Sekarang bagaimana
pendirian kalian?"
„Kami berdelapan memang merupakan
katak-katak dalam tempurung, sama sekali tak bisa melihat tingginya langit dan
dalamnya bumi. Sungguh membuat kami menjadi malu sekali !" menjahuti salah
seorang Pat Eng Ciu.
„Kalau memang kalian telah
menjadari akan hal itu, sekarang kalian pergilah......!" kata Oey Yok Su
dengan suara yang dingin.
40-41
Pat Eng Ciu tidak berani
banyak hicara lagi, mereka kuatir kalau2 Oey Yok Su merobah keputusannya itu.
Mereka telah memberi hormat dan kemudian berlalu meninggalkau tempat itu Oey
Yok Su hanya mengawasi saja. Sedangkan Han Bun Liong telah menghampiri Oey Yok
Su.
„Terima kasih atas pertolongan
yang diberikan oleh Oey Taihiap ...!" katanya simbil memberi hormat.
Oey Yok Su menyingkir:
kemudian deagan sulara yang tawar ia berkata: „Kau juga pergi meninggalkan
tempat ini . . !"
Ha.n Bun Liong jadi tertegun.
,.Apa...... Oey Taihiap?"
tanyanya tergagap tidak mempercayai apa yang didengarnya.
„Apakah telingamu tuli? Pergi
dari tempat ini!" kata Oey Yok Su lagi. Dingin sekali suara nya.
Han Bun Liong memandang
sejenak pada Oey Yok Su lalu ia menjura emmberi hormat dan memutar tubuhnya,
berlalu meninagglkan tempat itu.
Oey Yok Su masih berdiri
ditempatnva, is mengawasi kuburan2 yang terdapat ditanah pekuburan tersebut,
mulutnya bersenandung perlahan dan kemudian mengangkat seruling lalu ia
meniupnya.
Suara serulingpun mengalun
disekitar tempat tersebut, mengisi kesepian dan kesunyian ditanah pekuburan
tersebut.
Sejak terjadinya peristiwa itu
dimana Oey Yok Su merubuhkan Pat Eng Ciu hanya dengan menggunakan suara
serulingnya, ia memperoleh keharuman nama yang bukan main dan terkenal sekali,
karena Pat Eng Ciu setiap kali bertemu dengan orang2 rimba persilatan, baik
yang menjadi lawan mereka, maupun yang merupakan sahabat mereka, selalu
membicarakan perihal kegagahan dari Tocu Tho Hoa To tersebut, yaitu Oey Yok
Su.........
---oo0oo---
TETAPI nama Oey Yok Su yang
begitu terkenal telah mendatangkan perasaan yang tak menggembirakan dihati
seorang tokoh persilatan laironya, yaitu Auwyang Hong, yang merasa iri dan
dengki.
Auwyang Hong memang
mengetahui, bahwa namanya tidak kalah terkenalnya dengan Oey Yok Su, tetapi
Auwyang Hong menghendaki dirinya merupakan jago yang namor satu.
Tentu saja Auwyang Hong
menghendaki Oey Yok Su, maupun Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, dan Toan Hongya
juga berada. dibawah dari keharuman namanya.
Namun disebabkan berlima
memang memiliki kepandaian yang sama tingginya, dengan sendirinya mereka
berlima juga yang sangat terkenal dan sama2 memiliki nama yang meeggetarkan
rimba persilatan.
Terkandung maksud didallam
hati Auwyang Hong, jika ia memiliki kesempatan, ia ingin sekali mengadu
kepandaian dengan Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Toan Hongya dan Cit Kong. Tetapi
sejauh itu, ia masih belum memiliki kesempatan, karena sejak pertemuannya yang
ter-akhir dengan Oey Yok Su dan yang lain2nya, Auwyang Hong tidak pernah
bertemu lagi dengan mereka, mereka telah merantau keberbagai temgat.
Begitu pula halnya dengan Ang
Cit Kong yang telah menjadi Pangcu Kay-pang, dimana ia telah memimpin perkumpulan
Pengemis tersebut dengan baik, memperoleh ke-majuan yang pesat, Kay-pang
berkembang, baik sekali, sehingga memiliki cabang2 yang meluas diseluruh
daratan Tionggoan.
Setelah memberikan kekuasaan
kepada wakil-wakilnya untuk semua ketua cabang Kaypang" Ang Cit Kong lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk berkelana.
Hanya sekali2, jika Kay-pang
menghadapi, urusan yang besar dan penting, Ang Cit Kong baru kembali kemarkas
pusat Kay-pang, untuk mengurus dan memimpinnya.
Karena memiliki waktu lama yang
cukup banyak, maka Ang Cit Kong bisa mempergunakan waktu untuk mendatangi
tempat2 yang indah untuk pelesir. Disampiag itu, sering Ang Cit Kong mendatangi
dapur istana, di sana dia telah melalap santapan yang lezat2 yang sesungguhnya
untuk Kaisar, dan ia memakannya sebelum Kaisar sendiri memakannya.
Dan suatu. kali, pernah Ang
Cit Kong bersembunyi selama tiga bulan didapur istana, di mana dia telah
menikmati ratusan macam masakan yang lezat2. Dan kegemaran malcan Ang Cit Kong
memang semakin meniadi saja. semakin tua semakin tidak bisa dibendung, sampai
kelak, diwaktu dia melepaskan jabatan Pangcu Kaypang, kegemarannya untuk
bersantap masakan yang lezat2 tidak juga berkurang.
Sering juga Ang Cit Kong
mendengar nama Oey Yok So. Ong Tiong Yang, Auwyang Hong dan Toan Hongya, yang
disebut oleh jago rimba persilatan, sebagai jago? tanpa tandingan. Dan
mendengar itu, walaupun Ang Cit Kong sendiri sering mendengar juga, bahwa
dirinya termasuk diantara jago tanpa tandingan itu, tokh Ang Cit Kong merasakan
tangannya jadi gatal dan ingin sekali ia bertanding degan ke empat jago lainnya
itu, untuk menentukan siapakah yang paling tinggi memiliki kepandaian.
Itulah sebabnya, Ang Cit Kong
telah sengaja backelana keberbagai tempat, untuk mencari jejak Ong Tiong Yang,
Auwyang Hong, Toan Hongya dan Oey Yok Su. Sejauh itu ia masih belum berhasil
untuk menemui jejak mereka,
Tetapi sambil mengembara Ang
Cit Kong juga banyak melakukan pekerjaan besar, seperti juga membereskan
pertikaian antara golongan- dari pintu perguruan yang memiliki permusuhan.
Dengan memiliki kepandaian yang tinggi Ang Cit Kong bisa menyelesaikan semua
urusan itu dengan baik.
Dengan sendirinya pula nama
Ang Cit Kong juga semakin terkenal
Terlebih lagi memang Kay-pang
kian lama kian banyak memiliki jago2nya yang tangguh dan memiliki kepandaian
tinggi karena Ang Cit Kong sendiri yang telah turun tangan memberikan petunjuk
dan mewariskan satu dua jurus dari kepandaiannya.
Ketika dalam suatu kesempatan
ia bertemu dengan Auwyang Hong, kedua jago yang masing masing memiliki
kapardaian sangat tinggi ini telah bercakap-cakap dengan gembira. Bahkan ketika
Ang Cit Kong menyinggung menyinggung-nyinggung perihal mengadu kepandaian
diantara mereka berlima.
Auwyang Hong kontan
menyetujuinya.
„Memang akupun tengah memikirkan
bal itu, saudara Ang," kata Auwyang Hong. „Dan jika saja Oey Tocu, Ong
Tojin dan Toan Hongya menyetujui usul kita, lebib baik kita mengadakan
pertemuan dan merundingkan ilmu silat, guna menentukan siapa diantara kita
sesungguhnya yang memiliki kepandaian paling tinggi!"
Bukan main giraognya Ang Cit
Kong.
„Jika begitu, kalau memagg
kelak saudara Auwyang bertemu dengan salah seorang diantara mereka, kau
beritahukan maksud kita ini ....dan kalau memang mereka menyetujui, nanti kita
mencari sebuah tempat, untuk d1jadikan tempat pertemuan dimana kita akan saling
merundingkan ilmu silat...!"
Auwyang Hong mengiyakan."
Begitulah mereka telah
berpisah.
Dan Auwyang Hong memang
kemudian ber temu dengan Oey Yok Su dan telah menyampaikan keinginan Ang Cit
Kong dan juga termasuk keinginannya juga, untuk mengadakan pertemuan diantara
mereka berlima, guna mengadakan perundingan ilmu silat. Semula Oey Yok Su tidak
begitu menyambuti keinginan dari kedua jago tersebut, karena Tocu dari Tho Hoa
To tersebut beranggapan bahwa hal itu hanya mem-buang2 waktu dan tak menarik.
Tetapi atas desakan Auwyang
Hong, akhirnya ia menyetujui juga.
Begitulah, Auwyang Hong dan
Oey Yok Su telah melakukan perjalanan bersama-sama untuk mencari jejak Ong
Tiong Yang dan Toan Hongya. Untuk mencari Toan Hongya memang tidak begitu
sulit, sebagai seorang Kaisar dari Taili, tentu ia bisa dijumpai diistananya.
Tetapi untuk mencari Ong Tiong Yang, sulit sekali, karena Tojin tersebut memang
selalu merantau tidak menentu tempatnya.
Karena itu Oey Yok Su dan
Auwyang Hong telah mencari dulu Ong Tiong Yang, dan kelak jika mereka telah
berhasil mencart jejak Ong Tiong Yang, barulah mereka akan menemui Toan Hongya,
guna mengundang Kaisar Taili tersebut, ikut dalam pertemuan mereka mengadakan
perundingan ilmu silat.
Setelah hampir satu tahun Oey
Yok Su dan Auwyang Hong mencari jejak Ong Tiong Yang akhirnya mereka berhasil
menemui jejak Tojin tersebut.
Tetapi tidak disangka2, Ong
Tiong Yang sendiri mempunyai maksud yang serupa. Bahkan ia mengatakan bahwa ia
telah berhasil menemui sejilid kitab ilmu silat luar biasa, yaitu Kiu Im Cin
Keng. Siapa yang memahami ilmu silat yang terdapat dalam kitab itu, benar2 ia
akan memiliki kepandaian vang luar biasa tingginya dan akan menjadi jago nomor
satu.
Sebagai seorang imam yang
berhati polos dan jujur, Ong Tiong Yang tidak mau mempelajari, kitab itu,
karena dianggapnya bukan miliknya, ia menemukan kitab pusaka itu secara
kebetulan saja.
„Tentu saja Ong Tiong Yang
mengetahui, bahwa ilmu silat yang terdapat didalam kitab itu merupakan ilmu
silat luar biasa, namun ia tidak mau mengingkari pintu perguruannya sendiri,
yang merupakan pintu perguruan yang memiliki ilmu aliran lurus. Menurut Ong
Tiong Yang dengan melatih diri pada ilmu pintu perguruannya, iapun bisa menjadi
seorang jago yang kosen.
Ong Tiong Yang meogatakan,
jika memang kelak mereka telah mengadakan pertemuan untuk merundingkan ilmu
ilmu silat, dan siapa yang menang berhak untuk mewiliki kitab pusaka ini.
Diwaktu itu jika memang ia yang berhasil memperoleh kitab tersebut ia baru akan
mem pertimbangkan lagi, apakah dia akan mempela ari kitab Kiu Im Cin Keng
tersebut atau tidak.
Oey Yok Su dan Auwyang Hong
jadi girang mendengar hal itu.
Memang Auwyang Hong memiliki
hati yang agak licik. la cerdas sekali disamping itu sangat cerdik dan selalu
ingin menang sendiri juga.
Mendengar perihal kitab Kiu im
Cin Keng itu, dia menjadi membayangkan betapa ia jika berhasil memenangkan
dalam pertemuan perundingan ilmu silat nanti dan kitab Kiu Im Cin Keng itu
jatuh katangannya, tentu ia bisa memperdalam ilmunya dan akan jadi se-orang
pendekar tanpa tandingan, seorang jago yang sudah tidak memiliki lawan lagi.
Itulah sebabnya Auwyang Hong telah mendesak Ong Tiong Yang untuk secepat
mungkin menyelenggarakan pertemuan mereka itu.
Oey Yok Su juga tertarik pada
keanehan2 yang bersangkut paut dengan ilmu silat, jadi begitu tertarik dan
telah mendesak Ong Tiong Yang untuk mengadakan pertemuan mereka.
Ong Tiong Yang setelah
berpikir sejenak, kemudian menetapkan, bahwa dimusim panas, pada tahun
mendatang, dalam bilangan bulan keempat, mereka akan bertemu digunung Hoa San.
Dipilihnya Hoa San menurut Ong
Tiong Yang, karena mereka harus memilih sebuah tempat yang cocok. untuk dapat
dengan tenang meagadakan perundingan ilmu silat.
Oey Yok Su dan Auwyang Hong
menyetujuinya dengan segera.
Dengan ditunjuknya Hoa San
sebagai tempat berkumpul, tentu me reka bisa lebih mudah berkumpul.
Dan Oey Yok Su bersama Auwyang
Hong menyatakan pada Ong Tiong Yang mereka akan
49
pergi ke Taili, untuk
memberitahukan hal itu pada Toan Hongya, dan mengundang Kaisar Taili tersebut
untuk mengambil bagian dalam partemuan dan berunding ilmu silat itu.
Bagitulah, mereka telah
berpisah lagi.
Toan Hongya yang dikabarkan
mengenai akan diadakannya pertemuan perundingan ilmu silat oleh Ong Tiong Yang,
Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, jadi gembira sekali. Sebagai seorang
raja yang sejak kecil telah gemar mempelajari ilmu silat seperti itu, ter lebih
lagi oleh tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian luar biaia,
benar-benar sangat menarik hatinya.
„Siapa-siapa saja yang akan
berkumpul di Hoa-san..... ?" tanya Toan Hongya.
„Kita berlima, tetapi
jago-jago dari luar kalanganpun, jika mereka memiliki kepandaian yang tinggi,
boleh ikut serta....! Malah, akhir-akhir ini terdengar berita didalam rimba
persilatan terdapat seorang jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi yaitu
Khiu Cian Jin dan kami bermaksud akan mengundang jika memang kami bisa bertemu
dengannya......!", kata Oey Yok Su.
Auwyang Hong membenarkan
perkataan Oey Yok Su.
„Ya, aku cukup banyak
mendengar perihal dirinya orang she Khiu tersebut..... katanya dia memiliki
lwekang yang
benar2 telah sempurna dan juga
memiliki kepandaian yang luar biasa."
Begitulah, dengan gembira Oey
Yok Su dan Auwyang Hong telah menghabiskan waktu mereka diistana Toan Hongya
selama satu bulan.
Selama itu meraka memperoleh
perlakuan yang manis sekali dari Kaisar tersebut.
Kemudian Auwyang Hong dan Oey
Yok Su telah pamitan dan pergi mencari Ang Cit Kong.
Dua bulan mereka mencari raja
pengemis itu dan akhirnya mereka bisa menemui Ang Cit Kong.
Segera disampaikan perihal
dipilihnya Hoa San sebagai tempat mereka berkumpul dan Ang Cit Kong menerima
keputusan tersebut dengan girang.
„Ya, kelak dibulan keempat
pada musim panas kita akan bertemu lagi disana...!" kata Ang Cit Kong.
Begitulah, akhirnya mereka
telah bersepakat untuk bertemu digunung Hoa San pada bulan keempat dimusim
panas mendatang...!
Pertemuan di Hoa San, yang
dikenal dengan nama Hoa San Lun Kiam, merupakan pertemuan kelima jago yang
terdiri dari Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Toan
Hongya.
Rencana pertemuan tersebut,
yang masih menantikan waktu beberapa bulan, merupakan pertemuan yang menarik
sekali, dan cepat pula tersiar luas didalam rimba persilatan, sehingga banyak
sekali menarik parhatiaa jago2 rimba persilatan.
Diantara para pendekar2 rimba
persilatan lainnya yang memiliki kepandaian tinggi, telah bermaksud hendak ikut
dalam pertemuan di Hoa San itu.
Memang mereka telah mendengar
perihal kehebatan kepandaian kelima jago luar biasa seperti Ong Tiong Yang, Ang
Cit Kong, Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Toan Hongya, namun mereka betum pernah
bertemu sendiri dan mengadu ilmu. Itulah sebabnya mereka masih memiliki
keberanian dan keinginan untuk mengadu ilmu dengan kelima jago sakti tersebut.
Mengenai rencana akan
diadakannya pertemuan antara kelima jago luar biasa di Hoa San benar2 merupakan
berita yang menggemparkan ritritu persilatan. Dan jago-jago lainnya yang
mendengar hal itu telah melatih diri dengan giat, mempersiapkan diri untuk ikut
hadir dalam pertemuan tersebut.
---oo0oo---
HOA SAN merupakan gunung yang
tinggi, puncaknya diselubungi salju, tetapi menjelang musim panas, salju telah
mencair dan juga telah dipenuhi oleh pohon2 bunga yang indah. Berlainan dengan
gunung2 Thian San dan Himalaya, yang setiap tahun puncaknya selalu di selubungi
oleh salju, dimana sepanjang dunia ini masih berputar, selama itu pula salju
yang menutupi puncak kedua gunung itu tidak pernah mencair, dan diwaktu musim
panas saljupun tak pernah berkurang tebalnya.
Sedangkan Hoa San, begitu
memasuki mu sim semi, saiju telah tipis dan berkurang banyak, dan menjelang
musim panas, diwaktu itu 1: h Hoa San retah bersih dari salju. Hengar,
de,nikian, tepatlah Ong Tiong Yang meroilih gu uung tersebut untuk dijadikan
tempat perteinuan mereka.
Sebulan lagi akan tiba
pertecnuan di Hoa San yang akan mempertemukan kelima jago luar biasa tersebut,
tetapi gunung Hoa San di bulan tiga tersebut telah dibanjiri olah kedatangan
jago2 dari berbagai kalangan dan pintu perguruan. Mereka terdiri berbagai macam
manusia dan bermacam pula cara ber-akaian mau pun adat tabiat mereka.
Semuanya telah berkumpul di
Hoa San wa laupun inasib cukup lama untuk tibanya pertemuan antara Ong Tiong
Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong, Ang Cit Kong dan Toan Hong ya tetapi telah
ratusan jago yang berkumpul dipuncak Hoa San. Masing2 telah memilih tempat
untuk mrereka mendirikan per-kemahan.
Tetapi, karena telah berkumpul
jago2 dari berbagai aliran dalam jumlah yang begitu banyak dan dalam waktu
berkumpul yang cukup lama, maka selama itu sering terjadi bentrokan2 diantara
mereka.
Ong Tiong Yang dan keempat
jago lainnya juga tidak menyangka bahwa rencana pertemuan mereka akan tersiar
beritu luas didalam rimba persilatan, dan juga bisa mengundang begitu banyak
orang2 yang berniat untuk ikut dalam perundingan tersebut. Rencana mereka
semula hanya berunding berlima dengan beberapa jago2 tersebut lainnya, tetapi
siapa tahu peminatnya begitu banyak.
Keributan2 yang sering terjadi
diwaktu ber-kumpulnya para jago tersebut dipuncak Hoa San sering menimbulkan
kekalutan dan juga tidak jarang sampai jatuh korban.
Waktu yang ditentukan dimana
kelima jago luar biasa itu akan berkumpul dan mengadakan pertemuan, telah
hampir tiba.
Itulah pertemuan yang tidak
dipersiapkan dengan segala macam keperluan-keperluan seperti meja atau kursi,
karena memang jago2 luar biasa itu hanya akan mengadakan pertemuan yang
sederhana.
Namun dengan membanjirnya
jago2 dari berbagai kalangan, telah membuat disitu terdapat banyak sekali
peralatan yang bisa dipergunakan, karena banyak yang membawa kursi sendiri,
atau yang tidak membawa telah menebang pohon dan telah membuatnya sendiri.
Waktu yaog mereka miliki
memang cukup panjang.
Udara dimusim panas cukup
menyenangkan hangat dan terlebih lagi tempatnya indah, penuh dengan pohon2
beraneka warna.
Dan waktu yang telah
ditentukan dimana Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Oey Yok Su, Toan Hongya dan Ang
Cit Kong akan bertemu telah tiba.
Kelima jago2 muda yang
memiiiki kepandaian luar biasa itu benar-benar terkejut waktu melihat di Hoa
San tetah berkumpul demikian ba nyak jago-jago dari berbagai aliran.
Mereka tak menyangka, bahwa
pertemuan ini yang mereka selenggarakan bisa menarik perhatian begitu, banyak
dari orang2 rimba persilatan.
Tecapi disebabkan para
jago-jago dari ber bagai kalangan itu telah berkumpul disitu, deugan sendirinya
mereka juga tidak bisa menampik kehadiran mereka, untuk ikut ambil bagian dalam
pertemuan dan perundingan ilmu silat.
Tetapi di sebabkan Ong Tiong
Yang berlima memang memiliki kepandaian tinggi, maka mereka yang menjadi
pemimpin dalam pertemuau itu. Dsamping itu, mereka berlima pula yang akan
bertindak sebagai pengawas dari pertandingan yang akan berlangsung, untuk
menilai siapa diantara para jago-jago berbagai kalangan itu yang berhak untuk
ikut dalam perundingan ilmu silat yang mereka selenggarakan ini.
Begitulah, seorang demi
seorang telah maju kegelanggang pertempuran, mereka telah bertanding. Kalah dan
menang beruntun silih berganti.
Setiap ada seorang jago yang
telah rubuh, digantikan oleh jago laionya.
Samakin lama, yang maju
kegelanggang sewakin, tinggi kepandaian-nya.
Dan pertempuran yang terjadi
juga semakin hebat pula, dimana mereka selalu mempergunakan dua cara. Yaitu
cara pertama denganmempergunakan ilmu kepalan tangan kosong.
Jika memang pertempuran
mempergunakan tangan kosong itu telah selasai, baru dilanjutkan dengan
mempergunakan senjata tajam.
Banyak juga., korban yang
telah berjatuhan, tetapi selama itu belum ada seorang Jagoan pun yang memikir
kepandaian benar2 tinggi atau berhak untuk ikut dalam golongan kelima jago luar
biasa tersebut.
Tidak lama setelah berakhirnya
pertempuran para kaum muda, ditengah gelanggang telah maju jago2 golongan tua,
kepandaian mereka memang jauh lebih tinggi dari golongan muda.
Dan pertempuran yang
berlangsung juga semakin bebat saja. Tidak jarang, ada jago yang telah terluka
parah dan hampir menemui kematian, korban dari pertandingan itu.
Menjelang sore hari,
pertempuran antara jago-jago itu telah semakin sedikit jumlahnya, dan yang
belum bertanding tinggal belasan orang saja. Ong Tiang Yang menganjurkan agar
mereka beristirahat dulu malam ini, besok pagi baru melanjutkan pula pertandingan
tersebut.
Begitulah, malam itu, mereka
mengadakan pesta minum2 dipuncak Hoa San sambil mempcrbincangkan ilmu silat.
Jago2 yang telah kalah dalam bertanding, juga tidak meninggalkan puncak Hoa
San. Se-tidak2-nya mereka hendak ikut menyaksikan jalannya pertempuran jago2
lainnya yang memiliki kepandaian lebih tinggi dari mereka. Dan yang lebih
penting lagi adalah untuk ikut menyaksikan pertandingan antara lima jago luar
biasa itu.
Keesokan paginya, pertandingan
itu telah dilanjutkan.
Belasan jago tua yang kemarin
belum kebagian kesempatan untuk bertanding sekarang memperoleh waktu yang cukup
untuk mengadu kepandaian.
Pertandingan itu diawali
dengan majunya seorang lelaki tua, yang mengaku barnama Ta Lang Su bergelar Si
Rase Emas. Ia bersenjata sebatang pedang panjang. Dan lawan bertandingnya
seorang yang bernama Kiu Cie Pa yang bersenjata sebatang tombak.
Pertempuran Kedua orang ini
cukup seru dan menurut penilaian dari Ong Tiong Yang berlima memang pantas
untuk ditonton.
Tiga puluh jurus mereka lewati
berimbang tetapi setelah itu tampak Kiu Cie Pa yang telah terdesak bebat, dan
disaat suatu kali ia lengah, lengannya telah berhasil dilukai oleh mata pedang
lawannya.
Kiu Cie Pa dinyatakan sebagai
pecundang dan kemudian Ta Lang Su kembali bertanding dengan seorang jago tua
lainnya yang bersenjata sebatang golok dan bernama Su Wang Tauw. la seorang
akhli ilmu golok yang mahir sekali dimana goloknya telah diputar ber-kelebat2
rapat sekali, melancarkan bacokan2 yang ketat bukan main kepada Ta Lang Su.
Tetapi Ta Lang Su juga tidak,
kalah gesit-nya dan pedangnya me nyambar2 dengan hebat sekali ia menerjang maju
dengan, tikaman dan tabasan pedangnya, bagaikan seekor Rase yang menubruk
mangsanya.
Pertandingan itu memang cukup
hebat dan meagagumkan. Banyak jago-jago yang kemarin telah jadi pecundang,
duduk menyaksikan dengan mulut terbuka kagum.
Mereka melihat, baik ilmu
pedang atau ilmu golok dari kedua orang yang tengah mengadu ilmu tersebut,
maupun tenaga dalam mereka merupakan ilmu yang sangat tinggi dan memiliki
jurus-jurus yang luar biasa.
Angin dari kedua senjata yang
ber-kelebat2 saling sambar menyambar tersebut, tampaknya begitu menyilaukan
mata dan berkesiuran sangat keras sekali. Kedua orang yang tengah bertempur itu
pun telah ber-kelebat2 kesana-kemari dengan gesit dalam bentuk bayangan belaka.
Ong Tiong Yang melihat, bahwa
kepandaian Ta Lang Su sesungguhnya berada diatas Su Wang Tauw, tetapi ia kalah
ginkang, sehingga mereka jadi berimbang.
Sebagai seorang jago yang
telah memiliki kepandaian tinggi sekali, deagan menyaksikan jalannya
pertempuran tersebut Ong Tiong Yang segera dapat menerkanya bahwa Su Wang Tauw
akan muncul sebagai pemenang.
Begitu juga halnya dengan Oey
Yok Su. Ang Cit Kong, Toan Hongya maupun Auwysng Hong memiliki perasaan yang
sama, yaitu telah dapat menerka bahwa Su Wang Tauw akan muncul sebagai
pemenang.
Dan dugaan kelima jago luar
biasa itu memang tepat sekali.
Waktu Ta Lang Su tengah
memutar pedangnya dengan cepat sekali seperti titiran, maka diwaktu itulah Su
Wang Tauw telah mengeluarkan suara bentakan, tahu2 goloknya telah bergerak
membacok dari atas menuju kebawah, seperti hendak menerobos lingkaran pedang
lawannya.
Ta Lang Su tidak jeri, ia
terus juga memutar pedangnya sambil memusatkan tenaga dalam pada telapak
tangannya yang disalurkan pada pedangnya.
Benturan yang terjadi antara
golok dan pedang itu sangat kuat sekali.
Dengan demikian pedang Ta Lang
Su jadi terhalang tak bisa diputar terus.
Mempergunakan kesempatan itu,
waktu golok dan pedang saling bentur tampak Su Wang Tauw telah menggerakkan
tangan kirinya mem pergunakan telapak tangannya, ia menghantam.
Apa yang di lakukan oleh Su
Wang Tauw memang tidak pernah diduga oleh Ta Lang Su. Terlebih lagi Su Wang
Tauw telah menghantam, dengan telapak tangan kirinya itu kuat sekali.
„Bukk.....!" telapak
tangan itu menghantam dada Ta Lang Su dengan jitu sekali.
Tubuh Ta Lang Su seketika
terpental keras sekali ketengah udara, waktu ia ambruk diatas tanah, seketika
ia memuntahkan darah segar tiga kali beruntun, mukanya pucat pias dan tubuhnya
lemah, karena tenaga dalamnya telah tergempur hebat, ia juga merintih perlahan
menahan sakit yang bukan main, sambil memegangi dadanya yang tadi terpukul.
Su Wang Tauv telah dinysakan
sebagai pemenang untuk pertandingan kali itu.
Beruntun dia telah merubuhkan
jago tua lainnya, tetapi ketika bertanding untuk ketiga kalinya, ia telab kena
dirubuhkan lawannya yang bernama Sin Liang Ko.
Dan Sin Liong Ko telah
memenangkan dua pertempuran, kemudian rubub juga.
Begitulah, akhirnya pemenang
tunggal yang tinggal seorang diri dari pertempuran para orang gagah tersebut
bernama Bian Liang Sun, seorang tua yang memlihara jenggot dan kumis yang
panjang.
la bersenjata sebuah kipas.
Dan dia!ah yang berhak untuk berhadapan dengan kelima jago luar biasa, karena
ia memiliki kedudukan yang telah sama dengan kelima jago luar biasa itu.
Ong Tiong Yang telah menoleh
kepada ke-empat sahabatnya sambil tanyanya: „Siapakah diantara saudara? yang
hendak main2 dengan saudara Bian Liang Sun ?"
Oey Yok Su melompat berdiri.
„Biarlah aku main2 beberapa
jerus dengan saudara Bian itu ..........!" katanya.
Tetapi waktu itu telah
terdengar suara tertawa dari Ang Cit Kong.
„Saudara Oey, biar aku
sipengemis yang main2 dengan saudara Bian!" kata raja pengemis itu.
Oey Yok Su menoleh kepada Ang
Cit Kong kemudian mengangguk.
„Baikiah . . . tetapi engkau
jangan terlalu menghamburkan tenagamu, karena sebentar lagi kita akan mengadu
kepandaian akan memerlukan tenaga yang banyak. Jika engkau menghabiskan
tenagamu, sekarang, kukira saudara Ang, engkau akan menyesal tentunya,"
dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su kembali ketempat duduknya.
Ang Cit Kong tidak melayani
sindiran Oey Yok Su, ia melompat kehadapan Bian Liang Sun sambil tertawa dan
menggerakkan tongkat bambunya.
„Saudara Bian, aku sipengemis
miskin ingin minta beberapa gebukan dari kau.... !" kata Ang Cit Kong,
kemudian mengibaskan tongkat kebesaran Kaypang.
Bian Liang Sun tertawa sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
„Ang Pangcu, inilah suatu
kehormatan buat aku siorang she Bian yang memiliki kesempatan untuk main2 dan
minta beberapa jurus petunjuk dari Ang Pangcu .., jika memang tokh kelak aku
menutup mata, aku bisa meram dengan hati yang tenang!"
„Saudara Bian terlalu
merendah, justeru aku sipengcmis miskin yang hendak minta beberapa gebukan dari
kau!" kata Ang Cit Kong tertawa keras. „Nah., silahkan mulai menggebuk aku
menanti!"
Bian Liang Sun tidak terlaku
sungkan.
Orang she Bian ini menyadari
bahwa lawan nya yang sekarang ini bukan lawan yang sembarangan.
Ang Cit Kong merupakan salah
seorang dari kelima jago luar biasa itu, dan memiliki nama sangat terkenal
sekali dalam rimba persilatan.
Disamping itu Ang Cit Kong
juga sebagai Pangcu dari Kay pang, yang memiliki nama di segani oleh orang2
rimba persilatan.
Dengan demikian, Bian Liang
Sun telah mempersiapkan seluruh kekuatan lwekangnya, untuk menghadapi Ang
Pangcu ini.
„Maafkan Ang Pangcu, aku akan
terus membuka serangan!" kata Bian Liang Sun.
„Silahkan...!" Ang Cit
Kong mengebutkan tongkat bambunya.
Bian Liang Sun sudah tidak
berlaku sungkan lagi, dengan cepat dia telah mulai menverang.
Hebat cara menyerangnya itu.
dia mempergunakan kipasnya yang sebentar dibuka dan sebentar ditutup. Jika
kipasnya itu dibuka, dia menyerang dengan cara mengebut, maka kipas itu seperti
lempengan besi.
Tetapi jika kipas itu
ditutupnya. maka kipas itu bisa dipergunakan untuk menotok jalan darah Lawan.
Ang Cit Kong ter-tawa sambil
melompat kesana-kemari. Gerakannya gesit sekali. Dan ia pun telah berseru kaget
beberapa kali, pura2 hampir terkena serangan, dan Ia mengelakkannya. Dengan
caranya itu Ang Cit Kong seeperti juga hendak mempermainkan lawannya.
Tapi dalam beberapa jurus,
Bian Liang Sun segera menyadari bahwa kepandaiaanya itu tidak betarti banyak
buat Ang Cit Kong. Karena sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi,
dia segera mengetahui bahwa kepandaian Ang Cit Kong memang benar2 sangat tinggi
sekali. Jika memang Ang Cit Kong bermaksud sungguh2 untuk merubuhkannya, hanya
dalam satu dua jurus saja Bian Liang Sun telah bisa dirubuhkannya.
Setelah menyerang empat kali
lagi dan Ang Cit Kong dapat mengelakkannya degan mudah, diwaktu itulah Ban
Liang Sun telah menggerakkan kipasnya, yang ditimpukkan kearah dada siraja
pengemis tersebut.
Ang Cit Kong tidak manjadi
kaget.
Waktu kipas lawannya itu
menyambar dia telah mempergunakan jari telunjuknya untuk menyentil.
„Cukkk...!" kipas itu
telah tersentil mental dan jatuhdiatas tanah.
Tetapi Ang Cit Kong tidak
bertindak sampai disitu saja, dengan mempergunakan salah satu jurus dari ilmu
andalannya, yaitu Hang Liong Sip Pat Ciang, tampak ia telah menggerak kan
tangan kanannya, ia melemparkan tongkatnya ketengah udara, dan menghantam
dengan telapak tangannya.
Untung saja raja pengemis ini
hanya mempergunakan tiga bagian dari tenaga dalamnya. Bian Liang Sun hanya
terpental namun tidak terluka didalam.
Waktu tongkat bambu Ang Cit
Kong meluncur turun dari tengah udara, Ang Cit Kong telah menyambuti mencekal
lagi sambil tertawa.
„Bian Taihiap memang memiliki
kepandaian yang membuat orang menjadi kagum buka main...!" kata Ang Cit
Kong kemudian.
Bias Liang Sun dengan muka
yang berobah merah, telah menjura memberi hormat.
„Aku siorang she Bian,
walaupun melatih diri tiga puluh tahun lagi, tidak mungkin bisa menandingi Ang
Pangcu. Sungguh membuat aku puas bisa merasakan hebatnya kepandaian Ang Pangcu........!"
Ang Cit Kong mengeluarkan
kata2 merendah untuk menghibur orang she Bian itu.
Sedangkan Auwyang Hong tidak
sabar telah berteriak: „Sekarang tiba giliran kita untuk mengadu
kepandaian....... guna menentukan siapakah yang berhak untuk memperoleh kitab
Kiu Im Cin Keng.......!"
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Baiklah, kita menunda dulu
perundingan ilmu silat diantara kita berlima ini.., besok pagi barulah kita
memulainya, sekarang semuanya beristirahatlah dulu. Bagi yang ingin menyaksikan
pertandingan diantara kami, silahkan menjadi penonton tetapi se-kali2 jangan
menimbulkan keributan. Dan bagi yang tidak mau menonton keramaian, silahkan
meninggalkaa puncak Hoa San ini.........!"
Orang2 rimba persilatan yang
berkumpul di tempat itu mana mau pergi meninggalkan puncak Hoa San.
Mereka sebagai orang rimba
persilatan yang sejak, kecil telah gemar akan ilmu silat, yang mereka anggap
sebagai darah daging mereka sendiri, dengan demikian,. sekarang akan adanya
pertunjukan yang sangat menarik dari pertandingan jago2 luar biasa itu, mana
mau mereka berlalu ?
Malam itu mereka telah
berkumpul untuk mengasoh, selama itu mereka juga telah menerka-nerka, entah
siapa diantara kelima jago itu yang akan memperoleh kemenangan dalam
pertandingan diesok hari...... dan kelima jago luar biasa itu sendiri telah
beratirahat, untuk mengumpulkan tenaga, guna besok bertanding dengan tenaga
penuh.
---oo0oo---
MALAM ITU Ang Cit Kong tidak
bisa tidur, ia memang jenaka, maka ia telah berjalan-jalan untuk menghirup
udara segar dimalam hari, sambil sekali2 menggoda Auwyang Hong, yang tampaknya
memang sudah tidak sabar lagi menantikan tibanya waktu pertandingan diesok
pagi.
„Saudara Auwyang, mungkin
engkau yang akan muncul scbagai jago nomor satu !" Goda Ang Cit Kong pada tengah
malam, waktu Ia melihat Auwyang Hong duduk bersamadhi untuk mengumpulkan tenaga
dalamnya.
Auwyang Hong telah membuka
matanya, ia melirik kepada raja pengemis tersebut.
„Saudara Ang, engkau mungkin
ingin maksudkan dirimu yang akan memperoleh kemenangan dan memperoleh kitab
pusaka Kiu Im Cin Keng itul"
Mendengar perkataan Auwyang
Hong, Ang Cit Kong tertawa bergelak-gelak.
„Engkau berkata dengan sebaik
itu, tetapi aku tahu, hatimu sendiri tidak sebaik itu saudara Auwyang ......
engkau mengharapkan aku sipengemis miskin ini besok menjadi lumpnh dan kalah
dengan lenyap seluruh kepandaianku, menjadi cacad. Bukankah begitu?"
Auwyang Hong tidak melayani
parkataan Ang Cit Kong, ia memejamkan matanya lagi untuk meneruskan semadhinya.
Toan Hongya yang waktu itu
tengah duduk dibawah sebatang pohon, telah berkata:
„Ang Pangcu ....... tampaknya
kau selalu girang saja, apakah engkau sudah yakin besok akan jadi
pemenangnya?" tanya Toan Hongya.
Ang Cit Kong mengetahui bahwa
Toan Hongya seorang yang berhati bersih dan jujur, disamping itu Ang Cit Kong
memiliki sifat jeaaka, tokh ia tidak berani kurang ajar pada raja Talli yang
memiiiki wibawa tersebut, maka ia menyahuti sambil tersenyum lebar: „Toan
Hoagya..... kepandaianku sipengemis miskin masih terlalu dangkal sekali, mana
bisa memenangkan kepandaian Toan Hongya!"
Toan Hongya tertawa lebar.
„Bagiku, sesuagguhnya menang
atau kalah dari pertemuan ini. Aku telah cukup berkumpul dengan kalian guna
merundingkan ilmu silat. Itu saja telah lebih dari cukup. Soal menang atau
kalah, itu bagaimana besok saja. Jika memang aku besok bisa memperoleh
kemenangan, itu namanya memang rejekiku yang bagus. Tetapi memang kalau aku
kalah, tentu aku akan menerima kenyataan itu dengan hati yang puas dan akan
mempelajari ilwu silatku lebih, tekun lagi dikelak kemudian hari bukankah
begitu, Ang Pangcu?"
Ang Cit Kong mengangguk.
„Benar ! Jika memang akupun
ternyata kalah, aku akan mencurahkan perhatianku benar-benar memimpin Kaypang,
dan akan puas dengan itu ....!"
„Itulah maksud yang baik. Maka
jika kelak kita sebagai pecundang, tidak ada ganjalan dihati kita
masing?!" kata Toan Hongya.
Disaat itu, tampak Ong Tiong
Yang telah merangkapkan kedua tangannya, „Sungguh percakapan yang
menggembirakan Pinto ingin ikut ber-cakap2 bolehkah ikut nimbrung ?"
„Oh, siiahkan....
silahkan....Cinjin merupakan jago yang memiliki kepandaian dari aliran lurus,
kau juga memiliki jiwa yang suci kami telah mengatahui, mungkin diantara kita
ber-lima.
Cinjinlah yang memiliki
kepandaain yang paling tinggi !" kata Toan Hongya.
Tetapi Ang Cit Kong telah
berkata : „Untuk berhadapan dengan Ong Cinjin, aku belum tentu mau menyerah,
tongkat pemukul anjing ku ini tentu tidak begitu mudah saja dipatahkan! Tetapi,
terus terang, untuk berhadapan dengan Toan Hongya, aku memiliki perasaan kurang
enak dihati....!" dan setelah begitu, Ang Cit Kong tertawa ber-gelak2
Ong Tiong Yang tidak marah.
„Ang Pangcu ......
sesungguhnya pertemuan yang kita adakan ini merupakan pertemuan merundingkan
ilmu silat. Jika tokh kelak kita sebagai pecundang, tetapi kita tidak boleh
ambil di hati karenanya, sebab kita bertujuan untuk tetap bersababat, walaupun
nanti ternyata ditentukan siapa sebagai pemenangnya. Ini hanya untuk
mengetahui, berapa tinggi ilmu silat yang telah kita pelajari !"
„Bagus.....!" memuji Toan
Hongya.
„Dan memang akupun berpikir
begitu, Ong Cinjin.......!"
„Namun kukira, orang she
Auwyarg don Oey Yok Su, simanusia berhati-dingin dengan pulaunya yang jelek
itu, tengah melamun, untuk memperoleh kemenangan, guna bisa memiliki kitab Kiu
Im Cin Keng !"kata Ang Cit Kong.
Oey Yok Su yang waktu itu
tengah rebah di•rumput dan memainkan meng-usap2 seruling nya, waktu mendengar
namamanya di sebut2, telah bangun duduk, kemudian dia bangkit dan menghampiri
Toan Hongya, Ang Cit Kong don Ong Tiong Yang. Sebetulnya, ia ingin beristirahat
pada malam itu, untuk mengumpulkan semangat, guna menghadapi pertandingan
diesok hari.
Namun sama halnya seperti yang
lain nya maka Oey Yok Su juga tak bisa tidur nyenyak.
„Pengemis Ang, engkau jangan
membuka mulut seenakmu saja !" kata Oey Yok Su kemudian, sambil
memperdengarkan suara tertawa dingin.
„Hemm, engkau menunjuk bahwa
aku dan saudara Auwyang serakah ingin memiliki kitab Kiu lm Cin Keng, engkau
berbuat se-olah2 engkau secrang suci yang tak gemar barang baik. !"
„Hemmm...., kukira malah
dihatimulah yang penuh dengan keinginan, yang mati2-an hendak mempecoleh kitab
pusaka Kiu Im Cin Keng itu!"
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Aha, aku tidak menyangka Oey
Tocu akan semarah itu! dengan cepat tersinggung........tidak baik.....! Nanti
tenaga dalammu akan terganggu dan merugikan dirimu sendiri.... bukankah besok
kita akan mengadakan perundingan ilmu silat, dan jika tenaga dalammu terganggu,
bukankah engkau sendiri yang akan menderita rugi .... ?" dan setelah
berkata begitu, Ang Cit Kong tertawa lagi.
Ong Tiong Yang me-ngulap2 kan
tangannya.
„Sudahlah, jangan kita
meributkan soal kitab itu. Bukankah kita bermaksud untuk melihat berapa tinggi
kepandaian yang telah kita pelajari, bukan untuk ribut?" kata imam
itu."
Tetapi Oey Yok Su telah
melangkah mendekati Ang Cit Kong, katanya. „Saudara Ang, lebih baik kita main2
beberapa jurus untuk menghangatkan tubuh kita dari serangan hawa udara malam
yang dingin ini"
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Boleh ...... ! boleh .......
!" don ia mengibaskan tongkat bambunya.
„Mari ... memang aku tengah
kedinginan"
Oey Yok Su melangkah lebih
dekat, ia ber siap-siap hendak mepyerang.
Ang Cit Kong juga berdiri
dengan siap siaga, tampaknya memang pengemis jenaka ini tertarik sekali hendak
bertempur beberapa jurus dengan Oey Yok Su.
„Oh, hentikan... mengapa
kalian tidak bisa bersabar untuk menanti tibanya besok? Bukankah besok engkau
bisa main2 sepuas hati, bertempur sampai sepuas hati ? Ayo hentikan !"
kata Toan Hongya.
„Ya, pinto harap kalian jangan
menimbul kan keributan," kata pendeta itu.
Sedangkan Auwyang Hong yang
semula masih duduk bersamedhi, katika melihet Oey Yok Su ribut mulut dengan Ang
Cit Kong dan mereka hendak saling tempur, jadi tertawa keras
Ia bangkit dengan gerakan yang
gesit dan berkata nyaring :„Bagus ! Ini baru menarik ! Memang dimalam sedingin
ini alangkah baiknya main2 beberapa jurus ! Ayo Oey Tocu, kau tentu bisa
menampar puluhan kali mulut sipengemis kurang ajar itu ! Dan kau orang she Ang,
engkaupun tentunya bukan pengemis pengecut, yang bisanya meng-gerak2 kan
mulutmu dan tongkatmu itu saja.,....!"
Dengan dibakar seperti itu
oleh Auwyang Hong, Oey Yok Su dan Ang Cit Kong jadi semakin panas, dan mereka
terlah ber-siap2 hendak bertempur.
Tetapi diwaktu itulah, Ong
Tiong-Yang telah menyelak diantara mereka.
„Tunggu dulu.....! kata Ong
Tiong Yang. Pinto hendak bicara, kalian dengarlah......!"
Ang Cit Kong telah mengebutkan
tongkat bambunya ketengah udara, dan berkata: „Silah kan Ong Cinjin
berkata.....!"
Oey Yok Su berdiam diri saja.
la mengawasi imam yang memiliki kepandaian tinggi tersebut.
„Dengarlah....., kita besok
akan mengadakan pertndingan ilmu silat, maka pinto mengharap kalian tidak
menimbulkan keributan malam ini.
„Ong Cinjin...... kau memang
berhati baik, tetapi kebaikan hatimu itu mungkin tidak bisa diterima oleh
seorang she 0ey yang berhati dengki itu....!" kata Ang Cit Kong sambil
tertawa.
„Lebih baik kau mundur saja
Ong Cinjin biarlah kami mengadu tangan beberapa jurus!"
Tetapi Ong Tiong Yang telah
menggeleng kan kepalanya.
„Tidak..... maksud pertemuan
ini untuk menggalang persahabatan diantara kita, bukan untuk menjadi musuh. . .
walaupun nanti kita selesai dengan pertemuan ini, kalian tetap harus
bersahabat. Dimana persahabatan tidak boleh dirusak hanya disebabkan adanya
pertandingan ini!"
Oey Yok Su tertawa dingin.
,,Ong Cinjin, rupanya pengemis
she Ang itu sudah tidak sabar hendak memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandain
yang tinggi, maka biarlah aku yang coba2 menghadapinya, untuk mengetahui apakah
memang benar2 ia memiliki kepandaian yang tinggi! Kukira, apa yang selama ini
tersiar bahwa Pangcu Kaypang memiliki kepandaian yang luar, biasa, itu hanya
perkataan yang terlalu ditebih-lebihkan......!"
„Tepat.... !" Auwyang
Hong dengan suara nyaring membakar.
Auwyang Hong memang
mengharapkan Oey Yok Su bertempur dengan Ang Cit Kong. Dengan demikian ia bisa
menarik keuntungan buat dirinya. Karena jika saja Oey Yok Su bertempur dengan
Ang Cit Kong, tenaga dalam mereka akan berkurang banyak, berarti besok mereka
sudah tidak memiliki tenaga sepenuhnya. Itulah sebabnya mati2-an Auwyang Hong
berusaha membakar kedua orang tersebut. „Memang apa yang dikatakan oleh Oey
Tocu tepat! Nah saudara Ang, apa engkau berani menerima tantangan dari Oey
Tocu?
Menurut Oey Tocu bahwa kau
hanya memiliki nama kosong belaka, dan menurut penglihatanku, memang begitu
keadaan yang sebenarnya.
Muka Ang Cit Kong tidak
berobah mendengar hasutan Auwyang Hong, bahkan ia telah tertawa keras sekali.
Katanya: „Orang she Auwyang, mulutmu terlalu berbisa sekali! Jika memang engkau
juga beranggapan bahwa aku bernama kosong belaka, nah, engkau saja yang maju
kemari, biar nanti aku gebuk pantatmu sepuluh kali dengan tongkatku
ini...!" dan Ang Cict Kong kemudian tertawa keras sekali, untuk
melampiaskan kemendongkolan hatinya.
Auwyang Hong telah tartawa
dingin.
„Mengapa kau tidak segera
menerima tantangan Oey Tocu? Hemm.... mengaku saja bahwa engkau memang, jeri
untuk bertanding dengan Oey Tocu.....!"
Ang Cit Kong rupanya sudah
tidak bivsa menahan sabar, ia menjejakkan kakinya. Tubuhnya mencelat kearah
Auwyang Hong, tongkat bambunya telah digerakkan untuk menghantam orang she
Auwyang tersebut.
Tetapi baru saja tongkat bambu
itu digerakkan, disaat itulah Ong Tiong Yang telah bergerak, Tojin liehay ini
telah menggerakkan tangan kanannya, mencekal tongkat Ang Cit Kong.
76-77
„Saudara Ang, jika memang
engkau mau memberi sedikit muka kepadaku, maka engkau harus menuruti
perkataanku, janganlah menimbulkan keributan......!" kata Ong Tiong Yang
sambil mengawasi tajam sekali kepada Ang Cit Kong.
Raja pengemis itu membalas
tatapan tojin tersebut, kemudian ia menghela napas : „Sayang ada Ong Totiang
yang kuhormati jika memang tidak, hemm..., hemm.... !" menggerendeng
pengemis tersebut.
„Hemm..., hemm..... apa
?" tanya Auwyang Hong dengan suara dingin mengejek.
„Akan kuhajar pantatmu seratus
kali dengan tongkatku ini....!" menyahuti Ang Cit Kong sengit.
Auwyang Hong tertawa
ber-gelak2 dengan suara yang nyaring sekali. „Kukira itu hanya mimpi diotakmu
saja.... mana mungkin.... mana mungkin...... menerima tantangan Oey Tocu saja
engkau tidak berani."
Ang Cit Kong tidak melayani
ejekan Auw yang Hong, ia telah mementang kakinya meninggalkan tempat tersebut.
Begitulah ........ keributan
dimalam itu bisa di atasi oleh Ong Tiong Yang.
Dan waktu yang telah
ditentukan, dimana kelima jago luar biasa itu akan mengadu kepandaian, akhirnya
pun tibalah.
Jago2 yang
banyak.......berkumpul dipuncak Hoa San tersebut sejak matahari fajar belum
muncul memperlihatkan diri, mereka tengah mengelilingi arena tempat dimana
kelima orang tokob sakti itu akan mengadu kepandaian.
Memang cara kelima jago luar
biasa tersebut mengadu kepandaian sangat luar biasa, mereka masing2 memiliki ilmu
yang aneh.
Begitulah, selama tujuh hari
tujuh malam mereka telah mengadakan pertandingan, yang berlangsung terus tanpa
beristirahat. Begitu juga malam hari, mereka meneruskan pertandingan itu.
Selama tujuh hari tujuh malam, meceka tidak beristirahat atau tidur.
Pertempuran kelima jago luar
biasa itu merupakan suatu pertempuran untuk menentukan, siapakah diantara
mereka berlima yang akan muncul sebagai jago yang terkosen. Jadi bukan
merupakan pertempuran untuk saling membinasakan.
Tetapi dihari ketujuh,
akhirnya telah tampak bahwa lwekang Ong Tiong Yang masih menang setingkat
dibandingkan dengan keempat jago lainnya.
Malah akhirnya, Ong Tiong Yang
telah diakui oleh Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hongya
sebagai jago terkosen, merupakan jago nomor satu, melebihi dari mereka.
Sampai disinilsh kisah „Hoa
San Lun Kiam dan jika memang para pembaca ingin mengikuti jalan pertempuran
dari kelima jago luar biasa itu, yaitu Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Ang Cit
Kong, Auwyang Hong dan Toan Hong ya selengkapnya, maka sebagai lanjutan kisah
ini anda bisa membacanya dalam kisah „Lima Jago Luar Biasa" yang tidak
lama lagi akan mengunjungi anda.
TAMAT